1 analisis data kualitatif
Post on 30-Nov-2015
136 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Page
| 1
ANALISIS DATA KUALITATIF
ANALISIS BERKETERUSAN
Analisis data dalam penelitian kualitatif cenderung merupakan interim analysis, yakni proses
yang berketerusan dan tidak linear:
(a) Istilah ini (interim analysis)memperlihatkan bahwa pengumpulan dan analisis data dilakukan
secara serempak (bolak balik) selama kegiatan penelitian berlangsung tanpa ada garis
pemisah yang jelas. Analisis data dilakukan walaupun pengumpulan data belum selesai.
(b) Analisis berlangsung sampai proses atau topic yang diminati oleh si peneliti difahami
(sampai habis waktu dan sumber daya yang bisa disediakan).
MEMOING
Sepanjang dilakukannya analisis data kualitatif ada baiknya si peneliti melakukan apa yang
disebut memoing (=membuat catatan reflektif tentang apa yang dipelajari dari data yang ada).
Membuat memo untuk diri anda sendiri kapan saja timbul ide dan gagasan serta memasukkan memo ini
sebagai data tambahan yang akan dianalisis.
MEMASUKKAN DAN MENYIMPAN DATA
Peneliti kualitatif biasanya membuat transkripsi dari data-data yang dia kumpulkan. Hasil
interview, catatan hasil pengamatan lapangan, memo, dsb-nya dimasukkan ke computer berupa teks
yang kemudian bisa diproses (word processing documents). Transkripsi inilah yang kemudian dianalisis,
biasanya menggunakan salah satu program analisis data kualitatif.
CODING DAN PENGEMBANGAN KATEGORI
Ini merupakan tahap utama selanjutnya dari analisis data kualitatif. Pada saat inilah anda
diharapkan membaca secara teliti data-data yang sudah ditramnskripsikan barus demi baris, dan
kemudian memilah-memilahnya ke dalam unit-unit analisis yang bermakna (mempatok-patok data).
Apabila anda menemukan unit atau bahagian teks yang bermakna, maka anda harus memberinya kode.
Coding (pengkodean) didefenisikan sebagai upaya memilaih-milah data dengan menggunakan symbol,
kata-kata, atau kategori-kategori (label-labiel).
Sekali lagi, apabila anda menemukan unit yang bermakna dari teks yang sudah ditranskripsikan
itu, anda beri ia kode atau kategori untuk menandai segmen (bahagian) tersebut. Anda lanjutkan proses
Page
| 2
seperti ini terus menerus sampai semua data sudah dipilah-pilah atas segmen-segmen seperti ini. Dan
ini artinya anda telah melakukan pengkodean awal.
Selama pengkoden, anda harus memiliki daftar induk (daftar dari semua kode yang sudah
disusun dan digunakan dalam penelitian anda ini). Kemudian, kode-kode tersebut digunakan lagi untuk
memilah-milah data baru ke dalam unit-unit sejauh ditemuinya unit-unit yang bermakna.
Tabel 17.2 adalah contoh bagaimana pengkodean dilaksanakan. Hasil pengkodean yang anda
lakukan belum tentu sama dengan pengkodean yang dilakukan orang lain walaupun data yang diberi
kode itu sama.
Tabel 17.2 Jawaban terhadap pertanyaan terbuka yang belum tersusun. Pertanyaannya adalah” Apa-apa saja masalah yang secara khusus perlu dicarikan penyelesaiannya di dalam organisasi tempat anda bekerja?”
