aku

59
BAB I PENDAHULUAN Peranan unggas mempunyai andil yang besar dalam pemenuhan gizi, peningkatan taraf hidup, penyedia lapangan pekerjaan dan sebagainya. Sehubungan dengan itu, maka unggas terus dikembangkan dengan penelitian. Hasil utama dari unggas adalah daging dan telur, sementara hasil sampingan berupa bulu dan kotoran serta kesenangan (ornamented) sebagai hasil khusus. Ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pemeliharaan unggas secara teoritis maupun praktis serta menyangkut tentang produksi, genetik, teknologi hasil dan pemasaran unggas dinamakan ilmu ternak unggas (poultry science). Bersamaan dengan perkembangan ilmu ternak unggas maka berkembang pada usaha-usaha yang berkaitan erat dan saling mendukung antara lain vaksin, pabrik farmasi, pabrik pakan ternak, pabrik sampah dan lain- lain. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Sejalan dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, meningkat pula kebutuhan akan protein hewani. Salah satu sumber protein hewani adalah telur ayam. Telur ayam mempunyai nilai gizi yang tidak kalah dibandingkan 1

Upload: laksita-barbara

Post on 24-Oct-2015

177 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

unggas

TRANSCRIPT

Page 1: Aku

BAB I

PENDAHULUAN

Peranan unggas mempunyai andil yang besar dalam pemenuhan gizi,

peningkatan taraf hidup, penyedia lapangan pekerjaan dan sebagainya. Se-

hubungan dengan itu, maka unggas terus dikembangkan dengan penelitian.

Hasil utama dari unggas adalah daging dan telur, sementara hasil sampingan

berupa bulu dan kotoran serta kesenangan (ornamented) sebagai hasil

khusus.

Ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pemeliharaan unggas se-

cara teoritis maupun praktis serta menyangkut tentang produksi, genetik,

teknologi hasil dan pemasaran unggas dinamakan ilmu ternak unggas (poul-

try science). Bersamaan dengan perkembangan ilmu ternak unggas maka

berkembang pada usaha-usaha yang berkaitan erat dan saling mendukung

antara lain vaksin, pabrik farmasi, pabrik pakan ternak, pabrik sampah dan

lain-lain.

Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Sejalan

dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, meningkat pula

kebutuhan akan protein hewani. Salah satu sumber protein hewani adalah

telur ayam. Telur ayam mempunyai nilai gizi yang tidak kalah dibandingkan

produk ternak yang lain, selain itu harganya yang murah dan mudah

mendapatkannya.

Meningkatnya konsumsi telur ayam, belum diiringi dengan kenaikan

populasi dan produksi ayam petelur itu sendiri, hal ini disebabkan oleh

manajemen pemeliharaan yang belum baik dan efektif. Hanya sebagian kecil

dari peternakan rakyat yang sudah menerapkan manajemen pemeliharaan

yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi, hal ini merupakan salah

satu hambatan dalam peningkatan populasi ayam putelur, padahal Indonesia

mempunyai kondisi lingkungan yang baik untuk pengembangan ayam

1

Page 2: Aku

petelur, terutama temperatur lingkungan yang lebih rendah dari pada

temperatur tubuh ayam, sehingga peluang pemeliharaan ayam pretelur di

Indonesia masih sangat terbuka lebar.

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa lebih memahami dan mener-

apkan teori yang didapat dibangku kuliah dengan mempraktekkannya lang-

sung di lapangan sehingga dapat mengetahu cara-cara pemeliharaan ayam

layer dengan benar serta terampil dalam mengelolanya dan lebih mengenal

langsung industri ternak unggas di kunjungan perusahaan.

2

Page 3: Aku

BAB II

KEGIATAN PRAKTIKUM

Pemeliharaan Minggu Ke-0

Pemeliharaan minggu ke-0, sebelum DOC dimasukkan dilakukan

sanitasi kandang terlebih dahulu, kemudian dibuatkan brooder yang

menggunakan koran pada kandang. Pakan yang diberikan pertama yaitu BR

1 dan di beri air minum, pakan yang diberikan pada minggu ini adalah

sebanyak 11 gram/ ekor/hari. Hari ke-3 dilakukan vaksinasi yaitu ND 1

dengan cara diteteskan pada mata. Pagi dan sore hari sebelum dilakukan

vaksinasi ND 1 ayam diberi vitastress agar pada saat dilakukan vaksinasi

ayam tidak mengalami stres. Penimbangan minggu ke-0 ini yang dilakukan

antara lain adalah penimbangan berat badan ayam, pengukuran panjang dan

diameter shank, lingkar dada, serta panjang tulang dada, panjang badan

ayam dan penimbangan pakan untuk satu minggu berikutnya.

Pemeliharaan Minggu Ke-1

Pemeliharaan minggu ke-1, ayam diberi makan pada jam 06.30 dan

pukul 15.30. Pakan yang diberikan sebanyak 17 gram/ekor/hari. Pada hari

ke-10 dilakukan vaksinasi Gumboro, vaksin tersebut dicampurkan pada air

minum. Sebelum dilakukan vaksinasi Gumboro ayam diberi vitastress agar

pada saat dilakukan vaksinasi ayam tidak mengalami stres. Penimbangan ke-

2 dilaukan pada hari ke-14, dilakukan penimbangan berat badan ayam,

pengukuran panjang dan diameter shank, lingkar dada, serta panjang tulang

dada, panjang badan ayam dan penimbangan pakan untuk satu minggu

berikutnya.

Pemeliharaan Minggu Ke-2

Pemeliharaan minggu ke-2, koran yang melapisi kandang sudah mulai

3

Page 4: Aku

dilepas sebab ayam sudah mulai aktif bergerak dan nafsu makan tinggi.

Pakan yang diberikan pada minggu ini adalah sebanyak 22 gram/ekor/ hari.

Pada hari ke-19 dilakukan vaksinasi ND 2 yang diteteskan pada mata. Pagi

dan sore hari sebelum dilakukan vaksinasi ND 2 ayam diberi vitastress agar

pada saat dilakukan vaksinasi ayam tidak mengalami stres. Penimbangan ke-

3 dilakukan sama seperti penimbangan sebelumnya.

Pemeliharaan Minggu ke-3

Pada minggu ke-3, jumlah pakan yang diberikan adalah 27

gram/ekor/hari. Pada siang sudah hari tidak perlu diberi pemanas lagi, tetapi

jika pakan yang diberikan tidak habis, dianjurkan untuk diberi penerangan.

Penimbangan minggu ke-4 dilakukan kegiatan sama seperti penimbangan

minggu sebelumnya.

Pemeliharaan Minggu ke-4

Pada minggu ke-4 jumlah pakan yang diberikan sebesar 35

gram/ekor/hari. Penimbangan minggu ke-5 dilakukan kegiatan sama seperti

penimbangan minggu sebelumnya.

Panen ayam minggu ke-5

Minggu ke-5 dilakukan penen ayam dan penimbangan terakhir.

Penimbangan minggu ke-6 dilakukan kegiatan sama seperti penimbangan

minggu sebelumnya tertapi tidak menimbang pakan lagi.

4

Page 5: Aku

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ayam Layer

Ayam ras petelur merupakan hasil rekayasa genetis berdasarkan

karakter-karakter dari ayam-ayam yang sebelumnya ada. Perbaikan-

perbaikan genetik terus diupayakan agar mencapai performance yang

optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Salah

satu keuntungan dari telur ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang

lebih tinggi dibandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang

lain. Perbandingan produktivitas ayam ras petelur dengan ayam buras

disajikan pada table berikut :

Tabel 1. Perbandingan produktivitas ayam ras petelur dengan ayam buras

Keterangan Aayam ras Ayam burasProduksi telur (butir/tahun) 200 – 250 40 – 60Berat telur (gram) 50-60 30 – 40Sifat mengeram Hampir tidak ada AdaKemampuan produksi tinggi terbatas

(Anonim, 2010)a

Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe tipe ayam petelur ringan

dan tipe ayam petelur medium. Tipe ayam petelur sering disebut dengan

ayam petelur putih yang mempunyai ciri-ciri badan ramping atau kecil mungil,

bulunya putih bersih dan berjengger merah. Ayam tipe ini umumnya berasal

dari galur murni White leghorn yang mampu bertelur lebih dari 260 butir/

tahun. Ayam tipe petelur ringan ini sensitif terhadap cuaca panas dan keribu-

tan. Tipe ayam petelur medium mempunyai ciri-ciri bobot badan ayam ini

cukup berat, sehingga ayam ini disebut dengan ayam dwiguna. Ayam ini

umumnya mempunyai warna bulu coklat dan menghasilkan telur berwarna

coklat pula. Ayam tipe ringan maupun tipe medium memerlukan pemeli-

haraan yang relatif sama (Anonim, 2010)a.

