06.31.0001 yasinta diah ayu meistikasari
Post on 13-Apr-2016
34 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
i
KEWAJIBAN MEMILIKI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN
MASALAH SEPUTAR PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI
(Studi Kasus di Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata Semarang)
Laporan Praktek Kerja Lapangan
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Disusun oleh:
Yasinta Diah Ayu Meistikasari
06.31.0001
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2009
ii
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Nama : Yasinta Diah Ayu Meistikasari
N.I.M : 06.31.0001
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : D3 Perpajakan
Judul : Kewajiban Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan Masalah
Seputar Pelaporan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak Orang
Pribadi (Studi Kasus di Fakultas Ekonomi Unika
Soegijapranata Semarang)
Disetujui di Semarang, Juli 2009
Dosen Pembimbing
Agnes Arie Mientarry C, SE., Akt
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul: Kewajiban Memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Masalah Seputar Pelaporan Surat Pemberitahuan
Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus di Fakultas Ekonomi Unika
Soegijapranata Semarang).
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : Yasinta Diah Ayu Meistikasari
NIM : 06.31.0001
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 13 Juli 2009
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu
persyaratan untuk mencapai Ahli Madya Perpajakan.
Pembimbing, Koordinator Penguji,
Agnes Arie Mientarry C, SE., Akt Rini Hastuti, SE., Msi., Akt
Dekan Fakultas Ekonomi,
Dr. Andreas Lako
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
A SHIP in the harbour is safe…
But That’s not the REASON why THE SHIP is Made…
(John C. Maxwell)
If you try to sit on Two chairs, you will fall between..
For life.. you must choose One chair..
(Pavarotti)
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ibu dan bapak,
mbak, dan adik-adikku yang selama ini telah memberikan
yang terbaik untukku…
v
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yasinta Diah Ayu Meistikasari
NIM : 06.31.0001
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : D-3 Perpajakan
Menyatakan bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah hasil karya sendiri.
Apabila di kemudiana hari ditemukan adanya bukti plagiasi, manipulasi dan atau
bentuk-bentuk kecurangan yang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dalam
bentuk apapun dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata.
Semarang, Juli 2009
Yasinta Diah Ayu Meistikasari
vi
ABSTRAKSI
Penerimaan pajak diandalkan sebagai penopang perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah penerimaan dari Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPhOP). Guna meningkatkan penerimaan pajak, orang pribadi diwajibkan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Kewajiban setelah memiliki NPWP adalah melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan. Sehubungan dengan pelaporan SPT, muncullah masalah yang harus diselesaikan dengan solusi yang tepat. Penelitian ini membahas mengenai kewajiban wajib pajak dan hal yang berhubungan dengan pelaporan SPT. Teknik analisis yang digunakan dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah deskriptif kualitatif.
vii
Kata Pengantar
Puji Syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapangan ini dengan judul Kewajiban Memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak dan Masalah Seputar Pelaporan Surat Pemberitahuan Wajib
Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus di Fakultas Ekonomi Unika
Soegijapranata Semarang).
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun untuk memenuhi dan
melengkapi syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini tidak akan selesai
dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terimakasih terutama kepada :
1. Bapak Dr. Andreas Lako selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang.
2. Ibu Paulina Rini Hastuti, SE., Msi., Akt selaku Ketua Program Studi Diploma
III Perpajakan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
3. Ibu Agnes Arie Mientarry C, SE., Akt selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak membantu dan meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan
serta masukan yang berguna bagi penulis dalam menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapangan ini.
viii
4. Bapak dan Ibu Dosen Diploma III Perpajakan yang dengan sabar telah
memberi bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan selama masa perkuliahan.
5. Ibu Serafina Melati Puspita selaku staf administrasi Diploma III Perpajakan
Universitas Katolik Soegijapranata yang banyak membantu dalam kegiatan
perkuliahan dan dalam kelancaran penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan
ini.
6. Seluruh staf administratif dan staf edukatif fakultas ekonomi Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang yang telah meluangkan waktu dan
membantu penulis dalam memberikan informasi dan data-data yang sangat
dibutuhkan penulis dalam penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
7. Ibu & bapak, eyang putri, mbak – mbak, mas, adik – adik, bulik – bulik,
budhe, om, dan keponakan yang telah memberikan dukungan materiil maupun
non materiil selama ini.
8. Masku.. Mas Jt yang telah memberikan doa, kasih sayang dan dukungan
selama ini. Ade sayang mas, for now and ever... Terimakasih untuk
semuanya...
9. Friska Damayanti, thx for being my best friend..makasih bwt semua nasehat
dan solusi – solusi pentingnya..friend forever...
10. Temen- temen angkatan 2006, oci makasih buat pinjeman computer dan
kerjasama selama ini, dita makasih buat semua waktunya, vita, erni, sella,
risma, rizky, kaka, parkir, arie, angga, boro, onky, bayu... makasih buat
pertemanan selama ini. We Are The Best lah pokok’e...
ix
11. Anak – anak arsitek 2006, ayu, finta, ponco, sendok, bobi, yudha, agung..
bersama kalian, aku lebih mengerti arti persahabatan...
12. Anak – anak kost oci, kost dita, temen – temen mas Jt.. makasih buat
pembelajaran kehidupan selama ini.
13. Anak – anak pajak angkt ’07 & ’08, makasih buat kerjasama yang baik selama
ini.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Praktek
Kerja Lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan
dan akan menerima segala kritikan dan saran yang bersifat membangun.
Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Penulis
Yasinta Diah Ayu Meistikasari
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAAN……………………………………………… iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………… iv
PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………………... v
ABSTRAKSI………………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………... vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xiii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1
1.1 Latar belakang…………………………………………………….. 1
1.2 Perumusan masalah……………………………………………….. 4
1,3 Tujuan penulisan………………………………………………….. 4
1.4 Manfaat penulisan………………………………………………… 5
1.5 Sistematika penulisan……………………………………………... 5
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………... 7
2.1 Teori perpajakan…………………………………………………... 7
2.2 Fumgsi perpajakan……………………………………………… 8
2.3 Jenis – jenis pajak…………………………………………………. 8
2.4 Pajak penghasilan orang pribadi………………………………….. 10
2.4.1 Subjek pajak………………………………………………. 10
xi
2.4.2 Objek pajak………………………………………………... 11
2.4.3 Pengecualian objek pajak…………………………………. 12
2.5 Pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan
yang bersifat final…………………………………………………. 13
2.6 Nomor pokok wajib pajak (NPWP)……………………………… 14
2.6.1 Fungsi NPWP……………………………………………... 14
2.6.2 Pencantuman NPWP……………………………………… 14
2.6.3 Pendaftaran NPWP……………………………………… 15
2.6.4 Format NPWP…………………………………………….. 16
2.7 Surat pemberitahuan (SPT)……………………………………….. 16
2.7.1 Pengertian SPT……………………………………………. 16
2.7.2 Fungsi SPT bagi wajib pajak pajak penghasilan………….. 16
2.7.3 Jenis SPT………………………………………………….. 17
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN…………………... 18
3.1 Sejarah singkat……………………………………………………. 18
3.2 Visi fakultas ekonomi…………………………………………….. 19
3.3 Misi fakultas ekonomi…………………………………………….. 19
3.4 Data personalia……………………………………………………. 20
3.5 Metode penelitian…………………………………………………. 23
3.5.1 Jenis data …………………………………………………. 23
3.5.2 Metode pengumpulan data……………………………… 24
3.5.3 Metode analisis data………………………………………. 25
xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….. 26
4.1 Hak dan kewajiban wajib pajak setelah memiliki NPWP………… 26
4.1.1 Hak wajib pajak setelah memiliki NPWP………………… 26
4.1.2 Kewajiban wajib pajak setelah memiliki NPWP…………. 29
4.2 Permasalahan sehubungan dengan pelaporan SPT……………….. 31
4.3 Penyelesaian masalah sehubungan dengan pelaporan SPT………..34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 42
5.1 Kesimpulan……………………………………………………… 42
5.2 Saran …………………………………………………………….. 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang pasti membutuhkan
biaya yang sangat besar bagi perkembangannya. Biaya yang akan digunakan
berasal dari perekonomian bangsa yang seharusnya dikelola dengan baik oleh
pemerintah. Salah satu sektor perekonomian Indonesia yang menimbulkan
kontribusi sangat besar bagi kelangsungan pembangunan dan perkembangan
negara adalah sektor perpajakan.
