aku

7
63 Humaniora Volume XIV, No. 1/2002 1. Pendahuluan ering ada anggapan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang sulit dipelajari sehingga menjadi tidak menarik. Bahkan, ada sementara pihak yang menganggapnya sebagai momok. Banyak faktor yang menjadi penyebab terkondisinya hal itu. Sangidu (1995: 48) menandai ada dua faktor yang menjadi penyebabnya, yakni faktor tenaga pengajar bahasa (guru) dan faktor pembelajar bahasa (murid). Namun, penulis mempunyai asumsi lain bahwa kendala pembelajaran bahasa Arab itu ada kemungkinan disebabkan oleh tidak adanya râbit / link / tali penghubung antara bahan ajar dengan pengetahuan yang telah tertanam pada memori otak pembelajar bahasa. Memperhatikan hal tersebut kini sudah saatnya perlu dicarikan bahan ajar bahasa Arab yang sesuai dengan penge- tahuan yang telah tertanam pada memori otak pembelajar bahasa Arab bagi pembelajar bahasa Arab berbahasa ibu bahasa Indonesia. Adapun yang menjadi perhatian penulis adalah bahan ajar sintaksis Arab ( an- nahwu). Hal ini dipilih karena penulis sering mendapat pertanyaan dari para pembelajar bahasa Arab berbahasa ibu bahasa Indone- sia yang merasa kesulitan memahami istilah sintaksis Arab. Dalam sintaksis bahasa Arab dikenal adanya jumlah fi’liyyah selanjutnya disebut (Jf) dan jumlah ismiyyah selanjutnya disebut (Ji). Dalam suatu (Jf), misal ungkapan (1): dijelaskan bahwa ungkapan (1) itu zahaba ‘pergi‘ merupakan verba perfect (yang di dalam tulisan ini disingkat menjadi v perf) / fi’lun mâdin / verba untuk masa lalu. Pada verba zahaba tersirat adanya pronomina per- sona ketiga laki-laki tunggal (disingkat men- jadi pron pers 3 lk tung). ‘Aliyyun merupa- kan nomina nominatif (ism marfû’) sebagai fâ’il (agen) (disingkat n nom ag). Sementara itu, pada (Ji), misal ungkapan (2): dijelaskan bahwa ungkapan (2) itu ‘Aliyyun merupakan nomina nominatif (ism marfû’ ), berfungsi sebagai mubtada‘ dan zahaba merupakan verba kala lampau yang me- ngandung pronomina persona ketiga laki-laki tunggal sebagai agen. Verba dan agennya itu merupakan jumlah yang berfungsi sebagai khabar. ISTILAH KALIMAT DAN KLAUSA DALAM BAHASA ARAB Amir Ma’ruf* * Doktorandus, Magister Humaniora, Staf Pengajar Jurusan Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. (1) Zahaba ‘Alliyyun Pergi Ali (v perfect pron pers (n noun agen) 3 lk tung) ‘Ali (telah) pergi’ (2) ‘Alliyyun Zahaba Ali Pergi (n nom (v perfect pron pers mubtada’ ) 3 lk tung ag ; v dan ag khabar) ‘Ali (telah) pergi’ HUMANIORA VOLUME 14 No. 1 Februari z 2002 Halaman 63 - 69

Upload: abdur-rohman

Post on 01-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ىشا

TRANSCRIPT

  • 63Humaniora Volume XIV, No. 1/2002

    Istilah Kalimat dan Klausa dalam Bahasa Arab

    1. Pendahuluan

    ering ada anggapan bahwa bahasaArab merupakan bahasa yang sulitdipelajari sehingga menjadi tidak

    menarik. Bahkan, ada sementara pihak yangmenganggapnya sebagai momok. Banyakfaktor yang menjadi penyebab terkondisinyahal itu. Sangidu (1995: 48) menandai adadua faktor yang menjadi penyebabnya, yaknifaktor tenaga pengajar bahasa (guru) danfaktor pembelajar bahasa (murid). Namun,penulis mempunyai asumsi lain bahwakendala pembelajaran bahasa Arab itu adakemungkinan disebabkan oleh tidak adanyarbit / link / tali penghubung antara bahanajar dengan pengetahuan yang telahtertanam pada memori otak pembelajarbahasa. Memperhatikan hal tersebut kinisudah saatnya perlu dicarikan bahan ajarbahasa Arab yang sesuai dengan penge-tahuan yang telah tertanam pada memoriotak pembelajar bahasa Arab bagipembelajar bahasa Arab berbahasa ibubahasa Indonesia.

