proposal aku
TRANSCRIPT
KOMPARASI KEANEKARAGAMAN SERANGGA HERBIVORA
ANTARA LAHAN PERKEBUNAN KUINI (Mangifera odorata) DAN
AREAL PENDUDUK DI DESA HANDIL DAHAM KECAMATAN ANJIR
MUARA KABUPATEN BARITO KUALA
PROPOSAL PENELITIAN SEBAGAI TUGAS AKHIR
PELEJARAN PENELITIAN
Dosen Pembimbing : Drs. Abidinsyah,M.Pd
Di susun Oleh
Muhammad Natsir
( 306.08.24.054 )
SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
STKIP PGRI
BANJARMASIN
2010/2011
A. JUDUL PENELITIAN
KOMPARASI KEANEKARAGAMAN SERANGGA HERBIVORA ANTARA LAHAN
PERKEBUNAN KUINI (Mangifera odorata) DAN AREAL PENDUDUK DI DESA
HANDIL DAHAM KECAMATAN ANJIR MUARA KABUPATEN BARITO KUALA
B. PENDAHULUAN
Serangga merupakan kelompok organisme yang paling banyak jenisnya dibandingkan
dengan kelompok organisme lainnya dalam Phylum Arthropoda. Hingga saat ini telah diketahui
sebanyak lebih kurang 950.000 spesies serangga didunia, atau sekitar 59,5% dari total organisme
yang telah dideskripsi (Sosromartono, 2000). Tingkat keragaman serangga yang sangat tinggi
dapat beradaptasi pada berbagai kondisi habitat, baik yang alamiah seperti hutan-hutan primer
maupun habitat buatan manusia seperti lahan pertanian dan perkebunan (Siswanto & Wiratno,
2001).
Tingginya keanekaragaman serangga berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produk
pertanian yang dihasilkan. Kestabilan populasi hama dan musuh alaminya umumnya terjadi pada
ekosistem alami sehingga keberadaan serangga hama pada pertanaman tidak lagi merugikan.
Kenyataan tersebut perlu dikembangkan sehingga mampu menekan penggunaan pestisida untuk
menekan serangga hama di lapangan, terutama pada tanaman-tanaman yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi (Siswanto & Wiratno, 2001).
Informasi tentang keanekaragaman hayati pada areal perkebunan kuini sangat diperlukan
dalam mendukung perkembangan komoditas tersebut secara organik untuk terwujudnya sistem
pertanian berkelanjutan dan berbasis pada kelestarian ekosistem. Organisme yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya tanaman kuini adalah serangga herbivora.
Keanekaragaman serangga herbivora baik dalam hal kelimpahan dan kepunahan maupun
kekayaannya juga sangat terkait dengan tingkat tropik lainnya. Hal ini disebabkan adanya
interaksi yang terjadi, baik diantara kelompok fungsional serangga maupun dengan tumbuhan
yang selanjutnya akan membentuk keanekaragaman serangga itu sendiri. Penurunan
keanekarangaman spesies serangga herbivora dapat menimbulkan ”efek domino” terhadap
keanekaragaman musuh alami serangga-serangga herbivora tersebut. Kemungkinan ini cukup
beralasan karena serangga herbivora mendukung hampir setengah dari jumlah spesies predator
dan parasitoid (Bernays, 1998).
Alasan lainnya adalah sebagian besar spesies serangga herbivora berifat monofag. Dari
hasil inventori yang dilakukan terhadap 5000 spesies serangga herbivora di Inggris diketahui
bahwa 80% diantaranya bersifat monofag dan kurang dari 10% memakan tanaman lebih dari 3
famili (Schoonhoven et all., 1998). Selain itu setiap spesies serangga membutuhkan mikrohabitat
yang unik atau spesifik. Semakin sedikit spesies tumbuhan yang dijumpai pada suatu areal,
semakin sedikit variasi mikrohabitat yang tersedia dan semakin sedikit pula spesies serangga
yang mampu didukungnya. Upaya yang serius untuk menunjang ketersediaan mikrohabitat
tersebut perlu dilakukan.
Salah satu penyebab berkurangnya serangga herbivora di perkebunan kuini di karenakan
semakin padatnya penduduk yang bermukim di daerah perkebunan itu. Namun demikian, sejauh
ini belum ada laporan tentang sejauh mana keanekaragaman serangga herbivora pada areal
tersebut dibandingkan dengan lahan kuini. Berkaitan dengan hal itu diperlukan suatu penelitian
secara terencana untuk membangun suatu database bagi keperluan pengelolaan hama kuini
dimasa mendatang.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu bagaimana
keanekaragaman serangga herbivora yang ditemukan pada perkebunan kuini dibandingkan
dengan yang ada dalam areal penduduk.
D. BATASAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Serangga yang diteliti adalah serangga herbivora yang berada di lokasi perkebunan kuini
2. Serangga yang masih berbentuk larva ataupun telor tidak dimasukkan perhitungan
3. Serangga yang disajikan sampel adalah serangga yang masuk perangkap.
E. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbandingan keanekaragaman serangga herbivora antara lahan kuini dan areal
penduduk di Desa Handil Daham Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Sebagai informasi bagi masyarakat dan mahasiswa mengenai Komparasi Keanekaragaman
Serangga Herbivora antara Lahan Perkebunan Kuini (Mangifera odorata) dan Areal
Penduduk.
2. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa biologi khususnya mata kuliah Ekologi hewan dan
Zoologi Invertebrata.
G. TINJAUAN PUSTAKA
a. Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman spesies adalah perbandingan antara jumlah spesies dan jumlah total
individu dalam suatu komunitas yang berkaitan dengan kestabilan lingkungan dengan komunitas
yang berbeda. Keanekaragaman memiliki peranan penting untuk menentukan batas kerusakan
yang dilakukan terhadap sistem alam oleh turut campurnya manusia (Michael, 1994)
Keanekaragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu
daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies di antara jumlah total individu dari seluruh spesies
yang ada. Keanekaragaman yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki
kompleksitas tinggi, karena dalam komunitas itu terjadi interaksi spesies yang tinggi pula.
Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi ekologi, karena keanekaragaman
spesies akan bertambah bila komunitas stabil. Ganggauan parah dapat menyebabkan penurunan
yang nyata dalam keanekaragaman. Keanekaragaman yang besar juga mencirikan sejumlah besar
populasi (Michael, 1994)
b. Tinjauan umum tentang Serangga Herbivora
Serangga memiliki nama ilmiah Insecta, dan merupakan salah satu dari kelas binatang
beruas atau Arthropoda. Serangga disebut juga heksapoda yang berasal dari kata heksa yang
artinya 6 (enam) dan kata podos yang berarti kaki. Kelas insekta termasuk dalam sub filum
Atelocerata. Insekta merupakan kelas terbesar dalam filum arthropoda, beranggota 675.000
spesies yang tersebar disemua penjuru dunia. Insekta merupakan invertebrata yang hidup di
darat, di tempat kering dan dapat terbang (Jasin, 1993).
Menurut Lilies (1991) kelas insekta dibedakan menjadi 2 subkelas yaitu subkelas
Apterygota (serangga tak bersayap) clan subkelas pterygota (serangga bersayap). Kelas serangga
herbivora terbagi dalam beberapa ordo diantaranya yaitu :
1. Ordo Protura
Termasuk serangga primitif dengan tubuh hanya beberapa milimeter. Tidak mempunyai
sayap, antena, dan mata, tetapi memiliki bintik hitam di kiri kanan kepala. Fungsi antena
digantikan oleh kaki depan yang selalu diangkat ke atas, sehingga berjalan hanya dengan
kaki depan dan belakang. Habitatnya di tempat sejuk dan lembap, seperti di bawah batu-
batuan, serasah, tanah berhumus, batang pohon roboh, dan di kulit pohon. Terdiri atas lebih
dari 100 jenis teridentifikasi.
2. Ordo Diplura
Langsing dan kecil, berukuran 5-10 mm. Tidak bersayap dan tidak bermata, antena panjang.
Ekornya berupa sepasang rambut atau pencapit. Hidup tersembunyi di tempat-tempat
lembap, di bawah serasah, sampah, humus, batu-batuan, dan sebagainya. Gerakannya cepat
dan takut cahaya. Makan tanaman segar atau busuk, jamur, dan binatang kecil. Jenis
teridentifikasi sekitar 100 jenis.
3. Ordo Collembola (agas-agas)
Termasuk serangga bertubuh kecil dengan panjang beberapa milimeter dan tidak bersayap.
Antena cukup panjang, umumnya bermata. Di ujung bawah abdomen terdapat semacam ekor
untuk meloncat. Menyukai lingkungan yang basah atau lembap, biasa ditemukan di antara
lumut, humus, sampah, sarang semut dan rayap, gua, serta di sekitar perairan tawar maupun
laut. Agas-agas yang hidup di sarang semut atau rayap tidak bermata dan berekor pegas.
