all about our inspiration

25
All About Our Inspiration Persembahan Untuk Almamater Tercinta Profil 2 Sistem Digestive Posted by digestive on October 26, 2010 in Kesehatan | Pendahuluan Sistem Digestive atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari – sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa – sisa makanan melalui anus. ORGAN-ORGAN SISTEM PENCERNAAN

Upload: aisah-puspasari

Post on 26-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

inpiration

TRANSCRIPT

All About Our Inspiration Persembahan Untuk Almamater Tercinta Profil2 Sistem DigestivePosted by digestive on October 26, 2010 in Kesehatan | PendahuluanSistem Digestive atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa sisa makanan melalui anus.

ORGAN-ORGAN SISTEM PENCERNAAN1. Mulut, berisi:- Dentist (gigi)- Giggiva (gusi)- Lingua (lidah)- Labia (bibir)- Palatum durum (langit-langit)- Palatum mole- Glandula saliva

2. Orofaring3. Esophagus4. Gaster (lambung), bagian-bagiannya:a. Cardiab. Fundusc. Pilorid. Corpus

5. Intestinum tenue (usus halus), bagiannya:a. Duodenum usus 12 jarib. Jejunumc. Ileum6. Intestinum crasum (usus besar), tersusun oleh:a. Colon, ada empat: a. asenden, b. tarnversum, c. desenden, d. sigmoid.b. Rectumc. AnusACESSORIUS DIGESTIVUSa. Gigi geligi (dens):.aIncisifus (seri)b. Caninus (taring)c. Premolar (1 & 2 geraham)d. Molar2. Lidah (lingua)Bagian-bagian lidah:- Apeks lingua kepala- Dorsum lingua badan- Radiks lingua pangkalLidah berfungsi sebagai pengecap rasa karena memiliki papilla. Papilla-papila pada lidah: filiformis, fungiformis, foliate, dan falata.3. Glandula saliva, ada dua: mayor dan minora. Mayor, terdiri dari: glandula parotis, sublingualis dan submandibularis.b. Minor, terdiri dari: glandula labial, bukal, palatal, dan lingual.4. Hepar (hati) untuk memproduksi empedu.Ada 3 facies:a. Diafragma superiorb. Diafragma anteriorc. Diafragma ficeralisSecara anatomis memiliki 2 lobus: lobus dextra dan sinistra.Secara fisiologis memiliki 4 lobus: lobus dextra, sinistra, caudatus, dan cuadratus.Memiliki 5 ligamentum:- Ligamentum falsiformis membagi dextra dan sinistra- Ligamentum teres hepatis merupakan sisa vena umbilicalis waktu bayi- Ligamentum triangulare dextra & sinistra- Ligamentum coronariumPembuluh darah di hati:a. Vena cava inferiorb. Arteri hepatica propriac. Vena porta hepatica5. Vesica velea, bagiannya:- Fundus depan- Corpus badan- Colum leher6. Empedu untuk pencernaan lemak7. Pancreas, bagiannya: caput, corpus & cauda.Saluran pengeluaran: duct. pancreaticus wirsungi & santoringi.1. Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Sistem PencernaanProses pencernaan melibatkan berbagai organ di dalam tubuh dari mulut sampai anus. Organ-organ tersebut kemudian membentuk system saluran cerna.1. Mulut dan EsofagusMulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut. Di dasar mulut terdapat lidah, yang berfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan. Di belakang dan dibawah mulut terdapat tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan(incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.Proses kimia dan fisiologi di dalam mulut Air liur menghaluskan makanan dan menjadikannya lebih mudah ditelan. Air liur mengandung enzim, yaitu ptialin dan amilase liur. Enzim ini menghidrolisiskan kanji menjadi maltosaLidah membuat gumpalan makanan menjadi bolus dan mendorongnya ke arah faring. Sewaktu menelan, lidah mendorong makanan ke belakang mulut dan selanjutnya ke esofagus. Langit-langit(Laring) menghalangi makanan untuk memasuki rongga nasal Makanan bergerak melalui esofagus secara peristaltik.2. Esofagus(kerongkongan)Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir. Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltic.3. Gaster(lambung)Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 4 bagian yaitu kardia, fundus, corpus(badan) dan pilorus. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : lendir, asam klorida (HCl), prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.4. Duodenum, jejunum dan ileumDari Gaster makanan disalurkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus. Beberapa centi pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi yang diserap. Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum. Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili. Dinding usus terdapat pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus. Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.Pada usus kecil, menghasilkan enzim:a. Erepsin (peptidase) yang menghidrolisis peptida menjadi asid(asam) aminob. Maltase yang menghidrolisis maltosa menjadi glukosac. Sukrase yang menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosad. Laktase yang menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosae. Hepar, Pancreas dan Vesica velea1. HeparHepar merupakan organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang mempunyai banyak pembuluh darah kecil-kecil(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah dalam 2 cara: bakteri dan partikel asing lain diserap dari usus dan dibuang, berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan oleh tubuh. Proses tersebut berlangsung dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh dari seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati. Digunakan untuk membuat empedu. Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu.2. Vesica veleaEmpedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus communis.Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum.Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi. Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan. Empedu memiliki 2 fungsi penting: membantu pencernaan dan penyerapan lemak, serta berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:- Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan.- Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya.- Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan.- Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh.- Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di colon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.3. PancreasTerdiri dari 2 jaringan dasar:o asinus, menghasilkan enzim-enzim pencernaan.o Pulau pankreas, menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah.Enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai saluran ke dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran empedu pada sfingter oddi, dimana keduanya akan masuk ke dalam duodenum. Colon(usus besar)Usus besar terdiri dari: colon asendens (kanan), colon transversum, colon desendens (kiri) dancolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus. Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.6. Rectum dan AnusRectum merupakan ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah colon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada colon desendens. Jika colon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.2. Mekanisme Sistem Pencernaan KarbohidratSebelum karbohidrat dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka karbohidrat harus dipecah menjadi persenyawaan yang lebih sederhana (monosakarida) untuk dapat melewati dinding usus halus, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Absorpsi Karbohidrat dalam Usus HalusKarbohidrat diserap usus halus dalam bentuk monosakarida. Karbohidrat diserap melalui mekanisme pompa yang membutuhkan energi (ATP) dan perlu bantuan carrier ion Na (transporting agent). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan karbohidrat:1. Hormon insulin yang akan meningkatkan transport glukosa ke dalam jaringan sel. Berarti juga mempertinggi penyerapan glukosa dalam jaringan , akibatnya akan mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen dalam hati.2. Tiamin (vit B1), piridoksin, asam panthotenat, hormon tiroksin berperan besar dalam penyerapan dan metabolisme karbohidrat. ProteinAbsorpsi Protein dalam Usus HalusSebagian besar protein diabsorpsi dalam bentuk asam amino, proses ini terjadi sebagian besar dalam jejenum.Asam amino (transport aktif) melewati sel epitel pada villi. Asam amino keluar dari sel epitel (difusi) kapiler darah. Penyerapan sama dengan yang ditempuh monosakarida.Dalam waktu yang bersamaan dipeptida dan tripeptida sel epitel (transport aktif). Sebagian besar dipeptida dan tripeptida dihidrolisis menjadi asam amino di dalam sel epitel (difusi) kapiler darah dalam villi.Asam amino dari kapiler diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta hepatica. Asam amino dibebaskan oleh sel hati jantung seluruh tubuh melalui aliran darah. LipidAbsorpsi Lipids dalam Usus HalusAbsorpsi lipids terutama terjadi dalam jejenum (bagian tengah usus halus).Lipids diabsorpsi oleh usus halus dalam bentuk monogliserida, asam lemak rantai pendek dan asam lemak rantai panjang.Beberapa kelainan dan penyakit yang dapat terjadi pada alat-alat sistem pencernaan antara lain:1. HerniaHernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari organ melalui lubang pada struktur disekitarnya. Hernia inguinalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada kanalis inguinal ( lipat paha ) Operasi hernia adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengembalikan isi hernia pada posisi semula