    Adapun yang menjadi perhatian penulisadalah bahan ajar sintaksis Arab (an-nahwu). Hal ini dipilih karena penulis seringmendapat pertanyaan dari para pembelajarbahasa Arab berbahasa ibu bahasa Indone-sia yang merasa kesulitan memahami istilahsintaksis Arab.

    Dalam sintaksis bahasa Arab dikenaladanya jumlah filiyyah selanjutnya disebut(Jf) dan jumlah ismiyyah selanjutnya disebut(Ji). Dalam suatu (Jf), misal ungkapan (1):

    dijelaskan bahwa ungkapan (1) itu zahabapergi merupakan verba perfect (yang didalam tulisan ini disingkat menjadi v perf) /filun mdin / verba untuk masa lalu. Padaverba zahaba tersirat adanya pronomina per-sona ketiga laki-laki tunggal (disingkat men-jadi pron pers 3 lk tung). Aliyyun merupa-kan nomina nominatif (ism marf) sebagaifil (agen) (disingkat n nom ag). Sementaraitu, pada (Ji), misal ungkapan (2):

    dijelaskan bahwa ungkapan (2) itu Aliyyunmerupakan nomina nominatif (ism marf),berfungsi sebagai mubtada dan zahabamerupakan verba kala lampau yang me-ngandung pronomina persona ketiga laki-lakitunggal sebagai agen. Verba dan agennyaitu merupakan jumlah yang berfungsi sebagaikhabar.

    ISTILAH KALIMAT DAN KLAUSADALAM BAHASA ARAB

    Amir Maruf*

    * Doktorandus, Magister Humaniora, Staf Pengajar Jurusan Sastra Asia Barat, Fakultas IlmuBudaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    (1) Zahaba Alliyyun

    Pergi Ali(v perfect pron pers (n noun agen)3 lk tung)

    Ali (telah) pergi

    (2) Alliyyun Zahaba

    Ali Pergi(n nom (v perfect pron persmubtada) 3 lk tung ag ;

    v dan ag khabar)

    Ali (telah) pergi

    HUMANIORAVOLUME 14 No. 1 Februari z 2002 Halaman 63 - 69

  • 64 Humaniora Volume XIV, No. 1/2002

    Amir Maruf

    Dari kenyataan itu para pembelajarbahasa yang berbahasa ibu bahasa Indone-sia merasakan adanya ketidakjelasan anali-sis kalimat berbahasa Arab. Bahkan,mereka merasa bingung. Permasalahanyang muncul bagi pembelajar bahasa Arabadalah : 1) bukankah Aliyyun pada ungkapan(1) dan ungkapan (2) itu sama-sama nominanominatif yang berfungsi sebagai subjek? 2)apakah istilah mubtada` sama dengan fil?

    2. Bahasan

    Para pembelajar bahasa Arab di Indo-nesia adalah para pembelajar bahasa Arabberbahasa ibu bahasa Indonesia. Dengandemikian, bagi mereka tentu saja bahasaArab merupakan bahasa asing. Ketikamereka mempelajari bahasa Arab (baikdisadari maupun tidak) mereka telah menge-tahui sistem (sintaksis) bahasa Indonesia.Diketahui bahwa dalam tataran kalimatataupun klausa (bahasa Indonesia) satuan-nya terdiri dari subjek dan predikat. Jadi,tidak mengherankan ketika memperolehistilah fil, fil, mubtada, dan khabar dalambahasa Arab, mereka merasakan adanyaketidakjelasan analisis kalimat dalambahasa Arab. Sebelum dikemukakan jawab-an pertanyaan-pertanyaan tersebut perlukiranya diberi penjelasan hal-hal yangberkaitan dengan istilah kalimah, jumlah,dan kalm.

