17 - tinjauan implementasi pengembangan klaster kompetensi inti industri daerah sekjen-dibagikan
Post on 18-Oct-2015
102 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
1/46
DAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAHDAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH
Oleh: Sekretaris Jenderal
Disampaikan pada Rapat Kerja Departemen Perindustrian
11
dengan Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota di Kawasan Barat Indonesia
Surabaya, 11 14 Maret 2008
(Bahan untuk Dibagikan)
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
2/46
D FT R ISIBAGIAN I : Strategi dan Pendekatan Pengembangan Industri Nasional
A. Strategi
. en e a anC. Pengembangan Klaster Industri Prioritas
D. Pengembangan Industri Unggulan dan Kompetensi Inti Industri Daerah
BAGIAN II : Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Industri Prioritas
.
B. Klaster Industri Makanan dan Minuman
C. Klaster Industri Pengolahan Hasil Laut (Ikan)D. Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil
E. Klaster Industri Alas Kaki
F. Klaster Industri Turunan Minyak Kelapa Sawit
G. Klaster Industri Barang Kayu / Furniture (termasuk Rotan dan Bambu)
H. Klaster Industri Pengolahan Karet dan Barang dari Karet
I. Klaster Industri Pulp dan Kertas
J. Klaster Industri Mesin dan Peralatan ListrikK. Klaster Industri Petrokimia
BAGIAN III : Tinjauan Implementasi Pengembangan Industri Unggulan Daerah
A. Matrik Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Provinsi
B. Penugasan kepada Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota untuk menyusun Peta Panduan Pengembangan
Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota masing-masing
BAGIAN IV : Keterkaitan Antara Pengembangan Klaster Industri Prioritas, Industri Unggulan Provinsi, danKompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota (Studi Kasus: Kabupaten Padang Pariaman)
A. Klaster Industri Prioritas di Sumatera Barat
B. Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Provinsi Sumatera Barat
C. Penentuan Produk Unggulan Kabupaten Padang Pariaman
22
D. Rantai Usaha Olahan Kakao
E. Strategi Pengolahan Industri Kakao di Kabupaten Padang Pariaman
F. Roadmap Pengembangan Kompetensi Inti Industri di Kabupaten Padang PariamanG. Rencana Aksi Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten Padang Pariaman
2
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
3/46
1.1. StrategiStrategi dandan PendekatanPendekatanPen emban anPen emban an IndustriIndustri NasionalNasional
33
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
4/46
A.A. StrategiStrategi
a) Strategi Pokoka) Strategi Pokok
(Peningkatan Daya Saing):(Peningkatan Daya Saing):
b)b) Strategi Operasional:Strategi Operasional:
Memperkuat keterkaitan pada semuaMemperkuat keterkaitan pada semuatingkatan rantai nilaitingkatan rantai nilai
Pengembangan Lingkungan BisnisPengembangan Lingkungan Bisnisyang Nyaman dan Kondusif;yang Nyaman dan Kondusif;
rantai nilai dengan membangunrantai nilai dengan membangun
kompetensi intikompetensi inti
Peningkatan Produktivitas, Efisiensi,Peningkatan Produktivitas, Efisiensi,
fokus klaster industri prioritas; danfokus klaster industri prioritas; dan
Kompetensi IntiKompetensi Inti IndustriIndustri DaerahDaerah
Pengembangan Industri Kecil danPengembangan Industri Kecil dan
Menengah.Menengah.
4444
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
5/46
B.B. PendekatanPendekatan
Implementasi pembangunan industri nasional dilakukan secara.
Sinergi dengan daerah, dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan,yaitu :
--
Pengembangan 32 K l a s t e r I n d u s t r i P r i o r i t a s
(b a si s i n dust r i m anuf a k t u r, i n dust r i a gr o ,i nd ust r i a l a t t r ansp or t asi , i nd ust r i t e l e m a t i k a , i n d u s t r i k r e a t i f , d a n I K ,yangdipilih berdasarkan kemampuan nasional untukbersaing di pasar domestik dan internasional.
B. Bottom-UpBottom-UpPengembangan industri pengolahan komoditiunggulan daerah menuju Ko mp et ensi In t i
55
industri unggulan daerah)
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
6/46
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
7/46
D.D. PengembanganPengembangan IndustriIndustri UnggulanUnggulan dandan KompetensiKompetensi IntiInti
1. Bottom1. Bottom--up Policy:up Policy: PengembanganPengembangan KompetensiKompetensi IntiInti IndustriIndustri DaerahDaerah
n us rn us r aeraaera
MembangunkanMembangunkan komkomppeetensitensi intiinti industriindustridaerahdaerah melaluimelalui pengembanganpengembangan industriindustri
pengolahanpengolahan produkproduk--produkproduk unggulanunggulan
daerahdaerah;;TelahTelah teridentifikasiteridentifikasi produkproduk--produkproduk
unggulanunggulan daerahdaerah perper propinsi,propinsi, yangyang akanakan
PPemerintahemerintah DaerahDaerah;;
77
industriindustri beberapabeberapa kabupatenkabupaten//kotakota..
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
8/46
2. Pembangunan2. Pembangunan IndustriIndustri didi DaerahDaerah
Langkah-langkah Pengembangan
1. Menciptakan ikl im usaha dan investasi yang kondusif ,
antara lain melalui: pelayanan perizinan one stop
Hasil yang Diharapkan
Terselesaikannya ketidakserasian
karena adanya disparitas antar wilayah;service; penghapusan perda bermasalah; pemberian
insentif kepada penanam modal; pembangunan
infrastruktur
2. Mengembangkan industri unggulan provinsi, antara
lain melalui: emban unan kawasan industr i khusus
Terjadinya kerjasama antar daerah
berlandaskan kedekatan dan potensiyang sama serta masuk dalam rantai
nilai komoditi yang akan dikembangkan
kerjasama antara Propinsi, kabupaten/kota dengan
pemerintah pusat; pengembangan proyek percontohan
produk unggulan; penetapan industri unggulan melalui
perda.
Sasaran
Memanfaatkan sumber daya termasuk
.
kabupaten/kota, antara lain melalui: pemilihan komodit i
unggulan yang akan dikembangkan; penetapan dan
penyusunan strategi kompetensi inti industri daerah;
peningkatan keterampilan dan keahlian sumber daya
daerah secara optimal.
Menyebarkan industri ke berbagai
daerah.
Meningkatkan daya saing daerah
di sentra dengan pendekatan One Village One Product(OVOP).
4. Mengembangkan kerjasama antar daerah baik yang
memiliki potensi yang sama dan kedekatan daerah
er an as an eunggu an aera yangdimiliki.
Meningkatkan nilai tambah sepanjang
rantai nilai komoditi unggulan daerah.
Membangun keunikan yang dimiliki
88
maupun berdasarkan cakupan rantai nilai, melalui:
pertukaran sumber daya; pembentukan industrial
regional management (regional market, corecompetence, networking).
daerah.
Melakukan kerjasama antar daerah.
Terbangunnya kerjasama yangharmonis antar daerah.