Makanan utamanya spora dan semaian tanaman. Agas-agas yang hidup di permukaan air
makan ganggang renik. Jenis teridentifikasi mencapai 1500.
4. Ordo Thysanura (perak-perak/renget)
Menyukai lingkungan yang sejuk dan lembap seperti di hutan, kebun, dan juga lingkungan
kering dalam rumah seperti pada laci meja, lemari pakaian, lemari buku, tumpukan
kertas/karton, serta gudang. Beberapa hidup di sarang semut atau rayap. Tubuhnya gepeng
mengecil ke belakang atau agak silindris, panjang 10-20 mm, bersisik putih keperak-perakan,
kelabu, atau coklat kehitaman, dan mengkilat.
Kepalanya agak besar, berantena panjang, bermata besar atau kecil, dan tidak bersayap. Jenis
yang hidup di sarang semut atau rayap tidak bermata. Berekor berupa 2-3 rambut kaku
panjang yang dinamakan sersi. Gerakannya cepat, umumnya menghindari tempat-tempat
terang. Makanannya tumbuhan mati dan busuk, jamur, lumut, jili dan buku, kertas, dan juga
pakaian. Jenis teridentifikasi sekitar 40 jenis, contoh yang biasa ditemukan dalam rumah
adalah Lepisma saccharina.
5. Ordo Orthoptera (belalang, jangkrik)
Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga
memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya
dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen
(disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya
umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap,
walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang.
6. Ordo Blattaria (lipas)
Sudah hidup sejak zaman karbon (350-270 juta tahun yang lalu). Pada kedua sisi kepala
terdapat mata majemuk berwarna hitam. Tepat di bawah mata terdapat cekungan tempat
keluar antena filliform (bentuk benang). Di antara kedua pangkal antena terdapat mata
tunggal yang disebut osellus.
Lipas mempunyai mulut tipe penggigit dan pengunyah. Memiliki dua pasang sayap. Sayap
depan disebut tegmina, liat seperti kulit atau perkamen, tidak tembus cahaya, untuk
melindungi sayap belakang yang lebih besar, halus, tipis, transparan, serta digunakan untuk
terbang. Habitatnya adalah hutan, pemukiman manusia, serta tempat gelap, kotor, dan
lembap. Makanannya berupa daun yang mulai membusuk, ranting lapuk, bahan dan sisa
makanan manusia, bahkan kotoran manusia.
Dapat menularkan penyakit disentri (Entamoeba hystolica), lepra (Mycobacterium leprae),
mycorysis yaitu keracunan saluran pencernaan akibat jamurAspergillus sp., serta menjadi
inang cacing pita. Namun ada beberapa jenis yang hidup di hutan dan timbunan sampah yang
berperan sebagai perombak sisa-sisa tanaman atau bangkai hewan sehingga membantu
menyuburkan tanah.
7. Ordo Mantodea (belalang)
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga
ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki
ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan
dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut
stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya
panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun
sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya
berukuran lebih besar dari belalang jantan.
8. Ordo Lepidoptera (kupu-kupu)
Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama) merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo
Lepidoptera, atau 'serangga bersayap sisik' (lepis, sisik dan pteron, sayap). Secara sederhana,
kupu-kupu dibedakan dari ngengat alias kupu-kupu malam berdasarkan waktu aktifnya dan
ciri-ciri fisiknya. Kupu-kupu umumnya aktif di waktu siang (diurnal), sedangkan gengat
kebanyakan aktif di waktu malam (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan
menegakkan sayapnya, ngengat hinggap dengan membentangkan sayapnya. Kupu-kupu
biasanya memiliki warna yang indah cemerlang, ngengat cenderung gelap, kusam atau
kelabu. Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini selalu ada perkecualiannya, sehingga
secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang pasti. (van Mastrigt dan Rosariyanto,
2005). Kupu-kupu dan ngengat amat banyak jenisnya. Di Jawa dan Bali saja tercatat lebih
dari 600 spesies kupu-kupu. Jenis ngengatnya sejauh ini belum pernah dibuatkan daftar
lengkapnya, akan tetapi diduga ada ratusan jenis (Whitten dkk., 1999).
