al mukminun

10
 Al Mukminun Dalam suatu ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan orang-orang musyrikin yang ingkar dan sombong tentang dari apa mereka diciptakan. Ayat-ayat Al Qur’an lainnya menunjukkan bahwasanya asal kejadian manusia dari tanah. Barangsiapa yang mengingkari hal ini, sungguh ia telah kufur terhadap pengkabaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri. Berkaitan dengan hal di atas, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan tahapan-tahapan penciptaan itu dan begitu pula Rasul-Nya Shallallahu ‘AlaihiWaSallam telah memberikan kabar kepada kita akan hal tersebut dalam hadits-haditsnya. Di dalam suart Al mukminun yang akan dijelaskan kali ini menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya sehingga Dia Jalla wa ‘Alaa saja yang berhak untuk diibadahi. Begitu pula penggambaran penciptaan Adam ‘Alaihis Salam yang Dia ciptakan dari suatu saripati yang berasal dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk. Isi dari surat Al-Mukminun ayat 12-14 adalah: د ق ل و ) ن ي ط ن م ة ل   س ن م   ا    ا   ق   خ 12 ( ه ا    ع ج   ث ) ن ي ك م ر     ف ة       13 ( ة ق   ة       ل ا   ق   خ   ث  ا      ك ف ا م ا ظ ة غ ض   ل ا   ق     ف ة غ ض م ة ق   ع ل ا   ق     ف     ر ا ب ت ف   خ آ ا ق   خ ه ا  أ ش     ث ا  ح ل   ا ظ ع ل   ن ي ق ل ا  ل ن     2.2 Terjemah Terjemahan dari ayat tersebut adalah: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami  jadikan saripati itu air ma ni (yang disimp an) dala m tempat yang koko h (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami  jadikan segu mpal dag ing, da n seg umpal da ging itu Kami jadikan tulang belulan g, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. [QS. al-Mukminun (23):12-14] 2.3 Tafsir Ayat-ayat di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya sehingga Dia Jalla wa ‘Alaa saja yang berhak untuk diibadahi.

Upload: meilia-manies-dewe

Post on 18-Jul-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/16/2018 Al Mukminun - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/al-mukminun 1/10

Al Mukminun

Dalam suatu ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala

mengingatkan orang-orang musyrikin yang ingkar dan sombong tentang dari apa

mereka diciptakan. Ayat-ayat Al Qur’an lainnya menunjukkan bahwasanya asal

kejadian manusia dari tanah. Barangsiapa yang mengingkari hal ini, sungguh iatelah kufur terhadap pengkabaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri.

Berkaitan dengan hal di atas, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala telah

menentukan tahapan-tahapan penciptaan itu dan begitu pula Rasul-Nya Shallallahu

‘AlaihiWaSallam telah memberikan kabar kepada kita akan hal tersebut dalam

hadits-haditsnya.

Di dalam suart Al mukminun yang akan dijelaskan kali ini

menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada keadaan

lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya sehingga Dia Jalla wa

‘Alaa saja yang berhak untuk diibadahi. Begitu pula penggambaran penciptaan

Adam ‘Alaihis Salam yang Dia ciptakan dari suatu saripati yang berasaldari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk.

Isi dari

surat Al-Mukminun ayat 12-14 adalah:

 ق  د  و ل)    ا    م  ن  س   ل  ة  م  ن  طي  ن ا  ق   خ 12(ه    ج  ع  ا  ث

)  ق  ة)      13ة  ف      ر  م  كي  ن   ة      ل ا ق   خ     ثا  ل    ض  غ  ة   ظا  ما  ف  ك     ا   ق     ف  ة  غ  ض  م  ة  ق   ع  ل  ا  ق     ف 

    ر  اب ت ف    خ  آ اق   خ  ه    ش أ ا      ل  ح  ا  ث  قي  ن  ل  ع  ظا       ن  ل  ا ل

2.2 Terjemah

Terjemahan

dari ayat tersebut adalah:

Dan sesungguhnya Kami telah

menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami

 jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,

lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia

makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling

Baik. [QS. al-Mukminun (23):12-14]

2.3 Tafsir 

Ayat-ayat di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia

dari suatu keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan

kekuasaan-Nya sehingga Dia Jalla wa ‘Alaa saja yang berhak untuk 

diibadahi.

