alat bantu pembangkit

Upload: surya

Post on 06-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Alat Bantu Pembangkit

TRANSCRIPT

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    1

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    1. DESALINATION PLANT

    1.1. Sistem Desalination

    Pada proses destilasi, air laut dipanaskan, kemudian uap yang timbul didinginkan, sehingga akan didapatkan air tawar. Proses destilasi akan menghasilkan air tawar yang mempunyai konduktivitas sekitar 10 m h o s / cm.

    Air laut akan mendidih pada suhu 100,50 C atau lebih pada tekanan 1 atm. Pada tekanan lebih rendah akan mendidih dan menguap dibawah 1000 C. Penguapan air membutuhkan kalor penguapan, dan kalor penguapan ini akan terkandung dalam uap sebagai panas latent. Panas latent ini akan dilepaskan kembali apabila uap diembunkan dan dipakai sebagai pemanas (preheat) air laut.

    Metode yang dikenal umum dalam teknologi destilasi air laut :

    a. Multistage Flash Desalination

    Apabila air laut dipanaskan kemudian dimasukkan kedalam suatu tangki yang bertekanan rendah, sebagian dari air yang terkandung didalam air laut akan menyerap panas air dan akan mendidih, selanjutnya suhu air laut akan turun. Fenomena ini (ekspansi adiabatik) disebut sebagai flash evaporation. Pada gambar 1 diagram sederhana flash destilation, bertingkat 3 (tiga). Tiap-tiap tingkat terdiri dari 2 (dua) ruangan , yaitu ruangan penguapan dan ruangan pengembunan. Air laut dipompa dan dilewatkan kedalam pipa-pipa penukar kalor didalam ruangan kondensasi (sebagai pendingin), dan sekaligus juga dipanaskan oleh uap yang timbul diruang penguapan (mengambil kalor latent). Selanjutnya air laut dipanaskan didalam pemanas air laut (brine heater), dan dimasukkan kedalam ruang penguapan (flash chamber) tingkat pertama.

    Gambar 1. Skematik Diagram Multistage Flash Desalination Type Once-Through

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    2

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    Tiap-tiap tingkat diatur kehampaannya dengan suatu peralatan pembuatan hampa, yang dapat berupa pompa hampa atau ejector uap. Perbedaan tekanan tiap-tiap ruangan penguapan diatur dengan cara melewatkan brine melalui suatu orifice, yang dipasang pada sisi masuk, tiap-tiap tingkat. Sebagai hasilnya air laut yang sudah dipanaskan tersebut (selanjutnya disebut brine) mengalir dari tingkat pertama, yang bersuhu paling tinggi, ketingkat-tingkat selanjutnya yang bersuhu rendah. Pada tiap-tiap tingkat terjadi penguapan-penguapan, yang membuat air menjadi makin pekat, selanjutnya pada tingkat terakhir dibuang dengan pompa pembuang brine. Uap yang timbul diruang penguapan, melalui suatu pemisah uap air (demister), masuk kedalam ruang pengembunan, dan melepaskan kalor latennya, diterima oleh aliran air laut, yang melewati pipa-pipa penukar kalor (heat exchanger). Embun uap (destilat) dikumpulkan kedalam saluran bak pengumpul destilat yang mengalir dari tingkat yang bersuhu tinggi ketingkat yang bersuhu rendah. Selam perjalanan dari tingkat-ketingkat, sebagian menguap kembali dan melepaskan kalornya kedalam air laut dipipa-pipa penukar kalor sampai tingkat terakhir, hasil pengembunan ini dikumpulkan dan dipompa sebagai pangsa air tawar (Product Water).

    Proses destilsi tersebut diatas adalah sistem once through. Sistem tersebut membutuhkan sejumlah besar volume air laut. Untuk maksud-maksud yang praktis, flash destilation bertingkat mempergunakan cara sirkulasi brine.

    Sistem ini terdiri dari heat recovery section, heat rejection section, seperti diperlihatkan pada gambar 2. Setelah melewati bagian condensor heat rejection, sebagai pendingin. Sebagian air laut dipakai sebagai air penambah pada tingkat terakhir, dan sebagian lagi dibuang keluar. Sebagian brine tingkat terakhir diencerkan dengan air penambah (make up) dan disirkulasikan melewati pendingin (condensor) heat recovery section dan sisa air brine sebagian dibuang untuk mempertahankan concentration factor. Setelah melewati condensor-condensor dari heat recovery section, brine dipanaskan sampai suhu terminalnya dan masuk tingkat pertama ruang penguapan (flash chamber). Penguapan berlanjut terus didalam ruang-ruang penguapan, brine mengalir dari tingkat pertama sampai tingkat terakhir. Setelah dicampur dengan air penambah, brine mengalir kedalam pompa sirkulasi dan proses berulang kembali

    Gambar 2. Skematik Multi Stage Flash Desalination Type Recirculation

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    3

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    b. Proses destilasi dengan metode multi effect

    Proses destilasi dengan metode multi effect berlangsung dalam beberapa tahap penguapan, dimana konsentrasi larutan (cairan) diatur secara seri, dari effect yang bersuhu lebih tinggi ke effect yang selanjutnya yang bersuhu lebih rendah. Pada proses ini hanya effect yang pertama yang menggunakan uap pemanas dari ketel, pada effect selanjutnya, penguapan terjadi karena berulang-ulang sesuai dengan jumlah effect evaporator, sampai larutan semakin pekat, dengan daya guna produksi air tawar (efficiency) yang tinggi. Suatu plant yang menggunakan sistem tersebut diatas, disebut destilasi dengan metode multi effect. Pada proses tersebut, tiaptiap effect evaporator, tekanannya diturunkan sampai dibawah tekanan uap jenuh pada suhu brine, dan evaporator yang bersuhu paling rendah dihubungkan dengan condensor dan peralatan hampa. Prinsip operasinya dapat dilihat pada gambar 3.

