al-awamil

14
1 Naskah Kitab Al-‘Awāmil merupakan salah satu judul naskah dari naskah-naskah Islami koleksi Museum Sri Baduga Bandung. Sacara lengkap naskah ini bisa dikenali dengan identifikasi berikut ini. Judul naskah Kitab Al-Awamil; nomor naskah 07.04.2; asal naskah tidak diketahui; keadaan naskah masih baik dan semua tulisannya masih jelas; bahan naskah daluang, kertas tradisional yang terbuat dari kulit pohon paper mulberry (Sd. saeh) yang diproses secara tradisional; ukuran naskah 20 x 31 cm.; ruang tulisan 9 x 10 cm; tebal naskah 47 halaman; jumlah baris perhalaman tiga baris perhalaman baik di awal, tengah, maupun akhir; aksara naskah aksara Arab; tinta yang digunakan tinta berwarna hitam; bentuk teks prosa; cara penulisan menggunakan tradisi kitab/tradisi pesantren, yaitu tulisan berukuran besar, per-halaman hanya tiga baris. cara penulisannya sangat khas jarak antar baris dengan baris berikutnya cukup lebar yang disediakan untuk terjemah atau logat gantung dan dibubuhkan saat kajian dilakukan atau saat proses belajar mengajar berlangsung; bahasa naskah bahasa Arab dengan sebagian dibubuhi logat gantung berbahasa Jawa; tahun penyalinan tidak ditemukan kolofon, atau penanggalan dan tahun penyalinan, tetapi dilihat dari bahan yang digunakan, naskah ini termasuk produksi salinan abad ke-19 Masehi; pemilik naskah tidak diketahui asal-usul naskah sebalum menjadi koleksi Museum Sri Baduga; keterangan lain naskah ini tergabung dalam satu jilid

Upload: oi-es-mamboo

Post on 16-Nov-2015

239 views

Category:

Documents


39 download

DESCRIPTION

amalan hikmah

TRANSCRIPT

  • 1

    Naskah Kitab Al-Awmil merupakan salah satu judul naskah dari

    naskah-naskah Islami koleksi Museum Sri Baduga Bandung. Sacara

    lengkap naskah ini bisa dikenali dengan identifikasi berikut ini.

    Judul naskah Kitab Al-Awamil; nomor naskah 07.04.2; asal

    naskah tidak diketahui; keadaan naskah masih baik dan semua

    tulisannya masih jelas; bahan naskah daluang, kertas tradisional

    yang terbuat dari kulit pohon paper mulberry (Sd. saeh) yang diproses

    secara tradisional; ukuran naskah 20 x 31 cm.; ruang tulisan 9 x

    10 cm; tebal naskah 47 halaman; jumlah baris perhalaman

    tiga baris perhalaman baik di awal, tengah, maupun akhir; aksara

    naskah aksara Arab; tinta yang digunakan tinta berwarna

    hitam; bentuk teks prosa; cara penulisan menggunakan tradisi

    kitab/tradisi pesantren, yaitu tulisan berukuran besar, per-halaman

    hanya tiga baris. cara penulisannya sangat khas jarak antar baris

    dengan baris berikutnya cukup lebar yang disediakan untuk terjemah

    atau logat gantung dan dibubuhkan saat kajian dilakukan atau saat

    proses belajar mengajar berlangsung; bahasa naskah bahasa Arab

    dengan sebagian dibubuhi logat gantung berbahasa Jawa; tahun

    penyalinan tidak ditemukan kolofon, atau penanggalan dan tahun

    penyalinan, tetapi dilihat dari bahan yang digunakan, naskah ini

    termasuk produksi salinan abad ke-19 Masehi; pemilik naskah

    tidak diketahui asal-usul naskah sebalum menjadi koleksi Museum Sri

    Baduga; keterangan lain naskah ini tergabung dalam satu jilid

  • 2

    naskah berkode 07.04 yang tersusun dalam urutan kedua. Naskah ini

    merupakan bagian dari sebuah naskah besar yang terdiri atas 4 teks,

    yaitu Kitab araf Kailani, Kitab Al-Awamil, Kitab Jurumiyah, dan

    Kitab Syarah Mukhtaar Al-Awmil. Selanjutnya khusus untuk judul

    ini diberi nomor 07.04.2. Seluruhnya disalin oleh seorang penyalin

    yang ditandai dengan bentuk dan karakter tulisan yang sama.

