akuntansi sektor publik
DESCRIPTION
teknik akuntansi keuanganTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi adalah pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran peristiwa-
peristiwa ekonomi dengan cara yang logis dan bertujuan menyediakan informasi
keuangan untuk mengambil suatu keputusan. Di dalam sektor publik, pengambilan
keputusan terkait dengan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Pada dasarnya
akuntansi baik pada sektor swasta maupun pada sektor publik, dibagi menjadi dua
bagian, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan
dapat didefinisikan sebagai suatu prinsip, metode, dan teknik pencatatan dan
pengorganisasian data keuangan atas operasi atau kegiatan suatu entitas untuk
menghasilkan dan memberikan informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan yang rasional.
Ruang lingkup akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang
mencakup pengumpulan data, penganalisaan, pengklasifikasian, pencatatan dan
pelaporan atas transaksi keuangan pemerintah sebagai suatu entitas serta penafsiran
terhadap hasil–hasilnya.
Sistem akuntansi yang dirancang dan dijalankan secara baik akan menjamin
dilakukannya prinsipstewardship dan accountability dengan baik pula. Pemerintah
atau unit kerja pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang tidak saja berfungsi
sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem akuntansi tersebut
hendaknya mendukung pencapaian tujuan organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana teori akuntansi sektor publik?
b. Mengapa sistem akuntansi sektor publik dibutuhkan?
c. Bagaimana standar akuntansi pada sektor publik?
d. Apa saja teknik-teknik akuntansi keuangan sektor publik?
2
e. Bagaimana siklus akuntansi sektor publik?
f. Bagaimana laporan keuangan sektor publik?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui teori akuntansi sektor publik
b. Untuk mengetahui peranan sistem akuntansi sektor publik
c. Untuk mengatahui standar akuntansi pada sektor publik
d. Untuk mengetahui teknik-teknik akuntansi keuangan sektor publik
e. Untuk mengetahui siklus akuntansi sektor publik
f. Untuk mengetahui laporan keuangan sektor publik
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi keuangan, terutama
pelaporan keuangan kepada pihak eksternal. Suatu teori perlu didukung oleh beberapa
riset yang didalamnya terdapat hipotesa-hipotesa yang diuji kebenarannya, termasuk
dalam teori akuntansi sektor publik maupun sektor swasta. Teori memiliki tiga
karakteristik dasar, yaitu:
1. Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada (the ability
to explain).
2. Kemampuan untuk memprediksi (the ability to predict).
3. Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given phenomena).
Tujuan mempelajari teori akuntansi, antara lain:
1. Untuk memahami praktik akuntansi yang saat ini ada.
2. Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang saat ini
dilakukan.
3. Memperbaiki praktik akuntansi di masa datang.
Suatu disiplin ilmu dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok, yaitu:
1. Ilmu murni atau abstrak (abstract sciences)
Misalnya: matematika, ilmu logika, dan metafisik.
2. Ilmu deskriptif (general descriptive sciences)
Ilmu ini mendasarkan pengetahuannya melalui observasi dan pendeskripsian suatu
fenomenal aktual. Misalnya: ilmu kimia, biologi, dan sosiologi.
3. Ilmu derivatif (special derivative sciences)
Merupakan turunan dari ilmu lain. Misalnya: botani, zoology, minerologi, dan
etnologi
4. Ilmu sinoptis (sypnoptic sciences)
4
Merupakan turunan dari derivatif special science yang merupakan gabungan dari
beberapa disiplin ilmu. Misalnya: auditing, geologi, dan geografi.
5. Ilmu terapan (applied sciences)
Merupakan disiplin ilmu yang secara khusus terpisah dari disiplin ilmu lain, namun
bisa juga kombinasi dari berbagai prinsip yang diambil dari disiplin ilmu lain yang
disesuaikan dengan kebutuhan praktis ilmu tersebut. Misalnya: ilmu akuntansi.
Jika dikaitkan dengan bangunan dari ilmu (body of knowledge), akuntansi sektor
publik dikatakan memiliki teori yang mapan apabila terpenuhi beberapa persyaratan.
Bangunan ilmu terdiri atas konsep dasar sebagai landasan ilmu tersebut, postulat,
teori, konsep, prinsip, standar, dan praktik aplikasi. Akuntansi sektor publik sendiri
merupakan salah satu cabang dari ilmu akuntansi itu sendiri. Oleh karena itu,
pengembangan teori akuntansi sektor publik sangat tergantung pada perkembangan
ilmu akuntansi.
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat
diandalkan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik.
Hambatan tersebut adalah :
1. Objektivitas
Objektivitas merupakan kendala utama dalam menghasilkan laporan keuangan
yang relevan. Laporan keuangan disajikan oleh manajemen untuk melaporkan kinerja
yang telah dicapai oleh manajemen selama periode waktu tertentu kepada pihak
eksternal yang menjadi stakeholder organisasi. Masalah objektivitas laporan kinerja
disebabkan oleh adanya benturan kepentingan antara kepentingan manajemen dengan
kepentingan stakeholder. Manajemen tidak selalu bertindak untuk stakeholder, tetapi
bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka dan mengamankan mereka
tanpa memandang bahaya yang ditimbulkan terhadap stakeholder lainnya. Teknik
akuntansi yang digunakan manajemen harus memiliki derajat objektivitas yang dapat
diterima semua pihak yang menjadi stakeholder.
2. Konsistensi
5
Konsistensi mengacu pada penggunaan metode atau teknik akuntansi yang sama
untuk menghasilkan laporan keuangan organisasi selama beberapa periode waktu
secara berturut-turut. Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat diperbandingkan
kinerjanya dari tahun ke tahun. Konsistensi penerapan metode akuntansi merupakan
hal yang sangat penting karena organisasi memiliki orientasi jangka panjang (going
concern), sedangkan laporan keuangan hanya melaporkan kinerja selama satu
periode. Dan agar tidak terjadi keterputusan proses evaluasi kinerja organisasi oleh
pihak ekternal, maka organisasi perlu konsisten dalam menerapkan metode
akuntansinya.
3. Daya Banding
Laporan keuangan sektor publik hendaknya dapat diperbandingkan antar
periode waktu dan dengan instansi lain yang sejenis. Dengan demikian, daya banding
berarti bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan kinerja
organisasi dengan organisasi lain yang sejenis. Kendala daya banding terkait dengan
objektivitas karena semakin objektif suatu laporan keuangan maka akan semakin
tinggi daya bandingnya karena dengan dasar yang sama akan dapat dihasilkan laporan
yang berbeda.
4. Tepat Waktu
Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan ekonomi, sosial, politik serta untuk menghindari
tertundanya pengambilan keputusan tersebut. Kendala ketepatan waktu penyajian
laporan terkait dengan lama waktu yang dibutuhkan oleh organisasi untuk
menghasilkan laporan keuangan. Semakin cepat waktu penyajian laporan keuangan,
maka akan semakin baik untuk pengambilan keputusan. Permasalahannya adalah
semakin banyak kebutuhan informasi, maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan
untuk menghasilkan berbagai informasi tersebut.
5. Ekonomis dalam Penyajian Laporan
Penyajian laporan keuangan membutuhkan biaya. Semakin banyak informasi
yang dibutuhkan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan. Kendala ekonomis
6
dalam penyajian laporan keuangan bisa berarti bahwa manfaat yang diperoleh harus
lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan laporan tersebut.
6. Materialitas
Suatu informasi dianggap material apabila mempengaruhi keputusan atau jika
informasi tersebut dihilangkan akan menghasilkan keputusan yang berbeda.
Penentuan materialitas memang bersifat pertimbangan subjektif, namun
pertimbangan tersebut tidak dapat dilakukan menurut selera pribadi. Pertimbangan
yang digunakan merupakan professional–judgement yang berdasarkan pada teknik
tertentu.
