akuntabilitas program simpan pinjam untuk … · 2020. 11. 20. · universitas muhammadiyah...
TRANSCRIPT
-
AKUNTABILITAS PROGRAM SIMPAN PINJAM UNTUK
PEREMPUAN PADA UNIT PENGELOLA KEUANGAN DANA AMANAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(UPK DAPM) DI KABUPATEN BANTAENG
SKRIPSI
Oleh
MUSPIRA
NIM 105731111116
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
ii
AKUNTABILITAS PROGRAM SIMPAN PINJAM UNTUK
PEREMPUAN PADA UNIT PENGELOLA KEUANGAN DANA AMANAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(UPK DAPM) DI KABUPATEN BANTAENG
SKRIPSI
Oleh
MUSPIRA
NIM 105731111116
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Menyelesaikan
Studi Pada Program Studi Strata 1 Akuntansi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Saat kita memperbaiki hubungan dengan Allah, niscaya Allah akan
memperbaiki segala sesuatu untuk kita”
Persembahan
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada :
1. Kepada Ayah dan Ibu tercinta, Amiruddin dan Nasrah yang tak
hentihentinya mendoakan kebaikan dalam setiap perjalanan hidupku,
terima kasih atas kasih sayang yang tiada henti dan pengorbanan yang
telah ayah dan ibu lakukan, terima kasih atas kepercayaan yang diberikan
untukku. Karya ini kupersembahkan untuk ayah dan ibu tercinta sebagai
ungkapan terima kasihku yang sedalam-dalamnya.
2. Kepada kerabat dan sahabat yang senantiasa memberi semangat dalam
penulisan skripsi ini.
3. Serta kepada Almamater UNISMUH MAKASSAR.
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT atas atas berkat dan rahmatnya. Shalawat dan salam tak lupa
penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat dan para pengikutnya. Berupa nikmat tiada ternilai manakala penulisan
skripsi yang berjudul “Akuntabilitas Program Simpan Pinjam Untuk Perempuan
Pada Unit Pengelola Keuangan Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (UPK
DAPM) Di Kabupaten Bantaeng”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami banyak kesulitan dan
hambatan, akan tetapi bantuan dari orang tua dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik itu berupa material, doa, tenaga, informasi dan waktu hingga penulis
dapat mengatasi itu semua. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
perkenankan penulis sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
-
viii
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP., selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Agus Salim HR, SE.,MM., selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi selesai dengan baik.
5. Ibu Waode Rayyani, SE.,M.Si.Ak.CA, selaku Pembimbing II yang telah
berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
7. Seluruh karyawan UPK DAPM Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng
yang telah memberikan kesempatan, waktu dan tempat untuk melakukan
penelitian sehingga penyusunan skripsi ini dapat saya selesaikan dengan
baik.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnin Program Studi
Akuntansi Angkatan 2016 terutama AK 16 C yang selalu belajar bersama
yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
9. Terima kasih buat teman seperjuangan (Irma, Qalbi, Riska, Devi, Risna, dan
Dina) serta semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah
memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya sehingga
penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
10. Segenap Staf Dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
-
ix
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Makassar, Oktober 2020
Penulis
-
x
ABSTRAK
Muspira, tahun 2020, Akuntabilitas Program Simpan Pinjam Untuk Perempuan Pada UPK DAPM Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng, Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Agus Salim HR, dan Pembimbing II
Waode Rayyani.
Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) merupakan upaya penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Melalui program DAPM ditentukan kembali alur upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan kelompok masyarakat yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akuntabilitas program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) pada UPK DAPM Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk pengelolaan pinjaman bermasalah dilakukan secara bertahap sesuai dengan prosedur yang berlaku di UPK DAPM. Faktor penghambat program SPP adalah adanya tunggakan yang dilakukan oleh anggota kelompok dan penyelewengan dana yang dilakukan oleh ketua kelompok. sedangkan, untuk faktor pendukungnya UPK DAPM telah menggunakan aplikasi SI UPK ONLINE, adanya tim verifikasi, adanya kerjasama tim dengan BKAD, BP-UPK, tim verifikasi, UPK, dan tim penyehatan pinjaman.
Kata Kunci :Akuntabilitas, Dana Bergulir, Simpan Pinjam untuk Perempuan
-
xi
ABSTRACK
Muspira, the year 2020, the accountability Program to save loans for women in
UPK DAPM district of Tompobulu District Bantaeng, thesis accounting study
Program, Faculty of Economics and Business University of Muhammadiyah
Makassar. Guided by Supervisor I Agus Salim HR, and mentor II Waode
Rayyani.
The Community Empowerment Trust Fund (DAPM) is a poverty
alleviation effort based on community empowerment. The DAPM program is
redefined as a pipeline of poverty alleviation involving community groups that
start from the planning, implementation, and evaluation stages. This research
aims to find out the accountability of the Save borrow for Women (SPP) program
at the UPK DAPM of Tompobulu District in Bantaeng Regency. The type of
research used in this study is a type of qualitative descriptive research with the
technique of data collection through interviews and documentation.
The results showed that for the management of problematic loans was
carried out gradually in accordance with the prevailing procedures at UPK DAPM.
The SPP program is a arrears performed by group members and the
misappropriation of funds by the group leader. Whereas, for the supporting
factors UPK DAPM has been using the application SI UPK ONLINE, there is a
verification team, there is teamwork with BKAD, BP-UPK, verification team, UPK,
and the loan dissemination team.
Keywords: Accountability, revolving fund, Save Loans for Women
-
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... x
ABSTRACK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
A. Tinjauan Teori ........................................................................................ 5
1. Akuntabilitas .......................................................................................... 5
2. Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat.......................................... 13
3. Program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) ............................... 18
4. Pengelolaan Dana Bergulir .................................................................. 19
5. Pemberdayaan Masyarakat ................................................................. 21
B. Tinjauan Empiris .................................................................................. 22
C. Kerangka Pikir ...................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 29
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 29
B. Objek Penelitian ................................................................................... 29
C. Fokus Penelitian................................................................................... 29
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 30
E. Informan Penelitian .............................................................................. 30
-
xiii
F. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 31
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 31
H. Instrumen Penelitian ............................................................................ 32
I. Metode Analisis .................................................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 34
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 34
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 38
1. Manfaat Penggunaan Dana Bergulir .................................................... 39
2. Penyebab Terjadinya Pinjaman Bermasalah/Kredit Macet ................... 41
3. Pengelolaan Pinjaman Bermasalah Pada Dana Bergulir Simpan Pinjam
Untuk Perempuan ....................................................................................... 45
4. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Program Simpan Pinjam
Untuk Perempuan (SPP) Pada UPK DAPM ................................................ 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................... 55
D. Akuntabilitas Program Simpan Pinjam Untuk Perempuan .................... 59
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 62
A. Kesimpulan .......................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 665
DAFTAR LAMPIRAN
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 22
Tabel 3. 1 Informan Penelitian ........................................................................... 30
Tabel 4. 1 Kelompok Yang Menunggak ............................................................. 57
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Pikir ............................................................................... 28
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi UPK DAPM .................................................... 36
Gambar 4. 2 Wawancara dengan Ibu Kartini ..................................................... 40
Gambar 4. 3 Wawancara dengan Pak Lukman HR ............................................ 42
Gambar 4. 4 Wawancara dengan Ibu Kasma Indah, S.Pd ................................ 43
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) merupakan
upaya penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
Melalui program DAPM, alur upaya penanggulangan kemiskinan ditentukan
kembali yang tentunya melibatkan kelompok masyarakatdimulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi. UPK DAPM memusatkan
kegiatannya pada kegiatan masyarakat yang paling miskin di wilayah
pedesaan.
Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu
kecamatan yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yang terdiri dari 10
Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk 25.264 jiwa, 5731 KK, dan
sebanyak 1.870 KK dikategorikan keluarga miskin. Mata pencarian
masyarakat mayoritas petani dengan produk unggulannya kakao (coklat) dan
cengkeh.Untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, maka Kecamatan
Tompobulu mengambil alternatif yaitu memberdayakan perempuan dengan
ikut berpartisipasi dalam program kelompok Simpan Pinjam untuk Perempuan
(SPP). Dengan program tersebut, DAPM memberikan bantuan berupa modal
usaha kepada masyarakat untuk pengembangan usaha. Pemberian bantuan
modal usaha tersebut diharapkan dapat meningkatkan penghasilan dan
meringankan beban keluarga masing-masing yang pada akhirnya dapat
menekan jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kecamatan Tompobulu.
-
2
DAPM dalam menjalankan tugas dan kegiatan operasionalnya
dilakukan oleh Unit Pengelola Keuangan (UPK). UPK ini dibentuk sejak
adanya Program Pengembangan Kecamatan (PKK) yang sekarang berubah
menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan. UPK ini bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola dana
yang bersumber dari kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP).
Keberadaan UPK mempunyai posisi yang cukup strategis dalam
melestarikan hasil dari program yang telah dilaksanakan PNPM-MPd karena
fokus UPK ini dilakukan ditingkat kecamatan. Dalam pelaksanaannya, UPK
harus meningkatkan akuntabilitas dan transparansi kinerja yang baik. Prinsip
akuntabilitas dan transpransi harus ditaati oleh seluruh pelaku DAPM tanpa
terkecuali. Menurut Mardiasmo dalam Sujarweni (2019: 28) akuntabilitas
publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktivitasnya
dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi
amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut. Penerapan prinsip akuntabilitas dapat
dilakukan dengan cara memberikan akses untuk melakukan pemeriksaan
bagi pihak yang berkepentingan baik ditingkat daerah maupun masyarakat.
