3. perancangan bangunan 3.1 konsep perancangan · 4. kepala departemen mata kuliah umum bertugas...
Post on 03-Dec-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
25 Universitas Kristen Petra
3. PERANCANGAN BANGUNAN
3.1 Konsep Perancangan
Dalam pendidikan musik, selain terdapat pengajaran teori yang membekali
mahasiswa dengan pengetahuan kognitif, terdapat pula pengajaran praktek yang
mengasah keterampilan mahasiswa dalam bermain musik. Untuk mengasah
keterampilan ini, membutuhkan waktu yang lama dan bersifat terus-menerus atau
rutin. Dengan tuntutan yang demikian tinggi untuk dapat menjadi musisi, maka
perlu suatu tempat pendidikan dengan suasana yang mendukung mereka untuk
dapat berlatih dengan baik.
Dengan pendekatan simbolik, diinterpretasikan bahwa kehidupan mahasiswa
musik yang monoton tersebut haruslah dibuat semenyenangkan mungkin, dengan
cara menciptakan suasana yang “mengalir (flowing)” sehingga di mana saja
mereka berada di sekolah tersebut, para mahasiswa itu tertarik untuk berlatih baik
secara berkelompok maupun individual.
Gambar 3.1 Kehidupan sehari-hari mahasiswa musik
Gambar 3.2 Suasana pertunjukan mahasiswa musik
Tujuan akhir dari pendidikan musik di konservatorium ini adalah agar para
mahasiswa tersebut dapat menampilkan hasil belajar mereka dalam suatu
pertunjukan atau konser. Pertunjukan adalah puncak dari proses balajar mereka,
26 Universitas Kristen Petra
sehingga suatu penampilan dalam konser adalah peristiwa yang sangat penting.
Mereka perlu menunjukan kemampuan yang terbaik. Suasana saat pertunjukan ini
diinterpretasikan dengan sesuatu yang bersinar-sinar (glowing), dimana saat itu
penampil menjadi pusat perhatian dan yang paling menonjol diantara yang
lainnya.
Gambar 3.3 Skema konsep perancangan
3.2 Program Kegiatan
Berdasarkan konsep perancangan di atas, maka ada dua hal yang menjadi
fokus kegiatan di konservatorium ini, yaitu kegiatan pendidikan dan kegiatan
pertunjukan. Akan tetapi sebagai sebuah instansi pendidikan, maka kegiatan
pertunjukan yang adapun tetap bertujuan untuk pendidikan, bukan komersial.
3.2.1 Struktur Organisasi
Konservatorium Musik Pertunjukan ini memiliki struktur organisasi
layaknya sebuah kampus kecil. Adapun tugas dari masing-masing jabatan adalah
sebagai berikut :
1. Direktur
Bertugas sebagai kepala konservatorium, yang memimpin dan
mengkoordinasi segala urusan di konservatorium.
2. Wakil Direktur
Bertugas mengepalai dan mengkoordinasi biro, unit, dan perpustakaan di
bawahnya.
a. Biro Administrasi dan Keuangan
27 Universitas Kristen Petra
mengelola administrasi (surat menyurat, peminjaman gedung, dsb.)
serta keuangan konservatorium, memiliki 5 orang staff anggota.
b. Unit Pemeliharaan dan Logistik
mengelola pemeliharaan fisik kampus serta suplai makanan dan
minuman (untuk para administratif konservatorium dan kantin), juga
memiliki 5 orang staff anggota.
c. Kepala perpustakaan
mengelola perpustakaan baik koleksi buku maupun audio, dengan
dibantu oleh 5 orang staff anggota perpustakaan.
Gambar 3.4 Struktur organisasi konservatorium
3. Kepala Jurusan
Bertugas mengepalai dan mengkoordinasi semua urusan akademis jurusan
musik, dengan dibantu oleh koordinator piano major, voice major, strings
28 Universitas Kristen Petra
major, serta seorang sektretaris jurusan. Para koordinator major juga
merupakan dosen major. Sementara empat staf tata usaha yang dikoordinasi
oleh sekretaris jurusan bertugas mengelola urusan akademis mahasiswa.
4. Kepala Departemen Mata Kuliah Umum
Bertugas mengepalai dan mengkoordinasi semua urusan akademis mata
kuliah umum, dengan dibantu oleh lima staf tata usaha yang juga bertugas
mengelola urusan akademis mahasiswa untuk mata kuliah umum.
