akuntabilitas program simpan pinjam untuk … · 2020. 11. 20. · universitas muhammadiyah...

87
AKUNTABILITAS PROGRAM SIMPAN PINJAM UNTUK PEREMPUAN PADA UNIT PENGELOLA KEUANGAN DANA AMANAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (UPK DAPM) DI KABUPATEN BANTAENG SKRIPSI Oleh MUSPIRA NIM 105731111116 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • AKUNTABILITAS PROGRAM SIMPAN PINJAM UNTUK

    PEREMPUAN PADA UNIT PENGELOLA KEUANGAN DANA AMANAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    (UPK DAPM) DI KABUPATEN BANTAENG

    SKRIPSI

    Oleh

    MUSPIRA

    NIM 105731111116

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • ii

    AKUNTABILITAS PROGRAM SIMPAN PINJAM UNTUK

    PEREMPUAN PADA UNIT PENGELOLA KEUANGAN DANA AMANAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    (UPK DAPM) DI KABUPATEN BANTAENG

    SKRIPSI

    Oleh

    MUSPIRA

    NIM 105731111116

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Menyelesaikan

    Studi Pada Program Studi Strata 1 Akuntansi

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • iii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto

    “Saat kita memperbaiki hubungan dengan Allah, niscaya Allah akan

    memperbaiki segala sesuatu untuk kita”

    Persembahan

    Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada :

    1. Kepada Ayah dan Ibu tercinta, Amiruddin dan Nasrah yang tak

    hentihentinya mendoakan kebaikan dalam setiap perjalanan hidupku,

    terima kasih atas kasih sayang yang tiada henti dan pengorbanan yang

    telah ayah dan ibu lakukan, terima kasih atas kepercayaan yang diberikan

    untukku. Karya ini kupersembahkan untuk ayah dan ibu tercinta sebagai

    ungkapan terima kasihku yang sedalam-dalamnya.

    2. Kepada kerabat dan sahabat yang senantiasa memberi semangat dalam

    penulisan skripsi ini.

    3. Serta kepada Almamater UNISMUH MAKASSAR.

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan ke

    hadirat Allah SWT atas atas berkat dan rahmatnya. Shalawat dan salam tak lupa

    penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga,

    sahabat dan para pengikutnya. Berupa nikmat tiada ternilai manakala penulisan

    skripsi yang berjudul “Akuntabilitas Program Simpan Pinjam Untuk Perempuan

    Pada Unit Pengelola Keuangan Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (UPK

    DAPM) Di Kabupaten Bantaeng”.

    Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

    menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami banyak kesulitan dan

    hambatan, akan tetapi bantuan dari orang tua dan bimbingan dari berbagai

    pihak, baik itu berupa material, doa, tenaga, informasi dan waktu hingga penulis

    dapat mengatasi itu semua. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,

    perkenankan penulis sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak

    terhingga kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah

    Makassar.

    2. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

  • viii

    3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP., selaku Ketua Program

    Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

    4. Bapak Dr. Agus Salim HR, SE.,MM., selaku Pembimbing I yang senantiasa

    meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

    skripsi selesai dengan baik.

    5. Ibu Waode Rayyani, SE.,M.Si.Ak.CA, selaku Pembimbing II yang telah

    berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

    6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    7. Seluruh karyawan UPK DAPM Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng

    yang telah memberikan kesempatan, waktu dan tempat untuk melakukan

    penelitian sehingga penyusunan skripsi ini dapat saya selesaikan dengan

    baik.

    8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnin Program Studi

    Akuntansi Angkatan 2016 terutama AK 16 C yang selalu belajar bersama

    yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

    9. Terima kasih buat teman seperjuangan (Irma, Qalbi, Riska, Devi, Risna, dan

    Dina) serta semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah

    memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya sehingga

    penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

    10. Segenap Staf Dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih

    sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya

  • ix

    para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan

    kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

    Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

    semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

    Makassar, Oktober 2020

    Penulis

  • x

    ABSTRAK

    Muspira, tahun 2020, Akuntabilitas Program Simpan Pinjam Untuk Perempuan Pada UPK DAPM Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng, Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Agus Salim HR, dan Pembimbing II

    Waode Rayyani.

    Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) merupakan upaya penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Melalui program DAPM ditentukan kembali alur upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan kelompok masyarakat yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akuntabilitas program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) pada UPK DAPM Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk pengelolaan pinjaman bermasalah dilakukan secara bertahap sesuai dengan prosedur yang berlaku di UPK DAPM. Faktor penghambat program SPP adalah adanya tunggakan yang dilakukan oleh anggota kelompok dan penyelewengan dana yang dilakukan oleh ketua kelompok. sedangkan, untuk faktor pendukungnya UPK DAPM telah menggunakan aplikasi SI UPK ONLINE, adanya tim verifikasi, adanya kerjasama tim dengan BKAD, BP-UPK, tim verifikasi, UPK, dan tim penyehatan pinjaman.

    Kata Kunci :Akuntabilitas, Dana Bergulir, Simpan Pinjam untuk Perempuan

  • xi

    ABSTRACK

    Muspira, the year 2020, the accountability Program to save loans for women in

    UPK DAPM district of Tompobulu District Bantaeng, thesis accounting study

    Program, Faculty of Economics and Business University of Muhammadiyah

    Makassar. Guided by Supervisor I Agus Salim HR, and mentor II Waode

    Rayyani.

    The Community Empowerment Trust Fund (DAPM) is a poverty

    alleviation effort based on community empowerment. The DAPM program is

    redefined as a pipeline of poverty alleviation involving community groups that

    start from the planning, implementation, and evaluation stages. This research

    aims to find out the accountability of the Save borrow for Women (SPP) program

    at the UPK DAPM of Tompobulu District in Bantaeng Regency. The type of

    research used in this study is a type of qualitative descriptive research with the

    technique of data collection through interviews and documentation.

    The results showed that for the management of problematic loans was

    carried out gradually in accordance with the prevailing procedures at UPK DAPM.

    The SPP program is a arrears performed by group members and the

    misappropriation of funds by the group leader. Whereas, for the supporting

    factors UPK DAPM has been using the application SI UPK ONLINE, there is a

    verification team, there is teamwork with BKAD, BP-UPK, verification team, UPK,

    and the loan dissemination team.

    Keywords: Accountability, revolving fund, Save Loans for Women

  • xii

    DAFTAR ISI

    SAMPUL .............................................................................................................. i

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii

    HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................... iii

    HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................... iv

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. v

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................... vi

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

    ABSTRAK ........................................................................................................... x

    ABSTRACK ....................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

    A. Tinjauan Teori ........................................................................................ 5

    1. Akuntabilitas .......................................................................................... 5

    2. Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat.......................................... 13

    3. Program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) ............................... 18

    4. Pengelolaan Dana Bergulir .................................................................. 19

    5. Pemberdayaan Masyarakat ................................................................. 21

    B. Tinjauan Empiris .................................................................................. 22

    C. Kerangka Pikir ...................................................................................... 27

    BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 29

    A. Jenis Penelitian .................................................................................... 29

    B. Objek Penelitian ................................................................................... 29

    C. Fokus Penelitian................................................................................... 29

    D. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 30

    E. Informan Penelitian .............................................................................. 30

  • xiii

    F. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 31

    G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 31

    H. Instrumen Penelitian ............................................................................ 32

    I. Metode Analisis .................................................................................... 32

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 34

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 34

    B. Hasil Penelitian .................................................................................... 38

    1. Manfaat Penggunaan Dana Bergulir .................................................... 39

    2. Penyebab Terjadinya Pinjaman Bermasalah/Kredit Macet ................... 41

    3. Pengelolaan Pinjaman Bermasalah Pada Dana Bergulir Simpan Pinjam

    Untuk Perempuan ....................................................................................... 45

    4. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Program Simpan Pinjam

    Untuk Perempuan (SPP) Pada UPK DAPM ................................................ 51

    C. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................... 55

    D. Akuntabilitas Program Simpan Pinjam Untuk Perempuan .................... 59

    BAB V PENUTUP ............................................................................................. 62

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 62

    B. Saran ................................................................................................... 63

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 665

    DAFTAR LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 22

    Tabel 3. 1 Informan Penelitian ........................................................................... 30

    Tabel 4. 1 Kelompok Yang Menunggak ............................................................. 57

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2. 1 Kerangka Pikir ............................................................................... 28

    Gambar 4. 1 Struktur Organisasi UPK DAPM .................................................... 36

    Gambar 4. 2 Wawancara dengan Ibu Kartini ..................................................... 40

    Gambar 4. 3 Wawancara dengan Pak Lukman HR ............................................ 42

    Gambar 4. 4 Wawancara dengan Ibu Kasma Indah, S.Pd ................................ 43

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) merupakan

    upaya penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.

    Melalui program DAPM, alur upaya penanggulangan kemiskinan ditentukan

    kembali yang tentunya melibatkan kelompok masyarakatdimulai dari tahap

    perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi. UPK DAPM memusatkan

    kegiatannya pada kegiatan masyarakat yang paling miskin di wilayah

    pedesaan.

    Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu

    kecamatan yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yang terdiri dari 10

    Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk 25.264 jiwa, 5731 KK, dan

    sebanyak 1.870 KK dikategorikan keluarga miskin. Mata pencarian

    masyarakat mayoritas petani dengan produk unggulannya kakao (coklat) dan

    cengkeh.Untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, maka Kecamatan

    Tompobulu mengambil alternatif yaitu memberdayakan perempuan dengan

    ikut berpartisipasi dalam program kelompok Simpan Pinjam untuk Perempuan

    (SPP). Dengan program tersebut, DAPM memberikan bantuan berupa modal

    usaha kepada masyarakat untuk pengembangan usaha. Pemberian bantuan

    modal usaha tersebut diharapkan dapat meningkatkan penghasilan dan

    meringankan beban keluarga masing-masing yang pada akhirnya dapat

    menekan jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kecamatan Tompobulu.

  • 2

    DAPM dalam menjalankan tugas dan kegiatan operasionalnya

    dilakukan oleh Unit Pengelola Keuangan (UPK). UPK ini dibentuk sejak

    adanya Program Pengembangan Kecamatan (PKK) yang sekarang berubah

    menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

    Perdesaan. UPK ini bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola dana

    yang bersumber dari kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP).

