checep05.files.wordpress.com file · web viewkeempat, penilaian dan monitoring ktsp yang mengandung...
Post on 21-Mar-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENDIDIKAN DAN PELATIHANKEPALA SEKOLAH
MANAJEMEN PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
MAKALAH DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKANDIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
disampaikan oleh :
Drs. SARONO, M.Hum.
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah2011
KEPALA SEKOLAHDIKDASMEN
KOMPETENSI MANAJERIAL
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangDalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
sebagai jantungnya pembelajaran, tidak hanya didasarkan kepada
kehendak kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum
semata. Tetapi juga harus memperhatikan tujuan pendidikan nasional,
tujuan pendidikan di provinsi, dan tujuan pendidikan lokal
(kabupaten/kota), yang merupakan arah untuk dijabarkan menjadi
kompetensi dasar dan kompetensi lulusan peserta didik. Selanjutnya,
kedirian peserta didik sebagai manusia yang berkarakter, berharkat
dan bermartabat harus menjadi bahan pertimbangan pula. Di samping
itu, esensi dan profesionalisme guru sebagai pendidik, harus menjadi
pemahaman yang komperhensif dan tepat dalam pengembangan
kurikulum. Ketiga komponen tersebut adalah arah pengembangan
kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan
Untuk Manajemen Pengembangan dan Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah dikembangkan menjadi 4 (empat) bagian .
Pertama,, Arah Pengembangan KTSP yang mengandung tiga
indikator yaitu penguasaan terhadap seluk beluk tujuan pembangunan
nasional, tujuan pendidikan nasional, tujuan regional, tujuan local dan
tujuan satuan pendidikan. Di samping itu indicator kepemilikan
wawasan yang tepat tentang kedirian siswa, dan kepemilikan
pemahaman yang komprehensif tentang esensi dan tugas
professional guru sebagai pendidik.
Kedua, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan indiator
penguasaan seluk beluk kurikulum dan proses pengembangan
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 1
kurikulum nasional sehingga memiliki sikap positif terhadap kurikulum
nasional yang selalu mengalami pembaharuan, serta terampil dalam
menjabarkannya menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Ketiga, Rencana Program dan Metode Pembelajaran, serta
Pemberdayaan Sumber Daya yang memiliki kemampuan
mengembangkan rencana dan program pembelajaran sesuai dengan
kompetensi lulusan yang diharapkan, menguasai metode
pembelajaran yang efektif, mengelola kegiatan pengembangan
sumber daya dan alat pembelajaran, serta menguasai teknik-teknik
penilaian hasil belajar dan menerapkannya dalam pembelajaran.
Keempat, Penilaian dan Monitoring KTSP yang mengandung
indikator kemampuan menyusun program pendidikan per tahun dan
per semester, menyusun jadwal pelajaran per semester, serta
berkemampuan melaksanakan monitoring dan evaluasi program
pembelajaran dan melaporkan hasil-hasil pembelajaran kepada
pemangku kepentingan (stakeholders) sekolah.
B. SELUK BELUK KTSPKurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu,
kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan da potensi yang
ada di daerah masing- masing.
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 2
Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari delapan
standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi
satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk: a. belajar untuk
bermain dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. belajar
untuk memahami dan menghayatai; c. belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efektif; d. belajar untuk hidup
bersama dan berguna untuk orang lain; dan e. belajar untuk
membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Menurut Seller dan Miller (1985:1), kurikulum ialah seperangkat
interaksi bertujuan yang secara langsung maupun tidak langsung
dirancang untuk menfasilitasi belajar agar lebih bermakna. lnteraksi
langsung biasanya mengambil bentuk kurikulum tertulis dan mata
pelajaran-mata pelajaran, adapun interaksi yang tidak langsung dapat
ditemukan dalam “kurikulum tersembunyi” (hidden curriculum), yaitu
semua hal yang tidak direncanakan tetapi tidak terjadi di sekolah,
dialami, dan dipelajari peserta didik. Menurut Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2006, tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 3
pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Kurikulum, dalam
pengertian kurikulum tertulis, mempunyai empat komponen-pokok,
yakni: tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Tujuan memiliki peranan penting, karena akan mengarahkan
semua kegiatan pembelajaran dan akan mewarnai komponen-
komponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum dirumuskan berdasar
dua hal. Pertama, tuntutan perkembangan ilmu, pengetahuan,
teknologi dan seni (ipteks), keperluan, dan kondisi masyarakat.
