1 analisis data kualitatif

17
Page | 1 ANALISIS DATA KUALITATIF ANALISIS BERKETERUSAN Analisis data dalam penelitian kualitatif cenderung merupakan interim analysis, yakni proses yang berketerusan dan tidak linear: (a) Istilah ini (interim analysis)memperlihatkan bahwa pengumpulan dan analisis data dilakukan secara serempak (bolak balik) selama kegiatan penelitian berlangsung tanpa ada garis pemisah yang jelas. Analisis data dilakukan walaupun pengumpulan data belum selesai. (b) Analisis berlangsung sampai proses atau topic yang diminati oleh si peneliti difahami (sampai habis waktu dan sumber daya yang bisa disediakan). MEMOING Sepanjang dilakukannya analisis data kualitatif ada baiknya si peneliti melakukan apa yang disebut memoing (=membuat catatan reflektif tentang apa yang dipelajari dari data yang ada). Membuat memo untuk diri anda sendiri kapan saja timbul ide dan gagasan serta memasukkan memo ini sebagai data tambahan yang akan dianalisis. MEMASUKKAN DAN MENYIMPAN DATA Peneliti kualitatif biasanya membuat transkripsi dari data-data yang dia kumpulkan. Hasil interview, catatan hasil pengamatan lapangan, memo, dsb-nya dimasukkan ke computer berupa teks yang kemudian bisa diproses (word processing documents). Transkripsi inilah yang kemudian dianalisis, biasanya menggunakan salah satu program analisis data kualitatif.

Upload: persigatra-fc

Post on 30-Nov-2015

136 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 1

ANALISIS DATA KUALITATIF

ANALISIS BERKETERUSAN

Analisis data dalam penelitian kualitatif cenderung merupakan interim analysis, yakni proses

yang berketerusan dan tidak linear:

(a) Istilah ini (interim analysis)memperlihatkan bahwa pengumpulan dan analisis data dilakukan

secara serempak (bolak balik) selama kegiatan penelitian berlangsung tanpa ada garis

pemisah yang jelas. Analisis data dilakukan walaupun pengumpulan data belum selesai.

(b) Analisis berlangsung sampai proses atau topic yang diminati oleh si peneliti difahami

(sampai habis waktu dan sumber daya yang bisa disediakan).

MEMOING

Sepanjang dilakukannya analisis data kualitatif ada baiknya si peneliti melakukan apa yang

disebut memoing (=membuat catatan reflektif tentang apa yang dipelajari dari data yang ada).

Membuat memo untuk diri anda sendiri kapan saja timbul ide dan gagasan serta memasukkan memo ini

sebagai data tambahan yang akan dianalisis.

MEMASUKKAN DAN MENYIMPAN DATA

Peneliti kualitatif biasanya membuat transkripsi dari data-data yang dia kumpulkan. Hasil

interview, catatan hasil pengamatan lapangan, memo, dsb-nya dimasukkan ke computer berupa teks

yang kemudian bisa diproses (word processing documents). Transkripsi inilah yang kemudian dianalisis,

biasanya menggunakan salah satu program analisis data kualitatif.

CODING DAN PENGEMBANGAN KATEGORI

Ini merupakan tahap utama selanjutnya dari analisis data kualitatif. Pada saat inilah anda

diharapkan membaca secara teliti data-data yang sudah ditramnskripsikan barus demi baris, dan

kemudian memilah-memilahnya ke dalam unit-unit analisis yang bermakna (mempatok-patok data).

Apabila anda menemukan unit atau bahagian teks yang bermakna, maka anda harus memberinya kode.

Coding (pengkodean) didefenisikan sebagai upaya memilaih-milah data dengan menggunakan symbol,

kata-kata, atau kategori-kategori (label-labiel).

Sekali lagi, apabila anda menemukan unit yang bermakna dari teks yang sudah ditranskripsikan

itu, anda beri ia kode atau kategori untuk menandai segmen (bahagian) tersebut. Anda lanjutkan proses

Page 2: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 2

seperti ini terus menerus sampai semua data sudah dipilah-pilah atas segmen-segmen seperti ini. Dan

ini artinya anda telah melakukan pengkodean awal.