2.2 PERLUNYA SISTEM AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Masisi (1978) dalam Giynn (1993) menjelaskan aturan dasar sistem akuntansi
keuangan sebagai berikut:
1. Identifikasi kegiatan operasi yang relevan.
2. Pengklasifikasian kegiatan operasi secara tepat.
Penentuan waktu pengakuan untuk setiap jenis operasi (timing of recognition).
3. Adanya sistem pengendalian untuk menjamin realibilitas
Terdiri dari dua komponen yaitu komponen formal dan komponen subtansial.
Komponen formal adalah pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping):
kesalahan akuntansi akan dapat diketahui dan dilacak ketika jumlah sisi kredit tidak
sama dengan sisi debit. Komponen subtansial merupakan mekanisme konflik
kepentingan (conflict of interest): kesalahan akuntansi muncul ketika mempengaruhi
secara negatif pihak ketiga.
4. Menghitung pengaruh masing-masing operasi.
Terdapat kesamaan antara akuntansi keuangan baik sektor publik maupun swasta,
yaitu kedua sektor direkomendasikan dalam penggunaan sistem pembukuan
berpasangan dalam mencatat akun-akun transaksi dan sama-sama membutuhkan
7
standar akuntansi keuangan sebagai pedoman pencatatan agar terdapat perlakuan
yang sama terhadap suatu transaksi.
Akuntansi keuangan sektor publik terkait dengan tujuan dihasilkannya laporan
eksternal dan penghitungan biaya pelayanan. Oleh karena itu, akuntansi keuangan
sektor publik pada dasarnya berbicara masalah tujuan laporan keuangan sektor
publik, jenis laporan keuangan sektor publik, sistem akuntansi, standar akuntansi
keuangan sektor publik dan akuntansi biaya sektor publik.
2.3 STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Standar akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur
perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan
kepada para pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan
praktik khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan standar.
Standar akuntansi sangat diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam
pelaporan keuangan. Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan
menimbulkan implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas
informasi yang disajikan, inkonsistensi dalam pelaporan keuangan serta menyulitkan
dalam pengauditan.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan standar
akuntansi, antara lain:
a. Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam
laporan posisi keuangan, kinerja dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh
pengguna informasi.
b. Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang
memungkinkan penguji secara hati-hati dan independen saat menggunakan keahlian
dan integritasnya dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat membuktikan
kewajarannya.
c. Standar memberikan petunjuk tentang kumpulan data yang perlu disajikan yang
berkaitan dengan berbagai variabel yang patut dipertimbangkan dalam bidang
8
perpajakan, regulasi, perencanaan serta regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi
ekonomi serta tujuan sosial lainnya.
d. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang
berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dan penetapan standar adalah
menghindari terjadinya standar yang overload. Standar yang overload terjadi ketika:
a. Standar terlalu banyak
b. Standar terlalu rumit
c. Tidak ada standar yang tegas (rigid) sehingga sulit untuk membuat pilihan dalam
penerapannya
d. Standar memiliki tujuan yang sifatnya umum sehingga gagal dalam menyajikan
perbedaan kebutuhan diantara para penyaji dan pengguna
e. Standar kurang spesifik sehingga gagal dalam mengidentifikasi perbedaan antara:
Entitas publik dan entitas non-publik
Laporan keuangan tahunan dan interim
Organisasi besar dan kecil
Laporan keuangan auditan dan non-auditan
f. Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang terlalu kompleks atau kedua-
duanya
2.4 TEKNIK-TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Terdapat beberapa teknik akuntansi pada organisasi sektor publik,
yaitu:
1. Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)
Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan
jumlah yang dianggarkan dengan jumlah aktual dan dicatat serta berpasangan.
Akuntansi anggaran banyak digunakan oleh organisasi sektor publik, khususnya
pemerintahan, yang mencatat dan menyajikan akun operasi dalam format yang sama
dan sejajar dengan anggarannya. Tujuan praktik ini adalah untuk menekankan
9
peranan anggaran dalam siklus perencanaan– pengendalian–pertanggung jawaban.
Dalam teknik ini, anggaran dan realisasi harus selalu dibandingkan sehingga dapat
dilakukan tindakan koreksi jika terdapat varians (selisih).
Tetapi akuntansi anggaran lebih menekankan pada bentuk dari akun-akun
keuangan bukan isi (content) dari akun itu sendiri. Kelemahan dari teknik ini antara
lain:
Teknik ini sangat kompleks.
Akan lebih mudah dan lebih komprehensif jika akun-akun yang ada menunjukkan
pendapatan dan biaya aktual, dan anggaran menunjukkan pendapatan dan biaya
dianggarkan.
Organisasi menggunakan format pelaporan dan perlakuan yang berbeda karena
level agregasi dan perbandingan antara anggaran dan aktual yang terjadi.
Seberapa sering, atau seberapa intensifkah laporan keuangan membandingkan
antara anggaran dengan yang aktual terjadi dan menjelaskan perbedaannya.
2. Akuntansi Komitmen (Commitment Accounting)
Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi dan
mencatatnya pada saat order dikeluarkan. Sistem akuntansi akrual mengakui biaya
pada saat faktur diterima dan mengakui pendapatan ketika faktur dikeluarkan.
Akuntansi komitmen dapat digunakan bersama-sama dengan akuntansi kas atau
akuntansi akrual. Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian
anggaran. Berhubungan dengan fungsi utamanya, maka akuntansi komitmen berfokus
pada pesanan yang telah dibuat. Agar manajer dapat mengendalikan anggaran, maka
manajer perlu mengetahui berapa besar anggaran yang telah dilaksanakan atau
digunakan jika dihitung berdasarkan order yang telah dikeluarkan. Akuntansi
komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order yang diterima yang terkait
dengan pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur dikirimkan.
Jika akuntansi komitmen diadopsi selama tahun anggaran, konversi dari
akuntansi komitmen menjadi akrual biasa pada akhir tahun adalah sebagai berikut:
10
Pesanan yang dibuat xxx
Belanja ABC xxx
Belanja XYZ xxx
Jurnal ini dibuat untuk pesanan yang telah dibuat tetapi fakturnya belum diterima
pada akhir tahun. Jurnal ini akan dibalik dalam tahun anggaran yang baru sehingga
akun yang dicatat kembali menjadi komitmen yang dicatat.
3. Akuntansi Dana (Fund Accounting)
Pada organisasi sektor publik masalah utama yang dihadapi adalah pencarian
sumber dana dan alokasi dana. Sumber daya keuangan berupa dana yang disediakan
untuk digunakan oleh organisasi nirlaba atau institusi pemerintah biasanya memiliki
keterbatasan penggunaan dengan tujuan atau aktivitas tertentu yang terkadang
merupakan syarat dari pihak eksternal yang merupakan penyedia dana.
Organisasi sektor publik memiliki tujuan-tujuan yang spesifik. Organisasi
sektor publik menggunakan sumber daya yang ada untuk tujuan tertentu, misalnya
membangun perpustakaan ataupun beasiswa.
Secara umum, keseluruhan dana yang dimiliki organisasi sektor publik
memiliki tujan tersendiri dalam penggunaannya, baik karena faktor eksternal
(pembatasan eksternal) maupun faktor internal (perencanaan manajemen), ataupun
karena peraturan.
Organisasi sektor publik membuat dana-dananya (funds) ke dalam sistem
akuntansi, dimana pemasukan yang dimiliki akan diklasifikasikan ke dalam dana-
dana tersebut sesuai dengan tujuan dan maksud tertentu. Akuntansi dana digunakan
untuk mengendalikan dana yang terikat atau dibatasi penggunaannya (restricted fund)
tersebut sekaligus untuk menjamin adanya ketaatan dan persyaratan yang ada.