    Sebagian air laut yang mengambil panas pada sisi effect condensor yang paling bawah dipompakan ke plant, melewati pemanas awal tiap-tiap effect. Sebagian air laut dibuang keluar. Suhu air laut akan naik dengan cepat oleh pemanasan pemanas awal (preheater) pada tiap-tiap effect. Penguapan terjadi pada pipa-pipa penguapan oleh pemanasan uap yang datangnya dari luar.

    Sisa air laut dikumpulkan pada bagian bawah effect pertama, untuk selanjutnya disemprotkan lagi pada pipa-pipa penguapan effect tingkat kedua, sebagian air laut menguap kembali, karena mendapatkan pemanasan oleh uap air yang berasal dari penguapan air laut effect tingkat pertama pada pipa-pipa penguapan (evaporating tubes).

    Hasil penguapan dari uap akan menjadi pangsa air tawar. Siklus ini akan berulang-ulang sampai tingkat terakhir. Uap yang terjadi pada tingkat terakhir diembunkan oleh heat rejection condensor.

    Umunya effect dioperasikan pada suhu yang makin lama makin rendah. Hal tersebut dimbangi dengan kehampaan yang makin lama makin tinggi.

    Gambar 3. Skematik Multi Effect

    Desalination

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    4

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    1.2. Prosedur Operasi

    Prosedur operasi Desalination Plant meliputi :

    Prosedur Start dan Shut down.

    1.2.1. Prosedur Start

    Persiapan untuk start

    Setiap kali menjalankan unit desalinasi, periksa dan pastikan hal-hal berikut :

    a. Pemeriksaan umum

    Periksa dan pastikan semua peralatan dan pola yang bekerja, mengeluarkan bunyi. Apabila didapati kebocoran, sambungan-sambungan yang longgar, laporkan kepada bagian pemeliharaan untuk diperbaiki.

    b. Minyak pelumas dan grease

    Periksa level minyak pelumas dan keadan grease untuk semua mesin-mesin yang berputar. Isi dan kalau perlu perbaiki minyak pelumas didalam peralatan dan alat bantu lain yang memerlukan.

    c. Kedudukan katup

    Periksa posisi semua katup yang dioperasikan dengan tangan. - Katup interface isolation dari air laut, air kondesat dan auxiliary steam yang

    menuju / dari unit desalinasi ada dalam posisi tertutup. - Semua katup sisi hisap dari pompa yang beroperasi ada dalam keadaan

    terbuka - Katup upstream isolation dari katup pengatur uap ada dalam keadaan tertutup - Semua katup sisi keluar dari pompa yang beroperasi ada dalam keadaan

    tertutup - Katup isolation dari semua kontrol valve yang lain berada dalam posisi terbuka - Katup bypass dari semua kontrol valve berada dalam posisi tertutup - Semua katup vent dan drain dalam keadaan tertutup - Semua katup untuk instrumen dalam keadaan terbuka - Semua katup untuk uap dan vapor sekitar ejector berada dalam keadaan

    tertutup - Katup keluaran dari tangki bahan kimia berada pada posisi terbuka, dan katup

    sisi masuk dan keluar pompa injeksi bahan kimia dalam keadaan terbuka

    d. Mengoperasikan bahan kimia

    Siapkan atau buat polyphosphate dan larutan anti busa didalam tangki. Persediaan dan jadwal pengadaan dari bahan-bahan kimia untuk periode operasi yang diharapkan hendaknya dipastikan.

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    5

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    e. Peninjauan laporan operasi dan pemeliharaan

    Penelitian terhadap laporan dan memastikan bahwa semua kelainan dan kerusakan yang ditemukan didalam operasi sebelumnya telah diketemukan atau diperbaiki.

    f. Sistem komunikasi Laporan, sistem pemanggil atau sistem komunikasi yang lain antara control room, tempat unit desalinasi dan operator yang berhubungan dengan sistem tersebut didalam unit pembangkit hendaknya dipastikan kesiapan penggunaannya.

    g. Staf pengusahaan Kepala enjiner, operator dan staf operasi unit harus berada ditempatnya. Juga staf pemeliharaan mekanik mesin, listrik dan instrumen harus siap membantu selama start.

    h. Pemberitahuan pada sistem yang lain Start unit desalinasi hendaknya diberitahukan kepada control room dari sistem-sistem yang berkaitan, dan hal-hal berikut sebaiknya dikonfirmasikan : - Daya listrik untuk start unit desalinasi tersedia - Udara instrumen untuk start unit desalinasi siap - Pompa suplai desalinasi siap untuk mulai mensuplai air laut ke unit desalinasi - Uap bantu untuk start desalinasi tersedia - Air pelayanan umum untuk start unit desalinasi siap - Sistem demineralisasi (tangki persediaan air) siap untuk menerima air saringan

    dari unit desalinasi.

    1.2.1.1. Start Up Desalination

    1. Jalankan pompa Suplai Desalination A atau B, serta periksa - Lampu indikator pompa nyala - Lampu indikator pembukaan katup discharge pompa menyala

    2. Buat aliran air laut ke heat rejection chamber melalui set point hand control, sehingga alirannya sebesar 1400 m3 / jam

    3. Buatkan aliran air make-up secara manual sebesar 250 m3 / h lalu buat set point 250 m3 / h ke posisi auto.

    4. Buka katup kontrol level last stage brine 10 %, sehingga level mencapai sekitar 80 %

    5. Jalankan pompa blow down A atau B, lihat lampu indikasi pompa jalan menyala 6. Buat set point level last stage brine 80 % lalu pindahkan control pada posisi

    auto 7. Buka katup uap masuk ke sistem ejector dan lihat lampu indikasi pembukaan

    katup menyala 8. Buka katup uap hogging ejector lihat petunjuk aliran direcorder (pembukaan

    katup akan dilakukan instruktur sesuai permintaan peserta pelatihan) 9. Buka katup kontrol brine recirculation melalui hand kontrol sebesar 10 %

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    6

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    10. Buka katup aliran minimun pompa brine recirculaton (proteksi pompa) dan periksa indikasi permukaannya

    11. Jalankan pompa brine recirculation A atau B, lihat dan periksa : a. Lampu indikasi pompa jalan b. Indikator tekanan brine keluar dari brine heater (brine heater outlet brine) c. Indikator level first stage brine

    12. Buat katup kontrol brine recirculation (secara manual) sehingga aliran sebesar 800 m3 / jam

    13. Pilih pompa pengisi polyphosphat (A atau B) lalu jalankan (melalui instruktur), dan periksa lampu indikasi pompa jalan dan agitator polyphosphat (secara auto akan start jika pompanya start)

    14. Pilih pompa penginjeksi anti foam (melalui selector A atau B). Lalu jalankan pompanya (melalui instruktur) serta periksa lampu indikasi pompa start dan agitatornya.

