2008truba-manunggal.com/data/report/annual report 2008 final.pdf · 1 securing the future 2 sekilas...
Post on 19-Aug-2018
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Securing the Future
2008Laporan Tahunan
Annual Report
Misi• Memproduksi dan menyediakan berbagai
produk dan jasa dengan standar kualitas tinggi, tepat waktu, dan efisien dalam biaya, baik dalam hal produksi maupun jasa.
• Mempergunakan kemampuan teknis dan teknologi yang tepat dan ditujukan untuk memberikan solusi yang inovatif.
• Memahami kebutuhan, memberikan solusi atas masalah serta melampaui ekspektasi klien.
Mision• Produce and provide products and services that
are of high quality standards, punctual, and
cost efficient both in terms of production and
services.
• Utilize technical abilities and technologies that
are appropriate and are dedicated towards
providing innovative solutions.
• Understand needs, provide solutions to problem
as well as exceed client expectations.
Visi Menjawab tantangan engineering dan
penghasil listrik
Vision To respond to the challenges of
engineering and power generation
Daftar IsiContents
1 Securing the Future 2 Sekilas Perusahaan Company in Brief 3 Struktur Bisnis Business Structure 4 Tinjauan Usaha Business Overview 6 Ikhtisar Keuangan Financial Highlights 8 Kegiatan Perusahaan-Jejak Langkah Corporate Event-Milestones 9 Penghargaan 2008 2008 Awards 10 Nilai-nilai Perseroan Corporate Values 12 Laporan Komisaris Utama Report of the President Commissioner 18 Laporan Direktur Utama Report of the President Director 24 Laporan Operasional Operational Report 26 Strategi Kemitraan Usaha Partnership Business Strategy 30 Tinjauan Bisnis Business Review 46 Tinjauan Keuangan Financial Review 48 Ringkasan Informasi Keuangan dan Data Operasional Summary of Financial Information and Operating Data 53 Nilai Tukar dan Pengawasan Nilai Tukar Exchange Rates and Exchange Controls 55 Pembahasan dan Analisis Manajemen Atas Kondisi Keuangan dan Hasil Operasi Management’s Discussion and Analysis of Financial Condition and Results of Operations 64 Ringkasan Perbedaan Utama antara PSAK Indonesia dengan US GAAP Summary of Principal Differences between Indonesian GAAP and US GAAP 70 Sumber Daya Manusia dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Human Resources and Corporate Social Responsibility 72 Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan Health, Safety and Environment 76 Manajemen Risiko Risk Management 82 Teknologi Informasi Information Technology 84 Strategi Ke Depan Forward Strategy 86 Tata Kelola Perusahaan Corporate Governance 91 Laporan Komite Audit Audit Committee Report 92 Tanggung Jawab atas Laporan Tahunan 2008 dan Laporan Keuangan 2008 Responsibilities towards the 2008 Annual Report and 2008 Financial Statements 93 Informasi Perusahaan Corporate Information 94 Profil Dewan Komisaris Board of Commissioners’ Profiles 96 Profil Direksi Board of Directors’ Profiles 98 Data Perusahaan Corporate Data 99 Laporan Keuangan Financial Report
Truba Manunggal 2008 Annual Report 1
Securing the Future
Tahun fiskal 2008 membawa beragam tantangan bagi perekonomian Indonesia dan khususnya sektor energi. Tingginya harga minyak bumi pada semester pertama tahun tersebut, yang kemudian menurun seiring dengan terjadinya krisis likuiditas dan perlambatan ekonomi global, telah berdampak signifikan pada kinerja ekonomi nasional. Di tengah berbagai tantangan tersebut, Truba Manunggal mempu terus berkiprah sebagai mitra terpercaya dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur nasional.
The Fiscal year 2008 presented many challenges to the Indonesian economy, particularly for the energy sector. Peak oil prices experienced in the first semester of the year and their subsequent decline as a result of the global liquidity crisis and economic slowdown had a significant impact on the national economy. Despite these challenges Truba Manunggal will continue to serve the nation as a trusted partner for national infrastructure development.
2 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Sekilas PerusahaanCompany in Brief
PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (“Truba Manunggal” atau
“Perusahaan”) adalah sebuah perusahaan listrik yang terintegrasi
penuh, dengan spesialisasi dalam hal Engineering, Pengadaan dan
Konstruksi (EPC), Produksi Listrik Independen (IPP) serta Pertambangan
dan Perdagangan Batubara. Selain bergerak dalam sektor listrik,
Perusahaan juga menyediakan jasa EPC untuk industri Minyak dan
Gas maupun beragam industri lain seperti pertambangan, petrokimia,
pupuk, semen serta serbuk kertas dan kertas. Mayoritas kegiatan
Truba Manunggal diselenggarakan di Indonesia, namun juga terlibat
dalam kontrak internasional di Timur Tengah.
Perusahaan memiliki lebih dari 30 tahun pengalaman dalam kontrak
umum dan perencanaan teknis untuk pengembangan infrastrukstur
di Indonesia. Di masa lalu, Perusahaan telah menjadi kontraktor
pembangkit listrik dan industri yang dominan. Truba Manunggal
terlibat dalam pembangunan lebih dari 90% pembangkit listrik
tenaga batubara dan gas milik PLN dengan kapasitas terpasang
keseluruhan lebih dari 15.000 MW. Perusahaan merupakan satu-
satunya kontraktor EPC domestik dengan sertifikasi EPC yang dapat
merancang dan memasang boilers pembangkit listrik dengan kapasitas
lebih dari 300 MW. Sebagai bagian dari operasional EPC, Perusahaan
juga berperan dalam penyediaan jasa pemeliharaan bagi pembangkit
listrik dan industri. Perusahaan saat ini tengah melakukan ekspansi ke
arah pembangunan pembangkit listrik dengan energi terbarukan.
Truba Manunggal didirikan pada tanggal 21 Januari 2001. Fokus
utama Perusahaan adalah untuk membantu Pemerintah Indonesia
dalam mengatasi kekurangan pasokan listrik pada jaringan-jaringan
distribusi utama yang ada di Jawa-Bali maupun memperluas
ketersediaan listrik ke daerah terpencil dan pasar yang masih belum
tersedia listrik. Hal ini dilakukan melalui pembangunan intensif dan
penyelenggaraan pembangkit listrik tenaga batubara yang akan
mengurangi ketergantungan negara terhadap listrik tradisional
berbasis diesel. Truba Manunggal menjadi perusahaan publik
pada tanggal 16 Oktober 2006. Saham-saham Perusahaan saat ini
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (“Truba Manunggal” or
“the Company”) is a fully integrated power company specializing in
Engineering, Procurement & Construction (EPC), Independent Power
Production (IPP) and Coal Mining & Trading. In addition to its work
in the power sector, the Company also provides EPC services to the
Oil & Gas industry as well as to a range of other industries including
mining, petrochemicals, fertilizers, cement and pulp & paper. While the
majority of Truba Manunggal’s activities are conducted in Indonesia, it
is also engaged in international contracts in the Middle East.
The Company has over 30 years experience in general contracting
and technical planning for infrastructure development in Indonesia.
Historically it has been the nation’s dominant power and industrial plant
contractor. Truba Manunggal has been involved in the construction
of over 90% of PLN’s coal-fired and gas-fired power plants with an
installed capacity totalling more than 15,000 MW. Truba Manunggal is
the only domestically certified EPC contractor to design and assemble
power plant boilers with capacities above 300 MW. As a part of its EPC
operations, the Company is also involved in providing maintenance
services to Indonesian power and industrial plants and is currently
expanding into the construction of renewable energy power plants.
Truba Manunggal was incorporated on January 21, 2001. The
Company’s primary focus is to assist the Indonesian Government
in addressing critical electricity supply shortages in the existing
distribution networks of the main Java-Bali power grid and to expand
the availability of electricity to outlying frontier and underserved
markets. This has mainly proceeded through the intensive construction
and commissioning of coal-fired plants which will reduce the nation’s
dependence on traditional diesel based sources of power. Truba
Manunggal became a publicly listed company on October 16, 2006,
which it shares of the company are currently traded on the Indonesia
Stock Exchange.
Truba Manunggal 2008 Annual Report 3
Struktur BisnisBusiness Structure
PT TRUBA ALAM MANUNGGAL ENGINEERING TBKOperation & Maintenance
PT MAXIMA INFRASTRUKTURCoal Operations
PT META EPSITransmission
PT Mandala Kapital PT Alam ManunggalIndo Infrastructure
Group PtePublic
PT Truba Jaya EngineeringConstruction
PT Manunggal Multi EnergiCoal Mining
PT Truba Segihan UtamaStock Piling
Tame TurnkeyContracting Pte. Ltd.
• PT Menamas Mitra Energi
• PT Central Daya Energi
• PT Ranyza Energi
• PT Banyuasin Power Energy
• PT Bangka Manunggal Power
• PT Equator Manunggal Power
PT Manunggal EngineeringEngineering & Procurement
PT Suar Alam EngineeringEngineering & Procurement
PT MANUNGGAL INFRASOLUSIPower Plant/Industrial
PT MANUNGGAL POWERPower Plant
28.42% 10.38%
99.99%49.00%
99.99%
99.99%
99.99%
96.00%
90.10%
70.00%
100.00%
99.99%
14.95% 46.24%
4 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
PT Truba Manunggal Engineering Tbk provides interrelated and
complementary power products and services to the Indonesian
energy market. In addition to being Indonesia’s leading provider of
EPC services, the Company also owns and develops Independent
Power Production (IPP) facilities and engages in coal mining & trading
activities.
Truba Manunggal’s portfolio of business enables it to provide
complimentary products and services which effectively provide
strategic positioning to take advantage of growth opportunities within
Indonesia’s energy sector while maximizing sales and operational
synergies through expansion to inter-related businesses.
Operational Activities
As of year-end 2008, Truba Manunggal’s EPC services continue to
account for over 90% of the Company’s revenues. Truba Manunggal
generates revenue through the planning, design, engineering and
construction of power projects. For IPPs, the Company is able to
generate additional revenues through commercial Operation and
Maintenance (O&M) of power plants. The Company is also currently
bidding on O&M contracts for PLN-owned power plants.
In addition to its focus on the power sector, Truba Manunggal also
provides EPC services to a variety of industrial clients engaged in Oil
& Gas development, mining, fertilizers, chemicals, petrochemicals,
cement, and pulp & paper. The Company’s EPC services in the Oil &
Gas sector have accounted for an increasing portion of its revenue.
Truba Manunggal was able to capitalize on the peak commodities
prices experienced in the global market up to the first half of 2008,
securing two large contracts for the development of US Oil & Gas giant
Chevron’s, Duri oil fields in Sumatra. This is in addition to an ongoing
contract with BP for development of their LNG plant in Tangguh, West
Papua Province.
The Company is capable of providing comprehensive engineering
solutions for both design and construction requirements. In addition to
maintaining a workforce of highly qualified mechanical and electrical
engineers, the Company also maintains civil engineers who are
capable of supporting engineering services for the development and
construction of civil facilities such as roads, bridges and buildings.
Truba Manunggal’s procurement services for mechanical and electrical
construction of power and industrial plants and the construction
of civil facilities include the expedited procurement of building and
construction material as well as mechanical, electrical and control
equipment. The Company’s procurement services are also responsible
for materials management, inspection and logistics.
PT Truba Manunggal Engineering Tbk menyediakan berbagai produk
dan jasa listrik yang saling berhubungan dan saling mendukung
untuk memenuhi kebutuhan pasar energi Indonesia. Selain menjadi
penyedia jasa EPC yang terkemuka, Perusahaan juga memiliki dan
mengembangkan fasilitas Produksi Listrik Independen (Independent
Power Production – IPP) dan berkecimpung dalam kegiatan
pertambangan dan perdagangan batubara.
Portofolio usaha Truba Manunggal membuat Perusahaan mampu
memberikan produk dan jasa yang saling mendukung hingga secara
efektif menempatkannya pada posisi strategis untuk memanfaatkan
kesempatan bertumbuh dalam sektor energi Indonesia,
memaksimalkan penjualan dan sinergi operasional melalui ekspansi
ke bidang-bidang usaha yang saling berhubungan.
Kegiatan Operasional
Pada akhir tahun 2008, jasa EPC Truba Manunggal masih
mengkontribusikan 90% pendapatan Perusahaan. Truba Manunggal
menghasilkan pendapatan melalui perencanaan, perancangan,
engineering dan konstruksi proyek-proyek listrik. Untuk IPP, Perusahaan
mampu menghasilkan tambahan pendapatan melalui Operasional
dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance – O&M) pembangkit
listrik. Perusahaan saat ini juga memberikan penawaran kontrak O&M
kepada pembangkit listrik yang dimiliki PLN.
Selain fokus pada sektor listrik, Truba Manunggal juga menyediakan
jasa EPC ke berbagai industri yang bergerak dalam pembangunan
Minyak & Gas, pertambangan, pupuk, kimia, petrokimia, semen, dan
bubuk kertas dan kertas. Jasa EPC Perusahaan pada sektor Minyak
& Gas menunjukkan peningkatan porsi terhadap pendapatan. Truba
Manunggal mampu memanfaatkan puncak harga komoditi yang
terjadi pada pasar global hingga paruh pertama tahun 2008, dengan
memperoleh dua kontrak besar untuk pengembangan ladang minyak
perusahaan raksasa Amerika Serikat Chevron di Duri, Sumatra.
Kontrak ini diluar kontrak yang sedang berlangsung dengan BP untuk
pembangunan pabrik LNG di Tangguh, Provinsi Papua Barat.
Perusahaan mampu memberikan solusi engineering yang menyeluruh,
baik untuk kebutuhan perancangan maupun konstruksi. Selain memiliki
tenaga kerja insinyur mesin dan listrik dengan kualifikasi tinggi,
Perusahaan juga memiliki insinyur sipil yang mampu mendukung jasa
rekayasa untuk pengembangan dan konstruksi fasilitas sipil seperti
jalan, jembatan dan bangunan.
Jasa pengadaan Truba Manunggal berkenaan dengan konstruksi
mekanis dan listrik untuk pembangunan pembangkit listrik dan
industri serta fasilitas sipil mencakup pembelian material bangunan
dan konstruksi, pembelian perlengkapan mekanis, serta peralatan
listrik dan kontrol. Jasa pengadaan juga termasuk pengelolaan
material, percepatan pengadaan, inspeksi dan logistik.
Tinjauan UsahaBusiness Overview
Truba Manunggal 2008 Annual Report 5
Truba Manunggal is capable of executing all aspects of construction,
including construction management, hiring and training local workforce,
subcontractor management and the transfer of technical know-how
through its extensive support for systems, equipment and tools.
The key objective of Truba Manunggal’s IPP business is to diversify
revenue streams beyond the Company’s core EPC business through
the creation of consistent alternative cash flows which can cover the
Company’s short- and medium-term needs. From its IPP business, the
Company receives revenues for the integrated design, engineering,
procurement and construction of plant facilities. Once the plant is
operational, the Company sells the generated electricity to PLN or to
captive market industries. The price at which electricity is sold is set in
accordance with long-term (20-25 year) Power Purchase Agreements
(PPA) or Energy Supply Agreements (ESA). In addition to the 3 (three)
acquired power plants which the Company currently owns and
operates, Truba Manunggal in 2009 is engaged in plans to develop
an additional 9 (nine) IPP facilities; 6 (six) of these projects already
have signed PPAs. Due to the economic slowdown and liquidity crisis
experienced from mid-2008, the Company has, however rescheduled
target completion dates for several of its IPP projects. It nevertheless
remains committed to the accomplishment of these projects. In
addition to internally financing the required equity, Truba Manunggal
is looking to forge strategic partnerships with external parties, who
may help to accelerate the pace of project development.
The Company benefits from its involvement in both the construction
and operation phases of power generation projects. It is therefore
expanding its role as a supplier of coal to PLN and industrial
customers. Presently the Company carries out a small volume of coal
trading and is currently at the exploration and planning stage of its
two mining concessions respectively located in South Sumatra and
East Kalimantan.
Truba Manunggal focuses on increasing value for its shareholders
through accurate implementation of its business strategies which
consists of the following integrated functions:
• Engineering,procurementandconstructionservices
• Operationandmaintenance
• Powergeneration
• Supplyoffuels
The following table provides an account of fields of operations
specialized in by each of Truba Manunggal’s key subsidiaries.
Kegiatan Operasional Perseroan Company’s Operational Activities
Nama Perusahaan Company’s Name Aktivitas Operasional Operational Activity
PT Truba Alam Manunggal Engineering Pabrik Rekayasa Operasi dan Pemeliharaan Tenaga Listrik Operation and maintenance of power plants
PT Manunggal Power Pemilik dan Pemasok Listrik Owner and supplier of electricity
PT Maxima Infrastruktur Perdagangan dan Pertambangan Batu Bara Coal Mining and Trading
PT Manunggal Infrasolusi Jasa Manajemen Proyek (EPC) Project Management Service (EPC)
PT Truba Jaya Engineering Konstruksi (Mekanikal dan Elektrikal) Construction (Mechanical and Electrical)
PT Meta Epsi Jalur Transmisi EPC EPC Transmission
Truba Manunggal mampu melaksanakan seluruh aspek konstruksi,
termasuk manajemen konstruksi, pengangkatan dan pelatihan tenaga
kerja setempat, manajemen subkontraktor, pengetahuan teknis dan
dukungan yang luas bagi sistem, peralatan dan perlengkapan.
Tujuan jangka panjang dikaitkan dengan usaha IPP Truba Manunggal
adalah untuk melakukan diversifikasi aliran pendapatan diluar
bisnis utama EPC-nya, terutama penciptaan arus kas yang konsisten
yang dapat memenuhi kebutuhan jangka pendek dan menengah
Perusahaan. Dari bisnis IPP, Perusahaan memperoleh pendapatan dari
perancangan, rekayasa, pengadaan dan konstruksi yang terintegrasi
dari fasilitas pembangkit listrik. Pada saat pembangkit listrik telah
beroperasi, Perusahaan menjual listrik kepada PLN maupun pasar
industri. Harga jual listrik ditetapkan berdasarkan Perjanjian Pembelian
Listrik (PPA) atau Perjanjian Pasokan Energi (ESA) jangka panjang
(20-25 tahun). Selain ketiga pembangkit listrik yang sekarang dimiliki
dan dioperasikan Perusahaan, Truba Manunggal di tahun 2008 terlibat
dalam rencana untuk mengembangkan tambahan 9 (sembilan) fasilitas
IPP; 6 (enam) diantaranya telah menandatangani PPA. Dikarenakan
oleh perlambatan ekonomi dan krisis likuiditas yang dialami sejak
pertengahan 2008, Perusahaan harus menjadwalkan ulang target
tanggal penyelesaian untuk banyak proyek IPP-nya. Bagaimanapun,
Perusahaan tetap berkomitmen untuk menyelesaikan proyek ini.
Selain untuk membiayai ekuitas yang diperlukan, Truba Manunggal
akan mencari mitra strategis dengan pihak luar yang mungkin dapat
membantu mempercepat langkah pengembangan proyek.
Perusahaan mendapatkan keuntungan dari keikutsertaannya dalam
fase konstruksi maupun operasi proyek pembangkit listrik. Perusahaan
sedang memperluas perannya sebagai pemasok batubara ke PLN
dan pelanggan industri. Saat ini Perusahaan menjalankan sejumlah
kecil perdagangan batubara dan sedang dalam tahap eksplorasi dan
perencanaan untuk kedua konsesi pertambangan, masing-masing
berlokasi di Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur.
Truba Manunggal memfokuskan diri untuk meningkatkan nilai bagi
pemegang sahamnya melalui penerapan strategi bisnis yang tepat
yang terdiri dari fungsi-fungsi terintegrasi berikut:
• Jasarekayasa,pengadaandankonstruksi
• Operasionaldanpemeliharaan
• Pembangkitlistrik
• PemasokBBM
Tabel berikut ini menjelaskan daftar bidang operasi yang merupakan
spesialisasi setiap anak perusahaan utama Truba Manunggal.
Tinjauan Usaha Business Overview
6 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Angka-angka pada seluruh tabel dan grafik dalam laporan tahunan ini menggunakan notasi Bahasa Inggris
dalam juta Rupiah
Numerical notations in all tables and graphs in this Annual Report are in English
in million Rupiah
2008 2007 2006 2005 2004*
LAPORAN LABA RUGI INCOME STATEMENTS
Pendapatan 2,948,680 1,506,202 972,286 279 2,258 Revenues
Beban Pendapatan 2,441,293 1,171,472 851,831 257 2,135 Cost of Revenues
Laba Kotor 507,387 334,730 120,455 22 123 Gross Profit
Beban Usaha 331,256 156,780 75,713 303 627 Operating Expenses
Laba (Rugi) Usaha 176,131 177,950 44,742 (281) (504) Operating Income (Loss)
Laba (Rugi) Bersih (180,124) 212,735 34,941 (159) (317) Net Income (Loss)
ASET ASSETS
Aset Lancar 5,076,919 3,368,005 1,220,183 575,474 4,661 Current Assets
Aset Tidak Lancar 2,157,771 1,623,211 585,209 127,442 20 Non-current Assets
JUMLAH ASET 7,234,690 4,991,216 1,805,392 702,916 4,681 TOTAL ASSETS
KEWAJIBAN DAN EKUITAS LIABILITIES AND EQUITY
Kewajiban Lancar 1,803,985 546,285 288,407 510,172 15,515 Current Liabilities
Kewajiban Tidak Lancar 3,614,050 2,676,076 16,052 25,346 1,592 Non Current Liabilities
Jumlah Kewajiban 5,418,035 3,222,361 304,459 535,518 17,107 Total Liabilities
Hak Minoritas 108,041 92,674 167,148 173,684 1 Minority Interest
Ekuitas (Defisiensi Modal) 1,708,614 1,676,181 1,333,785 (6,286) (12,427) Total Equity (Capital Deficiency)
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 7,234,690 4,991,216 1,805,392 702,916 4,681 TOTAL LIABILITIES AND EQUITY
* Disajikan kembali * Restated
Ikhtisar KeuanganFinancial Highlights
Dec ‘070
2,500
5,000
7,500
10,000
12,500
9,419 9,217 9,225 9,37810,950
Mar ‘08 Jun ‘08 Sep ‘08 Dec ‘08
Pergerakan Rupiah terhadap DollarRupiah versus Dollar Movement
Truba Manunggal 2008 Annual Report 7
Ikhtisar Keuangan Financial Highlights
PENDAPATANRevenues(dalam juta Rupiah in million Rupiah)
08 2,948,680
07 1,506,202
06 972,286
05 279
04 2,258
LABA (RUGI) USAHAOperating Income (Loss)(dalam juta Rupiah in million Rupiah)
08 176,131
07 177,950
06 44,742
05 (281)
04 (504)
LABA (RUGI) BERSIHNet Income (Loss)(dalam juta Rupiah in million Rupiah)
08 (180,124)
07 212,735
06 34,941
05 (159)
04 (317)
JUMLAH AKTIVATotal Assets(dalam juta Rupiah in million Rupiah)
08 7,234,690
07 4,991,216
06 1,805,392
05 702,916
04 4,681
JUMLAH KEWAJIBANTotal Liabilities(dalam juta Rupiah in million Rupiah)
08 5,418,035
07 3,222,361
06 304,459
05 535,518
04 17,107
JUMLAH EKUITASTotal Equity(dalam juta Rupiah in million Rupiah)
08 1,708,614
07 1,676,181
06 1,333,785
05 (6,286)
04 (12,427)
KONTRIBUSI PENDAPATANRevenue Contribution
IPP7%
EPC91%
Coal2%
KEPEMILIKANOwnership
Public46.24%
Indo Infrastructure Group Pte14.95%
PT Mandala Kapital28.42%
PT Alam Manunggal10.38%
8 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Corporate Social ResponsibilityCorporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap publik, berikut salah satu aktivitas CSR yang dilakukan Perusahaan ke panti werdha, Jakarta pada bulan September 2008
Corporate Social Responsibility (CSR) is an actualization of the social responsibilities of corporations towards society. A CSR activity by Truba Manunggal in September 2008 involved donations to senior citizen homes in Jakarta
First LiftingPemancangan pertama konstruksi tiang baja
First lifting of steel construction collumns
Kegiatan PerusahaanCorporate Events
Jejak LangkahMilestones
• Projects:
– IPP Bangka (2x12 MW)
– IPP Pontinanak (2x30 MW)
– IPP Kuala Tanjung (2x135 MW)
• GroundBreakingPLTUPelabuhanRatu
(3x350 MW)
• GroundBreakingPLTUPontianak(2x30MW)
• FirstLiftingCDEPowerPlant
• GroundBreakingPLTUBangka(2x12MW)October:ListedtoBEI(IPO)
2006 2007 2008
Public ExposéPaparan publik untuk menyampaikan keterbukaan informasi sebagai salah satu kewajiban sebagai perusahaan publik
Public Exposé to disseminate information to the public as required for a listed company
Truba Manunggal 2008 Annual Report 9
Golf TournamentSalah satu kegiatan korporasi untuk memberikan apresiasi kepada para klien, investor dan rekanan
A form of corporate events designed to show appreciation to clients, investors and suppliers of Truba Alam Manunggal
29 APRIL 2008Penghargaan sebagai The Best Listed Companies
tahun 2008 dari Majalah Investor
Award as The Best 2008 Listed Companies from Investor Magazine
Penghargaan 20082008 Awards
Memorandum of Understanding (MoU)Merupakan aplikasi dari kerjasama yang dilakukan Truba Alam Manunggal dengan para Mirta Strategis untuk mengembangkan lingkup bisnis perusahaan. Corporate action yang dilakukan Truba Alam Manunggal bertujuan meningkatkan bisnis usaha yang menguntungkan bagi korporasi, klien dan pemegang saham
Actual applications of cooperation between Truba Alam Manunggal and varians strategic partners in order to expand its business scope.The varians corporate actions by Truba Alam Manunggal are intended to improve the value of its business for the company, clients, and shareholders
Kegiatan Perusahaan Corporate Events
10 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
BUDAYA PERUSAHAAN
NILAI-NILAI INTERNAL
• KOMPETENSI,senantiasameningkatkankualitaskeahlian, kemampuan dan perilaku demi peningkatan hasil-hasil yang telah dicapai.
• EFISIENSI,menentukanuntukselalumelakukanhal-hal yang tepat, selalu mencari peluang bagi peningkatan dan efisiensi. Selalu kreatif dan inovatif agar mampu menciptakan keuntungan dan nilai tambah bagi klien dengan cara yang wajar dan harga yang kompetitif.
• INTEGRITAS,ketegasandalammenjalankanprinsipkebenaran dan nilai-nilai perusahaan dalam segala aktivitas bisnis dengan menghadirkan kalimat-kalimat dan sikap yang konsisten.
• KERJASAMATIM,berkolaborasidemiterciptanyasinergi grup melalui semangat saling mendukung kemampuan dan keahlian masing-masing berdasarkan pada prinsip saling menghormati satu sama lain.
• BERTANGGUNGJAWAB,pendekatansecaraterpaduterhadap kesehatan, keselamatan dan manajemen lingkungan di kantor-kantor, di lapangan dan di lokasi klien, SMK3 selalu mendapatkan prioritas utama dalam setiap aktivitas pada saat pemberian pelayanan di setiap tempat.
INTERNAL VALUES
• COMPETENCY,continuallyadvancethequalityofskills, proficiencies, and mental attitude for the improvements of results already achieved.
• EFFICIENCY,thedeterminationtoalwaysdotherightthings; ever seeking opportunities for improvement and efficiency. Always creative and innovative, to create benefit and added value for customers at fair and competitive prices.
• INTEGRITY,firmnessinholdingtheprincipleoftruthand corporate value in business activity which is presented consistently through words and behavior.
• TEAMWORK,collaboratetoadvancegroupsynergieswith the spirit of sharing capacities and skills, based on mutual respect.
• RESPONSIBILITY,afullyintegratedapproachtohealth, safety and environmental (HSE) management at our offices, on site and at client locations. We endeavour to ensure the highest standards at every place the Company provides its expertise. Ensuring HSE remains the highest priority for all of our activities.
PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk membangun hubungan yang harmonis dengan klien dan mitra bisnis dengan berdasar pada 10 (sepuluh) nilai-nilai utama yang terbagi dalam 2 (dua) bagian, nilai eksternal dan internal.
PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk builds strong relationship with its
clients and business partners based on 10 (ten) core values which are divided
into 2 (two) parts, namely external and internal values.
CORPORATE VALUES
Nilai-nilai PerseroanCorporate Values
Truba Manunggal 2008 Annual Report 11
Nilai-nilai Perseroan Corporate Values
NILAI-NILAI EKSTERNAL
• DEDIKASI,dengansepenuhhatimemaksimalkanseluruh potensi yang dimiliki untuk memberikan solusi terbaik dalam setiap penyelenggaraan proyek.
• HARGAKOMPETITIF,memberikanprodukdanjasadengan kualitas tertinggi sesuai standar namun dengan biaya yang efektif dan diselesaikan tepat waktu sebagaimana dijanjikan.
• MENGHORMATIKEBUTUHANKLIEN,denganmemberikan hasil yang transparan, terpercaya dan bertanggung jawab yang terkait dengan hasil akhir.
• PROFESIONALISME,bekerjasecaraprofessionaldengan selalu mengupayakan yang terbaik guna menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tinggi sesuai standar. Selalu memberikan yang terbaik dalam setiap tindakan.
• HARMONIS,hidupharmonisdenganelementerkaitseperti lingkungan, manusia dan masyarakat serta juga meningkatkan kualitas hidup penduduk setempat, menjaga lingkungan global dan berusaha semaksimal mungkin mencapai kepercayaan klien dan masyarakat.
EXTERNAL VALUES
• DEDICATION,maintainingpassiontomaximizethefullpotential of our people so that they may continually provide the best solutions for all project needs.
• COMPETITIVEPRICING,deliveringhighqualityandcost effective products and services to schedule and in accordance with promised specifications.
• RESPECTFORCLIENTNEEDS,maintainingtransparency,accountability and responsibility for all areas of work.
• PROFESSIONALISM,workingprofessionallythrougha continuous commitment to achieve high quality standards for products and services. Always giving our best in everything we do.
• HARMONIZATION,ensuringcontinuitybetweenallCompany endeavors and the environment, people and community; improving the living standards of local communities and protecting the global environment; maintaining the trust of our clients and society.
12 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Terlepas dari tantangan-tantangan yang terjadi di tahun 2008, Truba Manunggal memiliki prospek pertumbuhan yang menjanjikan untuk memberikan pendapatan yang berkesinambungan dalam jangka panjang.
Hendrik TeeKomisaris Utama President Commissioner
Laporan Komisaris UtamaReport of the President Commissioner
Truba Manunggal 2008 Annual Report 13
Laporan Komisaris Utama Report of the President Commissioner
Despite the current challenges throughout 2008, Truba Manunggal has promising growth prospects for sustainable revenue income over the long-term.
Para Pemegang Saham yang Terhormat,
PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (“Truba Manunggal”
atau “Perusahaan”) terus mengalami pertumbuhan yang pesat
dalam tahun 2008, terutama didukung oleh divisi EPC. Perusahaan
terus menerapkan strategi terintegrasi yang mencakup EPC, IPP dan
Pertambangan & Perdagangan Batubara. Namun, EPC tetap menjadi
sumber utama pertumbuhan bagi Perusahaan, mencapai lebih
dari 90% pendapatan. Selama 2 tahun berjalan hingga Juni 2008,
divisi EPC Perusahaan mampu memanfaatkan sentimen pasar yang
tengah meningkat untuk menyelamatkan komitmen jangka panjang
terkait proyek-proyek pengembangan infrastruktur. Hal ini bukan
saja pengalaman dalam bidang tradisional kami sebagai kontraktor
pembangkit listrik dan fasilitas transmisi, tetapi juga meluas ke sektor
pengembangan infrastruktur Minyak dan Gas, yang kini mencakup
lebih dari 40% bisnis berjalan. Kesuksesan tender-tender yang
diperoleh hingga paruh pertama tahun 2008 telah memberikan
kepastian bahwa EPC Truba Manunggal dijadwalkan untuk beroperasi
dengan kapasitas penuh sampai tahun 2010.
Namun demikian, sebagaimana halnya dengan perusahaan-
perusahaan lain di dunia, Truba Manunggal telah menghadapi
berbagai tantangan di tahun 2008, yang telah memaksa kami untuk
meninjau kembali strategi perusahaan. Pada prinsipnya, resesi ekonomi
global yang dipicu oleh krisis likuiditas telah menyebabkan penundaan
banyak rencana Perusahaan untuk mengembangkan usaha IPP dan
Pertambangan dan Perdagangan Batubara.
Dear Shareholders,
PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (“Truba Manunggal”
or “the Company”) continued to experience robust growth in
2008, which has principally been driven by the Company’s EPC
division. The Company continues to pursue an integrated strategy
encompassing EPC, IPP and Coal Mining & Trading. EPC, however
remains the main engine of growth for the Company accounting
for over 90% of revenues. During the 2 years leading up to June
2008, the Company’s EPC division was able to capitalize on bullish
market sentiment to secure long-term commitments for significant
infrastructure development projects. This was not only experienced
in our traditional domain as a contractor for power generation and
transmission facilities, but also extended to the sector for Oil & Gas
infrastructure development, which now comprises over 40% of our
ongoing business. Successful tenders leading up to the first half
of 2008 have ensured that Truba Manunggal’s EPC is scheduled to
operate at full capacity, well into 2010.
As with companies the world over, Truba Manunggal has been faced
with considerable challenges in 2008 which have forced us to reassess
our strategy. Principally, the ongoing global economic downturn
triggered by the liquidity crisis has resulted in a postponement to
many of the Company’s plans to develop its IPP and Coal Mining &
Trading enterprises.
14 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Truba Manunggal pada awalnya memandang pengembangan
bisnis IPP sebagai metode diversifikasi pendapatan, terutama dalam
pembiayaan jangka pendek dan menengah. Perusahaan saat ini
memiliki 3 (tiga) aset IPP operasional: CDE-Diesel di Lampung; Tanjung
Batu di Kalimantan Timur dan Gunung Megang di Sumatra Selatan.
Setiap pembangkit listrik telah membuktikan keandalannya dalam
memberikan pendapatan sejak beroperasi.
Pada akhir tahun 2008, Perusahaan mempertahankan peran
kepemimpinannya dalam pembangunan fasilitas IPP di berbagai lokasi
di seluruh Indonesia. Unit IPP milik Perusahaan saat ini mengurus 6
(enam) Perjanjian Pembelian Listrik (Power Purchase Agreements –
PPA). Seluruh PPA berlokasi di daerah terpencil, jauh dari jaringan
listrik Jawa-Bali.
Pembiayaan untuk 3 (tiga) PPA telah berhasil diperoleh dari bank-
bank lokal. Tetapi dikarenakan tingkat risiko yang terkait, bank-bank
Indonesia lebih menyukai untuk menggunakan siklus penggantian
(reimbursement cycle) untuk kegiatan pembiayaan mereka. Oleh
karena itu, pengembangan proyek perlu dibayar dengan ekuitas
hingga tersedia penggantian.
Dengan demikian, di masa mendatang Truba Manunggal bermaksud
mengupayakan strategi yang lebih organik untuk pengembangan dan
diversifikasi, mempertahankan EPC sebagai bisnis utama yang akan
terus memberikan kesinambungan, walaupun jadwal pengembalian
investasi ketat. Perusahaan akan terus mencari kemitraan strategis
untuk mendukung usaha pengembangan IPP dan Pertambangan
Batubara, namun Pertambangan Batubara akan sangat diprioritaskan
dengan pertimbangan pembiayaan yang bersumber dari intern,
meliputi laba ditahan.
Truba Manunggal initially looked toward the development of its IPP
business as a method of diversifying its income, particularly its short-
and medium-term finances. The Company currently has 3 (three)
operational IPP assets: CDE-Diesel in Lampung; Tanjung Batu in East
Kalimantan and Gunung Megang in South Sumatra. Each of these
power plants has provided reliable as well as predictable revenue
streams since coming on line.
As of year-end 2008 the Company maintains a leading role in the
development of IPP facilities in locations throughout Indonesia.
The Company’s IPP unit currently maintains 6 (six) Power Purchase
Agreements (PPA). All of these PPAs are located in outlying underserved
areas of the nation, beyond the main Java-Bali power grid.
Terms of finance for 3 (three) of the PPAs has already been successfully
secured from local banks. Due to the level of risk, however Indonesia’s
banks have maintained a preference for utilizing a reimbursement
cycle for their finance activities. Project development therefore needs
to be paid for by equity until reimbursement is provided.
Going forward, Truba Manunggal therefore intends to pursue a
much more organic strategy for its development and diversification,
maintaining a focus on its core EPC business line which is continuing
to provide sustainable, albeit tightly scheduled returns on investment.
While the Company will continue to seek out strategic partnerships
to support the development of its IPP and Coal Mining initiatives, the
latter will be strictly prioritized with regards to financing, which is
channelled from internal sources, including retained earnings.
Laporan Komisaris Utama Report of the President Commissioner
Truba Manunggal 2008 Annual Report 15
Situasi Ekonomi Indonesia
Memasuki tahun 2009, dunia saat ini sedang berada pada tahap yang
kritis. Restrukturisasi sektor perbankan yang disertai oleh penurunan
pinjaman perusahaan-perusahaan di seluruh dunia diperkirakan akan
berlanjut hingga tahun 2010. Namun demikian, kami yakin bahwa
stabilitas makroekonomi yang dibangun oleh pemerintah Indonesia
sejak datangnya krisis keuangan Asia, ditambah dengan konsumsi
dalam negeri yang kuat dan ketergantungan yang rendah terhadap
pasar ekspor luar negeri (relatif terhadap perekonomian lain di kawasan
yang sama) menjadikan negara kita memiliki keuntungan strategis
untuk menghadapi berbagai tantangan dalam situasi resesi sekarang.
