ajaran yesus tentang pemberian persembahan (studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian...

44
AJARAN YESUS TENTANG PEMBERIAN PERSEMBAHAN (studi hermeneutik melalui pendekatan sosio-historis kritis tentang pemberian persembahan menurut Yesus dalam Lukas 21:1-4) Oleh, Jilly Pingkan Kaunang 712010021 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi Program Studi Teologi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2015

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

AJARAN YESUS TENTANG PEMBERIAN PERSEMBAHAN

(studi hermeneutik melalui pendekatan sosio-historis kritis tentang pemberian

persembahan menurut Yesus dalam Lukas 21:1-4)

Oleh,

Jilly Pingkan Kaunang

712010021

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

Program Studi Teologi

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2015

Page 2: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

i

Page 3: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

ii

Page 4: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

iii

Page 5: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES iii

DAFTAR ISI iv

UCAPAN TERIMAKASIH vi

ABSTRAK ix

1. Pendahuluan 1

1.1. Batasan, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian ........................................ 2

1.2. Metode Penelitian ............................................................................................ 3

1.3. Signifikansi Penulisan ...................................................................................... 3

1.4. Sistimatika Penulisan ....................................................................................... 4

2. Konteks Sosio-Hitoris Injil Lukas 4

2.1. Penulis .............................................................................................................. 5

2.2. Alamat dan Tujuan Penulisan .......................................................................... 6

2.3. Waktu dan Tempat Penulisan .......................................................................... 7

2.4. Situasi Masyarakat Masa Penulisan Injil Lukas 8

2.4.1. Kebudayaan Yahudi (Yudaisme) ......................................................... 8

2.4.2. Kebudayaan Yunani (Helenisme) – Romawi ....................................... 10

2.4.3. Latar Belakang Sosial ........................................................................... 11

2.4.4. Latar Belakang Ekonomi ...................................................................... 13

2.4.5. Latar Belakang Politik .......................................................................... 15

2.5. Praktik Pemberian Persembahan dalam Agama Yahudi ................................. 16

3. Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan Dalam Lukas 21:1-4 17

3.1. Mengkritisi Eksploitasi Terhadap Orang Miskin ............................................ 17

3.2. Narasi Pemberian Persembahan Untuk Meruntuhkan Paham Yang Materialistis

...................................................................................................... 20

4. Sumbangan Pemahaman Baru bagi Praktik Pemberian Persembahan Jemaat Kristen di

Indonesia dari Perspektif Lukas 21:1-4 26

4.1. Keterlibatan Untuk Membantu Orang Miskin ................................................. 26

4.2. Pemberian Persembahan Sebagai Aksi yang Meruntuhkan Paham Materialistis

Jemaat Kristen di Indonesia ........................................................ 28

5. Penutup 31

Page 6: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

v

5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 31

5.2. Saran ................................................................................................................ 32

Daftar Pustaka

Page 7: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Sekalipun penulisan Tugas Akhir ini tidak dilakukan bersama-sama, namun dengan

hanya mengandalkan diri sendiri mungkin penulisan ini belum selesai. Atas segala dukungan;

pengorbanan waktu, dorongan semangat, kehadiran, bentakan, pecutan, dan kasih yang tiada

habisnya, pada bagian ini penulis ingin menuangkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya,

kepada:

Tuhan Yesus Kristus. Dalam suka dan duka, hanya doa kepada Yesus-lah yang bisa

membuat penulis menjadi tenang, dan tidak tertekan. Meski segala doa lebih sering

terisi dengan keluhan, amarah, dan airmata, namun selalu saja jawaban-jawaban atas

setiap doa diberikan.

Universitas Kristen Satya Wacana, khususnya Fakultas Teologi, seluruh dosen dan

pegawai yang dalam pelbagai cara memberikan bantuan bagi penulis.

Pdt. Dr. Yusak B. Setyawan, MATS.,Ph.D., sebagai pembimbing satu yang

memberikan koreksi-koreksi mendetail dan jelas terarah, serta memberikan banyak

dorongan serta motivasi bagi penulis untuk bisa melampaui kemampuan yang dimiliki,

dan untuk bisa mendorong diri sendiri supaya berusaha lebih keras. Hermeneutik

memang tidak mudah, pak.

Pdt. Dr. Tony Tampake, selaku pembimbing dua yang memberikan arahan-arahan dan

koreksi serta perbaikan-perbaikan. Meski banyak kesibukan tetapi senantiasa

menyediakan waktu untuk konsultasi mendadak. Atas segala dukungan dan semangat

untuk melakukan penulisan ilmiah yang baik.