    15. Setelah vakum mencapai 600 mm Hg buka katup uap masuk ke 1st dan 2nd ejector lalu tutup katup uap ke hogging ejector (melalui instruktur)

    16. Buka secara manual katup kontrol temp brine heater (brine heater outlet brine temp) sebesar 20 %

    17. Buka katup kontrol tekanan uap pemanas secara manual sehingga mencapai harga 3,5 kg / cm2.G, serta periksa indikasi pembukaan katup dan pengukuran aliran uap keejector, setelah stabil buatkan posisi kontrol auto

    18. Tutup katup kontrol level kondensate 19. Dump katup kondensate dan lihat lampu indikasinya 20. Setelah indikasi level kondensate mencapai 80% buka katup kontrol level

    kondensate 10% kemudian jalankan pompa kondensate 21. Atur secara manual level kondensate sehingga 50% buat set point 50% setelah

    stabil pindahkan posisi kontrol ke auto 22. Amati konduktivitas air kondensate. Bila turun hingga kurang dari 40 micro

    mho/cm, buat katup kondensate pada posisi feed dan periksa lampu indikasi posisi feed menyala

    23. Buatkan set point temperatur uap pemanas 1000 C, lalu buat posisi auto 24. Juga alirkan brine recirculating mencapai 1000 m3 / jam, tutup aliran minimum

    pompa brine resirkulasi, periksa penyalaan lampu indikasi katup 25. Buat katup kontrol aliran make up pada posisi auto 26. Atur pembukaan katup kontrol temperatur brine keluar brine heater secara

    manual dan buat set point temperatur brine, keluar brine heater 900 C sehingga diperoleh data-data seperti tabel disamping

    27. Buka katup kontrol level last stage destilate 10 %, tekan tombol dump katup product water / destilate water dan periksa lampu indikator dump

    28. Jika level destilate sudah mencapai 60% jalankan pompa destilate periksa lampu indikasi pompa start dan indikasi aliran destilate pada recorder

    29. Buat set point level destilate 60% dan atur jika telah stabil buat keposisi auto 30. Amati konduktivitas meter air destilate, jika turun menjadi kurang dari 40

    micmho / cm, tekan tombol feed dan periksa lampu indikasi feed menyala 31. Buat dan atur sehingga kondisi akhir menjadi seperti tabel disamping

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    7

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    1.2.2. Prosedur Shutdown

    1. Periksa operation mode pada water treatment plant (posisi pada fresh water tank) 2. Tutup secara manual katup kontrol temp. Brine keluar brine heater 10% setiap 6 menit 3. Kurangi aliran brine resirculating sehingga level pada first stage brine turun menjadi 40%

    (baisanya level first stage brine akan naik dengan turunnya temperatur pada brine keluar brine heater)

    4. Jika katup kontrol temperatur brine keluar brine heater sudah menutup (tertutup) penuh, lakukan penutupan katup kontrol tekanan uap pemanas, maka akan diperoleh :

    - Tekanan uap pemanas 0 kg/cm2 - Turunkan temp uap pemanas - Berkurangnya aliran uap keejector ke 0 kg/jam - Berkurangnya aliran kondensate - Indikasi katup kontrol tekanan uap pemnas off - Berkurangnya aliran air product / destilate - Turunnya level pada hotwell kondenser

    5. Tutup katup kontrol temp uap pemanas, jika temp uap pemanas kurang dari 100% 6. Tutup katup kontrol level kondensat dan tahan hingga posisi 10-20%, maka akan timbul

    Ann low level brine heater condensate. 7. Matikan pompa kondensat jika level berkurang hingga 0% dan tutup katup kontrol level

    kondensat serta dump (apabila konduktivity naik turun melebihi 40 micromho/cm selama shtdown secara otomatis mon dump)

    8. Kurangi katup kontrol aliran air make up (make up harus dikurangi dengan berkurangnya aliran air product / destilat)

    9. Atur hand control sea water flow to heat rejection sehingga aliran air laut ke desalt pada harga 1400 m3/jam

    10. Buka katup aliran minimum brine ke crculating, jika aliran brine kurang dari 1000 m3/ jam sehingga tercapai kondisi

    11. Selama shutdown, jika konduktivitas air destilat naik, lakukan dump atau jika aliran product mencapai harga 0 m3 / jam serta periksa lampu indikasi dump

    12. Atur level stage destilat, jika kurang dari 50% akan timbul Ann last stage level low. 13. Stop pompa product water, jika level last stage destilate turun hingga 0% dan tutup katup

    kontrol level stage destilate 14. Jika temp brine keluar brine heater turun dibawah 500 C, periksa

    - Temp brine water inlet brine - Temp brine heater sisi shell kurang dari 500

    15. Stop pompa penginjeksi polyphospate dan anti foam serta periksa agitatornya ikut stop 16. Atur hand control aliran brine recirculating dan pertahankan hingga 10% 17. Stop pompa brine recirculating dan tutup aliran brine recirculating 18. Tutup katup aliran minimum pompa brine recirculating 19. Tutup penuh katup kontrol aliran air make up

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    8

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    1.3. Mengatasi Gangguan 1.3.1. Brine Blow Down Pump Trip

    Akibatnya : - Last Stage Brine Level : naik - Last Stage Brine Level CV : membuka penuh Mengatasi gangguan : - Start brine blow down pump - Monitor last brine level

    1.3.2. Product water Pump Trip

    Akibatnya : - Last stage destilat level : naik - Aliran dari product water : 0 - Last stage destilate level control level : membuka penuh Mengatasi gangguan : - Start pompa dari product water yang lain - Monitor level dari stage destilate