dan menutup cincin hernia.Gejala Hernia InguinalisSeseorang yang mengalami hernia inguinalis ini biasanya akan menimbulkan gejala sebagai berikut:Penonjolan/ benjolan pada selangkangan atau kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, namun bila menangis atau mengejan, saat buang air besar, kencing dan mengangkat beban berat akan timbul kembali.Dapat pula timbul rasa nyeri pada benjolan, mual-muntah bila telah ada komplikasi.Aktivitas dan perawatan Diri.Penderita dianjurkan banyak istirahat, menghindari terlalu lelah, bisa melakukan kegiatan ringan secara bertahap, hindari kerja fisik yang berat, mengangkat beban yang berat, mengejan, klien perlu menjaga kebersihan tubuh, kebersihan pakaian dan lingkungan untuk meningkatkan kesehatan.2. Obstruksia.Konsep DasarObstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsino ma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.Ada dua tipe obstruksi yaitu :1.Mekanis (Ileus Obstruktif)Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses2.Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson.b. Penyebab1.Perlengketan : Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pasda jaringan parut setelah pembedahan abdomen2.Intusepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.3.Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya4.Hernia : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen5.Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.c. PatofisiologiPeristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia, insufisiensi ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik dan kematian bila tidak dikoreksi.Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan lingkaran setan penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin-toksin/bakteri kedalam rongga peritonium dan sirkulasi sistemik. Pengaruh sistemik dari distensi yang mencolok adalah elevasi diafragma dengan akibat terbatasnya ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik vena melalui vena kava inferior juga dapat terganggu. Segera setelah terjadinya gangguan aliran balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan darah mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai kadar yang cukup berarti bila segmen usus yang terlibat cukup panjang.d. Tanda dan Gejala1.Obstruksi Usus HalusGejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus.Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di area gastriuntestinalyang terjadi, semakin jelas adaanya distensi abdomen. Jika berlaanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.2.Obstruksi Usus BesarNyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.e. Evaluasi Diagnostik1.Obstruksi Usus Halus : Diagnosa didasarkan pada gejala yang digambarkan diatas serta pemeriksaan sinar-X. Sinar-X terhadap abdomen akan menunjukkan kuantitas dari gas atau cairan dalam usus. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukkan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi2.Obstruksi Usus Besar : Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan simtoma-tologi dan sinar-X. Sinar-X abdomen (datar dan tinggi) akan menunjukkan distensi abdomen. Pemeriksaan barium dikontraindikasikan.f. PrognosisAngka kematian keseluruhan untuk obstruksi usus halus kira-kira 10 %Angka kematian untuk obstruksi non strangulata adalah 5-8 %, sedangkan pada obstruksi strangulata telah dilaporkan 20-75 %Angka mortalitas untuk obstruksi kolon kira-kira 20 %g. KomplikasiPeritonitis septikemiaSyok hipovolemiaPerforasi usush. Penatalaksanaan Bedah dan MedisDasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.1.Obstruksi Usus HalusDekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.2.Obstruksi Usus BesarApabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.KONSEP KEPERAWATAN OBSTRUKSI USUS1.PengkajianRiwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan karakteristik nyeri abdomen (nyeri bersifat hilang timbul)a.Obstruksi usus halusAdanya muntah yang mulanya mengandung empedu dan mukus dan tetap demikian bila obstruksinya tinggi. Pada obstruksi ileum, muntahan menjadi fekulen yaitu muntahan berwarna jingga dan berbau busuk. Konstipasi dan kegagalan mengeluarkan gas dalam rectum merupakan gejala yang sering ditemukan bila obstruksinya komplit. Diare kadang terdapat pada obstruksi parsial. Pengkajian pola eliminasi usus mencakup karakter dan frekuensinya. Pasien dapat melaporkan gangguan pola tidur bila nyeri dan diare terjadi pada malam hari.b.Obstruksi usus besarNyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan karakteristiknya ; palpasi abdomen terhadap distensi, nyeri tekan. Adanya temuan