================================================================================Jawaban para responden
Ruangan di kantor kami kurang memadai besarnya
Perabot sudah usang dan perlu diganti
Layanan kebersihan yang lebih baik diperlukan
Rekrutmen pegawai dan standar penggajian yang lebih objektif
Diperlukan penilaian kinerja dan system penghargaan yang objektif
Penerapkan kebijakan perlu dilakukan secara konsisten
Terdapat masalah-masalah kepemimpianan di kantor ini
Pegawai yang tidak lagi produktif supaya tidak dipertahankan lagi
Masing-masing bahagian di kantor ini memiliki pandangangan yang kurang pas
terhadap bahagian-bahagian lainnya
Keputusan sering diambil atas dasar informaasi yang tidak akurat
Kami memerlukan peluang-peluang untuk maju dan berkembang
Produk kantor ini tidak konsisiten karena terlampau banyak gaya yang berbeda
Terlalu banyak gossip dan kritikan yang beredar
Tanggung jawab dari staf pada masing-masing tingkat tidak jelas
Perlu ada Kotak Usulan di kantor ini
Kami memerlukan lebih banyak personal computer (PC)
Banyak sekali sentiment “kekitaan” dan “kemerekaan” terbentuk
Page
| 3
Perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan individu kurang sekali
Terdapat perlakukan yang diskrimitatif atas dasar “likes” dan “dislikes”
Pada setiap tataran di kantor ini diperlukan pelatihan-pelatihan yang lebih banyak
Cara menilai kemampuan dan kinerja staf yang lebih baik diperlukan agar promosi bisa objektif
Pelatihan diperlukan bagi karyawan-karyawan yang baru diangkat
Banyak karyawan yang melakukan beban tugas dari karyawan yang tidak terampil
Kantor ini berorientasi pada “lingkaran sendiri”
Pada setiap tingkat dan antar tingkat terdapat urutan kepangkatan yang kaku
Komunikasi perlu lebih ditingkatkan
Bahagian-bahagian tertentu di kantor ini dianggap elit
Untuk produk (layanan) yang dipasarkan, terlalu banyak jalur birokrasinya
Terlalu banyak tanda tangan yang diperlukan
Terlalu banyak tumpang tindih dan pengulangan yang tidak perlu
Bahagian-bahagian bekerja sendiri-sendiri bahkan saling menjegal ketimbang bekerja sebagai sebuah
tim
Perhatikan cara saya memberikan kode pada data-data di atas:
Tabel 17.3 Kategorisasi jawaban responden terhadap pertanyaan terbuka : ” Apa-apa saja masalah yang secara khusus perlu dicarikan penyelesaiannya di dalam organisasi tempat anda bekerja?”
KATEGORI INDUKTIF JAWABAN RESPONDEN
Masalah-masalah manajemen Terdapat masalah-masalah kepemimpinan
Perlu ada Kotak Usulan di kantor ini
Perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan individu kurang sekali
Terdapat perlakukan yang diskrimitatif atas dasar “likes” dan
“dislikes”
Keputusan sering diambil atas dasar informaasi yang tidak akurat
Penerapkan kebijakan perlu dilakukan secara konsisten
Lingkungan fisik Layanan kebersihan yang lebih baik diperlukan
Perabot sudah usang dan perlu diganti
Page
| 4
Kami memerlukan lebih banyak personal computer (PC)
Ruangan di kantor kami kurang memadai besarnya
Masalah-masalah kepegawaian Rekrutmen pegawai dan standar penggajian yang lebih objektif
Diperlukan penilaian kinerja dan system penghargaan yang objektif
Pegawai yang tidak lagi produktif supaya tidak dipertahankan lagi
Cara menilai kemampuan dan kinerja staf yang lebih baik diperlukan
agar promosi bisa objektif
Pengembangan staf Pada setiap tataran di kantor ini diperlukan pelatihan yang lebih
banyak
Pelatihan diperlukan bagi karyawan-karyawan yang baru diangkat
Banyak karyawan yang memikul beban tugas karyawan yang tidak
terampil
Kami memerlukan peluang-peluang untuk maju dan berkembang
Hubungan-hubungan intra Kantor ini berorientasi pada “lingkaran sendiri”
kelompok dan antar Banyak sekali sentiment “kekitaan” dan “kemerekaan” terbentuk
individu Pada setiap tingkat dan antar tingkat terdapat urutan kepangkatan
yang kaku
Komunikasi perlu lebih ditingkatkan
Terlalu banyak gossip dan kritikan yang beredar
Bahagian-bahagian tertentu di kantor ini dianggap elit
Masing-masing bahagian di kantor ini memiliki pandangangan yang
kurang pas terhadap bahagian-bahagian lainnya
Struktur Kerja Untuk produk (layanan) yang dipasarkan, terlalu banyak jalur
birokrasinya
Terlalu banyak tanda tangan yang diperlukan
Tanggung jawab dari staf pada masing-masing tingkat tidak jelas
Bahagian-bahagian bekerja sendiri-sendiri bahkan saling menjegal
ketimbang bekerja sebagai sebuah tim
Terlalu banyak tumpang tindih dan pengulangan yang tidak perlu
Page
| 5
Produk kantor ini tidak konsisiten karena terlampau banyak gaya yang
berbeda
Penelitian kualitatif menjadi lebih dapat dipertahankan apabila terdapat lebih dari satu orang
pengkode dan apabila terdapat reliabilitas yang tinggi antar dan intra pengkode. Reliabilitas antar
pengkode adalah konsistensi di antara masing-masing pengkode; Reliabilitas intra pengkode
konsistensi yang dilakukan oleh seorang pengkode.