5

Page 6: Aku

Impor strain Grand Parent Stock (GPS) layer yang masuk ke Indonesia

adalah ISA Brown, Hisex Brown, Hy Line dan Lohman Brown sedangkan un-

tuk Parent Stock (PS) layer hanya strain Hy Line. Begitu pula dengan Hy Line

yang sempat menjadi primadona strain layer juga ikut menurun dan kini

bergeser ke Isa Brown  (Majalah Poultry Indonesia, 2009).

Strain layer yang ada di Indonesia Lohmann Brown (A), Hisex Brown

(B), Hy Line Brown (C), dan Isa Brown (D).

Praktikum pemeliharaan ayam layer yang telah dilakukan yaitu dengan

menggunakan strain layer Isa Brown. Isa Brown adalah generasi ayam

Prancis, yang merupakan persilangan antara Rhode Island dan Pulau Rhode

Merah Putih ayam. Produksi telur ayam isa brown tinggi yaitu sekitar 300

telur per ekor. Isa Browns sekarang dianggap oleh peternak sebagian besar

keturunan ayam, bukan hanya hibrida. Pemuliaan Isa Brown × Isa Brown

akan menghasilkan anak ayam Isa Brown. Keturunan ISABrown telah

dimodifikasi dari waktu ke waktu dan Isa Brown dibesarkan untuk

mendapatkan kembali terbaik pada telur untuk makanan yang diberikan

(Anonim, 2010)b.

Tabel 2. Strain ayam petelur

Strain Umur Awal Produksi(minggu)

Umur pada Produksi 50%(minggu)

Puncak Produksi(%)

FCR Kematian (%)

Lohmann Brown MF 402

19-20 22 92-93 2,3-2,4 2-6

Hisex Brown 20-22 22 91-92 2,36 0,4-3Bovans White 20-22 21-22 93-94 2,2 5-6Hubbard Golden Comet

19-20 23-24 90-94 2,2-2,5 2-4

Dekalb Warren

20-21 22,5-24 90-95 2,2-2,4 2-4

6

Page 7: Aku

Bovans Goldline

20-21 21,5-22 93-95 1,9 6-7

Brown Nick 19-20 21,5-23 92-94 2,2-2,3 4-7Bovans Nera 21-22 21,5-22 92-94 2,3-2,45 2-5Bovans Brown

21-22 21-23 93-95 2,25-2,35

2-7

(Anonim, 2010)a

Perkandangan

Kandang merupakan unsur penting dalam usaha peternakan ayam.

Kandang dipergunakan mulai dari awal hingga masa berproduksi. Pada

prinsipnya, kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya

pembuatan murah, dan memenuhi persyaratan teknis (Hartono, 1997).

Perkandangan merupakan hal yang sangat penting, lebih-lebih

kandang merupakan tempat untuk memelihara intensif. Maka untuk memberi

keselamatan dan kenyamanan hidup diperlukan kandang yang higienis.

Kandang higienis adalah kandang yang tidak lembab dan tidak menimbulkan

penyakit (Prayitno dan Yuwono, 1997)

Penyebab utama kelembaban adalah karena dalam ruang kandang

tidak mendapat sinar matahari sehingga kontaminasi penyakit mudah timbul,

padahal penyakit sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya usaha yang

dikelola. Maka untuk menghindari kegagalan dalam usaha untuk pembiakan,

kandang harus benar-benar diperhatikan (Hartono, 1997).

Tipe Kandang

Tipe kandang menurut Nuroso (2010), dibagi berdasarkan bentuk atap

kandang, sistem ventilasi, dan lantai kandang. Berdasarkan bentuk atap ada

tiga tipe kandang, yaitu gable roof, monitor roof, dan saw tooth roof.

Gable roof. Atap kandang yang terdiri dari dua sisi dan tidak ada

lubang di puncaknya, tipe atap yang umum digunakan pada bangunan

7

Page 8: Aku

seperti rumah. Tipe atap ini biasanya digunakan pada kandang yang tidak

terlalu luas karena efisien dan biayanya lebih murah.

Monitor roof. Atap kandang bersusun atau kandang yang terdiri dari

dua sisi pada bagian puncaknya ada lubang ventilasi udara. Umumnya

digunakan pada bangunan kandang yang luas sehingga sirkulasi udara lebih

lancar, suhu udara di dalam kandang relatif efektif lebih sejuk dan membantu

mengeluarkan debu serta gas beracun seperti amoniak.

Saw tooth roof. Atap yang terdiri dari beberapa sisi yang terputus-

putus menyerupai gigi gergaji, sisi satu dengan yang lainnya bercelah-celah

yang berfungsi untuk mengeluarkan udara. Tipe atap ini umumnya dipakai

kandang pada daerah yang kondisi tanahnya tidak rata.

Berdasarkan sistem ventilasi ada 2 tipe kandang, yaitu opened house

dan closed house.

Opened house. Disebut juga kandang terbuka dimana kondisi di

dalam kandang sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di luar kandang.

Dinding kandang berslat terbuat dari bambu, kayu maupun kawat ram yang

memungkinkan pergerakan udara langsung masuk kandang. Untuk

mengantisipasi kecepatan angin masuk ke dalam kandang, dinding kandang

dipasang tirai pelindung yang dapat di atur buka dan tutup.

Closed house. Kandang tertutup yang terkontrol kondisi di dalam

kandang, sehingga kondisi di luar kandang tidak mempengaruhi secara

langsung kondisi di dalam kandang. Sebagian besar dinding di dalam

kandang tertutup kecuali bagian ujung kandang untuk udara masuk dan

keluar. Sistem ventilasi atau pergerakan udara tergantung sepenuhnya pada

kipas yang dipasang yaitu kipas yang mendorong masuk ke dalam kandang

dan kipas yang menyedot udara keluar dari kandang.

Berdasarkan lantai ada 2 tipe kandang, yaitu slat dan litter.

8

Page 9: Aku

Slat. Slat adalah lantai kandang panggung dengan menggunakan

bilahan potongan bambu atau kayu yang dipasang secara berselah.

Keunggulan dari lantai slat ini adalah meminimalkan kontak langsung ayam

dengan kotoran dan sirkulasi udara lebih baik dibandingkan dengan non slat.

Sedangkan kekurangannya adalah ayam mudah terperosok dan terjepit pada

slat. Kandang slat bisa juga dikombinasikan dengan kolam ikan (balong)

yang dikenal dengan istilah longyam.

Litter. Litter disebut juga kandang postal, yaitu lantai kandang yang

langsung bersentuhan dengan tanahpada bangunan kandang atau di atas

lantai kandang diberikan alas (litter). Litter adalah suatu lapisan permukaan

dari bahan yang dapat menyerap air dengan baik dan tidak berdebu serta

berfungsi sebagai alas yang melindungi ayam dari lantai yang dingin. Litter ini

mempunyai peranan yang cukup penting dalam memberikan lingkungan yang

nyaman.

Berdasarkan literatur di atas tipe kandang yang di gunakan pada saat

praktikum adalah tipe slat atau kandang panggung. Menurut Yahya (2000),

tipe kandang yang digunakan pada saat praktikum adalah tipe cage. Tipe

cage, yaitu bangunan kandang berbentuk sangkar berderet menyerupai

batere dan alasnya dibuat berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini

adalah tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing terkontrol,

memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak mudah. Kelemahan

sistem ini adalah biaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan

mineral, sering banyak lalat.

Kepadatan Kandang

Penggunaan kandang harus disesuaikan dengan kapasitasnya.

Populasi yang terlalu padat mengakibatkan ayam menderita cekaman (stres)

sehingga menurunkan laju pertumbuhan, selain itu efisiensi penggunaan

pakan juga rendah, sebaliknya populasi yang terlalu rendah mengakibatkan

9

Page 10: Aku

efisiensi penggunaan kandang rendah. Semua itu berdampak pada

berkurangnya keuntungan secara ekonomis. Faktor yang mempengaruhi

tingkat kepadatan kandang antara lain temperatur lingkungan, tipe kandang,

ukuran ayam dan umur ayam (Suprijatna et al., 2005).

Penerapan kepadatan kandang saat ini sangat bervariasi, namun

kepadatan maksimum yang dianjurkan 34 ekor/m². Dari segi kenyamanan

ternak maka kepadatan kandang yang baik adalah yang masih

memungkinkan ayam melakukan hal-hal seperti, mudah menjangkau tempat

pakan dan minum dengan jarak tidak lebih dari 4 m, melakukan kebiasaan

yang normal misalkan mengepakkan sayap, mandi debu dan berpindah dari

suatu tempat yang sesak ke tempat yang lebih longgar (Prayitno dan

Yuwono, 1997).

Kepadatan kandang tidak mempengaruhi siklus produksi telur tetapi

faktor usialah yang mempengaruhi produksi telur. Penjelasan tentang

bagaimana profil fisiologis bertepatan menjadi perhatian dalam menentukan

kesejahteraan tabel dikurung telur ayam petelur selama siklus produksi,

khususnya yang berkaitan dengan stres dan metabolisme. Peningkatan

tingkat plasKepadatan kandang berpengaruh terhadap peningkatan plasma

adrenocortical, hormon, corticosterone (CS) yang mempengaruhi stres akut

pada unggas (Davis, et. al, 2010).

