akuntansi sektor pendidikan
TRANSCRIPT
AKUNTANSI SEKTOR PENDIDIKAN
Akuntansi sektor publik identik dengan akuntansi pemerintahan dalam suatu Negara. Hal
tersebut memang tidak salah, tetapi akuntansi sektor publik sebenarnya lebih luas daripada
sekedar akuntansi pemerintah. Sektor-sektor yang tidak difokuskan untuk meraih profit dan
melayani kepentingan publik termasuk dalam cakupan akuntansi sektor publik. Sektor-sektor
tersebut diantaranya adalah akuntansi rumah sakit, akuntansi yayasan, dan akuntansi sektor
pendidikan.
Pengelolaan akuntansi di sektor pendidikan atau sekolah memiliki peran penting dalam
pembangunan Negara jangka panjang. Pengelolaan akuntansi yang tepat dan akurat akan
memberikan informasi keuangan yang benar sehingga dapat menunjang proses pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan pembiayaan sekolah. Selain itu, pengelolaan sektor pendidikan
dengan akuntansi akan menghasilkan efisiensi dalam sisi pembiayaan.
Akuntansi Untuk Sektor Pendidikan
Istilah akuntansi mulai dikenal pada awal tahun 60-an, ketika ilmu akuntansi Amerika Serikat
mulai masuk ke Indonesia. Kata akuntansi berasal dari kata to account yang berarti
memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi sangat erat kaitannya dengan
informasi keuangan.
Definisi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu definisi dari sudut pandang
pemakai jasa akuntansi dan dari proses kegiatannya. Berikut merupakan penjelasan dari masing-
masing sudut pandang :
a. Sudut pandang pemakai; akuntansi didefinisikan sebagai suatu disiplin ilmu yang
menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Informasi yang dihasilkan akuntansi
diperlukan untuk membuat rencana yang efektif, pengawasan dan pengambilan keputusan
oleh manajemen, pertanggungjawaban organisasi kepada investor, kreditor, badan
pemerintah dan sebagainya.
b. Sudut pandang proses kegiatan; akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Definisi ini
menunjukkan bahwa akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan menyangkut
berbagai kegiatan.
Era pasca reformasi melahirkan kembali semangat demokratisasi, akuntabilitas, dan transparansi
dalam setiap aspek kehidupan manusia. Otonomi daerah telah membawa jiwa dan semangat
tersebut dalam desentralisasi daerah. Dengan diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia,
secara otomatis, masing-masing daerah akan berlomba-lomba untuk meningkatkan pendapatan
daerahnya melalui berbagai usaha, seperti menggali potensi daerah seoptimal mungkin serta
menggunakan sumber daya seefisien mungkin. Namun semenjak diberlakukannya otonomi
daerah di Indonesia, belum terlihat perubahan dan dampak yang signifikan bagi perkembangan
serta peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah daerah pada
umumnya terpaku pada pembangunan secara fisik semata dan keuntungan jangka pendek.
Padahal, pemerintah daerah memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Desentralisasi dalam otonomi daerah berarti ada pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah untuk menangani beberapa sector, seperti system birokrasi
pemerintah, kesehatan, pendidikan, pariwisata, industri dan sektor lainnya. Salah satu sektor
yang perlu mendapat perhatian serius adalah sektor pendidikan, mengingat pengelolaan sektor ini
memerlukan perspektif jangka panjang. Sektor pendidikan merupakan investasi dalam
pengelolaan dan pembinaan sumber daya manusia agar mampu mengolah sumber daya alam
secara optimal untuk kemajuan daerah. Dalam era otonomi daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota
memiliki wewenang seluas-luasnya untuk mengembangkan sektor pendidikan. Oleh karena itu,
warna dan corak pendidikan di daerah tergantung pada komitmen dan kepedulian
Bupati/Walikota sebagai Kepala Pemerintah Kabupaten/Kota.