    Keberadaan UPK mempunyai posisi yang cukup strategis dalam

    melestarikan hasil dari program yang telah dilaksanakan PNPM-MPd karena

    fokus UPK ini dilakukan ditingkat kecamatan. Dalam pelaksanaannya, UPK

    harus meningkatkan akuntabilitas dan transparansi kinerja yang baik. Prinsip

    akuntabilitas dan transpransi harus ditaati oleh seluruh pelaku DAPM tanpa

    terkecuali. Menurut Mardiasmo dalam Sujarweni (2019: 28) akuntabilitas

    publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan

    pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktivitasnya

    dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi

    amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

    pertanggungjawaban tersebut. Penerapan prinsip akuntabilitas dapat

    dilakukan dengan cara memberikan akses untuk melakukan pemeriksaan

    bagi pihak yang berkepentingan baik ditingkat daerah maupun masyarakat.

    DAPM dapat menerapkan prinsip transparansi dengan memberikan akses

    kepada masyarakat dan para pihak yang berkepentingan mengenai konsep

    DAPM, kebijakan, dan pengambilan keputusan,sehingga pengelolaan

    keuangan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat

    dipertanggungjawabkan.

  • 3

    Program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) merupakan salah

    satu program yang paling banyak diminati oleh masyarakat terutama ibu

    rumah tangga karena program ini mempunyai suku bunga yang lebih rendah

    dari pada bank dan proses peminjamannya juga mudah karena tanpa

    angunan atau jaminan sehingga memudahkan masyarakat dalam akses

    permodalan untuk usaha skala mikro kecil yang akan mereka lakukan. Sesuai

    dengan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) persiapan perguliran dana

    program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) dilaksanakan oleh Unit

    Pengelola Keuangan (UPK) Kecamatan Tompobulu dengan menyiapkan

    laporan keuangan bulan terakhir dan status dana yang siap digulirkan oleh

    Unit Pengelola Keuangan (UPK).

    Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) dalam

    pelaksanaannya khususnya di Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng

    masih terdapat masalah yang kerap kali terjadi adalah banyaknya tunggakan

    proses pengembalian pinjaman yang dialami sebagian besar kelompok ibu

    rumah tangga yang meminjam pada DAPM sehingga menyebabkan

    pelaksaan simpan pinjam untuk perempuan ini tidak terlaksana dengan

    baik.Menurut Kasma Indah (2020) selaku bendahara UPK DAPM Kecamatan

    Tompobulu bahwajumlah penunggak sebanyak 5 kelompok dengan total

    pinjaman beserta bunganya sebesar Rp 418.000.000 dan realisasi

    pengembaliannya per 31 Desember 2019 sebesar Rp 304.929.350.

    Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian dengan judul “Akuntabilitas Program Simpan Pinjam Untuk

    Perempuan (SPP) pada UPK DAPM di Kabupaten Bantaeng”.

  • 4

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan

    permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Akuntabilitas Pengelolaan

    Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) pada UPK DAPM (Unit Pengelola

    Keuangan Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat) di Kabupaten

    Bantaeng?”

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

    Akuntabilitas Pengelolaan Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) pada

    UPK DAPM (Unit Pengelola Keuangan Dana Amanah Pemberdayaan

    Masyarakat) di Kabupaten Bantaeng.

    D. Manfaat Penelitian

    Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

    1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu yang

    didapatkan dan menambah wawasan dalam pengelolaan keuangan.

    2. Bagi organisasi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan positif

    dan membangun yang dapat diterapkan dalam penyelenggaraan dan

    pengelolaan keuangan.

    3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan positif

    yang digunakan sebagai bahan dasar penelitian dan dapat menjadi

    referensi untuk penelitian dimasa yang akan datang.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teori

    1. Akuntabilitas

    Menurut Sirajuddin H Soleh dan Aslan Iqbal dalam Halim (2019:

    79), akuntabilitas sebetulnya merupakan sisi sikap dan watak kehidupan

    manusia yang meliputi akuntabilitas :akuntabilitas internal dan eksternal.

    Dari sisi internal seseorang, akuntabilitas merupakan

    pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhannya, akuntabilitas

    seperti ini meliputi pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang

    dijalankannya yang hanya diketahui dan dipahami diri sendiri.

    Akuntabilitas seperti ini juga disebut dengan akuntabilitas spiritual.

    Ledivina V Carino (2002), mengatakan bahwa dengan menyadari

    akuntabilitas spiritual, maka pengertian accountable atau tidaknya

    seseorang bukan hanya dikarenakan dia tidak sensitif terhadap

    lingkungannya. Tetapi, jauh dari itu seperti adanya perasaan malu

    terhadap warna kulitnya, tidak bangga menjadi bagian dari suatu bangsa,

    kurang nasionalis, dan sebagainya. Akuntabilitas spiritual sangat sulit

    diukur karena tidak adanya indikator yang jelas dan diterima oleh semua

    orang serta tidak ada yang melakukan pengecekan, pengevaluasian, dan

    pemantauan baik sejak tahap proses sampai dengan tahap

    pertanggungjawaban kegiatan itu sendiri. Semua tindakan akuntabilitas

    pada dasarnya hubungan seseorang dengan Tuhan. Jika akuntabilitas

  • 6

    dilaksanakan dengan penuh iman dan takwa, maka kesadaran akan

    akuntabilitas spiritual ini akan memberikan pengaruh besar terhadap

    pencapaian kinerja orang tersebut. Itu sebabnya mengapa seseorang

    dapat melakukan pekerjaan dengan hasil yang berbeda dengan orang

    lain, atau suatu instansi dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas yang

    baik yang berbeda dengan instansi lain terhadap pekerjaan yang sama.

    Sedangkan dari sisi akuntabilitas eksternal seseorang, adalah

    akuntabilitas orang tersebut kepada lingkungannya baik lingkungan

    formal maupun lingkungan masyarakat. Seseorang yang gagal dalam

    memenuhi akuntabilitas eksternal dapat mengakibatkan pemborosan

    waktu, pemborosan sumber dana dan sumber-sumber yang lain,

    penyimpangan kewenangan, dan menurunnya kepercayaan masyarakat

    kepadanya. Akuntabilitas eksternal lebih mudah karena norma dan

    standar yang tersedia sudah jelas. Kontrol dan penilaian dari pihak

    eksternal sudah ada dalam mekanisme yang terbentuk dalam suatu

    sistem dan prosedur kerja. Akuntabilitas ekstern meliputi:

    a. Internal accountability to the public servant’s own organization, dalam

    akuntabilitas setiap tingkatan pada hirarki organisasi, petugas

    pelayanan publik diwajibkan untuk akuntabel kepada atasannya dan

    kepada yang mengontrol pekerjaannya.

    b. External accountability to the individuals and organization outside

    pulic servant’s own organization, akuntabilitas ini mengandung

    pengertian akan kemampuan untuk menjawab setiap pertanyaan

    yang berhubungan dengan pencapaian kinerja pelaksanaan tugas

    dan wewenang.

  • 7

    Adapun hubungan penelitian ini dengan teori akuntabilitas

    Ledivina V Carino (2002) yaitu secara tidak langsung masyarakat

    memiliki akuntabilitas spiritual karena masyarakat yang tergabung dalam

    program simpan pinjam ini berusaha untuk mengembalikan pinjaman

    sesuai dengan pokok pinjamannya karena masyarakat sadar bahwa

    mereka berkewajiban untuk mengembalikan pinjaman tersebut.

    Kesadaran inilah yang disebut dengan akuntabilitas spiritual yaitu

    pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dijalankannya yang hanya

    diketahui dan dipahami diri sendiri.

    Menurut Mardiasmo (2017:3), akuntabilitas publik adalah

    kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan

    pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan

    segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada

    pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan

    untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri

    dari terdiri atas dua macam, yaitu: (1) akuntabilitas vertical (vertical

    accountability), dan (2) akuntablitas horisontal (horizontal accountability).

    Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah

    pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih

    tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada

    pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada

    pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.

    Pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) adalah

    pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

  • 8

    Menurut Rayyani dan Abbas (2020), akuntabilitas sosial

    sebagai sebuah pendekatan dalam membangun akuntabilitas publik,

    dimana masyarakat biasa maupun organisasi masyarakat sipil

    berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung untuk membangun

    akuntabilitas. Tujuan akuntabilitas sosial adalah memperbaiki tata kelola

    dan meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan.

    Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor

    publik terdiri atas beberapa dimensi :

    a. Akuntabilitas Hukum dan Akuntabilitas Kejujuran

    Akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya

    kepatuhan terhadap hukum dan undang-undang yang berlaku,

    sedangkan akuntabilitas kejujuran terkait dengan penggunaan dana

    sesuai dengan anggaran dan penghindaran penyalahgunaan jabatan.

    b. Akuntabilitas Proses

    Akuntabilitas proses terkait dengan penggunaan proses,

    prosedur atau ukuran yang layak dalam melaksanakan aturan-aturan

    yang diterapkan. Akuntabilitas proses termanifestasi dengan

    pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif dan biaya yang

    relatif murah.

    c. Akuntabilitas Program

    Akuntabilitas program terkait dengan pencapaian tujuan atau

    hasil yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak dengan

    mempertimbangkan alternative program yang memberikan hasil-hasil

    yang optimal dan biaya yang optimal.

  • 9

    d. Akuntabilitas Kebijakan

    Akuntabillitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban

    pemerintah, baik pusat maupun daerah atas atas pilihan-pilihan

    kebijakan yang telah dibuat.

    Menurut Halim (2019:21) evaluasi dan penilaian akuntabilitas

    terhadap kinerja pemerintah bertujuan untuk memberikan informasi yang

    memadai dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang bersifat

    kebijakan maupun yang berkepentingan dengan dengan pengendalian

    manajemen dan administrasi dalam suatu struktur organisasi pemerintah.