Temperature dan kelmbaban

Praktikum industri ternak unggas kemarin menggunakan pemanas

berupa lampu bohlam sebanyak 2 buah. Menurut yahya (1990) suhu lampu

yang cook untuk anak ayam yang berumur sampai satu minggu adalah 32O

sampai 35O C. suhu ini diukur pada pinggir lampu pemanas, 5 cm diatas litter.

Pemanas dengan suhu yang cocok adalah hal yang penting, karena

pertumbuhan anak ayam sangat dipengarui oleh suhu induk buatan. Terlalu

panas atau terlalu dingin membuat pertumbuhan tidak baik atau

10

Page 11: Aku

pertumbuhany ang tidak merata. Suhu induk buatan diturunkan 2,5O C tiap

minggu dengan cara menaikan bola lampu dari lantai atau mengganti dengan

bola lampu yang lebih kecil wattnya. Sedangkan padasaat praktikum tidak

disediakan thermometer, sehingga control untuk suhu tidak bisa optimal.

Temperature lingkungan yang rendah akan meningkatkan energi

metabolism dan akibatnya menebabkan pembuangan panas juga meningkat.

Temperature lingkungan yang tinggi ditandai dengan aktifitas mekanisme

pembuangan panas dan sebagian akan meningkatkan sekresi dari hormone

pengaktif metabolism. Pada saat yang sama akan terjadi penurunan

konsumsi pakan, sebagai reaksi penyesuaian dari ternak pada temperature

lingkungan ang tinggi, dan temperature tubuh akan menigkat. Sidadolog

(2001) juga menambahkan bahwa peningkatan temperature lingkungan dari

21,2O C sampai 37,8O C meningkatkan kebutuhan air minum dua kali liapat

dan konsumsi pakan menurun. Daya hidup ayam pada temperature tinggi

berkorealasi positif dengan presistensi (kemampuan0 konsumsi air minum.

Peningkatan konsumsi air merupakan usaha ayam untuk mepercepat

pembuangan paans melalui evaporasi dan konduksi pada jaringan organ

pencernaan (Sidadolog, 2001).

Pakan

Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan

anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat

makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi.

Agar pertumbuhan dan produksi minimal jumlah dan kandungan zat-zat

makanan yang diperlukan oleh ternak harus memadai (Suprijatna et al.,

2005).

Pakan yang digunakan.

Pakan yang digunakan pada saat praktikum adalah BR1. Pakan BR1

digunakan mulai DOC sampai mencapai umur 6 minggu. Pakan jadi

merupakan formulasi pakan yang memenuhi persyaratan daan diramu sesuai

11

Page 12: Aku

dengan kebutuhan ternak. Kelebihan pakan jadi yaitu kandungan pakannya

sudah lengkap dan tinggal diberikan sesuai kebutuhan ternak, selain itu juga

praktis. Kekurangan pakan jadi adalah harganya yang relative lebih tinggi

daripada hasil pencampuran konsentrat (Rasidi, 2000).

Bentuk Pakan

Pakan bentuk crumble ini lebih disukai unggas usia muda atau pada

fase pertumbuhan. Kelebihan pakan bentuk crumble dibandingkan dengan

pakan bentuk tepung tepung adalah bersifat higienis karena dalam

pembuatannya melalui proses penguapan (pengukusan) sehingga dapat

membunuh mikroba atau menghilangkan zat penghambat yang merugikan

unggas. Pemberian pakan bentuk crumble ini juga akan meningkatkan

efisiensi jumlah pakan yang dikonsumsi unggas karena unggas tidak memilih

bahan baku pakan yang disenangi. Kekurangan bentuk pakan crumble harga

pakan relative tinggi dibandingkan pakan bentuk tepung (Rasidi, 2000).

Pakan bentuk pellet umumnya diberikan pada ternak usia dewasa.

Struktur pakan bentuk pellet lebih kompak dan seragam sehingga menjamin

keseimbangan zat-zat nutrisi yang terkandung pada pakan. Pembuatan

pakan pellet juga melalui proses pengukusa seperti halnya pembuatan pakan

crumble sehingga pakan ini sifatnya lebih higienis. Kelebihan lain dari pakan

bentuk pellet adalah daya simpannya lebih lama dan penggunaanya lebih

efisien karena pakan yang terbuang sedikit. Pakan bentuk pellet sebaiknya

dibuat dengan diameter 2,5 sampai 5 mm (Rasidi, 2000).

Kandungan pakan.

Analisa komposisi bahan pakan BR1 adalah air 12%, protein kasar

21%, lemak kasar 4%, serat kasar 4,5%, kalsium 0,9-1,1%, dan phosphor

0,7-0,9% (Anonim, 2009)d.

Pakan dapat dikatakan berkualitas baik jika mampu memberikan

seluruh kebutuhan nutrisi secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan

nutrisi tersebut bagi ternak. Dengan pakan berkualitas baik, proses

12

Page 13: Aku

metabolism yang terjadi di dalam tubuh ternak akan berlangsung secara

sempurna, sehingga ternak akan dapat memberikan hasil akhir berupa

daging sesuai dengan harapan (Ichwan, 2003).

Ransum untuk anak ayam petelur harus mempunyai kandungan zat-zat

makanan yang cukup agar bisa mendapatkan pertumbuhan yang sempurna.

Zat –zat yang terkandung dalam makanan anak ayam tersebut adalah

kandungan protein 19 sampai 21% ditambah tingkat energi yang tepat untuk

memperoleh pertumbuhan mula anak ayam yang cepat, dirumuskan agar

anak ayam mau makan karena bahan-bahan pelezatnya, hanya digunakan

bahan-bahan yang bermutu tinggi dan dapat meningkatkan pengembangan

tulang dan otot yang kuat (Chan et al., 2000).

Standar kebutuhan setiap fase ayam layer.

Berdasarkan jumlah kebutuhan zat-zat makanan harian untuk

kebutuhan berbagai tujuan, pakan dikelompokkan sebagai tinggi, rendah,

variabel, atau intermediet. Kebutuhan pakan untuk produksi telur disebut

kebutuhan penggunaan tinggi (hight demand uses), molting sebagai

kebutuhan penggunaan rendah (low demand uses), sedangkan pertumbuhan

dan penggemukan dikelompokkan sebagai kebutuhan penggunaan

intermediet (Suprijatna et al., 2005).

Setiap fase ayam layer membutuhkan nutrisi yang berbeda-beda sesuai

dengan umur. Kebutuhan setiap fase ayam layer sebagai berikut:

13

Page 14: Aku

Tabel 3. Tabel kebutuhan nutrisi ayam petelur

Zat NutrisiAyam Petelur

Starter 1-6 minggu

Grower 6-20 minggu

> 20 minggu

Protein Kasar (%) 18-20 13,5-16 15-18Serat Kasar (%) < 6,5 < 7 < 7Lemak Kasar (%) 2,5-7 2,5-7 2,5-7Abu (%) 5-8 5-8 10-14Kalsium (%) 0,9-1,2 0,9-1,2 3,25-4Phospor (%) 0,65-0,9 0,6-0,9 0,6-0,9Aflatoksin (ppb) < 50 ppb < 50 ppb < 60 ppbL-Lysine (%) > 0,9 > 0,65 > 0,78DL-Methionine > 0,4 > 0,3 > 0,38

Sumber: Standar Nasional Indonesia, 1995

Manajemen Pemeliharaan

Sebelum DOC (Day Old Chicken) datang dipersiapkan kandang

terlebih dahulu. Kandang dibersihkan 3 hari sebelum pemasukan DOC

meliputi pembersihan kandang dengan mencuci kandang yang akan

digunakan oleh setiap kelompok. Tempat pakan dan tempat minum

dibersihkan. Lantai kandang dibersihkan dan dipel, lingkungan kandang juga

dibersihkan. Kandang disemprot dengan desinfektan, dan setiap kandang

dipasang lampu bohlam 40 watt sebanyak 2 buah tetapi jangan dinyalakan

terlebih dahulu. Kemudian 1 hari sebelum pemasukan DOC pembuatan

brooder yaitu dengan menutup kandang dengan koran, untuk menjaga suhu

dan kelembaban di dalam kandang dan lampu bohlam dinyalakan.

Kandang yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kandang

model cages. Sebelum DOC dimasukkan kedalam kandang DOC

diidentifikasi dengan peniti yang di tusuk pada bagian sayap, sehingga pada

saat pengambilan data setiap minggu tidak terjadi kekeliruan. Selain itu DOC

ditimbang, pakan ditimbang 11 g/ekor/hari dan air minum dicampurkan

dengan gula sebagai pengganti energi. DOC yang dipelihara dalam satu

14

Page 15: Aku

kandang berjumlah 15 ekor. Pakan yang diberikan berbentuk pellet merk

BR1, dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pagi pukul 06.30 dan pukul 15.00.