Seiring dengan berjalannya otonomi daerah, berlangsung pula globalisasi di mana tantangan
yang dihadapi oleh bangsa ini ke depan akan semakin berat. Dalam menghadapi tantangan
tersebut, pendidikan menjadi pijakan dan arah roda perjalanan bangsa ini. Dalam pelayanan dan
penyediaan pendidikan, terjadi persaingan antara sekolah swasta dan publik. Persaingan ini
sering tidak diiringi dengan peningkatan kualitas sekolah yang bersangkutan, baik pengajar,
sarana dan prasarana, maupun lulusan sekolah tersebut. Terbatasnya alokasi dana dari
pemerintah adalah suatu kendala yang tak urung membuat kualitas pendidikan sekolah belum
juga beranjak. Namun, hal itu tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur atas kualitas suatu
sekolah. Sekolah harus menggunakan dana seefektif dan seefisien mungkin demi peningkatan
dan pelayanan dan kualitas pendidikan sekolah. Apabila dana dari pemerintah tidak mencukupi,
sekolah dapat mengupayakan melalui danan dari masyarakat. Pengelolaan dana harus dilandasi
semangat akuntabilitas dan transparansi. Dengan pengelolaan dana yang transparan, masyarakat
dapat mengetahui ke mana saja dana sekolah tersebut dibelanjakan.
Selama ini sekolah hanya memiliki laporan-laporan dan surat-surat pertanggungjawaban sebagai
bentuk transparansi pengelolaan keuangan sekolah. Saat ini, sekolah diharapkan memiliki
laporan pertanggungjawaban, termasuk laporan keuangan sekolah yang terdiri dari neraca,
laporan surplus defisit, laporan arus kas, serta perhitungan biaya yang dihabiskan oleh tiap siswa.
Jadi, pemerintah maupun masyarakat dapat mengetahui dengan mudah berapa besar kebutuhan
tiap murid dalam setiap bulan, semester, atau tahunnya. Sehingga pemerintah dapat mengambil
kebijakan dan tindakan terkait dengan pembangunan sektor pendidikan.
Peran dan Fungsi Akuntansi Dalam Dunia Pendidikan
Peran dan fungsi akuntansi dalam dunia pendidikan adalah menyediakan informasi kuantitatif,
terutama yang bersifat keuangan agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam
entitas pendidikan.
Siklus Akuntansi Pendidikan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas
pengumpulan dan penglahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau
ikhtisar-ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakainya dalam
membuat atau mengambil keputusan. Dalam menyusun suatu laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat diterima secara umum, prinsip-prinsip akuntansi, prosedur-
prosedur, metode-metode, serta teknik-teknik dari segala sesuatu yang dicakup dalam ruang
lingkup akuntansi dinamakan siklus akuntansi.
Siklus akuntansi adalah proses penyediaan laporan keuangan organisasi selama suatu periode
tertentu. Siklus akuntansi dapat dibagi menjadi pekerjaan yang dilakukan selama periode
berjalan, yaitu penjurnalan tarnsaksi dan pemindahbukuan ke dalam buku besar, dan penyiapan
laporan keuangan pada akhir periode. Pekerjaan yang dilakukan di akhir periode termasuk juga
mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-transaksi pada periode selanjutnya. Banyaknya
langkah yang harus ditempuh pada akhir periode secara tidak langsung menunjukkan bahwa
sebagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian akhir. Walaupun demikian, pencatatan, dan
pemindahbukuan selama periode berjalan membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan
pekerjaan di akhir periode.
Alur proses akuntansi pendidikan dimulai dengan pencatatan transaksi pertama sampai dengan
penyusunan laporan keuangan dan penutupan pembukuan secara keseluruhan, serta persiapan
untuk pencatatan transaksi berikutnya.
Siklus akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu :
1. Tahap pencatatan; kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran bukti transaksi serta bukti
pencatatan. Kegiatan ini dilakukan dengan sarana buku harian atau jurnal untuk
kemudian diposting berdasarkan kelompok ke dalam akun buku besar.
2. Tahap pengikhtisaran; kegiatan dalam tahap ini adalah sebagai berikut; penyusunan
neraca saldo berdasarkan akun-akun buku besar, pembuatan ayat jurnal penyesuaian,
penyusunan kertas kerja, pembuatan ayat jurnal penutup, pembuatan neraca saldo setelah
penutupan, dan membuat ayat jurnal pembalik.