Kedua, didasari oleh pemikiran-pemikiran yang terarah pada
pencapaian nilai-nilai filosofis.
Berdasar cakupannya, kita mengenal beberapa kategori tujuan,
yakni tujuan jangka panjang, tujuan jangka menengah, tujuan jangka
pendek, tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan jangka panjang
merupakan tujuan pendidikan nasional, tujuan ideal pendidikan
bangsa. Tujuan jangka menengah merupakan tujuan institusional,
yakni yang akan dicapai oleh sesuatu lembaga pendidikan. Termasuk
tujuan jangka menengah ialah tujuan kurikuler, yang akan dicapai
oleh sesuatu program studi. Adapun tujuan jangka pendek tercermin
dalam tujuan pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran umum
(TPU) maupun tujuan pembelajaran khusus (TPK).
Dalam mempersiapkan pelajaran, guru harus menjabarkan tujuan
mengajarnya dalam bentuk-bentuk tujuan khusus yang operasional,
sehingga jelas dan müdah mengukurnya.
Materi atau bahan belajar merupakan sekumpulan fakta,
konsep, prinsip, prosedur, teori atau kombinasi dari berbagai hal
tersebut yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dalam
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 4
menyusun bahan ajar, guru perlu memperhatikan tiga hal penting,
yakni kontinuitas, sekuens, dan integritas.
Kontinuitas, artinya bahwa pengalaman belajar yang akan
disampaikan kelas harus memiliki kesinambungan dengan
pengalaman belajar di luar kelas Sekuens atau urutan, artinya bahwa
pengalaman belajar yang diberikan kelas sebelumnya harus menjadi
dasar bagi pengalaman belajar yang aka diberikan di kelas
selanjutnya. Integritas artinya bahwa pengalaman belajar yang
diberikan kepada siswa harus diarahkan menjadi pengalamani belajar
terpadu, yang berguna untuk memecahkan persoalan hidup sehari-
hari.
Metode terkait erat dengan tipe bahan ajar atau materi. Pada saat
guru menyusun materi, ia harus sudah memikirkan metode apa yang
cocok denga materi tersebut. Di samping itu, guru disarankan untuk
menggunakan matode yang meningkatkan kebermaknaan materi bagi
peserta didik, yakni dengan menghubungkan materi dengan struktur
kognitif yang ada pada peserta didik.
Evaluasi merupakan komponen kurikulum yang berfungsi untuk
menilai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan serta untuk menilai
proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan. Tiap kegiatan
akan memberikan umpan balik yang digunakan untuk mengadakan
usaha penyempurnaan baik bagi penetapan perumusan tujuan,
pemilihan materi, dan pemilihan metode.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Seperti halya
kurikulum nasional, KTSP disusun mencakup tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 5
C. Landasan Pengembangan KurikulumMinimal ada lima landasan yang digunakan dalam menyusun
kurikulum, yaitu landasan yuridis, filosofis, landasan psikologis,
landasan sosilologis, dan perkembangan ipteks. Pertimbangan lain
yang tidak boleh dilupakan dalam pengembangan kurikulum ialah
faktor sosial budaya. Alasannya terkait dengan sifat pokok
pendidikan, yakni sebagai proses pemberian pertimbangan nilai,
proses pengarahan kehidupan bermasyarakat, dan tempat
berlangsungnya proses pendidikan di masyarakat. Oleh karena itu,
kondisi sosial budaya di mana praktek pendidikan berlangsung harus
dipertimbangkan dalam menyusun dan pengembangan kurikulum.
Ilmu, pengetahuan dan teknologl dan seni (Ipteks) yang terus
berkembang sangat pesat juga perlu dipertimbangkan dalam
menyusun kurikulum. Kurikulum harus berisi hal yang perlu dikuasai
anak didik untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi
pada masa depan. Perkembangan ipteks adalah sesuatu yang pasti
terjadi, oleh karenanya harus diantisipasi melalul muatan kurikulum
yang berorientasi ke masa depan.
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 6
BAB IIRencana dan Program Implementasi Kurikulum
A. Pengertian Rencana dan Program Implementasi KurikulumRencana ialah blueprint atau gambaran awal dari apa yang akan
dilaksanakan. Kaitannya dengan program implementasi kurikulum,
perencanaan kurikulum dapat digunakan urituk mengdentifikasi
kesulitan-kesulitan yang potensial serta untuk menghadapi persoalan-
persoalan yang mungkin timbul. Adapun program implementasi
kurikulum merupakan rencana pelaksanaan dari kurikulum tertentu.