5/16/2018 Al Mukminun - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/al-mukminun 2/10

Begitu pula penggambaran penciptaan Adam ‘Alaihis Salam

yang Dia ciptakan dari suatu saripati yang berasal dari tanah berwarna hitam

yang berbau busuk dan diberi bentuk.

Tanah tersebut diambil dari seluruh bagiannya, sebagaimana

dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘AlaihiWaSallam :

“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam

dari segenggam (sepenuh telapak tangan) tanah yang diambil dari seluruh

 bagiannya. Maka datanglah anak Adam (memenuhi penjuru bumi dengan beragam warna

kulit dan tabiat). Di antara mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam, dan

di antara yang demikian. Di antara mereka ada yang bertabiat lembut, dan ada

 pula yang keras, ada yang berperangai buruk (kafir) dan ada yang baik 

(Mukmin).” (HR.

Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi, berkata Tirmidzi : ‘Hasan shahih’.

Dishahihkan oleh Asy Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan

Tirmidzi juz 3 hadits 2355 dan Shahih Sunan Abu Daud juz 3 hadits 3925)

Semoga Allah merahmati orang yang berkata dalam bait

syi’irnya :

Diciptakan manusia dari saripati

yang berbau busuk.

Dan ke saripati itulah semua manusia

akan kembali.

Setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Adam ‘Alaihis

Salam dari tanah. Dia ciptakan pula Hawa ‘Alaihas Salam dari Adam.

Dari Adam dan Hawa ‘Alaihimas Salam inilah terlahir 

anak-anak manusia di muka bumi dan berketurunan dari air mani yang keluar dari

tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan hingga hari kiamat nanti. (Lihat

Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)

Imam Thabari rahimahullah dan selainnya mengatakan

 bahwa diciptakan anak Adam dari mani Adam dan Adam sendiri diciptakan dari

tanah. (Lihat Tafsir Ath Thabari juz 9 halaman 202)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menempatkan nuthfah

(yakni air mani yang terpancar dari laki-laki dan perempuan dan bertemu ketika

terjadi jima’) dalam rahim seorang ibu sampai waktu tertentu. Dia Yang Maha

Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang aman dan kokoh untuk menyimpan

calon manusia.

Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni

segumpal darah beku yang bergantung di dinding rahim. Dari ‘alaqah

menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang belum memiliki bentuk.

Setelah itu dari sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah Subhanahuwa Ta’ala kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki

5/16/2018 Al Mukminun - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/al-mukminun 3/10

dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk 

menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah

ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat,

mendengar, dan meraba. (Bisa dilihat keterangan tentang hal ini dalam

kitab-kitab tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu

Katsir, dan lain-lain)

Demikianlah kemahakuasaan Rabb Pencipta segala sesuatu,

sungguh dapat mengundang kekaguman dan ketakjuban manusia yang mau menggunakan

akal sehatnya. Semoga Allah meridhai ‘Umar Ibnul Khaththab, ketika turun awal

ayat di atas (tentang penciptaan manusia) terucap dari lisannya pujian :

“Fatabarakallahu ahsanul khaliqin”

Maha Suci Allah, Pencipa Yang Paling Baik 

Lalu Allah turunkan firman-Nya :

“Fatabarakallahu ahsanul khaliqin” untuk melengkapi ayat di atas. (Lihat

Asbabun Nuzul oleh Imam Suyuthi, Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman

241, dan Aysarut Tafasir Abu Bakar Jabir Al Jazairi juz 3 halaman

507-508)

Maha Kuasa Allah Tabaraka wa Ta’ala, Dia memindahkan

calon manusia dari nuthfah menjadi ‘alaqah. Dari ‘alaqah

menjadi mudhghah dan seterusnya tanpa membelah perut sang ibu bahkan

calon manusia tersebut tersembunyi dalam tiga kegelapan.