DAPM dapat menerapkan prinsip transparansi dengan memberikan akses
kepada masyarakat dan para pihak yang berkepentingan mengenai konsep
DAPM, kebijakan, dan pengambilan keputusan,sehingga pengelolaan
keuangan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan.
-
3
Program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) merupakan salah
satu program yang paling banyak diminati oleh masyarakat terutama ibu
rumah tangga karena program ini mempunyai suku bunga yang lebih rendah
dari pada bank dan proses peminjamannya juga mudah karena tanpa
angunan atau jaminan sehingga memudahkan masyarakat dalam akses
permodalan untuk usaha skala mikro kecil yang akan mereka lakukan. Sesuai
dengan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) persiapan perguliran dana
program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) dilaksanakan oleh Unit
Pengelola Keuangan (UPK) Kecamatan Tompobulu dengan menyiapkan
laporan keuangan bulan terakhir dan status dana yang siap digulirkan oleh
Unit Pengelola Keuangan (UPK).
Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) dalam
pelaksanaannya khususnya di Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng
masih terdapat masalah yang kerap kali terjadi adalah banyaknya tunggakan
proses pengembalian pinjaman yang dialami sebagian besar kelompok ibu
rumah tangga yang meminjam pada DAPM sehingga menyebabkan
pelaksaan simpan pinjam untuk perempuan ini tidak terlaksana dengan
baik.Menurut Kasma Indah (2020) selaku bendahara UPK DAPM Kecamatan
Tompobulu bahwajumlah penunggak sebanyak 5 kelompok dengan total
pinjaman beserta bunganya sebesar Rp 418.000.000 dan realisasi
pengembaliannya per 31 Desember 2019 sebesar Rp 304.929.350.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Akuntabilitas Program Simpan Pinjam Untuk
Perempuan (SPP) pada UPK DAPM di Kabupaten Bantaeng”.
-
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Akuntabilitas Pengelolaan
Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) pada UPK DAPM (Unit Pengelola
Keuangan Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat) di Kabupaten
Bantaeng?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Akuntabilitas Pengelolaan Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) pada
UPK DAPM (Unit Pengelola Keuangan Dana Amanah Pemberdayaan
Masyarakat) di Kabupaten Bantaeng.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu yang
didapatkan dan menambah wawasan dalam pengelolaan keuangan.
2. Bagi organisasi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan positif
dan membangun yang dapat diterapkan dalam penyelenggaraan dan
pengelolaan keuangan.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan positif
yang digunakan sebagai bahan dasar penelitian dan dapat menjadi
referensi untuk penelitian dimasa yang akan datang.
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Akuntabilitas
Menurut Sirajuddin H Soleh dan Aslan Iqbal dalam Halim (2019:
79), akuntabilitas sebetulnya merupakan sisi sikap dan watak kehidupan
manusia yang meliputi akuntabilitas :akuntabilitas internal dan eksternal.
Dari sisi internal seseorang, akuntabilitas merupakan
pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhannya, akuntabilitas
seperti ini meliputi pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang
dijalankannya yang hanya diketahui dan dipahami diri sendiri.
Akuntabilitas seperti ini juga disebut dengan akuntabilitas spiritual.
Ledivina V Carino (2002), mengatakan bahwa dengan menyadari
akuntabilitas spiritual, maka pengertian accountable atau tidaknya
seseorang bukan hanya dikarenakan dia tidak sensitif terhadap
lingkungannya. Tetapi, jauh dari itu seperti adanya perasaan malu
terhadap warna kulitnya, tidak bangga menjadi bagian dari suatu bangsa,
kurang nasionalis, dan sebagainya. Akuntabilitas spiritual sangat sulit
diukur karena tidak adanya indikator yang jelas dan diterima oleh semua
orang serta tidak ada yang melakukan pengecekan, pengevaluasian, dan
pemantauan baik sejak tahap proses sampai dengan tahap
pertanggungjawaban kegiatan itu sendiri. Semua tindakan akuntabilitas
pada dasarnya hubungan seseorang dengan Tuhan. Jika akuntabilitas
-
6
dilaksanakan dengan penuh iman dan takwa, maka kesadaran akan
akuntabilitas spiritual ini akan memberikan pengaruh besar terhadap
pencapaian kinerja orang tersebut. Itu sebabnya mengapa seseorang
dapat melakukan pekerjaan dengan hasil yang berbeda dengan orang
lain, atau suatu instansi dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas yang
baik yang berbeda dengan instansi lain terhadap pekerjaan yang sama.
Sedangkan dari sisi akuntabilitas eksternal seseorang, adalah
akuntabilitas orang tersebut kepada lingkungannya baik lingkungan
formal maupun lingkungan masyarakat. Seseorang yang gagal dalam
memenuhi akuntabilitas eksternal dapat mengakibatkan pemborosan
waktu, pemborosan sumber dana dan sumber-sumber yang lain,
penyimpangan kewenangan, dan menurunnya kepercayaan masyarakat
kepadanya. Akuntabilitas eksternal lebih mudah karena norma dan
standar yang tersedia sudah jelas. Kontrol dan penilaian dari pihak
eksternal sudah ada dalam mekanisme yang terbentuk dalam suatu
sistem dan prosedur kerja. Akuntabilitas ekstern meliputi:
a. Internal accountability to the public servant’s own organization, dalam
akuntabilitas setiap tingkatan pada hirarki organisasi, petugas
pelayanan publik diwajibkan untuk akuntabel kepada atasannya dan
kepada yang mengontrol pekerjaannya.
b. External accountability to the individuals and organization outside
pulic servant’s own organization, akuntabilitas ini mengandung
pengertian akan kemampuan untuk menjawab setiap pertanyaan
yang berhubungan dengan pencapaian kinerja pelaksanaan tugas
dan wewenang.
-
7
Adapun hubungan penelitian ini dengan teori akuntabilitas
Ledivina V Carino (2002) yaitu secara tidak langsung masyarakat
memiliki akuntabilitas spiritual karena masyarakat yang tergabung dalam
program simpan pinjam ini berusaha untuk mengembalikan pinjaman
sesuai dengan pokok pinjamannya karena masyarakat sadar bahwa
mereka berkewajiban untuk mengembalikan pinjaman tersebut.
Kesadaran inilah yang disebut dengan akuntabilitas spiritual yaitu
pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dijalankannya yang hanya
diketahui dan dipahami diri sendiri.
Menurut Mardiasmo (2017:3), akuntabilitas publik adalah
kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada
pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri
dari terdiri atas dua macam, yaitu: (1) akuntabilitas vertical (vertical
accountability), dan (2) akuntablitas horisontal (horizontal accountability).
Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih
tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada
pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.
Pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
-
8
Menurut Rayyani dan Abbas (2020), akuntabilitas sosial
sebagai sebuah pendekatan dalam membangun akuntabilitas publik,
dimana masyarakat biasa maupun organisasi masyarakat sipil
berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung untuk membangun
akuntabilitas. Tujuan akuntabilitas sosial adalah memperbaiki tata kelola
dan meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan.
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor
publik terdiri atas beberapa dimensi :
a. Akuntabilitas Hukum dan Akuntabilitas Kejujuran
Akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya
kepatuhan terhadap hukum dan undang-undang yang berlaku,
sedangkan akuntabilitas kejujuran terkait dengan penggunaan dana
sesuai dengan anggaran dan penghindaran penyalahgunaan jabatan.
b. Akuntabilitas Proses
Akuntabilitas proses terkait dengan penggunaan proses,
prosedur atau ukuran yang layak dalam melaksanakan aturan-aturan
yang diterapkan. Akuntabilitas proses termanifestasi dengan
pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif dan biaya yang
relatif murah.
c. Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program terkait dengan pencapaian tujuan atau
hasil yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak dengan
mempertimbangkan alternative program yang memberikan hasil-hasil
yang optimal dan biaya yang optimal.
-
9
d. Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabillitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban
pemerintah, baik pusat maupun daerah atas atas pilihan-pilihan
kebijakan yang telah dibuat.
Menurut Halim (2019:21) evaluasi dan penilaian akuntabilitas
terhadap kinerja pemerintah bertujuan untuk memberikan informasi yang
memadai dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang bersifat
kebijakan maupun yang berkepentingan dengan dengan pengendalian
manajemen dan administrasi dalam suatu struktur organisasi pemerintah.
Akuntabilitas publik dan penyediaan informasi tambahan akan dapat
dicapai apabila sistem informasi keuangan dan manajemen
dipemerintahan berjalan secara profesional. Pemerintah harus
menyajikan informasi pengelolaan keuangan untuk memberikan
penjelasan yang menyeluruh kepada seluruh kelompok stakeholders. Hal
ini dilakukan sebagai perwujudan transparansi pengelolaan keuangan
publik yang bertujuan untuk menciptakan well-informed society dan pada
akhirnya akan tercipta akuntabilitas publik.
Menurut Halim (2019:78), keberadaan akuntabilitas sebagai
suatu sistem sudah cukup lama , sejarah akuntabilitas sudah dimulai
sejak zaman Mesopotania pada tahun 4000 SM, pada saat itu dikenal
hukum Hammurabi yang mewajibkan seseorang (raja) untuk
mempertangungjawabkan segala tindakannya kepada pihak yang
memberi amanah dan wewenang. Untuk menyatakan dan memahami
keberadaan akuntabilitas sebagai suatu sistem secara utuh, maka perlu
diperhatikan beberapa hal antara lain: perkembangan, jeni, tantangan
-
10
dan hambatan, lingkungan yang mempengaruhi terselenggaranya
akuntabilitas, dan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan
akuntabilitas serta media akuntabilitas.