Litter kandang diganti apabila sudah kotor, dan air minum diganti setiap

pemberian pakan.

Vaksin Marek’s diberikan pada DOC setelah mentas. Biasanya

DOC ayam petelur yang akan didistribusikan divaksin Marek’s

terlebih dahulu. Penyakit Marek’s (Marek’s Disease) merupakan

penyakit yang sangat infeksius yang disebabkan oleh virus yang

dikenal sebagai herpesvirus, dengan subfamili Gamma

herpesvirinae (Anonim, 2007)e.

Gejala klinis yang terjadi antara lain kelemahan alat gerak

menyebabkan sayap terkulai dan kelumpuhan kaki. Perubahan

pasca mati antara lain pada bentuk visceral, maka terlihat benjolan-

benjolan atau tumor pada indung telur, hati, limpa, prankreas,

jantung, paru-paru, proventrikulus, ginjal dan usus, warna organ

menjadi putih kelabu dengan bidang sayatan keras dan kering

(Anonim, 2007)e.

Setelah 3 hari pemeliharaan diberikan vaksin ND1 yang dilakukan

dengan tetes mata, setiap ekor ayam satu tetes. Air minum yang diberikan

dicampurkan dengan vitastress pada pagi hari sebelum vaksin dan sore hari

setelah vaksin. Newcastel Disease merupakan nyakit yang sangat menular

dengan angka eatian tinggi, disebabkan oleh virus paramyxovirus. Gejala

peyakit ini antara lain pada anak ayam pernapasan sesak, batuk, lemah,

nafsu makan menurun, sayap terkulai dan leher berputar (tortokolis).

Kelainan pasca mati meliputi bintik-bintik perdarahan pada proventrikulus dan

seca tonsil, eksudat dan peradangan pada saluran pernapasan sert nekrosis

pada usus. Trachea terlihat lebih merah karena terjadi peradangan (Anonim,

2007)e.

15

Page 16: Aku

Cara pencegahan penyakit ND adalah dengan vaksinasi. Vaksin

diberikan pada anak ayam umur sehari menggunakan vaksin Hitchner B1.

Kemudian vaksin Hitchner B1 secara aerosol atau tetes mata pada hari ke-10.

Vaksin berikutnya diberikan ada umur 24 hari dan 8 minggu dengan vaksin

Hitchner B1 dalam air, diikuti pemberian vaksin emusi multivn yang inaktivasi

dengan minyak pada umur 18 sampai 20 minggu. Vaksn multivalen ini dapat

diberkan lagi ada umur 45 minggu (Anonim, 2007)e.

Setelah 12 hari setelah pemeliharan diberikan vaksin gumboro yang

dilakukan dengan dicampurkan dengan air minum. 2 jam sebelum pemberian

vaksin air minum dikosongkan untuk memaksimalkan agar pada saat

pemberiaan vaksin melalui air minum dapat maksimal. Setetah 2 jam

pemberian vaksin segera diganti dengan air yang telah diberi vitastress,

karena waktu aktif dari vaksin gumboro adalah 2 jam. Setelah 17 hari

pemeliharaan ayam diberi vaksin ND2 yang dilakukan dengan tetes mata,

setiap satu ekor ayam satu tetes. Air minum yang diberikan dicampurkan

dengan vitastress pada pagi hari sebelum vaksin dan sore hari setelah

vaksin.

Penyakit IBD (Infectious Bursal Disease) disebabkan oleh virus RNA

dengan famili Birnaviridae dan genus Birnavirus. Gejala yang terlihat pada

unggas yang menderita adalah kelemahan, dehidrasi, merejan, kadang bulu

sekitar anus kotor, peradangan sekitar kloaka, diare yang kadang disertai

darah, nafsu maan hilang, dan selanjutnya mati. Perubahan pasca mati pada

penderita IBD antara lain pembekkan bursa fabrisius hingga dua kali ukuran

normal, dan perdarahan pada otot terutama otot ektoral dan pada perbatasan

antara proventriculus dengan verticulus (Anonim, 2007)e.

Vaksinasi yang dilakukan pada peternakan pembibit petelur vaksinasi

dilakukan dengan vaksin aktif pada umur 12 minggu. Vaksin ke dua dilakukan

pada umur 20 minggu dengan vaksin inaktif. Ayam petelur dan ayam broiler

perlu divaksin pada saat umur 3 sampai minggu dengan vaksin aktif

16

Page 17: Aku

(Anonim, 2007)e.

Pengambilan data dilakukan setiap minggu meliputi panjang shank,

diameter shank, panjang tulang dada, lingkar dada, panjang badan, bobot

badan, dan sisa pakan, untuk mencari FCR. Pemberian pakan bertambah

setiap minggu, untuk pemeliharaan minggu pertama 11 g/ekor/hari, minggu

kedua 17 g/ekor/hari, minggu ketiga 22 g/ekor/hari, minggu keempat 28

g/ekor/hari, minggu kelima 35 /ekor/hari, dan minggu keenam 41 g/ekor/hari.

Setelah panen pada minggu keenam litter dibersihkan, dan lingkungan

kandang juga dibersihkan. Saat pemeliharaan tidak ada ayam yang mati.

Penampilan Produksi

FI (Feed Intake)

Feed Intake (FI) atau konsumsi pakan yaitu jumlah pakan yang

dihabiskan oleh ayam atau unggas pada periode waktu tertentu, misalnya

konsumsi pakan setiap hari dihitung dengan satuan gram/ekor/hari (Yuwanta,

2004). Menurut Basuki et al (1998) Feed Intake atau Feed Consumtion

adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak merupakan selisih antara

pakanyang diberikan dengan pakan yang tersisa.

Berikut adalah standar feed intake dan berat badan ayam petelur

strain Lohman Brown.

17

Page 18: Aku

Tabel 4. Target performa pullet strain Lohman Brown

Umur (minggu)Lohman Brown

BB (g) FI (g/ekor/hari)1 75 112 130 173 195 224 275 285 367 356 475 417 583 478 685 519 782 55

10 874 5811 961 6012 1043 6413 1123 6514 1197 6815 1264 7016 1330 7117 1400 7218 1475 75

Sumber: Manajemen Pemeliharaan MB 402 2009

Pengambilan data feed intake dan berat badan di ambil setiap

minggunya. Berdasarkan target performa pullet strain Lohman Brown. Data

berat badan dan feed intake pada saat praktikum adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Data berat badan dan feed intake saat praktikum

Umur Berat Badan (x) Feed intake0 42,21 9,231 175,87 15,882 216,53 17,133 276,93 27,334 405,2 31,635 544,4 37,72

18

Page 19: Aku

Berdasarkan data berat badan dan feed intake. Feed intake yang

didapat saat praktikum belum mencapai target performa pemeliharaan ayam

strain Lohman Brown. Kebutuhan pakan untuk ternak berbeda-beda

tergantung dari spesiesnya, jenis kelamin, ukuran ternak, tingkat

pertumbuhan, penyakit, kondisi ternak, lingkungan dan defisiensi nutrien

tertentu. Dalam kondisi normal pakan sangat berpengaruh terhadap

perkembangan dan pertumbuhannya (Kamal, 1994).

Tingkat konsumsi pakan pada ayam cenderung dipengaruhi oleh

tingkat energi pakan, maka kandungan nutrien dalam pakan perlu

disesuaikan dengan tingkat energi dan protein. Asam-asam amino pakan

hanya digunakan secara efektif jika tingkat energinya cukup (Blakely and

Bade, 1991).

Gain. Gain weight adalah berat badan pada periode waktu tertentu

denga cara mengurangi berat badan ayam pada akhir minggu dengan berat

badan pada awal minggu, kemudian dibagi dengan jumlah ayam dan jumlah

hari sehingga diperoleh satuannya dalam gram/ekor/hari (Yuwanta, 2004).

Semakin tinggi tingkat energi dalam pakan dan semakin tinggi persentase

asam amino essensial menyebabkan berat karkas akan semakin meningkat.

Ternak yang memperoleh pakan dengan kualitas baik akan menunjukan berat

badan yang lebih tinggi sehingga persentase karkasnya juga lebih tinggi

(Tilman, et. al., 1991).

Menurut Wahyu (1997) untuk mencapai hasil yang memuaskan dari

produk ternak perlu diperhatikan agar komposisi pakan dalam keadaan

seimbang antara energi, protein dan nutrien lainnya sesuai dengan

kebutuhan pemeliharaan. Meskipun demikian, jenis kelamin dan gerakan

mekanik dari ternak juga berpengaruh terhadap besarnya ADG (Basuki,

2002).