3.2.2 Aktivitas Pendidikan
Aktiviats pendidikan di sini ada dua macam, yaitu teori dan praktek. Untuk
teori dapat dilakukan dalam satu kelas dengan jumlah mahasiswa cukup banyak
termasuk kelas seminar (20-100 orang), sedangkan untuk praktek dengan jumlah
lebih kecil (1-10 orang). Pada pengajaran praktek, ada kelas yang berisi 1 dosen :
1 murid, dan setiap minggunya dosen tersebut mengumpulkan murid-murid yang
dibimbingnya (maksimum 10 orang) untuk tampil satu-persatu di hadapan teman-
temannya.
Gambar 3.5 Ruang Kelas Teori
Aktivitas pendidikan ini juga termasuk latihan perorangan tiap harinya.
Setiap mahasiswa memiliki hak untuk menggunakan ruang latihan perorangan
selama 3 jam tiap harinya. Ruang latihan perorangan disediakan berdasarkan
major masing-masing mahasiswa.
29 Universitas Kristen Petra
3.2.3 Aktivitas Pertunjukan
Aktivitas pertunjukan diadakan setiap satu kali dalam seminggu untuk
masing-masing major dalam satu angkatan. Pertunjukan rutin ini disebut recital,
yaitu semacam konser kecil yang bertujuan untuk pendidikan (ujian atau latihan).
Recital Hall ini juga berfungsi untuk tempat latihan rutin musik ensemble dan
paduan suara setiap minggunya. Selain pertunjukan rutin, khusus untuk
mahasiswa tingkat akhir dapat menampilkan karya terbaiknya dalam konser besar
di Concert hall. Concert hall ini juga untuk tempat pertunjukan musik jika ada
tamu dari luar sekolah yang ingin tampil, namun tetap untuk tujuan kemajuan
pendidikan musik.
Gambar 3.8 Concert Hall
3.2.4 Zoning dan Kebutuhan Ruang
Tapak dibagi menjadi 5 zona, yaitu :
Gambar 3.6 Kelas Pengajaran
Piano
Gambar 3.7 Ruang Latihan
Perorangan
30 Universitas Kristen Petra
1. Zona Fasilitas Pendidikan, yang meliputi :
a. Ruang kelas teori musik
b. Ruang kelas teori mata kuliah umum
c. Ruang kelas seminar
d. Ruang kelas praktek musik
e. Piano teaching studio
f. Strings teaching studio
g. Voice teaching studio
h. Ruang Musik Teknologi
i. Ruang Gamelan
j. Ruang Acting
k. Ruang Tari (Dancing)
l. Studio Rekam
m. Ruang latihan perorangan piano, strings, dan voice
2. Zona Fasilitas Pertunjukan, yang meliputi :
a. Recital Hall 1 (150 orang)
b. Recital Hall 2 (300 orang)
c. Concert hall (600 orang)
3. Zona Fasilitas Administratif, yang meliputi:
a. Ruang Rektor
b. Ruang Wakil Rektor
c. Ruang Staff
d. Ruang Departemen Musik, meliputi:
Ruang Kepala Departemen
Ruang Wakil Kepala
Ruang Tata Usaha
Ruang Dosen Piano
Ruang Dosen Strings
Ruang Dosen Voice
Ruang Rapat
e. Ruang Departemen Mata Kuliah Umum, meliputi:
Ruang Kepala Departemen
31 Universitas Kristen Petra
Ruang Tata Usaha
Ruang Dosen
Ruang Rapat
f. Ruang Biro Keuangan, Pemeliharaan, dan Logistik
g. Bank
4. Fasilitas Penunjang, yang meliputi :
a. Kantin
b. Student Center
c. Perpustakaan
5. Area Servis, yang meliputi :
a. Dapur
b. Gudang dan workshop
c. Ruang genset
d. Ruang panel
3.2.5 Besaran Ruang
Besaran ruang diperoleh melalui studi pustaka fasilitas sejenis, wawancara
dengan praktisi musik di bidang pendidikan, dan survei lapangan. Dari data-data
yang ada kemudian disusunlah studi ruang (lihat lampiran). Besaran ruang yang
digunakan pada akhirnya merupakan penyesuaian dengan bentuk bangunan,
modul struktur, serta sirkulasi pengguna.