    Akuntabilitas publik dan penyediaan informasi tambahan akan dapat

    dicapai apabila sistem informasi keuangan dan manajemen

    dipemerintahan berjalan secara profesional. Pemerintah harus

    menyajikan informasi pengelolaan keuangan untuk memberikan

    penjelasan yang menyeluruh kepada seluruh kelompok stakeholders. Hal

    ini dilakukan sebagai perwujudan transparansi pengelolaan keuangan

    publik yang bertujuan untuk menciptakan well-informed society dan pada

    akhirnya akan tercipta akuntabilitas publik.

    Menurut Halim (2019:78), keberadaan akuntabilitas sebagai

    suatu sistem sudah cukup lama , sejarah akuntabilitas sudah dimulai

    sejak zaman Mesopotania pada tahun 4000 SM, pada saat itu dikenal

    hukum Hammurabi yang mewajibkan seseorang (raja) untuk

    mempertangungjawabkan segala tindakannya kepada pihak yang

    memberi amanah dan wewenang. Untuk menyatakan dan memahami

    keberadaan akuntabilitas sebagai suatu sistem secara utuh, maka perlu

    diperhatikan beberapa hal antara lain: perkembangan, jeni, tantangan

  • 10

    dan hambatan, lingkungan yang mempengaruhi terselenggaranya

    akuntabilitas, dan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan

    akuntabilitas serta media akuntabilitas.

    Menurut Halim (2019:81), ciri-ciri akuntabilitas yang efektif

    antara lain :

    a. Akuntabilitas harus utuh dan menyeluruh.

    b. Mencakup aspek yang menyeluruh mengenai aspek integritas

    keuangan, ekonomis, efisien, dan prosedur.

    c. Untuk menilai kinerja maupun unit organisasi, akuntabilitas

    merupakan bagian dari sistem manajeme.

    d. Untuk menjamin keabsahan, akurasi, objektivitas, dan ketepatan

    waktu penyampaian informasi, maka akuntabilitas harus dibangun

    berdasarkan sistem informasi yang handal.

    e. Adanya penilaian yang efektif dan independen terhadap akuntabilitas

    suatu instansi.

    f. Adanya tindak lanjut terhadap laporan penilaian atas akuntabilitas.

    Menurut Halim (2019:83), akuntabilitas dalam pelaksanaannya di

    lingkungan instansi pemerintah, perlu diperhatikan antara lain:

    a. Untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel

    maka diperlukan komitmen dari pemimpin dan seluruh staf instansi.

    b. Merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber

    daya secara ”konsisten” dengan peraturan perundangan yang

    berlaku.

    c. Dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang

    telah ditetapkan.

  • 11

    d. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat

    yang diperoleh.

    e. Jujur, objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator, perubahan

    manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran data

    dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.

    1.1 Perencanaan Strategik

    Menurut Halim (2019:83), agar mampu menjawab tuntutan

    perkembangan lingkungan strategis nasional global maka diperlukan

    integritas keahlian sumber daya lain dalam sistem akuntabilitas kinerja

    instansi pemerintah dan perencanaan strategik instansi pemerintah.

    Perencanaan strategis yang disusun oleh instansi pemerintah harus

    mencakup :

    a. Persyaratan, visi, misi, strategi, dan faktor-faktor keberhasilan

    organisasi.

    b. Rumusan tentang tujuan dan sasaran serta uraian organisasi.

    c. Uraian tentang cara mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

    d. Dengan visi, misi, strategi yang jelas maka instansi pemerintah

    dapat menyeleraskan dengan potensi, peluang, dan kendala

    yang dikehendaki.

    1.2 Pengukuran Kinerja

    Menurut Rayyani dan Abbas (2020), akuntabilitas kinerja

    organisasi sesungguhnya memiliki akar filosofis dan substansial pada

    akuntabilitas yang bersifat sosial dalam kehidupan manusia.

    Menurut Halim (2019:84), dengan dilakukannya penyusunan

    perencanaan strategik yang jelas, perencanaan operasional yang

  • 12

    terukur, dapat diharapkan tersedianya pembenaran yang logis dan

    argumentasi yang memadai untuk mengatakan suatu pelaksanaan

    program berhasil atau tidak.

    a. Penetapan indikator kinerja

    Penetapan indikator kinerja merupakan identifikasi dan klasifikasi

    indikator kinerja melalui sistem pengumpulan data, pengolahan

    data, informasi untuk menentukan capaian tingkat kinerja

    kegiatan program.

    b. Penetapan capaian kerja

    Penetapan capaian kinerja bertujuan untuk mengetahui dan

    menilai capaian indikator kinerja pelaksanaan kegiatan/program

    dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh suatu instansi

    pemerintah.

    c. Formulir pengukuran kinerja

    Penggunaan formulir pengukuran kinerja dapat digunakan untuk

    mengevaluasi atas kesesuaian dan keselarasan antara kegiatan

    dan program, atau antara program penunjang dengan program

    utama, atau program yang lebih rendah dengan program yang

    lebih tinggi.

    1.3 Evaluasi Kinerja

    Menurut Halim (2019: 84), setelah tahap pengukuran kinerja,

    selanjutnya adalah tahap evaluasi kinerja, yang dimulai dengan

    menghitung nilai capaian dan pelaksanaan per kegiatan. Kemudian

    dilanjutkan dengan perhitungan pelaksanaan program didasarkan

    pada pembobotan dan setiap kegiatan yang ada dalam suatu program.

  • 13

    Untuk membantu evaluasi kinerja, digunakan formulir EK (Evaluasi

    Kinerja) yang terdiri dari formulir EK-1 untuk penilaian kinerja

    kegiatan, formulir EK-2 untuk penilaian kinerja program, dan EK-3

    untuk penilaian kinerja kebijaksanaan.

    1.4 Pelaporan

    Menurut Halim (2019:85), laporan akuntabilitas instansi

    pemerintah harus disampaikan oleh instansi dari pemerintah pusat,

    pemerintah daerah kabupaten/kota. Penyusunan laporan harus secara

    jujur, obyektif, dan transparan, juga perlu memperhatikan prinsip-

    prinsip:

    a. Prinsip pertanggungjawaban

    b. Prinsip pengecualian

    c. Prinsip manfaat

    Selanjutnya beberapa ciri laporan yang perlu diperhatikan

    dengan baik seperti relevan, tepat waktu, dapat dipercaya, diandalkan,

    dan mudah dimengerti dalam bentuk yang menarik (tegas dan

    konsisten, tidak kontradiktif dan sebagian) berdaya banding tinggi,

    berdaya segi, lengkap, netral, padat dan terstandarisasi.

    2. Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat

    Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) merupakan

    lembaga yang dibentuk melalui forum Musyawarah Kecamatan (MK) atau

    Musyawarah Antar Desa (MAD) sebagai pelaksana teknis serta

    pengelola kegiatan yang diawali oleh kegiatan Program Pengembangan

    Kecamatan (PPK) dan/atau Program Nasional Pemberdayaan

  • 14

    Masyarakat (PNPM). DAPM merupakan lembaga lintas desa atau

    kelurahan di kecamatan dengan tujuan melindungi serta melestarikan

    hasil-hasil program yang terdiri dari aset atau dana yang digulirkan,

    mengembangkan pengelolaan pembangunan ppartisipatif, pengelolaan

    aset produktif dan SDA serta program atau proyek dari pihak ketiga yang

    bersifat antar desa atau kelurahan.

    Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya dalam

    peningkatan kapasitas masyarakat, baik itu secara individu maupun

    kelompok. Keterlibatan perangkat pemerintah daerah serta berbagai

    pihak dalam pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan untuk

    memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil

    yang dicapai.

    UPK DAPM berdiri sejak tahun 2015, sebelum berubah nama

    menjadi Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) lembaga ini

    dulu bernama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

    DAPM merupakan salah satu upaya Pemerintah Indonesia untuk

    mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan

    kerja melalui konsolidasi program-program pemberdayaan masyarakat

    yang ada diberbagai kementrian atau lembaga.

    DAPM berupaya mempertajam visi dan meningkatkan misi PPK.

    Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah mewujudkan kesejahteraan dan

    kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti

    terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian yaitu mampu

    mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada

  • 15

    dilingkungannya, mampu mengatasi masalah yang dihadapinya,

    khususnya masalah kemiskinan. DAPM mempunyai misi sebagai berikut:

    a. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya.

    b. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif.

    c. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dasar

    masyarakat.

    d. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

    1.5 Tujuan

    Mempercepat penanggulangan kemiskinan melalui

    peningkatan kapasitas masyarakat, pemerintah lokal, serta

    penyediaan prasarana sosial dasar dan ekonomi merupakan tujuan

    umum dari DAPM. Adapun tujuan khusus DAPM meliputi:

    1. Meningkatkan partisipasi masyarakat terutama pada kelompok

    miskin dan perempuan dalam pengambilan keputusan

    perencanaan, pelaksaan, pemantauan, dan pelestarian

    pembangunan, sekaligus mendorong pengintegrasian sistem

    pembangunan partisipatif masyarakat dengan Sistem

    Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) reguler.

    2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

    mendayagunakan potensi dan sumberdaya lokal.

    3. Meningkatkan kapasitas pemerintahan lokal dalam memfasilitasi

    pengelolaan pembangunan perdesaan yang berkelanjutan.

  • 16

    4. Menyediakan sarana/prasarana sosial dasar dan ekonomi yang

    diprioritaskan masyarakat.

    5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

    6. Melembagakan keuangan mikro dalam memberikan pelayanan

    kepada masyarakat miskin.

    1.6 Prinsip DAPM

    Berdasarkan pada PTO PNPM Mandiri Perdesaan, UPK

    DAPM mempunyai prinsip yang sama dengan PNPM yang menjadi

    landasan dalam setiap pengambilan keputusan ataupun tindakan yang

    diambil dalam implementasi rangkaian kegiatan program, diantaranya

    meliputi :

    a. Bertumpu pada pembangunan manusia, diartikan bahwa

    masyarakat hendaknya memilih kegiatan yang berdampak

    langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada

    pembangunan fisik semata.

    b. Otonomi, diartikan bahwa masyarakat memiliki hak dan

    kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggungjawab

    tanpa intervensi negatif dari luar.

    c. Desentralisasi adalah memberikan ruang yang lebih luas untuk

    mengelola kegiatan sesuai dengan kapasitas masyarakat.

    d. Berorientasi pada masyarakat miskin diartikan bahwa segala

    keputusan yang diambil berpihak pada masyarakat miskin.

    e. Partisipasi adalah masyarakat berperan dalam proses atau

    tahapan program pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi,

    perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan.