Berdasarkan data berat baan praktikum pada tabel 3 dan tabel target

19

Page 20: Aku

performa pullet strain Lohman Brown. Data saat praktikum berat badan

minggu ke-0 sampai minggu ke-5 berturut-turut yaitu 33,867 g, 66,13 g, 75,6

g, 108,67 g, 84,67 g, 139,2 g. Sedangkan target performa strain Lohman

Brown minggu ke-1 sampai minggu ke-6 berturut-turut yaitu 75 g, 130 g, 195

g, 275 g, 367 g, 475 g. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diketahui

target berat badan dapat dicapai setelah minggu ke-2, minngu pertama target

berat badan belum terpenuhi.

Feed Convertion Ratio

FCR merupakan besarnya perubahan dari pakan yang dikonsumsi

menjadi gain (berat badan) (Yuwanta, 2004). Pengertian FCR dalam lingkup

ayam layer yang sedang produksi, FCR merupakan perbandingan antara

banyaknya pakan yang dikonsumsi dengan tingkat produksi (telur) yang

dicapai. Sehingga makin kecil angka konversi pakan menunjukkan semakin

baik efisiensi penggunaan pakan. Bila angka perbandingan kecil berarti

kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak

untuk meningkatkan berat badannya (Gemilang, 2008). Data FCR saat

praktikum adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Feed convertion ratio ayam layer saat praktikumMinggu ke Rata-rata FCR (%)

1 1,92 1,683 1,594 1,755 1,896 2,62

Menurut Reksohadiprojo (1995), FCR dipengaruhi oleh kualitas ternak

yang dipelihara (termasuk daya adaptasinya terhadap pakan yang diberikan),

kualitas bahan pakan yang diberikan, dan metode pemberian pakan yang

digunakan.

20

Page 21: Aku

Mortalitas

Pada saat praktikum pemeliharaan telur yang berjumlah 15 ekor dalam

satu kelompok. Ayam yang dipelihara tidak ada yang mati. Mortalitas

merupakan angka kematian dalam pemeliharaan ternak.

Ada banyak hal yang berpengaruh terhadap mortalitas dalam

pemeliharaan unggas. Misalnya, adalah karena penyakit, kekurangan

pakan, kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lain sebagainya.

Penyakit didefinisikan sebagai segala penyimpangan gejala dari keadaan

kesehatan yang normal. Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit

tergantung dari jenis penyakit yang menyerang unggas. Dalam

pemeliharaan petelur yang berhasil, tingkat kematian 10 sampai 12%

dianggap normal dalam satu tahun produksi. Dalam kelompok pedaging,

kematian maksimum per tahun normalnya adalah sekitar 4%. Setiap

kematian yang melebihi angka tersebut harus dianggap sebagai kondisi

yang serius yang harus mendapat perhatian segera dari peternak yang

bersangkutan (Blakely and Bade, 1991).

Mortalitas

Pada saat praktikum pemeliharaan telur yang berjumlah 15 ekor dalam

satu kelompok. Ayam yang dipelihara tidak ada yang mati. Mortalitas

merupakan angka kematian dalam pemeliharaan ternak.

Ada banyak hal yang berpengaruh terhadap mortalitas dalam

pemeliharaan unggas. Misalnya, adalah karena penyakit, kekurangan

pakan, kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lain sebagainya.

Penyakit didefinisikan sebagai segala penyimpangan gejala dari keadaan

kesehatan yang normal. Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit

tergantung dari jenis penyakit yang menyerang unggas. Dalam

pemeliharaan petelur yang berhasil, tingkat kematian 10 sampai 12%

21

Page 22: Aku

dianggap normal dalam satu tahun produksi. Dalam kelompok pedaging,

kematian maksimum per tahun normalnya adalah sekitar 4%. Setiap

kematian yang melebihi angka tersebut harus dianggap sebagai kondisi

yang serius yang harus mendapat perhatian segera dari peternak yang

bersangkutan (Blakely and Bade, 1991).

Vaksinasi dan Pencegahan Peyakit

Vaksinasi

Pengertian Vaksin

Vaksin adalah suatu produk biologis yang berisis sejumlah besar jasad

renik yang sudah dilemahakan yang mempunyai anti gen tertentu jika masuk

ke dalam tubuh akan merangsang pembentukan anti bodi. Daya kerja suatu

vaksin adalah spesifik, sehingga doiperlukan vaksin yang berbeda untuk tiap

jenis penyakit.

Vaksin adalah cairan yang mengandung virus penyakit tertentu.

Gunanya untuk menimbulkan kekebalan tubuh bila suatu ketika penyakit

tersebut menyerang (Rasyaf, 1994).

Macam-macam Vaksin

Vaksin dibedakan menjadi 2 macam yaitu vaksin aktif dan inaktif.

Menurut Sudarmono (2003), vaksin aktif (hidup) merupakan vaksin yang

dibuat dari virus yang masih hiduo, tetapi tidak ganas lagi, sehingga ayam

yang divaksin pun tetap aman. Sedangkan vaksin inaktif (mati) merupakan

vaksin yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Vaksin ini dapat memberikan

kekebalan yang tinggi karena kualitasnya emulsi lemak yang baik. Tanpa

larutan minyak (emulsi lemak), vaksin inaktif ini hanya mampu memberikan

kekebalan dalam waktu yang singkat, karena virus mati yang dimasukkan ke

dalam tubuh ayam, dalam waktu beberapa hari saja akan dikeluarkan dari

tubuh ayam.

22

Page 23: Aku

Cara Pemberian Vaksin

Vaksin dapat diberikan kepada ayam dengan tiga cara yaitu melalui

tetes mata, air minum dan suntik. Menurut Redaksi Trubus (2010), cara

pemberian vaksin melalui tetes mata diberikan saat memberikan vaksin ND

yang diaplikasikan 1 sampai 4 hari pertama. Vaksin dicampurkan dengan

pelarut (larutan warna biru) dengan memasukkan ke dalam botol pelarut dan

diaduk dengan mengocok perlahan. Ayam dipegang bagian kepala lalu

diteteskan pada salah satu mata kanan, mata kiri atau hidung dan satu ayam

hanya mendapatkan satu tetes. Vaksin yang dilakukan melalui air minum

yaitu vaksin gumboro atau IB (infectious bronchitis), yang diaplikasikan 10

sampai 12 hari pemeliharaan. Vaksin ini diaplikasikan dengan cara dua jam

sebelum pelaksanaan, biarkan gallon air minum dalam keadaan kosong

sehingga ayam haus. Saat gallon terisi penuh larutan vaksin, diharapkan

semua ayam bergegas minum karena kehausan

Vaksin yang diberikan dengan disuntik diaplikasikan vaksin marek, ND

lanjutan dan vaksin AI. Vaksin dan adjuvant (media perantara vaksin)

dicampurkan lalu dikocok dalam botol vaksin hingga homogeny. Adanya

adjuvant membuat vaksin diserap perlahan sehingga dapat bertahan lama di

dalam tubuh ayam. Tangakap dan pegang ayam dengan tangan kiri dari arah

belakang ayam, dengan jempol dan telunjuk dan jepit leher belakang ayam.

Suntik vaksin di bagian kulit yang di jepit, tusuk jarum suntik di bawah kulit

pada pangkal leher, jangan sampai masuk ke pembuluh darah karena dapat

mengakibatkan infeksi (Redaksi Trubus, 2010).

Vaksinasi pada ayam perlu memperhatikan hal-hal berikut ini antara

lain:

1. Pada vaksinasi via air minum: 1) ayam dipuasakan air minum selama

1 sampai 2 jam (tergantung kondisi cuaca) sebelum vaksinasi; 2) Jum-

lah dan distribusi tempat minum sesuai dengan jumlah ayam; 3) Tem-

23

Page 24: Aku

pat minum jangan terkena sinar matahari langsung dan jauhkan

dari brooder; 4) Jika perlu vaksin diberikan 2 tahap untuk menghindari

ayam yang tidak kebagian vaksin

2. Tidak tergesa-gesa saat melakukan vaksinasi dan pastikan semua

ayam telah tervaksin dengan dosis yang sama

3. Pastikan vaksin yang diberikan masuk ke dalam tubuh ayam dengan

baik, yaitu 1) tetes mulut ditunjukkan dari reflek menelan; 2) tetes

hidung ditunjukkan ayam telah menghirup vaksin; 3) tetes mata di-

mana ayam telah berkedip; 4) injeksi (suntikan) terlihat pada lokasi

suntikan tidak basah. Dan secara umum tempat vaksinasi tidak

banyak tercecer vaksin

4. Ukuran jarum untuk ayam ialah 0,5 atau 0,9 mm dan jarum sebaiknya

diganti minimal setiap 500 penyuntikan. Selain itu pastikan posisi

penyuntikan membentuk sudut 30o dengan bagian tubuh ayam, jangan

tegak lurus

5. Untuk vaksin inaktif selama vaksinasi hendaknya vaksin tetap dikocok

secara periodik

6. Hati-hati saat memegang dan melepaskan ayam

7. Jangan melakukan desinfeksi selama 24 sampai 48 jam sebelum dan

sesudah vaksinasi dengan vaksin aktif (selain via injeksi)

8. Berikan vita stress sebelum dan sesudah vaksinasi selama 3 hari

berturut-turut (Anonimf, 2010).