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
9/46
3.3. IndustriIndustri UnggulanUnggulan ProvinsiProvinsi
NO PROVINSI INDUSTRIUNGGULAN1 NanggroeAcehDarussalam IndustriPengolahanHasilLaut
IndustriMinyakAtsiri2 SumateraUtara IndustriPengolahanKelapaSawit
NO PROVINSI INDUSTRIUNGGULAN16 JawaTimur IndustriPerkapalan17 Bali IndustriTelematika
IndustriBarangSeniIndustriPengolahanKaret
3 SumateraBarat IndustriPengolahanKakao4 Riau IndustriPengolahanKelapaSawit
IndustriPengolahanKelapa5 KepulauanRiau IndustriPengolahanHasilLaut
18 KalimantanBarat IndustriPengolahanKaret19 KalimantanTengah IndustriPengolahanRotan20 KalimantanSelatan IndustriPengolahanKelapaSawit21 KalimantanTimur IndustriPengolahanKakao
IndustriPengolahanKaretn ustr er apa an
6 Lampung IndustriPengolahanJagungIndustriPengolahanTepungdanPasta
7 Jambi IndustriPengolahanKelapaSawitIndustriPengolahanKaret
usa enggara ara n us r engo a an as au23 NusaTenggaraTimur IndustriPengolahanKakao
IndustriPengolahanJagung24 SulawesiUtara IndustriPengolahanKelapa
IndustriPengolahanHasilLautIndustriPengolahanKaret
9 SumateraSelatan IndustriPengolahanKaret10 BangkaBelitung IndustriPengolahanHasilLaut
IndustriBarangLogam11 Banten IndustriTekstildanProdukTekstil
26 SulawesiTengah IndustriPengolahanHasilLaut
IndustriPengolahanKakao27 SulawesiSelatan IndustriPengolahanHasilLaut
IndustriPengolahanKakao28 SulawesiBarat IndustriPengolahanKakao
12 DKIJakarta IndustriPengolahanKayuIndustriKerajinanBatuMulia/Perak
13 JawaBarat IndustriTelematikaIndustriKreatif
14 JawaTengah IndustriTekstildanProdukTekstil
29 SulawesiTenggara IndustriPengolahanKakao30 Maluku IndustriPengolahanHasilLaut31 MalukuUtara IndustriPengolahanKelapa32 Papua IndustriPengolahanKakao
IndustriPengolahanKopi
99
IndustriPengolahanKayu15 DIYogyakarta IndustriKulitdanAlasKaki
IndustriPengolahan
Kayu
33 IrianJayaBarat In ustriPengo a anHasi LautIndustriPengolahanKayu
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
10/46
2.2. TinjauanTinjauan ImplementasiImplementasiPen emban anPen emban an KlasterKlaster IndustriIndustriPrioritasPrioritas
1010
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
11/46
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
12/46
1.1. KlasterKlaster IndustriIndustri KakaoKakao
B.B. KlasterKlaster IndustriIndustri MakananMakanan dandan MinumanMinuman
Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia dengan produksi sebesar 0,45 juta ton
setelah negara Pantai Gading sebesar 1,27 juta ton dan Ghana sebesar 0,58 juta ton (pada tahun 2006).
Pada tahun 2005 telah dibentuk Forum Komunikasi Kakao, yang merupakan wadah komunikasi seluruh stake
, ,
industri serta instansi terkait baik pusat maupun daerah. Melalui forum tersebut telah dilakukan tahapan
diagnostik klaster industri kakao yang hasilnya telah ditetapkan lokus utama klaster industri kakao di
Sulawesi Selatan.
mengumpulkan seluruh stake holder perkakaoan nasional mulai dari tingkat petani, pedagang pengumpul,
eksportir, industri, serta instansi terkait baik yang membina on farm (Deptan) maupun off farmnya (Depperin
dan Depdag) dengan maksud untuk mendapatkan persepsi yang sama dalam pengembangan klaster industri
kakao.
Sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 telah dilakukan rencana aksi untuk menunjang program
peningkatan mutu biji kakao antara lain :
Menunjuk fasilitator untuk memfasilitasi Kolaborasi antar anggota klaster dengan dukungan Pemerintah
Daerah, Petani, dan industri kelapa;
, ,
Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Kabupaten Padang Pariaman dan Lampung Timur
Bantuan mesin dan peralatan pengolahan dan fermentasi biji kakao di Sumatera Barat;
Kajian Pusat Pengembangan Industri Kakao di Sulawesi;
Perbaikan planting management (budidaya tanaman, pemeliharaan/perawatan termasuk
12121212
pemberantasan hama, dan panen sering serta sarungisasi buah kakao) dalam rangka meningkatkan
produktivitas menjadi 1.000-1500 Kg/ha.
Merevisi dan menerapkan SNI biji kakao. Pembentukan dan pemberdayaan working group di Sulawesi Selatan.
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
13/46
2.2. KlasterKlaster IndustriIndustri GulaGula
Pada tahun 2005 telah ditetapkan lokus utama industri gula yaitu di Jawa Timur dan Banten.
Pada tahun 2006 telah dibentuk Forum Komunikasi Industri Gula, sebagai wadah komunikasi seluruh stake
holder industri gula yang melibatkan petani, Asosiasi, industri gula, instansi pemerintah pusat maupun daerah.
Forum Komunikasi telah merumuskan beberapa masalah pokok dalam pengembangan klaster industri gula:
PG yang berada di P.Jawa, relatif berumur teknis sudah tua, sehingga kapasitas giling dan rendemen
rendah,
Kemampuan PG untuk melakukan restrukturisasi mesin dan peralatan sangat terbatas, mengingatterbatasnya struktur permodalan;
Hampir semua PG di Pulau Jawa sangat tergantung pada petani tebu dengan lahan dan produktivitas yang
Pabrik gula rafinasi yang ada (5 pabrik) seluruhnya masih menggunakan bahan baku (raw sugar) impor;
Industri gula rafinasi belum berproduksi secara optimal (utilisasi kapasitas sekitar 70% pada thn 2007).
Pangsa pasar industri kecil dan industri rumah tangga merupakan grey area yang sering kali menyebabkan
industri gula putih mendapat kesulitan dalam menjual produknya karena kalah bersaing dengan gula rafinasi.
Dalam rangka pengembangan klaster industri gula, telah dilakukan berbagai upaya antara lain :
Menunjuk fasillitator di lokasi pengembangan klaster;
Melakukan rapat-rapat secara intensif antara industri gula, petani, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
khususnya dalam rangka revitalisasi industri gula nasional;
Menyusun kemampuan nasional di bidang industri permesinan & rancang bangun perekaysaan dalam
rangka Pembangunan Pabrik Gula Merah Putih;
Mempercepat peningkatan produktifitas tanaman melalui pembongkaran ratoon & penanaman bibit unggul;
Mengalokasikan dana sebesar Rp. 250 milyar untuk mendukung 3 pabrik gula di PTPN XIV;
13131313
Mengusulkan agar industri gula rafinasi baru harus mempunyai pasokan bahan baku dari dalam negeri;
Mempersiapkan penerapan SNI wajib gula rafinasi.