    2.1 Istilah Kalimah, Jumlah, dan Kalm

    Istilah kalimah (dalam bahasa Arab)tidak sama dengan istilah kalimat (dalambahasa Indonesia). Padanan istilah kalimah(dalam bahasa Arab) adalah kata (dalambahasa Indonesia). Secara garis besar didalam bahasa Arab ada tiga macamkategori kalimah (kata), yakni ism (nomina),fil (verba), dan harf (partikel), (Al-Gulyain,19721: 6; Ad-Dahdah, A. 1981: 4; Hasan, A.t.t.1: 26).

    Diketahui bahwa manakala beberapakata tersusun dalam suatu struktur kata, halitu akan membentuk suatu frase atau klausa.

    Susunan kata di dalam bahasa Arab disebutmurakkab / tarkb. Ada enam macammurakkab, yakni isnd, idf, bayn, atf,mazj, dan adad (Al-gulayain, 19721 : 10).Enam macam murakkab itu yang sampaipada tataran klausa hanya isnd, danmurakkab lainnya hanya sampai tataranfrase, tidak bersifat predikatif.

    Al-murakkab al-isnd (struktur predi-katif) adalah suatu struktur kata yang terdiridari al-mahkm alaih (yang dihukumi) danal-mahkm bih (yang menghukumi). Al-mahkm alaih juga disebut al-musnad ilaih(selanjutnya disebut Mi) dan al-mahkm bihjuga disebut al-musnad (selanjutnya disebutM). Istilah al-murakkab al-isnd jugadisebut al-jumlah. Jadi, setiap jumlahmempunyai dua konstituen utama, yaknikonstituen (Mi) dan konstituen (M). Duakonstituen utama itu (musnad ilaih danmusnad) disebut umdah (U) / pillar of thesentence. Di samping itu, apabila dalamsuatu jumlah ada konstituen lain yang tidaktermasuk konstituen utama (yang bukanumdah) disebut fadlah (F) / supplement ofthe sentence (Ad-Dahdah, 1993: 423;).Dalam hal ini Al-Jarim, et al. (1951: 139-140);dan Irbabullubab et al. (1969: 10-11)menyebut fadlah itu sebagai qaidun.

    Suatu struktur kata yang terdiri dari (Mi)dan (M) ada yang mengandung pengertiansempurna dan ada yang mengandungpengertian tidak sempurna. Suatu strukturkata yang mengandung pengertiansempurna seperti (3):

    disebut al-jumlah al-mufdah atau al-kalm.Hal ini di dalam bahasa Indonesia disebutkalimat. Namun, apabila ada suatu strukturkata yang terdiri dari Mi) dan (M) yangmengandung pengertian tidak sempurnaseperti ungkapan (4) :

    (3) Ijtahada Muhammadun

    Rajin Muhammad(v perfect pron (nama n nompers 3 lk tung M) Mi)

    Muhammad rajin

  • 65Humaniora Volume XIV, No. 1/2002

    Istilah Kalimat dan Klausa dalam Bahasa Arab

    (4) In tajtahid f amali ka Jika

    (conditional particle)

    rajin (v imperf juss; pron pers 2 lk tung ag)

    dalam (prep)

    Perbuatan (n gen induk)

    kamu (pron pers 2 lk tung modif)