Selama pengkoden, anda harus memiliki daftar induk (daftar dari semua kode yang sudah

disusun dan digunakan dalam penelitian anda ini). Kemudian, kode-kode tersebut digunakan lagi untuk

memilah-milah data baru ke dalam unit-unit sejauh ditemuinya unit-unit yang bermakna.

Tabel 17.2 adalah contoh bagaimana pengkodean dilaksanakan. Hasil pengkodean yang anda

lakukan belum tentu sama dengan pengkodean yang dilakukan orang lain walaupun data yang diberi

kode itu sama.

Tabel 17.2 Jawaban terhadap pertanyaan terbuka yang belum tersusun. Pertanyaannya adalah” Apa-apa saja masalah yang secara khusus perlu dicarikan penyelesaiannya di dalam organisasi tempat anda bekerja?”

================================================================================Jawaban para responden

Ruangan di kantor kami kurang memadai besarnya

Perabot sudah usang dan perlu diganti

Layanan kebersihan yang lebih baik diperlukan

Rekrutmen pegawai dan standar penggajian yang lebih objektif

Diperlukan penilaian kinerja dan system penghargaan yang objektif

Penerapkan kebijakan perlu dilakukan secara konsisten

Terdapat masalah-masalah kepemimpianan di kantor ini

Pegawai yang tidak lagi produktif supaya tidak dipertahankan lagi

Masing-masing bahagian di kantor ini memiliki pandangangan yang kurang pas

terhadap bahagian-bahagian lainnya

Keputusan sering diambil atas dasar informaasi yang tidak akurat

Kami memerlukan peluang-peluang untuk maju dan berkembang

Produk kantor ini tidak konsisiten karena terlampau banyak gaya yang berbeda

Terlalu banyak gossip dan kritikan yang beredar

Tanggung jawab dari staf pada masing-masing tingkat tidak jelas

Perlu ada Kotak Usulan di kantor ini

Kami memerlukan lebih banyak personal computer (PC)

Banyak sekali sentiment “kekitaan” dan “kemerekaan” terbentuk

Page 3: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 3

Perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan individu kurang sekali

Terdapat perlakukan yang diskrimitatif atas dasar “likes” dan “dislikes”

Pada setiap tataran di kantor ini diperlukan pelatihan-pelatihan yang lebih banyak

Cara menilai kemampuan dan kinerja staf yang lebih baik diperlukan agar promosi bisa objektif

Pelatihan diperlukan bagi karyawan-karyawan yang baru diangkat

Banyak karyawan yang melakukan beban tugas dari karyawan yang tidak terampil

Kantor ini berorientasi pada “lingkaran sendiri”

Pada setiap tingkat dan antar tingkat terdapat urutan kepangkatan yang kaku

Komunikasi perlu lebih ditingkatkan

Bahagian-bahagian tertentu di kantor ini dianggap elit

Untuk produk (layanan) yang dipasarkan, terlalu banyak jalur birokrasinya

Terlalu banyak tanda tangan yang diperlukan

Terlalu banyak tumpang tindih dan pengulangan yang tidak perlu

Bahagian-bahagian bekerja sendiri-sendiri bahkan saling menjegal ketimbang bekerja sebagai sebuah

tim

Perhatikan cara saya memberikan kode pada data-data di atas:

Tabel 17.3 Kategorisasi jawaban responden terhadap pertanyaan terbuka : ” Apa-apa saja masalah yang secara khusus perlu dicarikan penyelesaiannya di dalam organisasi tempat anda bekerja?”

KATEGORI INDUKTIF JAWABAN RESPONDEN

Masalah-masalah manajemen Terdapat masalah-masalah kepemimpinan

Perlu ada Kotak Usulan di kantor ini

Perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan individu kurang sekali

Terdapat perlakukan yang diskrimitatif atas dasar “likes” dan

“dislikes”

Keputusan sering diambil atas dasar informaasi yang tidak akurat

Penerapkan kebijakan perlu dilakukan secara konsisten

Lingkungan fisik Layanan kebersihan yang lebih baik diperlukan

Perabot sudah usang dan perlu diganti

Page 4: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 4

Kami memerlukan lebih banyak personal computer (PC)

Ruangan di kantor kami kurang memadai besarnya

Masalah-masalah kepegawaian Rekrutmen pegawai dan standar penggajian yang lebih objektif