Pengkodean Induktif dan priori
Ada beberapa jenis pengkodean yang digunakan dalam analisis data kualitatif. Anda bisa
menggunakan seperangkat kode yang sudah ada terhadap data-data anda. Ini disebut priori codes.
Priori codes adalah kode-kode yang sudah dikembangkan sebelum data-data dikumpulkan. Banyak
diantara peneliti kualitatif suka mengembangkan kode-kode sewaktu data-data yang ada diteliti ulang.
Kode-kode ini disebut kode induktif. Inductive codes adalah kode-kode yang dikembangkan atau disusun
oleh si peneliti langsung pada saat ia meneliti ulang data-data yang ada.
KODE TUMPANG TINDIHKetika anda mengkode data-data anda, bisa saja terjadi bahwa satu segmen data dikode lebih
dari satu kali. Sebenarnya hal itu tidak apa dan biasa terjadi. Seperangkat kode seperti ini disebut co-
occuring codes (kode tumpang tindih). Kode tumpang tindih adalah kode yang baik sebahagian maupun
seluruhnya tumpang tindih. Dengan kata lain, satu baris atau satu segment teks bisa jadi dikode lebih
dari satu kali.
Sering juga terjadi anda tertarik pada karakteristik individu yang anda teliti. Karenanya, anda
bisa menggunakan kode yang berlaku untuk keseluruhan protocol atau transkrip yang anda beri kode.
Contohnya, kalau anda melihat pada perkembangan bahasa pada anak-anak, anda mungin saja tertarik
pada umurnya atau pada jenis kelaminnya dan sebagainya. Kode-kode yang berlaku untuk keseluruhan
dokumen atau kasus, disebut facesheet codes.
Setelah anda selesai melakukan pengkodean awal terhadap data-data anda, anda tentu akan
mencoba menyarikan dan menyusun data-data tersebut. Anda tentu juga akan terus memperbaiki dan
merevisi kode-kode yang anda pakai. Langkah utama menyarikan ini mencakup proses-proses seperti
enumerasi dan mencari hubungan-hubungan yang terdapat di dalam data.
Page
| 6
ENUMERASI
Enumerasi adalah suatu proses pengkuantifikasian data, dan ini sering dilakukan dalam
penelitian kuantitatif. Contoh, anda mungkin mnghtung jumlah munculnya sebauh kata di dalam
dokumen atau anda bisa jadi menghitung berapa kali sebuah kode digunakan untuk mengkode data.
Enumerasi sangat bermanfaat untuk mengklarifikasi kata-kata yang akan anda gunakan di dalam laporan
anda seperti “banyak”, “beberapa”, “sedikit”, “hamper semua” dan sebagainya. Angka-angka tersebut
akan membantu mengklarifikasi apa yang anda maaksudkan dengan frekuensi. Ketika membaca “angka”
dalam penelitian kualitatif, anda sebaiknya selalu mengecek basis dari angka tersebut. Contoh, apabila
sebuah kata muncul banyak sekali dan basis adalah jumlah total kata di dalam dokumen teks, maka alas-
annya boleh jadi banyak orang yang menggunakan kata tersebut atau bisa juga terjadi hanya satu orang
yang menggunakan kata itu tapi sering.