    `Jika engkau rajin terhadap tugasmu`

    bukan kalam. Ungkapan (4) itu mengandung(Mi) berupa pronomina persona kedua laki-laki tunggal yang tersirat pada verba tajtahiddan (M) berupa verba imperfect yang jussive(yang disingkat menjadi v imperf juss) karenadidahului partikel in : tajtahid). Ungkapan (4)itu juga disertai konstituen tambahan berupapreposisi (disingkat prep), nomina genetif(disingkat n gen), dan modifikator (disingkatmodif). Namun, struktur (Mi), (M), dan konsti-tuen tambahan itu tidak memberikan penger-tian yang sempurna. Yang demikian itubukan jumlah mufdah (bukan kalm), tetapijumlah gairu mufdah sebab struktur (Mi) dan(M) seperti itu masih menuntut kehadirankonstituen lain untuk mendapatkan pengerti-an yang sempurna. Karena konstituen yangdituntut untuk kesempurnaan makna strukturitu tidak hadir, jumlah seperti itu termasukjumlah gairu mufdah (bukan kalam). Klausaseperti itu dikenal dengan istilah klausasyarat. Klausa syarat itu tidak berpotensibisa menjadi kalimat sebab klausa itu hanyamerupakan syarat terjadinya klausa inti,yakni jumlah jawab syarat. Dengan demikian,dapat dipahami bahwa istilah kalimat didalam bahasa Indonesia sama denganistilah jumlah mufdah atau kalm di dalambahasa Arab, sedangkan istilah klausa didalam bahasa Indonesia sama denganistilah jumailah di dalam bahasa Arab. Jadi,jumailah itu ada yang berpotensi untukmenjadi kalm dan ada yang tidakberpotensi menjadi kalm, sebagaimana didalam bahasa Indonesia ada klausa yangberpotensi menjadi kalimat, yakni klausabebas dan ada klausa yang tidak berpotensimenjadi kalimat, yakni klausa terikat.

    2.2 Subjek dan Predikat dalam BahasaArab

    Telah diketahui bahwa konstituen utamadalam suatu klausa adalah subjek danpredikat. Di dalam bahasa Arab suatujumailah paling tidak mengandung umdah(dua konstituen utama), yakni (Mi) dan (M).Dahdah (1993: 570) menyatakan bahwa (Mi)itu adalah subjek (S) dan (M) itu adalahpredikat (P).

    2.3 Realisasi Musnad ilaih (Mi) danMusnad (M)

    Dalam bahasa Arab jumlah (klausa)diklasifikasikan menjadi dua macam, yaknijumlah filiyyah (Jf) dan jumlah ismiyyah (Ji).(Jf) didefinisikan sebagai jumlah yang diawalioleh fil (verba) dan (Ji) didefinisikan sebagaijumlah yang diawali ism (nomina) (Al-Khuli,1982: 184; Adas, 1991: 43). Berikut dikemu-kakan contoh (Jf) dan (Ji) berturut-turut padaungkapan (5) dan (6).

    Ungkapan (5) merupakan (Jf) karenajumlah (klausa) itu diawali oleh verba(tasyummumencium). Verba tasyummu

    (5) Tasyummu al-bintu wardatan

    Mencium anak bungagadis mawar

    (v imp indi (n det (n indetpron pers 3 non Mi) tung akpr tung M) O)

    Anak gadis itu sedang mencium sekun-tum bunga mawar

  • 66 Humaniora Volume XIV, No. 1/2002

    Amir Maruf

    (6) Al-qalaqu yusabbibu tawattura al-`asbi

    Kegelisahan (n det nom S)

    Menyebabkan (v imp indi P)

    Ketegangan (n indet ak inti O)

    urat syaraf (n det gen, modif)

    Kegelisahan itu menyebabkan ketegangan urat syaraf

    merupakan verba yang indicative (disingkatv indi). Verba dalam bahasa Arab mengacupada dua hal yakni manan (berisi hadaskejadian) dan zaman (berisi waktu) (Hasan,t.t.1 : 46). Kata tasyummu itu verba karenakata itu mengandung makna hadas (kejadi-an), yakni mencium dan makna waktu, yaknisedang. Waktu yang terkandung pada verbaitu waktu kini (hlan) karena verba itu verbamudri (imperfect). Apabila waktu yangterkandung pada verba itu waktu yang telahlalu, verbanya berbentuk verba mdi (per-fect): syamma.

    hanya didasarkan pada kategori polaurutannya, melainkan juga didasarkan padakonstituen-konstituennya. Ahli ini mendefini-sikan (Jf) itu sebagai jumlah yang diawalifilun dan terdiri dari filun (verba) dan filun(agen) atau n`ibul-fil (pengganti agen) dankadang-kadang diikuti maflun bihi (objek),dan (Ji) sebagai jumlah yang diawali ism danterdiri dari al-mubtad` (subjek (Ji)) dan al-khabar (predikat (Ji)).

