al mutazilah

29
Page 1 ة ل ز مت ل ا ردى ف و س ن ب مد ح ماد: اعد

Upload: free-health-service-for-the-poor

Post on 21-Jun-2015

4.859 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

Presentasi ini di buat sebagai tugas dalam ujian mata kuliah Aqidah Islam semester III di STIDDI ALHIKMAH JAKARTA. 8 Juli 2011

TRANSCRIPT

Page 1: Al Mutazilah

Page 1

المتزلةسوفردى: بن محمد اعداد

Page 2: Al Mutazilah

Page 2

• Secara bahasa المتزلة berasal dari kata / artinya Menyisihkan اعتزلMemisahkan diri.

• Kaum Mu’tazilah berarti kaum yang menyisihkan diri.

Page 3: Al Mutazilah

Page 3

Sejarah• Kelompok pemuja akal ini muncul di kota

Bashrah (Irak) pada abad ke-2 Hijriyah, antara tahun 105-110 H, tepatnya di masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan dan khalifah Hisyam bin Abdul Malik.

• Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha’ Al-Makhzumi Al-Ghozzal. Ia lahir di kota Madinah pada tahun 80 H dan mati pada tahun 131 H.

Page 4: Al Mutazilah

Page 4

• Di dalam menyebarkan bid’ahnya, ia didukung oleh ‘Amr bin ‘Ubaid (seorang gembong Qadariyyah kota Bashrah) setelah keduanya bersepakat dalam suatu pemikiran bid’ah, yaitu mengingkari taqdir dan sifat-sifat Allah.

• Aliran ini terpengaruh dengan beberapa pemikiran yang ada pada saat itu seperti aliran Jahmiyah, Qodariyah dan Khowarij

Page 5: Al Mutazilah

Page 5

• Munculnya Mu’tazilah diawali dengan perselisihan / perdebatan pendapat antara Imam Hasan Al Bashri dengan salah seorang peserta khalaqohnya yang bernama Washil bin Atha’ dalam masalah perbuatan dosa besar.

• Perselisihan itu tidak selesai dan di lanjutkan dengan menyingkirnya / memisahnya Washil bin Atha’ dari Khalaqoh Imam Hasan Al Bashri,

Page 6: Al Mutazilah

Page 6

• Berikutnya Washil bin Atha’ menyebarkan pemikirannya yang bertentangan dengan Imam Hasan Al Bashri tersebut kepada siapa saja.

• Karena gaya bahasanya yang menarik dan selalu mengedepankan logika, sehingga ajarannya nampak logis maka dalam waktu yang relatif cepat pengikutnya semakin banyak.

• Pengikutnya ini di sebut sebagai golongan Mu’tazilah.

Page 7: Al Mutazilah

Page 7

Nama – Nama Mu’tazilahmenurut ulama ahlus sunnah

• Mu’tazilah

• Disebut demikian karena Washil bin Atha’ (pemimpin mu’tazilah) meninggalkan menyingkir dari kholaqoh dan madzhab Hasan Al Bashri (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) dan membentuk Ajaran Baru

• Jahmiyah

• Disebut demikian karena banyaknya persamaan antara mu’tazilah dengan kelompok Jahmiyah. Bahkan Mu’tazilah adalah kelompok yang menghidupkan aliran Jahmiyah. Bahkan bisa di katakan bahwa setiap orang Mu’tazilah adalah orang Jahmiyah tetapi tidak semua orang Jahmiyah adalah Mu’tazilah.

Page 8: Al Mutazilah

Page 8

• Qodariyah• Disebut demikian karena persamaan Mu’tazilah dengan

Qodariyah dalam pengingkaran mereka terhadap “taqdir” dan mereka mengatakan bahwa perbuatan manusia sepenuhnya dari manusia itu sendiri tanpa campur tangan Allah SWT.

• Al Wa’iidiyah• Disebut demikian karena mereka mengatakan bahwa

Allah SWT pasti melaksanakan janji dan ancaman-Nya, Karena Allah tidak pernah mengingkari janji dan ancamannya, maka Allah SWT harus menghukum / menyiksa orang-orang yang berbuat dosa kalau mereka tidak bertobat.