Diperlukan penilaian kinerja dan system penghargaan yang objektif

Pegawai yang tidak lagi produktif supaya tidak dipertahankan lagi

Cara menilai kemampuan dan kinerja staf yang lebih baik diperlukan

agar promosi bisa objektif

Pengembangan staf Pada setiap tataran di kantor ini diperlukan pelatihan yang lebih

banyak

Pelatihan diperlukan bagi karyawan-karyawan yang baru diangkat

Banyak karyawan yang memikul beban tugas karyawan yang tidak

terampil

Kami memerlukan peluang-peluang untuk maju dan berkembang

Hubungan-hubungan intra Kantor ini berorientasi pada “lingkaran sendiri”

kelompok dan antar Banyak sekali sentiment “kekitaan” dan “kemerekaan” terbentuk

individu Pada setiap tingkat dan antar tingkat terdapat urutan kepangkatan

yang kaku

Komunikasi perlu lebih ditingkatkan

Terlalu banyak gossip dan kritikan yang beredar

Bahagian-bahagian tertentu di kantor ini dianggap elit

Masing-masing bahagian di kantor ini memiliki pandangangan yang

kurang pas terhadap bahagian-bahagian lainnya

Struktur Kerja Untuk produk (layanan) yang dipasarkan, terlalu banyak jalur

birokrasinya

Terlalu banyak tanda tangan yang diperlukan

Tanggung jawab dari staf pada masing-masing tingkat tidak jelas

Bahagian-bahagian bekerja sendiri-sendiri bahkan saling menjegal

ketimbang bekerja sebagai sebuah tim

Terlalu banyak tumpang tindih dan pengulangan yang tidak perlu

Page 5: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 5

Produk kantor ini tidak konsisiten karena terlampau banyak gaya yang

berbeda

Penelitian kualitatif menjadi lebih dapat dipertahankan apabila terdapat lebih dari satu orang

pengkode dan apabila terdapat reliabilitas yang tinggi antar dan intra pengkode. Reliabilitas antar

pengkode adalah konsistensi di antara masing-masing pengkode; Reliabilitas intra pengkode

konsistensi yang dilakukan oleh seorang pengkode.

Pengkodean Induktif dan priori

Ada beberapa jenis pengkodean yang digunakan dalam analisis data kualitatif. Anda bisa

menggunakan seperangkat kode yang sudah ada terhadap data-data anda. Ini disebut priori codes.

Priori codes adalah kode-kode yang sudah dikembangkan sebelum data-data dikumpulkan. Banyak

diantara peneliti kualitatif suka mengembangkan kode-kode sewaktu data-data yang ada diteliti ulang.

Kode-kode ini disebut kode induktif. Inductive codes adalah kode-kode yang dikembangkan atau disusun

oleh si peneliti langsung pada saat ia meneliti ulang data-data yang ada.

KODE TUMPANG TINDIHKetika anda mengkode data-data anda, bisa saja terjadi bahwa satu segmen data dikode lebih

dari satu kali. Sebenarnya hal itu tidak apa dan biasa terjadi. Seperangkat kode seperti ini disebut co-

occuring codes (kode tumpang tindih). Kode tumpang tindih adalah kode yang baik sebahagian maupun

seluruhnya tumpang tindih. Dengan kata lain, satu baris atau satu segment teks bisa jadi dikode lebih

dari satu kali.

Sering juga terjadi anda tertarik pada karakteristik individu yang anda teliti. Karenanya, anda

bisa menggunakan kode yang berlaku untuk keseluruhan protocol atau transkrip yang anda beri kode.

Contohnya, kalau anda melihat pada perkembangan bahasa pada anak-anak, anda mungin saja tertarik

pada umurnya atau pada jenis kelaminnya dan sebagainya. Kode-kode yang berlaku untuk keseluruhan

dokumen atau kasus, disebut facesheet codes.

Setelah anda selesai melakukan pengkodean awal terhadap data-data anda, anda tentu akan

mencoba menyarikan dan menyusun data-data tersebut. Anda tentu juga akan terus memperbaiki dan

merevisi kode-kode yang anda pakai. Langkah utama menyarikan ini mencakup proses-proses seperti

enumerasi dan mencari hubungan-hubungan yang terdapat di dalam data.

Page 6: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 6

ENUMERASI

Enumerasi adalah suatu proses pengkuantifikasian data, dan ini sering dilakukan dalam

penelitian kuantitatif. Contoh, anda mungkin mnghtung jumlah munculnya sebauh kata di dalam

dokumen atau anda bisa jadi menghitung berapa kali sebuah kode digunakan untuk mengkode data.

Enumerasi sangat bermanfaat untuk mengklarifikasi kata-kata yang akan anda gunakan di dalam laporan

anda seperti “banyak”, “beberapa”, “sedikit”, “hamper semua” dan sebagainya. Angka-angka tersebut

akan membantu mengklarifikasi apa yang anda maaksudkan dengan frekuensi. Ketika membaca “angka”

dalam penelitian kualitatif, anda sebaiknya selalu mengecek basis dari angka tersebut. Contoh, apabila

sebuah kata muncul banyak sekali dan basis adalah jumlah total kata di dalam dokumen teks, maka alas-

annya boleh jadi banyak orang yang menggunakan kata tersebut atau bisa juga terjadi hanya satu orang

yang menggunakan kata itu tapi sering.

SISTEM PENGKATEGORIAN SECARA HIERARKIS

Kadang-kadang, kode-kode dan kategori-kategori dapat disusun menjadi tingkat atau hierarki

yang berbeda. Contoh, kategori buah-buahan memiliki jenis yang berbeda (jeruk, mangga, apel, dll.).

Beberapa gagasan atau tema ada sifatnya yang lebih umum dibandingkan dengan yang lain, dan

karenanya kodenya dilakukan secara vertical. Salah satu contoh yang menarik (lihat Skema 17.2) adalah

klasifikasi hierarkis yang dibuat oleh Frontman dan Kunkel yang memperlihatkan kategorisasi

keberhasilan konseler pada tahap awal konseling (indikator-indikator apa saja yang dilihat konselor

terkait dengan keberhasilan). Sistem klasifikasi mereka tersebut memiliki empat tataran dan banyak

kategori. Inilah sebagian dari sistem katgori mereka tersebut:

MEMPERLIHATKAN HUBUNGAN ANTARA KATEGORI-LATEGORIPeneliti kualitatif memiliki pandangan yang luas berkenaan dengan apa yang membangun hubungan.

Sistem secara hierarkhis yang baru saja diperlihatkan merupakan salah satu jenis hubungan ( hierarkhi

atau tipe strict inclusison).Jenis-jenis lain dari hubungan yang harus kita wanti-wanti diperlihatkan pada

table berikut:

TIPE HUBUNGAN BENTUK HUBUNGAN

Strict inclusion X adalah sejenis YSpatial X adalah sebuah ruangan di dalam Y; X adalah bahagian dari Y Sebab akibat X adalah akibat dari Y; X adalah penyebab dari YAlasan X adalah alas an untuk melakukan Y Lokasi untuk kegiatan X adalah tempat melaksanakan Y

Page 7: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 7

Fungsi X digunakan untuk Y Cara – alat X adalah cara untuk melakukan YUrutan X adalah salah satu langkah (tahapan) dari YKarakteristik X adalah atribut (karakteristik) dari Y SOURCE: Diadaptasi dari J.P. Spradley, 1979, hal. 111.

Untuk latihan, cari sendiri contoh untuk masing-masing tipe hubungan menurut Spradley ini. Coba juga

cari contoh dari beberapa tipe hubungan yang tidak dicantumkan oleh Spradley!

Page 8: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 8

INFOSKRIPSI GUIDE

o Proposal

o Penelitian Kualitatif o Penelitian Kajian Pustaka o Penelitian Kuantitatif o Penelitian Pengembangan

o Pedoman Wawancara

o Pengertian Wawancara o Ciri-ciri Wawancara o Tujuan dan Aspek Wawancara o Jenis-jenis Wawancara o Langkah-langkah Wawancara o Pertanyaan dalam Wawancara o Wawancara Efektif o 26 Hal Tentang Wawancara

o Grounded Theory Approach

o Pendahuluan o Perumusan Masalah Penelitian o Penggunaan Teori Terdahulu o Analisis Data o Analisis Proses o Pengumpulan Data dan Penyampelan Teoritik o Penutup

o Instructional Design Theories

o Instructional Design Theories o Characteristics of ID Theories o History of ID Theories o Trends & Issues of ID