Lebih lanjut, pemakaian listrik di Indonesia dipastikan tetap kuat terlepas
dari berlangsungnya resesi. Perlu diketahui bahwa infrastruktur listrik
Indonesia saat ini relatif masih belum mencukupi seluruh permintaan.
Kondisi ini berlaku tidak hanya dalam jaringan utama Jawa-Bali, tetapi
juga di pasar perbatasan dimana banyak inisiatif dijalankan. Penetrasi
jasa listrik dalam lingkup nasional masih tetap rendah, dengan hanya
lebih dari 60% populasi memiliki akses listrik di rumah. Menanggapi
krisis, Pemerintah diharapkan untuk terus melakukan pembelanjaan
dalam jumlah besar untuk pengembangan infrastruktur termasuk
peningkatan fasilitas pembangkit listrik. Pengembangan ini perlu
dikontrakkan kepada pihak yang bertanggung jawab yang memiliki
keahlian tinggi di bidang engineering dan kemampuan organisasi
untuk melaksanakan proyek secara efisien dan sesuai jadwal.
Pemain Kunci dalam Pertumbuhan dan Pembangunan Bangsa
Sebagai satu-satunya perusahaan listrik Indonesia yang terintegrasi
penuh dengan spesialisasi EPC, IPP dan Pertambangan & Perdagangan
Batubara, Truba Manunggal melayani kebutuhan dasar yang secara
langsung berhubungan dengan kesinambungan perekonomian
Indonesia’s Economic Environment
Moving into 2009, the world is now at a critical juncture. Restructuring
of the banking sector and the accompanying widespread deleveraging
of companies throughout the world is expected to continue into 2010.
We believe, however that the macro-economic stability fostered by
the Indonesian government since the preceding Asian financial crisis
combined with the nation’s strong internal consumption and lower
dependency on foreign export markets (relative to other economies in
the region) place the nation at a strategic advantage in coping with
the challenges of the current recessionary environment.
Furthermore, power consumption is expected to remain strong
in Indonesia despite the downturn. It needs to be recognized that
Indonesia’s current power infrastructure continues to be inadequate
relative to overall demand. This is true not only within the main
Java-Bali power grid but also in frontier markets where many of the
Company’s initiatives are directed. Nationwide penetration of power
services remains low, with just over 60% of the nation’s population
having access to electricity in their homes. In response to the crisis, the
Government is expected to continue to spend heavily on infrastructure
development including enhancement of the nation’s power generating
facilities. This development needs to be contracted to responsible
parties with advanced engineering skills and the organizational
capacity to implement projects efficiently and to schedule.
A Key Player in the Nation’s Growth and Development
As Indonesia’s only fully integrated power company specializing in EPC,
IPP and Coal Mining & Trading, Truba Manunggal serves a critical need
that is directly related to the sustainability of the Indonesian economy.
Our EPC expertise in power plant construction places us in an ideal
Dari kiri ke kanan Fromlefttoright:
Hendrik TeeKomisaris Utama President Commissioner
Richard HarjaniKomisaris Commissioner
Siswanto Komisaris Independen Independent Commissioner
Laporan Komisaris Utama Report of the President Commissioner
16 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Indonesia. Para ahli EPC kami dalam pembangunan pembangkit listrik
selama 3 (tiga) dekade menempatkan perusahaan pada posisi ideal
dan strategis untuk memainkan peran utama dalam pembangunan
pembangkit listrik.
Kami yakin bahwa Truba Manunggal memiliki prospek pertumbuhan
yang menjanjikan untuk memberikan pendapatan yang
berkesinambungan dalam jangka panjang. Bisnis EPC akan terus
mengalami pertumbuhan yang signifikan. Terlepas dari tantangan-
tantangan yang muncul dari perlambatan ekonomi global, kami
mengantisipasi bahwa pertumbuhan pesat akan terus berlanjut,
terutama dalam hal pembangunan pembangkit listrik yang menjadi
kekuatan utama Truba Manunggal.
Tata Kelola Perusahaan
Dewan Komisaris telah memeriksa laporan keuangan Perusahan untuk
tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008. Kami berpendapat
bahwa Truba Manunggal memiliki fundamental yang kuat, sehingga
terus memberikan pertumbuhan yang signifikan dalam penjualan
bersih dan EBITDA meskipun mencatat rugi bersih pada tahun
pelaporan. Kondisi terakhir disebabkan oleh kerugian valuta asing
non-kas sebagai akibat depresiasi Rupiah terhadap Dollar AS.
Dewan Komisaris dengan bangga mencatat perbaikan dan peningkatan
yang berlanjut dalam tata kelola perusahaan yang baik (GCG), sejalan
dengan praktik-praktik yang berlaku internasional. GCG diterapkan di
lingkungan Perusahaan dengan dasar Peraturan Tata Kelola Perusahaan
Nasional Indonesia, Anggaran Dasar Perusahaan, kebijakan dan
panduan intern mengenai Tata Kelola Perusahaan, Pedoman Perilaku
untuk manajemen dan pegawai, prosedur operasional standar dan
praktik-praktik GCG yang berlaku umum di tingkat internasional.
Dewan Komisaris terus menyampaikan penjelasan mengenai
perkembangan Perusahaan secara berkala, dan melakukan pendekatan
aktif untuk memonitor kemajuan, memastikan bahwa kami berada
pada jalur yang benar pada kebanyakan pembangunan utama yang
kami jalankan. Dewan Komisaris juga mengawasi kegiatan Truba
Manunggal melalui keterlibatan langsung dengan Direksi dan manajer
senior Perusahaan, maupun dengan bantuan Komite Audit. Kami yakin
bahwa sistem pengawasan intern dan prosedur yang memadai dalam
Perusahaan senantiasa memberikan jaminan yang beralasan bahwa
seluruh risiko diidentifikasi, dikelola dan dimitigasi secara tepat.
and strategic position to play a major role in expanding Indonesia’s
electric power generation capacity.
We believe that Truba Manunggal has promising growth prospects for
sustainable revenue over the long-term. The Company’s EPC business
will continue to experience significant growth. Despite the current
challenges created by the global economic slowdown, we anticipate
that our robust growth will continue to expand, especially in the
construction of new power plants in which Truba Manunggal excels.
Corporate Governance
The Board of Commissioners has reviewed the Company’s financial
statements for the year ending December 31, 2008. It is our opinion
that Truba Manunggal remains strong in its fundamentals, continuing
to post significant growth in net sales and EBITDA although it recorded
a net loss for the reporting period. The latter was due to non-cash
foreign exchange losses caused by depreciation of the Rupiah against
the US Dollar.
The Board of Commissioners is pleased to note the continuing
improvement and enhancement in Good Corporate Governance (GCG)
that is in line with international best practices. GCG is implemented
within the Company on the basis of the Indonesian National Code
on Corporate Governance, the Company’s Articles of Association,
our internal policies and guidelines on Corporate Governance, Code
of Conduct for management and employees, standard operating
procedures and international best practices on GCG.
The Board of Commissioners continues to appraise the development
of the Company on a regular basis, and the Board takes an active
approach to monitor progress, ensuring that we are on track for
most of our key developments. The Board oversees the activities of
Truba Manunggal through direct engagement with the Directors and
senior managers of the Company, as well as with the assistance of the
Audit Committee. Truba Manunggal remains confident that adequate
internal control systems and procedures within the Company continue
to provide reasonable assurances that risks are being properly
identified, managed and mitigated.
Laporan Komisaris Utama Report of the President Commissioner
Truba Manunggal 2008 Annual Report 17
Hendrik TeeKomisaris Utama President Commissioner
Pergantian Dewan
Hanya terjadi satu kali perubahan dalam komposisi Dewan Komisaris
sejak laporan tahunan Perusahaan yang lalu. Bapak Sidarta Sidik
mengundurkan diri dari Dewan Komisaris untuk menjadi Presiden
Direktur Perusahaan. Posisi beliau pada Dewan Komisaris digantikan
oleh Bapak Richard Harjani.
Atas nama seluruh anggota Dewan Komisaris, saya ingin mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua klien, mitra
kerja, pihak-pihak terkait dan para pemangku kepentingan Truba
Manunggal atas dukungan yang tiada henti untuk pertumbuhan
dan perluasan Perusahaan selama periode pelaporan tahun 2008.
Lebih lanjut, Dewan Komisaris juga ingin menyampaikan terima
kasih sedalam-dalamnya kepada manajemen dan karyawan atas
komitmennya dalam hal kesempurnaan dan ketangguhan. Bersama-
sama kita akan memastikan bahwa Truba Manunggal senantiasa
berada di garda depan dalam pengembangan infrastruktur di
Indonesia melalui kegiatan penyediaan EPC, IPP dan Pertambangan &
Perdagangan Batubara yang terbaik di kelasnya.
Changes to the Board
There was only one change in the composition of the Board of
Commissioners since the Company’s last annual report. Mr. Sidarta
Sidik resigned from the Board of Commissioners to become the new
President Director. His seat on the Board of Commissioners has been
replaced by Mr. Richard Harjani.
On behalf of all the members of the Board of Commissioners, I would
like to express our sincere gratitude and appreciation to all of Truba
Manunggal’s clients, partners, associates and other stakeholders for
their continuing support for the Company’s growth and expansion
during the reporting period 2008. Furthermore, the Board of
Commissioners would also like to extend its deepest thanks to the
management and employees for their commitment to excellence and
perseverance. Together our people will ensure that Truba Manunggal
continues to stand at the forefront of Indonesia’s infrastructure
development through our provision of best in class EPC, IPP and Coal
Mining & Trading activities.
Laporan Komisaris Utama Report of the President Commissioner
18 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Sidarta SidikDirektur Utama President Director
Laporan Direktur UtamaReport of the President Director
Selain memajukan EPC sebagai bisnis utama, Truba Manunggal berkomitmen untuk meningkatkan tujuan divisi IPP sebagai bagian dari strategi Perseroan, termasuk melalui kemitraan strategis yang saling menguntungkan.
Truba Manunggal 2008 Annual Report 19
Para Pemegang Saham yang Terhormat,
Truba Manunggal mencatat pertumbuhan laba yang berarti dari bisnis
EPC di tahun 2008.
Pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan program jalur
cepat 10.000 MW untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga
batubara, dengan persiapan fase ke-2 untuk proyek 10.000 MW
lainnya. Sepanjang tahun 2008, unit EPC Perusahaan memperoleh
3 (tiga) subkontrak pembangkit listrik PLN: Suralaya (625 MW) dan
Paiton (600 MW), dengan estimasi nilai lebih dari US$ 80 juta. Kedua
proyek ini serta pengembangan pembangkit listrik lain yang telah
diperoleh sebelumnya di Indramayu (3 x 300 MW US$ 54 juta) telah
mulai tahap konstruksi pada tahun 2008. Selain itu, bisnis EPC pada
sektor Minyak & Gas juga telah meningkat dengan dimulainya 2 (dua)
proyek terpisah untuk perusahaan Minyak & Gas AS Chevron, dengan
estimasi nilai sebesar US$ 203 juta.
Meskipun EPC sebagai bisnis utama Truba Manunggal berhasil
memperoleh pertumbuhan yang berarti dalam operasinya hingga
tahun 2010, kondisi ekonomi dan pasar yang bergejolak di tahun 2008
menghadapkan Perusahaan pada tantangan-tantangan yang patut
diperhitungkan. Pengetatan pasar kredit dan perlambatan ekonomi
secara umum di tahun 2008 telah memaksa Truba Manunggal
untuk menilai kembali dan memprioritaskan rencana penyelesaian
pembangkit listrik IPP. Target penyelesaian untuk proyek-proyek
terakhir saat ini telah dijadwalkan kembali. Terlepas dari kemunduran
ini, pengembangan proyek IPP akan tetap menjadi salah satu prioritas
utama Perusahaan.
Dear Shareholders,
Truba Manunggal posted significant earnings growth from its EPC
business in 2008.
The Government of Indonesia remains committed to the 10,000
MW fast track program for the development of coal fired power
plants, with preparation for the 2nd phase of another 10,000 MW.
During 2008 the Company’s EPC unit secured a subcontracting role
for 3 (three) more PLN power plants: Suralaya (625 MW) and Paiton
(600 MW), business with an estimated value exceeding US$ 80
million. Three of this projects as well as the previously secured power
generation development at Indramayu (3 x 300 MW US$ 54 million)
began construction in 2008. Additionally, EPC business in the Oil &
Gas sector has also increased with the commencement of 2 (two)
separate projects for US Oil & Gas giant Chevron worth an estimated
US$ 203 million.
Although Truba Manunggal’s core EPC business unit secured contracts
which will allow it to operate at capacity well into 2010, the volatile
economic and market conditions in 2008 posed considerable
challenges for the Company. Tightening of credit markets and the
general economic slowdown in 2008 have forced Truba Manunggal
to reassess its priorities for planed IPP power plant deliveries. Most of
the target dates for the latter projects have now been rescheduled.
Despite this setback, development of IPP projects will continue to be
one of the Company’s key priorities.
Laporan Direktur Utama Report of the President Director
In addition to pushing ahead with its core EPC business, Truba Manunggal is committed to advancing the goals of its IPP arm as part of its corporate strategy, including seeking strategic partnerships.
20 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Truba Manunggal menghasilkan total pendapatan sebesar Rp 2.948,7
miliar pada tahun 2008. Jumlah ini tumbuh 95,8% dari pendapatan
tahun 2007 sebesar Rp 1.506,2 juta. Jasa EPC mencakup kegiatan-
kegiatan yang terkait Operasional dan Pemeliharaan (O&M) sebesar
91% dari total pendapatan atau setara dengan Rp 2,7 miliar. Sebanyak
3 (tiga) fasilitas operasional IPP menghasilkan pendapatan sebesar
Rp 0,2 miliar atau 7% total pendapatan. Perdagangan batubara terus
memberikan kontribusi tambahan pendapatan sebesar Rp 0,05 miliar
selama tahun 2008. Terlepas dari kinerja ini, Perusahaan membukukan
rugi bersih sebesar Rp 180,1 miliar, yang disebabkan oleh depresiasi
Rupiah terhadap US$ sehingga mengakibatkan kerugian nilai tukar
dalam jumlah yang signifikan pada utang Perusahaan dengan
denominasi US$.
Prospek Masa Depan
Menyadari pentingnya pendapatan dari EPC terhadap kelangsungan
pertumbuhan dan kesinambungan operasional, pengadaan mesin
berat dan peralatan teknis tetap menjadi prioritas di tahun 2009.
Memastikan penyelesaian proyek sesuai jadwal yang memenuhi
standar operasional bagi efektivitas Operasi dan Pemeliharaan
pada perusahaan klien yang mencakup pertimbangan berkenaan
dengan Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan, merupakan aspek
penting dari kelanjutan peran Perusahaan sebagai kontraktor EPC
utama di Indonesia. Lebih jauh, kinerja yang baik akan menjadi nilai
tambah Perusahaan dalam proses penawaran untuk pembangunan
infrastruktur di Indonesia, baik yang sedang berlangsung maupun yang
baru. Hal ini akan merupakan prioritas utama Perusahaan memasuki
tahun 2009. Perusahaan telah melakukan penawaran terhadap lebih
dari 20 kontrak EPC potensial dan saat ini sedang menunggu hasil
keputusan hasilnya.
Selain EPC sebagai bisnis utama, Truba Manunggal berkomitmen
untuk meningkatkan tujuan divisi IPP. Tetapi, setidaknya pada jangka
waktu pendek dan menengah, perkembangan ini akan mengikuti
pendekatan yang lebih organik dengan pembiayaan terutama
dialokasikan dari laba ditahan yang berasal dari bisnis EPC. Truba
Manunggal senantiasa mengusahakan kemitraan strategis berkenaan
dengan proyek-proyek IPP-nya.
Prioritas proyek IPP adalah CP Bahari di Lampung (2 x 30 MW), Pulau
Bangka (2 x 12 MW) dan Pontianak, Kalimantan Barat (2 x 30 MW).
Pada saat bersamaan, Perusahaan sedang menjalani proses penawaran
kontrak IPP di Kalimantan, Bali dan Ambon, yang akan memanfaatkan
aset pembangkit listrik tenaga diesel yang tidak aktif.
Tumbuh melalui Kemitraan Strategis
Kantor perwakilan Truba Manunggal di Republik Rakyat Cina telah
berperan penting dalam memberikan kemungkinan bagi Perusahaan
Truba Manunggal earned total revenues of Rp 2,948.7 billion in 2008.
This represented growth of 95.8% from revenues of Rp1,506.2 billion
in 2007. EPC services including activities related to Operation and
Maintenance (O&M) accounted for 91% of total revenues or Rp 2.7
billion. The Company’s 3 (three) operational IPP facilities provided
revenues of Rp 0.2 billion or 7% of total revenues. Coal trading also
continued to contribute to additional revenues of Rp 0.05 billion during
the year. In spite of this performance the company booked a net loss
of Rp 180.1 billion for the year. This was caused by depreciation of the
Rupiah against the US$ which resulted in significant foreign exchange
losses on the Company’s US$ denominated debt.
Future Prospects
Recognizing the importance which the Company’s EPC revenues
have for the continued growth and sustainability of our operations,
procurement of heavy machinery and other technical equipment
has remained a priority leading into 2009. Ensuring the on-schedule
delivery of finished projects which maintain international standards
for our client’s effective Operations and Maintenance including
considerations of Health, Safety and the Environment is critical to the
Company’s continuing role as the premier EPC contractor in Indonesia.
Furthermore, maintenance of our performance track record will add to
the already formidable advantage which the Company maintains for
ongoing and new bidding processes for infrastructure development in
Indonesia. This will be the Company’s key priority moving into 2009.
The Company has bid on over 20 prospective EPC contracts in 2008
upon which it is awaiting decision.
In addition to pushing ahead with its core EPC business, Truba
Manunggal is committed to advancing the goals of its IPP arm.
However, at least in the short- and medium term, this development
will follow a much more organic approach with financing primarily
being allocated from available retained earnings acquired through the
Company’s EPC business. Truba Manunggal continues to seek strategic
partnerships with investment partners in relation to its IPP projects.
Priority IPP projects are: CP Bahari in Lampung (2 x 30 MW), Bangka
Island (2 x 12MW) and Pontianak, West Kalimantan (2 x 30 MW).
Concurrently the Company is in the process of bidding on IPP contracts
in Kalimantan, Bali and Ambon which will utilize its latent mobile
diesel power generation assets.
Growth through Strategic Partnerships
Truba Manunggal’s representative office in the People Republic
of China has been instrumental in allowing the Company to forge
Laporan Direktur Utama Report of the President Director
Truba Manunggal 2008 Annual Report 21
untuk membina kemitraan strategis dengan perusahaan-perusahaan
manufaktur peralatan listrik dan pengembang listrik terkemuka
di Cina.
Di sisi pengadaan, Cina merupakan pemimpin global dalam
memproduksi peralatan pembangkit listrik dengan harga bersaing
dan handal. Perusahaan saat ini memiliki Agency Agreement dengan
Shanghai Electric, perusahaan manufaktur peralatan listrik terbesar di
Cina dengan kapasitas produksi tahunan 30.000 MW turbin untuk
pembangkit listrik tenaga batubara, gas, air dan nuklir. Perjanjian ini
memberikan Truba Manunggal hak eksklusif untuk memasarkan dan
mewakili peralatan listrik Shanghai Electric dengan daya 100 MW
atau lebih di Indonesia. Untuk peralatan pembangkit listrik di bawah
100 MW, Perusahaan juga mempunyai Agency Agreement dengan
perusahaan manufaktur peralatan listrik RRC lain yang berkelas dunia,
yaitu Qingdao Jieneng, yang mengkhususkan pada turbin berukuran
kecil hingga menengah. Truba Manunggal juga telah membina
kemitraan dengan Sinohydro Corporation, perusahaan manufaktur
peralatan hidrolik dan hidroelektrik di Cina.
Truba Manunggal merupakan mitra lokal yang menangani konstruksi
dan instalasi untuk 5 (lima) dari 9 (sembilan) mega proyek yang saat
ini dikerjakan oleh perusahaan-perusahaan Cina dibawah program
Jalur Cepat Pemerintah Indonesia. Proyek-proyek ini meliputi Suralaya,
Labuan, Indramayu, Pelabuhan Ratu dan Paiton; yang diharapkan
akan menghasilkan lebih dari 4.000 MW. Mitra kontrak utama untuk
pengembangan ini adalah Chengda Engineering Corp, CNEEC,
Shanghai Electric, Harbin Power dan CNTIC.
Komitmen terhadap Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan
dan Masyarakat Luas
Truba Manunggal meletakkan prioritas utama pada hal-hal terkait
Kesehatan, Keamanan, Kesehatan dan Lingkungan (K3L) dengan
melaksanakan program pelatihan efektif yang menjamin terciptanya
lingkungan kerja yang aman dan bersahabat bagi seluruh karyawan
maupun mereka yang bekerja dengan Truba Manunggal. Keamanan
lingkungan kerja adalah faktor penting yang dievaluasi secara ketat
oleh Truba Manunggal dalam melaksanakan rencana proyek dan
kewajiban kontraknya. Truba Manunggal telah menyusun panduan
keamanan yang wajib dipatuhi oleh para karyawan dan kontraktor
pada saat beroperasi. Melanjutkan rekam jejak positif dari 3 (tiga)
tahun berjalan, Truba Manunggal belum pernah mengalami
kecelakaan atau luka serius dalam operasinya selama periode laporan
ini – mempertahankan rekam jejaknya yang bersih selama tiga tahun
berturut-turut. Perusahaan masih mempertahankan sertifikasi dari the
National Council on Occupational Safety and Health Administration
(“OSHA”) dari AS.
strategic partnerships with the region’s leading power equipment
manufacturers and power developers.
On the procurement side, China is recognized as a global leader in
producing cost competitive and reliable power plant equipment. The
Company currently maintains an Agency Agreement with Shanghai
Electric, the largest power equipment manufacturer in China with an
annual production capacity of 30,000 MW of power turbines for coal-
fired, gas-fired, hydro and nuclear power plants. This agreement gives
Truba Manunggal exclusive rights to market and represent Shanghai
Electric’s power equipment of 100 MW or more in Indonesia. For
power generating equipment of less than 100 MW, the Company
also maintains an Agency Agreement with Qingdao Jieneng, another
world-class PRC power equipment manufacturer, which specializes
in small to mid-size turbines. Truba Manunggal has also forged a
partnership arrangement with Sinohydro Corporation, the largest
hydraulics and hydroelectric equipment manufacturer in China.
Truba Manunggal is the local partner handling construction and
installation for 5 (five) of the 9 (nine) mega-projects currently
contracted to Chinese firms under the Government of Indonesia’s Fast
Track electrification program. These include major projects in Suralaya,
Labuan, Indramayu, Pelabuhan Ratu and Paiton; which are expected
to bring more than 4,000 MW of power online. Lead contracting
partners for these developments include: Chengda Engineering Corp.,
CNEEC, Shanghai Electric, Harbin Power and CNTIC.
Commitment to Safety Health and the Environment and the
Broader Community
Truba Manunggal places a high priority on matters related to Health,
Safety and the Environment (HSE) maintaining effective training
programs which ensure a safe and friendly workplace for all of its
employees as well as those who work with Truba Manunggal.
Workplace safety is an important factor that Truba Manunggal
stringently evaluates when implementing its project plans and carrying
out its contractual obligations. Truba Manunggal has established
safety guidelines, which its employees and contractors are required
to comply with when carrying out their operations. Following on its
positive track record from the preceding 3 (three) years running, Truba
Manunggal has not experienced any serious accidents or fatalities
in its operations during the current reporting period. The Company
continues to maintain its certification with the National Council on
Occupational Safety and Health Administration (“OSHA”) of the US.
Laporan Direktur Utama Report of the President Director
22 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Laporan Direktur Utama Report of the President Director
Lebih jauh, dalam memenuhi tanggung jawab sebagai warga
korporasi yang baik, Perusahaan di tahun 2008 terus menerapkan
program-program untuk membantu masyarakat setempat di sekitar
tempat Perusahaan beroperasi. Di kantor pusatnya di Jakarta dan
melalui anak perusahaan di lapangan, Perusahaan secara berkala
berperan aktif dalam mensponsori kegiatan pendidikan pada tingkat
lanjutan dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang kurang
beruntung. Sepanjang tahun 2008, bantuan keuangan dan materi
diberikan kepada panti asuhan maupun fasilitas perawatan bagi orang
tua. Perusahaan juga memberikan bantuan bencana alam.
Tata Kelola Perusahaan
Truba Manunggal terus mempertahankan penerapan standar
tertinggi Tata Kelola Perusahaan yang baik (GCG) secara menyeluruh.
Prinsip-prinsip transparansi, pertanggungjawaban, akuntabilitas,
independensi dan keadilan merupakan nilai inti yang ditanamkan pada
seluruh tingkat operasi dan diwujudkan dalam bentuk hubungan kami
dengan para pemangku kepentingan. Truba Manunggal memandang
komitmen ini sebagai investasi penting untuk menambah nilai
terhadap kontrak dan kegiatannya.
Pada tahun 2008, saya menjabat sebagi Presiden Direktur baru Truba
Manunggal menggantikan Bapak Arifin Wiguna yang mengundurkan
diri pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)
tahun 2008.
Sehubungan dengan perubahan-perubahan lainnya pada Direksi
dalam tahun 2008: Bapak Chua Thiam Joo yang menjabat sebagai
Direktur sejak tahun 2006, mengundurkan diri pada pertengahan
2008. Penggantinya akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa (RUPSLB) 2009.
Furthermore, in fulfilling its responsibilities as a good corporate citizen,
the Company continued, in 2008, to implement programs which assist
local communities in the vicinity of its operations. At its headquarters
in Jakarta and through its subsidiaries in the field, the Company
regularly plays an active role in sponsoring education initiatives at
the post secondary level and providing assistance to disadvantaged
communities. During 2008 financial and material assistance was
provided to orphanages as well as care facilities for the elderly. The
Company also provides disaster relief.
Corporate Governance
Truba Manunggal continues to rigorously maintain the highest
standards of Good Corporate Governance (GCG). The principles of
transparency, responsibility, accountability, independence and fairness
are core values which persist across all levels of our operations and are
manifest in all of our relationships with stakeholders. Truba Manunggal
considers this commitment to be a critical investment which adds
value to all of our contracts and initiatives.
In 2008, I became the new President Director of Truba Manunggal
replacing Mr. Arifin Wiguna who resigned after the Annual General
Meeting of Shareholders (AGMS) in 2008.
Regarding other changes to the Board of Directors in 2008;
Mr.Chua Thiam Joo who served as a Company director since 2006,
resigned during mid-2008. His replacement will be decided at the
Company’s 2009 Extraordinary General Meeting of Shareholders
(EGMS) meeting.
Truba Manunggal 2008 Annual Report 23
Laporan Direktur Utama Report of the President Director
Selain itu, Bapak Andre Purnawan juga diangkat dalam jajaran Direksi.
Sebagai hasil pengangkatan ini dan dengan tidak adanya pengunduran
lain, Direksi Truba Manunggal menjadi 4 (empat) anggota.
Sebagai penutup, atas nama Direksi, saya ingin berterima kasih kepada
Dewan Komisaris dan para pemegang saham atas kepercayaan
dan dukungannya kepada tim manajemen Perusahaan. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada klien, mitra usaha dan karyawan
kami yang senantiasa mendukung pencapaian tujuan jangka panjang
pertumbuhan dan kesinambungan Perusahaan. Bersama-sama, kita
akan menghadapi tantangan berat yang ditimbulkan oleh kondisi
ekonomi global yang masih berlanjut, untuk menjamin bahwa
infrastruktur Indonesia akan terus membaik serta memberikan
manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
Also Mr. Andre Purnawan was appointed to the Board of Directors.
As a result of this appointment, and in the absence of any other
resignations, Truba Manunggal’s Board of Directors consists of 4
(four) members.
In conclusion, on behalf of the Board of Directors, I would like to thank
the Board of Commissioners and the shareholders for their confidence
and support for the Company’s management team. I would also
like to express gratitude to our clients, partners and employees for
respectively continuing to support the Company’s long-term goals
of growth and sustainability. Together we will face the considerable
challenges posed by ongoing global economic conditions to ensure
that Indonesia’s infrastructure continues to improve, advancing
benefits to all levels of society.
Sidarta SidikDirektur Utama President Director
Dari kiri ke kanan Fromlefttoright:
Sidarta Sidik Direktur Utama President Director
Andre PurnawanDirektur Director
Shi Hong ChaoDirektur Director
FX. Agus Edyono, S.lp Direktur Tidak Terafiliasi Unaffiliated Director
24 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Laporan OperasionalOperational Report
Truba Manunggal 2008 Annual Report 25
The strong bonds between Truba Manunggal and its partners have resulted in significant transfer of technological knowledge for power project implementation, improving the Company’s overall effectiveness and efficiency.
Hubungan yang erat antara Truba Manunggal dan para mitra kerjanya telah menghasilkan transfer teknologi yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek, sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi Perusahaan secara keseluruhan.
26 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Indonesia’s Dominant Power and Industrial Plant Contractor
with A Strong Track Record in EPC Business
Truba Manunggal’s 30 years experience has provided it a solid track
record for power plant development making it the partner of choice
of the major international EPC contractors working in Indonesia.
Through its strategic partnerships, the Company has constructed more
than 90% of PLN’s coal-fired and gas-fired power plants. The total
capacity of power projects for which Truba Manunggal has served as
the local partner is over 15,000 MW. The Company has also completed
a wide variety of industrial plant construction projects for the Oil &
Gas, mining, fertilizers, chemicals, petrochemicals, cement and pulp
& paper sectors. As the only domestic EPC contractor to be certified
by the American Society of Mechanical Engineers for the design and
assembly of power plant boilers larger than 300 MW, the Company
is well positioned to play a leading role in the Government’s ongoing
10,000 MW Fast Track electrification program.
Strategic Partnerships with International and Domestic EPC
Companies
Over the past several years Truba Manunggal has maintained a
particular focus on forging strategic partnerships with leading power
equipment manufacturers and power producers from China. The
strong bonds between Truba Manunggal and its partners have resulted
in significant transfer of technological knowledge for power project
implementation, improving the Company’s overall effectiveness and
efficiency. This ongoing development of the Company’s core strength
in EPC project development has provided it a favorable position among
competing tenders for power projects in Indonesia. The Company’s
position is further strengthened by Chinese companies’ ability to offer
competitive prices for their power plant equipment. The Chinese
Government continues to provide strong support for Indonesian coal-
fired power plant projects, and has asked China financial institutions
like the EXIM Bank of China to provide financial support for these
projects.
Kontraktor Pembangkit Listrik dan Industri Indonesia yang
Utama dengan Rekam Jejak yang Meyakinkan dalam Bisnis EPC
Pengalaman Truba Manunggal selama 30 tahun telah memberikannya
rekam jejak yang solid dalam pembangunan pembangkit listrik,
menjadikannya mitra pilihan bagi kontraktor-kontraktor utama
internasional EPC yang beroperasi di Indonesia. Melalui kemitraan
strategis, Perusahaan telah membangun lebih dari 90% pembangkit
listrik bertenaga batubara dan gas. Kapasitas keseluruhan proyek
listrik dimana Truba Manunggal bertindak sebagai mitra lokal adalah
lebih dari 15.000 MW. Perusahaan juga telah menyelesaikan berbagai
jenis proyek pembangunan industri dalam sektor pengembangan
minyak & gas, pertambangan, pupuk, kimia, petrokimia, semen,
bubuk kertas & kertas. Sebagai satu-satunya kontraktor EPC domestik
yang memperoleh sertifikat dari American Society of Mechanical
Engineers untuk perancangan dan pemasangan boilers pembangkit
listrik dengan daya lebih dari 300 MW, Perusahaan berada pada posisi
yang baik untuk memainkan peran utama dalam program kelistrikan
Jalur Cepat Pemerintah 10.000 MW yang sedang berlangsung.
Kemitraan Strategis dengan Perusahaan EPC Internasional dan
Domestik
Selama beberapa tahun terakhir, Truba Manunggal telah memfokuskan
diri khususnya dalam menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan
manufaktur perlengkapan dan penghasil listrik terkemuka dari Cina.
Hubungan yang erat antara Truba Manunggal dan mitra-mitranya
telah menghasilkan transfer pengetahuan teknologi yang sangat
penting untuk pelaksanaan proyek listrik, serta meningkatkan
efektivitas dan efisiensi Perusahaan secara keseluruhan. Perkembangan
kekuatan inti Perusahaan dalam pengembangan proyek EPC telah
menempatkannya pada posisi yang diminati diantara para kompetitor
dalam tender proyek listrik di Indonesia. Posisi ini diperkuat oleh
kemampuan perusahaan-perusahaan Cina untuk menawarkan harga
yang bersaing untuk peralatan pembangkit listrik mereka. Pemerintah
Cina terus memberikan dukungan yang kuat bagi proyek-proyek
pembangkit listrik tenaga batubara, dan telah menginstruksikan
lembaga keuangan RRC seperti EXIM Bank of China untuk memberikan
dukungan keuangan untuk proyek-proyek ini.
Strategi Kemitraan UsahaPartnership Business Strategy
Truba Manunggal 2008 Annual Report 27
Truba Manunggal’s strategic partnerships with world-class Chinese
companies engaged in equipment manufacturing and power
generation include the following:
• Shanghai Electric: Partnership Agreement signed in Jan 2007.
Truba Manunggal has a first-right of refusal for all Shanghai
Electric EPC projects in Indonesia. Shanghai Electric is the largest
Chinese power equipment manufacturer for coal-fired, gas-fired,
hydro and nuclear power plants. It specialized in large scale power
plants, with annual production of over 30,000 MW power plant
equipment with unit capacity up to 1,000 MW. The company
was established in 1953, and is publicly listed on the HK Stock
Exchange.
• Qingdao Jieneng Power Station Engineering: Partnership
Agreement signed in May 2007. Truba Manunggal has a first-right
of refusal for all QJPSE EPC projects in Indonesia. This Chinese
state-owned enterprise specialized in the production of small-
to-mid size turbines. It maintains more than 50% of the market
share for turbines of 50 MW or below in China; with production
capacity of more than 10,000 MW per year. The company has
extensive product supply and EPC experiences in Indonesia and
other Asian countries.
• Chengda Engineering Corp. has subcontracted all construction
requirements including mechanical and electrical installation, for
the 2 x 300 MW power generators in Labuhan. Chengda is a
world class Chinese EPC contractor.
• China National Technology Import & Export Corporation
(CNTIC) has subcontracted all construction requirements
including mechanical and electrical installation, for the 2 x 300
MW power generator in Labuhan. CNTIC is a world class Chinese
EPC contractor.
• China National Electric Equipment Cooperation (CNEEC) has
subcontracted all construction requirements including mechanical
and electrical installation, for the 3 x 330 MW power generators
in Indramayu. CNEEC is a world-class Chinese EPC contractor.
• Harbin Power Engineering has subcontracted all construction
requirements including mechanical and electrical installation,
for the 1 x 600 MW power generator in Paiton. Harbin Power
Engineering is a world class Chinese EPC contractor.
Kemitraan strategis Truba Manunggal dengan perusahaan-perusahaan
RRC kelas dunia terkait dalam pembuatan peralatan dan penghasil
listrik, yang mencakup sebagai berikut:
• Shanghai Electric: Perjanjian Kemitraan ditandatangani pada
bulan Januari 2007. Truba memiliki hak pertama penolakan
seluruh proyek EPC mereka di Indonesia. Shanghai Electric adalah
pembuat peralatan listrik Cina yang terbesar untuk pembangkit
listrik tenaga batubara, gas, air dan nuklir, yang memiliki spesialisasi
pada pembangkit listrik berskala besar dengan produksi tahunan
peralatan listrik di atas 30.000 MW dengan kapasitas hingga
1.000 MW. Perusahaan didirikan pada tahun 1953 dan tercatat di
HK Stock Exchange.
• Qingdao Jieneng Power Station Engineering: Perjanjian
Kemitraan ditandatangani pada bulan Mei 2007. Truba
Manunggal memiliki hak pertama penolakan seluruh proyek EPC
mereka di Indonesia. Perusahaan ini dimiliki oleh pemerintah
Cina dan mengkhususkan diri pada produksi turbin kecil hingga
menengah. Menguasai lebih dari 50% pangsa pasar untuk turbin
50 MW ke bawah di Cina dengan kapasitas produksi lebih dari
10.000 MW per tahun. Perusahaan memiliki pasokan produk dan
pengalaman EPC yang luas di Indonesia dan negara Asia lainnya.
• Chengda Engineering Corp. telah mensubkontrakkan seluruh
keperluan konstruksi termasuk instalasi mekanik dan listrik untuk
pembangkit listrik 2 x 300 MW di Labuhan. Chengda merupakan
kontraktor EPC Cina bertaraf dunia.
• China National Technology Import & Export Corporation
(CNTIC) telah mensubkontrakkan seluruh keperluan konstruksi
termasuk instalasi mekanik dan listrik untuk pembangkit listrik
2 x 300 MW di Labuhan. CNTIC merupakan kontraktor EPC Cina
bertaraf dunia.
• China National Electric Equipment Cooperation (CNEEC)
telah mensubkontrakkan seluruh keperluan konstruksi termasuk
instalasi mekanik dan listrik untuk pembangkit listrik 3 x 330
MW di Labuhan. CNEEC merupakan kontraktor EPC Cina
bertaraf dunia.
• Harbin Power Engineering telah mensubkontrakkan seluruh
keperluan konstruksi termasuk instalasi mekanik dan listrik
untuk pembangkit listrik 1 x 600 MW di Paiton. Harbin Power
Engineering merupakan kontraktor EPC Cina bertaraf dunia.