Mama dan Papa terkasih, untuk motivasi, doa, dana, dan khususnya pengertian dan

kepercayaan yang diberikan bagi penulis untuk mengeksplorasi diri sedalam-dalamnya

dalam penulisan Tugas Akhir yang berlangsung cukup lama ini. Hanya karena harapan

untuk melihat siratan kebanggaan dari mata kalian, saya mampu menepiskan kata

Page 8: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

vii

menyerah dan lelah. Untuk Jac & Jen, the most wonderful sisters ever! Pendengar,

pemberi nasihat, partner in everything, yang dalam bentangan jarak yang begitu jauh

penulis selalu mampu menemukan “shoulders to cry on”. Bagi Jojo, Oliver, Michie,

Emma, dan Antoris, terimakasih telah menjadi anggota keluarga yang selalu

mempedulikan. Juga bagi semua keluarga, terimakasih atas dukungan moral, kata-kata

penyemangat, doa, dan dana yang selalu tersedia dan diberikan tanpa perlu meminta.

Kalianlah semangatku!

Riri, Fifi, Dani, Tya, Florens, dan Vinny. Sahabat-sahabat tergila dan selalu bisa

diandalkan. Terimakasih banyak untuk waktu, canda, tawa, airmata, telinga yang selalu

tersedia untuk menampung keluhan-keluhan yang tiada habisnya, kebersamaan dan

kehadiran, serta kesempatan untuk menerima kasih sayang dari kalian.

Kak Jo, kak Chris, kak Tuti, kak Leoni, yang telah menjadi sumber inspirasi bagi

penulis selama masa penulisan Tugas Akhir ini berlangsung.

Kak Ira dan Pak Eben yang memberi bantuan dalam mencari literatur tambahan bagi

penulisan TA ini, serta menjadi reviewer dari TA penulis.

Yayasan Satyabhakti Widya, yang memberikan dukungan dana dalam bentuk beasiswa

bagi penulis.

Semua orang yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Hanya rangkaian kata-kata ini yang dapat saya sampaikan sebagai ucapan terimakasih atas

semua yang telah saya terima. Kalian bagaikan malaikat-malaikat hadiah dari Tuhan, yang

tanpa kehadiran kalian di hidup ini, saya menjadi orang yang tidak memiliki arti. Ungkapan

kata di atas sama sekali tidak dapat mewakili betapa berterimakasihnya saya kepada kalian.

Page 9: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

viii

ABSTRAK

Praktik pemberian persembahan merupakan bagian dalam peribadatan umat Kristen di

Indonesia. Di dalam tata ibadah Kristen pemberian persembahan dijadikan salah satu unsur

utama dalam peribadatan. Fakta lapangan menunjukkan bahwa persembahan diidentikan

dengan uang ataupun barang yang diberikan kepada pihak gereja yang kemudian dikelola oleh

pengurus gereja sesuai dengan kepentingan dan keperluan yang ada. Pemaknaan jemaat Kristen

terhadap pemberian persembahan akhirnya terkurung dalam cakrawala berpikir yang

materialistis. Studi hermeneutik terhadap Lukas 21:1-4 dan kajian literasi terhadap konteks

sosio-historis dari Injil Lukas merupakan usaha untuk mengungkap kemungkinan-

kemungkinan makna pemberian persembahan yang terkandung di dalam teks ini, dan untuk

memberikan sumbangan pemahaman baru berkaitan dengan praktik pemberian persembahan

jemaat Kristen di Indonesia.

Kata kunci: Pemberian, Persembahan, Lukas 21, Makna, Janda, Miskin.

Page 10: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

1

1. Pendahuluan

Salah satu unsur di dalam rangkaian peribadatan umat Kristen adalah pemberian

persembahan. Unsur pemberian persembahan mengambil bagian yang penting, dan

digunakan sebagai wujud ungkapan rasa terima kasih atas anugerah Tuhan bagi kehidupan

manusia. Pemberian persembahan juga merupakan manifestasi dari tindakan kehidupan

sehari-hari.1Dalam realita peribadatan di Indonesia, penulis menemukan bahwa persembahan

dipahami dengan bentuk uang yang diberikan bagi gereja. Einar Sitompul mengungkapkan,

realita pemberian persembahan yang kini terjadi adalah persembahan hanya dilihat dari

jumlah ataupun nilai dari persembahan yang diberikan.2 Dengan kata lain, persembahan

identik dengan pemberian uang.