Yang dimaksud “tiga kegelapan” dalam ayat di atas adalah

kegelapan dalam selaput yang menutup bayi dalam rahim, kegelapan dalam rahim,

dan kegelapan dalam perut. Demikian yang dikatakan Ibnu ‘Abbas, Mujahid,

‘Ikrimah, Abu Malik, Adh Dhahhak, Qatadah, As Sudy, dan Ibnu Zaid. (Lihat Tafsir 

Ibnu Katsir juz 4 halaman 46 dan keterangan dalam Adlwaul Bayan juz

5 halaman 778)

Sekarang kita lihat keterangan tentang kejadian manusia dari

hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘AlaihiWaSallam. Abi ‘Abdurrahman

‘Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata :

Telah menceritakan kepada kami Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan beliau adalah

yang selalu benar (jujur) dan dibenarkan. Beliau bersabda :

“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya selama 40 hari

 berupa nuthfah.

Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari). Kemudian menjadi

gumpalan seperti sekerat daging selama itu pula. Kemudian diutus kepadanya

seorang Malaikat maka ia meniupkan ruh kepadanya dan ditetapkan empat perkara,

ditentukan rezkinya, ajalnya, amalnya, sengsara atau bahagia. Demi Allah yang

tiada illah selain Dia, sungguh salah seorang di antara kalian ada yang beramaldengan amalan ahli Surga sehingga tidak ada di antara dia dan Surga melainkan

5/16/2018 Al Mukminun - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/al-mukminun 4/10

hanya tinggal sehasta, maka telah mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia

 beramal dengan amalan ahli neraka sehingga ia memasukinya. Dan sungguh salah

seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan ahli neraka sehingga

tidak ada antara dia dan neraka melainkan hanya tinggal sehasta. Maka telah

mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia beramal dengan amalan ahli Surga

sehingga ia memasukinya.”(HR. Bukhari 6/303 -Fathul Bari dan Muslim 2643, shahih)

Berita Nubuwwah di atas mengabarkan bahwa proses

 perubahan janin anak manusia berlangsung selama 120 hari dalam tiga bentuk yang

tiap-tiap bentuk berlangsung selama 40 hari. Yakni 40 hari pertama sebagai nuthfah,

40 hari kedua dalam bentuk segumpal darah, dan 40 hari ketiga dalam bentuk 

segumpal daging. Setelah berlalu 120 hari, Allah perintahkan seorang Malaikat

untuk meniupkan ruh dan menuliskan untuknya 4 perkara di atas.

Dalam riwayat lain :

Malaikat masuk menuju nuthfah

setelah nuthfah itu menetap dalam rahim selama 40 atau 45 malam, maka Malaikat

itu berkata : “Wahai Rabbku! Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia?” Lalu ia

menulisnya. Kemudian berkata lagi : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan?”

Lalu ia menulisnya dan ditulis (pula) amalnya, atsarnya[1],

ajalnya, dan rezkinya, kemudian digulung lembaran catatan tidak ditambah

 padanya dan tidak dikurangi.

(HR. Muslim dan Hudzaifah bin Usaid radhiallahu ‘anhu, shahih)

Dalam Ash Shahihain dari Anas bin Malik radhiallahu‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

Allah mewakilkan seorang Malaikat

untuk menjaga rahim. Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Nuthfah, Wahai

Rabbku! Segumpal darah, wahai Rabbku! Segumpal daging.” Maka apabila Allah

menghendaki untuk menetapkan penciptaannya, Malaikat itu berkata : “Wahai

Rabbku! Laki-laki atau perempuan? Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia?

Bagaimana dengan rezkinya? Bagaimana ajalnya?” Maka ditulis yang demikian dalam

 perut ibunya. (HR.