9. Ordo Hymenoptera (tawon, lebah)
Lebah madu adalah salah satu jenis serangga dari sekitar 20.000 spesies lebah. Saat ini ada
sekitar tujuh spesies lebah madu yang dikenal dengan sekitar 44 subspesies. Semua spesies
ini termasuk dalam genus Apis. Mereka memproduksi dan menyimpan madu yang dihasilkan
dari nektar bunga. Selain itu mereka juga membuat sarang dari lilin, yang dihasilkan oleh
para lebah pekerja di koloni lebah madu.
Koloni
Dalam suatu kelompok (disebut "koloni") terdapat tiga "kasta", yaitu :
* lebah ratu;
* lebah betina (juga dikenal sebagai "lebah pekerja"); dan
* lebah jantan.
* Seekor lebah yang mengumpulkan serbuk sari.
10. Ordo Coleoptera (kumbang)
Kumbang adalah salah satu binatang yang memiliki penampilan seperti kebanyakan spesies
serangga. Ordo Coleoptera, yang berarti "sayap berlapis", dan berisi spesies yang sering
dilukiskan di dalamnya dibanding dalam beberapa ordo lain dalam kerajaan binatang. Empat
puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah kumbang (sekitar 350,000 spesies), dan
spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan memperkirkan total jumlah spesies, yang
diuraikan dan tidak diuraikan, antara 5 dan 8 juta. Kumbang dapat ditemukan hampir di
semua habitat, namun tidak diketahui terjadi di lautan atau di daerah kutub. Interaksi mereka
dengan ekosistem mereka dilakukan dengan berbagai cara. Mereka sering makan pada
tumbuhan dan jamur, merusak pertahanan binatang dan tumbuhan, dan memangsan
invertebrata lain. Beberapa spesies dimangsa berbagai binatang seperti burung dan mamalia.
Jenis tertentu merupakan hama agrikultur, seperti Kumbang kentang Colorado Leptinotarsa
decemlineata.
Keanekaragaman spesies terdiri dari 2 komponen yakni :
1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies
2. Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu
jumlah individu, biomass, penutup tanah, dsb) tersebar antara banyak species itu.
(Anonimous, 2008).
Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat dengan
berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga yang berperan
sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga berbahaya bagi
tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga penyerbuk dan pemakan tumbuhan.
Untung (1996) berpendapat bahwa setiap serangga mempunyai sebaran khas yang
dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi.
c. Tinjauan umum tentang Perkebunan Kuini
Penelitian dilaksanakan di Desa Handil Daham Kecamatan Anjir Muara Kabupaten
Barito Kuala. Lokasi penelitian merupakan perkebunan kuini yang di kelola secara bekerja sama
antara penduduk sekitar dengan dinas pertanian dengan luas kebun sekitar 4000 m ( 80 m x 50
m). Desa Handil Daham mempunyai hawa sejuk yang memungkinkan serangga herbivora
berkembang biak di perkebuan tersebut. Menurut Jumar (2000) kelembapan tanah, udara, dan
kelembapan tempat hidup merupakan factor penting yang mempengaruhi distibusi, kegiatan dan
perkembangan serangga. Tanaman Kuini ( Mangifera odorata) atau buah kuini adalah sejenis
buah-buahan dari keluarga Anacardiaceae yang berasal dari Semenanjung Malaysia. Kuini
(Mangifera odorala Grift) merupakan salah satu tanaman buah eksotik tropik yang mempunyai
rasa dan aroma yang unik yang disukai hampir semua orang. Disamping dalam bentuk segar,
aromanya yang unik dapat dipergunakan juga untuk memberikan rasa dan aroma pada makanan
lain. Pohon kuini berukuran sedang, dengan tinggi antara 10-15 (jarang hingga 20) m. Berbatang
lurus dengan tajuk bundar atau bundar telur melebar. Seluruh bagian tanaman, apabila dilukai,
akan mengeluarkan getah berbau terpentin, yang mula-mula bening namun lama kelamaan akan
menjadi coklat kehitaman. Getah ini bersifat menggatalkan bila terkena kulit. Daun tunggal
tersebar, bentuk lonjong sampai lanset, 12-35 x 4-10 cm, dengan ujung daun meluncip pendek,
bertangkai 3-7 cm yang pangkalnya menggembung. Helai daun menjangat, dengan urat-urat
daun yang tampak jelas terutama di sisi bawah.
