akuntansi inflasi 1

13
2.1 Pengertian Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. [1] Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalahCPI dan GDP Deflator. 2.1.1 Penyebab Inflasi Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya produksi. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment. Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut: Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa Tuntutan kenaikan upah dari pekerja. Kenaikan harga barang impor Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru o Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. akibatnya angka inflasi mencapai 70%. 2.1.2 Penggolongan Inflasi Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasaryang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

Upload: zul-fikar

Post on 04-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

mnjelaskan tentang akuntasi inflasi

TRANSCRIPT

Page 1: akuntansi inflasi 1

2.1       Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)

berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi

masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang.[1] Dengan kata lain,

inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses

dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap

tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga

berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga

digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai

penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling

sering digunakan adalahCPI dan GDP Deflator.

2.1.1    Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya produksi.

Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang

berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap

barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi.

Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor

produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu

perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.

Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input)

sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya

biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan

upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga

barang-barang.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:

Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa

Tuntutan kenaikan upah dari pekerja. Kenaikan harga barang impor Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru

o Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. akibatnya angka inflasi mencapai 70%.

2.1.2    Penggolongan Inflasi

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam

negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi

akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan

gagalnya pasaryang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari

luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa

terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan

harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi

tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara

umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila

Page 2: akuntansi inflasi 1

serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan

meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus

merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).

Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :

1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

2.1.3    Mengukur inflasi

Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga.

Indeks harga tersebut di antaranya:

Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.

Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI). Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang

yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.

Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.

Indeks harga barang-barang modal Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang

produksi lokal, barang jadi, dan jasa.

2.1.4    Dampak Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila

inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong

perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah

untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah,

yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau

dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau

mengadakaninvestasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima

pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan

kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin

merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh

seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli

uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan

keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga

halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin

menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai

uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit

Page 3: akuntansi inflasi 1

berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang

diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat

pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam.

Sebaliknya,kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai

uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada

kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan

produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya

biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk

meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu.

Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut

(biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong

kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan

pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya

tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

2.2       Perubahan dari Konsep Stable Monetary Unit

Stable Monetary Unit merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi yang menyatakan bahwa

kesatuan moneter itu dianggap stabil. Nilai uang yang ditetapkan dari pos-pos laporan keuangan,

misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya. Pos ini memiliki angka dan jumlah nilai

uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar dimasa yang akan datang tanpa ada

perubahan (Harahap,2001). Padahal dimana saja didunia ini kita tidak pernah mendengar ada

valuta yang memiliki nilai yang stabil. Ada yang mengalami apresiasi dimana nilai tukarnya atau

daya belinya naik (deflasi) dan yang paling umum nilai tukar atau daya belinya justru menurun

(inflasi). Di Indonesia pada tahun 1965 tertinggi sampai 650 %, pada tahun 1999 saja tingkat

inflasi di Indonesia mencapai 9,35%. Ini menunjukkan bahwa prinsipStable Monetary Unit hanya

dalam asumsi tidak pernah ditemukan dalam kenyataan. Prinssip ini adalah untuk memudahkan

perumusan teori dan asumsi akuntansi keuangan.

Permasalahan diatas memunculkan sebuah kritik yang menyatakan informasi yang disajikan

laporan keuangan pada masa inflasi justru sia-sia karena nilai-nilai yang terdapat didalamnya tidak

relevan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Dari permasalahan tersebut muncul usulan yang

moderat yang artinya kita masih bisa menggunakan historical cost accounting, tetapi harus dibuat

informasi atau laporan suplemen yang memuat dampak inflasi itu terhadap laporan keuangan,

selain itu terdapat usulan lain yaitu menggunakan akuntansi inflasi.

Akuntansi inflasi ini berupaya untuk menyusun laporan keuangan yang memuat dampak dari inflasi

atau penurunan nilai beli uang itu pada laporan keuangan sehingga laporan. keuangan

menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga yang berlaku saat itu bukan lagi harga historis.

2.3 Akuntansi Inflasi

Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan metode penentuan laba.

Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba yang lebih relavan yang digambarkan oleh

laporan keuangan, sedangkan inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan keuangan.

Page 4: akuntansi inflasi 1

Untuk menyusun laporan keuangan pada masa inflasi agar lebih relevan dapat digunakan

beberapa metode, yaitu :

1. General Price Level

Dalam metode General Price Level misalnya metode historical cost disesuaikan dengan perubahan

tingkat harga sehingga pada masa inflasi GPL ini lebih besar daripada nilai historical cost.