Fungsi Vaksin

Vaksin dilakukan dengan tujuan memberikan kekebalan pada tubuh

ayam yang divaksinansi dari serangan penyakit. Usaha pencegahan penyakit

ayam melalui program vaksinasi harus mendapatkan perhatian dan prioritas

utama.

24

Page 25: Aku

Pencegahan Peyakit

Pencegahan penyakit merupakan suatu kegiatan yang penting yang

harus diterapkan oleh setiap peternak. Pencegahan penyakit lebih baih

daripada mengobati ayam yang sudah sakit. Apabila pencegahan penyakit

dilakukan secara intensif makakecil kemungkinan ayam akan terserang

penyakit.

Biosekuriti

Biosekuriti merupakan upaya untuk menjadikan suatu kawasan

Peternakan terbebas dari bibit penyakit (mikroorganisme patogen) dari vector

pembawanya (Junaidi, 2009).

Biosekuriti yang dilakukan dalam praktikum antara lain penyemprotan

dengan desinfektan apabila akan masuk ke dalam kandang. Pencelupan kaki

(deeping) sebelum masuk masuk ke dalam kandang, membersihkan tempat

pakan dan minum, serta membersihkan alas kandang.

Menurut Sudarmono (2003), pinsip biosekuriti antara lain menciptakan

suasana yang bersih di dalam kandang maupun lingkungan kandang,

ventilasi bersih. Tempat pakan dan minum dibersihkan dengan dengan air

bersih terutama lumut yang menempel pada tempat minum, sisa makanan

dibersihkan. Mencipakan suasana tenang di kandang maupun lingkingan

sekitar kandang. Orang asing sebaiknya dicegah masuk ke dalam areal

peternakan. Pinjam-meminjam alat kandang sebaiknya dihindari, dan ransum

yang diberikan sesuai dengan kebutuhan.

Sanitasi

Sanitasi adalah program di suatu kawasan peternakan untuk menjaga

tidak terjadinya perpindahan bibit penyakit menular sehingga ternak yang

dipelihara terbebas dari infeksi bibit penyakit serta selalu dalam kondisi

sehat.

25

Page 26: Aku

Menurut Junaidi (2009), program sanitasi yang sebaiknya dilakukan

antara lain menyemprot kandanng menggunakan disenfektan secara rutin.

Membersihkan kandang dan lingkungan kandang secra rutin. Karantina ayam

apabila terindiksi penyakit. Lalu lalang perpindahan karyawan atau peralatan

kandang dibatasi, dan binatang liar yang memungkinkan perpindahan

sebagai vektor peyebab penyakit perlu dibasmi. Selain itu pemeliharaan

sebaiknya dengan umur yang seragam dalam satu flok, menjaga litter

kandang tetap kering, menjaga ventilasi dan aliran udara dalam kandang

agar selalu dalam keadaan baik.

Analisis Hubungan

Analisis hubungan didapatkan berdasarkan korelasi antara berat

badan dengan panjang shank, diameter shank, panjang tulang dada, lingkar

dada dan panjang badan.

1. Hubungan antara Berat Badan dan Panjang Shank

Tabel 7. Hubungan antara berat badan dan panjang shankMinggu ke-

Berat Badan (x)

x2 Panjang Shank (y)

y2 x.y

0 42,21 1781,68 2,28 5,2 96,241 175,87 30930,26 2,55 6,5 448,472 216,53 46885,24 2,65 7,02 537,803 276,93 76690,22 4,06 16,48 1124,344 405,2 161187,04 4,65 21,62 1884,185 544,4 296371,36 5,57 31,02 3032,31Total 1661,14 613845,8 21,76 87,84 7123,4

FKx = Σx2

nFKy = Σy2

n

= 613845,8❑

6 =

87,846

= 102307,63 = 14,64

SSx = ∑ x2- F k x SSy = ∑ y2- FKy

26

Page 27: Aku

= 613845,8– 102307,63 = 87,84 – 14,64

= 515538,17 = 73,2

SPxy = Σ xy - ∑ x × ∑ y

nRxy =

SPxy

√SSx ×SSy

=7123,4 - 1661,14 × 21,766

= 1 099

√515538,17 ×73,2

= 7123,4 – 6024,40 = 1 0996143,08

= 1099 = 0,18

Thit = Rxy √n−2

√1−(Rxy )2 =

0 ,18 × √4 √1-0,0324

= 0, 360, 98

= 0,37

Ttabel = t ± α/2 (n-2)

= t ± 0,052

× 4

= 2,776

Thitung < Ttabel = 0,37 < 2,776

Uji Not Signifikan.

Ho diterima, Ha ditolak

Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa panjang shank tidak

mempengaruhi berat badan secara nyata.

2. Hubungan antara Berat Badan dan Diameter Shank

Tabel 8. Hubungan antara berat badan dan diameter shankMinggu ke

Berat Badan (x)

x2 Diameter shank (y)

y2 x.y

1 42,21 1781,68 0,322 0,10 13,592 175,87 30930,26 0,42 0,18 73,863 216,53 46885,24 0,51 0,26 110,434 276,93 76690,22 0,73 0,53 202,165 405,2 161187,04 0,75 0,56 303,9

27

Page 28: Aku

6 544,4 296371,36 1,016 1,032 533,1Total 1661,14 613845,8 3,748 2,662 1237,04

FKx = Σx2

nFKy = Σy2

n

= 613845,8❑

6 =

2,6626

= 102307,63 = 0,44

SSx = ∑ x2- F k x SSy = ∑ y2- FKy

= 613845,8– 102307,63 = 87,84 – 0,44

= 515538,17 = 87,4

SPxy = Σ xy - ∑ x × ∑ y

nRxy =

SPxy

√SSx ×SSy

=1237,04 - 1661,14×3,748

6 =

6085,74

√515538,17 ×87,4

= 7123,4 – 1037,66 = 6085,746712,53

= 6085,74 = 0,91

Thit = Rxy √n−2

√1−(Rxy )2 =

0 ,91 × √4 √1-0,83

= 1,820, 4

= 4,55

Ttabel = t ± α/2 (n-2)

= t ± 0,052

× 4

= 2,776

Thitung > Ttabel = 4,55 > 2,776

Uji Signifikan.

Ho ditolak Ha diterima.

Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa diameter shank

28

Page 29: Aku

mempengaruhi berat badan secara nyata.

3. Hubungan antara Berat Badan dan Lingkar Dada

Tabel 9. Hubungan antara berat badan dan lingkar dadaMinggu ke

Berat Badan (x)

x2 Lingkar Dada (Y)

y2 x.y

1 42,21 4448,89 8,34 69,56 352,032 175,87 16659,06 10,73 115,13 1887,083 216,53 39097,15 12,43 154,50 2691,474 276,93 88090,24 18 324 4984,745 405,2 164917,21 18,2 331,24 7374,646 544,4 279915,06 18,48 341,51 100605,512Total 1661,14 593127,62 86,18 1335,94 117895,472

FKx = Σx2

nFKy = Σy2

n

= 613845,8❑

6 =

1335,946

= 102307,63 = 222,66

SSx = ∑ x2- F k x SSy = ∑ y2- FKy

= 613845,8– 102307,63 = 1335,94 – 222,66

= 515538,17 = 1113,28

SPxy = Σ xy - ∑ x × ∑ y

nRxy =

SPxy

√SSx ×SSy

=117895,472- 1661,14 × 86,186

= 94035,972

√515538,17 ×1113,28

= 117895,472 – 23859,5 = 94035,97223957,01

= 94035,972 = 3,93

Thit = Rxy √n−2

√1−(Rxy )2 =

3,93 × √4 √1-15,44

= 7,863,8

= 2,07

29

Page 30: Aku

Ttabel = t ± α/2 (n-2)

= t ± 0,052

× 4

= 2,776

Thitung > Ttabel = 2,07 < 2,776

Uji non Signifikan.

Ho diterima Ha ditolak.

Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa lingkar dada tidak

mempengaruhi berat badan secara nyata.

4. Hubungan antara Berat Badan dan Panjang Tulang Dada

Tabel 10. Hubungan antara berat badan dan panjang tulang dadaUmur Berat

Badan (x)x2 Pjng Tulang

Dada (y)y2 x.y

1 42,21 4448,89 2,41 5,81 101,732 175,87 16659,06 4,04 16,32 710,513 216,53 39097,15 4,38 19,18 948,404 276,93 88090,24 5,13 26,32 1420,655 405,2 164917,21 7,82 61,15 3168,6646 544,4 279915,06 8,07 65,12 4393,31Jumlah 1661,14 593127,62 31,85 193,9 10743,264

FKx = Σx2

nFKy = Σy2

n

= 613845,8❑

6 =

193,96

= 102307,63 = 32,32

SSx = ∑ x2- F k x SSy = ∑ y2- FKy

= 613845,8– 102307,63 = 193,9 – 32,32

= 515538,17 = 161,58

30

Page 31: Aku

SPxy = Σ xy - ∑ x × ∑ y

nRxy =

SPxy

√SSx ×SSy

=10743,264 - 1661,14×31,85

6 =

1925,384

√515538,17 ×161,58

= 10743,264 – 8817,88 = 1925,3849126,92

= 1925,384 = 0,21

Thit = Rxy √n−2

√1−(Rxy )2 =

0,21 × √4 √1-0,46

= 0,420,73

= 0,58

Ttabel = t ± α/2 (n-2)

= t ± 0,052

× 4

= 2,776

Thitung < Ttabel = 0,58 < 2,776

Uji non Signifikan.