Strategi Kemitraan Usaha Partnership Business Strategy
28 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
• Beijing Electric Power Construction Co.: MoU signed in July
2007 for the cooperation as the on-shore contractor of China EPC
contractor. Beijing Electric Power Construction is one of China’s
major Power Construction Companies. It has extensive experience
in the construction of 600 MW and 300 MW coal-fired power
plants in China. It also maintains a world-class training centre for
installation of power plants in Beijing, China.
• China Guodian Overseas Power Co. Ltd.: MoU signed in July
2007. In the operation and maintenance of Truba Manunggal
IPP power plants and other plants in Indonesia. China Guodian
Overseas Power is one of the top 5 (five) Power Generation Group
in China. To date it has achieved installed capacity of more than
50,000 MW in more than 120 power plants around China. It
also maintains extensive Operation and Maintenance resources
in China.
• Shanghai Golden Concord: MoU signed in March 2007 for
cooperation as the on-shore contractor. Shanghai Golden
Concord is one of China’s major power companies specializing in
Engineering Design & Management, Equipment manufacturing,
Project Construction and Operation & Maintenance. It has
extensive experience in developing medium-scale power plants.
• Xin Yuan International Investment Company: MoU signed
in August 2007. Xin Yuan International Investment Company
possesses a strong network capable of mobilizing resources
for investment in International power sector development. As
the overseas investment arm of the State Grid Corporation of
China, it has a solid track record for participation in power sector
development. Its total installed capacity is currently more than
20,000 MW.
• Sinohydro Corporation Limited: MoU signed in August 2007.
Sinohydro has extensive experience in constructing hydro and
thermal power plants. It is one of the biggest civil contractors in
China. Its annual revenue are currently in excess of US$ 8 billion.
• Beijing Electric Power Construction Co.: MoU ditandatangani
pada bulan Juli 2007 untuk kerja sama sebagai kontraktor
on-shore dari kontraktor EPC Cina. Beijing Electric Power
Construction adalah salah satu perusahaan konstruksi listrik utama
di Cina yang memiliki pengalaman dalam konstruksi pembangkit
listrik tenaga batubara 600 MW dan 300 MW. Perusahaan ini juga
memiliki pusat pelatihan bertaraf internasional untuk instalasi
pembangkit listrik di Beijing, Cina.
• China Guodian Overseas Power Co. Ltd.: MoU ditandatangani
pada bulan Juli 2007 untuk pengoperasian dan pemeliharaan
pembangkit listrik IPP Truba Manunggal dan lainnya di Indonesia.
Chins Guodian Overseas Power adalah salah satu dari 5 (lima)
besar Grup Pembangkit Listrik terkemuka di Cina. Hingga kini
perusahaan ini telah mencapai kapasitas terpasang lebih dari
50.000 MW pada lebih dari 120 pembangkit listrik di seluruh
Cina. Selain itu, juga menjalankan Operasi dan Pemeliharaan
sumber daya yang luas di Cina.
• Shanghai Golden Concord: MoU ditandatangani pada bulan
Maret 2007 untuk kerjasama sebagai kontraktor on-shore.
Shanghai Golden Concord adalah salah satu perusahaan listrik
utama di Cina dengan spesialisasi pada Desain & Manajemen
Engineering, pembuatan peralatan, konstruksi proyek dan Operasi
& Pemeliharaan. Perusahaan memiliki pengalaman luas dalam
mengembangkan pembangkit listrik skala menengah.
• Xin Yuan International Investment Company: MoU
ditandatangani pada bulan Agustus 2007. Xin Yuan International
Investment Company telah memiliki jaringan kuat yang mampu
memobilisasi sumber daya untuk investasi dalam pengembangan
sektor listrik internasional. Sebagai perpanjangan tangan untuk
investasi luar negeri dari State Grid Corporation of China,
perusahaan ini memiliki rekam jejak yang mendukung untuk
berpartisipasi dalam pengembangan sektor listrik. Total kapasitas
terpasangnya saat ini lebih dari 20.000 MW.
• Sinohydro Corporation Limited: MoU ditandatangani pada
bulan Agustus 2007. Sinohydro memiliki pengalaman luas dalam
pembangunan pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi.
Perusahaan ini merupakan salah satu kontraktor sipil terbesar di
Cina. Saat ini pendapatan tahunan melebihi US$ 8 miliar.
Strategi Kemitraan Usaha Partnership Business Strategy
Truba Manunggal 2008 Annual Report 29
• Shenergy Company Ltd.: MoU signed in September 2007.
Shenergy is China’s publically listed industrial power generation
company. It continues to play a leading investment and
management role in current undertakings of power and energy
projects in Shanghai. Its market share is 2,230 MW or about
25.5% of the total installed capacity in Shanghai
• EDF Trading: JVA signed on September 26, 2007. EDF Trading is
a major player in energy trading throughout the region. It actively
trades in international wholesale energy markets; buying and
selling electricity, emissions, natural gas, coal, freight, biomass
and oil. EDF is one of the largest traders of electricity and gas
traders in Europe. Furthermore it is one of the first traders to move
into the global market for liquefied natural gas.
• Shenergy Company Ltd.: MoU ditandatangani pada bulan 2007.
Shenergy adalah perusahaan publik pembangkit listrik industri di
Cina yang terus berperan penting dalam investasi dan manajemen
dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangkit listrik dan energi
Shanghai. Pangsa pasar 2.230 MW atau sekitar 25,5% dari total
kapasitas terpasang di Shanghai.
• EDF Trading: JVA ditandatangani pada tanggal 26 September
2007. EDF Trading merupakan pemain utama perdagangan
energi di seluruh kawasan; aktif beroperasi di pasar energi
internasional jumlah besar, pembelian dan penjualan listrik, emisi,
gas alam, batubara, kapal, biomass dan minyak. EDF adalah
salah satu pedagang listrik dan gas terbesar di Eropa. Lebih dari
itu, perusahaan merupakan salah satu pedagang pertama yang
pindah ke pasar global untuk gas alam cair.
Strategi Kemitraan Usaha Partnership Business Strategy
30 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Tahun fiskal 2008 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi
perekonomian Indonesia, terutama jika dikaitkan dengan sektor energi.
Harga minyak bumi yang mencapai puncaknya pada awal semester,
berpengaruh negatif terhadap pelanggan maupun perusahaan-
perusahaan komersial. Penurunan drastis selanjutnya pada harga-harga
komoditas, yang dipicu oleh krisis likuiditas global dan perlambatan
ekonomi yang menyertainya, telah mengubah tatanan bisnis untuk
selamanya dan memberikan implikasi sangat besar terhadap kehidupan
masyarakat di seluruh dunia. Terlepas dari tantangan-tantangan ini,
transformasi Indonesia dari perekonomian berbasis pertanian dan
sumber daya alam menuju perekonomian berorientasi manufaktur
tetap berlanjut. Untuk memenuhi pertumbuhan permintaan energi
dengan kebutuhan transformasi ini, Pemerintah telah berkomitmen
untuk meningkatkan program pelistrikan Jalur Cepat yang bertujuan
untuk mendongkrak produksi sumber energi sebesar 10.000 MW
hingga tahun 2010. Sebagai antisipasi pertumbuhan permintaan akan
listrik, perencanaan telah disiapkan untuk memperluas program ini.
Indonesia saat ini menghadapi masalah kekurangan pembangkit
sumber energi, yang dipersulit dengan kurangnya jaringan listrik
nasional yang terintegrasi. Meskipun pertumbuhan permintaan dari
sektor industri diperkirakan menurun sejalan dengan perekonomian
The Fiscal year 2008 presented many challenges to the Indonesian
economy, particularly for the energy sector. Peak oil prices experienced
in the first semester of the year combined with a continuing adjustment
to changes in subsidies affected in the preceding year continued to
impact consumers and commercial enterprises alike. The subsequent
rapid decline in commodity prices triggered by the global liquidity
crisis and the accompanying economic slowdown have irrevocably
altered the economic landscape. Despite these challenges, Indonesia’s
transformation from an agricultural and resource based economy
to a manufacturing-oriented economy is continuing. To meet the
growing demand for energy which such a transformation entails, the
Government has committed to advancing its Fast Track electrification
program which aims to boost power production by 10,000 MW by
2010. Anticipating the growing demand for electricity, planning is
already underway to extend this program.
Indonesia currently faces a shortage of generating power, a problem
made worse by the lack of an integrated national power grid. Although
growth in demand from the industrial sector is expected to decline
as the world economy moves into recession, given the current status
Tinjauan BisnisBusiness Review
Truba Manunggal 2008 Annual Report 31
Tinjauan Bisnis Business Review
yang menuju resesi, dengan status produksi listrik seperti sekarang
ini kekurangan sangat mungkin terjadi. Proyek-proyek untuk
meningkatkan pasokan listrik ke daerah utama di Jawa-Bali yang
sedang berlangsung merupakan inisiatif pengembangan yang sudah
lama ada. Pada tahun-tahun mendatang, Pemerintah diharapkan untuk
melanjutkan pembelanjaan yang besar pada infrastruktur – mencakup
pembangunan sektor listrik – sebagai salah satu strategi kunci dalam
mengatasi pelemahan perekonomian global. Sebagai satu-satunya
perusahaan listrik dan pemasok yang memimpin pasokan EPC, IPP
dan Pertambangan Batubara, Truba Manunggal akan melanjutkan
menjadi mitra strategis bagi Pembangunan Nasional.
Per 31 Maret 2007, terdapat sekitar 36,1 juta pelanggan listrik di
seluruh Indonesia, dimana 24,4 juta atau 67,5% dari keseluruhan
dilayani oleh jaringan Jawa-Bali. Lebih dari 93,0% dari pelanggan
adalah perumahan, sebesar sekitar 39,1% dari total penjualan listrik.
Sebanyak 4,3% pelanggan lainnya merupakan pelanggan komersial
sebanyak 16,7% dari total penjualan listrik. Pelanggan selebihnya
berasal dari sektor industri dan lain-lain, masing-masing sebanyak
sekitar 37,8% dan 6,4% dari total penjualan listrik.
of national power production, shortages are likely to persist. Indeed
ongoing projects to boost the supply of electricity to the main Java-
Bali grid represent development initiatives which are long overdue. In
the coming years the Government is expected to continue to spend
heavily on infrastructure – including development of the power sector
– as one of its key strategies to overcoming the global economic
slowdown. As Indonesia’s only fully integrated power company and
leading provider of EPC, IPP and Coal Mining and Trading service,
Truba Manunggal will continue to be a strategic partner for national
development.
As of March 31, 2007, there were approximately 36.1 million electricity
customers throughout Indonesia, of which 24.4 million or 67.5% of
the total were served by the Java-Bali grid. Over 93.0% of all customers
are residential, with the sector accounting for around 39,1% of total
electricity sales. A further 4.3% of customers are commercial concerns
which account for 16.7% of total electricity sales. The remaining
customers come from industrial and other sectors, which respectively
account for approximately 37.8% and 6.4% of total electricity sales.
Independent Power Producer(IPP)
PT TRUBA ALAMMANUNGGAL ENGINEERING TBK
Engineering Procurement Construction
(EPC)Coal Operations
32 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Based on the work contracts already at hand, the EPC division of Truba
Manunggal is expected to operate at optimum capacity up to at least
the year 2010.
Project progress on projects under taken by the Company’s EPC division
exceeded expectation in 2008. This was principally due to exceptional
growth of the Company’s Oil & Gas clients. Going into the year, the
Company continued to deliver on it commitments to BP Tangguh LNG,
a 3 (three) year US$ 25 million project which began in 2007 and is
scheduled to be completed in 2010.
While Oil & Gas prices remained at record highs in the first semester,
major players in the industry continued to commit their allocated
budgets to developing their assets. A key highlight of Truba
Manunggal’s performance in 2008 was the award of 2 (two) separate
contracts working with the local unit of US oil & gas giant, Chevron
Berdasarkan kontrak yang telah dibukukan, divisi EPC Truba Manunggal
saat ini sampai paling tidak Tahun 2010 nanti, akan beroperasi dengan
kapasitas optimumnya.
Pencapaian progres proyek dari divisi EPC Perusahaan melebihi harapan
di tahun 2008. Hal ini terutama dikarenakan pertumbuhan yang
luar biasa dari klien Minyak dan Gas. Selama tahun ini, Perusahaan
melanjutkan penyelesaian komitmennya kepada BP Tangguh LNG,
sebuah proyek 3 (tiga) tahun bernilai US$ 25 juta yang dimulai tahun
2007 dan dijadualkan rampung pada tahun 2010.
Saat harga Minyak dan Gas tetap berada pada rekor tingginya selama
paruh pertama, para pemain utama dalam industri terus menempatkan
alokasi anggaran untuk mengembangkan aset-asetnya. Puncak
pencapaian Truba Manunggal di tahun 2008 adalah perolehan 2
(dua) kontrak yang terpisah, bekerja dengan unit setempat dari
Tinjauan Bisnis Business Review
PT Manunggal Infrasolusi EPC(Power Plant/Industrial)
PT Truba Jaya Engineering(Construction)
PT Manunggal Engineering(Engineering & Procurement)
PT Suar Alam Engineering(Engineering & Procurement)
PT Meta Epsi EPC(Transmission)
Engineering Procurement Construction (EPC)
Truba Manunggal 2008 Annual Report 33
to revitalize its production at the Duri and North-Duri oil fields. The
combined value of these two projects was US$ 203 million.
Ongoing book orders for EPC in the power generation sector, as of
year-end 2008, amounted to US$ 420 million. This figure includes
3 (three) newly acquired (in 2008) projects: Suralaya (1 x 600 MW);
Paiton (1 x 600 MW); and Bangka Belitung (50 MW). The latter project
is scheduled to commence in 2009. All others began work in 2008.
Over the 5 year period from 2007 through to 2011 Oil & Gas projects
comprise 35% of the Company’s book order on EPC. During 2008,
the combined revenue stream from the three aforementioned Oil
& Gas projects was under US$ 114 million while power generation
related EPC projects posted revenues of US$ 65 million. Thus in 2008,
revenues from Oil & Gas EPC spiked to nearly double that from the
power generation contracts. While the balance of revenues is expected
to adjust back in favour of the power generation in 2009 and onwards,
the shift toward Oil & Gas in 2008 provides a clear indication of the
enormous potential which Truba Manunggal’s EPC units possesses in
this critical sector.
Going forward, the Company is continuing to tender for electric power
generation projects, which hold the greatest immediate promise for the
Company’s EPC business. The Government of Indonesia is committed
to pushing ahead with its 10,000 MW Fast Track electrification
program for Indonesia. During 2008, the Company submitted over
Chevron, sebuah perusahaan raksasa Minyak dan Gas AS untuk
merevitalisasi produksi di lahan minyak Duri dan Duri Utara. Nilai
gabungan dari kedua proyek ini sebesar US$ 203 juta.
Order-order yang dibukukan dan tengah berlangsung untuk EPC pada
sektor pembangkit listrik di akhir tahun 2008 bernilai US$ 420 juta.
Angka ini mencakup 3 (tiga) proyek yang baru diperoleh di tahun
2008, yaitu Suralaya (1 x 600 MW); Paiton (1 x 600 MW); dan Bangka
Belitung (50 MW). Proyek terakhir dijadualkan untuk dimulai pada
tahun 2009, sementara yang lainnya sudah dimulai tahun 2008.
Selama periode 5 tahun sejak 2007 hingga 2011, proyek-proyek Minyak
& Gas merupakan 35% dari pesanan EPC yang telah dibukukan.
Selama tahun 2008, aliran pendapatan gabungan dari ketiga proyek
Minyak dan Gas yang telah disebutkan sebelumnya mencapai
dibawah US$ 114 juta, sementara proyek EPC terkait pembangkit
listrik mencatat pendapatan sebesar US$ 65 juta. Dengan demikian,
pendapatan dari EPC Minyak dan Gas tumbuh hingga hampir dua
kali lipat dari kontrak pembangkit listrik. Di saat saldo pendapatan
diharapkan menyesuaikan kembali dengan pembangkit listrik di tahun
2009 dan mendatang, pergeseran ke arah Minyak dan Gas di tahun
2008 memberikan indikasi nyata dari potensi luar biasa yang dimiliki
unit EPC Truba Manunggal pada sektor penting ini.
Ke depan, Perusahaan akan melanjutkan untuk melakukan tender
proyek-proyek pembangkit tenaga listrik, yang paling menjanjikan
bagi bisnis EPC Perusahaan. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk
mendorong kemajuan melalui program Akselerasi Pembangkit Listrik
10.000 MW untuk Indonesia. Sepanjang tahun 2008, Perusahaan
Tinjauan Bisnis Business Review
34 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
memasukkan lebih dari 20 tender. Sementara sebagian proyek
saat ini ditunda, Truba Manunggal memperkirakan PLN akan mulai
mengumumkan pemenang tender pada akhir tahun 2009.
Bagian terbesar dari kapasitas terpasang pada Program Akselerasi
Pembangkit Listrik adalah untuk proyek-proyek mega terkait dengan
jaringan listrik Jawa-Bali dengan kapasitas berkisar dari 600 hingga
1.100 MW. Proyek ini sudah tentu melibatkan konsorsium kontraktor,
pemberi fasilitas pembiayaan dan off-takers. Kesembilan mega proyek
yang sedang berlangsung di Jawa menggunakan perusahaan Cina
sebagai kontraktor utama. Umumnya kontraktor Cina menitikberatkan
pada fungsi Engineering dan Pengadaan dari kontrak dan menyerahkan
masalah konstruksi dan instalasi kepada kontraktor lokal, Truba
Manunggal, yang hingga saat ini telah menjadi partner lokal untuk
5 (lima) dari 9 (sembilan) mega proyek.
Truba Manunggal memfokuskan pada instalasi mekanis dan listrik,
sementara fungsi-fungsi engineering sipil seperti pembebasan lahan,
serta persiapan dan pembangunan jalan dikerjakan oleh kontraktor
domestik. Keadaan ini menjamin bahwa marjin bagi sumber daya
Perusahaan yang tersedia dipertahankan pada tingkat optimal yaitu
rata-rata sekitar 13%.
Truba Manunggal juga menyediakan jasa operasional dan perawatan,
yang meliputi pekerjaan perbaikan, renovasi dan pembaruan, serta
baik pada sektor pembangkit listrik maupun sektor industri dan
pertambangan. Pendapatan dari kegiatan O&M saat ini diakui sebagai
bagian dari jasa EPC. Jasa O&M berfokus pada manajemen aset dan/
atau perawatan fasilitas jangka panjang dengan menggunakan teknisi
perawatan yang direkrut langsung beserta sistem yang berbasis
pengetahuan atau teknologi.
Dalam hal belanja barang modal, Truba Manunggal terus memusatkan
diri pada EPC sebagai unit bisnis utama. Selama tahun 2008
Perusahaan melakukan investasi sumber daya yang cukup besar pada
mesin berat dan peralatan teknis lainnya. Investasi pada peralatan EPC
yang dilakukan di tahun 2008 adalah:
20 tenders. While many of these tenders are currently being delayed,
Truba Manunggal expects PLN will begin announcing winning bids by
late 2009.
The bulk of capacity installed under the Fast Track Program is for mega-
projects attached to the Java-Bali power grid with capacities ranging
from 600 to 1,100 MW. These projects inevitably engage a consortium
of contractors, financiers and off-takers. All 9 (nine) ongoing mega-
projects in Java have taken Chinese firms as lead contractors. Typically
the Chinese contractors focus on the Engineering and Procurement
functions of the contract, leaving construction and installation to the
local contractor. To date, Truba Manunggal has been the local partner
for 5 (five) of the 9 (nine) mega-projects.
Truba Manunggal typically focuses on mechanical and electrical
installation leaving the civil engineering functions including land
clearance & preparation and road building to the domestic contractors
which it cooperates with. This ensures that margins for the Company’s
available resources are maintained at optimal levels, which have, on
average, been approximately 13%.
Truba Manunggal also provides operation and maintenance services.
These include repairs, renovations and refurbishment work for the
power plant sector as well as for the manufacturing and the mining
industry. Revenue from O&M activity is currently recognized as part of
EPC services. O&M services focus on asset management and/or long-
term facility care using direct-hire maintenance technicians along with
knowledge-and technology based systems.
In terms of CAPEX, Truba Manunggal continues to focus on EPC as its
core business unit. During 2008, the Company invested considerable
resources in heavy machinery and other technical equipment. These
investments included the following:
Ulasan Bisnis Business Review
Truba Manunggal 2008 Annual Report 35
CAPITAL EXPENDITURE (CAPEX) 2008-0 – Monitoring
RIGGING AND EQUIPMENT DIVISION € 1 = US$ 1.2
Equipment Total Cost
CONSTRUCTION EQUIPMENT
RT Crane, Grove RT 500 D, 30T - 1999 1,987,200,000
RT Crane, Grove RT 890 E - S/N 229376 - 2008 7,728,000,000
RT Crane, Grove RT 890 E - S/N 229378 - 2008 7,728,000,000
RT Crane, Grove RT 760 E - S/N 229379 - 2008 5,543,000,000
RT Crane, Grove RT 760 E -S/N 229377 - 2008 5,543,000,000
RT Crane, Grove RT 530 E s/n : 229380- 2008 3,804,200,000
Crawler Crane, FUSHUN QUY SWSL 350T -2008 39,145,370,352
Crawler Crane, FUSHUN QUY 250T - 2008 19,247,153,792
Crawler Crane, FUSHUN QUY 250T - 2008 13,316,138,328
Tower Crane, SYM M125/75 - 50T No. 2 15,915,838,322
Tower Crane, SYM M125/75 - 50T No. 3 11,891,087,740
Tower Crane, SYM M125/75 - 50T No. 4 11,891,087,740
Tower Crane, SYM M125/75 - 50T No. 5 11,891,087,740
Tower Crane, SYM M125/75 - 50T No. 6 11,891,087,740
Tower Crane, SCM C7050 - H=89,96 mtr, Jib; 70 mtr, Cap.20T . No. 2 4,866,758,600
Tower Crane, SCM C7050 - H=89,96 mtr, Jib; 70 mtr, Cap.20T . No. 3 4,866,758,600
Trailer - Extendable 3 Axles 60T #1 229,632,000
Trailer - Extendable 3 Axles 60T #2 229,632,000
Trailer - Extendable 3 Axles 60T #3 229,632,000
Trailer 3 Axles 40T 8# 137,080,000
Trailer 3 Axles 40T 8# 137,080,000
Trailer 3 Axles 40T 8# 137,080,000
Trailer 3 Axles 40T 8# 137,080,000
Trailer 3 Axles 40T 8# 137,080,000
Trailer 3 Axles 40T 8# 137,080,000
Trailer 3 Axles 40T 8# 137,080,000
Trailer 3 Axles 40T 8# 137,080,000
Genset, Perkins PL 350 Kva, Silent 427,800,000
Genset, Perkins PL 350 Kva, Silent 427,800,000
Genset, Perkins PL 350 Kva, Silent 427,800,000
Genset Cummins 6LTAA8-G2 - 250 KVA 335,800,000
Genset Cummins 6LTAA8-G2 - 250 KVA 335,800,000
Genset Cummins 6LTAA8-G2 - 250 KVA 335,800,000
Genset Cummins 6LTAA8-G2 - 250 KVA 335,800,000
Genset Cummins 6LTAA8-G2 - 250 KVA 335,800,000
Air Compressor, Engine Driven, Airman PDS 390 - 375 Cfm NO.5 S/N 272,244,898
Air Compressor, Engine Driven, Airman PDS 390 - 375 Cfm 258,163,265
Air Compressor, Engine Driven, Airman PDS 390 - 375 Cfm 258,163,265
Electric Air Compressor Ingersoll Rand 375 Cfm 1 # 173,880,000
Electric Air Compressor Ingersoll Rand 375 Cfm 237,130,000
Electric Air Compressor Ingersoll Rand 375 Cfm 237,130,000
Electric Air Compressor Ingersoll Rand 375 Cfm 237,130,000
Electric Air Compressor Ingersoll Rand 375 Cfm 237,130,000
Electric Air Compressor Ingersoll Rand 375 Cfm 237,130,000
Electric Air Compressor Ingersoll Rand 375 Cfm 237,130,000
Electric Air Compressor Ingersoll Rand 375 Cfm 237,130,000
Ulasan Bisnis Business Review
36 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Electric Air Compressor Ingersoll Rand 375 Cfm 237,130,000
Electric Air Compressor Ingersoll Rand 375 Cfm 237,130,000
Electric Air Compressor Ingersoll Rand 375 Cfm 237,130,000
Bending Roll "ASADA" 600,000,000
Over Head Crane Cap 5T, Span 20, Traveling 50 mtr, High 6 mtr, Hitachi 386,970,400
Over Head Crane Cap 5T, Span 20, Traveling 50 mtr, High 6 mtr, Hitachi 386,970,400
Gantry Crane Cap.10T,Span 18 Mtr, H 4,2 mtr, Travelling 100 Mtr. NO.1 838,256,379
Gantry Crane Cap.10T,Span 18 Mtr, H 4,2 mtr, Travelling 100 Mtr. NO.2 838,256,379
Gantry Crane Cap.10T,Span 18 Mtr, H 4,2 mtr, Travelling 100 Mtr. NO.3 838,256,379
Gantry Crane Cap.10T,Span 18 Mtr, H 4,2 mtr, Travelling 100 Mtr. NO.4 838,256,379
Gantry Crane Cap.40T, span 42 mtr, H 15 Mtr, Travelling 100 Mtr No. 1 3,169,275,741
Gantry Crane Cap.40T, span 42 mtr, H 15 Mtr, Travelling 100 Mtr No. 2 3,169,275,741
Gantry Crane Cap.40T, span 42 mtr, H 15 Mtr, Travelling 100 Mtr No. 3 3,169,275,741
Gantry Crane Cap.40T, span 42 mtr, H 15 Mtr, Travelling 100 Mtr No. 4 3,169,275,741
Gantry Crane Cap.40T, span 42 mtr, H 15 Mtr, Travelling 100 Mtr No. 5 3,169,275,741
Gantry Crane Cap.40T, span 42 mtr, H 15 Mtr, Travelling 100 Mtr No. 6 3,169,275,741
Gantry Crane Cap.40T, span 42 mtr, H 15 Mtr, Travelling 100 Mtr No. 7 3,169,275,741
SUB TOTAL 212,249,352,888
CIVIL EQUIPMENT (NDD)
Dump Truck, Hino FM 260 JD Cap. 14M3, ex-used 2004 #1 S/N : 10831 447,700,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD Cap. 14M3, ex-used 2005 #1 S/N : 12856 417,000,000
Dump Truck, Nissan CWA 260 # NO.1 677,000,000
Dump Truck, Nissan CWA 260 # NO.2 677,000,000
Dump Truck, Nissan CWA 260 # NO.3 677,000,000
Dump Truck, Nissan CWA 260 # NO.4 677,000,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD Cap. 14M3, ex-used 2004 #1 525,000,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD Cap. 14M3, ex-used 2004 #2 525,000,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD Cap. 14M3, ex-used 2004 #3 525,000,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD Cap. 14M3, ex-used 2004 #4 525,000,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD Cap. 14M3, ex-used 2004 #5 525,000,000
Fuel Tank Truck, Mitsubishi FM220, Cap. 16.000 Ltr 654,500,000
Diesel Fuel Truck, Mitsubishi FM 220 - 2008 Cap. 8000Ltr 647,700,000
Fuel Tank Truck, Mitsubishi FM220, Cap. 8.000 Ltr 647,700,000
Truck Mounted Telescopic Crane, Hino/ Unic 1504 - New #4 1,251,986,000
Truck Mounted Telescopic Crane, Hino/ Unic 553 - New NO.1 S/N B-9710 HM 1,251,986,000
LB Trailer 4 Axles 80T, 1# New 2008 812,477,000
LB Trailer 4 Axles 80T, 1# New 2008 695,520,000
LB Trailer 3 Axles 60T, 1# 1998 300,000,000
Trucktor Head, Hino FM 320P , 1# B-9769 HN 137,080,000
Shift Truck Loader , 1# 756,000,000
Buldozer, Komatsu D85 ESS Sraight Tilt Blade,#1 1,766,400,000
Buldozer, Komatsu D85 ESS Sraight Tilt Blade,#1 1,766,400,000
Buldozer, Komatsu D85 ESS Angle Blade, #1 1,757,200,000
Buldozer, Komatsu D85 ESS Angle Blade, #1 1,757,200,000
Motor Grider, Komatsu GD511A, #1 1,297,200,000
Motor Grider, Komatsu GD511A, #1 1,297,200,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #22 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #23 640,550,000
Ulasan Bisnis Business Review
Equipment Total Cost
Truba Manunggal 2008 Annual Report 37
Truba Manunggal’s investment in EPC equipment and machinery
permits the Company to remain competitive to all tenders, offering
superior pricing which is unencumbered by technical resource deficits.
The Company’s strong continuing investment in heavy equipment
combined with its 30 years experience in EPC business in Indonesia
are the leading sources of its competitive advantage.
Investasi Truba Manunggal pada peralatan dan mesin EPC
memungkinkan Perusahaan untuk tetap bersaing pada semua tender,
dengan menawarkan harga bersaing tanpa terbebani oleh defisit
sumber daya teknis. Investasi besar Perusahaan yang berlanjut dalam
hal peralatan berat, digabungkan dengan 30 tahun pengalaman dalam
bisnis EPC di Indonesia merupakan hal yang memberikan keuntungan
kompetitif bagi Perusahaan.
Ulasan Bisnis Business Review
Dump Truck, Hino FM 260 JD #24 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #25 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #26 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #27 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #28 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #29 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #30 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #31 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #32 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #33 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #34 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #35 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #36 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #37 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #38 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #39 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #40 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #41 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #42 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #43 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #44 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #45 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #46 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #47 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #48 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #49 640,550,000
Dump Truck, Hino FM 260 JD #50 640,550,000
Excavator, Kobelco SK 200, 892,400,000
Backhoe Loader, JCB 3 CX #1 662,400,000
Backhoe Loader, JCB 3 CX #2 662,400,000
Backhoe Loader, JCB 3 CX #3 662,400,000
Backhoe Loader, JCB 3 CX #4 662,400,000
Shift Truck Loader , Hino 1# 771,000,000
Shift Truck Loader , Hino 1# 763,200,000
SUB TOTAL NDD 46,646,399,000
TOTAL 258,895,751,888
Equipment Total Cost
38 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Completed EPC Projects
Project Name Location Owner Client Commencement
Date
Power Plants
PLTU Unit 1 & 2 (2x65MW) Banjarmasin PLN Mitsui 1998
Co-Generation 300MW Duri Utara Amoseas Stone & Webster 1999
GTPP 2x50MW Pemaron PLN Wasamitra 2003
Turbin Gas 6x143MW Muara Tawar PLN Samsung 2003
Cilegon CC 740MW Cilegon PLN Mitsubishi 2004
PLTU 2x300MW Cilacap Sumber Segara Prima (SSP) Cengda 2004
PLTU Unit 3 & 4 (2x100MW) Tarahan PLN JEL 2005
PLTU Tanjung Jati B (2x660MW) Jepara PLN JEL (Jurong Engineering Ltd.) 1997
Paper Factories
Musi Pulp Mill Tanjung Enim TEL Klockner 1998
Mechanical and Construction Work PM 2 Pekanbaru RAPP Pectech September 2007
Tank Foundation work, piping, Aerial pool Pekanbaru RAPP Pectech September 2007
Area Maintenance IKPP/RAPP Pekanbaru IKPP/RAPP IKPP/RAPP April 2007
Power installation in Kiln Evaporator Pekanbaru RAPP Pectech August 2007
Oil and Gas
Area-10 Pipe Line Duri Caltex Caltex 1999
Oil Tank Rehabilitation Mesaid Qatar Qatar-Petro Qatar-Petro 2001
Oil Production Area OSEIL Seram Kuwait Foreign Petroleum
Exploration Company
(KUFPEC)
Daewoo 2001
Area-10 Hook-Up & POP Duri Caltex Caltex 2002
Suban Gas Suban Gulf Resource Hyundai 2002
Booster Compression Lhouksukon Exxon Mobil Tri Patra 2002
Depot Terminal BBM Cikampek Pertamina Pertamina 2002
DSF-11 Duri Caltex Caltex 2003
Oil Area Maintenance Minas Caltex Caltex 2003
FPM Duri Chevron Tri Patra 2005
FPM Minas Chevron Tri Patra 2005
LNG Tangguh Tanah Merah British Petroleum (BP)
Indonesia
Japan Gas Corporation (JGC)
Track Kellogg Brown & Root
(KBR)
2006
Civil Work and Ground Work Kulin Chevron Tripatra-Flour December 2007
Ulasan Bisnis Business Review
Truba Manunggal 2008 Annual Report 39
Project Name Location Owner Client Commencement
Date
Fertilizers Factories
UBS-3 and conveyor system Bontang PKT Chengda 2000
UBS-5 and conveyor system Bontang PKT Kalimantan Industrial Estate
(KIE)
2005
Chemical Factories
Styrene Monomer (SM-2 exp) Merak Styrene Monomer Indonesia
(SMI)
Mitsubishi 1998
RFCC Taoyuan Taiwan Sung Do Lucky Gold (LG) Engineering 2000
Kerteh Olefin Plant Malaysia Optimal Bhd JEL 2000
Cement Factories
Mining Processing Plant
Steel Processing and Mining
Indominco Coal Bontang Indominco Mitsubishi 1998
Inco-Dryer Unit 2 (Gas Cleaning) Soroako Inco Beca 1998
Up-grade Coal Port Kertapatih PT Bukit Asam (Persero) (PTBA) PT Bukit Asam (Persero) (PTBA) 2001
Construction work and Gas Cleaner
Installation
Soroako Inco Inco December 2007
Pipe and Tank Construction
Minas Tank GS-6 Riau Caltex Siemens 1998
Tank Renovation TK-220 Dumai Pertamina UP-II Elnusa 2000
Civil and Architectural Work
Bridge Expansion Lukut-Ukui Perawang IKPP IKPP 2002
Heavy Equipment Work
Container Crane Tg. Mas Semarang Pelindo IHI 1998
Container Crane P. Panamac Jakarta Pelindo II Barata 1999
Container Crane Makassar Makassar Pelindo Noell Indonesia 2000
RTG Crane 35 ton Panjang Pelindo II Pelindo II 2001
Transmission and Substation Work
Transmission and Power Tower Cilegon PLN Mitsubishi 2004
Spilicing Fiber Optic Line 4 Soroako Inco Inco 2004
Ulasan Bisnis Business Review
40 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Truba Manunggal’s IPP business line endeavours to invest in and
otherwise arrange finance for its development of power generation
facilities, which the Company will eventually own, operate and
maintain receiving revenue streams from an off-taker client: the State-
owned power utility company, PLN or a captive market purchaser. The
power is sold to the client, either through a Power Purchase Agreement
(PPA), or through an Energy Supply Agreement (ESA), the difference
between the two arrangements primarily resting in the negotiability of
the price as the operator is freed of the responsibility for supplying fuel
inputs under ESA. IPP contracts are long term ventures ranging from
25 to 30 years in duration starting from when the facilities become
operational.
Truba Manunggal’s motivation for entering into the IPP business is to
diversify its revenue streams, particularly those which are collected
over the short- to medium-term. Also as lead contractor, the
Company assumes responsibility for all engineering and procurement
work as well as construction. The segment of the value chain which
Lini bisnis IPP Truba Manunggal berupaya melakukan investasi atau
mengatur pembiayaan untuk pengembangan fasilitas pembangkit
listrik dimana Perusahaan akhirnya akan memiliki, beroperasi dan
mempertahankan perolehan aliran pendapatan dari klien siaga beli
(off taker) seperti: perusahaan listrik milik negara, PLN, atau pembeli
dari pasar terbatas (captive market). Listrik dijual kepada klien baik
melalui Perjanjian Pembelian Listrik (Power Purchase Agreement –
PPA) ataupun Perjanjian Pemasokan Energi (Energy Supply Agreement
– ESA). Perbedaan antara kedua pengaturan ini terutama terletak
pada tingkat negosiasi harga karena operator dibebaskan dari
kewajiban untuk memasok input minyak bumi. Kontrak IPP berjangka
panjang, dengan kisaran antara 25 sampai 30 tahun dimulai sejak
fasilitas beroperasi.
Motivasi Truba Manunggal untuk memasuki bisnis IPP adalah untuk
mendiversifikasikan aliran pendapatan terutama yang dihasilkan
dalam jangka waktu pendek hingga sedang. Selain itu pula, sebagai
kontraktor utama, Perusahaan bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan engineering dan pengadaan maupun konstruksi. Dengan
PT Manunggal Power(Power Plant)
PT Menamas Mitra Energi
PT Central Daya Energi
PT Ranyza Energi
PT Banyuasin Power Energi
PT Bangka Manunggal Power
PT Equator Manunggal Power
Ulasan Bisnis Business Review
Independent Power Producer (IPP)
Truba Manunggal 2008 Annual Report 41
the company focuses on for its IPP work is therefore much broader
than the focus of its EPC work. In addition to providing enhanced
opportunities for revenue, the more integrated approach of IPP gives
the Company a greater level of control. IPPs are typically developed for
underserved, frontier markets outside of the main Java-Bali power grid
and are much smaller in size (20-300 MW).
Currently Truba Manunggal has 3 (three) operational IPP facilities.
These are: Tanjung Batu in East Kalimantan (20 MW); Gunung Megang
in South Sumatra (2 x 40 MW) and CDE Diesel in Lampung (210 MW).
Power for the first two is sold to PLN; the latter facility serves a captive
market client. All three of Truba Manunggal’s operating IPP projects
were acquired. The Company therefore did not play a role in their
design or construction. To date IPP revenue streams have formed less
than 10% of Truba Manunggal’s annual revenue. The Company’s
long-term strategy is to increase the share of revenue provided by its
IPP business units to a more significant level thus covering short- and
medium term liquidity needs.