SISTEM PENGKATEGORIAN SECARA HIERARKIS
Kadang-kadang, kode-kode dan kategori-kategori dapat disusun menjadi tingkat atau hierarki
yang berbeda. Contoh, kategori buah-buahan memiliki jenis yang berbeda (jeruk, mangga, apel, dll.).
Beberapa gagasan atau tema ada sifatnya yang lebih umum dibandingkan dengan yang lain, dan
karenanya kodenya dilakukan secara vertical. Salah satu contoh yang menarik (lihat Skema 17.2) adalah
klasifikasi hierarkis yang dibuat oleh Frontman dan Kunkel yang memperlihatkan kategorisasi
keberhasilan konseler pada tahap awal konseling (indikator-indikator apa saja yang dilihat konselor
terkait dengan keberhasilan). Sistem klasifikasi mereka tersebut memiliki empat tataran dan banyak
kategori. Inilah sebagian dari sistem katgori mereka tersebut:
MEMPERLIHATKAN HUBUNGAN ANTARA KATEGORI-LATEGORIPeneliti kualitatif memiliki pandangan yang luas berkenaan dengan apa yang membangun hubungan.
Sistem secara hierarkhis yang baru saja diperlihatkan merupakan salah satu jenis hubungan ( hierarkhi
atau tipe strict inclusison).Jenis-jenis lain dari hubungan yang harus kita wanti-wanti diperlihatkan pada
table berikut:
TIPE HUBUNGAN BENTUK HUBUNGAN
Strict inclusion X adalah sejenis YSpatial X adalah sebuah ruangan di dalam Y; X adalah bahagian dari Y Sebab akibat X adalah akibat dari Y; X adalah penyebab dari YAlasan X adalah alas an untuk melakukan Y Lokasi untuk kegiatan X adalah tempat melaksanakan Y
Page
| 7
Fungsi X digunakan untuk Y Cara – alat X adalah cara untuk melakukan YUrutan X adalah salah satu langkah (tahapan) dari YKarakteristik X adalah atribut (karakteristik) dari Y SOURCE: Diadaptasi dari J.P. Spradley, 1979, hal. 111.
Untuk latihan, cari sendiri contoh untuk masing-masing tipe hubungan menurut Spradley ini. Coba juga
cari contoh dari beberapa tipe hubungan yang tidak dicantumkan oleh Spradley!
Page
| 8
INFOSKRIPSI GUIDE
o Proposal
o Penelitian Kualitatif o Penelitian Kajian Pustaka o Penelitian Kuantitatif o Penelitian Pengembangan
o Pedoman Wawancara
o Pengertian Wawancara o Ciri-ciri Wawancara o Tujuan dan Aspek Wawancara o Jenis-jenis Wawancara o Langkah-langkah Wawancara o Pertanyaan dalam Wawancara o Wawancara Efektif o 26 Hal Tentang Wawancara
o Grounded Theory Approach
o Pendahuluan o Perumusan Masalah Penelitian o Penggunaan Teori Terdahulu o Analisis Data o Analisis Proses o Pengumpulan Data dan Penyampelan Teoritik o Penutup
o Instructional Design Theories
o Instructional Design Theories o Characteristics of ID Theories o History of ID Theories o Trends & Issues of ID
INFOSKRIPSI ARCHIVES
GTA: Analisis DataIndex: GTA: Analisis Data
o Pengkodean Terbuka
o Pengkodean Terporos
o Pengkodean Terpilih
- Archives -
Page
| 9
Pada esensinya kegiatan pengumpulan dan analisis data dalam Grounded Theory adalah proses yang saling
berkaitan erat, dan harus dilakukan secara bergantian (siklus). Karena itu kegiatan analisis --yang dibicarakan pada
bagian berikut-- telah dikerjakan pada saat pengumpulan data sedang berlangsung. Kegiatan analisis dalam
penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengkodean (coding). Pengkodean merupakan proses penguraian data,
pengonsepan, dan penyusunan kembali dengan cara baru. Tujuan pengkodean dalam penelitian Grounded Theory
adalah untuk; (a) menyusun teori, (b) memberikan ketepatan proses penelitian, (c) membantu peneliti mengatasi bias
dan asumsi yang keliru, dan (d) memberikan landasan, memberikan kepadatan makna, dan mengembangkan
kepekaan untuk menghasilkan teori.