Menginventarisasi kebutuhan gula rafinasi untuk industri kecil dan industri rumah tangga; Mempertegas pengaturan peredaran gula rafinasi hanya boleh dijual untuk industri makanan dan minuman
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
14/46
3.3. KlasterKlaster IndustriIndustri KelapaKelapa
Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan tanaman kelapa terbesar di dunia dengan luas areal
3,88 juta hektar (97% merupakan perkebunan rakyat), memproduksi kelapa 3,2 juta ton setara kopra. Namun
produktivitas lahan kelapa Indonesia masih rendah di bandingkan dengan India dan Srilangka.
Pada tahun 2005 telah dibentuk Forum Komunikasi Kelapa, yang merupakan wadah komunikasi seluruh stake
holder perkelapaan nasional yang melibatkan petani/kelompok tani, pedagang pengumpul, eksportir, asosiasi
.
diagnostik klaster industri kelapa yang hasilnya telah ditetapkan lokus utama klaster industri kelapa di
Sulawesi Utara.
Pada tahun 2006 telah dilakukan kegiatan sosialisasi di berbagai daerah/sentra penghasil kelapa dengan
men um ulkan seluruh stake holder erkela aan nasional mulai dari tin kat etani, eda an en um ul,
eksportir, industri, asosiasi serta instansi terkait baik yang membina on farm (Deptan) maupun off farmnya
(Depperind dan Depdag) dengan maksud untuk mendapatkan persepsi yang sama dalam pengembangan
klaster industri kelapa.
Permasalahan utama dalam pengembangan klaster industri kelapa antara lain adalah:
Umur tanaman kelapa yang sudah tua dan sudah tidak produktif;
Rendahnya mutu kopra yang dihasilkan karena menggunakan teknologi yang sederhana;
Pengolahan kelapa secara terpadu belum banyak dilakukan, sehingga daya saing industri pengolahan
Indonesia masih sangat rendah;
pasar domestik maupun pasar internasional
Dalam rangka pengembangan klaster industri kelapa, telah dilakukan berbagai upaya antara lain :
Diagnostik dan kolaborasi antar anggota klaster dengan dukungan Pemda, Petani, dan industri kelapa;
Pemberdayaan Forum Komunikasi melalui Focused Group Discussions
14141414
Koordinasi dengan Departemen Pertanian untuk peremajaan tanaman kelapa;
Pemberian bantuan mesin untuk meningkatkan kualitas kopra, pengolahan VCO dan minyak kelapa.
Pemanfaatan kayu kelapa untuk industri furniture;
Pilot project dan bantuan peralatan industri pengolahan kelapa terpadu
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
15/46
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
16/46
5.5. KlasterKlaster IndustriIndustri PengolahanPengolahan KopiKopi
Hasil dia nostik Klaster Industri Pen olahan Ko i an dilakukan ada tahun 2005 telah diteta kan lokusKlaster Industri Pengolahan Kopi di Lampung, Bengkulu dan Sulawesi Selatan.
Pada tahun 2006 telah dilakukan kegiatan sosialisasi klaster industri pengolahan kopi di lokus dan penyusunan
blue print industri pengolahan kopi. Pada tahun ini juga telah terbentuk Forum Komunikasi yang beranggotakan
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Dep. Pertanian, Balai Besar Industri Agro, Bogor, Perguruan Tinggi, PP Kopi
a ao n ones a, em er, , un a sa a yang senan asa menga a an per emuan-per emuan
periodik guna meningkatkan kerjasama dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Bentuk fasilitasi yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian pada tahun 2007 antara lain:
Mengadakan pengembangan kemitraan antara petani kopi dengan industri pengolahan di Lampung.
,
Kabupaten Tarutung.
Membentuk dan memberdayakan Working Group di Lampung
Pemberdayaan Forum Komunikasi melalui FGD (Focused Group Discussions)
Menyusun dan menyosialisasikan roadmap Industri Pengolahan Kopi.
Peningkatan kerjasama luar negeri dan promosi dengan aktif pada sidang-sidang ICO (International Coffee
Organization) di London.
16161616
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
17/46
6.6. KlasterKlaster IndustriIndustri PengolahanPengolahan BuahBuah
Hasil dia nostik Klaster Industri Pen olahan Buah an dilakukan ada tahun 2005 telah diteta kan lokusKlaster Industri Pengolahan Buah di Jawa Barat, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan.
Pada tahun 2006 telah dilakukan kegiatan sosialisasi klaster industri pengolahan Buah di lokus dan penyusunan
blue print industri pengolahan Buah. Pada tahun ini juga telah terbentuk Forum Komunikasi yang beranggotakan
Dep. Pertanian, Balai Besar Industri Agro, Bogor, Perguruan Tinggi, ASRIM, Dunia Usaha Dunia Usaha yang
senantiasa mengadakan pertemuan-pertemuan periodik guna meningkatkan kerjasama dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Pada tahun 2006 juga telah dilakukan serangkaian inisiasi kegiatan a.l. rapat Koordinasi di Makasar, Mamuju
dan Cirebon; Pembentukan Working Group di Jawa Barat; Kemitraan antara petani buah dengan industri
, .
Bentuk fasilitasi yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian pada tahun 2007 antara lain:
Mengadakan pengembangan kemitraan antara petani buah dengan industri pengolahan di Kabupaten
Kuningan, Jawa Barat. Menin katkan mutu bahan baku Jeruk den an bantuan unit eralatan en olahan di Mamu u, Sulawesi
Barat.
Meningkatkan mutu bahan baku Markisa dengan bantuan unit peralatan pengolahan di Sulawesi Selatan.
Membentuk dan memberdayakan Working Group di Jawa Barat.
Pemberdayaan Forum Komunikasi melalui FGD (Focused Group Discussions)
olahan mangga bagi beberapa kelompok PKK
Meningkatkan promosi dan pemasaran bekerjasama dengan outlet makanan di kota Bandung.
Mengadakan pertemuan produsen olahan mangga skala kecil dengan pedagang dan industriawan skala
menengah dan besar di Kabupaten Kuningan.
17171717
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
18/46
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
19/46
Hasil diagnostik industri TPT yang dilakukan pada tahun 2005 di wilayah Bandung Selatan menggambarkan
D.D. KlasterKlaster IndustriIndustri TekstilTekstil dandan ProdukProduk TekstilTekstil
, ,suatu klaster sudah terbentuk, namun pada kenyataannya dari populasi industri yang ada masih terdapat
beberapa industri yang belum terkait baik dalam penggunaan bahan baku maupun pemasaran produknya di
luar populasi klaster.
Pada tahun 2006 telah terbentuk Workin Grou an beran otakan industri inti dari bebera a kelom ok
garmen dan indutri terkait dari kelompok pemintalan dan industri tekstil terintegrasi dan kegiatan penunjang
seperti Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (ST3), Akademi Tekstil Bandung (ATB), Balai Besar Tekstil (BBT) danDinas Indag Jabar yang senantiasa mengadakan pertemuan-pertemuan periodik guna meningkatkan
kerjasama dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Sementara ditingkat nasional telah terbentuk Steering Committe yang memberikan arahan-arahan bagi
pengembangan klaster industri TPT yang memang sudah tumbuh secara alamiah tidak hanya di Bandung
Selatan tetapi juga di Cimahi, Semarang, Surakarta dan Pekalongan.