Menurut Halim (2019:81), ciri-ciri akuntabilitas yang efektif
antara lain :
a. Akuntabilitas harus utuh dan menyeluruh.
b. Mencakup aspek yang menyeluruh mengenai aspek integritas
keuangan, ekonomis, efisien, dan prosedur.
c. Untuk menilai kinerja maupun unit organisasi, akuntabilitas
merupakan bagian dari sistem manajeme.
d. Untuk menjamin keabsahan, akurasi, objektivitas, dan ketepatan
waktu penyampaian informasi, maka akuntabilitas harus dibangun
berdasarkan sistem informasi yang handal.
e. Adanya penilaian yang efektif dan independen terhadap akuntabilitas
suatu instansi.
f. Adanya tindak lanjut terhadap laporan penilaian atas akuntabilitas.
Menurut Halim (2019:83), akuntabilitas dalam pelaksanaannya di
lingkungan instansi pemerintah, perlu diperhatikan antara lain:
a. Untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel
maka diperlukan komitmen dari pemimpin dan seluruh staf instansi.
b. Merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber
daya secara ”konsisten” dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
c. Dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan.
-
11
d. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat
yang diperoleh.
e. Jujur, objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator, perubahan
manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran data
dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.
1.1 Perencanaan Strategik
Menurut Halim (2019:83), agar mampu menjawab tuntutan
perkembangan lingkungan strategis nasional global maka diperlukan
integritas keahlian sumber daya lain dalam sistem akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah dan perencanaan strategik instansi pemerintah.
Perencanaan strategis yang disusun oleh instansi pemerintah harus
mencakup :
a. Persyaratan, visi, misi, strategi, dan faktor-faktor keberhasilan
organisasi.
b. Rumusan tentang tujuan dan sasaran serta uraian organisasi.
c. Uraian tentang cara mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
d. Dengan visi, misi, strategi yang jelas maka instansi pemerintah
dapat menyeleraskan dengan potensi, peluang, dan kendala
yang dikehendaki.
1.2 Pengukuran Kinerja
Menurut Rayyani dan Abbas (2020), akuntabilitas kinerja
organisasi sesungguhnya memiliki akar filosofis dan substansial pada
akuntabilitas yang bersifat sosial dalam kehidupan manusia.
Menurut Halim (2019:84), dengan dilakukannya penyusunan
perencanaan strategik yang jelas, perencanaan operasional yang
-
12
terukur, dapat diharapkan tersedianya pembenaran yang logis dan
argumentasi yang memadai untuk mengatakan suatu pelaksanaan
program berhasil atau tidak.
a. Penetapan indikator kinerja
Penetapan indikator kinerja merupakan identifikasi dan klasifikasi
indikator kinerja melalui sistem pengumpulan data, pengolahan
data, informasi untuk menentukan capaian tingkat kinerja
kegiatan program.
b. Penetapan capaian kerja
Penetapan capaian kinerja bertujuan untuk mengetahui dan
menilai capaian indikator kinerja pelaksanaan kegiatan/program
dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh suatu instansi
pemerintah.
c. Formulir pengukuran kinerja
Penggunaan formulir pengukuran kinerja dapat digunakan untuk
mengevaluasi atas kesesuaian dan keselarasan antara kegiatan
dan program, atau antara program penunjang dengan program
utama, atau program yang lebih rendah dengan program yang
lebih tinggi.
1.3 Evaluasi Kinerja
Menurut Halim (2019: 84), setelah tahap pengukuran kinerja,
selanjutnya adalah tahap evaluasi kinerja, yang dimulai dengan
menghitung nilai capaian dan pelaksanaan per kegiatan. Kemudian
dilanjutkan dengan perhitungan pelaksanaan program didasarkan
pada pembobotan dan setiap kegiatan yang ada dalam suatu program.
-
13
Untuk membantu evaluasi kinerja, digunakan formulir EK (Evaluasi
Kinerja) yang terdiri dari formulir EK-1 untuk penilaian kinerja
kegiatan, formulir EK-2 untuk penilaian kinerja program, dan EK-3
untuk penilaian kinerja kebijaksanaan.
1.4 Pelaporan
Menurut Halim (2019:85), laporan akuntabilitas instansi
pemerintah harus disampaikan oleh instansi dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah kabupaten/kota. Penyusunan laporan harus secara
jujur, obyektif, dan transparan, juga perlu memperhatikan prinsip-
prinsip:
a. Prinsip pertanggungjawaban
b. Prinsip pengecualian
c. Prinsip manfaat
Selanjutnya beberapa ciri laporan yang perlu diperhatikan
dengan baik seperti relevan, tepat waktu, dapat dipercaya, diandalkan,
dan mudah dimengerti dalam bentuk yang menarik (tegas dan
konsisten, tidak kontradiktif dan sebagian) berdaya banding tinggi,
berdaya segi, lengkap, netral, padat dan terstandarisasi.
2. Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat
Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) merupakan
lembaga yang dibentuk melalui forum Musyawarah Kecamatan (MK) atau
Musyawarah Antar Desa (MAD) sebagai pelaksana teknis serta
pengelola kegiatan yang diawali oleh kegiatan Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) dan/atau Program Nasional Pemberdayaan
-
14
Masyarakat (PNPM). DAPM merupakan lembaga lintas desa atau
kelurahan di kecamatan dengan tujuan melindungi serta melestarikan
hasil-hasil program yang terdiri dari aset atau dana yang digulirkan,
mengembangkan pengelolaan pembangunan ppartisipatif, pengelolaan
aset produktif dan SDA serta program atau proyek dari pihak ketiga yang
bersifat antar desa atau kelurahan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya dalam
peningkatan kapasitas masyarakat, baik itu secara individu maupun
kelompok. Keterlibatan perangkat pemerintah daerah serta berbagai
pihak dalam pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan untuk
memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil
yang dicapai.
UPK DAPM berdiri sejak tahun 2015, sebelum berubah nama
menjadi Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) lembaga ini
dulu bernama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
DAPM merupakan salah satu upaya Pemerintah Indonesia untuk
mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan
kerja melalui konsolidasi program-program pemberdayaan masyarakat
yang ada diberbagai kementrian atau lembaga.
DAPM berupaya mempertajam visi dan meningkatkan misi PPK.
Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah mewujudkan kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian yaitu mampu
mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada
-
15
dilingkungannya, mampu mengatasi masalah yang dihadapinya,
khususnya masalah kemiskinan. DAPM mempunyai misi sebagai berikut:
a. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya.
b. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif.
c. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dasar
masyarakat.
d. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
1.5 Tujuan
Mempercepat penanggulangan kemiskinan melalui
peningkatan kapasitas masyarakat, pemerintah lokal, serta
penyediaan prasarana sosial dasar dan ekonomi merupakan tujuan
umum dari DAPM. Adapun tujuan khusus DAPM meliputi:
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat terutama pada kelompok
miskin dan perempuan dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksaan, pemantauan, dan pelestarian
pembangunan, sekaligus mendorong pengintegrasian sistem
pembangunan partisipatif masyarakat dengan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) reguler.
2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan potensi dan sumberdaya lokal.
3. Meningkatkan kapasitas pemerintahan lokal dalam memfasilitasi
pengelolaan pembangunan perdesaan yang berkelanjutan.
-
16
4. Menyediakan sarana/prasarana sosial dasar dan ekonomi yang
diprioritaskan masyarakat.
5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.
6. Melembagakan keuangan mikro dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat miskin.
1.6 Prinsip DAPM
Berdasarkan pada PTO PNPM Mandiri Perdesaan, UPK
DAPM mempunyai prinsip yang sama dengan PNPM yang menjadi
landasan dalam setiap pengambilan keputusan ataupun tindakan yang
diambil dalam implementasi rangkaian kegiatan program, diantaranya
meliputi :
a. Bertumpu pada pembangunan manusia, diartikan bahwa
masyarakat hendaknya memilih kegiatan yang berdampak
langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada
pembangunan fisik semata.
b. Otonomi, diartikan bahwa masyarakat memiliki hak dan
kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggungjawab
tanpa intervensi negatif dari luar.
c. Desentralisasi adalah memberikan ruang yang lebih luas untuk
mengelola kegiatan sesuai dengan kapasitas masyarakat.
d. Berorientasi pada masyarakat miskin diartikan bahwa segala
keputusan yang diambil berpihak pada masyarakat miskin.
e. Partisipasi adalah masyarakat berperan dalam proses atau
tahapan program pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi,
perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan.
-
17
f. Kesetaraan dan keadilan gender, diartikan bahwa masyarakat
baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam
perannya disetiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat
kegiatan pembangunan, serta kesejajaran kedudukan saat situasi
konflik.
g. Demokratis, diartikan bahwa masyarakat mengambil keputusan
pembangunan secara musyawarah dan mufakat.
h. Transparansi dan akuntabel, diartikan bahwa masyarakat memiliki
akses terhadap informasi dan proses pengambilan keputusan
sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara
terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.
i. Prioritas, diartikan masyarakat memilih kegiatan yang utama
dengan mempertimbangkan kemendesakan dan manfaat untuk
pengentasan kemiskinandan upaya perbaikan lingkungan.
j. Keberlanjutan, diartikan bahwa setiap pengambilan keputusan
atau tindakan pembangunan harus mempertimbangkan sistem
pelestariaannya.