3.3 Transformasi Bentuk dan Implementasi Konsep
Dari konsep perancangan “Flowing and Glowing”, diterjemahkan dalam
bahasa visual sebagai berikut:
a. Flowing atau “mengalir” digambarkan dengan garis lengkung yang
merangkai spot-spot bermain musik . Garis lengkung itu bersifat kontinyu,
terus mengalir. Massa di dalamnya berupa bangunan pendidikan yang
merupakan tempat sehari-hari mahasiswa tersebut bermain musik.
32 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.9 Transformasi bentuk
Suasana “Flowing” dihadirkan dengan menciptakan tempat-tempat bermain
musik yang berkesan spontan dan informal di area taman, sehingga para
mahasiswa dapat berlatih secara spontan di sela-sela mereka menunggu sesi
kelas. Tempat bermain musik informal ini diistilahkan dengan plaza. Ada tiga
buah plaza dan satu tempat pertunjukan terbuka.
Plaza 1 -- berupa tempat berkumpul informal di bawah massa student center,
sehingga tetap dapat berfungsi saat hujan. Tedapat kolam dan tempat duduk
melingkar untuk tempat mahasiswa berlatih musik secara berkelompok
maupun perorangan.
Gambar 3.10 Plaza 1
33 Universitas Kristen Petra
Plaza 2 -- berupa tempat berkumpul informal terbuka. Penyelesaian terhadap
terik matahari dengan tanaman teduh di taman tengah dan area hijau
lainnya. Di sini para mahasiswa juga dapat berlatih perorangan maupun
berkelompok.
Gambar 3.11 Plaza 2
Plaza 3 -- berupa tempat berkumpul informal terbuka. Penyelesaian terhadap
terik matahari dengan tanaman teduh, sedangkan penyelesaian terhadap
bising jalan raya dengan memberi barier berupa pagar tembok setinggi 4
meter.
Gambar 3.12 Plaza 3
Tempat Pertunjukan Terbuka -- merupakan tempat pertunjukan yang
bersifat lebih informal bagi para mahasiswa musik yang ingin menunjukan
kemampuan mereka. Penyelesaian terik matahari dengan pepohonan rindang
di sekelilingnya.
34 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.13 Tempat petunjukan terbuka
Student Center -- merupakan tempat rekreasi indoor bagi mahasiswa musik.
Di sini mereka dapat belajar, mengerjakan tugas baik perorangan maupun
berkelompok. Suasana di sini dibuat menyerupai kafe, dengan adanya
panggung kecil untuk menunjukan kemampuan mereka bermain musik.
Gambar 3.14 Student center
Social Space -- merupakan tempat bersosialisasi para mahasiswa di sela-sela
waktu latihan rutin mereka. Social space ini ada di dekat ruang latihan
perorangan, sehingga ketika mereka sudah jenuh berlatih, mereka dapat
beristirahat di luar sambil bersosialisasi dengan teman-temannya.
Penyelesaian kebisingan dengan memakai partisi yang dapat menyerap
bunyi sebagai pembatas ruang.
35 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.15 Social Space
b. Glowing digambarkan dengan penyempurnaan dari bentuk Flowing dan
letaknya cenderung memusat untuk membuat dia menonjol dan istimewa
dibandingkan garis yang ada di tepi. Massa di dalamnya berupa bangunan
pertunjukan yang kegiatannya akan menjadi pusat perhatian di
konservatorium tersebut.
Suasana “Glowing ” dihadirkan dengan adanya gedung pertunjukan, yaitu
recital hall 1, recital hall 2, dan concert hall. Secara bentuk, gedung pertunjukan
ini berbeda dari bangunan yang lain sehingga merupakan bagian yang paling
menonjol dari komposisi massa. Dari entrance utama, orang dapat merasakan
suasana glowing dari skala ruangan yang tinggi, hingga mereka masuk ke ruang
recital ataupun ruang konser itu sendiri.
Entrance dan lobby utama -- merupakan pintu masuk bagi orang umum,
terutama para tamu yang akan menonton konser musik formal di concert
hall. Dengan tinggi ruang 6 meter, lobby ini memberi kesan lapang dan
menerima. Dari sini orang dapat langsung menuju recital hall di lantai satu
atau ke entrance di lantai dua melalui ram.
36 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.16 Lobby utama
Recital Hall -- merupakan ruangan untuk konser musik yang bersifat formal,
dan ditujukan untuk para mahasiswa, baik mereka yang berlatih ataupun
ujian praktek. Ada dua recital hall, yaitu yang berkapasitas 150 orang dan
300 orang. Keduanya lebih ditujukan untuk keperluan pendidikan.