Bentuk fasilitasi yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian pada tahun 2007 antara lain: enga a an pe a an ang sa n pa a an a mo ern, co on c asser, , y ng
finishing serta audit energy. Disamping itu juga diadakan pelatihan pengembangan serat rami sebagai
bahan baku alternatif.
Mengkoordinasikan penanganan limbah batubara untuk pembuatan bata press.
Melakukan rekondisi mesin bebera a industri emintalan dan en em urnaan di Ma ala a dan
Pekalongan Membuat Kajian Pengembangan Industri TPT Nasional
Pemberdayaan working group melalui FGD-FGD (Focused Group Discussions).
19191919
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
20/46
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
21/46
Melakukan pelatihan terhadap 180 orang SDM Industri Alas kaki dibidang teknologi proses, Enterpreneur
Klaster industri alas kaki (lanjutan)
Motivation Training dan Manajemen Pemasaran dan Keuangan untuk meningkatkan kemampuan dalamteknologi proses dan kemampuan mengelola keuangan dan pemasaran khususnya bagi IKM alas kaki
yang akan bergabung dalam klaster sebagai mitra pemasok bagi Industri Besar alas kaki dalam rangka
mempercepat pengembangan dan pembangunan klaster industri alaskaki.
mendapatkan modal kerja terutama bagi IKM klaster.
Melakukan sosialisasi tentang keunggulan pengembangan industri alas kaki dengan klaster dalam rangkamobilisasi perusahaan bergabung dengan klaster serta diseminasi rencana aksi klaster di Jawa Barat.
Mengadakan promosi yang bersifat internasional didalam negeri dan luar negeri secara bersama-sama,
ya u :
Indo Leather and Footwear (ILF) yang bertempat di PRJ Kemayoran Jakarta bekerja sama dengan
Event Organizer dengan peserta sekitar 200 perusahaan.
Global Shoes di Dusseldorf (Jerman) dengan 17 perusahaan peserta yang sebagian berasal dariJawa Timur dan meru akan an ota klaster.
Melakukan pertemuan dengan perwakilan UE, FESI dan KBRI guna peningkatan ekspor ke UE dengan
memanfaatkan kesempatan Anti Dumping yang dikenakan kepada Vietnam dan China.
Mengadakan Seminar Internasional Pengembangan Industri Alas kaki Nasional dengan mengundang
pembicara dari Luar Negeri (FESI) guna sosialisasi kemampuan industri alas kaki dalam negeri serta
, .
lanjut seminar tersebut, beberapa pengusaha China dan Taiwan mengadakan kunjungan dan pertemuan
dengan beberapa industri alas kaki di Jawa Timur dalam rangka penjajakan kerjasama investasi.
Melakukan kunjungan ke China dalam rangka tindak lanjut MOU tahun 2006 antara Aprisindo dan Asosiasi
Kulit dan Alas kaki China. Sebagai hasil kunjungan ini pada tahun 2008 pemerintah China akan
21212121
mengirimkan expert untuk mengadakan pelatihan SDM industri alas kaki dan industri penyamakan kulit
guna peningkatan mutu hasil produksi.
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
22/46
Pada tahun 2006 produksi CPO mencapai 15,9 juta Ton, sedangkan industri olahannya menggunakan CPO
F.F. KlasterKlaster IndustriIndustri TurunanTurunan MinyakMinyak KelapaKelapa SawitSawit
, ,Stearin, RBD Palm Oil, Crude Palm Kernel Oil, RBD PKO, oleokimia 0,85 juta ton dan biodiesel 0,09 juta ton.
Pada tahun 2005 telah ditetapkan lokasi pengembangan klaster industri kelapa sawit di dua lokasi utama
yaitu, Sumatera Utara dan Riau. Dan pada tahun 2006 sudah terbentuk Forum Komunikasi Industri Kelapa
Sawit di kedua daerah tersebut.
Beberapa permasalahan utama pada klaster industri turunan minyak kelapa sawit:
Tidak seimbangnya kapasitas industri hilir dengan produksi kelapa sawit/ CPO terlebih lagi dengan minatpara investor yang sangat besar terhadap pembangunan pabrik biodiesel.
Tidak terintegrasinya industri CPO dengan industri hilirnya.
Harga CPO internasional cukup baik sehingga CPO cenderung diekspor.
Permasalahan bahan baku ini mengakibatkan utilisasi industri khususnya industri minyak goreng sawit
dalam negeri masih rendah (tahun 2006: sekitar 49 % atau sekitar 7,59 Juta ton dari pasar ekspor minyak
nabati dunia sebesar lebih dari 58 Juta ton).
oleokimia di Medan, Batam dan Dumai
Penguasaan R&D produk hilir turunan CPO masih lemah.
Khusus untuk industri biodiesel, harga methanol sebagai bahan penolong meningkat tajam.
Masih terbatasnya kemampuan di bidang pembuatan mesin/peralatan;
Adanya kampanye negatif terhadap produk kelapa sawit di pasaran Internasional CPO Indonesia belum mampu memenuhi persyaratan tertentu khususnya kandungan betacarotene yang
masih kurang dari 500 ppm.
Infrastruktur pelabuhan curah cair hanya terdapat di wilayah Sumatera yaitu Belawan dan Dumai dengan
fasilitas terbatas.
22222222
Harga minyak goreng dalam negeri meningkat cukup tajam akibat naiknya harga CPO internasional
Perbedaan perlakuan oleh Pemerintah terhadap BBM bersubsidi dengan BBN (Biodiesel) tanpa subsidi
dan adanya fluktuasi harga CPO, menyebabkan produsen cenderung mengekspor biodiesel karena tidakmampu bersaing secara keekonomian dengan BBM subsidi.
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
23/46
Pada tahun 2007 telah dilakukan upaya berbagai pemecahan masalah terutama adalah:
Klaster industri turunan minyak kelapa sawit (lanjutan)
hilirnya serta dengan Pemerintah Daerah.
Pemberdayaan working group melalui FGD (Focused Group Discussions)
Melakukan kajian pengembangan infrastruktur untuk mendukung pengembangan klaster industri CPO di
Sumatera Utara,
Melakukan inisiasi pembentukan Pusat Keunggulan Industri oleokimia (Center of Excellence for
Oleochemical Industry) dalam rangka skema IJEPA. Pusat ini dibentuk untuk meningkatkan daya saing
industri oleokimia melalui peningkatan penelitian dan pengembangan, peningkatan kemampuan SDM dan
peningkatan mutu.
Pen usunan blue rint en emban an industri oleokimia
Mendorong pengembangan industri permesinan dalam rangka pengembangan klaster industri CPO;
Peningkatan pasokan CPO/PKO melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal perkebunan sawit
dan mengutamakan pasokan industri dalam negeri;
Secara aktif berpartisipasi dalam Roundtable on Suistanable Palm Oil, suatu forum yang bertujuan untukmen orong pengem angan n us r e apa saw yang sesua engan a a - a a pem angunan
berkelanjutan.
