3. perancangan bangunan 3.1 konsep perancangan 3.1.1 ... · 27 universitas kristen petra 3....
Post on 03-Nov-2020
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Universitas Kristen Petra
27
3. PERANCANGAN BANGUNAN
3.1 Konsep Perancangan
3.1.1 Masalah Desain
Masalah dalam desain adalah bagaimana mencitrakan Akademi Fesyen
Batik tidak hanya sebagai sebuah bangunan pendidikan, tetapi juga mencitrakan
nilai semangat mencintai batik yang diterjemahkan ke dalam bahasa arsitektural
yang lebih modern sehingga dapat diterima dengan baik oleh mayarakat.
Oleh karena itu, agar batik dapat diterima dengan baik oleh masyarakat
tentunya memerlukan suatu proses. Lewat sebuah proses, manusia diajarkan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Kata kunci “proses”
inilah yang menjadi landasan konseptual berpikir dalam mendesain bangunan. Di
mana, agar proses dapat dirasakan, maka sebuah proses harus berjalan
transparan/jelas dan tentunya mempunyai sebuah awal dan akhir yang jelas
sehingga masyarakat dapat mengikuti alur berjalannya sebuah “proses” tersebut.
3.1.2 Pendekatan Perancangan
Berdasarkan masalah desain yang ada, pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan metafora intangible, yakni memetaforkan proses pembuatan
batik ke dalam proses edukasi fesyen, diekspresikan pada pola penataan massa
dan penempatan kebutuhan ruang-ruangnya baik ruang dalam maupun ruang
luarnya sehingga terjadi orientasi ke dalam (diibaratkan seperti menjaga batik)
dan keluar (diibaratkan seperti mengembangkan batik) bangunan yang baik sesuai
dengan tujuan dari didirikannya bangunan.
3.1.3 Pendalaman Perancangan
Pendalaman yang dipilih adalah karakter ruang, diharapkan lewat
pengolahan desain karakter ruang yang tepat, siswa benar-benar merasakan batik
secara nyata.
Universitas Kristen Petra
28
Pada era modern seperti sekarang, perubahan persepsi manusia
tradisional yang disesuaikan dengan kegiatan dalam kehidupan kesehariannya
menyebabkan busana tradisional juga berubah.
Gambar 3.1. Skema konsep pendalaman
Pengambilan konsep cara pemakaian batik yang berbeda pada masa yang
lalu sampai dengan pengembangan masa sekarang inilah yang dipelajari oleh
seorang perancang busana. Karena fesyen adalah original dan inovatif (Ardistia,
2007). Sehingga ketika diterapkan dalam desain, siswa akan menemukan “batik”
di tempat-tempat yang tidak terduga.
§ Pemakaiannya ribet
§ Ketinggalan jaman
§ Kurang sesuai konsep berbusana jaman sekarang yang menitik beratkan kepraktisan
Dulu. Batik sebagai selendang ataupun jarit
Dulu. Batik Cuma dikenal sebagai elemen interior
Batik telah banyak ditinggalkan
Oleh karena itu,
Sekarang. Batik dikembangkan menjadi baju, celana panjang, dll
Sekarang. Batik muncul pada pola lantai, plafon, dinding, bahkan struktur
konsep pengaplikasian
Universitas Kristen Petra
29
Gambar 3.2. Cara pemakaian batik yang berbeda diharapkan dapat memberikan
napas baru dalam dunia fesyen Indonesia
3.2 Aplikasi Konsep pada Bangunan
3.2.1 Konsep Pola Penataan Massa
Pola penataan massa bangunan berorientasi ke dalam dan ke luar tapak.
Hal ini dikarenakan untuk mencintai batik, kita tidak boleh hanya menjaga batik
(orientasi ke dalam), tetapi juga mengembangkan batik (orientasi ke luar)
sehingga batik dapat dirasakan semua lapisan masyarakat, tidak hanya dari
beberapa kalangan tertentu saja.
Hal ini menghasilkan bentukan bangunan multiple mass dengan 5 massa
utama, yakni massa A sebaga i bangunan pusat informasi, massa B sebagai zona
trainning model atau kelas teori, massa C sebagai zona direct learning atau kelas
praktek, massa D sebagai zona on the job trainning atau kafe butik, dan massa E
sebagai zona finishing atau galeri. 5 massa ini kemudian didesain menjadi satu
kesatuan massa kompleks yang tetap memperhatikan kebutuhan-kebutuhan tiap
ruangnya, berdasarkan analisa tapak yang dilakukan terlebih dahulu, sehingga
meminimalisir ruang negatif pada tapak dan menggantikannya dengan ruang
positif berupa open space.
Universitas Kristen Petra
30
Gambar 3.3. Siteplan
Konsep pola penataan massa didasarkan pada kebutuhan kenyamanan
penghuni di dalam bangunan dengan mengutamakan pencahayaan dan
penghawaan alami. Sehingga bangunan lebih difokuskan dengan bentukan
memanjang persegi panjang dibandingkan melebar seperti kotak.
Gambar 3.4. Analisa bentuk bangunan terhadap aliran angin
Sehingga di tengah-tengah tapak didesain menjadi ruang makro yang
cukup besar berupa open space untuk menanggapi kebutuhan tersebut.
? U
Terjadi cross ventilation yang baik
Pada bangunan yang ‘gemuk’, angin hilang di tengah-tengah bangunan
Universitas Kristen Petra
31
Selain berdasarkan konsep, tarikan-tarikan lengkung yang terjadi juga
didasarkan view penangkap dari luar tapak menuju ke dalam tapak, misalnya
adanya space penangkap pada bagian depan bangunan berfungsi menarik minat
pengunjung (massa A).
3.2.2 Konsep Zoning dan Sirkulasi
Terlebih dahulu, ada baiknya kita mengenal sekilas proses pembuatan
batik secara singkat sebagai berikut.
Gambar 3.5. Proses pembuatan batik
Universitas Kristen Petra
32
Dengan demikian,
Gambar 3.6. Skema linear berjalannya proses pembuatan batik
Kemudian, proses pembuatan batik ini dimetaforkan dengan proses
edukasi fesyen.
Universitas Kristen Petra
33
Universitas Kristen Petra
34
Gambar 3.7. Pemetaforaan proses pembuatan batik ke dalam proses edukasi
fesyen berdasarkan kurikulum Kompetensi (KBK)
Sirkulasi. Masing-masing bangunan didesain “langsing”, selain untuk
memenuhi kebutuhan pencahayaan dan penghawaan alami, bangunan memiliki
dua bagian, yakni bagian dalam dan bagian luar yang kemudian membentuk
Universitas Kristen Petra
35
sirkulasi ditata secara linear sesuai dengan konsep pemetaforaan, yakni dari
entrance in bangunan – massa A – massa B – massa C – massa D - massa E –
entrance out bangunan.
Gambar 3.8. Zoning dan sirkulasi
3.2.3 Konsep Bentukan Massa
Berangkat dari konsep “proses” di atas, yang memetaforkan proses
pembuatan kain batik ke dalam proses edukasi fesyen, demikian pula terjadinya
bentuk massa bangunan.
Universitas Kristen Petra
36
Gambar 3.9. Konsep bentukan
Di mana, dari sebuah kain polos menjadi sebuah kain batik yang indah,
demikian pula kain polos tersebut diibaratkan seperti siswa yang baru masuk
sehingga setelah melalui prose edukasi fesyen, siswa tersebut akhirnya menjadi
seorang perancang busana yang cinta akan batik. Hal ini kemudian menghasilkan
analogi bentukan sebagai berikut.
Gambar 3.10. Analogi bentukan yang terjadi
Analogi garis lengkung mempunyai arah ke dalam dan ke luar yang tidak
jelas, sama seperti siswa baru yang sebenarnya sudah mempunyai bakat, tetapi
bakat tersebut belum terasah dengan baik, sehingga lewat pengalaman edukasi di
Universitas Kristen Petra
37
Akademi Fesyen Batik ini, siswa menjadi seorang perancang busana batik dengan
bakat yang sudah terasah dengan baik dianalogikan dengan bentuk lingkaran yang
mempunyai arah ke dalam (menjaga batik) dan ke luar (mengembangkan batik)
yang lebih jelas.
Gambar 3.11. Penerapan konsep bentukan tampak siteplan
Gambar 3.12. Penerapan konsep bentukan tampak perspektif
Kegiatan yang berhubungan
dengan kelulusan siswa
menjadi perancang
busana
Segala aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa
Universitas Kristen Petra
38
3.2.4 Konsep Tampak Bangunan
Secara umum, tampak bangunan didesain mencitakan nilai semangat
dalam ‘berbatik-ria’.
Gambar 3.13. Tampak depan (atas) dan perspektif bird eye view dilihat dari jalan
Kertajaya Indah timur (bawah)
Atap menggunakan warna gradasi dari warna putih ke warna merah bata
dengan warna dasar oranye memberikan kesan modern dan ekspresif. Yang
bilamana dipadukan dengan bentukan massa bangunan menimbulkan perasaan
bebas, berjiwa muda, dan dapat membangkitkan semangat dan kepercayaan diri.
Selain itu, dinding berlubang dengan motif yang hampi menyerupai batik
ini memberikan persepsi visual kepada pengunjung bahwa batik tidak lagi
menjadi sesuatu yang old fashioned dan membosankan. Tampil dinamis sebagai
struktur kerangka dinding massa E (galeri) pada depan tampak bangunan, pola
yang menyerupai batik ini menjadi suatu aksen yang unik tetapi tetap fungsional.
Universitas Kristen Petra
39
Gambar 3.14. Konsep tampak bangunan
Gambar 3.15. Pola konstruksi dinding bermotif
3.2.5 Pendalaman Karakter Ruang
Karakter ruang pada bangunan ini didesain dengan memanfaatkan
permainan sinar matahari dan bayangan. Tidak dapat dipungkiri, cahaya buatan
juga turut berperan dalam menciptakan suasana ruang.
Berikut penjelasannya.
Universitas Kristen Petra
40
Massa A
Lewat sidelight berwarna hijau segar, pada dinding ruangan muncul
bayangan kecil berbentuk persegi panjang yang menjadi sebuah aksen utama
ketika orang pertama kali memasuki bangunan.
Gambar 3.16. Sidelight pada dinding berwarna hijau segar (kiri) dan perspektif
interior massa A (kanan)
Ruang interior menggunakan lampu halogen berwarna putih yang
meyerupai sinar matahari seakan-akan di dalam ruangan memancarkan kehidupan
yang menyimbolkan massa A berisi segala informasi mengenai seluruh bangunan.
Karena massa menghadap timur, ruangan mendapatkan sinar matahari secara
optimal sampai dengan pk. 09.00 sampai pk. 10.00 saja, hal ini ditanggapi dengan
penggunaan warna-warna terang yang didominasi warna putih dan sedikit hijau
segar dan merah muda.
Ruangan yang memang sengaja didesain tertutup ini, membuat
pengunjung yang datang segera dialihkan perhatiannya untuk memasuki area
galeri, sehingga kegiatan belajar mengajar siswa tetap terjaga privasinya.
Universitas Kristen Petra
41
Gambar 3.17. Pengunjung (kuning) dialihkan segera menuju galeri dengan
bantuan visual berupa dinding masif (biru)
Massa B
Berjalan di sepanjang selasar dengan sinar matahari menembus lubang-
lubang pada dinding memberikan pemandangan kontras antara cahaya dan
bayangan, menjauhkan kesan monoton dari sebuah lorong.
Dinding setebal 35 cm ini tidak sekedar memenuhi persyaratan estetika
saja, tetapi juga persyaratan sebagai struktur dinding pemikul dan pembayangan
bangunan.
Gambar 3.18. Selasar unik pada bangunan training model
Universitas Kristen Petra
42
Lebih dari itu, bayangan yang menyerupai motif batik ini memberikan
perasaan menyatu antara siswa dengan bangunan. Sehingga di sini siswa benar-
benar merasakan batik secara nyata (sesuai dengan tujuan didirikannya
bangunan).
Massa C
Bayangan pada massa C ini langsung membayangi ruang-ruang kelas
praktek sehingga bayangan yang ada seperti sedang “membatik” ruangan. Siswa
seperti melihat contoh dan dapat langsung dipraktekkan.
Gambar 3.19. Bayangan menyerupai motif batik pada pola lantai
Lampu yang digunakan adalah lampu halogen berwarna putih sehingga
menerangi ruang semi-outdoor ini secara diffuse lewat pantulan dari plafon
berwarna hijau segar. Sehingga di dalam ruangan tercipta suasana ruang yang
lebih hidup, cerah, menciptakan kesan mengundang, aktif, dan membangkitkan
semangat.
Massa D
Suasana redup dengan plafon yang direndahkan dari ketinggian aslinya
dicat warna hitam dan didesain menyerupai motif batik ini memberikan kesan
santai yang didukung dengan adanya kolam pada bawah lantai. Diletakkan lampu-
lampu downlight di bawah kolam yang menyorot plafon.
Universitas Kristen Petra
43
Gambar 3.20. Tercipta Suasana interior yang ekletik yang menarik
Bagi pengunjung, bangunan kafe butik ini merupakan titik akhir dari
“brainstroming” pengenalan mereka akan fesyen batik, sehingga mereka
merasakan suasana interior eklektik, yakni gaya modern dan simple berpadu
dengan unsur tradisional yang kuat lewat pola plafon yang menyerupai motif
batik.
3.3 Sistem Struktur
3.3.1 Struktur Utama
Sistem struktur menggunakan sistem rangka dengan kolom dan balok
baja. Meskipun bangunan hanya berlantai 1-2, tetapi memiliki bentang kolom
yang cukup lebar, yakni di antara 8 meter, 10 meter dan 12 meter akibat betukan
lengkung. Hal ini dikarenakan bentang kelas yang mencapai 10 m, sehingga lebih
efektif bila menggunakan baja untuk menghindari tinggi balok yang besar. Bila h
balok beton adalah 1/10-1/12 bentang, maka baja wf dapat mencapai 1/25 bentang.
Hitungan ini memungkinkan karena bangunan hanya 2 lantai. Untuk atap stengah
pelana menggunakan rangka balok baja 20/40.
Di beberapa tempat, dindingnya menjadi struktur pemikul beban dengan
model kerangka diagonal.
Universitas Kristen Petra
44
Gambar 3.21. Pola konstruksi dinding bermotif
3.3.2 Struktur Penutup
Dinding pengisi sebagian menggunakan material batako, sedangkan pada
dinding stuktur pemikul, konstruksinya menggunakan beton precast yang ditutup
dengan GRC board.
Penutup atap menggunakan colorbond zincalume 5mm. Untuk
menghindari bunyi yang mengganggu pada atap ketika hujan, sesudah balok baja
ada roof mash, aluminium foil, glasswool baru kemudian ditutup dengan
zincalume.
Gambar 3.22. Aksonometri struktur
3.4 Sistem Utilitas
3.4.1 Air Bersih
bangunan 2 lantai hanya terdapat pada bangunan training model, di mana
pada lantai 2 air bersih hanya digunakan untuk ruang WC. Oleh karena itu, secara
Universitas Kristen Petra
45
keseluruhan, bangunan menggunakan system up feed, dengan tendon bawah yang
terletak pada lantai basement sehingga tidak memerlukan ruang untuk tandon atas.
Untuk kebutuhan khusus pada bangunan direct learning, yakni area
workshop II yang terletak pada lantai 2, penyalurannya dari tandon bawah
dipompa menuju tandon sementara di bawah taman tanaman pewarna alami.
Gambar 3.23. Skema penyaluran air bersih
Gambar 3.24. Aplikasi sistem distribusi air bersih pada tapak
Penghitungan kapasitas tandon bawah berdasarkan rata-rata pemakaian
air yakni sebagai berikut:
PDAM meteran tandon bawah
pompa 1
pompa 2 tandon sementara
distribusi
distribusi
Tandon bawah
Tandon sementara
Pergerakan air
Meteran
Universitas Kristen Petra
46
- Rata-rata pemakaian air per hari:
Siswa : 40 orang
Guru/karyawan : 41 orang
- Kebutuhan air bersih untuk siswa = 40 x 100 liter = 4.000 liter
- Kebutuhan air bersih untuk guru/karyawan = 41 x 100 liter = 4.100 liter
- Total kebutuhan air bersih per hari = 8.100 liter
- Jadi, kapasitas tandon bawah = 8.100 liter = 8.1 meter kubik = 8 meter kubik
- Ukuran tandon bawah utama = 2 x 2 x 2 m3
3.4.2 Pembuangan
Sistem pembuangan bangunan menggunakan STP dan sumur resapan.
Untuk bangunan kelas teori dimana terdapat area workshop perendaman
dan penjemuran kain pada lantai 2, sebelum air limbah dialirkan ke saluran kota,
air limbah diolah terlebih dahulu. Terdapat ruang mekanikal tepat di bawahnya
pada lantai 1 yang didalamnya terdapat STP khusus sehingga ketika dibuang tidak
mencemari air saluran kota.
Gambar 3.25. Sistem pengolahan air limbah
3
1
2
1
2
3
Area workshop
Ruang mekanikal (STP)
Saluran kota
Universitas Kristen Petra
47
Gambar 3.26. Aplikasi sistem pembuangan pada area workshop
3.4.3 Listrik
Distribusi listrik pada bangunan dibagi menjadi 2 distribusi utama.
Distribusi listrik pertama, jam pemakaian dari pk. 08.00 – pk. 05.00 pada
bangunan kelas teori (massa B) dan kelas praktek (massa C).
Distribusi listrik yang kedua, jam pemakaian dari pk.07.00 – pk.21.00
pada bangunan pusat informasi (massa A), bangunan kafe butik (massa D), dan
bangunan galeri (massa E).
Ruang panel utama dan ruang genset diletakkan berdekatan pada lantai
basement. Kemudian dari ruang panel utama distribusi langsung ke 2 subpanel di
lantai 1. Satu subpanel berada di ruang toko buku pada bangunan kelas teori dan
satu lagi berada di dapur pada bangunan kafe butik.
Gambar 3.27. Skema distribusi listrik PLN
S
A
L
U
R
A
N
K
O
T
A
PLN Trafo Meteran MDP Subpanel I
Subpanel II
genset
Universitas Kristen Petra
48
Gambar 3.28. Aplikasi sistem listrik pada tapak
Subpanel 1
Subpanel 2
Trafo
top related