1.7 Permodalan UPK DAPM
a. Modal awal UPK DAPM berasal dari bantuan langsung
masyarakat Program Pengembangan Kecamatan dan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
mulai tahun anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran
2014 sejumlah Rp 1.275.011.564.
b. Modal UPK DAPM setelah berkembang berasal dari keuntungan
yang dapat dihimpun.
-
18
c. Modal dari pihak ketiga dan sumber lain yang sah.
3. Program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP)
Berdasarkan buku petunjuk operasioanal PNPM Mandiri
perdesaan kegiatan simpan pinjam untuk perempuan merupakan salah
satu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan yang sekarang berubah menjadi Unit Pengelola Keuangan
Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (UPK DAPM) dengan
memberikan bantuan permodalan bagi kelompok perempuan yang
memiliki kegiatan simpan pinjam atau kegiatan usaha ekonomi. Sasaran
kegiatan SPP adalah Rumah Tangga Miskin (RTM) produktif yang
membutuhkan pendanaan untuk kegiatan usaha mereka yang disalurkan
melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di
masyarakat.
Program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) memiliki
ketentuan umum yang telah ditetapkan dalam Standar Operasional dan
Prosedur (SOP) Unit Pengelola Keuangan (UPK) sebagai berikut:
1. Pinjaman perguliran berstatus sebagai usaha pengembangan
ekonomi masyarakat melalui penyediaan jasa kegiatan untuk kegiatan
simpan pinjam kelompok perempuan (SPP).
2. Pinjaman perguliran dilakukan di tingkat kecamatan oleh BKDAPM,
unit pengelola keuangan, unit verifikasi, dan unit pendanaan dalam
wilayah kerja kecamatan.
3. Perguliran pinjaman diberikan kepada kelompok SPP dalam wilayah
kerja kecamatan.
4. Pinjaman perguliran hanya dapat diberikan kepada kelompok SPP.
-
19
4. Pengelolaan Dana Bergulir
Berdasarkan buku petunjuk operasional PNPM Mandiri
Perdesaan dana bergulir adalah dana yang berasal dari BLM yang
dikelola oleh UPK dan digulirkan kembali kepada masyarakat. Dana
bergulir merupakan dana yang bersifat pinjaman dari UPK yang
digunakan oleh masyarakat yang tergabung dalam kelompok-kelompok
simpan pinjam untuk perempuan untuk mendanai kegiatan ekonominya.
Tujuan utama PNPM Mandiri Perdesaan adalah mempercepat
penanggulangan kemiskinan maka kegiatan dana bergulir merupakan
kegiatan yang memberikan kemudahan bagi Rumah Tangga Miskin
(RTM) dalam mendapatkan modal usaha.
Pengelolaan dana bergulir PNPM Mandiri Perdesaan bertujuan :
a. Memberikan kemudahan akses permodalan usaha baik kepada
masyarakat sebagai pemanfaat maupun kelompok usaha.
b. Pelestarian dan pengembangan permodalan usaha yang sesuai
dengan tujuan program.
c. Meningkatan kapasitas pengelola kegiatan dana bergulir ditingkat
wilayah pedesaan.
d. Menyediakan kelembagaan UPK (dan lembaga pendukung lainnya)
sebagai pengelola dana bergulir yang mengacu pada tujuan program
secara akuntabel, transparan, dan berkelanjutan.
e. Meningkatan pelayanan kepada RTM dalam pemenuhan kebutuhan
permodalan usaha melalui kelompok pemanfaat.
-
20
a. Mekanisme Pengelolaan Dana Bergulir
Berdasarkan buku petunjuk operasional PNPM Mandiri
mekanisme pengelolaan yang dimulai dari perencanaan sampai
dengan pertanggungjawaban merupakan tahapan-tahapan yang harus
diterapkan dalam pengelolaan dana bergulir. Akses dana bergulir dan
akses dana BLM mempunyai karakteristik yang berbeda yang didasari
oleh beberapa kondisi diantaranya: sifat kepemilikan dana oleh
masyarakat, model kompetisi antar kelompok peminjam bukan antar
kegiatan, kerterlibatan lembaga dengan hubungan langsung antara
kelompok peminjam dan UPK, dan kebutuhan pola perguliran yang
sesuai. Perbedaan karakteristik tersebut tidak diperbolehkan
bertentangan dengan tujuan, prinsip, dan ketentuan dasar program.
i. Kelembagaan Pengelola
Berdasarkan buku petunjuk operasional PNPM Mandiri
kelembagaan pengelola dana bergulir yang harus ada paling tidak
sesuai berikut:
a. Badan Kerja Sama Antar Desa (BKAD) adalah lembaga
tertinggi dalam pengambilan keputusan pengelolaan dana
bergulir di tingkat kecamatan melalui MAD.
b. Unit Pengelola Keuangan (UPK) adalah lembaga yang
dibentuk oleh BKAD atau MAD untuk mengelola kegiatan
dana bergulir.
c. Tim Verifikasi (TV) adalah lembaga yang bertugas untuk
melakukan verifikasi proposal usulan kelompok yang akan
didanai.
-
21
d. Badan Pengawas UPK (BP-UPK) adalah lembaga yang
dibentuk BKAD atau MAD untuk melakukan monitoring,
supervisi, dan pengawasan kepada UPK.
e. Tim Penyehatan Pinjaman dibentuk untuk mendorong
pelestarian dan pengembangan dana bergulir melalui
penyehatan pinjaman bermasalah.
ii. Ketentuan Pendanaan
Dana bergulir merupakandana yang bersumber dari
pengambilan dana BLM kegiatan pinjaman baik yang berasal dari
PPK maupun PNPM-PPK. Ketentuan pengelolaan mengacu pada
AD/ART, aturan perguliran dan SOP UPK yang telah disepakati.
iii. Tahapan Pengelolaan
Berdasarkan buku petunjuk operasional PNPM Mandiri
tahapan pengelolaan mengacu pada mekanisme pendanaan
dana bergulir dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pengajuan usulan pinjaman kelompok
b. Evaluasi singkat usulan pinjaman oleh UPK
c. Verifikasi oleh tim verifikasi
d. Keputusan pendanaan
5. Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Sahlan dan Ubaidullah (2019), pemberdayaan adalah
upaya atau serangkaian kegiatan untuk membantu masyarakat agar
mereka dapat menolong diri mereka sendiri, termasuk individu yang
mengalami masalah keterbelakangan dan kemiskinan. Tujuan
pemberdayaan masyarakat mengarah pada hasil yang ingin dicapai oleh
-
22
perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, dapat memecahkan
masalahnya sendiri sesuai dengan kemampuan sumber daya lokal yang
ada dalam masyarakat itu sendiri, serta masyarakat yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara fisik maupun sosial, seperti
rasa percaya diri, mempunyai mata pencaharian, mampu menyampaikan
aspirasi, serta masyarakat yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan
sosial dan mandiri dalam menjalankan tugas kehidupannya.
Menurut Sahlan dan Ubaidullah (2019), pemberdayaan dan
kemandirian yang dimaksud adalah memberi kesempatan kepada
masyarakatnya untuk menunjukkan ciri sebagai masyarakat yang
membangun. Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan
pertumbuhan dan pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa
dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk
pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan.
B. Tinjauan Empiris
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Penelitian Jenis Penelitian
Hasil Penelitian
1 Min Anwar Rasyid. Tahun 2017
Pengelolaan Dana Pnpm Mandiri Pedesaan Di Kelurahan Waru Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara (Studi Tentang Program Dana Bergulir
Deskriptif Kualitatif
Dari analisis data yang dilakukan menunjukan bahwa UPK Kecamatan Waru sudah mengelola program ini dengan baik sesuai dengan SOP dan PTO yang berlaku pada PNPM Mandiri pedesaan tersebut, serta dalam pelaksanaan program simpan pinjam untuk perempuan setiap pengambilan keputusan
-
23
No Nama Peneliti
Judul Penelitian Jenis Penelitian
Hasil Penelitian
Simpan Pinjam Untuk Perempuan SPP)
selalu dilakukan secara musyawarah dan mufakad.
2 Priyo Utomo,dan Anik Puji Prihatin. Vol 3 No 4 Tahun 2019
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Tentang Program Simpan Pinjam Perempuan di Desa Cagak Agung Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik)
Deskriptif Kualitatif
Hasil penelitian menunjukkan Tahapan Pengelolan kegiatan Program Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan salah satunya adalah melakukan sosialisai baik di desa maupun di antar dusun yang memiliki tujuan agar pelaku-pelaku di tingkat desa maupun di kecamatan memahami adanya program Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan salah satunya adalah program simpan pinjam perempuan supaya dimanfaatkan serta melakukan proses lanjutan. Sasaran dari pemanfaat program simpan pinjam perempuan efektif karena semua kelompok yang berjenis kelamin perempuan serta pengembalian pinjaman adalah 12 bulan.
3 Taufik Margi widodo, Wita Ramadhanti, dan Hijroh Rokhayati. Tahun 2017
Penerapan Dana Bergulir Kelompok Simpan Pinjam Perempuan Pada Pnpm-Mpd Di Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas
Komparatif berbasis mix method
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat pendapatan dan kesejahteraan, yang berarti terdapat perbedaan tingkat pendapatan dan kesejahteraan sebelum dan sesudah mengikuti program SPP.
