aku
DESCRIPTION
unggasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Peranan unggas mempunyai andil yang besar dalam pemenuhan gizi,
peningkatan taraf hidup, penyedia lapangan pekerjaan dan sebagainya. Se-
hubungan dengan itu, maka unggas terus dikembangkan dengan penelitian.
Hasil utama dari unggas adalah daging dan telur, sementara hasil sampingan
berupa bulu dan kotoran serta kesenangan (ornamented) sebagai hasil
khusus.
Ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pemeliharaan unggas se-
cara teoritis maupun praktis serta menyangkut tentang produksi, genetik,
teknologi hasil dan pemasaran unggas dinamakan ilmu ternak unggas (poul-
try science). Bersamaan dengan perkembangan ilmu ternak unggas maka
berkembang pada usaha-usaha yang berkaitan erat dan saling mendukung
antara lain vaksin, pabrik farmasi, pabrik pakan ternak, pabrik sampah dan
lain-lain.
Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Sejalan
dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, meningkat pula
kebutuhan akan protein hewani. Salah satu sumber protein hewani adalah
telur ayam. Telur ayam mempunyai nilai gizi yang tidak kalah dibandingkan
produk ternak yang lain, selain itu harganya yang murah dan mudah
mendapatkannya.
Meningkatnya konsumsi telur ayam, belum diiringi dengan kenaikan
populasi dan produksi ayam petelur itu sendiri, hal ini disebabkan oleh
manajemen pemeliharaan yang belum baik dan efektif. Hanya sebagian kecil
dari peternakan rakyat yang sudah menerapkan manajemen pemeliharaan
yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi, hal ini merupakan salah
satu hambatan dalam peningkatan populasi ayam putelur, padahal Indonesia
mempunyai kondisi lingkungan yang baik untuk pengembangan ayam
1
petelur, terutama temperatur lingkungan yang lebih rendah dari pada
temperatur tubuh ayam, sehingga peluang pemeliharaan ayam pretelur di
Indonesia masih sangat terbuka lebar.
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa lebih memahami dan mener-
apkan teori yang didapat dibangku kuliah dengan mempraktekkannya lang-
sung di lapangan sehingga dapat mengetahu cara-cara pemeliharaan ayam
layer dengan benar serta terampil dalam mengelolanya dan lebih mengenal
langsung industri ternak unggas di kunjungan perusahaan.
2
BAB II
KEGIATAN PRAKTIKUM
Pemeliharaan Minggu Ke-0
Pemeliharaan minggu ke-0, sebelum DOC dimasukkan dilakukan
sanitasi kandang terlebih dahulu, kemudian dibuatkan brooder yang
menggunakan koran pada kandang. Pakan yang diberikan pertama yaitu BR
1 dan di beri air minum, pakan yang diberikan pada minggu ini adalah
sebanyak 11 gram/ ekor/hari. Hari ke-3 dilakukan vaksinasi yaitu ND 1
dengan cara diteteskan pada mata. Pagi dan sore hari sebelum dilakukan
vaksinasi ND 1 ayam diberi vitastress agar pada saat dilakukan vaksinasi
ayam tidak mengalami stres. Penimbangan minggu ke-0 ini yang dilakukan
antara lain adalah penimbangan berat badan ayam, pengukuran panjang dan
diameter shank, lingkar dada, serta panjang tulang dada, panjang badan
ayam dan penimbangan pakan untuk satu minggu berikutnya.
Pemeliharaan Minggu Ke-1
Pemeliharaan minggu ke-1, ayam diberi makan pada jam 06.30 dan
pukul 15.30. Pakan yang diberikan sebanyak 17 gram/ekor/hari. Pada hari
ke-10 dilakukan vaksinasi Gumboro, vaksin tersebut dicampurkan pada air
minum. Sebelum dilakukan vaksinasi Gumboro ayam diberi vitastress agar
pada saat dilakukan vaksinasi ayam tidak mengalami stres. Penimbangan ke-
2 dilaukan pada hari ke-14, dilakukan penimbangan berat badan ayam,
pengukuran panjang dan diameter shank, lingkar dada, serta panjang tulang
dada, panjang badan ayam dan penimbangan pakan untuk satu minggu
berikutnya.
Pemeliharaan Minggu Ke-2
Pemeliharaan minggu ke-2, koran yang melapisi kandang sudah mulai
3
dilepas sebab ayam sudah mulai aktif bergerak dan nafsu makan tinggi.
Pakan yang diberikan pada minggu ini adalah sebanyak 22 gram/ekor/ hari.
Pada hari ke-19 dilakukan vaksinasi ND 2 yang diteteskan pada mata. Pagi
dan sore hari sebelum dilakukan vaksinasi ND 2 ayam diberi vitastress agar
pada saat dilakukan vaksinasi ayam tidak mengalami stres. Penimbangan ke-
3 dilakukan sama seperti penimbangan sebelumnya.
Pemeliharaan Minggu ke-3
Pada minggu ke-3, jumlah pakan yang diberikan adalah 27
gram/ekor/hari. Pada siang sudah hari tidak perlu diberi pemanas lagi, tetapi
jika pakan yang diberikan tidak habis, dianjurkan untuk diberi penerangan.
Penimbangan minggu ke-4 dilakukan kegiatan sama seperti penimbangan
minggu sebelumnya.
Pemeliharaan Minggu ke-4
Pada minggu ke-4 jumlah pakan yang diberikan sebesar 35
gram/ekor/hari. Penimbangan minggu ke-5 dilakukan kegiatan sama seperti
penimbangan minggu sebelumnya.
Panen ayam minggu ke-5
Minggu ke-5 dilakukan penen ayam dan penimbangan terakhir.
Penimbangan minggu ke-6 dilakukan kegiatan sama seperti penimbangan
minggu sebelumnya tertapi tidak menimbang pakan lagi.
4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ayam Layer
Ayam ras petelur merupakan hasil rekayasa genetis berdasarkan
karakter-karakter dari ayam-ayam yang sebelumnya ada. Perbaikan-
perbaikan genetik terus diupayakan agar mencapai performance yang
optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Salah
satu keuntungan dari telur ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang
lebih tinggi dibandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang
lain. Perbandingan produktivitas ayam ras petelur dengan ayam buras
disajikan pada table berikut :
Tabel 1. Perbandingan produktivitas ayam ras petelur dengan ayam buras
Keterangan Aayam ras Ayam burasProduksi telur (butir/tahun) 200 – 250 40 – 60Berat telur (gram) 50-60 30 – 40Sifat mengeram Hampir tidak ada AdaKemampuan produksi tinggi terbatas
(Anonim, 2010)a
Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe tipe ayam petelur ringan
dan tipe ayam petelur medium. Tipe ayam petelur sering disebut dengan
ayam petelur putih yang mempunyai ciri-ciri badan ramping atau kecil mungil,
bulunya putih bersih dan berjengger merah. Ayam tipe ini umumnya berasal
dari galur murni White leghorn yang mampu bertelur lebih dari 260 butir/
tahun. Ayam tipe petelur ringan ini sensitif terhadap cuaca panas dan keribu-
tan. Tipe ayam petelur medium mempunyai ciri-ciri bobot badan ayam ini
cukup berat, sehingga ayam ini disebut dengan ayam dwiguna. Ayam ini
umumnya mempunyai warna bulu coklat dan menghasilkan telur berwarna
coklat pula. Ayam tipe ringan maupun tipe medium memerlukan pemeli-
haraan yang relatif sama (Anonim, 2010)a.
5
Impor strain Grand Parent Stock (GPS) layer yang masuk ke Indonesia
adalah ISA Brown, Hisex Brown, Hy Line dan Lohman Brown sedangkan un-
tuk Parent Stock (PS) layer hanya strain Hy Line. Begitu pula dengan Hy Line
yang sempat menjadi primadona strain layer juga ikut menurun dan kini
bergeser ke Isa Brown (Majalah Poultry Indonesia, 2009).
Strain layer yang ada di Indonesia Lohmann Brown (A), Hisex Brown
(B), Hy Line Brown (C), dan Isa Brown (D).
Praktikum pemeliharaan ayam layer yang telah dilakukan yaitu dengan
menggunakan strain layer Isa Brown. Isa Brown adalah generasi ayam
Prancis, yang merupakan persilangan antara Rhode Island dan Pulau Rhode
Merah Putih ayam. Produksi telur ayam isa brown tinggi yaitu sekitar 300
telur per ekor. Isa Browns sekarang dianggap oleh peternak sebagian besar
keturunan ayam, bukan hanya hibrida. Pemuliaan Isa Brown × Isa Brown
akan menghasilkan anak ayam Isa Brown. Keturunan ISABrown telah
dimodifikasi dari waktu ke waktu dan Isa Brown dibesarkan untuk
mendapatkan kembali terbaik pada telur untuk makanan yang diberikan
(Anonim, 2010)b.