Pengertian dana (fund) dalam Governmental Accounting Standard Board (GASB)
adalah:
“a fiscal and accounting with self-balancing set of a accounts recording cash and
other financial resources, together with all related liabilities, and residual equities or
11
balances, and changer therein, which ar segregated for the purpose of carrying on
specific activities or attaining certain objectives in accordance with special regulation,
restriction, or limitation”
Perbedaan akuntansi dana pada organisasi bisnis dengan organisasi sektor publik.
Keterangan :
A = Aktiva KB = Kekayaan Bersih
SD = Saldo Dana U = Utang
_ _ _= organisasi secara keseluruhan yang mana laporan konsolidasinya
biasanya tidak tersedia.
Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik,
yaitu :
a. Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund)
Menurut (Mardiasmo: 2004), dana yang dapat dibelanjakan digunakan untuk
mencatat nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat
dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi dana
ini digunakan pada organisasi pemerintahan.
Menurut (Deddi Nordiawan: 2009), dana yang dapat dibelanjakan adalah dana yang
disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-business yang
menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
b. Dana yang tidak dapat dibelanjakan (non-expendable fund)
Menurut (Mardiasmo: 2004), dana yang tidak dapat dibelanjakan digunakan untuk
mencatat pendapatan, biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya
mencari laba. Jenis dana ini digunakan pada organisasi bisnis.
Menurut (Deddi Nordiawan: 2009), dana yang tidak dapat dibelanjakan adalah dana
yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis. Digunakan sebagai
pendukung dari expendable fund.
Persamaan Akuntansi Dana
Dalam akuntansi dana dikenal persamaan akuntansi:
12
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
Sedangkan persamaan akuntansi dalam akuntansi keuangan:
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS
Ekuitas dana berbeda dengan ekuitas. Di perusahaan, ekuitas adalah selisih antara
aktiva dan utang yang menunjukkan adanya kepemilikan pada perusahaan tersebut
oleh pemegang sahamnya. Sedangkan, di organisasi sektor publik, ekuitas dana tidak
menunjukkan adanya kepemilikan siapa pun karena memang tidak ada kepemilikan
individu dalam suatu organisasi sektor publik.
Basis Akuntansi dan Fokus Pengukuran
Dalam akuntansi dana, dikenal istilah basis akuntansi dan fokus pengukuran
(measurement focus). Basis akuntansi menentukan transaksi dan peristiwa yang
terjadi diakui. Fokus pengukuran dari entitas akuntansi menentukan apa yang akan
dilaporkan, dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara
akuntansi dan dilaporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan fokus
pengukuran berhubungan erat dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan
pemilihan yang lain.
4. Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan
pengeluaran dicatat ketika kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah
mencerminkan pengeluaran yang aktual, riil, dan objektif. Dalam GAAP tidak
menganjurkan pencatatan dengan dasar kas karena tidak mencerminkan kinerja yang
sesungguhnya. Dengan cash basis, tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan,
program, atau aktivitas tidak dapat diukur dengan baik.
5. Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas. Teknik akuntansi
berbasis akrual dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya,
lebih akrual, komprehensif dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi,
sosial, dan politik. Basis akrual diterapkan berbeda antara proprietary fund (fund
accrual) dengan governmental fund (modified accrual) karena biaya (expense) diukur
13
dalam proprietary fund, sedangkan expenditure fokus pada general funds. Expense
adalah jumlah sumber daya yang dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure
adalah jumlah kas yang dikeluarkan atau akan dikeluarkan selama periode akuntansi.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik adalah untuk
menentukan cost of service and charging for service, yaitu untuk mengetahui
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta
penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik.
Perbedaan antara akuntansi berbasis kas dengan akuntansi berbasis akrual
1. Basis kas: Penerimaan kas – Pengeluaran kas = Perubahan kas.
2. Basis akrual: Pendapatan – Biaya = Rugi/ Laba.
3. Pendapatan: Penerimaan kas selama satu periode akuntansi – Saldo awal piutang
+ Saldo akhir piutang.
4. Biaya: Kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi – Saldo awal utang +
Saldo akhir utang.
2.5 SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Adanya berbagai kepentingan dan kebutuhan di masing-masing organisasi
berdampak pada tumbuhnya beragam teknik pengukuran dan basis akuntansi yang
digunakan.
Proses Pencatatan Siklus Akuntansi Sektor Publik
Ketika melakukan pencatatan akuntansi, basis akuntansi dan fokus pengukuran merupakan duahal yang penting. Basis akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa yang terjadi diakuiatau dicatat, sedangkan fokus pengukuran menentukan aset atau kewajiban apa saja yang akandiakui dalam neraca. Kedua hal ini juga saling berkaitan. Ketika basis kas dipilih, maka transaksi dicatat pada saat kas diterima dan dibayarkan sehingga hanya akun kas dan ekuitas yang dilaporkan dalam Neraca. Lain halnya ketika basis akrual yang digunakan, transaksi akan dicatat jika secara ekonomi telah terjadi,tanpa harus menunggu kas diterima atau dibayarkan. Akibatnya, dengan basis akrual ini, akun-akun yang dilaporkan dalam Neraca tidak sebatas akunkas saja, namun semua sumber daya yang dimiliki, utang, dan ekuitas. Keunggulan
14
penggunaan basis akrual ini adalah informasi yang disajikan dalam Neraca akan lebih komprehensif karena mempresentasikan seluruh sumber daya yang dimiliki entitas.
Basis akrual sepenuhnya ini belum bisa diterapkan oleh semua entitas akuntansi.Entitas pemerintah merupakan entitas yang memiliki karakteristik unik dalam basis akuntansinya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang mengatur StandarAkuntansi Pemerintahan (SAP), basis akuntansi yang digunakan entitas pemerintah adalah basis kas menuju akrual (cash toward accrual ). Dengan basis ini, aset, kewajiban, dan ekuitas dana dicatat dengan berbasis akrual sedangkan komponen Laporan Realisasi Anggaran seperti pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat dengan basis kas. Konsekuensi dari penggunaan basis kas menuju akrual ini adalah dibutuhkannya penggunaan jurnal korolari. Untuk memudahkan pemahaman, penulis akan memberikan bagai- mana jurnal korolari ini digunakan.
Contoh pertama, misalnya terjadi transaksi pembelian kendaraan senilai 100.000.000 secara tunai. Karena segala pengeluaran yang melibatkan kas harus disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dengan basis kas, maka transaksi ini akan dicatat dengan cara:
Dr. Belanja Kendaraan Rp100.000.000
Cr. Kas Rp 100.000.000
Belanja kendaraan merupakan akun nominal yang akan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, sedangkan kas merupakan akun riil yang akan disajikan dalam Neraca. Akibatnya,apabila hanya jurnal tersebut yang dibuat, maka hanya akun kas yang disajikan sebagai bagianaktiva Neraca. Padahal, menurut SAP, Neraca pemerintah harus disajikan dengan basis akrualatau memperesentasikan semua sumber daya yang dimiliki dan tidak terbatas kas saja. Karena itulah, dibutuhkan jurnal tambahan yaitu jurnal korolari sebagai solusi penerapan basis kasmenuju akrual ini. Masih mengacu pada transaksi di atas, maka pencatatan yang sebaiknya adalah:
Dr. Belanja Kendaraan Rp. 100.000.000
Cr. Kas Rp. 100.000.000
15
Jurnal Korolari:
Dr. Kendaraan Rp. 100.000.000
Cr. Ekuitas dana yang diinvestasikan dalam aset tetap Rp. 100.000.000
Dengan adanya jurnal korolari, belanja kendaraan telah sesuai dicatat dengan basis kas dan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Disisi lain, Neraca telah disajikan dengan basis akrual karena mempresentasikan semua sumber daya yang dimiliki dimana akun yang disajikandalam Neraca tidak hanya kas dan ekuitas dana, tetapi juga aset tetap seperti kendaraan.