4 Wayan Tamba. Vol 2 No 2 Tahun 2016
Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Deskriptif Kualitatif
hasil penelitian adalah dengan adanya SPP ini perekonomian masyarakat khususnya para anggota kelompok SPP di Dusun
-
24
No Nama Peneliti
Judul Penelitian Jenis Penelitian
Hasil Penelitian
Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat
Belencong menjadi meningkat. Terutama kaum ibu-ibu yang menjadi anggota SPP tersebut, mereka mengaku sangatlah terbantu dengan pinjaman tambahan modal dari SPP tersebut, dari usahanya yang akan mulai bangkrut bisa terbantu dengan pinjaman tambahan modal yang didapat dari SPP, sehingga usahanya bisa lancar kembali dan perekonomian keluarga bisa lebih sejahtera lagi. Hal ini dapat kita lihat dari terpenuhinya kebutuhan mendasar keluarga seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, pendidikan dan biaya kesehatan.
5 M Aidhil Sahlan, dan Ubaidullah. Vol 4 No 2 Tahun 2019
Pengaruh Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Pnpm) Mandiri Perdesaan Dalam Mengurangi Kemiskinan
Deskriptif Kualitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur dalam pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman. Jumlah dana yang disalurkan masing-masing kelompok adalah dana yangdiajukan oleh kepada PNPM-MP. Setelah pengajuan dana oleh kelompok kepada pihak PNPM-MP akan melakukan verifikasi ke kelompok selanjutnya apabila kelompok lulus verifikasi maka kelompok akan mendapatkan dana pinjaman yang telah mereka ajukan dan akan dikembalikan dengan cicilan. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan
-
25
No Nama Peneliti
Judul Penelitian Jenis Penelitian
Hasil Penelitian
PNPMMP di Gampong Lambunot adalah kinerja fasilitator rendah, peran fasilitator tidak Nampak dan fasilitator tidak mampu memberikan rangsangan, arahan, atau kritikan terhadap program yang terkait dengan pengentasan kemiskinan serta terjadinya kredit macet.
6 Riris Dewi Larasati Yudhanta Sambharakreshna.Vol 8 No 1 (2016)
Analisis Pengelolaan Dana Bergulir Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (Spp) Untuk Meminimalkan Kredit Macet Pada Pnpm Mandiri Perdesaan (Studi Kasus Pada Upk Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar)
Deskriptif Kuantitatif
Pemberian pinjaman dilakukan berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan yang berada di UPK (Unit Pengelola Kegiatan) Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar. Dengan adanya pemberian pinjaman seperti ini pihak UPK juga mengharapkan pengembalian pinjaman yang telah diberikan tersebut dengan bunga dan jangka waktu yang telah ditetapkan. Karena bagi UPK, pinjaman merupakan sumber utama penghasilan sekaligus sumber perputaran dana perguliran. Namun dalam prakteknya tidaklah semuanya dapat berjalan dengan lancar, hal ini terlihat dari persentase Non Performing Loan (NPL) pada UPK Kecamatan Binangun pada tahun 2012 sebesar 19%, pada tahun 2013 sebesar 54%, dan pada tahun 2014 sebesar 87%. Upaya penyelamatan kredit macet yang dilakukan UPK Kec. Binangun Kabupaten Blitar meliputi penjadwalan kembali (rescheduling), penataan kembali (restructuring), persyaratan kembali
-
26
No Nama Peneliti
Judul Penelitian Jenis Penelitian
Hasil Penelitian
(reconditioning), melakukan kompensasi/penyitaan jaminan, pemberian sanksi moral.
7 Wa Ode Rayyani , dan Ahmad Abbas. Vol 3 No 2 (2020)
Akuntabilitas Kinerja dalam Bingkai Tauhid Sosial: Suatu Refleksi Teologi Al Ma’Un
Kualitatif dengan menggunakan paradigm interpretif melalui pendekatan etnometodolgi.
Studi ini menemukan bahwa teologi Al Ma’un di Universitas Muhammadiyah Makassar dimaknai dalam bentuk penghambaan kepada Tuhan. Di universitas tersebut, produk-produknya adalah manifestasi akuntailitas kinerja sosial yang menyediakan nilai-nilai yang mencakup ukhuwah dan keikhlasan dalam menjalankan program kerja, profesionalisme, dan independensi.
8 Wa Ode Rayyani, Ahmad Abbas, dan Hannani. Vol 2 No 2 (2019)
Akuntabilitas Kinerja Terintegrasi Dengan Nilai Peradaban Islam: Kasus Universitas Muhammadiyah Makassar
Kualitatif dengan menggunakan paradigm spritual interpretif melalui pendekatan etnometodolgi.
Akuntabilitas itu tidak hanya terbatas pada lapaoran angka2 yang tertuang didalam laporan akuntabilitas, namun juga termasuk akhlak/perilaku yang ditunjukkan.
9 Tria Ratna Ningrum. (2018)
Analisis Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Pada Kelompok Spp (Simpan Pinjam Perempuan) Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul)
Kualitatif Hasil penelitian ini yakni pelaksanaan pinjaman dana bergulir pada kelompok SPP di Desa Sambirejo secara teknis tidak menerapkan sistem Ekonomi Islam namun terdapat kemiripan dengan asas dan prinsip Ekonomi Islam. Keuntungan bunga akan dibagikan kepada kelompok melalui IPTW seperti pembagian SHU pada koperasi. Kritik Ekonomi Islam tentang sistem bunga dalam analisis biaya produksi, sistem bunga hanya akan menaikkan kembali modal
-
27
No Nama Peneliti
Judul Penelitian Jenis Penelitian
Hasil Penelitian
awal tanpa adanya kenaikan pendapatan (revenue).
10 Maria Vianney Chinggih Widanarto, dan Ketut Sudibia. (2016)
Efektivitas Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (Spp) Pnpm Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung
Kualitatif Hasil analisis menunjukkan, bahwa tingkat efektivitas program SPP di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung sangat efektif serta dampak program terhadap pendapatan dan kesempatan kerja perempuan adalah positif dan signifikan pada alpha 5 persen. Disarankan agar jumlah bantuan yang diberikan lebih ditingkatkan, penggunaan bantuan lebih tepat guna dan pendampingan yang telah dilaksanakan ditingkatkan lagi sehingga program dapat berkelanjutan dalam meningkatkan pendapatan serta kesempatan kerja kaum perempuan.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, maka
kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pemerintah Kecamatan Tompobulu merupakan salah satu
kecamatan yang berada di Kabupaten Bantaeng, yang memiliki sebuah
program yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan yang berada di
kecamatan tersebut. DAPM atau eks PNPM Mandiri Perdesaan memilki
program yang memberdayakan perempuan yaitu program Simpan Pinjam
khusus Perempuan (SPP). Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa faktor
-
28
yang dapat mempengaruhi pelaksanaan program SPP ini baik faktor
pendukung ataupun faktor penghambat.
Gambar 2. 1 Kerangka Pikir
UPK Dana Amanah Pemberdayaan
Masyarakat (DAPM) Kec Tompobulu
Kabupaten Bantaeng
Program Simpan Pinjam untuk
Perempuan (SPP)
Faktor Penghambat :
1. Tidak tepat waktu
dalam
pengembalian dana
2. Terjadinya
tunggakan dalam
kelompok
Faktor Pendukung :
1. Tepat waktu dalam
pengembalian dana
SPP
2. Tepat jumlah
pinjaman kelompok
Akuntabilitas
-
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalahjenis
penelitian deksriptif kualitatif.Dimana data yang dikumpulkan kemudian
dianalisis dengan uraian yang lebih luas untuk mengungkap pendapat
anggota UPK DAPM dan masyarakat yang tergabung dalam kelompok SPP.
Dengan jenis penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan atau
mendeskripsikan rumusan masalah dalam penelitian ini.Menurut Sujarweni
(2015:74), penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara objektif. Pada penelitian ini mendeskripsikan mengenai
Akuntabilitas Program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) Pada UPK
DAPM Kabupaten Bantaeng.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah 5 kelompok
simpan pinjam perempuan yaitu kelompok usaha sejahtera, kelompok
berkah, kelompok sipakainga’, kelompok maju bersama, dan kelompok kopi
panjang.
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini memfokuskan masalah terlebih dahulu agar tidak
terjadi permasalahan yang nantinya tidak sesuai dengan penelitian. Maka
-
30
penulis memfokuskan untuk meneliti mengenai Akuntabilitas Program
Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) pada UPK DAPM.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian sangatlah penting untuk mempertanggung
jawabkan data yang diambil. Lokasi penelitian ini adalah Unit Pengelola
Keuangan (UPK) Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM)
Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng yang terletak di Jl. Pendidikan
Banyorang.Waktu yang digunakan dalam penelitian adalah selama 2 bulan
yaitu bulan Juni dan Juli pada tahun 2020.
E. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah pengurus UPK DAPM
Kecamatan Tompobulu sebanyak 3 orang yang dipercaya dapat
memberikan informasi yang akurat tentang program simpan pinjam untuk
perempuan, serta masyarakat atau pemanfaat yang tergabung dalam
program SPP itu sendiri sebanyak 3 orang. Berikut deskripsi keenam
informan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Informan Penelitan
No
Nama Jabatan
1 Lukman HR Ketua UPK DAPM/Pengelola
2 Naswar, S.Pd Sekretaris UPK DAPM/Pengelola
3 Ibu Kasma Indah, S.Pd Bendahara UPK DAPM/Pengelola
4 Ibu Kartini Ketua Kelompok Usaha Sejahtera/user SPP
5 Ibu Sri Wahyuni Ketua Kelompok Berkah/user SPP
6 Ibu Rampe Ketua Kelompok Sipakainga'/user SPP
-
31
F. Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder, yaitu sebagai berikut :
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung yang bersumber
dari lapangan penelitian melalui observasi dan wawancara.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari objek
penelitian tetapi dari sumber lain seperti menyalin atau mengutip dalam
bentuk yang sudah jadi, atau biasa data sekunder ini adalah melihat jurnal
atau referensi buku bacaan. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Laporan Perkembangan Pinjaman (LPP) (data SPP,
2019).
G. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu peneliti akan mengamati secara langsung bagaimana
faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pengelolaan dana
simpan pinjam untuk perempuan. Kemudian bagaimana
akuntabilitasprogram Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP).
b. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang diperoleh peneliti dengan cara
bertatap muka dan berdialog secara langsung dengan informan dalam hal
ini adalah karyawan UPK DAPM Kecamatan Tompobulu. Wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terarah (guided
interview) dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara.
-
32
c. Dokumentasi, yaitu bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya dari
seseorang. Dokumentasi adalah mengambil data berupa dokumen-
dokumen yang berkaitan langsung dengan penelitian.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data agar penelitian yang dilakukan menjadi
sistematis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan instrumen
penelitianberupa pedoman wawancara. Wawancara digunakan untuk
menggali data secara lisan dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada informan mengenai AkuntabilitasProgram Simpan Pinjam untuk
Perempuan (SPP). Dalam penelitian ini juga menggunakan media seperti alat
perekam dan kamera yang digunakan untuk mengambil gambar pada saat
penelitian.
I. Metode Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deksriptif kualitatif kemudian dianalisis dengan uraian yang lebih luas
sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai Akuntabiliras program Simpan
Pinjam untuk Perempuan (SPP). Kegiatan analisis data dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus. Beberapa langkah teknik
analisis data yaitu:
a. Pengumpulan data, merupakan proses mengumpulkan data baik data
yang diperoleh dilapangan, data dari hasil wawancara yang dilakukan
dengan informan, maupun data yang diperoleh dari hasil dokumentasi,
kemudian data tersebut dicatat oleh peneliti.
-
33
b. Reduksi data, dalam hal ini peneliti menyederhanakan data yang
diperoleh dari lapangan secara terus menerus selama penelitian
berlangsung.
c. Klasifikasi data, dalam hal ini peneliti mengklasifikasikan data yang
diperoleh berdasarkan kelompok.
d. Penyajian data, dalam hal ini data yang diperoleh dikategorisasikan
menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga
memudahkan peneliti dalam menarik suatu kesimpulan.
e. Penarikan kesimpulan,data yang telah dihimpun kemudian ditelaah oleh
peneliti. Hasilnya akan dibandingkan dengan teori yang telah
dikemukakan pada kajian teori. Selanjutnya berdasarkan hasil
perbandingan antara data yang diperoleh dari lapangan dengan kajian
teori ditarik suatu kesimpulan tentang akuntabilitas program simpan untuk
perempuan pada Unit Pengelola Keuangan Dana Amanah
Pemberdayaan Masyarakat (UPK DAPM).
-
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah UPK DAPM
Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng, merupakan salah
satu kecamatan yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yang terdiri dari
10 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk 25.264 jiwa, 55.731 KK,
sebanyak 1. 870 KK dikategorikan keluarga miskin. Mata pencaharian
masyarakatnya adalah mayoritas petani, dan potensi sumber daya alam
yang potensial adalah pertanian dan perkebunan, dengan produk
unggulannya adalah kakao (coklat) dan cengkeh.
Kecamatan ini terletak diarah utara ibu kota kabupaten dan
sebelah selatan dari arah ibu kota provinsi Sulawesi selatan (Sub Region
Selatan-selatan) dapat dijangkau dengan jalan dari ibu kota provinsi
selama kurang lebih 3 jam. Adapun secara geografis Kecamatan
Tompobulu yang terletak di Kelurahan Banyorang berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba dan
Kecamatan Eremerasa.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gantarangkeke dan
Kecamatan Bantaeng.
-
35
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Eremerasa dan
Kecamatan Bantaeng.
Kecamatan ini telah berpartisipasi dalam PPK sejak tahun 2003
yang kemudian berubah nama menjadi PNPM Mandiri tapi setelah PNPM
Mandiri pash out tahun 2015 berubah nama menjadi UPK DAPM (Unit
Pengelola Keuangan Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat). UPK ini
mengelola program yang ditinggalkan PNPM Mandiri yaitu program
Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP).
Pengurus Unit Pengelola Keuangan (UPK) kecamatan
Tompobulu dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibentuk sejak
adanya Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan sekarang
menjadi UPK DAPM (Unit Pengelola Keuangan Dana Amanah
Pemberdayaan Masyarakat), yang terdiri dari beberapa unsur yaitu
BKAD, BP-UPK, dan UPK itu sendiri.
a. Visi dan Misi UPK DAPM
Adapun visi misi UPK DAPM Kecamatan Tompobulu Kabupaten
Bantaeng sebagai berikut :
1. Visi
Terwujudnya kelembagaan UPK Micro yang mandiri dan professional
melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat.
2. Misi
a. Meningkatkan potensi kelompok melalui penguatan kelembagaan
b. Meningkatkan usaha perekonomian masyarakat melalui
pelayanan simpan pinjam.
-
36
c. Menjadi mitra usaha kelompok perempuan dan kelompok usaha
ekonomi produktif.
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam pembagian tugas dan wewenang pekerjaan untuk kelancaran dan
keberhasilan dalam menjalankan lembaga. Pimpinan dan karyawan
diharuskan untuk mengetahui dengan jelas tugas dan tanggung jawab
sepenuhnya atas pekerjaan tersebut. Adapun struktur organisasi Unit
Pengelola Keuangan (UPK) DAPM di Kecamatan Tompobulu sebagai
berikut :
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi UPK DAPM
c. Tugas Pokok dan Fungsi Pengurus UPK DAPM
Tugas pokok dan fungsi pengurus UPK DAPM Kecamatan
Tompobulu adalah sebagai berikut :
Ketua
Lukman HR
Sekretaris
Naswar, S.Pd
Bendahara
Kasma Indah, S.Pd
-
37
a. Tugas pokok UPK DAPM
1. Melakukan sosialisasi program Simpan Pinjam untuk Perempuan
(SPP).
2. Melakukan pembinaan kelompok/TPK (penguatan pengurus
kelompok/TPK, pembinaan administrasi).
3. Melakukan penagihan pengembalian SPP sesuai rencana.
4. Melakukan pembinaan/penyehatan pinjaman apabila terjadi
tunggakan/kelompok bermasalah).
5. Pengendalian organisasi.
6. Sebagai Unit Pengelola Keuangan (UPK) tingkat kecamatan.
7. Mempertanggungjawabkan kegiatan dan keuangan dalam forum
BKAD.
b. Fungsi UPK DAPM
1. Memperkokoh hubungan kemitraan UPK dan kelompok dengan
prinsip saling membutuhkan, saling membantu dan saling
menguntungkan.
2. Memantapkan kinerja UPK dengan melakukan penataan organisasi,
administrasi dan peningkatan pelayanan kepada kelompok
pemanfaat.
3. Melakukan pembinaan kepada kelompok/pemanfaat secara berkala
terutama penguatan modal kelompok SPP dalam bentuk simpanan
kelompok dan pembiayaan sumber lain.
4. Memantapkan jaringan antara kelompok dengan menjadikan UPK
sebagai sumber informasi, pertemuan rutin antar kelompok dan
-
38
menciptakan ekosistem kegiatan kelompok yang berazaskan gotong
royong.
5. Melakukan kerjasama antara UPK, pemerintah dan lembaga swasta
dalam hal penguatan kelembagaan, pembinaan dan permodalan.
6. Melakukan pelatihan peningkatan kapasitas pengurus kelompok.
7. Membangun kerjasama dengan pemerintah dalam bentuk dukungan
dana dan dukungan teknis.
B. Hasil Penelitian
Program Simpan Pinjam untuk Perempuan merupakan salah
satu program peninggalan dari program PNPM adalah suatu program
khusus untuk perempuan berupa dana bergulir yang diberikan untuk
usaha peningkatan kesejahteraan kaum perempuan melalui kelompok
simpan pinjam untuk perempuan. Kelompok SPP ini adalah kelompok
ibu-ibu yang menjalankan usaha untuk meningkatkan pendapatan dan
mewujudkan keluarga sejahtera. Program SPP dalam bentuk
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan observasi terhadap
pengurus UPK dan masyarakat yang tergabung dalam program SPP,
sejak bulan Juni sampai Juli 2020.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik wawancara semi terstruktur (bersifat terbuka dan tidak fokus hanya
ke pertanyaan). Selama proses observasi atau wawancara berlangsung,
peneliti dapat mengklasifikasikan mengenai akuntabilitas program SPP
-
39
yang diuraikan dalam beberapa kelompok, yaitu manfaat program SPP
bagi masyarakat, penyebab terjadinya pinjaman bermasalah/kredit
macet, pengelolaan pinjaman bermasalah pada dana bergulir simpan
pinjam untuk perempuan, dan faktor penghambat dan faktor pendukung
program SPP.