Tabel 2. Strain ayam petelur
Strain Umur Awal Produksi(minggu)
Umur pada Produksi 50%(minggu)
Puncak Produksi(%)
FCR Kematian (%)
Lohmann Brown MF 402
19-20 22 92-93 2,3-2,4 2-6
Hisex Brown 20-22 22 91-92 2,36 0,4-3Bovans White 20-22 21-22 93-94 2,2 5-6Hubbard Golden Comet
19-20 23-24 90-94 2,2-2,5 2-4
Dekalb Warren
20-21 22,5-24 90-95 2,2-2,4 2-4
6
Bovans Goldline
20-21 21,5-22 93-95 1,9 6-7
Brown Nick 19-20 21,5-23 92-94 2,2-2,3 4-7Bovans Nera 21-22 21,5-22 92-94 2,3-2,45 2-5Bovans Brown
21-22 21-23 93-95 2,25-2,35
2-7
(Anonim, 2010)a
Perkandangan
Kandang merupakan unsur penting dalam usaha peternakan ayam.
Kandang dipergunakan mulai dari awal hingga masa berproduksi. Pada
prinsipnya, kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya
pembuatan murah, dan memenuhi persyaratan teknis (Hartono, 1997).
Perkandangan merupakan hal yang sangat penting, lebih-lebih
kandang merupakan tempat untuk memelihara intensif. Maka untuk memberi
keselamatan dan kenyamanan hidup diperlukan kandang yang higienis.
Kandang higienis adalah kandang yang tidak lembab dan tidak menimbulkan
penyakit (Prayitno dan Yuwono, 1997)
Penyebab utama kelembaban adalah karena dalam ruang kandang
tidak mendapat sinar matahari sehingga kontaminasi penyakit mudah timbul,
padahal penyakit sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya usaha yang
dikelola. Maka untuk menghindari kegagalan dalam usaha untuk pembiakan,
kandang harus benar-benar diperhatikan (Hartono, 1997).
Tipe Kandang
Tipe kandang menurut Nuroso (2010), dibagi berdasarkan bentuk atap
kandang, sistem ventilasi, dan lantai kandang. Berdasarkan bentuk atap ada
tiga tipe kandang, yaitu gable roof, monitor roof, dan saw tooth roof.
Gable roof. Atap kandang yang terdiri dari dua sisi dan tidak ada
lubang di puncaknya, tipe atap yang umum digunakan pada bangunan
7
seperti rumah. Tipe atap ini biasanya digunakan pada kandang yang tidak
terlalu luas karena efisien dan biayanya lebih murah.
Monitor roof. Atap kandang bersusun atau kandang yang terdiri dari
dua sisi pada bagian puncaknya ada lubang ventilasi udara. Umumnya
digunakan pada bangunan kandang yang luas sehingga sirkulasi udara lebih
lancar, suhu udara di dalam kandang relatif efektif lebih sejuk dan membantu
mengeluarkan debu serta gas beracun seperti amoniak.
Saw tooth roof. Atap yang terdiri dari beberapa sisi yang terputus-
putus menyerupai gigi gergaji, sisi satu dengan yang lainnya bercelah-celah
yang berfungsi untuk mengeluarkan udara. Tipe atap ini umumnya dipakai
kandang pada daerah yang kondisi tanahnya tidak rata.
Berdasarkan sistem ventilasi ada 2 tipe kandang, yaitu opened house
dan closed house.
Opened house. Disebut juga kandang terbuka dimana kondisi di
dalam kandang sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di luar kandang.
Dinding kandang berslat terbuat dari bambu, kayu maupun kawat ram yang
memungkinkan pergerakan udara langsung masuk kandang. Untuk
mengantisipasi kecepatan angin masuk ke dalam kandang, dinding kandang
dipasang tirai pelindung yang dapat di atur buka dan tutup.
Closed house. Kandang tertutup yang terkontrol kondisi di dalam
kandang, sehingga kondisi di luar kandang tidak mempengaruhi secara
langsung kondisi di dalam kandang. Sebagian besar dinding di dalam
kandang tertutup kecuali bagian ujung kandang untuk udara masuk dan
keluar. Sistem ventilasi atau pergerakan udara tergantung sepenuhnya pada
kipas yang dipasang yaitu kipas yang mendorong masuk ke dalam kandang
dan kipas yang menyedot udara keluar dari kandang.
Berdasarkan lantai ada 2 tipe kandang, yaitu slat dan litter.
8
Slat. Slat adalah lantai kandang panggung dengan menggunakan
bilahan potongan bambu atau kayu yang dipasang secara berselah.
Keunggulan dari lantai slat ini adalah meminimalkan kontak langsung ayam
dengan kotoran dan sirkulasi udara lebih baik dibandingkan dengan non slat.
Sedangkan kekurangannya adalah ayam mudah terperosok dan terjepit pada
slat. Kandang slat bisa juga dikombinasikan dengan kolam ikan (balong)
yang dikenal dengan istilah longyam.
Litter. Litter disebut juga kandang postal, yaitu lantai kandang yang
langsung bersentuhan dengan tanahpada bangunan kandang atau di atas
lantai kandang diberikan alas (litter). Litter adalah suatu lapisan permukaan
dari bahan yang dapat menyerap air dengan baik dan tidak berdebu serta
berfungsi sebagai alas yang melindungi ayam dari lantai yang dingin. Litter ini
mempunyai peranan yang cukup penting dalam memberikan lingkungan yang
nyaman.
Berdasarkan literatur di atas tipe kandang yang di gunakan pada saat
praktikum adalah tipe slat atau kandang panggung. Menurut Yahya (2000),
tipe kandang yang digunakan pada saat praktikum adalah tipe cage. Tipe
cage, yaitu bangunan kandang berbentuk sangkar berderet menyerupai
batere dan alasnya dibuat berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini
adalah tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing terkontrol,
memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak mudah. Kelemahan
sistem ini adalah biaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan
mineral, sering banyak lalat.
Kepadatan Kandang
Penggunaan kandang harus disesuaikan dengan kapasitasnya.
Populasi yang terlalu padat mengakibatkan ayam menderita cekaman (stres)
sehingga menurunkan laju pertumbuhan, selain itu efisiensi penggunaan
pakan juga rendah, sebaliknya populasi yang terlalu rendah mengakibatkan
9
efisiensi penggunaan kandang rendah. Semua itu berdampak pada
berkurangnya keuntungan secara ekonomis. Faktor yang mempengaruhi
tingkat kepadatan kandang antara lain temperatur lingkungan, tipe kandang,
ukuran ayam dan umur ayam (Suprijatna et al., 2005).
Penerapan kepadatan kandang saat ini sangat bervariasi, namun
kepadatan maksimum yang dianjurkan 34 ekor/m². Dari segi kenyamanan
ternak maka kepadatan kandang yang baik adalah yang masih
memungkinkan ayam melakukan hal-hal seperti, mudah menjangkau tempat
pakan dan minum dengan jarak tidak lebih dari 4 m, melakukan kebiasaan
yang normal misalkan mengepakkan sayap, mandi debu dan berpindah dari
suatu tempat yang sesak ke tempat yang lebih longgar (Prayitno dan
Yuwono, 1997).
Kepadatan kandang tidak mempengaruhi siklus produksi telur tetapi
faktor usialah yang mempengaruhi produksi telur. Penjelasan tentang
bagaimana profil fisiologis bertepatan menjadi perhatian dalam menentukan
kesejahteraan tabel dikurung telur ayam petelur selama siklus produksi,
khususnya yang berkaitan dengan stres dan metabolisme. Peningkatan
tingkat plasKepadatan kandang berpengaruh terhadap peningkatan plasma
adrenocortical, hormon, corticosterone (CS) yang mempengaruhi stres akut
pada unggas (Davis, et. al, 2010).
Temperature dan kelmbaban
Praktikum industri ternak unggas kemarin menggunakan pemanas
berupa lampu bohlam sebanyak 2 buah. Menurut yahya (1990) suhu lampu
yang cook untuk anak ayam yang berumur sampai satu minggu adalah 32O
sampai 35O C. suhu ini diukur pada pinggir lampu pemanas, 5 cm diatas litter.