Keuntungan GPL adalah sebagai berikut :

Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan Dapat meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode

o Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan datang secara lebih baik

o Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan.

Kelemahan GPL adalah sebagai berikut :

Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak bisa disamaratakan

GPL tidak bermakna bagi perusahaan Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas Rasio itu adalah indikator mentah

1. Current Cost Accounting

Menurut Edgar Edwards dan Philips Bell (1961) merupakan tokoh yang paling gencar konsep CCA

ini. Menurut merka yang dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana mereka mengalokasikan

sumber-sumber ekonomi yang ada. Berikut ini adalah beberapa bentuk current cost :

Replacement cost adalah nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas produksinya yang sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan pada aktiva nonmoneter, sepertinya persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap disajiakan menurut nilai gantinya, nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai. Penyusutan dihitung berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa inflasi sering terjadi backlog depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatif. Dalam penyajiannya hutang ini harus disajikan nilai diskontonya. Pada masa inflasi nilai dari replacement value ini lebih besar dari general price level.

Metode ini dikritik dalam hal :

Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga angka-angka yang timbul tidak didasarkan pada transaksi yang sebenarnya.

Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan pembebanan ke laba rugi (misalnya penyusutan dan harga pokok produksi) lebih rendah dari beban pada historical cost. Akhirnya income akan lebih tinggi dari historical cost.

Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode replacement cost ini, karena hanya untuk aktiva tertentu. Oleh karenanya metode replacement cost ini dianggap bukan merupakan metode akuntansi inflasi

Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda.

Walaupun ada kritik ini, sebagai pihak menganggap bahwa metode ini paling mudah diterapkan

dalam akuntansi inflasi.

Reproduction cost adalah istilah lain yang hampir sama dengan replacement cost ini. Disini harga itu diukur berdasarkan harga sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti

Page 5: akuntansi inflasi 1

barang yang dimiliki itu tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi aktiva yang dibuat itu.

Net Realizable Value

Harga pasar sekarang adalah harga atau kas yang di peroleh jika suatu aktiva dijual sekarang.

Namun, harga ini didasarkan pada prinsip likuidasi bukan prinsip going concern sehingga

menyalahi prinsip akuntansi. Salah satu metode current market value ini adalah net realizable

value.

NRV merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjulan. Pada masa inflasi nilai dari net

relizable value ini lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin menjual

barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan dalam metode ini

dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada awal dibandingkan dengan pada

akhir periode.

Selling Price

Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga laporan

keuangan yang disusun menurut selling price ini akan lebih besar daripada net realizable value

dan metode lain yang disebut sebelumnya.

Expected value

Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih kecil

dibanding dengan metode lain karena expected value ini merupakan gambaran dari present value

kas di masa yang akan datang.

2.4       Monetary Non-Monetary Items

Monetary Item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit uang yang tetap

misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya yang angka dan jumlah nilai uangnya yang

tetap itulah yang akan ditagih, dibayar di masa yang akan datang tanpa ada perubahan. Nilai ini

adalah nilai historis dan nanti nilai net realizable value-nyalah yang akan direalisasi. Karena

nilainya itu juga menggambarkan nilai sekarang (current value) untuk aktiva jenis ini tidak perlu

disesuaikan kecuali untuk mengetahui present value dari nilai yang diharapkan ditagih (expected

value) di masa yang akan datang.

Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak

perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan nilai sekarang.

Dalam metode current value harga baru itu yang dicoba digambarkan dengan harga sekarang.

2.5 Model Akuntansi

Ada tiga model akuntansi yang berbeda, yaitu :

1. Historical Cost Accounting2. Replacement Cost Accounting3. Net Realizable Value Accounting

2.5.1    Atribut yang Akan Dinilai

Page 6: akuntansi inflasi 1

Atribut yang dinilai untuk masing-masing model akuntansi tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Dalam model Historical Cost Accounting, Atribut yang dinilai adalah jumlah uang atau kas atau sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau membayar sejumlah hutang yang dibebankan dalam unit uang yang timbul dari perolehan aktiva itu.

Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang kas atau sejenisnya yang akan dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama dan sejenis saat sekarang atau jumlah hutang yang akan dibebankan untuk memperolah aktiva tersebut.

Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau sejinsnya yang akan diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang yang harus dibayar untuk menebus kewajiban itu sekarang.

Dalam model Present Value atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah arus kas masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau arus kas keluar net yang diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali hutang.

Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut :

Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (historical cost), masa kini (replacement cost dan net realizable value), dan masa yang akan datang (present value).