    1.3.3. Desalt Condensate Pump Trip

    Akibatnya : - Condensate level : naik - Condensate level CV : membuka penuh Mengatasi gangguan : - Start pompa dari desalt condensate pump yang lain - Monitor level dari condensate desalt

    1.3.4. Brine Recirculation Pump Trip

    Akibatnya : - Last Stage Brine level : Naik - Aliran Recirculating Brine : 0 - First Stage Brine Level : Turun - Brine Heater Outlet Brine Temperatur : Turun - Brine Heater Outlet Brine Temperatur CV : membuka penuh - Condensate Level : naik Mengatasi gangguan : - Start pompa dari brine recirculation pump yang lain - Monitor last stage brine level dan first stage brine level

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    9

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    2. WATER TREATMENT PLANT

    2.1. Sistem Pemurnian Air Sistem pemurnian air dibagi dua yaitu :

    2.1.1. Sistem Deminerelisasi Multibed

    Gambar 4. Skematik Demineralisasi Multibed

    Pengoperasian :

    Raw water masuk, diinjeksi alumunium sulfat terlebih dahulu dan endapannya bersama suspensi yang terkandung disaring didalam saringan koral / cabin aktif, air yang jernih masuk ke penukar kation sehinga air keluar bersifat asam, diteruskan ke tangki pembuangan gas-gas, kemudian ke tangki penukar anion, sehingga air yang keluar akan bebas dari mineral.

    Regenerasi :

    Setelah beroperasi sejumlah air tertentu, resin perlu diaktifkan kembali. Resin kation dengan asam chlorida atau asam sulfat, sedangkan resin anion dengan caustic soda (NaOH)

    Step Regenerasi :

    - Back wash - Setting - Injeksi HCl dan NaOH - Rinse (slow dan fast rinse)

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    10

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    2.1.2. Sistem Demineralisasi Single Bed (Mixed bed)

    Gambar 5. Skematik Demineralisasi Mixed Bed Pengoperasian :

    Air dari booster pump masuk ke mixed bed filter, disini ion positif dan negatif dalam air ditukar dengan ion hidroksil dan resin air, air yang keluar adalah bebas mineral. Regenerasi :

    Resin yang sudah jenuh diregenerasi dengan HCl dan NaOH sesuai dengan squen step regenerasi : - Back wash - Setting - Caustic Injection - Caustic Displacement - Acid injection - Acid displacement - Rinse - Draining - Mixing - Fill up - Fast rinse - Cek conductivity -

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    11

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    2.2. Prosedur Operasi, Regenerasi dan Netralisasi Dalam pengoperasian water treatment plant meliputi operasi (service), regenerasi dan netralisasi. Yang dimaksud service adalah memurnikan air tawar (dari desalination) menjadi air murni yang konduktivitasnya kurang dari 0,3 mhos/cm. Regenerasi adalah mengaktifkan kembali resin kation dan anion yang telah jenuh. Netralisasi adalah menetralkan limbah buangan regenerasi, sehingga limbah yang sudah memenuhi syarat ( pH 7 - 9 ) bisa dibuang ke kanal.

    2.2.1. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Water Treatment Plant

    1. Mixed Bed Demineraliszer

    Pemeriksaan Keliling

    a. Periksa tekanan keluar pompa boster distilate water (GP 174 atau GP 1749), perbedaan tekanan masuk / keluar MB (GP 1750 atau GP 1751, PD 191705, PD 191707 dan perbedaan tekanan perangkap Resin (PD 191706, PD 191708)

    b. Periksa besarnya aliran service (CF 1725, CF 1728, C 1700) 3 kali / hari c. Periksa daya hantar air keluar MB (CRS 1700) 3 kali / hari d. Periksa jumlah harga besarnya aliran (FQ I 1700, QI 1701, PQ I 1702) 3 kali /

    hari e. Periksa waktu proses, besarnya aliran dan sebagainya selama proses

    regenerasi f. Periksa permukaan tangki RECOVERY (GL 1729) dan permukaan tangki air

    minum (LIS 1700) 1 kali / hari g. Periksa tekanan air demineral keluar pompa (GP 1752, GP 1753, GP 1754) 1

    kali / hari h. Periksa permukaan tangki penyimpanan caustic (LIS 1703, LIS 1704) dan

    permukaan tangki penyimpanan acid (LIS 1701, LIS 1702) 1 kali / hari i. Periksa tenaga penggerak dan permukaan pelumas 1 kali / hari

    Analisa

    Air masuk........................................ suhu dan TDS (daya hantar) diperiksa Air masuk........................................ kandungan Fe,Cu,Ni,SiO2 daya hantar listrik

    2. Netralization System

    Pemeriksaan keliling

    a. Periksa permukaan bak netral (LIS 1705) sebelum dimulai penetralan b. Periksa lamanya waktu proses, harga PH (ALS 1700) tekanan keluar pompa

    aliran keluar (PIS 1717 atau 1718) dan sebagainya selama penetralan. c. Periksa permukaan pelumas pompa air pembuang

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    12

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    2.2.2. Prosedur Regenerasi

    1. Langkah-langkah Regenarasi Single Bed adalah sebagai berikut :

    - Kecepatan aliran : 11,8 t/j - Kecepatan aliran di set pada valve : w2 - Waktu : 20 menit

    2. Settling

    - Waktu : 10 menit

    3. Injeksi NaOH (caustic)

    Scan 2 - Kecepatan aliran : 2,5 t / j + NaOH - 2,4 t / j - Kecepatan aliran diset pada valve : R1, R2, R3 - Waktu : 40 menit

    4. Displacement Caustic

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    13

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    - Kecepatan aliran : 2,5 t / j - Kecepatan aliran diset pada valve : R1, R3 - Waktu : 20 menit

    5. Injeksi Asam (HCl)

    - Kecepatan aliran : 2,5 t / j ; 2,4 t / j - Kecepatan aliran diset pada valve : R1, R3, R4 - Waktu : + 20 menit