B. Komponen-komponen rencana Implementasi kurikulumTerdapat tujuh komponen utama dalam rencana implementasi
kurikulum (Miller dart Seller, 1985:276), yakni sebagai berikut.
1. Mengkaji program baru.
Perencanaan awal dari implementasi menentukan kajian terhadap
program-progtam baru. Kajian ini dapat dilakukan di tingkat kabupaten
yang dipandu oleh panitia perencana. Faktor yang perlu diperhatikan
ialah apakah usulan program berasal dari dalam atau luar sistem
sekolah.
2. Identifikasl sumber-sumberIdentifikasi sumber dapat dilakukan pada tiga bidang, yakni: (1)
sumber tercetak dan dari pandang-dengar, sebagai misal: buku-buku
teks, bahan-bahan mengajar, (2) manusia sumber, sebagal misal:
para konsultan, dan (3) sumber keuangan. Sebelum menerapkan
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 7
program baru di kelas, guru harus diberi kesempatan untuk menguji
materi-materi sumber dan merekomendasi kelayakannya untuk
dipakai. Di samping itu materi, manusia sumbet diperlukan untuk
membantu guru mengatasi persoalan yang mungkin timbul. Adapun
sumber keuangan diperlukan karena implementasi program baru
selalu memerlukan biaya sebagai missal : pemberian buku-buku teks,
bahan-bahan baru untuk pembelajaran, dan sebagainya.
3. Menetapkan peranPenetapan peran perlu dilakukan agar tidak teajadl tumpang-
tindih tugas pada satu orang. Sebagai missal kepala sekolah dapat
diberi tugas mengkoordinasikan kegiatan implementasi antara
sekolah sementara tugas mendistribusikan kuesioner yang terkait
dengan kemajuan implementasi dapat dlberikan kepada personal
tertentu. Perlu dicatat, bahwa kepala sekolah yang sering
mendiskusikan persolan implementasi dan program-program baru
dengan guru-guru, baik dalam satu pertemuan maupun secara
pribadi, serta membantu mereka mengatasi masalah pada umumnya
lebih sukses dari pada kepala sekolah yang tidak aktif pada kegiatan
tersebut.
4. Pengembangan. profesionalImplementasi program baru memiliki dampak pada
pengembangan professional. Sebagal misal: Inplementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut guru untuk banyak
membaca hal-hal baru yang terkait dengan KTSP. Dengan kata lain,
diluncurkannya program baru menuntut guru untuk mengkajinya lebih
jauh sehingga kemampuan profesionalnya meningkat.
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 8
5. PenjadwalanPenjadwalan diperlukan untuk menetapkan kapan kemajuan
implementasi dapat dinilai Menyiapkan jadwal implementasi
memerlukan analisis yang cermat terhadap program baru dan
kebutuhan guru dalam lmplementasi tersebut. Jadwal akan menjadi
jadwal yang efektif jika disusun berdasar basil diskusi semua
kelompok yang terlibat dalam program implementasi.
6. Membangun sistem komunikasiArus Informasi dan pertemuan atau kontak yang dibangun melalul
system komunikasi dapat membantu mengurangi perasaan terasing
dan pihak-pihak terkait selama implementasi. Bagi guru, kesempatan
untuk berbicara satu sama lain tentang program-program baru dapat
mengingatkan mereka bahwa mereka tidak sendiran dalam
implementasi itu. Melalui sistem komunlkasi seorang guru yang
memerlukan bantuan dapat segera dibantu oleh rekan sejawat.
Rencana untuk sistem komunikasi dimulai dengan identifikasi tentang
informasi apa yang akan dlperlukan, siapa yang àkan
menggunakannya, dan kapan akan digunakan.
7. Pemantauan pelaksanaanTujuan dari pemantauan ialah untuk mengumpulkan informasi
yang terkait dengan implementasi dan menggunakan informasi itu
untuk menfasilitasi dan membantu upaya guru. Arus informasi,
didukung system komunikasi akan memberikan gambaran tentang
kemajuan Implementasi. Melalui pemantauan, keputusan tentang
kegiatan yang penting dapat dibuat, untuk mendukung implementasi
dan kemungkinan perubahan dalam program-program baru.