Gambar 3.17 Recital Hall 2
Entrance -- merupakan ruangan untuk konser musik formal, ditujukan untuk
mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum. Penampil di concert hall ini
adalah musisi yang sudah ahli, serta para mahaiswa tingkat akhir yang akan
menampilkan karya terbaiknya. Tujuan konser di sini tetap untuk
kepentingan pendidikan musik.
37 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.18 Concert Hall
3.4 Sistem Struktur
Bangunan ini menggunakan sistem struktur rangka dengan konstruksi beton
bertulang, yang didasarkan atas pertimbangan modul ruang yang tidak terlalu
besar (4-8 meter) serta bentuk bangunan yang banyak elemen lengkung. Untuk
struktur atap menggunakan rangka baja pipa, juga dengan pertimbangan
banyaknya elemen lengkung pada bangunan.
Gambar 3.19 Axonometri sistem struktur dan dilatasi pada bangunan
38 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.20 Struktur atap gedung pertunjukan
Gambar 3.21 Skema penyaluran beban
3.5 Sistem Utilitas
3.5.1 Sistem Utilitas Air Bersih
Distribusi Air bersih menggunakan sistem Down Feed, yang memerlukan
tandon bawah dan tando atas sebagai tempat panyimpanan air. Air bersih dari
PDAM melalui meteran, ditampung dalam tandon bawah, kemudian dipompa ke
tandon-tandon atas. Ada dua tandon atas, satu untuk bagian administratif dan
pertunjukan, satu lagi untuk bagian pendidikan. Adapun perkiraan kebutuhan air
bersih berdasarkan (Stein, Reynolds and Grondzik 872) adalah sebagai berikut :
Sekolah, dengan kantin : 76 Liter / orang / hari
76 Liter x 300 = 22.800 Liter
Teater/ tempat duduk : 19 Liter
19 Liter x 600 = 11.400 Liter
39 Universitas Kristen Petra
Total kebutuhan air / hari = 34.200 liter ˷ 34,2m
3
Perkiraan dimensi tandon : 6m x 3m x 2m (p x l x t)
3.5.2 Sistem Utilitas Air Kotor dan Kotoran
Pembuangan air kotor dan kotoran ditampung ke dalam STP di
semibasement. Dari STP, air dapat dibuang ke saluran kota. Perkiraan dimensi
STP untuk air kotor dan kotoran bangunan sekolah berdasarkan (Stein, Reynolds
and Grondzik 876) adalah sebagai berikut :
Staff & pegawai sekolah : 75,7 Liter / orang / hari
76 Liter x 100 = 7.570 Liter
Murid-murid dengan kantin : 75,7 + 11,4 Liter / orang / hari
87,1 Liter x 300 = 26.130 Liter
Teater/ tempat duduk : 18,9 Liter
18,9 Liter x 600 = 11.340 Liter
Total pembuangan air / hari = 45.140 Liter ˷ 45,14m
3
Perkiraan dimensi STP : 6m x 4m x 2m (p x l x t)
3.5.3 Sistem Drainase
Air hujan yang turun dari atap disalurkan melalui talang, pipa lalu ke saluran
utama di sekeliling tapak. Penyelesaian air hujan pada semibasement dengan
memompa air dari selokan ke luar sehingga tidak tergenang di semibasement
(lihat lampiran).
3.5.4 Sistem Listrik
Sumber pasokan listrik didapat dari PLN. Gardu listrik dan trafo diletakkan
terpisah dari bangunan untuk alasan kemudahan akses untuk petugas dan untuk
keamanan. Dari ruang PLN, listrik disalurkan ke ruang panel utama, lalu
didistribusikan ke ruang panel distribusi di tiap massa. Genset diperlukan sebagai
sumber listrik cadangan saat listrk padam.
40 Universitas Kristen Petra
3.5.5 Sistem Penghawaan Aktif
Bangunan ini menggunakan 2 sistem penghawaan aktif:
1. Sistem Variable Air Volume sentral dengan ducting, untuk gedung
pertunjukan, dengan pertimbangan:
luas ruangan yang besar
waktu pemakaian relatif sama untuk satu lantai
sistem ini paling sederhana dan lebih hemat energi dibandingkan sistem
sentral-ducting yang lain, sehingga cocok untuk skala bangunan sekolah
yang non komersial.