    6. Acid Displacement

    - Kecepatan aliran : 2,5 t / j ; 2,4 t / j - Kecepatan aliran diset pada valve : R1, R3 - Waktu : 20 menit

    7. Rinse

    - Kecepatan aliran : 9,6 t / j ; 11,8 t / j - Kecepatan aliran diset pada valve : W6, W2 - Waktu : 20 menit

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    14

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    8. Draining

    - Waktu : 20 menit

    9. Loosining

    - Kecepatan aliran : 11,8 t / j - Kecepatan aliran diset pada valve : W2 - Waktu : 5 menit

    10. Resin Mixing

    - Kecepatan aliran : 11,8 t / j - Kecepatan aliran diset pada valve : W2 - Waktu : 5 menit

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    15

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    11. Fill Up

    - Kecepatan aliran : 65 t / j - Waktu : 5 menit

    12. Fast Rinse

    - Kecepatan aliran : 65 t / j - Kecepatan aliran diset pada valve : B3 - Waktu : 20 menit

    2.3. Mengatasi Gangguan

    Jenis-jenis gangguan 1. Mixed Bad Demineralizer

    a. Conductivity tidak normal

    b. Service berhenti sesaat

    Penyebab Tindakan

    - Konduktivitas tidak normal

    - Regenerasi tidak sempurna pemisahan resin dengan back washing tidak sempurna, kesalahan injeksi, cxampuran tidak memadai

    - Atur dan perbaiki

    - Periksa dan atur waktu proses, jumlah aliran, pembukaan / penutupan katup-katup dsb. Untuk melakukan regenerasi yang normal

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    16

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    c. Pi , Ni, Cu, Si, O2, pada aliran keluar demineralizer naik

    Penyebab Tindakan

    - Kemampuan resin menjadi

    merosot - Regenerasi tidak sempurna - Suhu air masuk terlalu tinggi

    - Analisa resin - Periksa dan atur kembali waktu proses - Jumlah aliran pembukaan / penutupan

    katup-katup yang normal - Atur suhu air masuk sampai kurang

    dari 400 C - Suhu yang lebih tinggi menyebabkan

    SiO2 lolos Jika ada alarm, sebuah buzzer sound dan lampu alarm akan flicher pada kontrol panel. Tekan tombol Acknolede dan buzzer akan stop, kemudian flicher akan stop. Bila perlu, tekan tombol lampu reset untuk menghilangkan lampu, setelah membetulkan penyebab alarm itu. Tekan tombol lampu test bila akan mengecek lampu-lampu alarm. a. Mixed Bed A (B) effluent conductionty high

    - Sistem diposisikan ke stand by - Cek kualitas air yang masuk, regenerasi dan seterusnya

    b. Mixed Bed A (B) differential pressure high - Cek kualitas dari air masuk, flow rate dan lain-lain - Regenerasi resin, untuk menghilangkan lapisan suspensi yang menyumbat.

    Dalam hal ini waktu back wech diperpanjang, naik diatas spesifik, karena penyumbatan, tunggu sampai 3 menit

    - Bila sering terjadi, demineralizer stop, betulkan trap screen net dan cuci resin-resin yang hancur itu.

    c. Caustic Dilution Water Flow Low

    Alarm ini ditransmisikan jika larutan NaOH kecepatan alirannya turun dibawah harga spesifikasinya dan tunggu 3 menit selama caustic dalam regenerasi. Set flow rate sampai spesifikasinya dengan valve R1.

    d. Dilution Caustic Temperature High Selama 3 menit, selama caustic injection stop untuk regenerasi. Valve PS1, tertutup bila temperatur diatas alarm level. Jika alarm ini terlalu sering, periksa aliran tekanan, volume air pelarut, dan pembukaan jarum valve PS1 yang biasanya diatur menjaga temperatur injeksi caustic pada 550 C.

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    17

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    e. Dilution Caustic Temperatur Low Kembalikan ke item 5

    f. Caustic Dil Density Low Cek volume dari air pelarut dan kecepatan larut NaOH

    g. Mixed Bed A (B) Water Flow Low

    Alarm ini terjadi, bila kecepatan aliran yang diukur oleh flow meter outlet mixed bed jatuh dibawah nilai spesifiknya. Periksa destilate water bouster pump valve. Valve W1 dan W4, differensial pressure dan lain-lain. Jika saluran air yang melalui resin tersumbat oleh suspensi, start regenerasi.

    h. Acid Dilution Water Flow Low

    Alarm ini terjadi, jika kecepatan aliran air pelarut HCl jatuh dibawah nilai spesifik dan tunggu selama 3 menit, selama injeksi asam untuk regenerasi. Set flow rate ke nilai spesifiknya dengan valve R3.

    i. Acid Dilution Density High

    Alarm ini terjadi, jika density dari acid injeksi naik diatas alarm level yang ditunjukkan oleh density meter dalam saluran injeksi selama stop acid injektion untuk regenerasi. Periksa volume dari pada pelarut dalam larutan PS1.

    j. Demi Water Storage Tangki Level High

    Alarm ini terjadi, jika tangki persediaan air demineral naik diatas spesifinya. Pastikan bahwa valve D1 tertutup dan valve RC1 terbuka, dan recycling terjadi. Jika recycling terjadi selama 2 jam, maka demi plant dalam posisi service lagi jika tangki sudah turun dibawah spesifik, fast dapat dilaksanakan lagi sebelum service.

    k. Demi Tank Level Low Alarm ini terjadi jika level air demin dalam tangki persediaan turun dibawah spesifikasinya. Jika level air dalam tangki tersebut rendah terus, pastikan bahwa pompa pensuplai air demi akan tersumbat.

    l. Caustic Storage A (B) Level High Alarm terjadi, jika caustic storage tank naik diatas nilai spesifiknya.

    m. Caustic Storage Tank A (B) Level Low Alarm ini terjadi jika caustic storage tank turun dibawah nilai spesifiknya. Tambahkan cepat-cepat larutan NaOH.

    n. Acid Storage Tank A (B) Level High atau Low Identik dengan item 13 dan 14.