Going into 2008 the Company had 9 (nine) other IPP interests; 6 (six)
of these had already achieved signed PPA agreements while for the
other 3 (three), the Company received mandates by appointment.
Due to the economic slowdown and the accompanying liquidity crisis;
target dates for completion of all Truba Manunggal’s PPA development
projects have been postponed. 2 (two) of the 3 (three) projects which
had been mandated only, have been de-prioritized the third – Karang
Asem – has already had its mandate appointment cancelled by PLN
which is now opening the mandate for tender.
demikian, segmen dari rantai nilai dimana Perusahaan memfokuskan
diri untuk pekerjaan IPP menjadi lebih luas daripada fokus pekerjaan
IPP itu sendiri. Selain memberikan peningkatan pendapatan,
pendekatan IPP yang lebih terintegrasi memberikan Perusahaan
tingkat pengawasan yang lebih tinggi. IPP dikembangkan untuk pasar
yang kurang terlayani di daerah perbatasan di luar jaringan listrik
Jawa-Bali dan biasanya berukuran jauh lebih kecil (20-300 MW).
Saat ini Truba Manunggal memiliki 3 (tiga) fasilitas operasional IPP,
yaitu Tanjung Batu di Kalimantan Timur (20 MW); Gunung Megang di
Sumatra Selatan (2 x 40 MW) dan CDE Diesel di Lampung (210 MW).
Listrik untuk dua sumber pertama dijual kepada PLN, sementara yang
terakhir untuk klien pasar terbatas. Ketiga proyek operasional IPP
Truba Manunggal seluruhnya telah diperoleh, sehingga Perusahaan
tidak berperan dalam perancangan atau konstruksi. Hingga kini
aliran pendapatan IPP kurang dari 10% pendapatan tahunan Truba
Manunggal. Strategi jangka panjang Perusahaan adalah untuk
meningkatkan bagian pendapatan IPP ke tingkat yang lebih baik
sehingga dapat menutup kebutuhan likuiditas jangka pendek dan
menengah.
Memasuki tahun 2008, Perusahaan memiliki 9 (sembilan) sasaran
IPP lain; 6 (enam) diantaranya telah mencapai penandatanganan
PPA, sementara untuk 3 (tiga) lainnya Perusahaan menerima mandat
berdasarkan penunjukan. Sehubungan dengan perlambatan ekonomi
dan krisis likuiditas yang menyertainya, target tanggal penyelesaian
untuk seluruh proyek pengembangan PPA Truba Manunggal telah
dijadwal ulang. 2 (dua) dari 3 (tiga) proyek yang telah dimandatkan,
yang ketiga telah dikeluarkan dari prioritas – Karang Asem telah
dicabut mandatnya oleh PLN yang sekarang membuka mandat
untuk tender.
Ulasan Bisnis Business Review
42 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Tabel berikut memberikan gambaran dari status proyek PPA
Perusahaan.
The following table provides the status of the Company’s PPA
projects.
Ulasan Bisnis Business Review
Hambatan utama untuk kelangsungan pengembangan proyek IPP
Perusahaan berkaitan dengan ketentuan pembiayaan. Pembiayaan
proyek umumnya terdiri atas 30% ekuitas dan 70% utang, dimana
utang disediakan oleh bank nasional maupun daerah melalui
pinjaman sindikasi bank. Di bawah ketentuan pembiayaan, bank-
bank melepaskan bagian pendanaan untuk proyek segera setelah
meraih tingkat capaian pengembangan tertentu. Untuk meraih
pencapaian ini, pengembangan proyek perlu dibiayai dengan ekuitas.
Truba Manunggal sedang melanjutkan negosiasi dengan beberapa
bank pada tingkat nasional dan daerah untuk memperoleh ketentuan
pembiayaan alternatif yang memungkinkan pendanaan bank dapat
diberikan dimuka ke dalam proyek pengembangan, sehingga
melonggarkan tekanan terhadap likuiditas Perusahaan.
Menjawab tantangan yang dihadapi dalam memperoleh pembiayaan,
Truba Manunggal telah mengambil langkah strategis untuk menjadual
ulang investasinya dalam konstruksi IPP yang sedang berjalan.
Penggunaan sumber daya yang tersedia telah dikeluarkan dari prioritas
pengembangan IPP untuk investasi-investasi yang memberikan imbal
hasil dalam jangka waktu pendek dan menengah, yakni investasi pada
bisnis utam EPC yang mencakup modal kerja untuk kontrak EPC yang
The main impediment to the continuing development of the Company’s
IPP projects is related to terms of finance. Projects finance is typically
comprised of 30% equity and 70% debt, the latter being provided
by national as well as region banks usually through syndicate bank
loans. Under existing terms of finance, the banks release portions of
funding for projects once they have reached specific milestones for
development. In order to reach these milestones, project development
needs to be financed by equity. Truba Manunggal is continuing to
negotiate with banks at the national and regional level to secure
alternative terms of finance whereby bank funding can be front-
loaded into development projects, thus alleviating pressure on the
Company’s liquidity.
In response to challenges in obtaining finance, Truba Manunggal has
taken the strategic decision to postpone its investment in ongoing IPP
construction. The use of available resources has been prioritized away
from IPP development to investments which provide quicker rates of
return over the short- and medium-term, namely investment in the
Company’s core EPC business including working capital for ongoing
EPC contracts and capital expenditure in heavy machinery and other
Status Project Name LocationCommercial
Operating DateCapacity (MW) Offtaker Total MW
In Operation
CDE–Diesel Lampung already COD 210 CPP & CPB
310Tanjung Batu East Kalimantan already COD 20 PLN
Gunung Megang South Sumatra already COD 2 x 40 PLN
Under Construction
Bangka Bangka Island 2009 2 x 12 PLN
474Pontianak West Kalimantan 2009 2 x 30 PLN
CP Bahari Lampung 2009 4 x 30 CPP & CPB
Kuala Tanjung North Sumatra 2010 2 x 135 PLN
Pre ConstructionBanyuasin South Sumatra 2010 2 x 125 PLN
450Banjarsari Lampung 2010 2 x 100 PLN
Mandated
Paluh Merbau** North Sumatra 2011 2 x 150PPA to be signed with PLN
900Karang Asem* Bali 2011 2 x 135PPA to be signed with PLN
IGCC** Bali 2011 330PPA to be signed with PLN
Power Purchase Agreements last for periods between 20 and 30 years 2,134
* Canceled** Deprioritised
Truba Manunggal 2008 Annual Report 43
technical equipment which can maintain the Company’s competitive
advantage in bidding on EPC contracts.
Truba Manunggal remains committed to advancing the development
of its IPP contracts. It recognizes, however, that it will need to utilize
organic sources of finance acquired from the retained earnings of its
EPC business line, above the requirements needed to maintain the
latter core business unit’s maximum efficiency. IPP projects will be
prioritized for investment according to the level of development that
they have progressed; the 3 (three) IPP projects which had initially
been scheduled for completion in 2009 are the priority. These include
the Bangka IPP (2x12 MW) and the Pontianak IPP (2x30 MW) (both
of which have secured terms of finance and have completed land
clearance and procurement); as well as the CDE Coal IPP (2x30 MW) in
Lampung which is also favourably positioned for further investment.
Going Forward, Truba Manunggal is also promoting its existing
IPP projects to strategic investors willing to take an equity stake in
their ongoing development. It is expected that broader participation
in power generation development projects will help to accelerate
development. One critical factor for attracting this type of investment
rests in the ongoing review of the regulatory framework for electricity
production. These regulations set the tariff rate at which electricity
can be sold by IPPs to PLN. The opinion is generally held that a tariff
of not less than US$ 0.06/KW hour would strike the optimal balance
between profitability for IPP investors and affordable energy to
businesses and communities in the frontier markets where the IPPs
are to be developed.
In the coming fiscal year, Truba Manunggal has a priority to deploy
some of its currently latent mobile diesel generation facilities. To
date it has bid on contracts in Kalimantan, South Maluku and Bali.
The Company is waiting to hear back from regulatory bodies on the
outcomes of these bids. If successful the company will effectively
create additional revenue streams within months of being awarded
the contracts.
sedang berjalan dan belanja modal dalam bentuk mesin berat dan
peralatan teknis lainnya yang dapat menjaga keuntungan kompetitif
Perusahaan dalam melakukan penawaran kontrak EPC.
Truba Manunggal tetap berkomitmen untuk melanjutkan
pengembangan kontrak-kontrak IPP. Namun, Perusahaan juga
menyadari bahwa Perusahaan perlu memanfaatkan sumber keuangan
organik yang berasal dari laba ditahan dari lini bisnis EPC, diatas
persyaratan yang diperlukan untuk menjaga efisiensi yang maksimal
dari unit bisnis utama tersebut. Proyek-proyek IPP akan diprioritaskan
pada investasi berdasarkan tingkat pengembangan yang telah dicapai;
3 (tiga) proyek IPP yang awalnya telah dijadwalkan untuk selesai pada
tahun 2009 termasuk dalam prioritas. Termasuk di dalamnya adalah
IPP Bangka (2 x 12 MW) and IPP Pontianak (2 x 30 MW) (keduanya
telah memperoleh ketentuan pembiayaan dan menyelesaikan
pembebasan tanah dan pengangkatan); maupun CDE Coal IPP (2 x 30
MW) di Lampung yang juga diposisikan untuk investasi lebih lanjut.
Ke depan, Truba Manunggal akan mempromosikan proyek-proyek IPP
yang ada kepada investor strategis yang bersedia berpartisipasi dalam
bentuk ekuitas dalam pembangunan yang sedang berlangsung.
Diharapkan bahwa keikutsertaan yang lebih luas dalam proyek
pengembangan pembangkit listrik akan membantu mempercepat
pembangunan. Salah satu faktor penting untuk menarik jenis investasi
ini terletak pada pengkajian yang tengah berlangsung dalam hal
kerangka peraturan untuk produksi listrik. Peraturan ini menetapkan
tingkat tarif penjualan listrik dari IPP kepada PLN. Pendapat yang
berlaku umum, tarif tidak lebih dari US$ 0,06/KW per jam akan
merupakan keseimbangan optimal antara keuntungan bagi investor
IPP dan energi yang terjangkau untuk kalangan bisnis dan masyarakat
di daerah perbatasan tempat IPP akan dikembangkan.
Di tahun fiskal yang akan datang, Truba Manunggal memiliki prioritas
untuk mengatur penggunaan beberapa dari fasilitas pembangkit
mobile diesel yang saat ini tidak terpakai. Hingga kini, Perusahaan
telah memberikan penawaran untuk kontrak di Kalimantan, Maluku
Selatan dan Bali. Perusahaan sedang menunggu pemberitahuan dari
badan yang berwenang mengenai hasilnya. Jika berhasil, Perusahaan
sudah pasti akan menciptakan aliran pendapatan tambahan dalam
beberapa bulan setelah memperoleh kontrak.
Ulasan Bisnis Business Review
44 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Truba Manunggal maintains two coal mining concession in South
Sumatra and South Kalimantan. The Company’s estimated coal
reserves currently stand at 140 million tons. This results in a stripping
ratio of 1:2 BCM/ton.
In 2008 Truba Manunggal continued to conduct land clearance in
South Sumatra. The Company aims to secure optimal allocation of
the first 300 HA from which it will commence production. In 2009
the Company plans to pilot exploitation of its coal reserves in South
Sumatra through joint ventures with several local coal contractors.
Furthermore, the Company has conducted a review of its coal assets
in South Kalimantan and has commenced contracting processes with
some local partners for auxiliary services including transportation,
stockpiling and loading facilities.
Truba Manunggal memiliki dua konsesi pertambangan batubara di
Sumatra Selatan dan Kalimantan Selatan. Estimasi cadangan batubara
Perusahaan saat ini adalah 140 juta ton. Hal ini menghasilkan stripping
ratio senilai 1:2 BCM/ton.
Sepanjang tahun 2008, Truba Manunggal melanjutkan proses
pembebasan tanah di Sumatra Selatan. Perusahaan bertujuan untuk
memperolah alokasi optimal dari 300 ha pertama dimana produksi
akan dimulai. Pada tahun 2009 Perusahaan berencana untuk
melakukan eksploitasi cadangan batubara di Sumatra Selatan melalui
joint ventures dengan beberapa kontraktor batubara lokal.
Lebih jauh, Perusahaan telah melaksanakan kajian terhadap aset
batubara di Kalimantan Selatan dan memulai proses kontrak dengan
beberapa mitra lokal untuk jasa lain-lain seperti fasilitas transportasi,
penggudangan dan bongkar muat barang.
Coal – Batubara
PT Maxima Infrastruktur(Coal Mining & Trading)
PT Manunggal Multi Energi(Coal Mining)
PT Truba Segihan Utama(Stock Piling)
Maxima Coal Pte. Ltd.(Coal Trading – Export)
Ulasan Bisnis Business Review
Truba Manunggal 2008 Annual Report 45
Truba Manunggal maintains a joint cooperation agreement with
PT Gresik Jasatama for the Company’s acquisition of a coal stockpile
facility at Gresik, East Java. The period of the agreement is 20 years
whereby Truba Manunggal is required to do construction work and
build facilities on the stockpile area. Ongoing stockpile activity has a
capacity of 450,000 tons per annum.
Truba Manunggal also maintains a joint venture agreement with EDF
Trading (“EDF”), one of Europe’s largest coal and gas based energy
companies. EDF’s international trading activities extend to the buying
and selling of electricity, natural gas, coal, oil and futures for energy
and freight. It is also engaged in carbon trading under the United
Nation’s Clean Development Mechanism. The company is 100%
owned by the EDF Group which is Europe’s largest power utility.
Truba Manunggal memiliki perjanjian kerjasama dengan PT Gresik
Jasatama untuk perolehan fasilitas penggudangan batubara
Perusahaan di Gresik, Jawa Timur. Jangka waktu perjanjian adalah
selama 20 tahun, dimana Truba Manunggal diharuskan untuk
melaksanakan pekerjaan konstruksi dan pembangunan fasilitas untuk
kawasan penggudangan. Kegiatan penggudangan yang sedang
berjalan memiliki kapasitas 450.000 ton per tahun.
Truba Manunggal juga menjalin kerja sama dengan EDF Trading
(“EDF”), salah satu perusahaan energi berbasis batubara dan gas
terbesar di Eropa. Kegiatan perdagangan internasional EDF meluas
hingga jual beli listrik, gas alam, batubara, minyak dan instrumen
futures untuk energi dan perkapalan. Selain itu, EDF juga terlibat dalam
perdagangan karbon dalam Mekanisme Pembangunan Bersih PBB.
Perusahaan ini dimiliki secara penuh oleh Grup EDF yang merupakan
pembangkit listrik terbesar di Eropa.
Ulasan Bisnis Business Review
46 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Tinjauan KeuanganFinancial Review
Truba Manunggal 2008 Annual Report 47
Despite the turbulence experienced in the global marketplace in 2008, Truba Manungal had a very good year securing commitments which will ensure the Company’s EPC business units operate at capacity well into 2010.
Terlepas dari gejolak yang terjadi di pasar global pada tahun 2008, Truba Manunggal mengalami tahun yang sangat baik dengan memperoleh kesepakatan-kesepakatan yang akan menjamin beroperasinya bisnis EPC Perusahaan secara penuh hingga tahun 2010.
48 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Tabel-tabel berikut menyajikan ringkasan informasi keuangan dan
data operasional kami pada tanggal-tanggal dan periode-periode yang
ditetapkan. Kami telah mendapatkan ringkasan laporan keuangan
konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir tanggal 31 Desember
2006 dan 2007 dan ringkasan data neraca konsolidasian per tanggal
31 Desember 2006 dan 2007 dalam tabel-tabel di bawah dari laporan
keuangan historis kami, yang telah diaudit oleh Tanubrata Sutanto
& Rekan (anggota BDO Seidman International), auditor independen.
Laporan keuangan kami telah disusun dan disajikan berdasarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Indonesia, yang
berbeda dalam beberapa aspek tertentu dibandingkan dengan
US GAAP. Lihat “Penyajian informasi keuangan” dan “Ringkasan
perbedaan utama antara PSAK Indonesia dan US GAAP”
The following tables present Truba Manunggal’s summary financial
information and operating data as of the dates and for each of the
periods indicated. We have derived the summary consolidated income
statement for the years ended December 31, 2006 and 2007 and our
summary consolidated balance sheet data as of December 31, 2006
and 2007 in the tables below from our historical financial statements,
which have been audited by Tanubrata Sutanto & Rekan (a member
of BDO Seidman International), independent auditors. Our financial
statements have been prepared and presented in accordance with
Indonesian GAAP, which differs in certain material respects from
US GAAP See “Presentation of financial information” and “Summary
of principal differences between Indonesian GAAP and US GAAP”
Ringkasan Informasi Keuangan dan Data OperasionalSummary of Financial Information and Operating Data
Truba Manunggal 2008 Annual Report 49
Ringkasan Informasi Keuangan dan Data Operasional Summary of Financial Information and Operating Data
Laporan Rugi Laba Konsolidasian Consolidated Income Statements
Untuk tahun yang berakhir pada 31 DesemberFor the years ended December 31
2006 2007 2008
(diaudit/audited)
(Rp juta/Rp millions)
Pendapatan 972,286 1,506,202 2,948,680 Revenues
Beban pendapatan 851,831 1,171,472 2,441,293 Cost of revenues
Laba kotor 120,455 334,730 507,387 Gross profit
Beban usaha 75,713 156,780 331,256 Operating expenses
Laba (rugi) usaha 44,742 177,950 176,131 Operating income (loss)
Penghasilan (beban) lain-lain Other income (charges)
Pendapatan dari investasi 26,846 138,089 112,917 Income from investments
Lain-lain – bersih (13,113) (40,425) (473,708) Other – net
Penghasilan lain-lain – bersih 13,733 97,664 (360,791) Other income (charges) – net
Bagian laba dari perusahaan asosiasi 4,997 10,299 17,158 Income from associate companies
Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan
63,472 285,914 (167,502) Income(loss) before income tax
Beban (manfaat) pajak penghasilan Income tax expense (Benefit)
Kini 18,367 64,612 75,509 Current
Tangguhan (1,453) (5,741) (67,479) Deferred
Beban pajak penghasilan 16,914 58,871 8,030 Income tax expense
Laba (rugi) setelah beban pajak penghasilan sebelum hak minoritas
46,558 227,043 (175,532) Income (loss) after income tax expenses before minority
interest
Hak minoritas (11,617) (14,307) (4,592) Minority interest
Laba (rugi) bersih 34,941 212,735 (180,124) Net income (loss)
PENDAPATANRevenues(dalam juta Rupiahin million Rupiah)
08 2,948,680
07 1,506,202
06 972,286
LABA (RUGI) USAHAOperating Income (Loss)(dalam juta Rupiahin million Rupiah)
08 176,131
07 177,950
06 44,742
50 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Ringkasan Informasi Keuangan dan Data Operasional Summary of Financial Information and Operating Data
Neraca Konsolidasian Consolidated Balance Sheets
Per 31 Desember As of December 31
2006 2007 2008
(diaudit/audited)
(Rp juta/Rp millions)
Aset Assets
Total aset lancar 1,220,183 3,368,005 5,076,919 Total current assets
Total aset tidak lancar 585,209 1,623,211 2,157,771 Total non-current assets
Total aset 1,805,392 4,991,216 7,234,690 Total assets
Kewajiban dan ekuitas Liabilities and equity
Total kewajiban lancar 288,407 546,285 1,803,985 Total current liabilities
Total kewajiban tidak lancar 16,052 2,676,076 3,614,050 Total non-current liabilities
Total kewajiban 304,459 3,222,361 5,418,035 Total liabilities
Hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan
167,148 92,674 108,041 Minority interest in net assets of subsidiaries
Total ekuitas 1,333,785 1,676,181 1,708,614 Total equity
Total kewajiban dan ekuitas 1,805,392 4,991,216 7,234,690 Total liabilities and equity
Laporan Arus Kas Konsolidasian Consolidated Statement of Cash Flows
Per 31 Desember As of December 31
2006 2007 2008
(diaudit/audited)
(Rp juta/Rp millions)
Kas bersih tersedia dari (digunakan untuk) kegiatan usaha
(59,843) (101,959) 409,733 Net cash provided by (used in) operating activities
Kas bersih tersedia dari (digunakan untuk) kegiatan investasi
(590,585) (1,486,086) (1,014,107) Net cash provided by (used in) investing activities
Kas bersih tersedia dari (digunakan untuk) kegiatan pendanaan
1,161,387 2,860,532 (797,262) Net cash provided by (used in) financing activities
Kenaikan (penurunan) bersih kas dan setara kas
510,959 1,272,487 (1,401,636) Net increase (decrease) in cash and cash equivalents
Saldo Kas dan setara kas pada akhir periode
608,359 1,880,206 471,723 Cash and cash equivalents at end of period
Truba Manunggal 2008 Annual Report 51
Ringkasan Informasi Keuangan dan Data Operasional Summary of Financial Information and Operating Data
Informasi Keuangan Konsolidasi Lain, Rasio Keuangan dan Data Operasional
Other Consolidated Financial Information, Financial Ratios and Operating Data
Per 31 Desember As of December 31
2006 2007 2008
(diaudit/audited)
(Rp juta/Rp millions)
Informasi Keuangan Konsolidasian Lain Other Consolidated Financial Information
EBITDA 58,019 205,944 286,171 EBITDA
Marjin EBITDA 6.0% 13.7% 9.7% EBITDA margin
Utang bersih (653,203) (2,024,062) (63,118) Net debt
Beban bunga bersih (6,527) (45,347) 9,319 Net interest expense
Rasio-rasio Keuangan Financial Ratios
EBITDA/beban bunga bersih 8.89 4.54 30.71 EBITDA/net interest expense
Utang bersih/EBITDA 11.26 9.83 0.22 Net debt/EBITDA
Laba bersih/beban tetap konsolidasi 1.4 28.15 (3.69) Net income/consolidated fixed charges
Data Operasional Operating Data
Backlog proyek EPC pada akhir periode 237,166 5,648,338 5,802,296 Backlog of EPC projects at end of period
Catatan:
(1) EBITDA menunjukkan laba (rugi) usaha sebelum depresiasi dan
amortisasi. EBITDA dan rasio-rasio terkait dalam Memorandum
Penawaran merupakan tolok ukur pelengkap dari kinerja dan
likuiditas kami dan bukan merupakan suatu keharusan, atau
disajikan sesuai dengan PSAK Indonesia atau GAAP AS. Lebih jauh,
EBITDA bukan merupakan tolok ukur bagi kinerja keuangan atau
likuiditas dalam PSAK Indonesia atau GAAP AS dan hendaknya
tidak dianggap sebagai suatu alternatif untuk laba bersih, laba
operasi, atau tolok ukur kinerja lainnya yang diperoleh berdasarkan
PSAK Indonesia atau US GAAP atau sebagai alternatif arus kas
dari kegiatan usaha atau tolok ukur likuiditas kami. Tabel berikut
memperlihatkan rekonsiliasi EBITDA terhadap laba (rugi) usaha
untuk periode yang ditetapkan.
Note:
(1) EBITDA refers to operating income (loss) before depreciation
and amortization. EBITDA and the related ratios in this Offering
Memorandum are supplemental measures of our performance
and liquidity and are not required by, or presented in accordance
with, Indonesian GAAP or US GAAP. Furthermore, EBITDA is not a
measure of our financial performance or liquidity under Indonesian
GAAP or US GAAP and should not be considered as alternatives to
net income, operating income or any other performance measures
derived in accordance with Indonesian GAAP or US GAAP or as
alternatives to cash flow from operating activities or as measures
of our liquidity. The following table sets forth a reconciliation of
EBITDA to operating income (loss) for the periods indicated.
Per 31 Desember As of December 31
2006 2007 2008
(diaudit/audited)
(Rp juta/Rp millions)
Laba (rugi) usaha 44,742 177,950 176,131 Operating income (loss)
Depresiasi dan amortisasi 13,277 27,993 110,040 Depreciation and amortization
EBITDA 58,019 205,944 286,171 EBITDA
52 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
(2) Marjin EBITDA menunjukkan EBITDA sebagai prosentase
pendapatan.
(3) Hutang Bersih dihitung sebagai hutang jangka panjang
ditambah porsi kini dari hutang jangka panjang dan pinjaman
bank jangka pendek dikurangi kas dan setara kas dan investasi
jangka pendek.
(4) Biaya bunga bersih menunjukkan biaya bunga ditambah beban
keuangan, dikurangi pendapatan dari deposito dan pendapatan
bunga dari rekening koran bank.
(5) Beban Tetap Konsolidasian diperhitungkan sebagaimana disajikan
dalam “Keterangan atas Catatan-Definisi”.
(6) Backlog menunjukkan total akumulasi nilai dari seluruh kontrak
EPC yang diperoleh dikurangi jumlah pendapatan yang diakui
pada waktu tertentu. Lihat “Diskusi dan Analisis Manajemen atas
kondisi keuangan dan hasil operasi-Faktor-faktor Penting yang
Mempengaruhi Hasil Operasi-Backlog”.
(2) EBITDA margin represents EBITDA as a percentage of revenue.
(3) Net Debt is calculated as long term debt pluc current portion
of long-term debt and short-term bank loan less cash and cash
equivalents and short-term investments.
(4) Net interest expenses represent interest expenses plus financial
charges less income from time deposit and interest income from
current account of bank.
(5) Consolidated Fixed Charges are calculated as set forth under
“Description of the Notes-Definitions”.
(6) Backlog represents the total accumulation of value of all EPC
contracts awarded less the amount of revenue recognized at a
specific point of time. See “Managements discussion and analysis
of financial condition and results of operations-Significant Factors
Affecting Our Results of Operations-Backlog”.
Ringkasan Informasi Keuangan dan Data Operasional Summary of Financial Information and Operating Data
Truba Manunggal 2008 Annual Report 53
Nilai Tukar
Bank Indonesia adalah penerbit satu-satunya mata uang Rupiah dan
bertanggung jawab untuk memelihara stabilitasnya. Sejak tahun
1970, Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar: (i) sistem
kurs tetap antara tahun 1970 dan 1978, (ii) sistem kurs mengambang
terkendali antara tahun 1978 dan 1997 dan (iii) sistem kurs bebas
mengambang sejak 14 Agustus 1997. Pada sistem kedua, Bank
Indonesia mempertahankan stabilitas Rupiah melalui kebijakan
kelompok perdagangan, dimana atas dasar ini Bank Indonesia akan
memasuki pasar mata uang asing dan membeli atau menjual mata
uang Rupiah sesuai kebutuhan, apabila perdagangan Rupiah melebihi
harga penawaran jual beli yang diumumkan Bank Indonesia setiap
harinya. Pada tanggal 14 Agustus 1997, Bank Indonesia menghentikan
kebijakan kelompok perdagangan dan mengizinkan nilai tukar Rupiah
untuk mengambang tanpa perlu mengikuti tingkatan yang diumumkan
dimana akan terjadi intervensi. Kebijakan ini telah mengakibatkan
penurunan besar pada nilai Rupiah terhadap Dollar AS. Dengan sistem
yang berlaku sekarang, nilai tukar Rupiah ditentukan oleh pasar, yang
mencerminkan interaksi antara permintaan dan penawaran. Namun,
Bank Indonesia dapat mengambil tindakan untuk memelihara stabilitas
nilai tukar.
Tabel berikut memperlihatkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS
berdasarkan kurs tengah pada setiap akhir bulan selama periode
yang ditetapkan. Kurs tengah Rupiah dihitung berdasarkan kurs jual
beli Bank Indonesia. Kami maupun Manajer Utama tidak bermaksud
memberikan gambaran bahwa jumlah Dollar AS yang ditunjukkan
dalam Memorandum Penawaran ini semestinya dapat atau dapat
dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah pada tingkat kurs yang
ditetapkan atau lainnya manapun.
Exchange Rates
Bank Indonesia is the sole issuer of the Indonesian Rupiah and is
responsible for maintaining its stability. Since 1970, Indonesia has
implemented three exchange rate systems: (i) a fixed rate between
1970 and 1978, (ii) a managed floating exchange rate system between
1978 and 1997 and (iii) a free-floating exchange rate system since
August 14, 1997. Under the second system, Bank Indonesia maintained
the stability of the Indonesian Rupiah through a trading band policy,
pursuant to which Bank Indonesia would enter the foreign currency
market and buy or sell Indonesian Rupiah, as required, when trading
in the Indonesian Rupiah exceeded bid and offer prices announced by
Bank Indonesia on a daily basis. On August 14, 1997, Bank Indonesia
terminated the trading band policy and permitted the exchange rate
for the Indonesian Rupiah to float without an announced level at
which it would intervene, which resulted in a substantial decrease in
the value of the Indonesian Rupiah relative to the US Dollar. Under
the current system, the exchange rate of the Rupiah is determined
by the market, reflecting the interaction of supply and demand in the
market. Bank Indonesia may take measures, however, to maintain a
stable exchange rate.
The following table shows the exchange rate of Indonesian Rupiah to
US dollars based on the middle exchange rates at the end of each month
during the periods indicated. The Indonesian Rupiah middle exchange
rate is calculated based on Bank Indonesia’s buying and selling rates.
Neither we nor the Lead Manager make any representations that the
US dollar amounts referred to in this Offering Memorandum could
have been or could be converted into Indonesian Rupiah at the rate
indicated or any other rate or at all.
Nilai Tukar dan Pengawasan Nilai TukarExchange Rates and Exchange Controls
54 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Nilai Tukar dan Pengawasan Nilai Tukar Exchange Rates and Exchange Controls
Nilai Tukar Exchange Rates
Rendah Low(1) Tinggi High(1)Rata-rata Average(1)
Akhir Periode Period End
(Rp per US$)
2006 8,775 9,395 9,141 9,020
2007 8,672 9,479 9,139 9,419
2008 9,051 12,400 9,692 10,950
2009:
January 11,050 11,355 11,167 11,355
February 11,685 11,988 11,853 11,980
March 11,435 12,065 11,864 11,575
April 10,695 11,620 11,025 10,713
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (Indonesian Financial Statistics) yang dipublikasikan setiap bulan pada laman Bank Indonesia.
Catatan: (1) Untuk seluruh tahun, angka tinggi dan rendah ditentukan, dan
rata-rata yang muncul diperhitungkan, berdasarkan kurs tengah yang diumumkan Bank Indonesia pada hari terakhir setiap bulan sepanjang tahun yang bersangkutan. Untuk setiap bulan, angka tinggi dan rendah ditetapkan, dan rata-rata diperhitungkan, berdasarkan kurs tengah harian yang diumumkan Bank Indonesia selama bulan yang bersangkutan.
Source: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (Indonesian Financial Statistics) published monthly on Bank Indonesia’s website.
Note: (1) For full years, the high and low amounts are determined,
and the average shown is calculated, based upon the middle exchange rate announced by Bank Indonesia on the last day of each month during the year indicated. For each month, the high and low amounts are determined, and the average shown is calculated, based on the daily middle exchange rate announced by Bank Indonesia during the month indicated.
Untuk kepentingan umum, Federal Reserve Bank of New York tidak
menjamin kurs beli tengah hari untuk transfer dalam Rupiah.
Pengawasan Nilai Tukar
Indonesia telah membatasi pengawasan kurs mata uang asing. Mata
uang asing umumnya dapat ditransfer secara bebas di dalam atau
dari Indonesia. Namun demikian, untuk memelihara stabilitas Rupiah
dan mencegah penggunaan Rupiah untuk tujuan spekulasi oleh
non-penduduk, Bank Indonesia telah memperkenalkan peraturan-
peraturan untuk membatasi perpindahan Rupiah ke bank-bank yang
berdomisili diluar Indonesia atau kepada cabang atau kantor offshore
dari suatu bank Indonesia, atau investasi apapun dalam denominasi
Rupiah dengan pihak asing dan/atau penduduk Indonesia yang
berdomisili atau tinggal secara permanen di luar Indonesia, sehingga
membatasi perdagangan offshore kepada sumber likuiditas yang
sudah ada. Selain itu, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
meminta informasi dan data berkaitan dengan kegiatan valuta asing
setiap orang dan badan hukum yang berdomisili atau berencana untuk
berdomisili di Indonesia untuk setidaknya satu tahun. Peraturan Bank
Indonesia juga mengharuskan bank-bank dan perusahaan-perusahaan
setempat yang memiliki total aset atau total pendapatan kotor tahunan
sekurang-kurangnya Rp 100,0 miliar untuk melaporkan kepada Bank
Indonesia seluruh data berkenaan dengan kegiatan mata uang asing
mereka. Transaksi yang harus dilaporkan mencakup penerimaan dan
pembayaran melalui rekening bank di luar Indonesia.
The Federal Reserve Bank of New York does not certify for customs
purposes a noon buying rate for cable transfers in Indonesian Rupiah.
Exchange Controls
Indonesia has limited foreign exchange controls. Foreign currency is
generally freely transferable within or from Indonesia. However, to
maintain the stability of the Rupiah, and to prevent the utilization of
the Rupiah for speculative purposes by non-residents, Bank Indonesia
has introduced regulations to restrict the movement of Rupiah to
banks domiciled outside Indonesia or to an offshore branch or office of
an Indonesian bank, or any investment in Rupiah denomination with
foreign parties and/or Indonesian citizens domiciled or permanently
residing outside Indonesia, thereby limiting offshore trading to existing
sources of liquidity. In addition, Bank Indonesia has the authority
to request information and data concerning the foreign exchange
activities of all persons and legal entities that are domiciled, or plan to
domicile in Indonesia for at least one year. Bank Indonesia regulations
also require resident banks and companies that have total assets or
total annual gross revenues of at least Rp 100.0 billion to report to
Bank Indonesia all data concerning their foreign currency activities.
The transactions that must be reported include receipt and payment
through bank accounts outside of Indonesia.
Truba Manunggal 2008 Annual Report 55
TInjauan Industri
Indonesia sebagai negara keempat dengan populasi tertinggi di dunia,
merupakan suatu bangsa yang sedang berkembang di Asia Tenggara
dengan rangkaian kepulauan yang terdiri dari 17.500 pulau. Negara
ini tengah mengalami perubahan ekonomi yang cepat, melanjutkan
pemulihannya dari pukulan ekonomi yang parah yang diderita selama
krisis keuangan Asia mulai pertengahan tahun 1997. Sebagai akibat
krisis, pembangunan infrastruktur terutama sektor pembangkit
tenaga listrik berkurang selama beberapa tahun. Hal ini menjadikan
beban yang sangat berat bagi penyediaan listrik negara dan terutama
bagi jaringan listrik utama Jawa-Bali yang melayani mayoritas pemakai
komersial dan perorangan di Indonesia.
Pada tahun 2004, dengan pengangkatan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono sebagai Presiden untuk termin pertama, pemerintah
menjalankan program listrik jalur cepat 10.000 MW yang pertama.
Melalui program ini, serangkaian pengembangan raksasa telah
dilaksanakan dengan dibiayai oleh bank komersial dari Republik Rakyat
Cina (RRC), dimana kontraktor-kontraktornya telah berperan sebagai
kontraktor utama EPC untuk proyek-proyek yang berlangsung. Truba
Manunggal adalah mitra lokal yang menangani konstruksi dan instalasi
5 (lima) dari 9 (sembilan) proyek mega yang saat ini dikontrakkan
kepada perusahaan-perusahaan Cina. Proyek ini meliputi Suralaya,
Labuan, Indramayu, Pelabuhan Ratu dan Paiton. Pemerintah sekarang
ini sedang dalam proses memformulasikan program listrik jalur cepat
10.000 MW kedua yang diharapkan dapat memenuhi pembangunan
sektor ini hingga dekade mendatang.
Tinjauan Makroekonomi
Tahun 2008 merupakan suatu titik penting bagi perekonomian dunia.
Krisis likuiditas keuangan global yang dipicu oleh exposure bank-
bank di negara Barat terhadap kegagalan pinjaman perumahan kelas
menengah dan perlambatan ekonomi yang terjadi sebagai akibatnya
telah secara drastis merubah tatanan perekonomian di seluruh dunia.
Indonesia bernasib lebih baik dari kebanyakan negara sekitarnya.
Kebijakan makroekonomi yang kuat di tahun-tahun sebelumnya
ditambah dengan relatif rendahnya keterkaitan perdagangan dengan
pihak luar telah memungkinkan Indonesia untuk melanjutkan pola
pertumbuhan positif (lebih dari 4% per tahun) meski dalam kondisi
resesi ekonomi global.
Namun pengetatan pasar kredit telah memberikan pengaruh besar
terhadap rencana pengembangan korporasi. Bagi Truba Manunggal,
kondisi ini telah mengakibatkan peninjauan ulang banyak kegiatan
terutama untuk pembangunan IPP dan sumber daya batubara yang
tergantung pada pembiayaan dari luar. Konsumsi listrik diperkirakan
tetap kuat terlepas dari perlambatan ekonomi yang terjadi. Perlu
disadari, infrastruktur listrik Indonesia saat ini tetap belum mencukupi
dibandingkan keseluruhan permintaan. Hal ini tidak hanya berlaku
Industry Overview
Indonesia, the fourth most populous country in the world, is the
largest developing nation in Southeast Asia and is spread across
an archipelago of 17,500 islands. The nation is undergoing rapid
economic change as it continues its recovery for the sever economic
shocks it suffered during the Asian financial crisis that began in mid-
1997. As a result of the crisis, infrastructure development particularly
in the power generation sector was curtailed for several years.
This placed an excessive burden on the nation’s power supply and
particularly the main Java-Bali power grid which serves the majority of
Indonesia commercial and private users.