  • 17

    f. Kesetaraan dan keadilan gender, diartikan bahwa masyarakat

    baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam

    perannya disetiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat

    kegiatan pembangunan, serta kesejajaran kedudukan saat situasi

    konflik.

    g. Demokratis, diartikan bahwa masyarakat mengambil keputusan

    pembangunan secara musyawarah dan mufakat.

    h. Transparansi dan akuntabel, diartikan bahwa masyarakat memiliki

    akses terhadap informasi dan proses pengambilan keputusan

    sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara

    terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

    i. Prioritas, diartikan masyarakat memilih kegiatan yang utama

    dengan mempertimbangkan kemendesakan dan manfaat untuk

    pengentasan kemiskinandan upaya perbaikan lingkungan.

    j. Keberlanjutan, diartikan bahwa setiap pengambilan keputusan

    atau tindakan pembangunan harus mempertimbangkan sistem

    pelestariaannya.

    1.7 Permodalan UPK DAPM

    a. Modal awal UPK DAPM berasal dari bantuan langsung

    masyarakat Program Pengembangan Kecamatan dan Program

    Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

    mulai tahun anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran

    2014 sejumlah Rp 1.275.011.564.

    b. Modal UPK DAPM setelah berkembang berasal dari keuntungan

    yang dapat dihimpun.

  • 18

    c. Modal dari pihak ketiga dan sumber lain yang sah.

    3. Program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP)

    Berdasarkan buku petunjuk operasioanal PNPM Mandiri

    perdesaan kegiatan simpan pinjam untuk perempuan merupakan salah

    satu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

    Perdesaan yang sekarang berubah menjadi Unit Pengelola Keuangan

    Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (UPK DAPM) dengan

    memberikan bantuan permodalan bagi kelompok perempuan yang

    memiliki kegiatan simpan pinjam atau kegiatan usaha ekonomi. Sasaran

    kegiatan SPP adalah Rumah Tangga Miskin (RTM) produktif yang

    membutuhkan pendanaan untuk kegiatan usaha mereka yang disalurkan

    melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di

    masyarakat.

    Program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) memiliki

    ketentuan umum yang telah ditetapkan dalam Standar Operasional dan

    Prosedur (SOP) Unit Pengelola Keuangan (UPK) sebagai berikut:

    1. Pinjaman perguliran berstatus sebagai usaha pengembangan

    ekonomi masyarakat melalui penyediaan jasa kegiatan untuk kegiatan

    simpan pinjam kelompok perempuan (SPP).

    2. Pinjaman perguliran dilakukan di tingkat kecamatan oleh BKDAPM,

    unit pengelola keuangan, unit verifikasi, dan unit pendanaan dalam

    wilayah kerja kecamatan.

    3. Perguliran pinjaman diberikan kepada kelompok SPP dalam wilayah

    kerja kecamatan.

    4. Pinjaman perguliran hanya dapat diberikan kepada kelompok SPP.

  • 19

    4. Pengelolaan Dana Bergulir

    Berdasarkan buku petunjuk operasional PNPM Mandiri

    Perdesaan dana bergulir adalah dana yang berasal dari BLM yang

    dikelola oleh UPK dan digulirkan kembali kepada masyarakat. Dana

    bergulir merupakan dana yang bersifat pinjaman dari UPK yang

    digunakan oleh masyarakat yang tergabung dalam kelompok-kelompok

    simpan pinjam untuk perempuan untuk mendanai kegiatan ekonominya.

    Tujuan utama PNPM Mandiri Perdesaan adalah mempercepat

    penanggulangan kemiskinan maka kegiatan dana bergulir merupakan

    kegiatan yang memberikan kemudahan bagi Rumah Tangga Miskin

    (RTM) dalam mendapatkan modal usaha.

    Pengelolaan dana bergulir PNPM Mandiri Perdesaan bertujuan :

    a. Memberikan kemudahan akses permodalan usaha baik kepada

    masyarakat sebagai pemanfaat maupun kelompok usaha.

    b. Pelestarian dan pengembangan permodalan usaha yang sesuai

    dengan tujuan program.

    c. Meningkatan kapasitas pengelola kegiatan dana bergulir ditingkat

    wilayah pedesaan.

    d. Menyediakan kelembagaan UPK (dan lembaga pendukung lainnya)

    sebagai pengelola dana bergulir yang mengacu pada tujuan program

    secara akuntabel, transparan, dan berkelanjutan.

    e. Meningkatan pelayanan kepada RTM dalam pemenuhan kebutuhan

    permodalan usaha melalui kelompok pemanfaat.

  • 20

    a. Mekanisme Pengelolaan Dana Bergulir

    Berdasarkan buku petunjuk operasional PNPM Mandiri

    mekanisme pengelolaan yang dimulai dari perencanaan sampai

    dengan pertanggungjawaban merupakan tahapan-tahapan yang harus

    diterapkan dalam pengelolaan dana bergulir. Akses dana bergulir dan

    akses dana BLM mempunyai karakteristik yang berbeda yang didasari

    oleh beberapa kondisi diantaranya: sifat kepemilikan dana oleh

    masyarakat, model kompetisi antar kelompok peminjam bukan antar

    kegiatan, kerterlibatan lembaga dengan hubungan langsung antara

    kelompok peminjam dan UPK, dan kebutuhan pola perguliran yang

    sesuai. Perbedaan karakteristik tersebut tidak diperbolehkan

    bertentangan dengan tujuan, prinsip, dan ketentuan dasar program.

    i. Kelembagaan Pengelola

    Berdasarkan buku petunjuk operasional PNPM Mandiri

    kelembagaan pengelola dana bergulir yang harus ada paling tidak

    sesuai berikut:

    a. Badan Kerja Sama Antar Desa (BKAD) adalah lembaga

    tertinggi dalam pengambilan keputusan pengelolaan dana

    bergulir di tingkat kecamatan melalui MAD.

    b. Unit Pengelola Keuangan (UPK) adalah lembaga yang

    dibentuk oleh BKAD atau MAD untuk mengelola kegiatan

    dana bergulir.

    c. Tim Verifikasi (TV) adalah lembaga yang bertugas untuk

    melakukan verifikasi proposal usulan kelompok yang akan

    didanai.

  • 21

    d. Badan Pengawas UPK (BP-UPK) adalah lembaga yang

    dibentuk BKAD atau MAD untuk melakukan monitoring,

    supervisi, dan pengawasan kepada UPK.

    e. Tim Penyehatan Pinjaman dibentuk untuk mendorong

    pelestarian dan pengembangan dana bergulir melalui

    penyehatan pinjaman bermasalah.

    ii. Ketentuan Pendanaan

    Dana bergulir merupakandana yang bersumber dari

    pengambilan dana BLM kegiatan pinjaman baik yang berasal dari

    PPK maupun PNPM-PPK. Ketentuan pengelolaan mengacu pada

    AD/ART, aturan perguliran dan SOP UPK yang telah disepakati.

    iii. Tahapan Pengelolaan

    Berdasarkan buku petunjuk operasional PNPM Mandiri

    tahapan pengelolaan mengacu pada mekanisme pendanaan

    dana bergulir dengan ketentuan sebagai berikut:

    a. Pengajuan usulan pinjaman kelompok

    b. Evaluasi singkat usulan pinjaman oleh UPK

    c. Verifikasi oleh tim verifikasi

    d. Keputusan pendanaan

    5. Pemberdayaan Masyarakat

    Menurut Sahlan dan Ubaidullah (2019), pemberdayaan adalah

    upaya atau serangkaian kegiatan untuk membantu masyarakat agar

    mereka dapat menolong diri mereka sendiri, termasuk individu yang

    mengalami masalah keterbelakangan dan kemiskinan. Tujuan

    pemberdayaan masyarakat mengarah pada hasil yang ingin dicapai oleh

  • 22

    perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, dapat memecahkan

    masalahnya sendiri sesuai dengan kemampuan sumber daya lokal yang

    ada dalam masyarakat itu sendiri, serta masyarakat yang dapat

    memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara fisik maupun sosial, seperti

    rasa percaya diri, mempunyai mata pencaharian, mampu menyampaikan

    aspirasi, serta masyarakat yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan

    sosial dan mandiri dalam menjalankan tugas kehidupannya.

    Menurut Sahlan dan Ubaidullah (2019), pemberdayaan dan

    kemandirian yang dimaksud adalah memberi kesempatan kepada

    masyarakatnya untuk menunjukkan ciri sebagai masyarakat yang

    membangun. Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan

    pertumbuhan dan pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa

    dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk

    pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan.

    B. Tinjauan Empiris

    Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

    No Nama Peneliti

    Judul Penelitian Jenis Penelitian

    Hasil Penelitian

    1 Min Anwar Rasyid. Tahun 2017

    Pengelolaan Dana Pnpm Mandiri Pedesaan Di Kelurahan Waru Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara (Studi Tentang Program Dana Bergulir

    Deskriptif Kualitatif

    Dari analisis data yang dilakukan menunjukan bahwa UPK Kecamatan Waru sudah mengelola program ini dengan baik sesuai dengan SOP dan PTO yang berlaku pada PNPM Mandiri pedesaan tersebut, serta dalam pelaksanaan program simpan pinjam untuk perempuan setiap pengambilan keputusan

  • 23

    No Nama Peneliti

    Judul Penelitian Jenis Penelitian

    Hasil Penelitian

    Simpan Pinjam Untuk Perempuan SPP)

    selalu dilakukan secara musyawarah dan mufakad.