Page 9: Al Mutazilah

Page 9

• Al – Mu’ath-thilah

• Nama Mu’ath-thilah adalah sebutan untuk Jahmiyah lalu di sebut pula untuk Mu’tazilah karena persamaan mereka dalam menafikan /meniadakan sifat untuk Allah SWT, atau mereka menta’wilkan sifat-sifat Allah SWT yang tidak sesuai dengan madzhab mereka.

Page 10: Al Mutazilah

Page 10

Nama-Nama Mu’tazilahVersi Kelompok Mu’tazilah

• Mu’tazilah• Mereka bangga dengan nama Mu’tazilah yang mereka

artikan sebagai “meninggalkan / menyingkir dari keburukan dan bid’ah menuju kebenaran atau “menyingkir dari fitnah dan ahli bid’ah supaya selamat dari fitnah dan bid’ah tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Muzzammil ayat 10 :

• Artinya : Dan Jauhilah mereka dengan cara yang baik” (QS Al

Muzzammil : 10)

Page 11: Al Mutazilah

Page 11

• Ahlul ‘Adli wat Tauhid• Mereka mengklaim bahwa mereka kelompok yang

menjunjung keadilan dan yang bertauhid.• Yang dimaksud adil oleh mereka adalah tidak

meyakini adanya taqdir Allah SWT, dan bahwa manusia ketika melakukan sesuatu adalah karena kemauannya dan kemampuannya/kekuasaannya. Allah SWT tidak ikut campur tangan dalam perbuatan manusia.

• Sedangkan yang di maksud Tauhid oleh mereka adalah meniadakan sifat untuk Allah SWT.

Page 12: Al Mutazilah

Page 12

• Ahlul Haqqi• Mereka mengklaim bahwa mereka lah yang

paling benar sedangkan yang lain adalah salah dan dalam kebathilan.

• Firqoh Najiyah• Mereka mengklaim bahwa merekalah yang

selamat diantara kelompok-kelompok yang ada yang Rasululloh sabdakan dalam haditsnya sedangkan yang lain adalah kelompok sesat dan celaka.

Page 13: Al Mutazilah

Page 13

• Al Munazzihunallah

• Mereka mengklaim bahwa dengan meniadakan sifat untuk Allah SWT berarti mereka mensucikan Allah SWT dari sifat-sifat makhluq. Dan menuduh bahwa diluar kelompok mereka terutama ahlus sunnah wal jamaah adalah tidak mensucikan Allah SWT.

Page 14: Al Mutazilah

Page 14

Gerakan Kaum Mu’tazilah

• Gerakan kaum Mu’tazilah pada permulaannya mempunyai dua cabang

1. Cabang Basrah (Iraq) yang di pimpin oleh Washil bin Atha’ (wafat 131 H) dan Umar bin Ubaid (wafat 144 H) pada awal abad II Hijriyah, dengan murid-muridnya, yaitu Usman at Thawil, Hafasah bin Salim, Hasan bin Zakwan, Khalid bin Safwan dan Ibrahim bin Yahya al Madani

Kemudian pada awal abad III Hijriyah cabang Basrah ini di pimpin oleh Abu Huzeil al Allaf (wafat 235 H), Ibrahim bin Sayyar an Nazham (wafat 221 H), Abu Basyar al Marisi (wafat 218 H), Utsman Al Jahizh (wafat 255 H), Ibnu al Mu’tamar (wafat 210 H) dan Abu ‘Ali Al Jubai (wafat 303 H)

Page 15: Al Mutazilah

Page 15

2. Cabang Baghdad (Iraq), cabang ini didirikan oleh Basyar bin al Mu’tamar, salah seorang pemimpin Basrah yang pindah ke Baghdad kemudian di sokong oleh pembantu-pembantunya, yaitu Abu Musa al Murdar, Ahmad bin Abi Daud (wafat 240 H), Ja’far bin Mubassyar (wafat 234 H), dan Ja’far bin Harb al Hamdani (wafat 236 H).