1. Manfaat Penggunaan Dana Bergulir
Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) merupakan kegiatan
pemberian dana bergulir untuk kelompok perempuan dalam
mengembangkan usaha mikro dengan memberikan akses permodalan
yang dibutuhkan oleh pengusaha mikro dan golongan ekonomi lemah
secara luas dan murah.
Kehadiran SPP di Kecamatan Tompobulu, kemampuan
masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki diharapkan
dapat meningkat sehingga berpengaruh terhadap peningkatan taraf hidup
masyarakat. Dengan dilanjutkannya program SPP sebagai program
peninggalan dari PNPM Mandiri yaitu SPP sebagai bentuk partisipasi
kaum perempuan untuk mengelola simpan pinjam dalam kelompok.
Untuk mengetahui manfaat yang dirasakan masyarakat selama
bergabung dalam program SPP dapat dilihat dari hasil wawancara
Kartini.
“Kalau saya manfaatnya itu saya rasakan sekali. Saya dulu mulai dari 0 dengan program ini saya pinjam uang dari UPK terus saya beli petak tempat jualan di pasar masih harga 350.000 dulu. Dulu itu maksimal 1 sampai 2 juta perorang yang bisa dipinjam dan Alhamdulillah sekarang anak saya sudah sarjana dan itu titisannya dari program ini sampai sekarang juga saya sudah punya kios di pasar sekarang juga saya sudah
-
40
biasa meminjam di UPK sampai 10 juta karena harga rokok naik dan saya bayar selama 1 tahun”.
Gambar 4. 2 Wawancara dengan Ibu Kartini
Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut
dapat disimpulkan bahwa manfaat yang dirasakan selama bergabung
adalah meningkatnya pendapatan, yang sebelumnya tidak memiliki
kios/tempat jualan dipasar selama bergabung sudah bisa memiliki kios
dipasar untuk tempat jualan.
Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkaituntuk mengetahui
manfaat yang dirasakan masyarakat selama bergabung dalam program
SPP dapat dilihat dari hasil wawancara Sriwahyuni.
“Kalau manfaatnya itu saya rasakan sekali dengan bantuan modal dari UPK saya bisa menambah barang-barang jualan saya yang sebelum saya bergabung itu hanya sedikit barang yang saya jual”.
Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut
dapat disimpulkan bahwa dengan adanya bantuan modal dari UPK
berupa dana bergulir maka anggota kelompok yang menjalankan
usahanya dapat menambah jumlah barang dagangannya.
-
41
Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui
manfaat yang dirasakan masyarakat selama bergabung dalam program
SPP dapat dilihat dari hasil wawancara Rampe.
“Usaha saya itukan jual barang campuran, selama saya gabung itu yang sebelumnya saya tidak punya kios di pasar itu semenjak gabung saya sudah punya kios dipasar untuk jualan, itu berkat bantuan modal dari UPK terus saya juga bisa menambah barang-barang jualan saya di kios di pasar sama barang-barang jualan di rumah”.
Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut
dapat disimpulkan bahwa manfaat yang dirasakan dengan adanya
program SPP adalah sudah mempunyai tempat jualan sendiri di pasar
dan dapat menambah jumlah barang dagangannya.
Program SPP saat ini membawa dampak positif bagi masyarakat
yang bergabung dengan program ini. Sejak adanya bantuan modal usaha
dari UPK DAPM pendapatan ekonomi masyarakat meningkat. Padahal,
sebelum adanya bantuan modal usaha dari UPK DAPM atau sebelum
adanya program SPP pendapatan masyarakat relative rendah. Setelah
masyarakat bergabung dengan program SPP ini, masyarakat mampu
meningkatkan pendapatan ekonominya dibuktikan dengan sudah memiliki
tempat jualan di pasar dan dapat menambah jumlah barang
dagangannya,
2. Penyebab Terjadinya Pinjaman Bermasalah/Kredit Macet
Adanya pengelolaan dana bergulir yang optimal pada program
SPP maka dapat menekan jumlah kredit macet. Jika kondisi UPK berada
dalam kondisi yang baik maka program SPP ini akan berjalan lancar.
Namun, jika sebaliknya kondisi UPK berada dalam kondisi yang kurang
-
42
bagus maka kegiatan program SPP akan mengalami penurunan. Oleh
karena itu, analisis pengelolaan dana sangat diperlukan untuk menekan
jumlah kredit macet dalam perusahaan.
Untuk mengetahui penyebab terjadinya pinjaman
bermasalah/kredit macet dapat dilihat dari hasil wawancara Lukman HR.
“Untuk penyebab terjadinya kredit macet itu paling umum karena pendapatan ekonominya menurun, dalam menjalankan usahanya itu mengalami kerugian, adanya bencana alam yang menimpa si anggota ini jadi sebab
terjadinya kredit macet”.
Gambar 4. 3 Wawancara dengan Pak Lukman HR.
Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut
dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya pinjaman
bermasalah/kredit macet adalah pendapatan ekonomi anggota kelompok
menurun, mengalami kerugian dalam usahanya, dan adanya bencana
alam.
Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui
penyebab terjadinya pinjaman bermasalah/kredit macet dapat dilihat dari
hasil wawancara Naswar, S.Pd.
-
43
“Penyebab tunggakan itu yang pertama pendapatan anggota kelompok menurun, terus yang kedua usahanya macet, yang ketiga gagal panen kopi misalnya kan itu juga jadi penyebab anggota kelompok menunggak. Tapi yang menunggak ini biasanya tidak sampai 5 bulan menunggak paling. Misalnya si A yah menunggak karena gagal panen kopi padahal sebelumnya itu dia bayar tepat waktu tapi karena pendapatannya menurun jadinya dia menunggak, dan tetap dia menunggak meskipun itu hanya 1 bulan tapi terserah dari dia yang mau bayar kapan apa pertengahan tahun atau akhir tahun
yang jelas dia bayar”.
Dari hasil wawancara yang diungkapkan informan tersebut dapat
disimpulan bahwa penyebab terjadinya kredit macet adalah pendapatan
ekonomi anggota kelompok menurun, usaha yang dijalankan macet,
terjadinya gagal panen.
Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui
penyebab terjadinya pinjaman bermasalah/kredit macet dapat dilihat dari
hasil wawancara Kasma Indah, S.Pd.
“Kalau penyebab tunggakan itu sebenarnya sama dengan yang dikatakan Pak Lukman sama Pak Naswar, kebanyakan karena usahanya macet terus pendapatannya menurun jadinya dia tidak bisa bayar tunggakannya tepat
waktu”.
Gambar 4. 4 Wawancara dengan Ibu Kasma Indah, S.Pd
-
44
Dari hasil yang diungkapkan informan tersebut dapat disimpulkan
bahwa penyebab tunggakan sama dengan jawaban yang diungkapkan
informan sebelumnya adalah usaha macet yang menyebabkan
pendapatan menurun sehingga menyebabkan anggota menunggak.
Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui
penyebab terjadinya pinjaman bermasalah/kredit macet dapat dilihat dari
hasil wawancara Kartini.
“Usahanya itu seperti jual barang campuran, bengkel, dan lain-lain. Penyebab tunggakannya itu misalnya yang usahanya usaha motor dia terlalu banyak kasi cicil motornya ke orang terus orang itu lambat dia bayar cicilannya dan itu yang jadi penyebab terhambatnya pembayaran karena terhambat di orang lain. Kalau keringanan itu ya tidak dikenakan hukuman apa-apa dari UPK dan saya hanya bertanggung jawab untuk menagih dan kepercayaan yang nomor 1”.
Dari hasil wawancara yang diungkapkan informan tersebut
adalah usaha yang dijalankan anggota kelompok adalah salah satunya
usaha motor, usahanya macet disebabkan karena terlalu banyak
memberikan cicilan kepada pelanggan dan pelanggan tersebut
menunggak dalam pembayaran angsuran cicilan motornya sehingga
anggota kelompok yang memiliki usaha motor ini pendapatannya
menurun sehingga menyebabkan anggota kelompok ini menunggak
dalam pembayaran angsurannya perbulan.
Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui
penyebab terjadinya pinjaman bermasalah/kredit macet dapat dilihat dari
hasil wawancara Sri Wahyuni.
“Usaha saya itu kan jual pakaian terus saya rugi karena kurang yang beli dan ada juga beberapa pelanggan yang pinjam tapi belum dia bayar jadi pas ada anggota yang bayar ke saya,
-
45
saya pikir uangnya ini saya gunakan dulu untuk kepentingan pribadi dan usaha saya terus saya pikir juga kalau saya bisa bayar sebelum jatuh tempo tapi ternyata pas jatuh tempo saya belum bisa bayar tunggakan ini”.
Dari hasil wawancara yang diungkapkan informan tersebut dapat
disimpulkan bahwa ketua kelompok yang menunggak atau
menyelewengkan dana tersebut menggunakan dana tersebut untuk
memenuhi kepentingan usaha dan kepentingan pribadinya.
Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui
penyebab terjadinya pinjaman bermasalah/kredit macet dapat dilihat dari
hasil wawancara Rampe.
“Penyebab anggota kelompok menunggak itu karena yang pertama gagal panen terus yang punya usaha jual barang campuran itu kan harga barang sekarang pada naik yah kayak rokok mahal sekarang, mahal yang mau dibeli sedangkan yang mau dijual murah nah dari situlah penyebabnya gagal panen terus usahanya macet karena harga barang naik jadinya menunggak”.