In 2004, with the ascendancy of President Susilo Bambang Yodhoyono
to his first term as President, the government set forth on its first
10,000 MW fast track electrification program. Under the program a
series of mega-developments have proceeded, namely financed by
commercial banks from the Peoples Republic of China (PRC) whose
power sector contractors have served as the principal EPC contractor
for the projects. Truba Manunggal is the local partner handling
construction and installation for 5 (five) of the 9 (nine) mega-projects
currently contracted to Chinese firms. These include major projects
in Suralaya, Labuan, Indramayu, Pelabuhan Ratu and Paiton. The
Government is now in the process of formulating its second 10,000
MW fast track electrification which is expected to cover development
of the sector well into the coming decade.
Macroeconomic Outlook
The year 2008 represented a critical juncture for the word economy.
The global financial liquidity crisis triggered by western financial
institution’s exposure to failures in the sub-prime mortgage market,
and the ensuing economic slow down have drastically altered the
economic landscape the world over. For its own part Indonesia has
faired better than most nations throughout the region. Strong macro-
economic policy in the preceding years combined with a relatively
lower reliance on external trade have allowed Indonesia to continue
on an overall pattern of positive growth (in excess of 4% per annum)
in spite of the global economic recession.
The tightening of credit markets has however had a considerable
affect on the nation’s plans for corporate development. For Truba
Manunggal , this has lead to a reassessment of many of the Company’s
activities’ particularly for IPP development and the development of coal
resources which are reliant on external financing. Power consumption
is expected to remain strong in Indonesia despite the downturn. It
needs to be recognized that Indonesia’s current power infrastructure
continues to be inadequate relative to overall demand. This is true not
Pembahasan dan Analisis Manajemen Atas Kondisi Keuangan dan Hasil OperasiManagement’s Discussion and Analysis of Financial Condition and Results of Operations
56 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
bagi jaringan listrik utama Jawa-Bali tetapi juga di pasar perbatasan
dimana banyak kegiatan Perusahaan diarahkan. Penetrasi jasa listrik
secara nasional masih rendah, dengan hanya lebih dari 60% populasi
negara memiliki akses listrik di rumah.
SEKTOR LISTRIK INDONESIA
Struktur dan Reformasi Pasar
Sektor listrik di Indonesia dimonopoli secara efektif oleh PLN. Sejarah
PLN dimulai dari kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, meskipun
telah melalui berbagai reorganisasi struktural. Pada tahun 1995, PLN
direorganisasi menjadi perusahaan induk dengan dua anak perusahaan
pembangkit utama dan sejumlah anak perusahaan spesialis. PLN
beroperasi dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Kelistrikan dan
Pemanfaatan Energi.
PLN memiliki monopoli penuh atas pembangkit dan distribusi listrik
hingga pertengahan tahun 1989. Pemikiran bahwa PLN tidak akan
mampu memenuhi estimasi peningkatan permintaan sebesar 10,0%
di masa mendatang berakibat turunnya keputusan di tahun 1989
yang mengizinkan IPP berpartisipasi dalam usaha pembangkit listrik.
Di tahun 1997, PLN telah menandatangani 27 proyek IPP dengan
kapasitas gabungan sebesar 10,5 GWh, umumnya melalui konsorsium
dengan mitra Indonesia yang memiliki jaringan baik.
Namun demikian, krisis ekonomi Asia pada tahun 1997 telah
berdampak negatif terhadap PLN berupa berbagai masalah besar dalam
hal keuangan. Menghadapi hal ini, Pemerintah meluncurkan sejumlah
upaya yang meliputi renegosiasi PPA tertentu untuk meningkatkan
keberlangsungan ekonomi dari kontrak-kontrak tersebut.
Pemerintah juga telah menerbitkan suatu laporan rekomendasi
penting pada bulan Agustus 1998 yang berisi sejumlah tujuan
untuk merestrukturisasi sektor kelistrikan. Kebijakan restrukturisasi
yang diwujudkan dalam Undang-undang Kelistrikan No. 20/2002
mengajukan deregulasi bertahap pada sektor kelistrikan, termasuk
diantaranya pengenalan kompetisi. Namun, Mahkamah Konstitusi
Indonesia membatalkan undang-undang ini di bulan Desember dengan
alasan bahwa deregulasi industri ini bertentangan dengan perundang-
undangan Indonesia. Mahkamah Konstitusi kemudian memberlakukan
kembali Undang-undang No. 23/1994 yang memberikan PLN hak
satu-satunya untuk menyediakan listrik di Indonesia.
Dibawah kerangka hukum yang berlaku, IPP dapat diteruskan
pengembangannya dan menyediakan listrik bagi PLN maupun pihak
off-takers ketiga, namun tingkat harga jual listrik IPP kepada PLN
dibatasi sesuai ketentuan perundangan. Dengan meningkatnya biaya
energi, batasan tarif ini kian dirasakan tidak mendukung operasi
komersial IPP sehingga menjadi hambatan untuk berinvestasi pada
sektor ini.
Menjawab tantangan ini, Departemen Sumber Daya Mineral
dan Energi Indonesia menerbitkan serangkaian peraturan baru;
No. 5/2009 berkenaan dengan harga yang memberikan model tarif
sumber daya listrik yang lebih bersaing. Truba Manunggal mengakui
only within the main Java-Bali power grid but also in frontier markets
where many of the Company’s initiatives are directed. Nationwide
penetration of power services remains low, with just over 60% of the
nation’s population having access to electricity in their homes.
INDONESIA POWER SECTOR
Market Structure and Reform
The electricity sector in Indonesia is an effective monopoly under
PLN. PLN’s history dates back to Indonesia’s independence in 1945,
although it has been through a variety of structural reorganizations.
In 1995 PLN was reorganized into a holding company with two main
generating subsidiaries and a number of specialist subsidiaries. It
operates under the control of the Directorate General of Electricity
and Energy Utilization (“DGEEU”).
PLN had a complete monopoly on power generation and distribution
until the middle of 1989. Concern that PLN would be unable to meet
an estimated increase in future demand of 10.0% per annum resulted
in a 1989 decision to allow IPPs to participate in power generation.
By1997, PLN had signed 27 IPP projects with a combined capacity
of 10.5 GWh typically with consortiums that featured well-connected
Indonesian partners.
The Asian economic-crisis in 1997, however had a negative impact
on PLN as a result of which the Company faced significant financial
difficulties. In response to this, the Government launched a number of
initiatives which included the renegotiation of certain PPAs to improve
the economic sustainability of such contracts.
The Government had also issued a white paper in August 1998 which
articulated a number of objectives, for electricity sector restructuring.
This restructuring policy which came into force by Electricity Law No.
20/2002, promoted a gradual deregulation of the electricity sector,
including the introduction of competition. Indonesia’s Constitutional
Court however, annulled this law in December 2004 ruling that it
was against Indonesia’s constitution to deregulate the industry. The
Constitutional Court therefore reinstate the previous law No 23/1994
which gives PLN the sole right to provide electricity in Indonesia.
Under the existing legal framework, IPP’s could continue to be
developed and provide electricity to PLN as well as to contracted
third party off-takers, however the price at which electricity could be
sold by IPP’s to PLN was capped in accordance with the law. With
the increasing cost of energy, these tariff caps have increasingly been
recognized untenable to commercial operation of IPPs and have
therefore been an impediment to investment in the sector.
In response to this challenge the Indonesian Ministry of Mineral
Resources and energy issued a new set of regulations; No. 5/2009
regarding the price at which outlines a more competitive model for
electric power tariffs. The new regulations are recognized by Truba
Pembahasan dan Analisis Manajemen Atas Kondisi Keuangan dan Hasil Operasi Management’s Discussion and Analysis of Financial Condition and Results of Operations
Truba Manunggal 2008 Annual Report 57
bahwa peraturan-peraturan baru ini merupakan suatu langkah maju
dalam pencapaian tujuan pengembangan infrastruktur pembangkit
sumber daya dan diharapkan akan membawa dampak berarti
terhadap investasi pada sektor ini.
Tinjauan Pasar
Pengembangan infrastruktur merupakan salah satu strategi utama
nasional Pemerintah untuk mengatasi perlambatan ekonomi global
saat ini. Oleh karenanya, pembangunan pembangkit listrik negara
diharapkan terus berlangsung. Sebagai kontraktor utama lokal untuk
pengembangan dalam bidang ini, Truba Manunggal tetap berada
dalam posisi sebagai pemain utama di bidang konstruksi, instalasi dan
pengoperasian fasilitas pembangkit listrik.
Indonesia menghadapi kekurangan pembangkit listrik, suatu
masalah yang diperburuk dengan kurangnya jaringan nasional yang
terintegrasi. Peningkatan kapasitas dan jaringan transmisi merupakan
komponen utama dalam pembangunan infrastruktur Indonesia di
tahun fiskal 2009, menempati 20,0% dari target Rp 1.500 triliun yang
dicanangkan pada Pertemuan Tingkat Tinggi Bidang Infrastruktur
yang diselenggarakan pada bulan Januari 2005.
Tabel berikut menyajikan prakiraan kebutuhan listrik di Indonesia
berdasarkan peningkatan permintaan.
TINJAUAN BISNIS
Pendapatan EPC
Truba Manunggal menghasilkan sebagian besar pendapatannya
dari EPC dan jasa terkait. Pendapatan atas suatu kontrak EPC diakui
segera setelah nilainya dapat diperkirakan secara benar. Perusahaan
menggunakan metode persentase penyelesaian dalam menentukan
jumlah yang tepat untuk diakui pada periode tertentu. Tahap
penyelesaian diukur dengan merujuk kepada kemajuan fisik yang
terjadi hingga saat terakhir dibandingkan dengan estimasi total
biaya untuk setiap kontrak. Jumlah keseluruhan dari kerugian yang
diantisipasi, termasuk kerugian terkait pekerjaan kontrak di masa
mendatang, diakui pada periode dimana kerugian itu ditemukan.
Manunggal as a major step forward in the advancement of the nation’s
power generation infrastructure development goals and are expected
to have a significant impact on investment to the sector.
Market Overview
Infrastructure development is one of the Government’s key national
strategies for addressing the current global economic slowdown.
Development of the nation’s power generation is therefore expected
to continue unabated. As the leading local contractor for this type
of development, Truba Manunggal remains well positioned to play
a leading role in the construction, installation and operations of the
nation’s power generating facilities.
Indonesia faces a shortage of generating power, a problem made worse
by the lack of an integrated national grid. Improving both capacity
and the transmission network are major components of Indonesia’s
fiscal 2009 infrastructure development, accounting for 20.0% of the
Rp 1,500 trillion target outlined at the Infrastructure Summit held by
the Government in January 2005.
The following table set forth the forecasts for Indonesia’s power
requirements based on different rates of increase in demand:
BUSINESS REVIEW
EPC Revenues
Truba Manunggal generates most of its revenues from the provision
of EPC and related services. The revenue on an EPC contract is
recognized as soon as it can be estimated reliably. The Company uses
the percentage of completion method to determine the appropriate
amount to recognize in any given period. The stage of completion
is measured by reference to physical progress incurred to date to
estimated total cost for each contract. The full amount of revenue
or anticipated loss, including any loss related to future work on the
contract, is recognized in the period in which the loss is identified.
Delays in a particular EPC project, many of which are unforeseen
Pembahasan dan Analisis Manajemen Atas Kondisi Keuangan dan Hasil Operasi Management’s Discussion and Analysis of Financial Condition and Results of Operations
Year
Growth Forecast of Power Requirements
+5% demand per annum (GW)
+7% demand per annum (GW)
+9% demand per annum (GW)
2005 26 26 26
2007F 29 30 30
2009F 32 34 35
2011F 35 39 41
2012F 37 42 45
Additional capacity required
2005-2009 6 8 9
2005-2012 11 16 19
Source: BAPPENAS, Ministry of Finance
58 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Penundaan pada proyek EPC tertentu, yang banyak diantaranya
tidak dapat diperkirakan terjadinya dan merupakan hal diluar kendali
Perusahaan, mempunyai dampak terhadap waktu penyelesaian
dan kemampuan Perusahaan untuk mengakui dan menghasilkan
pendapatan.
and outside the Company’s control, have an effect on the timing of
completion and hence on the Company’s ability to recognize and
generate revenue on such projects.
Untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2008 dan 2007 For the periods ended December 31, 2008 and 2007
2007
Prosentase Pendapatan
Bersih Percentage of Net Revenue
(%)
2008
Prosentase Pendapatan
Bersih Percentage of Net Revenue
(%)
Telah Diaudit Audited Telah Diaudit Audited
(dalam juta Rupiah) (in million Rupiah)
Pendapatan 1,506,202 100.0 2,948,680 100.0 Revenues
Beban pendapatan 1,171,472 77.8 2,441,293 82.8 Cost of revenues
Laba kotor 334,730 22.2 507,387 17.2 Gross profit
Beban usaha 156,780 10.4 331,256 11.2 Operating expenses
Laba (rugi) usaha 177,951 11.8 176,131 6.0 Operating income (loss)
Penghasilan (beban) lain-lain Other income (charges)
Pendapatan dari investasi 138,089 9.2 112,917 3.8 Income from investments
Lain-lain – bersih (40,425) -2.7 (473,708) -16.1 Others – net
Penghasilan lain-lain – bersih 97,664 6.5 (360,791) -12.2 Other income (charges) – net
Bagian laba dari perusahaan asosiasi 10,299 0.7 17,158 0.6 Income from associate companies
Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan
285,914 19.0 (167,502) -5.7 Income (loss) before income tax
Beban (manfaat) pajak penghasilan Income tax expense (benefit)
Kini 64,612 4.3 75,509 2.6 Current
Tangguhan (5,741) -0.4 (67,479) -2.3 Deferred
Beban pajak penghasilan 58,871 3.9 8,030 0.3 Income tax expense
Laba (rugi) setelah beban pajak penghasilan sebelum hak minoritas
227,043 15.1 (175,532) -6.0 Income (loss) after income tax expenses before minority interest
Hak minoritas (14,307) -0.9 (4,592) -0.2 Minority interest
Laba (rugi) bersih 212,735 14.1 (180,124) -6.1 Net income (loss)
Pembahasan dan Analisis Manajemen Atas Kondisi Keuangan dan Hasil Operasi Management’s Discussion and Analysis of Financial Condition and Results of Operations
LABA (RUGI) BERSIHNet Income (Loss)(dalam juta Rupiahin million Rupiah)
08 (180,124)
07 212,735
06 34,941
05 (159)
04 (317)
Truba Manunggal 2008 Annual Report 59
Backlog
Backlog proyek EPC Perusahaan per 31 Desember 2008, adalah
Rp 5.802.296 pada basis konsolidasi. Backlog menggambarkan total
akumulasi nilai seluruh kontrak yang diperoleh, dikurangi jumlah
pendapatan yang diakui atas kontrak pada titik waktu tertentu. Dengan
demikian, jumlah ini terdiri dari total nilai kontrak yang diperoleh namun
tidak terselesaikan dan pendapatan yang diharapkan diperoleh selama
sisa waktu proyek dalam proses. Backlog merupakan angka utama
untuk memprediksi potensi pemasukan di masa depan. Meskipun
backlog mencerminkan bisnis yang sudah pasti, namun pembatalan,
penundaan besar, atau penyesuaian cakupan kerja mungkin saja terjadi.
Perusahaan telah menyesuaikan backlog untuk menggambarkan
pembatalan proyek, penjadwalan kembali dan perubahan dalam
cakupan dan biaya, baik ke atas maupun ke bawah, sejauh dapat
dijelaskan secara beralasan oleh Perusahaan pada tanggal pelaporan.
IPP
Sebagian besar proyek IPP Truba Manunggal masih berada dalam tahap
pengembangan dan membutuhkan pengeluaran modal dalam jumlah
besar. Perusahaan saat ini sedang mengembangkan pembangunan 4
(empat) proyek listrik tenaga batubara. Jumlah ini turun dari rencana
awal sebanyak 6 (enam) proyek listrik tenaga batubara karena
perlambatan ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 2008.
Pendapatan dari keempat pembangkit listrik ini tidak dapat diharapkan
perolehannya hingga tahun 2011, yaitu pada saat proyek-proyek ini
diperkirakan selesai. Meskipun Perusahaan telah melakukan estimasi
tanggal penyelesaian proyek secara konservatif, namun berbagai faktor
yang beberapa diantaranya di luar kontrol Truba Manunggal dapat
mempengaruhi waktu pengoperasian proyek. Sebagai akibatnya,
kemampuan Perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dari proyek-
proyek ini mungkin tertunda.
Berbeda dengan bisnis EPC, pendapatan yang dihasilkan pada bisnis IPP
akan didasari oleh kapasitas yang dikontrak dan faktor ketersediaan pada
pembangkit tertentu. Untuk setiap pembangkit, sebelum beroperasi,
Truba Manunggal mengikat kontrak pengadaan listrik jangka panjang
dengan PLN maupun perusahaan swasta.
Produksi dan Perdagangan Batubara
Perluasan bisnis kami kearah produksi dan penyediaan batubara
merupakan akibat dari pertumbuhan alamiah bisnis pembangkit tenaga
listrik dan kuatnya pertumbuhan permintaan batubara baik di Indonesia
maupun secara internasional.
Batubara diperkirakan akan menjadi bahan bakar utama untuk listrik
di Indonesia dan sekitarnya. Saat ini batubara merupakan sumber
bahan bakar termurah dan tersedia berlimpah di Indonesia. PLN
memperkirakan bahwa permintaan batubara untuk pembangkit listrik
baik PLN dan IPP akan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 76
juta ton pada tahun 2010.
Truba Manunggal, melalui MIS telah memiliki pertambangan batubara
di Muara Enim, Sumatra Selatan. Perusahaan menguasai 90,1% saham
pada PT Manunggal Multi Energi (“MME”). MME memiliki KP Eksplorasi
(Izin Eksplorasi) untuk area konsesi seluas 5.574 ha di Muara Enim.
Perusahaan telah menyelesaikan eksplorasi atas 511 ha (tahap pertama)
Backlog
The Company’s backlog of EPC projects at December 31, 2008 was
Rp 5,802,296 on a consolidated basis. Backlog represents the total
accumulation of value of all contracts awarded less the amount of
revenue recognized to date on contracts at a specific point in time.
Therefore, it comprises the total value of awarded contracts that are
are not completed and the revenue that is expected to be reflected over
the remaining life of the projects in process. Backlog is the Company’s
key predictor of future earnings potential. Although backlog reflects
business that is considered to be firm, cancellations, significant delays,
or scope adjustments may occur. The Company has adjusted backlog
to reflect project cancellation, deferrals and revisions in scope and cost,
both upward and downward, as the Company is reasonably able to
determine at the reporting date.
IPP
Most of Truba Manunggal’s IPP projects are still in the development
phase and require significant capital expenditure. The Company is
currently progressing in the development of 4 (four) coal-fired power
projects – down from earlier plan of 6 (six) coal-fired power plants
planned last year – due to the economic downturn in the middle of 2008.
Revenues from the 4 (four) power plants are not expected until 2011,
when the Company expects the power projects to be completed. While
the Company conservatively estimated the completion date of these
projects, a variety of factors, some of which Truba Manunggal does not
control, can affect the time that such project becomes operational. As
a result, the Company’s ability to generate revenues from such projects
would be delayed.
In contrast to Truba Manunggal’s EPC business, revenues generated
from the Company’s IPP business will be based on contracted capacity
and availability for particular plants. Prior to commiting to IPP plant
construction Truba Manunggal enteres into a long-term power supply
contract (PPA or ESA) with PLN or captive market offtaker.
Coal Production and Trading
The extension of Truba Manunggal’s business into the coal production
and supply was the result of both natural growth of our power plant
business and the strong growth in demand for coal in Indonesia, as well
as internationally.
Coal is expected to become the dominant fuel for power in Indonesia
as well as the region. It is presently the cheapest source of fuel and is
abundantly available in Indonesia. PLN has estimated that coal demand
for electricity generation from both PLN and IPP coal-fired power
generating plants will more than double to 76 million tons by 2010.
Truba Manunggal, through MIS has a coal mine in Muara Enim, South
Sumatra. The Company owns a 90.1% interest in PT Manunggal Multi
Energi (“MME”). MME owns a KP Eksplorasi (Exploration License)
for a concession area of 5,574 ha at Muara Enim. The Company has
completed exploration for 511 ha (1st stage) of our concession area
Pembahasan dan Analisis Manajemen Atas Kondisi Keuangan dan Hasil Operasi Management’s Discussion and Analysis of Financial Condition and Results of Operations
60 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
dari area konsesi dan menemukan 140,8 juta ton cadangan yang dapat
ditambang pada strip ratio 1:2 dengan batubara bernilai kalori rata-rata
5.800 kcal/kg (diterima kotor). Dimulainya penambangan dari konsesi
ini telah tertunda selama setahun dan diharapkan dapat dimulai pada
paruh kedua tahun 2009, dengan estimasi produksi 0,5 juta ton di
tahun 2009, dan satu juta ton pada tahun-tahun berikutnya. Truba
Manunggal telah menyelesaikan analisis dampak lingkungan dan
menerima persetujuan yang relevan.
Beban Usaha Lain/Depresiasi
Biaya usaha terdiri atas biaya langsung kontrak, yang meliputi biaya
tenaga kerja dan bahan mentah (mencakup biaya pembelian peralatan),
jumlah yang harus dibayarkan kepada subkontraktor dan biaya
overhead langsung (mencakup depresiasi, bahan bakar, perawatan dan
perbaikan). Depresiasi disajikan dengan menggunakan metode garis
lurus untuk peralatan konstruksi. Biaya usaha dicatat pada saat terjadinya
dan revisi dalam pendapatan kontrak dan estimasi biaya dicerminkan
pada periode akuntansi berjalan. Jika Perusahaan memproyeksikan
kerugian atas suatu proyek, kami akan segera mengakui estimasi
kerugian tersebut. Pendapatan usaha dari perintah perubahan kontrak
diakui pada saat pemilik proyek menyetujui perintah perubahan
tersebut. Selain itu, penundaan proyek yang dikarenakan oleh kondisi
cuaca, tahap penyelesaian dan campuran kontrak-kontrak pada marjin
berbeda, dapat menyebabkan fluktuasi laba kotor antar periode dan
mungkin saja jumlahnya cukup berarti dari waktu ke waktu.
Komponen Utama dan Hasil Usaha
Tabel-tabel berikut menunjukkan laporan laba rugi Truba Manunggal
dan informasi keuangan lainnya selama beberapa periode tertentu yang
ditunjukkan sebagai prosentase dari pendapatan.
Pendapatan
Pendapatan Truba Manunggal untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2008 sebesar Rp 2.948,7 miliar (US$ 269,3 juta). Ini
merupakan peningkatan 96% dari Rp 1.506,2 miliar yang dilaporkan
pada tahun yang berakhir pada 31 Desember 2007.
Kinerja ini dapat dicapai terutama dikarenakan:
1. peningkatan pendapatan tangki dan pipa sebesar Rp 885,6 miliar
(US$ 80,9 juta)
2. peningkatan pendapatan jasa konstruksi pembangkit listrik sebesar
Rp 682,5 miliar (US$ 62,3 juta)
3. peningkatan pendapatan perdagangan sebesar Rp 62,7 miliar
(US$ 5,7 juta)
4. peningkatan pendapatan pembangkit listrik sebesar Rp 39,0 miliar
(US$ 3,6 juta)
5. penurunan pendapatan perawatan sebesar Rp 214,3 miliar
(US$ 19,6 juta)
Biaya Pendapatan
Biaya pendapatan Truba Alam Manunggal untuk tahun yang berakhir pada
31 Desember 2008 mencapai Rp 2.441,3 miliar (US$ 222,9 juta) . Jumlah
ini menunjukkan peningkatan sebesar 108% dari biaya pendapatan
Rp 1.171,5 miliar yang dilaporkan untuk tahun yang berakhir pada
31 Desember 2007.
and proved 140.8 million tons of mineable reserves at a strip ratio of 1:2
with coal of calorific value averaging 5,800 kcal/kg (gross as received).
Commencement of mining from this concession has been delayed by a
year, and is now expected to begin in the second half of 2009. Initially
estimated production is set for 0.5 million tons in 2009, with one million
tons thereafter. Truba Manunggal has completed an environmental
impact assessment and received the relevant.
Other Operating Expenses/Depreciation
Operating costs consist of direct cost on contracts, including labor
and raw material costs (which include equipment purchase costs),
amounts payable to subcontractors and direct overhead costs (including
depreciation, fuel, maintenance and repairs). Depreciation is provided
using a straight-line method for construction equipment. Operating
costs are recorded as incurred and revisions in contract revenue and
cost estimates are reflected in the accounting period when known. If
the Company projects a loss on a project, we immediately recognize
the estimated loss. Operating revenues from contract change orders
are recognized when the project owners agree to the change orders.
Additionally project delays due to weather conditions, stage of
completion and mix of contracts at different margins, may cause
fluctuations in gross profit between periods and these fluctuations may
be significant from time to time.
Principal Components and Results of Operations
The following table sets forth Truba Manunggal’s selected income
statement and other financial information for the periods presented as
a percentage of revenue.
Revenues
Truba Manunggal’s revenues for the year ended December 31, 2008
were 2,948.7 billion (US$ 269.3 million). This represents a 96% increase
from the revenues of Rp 1,506.2 billion reported for the year ended
December 31, 2007.
This performance was primarily due to:
1. an increase in tank and pipe revenues by Rp 885.6 billion
(US$ 80.9 million)
2. an increase in construction services of power plant revenues by
Rp 682.5 billion (US$ 62.3 million)
3. an increase in trading revenues by Rp 62.7 billion
(US$ 5.7 million)
4. an increase in power plant revenues by Rp 39.0 billion
(US$ 3.6 million)
5. a decrease in maintenance revenues by Rp 214.3 billion
(US$ 19.6 million)
Cost of Revenues
Truba Manunggal’s cost of revenues for the year ended December 31,
2008 were Rp 2,441.3 billion (US$ 222,9). This represents a 108%
increase from costs of revenues of Rp 1,171.5 billion report for the year
ended December 31, 2007.
Pembahasan dan Analisis Manajemen Atas Kondisi Keuangan dan Hasil Operasi Management’s Discussion and Analysis of Financial Condition and Results of Operations
Truba Manunggal 2008 Annual Report 61
The increase in costs was primarily due to:
1. increase in cost of construction material by Rp 456.7 billion
(US$ 41.7 million)
2. increase in cost of subcontractor by Rp 175.7 billion
(US$16 million)
3. increase in operational expenses by Rp 138.1 billion
(US$ 12.6 million)
4. increase in rent expenses by Rp 135.2 billion (US$ 12.3 million)
5. increase in salaries, wages, and employee welfare expenses by
Rp 114.5 billion (US$ 10.5 million)
Gross Profit
As a result of the foregoing factors, the Company’s gross profit increased
52% from Rp 334.7 billion for the year ended December 31, 2007
to Rp 507.4 billion (US$ 46.3 million) for the year ended December
31, 2008.
Operating Expenses
Truba Manunggal’s operating expenses for the year ended December
31, 2008 were Rp 331.3 billion (US$ 30.3 million). This represents a
111% increase from Operating Expenses of Rp 156.8 billion reported
for the year ended December 31, 2007.
The increase in operating expenses was primarily due to :
1. an increase in salaries, wages and employee welfare by
Rp 60.4 billion (US$ 5.5 million)
2. an increase in professional fee by Rp 34.5 billion (US$ 3.2 million)
3. an increase in management fee by Rp 21.1 billion (US$ 1.9 million)
4. an increase in depreciation expenses by Rp 10.6 billion
(US$ 1.0 million)
Operating Income
Turba Alam Manunggal’s operating income for the year ended December
31, 2008 was Rp 176.1 billion (US$ 16.1 million). The represents a slight
decrease of 1% from the operating income of Rp 178 billion reported
for the year ended December 31, 2007. This decrease was primarily due
to an increase in operating expense.
Other Income (Charges) – Net
Truba Manunggal’s other charges – net for the year ended December
31, 2008 was Rp 360.8 billion (US$ 32.9 million). This represents a
decrease of 469% from other income-net of Rp 97.7 billion reported
for the year ended December 31,2007.
The decrease for other income – net was primarily due to:
1. An increase in foreign exchange loss by Rp 390.1 billion (US$ 35.6
million) in relation to a depreciation of the Rupiah against other
foreign currencies during 2008.
2. An increase in interest expense by Rp 41.3 billion (US$ 3.8 million).
Kenaikan biaya-biaya ini terutama disebabkan:
1. peningkatan biaya bahan bangunan sebesar Rp 456,7 miliar
(US$ 41,7 juta)
2. peningkatan biaya subkontraktor sebesar Rp 175,7 miliar
(US$16 juta)
3. peningkatan beban operasional sebesar Rp 138,1 miliar
(US$ 12,6 juta)
4. peningkatan beban sewa sebesar Rp 135,2 miliar (US$ 12,3 juta)
5. peningkatan beban gaji, upah, dan kesejahteraan pegawai sebesar
Rp 114,5 miliar (US$ 10,5 juta)
Laba Kotor
Sebagai akibat dari faktor-faktor tersebut, laba kotor Perusahaan naik
52% dari Rp 334,7 miliar untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember
2007 menjadi Rp 507,4 miliar (US$ 46,3 juta) untuk tahun yang berakhir
pada 31 Desember 2008.
Beban Usaha
Beban usaha Truba Manunggal untuk tahun yang berakhir pada
31 Desember 2008 sebesar Rp 331,3 miliar (US$ 30,3 juta). Jumlah ini
merupakan peningkatan 111% dari Beban Usaha sebesar Rp 156,8 miliar
yang dilaporkan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2007.
Peningkatan beban usaha terutama disebabkan oleh:
1. peningkatan gaji, upah dan kesejahteraan pegawai sebesar
Rp 60,4 miliar (US$ 5,5 juta)
2. peningkatan jasa profesional sebesar Rp 34,5 miliar (US$ 3,2 juta)
3. peningkatan jasa manajemen sebesar Rp 21,1 miliar (US$ 1,9 juta)
4. peningkatan beban penyusutan sebesar Rp 10,6 miliar
(US$ 1,0 juta)
Laba Usaha
Laba usaha Truba Manunggal untuk tahun yang berakhir pada
31 Desember 2008 sebesar Rp 176,1 miliar (US$ 16,1 juta). Ini
merupakan penurunan tipis sebesar 1% dari penghasilan usaha yang
mencapai Rp 178 miliar yang dilaporkan untuk tahun yang berakhir
pada 31 Desember 2007. Penurunan terutama diakibatkan oleh
meningkatnya beban usaha.
Penghasilan (Beban) Lain-lain – Bersih
Beban lain-lain – bersih Truba Manunggal untuk tahun yang berakhir
pada 31 Desember 2008 adalah Rp 360,8 miliar (US$ 32,9 juta). Ini
merupakan penurunan sebesar 469% dari penghasilan lain-lain – bersih
sebesar Rp 97,7 miliar yang dilaporkan untuk tahun yang berakhir pada
31 Desember 2007.
Penurunan penghasilan lain-lain – bersih terutama dikarenakan:
1. Peningkatan kerugian valas sebesar Rp 390,1 miliar (US$ 35,6
juta) sehubungan dengan pelemahan Rupiah terhadap mata uang
lainnya selama tahun 2008.
2. Peningkatan beban bunga sebesar Rp 41,3 miliar (US$ 3,8 juta).
Pembahasan dan Analisis Manajemen Atas Kondisi Keuangan dan Hasil Operasi Management’s Discussion and Analysis of Financial Condition and Results of Operations
62 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Bagian Laba dari Perusahaan Asosiasi
Bagian laba Truba Manunggal dari perusahaan asosiasi mencapai Rp 17,2
miliar (US$ 1,6 juta) untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember
2008. Ini mencerminkan kenaikan sebesar 67% dari angka Rp 10,3
miliar yang dilaporkan pada 31 Desember 2007. Peningkatan bagian
laba dari perusahaan asosiasi terutama disebabkan peningkatan laba
yang dilaporkan oleh Truba Arabia Co Ltd dan Meta Epsi, yang masing-
masing menanjak sebesar Rp 4,5 miliar (US$ 0,4 juta) dan Rp 3,2 miliar
(US$ 0,3 juta).
Laba sebelum Pajak
Sebagai akibat dari faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya, laba
sebelum pajak Perusahaan menurun 159% menjadi kerugian yang
dilaporkan sebesar Rp 167,5 miliar (US$ 15,3 juta) untuk tahun
yang berakhir pada 31 Desember 2008. Laba sebelum pajak Truba
Manunggal mencapai Rp 285,9 miliar untuk tahun yang berakhir pada
31 Desember 2007.
Beban Pajak Penghasilan
Beban pajak penghasilan Truba Manunggal sebesar Rp 8 miliar (US$ 0,7
juta) untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008. Ini merupakan
penurunan dari beban pajak Perusahaan yang sebesar Rp 58,9 miliar
untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2007. Penurunan ini
terutama disebabkan oleh peningkatan manfaat dari pajak tangguhan
sebesar Rp 61,8 miliar (US$ 5,6 juta).
Laba setelah Beban Pajak, sebelum Hak Minoritas
Sebagai akibat faktor-faktor yang telah dikemukakan, laba bersih
setelah beban pajak dan sebelum saham minoritas menurun
177% hingga mencapai kerugian yang dilaporkan sebesar
Rp 175,5 miliar (US$ 16,0 juta) untuk tahun yang berakhir pada
31 Desember 2008. Laba bersih setelah beban pajak sebelum hak
minoritas Truba Manunggal adalah Rp 227,0 miliar untuk tahun yang
berakhir pada 31 Desember 2007.
Likuiditas dan Sumber Permodalan
Kebutuhan modal kerja jangka pendek Truba Manunggal dibiayai
oleh arus kas dari kegiatan usaha, fasilitas modal kerja, pembiayaan
jangka pendek dari bank-bank Indonesia, obligasi dan pinjaman dari
pemegang saham.
Arus Kas
Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2008
Per 31 Desember 2008, kas dan setara kas Truba Manunggal mencapai
Rp 471,7 miliar (US$ 43,1 juta).
Kas bersih Truba Manunggal yang berasal dari kegiatan usaha sebesar
Rp 409,7 miliar (US$ 37,4 juta) tersedia di tahun 2008. Perusahaan
menerima Rp 2.668,9 miliar (US$ 243,7 juta) dari para pelanggan dan
pihak ketiga dan tambahan Rp 993,7 miliar (US$ 90,7 juta) dari pihak
terafiliasi. Penerimaan bunga Perusahaan untuk tahun yang berakhir
pada 31 Desember 2008 sebesar Rp 93,1 miliar (US$ 8,5 juta). Lebih
jauh, kas bersih yang berasal dari kegiatan usaha sebagian di-offset oleh
pembayaran kepada vendor sebesar Rp 2.661,5 miliar (US$ 243,1 juta),
pembayaran kepada pegawai sebesar Rp 511,2 miliar (US$ 46,7 juta)
dan pembayaran pajak sebesar Rp 113,9 miliar (US$ 10,4 juta).
Income from Associate Companies
Truba Manunggal’s income from associate companies was Rp 17.2
billion (US$ 1.6 million) for the year ended December 31, 2008. This
represents a 67% increase from income from associate companies of
Rp 10.3 billion reported for the year ended December 31, 2007. The
increase in income from associate companies was primarily due to
increases in income reported by Truba Arabia Co Ltd and by Meta Epsi
which rose by Rp 4.5 billion (US$ 0.4 million) and Rp 3.2 billion (US$ 0.3
million) respectively.
Income before Tax
As a result of the foregoing factors, the Company’s income before
tax decreased year-on-year by 159% to a reported loss of IDR 167.5
billion (US$ 15.3 million) for the year ended December 31, 2008. Truba
Manunggal reported income before tax of of Rp 285.9 billion for the
year ended December 31, 2007.
Income Tax Expense
Truba Manunggal’s income tax expense was Rp 8 billion (US$ 0.7 million)
for the year ended December 31, 2008. This represents a decreased
from the Company’s tax expense of Rp 58.9 billion for the year ended
December 31, 2007. This decrease was primarily due to income from
deferred tax increased by Rp 61.8 billion (US$ 5.6 million).
Income after Income Tax Expenses before Minority Interest
As a result of the foregoing factors, the Company’s net income after
income tax expense before minority interest decreased by 177% to a
reported loss of Rp 175.5 billion (US$ 16.0 million) for the year ended
December 31, 2008. Truba Manunggal’s income after income tax
expenses before minority interest were Rp 227.0 billion for the year
ended December 31, 2007.
Liquidity and Capital Resources
Truba Manugal’s short-term working capital requirements are funded
by cash flow from operating activities, working capital facilities, short-
term bridge financings from Indonesian banks, bonds and shareholder
loans.
Cash Flows
Year Ended December 31, 2008
As of December 31, 2008, Truba Manunggal had cash and cash
equivalents of Rp 471.7 billion (US$ 43.1 million).
Truba Manunggal’s net cash provided by operating activities was
Rp 409.7 billion (US$ 37.4 million) in 2008. The Company received
Rp 2,668.9 billion (US$ 243.7 million) from customers and third parties
and an additional Rp 993.7 billion (US$ 90.7 million) from related
parties. The Company’s interest receipts for the year ended December
31, 2008 were Rp 93.1 billion (US$ 8.5 million). Furthermore, net cash
provided by operating expenses was partially offset by payment to
vendors of Rp 2,661.5 billion (US$ 243.1 million), payment to employees
of Rp 511.2 billion (US$ 46.7 million) and a tax payment of Rp 113.9
billion (US$ 10.4 million).
Pembahasan dan Analisis Manajemen Atas Kondisi Keuangan dan Hasil Operasi Management’s Discussion and Analysis of Financial Condition and Results of Operations
Truba Manunggal 2008 Annual Report 63
Kas bersih Truba Manunggal yang digunakan untuk kegiatan investasi
sebesar Rp 1.014,1 miliar (US$ 92,6 juta) di tahun 2008. Perusahaan
membayarkan Rp 992,4 miliar (US$ 90,6 juta) untuk akuisisi properti
dan peralatan senilai Rp 60 miliar (US$ 5,5 juta) untuk pendanaan
usaha pada perusahaan lain. Kas bersih yang digunakan untuk kegiatan
pendanaan investasi sebagian di-offset dengan penerimaan dari
kegiatan investasi perdagangan jangka pendek sebesar Rp 36,4 miliar
(US$ 3,3 juta).