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 9
C. Model-model lmplementasi KurikulumMemahami model-model Implementasi kurikulum memungkinkan
para pekerja kurikulum untuk mengidentifikasi kesulitah dalam
implementasi dan untuk mengembangkan strategi untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan tetsebut. Menurut Miller dan Seller (1985: 249),
paling tidak ada tiga model lmplementasl kurikulum yang akomodatif
terhadap persoalan yang muncul di lapangan. Model-model tersebut
ialah:
1. Concern-Based Adoption Model (CBAM)Model mi dikembangkan oleh Hall dan Loucks (1978),
menekankan pada ldentifikasi level yang bervariasi tentang
perhatian guru terhadap inovasi dan bagaimana guru
menggunakan inovasi di ruang kelas.
2. The Innovation Profile ModelModel mi dikembangkan oleh Leithwood (1982),
memungkinkan guru dan pekerja kurikulum untuk
mengembangkan satu profile tentang hambatan dalam
melakukan perubahan sehingga guru dapat mengatasi
hambatan tersebut.
3. TORI Model (Trust, Openness, Reallization dan Independency)Model ini dikembangkan oleh Gibb’s (1978) memusatkan
pada perubahan pribadi dan sosial. Model ini memberikan
satu skala untuk membantu guru mengidentifikasi sejauh
mana sikap reseptive sekolah terhadap implementasi
gagasan inovatif serta memberikan panduan bagaimana
menfasilitasi perubahan.
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 10
Di antara tiga model tersebut, model Innovation Profile tampak
paling fieksible untuk implementasi gagasan-gagasan inovatif dalam
kurikulum oleh karenanya model ini perlu dijelaskan lebih jauh
bagaimana cara implementasinya.
Inovasi Kurikulum (Adaptasi dari Miller & Seller 1985: 265)
Gambar Strategi untuk implementasi
Gambar di atas mengilustrasikan bagaimana model Innovation
Profile membagi proses implementasi menjadi enam tugas. Enam
tugas utama dibagi lagi menjadi dua fase: tugas 1-3 yang merupakan
fase diagnosis dan tugas 4-6 yang merupakan fase aplikasi. Dua
bentuk evaluasi digunakan untuk mengukur apakah strategi yang
digunakan berhasil.
Diagnosis. Untuk melengkapi tiga jenis kegiatan diagnostik,
kajian yang mendalam terhadap program baru pertu dilakukan. untuk
membantu mengidentifikasi elemen-elemen yang penting, program
harus dljelaskan dalam kaitannya dengan serangkaian kriteria, yakni:
(1) pemikiran yang menjadi dasar diterapkannya program baru, (2)
hasil belajar yang diharapkan, (3) perilaku masukan, (4) isi pelajaran,
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 11
(5) bahan pembelajaran, (6) strategi pembelajaran, (7) pengalaman
belajar, (8) waktu, (9) alat dan prosedur penilaian.
ApIikasi. Ketika pengujian dan analisis awal telah dilakukan,
langkah berikut ialah imptementasi. Pada fase ihi, dipusatkan pada
praktek di ruang kelas. Tujuannya ialah untuk menfasilitasi
perubahan-perubahan dalam praktik yang dianjurkan oleh program
baru.
Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan berdasar kriteria yang
dikembangkan pada kegiatan awal. Tujuan evaluasi formatif ialah
untuk melihat apakah hambatah-hambatan yang muncul dapat
diatasi, evaluasi sumatif terhadap inovasi dilakukan untuk memastikan
apakah sebagian besar kendala telah dapat diatasi.
D. Kendala dalam implementasi kurikulumImplementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam rangka
otonomi berhadapan dengan beberapa kendala. Menurut
Sukmadinata (1997:2001), kendalä tersebut ialah: (1) tidak adanya
keseragaman, oleh karena itu untuk daerah dan situasi yang
memerlukan keseragaman dan persatuan dan kesatuan nasional,
kurikulum ini sulit diterapkan (2) tidak adanya standard penilaian yang
sama, sehingga sukar untuk memperbandingkan keadaan dan
kemajuan suatu sekolah/distrik dengan sekolah/distrik lain, (3) adanya
kesulitan bila terjadi perpindahäh siswa ke sekolah/distrik lain, (4)
sukar untuk melakukan pengelotaan dan penilaian secara nasional,
(5) belum semua sekolah/distrik memiliki kesiapan untuk menyusun
dan rnengembangkan kurikulum sendiri.
Kendala tersebut di atas dapat diatasi dengan lebih banyak
melibatkan guru. Guru dilibatkan bukan dalam penjabaran kurikulum
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 12
induk ke dalam program tahunan/caturwulan atau satuan pelajaran,
tetapi juga untuk menyusun kurikulum menyeluruh di sekolahnya. Jika
sejak awal guru dilibatkan dalam penyusunan kurikulum, mereka akan
memahami benar substansi kutikulum dan cara implementasinya
secara tepat.