Tradisi pemberian persembahan telah ada sejak jaman Perjanjian Lama yang

dilakukan salah satunya oleh orang-orang Yahudi. Seiring dengan perkembangan zaman dan

perubahan-perubahan dalam situasi sosial di masyarakat, pemahaman dan pemaknaan

pemberian persembahan ini turut berubah. Orang-orang Yahudi memberikan persembahan

dengan berbagai-bagai latar belakang, salah satu contohnya yaitu dalam bentuk

penyembelihan hewan sebagai kurban. Di era modern ini umat Kristen memberikan

persembahan di gereja dalam bentuk uang, yang secara faktual bagi jemaat persembahan

diwajibkan dalam peribadatan, sekalipun secara konseptual pemberian persembahan adalah

pemberian yang sukarela. Situasi peribadatan yang sering penulis alami yaitu persembahan

semakin dinilai berdasar pada kuantitasnya semata, bahkan tidak memiliki uang untuk

diberikan sebagai persembahan sering digunakan sebagai alasan utama jemaat untuk tidak

menghadiri peribadatan.

Berkaitan dengan makna serta pemahaman tentang pemberian persembahan, penulis

melakukan kajian terhadap makna persembahan ditinjau dari Lukas 21:1-4. Kajian diambil

1 Einar Sitompul, Gereja Menyikapi Perubahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 159.

2Sitompul, Gereja, 159

Page 11: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

2

dari teks tersebut karena di dalamnya Yesus membahas tentang pemberian persembahan dari

seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah.

Pemberian persembahan janda miskin dalam Lukas 21:1-4, menurut beberapa penafsir

Perjanjian Baru dapat dilihat dari dua aspek yaitu, semangat untuk memberikan dan

pengorbanan yang terkandung didalamnya. Yesus melihat persembahannya bernilai jauh

lebih tinggi dari pada persembahan orang-orang kaya sekalipun secara kuantitas, nilai

persembahan ini sangat kecil.3 Hal ini didasari oleh dua hal; pertama, ia memasukkan semua

yang dimilikinya untuk bertahan hidup, dan yang kedua, ia memasukkan seluruh

kehidupannya.4Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di Indonesia makna dari persembahan

masih terlalu sempit.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis memberi judul: Ajaran Yesus tentang

Pemberian Persembahan (studi hermeneutik terhadap Lukas 21:1-4).

1.1. Batasan, rumusan masalah, dan tujuan penelitian

Penelitian ini dibatasi pada ajaran Yesus tentang pemberian persembahan yang

terdapat di dalam Injil Lukas 21:1-4, dan akan menggunakan studi hermeneutik yang dikaji

melalui perspektif sosio-historis dari Injil Lukas. Terlebih khusus melalui perspektif sosio-

historis Lukas 21:1-4.

Fokus permasalahannya dirumuskan demikian pertama, apa makna dari pemberian

persembahan menurut ajaran Yesus yang dapat diungkap berdasarkan Lukas 21:1-4 dalam

konteks sosio-historisnya? Kedua, apa sumbangan pemahaman baru yang mungkin dapat

diberikan dari studi ini – sesuai dengan butir pertama – dalam kaitannya dengan praktik

pemberian persembahan bagi jemaat Kristen di Indonesia?

3 William Barclay,The Daily Study Bible: The Gospel of Luke (Westminster: John Knox Press, 2001), 301-302.

4 Barbara Reid, Choosing the Better Part? Woman in the Gospel of Luke (Minessota: Liturgical Press, 1996),

195.

Page 12: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

3

Latar belakang, pembatasan masalah, serta perumusan yang telah penulis uraikan

untuk dilakukan dalam penelitian ini, bertujuan untuk satu,mendeskripsikan kemungkinan-

kemungkinan makna dari pemberian persembahan menurut ajaran Yesus, yang dilihat dari

perspektif Lukas 21:1-4 dalam konteks sosio-historisnya, dan yang kedua memberikan

sumbangan pemahaman baru bagi jemaat Kristen di Indonesia, sesuai dengan rumusan

masalah ke dua di atas.