peningkatan suhu tubuh mengindikasikan telah ada kontaminasi peritonium dengan isi usus yang telah terinfeksi.2.Diagnosa Keperawatana.Nyerib.Kurang volume cairan dan elektrolitc.Konstipasid.Nutrisi kurang dari kebutuhane.Gangguan pola tidurf.Hipertermig.Cemash.Kurang pengetahuan3.Intervensi KeperawatanPeran perawat adalah memantau pasien terhadap gejala yang mengindikasikan bahwa obstruksi usus semakin buruk, serta memberikan dukungan emosional dan kenyamanan. Cairan IV dan penggantian elektrolit diberikan sesuai instruksi. Apabila kondisi pasien tidak berespon terhadap tindakan medis, perawat harus menyiapkan pasien untuk pembedahan. Persiapan ini mencakup penyuluhan pra operatif, yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Pada pasca operatif diberikan perawatan luka abdomen umum4. EvaluasiHasil yang diharapkan :a.Sedikit mengalami nyerib.Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolitc.Memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang proses penyakitnyad.Mendapatkan nutrisi yang optimale.Tidak mengalami komplikasi3. Kanker KolorektalKolon ( termasuk rectum ) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita ( Cancer Facts and Figures, 1991). Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di negara ini setiap tahunnya.Insidensnya meningkat sesuai dengan usia , kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada wanita, sedangkan lesi pada rectum lebih sering pada pria.Distribusi tempat kanker pada bagian bagian kolon adalah sebagai berikut :Asendens : 25 %Transversa : 10 %Desendens : 15 %Sigmoid : 20 %Rectum : 30 %Namun pada tahun tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok pada distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 50 %, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal.EtiologiPenyebab nyata dari kanker kolorectal belum diketahui secara pasti, namun faktor resiko & faktor predisposisi telah diidentifikasi. Faktor resiko yang mungkin adalah adanya riwayat kanker payudara dan tumor uterus atau kanker kolon atau polip dalam keluarga ; riwayat penyakit usus inflamasi kronis.Faktor predisposisi yang penting adalah adanya hubungan dengan kebiasaan makan, karena kanker kolorektal ( seperti juga divertikulosis ) adalah sekitar 10 kali lebih banyak pada penduduk di dunia barat, yang mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung karbohidrat refined dan rendah serat kasar, dibandingkan penduduk primitive ( Afrika ) dengan diet kaya serat kasar. Burkitt ( 1971 ) mengemukakan bahwa diet rendah serat, tinggi karbohidarat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan degradasi garam garam empedu atau hasil pemecahan protein & lemak, dimana sebagian dari zat zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik ini dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, massa transisi feses meningkat, akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER KOLOREKTALPengkajianRiwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang :Perasaan lelahNyeri abdomen atau rectal dan karakternya ( lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi )Pola eliminasi terdahulu dan saat iniDeskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mucus.Riwayat penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektalRiwayat keluarga dari penyakit kolorektal dan terapi obat saat iniKebiasaan diet ( masukan lemak, serat & konsumsi alcohol ) juga riwayat penurunan BB.Pengkajian objekif meliputi :Auskultasi abdomen terhadap bising ususPalpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padatInspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darahDiagnosa KeperawatanBerdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama yang mencakup, adalah sebagai berikut :Konstipasi b/d lesi obstruksiNyeri b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksiKeletihan b/d anemia dan anoreksiaPerubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan anoreksiaResiko kekurangan volume cairan b/d muntah dan dehidrasiAnsietas b/d rencana pembedahan dan diagnosis kankerKurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan diri setelah pulangKerusakan integritas kulit b/d insisi bedah ( abdominoperineal ), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomalGangguan citra rubuh b/d kolostomi.Perencanaan & ImplementasiTujuanTujuan utama dapat mencakup eliminasi produk sisa tubuh yang adekuat; reduksi / penghilangan nyeri; peningkatan toleransi aktivitas; mendapatkan tingkat nutrisi optimal; mempertahankan keseimbangan cairan & elektrolit; penurunan ansietas; memahami tentang diagnosis, prosedur pembedahan dan perawatan diri setelah