Ho diterima Ha ditolak

Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa panjang tulang dada

tidak mempengaruhi berat badan secara nyata.

5. Hubungan antara Berat Badan dan Panjang Badan

Tabel 11. Hubungan antara berat badan dan panjang badanUmur Berat

Badan (x)x2 Pjng Badan

(y)y2 x.y

1 42,21 4448,89 16,23 263,41 685,072 175,87 16659,06 20,2 498,04 3552,57

31

Page 32: Aku

3 216,53 39097,15 26,4 696,96 5716,3924 276,93 88090,24 31,67 1002,99 8770,375 405,2 164917,21 35,42 1254,58 1435,1846 544,4 279915,06 39,2 1536,64 21340,48Jumlah 1661,14 593127,62 169,12 5252,62 41500,066

FKx = Σx2

nFKy = Σy2

n

= 613845,8❑

6 =

5252,626

= 102307,63 = 875,44

SSx = ∑ x2- F k x SSy = ∑ y2- FKy

= 613845,8– 102307,63 = 5252,62 – 875,44

= 515538,17 = 4377,18

SPxy = Σ xy - ∑ x × ∑ y

nRxy =

SPxy

√SSx ×SSy

=41500,066 - 1661,14 ×169,126

= -5321,924

√515538,17 ×4377,18

= 41500,066 – 46821,99 = -5321,92447503,72

= -5321,924 = -0,11

Thit = Rxy √n−2

√1−(Rxy )2 =

-0,11 × √4 √1 + 0,0121

= -0.220,98

= -0,224

Ttabel = t ± α/2 (n-2)

= t ± 0,052

×

= 2,776

Thitung > Ttabel = -0,244 < 2,776

Uji non Signifikan.

Ho ditoerima Ha ditolak.

32

Page 33: Aku

Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa panjang badan tidak

mempengaruhi berat badan secara nyata.

Kunjungan perusahaan

Identitas perusahaan

Sejarah perusahaan

KP4 merupakan salah satu dari 5 Sub-Unit pada Unit Sarana

Penunjang Penelitian di UGM berdasarkan SK Rektor UGM

33

Page 34: Aku

No.:UGM/33/2803/UM/01/37 tahun 1988 tentang Pembentukan Unit Sarana

Penunjang penelitian. Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan

Pertanian atau Agricultural Training, Research and Development Station

(KP4/ATRD) Universitas Gadjah Mada seluas 35 hektar didirikan pada tahun

1975 dengan bantuan The Rockefeller Foundation. Lokasi KP4 adalah di

Kalitirto, Berbah, Sleman, berjarak sekitar 15 km dari kampus induk UGM.

Selanjutnya, sesuai SK Mendikbud No.: 0132/0/93 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Universitas Gadjah Mada, KP4 UGM memiliki status sebagai Sub-

Unit Sarana Penunjang Penelitian, yang secara operasional bertanggung

jawab pada Rektor up. Pembantu Rektor I, sedang pembinaannya dibawah

Lembaga Penelitian UGM.

Berdasarkan SK Rektor UGM No.: 168/P/SK/HKTL/2003 telah

diadakan Perubahan Nama dari Kebun Pendidikan, Penelitian dan

Percobaan Pertanian UGM menjadi Kebun Pendidikan, Penelitian dan

Pengembangan Pertanian UGM dengan singkatan yang sama (KP4 UGM).

Selanjutnya berdasarkan SK Rektor UGM No.: 259/P/SK/HT/2004 tentang

Organisasi dan Rincian Tugas Kantor Pimpinan Universitas, Lembaga,

Direktorat, Biro, dan Unit Kerja di Lingkungan Universitas Gadjah Mada, KP4

terdiri atas 2 bidang yaitu: bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Pertanian dan bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan

Hewan Ternak. KP4-UGM secara operasional bertanggungjawab kepada

Rektor up. Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada

Masyarakat.

Visi

Menjadi unsur penunjang pendidikan, penelitian, pengembangan

universitas terbaik bidang sumber daya hayati dan lingkungan hidup di Asia

Tenggara.

34

Page 35: Aku

Stuktur Organisasi

Jumlah pemilikan

Kandang yang digunakan di KP4 adalah kandang open hoise close

hous. Seriap kandang berisi berisi 5000 ekor ayam dengan total 45.000

ayam. Strain yang digunakan adalah lohmann yang berasal dari pembibitan

sendiri.

Manajemen perkandangan

Perkandangan

Kandang yang digunakan di KP4 adalah kandang open house atau

kandang terbuka berjumlah 5 dan close house atau kandang tertutup

35

Page 36: Aku

berjumlah 4. Model kandang sistem terbuka memberikan konstribusi yang

kurang bagus bila dibandingkan dengan model kandang sistem tertutup. Di

samping itu, model kandang sistem terbuka tidak sesuai lagi dengan

perkembangan mutu genetik ayam ras saat ini, yakni dengan strain-strain

modern dengan tingkat pertumbuhan yang relatif cepat bila dibandingkan

dengan strain ayam tempo dulu (Ahmadi, 2010).

Kandang model tertutup dimaksudkan untuk meminimalisir kontak

antara ayam dengan kondisi lingkungan di luar kandang. Tujuan pembuatan

model kandang ini adalah menciptakan lingkungan idealdalam kandang,

meningkatkan produktivitas ayam, efisiensi lahan dan tenaga kerja serta

menciptakan usaha peternakan yang ramah lingkungan (Ahmadi, 2010).

Pakan dan minum

Pakan yang digunakan adalah pakan BRI. Minum yang digunakan

berasal dari air sumur. Tempat pakan dan tempat minum yang digunakan

adalah tempat pakan nampan dan tempat minum otomatis. Pembagian

pakan dan dekatnya jarak tempat pakan (feeder) dengan unggas merupakan

hal penting untuk mencapai target tingkat konsumsi pakan. Sistem pemberian

pakan adalah tempat pakan manual dan otomatis. Tempat pakan manual ada

3 yaitu 1) Tempat pakan memanjang (long feeder), dengan standar 5

cm/ekor, 2) Tempat pakan bundar (round feeder), dengan standar 2 cm/ekor

dan 3) Tempat pakan nampan (tray feeder), umumnya digunakan minggu

pertama dengan standart pada hari I yaitu 1 nampan untuk 100 ekor. Tempat

pakan otomatis (chain feeder dan pan feeder) yaitu tempat pakan nampan

digunakan pada fase brooding yang secara perlahan-lahan diganti dengan

tempat pakan gantung. Untuk mencegah pakan tumpah bentuk tempat pakan

mempunyai “bibir” serta jeruji agar ayam tidak mengais pada tempat pakan;

tinggi tempat pakan digantung tapi piringannya masih menempel di lantai;

pengisian pakan sepertiga tinggi piringan (Anonim, 2010).

Penyediaan air yang bersih dan dingin secukupnya merupakan hal

36

Page 37: Aku

yang utama untuk memperoleh pertumbuhan broiler yang baik. Tempat

minum terdiri dari manual dan otomatis. Tempat minum manual yaitu tempat

minum berupa long drinker atau round drinker harus digantung dan pastikan

tinggi bibir tempat minum sejajar dengan bagian punggung ayam bila ayam

bediri. Tempat minum ini harus memiliki sekurang-kurangnya 1 cm/ayam.

Tempat minum otomatis yaitu tempat minum yang banyak digunakan adalah

tempat minum bulat baik manual maupun otomatis dengan bentuk

menyerupai bel (automatic bell drinker), Nipples, drink cups, hanging

automatic waterer. Ketinggian tempat minum diatur setinggi punggung

ayam,demikian pula tinggi air pada tempat minum yang diatur sesuai besar

ayam. Pada tempat minum otomatis kebutuhan tersebut bisa diatur dengan

mudah (Anonim, 2010).

Vaksinasi dan penanganan penyakit

Vaksinasi

Vaksin yang diberikan pada saat DOC berada dalam hatcher. Vaksin

yang diberikan adalah vaksin ND, vaksin ABD dan vaksin BD. Metode

pemberian dilakukan dengan suntik untuk vaaksin ABD dan spray dan

injection untuk vaksin ND dan BD. Menurut Sauvani (2010), macam-macam

vaksin yang digunakan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain:

Vaksin Merek. Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Marek

dan diberikan secara subcutan atau intramuskular pada DOC. Biasanya

vaksin ini sudah dilakukan oleh breeder.vaksinasi dilakukan dengan injeksi

subcutan di bawah leher.