A. Implementasi dan evaluasi kurikulumUntuk melihat tingkat keberhasilan implementasi kurikulum, perlu
dilakukan evatuasi. Miller dan Seller (1985: 329) menegaskan bahwa
evaluasi kurikulum perlu dilakukan untuk méndapatkan informasi yang
digunakan untuk perbaikan-perbaikan di sekolah. Dengan demikian,
evaluasi memiliki peran untuk menentukan apakah suatu kurikulum
perlu diteruskan atau dihentikan. Sukmadinata (1997: 180)
menyatakan bahwa evaluasi kurikulum minimal berkenaan dengan
tiga hal, yakni: (1) moral judgment, (2) penentuan keputusan, (3)
konsensus nilai.
Evaluasi kurikulum dan moral judgment. Konsep utama dalam
evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu
nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini
mengandung dua pengertian, pertama evaluasi berisi suatu skala nilai
moral, berdasarkan skala tesebut suatu obyek evaluasi dapat dinilai.
Kedua, evaluasi berisi suatu perangkat kriteria praktis berdasarkan
kriteria-kriteria tersebut suatu hasil dapat dinilai.
Evaluasi dan penilalan keputusan. Pengambil keputusan dalam
pendidikan dah kurikulum itu banyak, ada guru, orang-tua, murid,
kepala sekolah, pengembang kurikulum, birokrat, pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan seterusnya. Lalu siapa diantara mereka yang
memiliki peran paling menentukan. Pada dasarnya tiap kelompok di
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 13
atas memiliki peran sesuai posisi masing-masing. Besar kecilnya
peranan keputusan sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab
masing-masing serta lingkup masalah yang dihadapinya.
Evaluasi dan konsesus nilai. Dalam berbagai situasi pendidikan
serta kegiatan pelaksanaan evaluasi kurikulum sejumlah nilai
dibawakan oleh orang-orang yang turut berpartisipasi. Masing-masing
dari mereka memiliki sudut pandang yang mungkin berbeda,
kepentingan-kepentingan nilai serta pengalaman tersendiri. Kesatuan
penilaian dapat dicapai melalui suatu konsensus.
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 14
BAB IIIModel Konsep KTSP
Dalam khazanah literatur kurikulum, setidaknya dikenal ada empat mo-del konsep kurikulum yaitu model kurikulum subjek akademik, model kuri-kulum personal, model kurikulum rekonstruksi sosial, dan model kurikulum teknologis. Kurikulum subjek akademik berorientasi pada pembentukan manusia intelek. Materi pelajaran berupa ilmu pengetahuan, sistem nilai yang di-anggap baik dan harus disampaikan secara turun temurun. Proses pendidikan adalah upaya transfer ilmu pengetahuan masa lampau yang dianggap baik. Keberhasilan pendidikan dilihat dari sejauh mana siswa menguasai bahan ajar yang dipalajarinya.
Model kurikulum personal yaitu kurikulum yang berorientasi pada pe-ngembangan potensi siswa secara maksimal. Dalam kurikulum ini tidak ada materi standar, karena materi disesuaikan dengan kebutuhan dan minat anak. Proses pembelajaran lebih banyak upaya pembimbingan anak untuk menya-lurkan minat dan perhatiannya. Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh ma-na siswa merasa senang dalam menjalani aktivitas.
Kurikulum rekonstruksi sosial, adalah model kurikulum yang berorienta-si pada kepedulian sekolah untuk memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat. Isi pendidikan berupa permasalahan yang ada di masyarakat, un-tuk selanjutnya dibahas dan dipecahkan dengan menggunakan khasanah keil-muan yang ada yang dipandang relevan untuk memecahkan masalah. Metode pembelajaran lebih banyak pada upaya diskusi dan penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses pemecahan masalahdan sejauh mana masalah mampu dipecahkan dalam proses pembelajaran.
Terakhir model kurikulum teknologis, yaitu kurikulum yang didasarkan pada penggunaan metode ilmiah dalam penyusunan kurikulum dan isi kuri-kulum adalah ilmu pengetahuan dan teknologi
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 15
yang harus dikuasai untuk menghadapi kehidupan. Isi pendidikan menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, proses pendidikannya berupa transfer IPTEK, se-dang evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana IPTEK mampu dikuasai oleh siswa. Ada dua jenis teknologi yang digunakan dalam jenis kurikulum ini yaitu teknologi perangkat lunak dan teknologi perangkat keras.