    Ungkapan (1) adalah (Jf) karena di-dahului oleh verba zahaba. Sebagai (Jf) ung-kapan (1) itu juga berunsurkan verba : zahaba

    Al-qalaqu kegelisahan pada ungkapan (6)merupakan nomina. Kenominan kata ituditandai oleh adanya lmu at-tarf (determi-nate article) : al. Nomina al-qalaqu (yang ter-ikat dengan lmu at-tarf) itu nomina tertentu(marifah/determinate disingkat n det). Didalam bahasa Arab ada tujuh bentuknomina tertentu, yakni tertentu denganartikel determinasi al-, tertentu denganidfah (penyandaran/pengaitan) kepadanomina yang tertentu, pronomina persona(damr), relatif pronoun (ismu al-mausli),ismu al-alami / proper noun (nomina yangdigunakan sebagai nama diri yang tidakmelibatkan nomina lain yang sejenis), ismual-isyrati (demonstrative noun / kata tunjuk),dan al-mund (nomina yang didahului kataseru / panggilan) (Al-Gulayain, 19721 : 149;Al-Khaus, 19822: 25-26; Ad-Dahdah, 1993:587).

    Pendefinisian (Jf) dan (Ji) denganpengertian seperti itu jelas merupakan suatupendefinisian secara kategorial pola urutan.Adas (1991: 43) mendefinisikan jumlah tidak

    dan fil (agen): Aliyyun. Ungkapan (5) tidakhanya (Jf) yang diawali verba danberunsurkan verba, dan fil. Akan tetapimerupakan (Jf) yang berunsurkan verba :tasyummu, fil (agen) : al-bintu, dan maflbih (objek/disingkat O) : wardatan. Al-bintumemenuhi syarat sebagai agen karena kataitu ism marf (nomina nominatif). Kata itutermasuk nomina karena ditandai olehketerkaitannya dengan lmu at-tarf / defi-nite article : al. Nomina itu nominatif ditandaidengan harakat dammah (vokal /u/) padaakhir kata. Ungkapan (5) itu dilengkapimaflun bih (objek), yakni wardatan. Katawardatan yang berupa nomina indetermi-native (disingkat n indet) memenuhi syaratobjek karena kata itu nomina yang ditandaitanwn (harakat ganda/nunation/bunyi fonem/n/ tertutup) pada akhir kata dan akusatif(disingkat ak) yang ditandai dengan harakatfathah (vokal /a/) pada akhir kata.

    (Jf) juga bisa berunsurkan fil dan nibul-fil (pengganti agen) sebagaimana terlihatpada ungkapan (5.a) berikut.

  • 67Humaniora Volume XIV, No. 1/2002

    Istilah Kalimat dan Klausa dalam Bahasa Arab

    Ungkapan (5.a) adalah (Jf) karena jumlah itudi awali verba. Verba pada (5.a) verba pasif(disingkat pas): tusyammu dicium danberunsurkan fil dan nibu al-fil (penggantiagen). Pengganti agen pada (5.a) itu adalahal-wardatu karena kata itu terkait dengandefinite article dan nominatif. Al-wardatudikatakan sebagai nibu al-fil (penggantiagen) karena kata itu dalam kalimat aktifnya(5) kata itu (al-wardata) sebagai objek.Ungkapan (5.a) itu di samping terjadi pem-buangan agen untuk digantikan penggantiagen (yang berasal dari objek), juga terjadiperubahan verba bentuk aktif : tasyummumencium menjadi bentuk pasif : tusyammudicium.