    Kitab Al-Awamil merupakan kitab tatabahasa Arab terkenal dari

    kitab-kitab kuning yang digunakan di pesantren-pesantren di

    seluruh kawasan Nusantara. Penggunaan kitab al-Awamil pada

    masa sebelum menyebar kitab cetakan dan juga kitab-kitab

    lainnya umumnya berupa kitab salinan sebagai hasil penyalinan

    para santri sendiri dalam meme-nuhi kebutuhan akan buku ajar.

    Kegiatan menyalin kitab dalam lingkungan pesantren merupakan

    kegiatan utama di samping mengaji. Para santri dengan rajin

    melakukan penyalinan kitab dari naskah-naskah yang ada di

    tangan kyai atau kakak kelas mereka atau dari teman santri

    lainnya. Semen-tara bagi santri pemula yang belum memiliki

    kemampuan me-nyalin umumnya mereka memiliki salinan kitab

    ini atas bantuan teman-teman senior mereka, atau kakak kelas

    mereka.

    Ketika proses belajar-mengajar berlangsung baik dalam kegiatan

    bandungan maupun sorogan para santri membubuhkan

    terjemahan atau uraiannya materi yang diterimanya dengan

    membubuh-kannya di bawah teks Arabnya yang sering dikenal

    dengan sebutan logat gantung, dengan menempatkannya miring

    dari kanan atas ke kiri bawah persis di bawah kata-kata Arabnya.

    Itu sebabnya maka pada naskah Kitab al-Awamil ini ditemukan

    tulisan teks hanya terdiri atas tiga baris perhalaman dengan

    aksara yang cukup besar dengan jarah antar baris cukup lebar.

    Sementara logat gantung ditemukan pada beberapa halaman,

    dengan hurup kecil-kecil dan tipis. Pada beberapa halam akhir

    logat gantung belum dibubuhkan, artinya bahwa santri tidak

  • 3

    melanjutkan membubuh-kannya, hal ini terjadi akibat

    kemungkinan beberapa hal, antara lain, ia belum menyelesaikan

    mempelajarinya atau ia meng-gantinya dengan buku lain.

    17. :

    Bab II

    Ringkasan Isi

    Naskah Kitab Al-Awamil berisi tatabahasa Arab yang

    mengandung kajian kaidah struktur kalimat bahasa Arab dengan

    konsekuensi perubahan irab (bunyi akhir kata) berdasarkan posisi

    kata pada suatu kalimat. Disiplin ilmu bahasa Arab tentang

    tatabahasa semacam ini dikenal dengan sebutan Ilmu Nahwu. Irab

    merupakan fenomena bahasa yang hanya terdapat dalam struktur

    kalimat bahasa Arab.

  • 4

    Kata Awamil merupakan bentuk jama dari kata amil, yang

    berarti kata-kata yang memberi pengaruh/ penentu terhadap irab

    kata di depannya. Isi kitab ini menekankan berbagai penentu irab

    kata Arab dalam struktur kalimat. Jumlah awamil (kata-kata

    penentu irab) dalam ilmu nawu ada seratus 'amil, ada yang bersifat

    Lafi ada pula yang bersifat Ma'nawi. Bentuk Lafi itu terdiri dari

    dua jenis, yaitu Sama'i dan Qiyasi. Jenis Sama'i terdiri dari 91 'amil,

    dan jenis Qiyasi terdiri dari 7 'amil. Sedangkan bentuk Ma'nawi

    terbagi menjadi dua.

    Jenis Sama'i (Lafi ) terbagi menjadi 13 bentuk.

    Pertama, harf yang hanya menjarkan isim, yang terdiri dari

    19 harf, yaitu: Ba, min, il, f, an, wawu qasam, ba qasam, ta

    qasam, lm, rubba, wawunya, al, kf, muz. Munzu, hatta, hsy,

    ad, dan khal.

    Kedua, harf yang hanya me-naab-kan isim dan me-rafa-

    kan khabar yang terdapat pada enam harf, yaitu: Inna, anna, kaanna,

    lkinna, laita, laalla.

    Ketiga, dua harf yang me-rafa-kan isim dan me-naab-kan

    khabar, yaitu: m dan l.

    Keempat, harf-harf yang hanya me-naab-kan isim itu ada 7,

    yaitu: wawu, ill, ayy, hayy, ayyun, dan hamzah mufattahah.

    Kelima, harf-harf yang me-naab-kan fiil mudhari yang terdapat

    pada empat harf, yaitu: an, lan, izan, dan kai.

    Keenam, harf-harf yang men-jazm-kan fi`il muari, yaitu:

    lam, lamm, lm amr, dan lm nahyi.

    Ketujuh, isim-isim yang men-jazm-kan dua fiil muari yang

    terdapat pada lima huruf yang bermakna In , yaitu: man, ma,

    ayyun, mahm, mat, aina, ainam, haitsum, dan izm.