Pemanas dengan suhu yang cocok adalah hal yang penting, karena
pertumbuhan anak ayam sangat dipengarui oleh suhu induk buatan. Terlalu
panas atau terlalu dingin membuat pertumbuhan tidak baik atau
10
pertumbuhany ang tidak merata. Suhu induk buatan diturunkan 2,5O C tiap
minggu dengan cara menaikan bola lampu dari lantai atau mengganti dengan
bola lampu yang lebih kecil wattnya. Sedangkan padasaat praktikum tidak
disediakan thermometer, sehingga control untuk suhu tidak bisa optimal.
Temperature lingkungan yang rendah akan meningkatkan energi
metabolism dan akibatnya menebabkan pembuangan panas juga meningkat.
Temperature lingkungan yang tinggi ditandai dengan aktifitas mekanisme
pembuangan panas dan sebagian akan meningkatkan sekresi dari hormone
pengaktif metabolism. Pada saat yang sama akan terjadi penurunan
konsumsi pakan, sebagai reaksi penyesuaian dari ternak pada temperature
lingkungan ang tinggi, dan temperature tubuh akan menigkat. Sidadolog
(2001) juga menambahkan bahwa peningkatan temperature lingkungan dari
21,2O C sampai 37,8O C meningkatkan kebutuhan air minum dua kali liapat
dan konsumsi pakan menurun. Daya hidup ayam pada temperature tinggi
berkorealasi positif dengan presistensi (kemampuan0 konsumsi air minum.
Peningkatan konsumsi air merupakan usaha ayam untuk mepercepat
pembuangan paans melalui evaporasi dan konduksi pada jaringan organ
pencernaan (Sidadolog, 2001).
Pakan
Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan
anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat
makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi.
Agar pertumbuhan dan produksi minimal jumlah dan kandungan zat-zat
makanan yang diperlukan oleh ternak harus memadai (Suprijatna et al.,
2005).
Pakan yang digunakan.
Pakan yang digunakan pada saat praktikum adalah BR1. Pakan BR1
digunakan mulai DOC sampai mencapai umur 6 minggu. Pakan jadi
merupakan formulasi pakan yang memenuhi persyaratan daan diramu sesuai
11
dengan kebutuhan ternak. Kelebihan pakan jadi yaitu kandungan pakannya
sudah lengkap dan tinggal diberikan sesuai kebutuhan ternak, selain itu juga
praktis. Kekurangan pakan jadi adalah harganya yang relative lebih tinggi
daripada hasil pencampuran konsentrat (Rasidi, 2000).
Bentuk Pakan
Pakan bentuk crumble ini lebih disukai unggas usia muda atau pada
fase pertumbuhan. Kelebihan pakan bentuk crumble dibandingkan dengan
pakan bentuk tepung tepung adalah bersifat higienis karena dalam
pembuatannya melalui proses penguapan (pengukusan) sehingga dapat
membunuh mikroba atau menghilangkan zat penghambat yang merugikan
unggas. Pemberian pakan bentuk crumble ini juga akan meningkatkan
efisiensi jumlah pakan yang dikonsumsi unggas karena unggas tidak memilih
bahan baku pakan yang disenangi. Kekurangan bentuk pakan crumble harga
pakan relative tinggi dibandingkan pakan bentuk tepung (Rasidi, 2000).
Pakan bentuk pellet umumnya diberikan pada ternak usia dewasa.
Struktur pakan bentuk pellet lebih kompak dan seragam sehingga menjamin
keseimbangan zat-zat nutrisi yang terkandung pada pakan. Pembuatan
pakan pellet juga melalui proses pengukusa seperti halnya pembuatan pakan
crumble sehingga pakan ini sifatnya lebih higienis. Kelebihan lain dari pakan
bentuk pellet adalah daya simpannya lebih lama dan penggunaanya lebih
efisien karena pakan yang terbuang sedikit. Pakan bentuk pellet sebaiknya
dibuat dengan diameter 2,5 sampai 5 mm (Rasidi, 2000).
Kandungan pakan.
Analisa komposisi bahan pakan BR1 adalah air 12%, protein kasar
21%, lemak kasar 4%, serat kasar 4,5%, kalsium 0,9-1,1%, dan phosphor
0,7-0,9% (Anonim, 2009)d.
Pakan dapat dikatakan berkualitas baik jika mampu memberikan
seluruh kebutuhan nutrisi secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan
nutrisi tersebut bagi ternak. Dengan pakan berkualitas baik, proses
12
metabolism yang terjadi di dalam tubuh ternak akan berlangsung secara
sempurna, sehingga ternak akan dapat memberikan hasil akhir berupa
daging sesuai dengan harapan (Ichwan, 2003).
Ransum untuk anak ayam petelur harus mempunyai kandungan zat-zat
makanan yang cukup agar bisa mendapatkan pertumbuhan yang sempurna.
Zat –zat yang terkandung dalam makanan anak ayam tersebut adalah
kandungan protein 19 sampai 21% ditambah tingkat energi yang tepat untuk
memperoleh pertumbuhan mula anak ayam yang cepat, dirumuskan agar
anak ayam mau makan karena bahan-bahan pelezatnya, hanya digunakan
bahan-bahan yang bermutu tinggi dan dapat meningkatkan pengembangan
tulang dan otot yang kuat (Chan et al., 2000).
Standar kebutuhan setiap fase ayam layer.
Berdasarkan jumlah kebutuhan zat-zat makanan harian untuk
kebutuhan berbagai tujuan, pakan dikelompokkan sebagai tinggi, rendah,
variabel, atau intermediet. Kebutuhan pakan untuk produksi telur disebut
kebutuhan penggunaan tinggi (hight demand uses), molting sebagai
kebutuhan penggunaan rendah (low demand uses), sedangkan pertumbuhan
dan penggemukan dikelompokkan sebagai kebutuhan penggunaan
intermediet (Suprijatna et al., 2005).
Setiap fase ayam layer membutuhkan nutrisi yang berbeda-beda sesuai
dengan umur. Kebutuhan setiap fase ayam layer sebagai berikut:
13
Tabel 3. Tabel kebutuhan nutrisi ayam petelur
Zat NutrisiAyam Petelur
Starter 1-6 minggu
Grower 6-20 minggu
> 20 minggu
Protein Kasar (%) 18-20 13,5-16 15-18Serat Kasar (%) < 6,5 < 7 < 7Lemak Kasar (%) 2,5-7 2,5-7 2,5-7Abu (%) 5-8 5-8 10-14Kalsium (%) 0,9-1,2 0,9-1,2 3,25-4Phospor (%) 0,65-0,9 0,6-0,9 0,6-0,9Aflatoksin (ppb) < 50 ppb < 50 ppb < 60 ppbL-Lysine (%) > 0,9 > 0,65 > 0,78DL-Methionine > 0,4 > 0,3 > 0,38
Sumber: Standar Nasional Indonesia, 1995
Manajemen Pemeliharaan
Sebelum DOC (Day Old Chicken) datang dipersiapkan kandang
terlebih dahulu. Kandang dibersihkan 3 hari sebelum pemasukan DOC
meliputi pembersihan kandang dengan mencuci kandang yang akan
digunakan oleh setiap kelompok. Tempat pakan dan tempat minum
dibersihkan. Lantai kandang dibersihkan dan dipel, lingkungan kandang juga
dibersihkan. Kandang disemprot dengan desinfektan, dan setiap kandang
dipasang lampu bohlam 40 watt sebanyak 2 buah tetapi jangan dinyalakan
terlebih dahulu. Kemudian 1 hari sebelum pemasukan DOC pembuatan
brooder yaitu dengan menutup kandang dengan koran, untuk menjaga suhu
dan kelembaban di dalam kandang dan lampu bohlam dinyalakan.
Kandang yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kandang
model cages. Sebelum DOC dimasukkan kedalam kandang DOC
diidentifikasi dengan peniti yang di tusuk pada bagian sayap, sehingga pada
saat pengambilan data setiap minggu tidak terjadi kekeliruan. Selain itu DOC
ditimbang, pakan ditimbang 11 g/ekor/hari dan air minum dicampurkan
dengan gula sebagai pengganti energi. DOC yang dipelihara dalam satu
14
kandang berjumlah 15 ekor. Pakan yang diberikan berbentuk pellet merk
BR1, dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pagi pukul 06.30 dan pukul 15.00.
Litter kandang diganti apabila sudah kotor, dan air minum diganti setiap
pemberian pakan.
Vaksin Marek’s diberikan pada DOC setelah mentas. Biasanya
DOC ayam petelur yang akan didistribusikan divaksin Marek’s
terlebih dahulu. Penyakit Marek’s (Marek’s Disease) merupakan
penyakit yang sangat infeksius yang disebabkan oleh virus yang
dikenal sebagai herpesvirus, dengan subfamili Gamma
herpesvirinae (Anonim, 2007)e.