1.2. Metode Penelitian

Dalam rangka mencapai tujuan dari tugas akhir ini, maka penulis menggunakan

metode penelitian hermeneutik. Metode ini dijalankan melalui studi hermeneutik secara

mendalam terhadap teks dengan mendeskripsikan konteks sosio-historisnya menggunakan

pendekatan sosio-historis kritis. Selain daripada itu, penulis juga menggunakan kajian-kajian

kepustakaan dari tulisan-tulisan para ahli Perjanjian Baru yang mengungkap dan mengkaji

khususnya mengenai konteks sosio-historis Injil Lukas. Kajian kepustakaan ini merupakan

teknik pengumpulan data penulis, yang mendukung studi hermeneutik yang dilakukan.

1.3. Signifikansi Penulisan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan-sumbangan

pemahaman baru tentang praktik pemberian persembahan. Secara umum bagi para pembaca

Lukas 21:1-4 dalam memahami perikop ini, serta aplikasi di dalam kehidupan gerejanya, bagi

gereja dalam membina dan memberikan pemahaman bagi jemaatnya dalam praktik

memberikan persembahan. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemahaman baru bagi civitas akademika Fakultas Teologi UKSW dalam ranah

pengembangan ilmu pengetahuan.

Page 13: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

4

1.4. Sistimatika Penulisan

Rancangan penelitian adalah dengan sistimatika sebagai berikut, yaitu pada bagian I

merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang dari permasalahan dalam realita

kehidupan yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Bagian ini

termasuk juga dengan batasan, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian yang

digunakan, signifikansi penulisan, dan rancangan penelitian. Langkah selanjutnya adalah

memasukkan teori-teori teologis dan sosiologis dari para ahli yang berkaitan dengan

penelitian penulis, yang diambil dari berbagai wacana yang ada, dan dimasukkan sebagai

bagian II. Kemudian, pada bagian III penulis menyajikan hasil studi hermeneutik dari teks

Alkitab yang penulis gumuli, yaitu Lukas 21:1-4, serta hasil dari studi kepustakaan yang

didapatkan, yang berkaitan dengan topik permasalahan.

Bagian IV penulis menguraikan hasil analisa teks berdasarkan data-data yang telah

penulis sajikan di bagian III, dan sumbangan pemikiran-pemikiran baru yang sekiranya dapat

disampaikan dalam kaitannya dengan praktik pemberian persembahan bagi jemaat Kristen di

Indonesia. Bagian terakhir menjadi bagian dimana penulis memberikan kesimpulan setelah

menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian, sebagai hasil akhir dari penelitian penulis. Pada

bagian V ini pun, penulis juga memasukkan saran-saran bagi pihak-pihak yang terkait,

berkenaan dengan hasil akhir dari penelitian ini.

2. Konteks Sosio-Historis Injil Lukas

Bagian kedua dari penulisan ini adalah kajian literatur yang memuat konteks sosio-

historis Injil Lukas. Kajian ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam latar belakang

penulisan Injil Lukas, ragam kebudayaan yang memberi pengaruh dalam masyarakat, situasi

sosial, ekonomi, dan politik diambil dari tulisan-tulisan para teolog dan ahli-ahli Perjanjian

Baru, untuk membantu dalam melakukan studi hermeneutik di bagian tiga.

Page 14: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

5

2.1. Penulis

Kejelasan atas identitas dari penulis Injil Lukas masih dipenuhi dengan kemungkinan-

kemungkinan diantara para teolog. John Drane, Howard Marshall, dan Alfred Plummer setuju

dengan seorang bernama Lukas yang merupakan teman seperjalanan dari Paulus yang

menjadi penulis dari Injil Lukas5 dan ia juga adalah penulis yang sama dengan penulis Kisah

Para Rasul,6 atau yang juga disebut dengan Lukas the “beloved physician”;

7 dan seorang

yang bernama Lukas, tetapi bukan Lukas yang menjadi teman seperjalanan Paulus, namun

dapat dikatakan ia mengetahui ataupun mengenal Paulus, karena dalam penutupan Kisah Para

Rasul penulis menuliskan tentang kematian Paulus.