    Kedelapan, isim-ism yang me-naab-kan isim-isim nakirah

    dalam bentuk tamyiz ada empat, yaitu bilangan belasan dan 90, kam,

    kaayyin, dan kaza.

  • 5

    Kesembilan, kata-kata yang disebut juga dengan asmau

    alafl, ada yang me-naab-kan dan ada pula yang me-rafa-kan

    sebanyak 9 kata. Kata yang me-naab-kan terdiri dari 6 kata, yaitu:

    ruwaida, balah, dnaka, alaika, h, dan hayyaha. Kata yang me-

    rafa-kan terdiri dari 3 kata, yaitu: haihta, sattna, dan sar-na.

    Kesepuluh, fiil naqis yang me-rafa-kan isim dan yang me-

    naab-kan khabar itu ada 13 fiil, antara lain: kna, ra, abaha,

    amsa, aha, alla, bta, m dma, m zla, m bariha, m infakka,

    m fatia, dan laisa.

    Kesebelas, fiil-fiil yang disebut dengan amaul muqarabah,

    yang me-rafa-kan isim dan me-naab-kan khabar, terdapat empat

    fiil: as, kda, karuba, dan syakka.

    Kedua belas, fiil madi (pujian) dan am (hinaan) yang me-

    rafa-kan isim jinsi yang diberi tanda penentu dengan alif lam dan

    yang khusus bermakna pujian atau hinaan, semua ada empat fiil:

    nima, bisa, s-a, dan habbaza.

    Ketiga belas, fiil syak dan fiil yakin yang masuk kepada dua

    isim, isim yang kedua merupakan isyarat (ibarah) dari isim yang

    pertama dan keduanya menasabkan semua maful, terdapat 7 fiil,

    yaitu: hasibtu, khiltu, anantu, ra-aitu, wajadtu, alimtu, dan

    zaamtu.

    Adapun jenis Qiyasi (lafa) terdiri dari 7 fiil-fiil mulak, isim

    fail, isim maful, sifah musyabahah, masdar, tiap-tiap isism yang di-

    iafat-kan dengan isim yang lainnya, dan tiap isim tam yang tidak

    memerlukan iafah dan tamyiz untuk menyamarkannya. Adapun

    bentuk Ma'nawi terbagi menjadi dua bagian. Pertama, amil yang

    berpengaruh terhadap mubtada dan khabar, amilnya berada pada

    mubtada. Kedua, amil yang berpengaruh terhadap fiil muari yang

    menempati tempat isim.

  • 6

  • 7

    Bab III

    Transliterasi Dan Terjemah

    3.1 Transliterasi

    Naskah beraksara Arab dan berbahasa Arab ini tentu hanya

    bisa dibaca oleh mereka yang memahami aksara dan bahasa Arab

    yang terlatih. Untuk memberikan peluang kepada pihak-pihak yang

    ingin mengetahui bunyi teks dalam naskah ini dan berminat

    membacanya serta mengkajinya lebih lanjut, namun tidak menguasai

    atau kurang menguasai aksara dan bahasa Arab, di bawah ini

    disajikan transliterasinya (alih aksara) dalam aksara latin dan bukan

    transkripsinya (al;ih bunyi). Namun demikian, tidak akan dapat

  • 8

    dibaca secara tepat karena adanya perbedaan karakter antara aksara

    Arab dalam aksara Latin apalagi dalam pelafalannya. Transliterasi

    dilakukan seutuhnya tanpa adanya upaya rekonstruksi teks. Itu

    sebabnya teks ini masih memerulkan kajian filologis lebih lanjut.

    Bismillhir ramnir rahm

    Ilam anna Al-awmila fi alnawi miatu mililin /1/

    lafiyyatun wa manawiyyatun. Fa allafiyyatu minh al arbayni

    samiyyatun /2/ wa qiysiyyatun. Fa alsamiyyatu minh aadu

    wa tisna milan wa alqiysiyyatu /3/ minh sabatun. Wa

    almanawiyyatu minh Inni wa tatanawwau alsamiyyatu al

    alaata /4/ asyara nauan.

    Fa alnauu al-awwalu urfun tajurru al-isma /5/ faqaun,

    wa hiya tisata asyara arfan alb-u wa min wa il /6/ wa f wa an

    wa wwu alqasami wa bu alqasami wa tu alqasami wa allmu

    wa rubba /7/ wa wwuhu wa al wa alkfu wa mu wa munu wa

    atta /8/ wa sy wa ada wa al.