Gejala klinis yang terjadi antara lain kelemahan alat gerak
menyebabkan sayap terkulai dan kelumpuhan kaki. Perubahan
pasca mati antara lain pada bentuk visceral, maka terlihat benjolan-
benjolan atau tumor pada indung telur, hati, limpa, prankreas,
jantung, paru-paru, proventrikulus, ginjal dan usus, warna organ
menjadi putih kelabu dengan bidang sayatan keras dan kering
(Anonim, 2007)e.
Setelah 3 hari pemeliharaan diberikan vaksin ND1 yang dilakukan
dengan tetes mata, setiap ekor ayam satu tetes. Air minum yang diberikan
dicampurkan dengan vitastress pada pagi hari sebelum vaksin dan sore hari
setelah vaksin. Newcastel Disease merupakan nyakit yang sangat menular
dengan angka eatian tinggi, disebabkan oleh virus paramyxovirus. Gejala
peyakit ini antara lain pada anak ayam pernapasan sesak, batuk, lemah,
nafsu makan menurun, sayap terkulai dan leher berputar (tortokolis).
Kelainan pasca mati meliputi bintik-bintik perdarahan pada proventrikulus dan
seca tonsil, eksudat dan peradangan pada saluran pernapasan sert nekrosis
pada usus. Trachea terlihat lebih merah karena terjadi peradangan (Anonim,
2007)e.
15
Cara pencegahan penyakit ND adalah dengan vaksinasi. Vaksin
diberikan pada anak ayam umur sehari menggunakan vaksin Hitchner B1.
Kemudian vaksin Hitchner B1 secara aerosol atau tetes mata pada hari ke-10.
Vaksin berikutnya diberikan ada umur 24 hari dan 8 minggu dengan vaksin
Hitchner B1 dalam air, diikuti pemberian vaksin emusi multivn yang inaktivasi
dengan minyak pada umur 18 sampai 20 minggu. Vaksn multivalen ini dapat
diberkan lagi ada umur 45 minggu (Anonim, 2007)e.
Setelah 12 hari setelah pemeliharan diberikan vaksin gumboro yang
dilakukan dengan dicampurkan dengan air minum. 2 jam sebelum pemberian
vaksin air minum dikosongkan untuk memaksimalkan agar pada saat
pemberiaan vaksin melalui air minum dapat maksimal. Setetah 2 jam
pemberian vaksin segera diganti dengan air yang telah diberi vitastress,
karena waktu aktif dari vaksin gumboro adalah 2 jam. Setelah 17 hari
pemeliharaan ayam diberi vaksin ND2 yang dilakukan dengan tetes mata,
setiap satu ekor ayam satu tetes. Air minum yang diberikan dicampurkan
dengan vitastress pada pagi hari sebelum vaksin dan sore hari setelah
vaksin.
Penyakit IBD (Infectious Bursal Disease) disebabkan oleh virus RNA
dengan famili Birnaviridae dan genus Birnavirus. Gejala yang terlihat pada
unggas yang menderita adalah kelemahan, dehidrasi, merejan, kadang bulu
sekitar anus kotor, peradangan sekitar kloaka, diare yang kadang disertai
darah, nafsu maan hilang, dan selanjutnya mati. Perubahan pasca mati pada
penderita IBD antara lain pembekkan bursa fabrisius hingga dua kali ukuran
normal, dan perdarahan pada otot terutama otot ektoral dan pada perbatasan
antara proventriculus dengan verticulus (Anonim, 2007)e.
Vaksinasi yang dilakukan pada peternakan pembibit petelur vaksinasi
dilakukan dengan vaksin aktif pada umur 12 minggu. Vaksin ke dua dilakukan
pada umur 20 minggu dengan vaksin inaktif. Ayam petelur dan ayam broiler
perlu divaksin pada saat umur 3 sampai minggu dengan vaksin aktif
16
(Anonim, 2007)e.
Pengambilan data dilakukan setiap minggu meliputi panjang shank,
diameter shank, panjang tulang dada, lingkar dada, panjang badan, bobot
badan, dan sisa pakan, untuk mencari FCR. Pemberian pakan bertambah
setiap minggu, untuk pemeliharaan minggu pertama 11 g/ekor/hari, minggu
kedua 17 g/ekor/hari, minggu ketiga 22 g/ekor/hari, minggu keempat 28
g/ekor/hari, minggu kelima 35 /ekor/hari, dan minggu keenam 41 g/ekor/hari.
Setelah panen pada minggu keenam litter dibersihkan, dan lingkungan
kandang juga dibersihkan. Saat pemeliharaan tidak ada ayam yang mati.
Penampilan Produksi
FI (Feed Intake)
Feed Intake (FI) atau konsumsi pakan yaitu jumlah pakan yang
dihabiskan oleh ayam atau unggas pada periode waktu tertentu, misalnya
konsumsi pakan setiap hari dihitung dengan satuan gram/ekor/hari (Yuwanta,
2004). Menurut Basuki et al (1998) Feed Intake atau Feed Consumtion
adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak merupakan selisih antara
pakanyang diberikan dengan pakan yang tersisa.
Berikut adalah standar feed intake dan berat badan ayam petelur
strain Lohman Brown.
17
Tabel 4. Target performa pullet strain Lohman Brown
Umur (minggu)Lohman Brown
BB (g) FI (g/ekor/hari)1 75 112 130 173 195 224 275 285 367 356 475 417 583 478 685 519 782 55
10 874 5811 961 6012 1043 6413 1123 6514 1197 6815 1264 7016 1330 7117 1400 7218 1475 75
Sumber: Manajemen Pemeliharaan MB 402 2009
Pengambilan data feed intake dan berat badan di ambil setiap
minggunya. Berdasarkan target performa pullet strain Lohman Brown. Data
berat badan dan feed intake pada saat praktikum adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Data berat badan dan feed intake saat praktikum
Umur Berat Badan (x) Feed intake0 42,21 9,231 175,87 15,882 216,53 17,133 276,93 27,334 405,2 31,635 544,4 37,72
18
Berdasarkan data berat badan dan feed intake. Feed intake yang
didapat saat praktikum belum mencapai target performa pemeliharaan ayam
strain Lohman Brown. Kebutuhan pakan untuk ternak berbeda-beda
tergantung dari spesiesnya, jenis kelamin, ukuran ternak, tingkat
pertumbuhan, penyakit, kondisi ternak, lingkungan dan defisiensi nutrien
tertentu. Dalam kondisi normal pakan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pertumbuhannya (Kamal, 1994).
Tingkat konsumsi pakan pada ayam cenderung dipengaruhi oleh
tingkat energi pakan, maka kandungan nutrien dalam pakan perlu
disesuaikan dengan tingkat energi dan protein. Asam-asam amino pakan
hanya digunakan secara efektif jika tingkat energinya cukup (Blakely and
Bade, 1991).
Gain. Gain weight adalah berat badan pada periode waktu tertentu
denga cara mengurangi berat badan ayam pada akhir minggu dengan berat
badan pada awal minggu, kemudian dibagi dengan jumlah ayam dan jumlah
hari sehingga diperoleh satuannya dalam gram/ekor/hari (Yuwanta, 2004).
Semakin tinggi tingkat energi dalam pakan dan semakin tinggi persentase
asam amino essensial menyebabkan berat karkas akan semakin meningkat.
Ternak yang memperoleh pakan dengan kualitas baik akan menunjukan berat
badan yang lebih tinggi sehingga persentase karkasnya juga lebih tinggi
(Tilman, et. al., 1991).
Menurut Wahyu (1997) untuk mencapai hasil yang memuaskan dari
produk ternak perlu diperhatikan agar komposisi pakan dalam keadaan
seimbang antara energi, protein dan nutrien lainnya sesuai dengan
kebutuhan pemeliharaan. Meskipun demikian, jenis kelamin dan gerakan
mekanik dari ternak juga berpengaruh terhadap besarnya ADG (Basuki,
2002).
Berdasarkan data berat baan praktikum pada tabel 3 dan tabel target
19
performa pullet strain Lohman Brown. Data saat praktikum berat badan
minggu ke-0 sampai minggu ke-5 berturut-turut yaitu 33,867 g, 66,13 g, 75,6
g, 108,67 g, 84,67 g, 139,2 g. Sedangkan target performa strain Lohman
Brown minggu ke-1 sampai minggu ke-6 berturut-turut yaitu 75 g, 130 g, 195
g, 275 g, 367 g, 475 g. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diketahui
target berat badan dapat dicapai setelah minggu ke-2, minngu pertama target
berat badan belum terpenuhi.
Feed Convertion Ratio
FCR merupakan besarnya perubahan dari pakan yang dikonsumsi
menjadi gain (berat badan) (Yuwanta, 2004). Pengertian FCR dalam lingkup
ayam layer yang sedang produksi, FCR merupakan perbandingan antara
banyaknya pakan yang dikonsumsi dengan tingkat produksi (telur) yang
dicapai. Sehingga makin kecil angka konversi pakan menunjukkan semakin
baik efisiensi penggunaan pakan. Bila angka perbandingan kecil berarti
kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak
untuk meningkatkan berat badannya (Gemilang, 2008). Data FCR saat
praktikum adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Feed convertion ratio ayam layer saat praktikumMinggu ke Rata-rata FCR (%)
1 1,92 1,683 1,594 1,755 1,896 2,62
Menurut Reksohadiprojo (1995), FCR dipengaruhi oleh kualitas ternak
yang dipelihara (termasuk daya adaptasinya terhadap pakan yang diberikan),
kualitas bahan pakan yang diberikan, dan metode pemberian pakan yang
digunakan.
20
Mortalitas
Pada saat praktikum pemeliharaan telur yang berjumlah 15 ekor dalam
satu kelompok. Ayam yang dipelihara tidak ada yang mati. Mortalitas
merupakan angka kematian dalam pemeliharaan ternak.
Ada banyak hal yang berpengaruh terhadap mortalitas dalam
pemeliharaan unggas. Misalnya, adalah karena penyakit, kekurangan
pakan, kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lain sebagainya.
Penyakit didefinisikan sebagai segala penyimpangan gejala dari keadaan
kesehatan yang normal. Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit
tergantung dari jenis penyakit yang menyerang unggas. Dalam
pemeliharaan petelur yang berhasil, tingkat kematian 10 sampai 12%
dianggap normal dalam satu tahun produksi. Dalam kelompok pedaging,
kematian maksimum per tahun normalnya adalah sekitar 4%. Setiap
kematian yang melebihi angka tersebut harus dianggap sebagai kondisi
yang serius yang harus mendapat perhatian segera dari peternak yang
bersangkutan (Blakely and Bade, 1991).
Mortalitas
Pada saat praktikum pemeliharaan telur yang berjumlah 15 ekor dalam
satu kelompok. Ayam yang dipelihara tidak ada yang mati. Mortalitas
merupakan angka kematian dalam pemeliharaan ternak.
Ada banyak hal yang berpengaruh terhadap mortalitas dalam
pemeliharaan unggas. Misalnya, adalah karena penyakit, kekurangan
pakan, kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lain sebagainya.
Penyakit didefinisikan sebagai segala penyimpangan gejala dari keadaan
kesehatan yang normal. Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit
tergantung dari jenis penyakit yang menyerang unggas. Dalam
pemeliharaan petelur yang berhasil, tingkat kematian 10 sampai 12%
21
dianggap normal dalam satu tahun produksi. Dalam kelompok pedaging,
kematian maksimum per tahun normalnya adalah sekitar 4%. Setiap
kematian yang melebihi angka tersebut harus dianggap sebagai kondisi
yang serius yang harus mendapat perhatian segera dari peternak yang
bersangkutan (Blakely and Bade, 1991).
Vaksinasi dan Pencegahan Peyakit
Vaksinasi
Pengertian Vaksin
Vaksin adalah suatu produk biologis yang berisis sejumlah besar jasad
renik yang sudah dilemahakan yang mempunyai anti gen tertentu jika masuk
ke dalam tubuh akan merangsang pembentukan anti bodi. Daya kerja suatu
vaksin adalah spesifik, sehingga doiperlukan vaksin yang berbeda untuk tiap
jenis penyakit.
Vaksin adalah cairan yang mengandung virus penyakit tertentu.
Gunanya untuk menimbulkan kekebalan tubuh bila suatu ketika penyakit
tersebut menyerang (Rasyaf, 1994).
Macam-macam Vaksin
Vaksin dibedakan menjadi 2 macam yaitu vaksin aktif dan inaktif.
Menurut Sudarmono (2003), vaksin aktif (hidup) merupakan vaksin yang
dibuat dari virus yang masih hiduo, tetapi tidak ganas lagi, sehingga ayam
yang divaksin pun tetap aman. Sedangkan vaksin inaktif (mati) merupakan
vaksin yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Vaksin ini dapat memberikan
kekebalan yang tinggi karena kualitasnya emulsi lemak yang baik. Tanpa
larutan minyak (emulsi lemak), vaksin inaktif ini hanya mampu memberikan
kekebalan dalam waktu yang singkat, karena virus mati yang dimasukkan ke
dalam tubuh ayam, dalam waktu beberapa hari saja akan dikeluarkan dari
tubuh ayam.
22
Cara Pemberian Vaksin
Vaksin dapat diberikan kepada ayam dengan tiga cara yaitu melalui
tetes mata, air minum dan suntik. Menurut Redaksi Trubus (2010), cara
pemberian vaksin melalui tetes mata diberikan saat memberikan vaksin ND
yang diaplikasikan 1 sampai 4 hari pertama. Vaksin dicampurkan dengan
pelarut (larutan warna biru) dengan memasukkan ke dalam botol pelarut dan
diaduk dengan mengocok perlahan. Ayam dipegang bagian kepala lalu
diteteskan pada salah satu mata kanan, mata kiri atau hidung dan satu ayam
hanya mendapatkan satu tetes. Vaksin yang dilakukan melalui air minum
yaitu vaksin gumboro atau IB (infectious bronchitis), yang diaplikasikan 10
sampai 12 hari pemeliharaan. Vaksin ini diaplikasikan dengan cara dua jam
sebelum pelaksanaan, biarkan gallon air minum dalam keadaan kosong
sehingga ayam haus. Saat gallon terisi penuh larutan vaksin, diharapkan
semua ayam bergegas minum karena kehausan
Vaksin yang diberikan dengan disuntik diaplikasikan vaksin marek, ND
lanjutan dan vaksin AI. Vaksin dan adjuvant (media perantara vaksin)
dicampurkan lalu dikocok dalam botol vaksin hingga homogeny. Adanya
adjuvant membuat vaksin diserap perlahan sehingga dapat bertahan lama di
dalam tubuh ayam. Tangakap dan pegang ayam dengan tangan kiri dari arah
belakang ayam, dengan jempol dan telunjuk dan jepit leher belakang ayam.
Suntik vaksin di bagian kulit yang di jepit, tusuk jarum suntik di bawah kulit
pada pangkal leher, jangan sampai masuk ke pembuluh darah karena dapat
mengakibatkan infeksi (Redaksi Trubus, 2010).
Vaksinasi pada ayam perlu memperhatikan hal-hal berikut ini antara
lain:
1. Pada vaksinasi via air minum: 1) ayam dipuasakan air minum selama
1 sampai 2 jam (tergantung kondisi cuaca) sebelum vaksinasi; 2) Jum-
lah dan distribusi tempat minum sesuai dengan jumlah ayam; 3) Tem-
23
pat minum jangan terkena sinar matahari langsung dan jauhkan
dari brooder; 4) Jika perlu vaksin diberikan 2 tahap untuk menghindari
ayam yang tidak kebagian vaksin
2. Tidak tergesa-gesa saat melakukan vaksinasi dan pastikan semua
ayam telah tervaksin dengan dosis yang sama
3. Pastikan vaksin yang diberikan masuk ke dalam tubuh ayam dengan
baik, yaitu 1) tetes mulut ditunjukkan dari reflek menelan; 2) tetes
hidung ditunjukkan ayam telah menghirup vaksin; 3) tetes mata di-
mana ayam telah berkedip; 4) injeksi (suntikan) terlihat pada lokasi
suntikan tidak basah. Dan secara umum tempat vaksinasi tidak
banyak tercecer vaksin
4. Ukuran jarum untuk ayam ialah 0,5 atau 0,9 mm dan jarum sebaiknya
diganti minimal setiap 500 penyuntikan. Selain itu pastikan posisi
penyuntikan membentuk sudut 30o dengan bagian tubuh ayam, jangan
tegak lurus
5. Untuk vaksin inaktif selama vaksinasi hendaknya vaksin tetap dikocok
secara periodik
6. Hati-hati saat memegang dan melepaskan ayam
7. Jangan melakukan desinfeksi selama 24 sampai 48 jam sebelum dan
sesudah vaksinasi dengan vaksin aktif (selain via injeksi)
8. Berikan vita stress sebelum dan sesudah vaksinasi selama 3 hari
berturut-turut (Anonimf, 2010).
Fungsi Vaksin
Vaksin dilakukan dengan tujuan memberikan kekebalan pada tubuh
ayam yang divaksinansi dari serangan penyakit. Usaha pencegahan penyakit
ayam melalui program vaksinasi harus mendapatkan perhatian dan prioritas
utama.