Terdapat dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses pengkodean, yaitu; (a) pembuatan perbandingan
secara terus-menerus (the constant comparative methode of analysis); dan (b) pengajuan pertanyaan. Dalam
konteks penelitian Grounded Theory, hal-hal yang diperbandingkan itu cukup beragam, yang intinya berada pada
sekitar; (i) relevansi fenomena atau data yang ditemukan dengan permasalahan pokok penelitian, dan (ii) posisi dari
setiap fenomena dilihat dari sifat-sifat atau ukurannya dalam suatu tingkatan garis kontinum.
Pengkodean Terbuka
Pengkodean Terbuka terbagi menjadi: 1) Pelabelan Fenomena, 2) Penemuan dan Penamaan Kategori dan 3)
Penyusunan Kategori. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
Pelabelan Fenomena
Pelabelan fenomena merupakan langkah awal dalam analisis. Yang dimaksud dengan pelabelan fenomena adalah
pemberian nama terhadap benda, kejadian atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan atau wawancara.
Pada hakikatnya, pelabelan itu merupakan suatu pembuatan nama dari setiap fenomena dengan konsep-konsep
tertentu. Jadi pelabelan fenomena itu tidak lain adalah satu kegiatan konseptualisasi data.
Cara untuk melakukan pelabelan ini ialah dengan membandingkan insiden-insiden, sampai dapat diberikan nama
yang sama untuk fenomena-fenomena yang serupa. Cara ini tidak sekedar meringkas hasil pengamatan atau
wawancara dengan kata-kata kunci sebagai ganti dari sebuah deskripsi yang panjang, melainkan memberikan
konsep baru terhadap fenomena (atau kegiatan konseptualisasi). Sebagai contoh, jika peneliti melihat sekelompok
orang duduk melingkar mengelilingi sebuah meja besar, di mana masing-masing menyampaikan pendapat secara
bergantian di bawah kordinasi seorang yang mengatur lalu-lintas pembicaraan, maka fenomena yang berlangsung
dalam waktu yang lama ini dapat diberi label dengan diskusi atau rapat.
Penemuan dan Penamaan Kategori
Page
| 10
Pada hakikatnya, setiap fenomena yang sudah diberi label adalah unit-unit data yang masih berserakan. Kapasitas
intelektual manusia tidak cukup kuat untuk sekaligus memproses dan menganalisis informasi yang jumlahnya besar
seperti itu. Untuk menyederhanakan data tersebut perlu dipisahkan ke dalam beberapa kelompok. Penyederhanaan
data itu pada umumnya dilakukan dengan cara mereduksi data sehingga menjadi lebih ringkas dan padat, kemudian
membagi-baginya ke dalam kelompok-kelompok tertentu (kategorisasi) sesuai sifat dan substansinya. Proses
kategorisasi ini pada dasarnya tergantung pada tujuan penelitian yang sudah ditetapkan pada rancangan penelitian.
Jika dalam pelabelan fenomena dilakukan proses konseptualisasi, maka dalam pemberian nama kategori dilakukan
proses abstraksi. Kegiatan ini berkaitan dengan logika induktif, di mana sejumlah unit data yang sama atau memiliki
keserupaan dikelompokkan dalam satu kategori kemudian diberi nama yang lebih abstrak. Kambing, lembu, dan
kerbau, misalnya, adalah konsep-konsep yang memiliki keserupaan dan dapat dikelompokkan jadi satu kategori
dengan nama binatang menyusui (mamalia). Contoh lain, jika anda melihat anak-anak sedang bermain, lalu ada
yang "merebut" mainan, "menyembunyikan mainan", "menjauhi teman", "menangis", maka semua konsep perilaku itu
dapat dijadikan satu kategori, yaitu sebagai "strategi untuk menghindari pinjaman atas mainan miliknya". Intinya
adalah memadukan konsep-konsep –yang menurut tujuan penelitian anda memiliki keserupaan—menjadi satu
kategori dan kemudian memberi label (nama) yang lebih abstrak yang mencakup semua konsep tersebut.