Contoh lain, misalnya Pemerintah Daerah melakukan pinjaman kepada Pemerintah Pusat sebesar Rp 50.000.000 yang akan jatuh tempo dalam lima tahun mendatang dengan bunga pinjaman 10% per tahun. Pembayaran bunga dilakukan setiap tahun pada tanggal 15 januari. Jurnal yang akandibuat pada akhir tahun berdasarkan basis akrual adalah pengakuan utang bunga yaitu sebesar Rp5.000.000 (10%*Rp50.000.000). Jurnalnya sebagai berikut:
Jurnal Korolari:
Dr. Ekuitas dana yang harus disediakan untuk pembayaranbungaRp 5.000.000
Cr. Utang bunga Rp 5.000.000
Sedangkan jurnal yang dibuat ketika pembayaran bunga (15 Januari) adalah:
Dr. Belanja bunga Rp 5.000.000
Cr. Kas Rp 5.000.000
Dr. Utang bunga Rp 5.000.000
Cr. Ekuitas dana yang harus disediakan untuk pembayaran bunga Rp 5.000.000
16
Pencatatan transaksi tersebut telah sesuai dengan SAP karena telah menyajikan akun Neraca dengan basis akrual dan menyajikan akun Laporan Reliasasi Anggaran dengan basis kas.Maka dapat disimpulkan, jurnal korolari ini penting supaya transaksi yang melibatkan akun riilselain kas bisa tetap disajikan dalam Neraca dan disisi lain komponen Laporan RealisasiAnggaran seperti pendapatan, belanja, dan pembiayaan tetap dapat pula disajikan.
Dalam kaitannya dengan anggaran APBN maupun APBD, perencanaan manajerial, serta proses pengawasan dalam entitas pemerintah dengan sistem akuntansi dapat digambarkan dalam bagan alir dibawah ini. Bagan alir itu merupakan perpaduan antara sistem pengendalian manajemen entitas pemerintah dengan sistem akuntansinya.
Analisis Keuangan Laporan Keuangan Sektor Publik
Laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik. Tujuan umum pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas dari suatu entitas yang berguna bagi sejumlah besar pemakai (wide range users) dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu entitas dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan.
Komponen - Komponen Laporan Keuangan Sektor Publik
Laporan keuangan terdiri dari:
(a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
(b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
(c) Neraca;
(d) Laporan Operasional (LO);
(e) Laporan Arus Kas (LAK);
(f) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
(g) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
17
Tujuan Dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor Publik
Secara umum, tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik adalah :
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi,sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban (accontability) dan pengelolaan (stewardship).
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional. Laporan keuangan untuk mendukung pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik tersebut meliputi informasi yang digunakan untuk :
a. membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang dianggarkan
b. menilai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi
c. membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan masalah keuangan lainnya
d. membantu dalam mengevaluasi efisiensi dan efektivitas.
Govermental Accounting Standards Board (GASB) dalam Concepts Statement No. 1 tentang Objectives of Finacial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar dari pelaporan keuangan di pemerintah. Akuntabilitas merupakan tujuan tertinggi pelaporan keuangan pemerintah. GASB menjelaskan keterkaitan akuntabilitas dan pelaporan keuangan sebagai berikut :
…Accountability requires governments to answer to the citizenry to justify the raising of publicresources and the purpose for which they are used. Governmental accountability is based on the belief that the citizenry has a “right to know,” a right to receive openly declared facts that may lead to public debate by the citizens and their elected representatives. Financial reporting plays a major role in fulfilling government’s duty to be publicly accountable in a democratic society
Laporan keuangan sebagai sumber informasi financial memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan. Laporan keuangan merupakan tindakan pragmatis, oleh karena itu laporan keuangan pemerintah harus dievaluasi dalam hal manfaat laporan tersebut terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan serta mudah tidaknya laporankeuangan tersebut oleh pemakai. Dalam konteks akuntansi sector public, jenis informasi yang diberikan untuk pengambilan keputusan adalah terbatas pada informasi yang bersifat financial saja, sedangkan
18
informasi financial itu sendiri adalah informasi yang diukur dengan satuan moneter. Secara rinci tujuan akuntansi dan laporan keuangan organisasi pemerintah adalah :
1. Memberikan informasi keuangan untuk menemukan dan memprediksi aliran kas, saldoneraca, dan kebutuhan sumber daya financial jangka pendek unit pemerintah.
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomisuatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuiannya denganperaturan perundang-undangan, kontrak yang telah di sepakati, dan ketentuan lain yangdi syaratkan.
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk memprediksipengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya terhadap pencapaian tujuan operasional.
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan operasional.
Perencanaan dan Penganggaran
Anggaran merupakan alat perencanaan sekaligus alat pengendalian pemerintah. Anggaran sebagai alat perencanaan mengindikasikan target yang harus dicapai oleh pemerintah, sedangkan anggaran sebagai alat pengendalian mengindikasikan alokasi sumber dana yang di setujui legislatif untuk dibelanjakan. Proses penganggaran sector public melibatkan partisipasi banyak pihak, sehingga informasi financial sangat diperlukan agar public dapat mengevaluasi anggaran yang diajukan pemerintah. Membuat anggaran membutuhkan pertimbangan-pertimbangan teknis akuntansi yang matang. Dalam membuat anggaran, akuntansi dibutuhkan terutama untuk mengestimasi biaya program dan memprediksi kondisi ekonomi pemerintah dan perubahan-perubahan yang akan terjadi. Informasi akuntansi sangat membantu dalam pemilihan program yang efektif sesuai dengan kemampuan ekonomi pemerintah.
Kinerja Manajerial dan Organisasional
Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai berdasarkan laba yang diperoleh, karena organisasi pemerintah bukan entitas bisnis yang mencari laba. Mungkin saja pemerintah memiliki program atau aktivitas yang dari program tersebut dihasilkan pendapatan yang lebih besar dari biayanya, sehingga pemerintah mengalami surplus atas program tersebut. Akan tetapi, surplus yang diperoleh tidak berarrti menunjukkan kinerja unit pemerintah yang bagus sebab harus dilihat juga apakah surplus tersebut
19
karena tariff yang terlalu tinggi yang dibebankan kepada public, termasuk tingkat kualitas pelayanan yang diberikan apakah sudah memadai. Laba bukan merupakan ukuran yang relevan bagi unit pemerintah. Akuntansi sector public berfungsi untuk memfasilitasi terciptanya alat ukur kinerja sector public yang memadai. Ukuran kinerja sector public dapat berupa biaya program, efisiensi, dan efektivitas program. Akuntan sector public bertanggung jawab untuk menetapkan biaya program dan menghitung tingkatefisiensi dan efektivitas program. Pengukuran efisiensi memerlukan informasi biaya, sehingga biaya pelayanan dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran kinerja. Selain informasi biaya, pengukuran efisiensi memerlukan penghitungan output atau hasil. Akan tetapi, output pada sector public lebih banyak berupa intangible output , sehingga pengukuran efisiensi sering mengalami kesulitan. Ukuran kinerja yang kemudian dikembangkan adalah pengukurane fektivitas. Karena sulitanya mengukur secara tepat kinerja di sector public, maka analisis terakhir adalah dengan mempertimbangkan seberapa jauh suatu program dan pelayanan memenuhi kebutuhan masyarakat relative terhadap biaya yang dikeluarkan.