Sistem ini menggunakan 2 mesin AHU, dengan pembagian sebagai berikut:
mesin 1: untuk lantai 1 yang di dalamnya terdapat recital hall 1&2,
ruang-ruang backstage dan foyer yang pemakaiannya lebih sering untuk
kegiatan latihan mahasiswa.
mesin 2: untuk lantai 2 yang di dalamnya terdapat concert hall, ruang-
ruang backstage, dan foyer yang pemakaiannya lebih dikhususkan
untuk pertunjukan yang lebih serius dan untuk umum.
2. Sistem Variable Refrigerant Volume dengan pipa, untuk bangunan
pendidikan dan administratif, dengan pertimbangan :
ruang-ruang yang banyak dan kecil (ruang latihan perorangan, ruang-
ruang kelas, dan lain-lain)
waktu penggunaan ruang tidak tentu bersamaan
sistem ini sangat hemat energi, dan sangat hemat terutama biaya
operasionalnya karena dapat menyesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap
ruang, sehingga sesuai untuk proyek sekolah yang bukan bangunan
komersial.
Sistem VRV ini berupa 1 unit outdoor yang mampu mengatasi hingga 9 unit
indoor dengan jarak maksimum pipa mencapai 120 meter. Unit indoor yang
digunakan berupa wall-mounted (menempel di dinding) dan tidak perlu
ducting.
41 Universitas Kristen Petra
3.5.6 Sistem Proteksi Kebakaran
Sistem proteksi kebakaran aktif dirancang dengan hidran dan sprinkler. Box
hidran diletakkan setiap radius 35m. Sprinkler diutamakan untuk ruang-ruang
dengan kapasitas orang banyak, seperti concert hall dan recital hall, serta ruang
latihan perorangan. Hidran halaman diletakkan di dua sisi dekat pintu masuk.
Pengendalian kebakaran lainnya yaitu dengan menggunakan material yang tahan
api seperti konstruksi beton dan material finishing yang tidak mudah terbakar.
3.6 Pendalaman Akustik Ruang
Berdasarkan konsep perancangan “flowing and glowing” disadari bahwa
perlu penyelesaian teknis untuk ruang-ruang musik sehingga ruangan tersebut
tidak terganggu oleh suara-suara dari sekitarnya. Untuk pendalaman ini dipilih
ruang konser (Concert hall) yang akan didalami akustika ruangnya, karena
concert hall ini merupakan puncak dari proses pendidikan di konservatorium
tersebut.
Dalam sebuah ruangan musik, hal-hal penting yang berkaitan dengan akustik
adalah suara dari penampil harus dapat didengar dengan jelas oleh penonton,
suara tersebar merata di seluruh ruang, dan suara dari luar tidak boleh masuk.
Oleh karena itu ada tiga hal yang akan dibahas dalam akustik ruang konser ini,
yaitu waktu dengung (reverbration time), ray-diagram analysis, dan insulasi
suara.
Dalam denah dan potongan, sudah dilakukan pengaturan sudut pandang
penonton terhadap lebar panggung dan ketinggian tempat duduk penonton untuk
melihat ke panggung. Dalam (Appleton 131-132), dijelaskan bahwa sudut
pandang penonton tengah di baris paling belakang tidak boleh lebih dari 300 dari
garis tengah hingga ke ujung panggung, sedangkan sudut pandang penonton
sendiri tidak boleh lebih dari 500 diukur dari garis tengah, dimana 50
0 itu sudah
termasuk sudut ketika kepala ikut bergerak tetapi dalam batas yang masih
nyaman.
42 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.22 Sudut pandang horisontal penonton dan penampil
Kiri atas: sudut pandang penonton 400. Kiri bawah : Putaran kepala ke arah
panggung tidak lebih dari 300 dari garis tengah kursi. Kanan : sudut pandang
horisontal penampil.
Sumber : Appleton (2008, p.132)
Gambar 3.23 Denah Concert Hall
Pada potongan dapat dilihat sudut-sudut pandang penonton di tiap-tiap baris
yang dapat melihat ke panggung dengan jelas. Tinggi panggung untuk musik
43 Universitas Kristen Petra
ditetapkan satu meter, dan tinggi pemain musik ketika duduk minimal 60cm.
Selisih tinggi antara penonton satu dengan penonton belakangnya adalah 12cm.
Dan sudut pandang penonton paling belakang ke panggung tidak melebihi 300
dari garis lurus. Adapun plafon ruang konser ini sudah dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat memantulkan suara dan menyebarkannya ke seluruh ruangan
dengan merata.