Penerimaan perpajakan diandalkan sebagai penopang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini disebabkan karena
pendapatan dari sektor migas, yang dulu merupakan sektor utama yang
diandalkan, berkurang dan terus menurun. Oleh karena itu, pemerintah akan
terus berupaya memaksimalkan pendapatan negara dari sektor perpajakan ini.
Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh suatu Negara
kepada warga negaranya berdasarkan Undang – Undang dimana atas pungutan
tersebut Negara tidak memberikan kontraprestasi langsung kepada si
pembayar pajak tersebut(Hutagoal dkk, 2005). Selama ini pemerintah
sepertinya kurang begitu memperhatikan pelaksanaan perpajakan di Indonesia.
Maka dari itu, pemerintah mulai melakukan sosialisasi pajak, dan demi
meningkatkan penerimaan pajak, pemerintah melakukan peningkatan jumlah
wajib pajak dengan mewajibkan setiap warga negaranya untuk memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
2
Kewajiban untuk memiliki NPWP tersebut, sudah seharusnya
membuat masyarakat sebagai wajib pajak menumbuhkan kesadaran diri
dengan mentaati peraturan yang ada. Untuk mendukung program pemerintah
tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang bernama Sunset Policy.
Sunset Policy adalah fasilitas penghapusan sanksi administrasi berupa bunga
sebagaimana diatur dalam Pasal 37A Undang – Undang Nomor 28 Tahun
2007.
Kebijakan ini memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memulai
kewajiban perpajakannya dengan benar. Pada awalnya, Sunset Policy hanya
diberlakukan hingga akhir tahun 2008. Namun dalam perkembangannya,
Sunset Policy diperpanjang hingga akhir Februari 2009. Tujuan dari Sunset
Policy adalah :
• Peningkatan penerimaan pajak
• Peningkatan jumlah wajib pajak
• Peningkatan kepatuhan
Masyarakat yang dapat memanfaatkan kebijakan ini adalah wajib
pajak yang mendaftar sukarela dalam tahun 2008 yang akan menyampaikan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2007 dan
sebelumnya dan wajib pajak yang telah terdaftar sebelum 1 Januari 2008 yang
akan membetulkan SPT Tahunan Tahun Pajak 2006 dan sebelumnya.
Sistem self assessment yang dianut Undang – Undang Perpajakan
Indonesia menunjukkan bahwa wajib pajak mempunyai wewenang untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya. Sebagai
3
cerminan wajib pajak yang baik, masyarakat Indonesia selama ini telah
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Salah satu pajak yang menggunakan
sistem self assessment ini adalah Pajak Penghasilan pasal 21. Pajak
penghasilan pasal 21 ini berkenaan dengan pemotongan pajak atas penghasilan
dalam bentuk apapun yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri dan subjek
pajak yang dikenai PPh pasal 21 ini antara lain karyawan dan karyawati.
Konsekuensi dari kewajiban ber-NPWP yaitu wajib pajak harus
melaporkan SPT sebagai bukti bahwa telah membayar pajak penghasilannya.
Namun dalam kenyataannya, wajib pajak banyak mengalami kendala dan
kesulitan dalam pengisian maupun pelaporan SPT. Seperti halnya dengan staff
administratif dan staff edukatif di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang, mereka mengalami kesulitan dalam penyampaian
SPT.
Staff administratif dan staff edukatif tidak melakukan pelaporan SPT
sebelum mereka memiliki NPWP. Setelah ber-NPWP, mereka harus lapor
SPT dan mengalami kesulitan dalam mengisi SPT, sehinga muncul masalah
yang berkaitan dengan pengisian SPT tersebut. Hal ini disebabkan
pengetahuan wajib pajak mengenai pajak masih kurang, sosialisasi pajak yang
dilakukan Direktorat Jenderal Pajak pada tahun - tahun sebelumnya juga
kurang mengena di berbagai lapisan masyarakat karena selama ini Dirjen
Pajak hanya melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang berhubungan
dengan pajak saja.
4
Atas dasar tersebut penulis mencoba menelaah dengan melakukan
penelitian yang disusun dalam laporan praktek kerja lapangan yang berjudul
“Kewajiban Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan Masalah Seputar
Pelaporan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi
Kasus di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang)”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis sebutkan di atas,
perumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan praktek kerja lapangan
ini adalah :
1. Apa saja hak dan kewajiban wajib pajak setelah memperoleh
NPWP?
2. Masalah – masalah apa saja muncul sehubungan dengan pelaporan
SPT?
3. Bagaimana penyelesaian atau solusi dari masalah yang muncul
seputar pelaporan SPT?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
diuraikan di atas, tujuan penelitian dalam laporan PKL ini adalah :
1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban wajib pajak setelah memiliki
NPWP.
5
2. Untuk mengetahui masalah yang muncul sehubungan dengan
pelaporan SPT.
3. Untuk mengetahui penyelesaian atau solusi atas masalah yang
muncul seputar pelaporan SPT.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Instansi
Membantu instansi dalam memberikan informasi kepada karyawan
seputar SPT.
2. Bagi Wajib Pajak
Dapat membantu staff administratif dan staff edukatif FE Unika
Unika Soegijapranata Semarang menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam pelaporan SPT.
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan bagi penulis mengenai berbagai masalah
yang timbul dalam dunia kerja khususnya di bidang perpajakan.
4. Bagi Pembaca
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan topik bahasan laporan PKL ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini secara garis besar akan
dibagi menjadi lima bagian, yaitu :
6
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan
dalam penelitian ini.
BAB II : LANDASAN TEORI
Membahas teori – teori yang akan berhubungan dengan penelitian
dan akan digunakan sebagai landasan teori atau pedoman dalam
pembahasan yang akan dikemukakan.
BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Berisi gambaran umum dan sejarah berdirinya Fakultas Ekonomi
Unika Soegijapranata Semarang.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan masalah.
BAB V : PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran berdasarkan penelitian yang
dilakukan.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Perpajakan
Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat
Soemitro dalam Mardiasmo (2003) adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang – Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsur – unsur sebagai berikut :
1. Iuran dari rakyat kepada Negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa
uang (bukan barang).
2. Berdasarkan Undang – Undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang – Undang
serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung
dapat ditunjukkan. Dalam pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan
adanya kontraprestasi dari pemerintah kepada individu secara
langsung.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yaitu pengeluaran
– pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
8
2.2 Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak (Mardiasmo, 2003) yaitu :
1. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran – pengeluarannya.
Contoh : Pembayaran pajak digunakan dalam APBN dan APBD
pembangunan fasilitas negara.
2. Fungsi Mengatur (regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Contoh : Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang – barang
mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
2.3 Jenis – jenis pajak
Pajak dapat dikelompokkan menurut golongan, sifat, dan lembaga
pemungutnya (Mardiasmo, 2003) yaitu :
1. Menurut golongannya pajak dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
9
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib
pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
3. Menurut lembaga pemungutnya pajak dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh : Pajak Penghasilan, PPN dan PPnBM.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak dipungut oleh Pemerintah Daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak daerah terdiri atas :
Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan
Pajak Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.
Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak
Penerangan Jalan.
10
2.4 Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Pengenaan pajak penghasilan atas wajib pajak berdasarkan
penghasilan yang diperoleh baik di dalam negeri maupun di luar negeri
dalam suatu tahun pajak. Penghasilan orang pribadi dapat dikategorikan
sebagai berikut :
• Orang pribadi memperoleh penghasilan dari usaha atau kegiatan
seperti usaha industri, usaha jasa, usaha perdagangan, usaha lain –
lain seperti perikanan, perkebunan, peternakan, pertambangan.
• Orang pribadi memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja.
• Orang pribadi memperoleh penghasilan dari pekerjaan bebas.
• Pengusaha tertentu : wajib pajak orang pribadi tertentu yang
melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan grosiran dan
atau eceran melalui tempat usaha/gerai (outlet) yang tersebar di
beberapa lokasi yang tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain yang tidak dikenakan pajak bersifat final.
• Orang pribadi memperoleh penghasilan lain – lain seperti : bunga,
deviden, royalti, sewa, penghargaan dan hadiah, keuntungan dari
penjualan/pengalihan harta.
2.4.1 Subjek Pajak
Yang menjadi subjek pajak adalah :
• orang pribadi. Dimana yang dimaksud dengan orang
pribadi ini salah satunya adalah pegawai, yaitu
karyawan dan karyawati. Subjek pajak akan berubah
11
menjadi wajib pajak apabila mereka telah menerima
penghasilan yang telah memenuhi kewajiban subjektif
dan objektifnya.
• Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak. Yang dimaksud dengan
yang berhak adalah ahli waris. Penunjukan warisan
yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti
dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan
yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat
dilaksanakan.
2.4.2 Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan.
Pengelompokan penghasilan wajib pajak orang pribadi berdasarkan
aliran tambahan ekonomis dibagi menjadi :
• Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja.
• Penghasilan dari pekerjaan bebas, seperti gaji,
honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris,
aktuaris, akuntan, pengacara dan sebagainya.
• Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
• Penghasilan dari modal, yang berupa harta bergerak
maupun harta tak bergerak, seperti bunga, deviden,
royalti, sewa, keuntungan penjualan harta atau harta
yang tidak dipergunakan untuk usaha, dll.
12
• Penghasilan lain – lain, seperti keuntungan pembebasan
utang, penerimaan kembali pembayaran pajak yang
telah dibebankan sebagai biaya, penerimaan dari
piutang yang telah dihapuskan, tambahan kekayaan
neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
2.4.3 Pengecualian Objek Pajak
Yang tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang
termasuk objek pajak adalah :
Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, dan
asuransi beasiswa.
Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan
kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak.
Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun
yang pendiriannya disahkan Menteri Keuangan serta
iuran tujangan hari tua kepada badan penyelenggara
jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja.
Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan
lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh
pemerintah.
Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh
pemberi kerja.
13
Zakat yang diterima oleh pribadi yang berhak dari
badan atau lembaga amil zakat yang disahkan oleh
pemerintah.
2.5 Pemotongan atau Pemungutan Pajak Penghasilan yang Bersifat Final
Ketentuan mengenai pajak penghasilan yang berlaku saat ini
menunjukkan ada beberapa jenis penghasilan (objek pajak) yang
dikenakan pemotongan atau pemungutan pajak yang bersifat final.
Penghasilan yang dikenakan pemotongan atau pemungutan yang bersifat
final, tetap dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT), hanya saja
jumlahnya tidak dijumlahkan dengan penghasilan lainnya. Pajak yang
sudah dipotong tidak diperhitungkan sebagai kredit pajak.
Yang termasuk penghasilan yang dikenakan pajak final antara lain:
• Bunga deposito, tabungan dan diskonto SBI.
• Penjualan saham di bursa efek.
• Hadiah undian.
• Pesangon, tunjangan hari tua dan tebusan pensiun yang dibayar
sekaligus.
• Honorarium atas beban APBD/APBN
• Pengalihan hak atas tanah dan bangunan.
• Sewa atas tanah dan atau bangunan.
• Usaha jasa konstruksi.
14
2.6 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana administrasi
perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
wajib pajak. (Mardiasmo, 2003)
2.6.1 Fungsi NPWP
Fungsi NPWP menurut Djuanda, dkk (2003) antara lain :
Sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya, oleh
karena itu kepada setiap wajib pajak hanya diberikan satu
NPWP.
Dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran
pajak dan sebagai pengawasan administrasi perpajakan bagi
aparatur pajak.
2.6.2 Pencantuman NPWP
NPWP harus dicantumkan dalam setiap dokumen
perpajakan, antara lain pada :
Formulir yang digunakan wajib pajak.
Surat menyurat dalam hubungan dengan perpajakan.
Dalam hubungan dengan instansi tertentu yang mewajibkan
mengisi NPWP.
15
2.6.3 Pendaftaran NPWP
Orang pribadi berdasarkan sistem self assessment wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal wajib paja dan kemudian
akan diberikan NPWP kepada wajib pajak tersebut. Untuk mengisi
SPT Masa atau SPT Tahunan, wajib pajak harus mendaftarkan diri
untuk memiliki NPWP terlebih dahulu di Kantor Pelayanan Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat usaha atau tempat tinggal
wajib pajak orang pribadi untuk memperoleh NPWP.
Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
dibatasi jangka waktunya, karena hal ini berkaitan dengan saat
pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak terutang. Jangka
waktu pendaftaran NPWP adalah :
Bagi wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan, wajib
mendaftarkan diri paling lambat satu bulan setelah usaha
mulai dijalankam.
Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas apabila dalam suatu bulan
memperoleh penghasilan yang melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak setahun, maka wajib mendaftarkan diri paling
lambat pada akhir bulan berikutnya.
Beberapa syarat untuk mendapatkan NPWP adalah :
16
• Untuk orang pribadi non-usahawan, melampirkan fotokopi
KTP/Kartu keluarga/SIM/Paspor, fotokopi surat keterangan
tempat bekerja, dan surat kuasa apabila dikuasakan.
• Untuk orang pribadi usahawan, melampirkan fotokopi akte
pendirian, KTP/Kartu Keluarga/SIM, Surat Izin Usaha dan
atau Keterangan Tempat Usaha, Surat Keterangan Domisili,
dan surat kuasa apabila dikuasakan.
2.6.4 Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama
merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan
Kode Administrasi Perpajakan.
Formatnya adalah sbb : XX. XXX. XXX. X. XXX. XXX
2.7 Surat Pemberitahuan (SPT)
2.7.1 Pengertian SPT
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak
yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang – undangan
perpajakan.
2.7.2 Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan
a. Sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang.
17
b. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan atau
pemungutan pajak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak.
c. Untuk melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut
tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau
badan lain dalam satu Masa pajak, yang ditentukan peraturan
perundang – undangan perpajakan.
2.7.3 Jenis SPT
Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. SPT-Masa, adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang
terutang dalam suatu Masa Pajak atau pada suatu saat.