Kas bersih Truba Manunggal yang dipergunakan untuk kegiatan
pembiayaan sebesar Rp 797,3 miliar (US$ 72,8 juta). Perusahaan
mencatat pemasukan dari obligasi sebesar Rp 200 miliar (US$ 18,3 juta),
pemasukan dari pinjaman bank sebesar Rp 169,4 miliar (US$ 15,5 juta)
dan pemasukan dari pinjaman pembiayaan konsumen sebesar Rp 114,3
miliar (US$ 10,4 juta). Kas bersih yang dipergunakan untuk pembiayaan
sebagian di-offset dengan pembayaran kepada pihak terafiliasi sebesar
Rp 1.190,7 miliar (US$ 108,7 juta) dan pembayaran untuk pinjaman
bank sebesar Rp 61,5 miliar (US$ 5,6 juta).
Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2007
Per 31 Desember 2007, Truba Manunggal memiliki kas dan setara kas
senilai Rp 1.880,2 miliar (US$ 199,6 juta).
Kas bersih Truba Manunggal yang dipergunakan untuk kegiatan
usaha sebesar Rp 102 miliar (US$ 10,8 juta) di tahun 2007. Selain
dari itu, Perusahaan melakukan pembayaran kepada vendor sejumlah
Rp 1.063,9 miliar (US$ 113 juta), kepada pegawai sejumlah Rp 334,4
miliar (US$ 35,5 juta), pembayaran beban bunga dan keuangan
sejumlah Rp 14,6 miliar (US$ 1,6 juta) dan pembayaran pajak sebesar
Rp 35,5 miliar (US$ 3,8 juta). Kas bersih yang digunakan untuk kegiatan
usaha sebagian di-offset dengan penerimaan dari pelanggan dan pihak
ketiga sejumlah Rp 1.204,4 miliar (US$ 127,9 juta) dan penerimaan
bunga sebesar Rp 138 miliar (US$ 14,7 juta).
Kas bersih Truba Manunggal yang digunakan untuk kegiatan
investasi sebesar Rp 1.486,1 miliar (US$ 157,8 juta) di tahun
2007. Kami menerima Rp 399,9 miliar (US$ 42.5 juta) dari
piutang warkat. Selain itu, Rp 4,8 miliar (US$ 0,5 juta) merupakan
penerimaan dari investasi pada perusahaan lain. Kas bersih
yang digunakan untuk kegiatan investasi sebagian di-offset oleh
pembayaran untuk pendanaan usaha pada perusahaan lain sebesar
Rp 1.051,8 miliar (US$ 111,7 juta), akuisisi properti dan peralatan
sebesar Rp 318,7 miliar (US$ 33,8 juta) dan akuisisi anak perusahaan
sebesar Rp 219,3 miliar (US$ 23,3 juta).
Kas bersih Truba Manunggal yang berasal dari kegiatan usaha sebesar
Rp 2.860,5 miliar (US$ 303,7 juta). Perusahaan menerima pemasukan
dari pinjaman pemegang saham sebesar Rp 2.563,2 miliar (US$ 272,1
juta) maupun dari pinjaman bank sebesar Rp 156,4 miliar (US$ 16,6
juta) dan tambahan setoran modal dari waran sebesar Rp 129,7 miliar
(US$ 13,8 juta).
Pengaturan Diluar Neraca
Per 31 Desember 2008, Truba Manunggal tidak memiliki pengaturan
diluar neraca yang bersifat material.
Truba Manunggal’s net cash used in investing activities was Rp 1,014.1
billion (US$ 92.6 million) in 2008. The Company made payments of
Rp 992.4 billion (US$ 90.6 million) for acquisition of property and
equipment of and Rp 60 billion (US$ 5.5 million) for trade financing in
other companies. net cash used in investing activities was partially offset
by receipt from short-term trade investment activities of Rp 36.4 billion
(US$ 3.3 million).
Truba Manunggal’s net cash used in financing activities was Rp 797.3
billion (US$ 72.8 million). The Company recorded proceeds from bonds
of Rp 200 billion (US$ 18.3 million), proceeds from bank loans of Rp
169.4 billion (US$ 15.5 million) and proceeds of consumer financing
loan of Rp 114.3 billion (US$ 10.4 million). Net cash used in financing
amount was partially offset by payment to related parties of Rp 1,190.7
billion (US$ 108.7 million) and payments for bank loans of Rp 61.5
billion (US$ 5.6 million).
Year Ended December 31, 2007
As of December 31, 2007, Truba Manunggal maintained cash and cash
equivalents of Rp 1,880.2 billion (US$ 199.6 million).
Truba Manunggal’s net cash used for operating activities was Rp 102
billion (US$ 10.8 million) in 2007. Furthermore, the Company made
payments to vendors in the amount of Rp 1,063.9 billion (US$ 113
million), to employee in the amount of Rp 334.4 billion (US$ 35.5
million), payments for interest and financial charges in the amount of
Rp 14.6 billion (US$ 1.6 million) and a tax payment of Rp 35.5 billion
(US$ 3.8 million). Net cash used for operating activities was partially
offset by receipts from customers and third parties totaling Rp 1,204.4
billion (US$ 127.9 million) and interest receipts of Rp 138 billion
(US$ 14.7 million).
Truba Manunggal’s net cash used in investing activities was Rp 1,486.1
billion (US$ 157.8 million) in 2007. We received Rp 399.9 billion
(US$ 42.5 million) from notes receivable. In addition, Rp 4.8 billion
(US$ 0.5 million) was received from investment from other companies.
Net cash used in investing activities was partially offset by payment for
trade financing in other companies of Rp 1,051.8 billion (US$ 111.7
million), acquisition of property and equipment of Rp 318.7 billion
(US$ 33.8 million) and acquisition of subsidiaries of Rp 219.3 billion
(US$ 23.3 million).
Truba Manunggal’s net cash provided by financing activities was
Rp 2,860.5 billion (US$ 303.7 million). The Company received
proceeds from a shareholders loan of Rp 2,563.2 billion (US$ 272.1
million) as well as from a bank loan of Rp 156.4 billion (US$ 16.6
million) and additional paid in capital from warrant of Rp 129.7 billion
(US$ 13.8 million).
Off-Balance Sheet Arrangements
As of December 31, 2008, Truba Manunggal maintains no material off-
balance sheet arrangements.
Pembahasan dan Analisis Manajemen Atas Kondisi Keuangan dan Hasil Operasi Management’s Discussion and Analysis of Financial Condition and Results of Operations
64 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Laporan keuangan Perusahaan yang tercakup dalam Memorandum
Penawaran ini disusun dan disajikan sesuai dengan PSAK Indonesia,
yang memiliki perbedaan nyata dalam beberapa hal tertentu dari US
GAAP. Perbedaan terletak pada metode pengukuran jumlah yang
terlihat pada laporan keuangan Perusahaan, maupun pengungkapan
tambahan yang disyaratkan oleh US GAAP, yang belum dilakukan
oleh Perusahaan.
Berikut adalah ringkasan perbedaan tertentu antara Prinsip-prinsip
Akuntansi Yang Berlaku secara Umum di Indonesia dan US GAAP
yang dapat berpengaruh besar terhadap posisi keuangan dan hasil
usaha Perusahaan. Ringkasan di bawah ini tidak dimaksudkan untuk
menjelaskan secara rinci karena pihak manajemen Perusahaan tidak
berupaya dari untuk mengkuantifikasi dampak perbedaan yang ada,
juga tidak melakukan rekonsiliasi lengkap apapun terhadap PSAK
Indonesia dan US GAAP. Jika kuantifikasi atau rekonsiliasi tersebut
sudah dilakukan oleh manajemen Perusahaan, maka perbedaan-
perbedaan akuntansi dan pengungkapan yang potensial yang tidak
diidentifikasi di bawah ini mungkin saja menjadi bahan perhatian.
Lebih jauh, tidak dilakukan upaya untuk mengidentifikasi perbedaan-
perbedaan antara PSAK Indonesia dengan US GAAP sebagai
akibat perubahan dalam standar akuntansi. Badan hukum yang
mempublikasikan PSAK Indonesia dan US GAAP memiliki proyek-
proyek berjalan yang dapat mempengaruhi perbandingan di masa
depan. Terakhir, tidak ada upaya untuk mengidentifikasi perbedaan
antara PSAK Indonesia dan US GAAP di masa depan yang dapat
mempengaruhi informasi keuangan sebagai akibat transaksi atau
peristiwa yang mungkin terjadi di masa depan.
Investor potensial sebaiknya berkonsultasi dengan penasihat
profesionalnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai
perbedaan-perbedaan utama antara PSAK Indonesia dan US GAAP
dan bagaimana perbedaan ini dapat mempengaruhi laporan keuangan
Perusahaan yang tercantum pada Memorandum Penawaran ini.
Laporan Arus Kas
Berdasarkan ketentuan PSAK Indonesia, perusahaan yang
menuangkan arus kas dengan menggunakan metode langsung tidak
perlu menyajikan rekonsiliasi laba bersih terhadap arus kas bersih dari
aktivitas usaha. Lebih lanjut, arus kas dari bunga yang diterima dan
dibayar diungkapkan secara konsisten dari waktu ke waktu sebagai
kegiatan usaha, investasi atau pembiayaan.
The Company’s financial statements included in this Annual Report are
prepared and presented in conformity with Indonesian GAAP, which
differs in certain significant respects from US GAAP. Such differences
involve methods for measuring the amounts shown in the financial
statements of the Company, as well as additional disclosures required
by US GAAP, which have not been made by the Company.
The following summarizes certain areas in which differences between
Indonesian GAAP and US GAAP could be significant to the financial
position and results of operations of the Company. The summary
below should not be construed to be exhaustive as no attempt has
been made by the management of the Company to quantify the
effects of those differences, nor has any complete reconciliation of
Indonesian GAAP and US GAAP been undertaken by our management.
Had any such quantification or reconciliation been undertaken by the
management of the Company, other potential significant accounting
and disclosure differences which are not identified below, may have
come to their attention.
Furthermore, no attempt has been made to identify future differences
between Indonesian GAAP and US US GAAP a result of prescribed
changes in accounting standards. Regulatory bodies that promulgate
Indonesian GAAP and US GAAP have significant projects ongoing that
could affect future comparisons such as this one. Finally, no attempt
has been made to identify future differences between Indonesian
GAAP and US GAAP that may affect the financial information as a
result of transactions or events that may occur in the future.
Potential investors should consult their own professional advisors for
an understanding of the principal differences between Indonesian
GAAP and US GAAP and how these differences might affect the
financial statements of the Company included elsewhere in this
Annual Report.
Statement of Cash Flows
Under Indonesian GAAP, companies which present their cash flows
using the direct method are not required to present a reconciliation
of net income to net cash flow from operating activities. Furthermore,
cash flows from interest received and paid are disclosed in a consistent
manner from period to period as operating, investing or financing
activities.
Ringkasan Perbedaan Utama antara PSAK Indonesia dengan US GAAP Summary of Principal Differences between Indonesian GAAP and US GAAP
Truba Manunggal 2008 Annual Report 65
Berdasarkan US GAAP, perusahaan yang menyajikan arus kas dengan
menggunakan metode langsung diwajibkan untuk menyajikan
rekonsiliasi laba bersih terhadap arus kas dari kegiatan usaha secara
terpisah. Rekonsiliasi ini harus menunjukkan: (a) pengaruh seluruh
penundaan penerimaan dan pembayaran kas usaha yang lalu, seperti
perubahan selama periode dalam persediaan, laba ditangguhkan,
dan seluruh penerimaan dan pembayaran kas dari kegiatan usaha
yang diharapkan diperoleh kelak dan diakui saat terjadi (accrual),
misalnya perubahan selama dalam periode piutang dan utang, dan (b)
pengaruh seluruh hal yang berpengaruh terhadap arus kas investasi
atau pembiayaan, seperti depresiasi, amortisasi goodwill, keuntungan
atau kerugian atas penjualan properti, pabrik dan peralatan serta
penghentian operasional, serta keuntungan atau kerugian atas
penyelesaian utang. Selain itu, arus kas dari bunga yang diterima
dan dibayarkan juga diklasifikasikan dalam laporan arus kas sebagai
kegiatan usaha saja.
Persediaan
Berdasarkan ketentuan PSAK Indonesia, persediaan dinilai pada
tingkat terendah dari biaya atau nilai bersih yang dapat direalisasi.
Nilai bersih yang dapat direalisasi didefinisikan sebagai estimasi harga
jual dalam kegiatan usaha umumnya dikurangi dengan estimasi biaya
penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk melakukan
penjualan. Penilaian dilakukan pada setiap periode berikut untuk
setiap pengurangan nilai persediaan. Jika tidak ada lagi keadaan
yang sebelumnya menyebabkan persediaan dikurangi dibawah nilai
biaya, maka jumlah penyisihan dibalik sehingga nilai buku persediaan
menjadi lebih rendah dari biaya atau revisi nilai bersih yang dapat
direalisasikan.
Berdasarkan US GAAP, pengurangan nilai persediaan ke biaya atau
nilai pasar terendah pada penutupan periode fiskal menciptakan
suatu landasan baru yang selanjutnya tidak dapat ditambahkan
dengan dasar perubahan fakta dan keadaan yang terjadi. Nilai pasar
berdasarkan US GAAP didefinisikan sebagai biaya pengganti, dengan
ketentuan bahwa nilainya tidak melebihi nilai bersih yang dapat
direalisasikan (“NRV”) atau tidak kurang dari NRV dikurangi marjin
keuntungan normal.
Pajak Tangguhan
Berdasarkan PSAK Indonesia, aktiva pajak tangguhan hanya diakui
jika ada kemungkinan bahwa laba kena pajak di masa depan akan
ada, dengan mana aktiva pajak tangguhan dapat digunakan.
Nilai buku dari aktiva pajak tangguhan ditinjau secara berkala dan
dikurangi apabila perlu. Jika suatu badan menyajikan klasifikasi lancar
dan tidak lancar pada laporan posisi keuangannya, hendaknya tidak
mengklasifikasikan aktiva pajak tangguhan (kewajiban) sebagai aktiva
lancar (kewajiban).
Berdasarkan US GAAP, aktiva pajak tangguhan diakui sejauh bukti
yang tersedia dapat mendukung realisasinya. Pembalikan di masa
depan atas perbedaan sementara yang kena pajak, laba kena pajak
Under US GAAP, companies which present their cash flows using
the direct method are required to present, in a separate schedule, a
reconciliation of net income to cash flows from operating activities.
Such reconciliation should show: (a) the effects of all deferrals of past
operating cash receipts and payments, such as changes during the
period in inventory, deferred income, and all accruals of expected
future operating cash receipts and payments, such as changes during
the period in receivables and payables, and (b) the effects of all
items which cash effects are investing or financing cash flows, such
as depreciation, amortization of goodwill, gains or losses on sales of
property, plant and equipment and discontinued operations and gains
or losses on extinguishment of debt. Also, cash flows from interest
received and paid are classified in the statement of cash flows as
operating activity only.
Inventory
Under Indonesian GAAP, inventories are measured at the lower of cost
or net realizable value. Net realizable value is defined as the estimated
selling price in the ordinary course of business less the estimated costs
of completion and the estimated costs necessary to make the sale.
An assessment is made at each subsequent period for any inventory
write-downs. When the circumstances which previously caused
inventories to be written down below cost no longer exist, the amount
of the write-down is reversed so that the new carrying amount of the
inventory is the lower of the cost or the revised net realizable value.
Under US GAAP, a write-down of inventories to the lower of cost or
market value at the close of a fiscal period creates a new basis that
subsequently cannot be marked up based on changes in underlying
facts and circumstances. Market value under US GAAP is defined as
replacement cost, provided that it does not exceed the net realizable
value (“NRV”) or is not less than the NRV reduced by a normal profit
margin.
Deferred Taxes
Under Indonesian GAAP, deferred tax assets are only recognized if it
is probable that future taxable profit will be available against which
the deferred tax assets can be utilized. The carrying amount of the
deferred tax assets is reviewed periodically and reduced if appropriate.
When an entity presents current and non current classifications in
its statement of financial position, it should not classify deferred tax
assets (liabilities) as current assets (liabilities).
Under US GAAP, deferred tax assets are recognized to the extent that
available evidence supports their realization. The future reversals of
taxable temporary differences, taxable income in prior carry back
Ringkasan Perbedaan Utama antara PSAK Indonesia dengan US GAAP Summary of Principal Differences between Indonesian GAAP and US GAAP
66 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
dalam periode carry back sebelumnya (sebagaimana diizinkan oleh
hukum pajak), strategi perencanaan pajak, dan laba kena pajak di masa
mendatang terlepas dari pembalikan perbedaan sementara dan carry
forwards harus dievaluasi dalam menetapkan perlu tidaknya penilaian
cadangan. Penilaian cadangan diberikan jika lebih besar kemungkinan
bahwa seluruh atau sebagian porsi aktiva pajak tangguhan tidak akan
terealisasi. Suatu badan hendaknya menyajikan aktiva dan kewajiban
pajak tangguhan lancar dan tidak lancar secara terpisah dalam sebuah
laporan posisi keuangan.
Revaluasi Properti, Pabrik dan Peralatan
Berdasarkan PSAK Indonesia, suatu properti, pabrik dan peralatan
hendaknya mula-mula diukur pada biaya perolehannya, dan selanjutnya
disajikan pada biaya perolehan dikurangi akumulasi depresiasi dan
kerusakan. Meski PSAK Indonesia umumnya tidak memperbolehkan
perusahaan-perusahaan untuk mengakui peningkatan pada nilai
properti, pabrik dan peralatan, pengecualian diberikan untuk revaluasi
yang dilakukan sesuai peraturan Pemerintah tertentu. Dalam hal ini,
PSAK Indonesia mensyaratkan bahwa laporan keuangan memaparkan
perbedaan pendekatan dari konsep biaya perolehan dalam penyajian
properti, pabrik dan peralatan, serta pengaruhnya terhadap laporan
keuangan. Perbedaaan antara jumlah revaluasi dan nilai buku
properti, pabrik dan peralatan dicatat pada seksi ekuitas di bawah
judul “Peningkatan revaluasi pada properti, pabrik dan peralatan.”
Berdasarkan US GAAP, properti, pabrik dan peralatan umumnya dinilai
dengan menggunakan biaya historis. Revaluasi properti, pabrik dan
peralatan tidak diperbolehkan.
Kapitalisasi Beban Pinjaman
Berdasarkan PSAK Indonesia, salah satu kriteria untuk
mengkapitalisasikan biaya pinjaman menjadi aktiva yang memenuhi
syarat adalah bahwa biaya pinjaman harus berhubungan dengan
aktiva tersebut. Aktiva yang memenuhi syarat sesuai PSAK Indonesia
adalah aktiva yang memerlukan waktu cukup lama sebelum dapat
digunakan atau dijual (minimal 12 bulan). Biaya pinjaman yang dapat
dikapitalisasi adalah yang muncul dari pinjaman yang secara spesifik
berhubungan dengan aktiva yang memenuhi syarat, yang umumnya
meliputi beban bunga yang timbul dari pinjaman, amortisasi biaya
penunjang yang terjadi sehubungan dengan pengaturan perbedaan
pinjaman dan nilai tukar yang dianggap sebagai penyesuaian bunga.
Pendapatan bunga yang dihasilkan dari investasi sementara atas
pinjaman yang tidak digunakan dikurangi dari biaya pinjaman yang
dapat dikapitalisasikan.
Berdasarkan US GAAP, periode konstruksi minimal tidak dikhususkan
pada biaya bunga untuk dikapitalisasikan menjadi aktiva yang
memenuhi syarat. Biaya bunga yang dapat dikapitalisasikan mencakup
biaya bunga atas pinjaman umum dan khusus yang digunakan untuk
membiayai konstruksi aktiva yang memenuhi syarat dan tidak perlu
timbul dari pinjaman yang secara khusus berhubungan dengan aktiva
periods (as permitted by tax law), tax planning strategies, and future
taxable income exclusive of reversing temporary differences and carry
forwards must be evaluated in determining whether or not a valuation
allowance is necessary. A valuation allowance is provided if it is more
likely than not that all or a portion of the deferred tax assets will not
be realized. An entity should present current and non current deferred
tax assets and liabilities separately in a classified statement of financial
position.
Revaluation of Property, Plant and Equipment
Under Indonesian GAAP, an item of property, plant and equipment
should initially be measured at its acquisition cost, and subsequently
presented at the acquisition cost less the accumulated depreciation
and impairment. While Indonesian GAAP does not generally allow
companies to recognize an increase in the value of property, plant
and equipment, an exception is provided for revaluations made
in accordance with specific Government regulations. In this case,
Indonesian GAAP requires that the financial statements should disclose
the departure from the acquisition cost concept in presenting the
property, plant and equipment and the effect of the departure to the
financial statements. The difference between the revaluation amount
and the book value of the property, plant and equipment is recorded
in the equity section under the heading “Revaluation increment in
property, plant and equipment”.
Under US GAAP, property, plant and equipment are generally measured
using historical cost. Revaluation of property, plant and equipment is
not permitted.
Capitalization of Borrowing Costs
Under Indonesian GAAP, one of the criteria for capitalizing borrowing
costs into a qualifying asset is that the borrowing costs should be
attributable to the qualifying asset. A qualifying asset under Indonesian
GAAP is an asset that necessarily takes a substantial period of time to
get ready for its intended use or sale (i.e. a minimum of 12 months).
Capitalizable borrowing costs are those arising from borrowings that
are specifically attributable to the qualifying asset, which normally
includes interest expense incurred on the borrowing, amortization
of ancillary costs incurred in connection with the arrangement of
the borrowings and exchange differences that are regarded as an
adjustment of interest. Any interest income earned from temporary
investment on unused borrowings is deducted from the capitalizable
borrowing cost.
Under US GAAP, a minimum construction period is not specified for an
interest cost to be capitalized into a qualifying asset. The capitalizable
interest cost includes interest cost on general and specific borrowings
used to finance the construction of the qualifying assets and need not
necessarily arise from the borrowings that are specifically attributable
to the qualifying asset. Capitalizable interest costs are usually limited
Ringkasan Perbedaan Utama antara PSAK Indonesia dengan US GAAP Summary of Principal Differences between Indonesian GAAP and US GAAP
Truba Manunggal 2008 Annual Report 67
tersebut. Biaya bunga yang dapat dikapitalisasikan biasanya terbatas
pada beban bunga yang muncul dari pinjaman. Pendapatan bunga
yang muncul dari pinjaman yang tidak digunakan diakui secara
langsung ke operasi berjalan.
Kerusakan Aktiva dengan Umur Panjang
Berdasarkan PSAK Indonesia, pada setiap tanggal neraca hendaknya
suatu perusahaan menilai apakah masih ada indikasi bahwa suatu
aktiva mungkin mengalami kerusakan. Jika terdapat indikasi seperti
ini, perusahaan hendaknya membuat estimasi mengenai jumlah aktiva
yang dapat diperbaiki. Kerugian karena kerusakan diakui pada saat
nilai buku suatu aktiva melebihi jumlah yang dapat diperbaiki, yang
merupakan yang tertinggi antara harga jual bersih atau nilai dalam
penggunaan. Kerugian karena kerusakan hanya dibalik sejauh nilai
buku aktiva tidak melebihi nilai buku yang semestinya ditetapkan,
setelah depresiasi, jika tidak ada kerugian akibat kerusakan yang telah
diakui sebelumnya.
Berdasarkan GAAP AS, kerugian akibat kerusakan harus diakui pada
saat peristiwa atau perubahan dalam keadaan menunjukkan nilai
buku dari suatu aktiva tidak dapat dipulihkan dan melebihi nilai
wajarnya. Nilai buku aktiva tidak terpulihkan jika melebihi jumlah
arus kas yang tidak terdiskonto yang diharapkan dihasilkan dari
penggunaan dan pembuangan aktiva yang akhirnya terjadi. Penilaian
harus didasari oleh nilai buku aktiva pada tanggal aktiva tersebut
diuji kemungkinannya untuk dipulihkan, apakah dalam pemakaian
atau dalam pengembangan. Kerugian karena kerusakan harus diukur
sebagai angka dimana nilai buku aktiva tersebut melebihi nilai wajar
aktiva. Dilarang melakukan pembalikan berikutnya terhadap kerugian
akibat kerusakan yang telah diakui.
Kesejahteraan Karyawan
Hingga tanggal 1 Januari 2004, PSAK Indonesia memberikan standar
akuntansi untuk manfaat pensiun, yaitu manfaat yang ditetapkan dan
kontribusi rencana pensiun yang ditetapkan. Biaya jasa masa sekarang
dari suatu rencana manfaat yang ditetapkan diakui sebagai beban
pada periode sekarang, sedangkan biaya jasa yang lalu, penyesuaian
pengalaman, pengaruh perubahan dalam asumsi aktuaria dan
pengaruh penyesuaian program sehubungan dengan karyawan
yang ada diakui sebagai beban atau pendapatan secara sistematis
melampaui estimasi rata-rata sisa usia kerja karyawan. Standar ini
tidak memberikan pendekatan 10% koridor untuk keuntungan atau
kerugian aktuaria dan pembatasan pada nilai buku aktiva, yang secara
spesifik diberikan pada standar revisi yang dijelaskan di bawah ini.
Pada tahun 2004, Institut Akuntan Indonesia menerbitkan versi revisi
dari standar akuntansi untuk manfaat karyawan, yang memberikan
pedoman akuntansi yang komprehensif untuk manfaat karyawan,
meliputi berbagai jenis biaya manfaat karyawan dan berlaku untuk
laporan keuangan dengan periode setelah 1 Juli 2004. Standar revisi ini
menekankan penggunaan metode proyeksi kredit unit untuk mengukur
kewajiban dan biaya untuk rencana manfaat yang ditetapkan. Standar
to the interest expense incurred on the borrowing. Any interest income
arising from any unused borrowings is recognized directly to current
operations.
Impairment of Long-Lived Assets
Under Indonesian GAAP, an enterprise should assess at each balance
sheet date whether there is any indication that an asset may be
impaired. If any such indication exists, the enterprise should estimate
the recoverable amount of the asset. Impairment loss is recognized
when the asset’s carrying amount exceeds the recoverable amount,
which is the higher of net selling price or value in use. An impairment
loss is only reversed to the extent that the asset carrying amount does
not exceed the carrying amount that would have been determined,
net of depreciation, if no impairment loss had been recognized.
Under US GAAP, an impairment loss shall be recognized whenever
events or changes in circumstances indicate that the carrying amount
of an asset is not recoverable and exceeds its fair value. The asset’s
carrying amount is not recoverable if it exceeds the sum of the
undiscounted cash flows expected to result from the use and eventual
disposition of the asset. That assessment shall be based on the carrying
amount of the asset at the date it is tested for recoverability, whether
in use or under development. An impairment loss shall be measured
as the amount by which the carrying amount of the asset exceeds
the fair value of asset. Subsequent reversal of previously recognized
impairment loss is prohibited.
Employee Benefits
Prior to January 1, 2004, Indonesian GAAP provided the accounting
standards for retirement benefits, i.e., defined benefits and defined
contribution pension plans. Current service cost of a defined benefit
plan is recognized as expense in the current period, while past
service cost, experience adjustments, effects of changes in actuarial
assumptions and effects of program adjustments with respect to
existing employees are recognized as expense or income systematically
over the estimated average remaining working lives of the employees.
This standard does not provide for the 10.0% corridor approach for
actuarial gains or losses and limitation in the asset carrying amount,
which are specifically provided for in the revised standard described
below.
In 2004, the Indonesian Institute of Accountants issued a revised
standard on accounting for employee benefits, which provides
for a comprehensive accounting for employee benefits covering
several types of employee benefit costs and is effective for financial
statements covering periods beginning on or after July 1, 2004.
The revised standard requires the use of the projected unit credit
method to measure obligations and costs for defined benefit plans.
Ringkasan Perbedaan Utama antara PSAK Indonesia dengan US GAAP Summary of Principal Differences between Indonesian GAAP and US GAAP
68 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
ini antara lain juga menyediakan panduan untuk pengakuan biaya
jasa yang lalu dimana biaya jasa ini diakui sebagai beban dengan
basis garis lurus selama periode hingga manfaat diberikan. Dalam
hal manfaat sudah diberikan segera setelah pengenalan dari, atau
perubahan atas rencana manfaat yang ditetapkan, suatu perusahaan
hendaknya mengakui biaya jasa yang lalu secepatnya.
Berdasarkan US GAAP, terdapat berbagai standar akuntansi untuk
rencana manfaat karyawan tergantung pada sifat rencana dan jenis
manfaat yang diberikan, misalnya manfaat yang ditetapkan atau
rencana kontribusi pensiun yang ditetapkan (misal rencana pensiun),
rencana pasca pensiun (misal perawatan kesehatan setelah pensiun,
asuransi jiwa dan manfaat kesejahteraan lainnya seperti bantuan uang
sekolah, perawatan harian, jasa hukum dan subsidi perumahan yang
diberikan setelah pensiun) atau rencana manfaat pasca-masa kerja
(misal manfaat terhadap karyawan terdahulu atau tidak aktif setelah
masa kerja, tetapi sebelum pensiun seperti manfaat kelanjutan gaji,
manfaat tunjangan pengangguran, manfaat pemutusan kerja dan
manfaat terkait kecacatan). Pencatatan akuntansi untuk rencana-
rencana seperti ini dapat mengakibatkan perbedaan antara US
GAAP dan PSAK Indonesia, terutama berkenaan dengan pengakuan
biaya jasa yang lalu dan kewajiban minimal untuk rencana manfaat
yang ditetapkan.
Pengungkapan Pihak Hubungan Istimewa
PSAK Indonesia menuntut pengungkapan nama-nama pihak
hubungan istimewa, sifat hubungan dan jenis serta jumlah dari
transaksi jika telah terjadi transaksi dengan pihak terkait.
US GAAP menyatakan bahwa jika badan usaha pelapor dan satu atau
lebih perusahaan berada dalam satu kepemilikan atau pengawasan
manajemen dan keberadaan pengawasan dapat berakibat pada hasil
usaha atau posisi keuangan dari badan usaha pelapor menjadi sangat
berbeda dibandingkan jika badan usaha tersebut berdiri sendiri, maka
sifat hubungan pengawasan harus diungkapkan meskipun tidak ada
transaksi di antara badan usaha tersebut. Selain itu, dalam US GAAP
transaksi dengan pihak hubungan istimewa antara badan usaha milik
negara harus tetap diungkapkan.
Hak Atas Tanah
Di Indonesia, berdasarkan UU Pertanahan No. 5/1960, penamaan
tanah berada pada negara. Penggunaan tanah diperoleh melalui hak
atas tanah dimana pemegang hak menikmati penggunaan tanah
secara penuh selama periode waktu yang ditetapkan, tergantung
pada perpanjangan dan pembaruan. Hak atas tanah umumnya
dapat diperdagangkan secara bebas dan dapat dijaminkan sebagai
surat berharga dalam perjanjian pinjaman. Sesuai PSAK Indonesia,
biaya perolehan hak tanah tidak diamortisasi kecuali pemegangnya
mempertimbangkan kemungkinan memperoleh perpanjangan atau
pembaruan hak terpisah.
The revised standard also provides, among other things, guidance for
the recognition of past service costs in which past service costs are
recognized as an expense on a straight-line basis over the period until
the benefits become vested. To the extent that the benefits are already
vested immediately following the introduction of, or changes to, a
defined benefit plan, an enterprise should recognize past service costs
immediately.
Under US GAAP, there are various standards for accounting for
employee benefit plans depending on the nature of the plan and the
types of benefits provided, i.e. defined benefits or defined contribution
retirement plans (e.g., pension plans), post-retirement plans (e.g.,
post-retirement health care, life insurance, and other welfare benefits,
such as tuition assistance, day care, legal services, and housing
subsidies provided after retirement) or post-employment benefit plans
(e.g., benefits to former or inactive employees after employment but
before retirement such as salary continuation benefits, supplemental
unemployment benefits, severance benefits and disability-related
benefits). The accounting for such plans may result in differences
between US GAAP and Indonesian GAAP, particularly with respect
to the recognition of past service costs and minimum liability for a
defined benefit plan.
Related Party Disclosures
Indonesian GAAP requires the disclosure of the names of related
parties, the nature of relationships, and the types and amounts of
transactions if there have been transactions with related parties.
US GAAP states that if the reporting enterprise and one or more other
enterprises are under common ownership or management control and
the existence of that control could result in operating results or financial
position of the reporting enterprise being significantly different
from those that would have been obtained if the enterprises were
autonomous, the nature of the control relationship shall be disclosed
even though there are no transactions between the enterprises. Also,
under US GAAP, related party transactions between state-owned
enterprises must still be disclosed.
Land Rights
In Indonesia, the title of land rests with the state under Basic Agrarian
Law No. 5/1960. Land use is accomplished through land rights
whereby the holder of the right enjoys the full use of the land for a
stated period of time, subject to extensions and renewals. Land rights
generally are freely tradable and may be pledged as security under
borrowing agreements. Under Indonesian GAAP, the cost of acquired
land rights is not amortized unless the holder judges the likelihood of
its obtaining an extension or renewal of the right to be remote.
Ringkasan Perbedaan Utama antara PSAK Indonesia dengan US GAAP Summary of Principal Differences between Indonesian GAAP and US GAAP
Truba Manunggal 2008 Annual Report 69
Under US GAAP, the cost of acquired land rights is amortized over the
period for which the holder is expected to retain the land rights.
Revenue Recognition
The general principles for revenue recognition under Indonesian
GAAP and US GAAP are substantially consistent. However, under
US GAAP, more specific guidance should be followed, in particular
for industry-specific issues. In addition, public companies must
follow the more detailed guidance provided by the Securities and
Exchange Commission.
Other Disclosures
Certain additional disclosures not required under Indonesian GAAP are
required to be disclosed under US GAAP. Some of the areas where US
GAAP requires specific additional disclosures include, among others,
concentrations of credit risk, significant customers and suppliers,
pensions, and segment-related disclosures.
Berdasarkan US GAAP, biaya perolehan hak tanah diamortisasikan
selama periode pemegang hak diharapkan memegang hak
tanah tersebut.
Pengakuan Pendapatan
Prinsip-prinsip umum untuk pengakuan pendapatan berdasarkan PSAK
Indonesia dan US GAAP secara substansial dapat dikatakan konsisten.
Namun, berdasarkan US GAAP, panduan yang lebih spesifik harus
diikuti, terutama untuk isu-isu khusus industri. Selain itu, perusahaan
publik mesti mengikuti panduan yang lebih rinci yang disediakan oleh
Securities and Exchange Commission.
Pengungkapan Lain
Pengungkapan tambahan tertentu yang tidak diperlukan pada PSAK
Indonesia disyaratkan untuk diungkapkan pada US GAAP. Beberapa
bidang dimana US GAAP membutuhkan pengungkapan tambahan
khusus mencakup antara lain pengkonsentrasian risiko kredit,
pelanggan dan pemasok penting, pensiun dan segmen terkait.
Ringkasan Perbedaan Utama antara PSAK Indonesia dengan US GAAP Summary of Principal Differences between Indonesian GAAP and US GAAP
70 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Sumber Daya Manusia
Sebagai satu-satunya perusahaan listrik terintegrasi dengan spesialisasi
pada bidang Engineering, Pengadaan & Konstruksi (EPC), Produksi
Listrik Independen (IPP), serta Pertambangan dan Perdagangan
Batubara, Truba Manunggal sangat memerlukan sumber daya
manusia dengan tingkat keahlian teknis tinggi. Bidang-bidang khusus
yang harus dikuasai oleh pegawai tetap dan kontrak Perusahaan
mencakup Engineering, Pengadaan dan Konstruksi untuk sektor
industri khusus seperti pembangkit dan transmisi listrik, minyak &
gas, pertambangan, petrokimia, pupuk serta kertas & bubuk kertas.
Pengetahuan akan keahlian di bidang teknik sipil dan O&M juga
merupakan hal penting. Perusahaan berkomitmen untuk sedapat
mungkin mempekerjakan pegawai lokal untuk memenuhi kebutuhan
teknis maupun manajemen.
Per 31 Desember 2008, Truba Manunggal memiliki rata-rata pegawai
tetap sebanyak 364 orang, yang terdiri atas 294 pegawai tetap
dan 70 pegawai kontrak. Dari jumlah tersebut, terdapat 114 orang
insinyur tetap dan 53 orang insinyur kontrak. Anak perusahaan Truba
Manunggal yaitu Truba Jaya Engineering (TJE) memiliki 584 pegawai
pada tahun 2008, yaitu terdiri dari 383 pegawai tetap dan 201
pegawai kontrak. Tambahan 220 orang staf tetap dipekerjakan oleh
Metaepsi, anak perusahaan Truba Manunggal diluar TJE.
Sebagai suatu perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam bidang
jasa kontrak dan teknis, SDM merupakan aset terbesar Truba
Manunggal. Sebagai bagian dari komitmen untuk mempertahankan
staf terbaik di bidang teknis dan manajerial, Perusahaan secara
berkala menyelenggarakan pelatihan di dalam dan di luar lingkungan
perusahaan. Berikut ini adalah daftar beberapa kegiatan pelatihan
utama selama tahun 2008:
Human Resources
As Indonesia’s only fully integrated Power Company specializing in
Engineering, Procurement & Construction (EPC), Independent Power
Producer (IPP) and Coal Mining and Trading, Truba Manunggal requires
significant and appropriate human resources that possess a high level of
technical expertise. Specific areas in which the Company’s permanent
and contract staff must excel including Engineering, Procurement and
Construction for specific industrial sectors, power generation and
transmission, oil & gas, mining, petrochemicals, fertilizers and paper &
pulp. Knowledge of skills in the fields of civil engineering and O&M are
also paramount. The Company is committed to hiring local staff whenever
possible to meet both technical as well as management needs.