Lukas sendiri berasal dari Antiokhia di Siria8, yang dari tulisan-tulisannya

menunjukkan bahwa ia memiliki pengetahuan khusus tentang ilmu kedokteran. Menurut

Paulus, Lukas adalah seorang dokter.9 Selain itu, dibandingkan dengan penulis-penulis Injil

lainnya yang adalah orang Yahudi atau berasal dari agama Yahudi, Lukas bukanlah seorang

Yahudi, tetapi memiliki minat besar terhadap tradisi Kristen. Ia adalah orang Yunani asli

yang memiliki pendidikan Yunani tinggi, mahir dalam Perjanjian Lama, dan merupakan

generasi Kristen kedua.10

5 Plummer berpendapat bahwa dari antara teman-teman seperjalanan Paulus yang telah banyak kita ketahui

namanya, tidak ada yang lebih memungkinkan sebagai seorang penulis Injil Lukas, juga penulis Kisah Para

Rasul. Luke the “beloved physician” yang memenuhi semua kriteria yang ada sebagai seorang penulis. Ia

menjadi teman seperjalanan Paulus selama berada dalam dua kali terpenjara di Roma, dan mungkin juga ia

pernah bersama-sama dengan Paulus di waktu yang lainnya. (Alfred Plummer, The Gospel According to S. Luke

(Edinburgh: Morrison and Gibbs Limited, 1905), xii-xiii). 6 Gaya dan jenis bahasa dari kedua kitab begitu mirip; keduanya ditujukan pada orang yang sama yaitu

Teophilus; dan oleh karena gaya bahasa dari nats-nats ini sama dalam keseluruhan kitab, kemungkinan besar

penulis telah memakai buku harian perjalanannya sendiri sebagai sumber informasi. (John Drane, Memahami

Perjanjian Baru. (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 211-212). 7 Hal yang sudah jelas adalah ia menulis untuk sebuah komunitas gereja perkotaan dalam dunia Helenis; dan

pada pertengahan abad kedua, sudah ada kejelasan dan keputusan dari penulis-penulis gereja mula-mula bahwa

ia adalah Lukas the “beloved physician” seorang teman seperjalanan dari Paulus. (I. Howard Marshal, The

Gospel Of Luke: A Commentary on the Greek Text(Michigan: Paternoster Press, 1992), 33-34). 8 Eusibius, dalam buku John Drane Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 212.

9Bahasa kedokteran, serta perhatian besar dalam melakukan diagnosa penyakit, lebih memahami bidang ini

daripada Markus. ( Drane, Memahami, 212). 10

Yusak B. Setyawan, Introduction to the New Testament: A Draft (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana,

2011), 51.

Page 15: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

6

2.2. Alamat dan tujuan penulisan

Lukas menulis untuk diberikan kepada komunitas gereja perkotaan dalam dunia

helenis. Komunitas ini merupakan suatu komunitas kristen yang berada jauh baik secara

geografis dan waktu dari masa Yesus melakukan pekabaran Injil-Nya.11

Dugaan lainnya,

tulisan ini ditujukan bagi seorang yang bernama Teophilus (Lukas 1:1). Kalimat pembukaan

dari Lukas menunjukkan bahwa tulisan itu ditujukan hanya kepada satu orang saja. Akan

tetapi, ada perdebatan mengenai hal ini yaitu apakah Teophilus merupakan satu individu,

ataukah Teophilus adalah suatu komunitas jemaat Kristen.12

Berkaitan dengan hal ini, Willie

Marxen menyampaikan bahwa Teophilus kemungkinan adalah seorang yang kaya yang

menjadi alamat utama Lukas menuliskan Injil-nya ini, namun tidak dianggap sebagai satu-

satunya pembaca yang diharapkan.13

Bagaimanapun juga, para ahli Perjanjian Baru belum

menemukan identitas ataupun makna dari Teophilus yang dimaksudkan oleh Lukas.

Komunitas gereja yang dikemukakan oleh Marshall di atas adalah sekumpulan orang-

orang berbahasa Yunani yang merupakan masyarakat berada. Sekalipun mereka adalah

orang-orang berbahasa Yunani, tetapi asal usul mereka adalah orang Yahudi yang sudah

lepas dari kehidupan masyarakat Yahudi.14

Mereka telah mengenal tentang Yesus Kristus

atau paling tidak pernah menerima pengajaran tentang-Nya. Karena surat ini secara pribadi

ditujukan kepada Teophilus, Lukas tidak memberikan surat ini untuk mengetahui tentang

Yesus Kristus, akan tetapi agar supaya Teophilus meyakini akan kebenaran Firman Tuhan.15

Dengan demikian, Teophilus mungkin memang adalah orang yang telah menerima Kristus,

namun masih juga memiliki keraguan tentang pengajaran yang ia terima tentang Yesus

11

Marshall, The Gospel, 33. 12

Disampaikan demikian karena kata Teophilus dalam bahasa Yunani dapat berarti “orang-orang yang percaya

kepada Tuhan”, diambil dari penggalan kata Theos (Allah) dan Philos (Orang-orang percaya). Barbara Reid

mengemukakan Teophilus diterjemahkan sebagai orang-orang yang dikasihi Allah (Barbara Reid, Choosing The

Better Part?: Women in The Gospel Of Luke (Minnesota: Liturgical Press, 1996), 17. 13

Willie Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya. (Jakarta:

Gunung Mulia, 1996), 187. 14

Willie Marxsen, Pengantar, 194. 15

Yusak B. Hermawan, My New Testament (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2010), 53-54.