Jenis transaksi : historical cost dan replacement cost merupakan transaksi perolehan atau pembebanan hutang, net realizable value dan present value menyangkut penjualan aset dan pembayaran hutang.

Sifat kejadian awalnya : historical cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya, present value berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement cost dan net realizable value didasarkan pada kejadian yang sifatnya hipotesis (anggapan).

2.5.2 Unit Measure

Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut :

Unit Moneter (Uang)

Dalam model ini yang menjadi unit pengukuran adalah unit uang.

Unit Daya Beli (Purchasing Power)

Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu berbeda apabila

waktunya berbeda.

2.6 Penilaian dan Perbandingan terhadap Model Akuntansi

Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut, model Present Value

sengaja tidak diikutkan karena beberapa kelemahan sebagai berikut.

1. Sukarnya menaksir penerimaan kas di masa yang akan datang.2. Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi3. Alokasi arbitrer dari taksoran arus kas dalam menilai aset4. Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara individual

Dalam menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian adalah.

1. Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timing error)

Timing error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode tertentu, tetapi

dicatat, diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yang lain.

Page 7: akuntansi inflasi 1

1. Kesalahan akibat alat ukur ( measuring unit errors)

Kesalahan akibat alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan dengan

menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang tersebut.

1. Kesulitan dalam penafsiran (interpretability)

Laporan keuangan harus dipahami tanpa salah pengertian. Dalam menafsirkan laporan keuangan

kita harus memahami masalah pengertian dan penggunaanya. Dengan perkataan lain, agar model

akuntansi dapat dipahami maka kita harus menggunakan rumus :

“Jika…………………, maka………………….” atau (if……….them).

Dengan rumus ini maka para pembaca lapoiran keuangan akan memahami arti serta kegunaanya.

Akuntansi memiliki alat ukur yang menghasilkan ukuran tertentu, misalnya model akuntansi yang

menggunakan unit sebagai alat ukur berarti hasilnya adalah bahwa itu dinyatakan dalam jumlah

rupiah (Number of Dollars = NOD).

Demikian juga jika kita gunakan konsep Historical Cost dengan “ukuran tenaga beli umum”, akan

tetap menghasilkan jumlah rupiah (Number of Dollars). Sementara itu, apabila konsep Current

Value yang diukur dengan tenaga beli umum, akan menghasilkan ukuran barang atau Command of

Goods (COG)

1. Relevansi

Informasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanfaat bagi pemakainya khususnya untuk

digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, karena model akuntansi yang ada masih

memiliki makna yang masih kabur seperti masalah NOD dan COG tadi, sulit bagi pembaca

menjadikan informasi akuntansi itu relevan tanpa menguasai ilmu akuntansi lebih mendalam.

2.7       Ilustrasi Beberapa Alternatif Model Akuntansi

Untuk memberikan gambaranyang jelas antara beberapa alternative model akuntansi ini kita

misalkan PT Sipangko Jaya yang didirikan pada tanggal 21 Maret 2005 akan memasarkan produk

baru yang disebut ESTIMA. Mdal berjumlah Rp 30.000,-, utangnya Rp 30.000,-, dengan bunga 10

%. Pada tanggal 1 Januari PT Sipangko Jaya memulai kegiatannya dengan membeli 6.000 unit

ESTIMA dengan harga Rp 10,- per unit. Pada tanggal 1 Mei perusahaan menjual 5.000 unit dengan

harga Rp 15,- per unit.

Sementara itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai berikut:

Januari 1 Mei 1 Desember 1Replacement Cost 10 12 13Net Realizable Value – 15 17General Price Level Index 100 130 156

1. 1. Alternatif dengan Melihat Sudut “Unit of Money”

Alternatif yang kita bahas disini adalah menyangkut kesalahan yang timbul karena waktu. Untuk

itu, model yang akan kita bahas adalah:

1. Historical Cost Accounting

Page 8: akuntansi inflasi 1

2. Replacement Cost Accounting1. Net Realizable Value Accounting

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi untuk ketiga model itu adalah sebagai berikut:

PT Sipangko Jaya

Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005

Keterangan                                           Historical          Replacement                 Net Realizable

Cost                 Value                           Value

Hasil                                                                             75.000                         92.000

Harga Poko Penjualan                          50.000             60.000                         73.000

Laba Kotor                                          25.000             15.000                         19.000

Bunga 10%                                            3.000               3.000                           3.000

Laba Operasi                                       22.000             12.000                         16.000

Realisasi holding gain and loss   sudah termasuk 10.000                         10.000

Holding gain and loss yang            tidak dihitung              3.000                           3.000