Bukhari `11/477 -Fathul Bari dan Muslim 2646 riwayat dari Anas bin Malik 

radhiallahu ‘anhu)

Dari beberapa riwayat di atas, ulama menggabungkannya

sehingga dipahami bahwasanya Malaikat yang ditugasi menjaga rahim terus

memperhatikan keadaan nuthfah dan ia berkata : “Wahai Rabbku! Ini ‘alaqah,

ini mudhghah” pada waktu-waktu tertentu saat terjadinya perubahan dengan

 perintah Allah dan Dia Subhanahu wa Ta’ala Maha Tahu. Adapun Malaikat

yang ditugasi, ia baru mengetahui setelah terjadinya perubahan tersebut karena

tidaklah semua nuthfah akan menjadi anak. Perubahan nuthfah itu

terjadi pada waktu 40 hari yang pertama dan saat itulah ditulis rezki, ajal,

amal, dan sengsara atau bahagianya. Kemudian pada waktu yang lain, Malaikat

tersebut menjalankan tugas yang lain yakni membentuk calon manusia tersebut danmembentuk pendengaran, penglihatan, kulit, daging, dan tulang, apakah calon

5/16/2018 Al Mukminun - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/al-mukminun 5/10

manusia itu laki-laki ataukah perempuan. Yang demikian itu terjadi pada waktu

40 hari yang ketiga saat janin berbentuk mudhghah dan sebelum

ditiupkannya ruh karena ruh baru ditiup setelah sempurna bentuknya.

Adapun sabda beliau Shallallahu ‘

Alaihi

Wa

Sallam :

Apabila telah melewati nuthfah waktu

42 malam, Allah mengutus padanya seorang Malaikat, maka dia membentuknya dan

membentuk pendengarannya, panglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya.

Kemudian Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan … .”

Al Qadhi ‘Iyadl dan selainnya mengatakan bahwasanya sabda

 beliau Shallallahu ‘

Alaihi

Wa

Sallam di atas tidak 

menunjukkan dhahirnya dan tidak benar pendapat yang membawakan hadits ini pada

makna dhahirnya. Akan tetapi yang dimaksudkan maka dia membentuknya danmembentuk pendengarannya, penglihatannya … dan seterusnya adalah bahwasanya

Malaikat itu menulis yang demikian, kemudian pelaksanaannya pada waktu yang

lain (pada waktu 40 hari yang ketiga) dan tidak mungkin pada waktu 40 hari yang

 pertama. Urutan perubahan tersebut sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam

surat Al Mukminun ayat 12

sampai 14. (Lihat keterangan hal ini dalam Shahih Muslim Syarah Imam An

 Nawawi, halaman 189-191)

Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah dalam Fathul

Bari (II/484) membawakan secara ringkas perkataan Ibnu Ash Shalah :“Adapun sabda beliau Shallallahu ‘AlaihiWaSallam dalam hadits Hudzaifah

 bahwasanya pembentukan terjadi pada awal waktu 40 hari yang kedua. Sedangkan

dalam dhahir hadits Ibnu Mas’ud dikatakan bahwa pembentukan baru terjadi

setelah calon anak manusia menjadi mudhghah (segumpal daging). Maka

hadits yang pertama (hadits Hudzaifah) dibawa pengertiannya kepada pembentukan

secara lafadh dan secara penulisan saja belum ada perbuatan, yakni pada masa

itu disebutkan bagaimana pembentukan calon anak manusia dan Malaikat yang

ditugasi menuliskannya.”

Dalam ta’liq kitab Tuhfatul Wadud

halaman 203-204 disebutkan bahwasanya hadits yang menyatakan Malaikat membentuk nuthfah setelah berada di rahim selama 40 malam, tidaklah bertentangan

5/16/2018 Al Mukminun - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/al-mukminun 6/10

dengan hadits-hadits yang lain. Karena pembentukan Malaikat atas nuthfah

terjadi setelah nuthfah tersebut bergantung di dinding rahim selama 40

hari yakni ketika telah berubah menjadi mudhghah. Wallahu A’lam.