Model konsep kurikulum yang manakah yang menjadi dasar pijakan ku-rikulum KTSP? KTSP, pada dasarnya merupakan penyempurnaan model dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang diujicobakan oleh Depdiknas secara nasional. KBK itu sendiri adalah kurikulum yang berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah salah satu jenis dari model konsep ku-rikulum teknologis. Dengan demikian KTSP menggunakan model konsep ku-rikulum teknologis.
Meskipun konsep kurikulum teknologis menjadi tulang punggung pe-ngembangan KTSP, tapi tidak berarti nilai esensial dari model konsep kuri-kulum lainnya diabaikan. Karakter yang ada pada model konsep lainnya tetap ada, hanya tidak dominan. Karena dalam realitas, konsep-konsep tersebut sa-ling melengkapi. Hal ini bisa dilihat dalam prinsip-prinsip pengembangan KTSP dan acuan operasional penyususunan KTSP yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
Secara umum prinsip-prinsip pengembangan KTSP meliputi:1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya.2) Beragam dan terpadu3) Tanggap terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan5) Menyeluruh dan berkesinambungan6) Belajar sepanjang hayat7) Seimbang antara kepentingan nasional dankepentingan
daerah.Sedangkan acuan operasional penyusunan KTSP harus
memperhatikan hal-hal berikut ini:
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 16
1) Peningkatan iman dan takwa serta ahlak mulia2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan
tingkat perkem-bangan dan kemampuan peserta didik.3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional5) Tuntutan dunia kerja6) Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni7) Agama8) Dinamika perkembangan global9) Persatuan nasinal dan niai-nilai kebangsaan10) Kondisi sosal budaya masyarakat setempat11) Kesetaraan gender12) Karaktrsitik satuan pendidikan.
Dari sejumlah prinsip dan acuan operasional KTSP di atas tampak bahwa pengembangan potensi diri siswa sebagai individu, aspek sosial masyarakat, penguasaan mata pelajaran/ipteks, dan aspek Ketuhanan juga diperhatikan. Meskipun berbasis kompetensi tidak berarti hanya ilmu pengetahuan dan tek-nologi melulu yang diperhatikan, unsur kemanusiaan, sosial, dan spiritual ju-ga tidak dilepaskan.
Sedangkan apabila ditinjau dari model pendekatan pengembangannya, kurikulum 2006/KTSP menerapkan pendekatan dekonsentrasi, yaitu campur-an antara setralistik dan desentralistik atau dalam istilah lain mengunakan pen-dekatan campuran model administratif dan model akar rumput (grass root).
Model administratif, yaitu model pengembangan kurikulum yang inisia-tif, pelaksananya ditentukan dan dilakukan oleh pemerintah pusat. Kurikulum yang telah jadi disebarluaskan ke sekolah-sekolah untuk dilaksanakan. Seko-lah-sekolah/guru-guru tinggal menjalankan apa yang sudah tertuang dalam kurikulum.
Model akar rumput, adalah model pengembangan kurikulum dimana ini-siatif dan pelaksanaannya dilakukan oleh guru-guru sebagai pelaksana kurikulum. Upaya ini mula-mulanya dilakukan hanya pada cakupan terbatas baik area materi maupun wilayah
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 17
pemberlakuannya. Apabila memperoleh kecocok-an dengan sekolah lain dan didukung oleh pemerintah sebagai pihak yang berwenang, penggunaannya bisa meluas. Tapi apabila tidak, penggunaannyatidak bisa menyebar dan bahkan mungkin terhenti dan mati.
Dalam kurikulum 2006/KTSP sebagian dikembangkan oleh pusat, yaitu Standar Komptensi Lulusan dan Standar Isi. Sebagian lagi dikembangkan oleh daerah/sekolah, yaitu menerjemahkan SKL dan SI ke dalam bentuk kurikulum operasional yang digunakan oleh setiap jenjang dan unit pendidikan masing-masing sekolah dengan berpedoman pada rambu-rambu prosedur pe-ngembangan KTSP yang dikembangkan BNSP.
Model Pendekatan Pembelajaran TematikPada implementasi KTSP model pendekatan pembelajarana
tematik diberlakukan di kelas I, II, dan III sekolah dasar.
1. Ketentuan pada Permendiknas 22/ 2006
Pembelajaran pada kelas I s.d. III dilaksanakan melalui
pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV s.d. VI
dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan
pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam
pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester)
adalah 34-38 minggu.