    2 Priyo Utomo,dan Anik Puji Prihatin. Vol 3 No 4 Tahun 2019

    Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Tentang Program Simpan Pinjam Perempuan di Desa Cagak Agung Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik)

    Deskriptif Kualitatif

    Hasil penelitian menunjukkan Tahapan Pengelolan kegiatan Program Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan salah satunya adalah melakukan sosialisai baik di desa maupun di antar dusun yang memiliki tujuan agar pelaku-pelaku di tingkat desa maupun di kecamatan memahami adanya program Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan salah satunya adalah program simpan pinjam perempuan supaya dimanfaatkan serta melakukan proses lanjutan. Sasaran dari pemanfaat program simpan pinjam perempuan efektif karena semua kelompok yang berjenis kelamin perempuan serta pengembalian pinjaman adalah 12 bulan.

    3 Taufik Margi widodo, Wita Ramadhanti, dan Hijroh Rokhayati. Tahun 2017

    Penerapan Dana Bergulir Kelompok Simpan Pinjam Perempuan Pada Pnpm-Mpd Di Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas

    Komparatif berbasis mix method

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat pendapatan dan kesejahteraan, yang berarti terdapat perbedaan tingkat pendapatan dan kesejahteraan sebelum dan sesudah mengikuti program SPP.

    4 Wayan Tamba. Vol 2 No 2 Tahun 2016

    Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

    Deskriptif Kualitatif

    hasil penelitian adalah dengan adanya SPP ini perekonomian masyarakat khususnya para anggota kelompok SPP di Dusun

  • 24

    No Nama Peneliti

    Judul Penelitian Jenis Penelitian

    Hasil Penelitian

    Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat

    Belencong menjadi meningkat. Terutama kaum ibu-ibu yang menjadi anggota SPP tersebut, mereka mengaku sangatlah terbantu dengan pinjaman tambahan modal dari SPP tersebut, dari usahanya yang akan mulai bangkrut bisa terbantu dengan pinjaman tambahan modal yang didapat dari SPP, sehingga usahanya bisa lancar kembali dan perekonomian keluarga bisa lebih sejahtera lagi. Hal ini dapat kita lihat dari terpenuhinya kebutuhan mendasar keluarga seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, pendidikan dan biaya kesehatan.

    5 M Aidhil Sahlan, dan Ubaidullah. Vol 4 No 2 Tahun 2019

    Pengaruh Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Pnpm) Mandiri Perdesaan Dalam Mengurangi Kemiskinan

    Deskriptif Kualitatif

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur dalam pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman. Jumlah dana yang disalurkan masing-masing kelompok adalah dana yangdiajukan oleh kepada PNPM-MP. Setelah pengajuan dana oleh kelompok kepada pihak PNPM-MP akan melakukan verifikasi ke kelompok selanjutnya apabila kelompok lulus verifikasi maka kelompok akan mendapatkan dana pinjaman yang telah mereka ajukan dan akan dikembalikan dengan cicilan. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan

  • 25

    No Nama Peneliti

    Judul Penelitian Jenis Penelitian

    Hasil Penelitian

    PNPMMP di Gampong Lambunot adalah kinerja fasilitator rendah, peran fasilitator tidak Nampak dan fasilitator tidak mampu memberikan rangsangan, arahan, atau kritikan terhadap program yang terkait dengan pengentasan kemiskinan serta terjadinya kredit macet.

    6 Riris Dewi Larasati Yudhanta Sambharakreshna.Vol 8 No 1 (2016)

    Analisis Pengelolaan Dana Bergulir Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (Spp) Untuk Meminimalkan Kredit Macet Pada Pnpm Mandiri Perdesaan (Studi Kasus Pada Upk Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar)

    Deskriptif Kuantitatif

    Pemberian pinjaman dilakukan berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan yang berada di UPK (Unit Pengelola Kegiatan) Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar. Dengan adanya pemberian pinjaman seperti ini pihak UPK juga mengharapkan pengembalian pinjaman yang telah diberikan tersebut dengan bunga dan jangka waktu yang telah ditetapkan. Karena bagi UPK, pinjaman merupakan sumber utama penghasilan sekaligus sumber perputaran dana perguliran. Namun dalam prakteknya tidaklah semuanya dapat berjalan dengan lancar, hal ini terlihat dari persentase Non Performing Loan (NPL) pada UPK Kecamatan Binangun pada tahun 2012 sebesar 19%, pada tahun 2013 sebesar 54%, dan pada tahun 2014 sebesar 87%. Upaya penyelamatan kredit macet yang dilakukan UPK Kec. Binangun Kabupaten Blitar meliputi penjadwalan kembali (rescheduling), penataan kembali (restructuring), persyaratan kembali

  • 26

    No Nama Peneliti

    Judul Penelitian Jenis Penelitian

    Hasil Penelitian

    (reconditioning), melakukan kompensasi/penyitaan jaminan, pemberian sanksi moral.

    7 Wa Ode Rayyani , dan Ahmad Abbas. Vol 3 No 2 (2020)

    Akuntabilitas Kinerja dalam Bingkai Tauhid Sosial: Suatu Refleksi Teologi Al Ma’Un

    Kualitatif dengan menggunakan paradigm interpretif melalui pendekatan etnometodolgi.

    Studi ini menemukan bahwa teologi Al Ma’un di Universitas Muhammadiyah Makassar dimaknai dalam bentuk penghambaan kepada Tuhan. Di universitas tersebut, produk-produknya adalah manifestasi akuntailitas kinerja sosial yang menyediakan nilai-nilai yang mencakup ukhuwah dan keikhlasan dalam menjalankan program kerja, profesionalisme, dan independensi.

    8 Wa Ode Rayyani, Ahmad Abbas, dan Hannani. Vol 2 No 2 (2019)

    Akuntabilitas Kinerja Terintegrasi Dengan Nilai Peradaban Islam: Kasus Universitas Muhammadiyah Makassar

    Kualitatif dengan menggunakan paradigm spritual interpretif melalui pendekatan etnometodolgi.

    Akuntabilitas itu tidak hanya terbatas pada lapaoran angka2 yang tertuang didalam laporan akuntabilitas, namun juga termasuk akhlak/perilaku yang ditunjukkan.

    9 Tria Ratna Ningrum. (2018)

    Analisis Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Pada Kelompok Spp (Simpan Pinjam Perempuan) Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul)

    Kualitatif Hasil penelitian ini yakni pelaksanaan pinjaman dana bergulir pada kelompok SPP di Desa Sambirejo secara teknis tidak menerapkan sistem Ekonomi Islam namun terdapat kemiripan dengan asas dan prinsip Ekonomi Islam. Keuntungan bunga akan dibagikan kepada kelompok melalui IPTW seperti pembagian SHU pada koperasi. Kritik Ekonomi Islam tentang sistem bunga dalam analisis biaya produksi, sistem bunga hanya akan menaikkan kembali modal

  • 27

    No Nama Peneliti

    Judul Penelitian Jenis Penelitian

    Hasil Penelitian

    awal tanpa adanya kenaikan pendapatan (revenue).

    10 Maria Vianney Chinggih Widanarto, dan Ketut Sudibia. (2016)

    Efektivitas Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (Spp) Pnpm Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung

    Kualitatif Hasil analisis menunjukkan, bahwa tingkat efektivitas program SPP di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung sangat efektif serta dampak program terhadap pendapatan dan kesempatan kerja perempuan adalah positif dan signifikan pada alpha 5 persen. Disarankan agar jumlah bantuan yang diberikan lebih ditingkatkan, penggunaan bantuan lebih tepat guna dan pendampingan yang telah dilaksanakan ditingkatkan lagi sehingga program dapat berkelanjutan dalam meningkatkan pendapatan serta kesempatan kerja kaum perempuan.

    C. Kerangka Pikir

    Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, maka

    kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Pemerintah Kecamatan Tompobulu merupakan salah satu

    kecamatan yang berada di Kabupaten Bantaeng, yang memiliki sebuah

    program yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan yang berada di

    kecamatan tersebut. DAPM atau eks PNPM Mandiri Perdesaan memilki

    program yang memberdayakan perempuan yaitu program Simpan Pinjam

    khusus Perempuan (SPP). Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa faktor

  • 28

    yang dapat mempengaruhi pelaksanaan program SPP ini baik faktor

    pendukung ataupun faktor penghambat.

    Gambar 2. 1 Kerangka Pikir

    UPK Dana Amanah Pemberdayaan

    Masyarakat (DAPM) Kec Tompobulu

    Kabupaten Bantaeng

    Program Simpan Pinjam untuk

    Perempuan (SPP)

    Faktor Penghambat :

    1. Tidak tepat waktu

    dalam

    pengembalian dana

    2. Terjadinya

    tunggakan dalam

    kelompok

    Faktor Pendukung :

    1. Tepat waktu dalam

    pengembalian dana

    SPP

    2. Tepat jumlah

    pinjaman kelompok

    Akuntabilitas

  • 29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalahjenis

    penelitian deksriptif kualitatif.Dimana data yang dikumpulkan kemudian

    dianalisis dengan uraian yang lebih luas untuk mengungkap pendapat

    anggota UPK DAPM dan masyarakat yang tergabung dalam kelompok SPP.

    Dengan jenis penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan atau

    mendeskripsikan rumusan masalah dalam penelitian ini.Menurut Sujarweni

    (2015:74), penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan

    tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu

    keadaan secara objektif. Pada penelitian ini mendeskripsikan mengenai

    Akuntabilitas Program Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) Pada UPK

    DAPM Kabupaten Bantaeng.

    B. Objek Penelitian

    Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah 5 kelompok

    simpan pinjam perempuan yaitu kelompok usaha sejahtera, kelompok

    berkah, kelompok sipakainga’, kelompok maju bersama, dan kelompok kopi

    panjang.

    C. Fokus Penelitian

    Penelitian ini memfokuskan masalah terlebih dahulu agar tidak

    terjadi permasalahan yang nantinya tidak sesuai dengan penelitian. Maka

  • 30

    penulis memfokuskan untuk meneliti mengenai Akuntabilitas Program

    Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) pada UPK DAPM.

    D. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Pemilihan lokasi penelitian sangatlah penting untuk mempertanggung

    jawabkan data yang diambil. Lokasi penelitian ini adalah Unit Pengelola

    Keuangan (UPK) Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM)

    Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng yang terletak di Jl. Pendidikan

    Banyorang.Waktu yang digunakan dalam penelitian adalah selama 2 bulan

    yaitu bulan Juni dan Juli pada tahun 2020.