Perubahan janin dari nuthfah menjadi ‘alaqah

dan seterusnya itu berlangsung setahap demi setahap (tidak sekaligus). Padawaktu 40 hari yang pertama, darah masih bercampur dengan nuthfah, terus

 bercampur sedikit demi sedikit hingga sempurna menjadi ‘alaqah pada 40

hari yang kedua, dan sebelum itu tidaklah ia dinamakan ‘alaqah. Kemudian

‘alaqah bercampur dengan daging, sedikit demi sedikit hingga berubah menjadi

mudhghah. (Lihat Fathul Bari)

Tatkala telah sempurna waktu 4 bulan, ditiupkanlah ruh dan

hal ini telah disepakati oleh ulama. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah

membangun madzhabnya yang masyhur berdasarkan dhahir hadits Ibnu Mas’ud

 bahwasanya anak ditiupkan ruh padanya setelah berlalu waktu 4 bulan. Karena itu

 bila janin seorang wanita gugur setelah sempurna 4 bulan, janin tersebutdishalatkan (telah memiliki ruh kemudian meninggal). Diriwayatkan yang demikian

 juga dari Sa’id Ibnul Musayyib dan merupakan salah satu dari pendapatnya Imam

Syafi’i dan Ishaq.

Dinukilkan dari Imam Ahmad bahwasanya ia berkata : “Apabila

 janin telah mencapai umur 4 bulan 10 hari, maka pada waktu yang 10 hari itu

ditiupkan padanya ruh dan dishalatkan atasnya (bila janin tersebut gugur).” (Lihat

Iqadzul Himam Al Muntaqa min Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam halaman 88-89

oleh Abi Usamah Salim bin ‘Ied Al Hilali)

Kita lihat dalam hadits Ibnu Mas’ud di atas bahwasanya

 penulisan Malaikat terjadi setelah berlalu waktu 40 hari yang ketiga. Sedangkan

 pada riwayat-riwayat di atas, penulisan Malaikat terjadi setelah waktu 40 hari

yang pertama. Riwayat-riwayat tersebut tidaklah bertentangan.

Imam An Nawawi rahimahullah menerangkan dalam Syarah

Muslim (juz 5 halaman 191) setelah membawakan lafadh hadits dari Imam

Bukhari berikut ini :

‘Sesungguhnya penciptaan setiap

kalian dikumpulkan dalam rahim ibunya selama 40 hari (sebagai nuthfah).Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga. Kemudian menjadi segumpal

daging selama itu juga. Kemudian Allah mengutus seorang Malaikat dan diperintah

(untuk menuliskan) empat perkara, rezkinya dan ajalnya, sengsara atau

 bahagianya. Kemudian ditiupkan ruh padanya … .’

Yang jelas penulisan takdir untuk janin di perut ibunya

 bukanlah penulisan takdir yang ditetapkan untuk semua makhluk sebelum makhluk 

itu dicipta. Karena takdir yang demikian telah ditetapkan 50.000 tahun

sebelumnya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dari

Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhuma :

“Sesungguhnya Allah menetapkan

5/16/2018 Al Mukminun - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/al-mukminun 7/10

takdir-takdir makhluknya

lima

 puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit-langit dan bumi.”

(HR. Muslim 2653, shahih)

Dalam hadits ‘Ubadah bin Shamit radhiallahu ‘anhu

dari Nabi Shallallahu ‘AlaihiWaSallam, beliau bersabda :

Pertama kali yang Allah ciptakan

adalah pena (Al Qalam). Lalu Dia berfirman kepadanya : “Tulislah!” Maka pena

menuliskan segala apa yang akan terjadi hingga hari kiamat. (HR. Abu Daud 4700, Tirmidzi

2100,

dan selain keduanya. Dishahihkan oleh Syaikh Salim Al Hilali dalam Iqadzul

Himam)

Banyak nash yang menyebutkan bahwa penetapan takdir 

seseorang apakah ia termasuk orang yang bahagia atau sengsara telah ditulis

terdahulu. Antara lain dalam Shahihain dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu

‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘AlaihiWaSallam bersabda :

“Tidak ada satu jiwa melainkan Allah

telah menulis tempatnya di Surga atau di neraka dan telah ditulis sengsara atau

 bahagia.” Maka seorang laki-laki berkata : “Wahai Rasulullah! Mengapa kita

tidak mengikuti (saja) ketentuan kita (yang telah ditulis) dan kita tinggalkan

amal?” Maka beliau bersabda : “Beramal-lah, maka setiap orang akan dimudahkanterhadap apa yang ditetapkan baginya. Adapun orang yang bahagia akan dimudahkan

 baginya untuk beramal dengan amalan orang yang bahagia. Adapun orang yang sengsara

akan dimudahkan baginya untuk beramal dengan amalan orang yang sengsara.”