Pengenaan Pungutan Ekspor untuk CPO, CPKO dan beberapa produk turunannya;
Penerapan PPN yang ditanggung oleh Pemerintah untuk produksi minyak goreng curah;
Melakukan penjualan minyak goreng dengan harga khusus.
23232323
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
24/46
G.G. KlasterKlaster IndustriIndustri BarangBarang KayuKayu/Furniture (/Furniture (termasuktermasuk RotanRotandandan BambuBambu))
Pada tahun 2005 telah ditetapkan tiga lokasi klaster pengembangan industri furniture yaitu Jawa Tengah, Jawa
Barat dan Jawa Timur.
Untuk mendukung pengembangan klaster industri furniture, pada tahun 2006 telah dibentuk Forum Komunikasi
Industri furniture.
Beberapa permasalahan utama pada klaster industri barang kayu/furniture adalah:
Munculnya pesaing baru yang sebagian besar menggunakan kayu illegal dari Indonesia; Design dan finishing produk furniture Indonesia kurang memiliki nilai estetika yang tinggi;
Kurangnya pasokan bahan baku untuk industri furniture;
anya asp ras ar aera pro usen a an a u un u mengem ang an n us r urn ure aera nya;
Tuntutan ekolabel untuk pasar dunia atas produk kayu tropis
Beberapa hal yang telah dilakukan terutama untuk pemecahan masalah adalah:
Mengadakan pertemuan secara intensif antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan produsen, .
Pemberdayaan working group melalui FGD (Focused Group Discussions)
Memfasilitas terbentuknya pusat design furniture di Cirebon
Memfasilitasi kerjasama antara Daerah penghasil bahan baku dengan Daerah produsen furniture;
Melakukan kajian tekno ekonomis pemanfaatan kayu kelapa sawit dan karet sebagai bahan baku industri
furniture; Memfasilitasi kerjasama antara asosiasi dan pengusaha furniture, Pemda dan Perhutani dalam rangka
pembangunan terminal kayu di Jawa Timur dan Jawa Tengah
Pembangunan Pusat Pengembangan Industri Rotan Terpadu di Palu;
24242424
Menyusun Roadmap pengembangan industri rotan
Bantuan peralatan khususnya untuk pengolahan dan pengeringan kayu ke beberapa sentra industri dalam
rangka meningkatkan mutu produk kayu.
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
25/46
Pada tahun 2005 telah ditetapkan tiga lokasi yaitu Sumatera Utara untuk produk karet berbasis lateks, Jambi
H.H. KlasterKlaster IndustriIndustri PengolahanPengolahan KaretKaret dandan BarangBarang daridari KaretKaret
.Pada tahun 2006 telah dibentuk Forum Komunikasi Industri Karet di daerah tersebut.
Beberapa permasalahan utama pada klaster industri pengolahan karet dan barang dari karet adalah:
Permasalahan di bidang Karet Alam (On Farm) seperti masih rendahnya produktivitas tanaman, masih
rendahnya kualitas bokar
Besarnya kapasitas terpasang pabrik crumb rubber jauh melebihi ketersediaan bahan olah karet (600.000 ton
> kemampuan produksi bokar) Masih lemahnya dukungan prasarana dan sarana (akses ke kebun dan pelabuhan).
Masih kurangnya dukungan R & D yang difokuskan pada pengembangan produk karet
tangan hanya mencapai 40%.
Iklim usaha yang masih belum kondusif seperti pengenaan PPN terhadap beberapa jenis beberapa jenis
produk hulu karet dan pengenaan BMAD Carbon Black serta belum adanya insentif untuk mengurangi impor
barang-barang karet
Beberapa hal yang telah dilakukan terutama untuk pemecahan masalah adalah:
Mengadakan pertemuan secara intensif antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan produsen
karet, dan industri turunan karet.
Pemberdayaan working group melalui FGD (Focused Group Discussions)
em as as pen ng a an paso an gas um un u n us r sarung angan
Upaya untuk menghapuskan BMAD Carbon Black;
Upaya untuk memasukkan perizinan industri Crumb Rubber dengan persyaratan khusus;
Penerapan SNI wajib untuk beberapa jenis ban;
Melakukan pendekatan dengan beberapa industri utama untuk melakukan investasi di Indonesia;
25252525
Mengirim surat kepada seluruh Gubernur produsen bahan olahan karet untuk membina petani/industri agar
memenuhi SNI crumb rubber;
Bantuan peralatan pembuatan aneka compound untuk peningkatan kualitas produksi barang-barang karet diBandung, Jawa Barat.
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
26/46
Pada tahun 2005 telah dibentuk Forum Komunikasi dan telah ditentukan lokus pengembangan klaster industri pulp
I.I. KlasterKlaster IndustriIndustri PulpPulp dandan KertasKertas
dan kertas yaitu di Riau yaitu untuk industri pemasok bahan baku dan industri pulp & kertas serta di Jawa Baratuntuk diversifikasi industri produk kertas dan percetakan.
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh klaster industri pulp dan kertas adalah:
HTI belum sepenuhnya mampu memasok seluruh kebutuhan bahan baku industri pulp.
- ,
Meningkatnya harga kertas bekas yang selama ini masih diimpor untuk memenuhi kebutuhan baku industri
kertas di dalam negeri. Munculnya tuduhan dumping dari negara-negara pesaing.
Masih terjadinya tumpang tindih berbagai pungutan termasuk retribusi pemanfaatan hasil hutan.
Munculnya masalah lingkungan karena sebagian preusan belum menerapkan pengelolalan limbah buangan
industri yertas yang benar.
Operasi illegal logging yang sebenarnya bertujuan baik, dalam pelaksanaannya seringkali menyebabkan
tindakan yang berlebihane erapa a yang e a a u an eru ama un u pemeca an masa a a a a :
Melakukan koordinasi secara intensif antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan produsen
bahan baku, dan industri Pulp dan kertas.
Pemberdayaan working group melalui FGD (Focused Group Discussions)
Men u a akan enin katan efisiensi roduksi melalui : enera an cleaner roduction konservasi ener i dan
menggunakan bahan bakar alternatif yang lebih murah, seperti : batubara, biodiesel, dll. Melakukan kerjasama dengan Departemen Kehutanan untuk percepatan realisasi tanaman HTI dan
penggunaan bibit tanaman dari klon unggul yang memiliki produktivitas tinggi dan waktu panen lebih cepat.
Meningkatkan kolektivitas kertas bekas di dalam negeri.
26262626
-
rangka memenuhi standar baku mutu lingkungan yang berlaku.
Meningkatkan kerjasama diantara Industri Pulp dan Kertas nasional melalui wadah Asosiasi Pulp dan KertasIndonesia (APKI) untuk melakukan lobi ke berbagai pihak terkait terkait kepentingan Industri Pulp dan Kertas.