3. Tahap pelaporan; dalam tahap ini, dilakukan penyusunan Laporan Surplus Defisit,
Laporan Arus Kas, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan Dalam Akuntansi Pendidikan
Laporan Keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi yang
berguna bagi pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan
keuangan menggambarkan pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi
pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, dan realisasi pembelanjaan. Berikut
merupakan komponen-komponen Laporan Keuangan :
1. Neraca; ibarat sebuah foto, neraca hanya menampilkan gambaran institudi pendidikan
pada saat tanggal neraca saja. Jadi, neraca merupakan sebuah gambaran posisi keungan
dari suatu lembaga pada waktu tertentu. Pada umumnya, komponen neraca meliputi Aset
yang terbagi menjadi Aset Lancar dan Aset Tetap, Kewajiban yang terbagi atas
Kewajiban Lancar dan Kewajiban Jangka Panjang, dan Modal.
2. Laporan Surplus Defisit; merupakan laporan yang menggambarkan kinerja keuangan
suatu entitas. Dalam konteks ini, kinerja adalah kemampuan suatu lembaga dalam
menciptakan pendapatan.
3. Laporan Arus Kas; laporan yang menggambarkan perubahan posisi kas dalam satu
periode akuntansi. Di dalam laporan ini, perubahan posisi kas dilihat dari 3 (tiga) sisi,
yakni dari kegiatan operasi, pembiayaan, dan investasi. Sesuai dengan namanya, laporan
ini akan memberikan informasi tentang arus kas masuk maupun keluar dari institusi
pendidikan yang berguna untuk memberikan gambaran mengenai alokasi kas ke dalam
berbagai kegiatan institusi pendidikan.
Latar Belakang Perlunya Sistem Akuntansi Biaya di Sektor Pendidikan
Sampai saat ini, pengkajian terhadap sistem akuntansi biaya sektor pendidikan sekolah belum
pernah dilakukan. Selama ini, penelitian tentang administrasi keuangan sekolah, pengelolaan
keuangan BP3, serta penghimpunan dana di sekolah masih lebih disukai.
Pembahasan ini akan memberikan informasi tentang penghitungan biaya yang terjadi di sekolah.
Dengan pembahasan tersebut, dapat diketahui berapa sesungguhnya kebutuhan dana setiap murid
untuk mendapatkan standar pendidikan yang berkualitas.
Identifikasi permasalahan perhitungan biaya di sekolah dasar dan menengah belum mampu
menjawab tantangan era otonomi dan globalisasi secara optimal. Perhitungan biaya di sekolah
dasar dan menengah yang ada selama ini masih sederhana dan belum mampu mengungkapkan
informasi penting sebagai materi/landasan pengambilan keputusan, serta hanya sebatas informasi
biaya per unit untuk belanja pegawai dan belanja non pegawai.
Tujuan pembahasan sistem akuntansi biaya di sektor pendidikan sekolah adalah sebagai berikut :
1. Mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan dana sekolah;
2. Mengetahui penyebab utama biaya yang terjadi di sekolah;
3. Memberikan informasi berupa laporan biaya yang akurat;
4. Memberikan jaminan akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana dan pelaporannya;
5. Menghasilkan laporan biaya yang terkini sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan pengelola sekolah, terutama pada aspek keuangan.
Landasan teori yang dipakai untuk memecahkan permasalahan perhitungan biaya di sekolah
dasar dan menengah adalah dengan pendekatan akuntansi biaya tradisional dan Activity Costing
System (ACS). Proses dan sistematika pemecahannya adalah melalui rincian tahap sebagai
berikut :
1.Pemahaman mengenai pengertian biaya;
2.Klasifikasi dan identifikasi biaya-biay yang terjadi di sekolah ke dalam kattegoro
tertentu dengan pendekatan ACS;
3.Pembuatan konsep penghitungan biaya baru yang akurat dan informative;
4.Simulasi aplikasi model perhitungan biaya.
Sebagai langkah pertama, harus diketahui terlebih dahulu konsep biaya. Biaya adalah suatu
bentuk pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan entitas. Di sekolah dasar
dan menengah, sangat banyak macam dan jenis biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan.