Dalam pemberian nama kategori ini, adakalanya peneliti membuat sendiri nama yang sesuai dengan kelompok unit
data, tetapi adakalanya meminjam istilah yang sudah dibuat oleh peneliti atau ahli lainnya. Kedua-duanya tetap
dibenarkan dalam Grounded Theory. Namun demikian, cara pemberian nama yang paling dianjurkan, adalah dengan
menggunakan istilah yang dipakai oleh subyek yang diteliti, karena cara inilah yang disarankan sesuai dengan
pendekatan emic yang menjadi ciri dari setiap penelitian kualitatif.
Penyusunan Kategori
Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukurannya. Yang dimaksud dengan sifat di sini adalah
karakteristik atau atribut suatu kategori (yang berfungsi sebagai ranah ukuran, dimensional range), sedangkan
ukuran adalah posisi dari sifat dalam suatu kontinium. Lambang-lambang Partai Golkar dalam suatu kampanye,
misalnya, berupa kaos, jaket, topi, bendera, spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya, semua dikategorikan dengan
"warna kuning". "Warna kuning" (kategori) dari lambang-lambang yang tampak itu sesungguhnya tidak persis sama,
di sana ada perbedaan baik dari segi intensitas coraknya, maupun kecerahannya. Intensitas corak dan kecerahan
itulah sifat dari "warna kuning" tersebut. Masing-masing sifat itu memiliki dimensi yang dapat diukur. Setiap
dimensinya dapat ditempatkan pada posisi tertentu dalam garis kontinium. Intensitas corak warna itu, misalnya,
dapat diberi ukuran mulai dari yang "kuning tebal" (orange) sampai pada "kuning tipis" (keputih-putihan). Demikian
seterusnya, setiap kategori data bisa ditempatkan di mana saja di sepanjang kontinua dimensional secara bervariasi.
Akibatnya, setiap kategori memiiki profil dimensional yang terpisah. Beberapa profil itu dapat dikelompokkan
Page
| 11
sehingga membentuk suatu pola. Profil dimensional ini menggambarkan sifat khusus dari suatu fenomena dalam
kondisi-kondisi yang ada.
Hal penting yang perlu dipahami adalah penentuan sifat umum dari suatu fenomena atau kategori. Sifat umum dari
setiap kategori fenomena tentu tidak sama. Sifat umum dari warna, adalah intensisitas corak dan kecerahan,
sedangkan sifat umum dari perilaku adalah frekuensi, intensitas, durasi, dan seterusnya.
Pengkodean Terporos
Pengkodean terporos adalah seperangkat prosedur penempatan data kembali dengan cara-cara baru dengan
membuat kaitan antarkategori. Pengkodean ini diawali dari penentuan jenis kategori kemudian dilanjutkan dengan
penemuan hubungan antar kategori atau antarsubkategori.
Dalam Grounded Theory, setiap kategori harus dikelompokkan ke dalam satu jenis kategori berikut; yaitu kondisi
kausal, konteks, kondisi pengaruh, strategi aksi/interaksi, dan konsekuensi. Sistem pengelompokan kategori ini
disebut dengan model paradigma Grounded Theory. Tugas peneliti pada tahap ini adalah memberi kode terhadap
setiap kategori data, dengan mengajukan pertanyaan, "termasuk jenis kategori apa data ini"? Model paradigma inilah
yang menjadi dasar untuk menemukan hubungan antar kategori atau antarsubkategori.