Gambar 3.24 Potongan memanjang Concert Hall
3.6.1 Reverberation Time
Reverberation time atau waktu dengung adalah waktu yang diperlukan bunyi
untuk berkurang sebesar 60dB (Egan 39). Kontrol terhadap waktu dengung
merupakan hal yang sangat penting dalam desain sebuah auditorium (Doelle 56).
Waktu dengung berbeda-beda di tiap frekuensi, terkait dengan panjang gelombang
bunyi dan kemampuan material penyerap/pemantul bunyi. Untuk ruang konser
musik, waktu dengung yang baik antara 1,4 – 1,7 detik pada frekuensi sedang
(500-1000Hz). Waktu dengung ini diperoleh dengan rumus :
(3.1)
44 Universitas Kristen Petra
dimana RT= reverberation time (detik)
V = volume ruang (m3)
A = total luas material absorpsi dalam ruang (m2 sabins) (Egan 40)
Dari perhitungan waktu dengung pada ruang konser, dapat diketahui
material-material apa saja yang diperlukan pada elemen-elemen ruang seperti
dinding, plafon, lantai, dan pintu. Waktu dengung pada ruang konser ini
memenuhi ketentuan dari frekuensi terendah (125 Hz) hingga tertinggi (4000Hz)
(lihat lampiran).
Secara keseluruhan, material dinding berupa dinding bata yang dilapisi panel
plywood 3mm dengan rongga udara setebal 37mm di belakangnya. Khusus untuk
dinding belakang, digunakan panel diffusor untuk menyebarkan sekaligus
menyerap suara agar tidak kembali ke panggung. Panel diffusor ini juga untuk
mengatasi bentuk dinding yang melengkung, dimana bidang lengkung ini akan
mengumpulkan suara di satu titik.
Bahan lantai secara umum berupa parket kayu setebal 1,4 cm, termasuk
lantai panggung. Lantai kayu ini dapat memantulkan sekaligus meredam suara dan
getaran. Dengan pengaplikasiannya yang diletakkan di atas rangka besi,
memastikan bahwa bunyi di dalam ruang konser tidak merembes ke ruang di
sebelahnya atau di bawahnya. Lantai kayu ini anti gores dan lunak, sehingga
sangat cocok untuk pemain musik yang meletakkan alat musiknya di lantai. Pada
beberapa bagian, ada material lantai yang berupa karpet seperti di tanjakan
panggung dan keramik pada tanjakan tempat duduk penonton. Kombinasi material
lantai ini untuk memenuhi tuntutan waktu dengung.
45 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.25 Detail dinding plywood
Gambar 3.26 Detail lantai panggung
46 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.27 Detail panel diffusor
Bahan plafon berupa gypsum setebal 1 cm, yang digantung pada rangka atas
besi. Konstruksi plafon gantung ini berfungsi sebagai isolasi terhadap suara hujan
dan getaran yang timbul akibat air hujan Gypsum memiliki nilai koefisien
absorpsi yang kecil, sehingga bersifat memantulkan suara. Dengan pola plafon
berundak, suara terpantul merata di seluruh ruangan.
Bahan pintu berupa kayu solid (bulan plywood), setebal 4 cm, merupakan
material yang memantulkan suara. Pintu sebagai jalur akses keluar-masuk orang,
dirancang agar suara tidak bocor, baik dari luar ke dalam atau dari dalam ke luar.
Oleh karena itu perlu adanya sound lock, untuk memastikan suara tidak
47 Universitas Kristen Petra
merembes. Sound lock ini berupa ruang kecil sebagai peralihan orang, dimana di
dalamnya terdiri dari material yang menyerap suara.
Gambar 3.28 Detail Plafon Gantung
Gambar 3.29 Sketsa detail soundlock dan pintu
48 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.30 Interior Concert Hall arah memendek
Gambar 3.31 Interior Concert Hall arah memanjang
3.6.2 Ray-Diagram Analysis
Ray-diagram analysis digunakan untuk mempelajari efek dari bentuk suatu
ruang terhadap distribusi suara serta mengidentifikasi kemungkinan terjadinya
gema (echoes). Pemantulan tunda atau gema terjadi ketika pantulan muncul
kurang dari 1/20 detik, atau ketika selisih jarak tempuh langsung dengan jarak
tempuh pantul lebih dari 20,7 meter. Gaung akan menguatkan bunyi tanpa
mengganggu bunyi asli, sedangkan gema akan membaurkan/membiaskan bunyi
asli sehingga menghasilkan ketidakjelasan bunyi (Mediastika 99). Perhitungan
ray-diagram ini dilakukan dengan mencari selisih antara bunyi terpantul dengan
bunyi yang langsung diterima oleh pendengar. Bunyi terpantul didapat dari
penjumlahan bunyi datang dan bunyi pantul (i+r), kemudian dikurangi bunyi
lansung (d).