Dari hasil wawancara yang diungkapkan informan tersebut dapat
disimpulkan bahwa penyebab anggota menunggak adalah gagal panen,
usaha macet dikarenakan harga barang dagangan seperti rokok
mengalami kenaikan menjadi penyebab utama terjadinya
tunggakan/kredit macet.
3. Pengelolaan Pinjaman Bermasalah Pada Dana Bergulir Simpan
Pinjam Untuk Perempuan
Kelompok sebagai aset yang penting bagi UPK (Unit Pengelola
Keuangan) dalam program simpan pinjam untuk perempuan maka arahan
dan pendampingan kelompok sangat diperlukan agar kelompok benar-
-
46
benar menjadi media bagi atau alat dalam memberdayakan masyarakat,
sehingga masyarakat dapat memperoleh manfaat dan kesejahteraan dari
keberadaan kelompok ini. Kelompok sebagai aset UPK artinya kelompok-
kelompok yang menjadi partner UPK yang memiliki organisasi yang sehat
maka akan berpengaruh pada kesehatan UPK juga. Pinjaman
bermasalah disebabkan oleh berbagai sumber masalah dan diperlukan
penanganan yang sesuai. Penyelesaian pinjaman bermasalah pada saat
ini mengandalkan waktu pada penagihan dan membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Tujuan pengelolaan pinjaman bermasalah sebagai berikut :
1. Melestarikan dan mengembangkan dana bergulir agar tetap
memberikan manfaat kepada masyarakat miskin yang membutuhkan
permodalan untuk usaha.
2. Menguatkan kelembagaan UPK dalam pengelolaan pinjaman yang
akuntabilitas sehingga UPK diharapkan menjadi lembaga yang
dipercayai oleh berbagai pihak.
3. UPK mempunyai pola pengelolaan pinjaman bermasalah yang telah
disepakati dan diketahui oleh berbagai pihak, transparan kepada
masyarakat, pola penyelesaian sesuai dengan permasalahan, dan
memberikan rasa keadilan.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa dana yang tertanam
pada pinjaman bermasalah merupakan hak masyarakat sehingga jika
terjadi tunggakan maka akan menjadi tanggung jawab masyarakat
secara keseluruhan.
Adapun prosedur permohonan pinjaman perguliran sebagai berikut :
-
47
1. Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan anggota
kelompok yang menjadi pemanfaat pinjaman pergulilran dengan bukti
daftar hadir dan berita acara pertemuan.
2. Bila disetujui oleh pengurus kelompok, maka pengurus kelompok
merekap pengajuan pinjaman anggota, selanjutnya menulis proposal
pinjaman kelompok diserta dengan persyaratan yang dibutuhkan:
2.1 Foto copy KTP calon peminjam.
2.2 Foto copy kartu keluarga.
2.3 Surat persetujuan suami/penjamin.
2.4 Berita acara musyawarah kelompok.
2.5 Pernyataan kesediaan tanggung renteng.
2.6 Surat pernyataan pinjam dan kesanggupan pengembalian.
2.7 Surat permohonan kredit yang diketahui oleh kepala desa.
Setelah lengkap selanjutnya pengurus kelompok menyerahkan
proposal langsung kepada UPK.
3. Proposal pinjaman perguliran ditunjukan pada UPK DAPM
4. Bagi anggota peminjam baru nilai pinjaman maksimal Rp 5.000.000
dan bagi peminjam baru maksimal Rp 10.000.000.
5. Untuk kelompok penyalur pinjaman (chanelling) batas usulan
pinjaman per-anggota kelompok maksimal Rp 10.000.000.
Untuk mengetahui bagaimana penanganan dalam pinjaman
bermasalah/kredit macetdana bergulir program simpan pinjam untuk
perempuan dapat dilihat dari hasil wawancara Lukman HR.
“Yang kita lakukan itu pertama tim verifikasi melakukan verifikasi secara intens ke kelompok dan anggota kelompok dan ini biasanya dilakukan seminggu sebelum pencairan dana.
-
48
Terus yang kedua kita UPK melakukan kunjungan secara rutin ke kelompok. kemudian UPK melakukan pembinaan ke kelompok secara rutin dan berkelanjutan. Selain itu kita juga melakukan kegiatan administrasi dengan cara mencatat dibuku kas, tercatat di aplikasi SI UPK ONLINE, membuat surat pernyataan kepada kelompok untuk segera melunasi kredit macetnya, dan yang terakhir itu kegiatan penanganan kredit bermasalah tercatat dalam buku kegiatan agenda UPK”.
Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut
dapat disimpulkan bahwa tim verifikasi bersama UPK melakukan
kunjungan dan pembinaan ke kelompok secara rutin dan berkelanjutan
serta melakukan kegiatan administrasi untuk meminimalisir terjadinya
kredit macet.
Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui
bagaimana penanganan dalam pinjaman bermasalah/kredit macet
danabergulir program simpan pinjam untuk perempuan dapat dilihat dari
hasil wawancara Naswar, S.Pd.
“Ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu melakukan pendekatan secara persuasive ke ketua kelompok yang bersangkutan. Ada beberapa hal yang ditawarkan yang pertama itu ditanyakan kenapa kau berniat melakukan penyelewengan. Jadi untuk mengantisipasi hal itu kita ada beberapa alternative yang ditawarkan yang pertama merescheduling kembali pinjamannya artinya dijadwal ulang kembali kalau misalnya 5.000.000 berarti kita tinggal melakukan kesepakatan 5.000.000 ini mau dia bayar berapa bulan kalau misalnya 12 bulan dia mau rescheduling berarti 5.000.000 ini harus dibagi 12. Yang kedua menanyakan langsung kapan kau bayar sekian dan kalau misalnya langkah-langkah persuasif langkah-langkah kekeluargaan sudah kita tempuh dan tidak ada juga solusi ya ujung-ujungnya pasti keranah hukum, tapi sebelum kesana kita pasti lakukan langkah-langkah persuasif dulu karena inikan UPK adalah pemberdayaan tidak boleh langsung eksekusi masyarakat. Tapi ada dulu yang pernah kita lakukan berurusan sama kepolisian, kejaksaan, ada yang pernah terjadi pada tahun 2014”.
-
49
Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut
dapat disimpulkan bahwa ada berapa hal yang harus diperhatikan kepada
ketua kelompok yang bersangkutan, yaitu merescheduling kembali atau
menjadwalkan ulang kembali berapa bulan tunggakan tersebut harus
dibayar. Kemudian menanyakan secara langsung kepada anggota
kelompok yang menunggak kapan tunggakannya harus dibayar. Jika
langkah-langkah persuasive telah dilakukan tetapi tidak menemukan
solusi maka jalur hukum yang akan ditempuh.
Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui
bagaimana penanganan dalam pinjaman bermasalah/kredit macet dana
bergulir program simpan pinjam untuk perempuan dapat dilihat dari hasil
wawancara Kasma Indah, S.Pd.
“Seperti yang disebutkan tadi samaPak Naswar yah kita melakukan langkah-langkah persuasive dulu. Kalau saya kan bendahara menagih terus ke ketua kelompok melalui telpon sama sms tapi kita lihat kondisi dulu kalau pendapatani ekonomi anggota yang menunggak itu menurun maka kita UPK akan pahami tapi kalau sebaliknya pendapatan ekonominya itu baik maka kita kenakan bunga sebesar 0,5% dari pokok pinjaman.Terus kita UPK sama tim penyehatan pinjaman melakukan musyawarah tingkat kecamatan bersama BKAD, BP-UPK, tim verifikasi dan TPP untuk bahas tindakan apa yang akan kita ambil serta penanganannya terhadap kelompok yang bermasalah ini. Intinya kita disini selidiki juga apa sebabnya dia menunggak terus kita sepakati berapa bulan dia harus bayar itu tunggakan terus kita buatkan laporan namanya itu laporan koletibilitas untuk digolongkan sebagai kelompok yang
pinjamannya bermasalah.”.
Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut
dapat disimpulkan bahwa UPK terlebih dahulu melakukan langkah-
langkah persuasive dengan cara melakukan kesepakatan dengan
anggota kelompok yang menunggak untuk pembayaran tunggakannya,
-
50
menagih kepada ketua kelompok melalui via telepon dan sms dengan
melihat kondisi perekonomian anggota yang menunggak, melakukan
musyawarah bersama BKAD, BP-UPK, tim verifikasi, UPK, dan tim
penyehatan pinjaman untuk pengambilan tindakan dan penanganan
terhadap anggota kelompok yang menunggak kemudian dibuatkan
laporan kolektibilitas untuk digolongkan sebagai kelompok yang
pinjamannya bermasalah.
Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui
bagaimana penanganan dalam pinjaman bermasalah/kredit macet dana
bergulir program simpan pinjam untuk perempuan dapat dilihat dari hasil
wawancara Kartini.
“Saya selidiki dulu apa sebab dia menunggak terus saya sedikit kasih ancaman dengan mengatakan kalau uang ini uang pemerintah bukan uang saya ada hukum yang berlaku kalau tidak dibayar. Tapi tidak pernah ada kejadian sepanjang saya menagih bahkan ya sempat ada yang ke Malaysia cari uang tetap kita tagih melalui telepon meskipun dia lagi di Malaysia”.
Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut
dapat disimpulkan bahwa dalam penanganan kredit bermasalah ketua
kelompok terlebih dahulu menyelidiki penyebab tunggakan teta