Kegiatan selanjutnya adalah menghubungkan subkategori dengan kategorinya. Sifat pertanyaan yang diajukan
dalam pengkodean terporos mengarah pada suatu jenis hubungan. Alternatif hubungan-hubungan itu adalah;
hubungan antara kondisi kausal dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara konteks dengan strategi
aksi/interaksi, hubungan antara kondisi pengaruh dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara strategi
aksi/interaksi dengan konsekuensi. Pola hubungan yang perlu ditemukan itu tidak terhenti pada hubungan antara
dua kategori, melainkan harus dapat mengungkap hubungan antara semua jenis kategori.
Pengkodean Terpilih
Mengingat masalah penelitian dalam Grounded Theory masih bersifat umum, mungkin sekali peneliti menemukan
sejumlah besar data dengan kategori dan hubungan antarkategori/subkategori yang banyak dan bervariasi.
Kenyataan ini tentu dapat membingungkan, karena datanya masih belum terfokus pada titik tertentu. Untuk
menyederhanakannya perlu dilakukan proses penggabungan dan atau seleksi secara sistematis.
Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk menyederhanakan data adalah dengan menggabungkan semua
kategori, sehingga menghasilkan tema khusus. Penggabungan tidaklah banyak berbeda dengan pengkodean
terporos, kecuali tingkat abstraksnya. Konsep-konsep yang digunakan dalam penggabungan lebih abstrak dari
konsep pengkodean terporos. Cara ini merupakan tugas peneliti yang paling sulit. Kepekaan teoritik dari peneliti
amat penting di sini. Inti dari proses penggabungan itu adalah, bagaimana peneliti dapat menemukan spirit teoritis
Page
| 12
dari semua kategori. Spirit teoritis itu mungkin saja tidak tampak secara eksplisit, tetapi tertangkap oleh pikiran
peneliti.
Ada beberapa tahapan kerja yang disarankan dalam proses pengkodean terpilih ini;
Mereproduksi kembali alur cerita atau susunan data ke dalam pikiran.
Mengidentifikasi data dengan menulis beberapa kalimat pendek yang berisi inti cerita atau data. Pertanyaan yang
perlu diajukan peneliti terhadap dirinya sendiri, adalah "apakah yang tampak menonjol dari wilayah penelitian ini?",
atau "apa masalah utamanya".
Menyimpulkan dan memberi kode terhadap satu atau dua kalimat sebagai kategori inti. Keriteria kategori inti yang
disimpulkan itu ialah bahwa ia merupakan inti masalah yang dapat mencakup semua fenomena/data. Kategori inti
harus cukup luas agar mencakup dan berkaitan dengan kategori lain. Kategori inti ini dapat diibaratkan sebagai
matahari yang berhubungan secara sistematis dengan planet-planet lain. Lalu kategori inti tersebut diberi nama
(konseptualisasi).
Menentukan pilihan kategori inti. Jika ternyata pada tahap "c" ada dua atau tiga kategori inti, maka mau tak mau
harus dipilih satu saja. Kategori inti lainnya dijadikan sebagai kategori tambahan yang tidak menjadi inti pembahasan
dalam penelitian ini.
Pada tahap penggabungan dan atau pemilihan ini, peneliti sebenarnya telah sampai pada penemuan tema pokok
penelitian. Pada umumnya metode kualitatif menganggap penelitian telah selesai pada penemuan tema ini. Lain hal
dalam Grounded Theory, tema utama (yang sudah ditemukan) dipandang sebagai dasar untuk merumuskan
masalah utama dan hipotesis penelitian. Karena itu, peneliti perlu merumuskan masalah pokok dan hipotesis
penelitiannya. Berdasarkan masalah dan hipotesis itu, peneliti harus kembali lagi ke lapangan untuk mengabsahkan
atau membutikannya. Hasil pembuktian itulah yang menjadi temuan penelitian, yang disebut sebagai teori.
Indeks Grounded Theory Approach
o Pendahuluan
o Perumusan Masalah Penelitian
o Penggunaan Teori Terdahulu
o Analisis Data
o Analisis Proses
o Pengumpulan Data dan Penyampelan Teoritik
o Penutup
Page
| 13
top related