a. Klasifikasi Kuini
Kerajaan : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
d. Faktor Lingkungan yang berpengaruh terhadap Hewan secara umum
a. Cahaya
Beberapa aktivitas serangga dipengaruhi oleh respon terhadap cahaya, sehingga timbul
jenis serangga yang aktif pada siang pagi, siang, sore, atau malam hari. Cahaya matahari
dapat mempengaruhi aktivitas dan distibusi lokalnya (Jumar, 2000)
b. Kelembaban Udara dan Tanah
Kelembaban yang dimaksud dalam bahasan ini adalah kelembaban tanah, udara dan
tempat hidup insekta di mana merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi,
kegiatan, dan perkembangan serangga. Dalam kelembaban yang sesuai serangga biasanya
lebi tahan terhadap suhu ekstrem. (Jumar, 2000)
c. pH Tanah
Pengukuran tanah sangat penting dalam ekologi hewan tanah karena keberadaan dan
kepadatan hewan tanah sangat tergantung pada pH tanah. Hewan tanah ada yang memilih
hidup pada pH tanah yang asam dan ada pula yang senang pada pH basa.
d. Angin
Angin berperan dalam membantu penyebaran serangga, terutama bagi serangga yang
berekuran kecil. Angin juga mempengaruhi kandungan airdalam tubuh serangga, karena
angin mempercepat penguapan dan penyebaran udara ( Jumar, 2000)
e. Suhu Udara
Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Diluar kisaran suhu
tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat
pada proses fisiologi serangga. Pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi
pada suhu yang lain akan berkurang (menurut) pada umumnya kisaran suhu yang efektif
adalah : suhu minimum 150C, suhu optimum 250C dan suhu maksimum 450c. Pada suhu
yang optimum serangga mampu untuk melahirkan keturunan besar atau kematian
(mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit. (Jumar, 2000:92)
e. Penelitian yang Relevan
a. Hasil penelitian tentang serangga (insekta) yang dilakukan oleh Susilawati (2000) pada
beberapa tipe penggunaan Lahan diperoleh ordo Lepidoptera, famili terdapat pada hutan
sekunder adalah famili Danaidae (D2), Hesperidae (H1), Lycanidae (L1) ditemukan pada
siang hari dan famili Geometridae (G2) yang ditemukan pada malam hari
b. Hasil penelitian tentang serangga (insekta) yang dilakukan oleh Zahrial Fajri pada
Tumbuhan Kelapa Sawit di peroleh 13 spesies serangga herbivora baik pada siang hari
maupun malam hari, yaitu Aphis melliferai Linnaeus, Dissostura sp,
Bactrocodermaaculiferum, Stagmomantis sp, Gryllus sp, Leptocorixa acuta, Apis indica,
Helanithermis sp, Valanga nigri Cornis, Tenodora sp, Periplaneta Americana, subordo
Anisoptera, Superfamily Hesperioidea.
c. Hasil penelitian tentang serangga (insekta) yang dilakukan oleh Bambang Irwanto pada
tumbuhan mangga di peroleh 6 spesies serangga herbivora baik pada siang hari maupun
malam hari, yaitu B. dorsalis complex, Sternocetus frigidus F, Noorda albizonalis, S.
frigidus, Bactrocera dorsalis Hendel, Biosteres sp.
H. METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif dengan teknik
pengambilan sampel secara observasi yaitu pengamatan langsung kelapangan untuk
mendapatkan gambaran tentang komparasi keanekaragaman serangga herbivora antara lahan
kuini dan areal penduduk di Desa Handil Daham Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito
Kuala.
2. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua jenis serangga herbivore pada perkebunan kuini dengan
luas sekitar 4000 m dengan jarak anta jebakan 8 m. Sedangkan sampel penelitian adalah semua
jenis serangga herbivore yang tertangkap dalam perangkap.
3. Alat dan Bahan penelitian
a. Alat
1) Alat yang digunakan antara lain perangkap nampan kuning (yellow-pan trap)
perangkap jebakan (pitfall trap), perangkap cahaya (ligh trap), skop kecil, jerigen 5
liter, timba kecil, botol film, kuas kecil, baskom, mikroskop
2) Karena digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan dan gambar untuk setiap
spesies yang diperoleh.
3) Pinset digunakan untuk mengambil hewan serangga herbivora pada saat identifikasi.
4) Roll meter digunakan untuk mengukur area penelitian.
5) Lux meter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya (Lux).
6) Higrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara (%).
7) Soil tester digunakan untuk mengukur pH dan kelembaban tanah (%).
8) Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan angin (m/s)
9) Tali plastik digunakan untuk memberi nama atau nomor pada botol sampel.
10) Lup digunakan untuk mengamati spesies yang di dapat.