Dalam SPT-Masa PPh pasal 21, batas waktu penyampaian
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir.
b. SPT-Tahunan, adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak
yang terutang dalam suatu Tahun Pajak.
Penyampaian SPT-Tahunan PPh paling lambat tiga bulan
setelah akhir Tahun Pajak (biasanya tanggal 31 Maret tahun
berikutnya)
18
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
3.1 Sejarah singkat
Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata didirikan
pada bulan Agustus 1982 dengan Surat Keputusan Yayasan Sandjojo
Nomor 175/4S/SK/VII/1981, dan disyahkan dengan Surat Keputusan
Kopertis Wilayah VI No. 659/K/22/Kep/VIII/1982 tanggal 5 Agustus
1982. Pada mulanya fakultas ekonomi hanya mempunyai satu jurusan,
yaitu Jurusan Ekonomi Perusahaan. Pada tahun ajaran 1984/1985 Jurusan
tersebut diubah menjadi Jurusan Manajemen.
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen memperoleh status terdaftar
dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berdasar Surat Keputusan No.
0396/KEP/1989 tanggal 22 Mei 1989. Pada tahun 1991 Jurusan
Manajemen memperoleh status diakui dari Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan berdasar Surat Keputusan No. 0759/KEP/1990 tertanggal 31
Desember 1990. Status disamakan diperoleh tanggal 3 Februari 1994
dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
54/DIKTI/KEP/1994.
Tahun ajaran 1992/1993, Fakultas Ekonomi membuka Jurusan
Akuntansi. Jurusan ini memperoleh status Terdaftar dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan berdasar Surat Keputusan No. 330/KEP/1992
tanggal 11 Agustus 1992 dan memperoleh status diakui tanggal 14
Oktober 1998 dengan Surat Keputusan No. 367/DIKTI/KEP/1998.
19
Tahun ajaran 1998/1999, Fakultas Ekonomi membuka sebuah
program studi yaitu Program Studi Perpajakan (D3). Pembukaan program
studi ini berdasar Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 241/DIKTI/Kep/1998,
tanggal 14 Juli 1998 dengan status terdaftar.
3.2 Visi Fakultas Ekonomi
Fakultas Ekonomi Unversitas Katolik Soegijapranata merupakan
komunitas akademik yang unggul dalam pendidikan, penelitian, dan
pengabdian di bidang ekonomi dengan dilandasi nilai – nilai kristiani,
cinta kasih, keadilan, dan kejujuran.
3.3 Misi Fakultas Ekonomi
Berdasarkan nilai- nilai kristiani, cinta kasih, keadilan, dan
kejujuran, Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata akan :
• Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas secara akademik
didukung pengembangan kepribadian yang utuh dan potensi
kepemimpinan;
• Melakukan penelitian untuk pengembangan ilmu dan teknologi
yang berkenaan dengan ekonomi demi meningkatkan kesejahteraan
manusia;
• Melakukan pengabdian kepada masyarakat sebagai penerapan ilmu
dan teknologi yang telah dikembangkan demi kesejahteraan
manusia;
20
• Memberikan perhatian dan mencari pemecahan terhadap berbagai
masalah sosial budaya masyarakat, khususnya yang berhubungan
dengan bidang ekonomi;
• Mengembangkan jaringan kerja sama dengan berbagai institusi
pendidikan dan penelitian lokal, nasional, dan internasional untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian, dan pengabdian
dibidang ekonomi;
• Memperbaiki dan mengembangkan fakultas secara terus menerus,
sehingga dapat mendukung segala upaya mencapai unggulan.
3.4 Data Personalia
Dari data yang didapat, diketahui bahwa staf edukatif dan staf
administratif di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata
tercatat sebagai berikut:
Data staf edukatif ( Tenaga Pengajar Tetap ):
1. Dra. Sr. Vincentia ADSK
2. Dra. Retno Yustini, MSi
3. Dra. Lucia Hari Patworo, MSi
4. Drs. Y. Sugiharto, MM
5. Drs. Thomas Budi Santoso, EdD
6. Dra. Bernadeta Irmawati, MS
7. Drs. Vincent Didiek Wiet A.,PhD
8. Drs. Sentot Suciarto A., PhD
21
9. DR. Rustina Untari, MS
10. Rudy Elyadi, SE., MSi
11. Drs. Leo Gunawan. MSi
12. Drs. R. Bowo Harcahyo, MSi
13. Drs. B. Junianto Wibowo, MSM
14. Drs. Theodorus Sudimin, MS
15. Thomas Indradjaja, SE., MM
16. Ferijani, SE., MS-HRM
17. Veronica Kusdiartini, SE., MSi
18. Enny Trimeiningrum, SE., MSi
19. MY. Dwi Hayu Agustini, SE., MBA
20. Hudi Prawoto, SE., MM, Akt
21. MG. Westri Kekalih, SE., ME
22. Lilien Nuwar Intyas, SE., MSi
23. Posmaria Sitohang S, SE., MSi
24. Andreas Lako, SE., MSi
25. Yosephus Endra Rachmadi, SE., MSi
26. Ben. Karno Budiprasetyo, SE., MM
27. Ch. Yekti Prawihatmi, SE., MSi
28. Ch. Trihardjanti, SE., MSi
29. Oct. Digdo Hartomo, SE., MSi., Akt
30. Haryo Perwito, SE., MA-TRM
31. Ratna Wulandari, SE., MSi
22
32. Clara Susilowati, SE., MSi
33. Theresia Dwi Hastuti, SE., MSI., Akt
34. Ricky Dwi Budi Harsono, SE., MSi
35. H. Sri Sulistyanto, SE., MSi
36. Monica Palupi Murniati, SE., MM
37. Stefani Lily Indarto, SE., MM., Akt
38. Dra. Angelina Ika Rahutami, MSi
39. Eva Maria Soekesi, SE., MM
40. Bertha Bekti Retnawati, SE., MSi
41. M. Widyanto, SE., MSi
42. Agnes Advensia, SE., MSi., Akt
43. Yusni Warastuti, SE., MSi
44. Widuri Kurniasari, SE., MSi
45. Wijanto Hadipuro, SE., MT
46. Fredy Koeswoyo, Se., MSi
47. Wisnu Djati Sasmito, SE., MSi
48. Linggar Yekti N, SE., Mcom
49. Rini Hastuti, SE., MSi.,Akt
50. Meniek Srining Prapti, SE
51. E. Lucky Maretha, SE., MSi
52. St. Vena Purnamasari, SE., MSi
53. Sansaloni Butar – Butar, SE., MSi., Akt
54. Bayu Prestyanto, SE., MM
23
55. Agnes Arie Mientarry C, SE., Akt
56. Stephana Dyah Ayu R, SE., MSi
57. Ranto P. Sihombing, SE, MSi, Akt
58. S. M. Damar Endah, SE, MSi
Data staf Administrasi:
1. Kepala Tata Usaha : Benedictus Gunarto
2. Administrasi Fakultas : Tri Yulianto
3. Administrasi Jurusan Manajemen : Kris Saptyani Wijayanti
4. Administrasi Jurusan Akuntansi : Jimin
5. Administrasi Progdi Perpajakan : Serafina Melati
6. Pelayanan Nilai : Siska
7. Pelayanan Perkuliahan : MM. Sugiyarti
Dewi Retnowati
8. Bagian Skripsi : FX. Sutomo
9. Jabatan Akademik : Anna Pariyani
10. Rumah Tangga Perkuliahan : Yatiman
11. Rumah Tangga Fakultas : Safriudin
3.5 Metode Penelitian
3.5.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan
ini adalah :
24
Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumbernya. Data yang dipakai merupakan hasil wawancara
penulis dengan staf edukatif dan staf administratif FE Unika
Soegijapranata.
Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dengan
menggunakan data yang sudah diolah sebagai bahan masukan
dan informasi yang dibutuhkan. Data yang dipakai adalah
daftar karyawan, profil Fakultas Ekonomi Universitas
Soegijapranata, dan SPT Tahunan PPh pasal 21 formulir
1770SS, 1770S, dan 1770.
3.5.2 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini meliputi :
Metode Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan staff edukatif dan staff
administratif FE Unika Soegijapranata untuk memperoleh
gambaran mengenai permasalahan yang akan dibahas.
Metode Kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari
buku – buku pustaka yang berhubungan dengan permasalahan
yang dibahas dalam penelitian.
25
3.5.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penyusunan
laporan praktek kerja lapangan ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu
metode analisis data dengan cara mengumpulkan dan menganalisis
data berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan kenyataan yang
terjadi di lapangan. Metode ini digunakan untuk menganalisa
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Setelah Memiliki NPWP
Setiap orang yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi daerah tempat tinggalnya, dan kepada orang tersebut
akan diberikan NPWP. Wajib pajak yang telah memiliki NPWP akan
merasakan beberapa manfaat setelah memiliki NPWP. Manfaat setelah
memperoleh NPWP tidak hanya berupa hak – hak wajib pajak, tetapi akan
muncul juga kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak.
Wajib pajak di Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata memiliki
NPWP pada tahun 2008 dan NPWP tersebut dibuat secara kolektif.
Berdasarkan pengamatan peneliti, staff edukatif dan staff administratif
sudah sedikit banyak mengetahui apa saja yang menjadi kewajiban wajib
pajak. Namun ada yang tidak mengetahui hak – hak setelah memiliki
NPWP.
4.1.1 Hak Wajib Pajak Setelah Memiliki NPWP
Beberapa hak atau manfaat positif yang bisa diambil setelah
memiliki NPWP adalah :
• Dapat memanfaatkan fasilitas Sunset Policy, yang merupakan
fasilitas pengampunan pajak terbatas. Orang pribadi yang
mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP di tahun 2008
27
diberikan fasilitas pembebasan atas sanksi bunga atas pajak
yang kurang dibayar apabila mereka mau melaporkan dan
membayarkan pajak yang selama ini tidak atau kurang
dibayarkan.
• Penerapan diskriminasi tarif pemotongan Pajak Penghasilan
(PPh). Akan ada pembedaan pengenaan tariff pemotongan PPh
antara orang pribadi yang memiliki NPWP dengan orang
pribadi yang tidak memiliki NPWP. Jika tidak memiliki
NPWP, maka pemotongan PPh-nya akan dilakukan dengan
tariff yang lebih besar 20% dibandingkan jika memiliki NPWP.
Pembedaan ini juga akan diterapkan pada PPh pasal 21 atas
gaji yang dibayarkan oleh pemberi kerja.
• Memudahkan wajib pajak dalam mengajukan kredit. Saat ini
NPWP merupakan salah satu syarat dalam pengajuan kredit,
baik di bank ataupun lembaga pembiayaan lain sampai jumlah
tertentu.
• Memudahkan wajib pajak dalam urusan administrasi saat
pembuatan rekening koran di bank.
• Memudahkan wajib pajak dalam membuat Surat Ijin Usaha
Perdagangan.
• Memudahkan wajib pajak dalam pembayaran pajak final.
Contohnya saat membayar PPN, BPHTB.
28
• Memudahkan dalam pelayanan perpajakan dan pengembalian
pajak. Jadi misalnya wajib pajak memiliki kelebihan
pembayaran pajak pada masa pajak sebelumnya, maka akan
dengan mudah dikembalikan karena hanya dengan melihat
NPWPnya saja.
• Memudahkan wajib pajak dalam urusan adminsitrasi
pembuatan pasppor.
• Mendapat pembebasan fiskal untuk warga Negara Indonesia
yang akan ke luar negeri. Hak bebas fiskal ini mulai diterapkan
mulai Januari 2009. Warga negara yang tidak memiliki NPWP
harus membayar biaya fiskal luar negeri sebesar Rp
2.500.000,00 setiap kali berangkat ke luar negeri lewat bandar
udara (naik 150% dari sebelumnya) dan yang lewat jalur laut
tarifnya Rp 1.000.000,00 (naik 100%).
Berikut adalah tata cara bebas fiskal bagi pemegang NPWP :
• Menunjukkan NPWP, tiket serta pasppor kepada
petugas pajak saat berada di loket fiskal.
• Istri dan anak di bawah 21 tahun juga bebas fiskal.
Cukup dengan menyerahkan kartu keluarga kepada
petugas.
• Bila pemegang NPWP tidak ikut pergi, istri/anak harus
membawa fotokopi NPWP kepala keluarga dan
29
menyerahkannya kepada petugas bersama dengan
fotokopi kartu keluarga.
• Dari loket, petugas akan memberi pengantar untuk
pemilik NPWP ke petugas imigrasi. Selanjutnya, kita
bisa berangkat ke luar negeri.
4.1.2 Kewajiban Wajib Pajak Setelah Memiliki NPWP
Secara garis besar, kewajiban setelah memiliki NPWP
adalah wajib pajak wajib membayar pajak terutangnya dan wajib
melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak. Dalam hal ini, staff
edukatif dan staff administratif FE Unika Soegijapranata adalah
karyawan yang sebagian besar menerima penghasilan dari satu
pemberi kerja, maka kewajiban yang harus dilakukan adalah
melaporkan seluruh penghasilan dan potongan pajak yang telah
diberikan oleh pemberi kerja. Pelaporan ini hanya dilakukan satu
kali dalam setahun dengan menggunakan formulir SPT yang
disebut SPT Tahunan orang pribadi.
Wajib pajak sebagai karyawan tidak perlu melaporkan
kewajiban perpajakannya setiap bulan. Pelaporan SPT Tahunan
dilakukan paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah
berakhirnya tahun pajak. Jadi bagi staff edukatif dan staff
administratif FE Unika Soegijapranata yang baru memiliki NPWP
di tahun 2008, mereka paling lambat melaporkan SPT Tahunan
pada akhir Maret 2009.
30
Berikut merupakan tata cara penyampaian kewajiban
perpajakan bagi karyawan atau pegawai dari satu pemberi kerja :
• Karyawan wajib mengisi dan melaporkan sendiri SPT Tahunan
Pribadi dengan menggunakan Form 1770/1770s/1770ss
disetiap tahunnya, dengan melampirkan Form 1721-A1 dari
pemberi kerja.
• Karyawan mengisi form 1770/1770s/1770ss yang dilampiri
copy 1721-A1 dari pemberi kerja, dan Form 1721-A1(Istri)
bagi suami yang NPWP istrinya menginduk pada NPWP
Suami.
• Karyawan harus melaporkan semua harta dan hutang yang
dimiliki pada SPT dan dapat direkonsiliasi antara pendapatan
dan biaya tahun berjalan serta didukung dengan dokumen-
dokumen yang memadai yang dapat membuktikan kebenaran
pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan pada saat diperiksa
oleh KPP.
• Kemudian melaporkan ke KPP dan kemudian mendapat bukti
tanda terima. Wajib Pajak/Karyawan sebaiknya menyimpan
bukti tanda terima + copy SPT & lampiran dengan baik (bukti
pelaporan) apabila diperlukan dikemudian hari. Dan dokumen
yang berhubungan dengan pelaporan SPT tersebut sebaiknya
juga disimpan.