24
Pencegahan Peyakit
Pencegahan penyakit merupakan suatu kegiatan yang penting yang
harus diterapkan oleh setiap peternak. Pencegahan penyakit lebih baih
daripada mengobati ayam yang sudah sakit. Apabila pencegahan penyakit
dilakukan secara intensif makakecil kemungkinan ayam akan terserang
penyakit.
Biosekuriti
Biosekuriti merupakan upaya untuk menjadikan suatu kawasan
Peternakan terbebas dari bibit penyakit (mikroorganisme patogen) dari vector
pembawanya (Junaidi, 2009).
Biosekuriti yang dilakukan dalam praktikum antara lain penyemprotan
dengan desinfektan apabila akan masuk ke dalam kandang. Pencelupan kaki
(deeping) sebelum masuk masuk ke dalam kandang, membersihkan tempat
pakan dan minum, serta membersihkan alas kandang.
Menurut Sudarmono (2003), pinsip biosekuriti antara lain menciptakan
suasana yang bersih di dalam kandang maupun lingkungan kandang,
ventilasi bersih. Tempat pakan dan minum dibersihkan dengan dengan air
bersih terutama lumut yang menempel pada tempat minum, sisa makanan
dibersihkan. Mencipakan suasana tenang di kandang maupun lingkingan
sekitar kandang. Orang asing sebaiknya dicegah masuk ke dalam areal
peternakan. Pinjam-meminjam alat kandang sebaiknya dihindari, dan ransum
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan.
Sanitasi
Sanitasi adalah program di suatu kawasan peternakan untuk menjaga
tidak terjadinya perpindahan bibit penyakit menular sehingga ternak yang
dipelihara terbebas dari infeksi bibit penyakit serta selalu dalam kondisi
sehat.
25
Menurut Junaidi (2009), program sanitasi yang sebaiknya dilakukan
antara lain menyemprot kandanng menggunakan disenfektan secara rutin.
Membersihkan kandang dan lingkungan kandang secra rutin. Karantina ayam
apabila terindiksi penyakit. Lalu lalang perpindahan karyawan atau peralatan
kandang dibatasi, dan binatang liar yang memungkinkan perpindahan
sebagai vektor peyebab penyakit perlu dibasmi. Selain itu pemeliharaan
sebaiknya dengan umur yang seragam dalam satu flok, menjaga litter
kandang tetap kering, menjaga ventilasi dan aliran udara dalam kandang
agar selalu dalam keadaan baik.
Analisis Hubungan
Analisis hubungan didapatkan berdasarkan korelasi antara berat
badan dengan panjang shank, diameter shank, panjang tulang dada, lingkar
dada dan panjang badan.
1. Hubungan antara Berat Badan dan Panjang Shank
Tabel 7. Hubungan antara berat badan dan panjang shankMinggu ke-
Berat Badan (x)
x2 Panjang Shank (y)
y2 x.y
0 42,21 1781,68 2,28 5,2 96,241 175,87 30930,26 2,55 6,5 448,472 216,53 46885,24 2,65 7,02 537,803 276,93 76690,22 4,06 16,48 1124,344 405,2 161187,04 4,65 21,62 1884,185 544,4 296371,36 5,57 31,02 3032,31Total 1661,14 613845,8 21,76 87,84 7123,4
FKx = Σx2
nFKy = Σy2
n
= 613845,8❑
6 =
87,846
= 102307,63 = 14,64
SSx = ∑ x2- F k x SSy = ∑ y2- FKy
26
= 613845,8– 102307,63 = 87,84 – 14,64
= 515538,17 = 73,2
SPxy = Σ xy - ∑ x × ∑ y
nRxy =
SPxy
√SSx ×SSy
=7123,4 - 1661,14 × 21,766
= 1 099
√515538,17 ×73,2
= 7123,4 – 6024,40 = 1 0996143,08
= 1099 = 0,18
Thit = Rxy √n−2
√1−(Rxy )2 =
0 ,18 × √4 √1-0,0324
= 0, 360, 98
= 0,37
Ttabel = t ± α/2 (n-2)
= t ± 0,052
× 4
= 2,776
Thitung < Ttabel = 0,37 < 2,776
Uji Not Signifikan.
Ho diterima, Ha ditolak
Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa panjang shank tidak
mempengaruhi berat badan secara nyata.
2. Hubungan antara Berat Badan dan Diameter Shank
Tabel 8. Hubungan antara berat badan dan diameter shankMinggu ke
Berat Badan (x)
x2 Diameter shank (y)
y2 x.y
1 42,21 1781,68 0,322 0,10 13,592 175,87 30930,26 0,42 0,18 73,863 216,53 46885,24 0,51 0,26 110,434 276,93 76690,22 0,73 0,53 202,165 405,2 161187,04 0,75 0,56 303,9
27
6 544,4 296371,36 1,016 1,032 533,1Total 1661,14 613845,8 3,748 2,662 1237,04
FKx = Σx2
nFKy = Σy2
n
= 613845,8❑
6 =
2,6626
= 102307,63 = 0,44
SSx = ∑ x2- F k x SSy = ∑ y2- FKy
= 613845,8– 102307,63 = 87,84 – 0,44
= 515538,17 = 87,4
SPxy = Σ xy - ∑ x × ∑ y
nRxy =
SPxy
√SSx ×SSy
=1237,04 - 1661,14×3,748
6 =
6085,74
√515538,17 ×87,4
= 7123,4 – 1037,66 = 6085,746712,53
= 6085,74 = 0,91
Thit = Rxy √n−2
√1−(Rxy )2 =
0 ,91 × √4 √1-0,83
= 1,820, 4
= 4,55
Ttabel = t ± α/2 (n-2)
= t ± 0,052
× 4
= 2,776
Thitung > Ttabel = 4,55 > 2,776
Uji Signifikan.
Ho ditolak Ha diterima.
Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa diameter shank
28
mempengaruhi berat badan secara nyata.
3. Hubungan antara Berat Badan dan Lingkar Dada
Tabel 9. Hubungan antara berat badan dan lingkar dadaMinggu ke
Berat Badan (x)
x2 Lingkar Dada (Y)
y2 x.y
1 42,21 4448,89 8,34 69,56 352,032 175,87 16659,06 10,73 115,13 1887,083 216,53 39097,15 12,43 154,50 2691,474 276,93 88090,24 18 324 4984,745 405,2 164917,21 18,2 331,24 7374,646 544,4 279915,06 18,48 341,51 100605,512Total 1661,14 593127,62 86,18 1335,94 117895,472
FKx = Σx2
nFKy = Σy2
n
= 613845,8❑
6 =
1335,946
= 102307,63 = 222,66
SSx = ∑ x2- F k x SSy = ∑ y2- FKy
= 613845,8– 102307,63 = 1335,94 – 222,66
= 515538,17 = 1113,28
SPxy = Σ xy - ∑ x × ∑ y
nRxy =
SPxy
√SSx ×SSy
=117895,472- 1661,14 × 86,186
= 94035,972
√515538,17 ×1113,28
= 117895,472 – 23859,5 = 94035,97223957,01
= 94035,972 = 3,93
Thit = Rxy √n−2
√1−(Rxy )2 =
3,93 × √4 √1-15,44
= 7,863,8
= 2,07
29
Ttabel = t ± α/2 (n-2)
= t ± 0,052
× 4
= 2,776
Thitung > Ttabel = 2,07 < 2,776
Uji non Signifikan.
Ho diterima Ha ditolak.
Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa lingkar dada tidak
mempengaruhi berat badan secara nyata.
4. Hubungan antara Berat Badan dan Panjang Tulang Dada
Tabel 10. Hubungan antara berat badan dan panjang tulang dadaUmur Berat
Badan (x)x2 Pjng Tulang
Dada (y)y2 x.y
1 42,21 4448,89 2,41 5,81 101,732 175,87 16659,06 4,04 16,32 710,513 216,53 39097,15 4,38 19,18 948,404 276,93 88090,24 5,13 26,32 1420,655 405,2 164917,21 7,82 61,15 3168,6646 544,4 279915,06 8,07 65,12 4393,31Jumlah 1661,14 593127,62 31,85 193,9 10743,264
FKx = Σx2
nFKy = Σy2
n
= 613845,8❑
6 =
193,96
= 102307,63 = 32,32
SSx = ∑ x2- F k x SSy = ∑ y2- FKy
= 613845,8– 102307,63 = 193,9 – 32,32
= 515538,17 = 161,58
30
SPxy = Σ xy - ∑ x × ∑ y
nRxy =
SPxy
√SSx ×SSy
=10743,264 - 1661,14×31,85
6 =
1925,384
√515538,17 ×161,58
= 10743,264 – 8817,88 = 1925,3849126,92
= 1925,384 = 0,21
Thit = Rxy √n−2
√1−(Rxy )2 =
0,21 × √4 √1-0,46
= 0,420,73
= 0,58
Ttabel = t ± α/2 (n-2)
= t ± 0,052
× 4
= 2,776
Thitung < Ttabel = 0,58 < 2,776
Uji non Signifikan.