Page 16: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

7

Kristus, untuk itu penulis perlu menuliskan baginya surat yang telah diselidiki dengan

seksama agar ia dapat meyakini kebenaran Firman Tuhan.

2.3. Waktu dan tempat penulisan

Ketepatan waktu penulisan Injil Lukas belum terungkap. Meski demikian periode

penulisannya diperkirakan diatas tahun 70 ZB sampai dengan awal tahun 90 ZB. John Drane,

dan dalam Alkitab Edisi Studi mengambil patokan pada isi yang terdapat dalam Injil Lukas

tentang kejatuhan Bait Allah di Yerusalem (Lukas 21:5-24) untuk memutuskan waktu dari

Injil ini ditulis, yaitu sekitar atau setelah tahun 70 ZB.16

Menurut Howard Marshall injil

Lukas ditulis diatas tahun 70ZB. Kesimpulannya yang demikian berdasar atas isi di dalam

Kisah Para Rasul yang menceritakan mengenai kisah tentang periode sebelum kematian

Paulus yaitu mendekati tahun 70 ZB.17

Berbeda dengan pendapat-pendapat diatas, Willie

Marxen menentukan waktu penulisan Injil Lukas pada tahun 90 ZB dan dituliskan pada masa

generasi Kristen ketiga.18

Berdasarkan sumber-sumber ini, dapat dipertimbangkan bahwa

Injil Lukas ditulis diantara tahun 70 ZB dan 90 ZB. Tetapi apabila mengambil patokan waktu

yang mendekati, atau di tahun 90 ZB dapat berimbas pada penulisan Kisah Para Rasul yang

waktu penulisannya pasti akan lebih dari tahun 90 ZB. Untuk itu dapat dikatakan bahwa Injil

Lukas ditulis sekitar tahun 80 ZB.

Tempat penulisan dari Injil ini masih belum terlalu jelas apabila dilihat dari sumber-

sumber yang digunakan Lukas untuk menyusun isinya ini. Tradisi awal mengkaitkan Lukas

dengan suatu tempat di Yunani yang bernama Akhaia, kemudian di Roma, lingkungan di

Siria, sampai Antiokhia, bahkan ada kemungkinan lain juga di Kaisarea tetapi belum dapat

dipastikan juga.19

Marxsen mengeliminasi Palestina dan Siria sebagai tempat penulisan Injil

16

Drane, Memahami,212. 17

Marshall, The Gospel,33-34. 18

Marxsen, Pengantar, 194. 19

Penggunaan sumber dari Markus mengindikasikan adanya kaitan dengan Roma, tetapi sedikit penambahan

dari sumber Q ada kemungkinan membawanya ke lingkup Syria. Sedangkan untuk keberadaannya di Antiokhia

Page 17: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

8

Lukas, karena tulisan ini ditujukan bagi pembaca Yunani.20

Ada keyakinan bahwa apabila

dapat mengetahui sosok dari Teophilus yang sebenarnya, maka situasi ini mungkin dapat

lebih jelas.

2.4. Situasi Masyarakat Masa Penulisan Injil Lukas

Latar belakang kehidupan masyarakat zaman penulisan Injil Lukas diwarnai dengan

latar belakang kehidupan yang beragam, yang membentuk tatanan-tatanan kehidupan

masyarakat. Secara khusus latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan politik, memiliki

banyak pengaruh bagi pembentukan situasi masyarakat yang ada. Untuk itulah pada bagian

ini penulis akan mengungkap latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang ada

dan yang mempengaruhi situasi dari masyarakat dimana Lukas menuliskan Injil ketiga ini.

Terdapat ragam kebudayaan dan situasi sosial yang menjadi pembentuk dari

masyarakat saat itu. Ada tiga kebudayaan utama, yaitu kebudayaan Yahudi (Yudaisme),

kebudayaan Yunani (Helenisme), dan kebudayaan Romawi.21

Pertama-tama, penulis akan

membahas mengenai kebudayaan Yahudi, kemudian dilanjutkan dengan kebudayaan

Romawi dan Yunani, serta akan membahas tentang konteks sosial dari masyarakat dalam

Injil Lukas.