Kemudian beliau membaca : “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan

Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka

Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS. Al Lail : 5-7) [HR. Bukhari

3/225 -Fathul Bari dan Muslim 2647]

Bahagia atau sengsara seseorang ditentukan oleh akhir 

amalnya, sebagaimana diisyaratkan dalam hadits Ibnu Mas’ud di atas. Demikian

 pula dalam hadits berikut, dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘AlaihiWaSallam, beliau bersabda :

“Sesungguhnya hanyalah amal-amal

ditentukan pada akhirnya (penutupnya).” (HR. Bukhari 11/330 -Fathul Bari).

Catatan:

[1] Artinya :

Jejak kehidupannya.

[2] Ma’thuf merupakan istilah dalam ilmu nahwu yang bermakna kurang lebih lafadh yang mengikuti

5/16/2018 Al Mukminun - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/al-mukminun 8/10

lafadh tertentu yang terletak sebelumnya.

[3] Ma’thuf 

‘alaih bermakna lafadh yang diikuti oleh lafadh tertentu yang terletak 

sesudahnya

2.4 Asbabun Nuzul

Dalam

suatu riwayat dikemukaan bahwa pandangan Umar sejalan dengan kehendak dalam

empat hal, antara lain mengenai turunnya ayat, Wa la qad khlaqal insane min sulalatim main

thin (Dan sesungguhnya

Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah) (Q.S

23 Al-Mu’minun:12) sampai, … Khalqan

Akhar … (… mahluk berbentuk lain…) (Q.S 23 Al-Mu’minun: 14). Pada waktu

mendengar ayat tersebut, Umar berkata:Fa

tabarakallahu ahsanul khaliqin (Maka Maha Sucilah Allah Pencipta yangPaling Baik).” Maka turunlah akhir ayat tersebut (Q.S Al-Mu’minun: 14) yang

sejalan dengan ucapan umar itu.

2.5 Pengkajian Berdasarkan keilmuan masing-masing

Allah

menjadikan manusia dari khulasah (sari) tanah, artinya asal mulanya manusia itu

dijadikan Allah dari tanah. Menurut pendapat ahli pengetahuan bahwa bumi ini

sebagian dari matahari, sebab ia pada mula-mulanya sangat panas dan

 bermyala-nyala, sebagaimana matahari itu. Tetapi lama kelamaan menjadidinginlah kulitnya yang terbelah keluar, sedang isinya yang didalam masih panas

 juga.

Pertimbangan yang terkenal dan dihormati ilmuwan embriologi ini dinyatakan atas

 pembelajaran ayat al-Quran sesuai dengan

disiplinnya. Dan kesimpulannya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.

Kata alaqah dalam bahasa Arab memiliki tiga

arti. Pertama, berarti pacet atau lintah; kedua, berarti sesuatu yang tertutup; dan ketiga, berarti

segumpal darah. Dalam perbandingan lintah air tawar dengan em-brio

 pada tingkat alaqah, Profesor Moore menemukan persamaan yang besar di antara keduanya.Dia

menyimpulkan bahwa embrio selama tingkatan alaqah kenampakannya mirip dengan lintah itu.

Profesor Moore menempatkan

gambar sisi embrio dengan sisi gambar seekor lintah. Dia memperlihatkan gambar gambar ini

kepada para ilmuwan di beberapa

konferensi.

Gambar Embrio Manusia

Arti kedua dari kata alaqah adalah sesuatu yang

tergantung. Hal ini dapat kita lihat dalam penggabungan embrio dengan uterusdalam rahim ibu selarna masa alaqah. Arti ketiga kata alaqah adalah segumpal darah. Hal ini

5/16/2018 Al Mukminun - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/al-mukminun 9/10

 berarti, sebagaimana yang diungkapkan Profesor Moore, bahwa embrio selama selama fase

alaqah melalui kejadian di dalam, seperti formasi darah di dalam pembuluh darah tertutup,

sampai putaran

metabolisme yang dilengkapi dengan plasenta. Selama fase alaqah, darah ditarik 

di dalam pembuluh darah tertutup dan

itulah mengapa embrio tampak seperti segumpal darah, tampak juga seperti lintah. Keduadeskripsi itu dijelaskan secara menakjubkan

dengan kata alaqah di dalam al-Quran.