Ho diterima Ha ditolak
Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa panjang tulang dada
tidak mempengaruhi berat badan secara nyata.
5. Hubungan antara Berat Badan dan Panjang Badan
Tabel 11. Hubungan antara berat badan dan panjang badanUmur Berat
Badan (x)x2 Pjng Badan
(y)y2 x.y
1 42,21 4448,89 16,23 263,41 685,072 175,87 16659,06 20,2 498,04 3552,57
31
3 216,53 39097,15 26,4 696,96 5716,3924 276,93 88090,24 31,67 1002,99 8770,375 405,2 164917,21 35,42 1254,58 1435,1846 544,4 279915,06 39,2 1536,64 21340,48Jumlah 1661,14 593127,62 169,12 5252,62 41500,066
FKx = Σx2
nFKy = Σy2
n
= 613845,8❑
6 =
5252,626
= 102307,63 = 875,44
SSx = ∑ x2- F k x SSy = ∑ y2- FKy
= 613845,8– 102307,63 = 5252,62 – 875,44
= 515538,17 = 4377,18
SPxy = Σ xy - ∑ x × ∑ y
nRxy =
SPxy
√SSx ×SSy
=41500,066 - 1661,14 ×169,126
= -5321,924
√515538,17 ×4377,18
= 41500,066 – 46821,99 = -5321,92447503,72
= -5321,924 = -0,11
Thit = Rxy √n−2
√1−(Rxy )2 =
-0,11 × √4 √1 + 0,0121
= -0.220,98
= -0,224
Ttabel = t ± α/2 (n-2)
= t ± 0,052
×
= 2,776
Thitung > Ttabel = -0,244 < 2,776
Uji non Signifikan.
Ho ditoerima Ha ditolak.
32
Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa panjang badan tidak
mempengaruhi berat badan secara nyata.
Kunjungan perusahaan
Identitas perusahaan
Sejarah perusahaan
KP4 merupakan salah satu dari 5 Sub-Unit pada Unit Sarana
Penunjang Penelitian di UGM berdasarkan SK Rektor UGM
33
No.:UGM/33/2803/UM/01/37 tahun 1988 tentang Pembentukan Unit Sarana
Penunjang penelitian. Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan
Pertanian atau Agricultural Training, Research and Development Station
(KP4/ATRD) Universitas Gadjah Mada seluas 35 hektar didirikan pada tahun
1975 dengan bantuan The Rockefeller Foundation. Lokasi KP4 adalah di
Kalitirto, Berbah, Sleman, berjarak sekitar 15 km dari kampus induk UGM.
Selanjutnya, sesuai SK Mendikbud No.: 0132/0/93 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Universitas Gadjah Mada, KP4 UGM memiliki status sebagai Sub-
Unit Sarana Penunjang Penelitian, yang secara operasional bertanggung
jawab pada Rektor up. Pembantu Rektor I, sedang pembinaannya dibawah
Lembaga Penelitian UGM.
Berdasarkan SK Rektor UGM No.: 168/P/SK/HKTL/2003 telah
diadakan Perubahan Nama dari Kebun Pendidikan, Penelitian dan
Percobaan Pertanian UGM menjadi Kebun Pendidikan, Penelitian dan
Pengembangan Pertanian UGM dengan singkatan yang sama (KP4 UGM).
Selanjutnya berdasarkan SK Rektor UGM No.: 259/P/SK/HT/2004 tentang
Organisasi dan Rincian Tugas Kantor Pimpinan Universitas, Lembaga,
Direktorat, Biro, dan Unit Kerja di Lingkungan Universitas Gadjah Mada, KP4
terdiri atas 2 bidang yaitu: bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pertanian dan bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan
Hewan Ternak. KP4-UGM secara operasional bertanggungjawab kepada
Rektor up. Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat.
Visi
Menjadi unsur penunjang pendidikan, penelitian, pengembangan
universitas terbaik bidang sumber daya hayati dan lingkungan hidup di Asia
Tenggara.
34
Stuktur Organisasi
Jumlah pemilikan
Kandang yang digunakan di KP4 adalah kandang open hoise close
hous. Seriap kandang berisi berisi 5000 ekor ayam dengan total 45.000
ayam. Strain yang digunakan adalah lohmann yang berasal dari pembibitan
sendiri.
Manajemen perkandangan
Perkandangan
Kandang yang digunakan di KP4 adalah kandang open house atau
kandang terbuka berjumlah 5 dan close house atau kandang tertutup
35
berjumlah 4. Model kandang sistem terbuka memberikan konstribusi yang
kurang bagus bila dibandingkan dengan model kandang sistem tertutup. Di
samping itu, model kandang sistem terbuka tidak sesuai lagi dengan
perkembangan mutu genetik ayam ras saat ini, yakni dengan strain-strain
modern dengan tingkat pertumbuhan yang relatif cepat bila dibandingkan
dengan strain ayam tempo dulu (Ahmadi, 2010).
Kandang model tertutup dimaksudkan untuk meminimalisir kontak
antara ayam dengan kondisi lingkungan di luar kandang. Tujuan pembuatan
model kandang ini adalah menciptakan lingkungan idealdalam kandang,
meningkatkan produktivitas ayam, efisiensi lahan dan tenaga kerja serta
menciptakan usaha peternakan yang ramah lingkungan (Ahmadi, 2010).
Pakan dan minum
Pakan yang digunakan adalah pakan BRI. Minum yang digunakan
berasal dari air sumur. Tempat pakan dan tempat minum yang digunakan
adalah tempat pakan nampan dan tempat minum otomatis. Pembagian
pakan dan dekatnya jarak tempat pakan (feeder) dengan unggas merupakan
hal penting untuk mencapai target tingkat konsumsi pakan. Sistem pemberian
pakan adalah tempat pakan manual dan otomatis. Tempat pakan manual ada
3 yaitu 1) Tempat pakan memanjang (long feeder), dengan standar 5
cm/ekor, 2) Tempat pakan bundar (round feeder), dengan standar 2 cm/ekor
dan 3) Tempat pakan nampan (tray feeder), umumnya digunakan minggu
pertama dengan standart pada hari I yaitu 1 nampan untuk 100 ekor. Tempat
pakan otomatis (chain feeder dan pan feeder) yaitu tempat pakan nampan
digunakan pada fase brooding yang secara perlahan-lahan diganti dengan
tempat pakan gantung. Untuk mencegah pakan tumpah bentuk tempat pakan
mempunyai “bibir” serta jeruji agar ayam tidak mengais pada tempat pakan;
tinggi tempat pakan digantung tapi piringannya masih menempel di lantai;
pengisian pakan sepertiga tinggi piringan (Anonim, 2010).
Penyediaan air yang bersih dan dingin secukupnya merupakan hal
36
yang utama untuk memperoleh pertumbuhan broiler yang baik. Tempat
minum terdiri dari manual dan otomatis. Tempat minum manual yaitu tempat
minum berupa long drinker atau round drinker harus digantung dan pastikan
tinggi bibir tempat minum sejajar dengan bagian punggung ayam bila ayam
bediri. Tempat minum ini harus memiliki sekurang-kurangnya 1 cm/ayam.
Tempat minum otomatis yaitu tempat minum yang banyak digunakan adalah
tempat minum bulat baik manual maupun otomatis dengan bentuk
menyerupai bel (automatic bell drinker), Nipples, drink cups, hanging
automatic waterer. Ketinggian tempat minum diatur setinggi punggung
ayam,demikian pula tinggi air pada tempat minum yang diatur sesuai besar
ayam. Pada tempat minum otomatis kebutuhan tersebut bisa diatur dengan
mudah (Anonim, 2010).
Vaksinasi dan penanganan penyakit
Vaksinasi
Vaksin yang diberikan pada saat DOC berada dalam hatcher. Vaksin
yang diberikan adalah vaksin ND, vaksin ABD dan vaksin BD. Metode
pemberian dilakukan dengan suntik untuk vaaksin ABD dan spray dan
injection untuk vaksin ND dan BD. Menurut Sauvani (2010), macam-macam
vaksin yang digunakan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain:
Vaksin Merek. Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Marek
dan diberikan secara subcutan atau intramuskular pada DOC. Biasanya
vaksin ini sudah dilakukan oleh breeder.vaksinasi dilakukan dengan injeksi
subcutan di bawah leher.
Vaksin ND + IB. Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit New-
castle Disease dan Infectious Bronchitis.Cara pemberian vaksin ini ada 2
cara yaitu dengan tetes mata dan suntik injeksi intramuskular pada bagian
dada.
37
Vaksin IB. Vaksin IB digunakan untuk menimbulkan kekebalan ayam
terhadap Infectious Bronchitis. Pemberian vaksin ini sangat mudah yaitu den-
gan mencampurkannya dalam air minum.
Vaksin ND. Pemberian vaksin ini bertujuan mencegah timbulnya
penyakit Newcastle Disease pada unggas. Vaksin ini juga dilakukan dengan
3 cara yaitu d engan pemberian tetes mata, metode injeksi subcutan
dan injeksi intramuskuler pada dada.
Vaksin Cocci. Vaksin Cocci ini sangat mahal harganya, sehingga
kadangkala banyak peternak yang melewati vaksin ini karena dalam beber-
apa pakan ayam jadipun sudah mengandung koksidiostat. Cara pemberian
vaksin ini terdapat 2 kategori ada yang menggunakannya melalui air minum
dan ada juga yang menyemprotkannya ke pakan.
Vaksin Gumboro. Vaksin gumboro juga diberikan pada air minum.
Vaksin Coryza. Vaksin coryza ini digunakan untuk mencegah timbul-
nya wabah Snot atau Coryza. Cara pemberian vaksin ini dilakukan dengan
injeksi intramuskuler pada dada atau paha.
Vaksin Fowl Pox. Vaksinasi cacar ini sangat berbeda dengan vaksin-
vaksin lainnya. Pemberian vaksin ini dilakukan dengan metode tusuk sayap.
Vaksin ini dikemas dalam satu vial berbentuk cairan emulsi.
Vaksin ILT. Vaksinasi ILT bertujuan untuk membentuk kekebalan
tubuh ayam terhadap terjadinya infeksi pada saluran laringotracheal. Cara
pemberian vaksin ini adalah tetes mata, tetes hidung dan pemberian pada air
minum.
Vaksin EDS. Vaksin ini selain merupakan booster untuk ND dan IB,
vaksin ini juga digunakan untuk mencegah terjadinya Egg Drop Syndrom
pada ayam layer. Vaksinasi ini dilakukan dengan melakukan injeksi intra-
muskuler pada dada.
Vaksin AI. Vaksinasi ini mulai merebak setahun belakangan ini akibat
adanya kasus flu burung yang melanda Thailand, China dan Malaysia. Di be-
38
berapa wilayah Indonesia juga terjangkit wabah flu burung. Penyakit ini juga
membuat kerugian yang sangat luar biasa karena seluruh ayam yang terkena
harus dimusnahkan. Namun, flu burung ini dapat ditanggulangi dengan
melakukan vaksinasi sejak dini yaitu melakukan vaksinasi pada anak-anak
ayam atau pada ayam dewasa agar terbentuk kekebalan tubuh terhadap
serangan flu burung yang dicurigai disebarkan melalui burung-burung liar
yang melakukan migrasi. Vaksin ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
injeksi subcutan dan injeksi intramuskuler pada otot dada.
Pencegahan penyakit
Biosekuriti. Tindakan biosekuriti yang dilakukan adalah
penyemprotan desinfektan di pintu gerbang pada kendaraan dan foot
deeping. Desinfektan dengan clotin untuk mencegah penyakit akibat litter.
Menurut Deni (2007), berikut ini adalah beberapa hal penting lainya dalam
penerapan biosekuriti pada peternakan ayam untuk menjamin keamanan
produk unggas, diantaranya adalah tempat, tempat yang baik terletak di
suatu area yang mempunyai kepadatan unggas rendah, jauh dari peternakan
lain, dan jauh dari burung-burung liar. Prosedur manajemen yang mencakup
bangunan, lingkungan dan peralatan harus dipelihara dengan baik,
peternakan harus dijaga kebersihan dan pemeliharaannya, ada lokasi tempat
pembuangan limbah, biosekuriti kepada personal atau pengunjung untuk
mencegah patogen memasuki area peternakan, perusahaan perlu ada
kebijakan yang mengatur mobilitas pengunjung dan personal ke lokasi
peternakan, mengantisipasi penyakit yang sedang dicurigai atau ditetapkan,
semua sarana angkutan memasuki lokasi harus bebas dari potensi patogens.
pekerja dan peralatan Semua peralatan harus dibersihkan dan disuci-
hamakan dengan desinfektan, pekerja tidak ada kontak dengan unggas lain,
ternak atau burung-burung liar, personil tidak masuk ke lokasi peternakan jika
dicurigai ada penyakit yang bersifat zoonosis.
39
Sanitasi. Tindakan sanitasi yang dilakukan adalah pembersihan litter
jika litter tersebit basah dan diganti dengan litter yang baru. Kebersihan
lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha
pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang
ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak
dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup
(Faishal, 2010).
Cara pengontrolan terhadap penyebaran penyakit adalah dengan
menjaga sanitasi kandang dan sistem operasional di peternakan. Sanitasi
bukan dan tidak terbatas hanya dalam satu perlakuan (misal: kebersihan
pakan dan kandang-kandang) tetapi haruslah berhubungan dengan Bio
Security atau pengamanan terhadap organisme hidup yang dalam hal ini
adalah jenis virus, protozoa, bakteri dan jamur (Sauvani, 2010).
Produktivitas
IP. IP yang diperoleh pada pemeliharaan ayam broiler di KP4 adalah
471,66%. Penghitungan Index Performance (IP) merupakan salah satu
parameter keberhasilan pemeliharaan ayam broiler. Standar performans
harian broiler bervariasi tergantung dari umur pemeliharaan (Komara, 2009).
FCR. FCR (Feed Conversion Ratio) atau konversi pakan dipengaruhi
oleh kualitas ternak yang dipelihara termasuk daya adaptasi ternak terhadap
pakan yang diberikan, kualitas bahan pakan, dan metode pemberian pakan
yang digunakan (Cahyono,1995).
FCR yang dipelihara di KP4 adalah 1,7 dengan berat badan 1,8 kg
dan umur panen 22 sampai 23 hari. Menurut Anonim (2009), FCR rata-rata
untuk ayam adalah 1,65 sampai 1,85 dengan bobot badan mencapai 2 kg.
40
Mortalitas. Mortalitas yang terjadi mencapai 2 sampai 3%. Hal-hal
yang diperhatikan dalam menekan angka kematian adalah mengontrol
kesehatan ayam, mengontrol kebersihan tempat pakan dan minum serta
kandang, melakukan vaksinasi secara teratur, memisahkan ayam yang
terkena penyakit dengan tidak yang terkena penyakit, memberikan pakan dan
minum pada waktunya (Siregar et al., 1990).
Menurut Sainsbury (1995), besarnya angka kematian pada awal
pemasukan DOC tergantung pada kesuksesan sterilisasi kandang dalam
mengeliminasi bibit penyakit. Berdasarkan pengamatan memang masalah
sterilisasi kandang masih sangat kurang, pembuangan kotoran di dekat
kandang dan tentu saja kotoran merupakan sarang penyakit. Selain itu
waktu DOC mati belum dilakukan vaksinasi sehingga dengan mudah
terserang penyakit. DOC pada saat itu belum memiliki kekebalan untuk
melawan penyakit.
Pengananan limbah
Penanganan limbah di farm ini dengan menjual sekam bekas dan
kotoran. Menurut Rasyaf (1990), tinja unggas dapat dijadikan bahan pakan
untuk unggas itu sendiri dan biasanya adalah tinja ayam ras, proses ini
dikenal dengan proses daur ulang.
Kendala Perusahaan
Kendala yang dihadapi adalah cuaca panas pada pemeliharaan ayam
dan kandang yang terlalu longgar. Pada umumnya kondisi cuaca di Indonesia
selalu panas. Dalam kondisi panas feed intake menurun dan konsumsi
minum meningkat. Kandang close house kurang efektif sehingga banyak
ruang yang terbuang dan atap terlalu tinggi.
Saran dan kritik
41
Dalam pembuatan kandang harus sesuai dengan populasi ayam yang
dipelihara. Jangan sampai ada ruangan yang tidak terpakai. Kandang close
house yang dipakai pada peternakan ayam broiler di KP4 sudah ketinggalan
jaman dan alat yang digunakan masih sederhana. Sebaiknya teknologi dan
peralatan ditingkatkan menurut perkembangan jaman sekarang. Agar dapat
menunjang produksi ayam broler.
42