11) Buku-buku determinasi serangga herbivora digunakan untuk identifikasi spesies yang
didapat dalam pengamatan.
b. Bahan
1. Alkohol 70%, formalin 4%, deterjen, aquadest, tali rafia, kertas lebel, kantong plastik,
dan kain kasa.
4. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Melakukan observasi pendahuluan ke lokasi penelitian
b. Membuat surat izin penelitian
c. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengukur lokasi tempat penelitian seluas (80mx50m)
b. Pengambilan Sampel Serangga dilakukan dengan cara memasang perangkap di
lapangan.
c. Ada tiga perangkap yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu pitfall trap,
yellow-pan trap dan ligh trap.
d. Pemasangan perangkap dilakukan pada lahan kebun kuini dan areal penduduk Plot
berukuran ± 2 x 2 m masing-masing sebanyak 4 buah dengan jarak antar plot ± 100
m, kemudian pada masing-masing plot ditempatkan 4 buah pitfall trap dan 4 buah
yellow-pan trap.
e. Kedua perangkap tersebut di isi dengan campuran formalin 4% dan deterjen cair 4%
hingga setengah bagian. Kedua perangkap ini dipasang selama 12 jam mulai dari
pukul 06.00 wib hingga 18.00 wib.
f. Ligh trap di pasang pada malam hari sebanyak 2 buah dengan cara di gantung pada
cabang kayu atau tonggak dengan ketinggian ± 3 m. Sebagai penjebak serangga, di
bagian bawah ligh trap dipasang baskom yang yang berisi campuran formalin 4%
hingga setengah bagian.
g. Serangga yang tertangkap dimasukan kedalam tabung film dan diberi label sesuai
dengan jenis perangkap masing-masing dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk
disortir dan diidentifikasi hingga tingkat morfospesies.
5. Teknik Analisis Data
Data penelitian yang diperoleh danalisis secara deskriptif dan statistik dengan urutan
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi jenis serangga herbivora yang ditemukan dengan pustaka sebagai berikut :
Bernay (1998), Jumar (2000), Lilies (1991).
2. Untuk menghitung keanekaragaman jenis serangga dengan menggunakan indek keragaman
Shannon-Winner (odum,1996) sebagai berikut :
H’ = -∑ Pi Log Pi
Keterangan :
Pi = Kemelimpahan proporsional dari jenis ke-1 sehingga : Pi = Ni/N
Ni = Jumlah individu suatu spesies
N = Jumlah total individu smua jenis dalam komunitas
H’ = Nilai indeks Keanekaragaman
Dalam penelitian ini, indeks diversitas(keanekaragaman) ditetapkan sebagai berikut :
a. Rendah, apabila H < 1
b. Sedang, apabila H = 1 – 3
c. Tinggi ,apabila H > 3
3. Untuk menghitung kemelimpahan digunakan rumus nilai penting (NP) menurut (Michael :
1994)
Nilai penting (NP) = Kerapatan relative + Dominasi relative
Rapatan = jumlah total individu spesies . Jumlah total kuadrat yang digunakan Dalam pengambilan sampel
Kemelimpahan relative spesies = Jumlah total individu jenis . x 100 Jumlah total individu seluruh Spesies yang tercatat
Dominasi = daerah basal atau pucuk total . Total daerah diambil sampelnya
Dominasi relatif = dominasi spesies tertentu . x 100 Total dominasi seluruh spesies
I. DAFTAR PUSTAKA
Bernays, E.A. 1998. Evolution of feeding behavior in insect herbivoras: Successeen as different
ways to eatwithout being eaten. Bioscience 48(1): 35-44.
Colwell, R.K. 2000. EstimateS: statistical estimate of species richness and shared species from
sample. Version 6.0b1 [serial online]. http://www.vicerov,eeb.ucoon.edu/estimates.
Siswanto & Wiratno. 2000. Biodervisitas serangga pada tanaman panili (Vlanillaplanipolia)
dengan tanaman penutup tanah Arachis pintoi K. (Proseding Seminar Nasional III).
Perhimpunan Entomologi Indonesia. Bogor.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian .Rineka Cipta : Jakarta
Lilies, S. Christina. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius: Yogyakarta.
http ://www.bingregory.com/wp-content/uploads/2009/12/kuini
http ://Zahrial fazri jonleo.blogspot.com, tanggal 16 Februari 2011
Bambang, Irwanto. 2008. Inventarisasi Hama-Hama Penting dan Parasitoid Pada Buah Mangga
(Mangifera sp) Di Laboratorium FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN.