3. perancangan bangunan 3.1 konsep dasar …...konsep dasar perancangan ini akan dipakai dalam...
Post on 20-Oct-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
20
Universitas Kristen Petra
3. PERANCANGAN BANGUNAN
3.1 Konsep Dasar Perancangan
3.1.1 Landasan Teori
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, dapat disimpulkan
bahwa wanita penderita depresi ringan memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut:
Berdasarkan data dari Lubis (2009) didapati bahwa kondisi penderita
depresi ringan adalah:
- Tidak percaya diri/malu
- Sensitif
- Merasa diri tidak berguna
- Merasa bersalah
- Merasa terbebani
Dengan kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa wanita penderita
depresi ringan akan merasa malu sehingga membutuhkan ruang yang privat.
Berdasarkan data dari Meier (1994). Jakarta: BPK Gunung Mulia”
didapati bahwa kondisi penderita depresi ringan adalah:
- Sedih /murung
- Mengalami penderitaan saat berpikir
- Mengalami kekuatiran yang berlebihan
- Merasa terbebani
- Pikirannya berubah kacau
Dengan kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa wanita penderita
depresi ringan takut merasa sendiri dan terisolasi sehingga membutuhkan ruang
yang tidak mengungkung mereka.
Melalui penggabungan keduanya, maka lahirlah sebuah konsep sebuah
panti rehabilitasi yang membuat penghuninya dapat merasa privat tetapi tidak
terkungkung.
Konsep ini menjadi konsep utama yang menjawab permasalahan disain,
dimana melalui adanya panti rehabilitasi ini, wanita penderita depresi ringan dapat
http://www.petra.ac.id/http://dewey.petra.ac.id/dgt_directory.php?display=classificationhttp://digilib.petra.ac.id/help.htlm
-
21
Universitas Kristen Petra
tertarik untuk datang berobat, tanpa merasa malu dirinya dilihat atau bertemu
orang di dalamnya, dan bila hasil diagnosa menentukan bahwa pasien perlu
dirawat di unit rawat inap, pasien dapat merasa betah tinggal tanpa merasa
tertekan atau terkurung di dalamnya. Perasaan betah tersebut akan mendukung
pelaksanaan terapi-terapi yang menjadi fasilitas panti ini sehingga pasien dapat
lebih mudah disembuhkan.
Konsep dasar perancangan ini akan dipakai dalam pendekatan, tata letak
massa, pengolahan tampak, hingga pendalaman.
3.2 Fasilitas Proyek
Fasilitas yang ada dalam panti rehabilitasi ini disesuaikan dengan syarat
holistic care yang telah disebutkan pada bab 1. Besaran ruang didapatkan melalui
program ruang dan studi ruang gerak yang tercantum pada lampiran. Pada
pengaplikasiannya, ada beberapa besaran ruang yang berubah sesuai dengan
kebutuhan. Berikut merupakan fasilitas-fasilitas yang ada dalam proyek ini:
Fasilitas Tamu & Pengelola
- Lobby tamu
- Ruang tunggu
- Customer service
- Toilet
- Ruang direktur
- Ruang rapat
- Ruang Arsip
- Ruang Staf Tata Usaha
- Ruang Staf Keuangan dan Pembukuan
- Ruang Staf Personalia
- Ruang Staf Humas dan Publikasi
- Ruang Staf Rehabilitasi
- Ruang Staf Pemeliharaan Fisik dan Mental
- Ruang fotokopi
- Gudang Pusat
-
22
Universitas Kristen Petra
- Ruang PABX
- Ruang Sekuriti
Fasilitas Unit Rawat Jalan
- Lobby rawat jalan
- Ruang tunggu
- Ruang diagnosa
- Ruang medical record
- Ruang Serbaguna
- Toilet
Fasilitas Unit Rawat Inap
- Lobby rawat inap
- Ruang makan
- Poliklinik
- Hunian (terdiri dari kamar standart, VIP dan ruang tamu)
- Cottage VVIP (sebagai ruang isolasi sementara)
- Ruang Perawat
- Ruang Sublinen
- Toilet
Fasilitas Terapi
- Terapi individu
- Ruang konselor
- Terapi kelompok
- Terapi seni menggambar
- Ruang doa
- Ruang bimbingan rohani
- Ruang Interaksi alam (meditasi)
- Toilet
Unit rawat inap dan unit rawat jalan memiliki fasilitas terapi masing-
masing
-
23
Universitas Kristen Petra
Fasilitas Rekreasi
- Kolam renang
- Ruang ganti dan toilet
- Ruang mesin kolam
- Ruang interaksi sosiofugal
- Ruang interaksi sosiopetal
- Ruang interaksi kelompok
Fasilitas ini hanya ada dalam Unit Rawat Inap
Fasilitas Servis dan Mekanikal
- Gudang alat
- Gudang makanan
- Ruang makan dan istirahat karyawan
- Ruang pompa
- Ruang panel
- Ruang tangki solar
- Ruang genset
- Ruang laundry
- Ruang sampah
- Ruang linen pusat
Fasilitas Parkir
- Parkir mobil unit rawat jalan dan tamu
- Parkir mobil unit rawat inap
- Parkir motor pengunjung dan pengelola.
