alo

7
PENGERTIAN timbunan cairan abnormal dalam paru baik di rongga interstisial dalam alveoli ETIOLOGI Penyebab acut odem secara umum dapat digolongkan menjadi dua yaitu : 1. Edema Paru Kardiogenik Yaitu edema paru yang disebabkan karena gangguan pada jantung atau sistem kardiovaskuler seperti penyakit jantung aterosklerotik, hipertensi, kelainan katup, decompensasi cordis. MANIFESTASI KLINIS 1. Dyspnoe d’effort : Sesak nafas yang terjadi ketika melakukan aktivitas. 2. Terdengar suara ronchi basah yang halus/ kasar. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan Laboraturium rutin ( DL, BGA, LFT, RFT ) dan BNP 2. Foto thorax 3. Pemeriksaan EKG, dapat menerangkan secara akurat adanya takikardia supra ventrikular atau arterial. PENATALAKSANAAN 1. Posisi penderita didudukkan 60 – 90 untuk memperbaiki ventilasi. 2. Memberikan oksigen 6–8 liter/menit atau 100 % O 2 dengan masker. 3. Memberikan morphin 4–6 mg intervena untuk mengurangi venous retourn. 4. Memberikan furosemid 40–80 mg IV. 5. Memberikan aminofiln IV secara perlahan–lahan untuk mengurangi cardiak asma. 6. Lakukan digitalis yang cepat 1.6 mg lanatosid C atau 1,2 mg digitoksin dan dengan dosis yang lebih rendah pada pasien yang telah mendapat digitalis. EDEMA PARU AKUT (ACUTE LUNG OEDEM)

Upload: misnan-cungkring

Post on 23-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Alo

PENGERTIAN

timbunan cairan abnormal dalam paru baik di rongga interstisial dalam alveoli

ETIOLOGI

Penyebab acut odem secara umum dapat digolongkan menjadi dua yaitu :1. Edema Paru Kardiogenik

Yaitu edema paru yang disebabkan karena gangguan pada jantung atau sistem kardiovaskuler seperti penyakit jantung aterosklerotik, hipertensi, kelainan katup, decompensasi cordis.

2. Edema paru non kardiogenikYaitu edema paru yang bukan disebabkan karena kelainan pada jantung tetapi paru itu sendiri

MANIFESTASI KLINIS

1. Dyspnoe d’effort :      Sesak nafas yang terjadi ketika melakukan aktivitas.

2. Terdengar suara ronchi basah yang halus/ kasar.3. Hipoksia dengan sianosis sentral, asidosis metabolik dan

hipokapnea.4. Penurunan kesadaran

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan Laboraturium rutin ( DL, BGA, LFT, RFT ) dan BNP2. Foto thorax3. Pemeriksaan EKG, dapat menerangkan secara akurat adanya takikardia supra

ventrikular atau arterial. Selain itu, EKG dapat memprediksi adanya iskemia, infark miokard dan LVH yang berhubungan dengan ALO kardiogenik.

4. Pemeriksaan ekokardiografi

PENATALAKSANAAN

1. Posisi penderita didudukkan 60 – 90 untuk memperbaiki ventilasi.

2. Memberikan oksigen 6–8 liter/menit atau 100 % O2 dengan masker.

3. Memberikan morphin 4–6 mg intervena untuk mengurangi venous retourn.

4. Memberikan furosemid 40–80 mg IV.5. Memberikan aminofiln IV secara perlahan–lahan untuk

mengurangi cardiak asma.6. Lakukan digitalis yang cepat 1.6 mg lanatosid C atau 1,2

mg digitoksin dan dengan dosis yang lebih rendah pada pasien yang telah mendapat digitalis.

7. Nitrogliserin dapat diberikan pada penderita dengan tensi yang normal atau hipertensi 0.4–0.8 mg bila nitrogliserin memberikan hasil yang baik dapat diulang 3 – 4 jam.