INFOSKRIPSI ARCHIVES

GTA: Analisis DataIndex: GTA: Analisis Data

o Pengkodean Terbuka

o Pengkodean Terporos

o Pengkodean Terpilih

- Archives -

Page 9: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 9

Pada esensinya kegiatan pengumpulan dan analisis data dalam Grounded Theory adalah proses yang saling

berkaitan erat, dan harus dilakukan secara bergantian (siklus). Karena itu kegiatan analisis --yang dibicarakan pada

bagian berikut-- telah dikerjakan pada saat pengumpulan data sedang berlangsung. Kegiatan analisis dalam

penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengkodean (coding). Pengkodean merupakan proses penguraian data,

pengonsepan, dan penyusunan kembali dengan cara baru. Tujuan pengkodean dalam penelitian Grounded Theory

adalah untuk; (a) menyusun teori, (b) memberikan ketepatan proses penelitian, (c) membantu peneliti mengatasi bias

dan asumsi yang keliru, dan (d) memberikan landasan, memberikan kepadatan makna, dan mengembangkan

kepekaan untuk menghasilkan teori.

Terdapat dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses pengkodean, yaitu; (a) pembuatan perbandingan

secara terus-menerus (the constant comparative methode of analysis); dan (b) pengajuan pertanyaan. Dalam

konteks penelitian Grounded Theory, hal-hal yang diperbandingkan itu cukup beragam, yang intinya berada pada

sekitar; (i) relevansi fenomena atau data yang ditemukan dengan permasalahan pokok penelitian, dan (ii) posisi dari

setiap fenomena dilihat dari sifat-sifat atau ukurannya dalam suatu tingkatan garis kontinum.

Pengkodean Terbuka

Pengkodean Terbuka terbagi menjadi: 1) Pelabelan Fenomena, 2) Penemuan dan Penamaan Kategori dan 3)

Penyusunan Kategori. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

Pelabelan Fenomena

Pelabelan fenomena merupakan langkah awal dalam analisis. Yang dimaksud dengan pelabelan fenomena adalah

pemberian nama terhadap benda, kejadian atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan atau wawancara.

Pada hakikatnya, pelabelan itu merupakan suatu pembuatan nama dari setiap fenomena dengan konsep-konsep

tertentu. Jadi pelabelan fenomena itu tidak lain adalah satu kegiatan konseptualisasi data.

Cara untuk melakukan pelabelan ini ialah dengan membandingkan insiden-insiden, sampai dapat diberikan nama

yang sama untuk fenomena-fenomena yang serupa. Cara ini tidak sekedar meringkas hasil pengamatan atau

wawancara dengan kata-kata kunci sebagai ganti dari sebuah deskripsi yang panjang, melainkan memberikan

konsep baru terhadap fenomena (atau kegiatan konseptualisasi). Sebagai contoh, jika peneliti melihat sekelompok

orang duduk melingkar mengelilingi sebuah meja besar, di mana masing-masing menyampaikan pendapat secara

bergantian di bawah kordinasi seorang yang mengatur lalu-lintas pembicaraan, maka fenomena yang berlangsung

dalam waktu yang lama ini dapat diberi label dengan diskusi atau rapat.

Penemuan dan Penamaan Kategori

Page 10: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 10

Pada hakikatnya, setiap fenomena yang sudah diberi label adalah unit-unit data yang masih berserakan. Kapasitas

intelektual manusia tidak cukup kuat untuk sekaligus memproses dan menganalisis informasi yang jumlahnya besar

seperti itu. Untuk menyederhanakan data tersebut perlu dipisahkan ke dalam beberapa kelompok. Penyederhanaan

data itu pada umumnya dilakukan dengan cara mereduksi data sehingga menjadi lebih ringkas dan padat, kemudian

membagi-baginya ke dalam kelompok-kelompok tertentu (kategorisasi) sesuai sifat dan substansinya. Proses

kategorisasi ini pada dasarnya tergantung pada tujuan penelitian yang sudah ditetapkan pada rancangan penelitian.

Jika dalam pelabelan fenomena dilakukan proses konseptualisasi, maka dalam pemberian nama kategori dilakukan

proses abstraksi. Kegiatan ini berkaitan dengan logika induktif, di mana sejumlah unit data yang sama atau memiliki

keserupaan dikelompokkan dalam satu kategori kemudian diberi nama yang lebih abstrak. Kambing, lembu, dan

kerbau, misalnya, adalah konsep-konsep yang memiliki keserupaan dan dapat dikelompokkan jadi satu kategori

dengan nama binatang menyusui (mamalia). Contoh lain, jika anda melihat anak-anak sedang bermain, lalu ada

yang "merebut" mainan, "menyembunyikan mainan", "menjauhi teman", "menangis", maka semua konsep perilaku itu

dapat dijadikan satu kategori, yaitu sebagai "strategi untuk menghindari pinjaman atas mainan miliknya". Intinya

adalah memadukan konsep-konsep –yang menurut tujuan penelitian anda memiliki keserupaan—menjadi satu

kategori dan kemudian memberi label (nama) yang lebih abstrak yang mencakup semua konsep tersebut.

Dalam pemberian nama kategori ini, adakalanya peneliti membuat sendiri nama yang sesuai dengan kelompok unit

data, tetapi adakalanya meminjam istilah yang sudah dibuat oleh peneliti atau ahli lainnya. Kedua-duanya tetap

dibenarkan dalam Grounded Theory. Namun demikian, cara pemberian nama yang paling dianjurkan, adalah dengan

menggunakan istilah yang dipakai oleh subyek yang diteliti, karena cara inilah yang disarankan sesuai dengan

pendekatan emic yang menjadi ciri dari setiap penelitian kualitatif.

Penyusunan Kategori

Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukurannya. Yang dimaksud dengan sifat di sini adalah

karakteristik atau atribut suatu kategori (yang berfungsi sebagai ranah ukuran, dimensional range), sedangkan

ukuran adalah posisi dari sifat dalam suatu kontinium. Lambang-lambang Partai Golkar dalam suatu kampanye,

misalnya, berupa kaos, jaket, topi, bendera, spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya, semua dikategorikan dengan

"warna kuning". "Warna kuning" (kategori) dari lambang-lambang yang tampak itu sesungguhnya tidak persis sama,

di sana ada perbedaan baik dari segi intensitas coraknya, maupun kecerahannya. Intensitas corak dan kecerahan

itulah sifat dari "warna kuning" tersebut. Masing-masing sifat itu memiliki dimensi yang dapat diukur. Setiap

dimensinya dapat ditempatkan pada posisi tertentu dalam garis kontinium. Intensitas corak warna itu, misalnya,

dapat diberi ukuran mulai dari yang "kuning tebal" (orange) sampai pada "kuning tipis" (keputih-putihan). Demikian

seterusnya, setiap kategori data bisa ditempatkan di mana saja di sepanjang kontinua dimensional secara bervariasi.

Akibatnya, setiap kategori memiiki profil dimensional yang terpisah. Beberapa profil itu dapat dikelompokkan

Page 11: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 11

sehingga membentuk suatu pola. Profil dimensional ini menggambarkan sifat khusus dari suatu fenomena dalam

kondisi-kondisi yang ada.

Hal penting yang perlu dipahami adalah penentuan sifat umum dari suatu fenomena atau kategori. Sifat umum dari

setiap kategori fenomena tentu tidak sama. Sifat umum dari warna, adalah intensisitas corak dan kecerahan,

sedangkan sifat umum dari perilaku adalah frekuensi, intensitas, durasi, dan seterusnya.

Pengkodean Terporos

Pengkodean terporos adalah seperangkat prosedur penempatan data kembali dengan cara-cara baru dengan

membuat kaitan antarkategori. Pengkodean ini diawali dari penentuan jenis kategori kemudian dilanjutkan dengan

penemuan hubungan antar kategori atau antarsubkategori.

Dalam Grounded Theory, setiap kategori harus dikelompokkan ke dalam satu jenis kategori berikut; yaitu kondisi

kausal, konteks, kondisi pengaruh, strategi aksi/interaksi, dan konsekuensi. Sistem pengelompokan kategori ini

disebut dengan model paradigma Grounded Theory. Tugas peneliti pada tahap ini adalah memberi kode terhadap

setiap kategori data, dengan mengajukan pertanyaan, "termasuk jenis kategori apa data ini"? Model paradigma inilah

yang menjadi dasar untuk menemukan hubungan antar kategori atau antarsubkategori.