3.3 Pendekatan Sirkulasi
Setelah mendapatkan ukuran yang sesuai dengan studi besaran ruang,
maka ruangan-ruangan di atas disusun berdasarkan hubungan ruang.
-
24
Universitas Kristen Petra
Gambar 3.1 Hubungan Ruang
Lobby dibagi menjadi 3 dengan pertimbangan bahwa tidak setiap orang
yang datang ke panti memiliki tujuan yang sama.
Pada lobby tamu, pengunjung yang datang memiliki keperluan informasi
pelayanan panti rehabilitasi atau hanya ingin membayar biaya rawat tinggal bagi
anggota keluarganya yang menetap dalam waktu yang cukup lama.
Pada lobby rawat jalan dan pasien baru, pengunjung yang datang
memiliki keperluan pemeriksaan diri. Bagi pasien baru, wajib diperiksa di ruang
diagnosa untuk memutuskan perlu tidaknya pasien tersebut dirawat di unit rawat
inap. Bila tidak perlu, pasien tersebut akan meneruskan aktivitasnya dalam zona
hijau (rawat jalan). Namun jika diharuskan menjalani rawat inap, pasien dapat
langsung melewati jalur koneksi yang ada pada ruang diagnosa, menuju ke zona
merah (rawat inap).
Pada lobby rawat inap, pengunjung yang datang memiliki keperluan
membesuk teman atau kerabat yang dirawat di unit rawat inap. Dalam unit ini,
pembesuk memiliki jalur sirkulasi yang berbeda dengan pasien. Hal ini dilakukan
untuk menjaga privasi pasien yang ada di dalamnya. Bila ada pasien unit rawat
inap yang tidak dibesuk oleh kerabatnya, pasien tersebut masih memiliki ruang
privat untuk menghindar dari rasa kecemburuan.
Pada terapi individu, terdapat koneksi antara unit rawat inap dengan unit
rawat jalan. Bila salah satu zona membutuhkan ruang terapi lebih, maka akan
-
25
Universitas Kristen Petra
dibuka jalur koneksi sehingga ruang terapi dapat mencukupi kebutuhan kuantitas
pasien, namun tetap kontrol tertinggi berada pada unit rawat inap, sehingga hanya
staf unit rawat inap yang berhak memutuskan untuk membuka jalur koneksi
tersebut atau tidak.
Berikut adalah penerapan sirkulasi pada desain:
Gambar 3.2 Denah Lantai 1
Jalur sirkulasi yang ada pada bangunan ini berada di luar, tidak terbatasi
oleh dinding di kedua sisinya, karena disesuaikan dengan konsep “tidak
terkungkung”, namun tetap privat karena adanya bangunan yang memisahkan
jalur sirkulasi, sehingga pada saat seseorang berada di salah satu zona, akan sulit
terlihat dari zona lainnya. Agar tidak kehujanan, sirkulasi menempel pada salah
satu dinding bangunan dan memanfaatkan teritisan bangunan tersebut.
-
26
Universitas Kristen Petra
Gambar 3.3 Sirkulasi Unit Rawat Jalan dan Tamu
Bagian yang dilingkari dengan warna merah merupakan koneksi dari
unit rawat inap ke unit rawat jalan.
Gambar 3.4 Sirkulasi Unit Rawat Inap
Di luar jam besuk, sirkulasi pembesuk bagian atas digunakan sebagai
sirkulasi servis yang melayani kebutuhan linen. Ruang sublinen dilingkari dengan
warna kuning.
Keterangan:
sirkulasi tamu
sirkulasi unit rawat jalan
Keterangan:
sirkulasi pasien rawat
inap
sirkulasi pembesuk
Koneksi ke unit rawat inap
-
27
Universitas Kristen Petra
3.4 Tata letak massa
Letak massa disesuaikan dengan pembagian zoning dan arah kontur.