Penyusunan SOP penanganan limbah industri pulp dan kertas
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
27/46
J.J. KlasterKlaster IndustriIndustri MesinMesin dandan PeralatanPeralatan ListrikListrik
mendapatkan peta kemampuan dan program pengembangan untuk mendukung Program percepatan
pembangunan PLTU Batubara 10.000 MW dan kemandirian pembangunan ketenagalistrikan dalam jangka
panjang.
,
pemerintah terkait lainnya dalam rangka mendukung kemampuan pembuatan turbin oleh industri dalam
negeri yang tertuang dalam MOU antara PT NTP, PT Barata Indonesia, PT Pindad, BPPT dan Depperin. Pada saat ini sudah terbentuk kolaborasi antara EPC nasional dengan industri mesin/peraltan listrik
khususnya untuk pembangunan PLTU Batubara skala kecil dan menengah utamanya di luar Jawa.
27272727
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
28/46
Lokus Klaster Industri Petrokimia yaitu Banten untuk industri petrokimia berbasis olefin, Jawa Timur untuk industri
K.K. KlasterKlaster IndustriIndustri PetrokimiaPetrokimia
. Pada tahun 2006 telah dilakukan kegiatan sosialisasi klaster industri petrokimia di 3 (tiga) lokus tersebut. Dari hasil
sosialisasi tersebut telah terbentuk Forum Komunikasi di Banten dan di Kalimantan Timur.
Permasalahan utama industri petrokimia di Banten adalah pasokan bahan baku yang masih impor, infrastruktur
- .
Kalimantan Timur permasalahan utamanya adalah kesinambungan pengadaan bahan baku gas bumi.
Beberapa hal yang telah dilakukan pada tahun 2006 adalah:
Peningkatan utilisasi;
Pen uatan struktur industri etrokimia an terkait ada semua tin kat dalam rantai nilai value chain
Meningkatkan kemampuan alih teknologi dengan memanfaatkan lisensi teknologi proses petrokimia C-1, Olefin
dan Aromatik yang habis masa lisensinya berdasarkan inovasi teknologi dalam negeri;
Mengaplikasikan lisensi teknologi proses industri urea yang dikembangkan bersama pemilik lisensor;
Melakukan sinergi dalam penelitian teknologi proses industri polimer seperti alkyd resin, unsaturated polyester, .
Beberapa hal yang telah dilakukan pada tahun 2007 adalah:
Mengadakan pertemuan secara intensif antara industri petrokimia hulu dan hilir, pemasok bahan baku dan
Pemerintah Daerah.
Melakukan kajian pengembangan infrastruktur di Banten dan Jawa Timur, Memfasilitasi pemanfaatan batubara baik sebagai bahan bakar untuk utilitas maupun sebagai bahan baku melalui
proses gasifikasi;
Melakukan inisiasi pembentukan Pusat Keunggulan Industri Petrokimia (Center of Excellence for Petrochemical
28282828
n us ry a am rang a s ema . usa n en u un u men ng a an aya sa ng n us r pe ro m a
melalui peningkatan litbang, peningkatan kemampuan SDM dan peningkatan mutu.
Penyusunan blue print pengembangan industri petrokimia; Pembentukan Pusat Informasi industri petrokimia di Banten.
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
29/46
3.3. TinjauanTinjauan ImplementasiImplementasiPen emban anPen emban an IndustriIndustri Un ulanUn ulanDaerahDaerah
2929
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
30/46
A.A. MatriksMatriks IndustriIndustri PengolahanPengolahan KomoditiKomoditi UnggulanUnggulan ProvinsiProvinsi
ate
raUta
ra
ate
raB
arat
u ula
uanRia
u
pung
bi
gkulu
ate
raS
elata
n
gka
Belit
ung
ten
IJak
arta
aB
arat
aT
engah
Yogyak
arta
aTim
ur
i imanta
nB
arat
imanta
nT
engah
imanta
nS
elata
n
imanta
nTim
ur
B T awesiU
tara
rontalo
awesiT
engah
awesiS
elata
n
awesiB
arat
awesiT
enggara
luku
luku
Uta
ra
ua
nJa
yaB
arat
al
No Indus tr i PengolahanNo Indus tr i Pengolahan
NA
Su
Su
Ria
Ke
La
Ja
Be
Su
Ba
Ba
DK
Ja
Ja
DI
Ja
Ba
l
Kal
Kal
Kal
Kal
NT
NT
Sul
Go
Sul
Sul
Sul
Sul
Ma
Ma
Pa
Iria
To
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
A Makanan, Minum an & Tembakau
1 Industri Pengolahan Kelapa Sawit 9 2 5 8 6 2 2 3 3 6 3 49
2 Industri Pengolahan Kelapa 6 8 8 2 3 5 6 6 4 7 55
4 Industri Pengolahan Kakao 6 6 7 1 5 6 5 4 7 6 53
5 Industri Pengolahan Lada 6 3 6 15
6 Industri Pengolahan Gula Aren 6 6
7 Industri Pengolahan Pala 8 8
8 Industri Berbasis Tebu/gula 3 3 6
9 Industri Pengolahan Kopi 4 5 9 1 5 4 6 34
10 Industri Pengolahan Jagung 7 2 5 3 6 23
11 Industri Pengolahan Tepung & Pasta 6 6 12
12 Industri Pengolahan Mete 2 2 4
13 Industri Baw ang Merah 2 2
15 Industri Rokok / Tembakau 6 1 7
16 Industri Garam Beryodium 3 3
17 Industri Pengolahan Buah 9 4 3 5 5 26
B Teks til, Barang Kulit & Alas k aki
1 Industri Kulit dan Alas kaki 1 2 11 5 3 22
3030
2 Industri Keraj Sulaman / Tenun 4 3 12 4 23
3 Industri Tekstil & Produk Tekstil 9 3 5 4 13 34
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
31/46
tara
arat
Ria
u
Selata
n
litung
t ah rt
ar B
arat
Tengah
Selata
n
Tim
ur
tara
engah
elata
n
arat
enggara
ra arat
NAD
Sum
ate
ra
Sum
ate
ra
Ria
u
Kepula
uan
Lampung
Jambi
Bengkulu
Sum
ate
ra
Bangka
Be
Bante
n
DKIJ
akar
t
JawaB
ara
JawaT
en
DIY
ogyak
JawaTimu
Ba
li
Kalim
anta
Kalim
anta
Kalim
anta
Kalim
anta
NTB
NTT
Sula
wesi
Gorontalo
Sula
wesi
Sula
wesi
Sula
wesi
Sula
wesi
Maluku
Maluku
Ut
Papua
Iria
nJa
ya
Total
No Indus tr i Pengolahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
C Barang Kayu & Hasil Hutan
1 Industri Pengolahan Rotan 5 9 2 6 1 4 6 3 6 42
No Indus tr i Pengolahan
2 Industri Kerajinan Purun / Anyaman 4 3 1 4 12
3 Industri Pengolahan Kayu 1 8 5 4 1 1 10 2 5 1 38
4 Industri Gambir 7 2 9
D Pupuk , Kim ia & Barang dari Kare t
1 Industri Pengolahan Karet 8 5 9 8 4 3 1 6 11 6 61
3 Industri Minyak Jarak 9 1 4 14
4 Industri Olefin/Petrokimia 5 5
E Seme n & Bahan Galian Non L ogam
1 Industri Genteng / Batubara 2 2
2 Industri Semen 5 1 6
F Log am das ar, Bes i & Baja
1 Industri Barang Logam 2 2 3 6 13
G Alat A ng k ut , Mes in & Per alatan
1 Industri Perkapalan 4 6 1 2 13
2 Industri Alsintan 4 15 19
3 Industri Sk. Cadang / Komp. Otomotif 10 4 14
4 Industri Telematika 1 1 2
H Barang lainnya
1 Industri Perhiasan 1 4 5
2 Industri Kreatif 1 1
3 Industri Barang Seni 1 1
4 Industri Kerajinan Batu Mulia / Perak 1 2 1 1 5
3131
5 Industri Kerajinan Gerabah 1 2 6 9
1. Angka di dalam matriks menunjukkan jumlah kabupaten/kota yang memiliki industri pengolahan tertentu di suatu provinsi
2. Kotak yang diarsir merupakan produk prioritas yang akan ditangani dalam w aktu jangka menengah
Catatan:
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
32/46
B.B. PenugasanPenugasan kepadakepada DinasDinas PerindustrianPerindustrian KabupatenKabupaten/Kota/Kotauntukuntuk menyusunmenyusun PetaPeta PanduanPanduan PengembanganPengembangan
KompetensiKompetensi IntiInti IndustriIndustri KabupatenKabupaten/Kota/Kota masingmasing--masingmasing Saat ini seluruh provinsi (33 provinsi) telah memiliki peta panduan pengembangan industri unggulan provinsinya
masing-masing.
Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota diharapkan dapat menyusun peta panduan pengembangan kompetensi inti
industri daerahnya masing-masing sesuai denganoutline berikut:
1. GAMBARAN KABUPATEN/KOTA SAAT INI
Disa ikan PDRB er sektor berdasarkan har a berlaku tahun ........
2. PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN
No
Komoditi UnggulanLuas Areal
(Ha)
Potensi
(Ha)
Produksi
(Ton)
Jumlah
Petani (KK)
Industri
(unit)
3. PENENTUAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH
(Contoh: Kabupaten Padang Pariaman)
UNGGULAN
bordir
kelapa terpadu
kakao
batu bata
UNGGULANPRIORITAS
kakao
pengolahankelapa terpadu
UNGGULAN FOKUS
produk olahankakao
3232Kompetensi Inti Industri Daerah: Industri produk olahan kakao fermented (mengolah hingga menjadi kakaopasta, bubuk, lemak, dan cair).
makanan ringan
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
33/46
4. KEKUATAN, PERMASALAHAN, PELUANG DAN TANTANGAN (SWOT) INDUSTRI ........
(Sesuai dengan kompetensi inti industri daerah)
a. Kekuatan: data roduksi, eks or, nilai tambah, tena a ker a, investasi, struktur industri industri inti,
penunjang, terkait)b. Permasalahan:
c. Peluang:
d. Tantangan: termasuk persaingan (dalam negeri dan luar negeri)
5. TARGET PENGEMBANGAN INDUSTRI.......
a. Jangka Menengah 2010-2015
b. Jangka Panjang 2016-2030
6. STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI.....
7. RENCANA TINDAKa. Rencana Tindak Jangka Menengah (2010-2015)
No
Rencana Tindak
Pemangku Kepentingan
Pusat Daerah Swasta Lain-Lain
1. Penanganan Usaha Tani danPenanggulangan Hama PBK
Deptan, Puslit.Kakao Jember
Pemda,Disbun, Unhas
Askindo, Apkai,Aiki, Apikci
Asean, CocoaClub.
2. ........ dst
- -.
NoRencana Tindak
Pemangku Kepentingan
Pusat Daerah Swasta Lain-Lain
1. Penanganan Usaha Tani dan Deptan, Puslit. Pemda, Askindo, Apkai, Asean, Cocoa
3333
, , .
2. ........ dst
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
34/46
8. KERANGKA PENGEMBANGAN KOMPETENSI INTI SEKTOR INDUSTRI PROVINSI................
Mencakup: a) Sasaran Jangka Menengah (2010-2015); b) Sasaran Jangka Panjang (2016-2030); c)
Strategi; d) Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Menengah (2010-2015); e) Pokok-pokok Rencana Aksi
- .
3434
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
35/46
9. LOKASI PENGEMBANGAN
(Lokasi pengembangan saat ini dan arah ke depan: sesuaikan dengan rencana umum tata ruang)
10. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI .
11. PENUTUP
LAMPIRAN
A. Proyeksi Pertumbuhan KomoditiB. Proyeksi Ekspor
3535
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
36/46
4.4. KeterkaitanKeterkaitan AntaraAntara
PrioritasPrioritas,, IndustriIndustri UnggulanUnggulanrov nsrov ns anan ompe ensompe ens nn
IndustriIndustri KabupatenKabupaten/Kota/KotaStudi Kasus: Kabupaten Padang PariamanStudi Kasus: Kabupaten Padang Pariaman
3636
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
37/46
A.A. KlasterKlaster IndustriIndustri PrioritasPrioritas didi Sumatera BaratSumatera Barat
,2007 telah dilakukan rencana aksi untuk menunjang program peningkatan mutu biji kakao. Khusus untuk
Provinsi Sumatera Barat telah diberikan bantuan mesin dan peralatan pengolahan dan fermentasi biji
kakao.
,
tahapan diagnostik, sosialisasi dan mobilisasi, disepakati dua lokasi/daerah pengembangan industri semen
yaitu Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.
B.B. IndustriIndustri PengolahanPengolahan KomoditiKomoditi UnggulanUnggulan Sumatera BaratSumatera Barat
Telah teridentifikasi industri pengolahan komoditi unggulan di provinsi Sumatera Barat, yaitu:
Industri pengolahan kakao (6 kabupaten/kota)
Industri pengolahan makanan ringan (7 kabupaten/kota)
Industri kulit dan alas kaki (1 kabupaten)
Industri tekstil dan produk tekstil (9 kabupaten/kota) Industri gambir (7 kabupaten/kota)
Industri minyak atsiri (9 kabupaten/kota)
37373737
n us r m nya ara a upa en o a
Industri semen (5 kabupaten/kota)
Industri alsintan (15 kabupaten/kota)
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
38/46
C.C. PenentuanPenentuan ProdukProduk UnggulanUnggulan KabupatenKabupaten PadangPadang PariamanPariaman
DAFTAR
PANJANG
DUA
PRODUK KOMPETENSIRANTAI
SATU
PRODUK
PRODUK
UNGGULAN
PRIORITAS
FOKUS
Bordir
Kelapaterpadu
a ao
Pengolahan
Kelapa
ro u
Olahan
Kakao
Batu bata Makanan
ringan
3838
KRITERIA NGT/ AHP FGD/ NGT AHP & Borda
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
39/46
D.D. RantaiRantai UsahaUsaha OlahanOlahan KakaoKakao
Kakao
siap
panen
Dipetik kupas
Pisah
bijiPeng-
eraman
Fermen
tasi
hari
Kelas
A
2-3 hari 4 hari
85-100 biji /bin con
Dijemur
Pilah
biji
Kelas
Masuk
karung
goni
2-3 hari
60kg
BLebih besar 100/ biji /bin con
Pasar DNDistributor
Tani
Pengumpul Biji Kakao Koperasi Pabrik CoklatPedagang besar
3939Pasar LNEksportir
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
40/46
E.E. StrategiStrategi PengembanganPengembangan IndustriIndustri KakaoKakao didi PariamanPariaman
Fokus : Industri Pen olahan Kakao
Kompetensi Inti : Kemampuan mengolah biji kakao, ,
coklat
Tujuan : Meningkatkan Nilai Tambah di
4040
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
41/46
F.F. Road MapRoad Map PengembanganPengembangan KompetensiKompetensi IntiInti IndustriIndustri
Strategi Jangka Pendek Jangka Menengah
Menin katkan 1. Menin katkan mutu bibit kakao di Kabu aten 1.Pen unaan bahan baku
Pembuatan clone-
clone baru untukbibit kakao yang
tahan lama melalui
Padang Pariaman
2. Mendapatkan dan meningkatkan dalampembuatan clone-clone baru untuk bibit kakao
an tahan lama.