31
Kewajiban bagi wajib pajak yang bukan karyawan adalah
juga dengan melaporkan SPT. Bagi perusahaan pemberi kerja
wajib melaporkan SPT masa PPh pasal 21, pasal 23, dan pasal 25.
Kewajiban PPh pasal 22 menyangkut ke instansi tertentu yang
ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 sehingga untuk Wajib
Pajak umum, biasanya tidak memiliki kewajiban ini.
4.2 Permasalahan Sehubungan dengan Pelaporan SPT
Berdasarkan Undang – Undang KUP Nomor 28 tahun 2007, wajib
pajak wajib mengisi SPT dalam suatu tahun pajak yang bersangkutan
dengan benar. Pemahaman terhadap tata cara pengisian SPT pada awalnya
kurang begitu dipahami wajib pajak di FE Unika Soegijapranata. Namun
dengan adanya buku panduan pengisian SPT yang diterima oleh wajib
pajak dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan adanya pengisian SPT
bersama di FE Unika Soegijapranata, staff edukatif dan staff administratif
mampu melakukan pengisian SPT walaupun terkadang terdapat kesalahan
dalam pencantuman harta dan nominalnya.
Wajib pajak yang pada tahun sebelumnya tidak pernah melaporkan
SPT, merasa kesulitan dalam pengisian SPT. Hal itu terkait dengan adanya
beberapa masalah yang muncul sehubungan dengan pengisian SPT.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan staff edukatif dan
staff administratif masalah – masalah yang muncul tersebut antara lain :
32
1. Adanya NPWP ganda. Salah seorang staff edukatif di FE Unika
Soegijapranata memiliki NPWP ganda sehingga merasa kesulitan saat
mengisi NPWP di formulir SPT Tahunan orang pribadi. Hal ini juga
mengakibatkan wajib pajak harus mengisi SPT Tahunan sebanyak dua
kali.
2. Harta dengan nama kepemilikan anak yang masih menjadi
tanggungan wajib pajak. Banyak wajib pajak di FE Unika
Soegijapranata yang mengatasnamakan harta mereka dengan nama
anak karena mereka berpikir bahwa pada nantinya harta tersebut akan
diberikan kepada anak mereka juga. Hal ini menyebabkan
kebingungan dalam melaporkan harta WP ke dalam SPT. Harta yang
dicantumkan dalam SPT misalnya rumah, motor, mobil, tanah, dan
deposito.
3. Adanya warisan belum terbagi. Hal ini juga menjadi salah satu
penyebab kesulitan dalam mengisi SPT. Beberapa staff edukatif dan
staff administratif memperoleh warisan dari orang tuanya, tetapi
warisan tersebut masih milik bersama dengan saudara – saudara yang
lain. Masalah ini akan mengakibatkan kesulitan pencantuman nominal
dalam SPT.
4. Pencantuman harta yang tidak dilaporkan pada tahun
sebelumnya. Masalah ini dialami oleh staff edukatif yang memang
pada tahun – tahun sebelumnya sudah melakukan pelaporan SPT.
Hanya saja ada harta, misalnya rumah, yang pada saat itu belum
33
dilaporkan karena belum atas nama sendiri dan masih dalam proses
renovasi. Dampak dari permasalahan ini adalah kemungkinan akan
diperiksanya wajib pajak sehubungan dengan harta tersebut.
5. Pelaporan SPT suami dengan istri pensiunan yang tidak mendapat
bukti potong. Bagaimana pencantuman penghasilan istri sementara
tidak ada bukti potong yang diperoleh istri dari instansi yang berkaitan.
Hal ini menjadi sebuah kesulitan yang dialami salah seorang staff
administratif FE Unika Soegijapranata yang mengakibatkan tidak
dilaporkannya penghasilan istri karena ia menganggap sudah dipotong
pajak dan tidak perlu dilaporkan.
6. Suami dari staff edukatif FE Unika Soegijapranata yang sudah
meninggal tetapi kewajiban perpajakannya belum dilaporkan. Hal
ini menimbulkan kesulitan bagi istri saat melapor SPT Tahunan karena
biasanya pelaporannya menjadi satu dengan SPT suami, sementara
istri tidak paham dengan aturan perpajakan yang ada.
7. Tidak dilaporkannya penghasilan lain ke dalam SPT Tahunan
orang pribadi, misalnya penghasilan dari sewa rumah. Hal ini
mengakibatkan sedikit kerugian bagi negara karena seharusnya
penghasilan sewa dapat menjadi penghasilan yang dikenai pajak. Dan
bisa saja pembayaran dari sewa rumah tersebut belum dipotong pajak,
karena wajib pajak yang menyewakan rumah tidak tahu bahwa
penghasilan tersebut merupakan objek pajak.
34
8. Penghasilan dari honorarium yang sudah dipotong pajak tetapi
tidak mendapatkan bukti potong. Banyak dari staff edukatif FE
Unika Soegijapranata yang sering mengajar di tempat lain atau
menjadi pembicara dalam seminar. Mereka menerima penghasilan dari
pekerjaan tersebut dan sudah dipotong pajak. Tetapi tidak
mendapatkan bukti potong, sementara setelah acara atau kegiatan
selesai, mereka tidak berhubungan lagi dengan pihak yang terkait. Hal
ini menyebabkan wajib pajak tidak melaporkan honorarium tersebut ke
dalam SPT Tahunan orang pribadinya.
9. Istri memiliki NPWP sementara suami tidak memiliki NPWP
padahal suami memiliki penghasilan. Hal ini menyebabkan tidak
dilaporkannya penghasilan suami. Dan apabila petugas kantor pajak
mengetahui hal ini, maka tindakan yang akan dilakukan adalah dengan
adanya pemeriksaan.
10. Status 1721 A1/A2 istri dari staff administratif salah hitung. Hal
ini menyebabkan terjadinya lebih bayar ataupun kurang bayar pajak
penghasilan istri.
4.3 Penyelesaian Masalah Sehubungan dengan Pelaporan SPT
Beberapa masalah yang muncul di atas, yang sangat berhubungan
dengan proses pengisian SPT, harus diselesaikan agar tidak menghambat
pelaporan SPT. Penyelesaian yang berhubungan dengan masalah yang
sudah disebutkan di atas antara lain adalah :
35
1. Bagi karyawan yang memiliki NPWP ganda. Dalam perpajakan,
seharusnya hanya ada satu NPWP bagi satu nama dengan alamat yang
sama. Jika terdapat dua NPWP, maka untuk memudahkan pengisian
SPT dan pelayanan perpajakan lainnya, salah satu dari NPWP tersebut
harus dihapus. Tata cara penghapusan NPWP tersebut adalah :
• Wajib pajak datang ke KPP dengan membawa surat permohonan
penghapusan NPWP dan kartu NPWP yang akan dihapus.
• Mengisi formulir pendaftaran dan formulir perubahan data wajib
pajak (jika ada).
• Berkas – berkas yang sudah diisi dan dibawa tadi diserahkan
kepada petugas Tempat Pelayanan Terpadu dan kemudian
diperiksa.
• Setelah diperiksa dan dinyatakan lengkap, petugas TPT akan
mencetak Bukti Penerimaan Surat dan Bukti Penghapusan NPWP
yang kemudian diserahkan kepada wajib pajak.
• Proses selesai.
Setelah penghapusan salah satu NPWP, maka wajib pajak akan dengan
mudah mencantumkan NPWP pada formulir SPT Tahunan orang
pribadi.