49 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.32 Grafik Ray-Diagram
Sumber : Egan (1972, p.147)
Tabel 3.1 Selisih Jarak Bunyi Asli dan Bunyi Pantul Berpengaruh Terhadap
Kualitas Bunyi
Sumber : Egan (1972, p.146)
Tabel 3.2 Perhitungan Ray-Diagram Analysis pada Concert Hall
50 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.33 Pantulan suara langsung dan tidak langsung dalam
Concert Hall
Dari hasil perhitungan ray-diagram analysis yang sudah dilakukan, ruang
konser ini sudah memenuhi persyaratan sebagai ruang musik yang baik, dimana
selisih jarak bunyi terpantul dan bunyi langsung < dari 8,5 meter, sehingga tidak
terjadi gema (echo).
3.6.3 Insulasi Suara
Ruang konser musik sangat sensitif terhadap bunyi yang ada di dalam ruang.
Dengan Noise Criteria 15-20 dB, yang berarti sangat sepi, ruang konser tidak
boleh ada suara-suara yang mengganggu dari luar. Insulasi suara merupakan salah
satu cara untuk menanggulangi penyebaran kebisingan. Prinsip ini merupakan
penggabungan dari refleksi, absorpsi, dan peredaman getaran yang mengikuti
kebisingan. Material yang berfungsi sebagai insulator haruslah memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Berat – objek yang berat akan mampu meredam getaran yang menimpanya
berkat beratnya sendiri. Semakin berat objek, semakin baik perannya
sebagai insulator.
Keutuhan material – berkaitan dengan kerapatan bahan (tanpa celah dan
tidak retak) dan keseragaman material atau homogenitas. Objek yang terbuat
dari material yang homogen memiliki tingkat insulasi yang tetap dan stabil.
51 Universitas Kristen Petra
Elastisitas – Elastisitas akan mengurangi timbulnya resonansi. Semakin
elastis suatu objek, semakin baik insulasinya.
Prinsip isolasi – diperoleh dengan dara menggunakan diskontinuitas struktur
dan elemen ganda, seperti pemakaian dinding dan lantai ganda, serta plafon
gantung. Penggunaan sealant pada kusen jendela dan pintu juga merupakan
penerapan prinsip isolasi (Mediastika 51).
Dalam Mediastika (53), ada beberapa sistem pengukur insulasi suatu
material, yaitu :
Sound Reduction Index (SRI), menunjukkan tingkat kebisingan yang dapat
diredam oleh suatu objek, dengan frekuensi acuan 500Hz. SRI hanya
menunjukkan kemampuan satu jenis material saja dan siukur dalam dB.
Sound Transmission Class (STC), yaitu kemampuan suatu material dalam
meredam bunyi (sound proof) ketika digunakan sebagai konstruksi. STC
dapat digunakan untuk mengukur material kombinasi. STC diukur tanpa
satuan, dari 0 sampai 100. Semakin tinggi nilainya, semakin baik untuk
meredam bunyi.
Transmission Loss (TL), yaitu kemampuan material untuk mengurangi
terjadinya perambatan gelombang bunyi ke balik material karena diserap
oleh material tersebut. Nilai TL diukur dalam satuan dB dan nilainya
tergantung pada frekuensi bunyi.
Prinsip insulasi suara ini diterapkan dalam elemen-elemen ruang, seperti
atap, plafon, lantai, dinding, dan pintu. Oleh karena dalam menentukan dan
mendapatkan data nilai insulasi suatu material cukup sulit (diperlukan penelitian
dan tes laboratorium, terlebih untuk material kombinasi), maka dalam
perancangan ruang konser ini hanya dipegang prinsip-prinsip insulasinya sambil
memberikan perbandingan dari nilai insulasi material sejenis dari data yang sudah
tersedia.
a. Atap – plafon
Penutup atap gedung terbuat dari meterial baja ringan yang beralur untuk
dapat mengikuti bentuk melengkung satu arah. Dengan atap berbahan metal,
diperlukan penyelesaian terhadap bising air hujan. Dalam The Bel and Decibel
(dB), diketahui bahwa suara hujan yang paling lebat adalah 50 dB. Sementara
52 Universitas Kristen Petra
batasan bunyi untuk ruang konser musik adalah 20 dB (Egan 86). Jadi, perlu
material dengan nilai insulasi suara sebesar 30 dB. Insulasi suara dilakukan
dengan :
Menggunakan insulasi semprot setebal 32 mm. Insulasi semprot ini bersifat
homogen, tanpa celah atau retak dan dapat meredam bunyi serta getaran
yang timbul akibat jatuhnya air hujan. Oleh karena itu, insulasi semprot ini
dapat menjadi insulator yang baik.