    E. Informan Penelitian

    Informan dalam penelitian ini adalah pengurus UPK DAPM

    Kecamatan Tompobulu sebanyak 3 orang yang dipercaya dapat

    memberikan informasi yang akurat tentang program simpan pinjam untuk

    perempuan, serta masyarakat atau pemanfaat yang tergabung dalam

    program SPP itu sendiri sebanyak 3 orang. Berikut deskripsi keenam

    informan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

    Tabel 3. 1 Informan Penelitan

    No

    Nama Jabatan

    1 Lukman HR Ketua UPK DAPM/Pengelola

    2 Naswar, S.Pd Sekretaris UPK DAPM/Pengelola

    3 Ibu Kasma Indah, S.Pd Bendahara UPK DAPM/Pengelola

    4 Ibu Kartini Ketua Kelompok Usaha Sejahtera/user SPP

    5 Ibu Sri Wahyuni Ketua Kelompok Berkah/user SPP

    6 Ibu Rampe Ketua Kelompok Sipakainga'/user SPP

  • 31

    F. Jenis dan Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data

    sekunder, yaitu sebagai berikut :

    a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung yang bersumber

    dari lapangan penelitian melalui observasi dan wawancara.

    b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari objek

    penelitian tetapi dari sumber lain seperti menyalin atau mengutip dalam

    bentuk yang sudah jadi, atau biasa data sekunder ini adalah melihat jurnal

    atau referensi buku bacaan. Data sekunder yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah Laporan Perkembangan Pinjaman (LPP) (data SPP,

    2019).

    G. Teknik Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

    sebagai berikut :

    a. Observasi, yaitu peneliti akan mengamati secara langsung bagaimana

    faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pengelolaan dana

    simpan pinjam untuk perempuan. Kemudian bagaimana

    akuntabilitasprogram Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP).

    b. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang diperoleh peneliti dengan cara

    bertatap muka dan berdialog secara langsung dengan informan dalam hal

    ini adalah karyawan UPK DAPM Kecamatan Tompobulu. Wawancara

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terarah (guided

    interview) dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara.

  • 32

    c. Dokumentasi, yaitu bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya dari

    seseorang. Dokumentasi adalah mengambil data berupa dokumen-

    dokumen yang berkaitan langsung dengan penelitian.

    H. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti

    dalam mengumpulkan data agar penelitian yang dilakukan menjadi

    sistematis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan instrumen

    penelitianberupa pedoman wawancara. Wawancara digunakan untuk

    menggali data secara lisan dengan mengajukan beberapa pertanyaan

    kepada informan mengenai AkuntabilitasProgram Simpan Pinjam untuk

    Perempuan (SPP). Dalam penelitian ini juga menggunakan media seperti alat

    perekam dan kamera yang digunakan untuk mengambil gambar pada saat

    penelitian.

    I. Metode Analisis

    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    deksriptif kualitatif kemudian dianalisis dengan uraian yang lebih luas

    sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai Akuntabiliras program Simpan

    Pinjam untuk Perempuan (SPP). Kegiatan analisis data dilakukan secara

    interaktif dan berlangsung secara terus menerus. Beberapa langkah teknik

    analisis data yaitu:

    a. Pengumpulan data, merupakan proses mengumpulkan data baik data

    yang diperoleh dilapangan, data dari hasil wawancara yang dilakukan

    dengan informan, maupun data yang diperoleh dari hasil dokumentasi,

    kemudian data tersebut dicatat oleh peneliti.

  • 33

    b. Reduksi data, dalam hal ini peneliti menyederhanakan data yang

    diperoleh dari lapangan secara terus menerus selama penelitian

    berlangsung.

    c. Klasifikasi data, dalam hal ini peneliti mengklasifikasikan data yang

    diperoleh berdasarkan kelompok.

    d. Penyajian data, dalam hal ini data yang diperoleh dikategorisasikan

    menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga

    memudahkan peneliti dalam menarik suatu kesimpulan.

    e. Penarikan kesimpulan,data yang telah dihimpun kemudian ditelaah oleh

    peneliti. Hasilnya akan dibandingkan dengan teori yang telah

    dikemukakan pada kajian teori. Selanjutnya berdasarkan hasil

    perbandingan antara data yang diperoleh dari lapangan dengan kajian

    teori ditarik suatu kesimpulan tentang akuntabilitas program simpan untuk

    perempuan pada Unit Pengelola Keuangan Dana Amanah

    Pemberdayaan Masyarakat (UPK DAPM).

  • 34

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian

    1. Sejarah UPK DAPM

    Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng, merupakan salah

    satu kecamatan yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yang terdiri dari

    10 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk 25.264 jiwa, 55.731 KK,

    sebanyak 1. 870 KK dikategorikan keluarga miskin. Mata pencaharian

    masyarakatnya adalah mayoritas petani, dan potensi sumber daya alam

    yang potensial adalah pertanian dan perkebunan, dengan produk

    unggulannya adalah kakao (coklat) dan cengkeh.

    Kecamatan ini terletak diarah utara ibu kota kabupaten dan

    sebelah selatan dari arah ibu kota provinsi Sulawesi selatan (Sub Region

    Selatan-selatan) dapat dijangkau dengan jalan dari ibu kota provinsi

    selama kurang lebih 3 jam. Adapun secara geografis Kecamatan

    Tompobulu yang terletak di Kelurahan Banyorang berbatasan dengan :

    a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba dan

    Kecamatan Eremerasa.

    b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba.

    c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gantarangkeke dan

    Kecamatan Bantaeng.

  • 35

    d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Eremerasa dan

    Kecamatan Bantaeng.

    Kecamatan ini telah berpartisipasi dalam PPK sejak tahun 2003

    yang kemudian berubah nama menjadi PNPM Mandiri tapi setelah PNPM

    Mandiri pash out tahun 2015 berubah nama menjadi UPK DAPM (Unit

    Pengelola Keuangan Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat). UPK ini

    mengelola program yang ditinggalkan PNPM Mandiri yaitu program

    Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP).

    Pengurus Unit Pengelola Keuangan (UPK) kecamatan

    Tompobulu dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibentuk sejak

    adanya Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan sekarang

    menjadi UPK DAPM (Unit Pengelola Keuangan Dana Amanah

    Pemberdayaan Masyarakat), yang terdiri dari beberapa unsur yaitu

    BKAD, BP-UPK, dan UPK itu sendiri.

    a. Visi dan Misi UPK DAPM

    Adapun visi misi UPK DAPM Kecamatan Tompobulu Kabupaten

    Bantaeng sebagai berikut :

    1. Visi

    Terwujudnya kelembagaan UPK Micro yang mandiri dan professional

    melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat.

    2. Misi

    a. Meningkatkan potensi kelompok melalui penguatan kelembagaan

    b. Meningkatkan usaha perekonomian masyarakat melalui

    pelayanan simpan pinjam.

  • 36

    c. Menjadi mitra usaha kelompok perempuan dan kelompok usaha

    ekonomi produktif.

    b. Struktur Organisasi

    Struktur organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting

    dalam pembagian tugas dan wewenang pekerjaan untuk kelancaran dan

    keberhasilan dalam menjalankan lembaga. Pimpinan dan karyawan

    diharuskan untuk mengetahui dengan jelas tugas dan tanggung jawab

    sepenuhnya atas pekerjaan tersebut. Adapun struktur organisasi Unit

    Pengelola Keuangan (UPK) DAPM di Kecamatan Tompobulu sebagai

    berikut :

    Gambar 4. 1 Struktur Organisasi UPK DAPM

    c. Tugas Pokok dan Fungsi Pengurus UPK DAPM

    Tugas pokok dan fungsi pengurus UPK DAPM Kecamatan

    Tompobulu adalah sebagai berikut :

    Ketua

    Lukman HR

    Sekretaris

    Naswar, S.Pd

    Bendahara

    Kasma Indah, S.Pd

  • 37

    a. Tugas pokok UPK DAPM

    1. Melakukan sosialisasi program Simpan Pinjam untuk Perempuan

    (SPP).

    2. Melakukan pembinaan kelompok/TPK (penguatan pengurus

    kelompok/TPK, pembinaan administrasi).

    3. Melakukan penagihan pengembalian SPP sesuai rencana.

    4. Melakukan pembinaan/penyehatan pinjaman apabila terjadi

    tunggakan/kelompok bermasalah).

    5. Pengendalian organisasi.

    6. Sebagai Unit Pengelola Keuangan (UPK) tingkat kecamatan.

    7. Mempertanggungjawabkan kegiatan dan keuangan dalam forum

    BKAD.

    b. Fungsi UPK DAPM

    1. Memperkokoh hubungan kemitraan UPK dan kelompok dengan

    prinsip saling membutuhkan, saling membantu dan saling

    menguntungkan.

    2. Memantapkan kinerja UPK dengan melakukan penataan organisasi,

    administrasi dan peningkatan pelayanan kepada kelompok

    pemanfaat.

    3. Melakukan pembinaan kepada kelompok/pemanfaat secara berkala

    terutama penguatan modal kelompok SPP dalam bentuk simpanan

    kelompok dan pembiayaan sumber lain.

    4. Memantapkan jaringan antara kelompok dengan menjadikan UPK

    sebagai sumber informasi, pertemuan rutin antar kelompok dan

  • 38

    menciptakan ekosistem kegiatan kelompok yang berazaskan gotong

    royong.

    5. Melakukan kerjasama antara UPK, pemerintah dan lembaga swasta

    dalam hal penguatan kelembagaan, pembinaan dan permodalan.

    6. Melakukan pelatihan peningkatan kapasitas pengurus kelompok.

    7. Membangun kerjasama dengan pemerintah dalam bentuk dukungan

    dana dan dukungan teknis.

    B. Hasil Penelitian

    Program Simpan Pinjam untuk Perempuan merupakan salah

    satu program peninggalan dari program PNPM adalah suatu program

    khusus untuk perempuan berupa dana bergulir yang diberikan untuk

    usaha peningkatan kesejahteraan kaum perempuan melalui kelompok

    simpan pinjam untuk perempuan. Kelompok SPP ini adalah kelompok

    ibu-ibu yang menjalankan usaha untuk meningkatkan pendapatan dan

    mewujudkan keluarga sejahtera. Program SPP dalam bentuk

    pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan

    ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.

    Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan observasi terhadap

    pengurus UPK dan masyarakat yang tergabung dalam program SPP,

    sejak bulan Juni sampai Juli 2020.

    Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    teknik wawancara semi terstruktur (bersifat terbuka dan tidak fokus hanya

    ke pertanyaan). Selama proses observasi atau wawancara berlangsung,

    peneliti dapat mengklasifikasikan mengenai akuntabilitas program SPP

  • 39

    yang diuraikan dalam beberapa kelompok, yaitu manfaat program SPP

    bagi masyarakat, penyebab terjadinya pinjaman bermasalah/kredit

    macet, pengelolaan pinjaman bermasalah pada dana bergulir simpan

    pinjam untuk perempuan, dan faktor penghambat dan faktor pendukung

    program SPP.

    1. Manfaat Penggunaan Dana Bergulir

    Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP) merupakan kegiatan

    pemberian dana bergulir untuk kelompok perempuan dalam

    mengembangkan usaha mikro dengan memberikan akses permodalan

    yang dibutuhkan oleh pengusaha mikro dan golongan ekonomi lemah

    secara luas dan murah.

    Kehadiran SPP di Kecamatan Tompobulu, kemampuan

    masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki diharapkan

    dapat meningkat sehingga berpengaruh terhadap peningkatan taraf hidup

    masyarakat. Dengan dilanjutkannya program SPP sebagai program

    peninggalan dari PNPM Mandiri yaitu SPP sebagai bentuk partisipasi

    kaum perempuan untuk mengelola simpan pinjam dalam kelompok.

    Untuk mengetahui manfaat yang dirasakan masyarakat selama

    bergabung dalam program SPP dapat dilihat dari hasil wawancara

    Kartini.

    “Kalau saya manfaatnya itu saya rasakan sekali. Saya dulu mulai dari 0 dengan program ini saya pinjam uang dari UPK terus saya beli petak tempat jualan di pasar masih harga 350.000 dulu. Dulu itu maksimal 1 sampai 2 juta perorang yang bisa dipinjam dan Alhamdulillah sekarang anak saya sudah sarjana dan itu titisannya dari program ini sampai sekarang juga saya sudah punya kios di pasar sekarang juga saya sudah

  • 40

    biasa meminjam di UPK sampai 10 juta karena harga rokok naik dan saya bayar selama 1 tahun”.

    Gambar 4. 2 Wawancara dengan Ibu Kartini

    Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut

    dapat disimpulkan bahwa manfaat yang dirasakan selama bergabung

    adalah meningkatnya pendapatan, yang sebelumnya tidak memiliki

    kios/tempat jualan dipasar selama bergabung sudah bisa memiliki kios

    dipasar untuk tempat jualan.

    Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkaituntuk mengetahui

    manfaat yang dirasakan masyarakat selama bergabung dalam program

    SPP dapat dilihat dari hasil wawancara Sriwahyuni.

    “Kalau manfaatnya itu saya rasakan sekali dengan bantuan modal dari UPK saya bisa menambah barang-barang jualan saya yang sebelum saya bergabung itu hanya sedikit barang yang saya jual”.

    Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut

    dapat disimpulkan bahwa dengan adanya bantuan modal dari UPK

    berupa dana bergulir maka anggota kelompok yang menjalankan

    usahanya dapat menambah jumlah barang dagangannya.

  • 41

    Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui

    manfaat yang dirasakan masyarakat selama bergabung dalam program

    SPP dapat dilihat dari hasil wawancara Rampe.

    “Usaha saya itukan jual barang campuran, selama saya gabung itu yang sebelumnya saya tidak punya kios di pasar itu semenjak gabung saya sudah punya kios dipasar untuk jualan, itu berkat bantuan modal dari UPK terus saya juga bisa menambah barang-barang jualan saya di kios di pasar sama barang-barang jualan di rumah”.

    Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut

    dapat disimpulkan bahwa manfaat yang dirasakan dengan adanya

    program SPP adalah sudah mempunyai tempat jualan sendiri di pasar

    dan dapat menambah jumlah barang dagangannya.

    Program SPP saat ini membawa dampak positif bagi masyarakat

    yang bergabung dengan program ini. Sejak adanya bantuan modal usaha

    dari UPK DAPM pendapatan ekonomi masyarakat meningkat. Padahal,

    sebelum adanya bantuan modal usaha dari UPK DAPM atau sebelum

    adanya program SPP pendapatan masyarakat relative rendah. Setelah

    masyarakat bergabung dengan program SPP ini, masyarakat mampu

    meningkatkan pendapatan ekonominya dibuktikan dengan sudah memiliki

    tempat jualan di pasar dan dapat menambah jumlah barang

    dagangannya,

    2. Penyebab Terjadinya Pinjaman Bermasalah/Kredit Macet

    Adanya pengelolaan dana bergulir yang optimal pada program

    SPP maka dapat menekan jumlah kredit macet. Jika kondisi UPK berada

    dalam kondisi yang baik maka program SPP ini akan berjalan lancar.

    Namun, jika sebaliknya kondisi UPK berada dalam kondisi yang kurang

  • 42

    bagus maka kegiatan program SPP akan mengalami penurunan. Oleh

    karena itu, analisis pengelolaan dana sangat diperlukan untuk menekan

    jumlah kredit macet dalam perusahaan.

    Untuk mengetahui penyebab terjadinya pinjaman

    bermasalah/kredit macet dapat dilihat dari hasil wawancara Lukman HR.

    “Untuk penyebab terjadinya kredit macet itu paling umum karena pendapatan ekonominya menurun, dalam menjalankan usahanya itu mengalami kerugian, adanya bencana alam yang menimpa si anggota ini jadi sebab

    terjadinya kredit macet”.

    Gambar 4. 3 Wawancara dengan Pak Lukman HR.

    Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut

    dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya pinjaman

    bermasalah/kredit macet adalah pendapatan ekonomi anggota kelompok

    menurun, mengalami kerugian dalam usahanya, dan adanya bencana

    alam.

    Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui

    penyebab terjadinya pinjaman bermasalah/kredit macet dapat dilihat dari

    hasil wawancara Naswar, S.Pd.

  • 43

    “Penyebab tunggakan itu yang pertama pendapatan anggota kelompok menurun, terus yang kedua usahanya macet, yang ketiga gagal panen kopi misalnya kan itu juga jadi penyebab anggota kelompok menunggak. Tapi yang menunggak ini biasanya tidak sampai 5 bulan menunggak paling. Misalnya si A yah menunggak karena gagal panen kopi padahal sebelumnya itu dia bayar tepat waktu tapi karena pendapatannya menurun jadinya dia menunggak, dan tetap dia menunggak meskipun itu hanya 1 bulan tapi terserah dari dia yang mau bayar kapan apa pertengahan tahun atau akhir tahun

    yang jelas dia bayar”.

    Dari hasil wawancara yang diungkapkan informan tersebut dapat

    disimpulan bahwa penyebab terjadinya kredit macet adalah pendapatan

    ekonomi anggota kelompok menurun, usaha yang dijalankan macet,

    terjadinya gagal panen.

    Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui

    penyebab terjadinya pinjaman bermasalah/kredit macet dapat dilihat dari

    hasil wawancara Kasma Indah, S.Pd.

    “Kalau penyebab tunggakan itu sebenarnya sama dengan yang dikatakan Pak Lukman sama Pak Naswar, kebanyakan karena usahanya macet terus pendapatannya menurun jadinya dia tidak bisa bayar tunggakannya tepat

    waktu”.

    Gambar 4. 4 Wawancara dengan Ibu Kasma Indah, S.Pd

  • 44

    Dari hasil yang diungkapkan informan tersebut dapat disimpulkan

    bahwa penyebab tunggakan sama dengan jawaban yang diungkapkan

    informan sebelumnya adalah usaha macet yang menyebabkan

    pendapatan menurun sehingga menyebabkan anggota menunggak.

    Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui

    penyebab terjadinya pinjaman bermasalah/kredit macet dapat dilihat dari

    hasil wawancara Kartini.

    “Usahanya itu seperti jual barang campuran, bengkel, dan lain-lain. Penyebab tunggakannya itu misalnya yang usahanya usaha motor dia terlalu banyak kasi cicil motornya ke orang terus orang itu lambat dia bayar cicilannya dan itu yang jadi penyebab terhambatnya pembayaran karena terhambat di orang lain. Kalau keringanan itu ya tidak dikenakan hukuman apa-apa dari UPK dan saya hanya bertanggung jawab untuk menagih dan kepercayaan yang nomor 1”.

    Dari hasil wawancara yang diungkapkan informan tersebut

    adalah usaha yang dijalankan anggota kelompok adalah salah satunya

    usaha motor, usahanya macet disebabkan karena terlalu banyak

    memberikan cicilan kepada pelanggan dan pelanggan tersebut

    menunggak dalam pembayaran angsuran cicilan motornya sehingga

    anggota kelompok yang memiliki usaha motor ini pendapatannya

    menurun sehingga menyebabkan anggota kelompok ini menunggak

    dalam pembayaran angsurannya perbulan.

    Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui

    penyebab terjadinya pinjaman bermasalah/kredit macet dapat dilihat dari

    hasil wawancara Sri Wahyuni.

    “Usaha saya itu kan jual pakaian terus saya rugi karena kurang yang beli dan ada juga beberapa pelanggan yang pinjam tapi belum dia bayar jadi pas ada anggota yang bayar ke saya,

  • 45

    saya pikir uangnya ini saya gunakan dulu untuk kepentingan pribadi dan usaha saya terus saya pikir juga kalau saya bisa bayar sebelum jatuh tempo tapi ternyata pas jatuh tempo saya belum bisa bayar tunggakan ini”.

    Dari hasil wawancara yang diungkapkan informan tersebut dapat

    disimpulkan bahwa ketua kelompok yang menunggak atau

    menyelewengkan dana tersebut menggunakan dana tersebut untuk

    memenuhi kepentingan usaha dan kepentingan pribadinya.

    Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui

    penyebab terjadinya pinjaman bermasalah/kredit macet dapat dilihat dari

    hasil wawancara Rampe.