Bagaimana Nabi Muhammad SAW kemungkinan telah mengetahui dirinya. Profesor 

Moore juga mempelajari embrio saat fase mudghah (gumpalan seperti zat/ substansi). Dia

mengambil lempengan tanah liat yang kasar dan mengunyahnya ke dalam mulut. Kemudian

membandingkan lempengan

itu dengan sebuah gambar embrio saat fase mudghah. Profesor Moore me-nyimpullkan bahwa

embrio saat fase mudghah tampak jelas seperti gumpalan zat. Beberapa

majalah di Kanada menerbitkan beberapa pernyataan

Profesor Moore. Lagipula, dia menjelaskan dalam tiga

Perkembangan embrio manusia

acara TV di mana dia menyoroti

kesesuaian ilmu pengetahuan modern

dengan apa yang tersebut di dalam al-Quran selama 1400 tahun. Akibatnya, Profesor Moore

ditanya

dengan pertanyaan seperti berikut: "Apakah hal ini berarti kamu percaya bahwa al-Quran itu

firman Allah?" Kemudian beliau menjawab: "Saya tidak menemukan kesulitan dalam penemuan hal ini." Profesor Moore juga ditanya:

"Bagaimana Anda percaya dengan Nabi Muhammad SAW jika Anda masih percaya dengan

Yesus

Kristus?" Dia menjawab: "Saya percaya keduanya, karena keduanya dari sekolah yang sama."

Dengan demikian, semua ilmuwan modern yang ada di dunia

sekarang ini datang untuk mengetahui bahwa al-Quran itu adalah pengetahuan yang diturunkan

dari Allah.

Surah Al-Baqarah, 2:30 Tentang Peranan Manusia Sebagai Khalifah Terjemahan

Ayat. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:’Sesungguhnyaaku hendak menjadikan seseorang Di muka bumi.’Mereka berkata: ‘MengapaEngkau hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi itu, orang yang akanmembuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasabertasbih dengan bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?’tuhan berfirman: sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’”Kesimpulan isi atau kandungan Al-Qur’an Surah Al Bar\qarah ayat 30 adalah : AllahSWT memberitahukan kepada para malaikat tentang rencananya akanmenciptakan adam (manusia) yang kedudukanya sebagai khalifah di muka bumi.Para malaikat belum mengetahui secara pasti, apa yang akan diperbuat manusiasetelah rencana Allah SWT terwujud. Para malaikat merasa khawatir. Bahwa umatmanusia (keturunan Adam) nantinya akan berbuat kerusakan di muka bumi dan

berbunuh-bunuhan antar sesama. Padahal mereka (para malaikat) merupakanmahluk yang senantiasa bertasbih, menucikan Allah, mentaati perintah-Nya dan

5/16/2018 Al Mukminun - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/al-mukminun 10/10

tidak mendurhakai-Nya. Karena itu, mereka ,mengajukan pertanyaan kepada AllahSWT sebagaimana tercantum dalam ayat tersebut. Ketidaktahuan para malaikatdan kekhawatiran para malaikat menjadi hilang setelah mendapat penjelasan dariAllah, bahwa Allah lebih mengetahui dari apa yang telah diketahui para malaikat.Kedudukan manusia di dunia adalah sebagai khalifah Allah atau pengganti Allah.

Surah Al-Mumin Ayat 12-14 Tentang Kejadian Manusia Terjemahan ayat. “Dansesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati yang(berasal) daritanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempatyang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalusegumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami

 jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami balutdengan daging. Kemudian Kami jadikan dia mahluk yang (berbentuk) lain. MakaMahasucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Q.S. Al-Mu’minun, 23: 12-14)