Rongga udara setinggi sampai dengan 5,5 meter pada ujung tertinggi
ruangan, merupakan penerapan prinsip isolasi diskontinuitas material.
Adanya rongga udara juga akan mengurangi intensitas bunyi hujan yang
masuk.
Menggunakan plafon gypsum setebal 1 cm, dengan nilai STC = 26.
Pemakaian plafon ini juga menerapkan prinsip isolasi elemen ganda, yang
dapat mengurangi intensitas bunyi hujan yang masuk (Doelle 231).
Gambar 3.34 Insulasi pada atap dan plafon Concert Hall
b. Dinding
Dinding menjadi pembatas antara ruang konser dengan ruang-ruang
disebelahnya, seperti foyer dan ruang belakang panggung. Ruang – ruang ini
menjadi tempat tunggu orang banyak, baik penonton pada foyer maupun penampil
di belakang panggung dan seringkali merupakan sumber kebisingan (noise level
53 Universitas Kristen Petra
untuk percakapan normal = 62 dB) (Doelle 139). Oleh karena itu diperlukan
insulasi suara, sebagai berikut :
Dinding ruangan berupa dinding bata setebal 30 cm. Dinding bata
merupakan material yang berat, sehingga memenuhi kriteria sebagai
material insulator, dengan nilai STC cukup tinggi, yaitu 54+ (Doelle 229).
Rongga udara setebal 37 mm, sebagai elemen pemisah (diskontinyu), untuk
menginsulasi bunyi.
Panel plywood setebal 3 mm dengan rangka kayu memiliki nilai STC = 34
(Egan 75), termasuk dalam pengaplikasian prinsip isolasi elemen ganda.
Gambar 3.35 Insulasi suara pada dinding
c. Lantai
Lantai merupakan pembatas ruang antara ruaang konser dengan ruang
recital di bawahnya. Keduanya merupakan ruang unruk pertunjukan musik yang
sangat sensitif terhadap bunyi. Oleh karena itu diperlukan insulasi suara berupa :
Lantai plat beton setebal 10cm memiliki nilai SRI 42 dB (Mediastika 53).
Beton merupakan material yang berat sehingga cocok sebagai insulator
suara.
Rongga udara akibat konstruksi tanjakan lantai kayu, sebagai elemen
pemisah (diskontinyu), untuk menginsulasi bunyi.
54 Universitas Kristen Petra
Lantai kayu setebal 1,4cm di atas multiplek setebal 3 mm memiliki nilai
STC = 47 (Egan 74), termasuk dalam pengaplikasian prinsip isolasi elemen
ganda.
Gambar 3.36 Insulasi suara pada lantai
d. Pintu
Pintu menjadi eleman penhubung antara ruang konser dengan ruang-ruang
lainnya. Karena fungsinya yang harus dapat dibuka-tutup, pintu menjadi bagian
yang paling riskan membocorkan suara dari dalam ke luar dan sebaliknya. Oleh
karena itu diperlukan detail penyelesaian insulasi suara, sebagai berikut :
Pintu pertama dari kayu solid setebal 8 cm dengan bukaan kaca bening 2
cm. antara kayu dan kaca diberi sealant sebagai isolator suara.
Soundlock room, menjadi ruang peralihan di antara pintu pertama dan pintu
kedua, seluas kurang lebih 2 x 2 m2. Ruang ini menjadi pengunci suara
dengan material plafon dan lantai berupa karpet tebal yang sangat menyerap
suara.
Pintu kedua dari kayu solid setebal 4 cm memiliki nilai STC = 34 (Egan 75).
Penggunaan sealmaster pada kaki pintu untuk mencegah bocornya suara
dari dan ke dalam ruang.
55 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.37 Insulasi suara pada pintu dengan soundlock
Gambar 3.38 Sealmaster pada kaki pintu untuk isolasi suara
top related