2. Ketentuan pada Pedoman Penyusunan KTSP
1 (satu) jam pelajaran alokasi waktu 35 menit.
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 18
Kelas I, II, dan III pendekatan tematik.
Kelas IV, V, dan VI pendekatan mata pelajaran.
Sekolah dapat memasukkan pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal dan global, yang merupakan bagian dari mata
pelajaran yang diunggulkan.
Mengenai pembelajaran tematis sekolah dapat menentukan
alokasi waktu per mata pelajaran, sedangkan dalam PB-M
menggunakan pendekatan tematik.
Pengalokasian waktu pada pembelajaran tematik diatur
dengan pembobotan, misalnya 50% untuk membaca, menulis
permulaan dan berhitung, 15% Pendidikan Agama, dan 35%
untuk mata pelajaran lainnya.
3. Pengertian
Pembelajaran tematik merupakan strategi yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada peserta didik. Keterpaduan dalam pembelajaran
ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum,
dan aspek belajar-mengajar. Pembelajaran tematik
diimplementasikan pada sekolah dasar kelas rendah dengan
alasan peserta didik pada umumnya masih melihat segala sesuatu
sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak
pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan
emosional.
4. Strategi pembelajaran tematik
Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan
pengalaman belajar peserta didik, misalnya:
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 19
a. bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi
peserta didik;
b. dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan
keterampilan, peserta didik tidak perlu didrill, tetapi mereka
belajar melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah
dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan
pembelajaran terpadu, dan pembelajarannya sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan peserta didik.
5. Ciri-ciri pembelajaran tematik
Berpusat pada peserta didik.
Memberikan pengalaman langsung pada peserta didik.
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran.
Bersifat fleksibel.
Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat
dan kebutuhan peserta didik.
6. Keunggulan pembelajaran tematik
Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan
peserta didik.
Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan
dan bermakna.
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 20
Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi.
Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama,
tolerensi, komunikasi, dan tanggap terhadp gagasan orang
lain.
7. Peran tema
Berikut ini kelebihan pembelajaran dengan menggunakan tema.
Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada satu tema
topik tertentu.
Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam
tema yang sama.
Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan
mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi
peserta didik.
Peserta didik lebih merasakan manfaat dan makna belajar
karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
Peserta didik bergairah belajar karena mereka bisa
berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misanya bertanya,
bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan sebagainya
untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, sekaligus
untuk mempelajari mata pelajaran lain.
Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang
disajikan secara terpadu dapat disiapkan sekaligus dan
diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 21
dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau
pengayaan.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pembelajaran
tematik berjalan sesuai dengan harapan.
Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar lebih bermakna dan utuh.
Dalam pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan antara
lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan
sedikitnya bahan yang ada di lingkungan.
Pilihan tema yang terdekat dengan peserta didik.
Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang dicapai pada
tema.
9. Langkah-langkah menyusun pembelajaran tematik
a. Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama
dari setiap mata pelajaran!
b. Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-
kompetensi dasar untuk setiap kelas dan semester.
Pilihan tema :
Diri Sendiri, Keluarga, Lingkungan, Tempat Umum,
Transportasi, Binatang dan Tumbuhan, Pekerjaan, Peristiwa,
Pariwisata, Pengalaman, Budi Pekerti, Kegemaran, Hiburan,
Kesehatan, Kebersihan, Keamanan, Makanan, Pendidikan,
Kejadian Sehari-hari, Pertanian, Komunikasi.
c. Buatlah matriks hubungan kompetensi dasar dan tema. Dalam
langkah ini diperkirakan dan ditentukan kompetensi-
kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran cocok
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 22
dikembangkan dengan pilihan tema tertentu. Langkah ini
dilakukan untuk semua mata pelajaran.Matriks Hubungan Kompetensi Dasar Dengan Tema
Kelas : I (satu)Semester : 1 (satu)
No.
Kompetensi Dasar Indikator
Tema dan Jumlah MingguDiri
Sendiri
Ling- kunga
n
Kelu-
arga
Penga-laman
Budi Pekert
i
Kege- mara
n
Kegi-
atan3 2 3 3 2 2 2
1. Pendidikan Kewarganegaraan1.1
Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku.
dst.
o Menceritakan ciri-ciri fisik perbedaan perempuan dan laki-laki.
o Menceritakan kegiatan ....
x
x
2. Bahasa Indonesia1.1
Membedakan bunyi bahasa.
dst.
o Mencocok- kan gambar dengan informasi yang didengar.
o Membeda- kan berbagai bunyi/ suara yang didengar.