pulang; mempertahankan penyembuhan jaringan optimal; perlindungan kulit periostomal yang adekuat; penggalian dan pengungkapan perasaan dan masalah tentang kolostomi dan pengaruhnya pada diri sendiri;Intervensi Keperawatan PraOperatif1.Mempertahankan eliminasiFrekuensi dan konsistensi defekasi dipantauLaksatif dan enema diberikan sesuai resepPasien yang menunjukkan tanda perkembangan ke arah obstruksi total disiapkan untuk mejalani pembedahan.2.Menghilangkan NyeriAnalgesic diberikan sesuai resepLingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan lampu, mematikan TV atau radio, dan membatasi pengunjung dan telepon bila diinginkan oleh pasienTindakan kenyamanan tambahan ditawarkan : perubahan posisi, gosokan punggung, dan teknik relaksasi.3.Meningkatkan Toleransi AktivitasKaji tingkat toleransi aktivitas pasienUbah dan jadwalkan aktivitas untuk memungkinkan periode tirah baring yang adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihn pasien.Terapi komponendarah diberikan sesuai resep bila pasien menderita anemia berat.Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum dan kebijakan institusi mengenai tindakan pengamanan harus diikuti.Aktivitas post op ditingkatkan dan toleransi dipantau.4.Memberikan Tindakan NutrisionalBila kondisi pasien memungkinkan, diet tinggi kalori, protein, karbohidrat serta rendah residu diberikan pada pra op selama bberapa hari untuk memberikan nutrisi adekuat dan meminimalkan kram dengan menurunkan peristaltic berlebih.Diet cair penuh 24 jam pra op, untuk menggantikan penipisan nutrient, vitamin dan mineral.Penimbangan BB harian dicatat, dan dokter diberitahu bila terdapat penurunan BB pada saat menerima nutrisi parenteral.5.Mempertahankan Keseimbangan Cairan & ElektrolitCatat masukan dan haluaran, mencakup muntah, yang akan menyediakan data akurat tentang keseimbangan cairanBatasi masukan maknan oral dan cairan untuk mencegah muntah.Berikan antiemetik sesuai indikasiPasang selang nasogastrik pada periode pra op untuk mengalirkan akumulasi cairan dan mencegah distensi abdomenPasang kateter indwelling untuk memantau haluaran urin setiap jam. Haluaran kurang dari 30 ml / jam dilaporkan sehingga terapi cairan intravena dapat disesuaikan.Pantau pemberian cairan IV dan elktrolit, terutama kadar serum untuk mendeteksi hipokalemia dan hiponatremia, yang terjadi akibat kehilangan cairan gastrointestinal.Kaji TTV untuk mendeteksi hipovolemia : takikardi, hipotensi dan penurunan jumlah denyut.Kaji status hidrasi, penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, urine pekat, serta peningkatan berat jenis urine dilaporakan.6.Menurunkan AnsietasKaji tingkat ansietas pasien serta mekanisme koping yang digunakanUpaya pemberian dukungan, mencakup pemberian privasi bila diinginkan dan menginstruksikan pasien untuk latihan relaksasi.Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesedihan atau pertanyaan yang diajukan oleh pasien.Atur pertemuan dengan rohaniawan bila pasien menginginkannya, dengan dokter bila pasien mengharapkan diskusi pengobatan atau prognosis.Penderita stoma lain dapat diminta untuk berkunjung bila pasien mengungkapkan minat untuk berbicara dengan mereka.Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, perawat harus mengutamakan relaksasi dan perilaku empati.Jawab pertanyaan pasien dengan jujur dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.Setiap informasi dari dokter harus dijelaskan, bila perlu. Kadang kadang kecemasan berkurang, bila pasien mengetahui persiapan fisik yang diperlukan selama periode pra op dan mengetahui kemungkinan post op. beberapa pasien akan lebih senang jika diperbolehkan untuk melihat hasil pemeriksaan, sementara yang lain memilih untuk tidak mengetahuinya.7.Mencegah InfeksiBerikan antibiotic seperti kanamisin sulfat ( Kantrex ), eritromisin (Erythromycin), dan Neomisin Sulfat sesuai resep, untuk mengurangi bakteri usus dalam rangka persiapan pembedahan usus. Preparat diberikan per oral untuk mengurangi kandungan bakteri kolon dan melunakkan serta menurunkan bulk dari isi kolon.Selian itu, usus juga dapat dibersihkan dengan enema, atau irigasi kolon.8.Pendidikan Pasien Pra OperatifKaji tingkat kebutuhan pasien tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah, dan tingkat fungsi yang diinginkan pasca op.Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk pembedahan, penampilan dan perawatan yang diharapkan dari luka pasca op, teknik perawatan kolostomi, pembatasan diet, control nyeri, dan penatalaksanaan obat dimsukkan ke dalam materi penyuluhan.Intervensi Keperawatan Pasca Operatif1.Perawatan LukaLuka abdomen diperiksa dngan sering dalam 24 jam pertama, untuk meyakinkan bahwa luka akan sembuh tanpa komplikasi ( infeksi, dehidens, emoragik, edema berlebihan ).Ganti balutan sesuai kebutuhan untuk mencegah infeksi.Bantu pasien untuk membebat insisi abdomen selama batuk dan napas dalam untuk mengurangi tegangan pada tepi insisi.Pantau adanya peningkatan TTV yang mengindikasikan adanya proses infeksi.Periksa stoma terhadap edema ( edema ringan akibat manipulasi bedah adalah normal ), warna ( stoma sehat adalah mera jambu ), rabas ( rembesan berjumlah sedikit adalah normal ), dan perdarahan ( tanda abnormal ).Bersihkan kulit peristoma dengan perlahan serta keringkan untuk mencegah iritasi, berikan pelindung kulit sebelum meletakkan kantung drainase.Apabila malignansi telah diangkat dengan rute perineal, luka diobservasi dengan cermat untuk tanda hemoragik. Luka dapat mengandung drain atau tampon yang diangkat secara bertahap. Mungkin terdapat jaringan yang terkelupas selama beberapa minggu. Proses ini juga dipercepat dengan irigasi mekanis luka atau rendam duduk yang dilakukan dua atau tiga kali sehari.Dokumentasikan kondisi luka perineal, adanya perdarahan, infeksi atau nekrosis.2.Citra Tubuh PositifDorong pasien untuk mengungkapkan masalah yang dialami serta mendiskusikan tentang pembedahan dan stoma ( bila telah dibuat ).Ajarkan pasien mengenai perawatan kolostomi dan pasien sudah harus ulai untuk memasukkan perawatan stoma dalam kehidupan sehari hari.Berikan lingkungan yang kondusif bagi pasien serta berikan dukungan dalam meningkatkan adaptasi pasien terhadap perubahan yang terjadi akibat pembedahan.4. Mencret (Diare)Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Diare termasuk gangguan perncernaan yang paling sering muncul terutama pada anak-anak.Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga hanya karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, misalnya sudah diberikan makan padat sebelum waktunya.Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.Pengobatan mencretPengobatan diare yang paling dianjurkan adalah memberikan oralit. Tidak ada anak yang meninggal karena diare, yang ada meninggal karena dehidrasi. Jadi, yang perlu diwaspadai bukan diarenya, melainkan dehidrasinya. Selama cairan tubuhnya cukup, tak perlu khawatir. Salah satu indikator dehidrasi adalah buang air kecilnya.Selama kencingnya cukup, berarti tidak ada dehidrasi. Berikan oralit, karena sudah disesuaikan dengan cairan yang dikeluarkan melalui BAB.Oralit mengandung glukose, natrium, kalium, dan bikarbonat untuk menggantikan cairan yang hilang lewat BAB. Sementara pada air putih, natrium dan kaliumnya turun. Anak malah bisa kejang, kembung, dan lemas kalau hanya tergantikan airnya saja. Yang juga harus diperhatikan, jangan menyamakan komposisi oralit untuk anak dan dewasa. Pada anak, natriumnya lebih rendah. Jadi, kalau mencretnya 2 sendok, jangan memberikan oralit segelas, mencret setengah gelas, jangan memberikan oralit tiga gelas.Jadinya malah hipernatrium, bisa-bisa anak mengalami koma. Kebutuhan cairan disesuaikan dengan oralit.5. Gastritis (Upper Abdominal Syndrome)Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit maag merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/peradangan pada saluran cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan faktor psikologis mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga.Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar, intensitasnya sedang, menghebat karena makanan atau langsung setelah makan, tidak ada hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis (merasa terbakar dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan lain-lain.Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi ternyata dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Mereka memiliki angan-angan untuk dirawat, dimanja, dan untuk memiliki objek yang diinginkan sehingga mereka sulit menemukan kepuasan yang dibutuhkannya. Keseimbangan yang rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat ketika penderita mengalami keluhan pada saluran cernanya dan jelas terlihat adanya ketergantungan pada objek yang memanjakannya.Tetapi penderita merasa takut tergantung pada orang yang menguasainya dan ketergantungan ini dirasakannya sebagai suatu penghinaan. Rasa takut ketergantungan, dan terhina mengakibatkan sikap agresif terhadap mereka, yang dapat memberikan kepuasan. Timbulnya depresi pada penderita gastritis dikarena mereka mengelakkan agresi yang timbul agar tidak kehilangan obyek yang memanjanya, dan ini menimbulkan rasa bersalah (guild) yang dirasakan dirinya sebagai sesuatu yang sangat buruk....