Pemakai Laporan Keuangan Sektor Publik Dan Kepentingannya
Pada bahasan ini akan dilakukan pengklasifikasian pengguna laporan keuangan dan kebutuhan masing-masing kelompok pengguna laporan keuangan sector public tersebut. Drebin et al. (1981) mengidentifikasikan terdapat sepuluh kelompok pemakai laporan keuangan. Lebih lanjut Drebin menjelaskan keterkaitan antar kelompok pemakai laporan keuangan tersebut dan menjelaskan kebutuhannya. Kesepuluh kelompok pamakai laporan keuangan tersebut adalah:
1. Pembayar pajak (taxpayers)
2. Pemberi dana bantuan (grantors)
3. Investor
4. Pengguna jasa (fee-paying service recipients)
5. Karyawan/pegawai6. Pemasok (vendor)
7. Dewan legislatif
8. Manajemen
9. Pemilih (voters)
10. Badan pengawas (oversight bodies)
20
Pengklasifikasian tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa pembayar pajak, pemberi dana bantuan, investor, dan pembayar jasa pelayanan merupakan sumber penyedia keuangan organisasi; karyawan dan pemasok merupakan penyedia tenaga kerja dan sumber daya material; dewan legislative dan manajemen membuat keputusan alokasi sumber daya; dan aktivitas mereka semua diawasi oleh pemilih dan badan pengawas, termasuk level pemerintahan yanglebih tinggi.
Hak Dan Kebutuhan Pemakai Laporan Keuangan
Pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah, yaitu :
a. Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu : suatu kebijakan dan keputusan tertentu
b. Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang meliputi hak untuk diberi penjelasansecara terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu yang menjadi perdebatan publik.
c. Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listen to).
Laporan keuangan pemerintah merupakan hak publik yang harus diberikan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Hak publik atas informasi keuangan muncul sebagai konsekuensi konsep pertanggungjawaban publik. Pertanggungjawaban publik mensyaratkan organisasi publik untuk memberikan laporan keuangan sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan (accountability & stewardship). Setiap pemakai laporan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda – beda terrhadap informasi keuangan yang diberikan oleh pemerintah. Bahkan di antara kelompok pemakai laporan keuangan tersebut dapat timbul konflik kepentingan. Laporan keuangan pemerintah disediakan untuk memberi informasi kepada berbagai kelompok pemakai, meskipunsetiap kelompok pemakai memiliki kebutuhan informasi yang berbeda – beda. Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah tersebut dapat diringkas sebagai berikut :
1. Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi atas biaya, harga, dankualitas pelayanan yang diberikan.
2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui keberadaan danpenggunaan dana yang telah diberikan. Publik ingin mengetahui apakah pemerintah melakukan ketaatan fiskal dan ketaatan pada peraturan perundangan atas pengeluaran – pengeluaran yang dilakukan.
21
3. Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk menghiitung tingkat risiko, likuiditas, dan solvabilitas.
4. Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi keuangan untuk melakukan fungsipengawasan, mencegah terjadinya laporan yang bias atas kondisi keuangan pemerintah, dan penyelewengan keuangan negara.
5. Manajer publik membutuhkan informasi akuntansi sebagai komponen sistem informasi manajemen untuk membantu perencanaan dan pengendalian organisasi, pengukuran kinerja, dan membandingkan kinerja organisasi antar kurun waktu dan dengan organisasi lain yang sejenis.
6. Pegawai membutuhkan informasi atas gaji dan manajemen kompensasi.
2.6 LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik memiliki peranan dalam
menciptakan akuntabilitas sektor publik. Semakin besar tuntutan terhadap
pelaksanaan akuntabilitas sektor publik memperbesar kebutuhan akan transparasi
informasi keuangan sektor publik. Informasi keuangan ini berfungsi sebagai dasar
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Akuntansi sektor publik
memiliki peranan penting dalam menyiapkan laporan keuangan sebagai perwujudan
akuntabilitas publik.
Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor
publik sebagai berikut:
1. Kepatuhan dan Pengelolaan (Compliance and Stewardship).
Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna
laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah
dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.
2. Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif (Accountability and Retrospective
Reporting).
22
Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada publik.
Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kerja dan mengevaluasi manajemen,
memberikan dasar untuk mengamati tren antarkurun waktu, pencapaian atas tujuan
yang telah ditetapkan dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang
sejenis jika ada. Laporan keuangan juga memungkinkan pihak luar untuk
memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima, serta memungkinkan
bagi mereka untuk menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya
organisasi.
3. Perencanaan dan Informasi Otorisasi (Planning and Authorization Information).
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan
aktivitas di masa yang akan datang. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan
informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.
4. Kelangsungan Organisasi (Viability)
Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pengguna dalam menentukan
apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan barang dan
jasa (pelayanan) di masa yang akan datang.
5. Hubungan Masyarakat (Public Relation)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada organisasi
untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada pengguna
yang dipengaruhi karyawan dan masyarakat. Laporan keuangan berfungsi sebagai
alat komunikasi dengan publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
6. Sumber Fakta dan Gambaran (Source of Facts and Figures)
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan infomasi kepada berbagai
kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.
Dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC)No.4: Objectives of
Financial Reporting by Nonbusiness Organizations, tujuan laporan keuangan yaitu:
1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pengguna dan
23
calon pengguna lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional tentang alokasi
sumber daya organisasi.
2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pengguna dan calon pengguna lainnya dalam menilai pelayanan
yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan
memberi pelayanan tersebut.
3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pengguna dan calon pengguna lainnya dalam menilai kinerja manajer
organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja
lainnya.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, kekayaan
bersih organisasi, pengaruh dari transaksi, peritiwa dan kejadian ekonomi yang
mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut.
5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.
Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/ kondisi sumber
kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha dan hasil
pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yang
berguna untuk menilai kinerja.
6. Memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran kembali
utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas.
7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pengguna dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.
Drebin et al (1981) mengidentifikasikan sepuluh kelompok pengguna laporan
keuangan sektor publik sebagai berikut:
24
1. Pembayar pajak
2. Pemberi bantuan (grantors)
3. Investor
4. Pengguna jasa
5. Karyawan
6. Pemasok
7. Dewan Legislatif
8. Manajemen
9. Pemilih (voters)
10. Badan Pengawas (Oversight Bodies)
Enam pengguna utama (pembayar pajak, pemberi bantuan, investor, pengguna
jasa, karyawan, dan pemasok) merupakan penyedia sumber daya organisasi, baik
sumber daya finansial, tenaga kerja, maupun material. Dewan legislatif dan
manajemen merupakan pihak yang membuat keputusan alokasi sumber daya, dan
aktivitas tersebut diawasi oleh badan pengawas dan pemilih.
Borgonovi dan Anessi-Pessina (1997) mengklasifikasikan pengguna laporan
keuangan sektor publik sebagai berikut:
1. Masyarakat pengguna jasa publik
2. Masyarakat pembayar pajak
3. Perusahaan dan organisasi sosial ekonomi yang menggunakan pelayanan publik
sebagai input atas aktivitas organisasi.
4. Bank dan masyarakat sebagai kreditor pemerintah
5. Badan-badan internasional
6. Investor asing dan analisis negara (country analyst)
7. Generasi yang akan datang
8. Lembaga Negara
9. Kelompok politik
10. Manajer publik
11. Pegawai pemerintah
Sementara Governmental Accounting Standards Board (GASB)
mengidentifikasikan pengguna laporan keuangan pemerintah menjadi tiga kelompok,
yaitu:
1. Masyarakat yang kepadanya pemerintah bertanggung jawab
25
2. Legislatif dan badan pengawas yang secara langsung mewakili masyarakat
3. Investor dan kreditor yang memberikan pinjaman dan atau berpartisipasi dalam
proses pemberian pinjaman.
Laporan Keuangan Sektor Publik Di Indonesia
Laporan keuangan sektor publik terbagi menjadi dua yaitu:
a. Laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan organisasi pada waktu
tertentu dan
b. Laporan keuangan yang menjelaskan perubahan atas posisi keuangan tersebut.
Pada umumnya, beberapa laporan keuangan tersebut antara lain:
1. Neraca atau Laporan Posisi Keuangan.
2. Laporan Operasi atau Laporan Aktivitas atau Laporan Realisasi Anggaran.
3. Laporan Arus Kas.
4. Laporan Perubahan Ekuitas.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan.
Dalam konteks Indonesia, acuan penyusunan laporan keuangan bagi
organisasi sektor publik adalah:
1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 (PSAK 45) tentang Laporan
Keuangan Organisasi Nirlaba.
PSAK 45 sering dijadikan pedoman organisasi sektor publik yang bergerak di
berbagai sektor publik berupa yayasan, LSM, termasuk institusi-institusi pendidikan.
2. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005.
SAP menjadi acuan wajib bagi seluruh organ pemerintah baik di pusat maupun di
daerah.
Laporan Keuangan Berdasar PSAK 45
26
Yayasan Maju Bersama
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2011 dan 2012
(dalam ribuan rupiah)
2011 2012
AKTIVA
Kas dan setara kas
Piutang bunga
Persediaan
Biaya dibayar dimuka
Piutang lain-lain
Investasi lancar
Aktiva terikat untuk investasi dalam tanah,
bangunan, dan peralatan
Tanah, bangunan, dan peralatan
Investasi jangka panjang
263.000
5.400.000
1.075.000
525.000
7.637.000
3.575.000
13.100.000
154.325.000
545.175.000
1.225.000
4.250.000
2.005.000
570.000
6.825.000
2.575.000
11.475.000
159.050.000
508.750.000
Jumlah Aktiva 731.075.000 696.725.000
KEWAJIBAN DAN AKTIVA BERSIH
Kewajiban
Utang usaha
Pendapatan diterima dimuka yang dapat
dikembalikan
Utang lain-lain
Utang wesel
Kewajiban tahunan
Utang jangka panjang
Jumlah Kewajiban
6.500.000
-
2.262.000
-
4.288.000
13.825.000
26.875.000
2.700.000
1.700.000
3.325.000
2.925.000
4.250.000
16.250.000
31.150.000
27
Aktiva Bersih
Tidak terikat
Terikat temporer
Terikat permanen
Jumlah Aktiva Bersih
288.145.000
60.930.000
355.125.000
704.200.000
259.250.000
63.750.000
342.575.000
665.575.000
Jumlah Kewajiban dan Aktiva Bersih 731.075.000 696.725.000
Yayasan Maju Bersama
Laporan Aktivitas (Bentuk A)
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2012
(dalam ribuan rupiah)
Perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat
Pendapatan dan Penghasilan :
Sumbangan
Jasa lainnya
Penghasilan investasi jk. panjang
Penghasilan investasi lain-lain
Penghasilan bersih investasi jk. panjang belum direalisasi
Lain-lain
21.600
13.500
14.000
2.125
20.570
375
Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat 72.170
Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya :
Pemenuhan program pembatasan
Pemenuhan pembatasan perolehan peralatan
Berakhirnya pembatasan waktu
Jumlah aktiva yang telah berakhir pembatasannya
29.975
3.750
3.125
36.850
28
Jumlah Pendapatan, Penghasilan, dan Sumbangan Lain 109.020
Beban dan Kerugian
Program A
Program B
Program C
Manajemen dan umum
Pencarian dana
Jumlah Beban
Kerugian akibat kebakaran
32.750
21.350
14.400
6.050
5.375
79.925
200
Jumlah Beban dan Kerugian
Kenaikan Aktiva Bersih Tidak Terikat
80.125
28.895
Perubahan Aktiva Bersih Terikat Temporer :
Sumbangan
Penghasilan investasi jk. panjang
Penghasilan bersih direalisasikan dan belum direalisasi dari investasi jk
panjang
Kerugian aktual untuk kewajiban tahunan
Aktiva bersih terbebaskan dari pembatasan
20.275
6.450
7.380
( 75 )
( 36.850 )
Penurunan Aktiva Bersih Terikat Temporer ( 2.820 )
Perubahan Aktiva Bersih Terikat Permanen :
Sumbangan
Penghasilan investasi jk. panjang
Penghasilan bersih investasi jk. panjang belum direalisasi dari investasi jk
panjang
700
300
11.550
Penurunan Aktiva Bersih Terikat Permanen 12.550
Kenaikan Aktiva Bersih
Aktiva Bersih pada Awal Tahun
38.625
665.575
29
Aktiva Bersih pada Akhir Tahun 704.200
Yayasan Maju Bersama
Laporan Aktivitas (Bentuk B)
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2012
(dalam ribuan rupiah)
Tidak
Terikat
Terikat
Temporer
Terikat
Permanen
Jumlah
Pendapatan, Penghasilan, Sumbangan
Lain
Sumbangan
Jasa layanan
Penghasilan investasi jk panjang
Penghasilan investasi lain
Penghasilan bersih investasi jk. panjang
belum direalisasi dari investasi jk panjang
Lain-lain
Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya:
Pemenuhan program pembatasan
Pemenuhan pembatasan perolehan peralatan
Berakhirnya pembatasan waktu
21.600
13.500
14.000
2.125
20.570
375
29.975
3.750
3.125
20.275
-
6.450
-
7.380
-
( 29.975 )
(3.750 )
( 3.125 )
700
-
300
-
11.550
-
-
-
-
42.575
13.500
20.750
2.125
39.500
375
-
-
-
Jumlah Pendapatan, Penghasilan, dan
Sumbangan
109.020 ( 2.745 ) 12.550 118.825
Beban dan Kerugian
Program A
Program B
32.750
21.350
-
-
-
-
32.750
21.350
30
Program C
Manajemen dan umum
Pencarian dana
14.400
6.050
5.375
-
-
-
-
-
-
14.400
6.050
5.375
Jumlah Beban
Kerugian akibat kebakaran
Kerugian aktuarial dari kewajiban tahunan
79.925
200
-
-
-
75
-
-
-
79.925
-
75
Jumlah Beban dan Kerugian
Perubahan Aktiva Bersih
Aktiva Bersih pada Awal Tahun
80.125
28.895
259.250
75
( 2.820 )
63.750
-
12.550
342.575
80.200
38.625
665.575
Aktiva Bersih pada Akhir Tahun 288.145 60.930 355.125 704.200
Yayasan Maju Bersama
Laporan Aktivitas (Bentuk B)
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2012
(dalam ribuan rupiah)
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Kas dari pendapatan jasa
Kas dari penyumbang
Kas dari piutang lain-lain
Bunga dan dividen yang diterima
Penerimaan lain-lain
Bunga yang dibayarkan
Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan supplier
Utang lain-lain yang dilunasi
Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi
13.050
20.075
6.537,5
21.425
375
(955)
(59.520)
(1.062,5)
( 75 )
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
31
Ganti rugi asuransi kebakaran
Pembelian peralatan
Penerimaan dari penjualan investasi
Pembelian investasi
Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi
625
(3.750)
190.250
(187.250)
(125)
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Penerimaan dari kontribusi berbatas dari :
Investasi dalam dana abadi (endowment)
Investasi dalam dana abadi berjangka
Investasi bangunan
Investasi perjanjian tahunan
Aktivitas pendanaan lain :
Bunga dan dividen berbatas untuk reinvestasi
Pembayaran kewajiban tahunan
Pembayaran utang wesel
Pembayaran kewajiban jangka panjang
Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan
Kenaikan (penurunan) Bersih dalam Kas dan Setara Kas
Kas dan Setara Kas pada Awal Tahun
Kas dan Setara Kas pada Akhir Tahun
500
175
3.025
500
4.200
750
(362)
(2.850)
(2.500)
(4.962)
(762,5)
(962,5)
1.150
187,5
Laporan Keuangan berdasarkan SAP
Pemerintah Indonesia memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
pelaksanaan APBD dan APBN dalam bentuk laporan keuangan. Hal ini dijelaskan
dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Pasal 30 UU No. 17 Tahun 2003 menyatakan:
32
1) Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh
Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
2) Laporan Keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi APBN,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dihampiri
dengan laporan keuangan perusahaan Negara dan badan lainnya.