Dalam hal ini, tujuan sekolah adalah meningkatkan kualitas pendidikan secara umum terutama
mencetak lulusan sesuai dengan standar criteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah maupun
entitas sekolah itu sendiri.
Di sekolah dasar dan menengah negeri, standar pengelolaan administrasi dan keuangan serta
pelaporan keuangan masih relatif sama dan terpusat. Hal ini membuat entitas pendidikan dasar
dan menengah negeri harus mengembangkan penerapan standar sesuai dengan karakteristikdan
kebutuhan yang dimiliki masing-masing sekolah, termasuk di dalamnya perhitungan dan
pelaporan biaya.
Informasi biaya memiliki nilai yang berarti bagi orang tua siswa, siswa, serta masyarakat
pemerhati pendidikan maupun pendidikan maupun umum. Pelaporan biaya ini diharapkan
menjadi dasar yang efektif bagi pertimbangan dan penilaian suatu entitas sekolah tertentu.
Klasifikasi Biaya
Biaya diidentifikasikan dan diklasifikasi menurut sifatnya. Klasifikasi biaya-biaya di entitas
sekolah menurut sifatnya akan digunakan untuk mempertegas batasan, mempermudah
perhitungan, dan menambah keakuratan pelaporan. Menurut sifatnya, biaya dikelompokkan
menjadi 2 (dua), yaitu :
1.Biaya langsung, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai proses
pencapaian hasil dan tujuan seuatu organisasi. Di sekolah dasar dan menengah negeri,
biaya langsung adalah biaya proses peningkatan kualitas siswa dan pencapaian tujuan
utama sekolah yang tidak terpisahkan dari diri siswa serta berdampak terhadap siswa
secara keseluruhan. Contoh biaya langsung adalah biaya praktikum, biaya ujian,
biaya pemakaian laboratorium, dan sejenisnya.
2.Biaya tidak langsung, adalah komponen biaya penunjang atau pelengkap dari
komponen biaya langsung. Dalam dunia pendidikan biaya tidak langsung merupakan
komponen penunjang atau katalisator dalam proses belajar mengajar. Jadi, tujuan
akhir sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan dapat lebih sepat dicapai. Contoh
biaya tidak langsung antara lain biaya kebersihan, bantuan dana kegiatan siswa, biaya
kegiatan sosial, dan sejenisnya.
Pada awalnya, komponen penyusun anggaran terdiri dari berbagai aktivitas yang terjadi dalam
proses belajar mengajar. Dari berbagai aktivitas tersebut, biaya pelaksanaannya terdiri dari dua
komponen, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Dalam pembahasan bab ini,
digunakan alat bantu penyusunan laporan biaya aktivitas, yaitu Activity Costing System (ACS),
yang merupakan salah satu alat penghitungan biaya dalam pendekatan ekonomi. Menurut
pendekatan ekonomi tersebut, biaya merupakan cerminan aktivitas yang dilakukan entitas
bersangkutan, sehingga rincian biaya merupakan rincian aktivitas dan prasarana pendukung
aktivitas yang dibutuhkan. Dengan penjabaran jenis biaya dan aktivitas secara bersamaan,
anggaran tahunan dapat dirinci secara lebih akurat.
Kelebihan metode tersebut adalah kemudahannya dalam merinci biaya yang perlu
diperhitungkan. Metode tersebut tidak mengindahkan pengaruh tingkat teknologi, kondisi
internal, dan tingkat efisiensi aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.
Sistem Akuntansi Biaya Untuk Biaya Tenaga Kerja/Karyawan Sektor Pendidikan
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk melakukan
aktivitas yang terkait dengan institusi pendidikan, seperti mengajar. Biaya tenaga kerja di sektor
pendidikan dapat dibagi ke dalam beberapa golongan berikut :
a.Gaji Kepala Sekolah
b.Tunjangan Kepala Sekolah
c.Gaji Guru
d.Tunjangan Guru
e.Gaji Guru honorer
Untuk besaran gaji dan tunjangan Kepala Sekolah maupun guru sudah ditentukan oleh
pemerintah berdasarkan pangkat dan golongan mereka, sehingga akuntansi biaya lebih
digunakan untuk menghitung gaji guru honorer atau karyawan lain yang lembur.