2. Penyelesaian dari harta dengan nama anak dari wajib pajak adalah
dengan tetap mencantumkannya pada daftar harta formulir SPT.
Walaupun harta tersebut adalah atas nama anak, namun anak yang
dimaksud adalah anak yang masih merupakan tanggungan dari wajib
36
pajak. Jadi kewajiban perpajakan anak tersebut masih menjadi satu
dengan orang tuanya. Apabila anak tersebut dirasa sudah cukup
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif, maka anak tersebut harus
memiliki NPWP sendiri dan pencantuman harta atas nama anak
tersebut tidak lagi berada di SPT orang tuanya, tetapi berada pada
daftar harta SPT Tahunannya sendiri.
3. Warisan yang belum terbagi adalah merupakan subjek pajak. Jadi
pelaksanaan kewajiban perpajakan terhadap warisan tersebut dapat
tetap dilaksanakan. Bagi wajib pajak, yang menjadi sulit adalah berapa
nominal yang harus dicantumkan. Pencantuman nominal akan lebih
mudah bila wajib pajak telah mengetahui seberapa besar bagian yang
akan dia peroleh. Tetapi bila tidak atau belum diketahui berapa besar
bagiannya, wajib pajak dapat memperkirakan sendiri bagian
warisannya. Hasil perkiraan tersebut, yang sesuai dengan harga pasar
warisan tersebut, akan dicantumkan dalam formulir SPT Tahunan
orang pribadi.
4. Adanya pencantuman harta yang pada tahun sebelumnya tidak
dicantumkan pada dasarnya akan menjadi pertanyaan petugas kantor
pajak. Tetapi memang lebih baik dan sudah seharusnya harta tersebut
dicantumkan ke dalam daftar harta. Dan besar kemungkinan, petugas
pajak akan melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak tersebut.
Karena menurut petugas pajak, bagaimana mungkin muncul harta
dengan nominal yang cukup besar dibandingkan dengan penghasilan
37
yang dimiliki wajib pajak. Dan juga akan dipertanyakan mengapa pada
tahun sebelumnya harta tersebut tidak dilaporkan. Bagi wajib pajak,
sebaiknya menyiapkan bukti – bukti yang berkaitan dengan harta
tersebut. Sehingga ketika terjadi pemeriksaan, wajib pajak dapat
memberikan bukti yang sesuai dan dapat dibuktikan juga bahwa wajib
pajak tidak melakukan tindakan korupsi ataupun penggelapan uang.
5. Dalam pelaporan SPT, suami yang istrinya mendapat pensiun,
menggunakan formulir SPT 1770S. Penghasilan istri dicantumkan
dalam SPT suami. Bila istri tidak mendapat bukti potong, sebaiknya
minta kepada instansi yang terkait. Apabila penghasilan dari pensiun
istri tetap dicantumkan namun tidak ada bukti potong, maka oleh
petugas kantor pajak dianggap belum melakukan pembayaran pajak.
Padahal sebenarnya pensiun yang diterima telah dipotong pajak oleh
instansi yang terkait. Maka wajib pajak akan dikenakan pajak dua kali
karena tidak ada bukti potong yang dimaksud.
6. Suami yang sudah meninggal seharusnya dilaporkan ke kantor pajak.
Apabila belum dilaporkan, maka istri terlebih dahulu harus melaporkan
kewajiban perpajakan suami dan dalam SPT Tahunan disertakan surat
keterangan bahwa suami sudah meninggal. Dengan surat keterangan
tersebut, maka istri tidak perlu melaporkan kewajiban perpajakan
suami di tahun berikutnya tetapi istri tetap harus melaporkan
kewajiban perpajakannya. Istri tetap bisa menggunakan NPWP suami
tetapi angka paling belakang dari NPWP diganti menjadi 001. Bila istri
38
ingin membuat NPWP baru, maka NPWP suami harus dihapus terlebih
dahulu.
7. Penghasilan lain yang diperoleh wajib pajak, misalnya penghasilan
sewa, pada dasarnya tetap harus dilaporkan dalam SPT Tahunan orang
pribadi. Apabila tidak dilaporkan ke dalam SPT, suatu saat terjadi
pemeriksaan terhadap wajib pajak tersebut maka kemungkinan besar
wajib pajak akan mendapat sanksi. Jadi solusi yang tepat terhadap
permasalahan ini adalah dengan tetap melaporkan penghasilan sewa
yang diperoleh wajib pajak ke dalam SPT Tahunan orang pribadi dan
bila belum dipotong pajak, maka wajib pajak membayar pajak
terhadap penghasilan sewa dengan menyertakan Surat Setoran Pajak
(SSP).
8. Honorarium yang telah dipotong pajak tetapi tidak mendapat bukti
potong pada umumnya tidak dilaporkan oleh wajib pajak. Namun
seharusnya honorarium tersebut tetap dilaporkan ke dalam SPT
Tahunan. Karena tidak ada bukti potong, maka wajib pajak harus
meminta bukti potong kepada pihak yang terkait agar tidak terjadi
pembayaran pajak honorarium dua kali. Perlakuan terhadap
honorarium ini akan sama dengan perlakuan penyelesaian masalah
nomor 5 di atas yaitu terhadap pensiun yang tidak mendapat bukti
potong.
9. Suami yang tidak memiliki NPWP seharusnya membuat NPWP
apabila penghasilannya sudah di atas PTKP. Apabila belum memiliki
39
NPWP, pajak terhadap penghasilan suami akan dikenakan 20% lebih
tinggi dari pajak yang seharusnya. Untuk menghindari pengenaan
pembedaan tarif pajak terhadap penghasilan suami, langkah paling
baik yang dapat diambil adalah dengan segera membuat NPWP.
Kecuali telah dijelaskan dengan surat keterangan dari Pemda ataupun
dari kelurahan bahwa suami tidak memiliki penghasilan, maka suami
sepenuhnya akan menjadi tanggungan istri.
10. Kesalahan status istri dalam 1721 A1/A2 menyebabkan kesalahan
besarnya pajak yang dipotong oleh instansi tempat istri bekerja. Bisa
terjadi lebih bayar ataupun kurang bayar. Bila status istri dan
penghitungan benar, maka status pajak terutangnya nihil. Kesalahan
status istri disebabkan karena tidak dibedakannya status istri dalam
kepegawaian dengan status istri dalam perpajakan. Instansi tempat istri
bekerja pasti menyamaratakan status tersebut supaya tidak terjadi dua
kali penghitungan dalam membuat laporan atau slip gaji. Pada
pelaporan SPT Tahunan orang pribadi yang dilakukan oleh suami,
karena NPWP istri sama dengan suami, akan terdapat lampiran bukti
potong atau 1721 A1/A2 milik istri. Atau bisa juga istri melakukan
pelaporan SPT Tahunan orang pribadi sendiri karena memiliki NPWP
sendiri. Jadi sebaiknya instansi tempat istri bekerja harus membedakan
antara status kepegawaian dengan status sebagai wajib pajak. Karena
dalam perpajakan, status yang dipunyai istri yaitu TK/0 (tidak kawin
dengan tidak mempunyai tanggungan), kecuali istri menganggung
40
anak dengan alasan suami sudah meninggal atau suami tidak
berpenghasilan.
Tabel dibawah ini menunjukkan rangkuman dari beberapa masalah dan
penyelesaian masalah yang telah diuraikan diatas. Dalam tabel ini juga
menunjukkan dampak yang mungkin timbul jika wajib pajak tidak menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi.
Tabel 4.1 Matrix Permasalahan dan Penyelesaian
Masalah Penyelesaian Dampak
Adanya NPWP ganda Salah satu dari NPWP harus dicabut
Jika tidak dicabut, akan menyulitkan WP
melakukan pelaporan SPT Harta dengan nama anak
yang masih menjadi tanggungan
Tetap mencantumkan harta pada SPT WP karena anak masih menjadi tanggungan
Jika tidak dicantumkan ke dalam SPT, akan
menimbulkan kecurigaan petugas pajak dan ada
kemungkinan diperiksa Adanya warisan belum
terbagi warisan belum ternagi tetap
harus dicantumkan ke dalam SPT WP sesuai dengan perkiraan besar
warisan yang akan diperoleh
Menyebabkan kesulitan pencantuman warisan ke
dalam SPT WP
Pencantuman harta yang tidak dilaporkan pada tahun
sebelumnya
Lebih baik harta tersebut dicantumkan ke dalam SPT dan WP menyiapkan bukti – bukti kepemilikan harta
Jika tidak dicantumkan akan menimbulkan
pertanyaan dari petugas pajak dan ada kemungkinan
diperiksa Pelaporan SPT suami
dengan istri pensiunan yang tidak mendapat bukti
potong
Meminta bukti potong ke instansi yang terkait tempat istri memperoleh pensiun
Jika tidak ada bukti potong, kemungkinan akan
dipungut pajak dua kali
Suami dari staff edukatif FE Unika Soegijapranata yang
sudah meninggal tetapi kewajiban perpajakannya
belum dilaporkan.
Melaporkan bahwa suami sudah meninggal dan
menyelesaikan kewajiban perpajakan suami
Jika tidak dilaporkan, suami dianggap masih hidup dan
akan terus melakukan kewajiban perpajakannya
Tidak dilaporkannya penghasilan lain ke dalam
Tetap melaporkan penghasilan lain ke dalam
Jika tidak dilaporkan, ada kemungkinan WP mendapat
41
SPT Tahunan orang pribadi SPT dan membayar pajaknya bila belum dibayar
sanksi karena penghasilan lain juga merupakan
tambahan ekonomis nagi WP
Penghasilan dari honorarium yang sudah
dipotong pajak tetapi tidak mendapat bukti potong
Meminta bukti potong ke instansi yang terkait
Jika tidak ada bukti potong, akan dipungut pajak lagi
Istri memiliki NPWP sementara suami tidak
memiliki NPWP padahal suami berpenghasilan
Suami harus membuat NPWP untuk melaksanakan
kewajiban perpajakannya
Jika tidak membuat NPWP, maka suami akan dipotong pajak 20% lebih tinggi dari
seharusnya Status 1721 A1/A2 istri
salah hitung Instansi terkait harus membedakan status
kepegawaian dengan status pajak
Jika tidak dibedakan, maka akan terjadi pajak terutang
yang kurang atau lebih dibayar
Sumber : Data diolah (2009)
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan permasalahan
dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1. Setiap wajib pajak pasti memiliki hak dan kewajiban setelah ber –
NPWP. Hak atau keuntungan positif yang dapat diperoleh wajib pajak
terdapat dalam beberapa segi kehidupan. Keuntungan yang pasti dapat
dilihat yaitu wajib pajak yang ber – NPWP dapat memperoleh
pembebasan fiscal luar negeri, dimudahkan dalam segala urusan
administrasi perbankan, dapat memanfaatkan program Sunset Policy
dari Pemerintah, mendapat tariff pajak yang lebih rendah dari wajib
pajak yang tidak ber – NPWP, dan akan mempermudah pelayanan
dalam bidang perpajakan. Sedangkan secara garis besar, kewajiban
wajib pajak yang telah ber – NPWP adalah kewajiban untuk
menghitung dan melaporkan seluruh penghasilan dan kewajiban wajib
pajak (hutang) ke dalam SPT Tahunan orang pribadi.
2. Berbagai masalah muncul sehubungan dengan pelaporan SPT Tahunan
orang pribadi. Munculnya masalah tersebut berkaitan dengan
pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan itu sendiri terutama tata
cara dalam pengisian SPT. Adanya masalah seperti itu dapat sedikit
menghambat pelaporan SPT. Masing – masing permasalahan itu
menimbulkan dampak bagi wajib pajak yaitu kesalahan dalam mengisi
43
SPT dan mundurnya pelaporan SPT karena wajib pajak merasa malas
mengisi SPT dengan adanya masalah tersebut. Kurangnya sosialisasi
yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak mengenai perpajakan yang
ada di Indonesia juga menjadi penghambat wajib pajak dalam
melakukan kewajiban perpajakannya.
3. Penyelesaian masalah yang muncul seputar pelaporan SPT saling
berkaitan. Beberapa masalah yang sejenis penyelesaiannya adalah
dengan tetap harus mencantumkan seluruh penghasilan, baik milik istri
maupun suami, ke dalam SPT. Penyelesaian bagi NPWP ganda adalah
dengan menghapus salah satu NPWP. Dengan adanya penyelesaian
tersebut, wajib pajak akan lebih mudah melakukan pelaporan SPT
sehingga waktu pelaporan SPT tidak menjadi mundur.
5.2 Saran
1. Bagi Fakultas Ekonomi
Sebaiknya Fakultas Ekonomi tetap mempertahankan adanya pengisian
SPT bersama dan tetap memberikan fasilitas konsultasi mengenai SPT
bagi karyawannya.
2. Bagi Universitas
Sebaiknya status kepegawaian karyawan dibedakan dengan status
pajak yang berlaku sesuai Undang – Undang. Universitas juga
sebaiknya segera melakukan pemutakhiran data wajib pajak ke KPP
44
setempat agar status wajib pajak untuk tahun – tahun berikutnya tidak
mengalami kesalahan.
3. Bagi Wajib Pajak
Sebaiknya staff edukatif dan staff administratif FE Unika
Soegijapranata menambah pengetahuan mereka pada bidang
perpajakan khususnya dalam pelaporan SPT karena mereka akan terus
melakukan pelaporan SPT di tahun – tahun berikutnya. Wajib pajak
juga harus tepat waktu dalam menyampaikan SPT Tahunan orang
pribadi agar tidak dikenai sanksi perpajakan.
4. Bagi Penulis Selanjutnya
Penulis selanjutnya sebaiknya menambah pengetahuan mengenai dunia
perpajakan dan menambah ruang lingkup permasalahan karena dalam
laporan praktek kerja lapangan ini, ruang lingkup permasalahan hanya
di FE Unika Soegijapranata sehingga masalah yang muncul hanya
beberapa. Apabila ruang lingkup permasalahan diperluas, maka
permasalahan yang muncul dan data yang diperoleh akan lebih banyak
dan kompleks. Sehingga dalam penelitian dan penulisan selanjutnya
akan lebih luas pokok bahasannya dan dapat disempurnakan lagi.
5. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
KPP sebaiknya lebih mendekatkan diri dengan wajib pajak antara lain
dengan cara melakukan sosialisasi mengenai perpajakan yang
dibutuhkan oleh wajib pajak yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, Perpajakan, Penerbit Andi, Jogjakarta, 2003
Hutagalo, John dkk, Flash PPhoP 2006, Natio Consulting, Jakarta, 2005
Djuanda, Gustian, Dan Irwansyah Lubis, Pelaporan Pajak Penghasilan,
Gramedia, Jakarta, 2001
Djuanda, Gustian Dkk, Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Salemba Empat,
Jakarta, 2003
, 2007, Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan
, 2008, Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
LAMPIRAN
top related