As of December 31, 2008, Truba Manunggal maintained an average
number of employees of 364. This comprises of 294 permanent and 70
contract staff, consisting of 114 Permanent Engineers and 53 Contract
Engineers. Truba Manunggal main subsidiary, Truba Jaya Engineering
(TJE) in 2008 employed 584 employees, divided into 383 permanent and
201 are contract employees. An additional 220 employees are employed
by Metaepsi, other Truba Manunggal subsidiary outside of TJE.
As a company specialized in contracting and technical services,
People are Truba Manunggal’s greatest asset. As part of its ongoing
commitment to maintaining best in class technical and managerial
staff, the Company regularly conducts on site as well as external
training. The following are list of some of the main training initiatives
which were conducted in 2008:
Sumber Daya Manusia dan Tanggung Jawab Sosial PerusahaanHuman Resources and Corporate Social Responsibility
Truba Manunggal 2008 Annual Report 71
Sumber Daya Manusia dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Human Resources and Corporate Social Responsibility
• Sistem Manajemen Proyek, Rencana Eksekusi Proyek,
Jalur Transmisi & S/S, Operasi Uap Turbin. Pengenalan dan
pemberian pengetahuan umum tentang jasa manajemen proyek
dalam industri EPC untuk setiap pegawai pada Departemen
Manajemen Proyek.
• Pelatihan Dasar Kesadaran K2L. Pengenalan dan pemberian
pengetahuan dasar berkenaan sistem K2L/Kesehatan, Keselamatan
dan Lingkungan bagi seluruh pegawai.
• Pelatihan Lanjutan Kesadaran K2L. Pendidikan mengenai
fungsi dan peran para pimpinan dalam menerapkan sistem
manajemen Kesehatan, Keselamatan, Lingkungan untuk setiap
tingkatan manajemen.
• Pelatihan Kesadaran QHSE MS Terintegrasi. Pengenalan
dan pemberian pengetahuan umum dalam menerapkan
sistem manajemen terintegrasi QHSE/Kesehatan, Keselamatan,
Lingkungan bagi seluruh staf. Pelatihan ini secara khusus
merupakan bagian dari usaha mempertahankan sertifikasi ISO
yang dimiliki Perusahaan.
• Pelatihan Sistem Audit Intern berdasarkan ISO 19011:2002.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Truba Manunggal terdaftar dan memberikan kontribusi kepada
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Truba Manunggal yakin
bahwa hubungan antara Perusahaan dan pegawainya tetap dalam
kondisi baik.
Sebagai Perusahaan yang berorientasi pada masyarakat, Truba
Manunggal melakukan berbagai aktivitas sosial untuk mendukung
program Corporate Social Responsibility (CSR), antara lain kunjungan
ke Panti Jompo Tresna Werdha dan Panti Asuhan Putra Nusa. Kami
bekerja sama menyediakan makanan, pakaian, dan kebutuhan
lainnya. Aktivitas ini didukung oleh manajemen Truba Manunggal
dan akan diikuti oleh program-program lainnya untuk mendukung
Program Kepedulian Truba Manunggal.
• Project System Management, Project Execution Plan,
Transmission Line & S/S, Steam Turbine Operation. Project
System Management, Project Execution Plan, Transmission Line
& S/S, Steam Turbine Operation Introduction and provision of
general knowledge on project management service within EPC
industry for every employees in Project Management Department
• Basic HSE Awareness Training. Basic HSE Awareness Training
Introduction and provision of general knowledge on HSE/Health,
Safety, Environmental Management System for all employees.
• Advanced HSE Awareness Training. Advanced HSE Awareness
Training Education on the function and role of leaders in
implementing Health, Safety, and Environmental management
system for all management level employees.
• Awareness Training Integrated QHSE MS. Awareness Training
Integrated QHSE MS Introduction and provision of general knowledge
in implementing QHSE/Health, Safety, Environmental integrated
management system for all staff. This training is specifically part of
maintaining the Company’s current ISO certification.
• InternalSystemsAuditTrainingBasedonISO19011:2002
Corporate Social Responsibility
Truba Manunggal is registered with, and makes contributions to,
the Indonesian Workers Social Security Scheme (Jaminan Sosial
Tenaga Kerja). Truba Manunggal believes that its employer-employee
relationship remains good.
As a community oriented company, Truba Manunggal conducted
several social activities to support its Corporate Social Responsibility
(CSR) programs. This included a social visits to the Tresna Werdha Elder
House and Putra Nusa Orphanage during which food, clothes, and
other neccesities were donated. Such activies are fully supported by
Truba Manunggal’s top management, and will be followed by other
initiatives to support Truba Manunggal Care Program.
JUMLAHKARYAWANBERDASARTINGKATPENDIDIKANNumber of Employees by Educational Background
SLTA13%
Lain-lain1%
S25%
S166%
D1, D2, D315%
JUMLAHKARYAWANBERDASARJABATANNumber of Employees by Position
Non staff6%
Manager21%
Staff73%
72 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Lingkungan
Keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial merupakan isu
utama yang menjadi perhatian Truba Manunggal dalam melaksanakan
kegiatan operasinya. Berbagai usaha dilakukan untuk mengurangi
dampak negatif lingkungan yang dihadapi oleh kegiatan operasional
Perusahaan baik yang masih berjalan maupun yang direncanakan.
Perusahaan berkomitmen untuk menerapkan praktik yang paling
aman dan efektif dalam industri. Untuk mengurangi dampak fasilitas
pembangkit listrik, Perusahaan menggunakan alat untuk mengurangi
debu (dust precipitators), FGD (de-sulpurisation), Low Nox Burner dan
silencers.
Sebagai sebuah perusahaan pembangkit listrik yang terpadu,
Truba Manunggal berada pada posisi yang tepat untuk mengelola
dan menerapkan praktik-praktik lingkungan yang terbaik. Truba
Manunggal memenuhi seluruh persyaratan undang-undang dan
peraturan lingkungan dan sosial yang berlaku, baik pada tingkat
nasional maupun daerah. Perusahaan juga menjaga secara ketat
kebijakan sosial intern serta panduan lingkungan, kesehatan dan
keselamatan. Truba Manunggal yakin bahwa Perusahaan mematuhi
ketentuan AMDAL dan menyampaikan informasi yang mutakhir
berkenaan dengan ANDAL, RKL dan RPL.
Environment
Environmental sustainability and social welfare are key issues
which Truba Manunggal takes into consideration as it implements
its operations. Great effort is made to minimize the negative
environmental impact posed by the Company’s ongoing and planned
operations. The Company is committed to employing the safest and
most effective best practices for its industry. Specific measures used by
the company to reduce the impact of its power generation facilities
are the use of dust precipitators, FGD (de-sulpurisation), Low Nox
Burner and silencers.
As a fully integrated power generation company, Truba Manunggal
is well positioned to manage and implement environmental best
practices. Truba Manunggal complies with all applicable national and
local environmental and social requirements of Indonesia’s laws and
regulations. It also maintains strict internal social policies and safety
health and environment guidelines. Truba Manunggal believes that
it is in compliance with AMDAL and is up to date with its filings of
ANDALs, RKLs and RPLs.
Kesehatan, Keselamatan dan LingkunganHealth, Safety and Environment
Truba Manunggal 2008 Annual Report 73
Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan Health, Safety and Environment
Berkenaan dengan peraturan lingkungan saat ini, terutama UU
No. 23/1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan
Pemerintah No. 27/1999 mengenai Analisis Dampak Lingkungan
(AMDAL), perusahaan pada sektor tertentu yang telah memperoleh
izin operasional diharuskan untuk menyesuaikan dengan ketentuan
dari peraturan tersebut dalam jangka waktu lima tahun sejak tanggal
efektif UU No. 23/1997 dan menyampaikan dokumen tertentu seperti
ANDAL, RKL dan RPL terkait dampak kegiatannya. Truba Manunggal
yakin telah memenuhi seluruh persyaratan lingkungan dan sosial dari
undang-undang dan peraturan yang berlaku di Indonesia di tingkat
nasional dan daerah, maupun kebijakan sosial intern serta panduan
tentang lingkungan, kesehatan dan keamanan yang ketat.
Perusahaan harus memperoleh perizinan dan lisensi yang relevan
tergantung pada sifat proyek, sebelum mendapat persetujuan dari
gubernur setempat. Beberapa contoh perizinan dan lisensi yang
dimiliki Perusahaan untuk proyek-proyek yang sudah ada adalah
sebagai berikut:
• ProyekMuaraEnim
• KA-ANDALno165.kTahun2007tanggal2Oktober2007yang
disetujui oleh Kepala Organisasi Pelestarian Lingkungan
• ProyekKualaTanjung
• ANDALno239/ANDAL/2007tanggal7Mei2007,disetujuioleh
Pemda Sumatra Utara (BAPEDALDA)
• RPLno 239/RPL/20072007 tanggal 7Mei 2007, disetujui oleh
Pemda Sumatra Utara (BAPEDALDA)
• RKLno239/RKL/2007tanggal7Mei2007,disetujuiolehPemda
Sumatra Utara (BAPEDALDA)
Pursuant to current environmental regulations, particularly Law
No. 23/1997 concerning Life Environment Management and
Government Regulation No. 27/1999 concerning Analysis on
Environmental Impact (“AMDAL”), companies in certain prescribed
sectors that have already obtained a business license were required
to adjust to the provisions of such regulations within a period of five
years from the effective date of Law No. 23/1997 and file certain
documents such as ANDAL, RKL and RPL concerning the impact
of its activities. Truba Manunggal believes that it complies with all
applicable national and local environmental and social requirements of
Indonesia’s laws and regulations as well as strict internal social policies
and environmental, health and safety guidelines.
The Company has to obtain relevant permits and licenses depending
on the nature of the projects before it can get the approval from the
local governor. Some examples of a number of permits and licenses
that the Company has for existing projects are as follows:
• ProjectMuaraEnim
• KA-ANDALno165.kyear2007datedOctober2,2007whichwas
approved by Head of Environmental Reserve Organization
• ProjectKualaTanjung
• ANDALno239/ANDAL/2007datedMay7,2007approvedbythe
North Sumatra Local Government (BAPEDALDA)
• RPLno239/RPL/20072007datedMay7,2007approvedbythe
North Sumatra Local Government (BAPEDALDA)
• RKLno239/RKL/2007datedMay7,2007approvedbytheNorth
Sumatra Local Government (BAPEDALDA)
74 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan Health, Safety and Environment
Truba Jaya Engineering (TJE), anak perusahaan Truba Manunggal,
telah dikenal secara internasional untuk usahanya dalam konservasi
lingkungan dengan diperolehnya sertifikat ISO 14001:2004 dari Jasa
Sertifikasi Internasional Sucofindo pada 24 Maret 2006. Sertifikasi
ini merupakan bukti penenerapan Sistem Manajemen Lingkungan
(Environmental Management System – EMS) yang diterapkan TJE.
Di bawah EMS, tim manajemen proyek TJE mengidentifikasikan aspek
lingkungan dari operasinya dan menyelenggarakan analisis dampak
lingkungan. Metode pengawasan dan manajemen untuk risiko
lingkungan kemudian ditetapkan untuk meminimumkan dampak
lingkungan untuk memenuhi standar umum yang berlaku atau
persyaratan pelanggan.
Kesehatan dan Keamanan Tempat Bekerja
Keamanan, Kesehatan dan Lingkungan merupakan pertimbangan
utama Truba Manunggal untuk menjamin keselamatan kerja bagi
karyawannya. Melalui proses menyeluruh dari penerapan rencana
proyek dan melaksanakan kewajiban kontraktual, Truba Manunggal
secara berkala menyelenggarakan evaluasi ketat untuk memastikan
bahwa praktik terbaik dijalankan. Perusahaan telah menyusun
panduan keselamatan yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan dan
kontraktor pada saat melaksanakan operasinya. Truba Manunggal
belum pernah mengalami kecelakaan serius yang berakibat luka-luka
atau sesuatu yang fatal selama operasinya sejak tahun 2004. Truba
Jaya Engineering telah disertifikasi oleh the United States’ National
Council on Occupational Safety and Health Administration (“OSHA”).
Sertifikasi ini merupakan pengakuan internasional bahwa kegiatan
usahanya sehat dan aman untuk bekerja. Selain sertifikasi OSHA, TJE
juga telah memperoleh sertifikasi OHSAS 19001 (untuk keperluan
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
Truba Manunggal’s key subsidiary Truba Jaya Engineering (TJE)
has been internationally recognized for its efforts in environmental
conservation through the receipt of the ISO 14001: 2004 certification
from Sucofindo International Certification Services on March 24,
2006. This certification evidences TJE’s implementation of an effective
Environmental Management System (“EMS”). Under the EMS, TJE’s
project management team identifies the environmental aspect of
its operations and carries out risk and impact analysis. Methods for
the control and management of such environmental risk are then
defined in order to minimize environmental impact to meet applicable
statutory standards or customers’ requirements.
Workplace Health and Safety
Safety, Health and the Environment are Truba Manunggal’s primary
considerations to ensuring a secure workplace for employees.
Throughout the entire process of implementing project plans and
executing contractual obligations, Truba Manunggal regularly
conducts stringent evaluations to ensure that best practices are
observed. The Company has established safety guidelines which all
employees and contractors are required to comply with when carrying
out their operations. Truba Manunggal has not experienced any
serious accidents causing injury or fatality during its operations since
2004. Truba Jaya Engineering has been certified by the United States’
National Council on Occupational Safety and Health Administration
(“OSHA”). This certification is an international recognition that its
business activities are deemed to be both occupationally healthy
and safe. In addition to the OSHA certification, TJE has also secured
the OHSAS 19001 certification (for occupational Health and Safety
Management System Requirements).
Truba Manunggal 2008 Annual Report 75
Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan Health, Safety and Environment
Menuju Masa Depan
Truba Manunggal saat ini sedang melakukan ekspansi menuju
konstruksi energi terbarukan. Perusahaan baru-baru ini mengakuisisi
25% saham Greenzone Pte Ltd. Didirikan di Singapura pada bulan
Mei 2002, bisnis utama Greenzone mencakup penelitian dan
pengembangan, penjualan dan pemasaran, manajemen proyek dan
jasa outsourcing manufaktur yang berkaitan dengan pembangkit listrik
tenaga matahari dan alternatif solusi energi lainnya. Melalui investasi
ini, Perusahaan akan memasuki bidang solusi energi terbarukan yang
sedang berkembang, sehingga meningkatkan keseluruhan portofolio
produk terkait energi dan pada saat yang sama juga meletakkan
dasar bagi efisiensi energi dan keberlanjutan lingkungan untuk
generasi mendatang.
Toward the Future
Truba Manunggal is currently expanding into the construction of
renewable energy. The Company recently acquired 25% of Greenzone
Pte Ltd. Established in Singapore in May 2002, Greenzone’s primary
business involves research and development, sales and marketing,
project management and manufacturing outsourcing services related
to solar power plants and other alternative energy solutions. Through
this investment, the Company will enter into the growing field of
renewable energy solutions thus enhancing its overall energy related
product portfolio while laying the foundation for energy efficiency
and environmental sustainability for generations to come.
76 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Dalam menjalankan bisnisnya, Perusahaan senantiasa dihadapkan
pada serangkaian risiko yang mengancam kelangsungan bisnis. Risiko-
risiko ini umumnya dihadapi oleh setiap jenis usaha yang memilih
untuk berbasis operasi di Indonesia, namun sebagian lain secara
khusus terkait dengan pilihan spesialisasi Truba Manunggal sendiri,
yaitu: EPC untuk kontrak-kontrak infrastruktur yang mencakup O&M,
IPP dan Pertambangan & Perdagangan Batubara. Perusahaan secara
terus menerus berusaha memitigasi ancaman yang muncul dari faktor-
faktor ini melalui penerapan strategi manajemen risiko yang terpadu.
Daftar berikut ini bukanlah merupakan sesuatu yang lengkap, namun
memberikan penjelasan mengenai beberapa risiko potensial yang
dihadapi Perusahaan dan anak perusahaan.
Kegagalan atau Penundaan Proyek
Perusahaan maupun anak perusahaannya dapat dihadapkan pada
risiko-risiko terkait dengan kegagalan atau penundaan proyek. Selain
itu, sebagai akibat kegagalan atau penundaan proyek, Perusahaan
mungkin harus melikuidasi kerusakan yang timbul jika gagal memenuhi
penyelesaian proyek atau persyaratan kinerja tepat waktu.
In the course of its business, the Company is continually susceptible
to a range of risks which threaten business continuity. While many
of these risks are typical of any enterprise which chooses to base
its operations in Indonesia, some are more specifically related to
Truba Manunggal’s chosen area of specialization, namely: EPC for
infrastructure contracts including O&M, IPP and Coal Mining & Trading.
The Company constantly strives to mitigate the threats posed by these
factors through application of integrated risk management strategies.
The following list, which is not intended to be exhaustive, provides a
breakdown of some of the potential risks faced by the Company and
its subsidiaries.
Project Failure or Delays
The Company as well as its subsidiaries may be susceptible to risks
associated with project failure or delays. Additionally, as a result of
project failure or delay, the company may be subject to liquidated
damages if it fails to meet timely completion of projects or performance
requirements.
Manajemen RisikoRisk Management
Truba Manunggal 2008 Annual Report 77
Biaya Perpanjangan dan Inflasi Biaya Operasi
Proyek-proyek EPC jangka panjang Perusahaan beroperasi dengan
basis harga yang tetap. Kegagalan untuk memperkirakan sumber
daya dan waktu yang diperlukan untuk suatu proyek dengan harga
tetap atau kegagalan untuk menyelesaikan kewajiban kontraknya
dalam jangka waktu yang ditetapkan dapat berpengaruh negatif dan
material terhadap bisnis, hasil operasi atau kondisi keuangan.
Harga-harga yang dibayarkan Perusahaan untuk peralatan dan mesin
yang digunakan dalam konstruksi proyek-proyek infrastrukturnya
dapat berfluktuasi secara signifikan. Kenaikan harga diluar yang
dianggarkan dalam rencana pengembangan proyek dapat berdampak
besar terhadap keuntungan dari tahap konstruksi proyek-proyek ini.
Risiko Ketergantungan terhadap Mitra Strategis
Perusahaan dihadapkan pada risiko berkenaan dengan ketergantungan
terhadap pihak ketiga. Ketergantungan ini termasuk, tetapi tidak
terbatas pada: (1) Mitra strategis yang memiliki keahlian dan teknologi;
(2) Pemasok yang memenuhi pengadaan mesin berat, peralatan dan
bahan bakar minyak; (3) Perusahaan transportasi dan badan lain yang
memungkinkan transfer di atas; (4) Klien upstream yang Perusahaan
layani sebagai subkontraktor (EPC); (5) Vendor downstream yang
menjadi mitra outsourcing untuk beberapa bagian pekerjaan
konstruksi (terutama perusahaan konstruksi sipil); (6) Pemberi biaya
baik langsung maupun tidak langsung; (7) Klien akhir yang menikmati
jasa Perusahaan dan diharapkan pembayarannya; (8) Perusahaan listrik
milik negara; dan (9) Pemerintah dan badan pembuat peraturan.
Perusahaan juga dihadapkan pada berbagai risiko terkait dengan
ketergantungan terhadap pihak ketiga untuk pengadaan sumber energi
yang diperlukan untuk pembangkit listrik. Dalam hal ini, Perusahaan
dapat bergantung pada pemilik/pemegang konsesi pertambangan
Cost Over-Runs and Operating Cost Inflation
The Company’s long-term EPC projects operate on a fixed price basis.
Any failure to accurately estimate the resources and time required for a
fixed-price project or our failure to complete its contractual obligations
within the time frame could have a material adverse effect on our
business, results of operations or financial condition.
The prices which the Company pays for the equipment and machinery
which it uses in the construction of its major infrastructure projects
can fluctuate significantly. Increases in prices beyond those initially
budgeted for in project development plans can significantly impact
the profitability of the construction phase of these projects.
Risk of Dependence on Strategic Partners
The Company is susceptible to risks associated with dependence on
third parties. These dependencies include but are not limited to: (1)
strategic partners that provide expertise and technology; (2) Suppliers
from whom the company procuress heavy machinery, equipment and
fuel; (3) Transportation companies and other entities which enable
transfer of the above; (4) Upstream clients for whom the Company
serves as a sub-contractor (EPC); (5) Downstream vendors to whom the
Company outsources elements of its construction works (particularly
civil construction firms); (6) Financiers, direct as wll as indirect; (7) End
clients for whom the company provides service and demands payment
from; (8) The State Owned Power utility; and (9) Government and
regulatory bodies.
The Company is also susceptible to risks associated with dependence
on third parties for procuring energy sources needed for power
generation plants. In this respect, the Company may be dependent
on authorized mine owners/concession holders or even contractors.
Manajemen Risiko Risk Management
78 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
yang sah atau bahkan kontraktor. Gangguan yang terjadi atas usaha
pihak kontraktor atau keputusan sepihak oleh pihak-pihak ini untuk
menghentikan kontrak pemasokan dapat mengganggu kelanjutan
operasi Perusahaan di ladang pembangkit listrik O&M.
Risiko yang Dihadapi oleh Ketergantungan antar Unit Bisnis
Untuk bisnis penyedia IPP yang terintegrasi vertikal, operasional
Perusahaan dan anak perusahaan memiliki potensi keterkaitan yang
tinggi satu sama lainnya. Oleh karena itu, pemenuhan kewajiban
kontrak dapat menjadi tergantung pada koordinasi strategis di
antara unit bisnis. Gangguan apapun yang terjadi pada Engineering,
Pengadaan, Konstruksi, Operasi atau Pemeliharaan secara potensial
dapat berakibat pada ketidakmampuan Perusahaan memenuhi
ketentuan kontrak PPA. Kegagalan seperti ini biasanya akan
menimbulkan kebutuhan untuk melakukan subkontrak atas kewajiban
Perusahaan kepada pihak ketiga, yang berakibat pada peningkatan
biaya sehingga mengurangi keuntungan.
Kelanjutan Program Jalur Cepat
Program Jalur Cepat dijalankan berdasarkan Peraturan Presiden No. 71
Tahun 2006, mandat PLN untuk membangun pembangkit listrik tenaga
batubara pada 40 lokasi di Indonesia, mencakup 10 pembangkit listrik
tenaga batubara dengan kapasitas keseluruhan 6.900 MW di Jawa-
Bali dan 30 lainnya dengan kapasitas keseluruhan 2.522 MW di luar
Jawa-Bali. Perusahaan bergantung pada penerapan Program Jalur
Cepat oleh Pemerintah. Peraturan Pemerintah No. 71/2006 berlaku
hingga 31 Desember 2009, setelah itu program berakhir. Jika karena
satu dan lain hal PLN tidak dapat melaksanakan Program Jalur Cepat
ini sesuai jadual, maka bisnis, kondisi keuangan dan hasil operasi
Perusahaan dapat terpengaruh secara negatif.
Risiko Keuangan
Setiap pembangkit listrik yang ingin dibangun oleh PLN dalam
kerangka Program Jalur Cepat maupun proyek lain yang mungkin
diputuskan untuk dikembangkan di masa depan, akan membutuhkan
investasi modal yang sangat besar. Jika pendanaan jangka panjang
tidak mencukupi dengan persyaratan yang memuaskan, PLN mungkin
harus menunda atau meninggalkan proyek-proyek padat modal di
masa depan. Hal ini dapat berpengaruh negatif terhadap prospek
masa depan dan pengembangan bisnis EPC Perusahaan. Pembiayaan
untuk sebagian besar porsi proyek PLN yang tengah berjalan dipenuhi
oleh bank-bank Cina dengan kondisi dimana pengembangan
pembangkit listrik dikontrakkan kepada perusahaan-perusahaan Cina.
Truba Manunggal saat ini melakukan subkontrak atas 5 (lima) dari 9
(sembilan) kontrak berjalan yang dikelola oleh beberapa perusahaan
Cina. Potensi penundaan pembiayaan dari bank-bank Cina kepada
PLN dapat berakibat pada penundaan pembayaran kepada kontraktor
Cina, yang secara tidak langsung mengancam posisi Perusahaan
sebagai pihak yang melakukan subkontrak.
Any disruption to the latter parties’ ongoing enterprise or unilateral
decisions taken by these parties to terminate supply contracts, may
hamper ongoing Company operations in the field of power generation
O&M.
Risk Posed by Interdependence of Business Units
For its vertically integrated IPP business, the Company’s and its
subsidiaries’ operations have the potential to become highly
interrelated. Fulfillment of contractual obligations may therefore be
dependent upon strategic coordination between business units. Any
disruption to Engineering, Procurement, Construction, Operation or
Maintenance may potentially result in an inability for the Company
to comply with PPA contract terms. Such a failure would likely result
in the need to sub-contract Company obligations to third parties
resulting in added costs which undermine profitability.
Continuity of The Fast Track Program
The Fast Track Program under Presidential Regulation No. 71 of
2006, mandates PLN to build coal fired power plants at 40 locations
in Indonesia, including 10 coal-fired power plants with an aggregate
capacity of 6,900 MW in Java-Bali and 30 coal-fired power plants with
an aggregate capacity of 2,522 MW outside Java-Bali. The Company
is dependent on the implementation of the Fast Track Program by
the Government. Presidential regulation No. 71/2006 is valid until
December 31, 2009, after which the implementation of the Program
will end. If PLN is for any reason not able to implement the Fast Track
Program according to schedule, the Company’s business, financial
condition or results of operations may be adversely affected.
Finance Risk
Each of the power plants that PLN intends to develop under the Fast
Track Program, as well as those that PLN may decide to develop in the
future, will require substantial capital investment. If adequate long-
term funding is not available on satisfactory terms, PLN may have to
delay or abandon future capital-intensive projects which may adversely
affect the future prospects and development of the Company’s
EPC business. Finances for a considerable portion of PLN’s ongoing
projects are provided by Chinese Banks on condition that power plant
development is contracted to Chinese companies. Truba Manunggal is
currently subcontracting on 5 (five) of the 9 (nine) ongoing contracts
managed by Chinese Companies. Any delays in financing from
Chinese banks to PLN have the potential to delay payment to Chinese
contractors which indirectly threatens the position of the Company as
a subcontracting party.
Manajemen Risiko Risk Management
Truba Manunggal 2008 Annual Report 79
Proyek-proyek IPP umumnya dibiayai dengan rasio pembiayaan ekuitas
dan utang sebesar 30-70. Sumber pinjaman Perusahaan terutama
berasal dari bank komersial lokal dan regional. Namun demikian,
pembiayaan ini diberikan dalam siklus penggantian (reimbursement
cycle), yang berarti bahwa dana pinjaman baru diturunkan jika
proyek telah sampai pada tingkat capaian pembangunan tertentu.
Perusahaan harus membiayai belanja barang modal dan modal kerja
dari ekuitas yang tersedia hingga titik capaian ini diraih. Pada titik
ini, barulah bank-bank setuju untuk mendanai. Sebuah risiko muncul,
terutama dalam konteks krisis likuiditas yang tengah berlangsung, jika
bank menarik kembali penawarannya untuk membiayai proyek.
Risiko Pembayaran
Status keuangan pemilik proyek atau pihak ketiga lainnya berpengaruh
besar terhadap stabilitas keseluruhan dari perjanjian korporasi yang
berlangsung, termasuk kewajiban jangka panjang di bawah PPA.
Risiko pembayaran muncul jika pihak eksternal menghadapi faktor
ekonomi yang meningkatkan biaya dana dan/atau menurunkan nilai
aset. Penundaan atau kegagalan pembayaran oleh pihak eksternal
dapat berpengaruh drastis terhadap kinerja Perusahaan. Di sisi lain,
Perusahaan dapat mengalami risiko pembayaran jika jasa yang
diberikannya gagal memenuhi ekspektasi klien atau diluar ketentuan
khusus yang tercantum pada kontrak kerja.
Kekurangan Sumber Daya Manusia dan Keahlian
Spesialisasi Perusahaan di bidang pengembangan infrastruktur
menuntut ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian
teknis tingkat tinggi dalam bidang Engineering, Pengadaan dan
Konstruksi untuk sektor-sektor industri termasuk pembangkit dan
transmisi listrik, minyak dan gas, petrokimia, pupuk dan pertambangan.
Pengetahuan mengenai keahlian dalam bidang teknik sipil dan
O&M juga sangat penting. Perusahaan berkomitmen untuk sedapat
mungkin merekrut staf lokal untuk memenuhi baik kebutuhan teknis
maupun manajemen. Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi
dan kompeten dalam seluruh spesialisasi senantiasa dipertahankan,
sementara pertumbuhan Perusahaan yang berlanjut juga menuntut
ekspansi tenaga kerja dalam jumlah besar. Jika Perusahaan tidak
mampu menarik dan mempertahankan sejumlah tenaga ahli yang
memadai, kemampuannya untuk mengejar proyek dapat terganggu
dan biaya pengerjaan proyek-proyek yang ada sekarang dan yang
akan datang dapat meningkat, sehingga marjin Perusahaan dapat
terkena dampak negatif.
Risiko Kompetisi Bisnis
Perusahaan mempertahankan keuntungan kompetitif sebagai satu-
satunya perusahaan Indonesia dengan kemampuan yang terintegrasi
dalam EPC, IPP dan Pertambangan dan Perdagangan Batubara. Namun
demikian, unit bisnis utama konstruksi Truba Manunggal dihadapkan
pada risiko kompetisi dari berbagai perusahaan domestik dan
IPP projects are typically financed by a 30-70 ratio of equity and debt
financing. The Company mainly sources loans from local commercial
and regional banks. This financing is however, provided on a
reimbursement cycle, meaning that loan funds are released contingent
to the project reaching specific milestones for development. The
Company must finance its CAPEX and working capital from available
equity until the milestone is achieved. At that point banks agree to
release funds. One risk, particularly in the context of the ongoing
liquidity crisis, is that banks may potentially rescind their offers to
finance projects.
Payment Risk
The financial status of project owners or other third parties has a
considerable barring on the overall stability of the Company’s ongoing
corporate agreements including long-term obligations under PPA.
Payment Risk occurs when external parties encounter economic
factors which increase cost of funds and/or deteriorates value of
assets. Delays or defaults on payments by external parties may have
a severe effect on the Company’s performance. Alternatively, the
Company can experience payment risk if the services which it provides
fail to meet client expectations or fall short of those specifically stated
in contracts of work.
Human Resource and Expertise Deficiency
The Company’s specialization in the field of infrastructure development
requires significant human resources that possess a high level of
technical expertise in the fields of Engineering, Procurement and
Construction for specific industrial sectors including power generation
and transmission, oil & gas, petrochemicals, fertilizers and mining.
Knowledge of skills in the fields of civil engineering and O&M are also
paramount. The Company is committed to hiring local staff whenever
possible to meet both technical as well as management needs. While
sophisticated human resources, competent in all specializations are
currently maintained, the Company’s continuing growth demands an
ever expanding work force. If the Company is unable to attract and
retain a sufficient number of skilled personnel, its ability to pursue
projects may be adversely affected and the costs of performing its
existing and future projects may increase, which may adversely impact
the Company’s margins.
Business Competition Risk
The Company maintains a competitive advantage in being the only
Indonesian enterprise with integrated capabilities in EPC, IPP and Coal
Mining & Trading. Truba Manunggal’s core construction business unit
however is prone to competition risks from various domestic and
international companies, operating in the same industry. Maintenance
Manajemen Risiko Risk Management
80 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
internasional yang beroperasi pada industri yang sama. Pemeliharaan
catatan prestasi sebagai bukti kinerja keseluruhan tugas-tugas yang
selesai sesuai jangka waktu yang disepakati memiliki peran penting
dalam menjamin reputasi Perusahaan. Bersamaan dengan itu,
Perusahaan perlu melanjutkan investasi dalam aset tetap, mesin berat
dan peralatan teknis untuk menjamin bahwa penawaran kontrak
tetap berdaya saing tinggi. Karena EPC merupakan pilar utama bagi
pendapatan dan pertumbuhan Perusahaan, penurunan pada pangsa
pasar akan berpengaruh negatif terhadap kinerja Perusahaan.
Risiko Pemutusan Kontrak
Seluruh kontrak menentukan kondisi-kondisi umum untuk pembatalan
atau pemutusan kontrak secara sepihak. Pembatalan ini tidak hanya
berpengaruh terhadap kinerja keuangan Perusahaan melalui hilangnya
potensi sumber pendapatan, tetapi dapat juga berdampak sangat
buruk terhadap citra Perusahaan di dalam industri.
Risiko terkait dengan Klaim Asuransi
Perusahaan menerapkan polis asuransi property all-risk dengan
cakupan hingga US$ 500 juta (dengan asuransi bersama sebesar
2,5%-10%) untuk kerusakan yang disebabkan oleh, antara lain
gangguan alam (termasuk gempa bumi), kecelakaan, tindak
kekerasan, perlawanan dan huru-hara. Perusahaan juga menerapkan
asuransi untuk menutup risiko operasional, termasuk interupsi bisnis.
Namun demikian, tidak ada jaminan bahwa hasil asuransi dari polis
tersebut akan memadai untuk menutup seluruh kerugian yang terjadi
atau bahwa polis asuransi akan terus tersedia di masa depan dalam
jumlah yang mencukupi untuk menanggung kerusakan atau kerugian
operasional, atau pada premi yang cukup beralasan.
Terdapat sejumlah situasi potensial dalam operasional Perusahaan
dimana klaim untuk kompensasi yang mungkin harus ditanggung
melebihi tingkat asuransi yang tersedia. Hal ini termasuk, tetapi
tidak terbatas pada: kewajiban profesional, kewajiban produk, klaim
garansi, klaim kinerja dan kegagalan sistem.
Perusahaan tidak mengasuransikan diri terhadap risiko menjalankan
bisnis di Indonesia, yang mencakup risiko perang, penyitaan,
nasionalisasi, negosiasi ulang atau peniadaan kontrak yang ada,
perubahan kebijakan perpajakan, pembatasan valuta asing, perubahan
kondisi politik atau fluktuasi keuangan internasional.
of the Company’s proven track record for comprehensive performance
of its duties according to agreed timelines plays a crucial role in ensuring
reputation. Concurrently, the Company needs to continually invest in
fixed assets, heavy machinery and other technical equipment in order
to ensure that its bids for contracts remain highly competitive. As EPC
serves as the main pillar for Company revenue and growth, any decline
in its market share will adversely affect Company performance.
Risk of Termination of Contracts
All contracts stipulate general conditions for unilateral cancellation
or termination of contracts. These cancellations do not only affect
the Company’s financial performance through the loss of potential
revenue sources, but may also severely impact the Company’s image
within the industry.
Risk Associated with Insurance Claims
The Company carries a property all-risk insurance policy which
coverage of up to US$ 500 million (subject to coinsurance of 2.5%-
10%) for any damage caused by, among other things, natural hazards
(including earthquakes), accidents, malicious acts, strikes and riots.
The Company also carries insurance cover against operational risks,
including business interruption. There can, however be no guarantee
that insurance proceeds from the relevant policies will be adequate to
cover all losses sustained or that these insurance policies will continue
to be available in the future in amounts adequate to insure against
such damage or operational losses, or at reasonable premiums.
There are a number of potential circumstances across the Company’s
operations where by claims for compensation to which the company
may be liable exceed the level of available insurance. These include
but are not limited to: professional liability, product liability, warranty
claims, performance claims and systems failure.
The Company does not maintain insurance against the risks of doing
business in Indonesia, including the risks of war, expropriation,
nationalization, renegotiation or nullification of existing contracts,
changes in taxation policies, currency exchange restrictions, changing
political conditions or international monetary fluctuations.
Manajemen Risiko Risk Management
Truba Manunggal 2008 Annual Report 81
Risiko Valuta Asing
Kontrak, aset dan kewajiban Perusahaan seringkali dalam denominasi
mata uang asing (US$). Oleh karenanya, fluktuasi nilai tukar mata uang
lokal dapat berdampak sangat besar terhadap kinerja Perusahaan
maupun keuntungan bersihnya.
Usaha-usaha Meminimumkan Risiko
Perusahaan berusaha keras untuk terus menerapkan mekanisme
manajemen risiko dalam setiap sisi proses manajemen. Pada saat yang
sama, berbagai upaya dilaksanakan untuk menghindari peristiwa atau
situasi yang tidak dapat diantisipasi dan diharapkan, untuk memberikan
jaminan yang pasti bahwa risiko Perusahaan tetap berada dalam
tingkat toleransi yang dapat dikelola dengan tepat. Sejumlah langkah
strategis telah diterapkan, yang antara lain mencakup perolehan mitra
strategis ideal, pemenuhan International Standards of Operation (ISO),
memastikan keandalan dan ketersediaan mesin serta menetapkan
investasi yang tepat dan cermat.
Foreign Exchange Risk
Company’s contracts, assets and liabilities are often denominated in
foreign currency (US$). Fluctuation of exchange rates for the local
currency can therefore significantly impact the Company’s performance
as well as its net profits.
Efforts to Minimize Risks
The Company strives to continuously implement risk management
mechanisms in every facet of the management process. At the same
time, efforts are underway to avoid events or situations that cannot
be anticipated and expected while, at the same time, providing
sound assurances that the Company’s risk remains within a tolerable
level that can appropriately managed. A number of strategic steps
have been implemented which include, among others, securing an
ideal strategic partner, fulfilling International Standards of Operation
(ISO), ensuring the reliability and availability of machinery as well as
determining investments that are appropriate and sound.