Vaksin ND + IB. Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit New-

castle Disease dan Infectious Bronchitis.Cara pemberian vaksin ini ada 2

cara yaitu dengan tetes mata dan suntik injeksi intramuskular pada bagian

dada.

37

Page 38: Aku

Vaksin IB. Vaksin IB digunakan untuk menimbulkan kekebalan ayam

terhadap Infectious Bronchitis. Pemberian vaksin ini sangat mudah yaitu den-

gan mencampurkannya dalam air minum.

Vaksin ND. Pemberian vaksin ini bertujuan mencegah timbulnya

penyakit Newcastle Disease pada unggas. Vaksin ini juga dilakukan dengan

3 cara yaitu d engan pemberian tetes mata, metode injeksi subcutan

dan injeksi intramuskuler pada dada.

Vaksin Cocci. Vaksin Cocci ini sangat mahal harganya, sehingga

kadangkala banyak peternak yang melewati vaksin ini karena dalam beber-

apa pakan ayam jadipun sudah mengandung koksidiostat. Cara pemberian

vaksin ini terdapat 2 kategori ada yang menggunakannya melalui air minum

dan ada juga yang menyemprotkannya ke pakan.

Vaksin Gumboro. Vaksin gumboro juga diberikan pada air minum.

Vaksin Coryza. Vaksin coryza ini digunakan untuk mencegah timbul-

nya wabah Snot atau Coryza. Cara pemberian vaksin ini dilakukan dengan

injeksi intramuskuler pada dada atau paha.

Vaksin Fowl Pox. Vaksinasi cacar ini sangat berbeda dengan vaksin-

vaksin lainnya. Pemberian vaksin ini dilakukan dengan metode tusuk sayap.

Vaksin ini dikemas dalam satu vial berbentuk cairan emulsi.

Vaksin ILT. Vaksinasi ILT bertujuan untuk membentuk kekebalan

tubuh ayam terhadap terjadinya infeksi pada saluran laringotracheal. Cara

pemberian vaksin ini adalah tetes mata, tetes hidung dan pemberian pada air

minum.

Vaksin EDS. Vaksin ini selain merupakan booster untuk ND dan IB,

vaksin ini juga digunakan untuk mencegah terjadinya Egg Drop Syndrom

pada ayam layer. Vaksinasi ini dilakukan dengan melakukan injeksi intra-

muskuler pada dada.

Vaksin AI. Vaksinasi ini mulai merebak setahun belakangan ini akibat

adanya kasus flu burung yang melanda Thailand, China dan Malaysia. Di be-

38

Page 39: Aku

berapa wilayah Indonesia juga terjangkit wabah flu burung. Penyakit  ini juga

membuat kerugian yang sangat luar biasa karena seluruh ayam yang terkena

harus dimusnahkan. Namun, flu burung ini dapat ditanggulangi dengan

melakukan vaksinasi sejak dini yaitu melakukan vaksinasi pada anak-anak

ayam atau pada ayam dewasa agar terbentuk kekebalan tubuh terhadap

serangan flu burung yang dicurigai disebarkan melalui burung-burung liar

yang melakukan migrasi. Vaksin ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan

injeksi subcutan dan injeksi intramuskuler pada otot dada.

Pencegahan penyakit

Biosekuriti. Tindakan biosekuriti yang dilakukan adalah

penyemprotan desinfektan di pintu gerbang pada kendaraan dan foot

deeping. Desinfektan dengan clotin untuk mencegah penyakit akibat litter.

Menurut Deni (2007), berikut ini adalah beberapa hal penting lainya dalam

penerapan biosekuriti pada peternakan ayam untuk menjamin keamanan

produk unggas, diantaranya adalah tempat, tempat yang baik terletak di

suatu area yang mempunyai kepadatan unggas rendah, jauh dari peternakan

lain, dan jauh dari burung-burung liar. Prosedur manajemen yang mencakup

bangunan, lingkungan dan peralatan harus dipelihara dengan baik,

peternakan harus dijaga kebersihan dan pemeliharaannya, ada lokasi tempat

pembuangan limbah, biosekuriti kepada personal atau pengunjung untuk

mencegah patogen memasuki area peternakan, perusahaan perlu ada

kebijakan yang mengatur mobilitas pengunjung dan personal ke lokasi

peternakan, mengantisipasi penyakit yang sedang dicurigai atau ditetapkan,

semua sarana angkutan memasuki lokasi harus bebas dari potensi patogens.

pekerja dan peralatan Semua peralatan harus dibersihkan dan disuci-

hamakan dengan desinfektan, pekerja tidak ada kontak dengan unggas lain,

ternak atau burung-burung liar, personil tidak masuk ke lokasi peternakan jika

dicurigai ada penyakit yang bersifat zoonosis.

39

Page 40: Aku

Sanitasi. Tindakan sanitasi yang dilakukan adalah pembersihan litter

jika litter tersebit basah dan diganti dengan litter yang baru. Kebersihan

lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha

pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang

ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak

dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup

(Faishal, 2010).

Cara pengontrolan terhadap penyebaran penyakit adalah dengan

menjaga sanitasi kandang dan sistem operasional di peternakan. Sanitasi

bukan dan tidak terbatas hanya dalam satu perlakuan (misal: kebersihan

pakan dan kandang-kandang) tetapi haruslah berhubungan dengan Bio

Security atau pengamanan terhadap organisme hidup yang dalam hal ini

adalah jenis virus, protozoa, bakteri dan jamur (Sauvani, 2010).

Produktivitas

IP. IP yang diperoleh pada pemeliharaan ayam broiler di KP4 adalah

471,66%. Penghitungan Index Performance (IP) merupakan salah satu

parameter keberhasilan pemeliharaan ayam broiler. Standar performans

harian broiler bervariasi tergantung dari umur pemeliharaan (Komara, 2009).

FCR. FCR (Feed Conversion Ratio) atau konversi pakan dipengaruhi

oleh kualitas ternak yang dipelihara termasuk daya adaptasi ternak terhadap

pakan yang diberikan, kualitas bahan pakan, dan metode pemberian pakan

yang digunakan (Cahyono,1995).

FCR yang dipelihara di KP4 adalah 1,7 dengan berat badan 1,8 kg

dan umur panen 22 sampai 23 hari. Menurut Anonim (2009), FCR rata-rata

untuk ayam adalah 1,65 sampai 1,85 dengan bobot badan mencapai 2 kg.

40

Page 41: Aku

Mortalitas. Mortalitas yang terjadi mencapai 2 sampai 3%. Hal-hal

yang diperhatikan dalam menekan angka kematian adalah mengontrol

kesehatan ayam, mengontrol kebersihan tempat pakan dan minum serta

kandang, melakukan vaksinasi secara teratur, memisahkan ayam yang

terkena penyakit dengan tidak yang terkena penyakit, memberikan pakan dan

minum pada waktunya (Siregar et al., 1990).

Menurut Sainsbury (1995), besarnya angka kematian pada awal

pemasukan DOC tergantung pada kesuksesan sterilisasi kandang dalam

mengeliminasi bibit penyakit. Berdasarkan pengamatan memang masalah

sterilisasi kandang masih sangat kurang, pembuangan kotoran di dekat

kandang dan tentu saja kotoran merupakan sarang penyakit. Selain itu

waktu DOC mati belum dilakukan vaksinasi sehingga dengan mudah

terserang penyakit. DOC pada saat itu belum memiliki kekebalan untuk

melawan penyakit.

Pengananan limbah

Penanganan limbah di farm ini dengan menjual sekam bekas dan

kotoran. Menurut Rasyaf (1990), tinja unggas dapat dijadikan bahan pakan

untuk unggas itu sendiri dan biasanya adalah tinja ayam ras, proses ini

dikenal dengan proses daur ulang.

Kendala Perusahaan

Kendala yang dihadapi adalah cuaca panas pada pemeliharaan ayam

dan kandang yang terlalu longgar. Pada umumnya kondisi cuaca di Indonesia

selalu panas. Dalam kondisi panas feed intake menurun dan konsumsi

minum meningkat. Kandang close house kurang efektif sehingga banyak

ruang yang terbuang dan atap terlalu tinggi.

Saran dan kritik

41

Page 42: Aku

Dalam pembuatan kandang harus sesuai dengan populasi ayam yang

dipelihara. Jangan sampai ada ruangan yang tidak terpakai. Kandang close

house yang dipakai pada peternakan ayam broiler di KP4 sudah ketinggalan

jaman dan alat yang digunakan masih sederhana. Sebaiknya teknologi dan

peralatan ditingkatkan menurut perkembangan jaman sekarang. Agar dapat

menunjang produksi ayam broler.

42