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    18

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    o. Neut Pump Level High

    Alarm ini terjadi, jika level larutan dalam neut pump diatas alarm level. Pastikan

    valve NW1 terbuka dan pompa discharge effluen distart untuk pembuangan

    larutan itu

    p. Recovery Tank Level High

    Alarm ini terjadi, jika level dari recovery Tank naik diatas alarm levelnya.

    Periksalah kondisi dari operasi recovery pump.

    q. Eff pump P.H. Low

    Alarm ini akan terjadi bila pH discharge < 7 selama stop discharge dari

    netralisasi, ulangi netralisasi dari semula.

    r. Eff pump pH High

    Identik dengan item 18 untuk pH > 9

    s. Mixing Air Pressure Low

    Alarm ini terjadi, bila mixing air reciver pressure turun < 6 kg / cm2 (g), selama

    regenerasi dan mau masuk draining, pastikan regenerasi terhenti pada stop

    dari draining, tidak dilanjutkan dengan losening. Betulkan segera tekanannya

    sampai 6,5 kg / cm2 (g).

    t. Demin Supply Pump Outlet Press Low

    Alarm ini terjadi, bila tekanan outlet dari demin rendah dibawah spesifikasinya.

    u. Mixed Bed A (B) Flow Preset Counter-Count Up

    Alarm ini terjadi, bila volume dari air yang diolah mencapai nilai spesifik, control

    switch system A (B) sedang diset ke Man

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    19

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    3. CONDENSATE POLISHING PLANT

    3.1. Sistem Condensate Polishing Plant

    Condensate Polishing Plant merupakan Internal Water Treatment, fungsinya adalah

    untuk mengolah / memurnikan air kondensat dari partikel-partikel padat dan garam-

    garam terlarut, sehingga air kondensat bebas dari kontaminan padat yang

    membahayakan material boiler dan turbin

    Gambar 6. Tata Letak Condensat Polishing Plant Pada Sistem PLTU

    Sistem condensat polishing plant terdiri dari dua buah tangki CP (Condensate polishing) yang terletak di central pembangkit dan terdiri dari satu tangki CRV (Cation Regeneration Vessel) dan satu tangki ARV (Anion Regenaration Vessel) yang terletak di water treatment plant.

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    20

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    Gambar 7. Sistem Condensat Polishing

    \ 3.2. Prosedur Operasi, Regenerasi dan Netralisasi

    Dalam pengoperasian condensat polishing plant meliputi operasi (service), Resin transfer, regenerasi dan netralisasi. Yang dimaksud service adalah mengolah air kondensat dengan cara mengalirkan sebagian air kondensat menuju condensat polishing plant. Resin Transfer adalah memindahkan resin kation dan anion pada condensat polishing yang telah jenuh menuju ke CRV (Cation Regeneration Vessel) dan memindahkan resin cadangan pada ARV (Anion Regeneration Vessel) menuju ke CP (Condensate Polishing). Regenerasi adalah mengaktifkan kembali resin kation dan anion yang telah jenuh. Netralisasi adalah menetralkan limbah buangan regenerasi, sehingga limbah yang sudah memenuhi syarat (pH 7-9) bisa dibuang ke kanal.

    3.2.1. Prosedur Resin Transfer

    Langkah-langkah Resin transfer pada condensat polishing adalah sebagai berikut :

    1. CP draining I

    Buka 1AB3 (1BB3) dan 1AB4 (1BB4) dan periksa penyalaan lampu indikasinya

    Lamanya : 10 menit

    LED : akan menghitung mundur

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    21

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    2. R.T (CP ke CRV) I

    Resin transfer pump A (B) start untuk operasi periksa penyalaan lampu indikasinya

    a. Pada panel condensat polisher

    Tutup 1AB3 (1BB3) 1AB4 (1BB4)

    Buka 1AA1 (1BA1), 1AT2 (1BT2), 1AQ1 (1BQ1), 1AQ2 (1BQ2) dan

    1AQ3 (1BQ3)

    b. Saluran udara

    Tutup A3

    Buka A4

    c. CRV

    Tutup T24

    Buka T23

    Lamanya : 15 menit

    LED : akan menghitung mundur

    3. R.T (CP ke CRV) II

    Resin transfer pump tetap beroperasi a. CP

    Tutup 1AA1 (1BA1) dan 1AQ3 (1BQ3) b. Saluran udara

    Buka A3 dan Tutup A4 c. CRV

    T23 tetap buka Lamanya : 3 menit LED : akan menghitung mundur

    4. R.T (CP ke CRV) III

    Resin transfer pump tetap beroperasi a. CP

    1AT2 (1BT2), 1AQ1 (1BQ1) dan 1AQ2 (1BQ2) tetap buka b. CRV

    T23 tetap buka, Tutup B21, Buka B22

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    22

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    Lamanya : 3 menit LED : akan menghitung mundur

    5. ARV Draining

    Resin transfer pump akan stop a. CP

    Buka 1AB4 (1BB4) Tutup 1AT2 (1BT2), 1AQ1 (1BQ1) dan 1AQ2 (1BQ2)

    b. CRV

    Tutup T23 dan B22 Buka T24

    c. ARV

    Buka B11 dan B12 Lamanya : 5 menit LED : menghitung mundur

    6. R.T (ARV to CP) I

    Resin transfer pump start dan periksa lampu indikasinya. a. CP

    Tutup 1AB4 (1BB4) 1AB3 (1BB3) dan 1AT1 (1BT1) dibuka b. Saluran udara

    Buka A22 c. ARV

    T12, Q11, Q12 dan A11 dibuka Lamanya : 15 menit LED : menghitung mundur

    7. R.T (ARV to CP) II

    Resin transfer pump tetap beroperasi a. CP

    1AB3 (1BB3) dan 1AT1 (1AT1) tetap buka 1AB4 (1BB4) dibuka

    b. Saluran udara A22 ditutup

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    23

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    c. ARV T12 dan Q11 tetap buka Q12 dan A11 ditutup B11 ditutup