Manajemen Risiko Risk Management
82 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Menyusul keberhasilannya dalam mengintegrasikan data keuangan
perusahaan sebagai bagian dari solusi Enterprise Resource Planning
(ERP) yang diluncurkan pada tahun 2007, departemen Teknologi
Informasi (TI) Truba Manunggal terus berperan penting dalam
meningkatkan proses kerja dan efisiensi operasional perusahaan
secara keseluruhan dengan mengintegrasikan fungsi Manajemen
Proyek dan Sumber Daya Manusia pada tahun 2008.
Sejak tahun 2007, departemen TI Truba Manunggal telah terlibat
dalam penerapan solusi TI yang menyeluruh dari Industrial and
Financial Systems (IFS), salah satu pemimpin penyedia aplikasi ERP
kelas dunia untuk memfasilitasi integrasi secara menyeluruh fungsi-
fungsi industri meliputi: keuangan, manajemen proyek dan sumber
daya manusia. Dengan dukungan IBM dan vendor kelas atas lainnya,
staf TI Truba Manunggal telah berhasil mengimplementasikan
aplikasi IFS seperti halnya platform lainnya yang sudah ada. Hal ini
memungkinkan terciptanya solusi end-to-end yang cost-effective,
yang terus meningkatkan efisiensi dan produktifitas operasional pada
seluruh siklus proyek.
Setelah implementasi solusi IFS untuk keuangan, departemen TI
melanjutkan dengan sistem reporting yang terintegrasi dengan
buku besar, piutang, utang, arus kas, anggaran, aktiva tetap dan
Following on the Company’s success in integrating its financial modeling
data as a part of an integrated Enterprise Resource Planning (ERP)
solution launched in 2007, Truba Manunggal’s Information Technology
(IT) department continued to play a leading role in improving overall
company work flow and operational efficiency by integrating Project
Management and Human Resource functions in 2008.
Since 2007, Truba Manunggal’s IT department has been engaged in
the implementation of a comprehensive IT solution from Industrial
and Financial Systems (IFS), one of the world’s leading providers of
ERP software to facilitate the full integration of industrial functions
including: finance, project management and human resources. With
assistance from IBM and other first class vendors, Truba Manunggal’s
IT staff has been able to successfully implement IFS applications as
well as existing platforms. This has enabled a cost-effective end-to-
end solution which continues to improve operational efficiency and
productivity across project life cycles.
After implementation of IFS solutions for financials, IT department
move forward with the reporting solutions integrated with General
Ledger, Account Receivable, Account Payable, Cash Flow, Budget,
Teknologi InformasiInformation Technology
Truba Manunggal 2008 Annual Report 83
Informasi Teknologi Information Technology
konsolidasi. Sistem ini meningkatkan kapasitas pengawasan dan
mendukung perubahan proses sehingga perusahaan dapat secara
efektif menelusuri transaksi keuangan secara lebih rinci.
Secara bersamaan, melalui implementasi IFS Distribution, Truba
Manunggal telah mengambil langkah awal dalam mengintegrasikan
fungsi –fungsi manajemen proyek seperti tender dan kontrak,
pengadaan barang dan jasa, persediaan, dan penagihan. Sistem
ini memberikan pandangan yang jelas akan kebutuhan proyek dan
penyerahan proyek agar mendapatkan perencanaan dan pengelolaan
yang lebih baik dalam hal pembelian, persediaan dan tagihan.
Pada tahun 2008, tema integrasi operasional sistem informasi yang
sedang berjalan diperluas lagi ke aspek lebih lanjut dari manajemen
proyek. IFS Project Management dan IFS Engineering telah berhasil
meningkatkan komunikasi antar departemen terkait dalam hal
perencanaan proyek, pelaksanaan proyek, pelaporan proyek,
penyerahan proyek, manajemen dokumen, manajemen perubahan
engineering, maupun manajemen kualitas, dan akan mengkompilasi
semua data teknis dan keuangan proyek untuk melengkapi user
dengan data yang secara terus menerus terbaharui untuk keperluan
keputusan teknis, administrasi dan keuangan.
Dalam tahun 2008 ini pula, departemen TI Truba Manunggal mampu
mengintegrasikan lebih lanjut solusi untuk Manajemen SDM. Aplikasi
IFS terkait fungsi-fungsi ini membantu manajemen untuk administrasi
personalia, waktu, dan kehadiran, manajemen biaya, administrasi gaji
dan penerimaan karyawan. Sistem ini telah membantu manajemen
tenaga kerja untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan analisa bisnis berdasarkan strategi
yang jelas dan data SDM yang terintegrasi.
Memasuki tahun 2009, departemen TI Truba Manunggal akan
memusatkan perhatian untuk menciptakan akses yang lebih luas
terhadap sistem ERP terintegrasi melalui pengembangan E-Portal yang
efektif, yang dapat diakses oleh seluruh staf selama 24 jam sehari, 7
(tujuh) hari seminggu. Aplikasi yang berbasis web akan memungkinkan
pegawai tidak saja untuk mengakses data perusahaan dari luar lokasi
tetapi juga menyajikan data kepada pemangku kepentingan.
Departemen TI Truba Manunggal senantiasa memainkan peran
penting dalam mengoptimumkan proses kerja dan memastikan
efisiensi operasional. Dengan perkembangan yang cepat pada bidang
teknologi informasi dan komunikasi, perusahaan berharap departemen
yang penting ini dapat tumbuh secara konsisten bersamaan dengan
peranannya yang kian besar.
Fixed Assets and Consolidation. This system enhanced control capacity
and supported change process so that the company more effectively
tracks financial transactions in detail.
Concurrently, through the implementation of IFS Distribution software,
Truba Manunggal had taken the first steps to integrating project
management functions such as tendering and contract, procurement
of goods and services, inventory and invoicing. This system facilitated
a clear overview of project demand and project delivery in order to
better plan and manage purchasing, inventory and invoices.
In 2008, the ongoing theme of operational integration of information
systems extended to further aspects of project management. IFS Project
Management and IFS Engineering software have greatly improved
communications between interrelated departments on matters of
project planning, project execution, project reporting, project delivery,
document management, engineering change management, as well as
quality management, and will compiles all the technical and financial
data of project to provide users with continuously update data for
technical, administrative and financial decisions purposes.
Also in 2008, Truba Manunggal’s IT department was able to further
integrate solutions for Human Resource Management. The associated
IFS applications for these functions have facilitated closer management
of personnel administration, time and attendance, expense
management, payroll administration and recruitment. This system has
facilitated workforce management, enhancing the company’s ability
to plan, act and analyze its business, based on clear strategies with
integrated data on human resource requirements.
Going forward into 2009, Truba Manunggal’s IT department will focus
on creating greater accessibility to its integrated ERP system through
the effective development of E-Portal which will be accessible to all
staff 24 hours a day, 7 (seven) days a week. This web-based application
will not only be able to allow employees to access company data from
external locations, it will also be able to facilitate presentation of data
to key stakeholders.
Truba Manunggal’s IT department continues to play a key role in
optimizing workflow and ensuring operational efficiency. Given the
rapid pace of development of Information and Communications
technology, the Company expects consistent growth as well as ever
expanding role for this critical department.
84 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Di masa mendatang, Truba Manunggal tetap berada pada posisi yang
baik bagi kelangsungan pertumbuhan dan kemakmuran Perusahaan.
Unit usaha EPC Perusahaan telah dijadualkan untuk beroperasi penuh
hingga tahun 2010. Komitmen Pemerintah Indonesia melanjutkan
fokusnya pada pembelanjaan fiskal untuk pembangunan infrastruktur
sebagai strategi kunci menembus resesi ekonomi global merupakan
sesuatu yang menjanjikan bagi Perusahaan. Truba Manunggal
telah mengajukan penawaran atas lebih dari 20 proyek PLN untuk
pembangunan sektor kelistrikan. Meskipun beberapa dari tender ini
telah ditunda pelaksanaannya, pihak Manajemen tetap yakin bahwa
pengumuman pemenang akan dilakukan menjelang akhir tahun
sejalan dengan bangkitnya pertumbuhan ekonomi global.
Krisis likuiditas yang telah menyertai perlambatan ekonomi telah
mempengaruhi perkiraan kinerja Truba Manunggal dan memaksa
Perusahaan untuk melakukan penilaian kembali terhadap prioritasnya
untuk Pembelanjaan Barang Modal, terutama pada unit-unit usaha
IPP dan Pertambangan & Perdagangan Batubara. Meski banyak dari
tanggal penyelesaian proyek-proyek ini telah dijadualkan ulang,
Perusahaan tetap berkomitmen untuk penyelesaiannya. Namun
demikian, pembiayaan ekuitas untuk jangka waktu pendek dan
menengah akan perlu ditingkatkan dari sumber-sumber yang lebih
organik, termasuk laba ditahan yang tersedia.
Going forward, Truba Manunggal remains well positioned for
continued growth and prosperity in the years ahead. The Company’s
core EPC business unit is already scheduled to work at capacity well
into 2010. The Government of Indonesia’s continuing commitment
to focus its fiscal spending on infrastructure development as a key
strategy for navigating the ongoing global economic recession
continues to hold promise for the Company. Truba Manunggal has
already submitted bids on over 20 PLN projects for power sector
development. Although several of these tenders have been delayed,
Management remains confident that announcements on the winning
bids will be made toward the end of the year as the global economy
resumes a pattern of growth.
The liquidity crisis which has accompanied the economic slowdown,
has affected Truba Manunggal’s outlook for the year, forcing the
Company to reassess many of its CAPEX priorities, particularly in its IPP
and Coal Mining & Trading business units. While many of the target
dates for the completion of the Company’s IPP projects have since been
rescheduled the Company remains committed to their fulfilment. Over
the short- and medium- term, however, equity financing will need
to be raised from more organic sources including available retained
earnings.
Strategi Ke DepanForward Strategy
Truba Manunggal 2008 Annual Report 85
Strategi Ke Depan Forward Strategy
Truba Manunggal pada saat yang sama juga masih mencari investor
pihak ketiga yang strategis untuk pengembangan IPP berkenaan dengan
PSA yang telah ada. Kemitraan ini akan sangat berarti bagi percepatan
pengembangan proyek-proyek, yang kebanyakan diantaranya
berlokasi di daerah perbatasan di luar jaringan listrik Jawa-Bali. Selain
mempromosikan berbagai proyek dan daerah untuk investasi strategis,
Truba Manunggal akan terus bekerjasama dengan Pemerintah
Indonesia untuk melakukan perbaikan dalam hal peraturan, terutama
dalam hal-hal terkait penjualan listrik kepada PLN. Langkah-langkah
ini secara bersama akan memainkan peran integral dalam kesuksesan
negara melepaskan diri dari masa-masa sulit perekonomian di masa
mendatang dan dalam menjamin daya saing industri nasional.
Dalam hal bisnis yang sedang berjalan, Truba Manunggal memutuskan
untuk tetap berfokus intensif pada EPC sebagai bisnis utamanya, yang
masih memberikan kontribusi lebih dari 90% pendapatan Perusahaan.
Untuk memastikan bahwa Truba Manunggal mempertahankan
keuntungan kompetitifnya sebagai perusahaan pembangkit listrik
terintegrasi yang terkemuka di Indonesia, pembelanjaan barang
modal akan terus dilakukan untuk mesin-mesin berat, peralatan teknis
maupun pelatihan bagi staf engineering utama.
Terlepas dari Pembelanjaan Barang Modal dalam skala besar yang mau
tidak mau harus diinvestasikan pada setiap proyek Truba Manunggal,
SDM tetap menjadi aset terbesar Perusahaan. Para staf Truba Manunggal
memiliki keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan perancangan,
engineering, pengadaan dan konstruksi berkelas dunia. Melalui
dedikasi dan kekuatan yang semakin kokoh, Truba Manunggal akan
terus meraih tingkat pencapaian yang tertinggi. Dengan bekerjasama,
kami akan senantiasa mempersembahkan fasilitas-fasilitas listrik dan
industri yang tangguh dan handal, melampaui batas ekspektasi klien
dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat luas.
Concurrently Truba Manunggal is continuing to seek out strategic third
party investors for development of the IPPs associated with its established
PSAs. Such partnerships will prove invaluable in accelerating the pace
of development for these projects, the bulk of which are located in
frontier regions outside of the main Java-Bali power grid. In addition
to promoting these projects and regions to strategic investors, Truba
Manunggal will continue to work with the Government of Indonesia
for the implementation of the regulatory framework governing the sale
of electricity to PLN. Together these measures will play an integral role
in the nation’s success in pulling through the tough economic times
ahead and will ensure the overall competitiveness of national industry.
In terms of its ongoing business, Truba Manunggal is set to maintain a
much more intensive focus on its core EPC business, which continues
to account for over 90% of Company revenues. To ensure that Truba
Manunggal maintains its competitive advantage as the premier
integrated power generation company in Indonesia, available capital
expenditure will continue to be spent on heavy machinery, technical
equipment as well as training for our core engineering staff.
Despite the vast scale of Capital Expenditure which is inevitably invested
in each and every one of Truba Manunggal projects, it is people who
form the Company’s greatest asset. Truba Manunggal’s staff possess
the expertise required to carry out world class design, engineering,
procurement and construction. Through dedication and renewed
strength Truba Manunggal will continue to attain ever increasing levels
of excellence. Working together we will continue to deliver solid and
dependable electrical and industrial facilities which surpass our client’s
expectations and serve the greater common good of society.
86 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Tata Kelola PerusahaanCorporate Governance
Truba Manunggal 2008 Annual Report 87
Truba Manunggal continually seeks to adopt GCG practices through the application of the guiding principles of: transparency, accountability, responsibility, fairness as well as independence to the breadth of its business and operations.
Truba Manunggal senantiasa berusaha menerapkan praktik-praktik GCG melalui penerapan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, keadilan maupun independensi dalam setiap sendi bisnis dan operasionalnya.
88 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
As a publicly listed Company traded on the Indonesia Stock Exchange,
Truba Manunggal continuously seeks to enhance its experience in
respect to implementation of Good Corporate Governance (GCG)
principles.
The Company continually seeks to adopt GCG practices through the
application of the guiding principles of: transparency, accountability,
responsibility, fairness as well as independence to the breadth of its
business and operations.
A key facet of Truba Manunggal’s adherence to GCG values rests
in the Company’s commitment to clearly separate authority and
responsibility between the Board of Commissioners and the Board
of Directors. Measures to ensure the interests of all stakeholders
include: the implementation of a clearly defined corporate strategy;
risk management and internal control including oversight by an
established Audit Committee; a commitment to conducting business
in a professional, fair and transparent manner; timely and equitable
dissemination of information to shareholders and related parties; clear
emphasis on safety and the environment; and strict compliance with
all prevailing laws and regulations.
Board of CommissionersThe Board of Commissioners is responsible for monitoring the
management of the Company and evaluating the management’s
effectiveness on the basis of clearly defined policy, decision-making
responsibilities and execution strategy. The Board of Commissioners
is responsible for providing direction and monitoring the Company’s
performance in accordance with its strategic objectives, business plan
and budget. In Addition to nominating the President Commissioner,
the President Director, members of the Board of Commissioners and
Directors, the Board of Commissioners recommends, determines, and
provides guidance to the Company’s Board of Directors.
As of the December 31, 2008, the Company’s Board of Commissioners
is comprised of three Commissioners including one Independent
Commissioner. Profiles of the respective members of the Board of
Commissioners are provided separately in this Annual Report.
Sebagai suatu perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia, Truba Manunggal senantiasa berusaha meningkatkan
pengalamannya berkenaan dengan implementasi prinsip-prinsip Tata
Kelola Perusahaan.
Perusahaan secara terus menerus berusaha melaksanakan berbagai
praktik GCG melalui penerapan prinsip-prinsip panduan seperti
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, keadilan, serta
kemandirian pada seluruh aspek bisnis dan operasionalnya.
Aspek utama kepatuhan Truba Manunggal terhadap nilai-nilai GCG
terletak pada komitmen Perusahaan untuk melakukan pemisahan
wewenang dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi secara
nyata. Upaya untuk memastikan pemenuhan kepentingan pemangku
kepentingan mencakup implementasi strategi korporasi yang disusun
secara jelas, manajemen risiko dan pengendalian internal yang meliputi
pengawasan oleh suatu Komite Audit; komitmen untuk melaksanakan
bisnis secara profesional, adil dan transparan; penyebaran informasi
yang tepat waktu dan menyeluruh kepada para pemegang saham
dan pihak terkait; penekanan yang jelas dalam hal keamanan dan
lingkungan; dan kepatuhan yang tegas terhadap seluruh undang-
undang dan peraturan yang berlaku.
Dewan KomisarisDewan Komisaris bertanggung jawab untuk memantau pengelolaan
Perusahaan dan mengevaluasi efektifitas pihak manajemen berkenaan
dengan kebijakan-kebijakan yang disusun secara jelas, tanggung jawab
pembuatan keputusan dan pelaksanaan strategi. Dewan Komisaris
bertanggungjawab untuk memberikan arahan dan memantau kinerja
Perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan strategis, rencana bisnis
dan anggaran. Selain mencalonkan Presiden Komisaris, Presiden
Direktur, para anggota Dewan Komisaris dan Direksi, Dewan Komisaris
merekomendasikan, menetapkan, dan memberikan panduan kepada
Direksi Perusahaan.
Per 31 Desember 2008, Dewan Komisaris Perusahaan terdiri atas
tiga Komisaris, termasuk satu Komisaris Independen. Profil para
anggota Dewan Komisaris disajikan secara terpisah dalam Laporan
Tahunan ini.
Tata Kelola PerusahaanCorporate Governance
Truba Manunggal 2008 Annual Report 89
Tata Kelola Perusahaan Good Corporate Governance
Board of DirectorsThe Board of Directors is generally responsible for leading and managing
efforts to achieve the Company’s objectives and ensuring that assets
are appropriately utilized in the interest of all shareholders.
As of December 31, 2008, the Company’s Board of Directors is
comprised of 4 (four) Directors including the President Director, and a
non-affiliated Director. Profiles of 4 (four) of the respective members
of the Board of Directors are provided separately in this Annual
Report. One of the Directors’ positions needs to be appointed at the
forthcoming Annual General Meeting in 2009..
Board MeetingsIn the course of executing its responsibilities, The Board of
Commissioners and the Board of Directors routinely (or as required)
convene meetings that are either internal or joint meetings. The goal
of these meetings is to ensure business objectives, strategic planning,
financing and large-scale purchases, acquisition and divestment,
operational performance, risk management as well as corporate
governance.
The Audit CommitteeThe Audit Committee provides its professional and independent
opinion to the Board of Commissioners in regards to reports or
other recommendations from the Board of Directors to the Board
of Commissioners. The tasks and responsibilities of the Audit
Committee includes, among others: the timely proposal of nominees
for Independent Auditor ensuring that there is no conflict of
interest related to the appointment; evaluation of audit plans; and
implementation by the Internal Audit team or the External Auditor;
analysis and proposal of improvements for the Company’s internal
control system; and the identification of issues requiring the attention
of the Board of Commissioners.
As of year-end 2008, the members of the Audit Committee comprise
Mr. Siswanto as Chairman, along with Mr. Suroso and Mr. Wiryadi
Tanudjaja as members.
External AuditorThe Company appointed the Public Accountancy Firm IBDO Tanubrata
Sutanto & Rekan as the Auditor for the Company’s financial
statements for FY 2008. The External Auditor has performed its tasks
in compliance with professional standards and ethics as required by
Indonesian law.
DireksiDireksi secara umum bertanggung jawab untuk memimpin dan
mengelola berbagai upaya dalam mencapai tujuan Perusahaan
dan memastikan penggunaan aset secara tepat untuk memenuhi
kepentingan para pemangku kepentingan.
Per 31 Desember 2008, Direksi Perusahaan terdiri dari 4 (empat)
Direktur, termasuk Presiden Direktur dan Direktur tidak terafiliasi.
Profil keempat anggota Direksi tersebut disajikan secara terpisah
dalam Laporan Tahunan ini. Pengangkatan salah satu posisi Direksi
harus dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham di tahun 2009
mendatang.
Rapat DewanDalam rangka menjalankan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris
dan Direksi secara berkala (atau apabila perlu) menyelenggarakan
rapat-rapat baik berbentuk rapat internal maupun gabungan. Tujuan
dari rapat-rapat ini adalah untuk memastikan bahwa tujuan bisnis,
rencana strategis, pembiayaan dan pembelian skala besar, akuisisi dan
divestasi, kinerja operasional, manajemen risiko maupun tata kelola
perusahaan.
Komite AuditKomite Audit memberikan pendapat profesional dan independen
kepada Dewan Komisaris dalam berkaitan dengan laporan atau
rekomendasi lainnya dari Direksi kepada Dewan Komisaris. Tugas dan
tanggung jawab Komite Audit meliputi, antara lain: pengajuan calon-
calon Auditor Independen secara tepat waktu untuk memastikan tidak
adanya konflik kepentingan berkaitan dengan penunjukan, evaluasi
rencana audit, dan implementasi tim Audit Internal atau Eksternal;
analisis dan pengajuan peningkatan sistem pengendalian internal
Perusahaan; dan identifikasi berbagai masalah yang memerlukan
perhatian Dewan Komisaris.
Per akhir tahun 2008, anggota Komite Audit terdiri atas
Siswanto sebagai Ketua, beserta Suroso dan Wiryadi Tanudjaja
sebagai anggota.
Auditor EksternalPerusahaan menunjuk Kantor Akuntan Publik IBDO Tanubrata Sutanto
& Rekan sebagai Auditor laporan keuangan Perusahaan untuk tahun
fiskal 2008. Auditor Eksternal telah menjalankan tugasnya dengan
mematuhi standar dan etika profesional yang disyaratkan oleh
Undang-undang di Indonesia.
90 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Kasus HukumPer akhir tahun 2008, Perusahaan tidak terlibat dalam kasus hukum
apapun, baik dalam bentuk sipil atau kriminal, perselisihan, tuntutan
kebangkrutan dan/atau penundaan pembayaran utang, serta
permasalahan dalam hal pajak, tenaga kerja, maupun peraturan.
Sekretaris Perusahaan
Sebagai perusahaan yang dimiliki publik, Truba Manunggal menyadari
pentingnya memelihara akses dan komunikasi terbuka kepada
masyarakat mengenai informasi terkait Perusahaan.
Untuk tujuan ini, Perusahaan telah mengangkat Bapak Gamala Katoppo
sebagai Sekretaris Perusahaan yang bertanggungj awab atas komunikasi
dan penyebaran informasi mengenai keuangan dan kinerja Perusahaan
kepada para pemegang saham, otoritas dan praktisi pasar modal serta
masyarakat umum. Laporan keuangan secara berkala dipublikasikan
dalam sejumlah surat kabar lokal. Perusahaan juga memiliki laman
tersendiri, yaitu http://www.truba-manunggal.com yang menyediakan
akses terhadap berbagai informasi terkait Perusahaan.
Bapak Katoppo berusia 40 tahun dan seorang warga negara
Indonesia. Beliau menyandang gelar dari Royal Melbourne Institute
of Technology. Segera setelah bergabung dengan Truba Manunggal
di tahun 2008, beliau menjabat sebagai Sekretaris Perusahaan untuk
PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk.
Legal CasesAs of year-end 2008, the Company, was not involved in any legal
cases, either in the form of civil or criminal, disputes, bankruptcy suits
and/or delay in debt payments, tax disputes, labor disputes, as well as
regulatory disputes.
Corporate Secretary
As a publicly owned Company, Truba Manunggal realizes the
importance of maintaining public access to and open communication
on all corporate-related information.
For this purpose, the Company has appointed Mr. Gamala Katoppo
as the Corporate Secretary who is responsible for communicating
and disseminating information regarding the Company’s finance
and performance to shareholders, the authorities and capital market
practitioners, as well as the general public. Financial statements are
periodically published in a number of local newspapers. The Company
also has its own website, http://www.truba-manunggal.com which
provides access to various Company related information.
Mr. Katoppo is 40 years of age and is an Indonesian citizen. He has a
degree from the Royal Melbourne Institute of Technology. Immediately
prior to joining Truba Manunggal in 2008 he served as an Corporate
Secretary for PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk.
Tata Kelola Perusahaan Good Corporate Governance
Truba Manunggal 2008 Annual Report 91
Kepada Yth:
Dewan Komisaris
PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk
Penerapan Tata kelola Perusahaan (GCG) di Perseroan dilandaskan
pada prinsip-prinsip transparasi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
independensi dan kewajaran. Perseroan berusaha menerapkan seluruh
prinsip dasar tersebut ke setiap sendi kegiatan usaha Perseroan
untuk mendapatkan keseimbangan bagi pemenuhan kepentingan
stakeholders.
Komite Audit mendorong manajemen Perseroan dalam meningkatkan
kesadaran akan Tata Kelola Perusahaan. Atas dasar tersebut telah
dibuat panduan kerja komite audit sebagai pedoman pelaksanaan
kerja yang disebut Piagam Audit.
Laporan Komite audit untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008
adalah sebagai berikut:
1. Komite Audit telah melaksanakan tugasnya untuk memantau
pengendalian internal secara menyeluruh, kebijakan manajemen
dan penerapan tata kelola perusahaan. Rekomendasi laporan
internal audit dan eksternal audit atas hasil pemeriksaannya
termasuk perencanaan audit operasional untuk mengevaluasi
kebijakan manajemen dan mendorong efesiensi serta efektivitas
perusahaan secara berkelanjutan perlu lebih dioptimalkan.
2. Komite Audit telah menelaah tingkat kepatuhan Perusahaan
terhadap peraturan pasar modal dan peraturan lainnya yang
berhubungan dengan kegiatan usaha perusahaan.
3 Komite Audit telah mengadakan rapat dengan Komisaris maupun
dengan Direksi Perusahaan terkait laporan keuangan yang
dipublikasikan.
4. Komite Audit telah melakukan evaluasi atas paket remunerasi
yang diterima anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan
dan dinyatakan bahwa Perusahaan telah melakukan paket
tersebut sesuai dengan Rapat Umum Pemegang Saham.
Per tanggal 31 Desember 2008, Komite Audit beranggotakan sebagai
berikut:
Siswanto, Ketua (Komisaris Independen)
Wiryadi Tanudjaja, Anggota
Suroso, Anggota
To:
Board of Commissioners
PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk
Application of Good Corporate Governance (GCG) within the Company
is made on the basis of the principles of transparency, accountability,
responsibility, independence and fairness. The Company strives to
apply these basic principles throughout all of its activities in the best
interest its stakeholders.
Audit Committee recommended the management to increase the
awareness of good corporate governance. Based on this, Committee
Audit Charter is developed that act as working guidance for Audit
Committee.
The Audit Committee for the year ended on December 31, 2008 are
as follows:
1. The Audit Committee has performed its duties to fully monitor
the Company’s internal audit, management’s policies and
the implementation of good corporate governance. The
recommendations laid in the audit internal and audit exsternal
report on its audit results, including the operational audit plan
to evaluate the management’s policies and the promote the
Company’s efficiency and effectiveness in sustainable ways, are
that they should be futher optimalized.
2. The Audit Committee has reviewed the Company’s compliance
with all prevailing capital market regulations and other related
regulations.
3. The Audit Committee has conducted meetings with the
Commissioners and the Board of Directors to discuss the published
financial reports.
4. The Audit Committed has reviewed the implementation of the
total remuneration package for the Board of Commissioners and
the Board of Directors and has concluded that the procedures were
in accordance with the Annual General Meeting of Shareholders.
As of December 31, 2008, the Audit Committee members are as
follows:
Siswanto, Chairman (Independent Commissioner)
Wiryadi Tanudjaja, Member
Suroso, Member
Laporan Komite AuditAudit Committee Report
92 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Kami, yang bertanda tangan di bawah ini, merupakan anggota
Dewan Komisaris dan Direksi Truba Manunggal menyatakan bahwa
kami bertanggung jawab atas persiapan dan penyajian Laporan
Tahunan 2008 dan Laporan Keuangan 2008 ini. Seluruh informasi ini
telah diungkapkan secara lengkap dan benar, dan Laporan ini tidak
mengandung informasi atau fakta material yang tidak benar, dan
tidak menghilangkan informasi atau fakta material.
Jakarta, 25 Juni 2009
We, the undersigned, being the members of Board of Commissioners
and Board of Directors of Truba Manunggal, declare that we are fully
responsible towards the preparation and presentation of this 2008
Annual Report and 2008 Financial Statements. All information on this
publication has been fully and accurately disclosed, and the Reports
do not contain false or omitted information or material fact.
Jakarta, June 25, 2009
Hendrik TeeKomisaris Utama
President Commissioner
Siswanto Komisaris Independen
Independent Commissioner
Richard HarjaniKomisaris
Commissioner
Shi Hong ChaoDirekturDirector
Sidarta Sidik Direktur Utama
President Director
FX. Agus Edyono, S.lp Direktur Tidak Terafiliasi
Unaffiliated Director
Andre PurnawanDirekturDirector
Tanggung Jawab atas Laporan Tahunan 2008 dan Laporan Keuangan 2008Responsibilities towards the 2008 Annual Report and 2008 Financial Statements
Truba Manunggal 2008 Annual Report 93
Informasi PerseroanCorporate Information
94 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Hendrik TeeKomisaris Utama Komisaris Utama, menyandang gelar Bachelor of Science dari Walsh
College dan Duke University, USA (1984). Bapak Tee juga meraih
Master of Business Administration dari College of William and Mary,
Virginia, USA. Sejak tahun 2000, Bapak Tee telah menjabat sebagai
Penasihat di Grup Charoen Pokphan. Sebelumnya, Bapak Tee bekerja
pada beberapa perusahaan besar dan institusi keuangan internasional
seperti Chase Manhattan Bank dan PT Fuji Bank International
Indonesia. Bapak Tee diangkat sebagai komisaris pada beberapa
perusahaan sebelum bargabung dengan Perusahaan.
Richard Harjani Komisaris
Komisaris, memperoleh gelar Master pada tahun 1994. Sebelum
menjabat posisi sekarang, beliau menjabat sebagai Chief Executive
Officer PT Sulawesi Agro Utama, mulai dari Februari sampai Desember
2007. Sejak 1994 hingga 2006, Bapak Harjani juga menjabat sebagai
Chief Operating Officer PT Rimo Catur Lestari.
Richard Harjani Commissioner
Commissioner, Received his Master’s degree in 1994. Prior to his
current position, he served as Chief Executive Officer at PT Sulawesi
Agro Utama, from February to December 2007. From 1994 to
2006, Mr. Harjani also served as Chief Operating Officer at PT Rimo
Catur Lestari.
Hendrik TeePresident Commissioner President Commissioner, holds a Bachelor of Science from Walsh
College and Duke University, USA (1984). Mr Tee also attained a
Master of Business Administration from the College of William and
Mary, Virginia, USA. Since 2000, Mr. Tee has served as Advisor of
Charoen Pokphan Group. Prior to this, Mr Tee worked for several
large companies and international financial institutions including
Chase Manhattan Bank, PT Fuji Bank International Indonesia. Mr. Tee
was also appointed as a Commissioner for several companies before
joining the Company.
Profil Dewan KomisarisBoard of Commissioners’ Profiles
Truba Manunggal 2008 Annual Report 95
Profil Dewan Komisaris Board of Commissioners’ Profiles
Siswanto Komisaris Independen
Komisaris Independen memiliki latar belakang militer dan pangkat
terakhirnya adalah sebagai Brigadir Jenderal TNI. Selama karir
militernya, Bapak Siswanto pernah menjabat berbagai posisi penting
misalnya pada misi PBB di Kamboja, Dosen di Sekolah Staf Komando
AD Bandung serta staf Perencanaan di Markas Besar TNI AD. Saat
ini juga menjabat sebagai Komisaris maupun Direksi pada beberapa
perusahaan besar lainnya.
Siswanto Independent Commissioner
An Independent Commissioner with a military background, he last
held the rank of Brigadier General of the Army. During his military
career, Siswanto served in a number of important positions, including
in the UN Mission at Cambodia, lecturer at the army Command Staff
School in Bandung, and a staff at the Planning Bureau, Army Head
Quarters. Currently, he also serves as Commissioner or Director at
several other major corporations.
Dari kiri ke kanan Fromlefttoright:
Hendrik TeeKomisaris Utama President Commissioner
Richard HarjaniKomisaris Commissioner
Siswanto Komisaris Independen Independent Commissioner
96 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Sidarta SidikDirektur Utama Direktur Utama, menyandang gelar Master of Science dari Universitas
Stanford, California, AS dan Bachelor of Science dari Universitas
Washington, AS. Sebelum tahun 2001, Bapak Sidik telah bekerja
untuk beberapa perusahaan di Indonesia seperti PT NTT Indonesia,
Grup Arha Graha, Grup NTT-Jepang dan AT Kearney, Inc.-AS. Saat
ini beliau juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT Truba Jaya
Engineering.
Andre Purnawan Direktur
Direktur, memperoleh gelar Master of Business Administration (MBA)
dengan spesialisasi Keuangan dan Pemasaran pada tahun 1988 dari
Universitas Indiana, AS. Sejak tahun 2006, selain diangkat sebagai
Direktur PT Truba Alam Manunggal Engineering, beliau juga Komisaris
PT Manunggal Engineering dan PT Truba Jaya Engineering, serta
direktur PT Meta Epsi. Sepanjang karirnya di tahun 1995-2006, beliau
juga menjabat sebagai Direktur pada Kelompok Sinar Mas.
Andre Purnawan Director
Director, received his Master of Business in Administration (MBA),
majoring in Finance and Marketing in 1988, from Indiana University,
Indiana USA. Since 2006, aside from being appointed as a Director
at PT Truba Alam Manunggal Engineering, he was also appointed as
Commissioners both at PT Manunggal Engineering and PT Truba Jaya
Engineering, and served as Director at PT Meta Epsi. During his career
days from 1995 to 2006, he also served as a Director for the Sinar
Mas Group.
Sidarta SidikPresident Director President Director, hold a Master of Science from Stanford University,
California, USA and a Bachelor of Science from University of
Washington, USA. Prior to 2001, Mr. Sidik had worked for several
companies in Indonesia such as PT NTT Indonesia, Artha Graha Group
as well as in overseas NTT Group-Japan and AT Kearney, Inc-USA.
He curently also serves as President Commisioners in PT Truba Jaya
Engineering.
Profil DireksiBoard of Directors’ Profiles
Truba Manunggal 2008 Annual Report 97
Profil Direksi Board of Directors’ Profiles
FX. Agus Edyono, S.lp Direktur Tidak Terafiliasi
Direktur tidak terafiliasi, memiliki latar belakang militer dan jabatan
aktif terakhirnya adalah Kolonel. Sepanjang karir militernya, beliau
pernah bertugas di Timor Timur, Timur Tengah, Maroko, Kamboja dan
Australia. Sebelum karir militernya, Bapak Edyono juga merupakan
staf operasional PT Brajamusti Citra Nusantara dan PT Usaha Kita
Makmur Bersama. Beliau meraih gelar Sarjana dari Administrasi
Negara, Universitas Terbuka, Bandung.
Shi Hong Chao Direktur
Direktur, memperoleh gelar Bachelor dan Master di bidang Teknik
Tenaga Panas Bumi dari Universitas Shanghai Jiaotong dan MBA dari
Sekolah Bisnis Internasional Cina-Eropa. Selain menjabat sebagai
Direktur, Bapak Shi juga merupakan Presiden Direktur ME sejak
November 2006. Selama periode bulan Juni 1996 hingga Oktober
2006, beliau bekerja di CHEC dan jabatan terakhirnya adalah Direktur
Operasi yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan usaha.
FX. Agus Edyono, S.lp Unaffiliated Director
Unaffiliated Director, has a military background and his last active post
was Colonel. During his military career he served in East Timor, the
Middle East, Morocco, Cambodia and Australia. Before his military
career, Mr. Edyono was part of the operational staff of PT Barajmusti
Citra Nusantara and operational staff of PT Usaha Kita Makmur
Bersama. Mr Edyono holds a Bachelor’s Degree in State Administration,
from Universitas Terbuka, Bandung (1996).
Shi Hong ChaoDirector
Director, received a Bachelor’s Degree and a Master’s Degree in Thermal
Power Engineering from Shanghai Jiaotong University and an MBA
from China-Europe International Business School. Apart from serving
as a Director, Mr. Shi also serves as President Director of ME since
November 2006. During the period of June 1996 up to October 2006,
he worked for CHEC and his latest position was Operation Director in
charge of business operations.
Dari kiri ke kanan Fromlefttoright:
Sidarta Sidik Direktur Utama President Director
Andre PurnawanDirektur Director
Shi Hong ChaoDirektur Director
FX. Agus Edyono, S.lp Direktur Tidak Terafiliasi Unaffiliated Director
98 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
Kantor Pusat | Head OfficeSentra BRI Tower II, 31st Floor
Jl. Jend. Sudirman Kav. 44-46
Jakarta 10210 - Indonesia
Phone : +62 21 5793 2255
Fax : +62 21 5793 2403
Kode Saham | Trading Symbol (TRUB)
Akuntan Publik | Independent Public AccountantTanubrata Sutanto & Rekan
Puri Imperium Office Plaza G-19
Jl. Kuningan Madya Kav. 5-6
Jakarta 12980 - Indonesia
Tel. : +62 21 8379 1616
Fax. : +62 21 8379 2397
Biro Administrasi Efek | Share RegistrarBAE (Ficomindo)
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan | Annual General Meeting of ShareholdersJakarta, July 31, 2009
Data PerusahaanCorporate Data
Truba Manunggal 2008 Annual Report 99
Laporan KeuanganFinancial Report
100 Laporan Tahunan 2008 Truba Manunggal
PT Truba Alam Manunggal Engineering TbkSentra BRI Tower II, 31st FloorJl. Jend. Sudirman No. 44-46Jakarta 10210 - IndonesiaPhone : +62 21 5793 2255Fax : +62 21 5785 2403
top related