    “Penyebab anggota kelompok menunggak itu karena yang pertama gagal panen terus yang punya usaha jual barang campuran itu kan harga barang sekarang pada naik yah kayak rokok mahal sekarang, mahal yang mau dibeli sedangkan yang mau dijual murah nah dari situlah penyebabnya gagal panen terus usahanya macet karena harga barang naik jadinya menunggak”.

    Dari hasil wawancara yang diungkapkan informan tersebut dapat

    disimpulkan bahwa penyebab anggota menunggak adalah gagal panen,

    usaha macet dikarenakan harga barang dagangan seperti rokok

    mengalami kenaikan menjadi penyebab utama terjadinya

    tunggakan/kredit macet.

    3. Pengelolaan Pinjaman Bermasalah Pada Dana Bergulir Simpan

    Pinjam Untuk Perempuan

    Kelompok sebagai aset yang penting bagi UPK (Unit Pengelola

    Keuangan) dalam program simpan pinjam untuk perempuan maka arahan

    dan pendampingan kelompok sangat diperlukan agar kelompok benar-

  • 46

    benar menjadi media bagi atau alat dalam memberdayakan masyarakat,

    sehingga masyarakat dapat memperoleh manfaat dan kesejahteraan dari

    keberadaan kelompok ini. Kelompok sebagai aset UPK artinya kelompok-

    kelompok yang menjadi partner UPK yang memiliki organisasi yang sehat

    maka akan berpengaruh pada kesehatan UPK juga. Pinjaman

    bermasalah disebabkan oleh berbagai sumber masalah dan diperlukan

    penanganan yang sesuai. Penyelesaian pinjaman bermasalah pada saat

    ini mengandalkan waktu pada penagihan dan membutuhkan biaya yang

    tidak sedikit. Tujuan pengelolaan pinjaman bermasalah sebagai berikut :

    1. Melestarikan dan mengembangkan dana bergulir agar tetap

    memberikan manfaat kepada masyarakat miskin yang membutuhkan

    permodalan untuk usaha.

    2. Menguatkan kelembagaan UPK dalam pengelolaan pinjaman yang

    akuntabilitas sehingga UPK diharapkan menjadi lembaga yang

    dipercayai oleh berbagai pihak.

    3. UPK mempunyai pola pengelolaan pinjaman bermasalah yang telah

    disepakati dan diketahui oleh berbagai pihak, transparan kepada

    masyarakat, pola penyelesaian sesuai dengan permasalahan, dan

    memberikan rasa keadilan.

    4. Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa dana yang tertanam

    pada pinjaman bermasalah merupakan hak masyarakat sehingga jika

    terjadi tunggakan maka akan menjadi tanggung jawab masyarakat

    secara keseluruhan.

    Adapun prosedur permohonan pinjaman perguliran sebagai berikut :

  • 47

    1. Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan anggota

    kelompok yang menjadi pemanfaat pinjaman pergulilran dengan bukti

    daftar hadir dan berita acara pertemuan.

    2. Bila disetujui oleh pengurus kelompok, maka pengurus kelompok

    merekap pengajuan pinjaman anggota, selanjutnya menulis proposal

    pinjaman kelompok diserta dengan persyaratan yang dibutuhkan:

    2.1 Foto copy KTP calon peminjam.

    2.2 Foto copy kartu keluarga.

    2.3 Surat persetujuan suami/penjamin.

    2.4 Berita acara musyawarah kelompok.

    2.5 Pernyataan kesediaan tanggung renteng.

    2.6 Surat pernyataan pinjam dan kesanggupan pengembalian.

    2.7 Surat permohonan kredit yang diketahui oleh kepala desa.

    Setelah lengkap selanjutnya pengurus kelompok menyerahkan

    proposal langsung kepada UPK.

    3. Proposal pinjaman perguliran ditunjukan pada UPK DAPM

    4. Bagi anggota peminjam baru nilai pinjaman maksimal Rp 5.000.000

    dan bagi peminjam baru maksimal Rp 10.000.000.

    5. Untuk kelompok penyalur pinjaman (chanelling) batas usulan

    pinjaman per-anggota kelompok maksimal Rp 10.000.000.

    Untuk mengetahui bagaimana penanganan dalam pinjaman

    bermasalah/kredit macetdana bergulir program simpan pinjam untuk

    perempuan dapat dilihat dari hasil wawancara Lukman HR.

    “Yang kita lakukan itu pertama tim verifikasi melakukan verifikasi secara intens ke kelompok dan anggota kelompok dan ini biasanya dilakukan seminggu sebelum pencairan dana.

  • 48

    Terus yang kedua kita UPK melakukan kunjungan secara rutin ke kelompok. kemudian UPK melakukan pembinaan ke kelompok secara rutin dan berkelanjutan. Selain itu kita juga melakukan kegiatan administrasi dengan cara mencatat dibuku kas, tercatat di aplikasi SI UPK ONLINE, membuat surat pernyataan kepada kelompok untuk segera melunasi kredit macetnya, dan yang terakhir itu kegiatan penanganan kredit bermasalah tercatat dalam buku kegiatan agenda UPK”.

    Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut

    dapat disimpulkan bahwa tim verifikasi bersama UPK melakukan

    kunjungan dan pembinaan ke kelompok secara rutin dan berkelanjutan

    serta melakukan kegiatan administrasi untuk meminimalisir terjadinya

    kredit macet.

    Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui

    bagaimana penanganan dalam pinjaman bermasalah/kredit macet

    danabergulir program simpan pinjam untuk perempuan dapat dilihat dari

    hasil wawancara Naswar, S.Pd.

    “Ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu melakukan pendekatan secara persuasive ke ketua kelompok yang bersangkutan. Ada beberapa hal yang ditawarkan yang pertama itu ditanyakan kenapa kau berniat melakukan penyelewengan. Jadi untuk mengantisipasi hal itu kita ada beberapa alternative yang ditawarkan yang pertama merescheduling kembali pinjamannya artinya dijadwal ulang kembali kalau misalnya 5.000.000 berarti kita tinggal melakukan kesepakatan 5.000.000 ini mau dia bayar berapa bulan kalau misalnya 12 bulan dia mau rescheduling berarti 5.000.000 ini harus dibagi 12. Yang kedua menanyakan langsung kapan kau bayar sekian dan kalau misalnya langkah-langkah persuasif langkah-langkah kekeluargaan sudah kita tempuh dan tidak ada juga solusi ya ujung-ujungnya pasti keranah hukum, tapi sebelum kesana kita pasti lakukan langkah-langkah persuasif dulu karena inikan UPK adalah pemberdayaan tidak boleh langsung eksekusi masyarakat. Tapi ada dulu yang pernah kita lakukan berurusan sama kepolisian, kejaksaan, ada yang pernah terjadi pada tahun 2014”.

  • 49

    Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut

    dapat disimpulkan bahwa ada berapa hal yang harus diperhatikan kepada

    ketua kelompok yang bersangkutan, yaitu merescheduling kembali atau

    menjadwalkan ulang kembali berapa bulan tunggakan tersebut harus

    dibayar. Kemudian menanyakan secara langsung kepada anggota

    kelompok yang menunggak kapan tunggakannya harus dibayar. Jika

    langkah-langkah persuasive telah dilakukan tetapi tidak menemukan

    solusi maka jalur hukum yang akan ditempuh.

    Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui

    bagaimana penanganan dalam pinjaman bermasalah/kredit macet dana

    bergulir program simpan pinjam untuk perempuan dapat dilihat dari hasil

    wawancara Kasma Indah, S.Pd.

    “Seperti yang disebutkan tadi samaPak Naswar yah kita melakukan langkah-langkah persuasive dulu. Kalau saya kan bendahara menagih terus ke ketua kelompok melalui telpon sama sms tapi kita lihat kondisi dulu kalau pendapatani ekonomi anggota yang menunggak itu menurun maka kita UPK akan pahami tapi kalau sebaliknya pendapatan ekonominya itu baik maka kita kenakan bunga sebesar 0,5% dari pokok pinjaman.Terus kita UPK sama tim penyehatan pinjaman melakukan musyawarah tingkat kecamatan bersama BKAD, BP-UPK, tim verifikasi dan TPP untuk bahas tindakan apa yang akan kita ambil serta penanganannya terhadap kelompok yang bermasalah ini. Intinya kita disini selidiki juga apa sebabnya dia menunggak terus kita sepakati berapa bulan dia harus bayar itu tunggakan terus kita buatkan laporan namanya itu laporan koletibilitas untuk digolongkan sebagai kelompok yang

    pinjamannya bermasalah.”.

    Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut

    dapat disimpulkan bahwa UPK terlebih dahulu melakukan langkah-

    langkah persuasive dengan cara melakukan kesepakatan dengan

    anggota kelompok yang menunggak untuk pembayaran tunggakannya,

  • 50

    menagih kepada ketua kelompok melalui via telepon dan sms dengan

    melihat kondisi perekonomian anggota yang menunggak, melakukan

    musyawarah bersama BKAD, BP-UPK, tim verifikasi, UPK, dan tim

    penyehatan pinjaman untuk pengambilan tindakan dan penanganan

    terhadap anggota kelompok yang menunggak kemudian dibuatkan

    laporan kolektibilitas untuk digolongkan sebagai kelompok yang

    pinjamannya bermasalah.

    Selanjutnya dengan penjelasan serupa terkait untuk mengetahui

    bagaimana penanganan dalam pinjaman bermasalah/kredit macet dana

    bergulir program simpan pinjam untuk perempuan dapat dilihat dari hasil

    wawancara Kartini.

    “Saya selidiki dulu apa sebab dia menunggak terus saya sedikit kasih ancaman dengan mengatakan kalau uang ini uang pemerintah bukan uang saya ada hukum yang berlaku kalau tidak dibayar. Tapi tidak pernah ada kejadian sepanjang saya menagih bahkan ya sempat ada yang ke Malaysia cari uang tetap kita tagih melalui telepon meskipun dia lagi di Malaysia”.

    Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan tersebut

    dapat disimpulkan bahwa dalam penanganan kredit bermasalah ketua

    kelompok terlebih dahulu menyelidiki penyebab tunggakan teta