    Alnau aln urfun /9/ tanibu al-isma wa tarfau

    alkhabara wa hiya sittatu arfin /10/ inna wa anna wa ka-anna

    wa lakinna wa layta wa laalla. [hal.11]

    Alnauu alliu arfni tarfani al-isma wa tanibni

    alkhabara /12/ wahum m wa l almusyabbahatni bi laysa.

    Alnauur alrbiu urfun /13/ tanibu al-isma faqa, wa

    hiya sabatun al-wwu wa illa wa y wa iyy wa hayy /14/ wa

    ayu wa alkhamzatu almuftaatu.

    Alnauu alkhmisu urfun tanibu alfila almuria /15/

    wa hiya arbaatu urfin an wa lan wa kay wa ian.

    Alnauu alsdisu /16/ urfun tajzumu alfila almuria wa

    hiya khamsatu arfin /17/ lam wa lamm wa lmu al-amri wa l

    li alnahyi wa in fi alsyari wa aljaz-i.

    Alnauu alsbiu /18/ asmun tajzumu alfilayni

    almuriayni 'al manay in wa hiya /19/ tisatu asm-in man wa

  • 9

    m wa ayyun wa mahm wa mat wa ayna wa aynam /20/ wa

    aium wa im.

    Alnauu alminnu asmun tanibu al-asm an nakirtin

    /21/ ala altamyzi wa hiya arbaatu asmin aaduh asyaratun i

    rakibta maa aadin /22/ wa inayni il tisatin wa tisna nawu

    aada asyara kaukaban wa inay /23/ asyara wrian wa alata

    asyara rajulan il khirih wa niyah kam wa liuh /24/ ka-

    ayyanna wa rbiuh kun.

    Alnauu altsiu kalimtin tusamm asm-al afli /25/

    bauh tanibu wa bauh tarfau wa hiya tisu kalimtin,

    alnibu minh sittatu /26/ kalimtin wa hiya ruwayda wa balaha

    wa dnaka wa alaika wa h-u wa ayyahala wa alrfiatu /27/

    minh alau kalimtin hayhta wa sattna wa syarna.

    Alnauu al-syiru /28/ al-aflu alnqiatu tarfayl isma wa

    tanibu alkhabara wa hiya alaata asyara /29/ filan kna wa ra

    wa abaa wa ams wa a wa alla wa bta /30/ wa mdma

    wa mzla wa m baria wa m infakka wa m fatia wa laysa /31

    wa m yutaarrafu minhunna.

    Alnauu aldiya asyara aflun tusamma l-aflu /32/ al

    muqribatu tarfau al-isma wa tanibu alkhabara wa hiya arbaatu

    aflin as /33/ wa kda wa karaba wa awsyaka.

    Alnauu alniya asyara aflu almadi waammi tarfau

    /34/ al-ismal khabara almuarrafa bi al-alifi wa allmi wa

    almakha bi almadi wa ammi wa hiya /35/ arbaatu aflin

    naima wa bisa wa s-a wa abbaa.

    Alnauu alliu asyara /36/ aflu alsyakki wa alyaqni

    tadkhulu 'al al-ismaini nhim ibratun an al-awwali /37/ wa

    tanibuhum jaman wa hiya sabatu aflin asibtu wa anantu wa

    khiltu wara-aytu /38/ wa wajadtu wa alimtu wa zaamtu wa

    alqiysiyyatu, minh sabatun al-afalu 'ala /39/ al-ilqi wa ismu

    alfilu wa ismu almafli wa alifatu almusyabbahatu wa

    almadaru /40/ wa kullu ismin ufa il ismin akhara, wa kullu

  • 10

    ismin tammin fa istagn an al-ifati /41/ wa hiya taqta

    tamyzan li-ibhmihi.

    Wa almanawiyyatu minh addni almilu fi almubtadai

    /42/ wa hiya fi alfili almurii al-ibtid-u wa alkhabaru wa

    almilu fi alfili almurii wa huwa /43/ wuquhu mauqia al-ismi

    nawu zaidun yaribu f mauii zaidun ribun /44/ fa hihi

    miatu milin l yustagn minh alagru wa alkabru wa alrfiu

    wa alwu /45/ an marifatih wa istimlih wa mamltih wa

    auradn baynah /46/ 'al arqi alisbi wa al-adadi , tammat

    wa Allhu alamu /47./

    3.2. Terjemahan

    Naskah Kitab Awamil yang berbahasa Arab ini berisi bagian

    dari tatabahasa Arab berkaitan dengan faktor-faktor penentu irab

    (perubahan bunyi akhir kata sesuai dengan posisinya). Kandungan

    naskah ini akan dapat diketahui oleh siapapun yang berminat

    mengetahui dan mengkajinya, tanpa menguasai bahasa dan aksdara

    Arab melalui terjemahan yang mampu mengungkap seluruh pesan

    yang terkandung di dalamnya. Berikut ini terjemahannya dalam

    bahasa Indonesia.