    Dikemukakan di atas bahwa dalamsuatu (Jf) verbanya selalu berfungsi sebagai(M). Berikut dikemukakan contoh verbayang tidak berkemampuan menjadi (M)sebagaimana tampak pada contoh (7)berikut.

    Ungkapan (7) tersebut merupakan (Jf) karenadiawali verba : sra. Kata itu termasuk verbakarena mengandung makna hadas menjadidan makna waktu lampau. Namun, ternyataverba itu tidak punya potensi menjadi (M).Hal itu terbukti bahwa ungkapan (7.a) berikut

    menjadi tidak gramatikal. Ungkapan (7.a)Sra Nsirun Nasir menjadi itu akanmenjadi gramatikal apabila dilengkapidengan nomina akusatif ustzan gurusebagaimana pada ungkapan (7). Nominaakusatif itulah yang menyempurnakanklausa itu sehingga nomina akusatif itumenempati fungsi (M), Nsirun menempatifungsi (Mi), dan sra sebagai fadlah(komplemen). Verba yang tidak berpotensimenjadi (M) (predikat) seperti itu disebutfilun nqisun (verba tak sempurna) dan verbayang sanggup menjadi (M) disebut filuntmmun (verba sempurna).

    Adapun untuk (Ji) sebagaimana padaungkapan (6). Jumlah itu juga terdiri dari (Mi)dan (M). (Mi) pada ungkapan (6) itu al-qalaqukarena nomina itu nominatif dengan harakatdammah (vokal /u/) dan (M)-nya berupaklausa filiyyah : yusabbibu tawattura al-asbi menyebabkan ketegangan uratsyaraf. Klausa itu terdiri dari verba : yusab-bibu, agen berupa pronomina persona ketigalaki-laki tunggal (ia) yang tersirat pada verbayang merujuk kepada al-qalaqu, dan objek: tawattura al-asabi. Kata al-qalaqukegelisahan itu bentuk tertentu dan bentuktaktentu (nakirah/indeterminate)-nya adalahqalaqun. Adapun tanda kenominaan padanomina taktentu seperti itu adalah tanwin(nunation atau bunyi konsonan /n/ tertutup)di akhir kata. Al-qalaqu itu berfungsi sebagai(Mi). Karena jumlah ungkapan (6) itu (Ji)musnad (Mi)-nya disebut mubtada, yakninomina nominatif yang dilengkapi nominalainnya untuk menyempurnakan makna, dannomina yang menyempurnakan maknanyadisebut khabar (Al-Gulayain, 19722 : 257;

    (5a) Tasyummu al-wardatu

    Dicium bunga mawar

    (v imp pas indi (n indet tungpron pers 3 pr nom nibutung P) al-fil)

    Bunga mawar itu dicium

    (7) Sra Nsirun ustzan

    Menjadi Nasir guru

    (v perf pron (n nom (n indetpers 3 lk det Mi) ak M)tung)

    Nasir (telah) menjadi guru

    (7a) Sra Nsirun

    Menjadi Nasir

    (v perf pron (n nompers 3 lk det Mi)tung)

    *Nasir menjadi

  • 68 Humaniora Volume XIV, No. 1/2002

    Amir Maruf

    Al-Khaus, 19822: 26). Khabar itulah (M)dalam (Ji).

    Dari ungkapan-ungkapan di atasdiketahui bahwa (Mi) pada (Jf) aktif adalahfil (agen), yang selanjutnya dalam tulisanini disebut sebagai subjek dalam (Jf) aktif,(Mi) pada (Jf) pasif adalah nibu al-fil(pengganti agen), selanjutnya disebutsubjek dalam (Jf) pasif. Sementara itupengisi (M)-nya adalah fil tmm yangterletak sebelumnya, yang selanjutnyadisebut predikat (Jf). Adapun (Mi) dalam (Jf)verba tak sempurna adalah ism fil nqis dan(M)-nya khabar fil nqis. Dalam (Ji) adalah(Mi)-nya adalah mubtad yang selanjutnyadisebut subjek dalam (Ji). Sementara itu,(M)-nya adalah khabar yang selanjutnyadisebut predikat (Ji). Dengan demikian,filun (agen) merupakan realisasi (Mi) dalam(Jf) aktif, nibul-fil (pengganti agen)merupakan (Mi) dalam (Jf) pasif, ism fil nqismerupakan realisasi (Mi) dalam (Jf) verba taksempurna, dan realisasi (Mi) dalam (Ji)adalah mubtada. Sementara itu, realisasi(M) dalam (Jf) berverba sempurna adalahfilun (verba) di awal jumlah, khabar fil nqismerupakan realisasi (M) dalam (Jf) berverbatak sempurna, dan realisasi (M) dalam (Ji)adalah khabar.