Tidak direalisasi

General Price level gain                  tidak dihitung       tidak dihitung                  tidak dihitung

and loss

Laba bersih                                          22.000             25.000                         29.00

PT Sipangko Jaya

Neraca

31 Desember 2005

Keterangan                                           Historical          Reolacement                 Net Realizable

Cost                 Value                           Value

Harta

Page 9: akuntansi inflasi 1

Kas                                               72.000             72.000                         72.000

Persediaan                         10.000 13.000 17.000

Total Harta                                           82.000             85.000                         89.000

Utang & Modal

Kewajiban                         30.000             30.000                         30.000

Modal :

Modal Saham                                30.000 30.000 30.000

Laba ditahan

Realisasi                                        22.000             22.000                         22.000

Belum realisasi                                   –                     3.000                           7.000

Total laba ditahan                                 22.000   25.000  29.000

Total Modal Setor                                52.000 55.000 59.000

Total Utang & Modal                           82.000             85.000                         89.000

Analisis perbedaan akibat waktu

Total Laba HC RC NRVLaba yang dilaporkan

Kesalahan Laba yang dilaporkan

Kesalahan Laba yang dilaporkan

Kesalahan

29.000 22.000 7.000 25.000 4.000 29.000 0

1. 2. Alternatif Dengan Menggunakan Model Akuntansi yang Diukur Dengan Unit Tenaga Beli Umum

Dalam model ini yang kita bahas adalah:

1. General Price Level Adjusted Historical Accounting2. General Price Level Adjusted Replacement Cost Accounting3. General Price Level Adjusted Net Realizable Value Accounting

PT Sipangko Jaya

Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005

Keterangan GPLA

HC

GPLA

RC

GPLA

NRVAHasil 90.000 90.000 107.000

Page 10: akuntansi inflasi 1

Harga Pokok Penjualan 78.000 72.000 85.000Laba Kotor

Bunga 10%

12.000

3.000

18.000

3.000

22.000

3.000Laba Operasi

Real Realized Holding Gain and Loss

Real Unrealized Holding Gain and

Loss

General Price Level Gain and Loss

9.000

termasuk

tidak dihitung

1.800

15.000

(6.000)

(2.600)

1.800

19.000

(6.000)

(2.600)

1.800

Laba Bersih 10.800 8.200 12.200

PT Sipangko Jaya

Neraca Menurut General Price Level

Per 31 desember 2005

Keterangan GPL

HC

GPL

RC

GPL

NRVAAktiva:

Kas

Persediaan

72.000

15.600

72.000

13.000

72.000

17.000

Total Aktiva

Pasiva:

Obligasi

Modal

Laba Ditahan:

Realized

Unrealized

Laba/Rugi GPL

87.60030.000

46.800

9.000

(0)

1.800

85.00030.000

46.800

9.000

(2.600)

1.800

89.00030.000

46.800

9.000

1.400

1.800

Total Pasiva 87.600 85.000 89.000

Perhitungan Laba/Rugi General Price Level

Keterangan                                             Belum                   Faktur                   Setelah

Di Adjust               Konversi              di Adjust

Page 11: akuntansi inflasi 1

Net Monetary Asset

Tanggal 1 Januari 2005:                           30.000                    156/100                46.800

Ditambah:

Monetary Receipts                                      75.000  156/30                  90.000

105.000                                              136.800

Dikurangi:

Monetary Payments                                   60.000                    156/100               93.600

Bunga (10%)                                                3.000   156/156                 3.000

63.000                                               96.600

Net                                                              42.000                                               40.200

Net Monetary Asset 31-12-2005                                                                          40.200

Actual Monetary Asset per 31-12-2005                                                               42.000

Laba Akibat General Price Level                                                                           1.800

Analisis Tipe Kesalahan Masing-masing Model

No Accounting Model

Timing error

Measureng-Unit Error

Interpretation

RelevanceOperating Profit

Holding Gains

NOD

(Number of

dollars)

COG

(Command of

Goods)1 Historical-cost accounting Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak

2 Replacement-cost Ya Hilang Ya

Ya

Laba Rugi

Ya

Harta

Ya

Harta

3 Net-realizable-value accounting Hilang Hilang Ya

Ya

Laba Rugi

dan Utang

Ya

Aktiva Moneter

dan Utang

Aktiva Moneter

4General price-level-adjusted historical cost accounting

Ya Ya Hilang Ya Ya Ya

5General Price-level-adjusted replacement-cost accounting

Ya Hilang Hilang Hilang Ya Ya

6General Price-level-adjusted net-realizable-value accounting

Hilang Hilang Hilang Hilang Ya