    Ketahuilah, bahwa 'Awamil dalam ilmu nawu itu terdapat

    seratus 'amil (faktor penentu). Baik yang berupa lafi maupun yang

    berupa ma'nawi. Bentuk lafi itu terdiri dari dua jenis, yaitu Sama'i

    dan Qiyasi. Jenis Sama'i terdiri dari 91 'amil. Dan jenis Qiyasi terdiri

    dari 7 'amil. Sedangkan bentuk Ma'nawi terbagi menjadi dua.

    Jenis Sama'i (Lafi ) terbagi menjadi 13 bentuk, yaitu:

    Bentuk pertama, harf yang hanya menjarrkan isim, yang

    terdiri dari 19 harf, yaitu:

  • 11

    Bentuk kedua, harf yang hanya me-naab-kan isim dan me-

    rafa-kan khabar dan semua ada enam harf, yaitu:

    Bentuk ketiga, ialah dua harf yang me-rafa-kan isim dan me-

    naab-kan khabar, yang berperan seperti

    dan yaitu

    Bentuk keempat, harf-harf yang hanya me-naab-kan isim.

    Semuanya ada 7, yaitu:

    hamzah yang berharakat fathah

    Bentuk kelima, harf-harf yang me-naab-kan fiil muari,

    semua berjumlah empat harf, yaitu:

    Bentuk keenam, harf-harf yang men-jazm-kan fi`il muari.

    Semuanya ada lima harf, yaitu:

    Bentuk ketujuh, isim-isim yang men-jazm-kan dua fiil

    muari. Semuanya ada lima harf yang bermakna In , yaitu:

    Bentuk kedelapan, isim-ism yang me-naab-kan isim-isim

    nakirah dalam bentuk tamyiz ada empat, yaitu bilangan 10 (lafa

    asyarah) apabila tersusun dengan bilangan 1, 2 sampai 9 dan 90.

  • 12

    Contoh: dan seterusnya. Kedua,

    lafa . Ketiga, lafa . Keempat lafa .

    Bentuk kesembilan, kata-kata yang disebut juga dengan

    asmau al-afl, ada yang me-naab-kan dan ada pula yang me-rafa-

    kan sebanyak 9 kata. Kata yang me-naab-kan terdiri dari 6 kata,

    yaitu:

    Kata yang me-rafa-kan terdiri dari 3 kata, yaitu:

    Bentuk kesepuluh, fiil naqis yang me-rafa-kan isim dan yang

    me-naab-kan khabar itu. Semuanya ada 13 fiil, antara lain:

    Dan kata bentukan ( tarif/turunan) dari semua kata-kata tersebut.

    Bentuk kesebelas, fiil-fiil yang disebut dengan amaul

    muqarobah, yang me-rafa-kan isim dan me-naab-kan khabar,

    terdapat empat fiil:

    Bentuk keduabelas, fiil madi (pujian) dan am (hinaan)

    yang me-rafa-kan isim jinsi yang diberi tanda penentu dengan alif

    lam dan yang bermakna pujian atau hinaan, semua ada empat fiil:

    Bentuk ketigabelas, fiil syak dan fiil yakin yang masuk

    kepada dua isim, isim yang kedua merupakan isyarat (ibarah) dari

    isim yang pertama dan keduanya menasabkan semua maful, semua

    ada 7 fiil, yaitu:

  • 13

    Adapun jenis Qiyasi (lafa) terdiri dari 7 fiil-fiil mulak, isim

    fail, isim maful, sifah musyabahah, masdar, tiap-tiap isism yang di-

    iafat-kan dengan isim yang lainnya, dan tiap isim tam yang tidak

    memerlukan iafah membutuhkan tamyiz untuk menyamarkannya.

    Adapun bentuk Ma'nawi yang terbagi menjadi dua bagian.

    Pertama, amil yang berpengaruh pada mubtada dan khabar, amilnya

    berada pada mubtada. Kedua, amil yang berpengaruh pada fiil

    muari yang menempati tempat isimseperti: yang sama

    dengan .

    Semua amil yang berjumlah seratus ini mencakup dari yang

    kecil, yang besar, dan yang tinggi dan rendah. Adapun penjelasan

    'amil dan penggunaannya pada mamulnya akan kami sampaikan

    penjelasannya secara terperinci dan berbilang. Selesai wa Allahu

    alam.

  • 14