    2.4 Perbedaan Mubtada dan Fil

    Para tatabahasawan Arab membagijumlah menjadi tiga macam, yakni al-jumlah

    al-asliyyah, al-jumlah al-kubr, dan al-jumlahas-sugr. Al-jumlah al-asliyyah yaitu suatustruktur yang terdiri dari dua rukun jumlah,yakni (Mi) dan (M). Al-jumlah al-kubr ialah(Ji) yang (M)-nya berupa jumlah baik (Ji)maupun (Jf). Al-jumlah as-sugr ialah jumlahbaik (Ji) maupun (Jf) manakala berfungsisebagai (M) dalam (Ji) (Hasan, t.t.1: 16).

    Dari bahasan di atas diketahui bahwaungkapan (1), (3), (4), (5), dan (5.a)merupakan jumlah asliyyah. Pada jumlahasliyyah semua (Mi) berupa f.il (agen) dannibu al-fil (pengganti agen) atau (Mi)dalam (Jf), tidak ada yang berupa mubtadaatau (Mi) dalam (Ji) sehingga tidak bisadigunakan sebagai perbandingan mubtadadan fil. Adapun ungkapan (2) dan (6) adalah(Ji) yang (M)-nya berupa (Jf). Pada (M) iniada (Mi) dan (M)-nya. Hal itulah yang disebutjumlah kubr. Pada ungkapan (2) (M1)-nyaaliyyun dan (M)-nya (Jf) zahaba. (Jf) yangmenjadi (M) inilah jumlah sugr. (Jf) ini (Mi)-nya berupa pronomina persona ketiga laki-laki tunggal yang merujuk kepada aliyyun.Dengan demikian, fil (Jf) itu tidak lainadalah mubtada. Demikian juga padaungkapan (6) bahwa fil atau agen (Jf) yangberfungsi sebagai (M) dalam (Ji) itu tidaklain adalah mubtada. Jadi, agen padaungkapan (2) dan (6) itu adalah subjek.Subjek tidak selamanya menjadi agen. Halitu tampak pada ungkapan (8) dan (9)berikut.

    (8) Al-kitbu yaqra`u hu Fridu Buku

    (n det tung nom (Mi)

    Membaca (v imperf ind pron pers 3 lk tung)

    Nya (pron pers 3 lk tung ak O)

    Farid (n det (M))

    `Buku itu dibaca oleh Farid`

    (9) Al-baitu taskunu Ftimatun f hi Rumah

    (n det tung nom (Mi)

    tinggal (v imperf indi pron pers 3 pr tung)

    Fatimah (n det nom ag)

    dalam (prep ket tem)

    nya(protung

    `Rumah itu Fatimah tinggal di sana`

  • 69Humaniora Volume XIV, No. 1/2002

    Istilah Kalimat dan Klausa dalam Bahasa Arab

    Ungkapan (8) di atas adalah jumlahkubr karena (M)-nya berupa (Jf) : yaqrauhuFridun. (Mi)-nya al-kitbu. (Jf) yangberfungsi sebagai (M) pada (8) itu (Mi)-nyaFrid, dan (M)-nya yaqrau. Sementara itu,pronomina persona ketiga laki-laki tunggaladalah objek. Objek itu merujuk kepada al-kitb. Dengan demikian, objek itu adalahsubjek.