Sedangkan Pasal 31 UU No. 17 Tahun 2003 juga menyatakan :
1) Gubernur/ Bupati/ Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir.
2) Laporan Keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi APBD,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri
dengan laporan keuangan perusahaan daerah.
Laporan keuangan yang dituntut UU No. 17 Tahun 2003 adalah laporan
keuangan jenis General Purpose Financial Statement (GPFS) atau Laporan
Keuangan Umum. Laporan keuangan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna yang meliputi masyarakat, DPR atau DPRD,
investor/ kreditor, manajemen pemerintah, dan lembaga internasional.
Pemerintah Kota/ Kab ABC
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010
(dalam ribuan rupiah)
33
URAIANAnggaran
2011
Realisasi
2011
Realisasi
2010
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Restribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-
DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Dana
Perimbangan
TRANSFER PEMERINTAH
PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi
Total Pendapatan Transfer
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG
45.000
220.000
800.000
385.000
1.450.000
2.300.000
10.000
350.000.000
-
362.310.000
11.500.000
-
11.500.000
373.810.000
15.000.000
-
-
75.000
295.000
1.200.000
470.000
2.040.000
12.300.000
10.000
350.000.000
-
362.310.000
11.500.000
-
11.500.000
373.810.000
15.000.000
-
-
65.000
250.000
800.000
350.000
1.465.000
10.000.000
10.000
250.000.000
-
260.010.000
10.000.000
-
10.000.000
270.010.000
-
-
-
34
SAH
Pendapatan dan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-Lain Pendapatan yang
Sah
JUMLAH PENDAPATAN
15.000.000
390.260.000
15.000.000
390.850.000
-
271.475.000
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Keuangan
Jumlah Belanja Operasi
BELANJA MODAL
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Jalan dan Jembatan
Belanja Modal Bangunan Air
Belanja Modal Bangunan Gedung
Belanja Modal Alat-Alat Besar
Belanja Modal Alat-Alat Angkutan
Belanja Modal Alat-Alat Kantor dan
Rumah Tangga
Belanja Aktiva Tetap Lainnya
Belanja Aktiva Lainnya
Jumlah Belanja Modal
70.084.000
10.210.000
27.500
-
-
75.000
80.396.500
500.000
1.075.000
200.000
2.950.000
1.250.000
1.670.000
2.625.000
-
-
10.270.000
69.829.000
9.267.500
27.500
-
-
75.000
79.199.000
500.000
1.075.000
200.000
2.950.000
1.250.000
1.670.000
2.625.000
-
-
10.270.000
70.000.000
8.750.000
20.000
-
-
50.000
78.820.000
350.000
615.000
115.000
2.000.000
1.000.000
1.000.000
2.000.000
-
-
7.080.000
35
BELANJA TAK TERDUGA
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja Tak Terduga
JUMLAH BELANJA
TRANSFER
TRANSFER/ BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Jumlah Transfer/ Bagi Hasil Ke Desa
JUMLAH BELANJA DAN
TRANSFER
SURPLUS/ DEFISIT
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Jumlah Penerimaan
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
30.000
30.000
90.696.500
250.000
75.000
-
325.000
91.021.500
299.238.500
189.662.120
-
-
189.662.120
-
1.000.000
100.000
1.100.000
188.562.120
487.800.620
20.000
20.000
89.489.000
250.000
75.000
-
325.000
89.814.000
301.036.000
189.662.120
-
-
189.662.120
-
1.000.000
100.000
1.100.000
188.562.120
489.598.120
25.000
25.000
85.925.000
200.000
50.000
-
250.000
86.175.000
185.300.000
4.912.120
-
-
4.912.120
-
500.000
50.000
550.000
4.362.420
189.662.120
36
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
Negeri-Pemerintah Pusat
Jumlah Pengeluaran
PEMBIAYAAN NETO
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Pemerintah Kota/ Kab ABC
Neraca
Per 31 Desember 2011 dan 2010
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN 2011 2010
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas di Kas Daerah
Piutang pajak
Persediaan
Jumlah Aktiva Lancar
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman kepada Perusahan Daerah
Investasi dalam Proyek Pembangunan
Jumlah Investasi Nonpermanen
Investasi Permanen
Penyertaan Modal pemerintah Daerah
Jumlah Investasi Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang
489.598.120
750.000
450.000
490.798.120
440.000
1.370.000
1.810.000
1.570.000
1.570.000
3.380.000
189.662.120
400.000
450.000
190.512.120
500.000
1.300.000
1.800.000
1.450.000.000
1.450.000.000
1.451.800.000
37
AKTIVA TETAP
Tanah
Jalan dan Jembatan
Bangunan Air
Bangunan Gedung
Alat-Alat Besar
Alat-Alat Angkutan
Alat-Alat Kantor Rumah Tangga
Jumlah Aktiva Tetap
AKTIVA LAINNYA
Dana Santunan
Jumlah Aktiva Lainnya
JUMLAH AKTIVA
4.500.000
3.575.000
700.000
3.700.000
1.725.000
1.920.000
2.775.000
18.895.000
12.356.000
12.356.000
525.429.120
4.000.000
2.500.000
500.000
750.000
475.000
250.000
150.000
8.625.000
12.000.000
12.000.000
1.662.937.120
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah
Pusat
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Obligasi
Jumlah Kewajiban jangka Pendek
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Utang Dalam Negeri-Obligasi
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
JUMLAH KEWAJIBAN
-
85.000
-
85.000
1.915.000
-
1.915.000
2.000.000
-
50.000
35.000
85.000
1.300.000
700.000
2.000.000
2.085.000
EKUITAS DANA
38
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran
Utang Jangka Pendek
Jumlah Ekuitas Dana Lancar
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang
Diinvestasikan dalam Aktiva Tetap
Diinvestasikan dalam Aktiva Lainnya
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran
Utang Jangka Panjang
Jumlah Ekuitas Dana Investasi
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Jumlah Ekuitas Dana Cadangan
JUMLAH EKUITAS DANA
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
489.598.120
750.000
450.000
(85.000)
490.713.120
3.380.000
18.895.000
12.356.000
(1.915.000)
32.716.000
-
-
523.429.120
525.429.120
189.662.120
400.000
450.000
(85.000)
190.427.120
1.451.800.000
8.625.000
12.000.000
(2.000.000)
1.470.425.000
-
-
1.660.852.120
1.662.937.120
Pemerintah Kota/ Kab ABC
Neraca
Per 31 Desember 2011 dan 2010
(dalam ribuan rupiah)
39
URAIAN 2011 2010
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
ARUS MASUK KAS
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Suber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Hibah
Jumlah Arus Masuk Kas
ARUS KELUAR KAS
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Bantuan Keuangan
Balanja Tak Terduga
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Jumlah Arus Keluar Kas
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS
OPERASI
75.000
295.000
1.200.000
470.000
12.300.00
10.000
350.000.000
11.500.000
15.000.000
390.850..000
69.829.000
9.267.500
27.500
75.000
20.000
250.000
75.000
79.544.000
311.306.000
65.000
250.000
800.000
350.000
10.000.000
10.000
250.000.000
10.000.000
-
271.475.000
70.000.000
8.750.000
20.000
50.000
25.000
200.000
50.000
79.095.000
192.380.000
40
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
AKTIVA NON-KEUANGAN
ARUS KELUAR KAS
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Jalam dan Jembatan
Belanja Modal Bangunan Air
Belanja Modal Bangunan Gedung
Belanja Modal Alat-Alat Besar
Belanja Modal Alat-Alat Angkutan
Belanja Modal Alat-Alat Kantor Rumah Tangga
Jumlah Arus Keluar Kas
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS
INVESTASI AKTIVA NONKEUANGAN
500.000
1.075.000
200.000
2.950000
1.250.000
1.670.000
2.625.000
10.270.000
(10.270.000)
350.000
615.000
115.000
2.000.000
1.0000.000
1.000.000
2.000.000
7.080.000
(7.080.000)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS
PEMBIAYAAN
ARUS MASUK KAS
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Jumlah Arus Masuk Kas
ARUS KELUAR KAS
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-
Pemerintah Pusat
Jumlah Arus Keluar Kas
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS
-
-
-
-
-
1.000.000
100.000
1.100.000
(1.100.000)
-
-
-
-
-
500.000
50.000
550.000
(550.000)
41
PEMBIAYAAN
ARUS KAS DARI AKTIVITAS
NONANGGARAN
ARUS MASUK KAS
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus Masuk Kas
ARUS KELUAR KAS
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus Keluar Kas
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVA
NONANGGARAN
KENAIKAN/ PENURUNAN KAS
SALSO AWAL KAS DI BUD
SALDO AKHIR KAS DI BUD
SALDO AKHIR KAS DI PEMEGANG KAS
SALDO AKHIR KAS
413.000
413.000
(413.00)
(413.000)
-
299.936.000
189.662.120
489.598.120
-
89.598.120
1.616.000
1.616.000
(1.616.000)
(1.616.000)
-
184.750.000
4.912.120
189.662.120
-
189.662.120
42
LAPORAN KEUANGAN DALAM INTERNATIONAL PUBLIC
SECTOR ACCOUNTING STANDARDS- IPSAS
(STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK INTERNASIONAL)
Public Sector Entity
Statement of Financial Position
As of 31 December 2012
(in Thousand of Currency Units)
ASSETS
Current Asset
Cash and cash equivalents
Receivables
Inventories
Prepayment
Investment
Total Current Asset
Non Current Assets
Receivable
Investment
Other financial assets
Infrastructure, plant, and equipment
Land and buildings
Intangible assets
Other non-financial assets
Total Non-Current Asset
TOTAL ASSET
2011
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
2012
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
44
LIABILITIES
Current Liabilities
Payable
Short-term borrowings
Current portion of borrowings
Provisions
Employee benefits
Superannuation
Total Current
Liabilities
Non-Current Liabilities
Payable
Borrowings
Provisions
Employee benefits
Superannuation
Total Non-
Current Liabilities
TOTAL
LIABLITIES
Net Asset
NET ASSETS/ EQUITY
Capital contributed by
Other government entities
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
45
Public Sector Entity
Statement of Financial Position
As of 31 December 2012
(in Thousand of Currency Units)
2012 2011
Operating Revenues
Taxes
Fees, fines, penalties, and licenses
Revenue from exchange transactions
Transfer from other government entities
Other
operating revenue
Total
operating revenues
Operating Expenses
General public service
Defense
Public order and safety
Education
Health
Social protection
Housing and community amenities
Recrectional and community amenities
Recrectional, cultural, and religion
Economic affairs
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
46
Environmental protection
Total
operating expenses
Surplus/ (deficit) from operating activities
Finance costs
Gains on sale of property, plant, and
equipment
Total non-operating revenue (expenses)
Surplus/ (deficit) from ordinary activities
Minority interest share of surplus/ (deficit)
Net surplus/ (deficit) before extradionary
items
Extradionary items
Net surplus/(deficit) for the period
Operating Revenue
Taxes
Fees, fines, penalties, and licenses
Revenue from exchange transactions
Transfer from other government entities
Other operating revenue
Total operating revenues
Operating Expenses
Wages, salaries, and employes benefits
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
47
Grants and other transfer payments
Supllies and consumables used
Depreciation and amortization
Other operating expenses
Total operating expenses
Surplus/ (deficit) from operating activities
Finance costs
Gains on sale of property, plant, and
equipment
Total non-operating revenue (expenses)
Surplus/ (deficit) from ordinary activities
Minority interest share of surplus/ (deficit)
Net surplus/ (deficit) before extradionary
items
Extradionary items
Net surplus/(deficit) for the period
XXX
XXX
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
( XXX )
XXX
Public Sector Entity
Statement of Changes in Net Asset/ Equity
For the Year Ended 31 December 20X2
(in Thousands of Currency Units)
Contribu
ted
Capital
Revaluati
on
Reserve
Translati
on
Reserve
Accumulat
ed
Surplus/
Total
48
(Deficit)
Balance at 31/ 12/ 20X0
Changes in accounting
policy
Restated balance
Surplus on revaluation of
property
Deficit on revaluation of
investments
Currency translation
differences
XXX
(XXX)
XXX
-
-
-
XXX
-
XXX
XXX
(XXX)
-
(XXX)
-
XXX
-
-
(XXX)
XXX
(XXX)
XXX
-
-
-
XXX
(XXX)
XXX
XXX
(XXX)
(XXX)
Net gains and losses not
recognized in the
statement of financial
performance
Net surplus for the period
Balance at 31/ 12/ 20X1
Deficit on revaluation of
property
Surplus on revaluation of
investments
Currency translation
differences
XXX
XXX
XXX
(XXX)
XXX
(XXX)
(XXX)
(XXX)
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
(XXX)
XXX
XXX
Net gains and losses not
recognized in the
statement of financial
performance XXX
(XXX)
XXX
(XXX)
(XXX)
(XXX)
XXX
(XXX)
(XXX)
XXX
49
Net deficit
Balance at 31/ 12/ 20X2
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi keuangan, terutama
pelaporan keuangan kepada pihak eksternal. Tujuan mempelajari teori akuntansi,
antara lain:
a. Untuk memahami praktik akuntansi yang saat ini ada.
b. Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang saat ini
dilakukan.
c. Memperbaiki praktik akuntansi di masa datang.
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat
diandalkan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik.
Hambatan tersebut adalah: objektivitas, konsistensi, daya banding, tepat waktu,
ekonomis dalam penyajian laporan, dan materialitas. Terdapat beberapa teknik
akuntansi pada organisasi sektor publik, yaitu:
a. Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)
b. Akuntansi Komitmen (Commitment Accounting)
c. Akuntansi Dana (Fund Accounting)
Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik,
yaitu:
Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund)
Dana yang tidak dapat dibelanjakan (non-expendable fund)
d. Akuntansi Kas
e. Akuntansi Akrual
50
Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik memiliki peranan dalam
menciptakan akuntabilitas sektor publik. Semakin besar tuntutan terhadap
pelaksanaan akuntabilitas sektor publik memperbesar kebutuhan akan transparasi
informasi keuangan sektor publik. Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan dan fungsi
laporan keuangan sektor publik sebagai berikut:
a. Kepatuhan dan Pengelolaan (Compliance and Stewardship).
b. Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif (Accountability and Retrospective
Reporting).
c. Perencanaan dan Informasi Otorisasi (Planning and Authorization Information).
d. Kelangsungan Organisasi (Viability)
e. Hubungan Masyarakat (Public Relation)
f. Sumber Fakta dan Gambaran (Source of Facts and Figures)
Drebin et al (1981) mengidentifikasikan sepuluh kelompok pengguna laporan
keuangan sektor publik antara lain:
1. Pembayar pajak
2. Pemberi bantuan (grantors)
3. Investor
4. Pengguna jasa
5. Karyawan
6. Pemasok
7. Dewan Legislatif
8. Manajemen
9. Pemilih (voters)
10. Badan Pengawas (Oversight Bodies)
Laporan keuangan sektor publik terbagi menjadi dua yaitu:
a. Laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan organisasi pada waktu
tertentu.
b. Laporan keuangan yang menjelaskan perubahan atas posisi keuangan tersebut.
Pada umumnya, beberapa laporan keuangan tersebut antara lain:
1. Neraca atau Laporan Posisi Keuangan.
2. Laporan Operasi atau Laporan Aktivitas atau Laporan Realisasi Anggaran.