Kegiatan selanjutnya adalah menghubungkan subkategori dengan kategorinya. Sifat pertanyaan yang diajukan

dalam pengkodean terporos mengarah pada suatu jenis hubungan. Alternatif hubungan-hubungan itu adalah;

hubungan antara kondisi kausal dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara konteks dengan strategi

aksi/interaksi, hubungan antara kondisi pengaruh dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara strategi

aksi/interaksi dengan konsekuensi. Pola hubungan yang perlu ditemukan itu tidak terhenti pada hubungan antara

dua kategori, melainkan harus dapat mengungkap hubungan antara semua jenis kategori.

Pengkodean Terpilih

Mengingat masalah penelitian dalam Grounded Theory masih bersifat umum, mungkin sekali peneliti menemukan

sejumlah besar data dengan kategori dan hubungan antarkategori/subkategori yang banyak dan bervariasi.

Kenyataan ini tentu dapat membingungkan, karena datanya masih belum terfokus pada titik tertentu. Untuk

menyederhanakannya perlu dilakukan proses penggabungan dan atau seleksi secara sistematis.

Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk menyederhanakan data adalah dengan menggabungkan semua

kategori, sehingga menghasilkan tema khusus. Penggabungan tidaklah banyak berbeda dengan pengkodean

terporos, kecuali tingkat abstraksnya. Konsep-konsep yang digunakan dalam penggabungan lebih abstrak dari

konsep pengkodean terporos. Cara ini merupakan tugas peneliti yang paling sulit. Kepekaan teoritik dari peneliti

amat penting di sini. Inti dari proses penggabungan itu adalah, bagaimana peneliti dapat menemukan spirit teoritis

Page 12: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 12

dari semua kategori. Spirit teoritis itu mungkin saja tidak tampak secara eksplisit, tetapi tertangkap oleh pikiran

peneliti.

Ada beberapa tahapan kerja yang disarankan dalam proses pengkodean terpilih ini;

Mereproduksi kembali alur cerita atau susunan data ke dalam pikiran.

Mengidentifikasi data dengan menulis beberapa kalimat pendek yang berisi inti cerita atau data. Pertanyaan yang

perlu diajukan peneliti terhadap dirinya sendiri, adalah "apakah yang tampak menonjol dari wilayah penelitian ini?",

atau "apa masalah utamanya".

Menyimpulkan dan memberi kode terhadap satu atau dua kalimat sebagai kategori inti. Keriteria kategori inti yang

disimpulkan itu ialah bahwa ia merupakan inti masalah yang dapat mencakup semua fenomena/data. Kategori inti

harus cukup luas agar mencakup dan berkaitan dengan kategori lain. Kategori inti ini dapat diibaratkan sebagai

matahari yang berhubungan secara sistematis dengan planet-planet lain. Lalu kategori inti tersebut diberi nama

(konseptualisasi).

Menentukan pilihan kategori inti. Jika ternyata pada tahap "c" ada dua atau tiga kategori inti, maka mau tak mau

harus dipilih satu saja. Kategori inti lainnya dijadikan sebagai kategori tambahan yang tidak menjadi inti pembahasan

dalam penelitian ini.

Pada tahap penggabungan dan atau pemilihan ini, peneliti sebenarnya telah sampai pada penemuan tema pokok

penelitian. Pada umumnya metode kualitatif menganggap penelitian telah selesai pada penemuan tema ini. Lain hal

dalam Grounded Theory, tema utama (yang sudah ditemukan) dipandang sebagai dasar untuk merumuskan

masalah utama dan hipotesis penelitian. Karena itu, peneliti perlu merumuskan masalah pokok dan hipotesis

penelitiannya. Berdasarkan masalah dan hipotesis itu, peneliti harus kembali lagi ke lapangan untuk mengabsahkan

atau membutikannya. Hasil pembuktian itulah yang menjadi temuan penelitian, yang disebut sebagai teori.

Indeks Grounded Theory Approach

o Pendahuluan

o Perumusan Masalah Penelitian

o Penggunaan Teori Terdahulu

o Analisis Data

o Analisis Proses

o Pengumpulan Data dan Penyampelan Teoritik

o Penutup

Page 13: 1 Analisis Data Kualitatif

Page

| 13