    Ungkapan (9) di atas adalah jumlahkubr karena (M)-nya berupa (Jf) : taskunuFtimatun fhi. (Mi)-nya al-baitu. (Jf) yangberfungsi sebagai (M) pada (9) itu (Mi)-nyaFtimatun, dan (M)-nya taskunu. Sementaraitu, preposisi f dan pronomina persona ketigalaki-laki tunggal adalah keterangan tempat.Pronomina persona itu merujuk kepada al-baitu. Dengan demikian, keterangan tempatitu adalah subjek.

    3. Kesimpulan

    Suatu kebenaran bahwa Aliyyun padaungkapan (1) dan ungkapan (2) itu sama-sama nomina nominatif yang berfungsisebagai subjek. Aliyyun pada ungkapan (1)adalah subjek (Jf ) dan Aliyyun padaungkapan (1) adalah subjek (Ji).

    Istilah subjek dalam bahasa Arabbukan mubtada dan bukan fil, tetapimahkm alaih / musnad ilaih. Istilahpredikat bukan khabar, melainkan mahkmbih / musnad. Adapun mubtada merupakanrealisasi subjek dalam (Ji) dan fil (agen),nibu al-fil (pengganti agen), atau ism filnqis merupakan relaisasi subjek dalam (Jf).Sementara itu, khabar merupakan realisasipredikat dalam (Ji). Adapun realisasipredikat dalam (Jf) adalah verba di awaljumlah manakala verbanya verba tmmunsempurna. Akan tetapi, apabila verbanyaverba nqisun tak sempurna, verba ituhanya berupa fadlah. Sementara predikat-nya adalah yang menyertai di belakangnya.

    Pada jumlah kubr kadang-kadang adapersamaan mubtada dan fil dan kadang-kadang ada perbedaan keduanya. Persama-annya adalah manakala fil (agen) itu me-rujuk kepada mubtada. Jadi, fil itu mub-

    tada. Dalam hal perbedaan, perbedaan ituterjadi bukan hanya bahwa mubtada itusubjek (Ji) dan fil itu subjek (Jf). Namun,kadang-kadang mubtada tidak lain adalahmaflun bih ((Mi) adalah objek), dankadang-kadang mubtada adalah daraf ((Mi)adalah keterangan).

    DAFTAR PUSTAKA

    Adas, M.A.R. 1991. Al-wadih fi An-nahwiwa As-sarfi. Aman: Dar Majdu lawi.

    Ad-Dahdah, A. 1981. Mujamu Qawidi Al-lugah Al-arabiyyah: F Jadwila waLauht. Beirut: Maktabah Lubnan.

    . 1993. Arabic GrammaticalNomenclature: Arabic English. Beirut:Librairie du Libab.

    Al-Gulyain, S.M. 1972. Jmiu Ad-dursiAl-arbiyyah. Jilid I. Beirut : Al-maktabah Al-asriyyah.

    Al-Hamid, A.1992. Silsilatu Talimu Al-lugahAl-arabiyyah. Jilid II. Jakarta: LembagaPengajaran Bahasa Arab UniversitasAl-imam Muhammad Ibnu SuudiAlarabiyyah.

    Hasan, A. t.t. An-nahwu Al-wafi. Jilid I. Mesir: Daru al-maarif.

    Irbabullubab dan Amir, U.J. 1969. Al-Bala-gah. Semarang : Toha Putra.

    Al-Jarim, A. dan Amin, M. 1951. Al-balagahAl-wadihah: Al-bayan, wa Al-Maani,wa Al-badi. Mesir: Dar Al-maarif.

    Al-Khaus, A. 1982. Qissatu Al-Irab: UslubMutatawwir Fi Al-qawaid wa Al-Irab. JilidII. Damsyik: Jamiu al-huquq.

    Al-Khuli. 1982. A. Dictionary of TheoreticalLinguistics: English Arabic. Beirut:Librairie Du Liban.

    Sangidu. 1995. Ilmu Bahasa Arab MenujuIlmu Sastra Arab. Humaniora. BuletinFakultas Sastra Universitas GadjahMada. Nomor II Tahun 1995 hlm:4854.