Gambar 3.5 Site Plan
Beberapa massa diletakkan untuk menghalangi pandangan, seperti pada
kantor pengelola yang diletakkan di bagian depan untuk menghalangi pandangan
orang di luar site terhadap lobby unit rawat jalan. Lobby rawat inap diletakkan
dengan arah massa yang berbeda dengan yang lainnya untuk menghalangi
pandangan langsung dari arah parkir menuju ke dalam unit rawat inap. Pada
bagian tengah tapak diberi massa untuk memperjelas pemisahan zona.
Agar pengunjung dapat mengetahui dimana tempat perhentian untuk
mencapai lobby, maka terdapat dropping area dan penanda massa yang
menunjukkan tempat dimana lobby itu berada.
1
2
3
3
4
5 6
6 6
6
7
8
9
9
10
10 11
12
Legenda:
1. Lobby tamu, kantor pengelola 7. Cottage VVIP
2. Lobby URJ, hall, r.diagnosa 8. R. Interaksi alam
3. Terapi alternatif 9. R. Interaksi sosiofugal
4. Gedung Psikoterapi 10. R. Interaksi sosiopetal
5. Lobby URI, r.makan, servis 11. R. Interaksi kelompok
6. Hunian 12. Kolam renang
-
28
Universitas Kristen Petra
Gambar 3.6 Lobby Rawat Jalan dan Pasien Baru
Gambar 3.7. Lobby Customer Service
Gambar 3.8 Lobby Rawat Inap
-
29
Universitas Kristen Petra
3.5 Pengolahan Tampak, Ruang dan Sistem Struktur Bangunan
Tampak bangunan didesain menyerupai rumah sehingga tidak terkesan
dingin dan menakutkan. Keserasian warna dan penggunaan material kayu
diseragamkan untuk memberikan kesan unity sehingga orang yang ada di luar site
dapat mengenali bangunan panti seperti layaknya sebuah district.
Gambar 3.9 Tampak Bangunan
Tidak hanya tampak dari luar bangunan yang menyerupai rumah, tetapi
juga interior di dalam hunian, didesain seperti layaknya sebuah rumah.
Gambar 3.10 Interior
-
30
Universitas Kristen Petra
Sistem struktur yang ada pada bangunan juga menggunakan system
struktur rumah tinggal 2 lantai, dengan penggunaan kolom praktis, rangka kuda-
kuda kayu 6/12, gording 8/12, usuk 5/7, reng dan genteng beton flat ducotile.
Sistem struktur yang berbeda di dalam tapak hanya ada pada gedung
serbaguna. Yang diinginkan bebas kolom pada tengah ruangannya sehingga
digunakan kolom berdiameter 40 cm dan rangka atap baja ringan. Selain itu,
perbedaan sistem struktur terdapat pada gedung psikoterapi, dimana perbedaan
kontur menciptakan split-level pada bangunan tersebut. Untuk menghindari
bahaya longsor, maka dilakukan pemisahan kolom (dilatasi) sehingga fondasi
pada kolom dilatasi tersebut terpisah.
Gambar 3.11 Sistem Struktur
3.6 Pendalaman Ruang Interaksi Outdoor
Karena wanita yang memiliki masalah lebih suka menceritakan
permasalahannya di bandingkan dengan pria (Soeharjono, Lestari. 1991), maka
terdapat 4 ruang interaksi outdoor yang didisain sesuai dengan kebutuhan
pengguna yang beragam. Lokasi ruang interaksi outdoor masing-masing telah
ditunjukkan pada gambar 3.5 site plan.
-
31
Universitas Kristen Petra
3.6.1 Ruang Interaksi Alam
Merupakan perwujudan dari terapi alam dengan menerapkan visualisasi
4 elemen yang telah dijelaskan pada bab 1. Api diterapkan melalui lilin
aromaterapi, angin diterapkan melalui alam bebas, air diterapkan melalui kolam
dan tanah diterapkan melalui greenwall (detil greenwall dapat dilihat pada
lampiran). Dengan adanya ruang interaksi alam ini, setiap individu diharapkan
lebih mendekatkan diri pada alam melalui meditasi.
Gambar 3.12 Meditasi
3.6.2 Ruang Interaksi Sosiofugal
Merupakan sebuah ruang dengan tatanan yang mampu mengurangi
interaksi sosial. Ruang ini terletak pada area yang dilewati oleh sirkulasi
pembesuk dengan alasan, pada saat pasien dan pembesuk saling bertemu, mereka
membutuhkan ruang privat untuk saling bercerita dan berbagi pengalaman, serta
perasaan. Setiap bangku yang terbuat dari marmer tersebut diberi pembatas yang
pada malam hari dapat berfungsi sebagai alat penerangan sehingga bangku
tersebut hanya menampung kapasitas 2-4 orang dengan penataan yang tidak saling
berhadap-hadapan dengan pasien atau pembesuk lain.
Gambar 3.13 Ruang Interaksi Sosiofugal
-
32
Universitas Kristen Petra
3.6.3 Ruang Interaksi Sosiopetal
Merupakan sebuah ruang dengan tatanan yang mampu menfasilitasi
interaksi sosial. Ruang ini terletak di dalam area rawat inap sebagai tempat
berinteraksi bagi pasien dengan kelompok-kelompok kecil di luar huniannya
masing-masing. Tempat ini juga dapat digunakan sebagai tempat berbagi bersama
sesama pasien bila mereka sedang tidak dikunjungi oleh para pembesuk. Bangku
pada ruang interaksi sosiopetal juga menggunakan bahan marmer dengan peneduh
berupa pohon jeruk yang menghasilkan aroma segar. Setiap bangku yang
berhadapan memungkinkan sekelompok kecil berjumlah sekitar 6-8 orang untuk
berinteraksi.
Gambar 3.14 Ruang Interaksi Sosiopetal
3.6.4 Ruang Interaksi Kelompok
Merupakan ruang interaksi kelompok besar yang dapat digunakan oleh
seluruh penghuni panti secara bersamaan. Bagian tengahnya merupakan area
senam dengan kombinasi paving dan rumput golf lembut untuk mengurangi
perkerasan. Bagian tengah tersebut menjadi pemisah ruang berkumpul yang
terbagi menjadi 2 bagian. Pembagian ruang berkumpul tersebut dilakukan dengan
alasan usia pasien yang memiliki range cukup besar sehingga bila dalam
pelaksanaanya dibutuhkan pemisahan kelompok, ruang terpisah tersebut telah
disediakan. Namun tidak menutup kemungkinan bila seluruh penghuni diinginkan
-
33
Universitas Kristen Petra
untuk berkumpul bersama karena separuh bagian ruang ini memiliki luas 120 m2
sehingga mampu menampung seluruh pasien secara bersamaan.
Gambar 3.15 Ruang Interaksi Kelompok
Daerah yang dilingkari merah tersebut merupakan panggung
multifungsi, bila dibuka dapat dipergunakan sebagai wadah api unggun atau
perapian barbekiu.
Material yang digunakan adalah kalsiboard karena merupakan material
tahan api. Kalsiboard tersebut dapat dilapisi dengan polyurethane yang
keterangannya terdapat pada lampiran.
Keempat ruang interaksi outdoor tersebut terbentuk dari penggalian
kontur sehingga membentuk ruang semu yang tetap privat tetapi tidak
terkungkung.
-
34
Universitas Kristen Petra
3.7 Sistem Utilitas
Berikut adalah utilitas yang telah dirancang di dalam site:
Gambar 3.16 Sistem Utilitas
Keterangan:
Saluran air hujan
Saluran air kotor dan kotoran
Saluran air bersih
Saluran listrik
Pada daerah berkontur, air hujan merupakan salah satu masalah penting
yang harus teratasi dengan baik, terlebih untuk membentuk ruang interaksi
outdoor tersebut dilakukan penggalian kontur. Sebagai solusi, maka pada lantai
ruang interaksi outdoor diberi kemiringan 1-2o pada bagian ujungnya dan berakhir
pada got yang tersambung pada saluran kota, sehingga bila terjadi hujan, air akan
mengalir pada got tersebut.
-
35
Universitas Kristen Petra
Untuk menampung air kotor dan kotoran, dipakai septictank dam sumur
resapan yang tersebar pada 6 bagian yang letaknya dekat dengan jalan untuk
memudahkan maintenance-nya.
Untuk saluran listrik, dari ruang panel pusat dibagi menjadi 6 subpanel
yang mewakili 6 kelompok massa. Genset melayani unit rawat inap sehingga pada
saat listrik padam, bagian unit rawat inap dapat tetap menyala.
Untuk aliran air bersih, dipakai sistem downfeed, sehingga pada saat
mati lampu air tetap dapat mengalir. Selain tandon pusat, terdapat 2 buah tandon
cadangan untuk melayani seluruh kebutuhan air dalam tapak di saat-saat genting
karena faktor kebersihan sangat penting dalam sebuah panti rehabilitasi.
Pada setiap kolam, terdapat katup pengontrol yang mengatur debit air
dan kapasitasnya. Bila air kolam telah penuh, katup akan menutup sehingga air
kolam tidak terus terisi. Hal ini dilakukan untuk menghindari melubernya air
kolam ke kontur yang lebih rendah karena kolam-kolam dalam site berada di
kontur yang tinggi.
master index: back to toc: help: ukp:
top related