    Lamanya : 3 menit LED : menghitung mundur

    8. R.T (ARV to CP) III

    Resin transfer pump tetap beroperasi a. CP

    1AB3 (1BB3), 1AB4 (1BB4) dan 1AT1 (1BT1) tetap buka b. ARV

    B11 ditutup T12 dan Q11 tetap dibuka

    Lamanya :15 menit LED : menghitung mundur

    9. CP Draining II

    a. CP

    1AB3 (1BB3) dan 1AB4 (1BB4) tetap buka b. ARV

    T12 dan Q11 ditutup T13 dibuka T13 dibuka, T24 tetap dibuka

    Lamanya :15 menit LED : menghitung mundur

    10. CP Resin Mixing

    a. CP

    1AB4 (1BB4) tetap dibuka, 1AB3 (1BB3) ditutup 1AA1 (1AB1) dibuka

    b. Saluran Udara

    A2 dibuka A3 ditutup

    LED : menghitung mundur

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    24

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    11. CP Fill Up

    a. CP 1AW2 (1BW2) dan 1AB2 (1BB2) dibuka 1AB4 (1BB4) tetap dibuka 1AA1 (1AB1) ditutup

    b. Saluran Udara

    A2 ditutup dan A3 dibuka Lamanya : 5 menit LED : menghitung mundur

    12. CP Setting

    - 1AB4 (1BB4) tetap dibuka - 1AW2 (1BW2) dan 1AB2 (1BB2) ditutup A3 tetap terbuka Lamanya : 8 menit LED : menghitung mundur

    13. CP Fill Up II

    - 1AW2 (1BW2) dan 1AB2 (1BW2) dibuka - 1AB4 (1BB4) tetap dibuka - 1AB4 (1BB4) tetap dibuka

    Lamanya : 5 menit LED : menghitung mundur

    14. Fast Rinse I

    - 1AW2 (1BW2) dan 1AB2 (1BW2) tetap dibuka - 1AB5 dibuka

    Lamanya : 10 menit

    Catatan : Resin transfer cycle selesai dan polisher dapat (siap) diserviskan. Lampu indikator service pommible menyala.

    3.2.2. Prosedur Regenerasi

    Conventional scrubbing process : 1. Draining : selama 10 menit 2. Scrubbing : selama 5 menit

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    25

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    3. Back Wash : selama 40 menit 4. Sett : selama 10 menit

    Proses Draining, Scrubbing, Back wash, dan setting dilakukan tiga kali berturut-turut. Tujuan proses diatas untuk memisahkan resin kation dan anion secara sempurna. Langkah-langkah regenerasi : 1. CRV back wash I

    - B22, R21 dan R22 dibuka Lamanya : 9 menit LED : menghitung mundur

    2. CRV mizing I

    - B22 tetap dibuka - R21 dan R22 ditutup - A21 dan A22 dibuka Lamanya : 4 menit LED : menghitung mundur

    3. CRV draining I - B22, A21 dan A22 dituutp - B21 dan W21 dibuka Lamanya : 2 menit LED : menghitung mundur

    4. CRV mixing II - B21 dan W21 ditutup - B22, A21 dan A22 dibuka Lamanya : 1 menit

    5. CVR draining II - Resin transfer pump stop - B22,A21 ditutup - B21 dan W21 ditutup

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    26

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    Lamanya : 2 menit Stop dan ulangi sampai 20 kali LED : menghitung mundur

    6. CRV back wash II - Resin transfer pump start - B21 dan W21 ditutup - B22, R21 dan R22 dibuka Lamanya : 40 menit LED : menghitung mundur

    7. CVR Setting - B22, R21 dan R22 ditutup - B23 dibuka Lamanya : 9 menit Catatan : Stop ini dilakukan pada waktu stop cation setting I

    8. ARV Fill Up

    - Q11 dan B11 dibuka Lamanya : 8 menit LED : menghitung mundur

    9. R.T (CRT ke ARV) Anion a. CRV

    W21 dibuka T22,Q21 dan Q22 dibuka Q11 dan B11 ditutup

    b. ARV B13 dibuka Q11 dan B11 ditutup

    Lamanya : 10 menit LED : menghitung mundur

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    27

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    10. CRV backwash III Resin transfer pump beroperasi untuk Anion Backwash a. CRV

    T22,Q21dan Q22 ditutup B22,R21 dan R22 dibuka

    b. ARV Anion back wash beroperasi Lamanya : 3 menit LED : menghitung mundur

    11. Setting II B22, R21 dan R22 ditutup Lamanya : 10 menit LED : menghitung mundur

    12. Acid Injection dan Caustic Injection

    - B21, R23, R24, B12, R11 dan R12 dibuka - Acid Density sekitar 5% - Caustic Density sekitar 7% Lamanya : 40 menit LED : menghitung mundur

    13. Acid Displacement dan Caustic Displacement - R24 dan R12 ditutup - R23, PS2, R11 dan B12 tetap dibuka Lamanya : 20 menit LED : menghitung mundur

    14. CRV Rinse - B21 tetap dibuka - R23 ditutup - R21, W21 dan W22 dibuka Lamanya : 30 menit LED : menghitung mundur

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    28

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    15. CRV Draining III

    - Resin transfer pump start, periksa lampu indikatornya - B21, W21 dan W22 ditutup - R21 masih dibuka - B22, R22 dan Q21 dibuka Lamanya : 5 menit LED : menghitung mundur

    16. Resin Transfer CVR to ARV I a. CRV

    R21, R22 dan Q21 tetap dibuka Resin transfer pump tetap jalan B22 ditutup, A24 dan T21 dibuka

    b. Saluran udara

    A22 dibuka

    c. ARV

    B13 dibuka Q11, B12 dan W1 ditutup

    Lamanya : 15 menit LED : menghitung mundur

    17. Resin Transfer CRV ke ARV II Resin transfer pump tetap jalan

    a. CRV A24 ditutup B22 dibuka T21 tetap dibuka

    b. Saluran Udara A22 dibuka

    c. ARV B13 tetap dibuka Lamanya : 3 menit LED : menghitung mundur

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    29

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    18. Resin Transfer CRV ke ARV III

    a. B22 ditutup CRV T21, R21, R22, Q22 tetap dibuka

    Lamanya : 10 menit ARV B13 tetap dibuka Indikator regeneration finish menyala.