Ada beberapa cara untuk menghitung gaji guru honorer maupun upah lembur karyawan. Salah
satunya adalah dengan mengalikan tariff upah dengan jam kerja karyawan. Dengan demikian,
untuk menentukan upah seorang karyawan perlu dikumpulkan data jumlah jam kerjanya selama
periode tertentu. Jadi yang diperlukan untuk guru honorer dan karyawan yang lembur adalah apa
yang dinamakan dengan Kartu Hadir. Kartu hadir adalah suatu catatan yang digunakan untuk
mencatat jam kehadiran karyawan, yaitu jangka waktu antara jam hadir dan jam meninggalkan
tempat kerja.
Pembiayaan Pendidikan
Otonomi daerah yang dilaksanakan sejak tahun 2001 membawa perubahan besar dalam
pengelolaan pendidikan. Di era otonomi daerah, Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas
pengelolaan sektor pendidikan pada semua jenjang diluar pendidikan tinggi. Dari sisi substansi,
Pemda bertanggung jawab atas hamper segala bidang yang terkait dengan sektor pendidikan.
Namun, ada indikasi bahwa pelimpahan wewenang di sektor pendidikan tersebut tidak diikuti
oleh pelimpahan sumber-sumber keuangan yang memadai. Akibatnya muncul persoalan
ketidakseimbangan antara kewenangan dengan sumber daya yang dimiliki oleh Pemda untuk
mengelola pendidikan.
Ditinjau dari sudut human capital, pendidikan diperhitungkan sebagai faktor penentu
keberhasilan seseorang, baik secara sosial maupun ekonomi. Nilai pendidikan merupakan asset
moral, di mana pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pendidikan dianggap
sebagai investasi. Pengertian pembiayaan pendidikan adalah upaya pengumpulan dana untuk
membiayai operasional dan pengembangan sektor pendidikan.
Pendidikan merupakan unsur utama pengembangan SDM. SDM dianggap lebih bernilai apabila
sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian, serta keterampilannya sesuai dengan kebutuhan
berbagai bidang dan sektor. Pendidikan merupakan salah satu alat pengubah karakter manusia.
Dengan pendidikan, manusia dapat mengetahui segala sesuatu yang tidak atau belum diketahui
sebelumnya. Pendidikan merupakan hak seluruh umat manusia. Hak untuk memperoleh
pendidikan harus diikuti oleh kesempatan dan kemampuan serta kemauannya. Dengan demikian,
peranan pembiayaan pendidikan terlihat jelas dalam peningkatan kualitas SDM agar sejajar
dengan manusia lain, baik secara regional, nasional, maupun inernasional.
Dalam situasi bagaimana pun, Negara tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya terhadap
pembiayaan pendidikan. Pada sisi lain, Negara melalui pemerintah harus terus menyosialisasikan
pembiayaan pendidkan dengan mengacu pada standar baku, terutama tentang komponen
pendidikan, proses belajar-mengajar, kurikulum, dan target kompetensi lulusan.
Konvensi Nasional Pendidikan merupakan konvensi empat tahunan bagi komunitas pendidikan.
Inti dari konvensi ini adalah pembiayaan pendidikan harus ditata penggunaannya, karena selain
dari dana APBN/APBD, dana pendidikan juga bisa dipungut dari masyarakat melalui lembaga-
lembaga pendidikan. Dana yang bersumber dariAPBN dan masyarakat harus diatur tentang
pemungutannya, bagaimana menggunakannya, kemudian bagaimana mempertanggung
jawabkannya. Pengaturan tentang pengelolaan pembiayaan pendidikan agar memiliki dasar
hokum yang kuat perlu diatur setingkat Peraturan Pemerintah (PP).
Berdasarkan UUD 1945 dan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan mendapat alokasi minimal 20%
dari total APBN/APBD. Pembiayaan pendidikan sebesar 20% itu memang seharusnya dipenuhi
dari anggaran belanja dan bukan dari anggaran pendapatan. Selanjutnya, hal yang perlu
dilakukan adalah menjabarkan anggaran pendidikan 20% tersebut pada jalurnya.