Page 16: Al Mutazilah

Page 16

Khalifah- khalifah Islam yang menganut faham Mu’tazilah

• Yazid bin Walid, Khalifah Bani Umayyah (berkuasa tahun 125 dan 126 H)

• Ma’mun bin Harun Rasyid, Khalifah Bani Abbas (berkuasa dari tahun 198 – 218 H)

• Al Mu’tashim bin Harun ar Rasyid (berkuasa dari tahun 218 – 227 H)

• Al Matsiq bin al Mu’tashim (berkuasa dari tahun 227 – 232 H)

Page 17: Al Mutazilah

Page 17

Pengarang Kitab Mu’tazilah

• Utsman al Jahizh, pengarang kitab “Al Hewan” (Wafat 225 H)

• Syarif Radli, pengarang kitab “Majazul Qur’an” dan “Haqaiqut Tanzil” (wafat 406 H)

• Abdul Jabbar bin Ahmad yang di masyhurkan dengan gelar julukan Qadli-Qudlat (Qadli dari sekalian Qadli) pengarang kitab “Syarah Ushulil Khamsah” (wafat 415 H)

• Zamakhsyari, pengarang kitab Tafsir “Al Kasyaf”, yaitu kitab tafsir yang di katakan oleh Imam Jamaluddin Al Qasimi penuh dengan faham-faham Mutazilah (wafat 528 H)

• Ibnu Abil Hadad, pengarang kitab “Syarah Nahjul Balagah” seorang pengarang dan pemimpin syi’ah-Muta’zilah (wafat 655 H)

Page 18: Al Mutazilah

Page 18

Ciri – Ciri Faham Mu’tazilah

1. Akal merupakan hukum tertinggi, baik dan buruk di tentukan oleh akal

2. Almanzilah bainal manzilatain yaitu jika orang Islam berbuat dosa besar dan tidak bertaubat maka hukumnya adalah dia tidak mu’min dan tidak kafir, namun diantara keduanya.

3. Bila terjadi perbedaan antara akal dan alqur’an serta hadits maka yang di ambil adalah ketentuan akal.

4. Al Quran adalah makhluq dan bukan kalamullah

Page 19: Al Mutazilah

Page 19

5. Allah SWT tidak dapat di lihat baik di dunia maupun di akhirat maka penghuni surga juga tidak dapat melihat Allah SWT.

6. Isra’ Miraj Nabi Muhammad Saw bukan dengan jasad dan ruh, namun hanya melalui mimpi, sebab mustahil menurut akal bahwa dalam waktu yang relatif singkat manusia dapat menempuh jarak yang luar biasa jauhnya dan penuh rintangan dan resiko.

7. Perbuatan manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri baik atau buruknya, dan bukan ditentukan oleh Allah SWT.

8. Bahwa Arsy itu tidak ada

Page 20: Al Mutazilah

Page 20

9. Surga dan Neraka tidak kekal, sebab yang kekal hanyalah Allah SWT semata.

10.Shirat (jembatan yang melintang di atas neraka jahanam) itu tidak ada.

11.Mizan (timbangan amal manusia di akhirat) itu tidak ada, sebab amal manusia itu bukan sesuatuyang bisa di timbang dan tidak perlu timbangan.

12.Haudh (telaga di akhirat untuk orang-orang beriman) itu juga tidak ada.

13.Siksa dan nikmat kubur juga tidak ada, sebab manusia setelah dikubur sudah menyatu kembali dengan tanah, lalu apa yang di siksa dan apa yang merasakan nikmat atau azab ?

Page 21: Al Mutazilah

Page 21

14.Bahwa manusia setelah meninggal dunia itu sudah tidak mendapatkan manfaat apapun dari yang hidup, maka tidak perlu di doakan, dimintakan ampunan atas dosa-dosanya atau di beri hadiah pahala, hadiah pahala tidak sampai kepada orang mati, karena mereka sudah jadi tanah.

15.Bahwa Allah SWT wajib membuat yang baik dan yang lebih baik untuk manusia.

16.Bahwa Allah SWT tidak memiliki sifat dan nama-nama, maka haram membaca atau mengaji sifat-sifat Allah SWT, sebab Allah mendengar dengan Dzat Nya, melihat dengan Dzat Nya dan segala sesuatu yang dilakukan oleh Allah SWT dilakukan dengan Dzat Nya.

Page 22: Al Mutazilah

Page 22

17.Tidak mempercayai adanya mu’jizat bagi Nabi Muhammad Saw, selain Al Qur’an.