    3.3. Mengatasi Gangguan

    3.3.1. Mixing Air Pressure

    Alarm timbul bila air mixing pressure turun (5,5 kg / cm2). Alarm ini biasanya timbul pada akhir sistem resin transfer draining proses dan akhir regenerasi draining proses. Bila alarm terjadi, proses akan berhenti pada proses draining tidak akan melanjutkan proses selanjutnya. Sistem akan start lagi pada proses selanjutnya jika mixing air pressure naik 6,0 kg / cm2.

    3.3.2. Acid Dilution Water Flow Low Alarm timbul bila aliran air pengecer (8,5 m3 / hr selama 3 menit). Naikkan aliran menjadi 9,3 m3 / hr dengan katup R23.

    3.3.3. Caustic Dilution Water Flow Low Alarm akan timbul bila aliran air pengencer 4,5 m3 / hr selama 3 menit. Naikkan aliran menjadi 5,3 m3 / hr dengan katup R11.

    3.3.4. Dilute Caustic Temperature High Alarm akan timbul bila suhu caustic naik > 600 C berlangsung selama 3 menit sewaktu injectic caustic / caustic displacement. Begitu suhu naik 600 C katup PS2 (uap) akan tertutup untuk menyetop uap panas katup PS2 akan membuka bila temperatur turun 600 C. Atur katup tangan untuk uap sehingga suhu 520 C-580 C.

    3.3.5. Dilute Caustic Temperature Low

    Alarm akan timbul bila suhu turun (400 C selama 3 menit). Atur katup tangan / secara manual suhu dijaga 520 C-580 C. Kalau terlalu tinggi maka S1O2 akan naik.

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    30

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    3.3.6. Acid Dilute Density High and Low Alarm akan timbul bila kepekatan acid naik > 7% atau turun < 3% selama acid injectic atur katup R24, normalnya 5%.

    3.3.7. Caustic Dilute Density High or Low Alarm akan timbul bila kepekatan caustic naik > 9% atau turun < 5% selama injectic atur katup R12 normalnya 7%.

    3.3.8. Acid & Caustic Transfer Imperfec Alarm Alarm timbul bila acid dan caustic tidak diukur, tidak pindah dan tidak dioperasikan, jam setelah rinse proses dimulai. Chech pembuka katup-katup level switch dan lain sebagainya.

    3.3.9. Flow High and Flow Low Alarm Mengirimkan alarm jika C/P operasi flow rate naik > 500m3 / hr. Atur jumlah pembukaan dari by pass valve dari C/P, dengan begitu jumlah aliran dijaga dalam batas normal 200-445 m3 / hr.

    3.3.10. Inlet Conductivity Alarm

    Conductivity meter mengirimkan alarm jika air masuk C/P daya hantar naik 10 S/cm, selama operasi dari C/P.

    3.3.11. Outlet Conductivity Alarm

    Akan alarm jika air hasil C/P naik diatas 0,1 S/cm selama service atau pada akhir fast rinse II. Jika alarm tersebut timbul waktu service stop sistem laksanakan resin transfer dan regenerasi. Jika alarm timbul waktu proses wash rinse II, proses fast rinse II dari awal.

    3.3.12. Defferensial Pressure High Alarm Timbul alarm bila diff pressure naik > 3,5 kg/cm selama operasi dari C/P. Alarm ini menunjukkan bahwa resin mampat / menggumpal (padat) caranya stop kemudian transfer dan diregenasi

    3.3.13. Resin Trap Defferensial Pressure High Alarm

    Alarm timbul bila resin stop tersumbat dan differensial pressure high 0,5 kg/cm.

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    31

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    3.3.14. Flow Presset Counter alarm Alarm timbul bila service mencapai 42.720 m3 dari pada air. Stop-transfer-dan regenerasi.

    3.3.15. Resin Transfer Trouble

    a. Jika 3 menit sesudah resin transfer C/P-CRV I start

    Resin dipipa tidak ada yang lewat

    b. Akhir dari pada resin transfer C/P-CRV III start

    Masih ada resin lewat

    c. Jika 3 menit sesudah resin transfer ARV-C/P I start

    Resin dipipa tidak ada yang lewat

    d. Akhir dari pada resin transfer ARV-C/P III start

    Masih ada resin lewat

    Teliti penyebabnya dan ulangi resin.

    3.3.16. Pre Service Trouble

    Alarm akan timbul bila pada fast rinse I dengan daya hantar > 0,2 S/cm dari C/P ulangi pre service proses.

    3.3.17. Control Air Pressure Low Alarm Jika tekanan udara control turun < 4,0 kg/cm2. Naikkan tekanan udara, alarm akan hilang jika tekanan 4,5 kg/cm2.

    3.3.18. Penyimpangan Kualitas Air dan Pendeknya Service

    Conductivity meter rusak

    Test dengan standar perbaikan kalibrasi

    Sebab-sebab penyimpangan mesin : - Tak cukup acrubbing - Penyimpangan pemisah pada back

    washing - Penyimpangan injectie kimia - Penyimpangan percampuran

    Periksa flow rate, pembukaan katup-katup, jumlah injeksi bahan kimia dan kesepakatannya selama resin transfer dan proses regenerasi

  • TOTO/MRG/UNJ//08

    32

    PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SURALAYA

    PENGOPERASIAN ALAT BANTU

    - Jumlah resin tidak seimbang - Kerusakan dari kapasitas resin

    Check jumlah resin, tambah atau ganti

    - Penyimpangan kualitas air masuk

    Check kualitas dalam unit

    3.3.19. C/P Differensial Pressure Increase

    - Turbidity naik, kandungan ke naik

    pada inlet condensate

    Naikkan jumlah waktu pada scrubbing

    - Aliran air terlalu besar

    Atur aliran sesuai ketentuan

    3.3.20. Resin Trap Differensial Pressure Increase - Pengumpul resin pada C/P rusak /

    pecah

    Periksa dan perbaiki C/P dan resin trap

    - Jika yang ada resin halus

    Back washing resin trap dengan manual