EDEMA PARU AKUT (ACUTE LUNG OEDEM)

Page 2: Alo

 DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Ketidakefektifan pola nafas  berhubungan dengan kelelahan dan pemasangan alat bantu

nafas

2. Gangguan pertukaran Gas berhubungan dengan distensi kapiler pulmonar

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan area invasi mikroorganisme sekunder terhadap

pemasangan selang endotrakeal

4. Bersihan jalan napas tak efektif b.d sekret yang kental atau hipersekresi sekunder akibat

ALO

5. Perubahan perfusi jaringan b.d gangguan transport O2 ke jaringan sekunder akibat ALO

No Diagnosa Tujuan & KH Intervensi

1 Ketidakefektifan

pola nafas 

berhubungan

dengan keadaan

tubuh yang lemah

Pola nafas kembali efektif

setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 ×

24 jam, dengan kriteria

hasil:

Tidak terjadi hipoksia

atau hipoksemia

Tidak sesak

RR normal (16-20 × /

menit)

Tidak terdapat

kontraksi otot bantu

nafas

Tidak terdapat

sianosis

1. Berikan informasi pada pasien

tentang penyakitnya

2. Atur posisi semi fowler

3. Observasi tanda dan gejala sianosis

4. Berikan terapi oksigenasi

5. Observasi tanda-tanda vital

6. Observasi timbulnya gagal nafas.

7. Kolaborasi dengan tim medis

dalam memberikan pengobatan

2 Gangguan

pertukaran Gas

berhubungan

dengan distensi

kapiler pulmonar

Fungsi pertukaran gas

dapat maksimal setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 ×

24 jam dengan kriteria

hasil:

1. Berikan penjelasan pada pasien

tentang penyakitnya

2. Atur posisi pasien semi fowler

3. Bantu pasien untuk melakukan

reposisi secara sering

4. Berikan terapi oksigenasi

Page 3: Alo

Tidak terjadi sianosis

Tidak sesak

RR normal (16-20 × /

menit)

BGA normal:

partial pressure of

oxygen (PaO2): 75-

100 mm Hg

partial pressure of

carbon dioxide

(PaCO2): 35-45 mm

Hg

oxygen content

(O2CT): 15-23%

oxygen saturation

(SaO2): 94-100%

bicarbonate (HCO3):

22-26 mEq/liter

pH: 7.35-7.45

5. Observasi tanda – tanda vital

6. Kolaborasi dengan tim medis

dalam memberikan pengobatan

3 Resiko tinggi

infeksi berhubungan

dengan area invasi

mikroorganisme

sekunder terhadap

pemasangan selang

endotrakeal

Infeksi tidak terjadi

setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 ×

24 jam, dengan kriteria

hasil:

Pasien mampu

mengurangi kontak

dengan area

pemasangan selang

endotrakeal

Suhu normal (36,5oC)

1. Berikan penjelasan pada pasien

tentang kondisi yang dialaminya

2. Observasi tanda-tanda vital.

3. Observasi daerah pemasangan

selang endotrakheal

4. Lakukan tehnik perawatan secara

aseptik

5. Kolaborasi dengan tim medis

dalam memberikan pengobatan

Page 4: Alo

4 Bersihan jalan napas

tak efektif b.d sekret

yang kental atau

hipersekresi

sekunder akibat

ALO

Keadekuatan pola napas

tercapai setelah pemberian

intervensi selama 2x24

jam.

Kriteria hasil:

RR dalam rentang

normal, 14-18

kali/menit

Tidak terdapat retraksi

otot bantu napas

tambahan

Ekspansi dada simetris

Klien mengatakan tidak

sesak

1. Motivasi klien untuk napas

panjang dan dalam apabila tidak

terdapat kontra indikasi

2. Kolaborasi pemberian diuretik

sesuai indikasi

3. Kolaborasi aspirasi cairan paru

(pungsi) sesuai indikasi

5 Perubahan perfusi

jaringan b.d

gangguan transport

O2 ke jaringan

sekunder akibat

ALO

Perfusi jaringan adekuat

setelah pemberian

intervensi selama 1x24

jam

Kriteria hasil:

CRT <3 detik

Akral hangat, kering,

merahNadi dalam

rentang normal, 60-100

kali/menit

Ph darah dalam rentang

normal, 7,35-7,45

BGA dalam batas

normal

1. Observasi vital sign pasien

2. Berikan posisi semi fowler

3. Kolaborasi pemberian oksigenasi

sesuai indikasi

4. Monitoring hasil laboratorium

BGA secara berkala

Page 5: Alo

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Simon, G. 1981. Diagnostik Rontgen untuk Mahasiswa Klinik dan Dokter Umum. Edisi

kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga

Harrison. 1995. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Griffiths, M. J. D, 2004. Respiratory Management in Critical Care. London: BMJ Publishing