18.Halal hukumnya mencaci sahabat yang salah

19.Bahwa surga dan neraka saat ini belum ada, dan baru akan di buat oleh Allah SWT nanti bila kiamat telah tiba.

Page 23: Al Mutazilah

Page 23

Lima Prinsip Ajaran Mu’tazilah(Al-Ushulul-Khomsah)

1. At Tauhid

Yang mereka maksud dengan At-Tauhid adalah mengingkari dan meniadakan sifat-sifat Allah, dengan dalil bahwa menetapkan sifat-sifat tersebut berarti telah menetapkan untuk masing-masingnya tuhan, dan ini suatu kesyirikan kepada Allah, menurut mereka (Firaq Mu’ashirah, 2/832). Oleh karena itu mereka menamakan diri dengan Ahlut-Tauhid atau Al-Munazihuuna lillah (orang-orang yang mensucikan Allah).

Page 24: Al Mutazilah

Page 24

2. Al-‘Adl (keadilan)• Yang mereka maksud dengan keadilan adalah

keyakinan bahwasanya kebaikan itu datang dari Allah, sedangkan kejelekan datang dari makhluk dan di luar kehendak (masyi’ah) Allah. Dalilnya adalah firman Allah

•   اَد� �َف�َس� اْل ِح�ُّب ُي � َال َو�اْللُه• “Dan Allah tidak suka terhadap kerusakan.” (Al-

Baqarah: 205)

Page 25: Al Mutazilah

Page 25

•   َف�َر� �ُك اْل �اَد�ِه� �ِع�َب ْل َض�ى �َر� ُي � َو�َال•  “Dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya.”

(Az-Zumar: 7)• Menurut mereka kesukaan dan keinginan merupakan

kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sehingga mustahil bila Allah tidak suka terhadap kejelekan, kemudian menghendaki atau menginginkan untuk terjadi (mentaqdirkannya). Oleh karena itu mereka menamakan diri dengan Ahlul-‘Adl atau Al-‘Adliyyah.

Page 26: Al Mutazilah

Page 26

3. Al-Wa’du Wal-Wa’id• Yang mereka maksud dengan landasan ini adalah

bahwa wajib bagi Allah untuk memenuhi janji-Nya (al-wa’d) bagi pelaku kebaikan agar dimasukkan ke dalam Al-Jannah, dan melaksanakan ancaman-Nya (al-wa’id) bagi pelaku dosa besar (walaupun di bawah syirik) agar dimasukkan ke dalam An-Naar, kekal abadi di dalamnya, dan tidak boleh bagi Allah untuk menyelisihinya. Karena inilah mereka disebut dengan Wa’idiyyah.

Page 27: Al Mutazilah

Page 27

4. Suatu keadaan di antara dua keadaan (Manzilah bainal manzilatain)

• Yang mereka maksud adalah, bahwasanya keimanan itu satu dan tidak bertingkat-tingkat, sehingga ketika seseorang melakukan dosa besar (walaupun di bawah syirik) maka telah keluar dari keimanan, namun tidak kafir (di dunia). Sehingga ia berada pada suatu keadaan di antara dua keadaan (antara keimanan dan kekafiran).

5. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar• Di antara kandungan landasan ini adalah wajibnya

memberontak terhadap pemerintah (muslim) yang zalim.

Page 28: Al Mutazilah

Page 28

Maroji

• Firaq Mu’ashirah, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Awaji, 2/821, Siyar A’lam An-Nubala, karya Adz-Dzahabi, 5/464-465, dan Al-Milal Wan-Nihal, karya Asy-Syihristani hal. 46-48 (Source : Browsing Internet)

• I’tiqad Ahlussunnah Wal –Jama’ah, Karangan KH. Siradjuddin Abbas, Penerbit Pustaka Tarbiyah Jakarta

• Diktat Aqidah Islam III, Ust. Arif Ma’ruf Lc, STIDDI Al Hikmah – Jakarta.

Page 29: Al Mutazilah

Tamat“Semoga Allah SWT senantiasa

memberikan petunjuk-Nya kepada kita ke jalan Islam yang lurus dan

benar”