berkualitas baik :
meningkatkan dalam pembuatanclone-clone baru untuk bibit kakao
an tahan lama melalui erluasan
perluasan lahan
kakao
- Kerjasama dengan Lembaga Penelitian
- Menyediakan dan pembudidayaan bibit unggul
3. Penggunaan teknologi pertanian
- Pelatihan etani
lahan kakao
2. Peningkatan produktivitas lahan:
Penggunaan tanaman tumpang sari
Kela a Pisan Kakao dan- Memberi pendampingan mulai pra-tanam
hingga pasca-panen (menyiapkan lahan,
mengatur jarak tanam, memupuk,
memelihara, cara dan waktu emanenan,
tanaman antara yang
memaksimumkan penggunaan
lahan dengan tetap memelihara
kualitas ohon kakao
memilih tanaman antara)- Memberi contoh cara bercocok tanam kakao
yang benar (mengadakandemonstration plot)
4. Peningkatan produktivitas lahan :
4141
- Penyesuaian sistem bertanam kakao dengan
pola bertani masyarakat Padang Pariaman
Road Map Pengembangan Kompetensi Inti. (lanjutan)
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
42/46
Strate i Jan ka Pendek Jan ka Menen ah
Peningkatan kualitas biji
kakao
Peningkatan dari unfermentasi menjadi
fermentasi (menyediakan alat permentasi
dan pengeringan)
1. Pengawasan kualitas produk kakao produksi
Padang Pariaman
2. Sertifikasi kualitas produk kakao Padang
Pariaman
3. Inovasi dalam peningkatan kualitas (kerjasama
dengan lembaga pengembangan teknologi)
4. Kerjasama dengan balai penelitian dan perguruan
tinggi (Baristand Padang, UNAN, IPB)
Penguasaan teknologi
pengolahan kualitas tinggi
Mengembangkan kemampuan dalam
bidang teknologi produksi sesuai standar
-Pelatihan instruktur
-Bantuan teknik produksi
-
Pembangunan PPC (Pusat Pengembangan Coklat)
yang memfasilitasi pengolahan dan pengujian mutu
Memperkenalkan industri
coklat Padang Pariaman di
dalam negeri/luar negeri
- Promosi kepada buyer di dalam /di luar
negeri melalui pameran nasional dan
internasional
1. Hubungan perdagangan langsung dengan buyer
di dalam/di luar negeri dan dalam negeri
industri kakao dengan parapetani kakao
-
kakao&produksi kakao- Membentuk jaringan dengan lembaga-
lembaga penelitian petani dan industri
/ perguruan tinggi
industri produk lanjutan
4242
Mengembangkan industri
berbasis coklat pada pangan
Mengembangkan teknologi dengan bantuan
Baristan Padang
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
43/46
G.G. RencanaRencana AksiAksi PengembanganPengembangan KompetensiKompetensi IntiInti IndustriIndustri
No Rencana Aksi
2008
2009
2010
2011
2012
Stakeholder
1Perumusan Organisasi dan Bisnis Plan PPC (Pusat
Pengembangan Coklat)
Depperin, IPB
2 Pembangunan PPC Depperin
3 Pembangunan Sekolah Kakao (SMK) Depperin,
4 Perumusan Kawasan Industri Depperin, ITB
5 Pembangunan Contoh Pabrik Depperin
6 Perumusan dan Perencanaan Pemusatan Industri Depperin
, , ,
8 Pembentukan Kelembagaan Kelompok Petani Deptan
9 Fasilitasi Magang Depperin
10 Peningkatan Mutu Olahan Kakao Baristan,BBIA, BBIHP
11 Peningkatan Kerjasama Dengan Daerah Lain Depperin,Deptan,BBIHP
on or ng an va uas epper n
13 Pengembangan Kawasan Industri Pariaman Depperin14 Peranan Bantuan Pemasaran Depdag, Askindo
15 Pengadaan Peralatan Untuk PPC Depperin
Depperin,BBIA,BBIHP,
4343
Baristan
17Seminar dan Pameran Internasional tentang
kakao/coklat di Padang PariamanDepperin, Askindo,BBIA
Rencana Aksi Pengembangan Kompetensi Inti (lanjutan)
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
44/46
g g p ( j )
No Rencana Aksi2008
2009
2010
2011
2012
Stakeholder
1 Perizinan/persyaratan Sekolah Dikora, Bapeda
DAERAH
2 Penyusunan Kurikulum Muatan Lokal untuk SMK Dikora
3 Penyediaan Lahan Kawasan Industri Koperindag, DPRD
4 Pembangunan Gedung PPC & Kawasan Koperindag, Bapeda5 Implementasi Pemasaran Koperindag, Askindo
6 Perumusan Kelembagaan Kawasan Industri Koperindag, DPRD
7 Badan Promosi Pariaman (pemusatan untuk kakao)Koperindag, Badan Promosi
Padpar
8 Fasilitasi Infrastruktur Kawasan Dinas PU, DPRD
9 Pengadaan Personil (PPC, Kawasan,Badan,Balai, dan Koperindag, Bapeda
10 Pendirian Badan/Kawasan Industri Koperindag, Bapeda
11 Balai Penelitian dan Pengembangan KakaoDipertambun, UNAN, Baristan
Padang
4444
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
45/46
NilaiNilai--nilai yang memotorinilai yang memotori
I novatif
D aya saing berkelanjutan
O rientasi pasar globalN etworkingE fisien dan ProduktifS iner i antar sektor
I ptekA liansi strategis
4545
RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN26 29 Februari 2 8
RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN26 29 Februari 2 8 4545
4646
-
5/28/2018 17 - Tinjauan Implementasi Pengembangan Klaster Kompetensi Inti Industri Daerah Sekjen-dibagikan
46/46
4646
top related