x
x
3. Ilmu Pengetahuan Alam1.1 Mengenal
bagian-bagian tubuh dan kegunaannya serta perawatannya.
dst.
o Menunjukkan bagian-bagian tubuh.
x
4. Ilmu Pengetahuan Sosial1.1
Mengidentifikasi identitas diri, keluarga, dan kerabat.
dst.
o Menyebutkan nama lengkap, panggilan, dan usia.
x
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 23
d. Buatlah pemetaan tematis! Pemetaan ini dapat dibuat dalam
bentuk matriks atau jaringan topik. Dalam pemetaan ini akan
terlihat kaitan antara tema dan kompetensi dasar dari setiap
mata pelajaran yang telah dijabarkan menjadi indikator. Jaring-
jaring yang dapat dibuat adalah jaring-jaring hasil belajar dan
jaring-jaring indikator.
Contoh Jaring-Jaring Hasil Belajar :
Pkn Mendiskusikan (tanya jawab) tentang perbedaan fisik antara perempuan dan laki-laki.
Bahasa Indonesia IPAMengamati gambar seri Melakukan pengamatan tentang persiapan pergi model atau gambar ke sekolah. anggota tubuh untuk
mengetahui kegunaannya.
Diri Sendiri
IPS MatematikaMemperkenalkan diri, Membilang banyak ben- menyebut nama, alamat da di sekitar peserta di- tempat tinggal, alamat dik (meja, buku, daun jen sekolah, dan usia. dela, dll.)
SBK Menggambar bentuk melalui sekumpulan titik (bintik).
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 24
BAB IVPERUBAHAN SISTEMATIKA DAN COVER PADA KTSP
1. Perubahan SistematikaSistematika KTSP pada awal sosialisasi meliputi 3 (tiga) bab, yakni :BAB I PendahuluanBAB II Struktur dan Muatan KurikulumBAB III Kalender PendidikanLampiran Silabus dan RPP (BSNP, 2007: 36)
Sistematika KTSP dengan 3 (tiga) bab tersebut dirasa mengabaikan tujuan pendidikan secara herarkhis. Untuk itu, pada panduan dan juknis tentang penelaahan KTSP telah direkomendasikan ada perubahan sebagai berikut.BAB I PendahuluanBAB II Tujuan PendidikanBAB III Struktur dan Muatan KurikulumBAB IV Kalender PendidikanLampiran Silabus dan RPP (Puskur,2009: 2-6) (LPMP Jateng, 2009: 1-7)
2. Perubahan CoverDi bawah ini cover pada dokumen I menurut Buku ”Pedoman Penyusunan KTSP”(BSNP, 2007: 33) . Kemudian pada tahun 2009 Puskur mengusulkan perubahan cover yang lebih spesifik (2009:2).
Logo Logo
Sekolah/ Sekolah/ Daerah Daerah
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KURIKULUM SEKOLAH DASAR .......................
(KTSP)
Tahun Pelajaran ..../ .... Tahun Pelajaran ... / ...
Sekolah Dasar ............................... Alamat Sekolah : Jln....................................... Jln....................................... Kab. Kota ................. Kab. Kota ................. Provinsi ............. Provinsi .............
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 25
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dharma.2007. Manajemen Sekolah. Edisi ke dua. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Departemen Pendidikan Nasional. Sawangan. Depok. Jawa Barat.
BSNP.2007. Pedoman Penyusunan KTSP. Jakarta : Dirjen Mandikdasmen.
Dedi Supriadi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.
Depdiknas. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dirjen PMPTK.
__________. 2008. Manajemen Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dirjen PMPTK.
Hari Suderadjat. 2003. Pendidikan Berbasis Luas yang Berorientasi Pada Kecakapan Hidup. Cipta Cekas Grafika. Bandung.
LPMP Jawa Tengah. 2009. Petunjuk Teknis Instrumen Supervisi Implementasi KTSP 2009. Semarang : -
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.
Pusat Kurikulum. 2009. Panduan Penelaahan KTSP. Jakarta : Balitbangdiknas.
Santrock, John W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi keenam. Penerbit Erlangga. Ciracas. Jakarta.
Susanto. 2007. Pengembangan KTSP dengan Perspektif Manajemen Visi. - : Matapena.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarata.
Wardiman Djojonegoro, Shofyanis, dan Watik Pratiknyo. 1998. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan dan Kebudayaan. Balitbang Dikbud. Depdikbud. Jakarta.
Gusron Sharon-Now/ Implem.KTSP 26
top related