2.4.1. Kebudayaan Yahudi (Yudaisme)

Bangsa Yahudi telah ada sejak abad ke-6 SZB di Sardis, Asia Kecil sebelah Barat

ketika Yerusalem dihancurkan oleh Nebukadnezar. Memasuki abad ke-3 ZB sudah ada

komunitas Yahudi yang menetap disana.22

Para pendatang yang kemudian menetap ini

sekalipun telah meninggalkan Yerusalem, mereka tidak begitu saja melupakan tempat asal

mereka, serta kebiasaan-kebiasaan – khususnya peribadatan-peribadatan – yang mereka

sebenarnya adalah yang lebih dahulu dicatatkan. (I. Howard Marshall, The Gospel of Luke: A Commentary on

the Greek Text, 33-34). 20

Marxsen, Pengantar, 194. 21

Bruce Chilton, Studi Perjanjian Baru Bagi Pemula (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 128. 22

John Stambaugh dan David Balch, Dunia Sosial Kekristenan Mula-Mula (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 1.

Page 18: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

9

lakukan disana. Sebelumnya ketika di Yerusalem mereka melakukan peribadatan di Bait

Allah, saat mereka menetap di tempat mereka yang baru ibadat mereka dilakukan di

sinagoge-sinagoge.23

Orang-orang Yahudi yang meninggalkan Yerusalem tetap berusaha

menjaga hukum-hukum nenek moyang mereka, terlebih khusus dalam hal keagamaan selama

mereka berada di perantauan.

Sistem pemerintahan Yahudi saat itu dipegang oleh Roma, tetapi untuk administrasi

dilakukan oleh pemerintah lokal.24

Agustus saat itu menghargai tradisi Yahudi dan khususnya

bait Allah. Orang-orang Yahudi tidak diwajibkan untuk ikut dalam ibadah pemujaan Kaisar,

Bait Allah juga dilindungi Kaisar, bahkan Kaisar juga ikut mempersembahkan korban atas

namanya. Pemerintahan administratif yang diberikan bagi orang Yahudi wujud dalam dewan

tertinggi yaitu Sanhendrin. Kekuasaannya sangat besar dan sering Herodes menekan

Sanhendrin untuk menjadikannya alat politiknya sendiri.

Sanhendrin merupakan suatu lembaga yang menyatukan orang-orang Yahudi yang

tidak seragam. Sanhendrin berarti “dewan yang terdiri dari 71 anggota”, kata Yunani-Ibrani

ini diterjemahkan sebagai “Mahkamah Agama”. Dewan ini memiliki kewenangan bukan

hanya terbatas di Palestina saja, tetapi juga sampai ke daerah-daerah lainnya bagi semua

orang Yahudi. Kekuasaan mereka yang berada di pusat merambah sampai ke dunia politik,

sedangkan Sanhendrin setempat hanya berkuasa di bidang keagamaan saja. Sekalipun berada

23

Rumah-rumah ibadah yang dibuat orang Yahudi untuk melaksanakan peribadatan mereka di luar Yerusalem.

Akan tetapi ada ritual-ritual yang tidak dapat dilakukan di luar Bait Allah (seperti persembahan kurban, dan

sebagainya). Penggunaan sinagoge ini adalah sesuai dengan ritual yang dapat mereka lakukan di luar dari Bait

Allah, dan diganti dengan sesuatu yang lain. Berpijak pada keadaan ini, maka berkembanglah sesuatu yang lain

yang dapat dilakukan dimana saja, seperti berdoa, membaca Taurat, memelihara hari Sabat, sunat, dan

memelihara hukum-hukum Perjanjian Lama yang mengatur soal makanan, dan penyesuaian ini berhasil bagi

mereka. 24

Pompey menaklukan sebagian wilayah orang Yahudi (Yudea) dari tangan Hyrcanus II dan Aristobulus II pada

tahun 63 SZB dan menjadikan wilayah itu sebagai wilayah kekuasaan Romawi dan berada dibawah aturan-

aturan/hukum-hukum kekaisaran Romawi. Meski demikian, Hyracanus II tetap dijadikan imam kepala dan

diberikan jabatan “ethnarch” atau yang disebut dengan “ruler of the people”. Sejak itu, sekalipun terjadi banyak

pergantian kekuasaan dalam Kerajaan Romawi, namun keberadaan dan posisi kekuasaan orang-orang Yahudi

tidak berubah. Hal ini demikian terjadi karena dalam kepentingan untuk memperoleh kekuasaan (dengan cara

perang dan pertempuran) dibutuhkan aliansi-aliansi agar jumlah pasukan semakin banyak, oleh karena itu maka

penguasa-penguasa Roma menggunakan orang-orang Yahudi sebagai sekutunya. (E. P. Sanders, Judaism:

Practice & Belief 63 BCE – 66 CE. (Philadelphia: Trinity Press International, 1994), 30-31).

Page 19: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

10

dalam pemerintahan Roma, namun untuk bidang-bidang sipil, kewenangan dan kekuasaan

Sanhendrin begitu luas.25

2.4.2. Kebudayaan Yunani (Helenisme)-Romawi

Dunia kekristenan mula-mula dikuasai oleh pemerintahan kekaisaran Roma. Tetapi

cara orang berbicara dan berpikir, aspirasi dan prestasi, dan sebagainya masih dipengaruhi

secara besar-besaran oleh pemikiran Yunani. Sejak jaman Aleksander Agung (356-323 SZB)

yang mendirikan kerajaan dunia, mengalami kekalahan dan perpecahan, yang kemudian

disatukan kembali oleh Oktavianus dari Roma (63 SZB-14 ZB). Saat Oktavianus berkuasa

dan mengalami keberhasilan, itu semua tidak lepas dari pengaruh Aleksander Agung yang

dimasa kekuasaannya menyebarluaskan kebiasaan, agama, dan filsafat Yunani, dan bahkan

bahasa Yunani juga. Hal ini membuat timbulnya suatu cara hidup yang disebut dengan

Helenisme.

Helenisme bertahan begitu lama, bahkan sampai pada permulaan Kekristenan.

Penyebarluasan berita mereka menjadi mudah dalam dunia yang dikuasai oleh kebudayaan

Yunani ini.26

Jadi sekalipun saat itu kerajaan Romawi yang sedang berkuasa, tetapi

Helenisme masih kental dan berpengaruh besar bagi orang-orang Roma, dan tentunya banyak

dari kebudayaan Yunani ini yang kemudian diterapkan dalam pemerintahan dan kebudayaan

Romawi.

Pengaruh helenisme khususnya di Palestina mencakup ibadah keagamaan keagamaan,

bidang sastra, arsitektur kota, bidang estetika, dan pengaruh yang paling efektif adalah

pengaruh dibidang perdagangan dan industri. Secara organisasi politik helenisme juga turut

mempengaruhi Palestina. Dewan penguasa di kota-kota yang baru didirikan dipilih melalui

sistem demokrasi, namun hal ini tidak dijalankan sepenuhnya oleh seluruh kota yang ada.27

25

C. Groenen. OFM, Pengantar Kedalam Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 34-51. 26

Drane, Memahami,24. 27

Stambaug dan Balch, Dunia, 99-100.

Page 20: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

11

Kerajaan Romawi kuat dalam hal pemberlakuan hukum dalam pemerintahannya.

Segala sesuatu dibatasi oleh hukum yang berlaku, yang mengatur masyarakat dalam

bertindak. Badan-badan penegak hukum juga mulai dibentuk di daerah-daerah untuk

menghadapi kejahatan-kejahatan serius. Bahkan di Yerusalem sendiripun Imam Agung

mempunyai angkatan kepolisian.28

Mungkin disini ada tujuan politik tersendiri dari

pemerintah Romawi agar dapat menguasai orang-orang Yahudi.

Salah satu cara yang dipakai oleh pemerintah Romawi untuk menarik kesetiaan dari

bangsa yang mereka kuasai adalah dengan menghadiahkan kewarganegaraan Romawi.

Dengan mendapatkan kewarganegaraan ini masing-masing orang memiliki tanggungjawab

untuk mengabdi di legiun-legiun tentara. Meski demikian, ada juga hak-hak istimewa untuk

memberikan suara dalam dewan-dewan rakyat Romawi, perlindungan penuh hukum Romawi

dan pengecualian dari pembayaran sebagian besar pajak. Orang-orang pribumi yang telah

memperoleh kewarganegaraan Romawi menikmati status yang sama seperti warga negara

Romawi lainnya, meskipun menurut dekrit Agustus mereka harus terus memberikan

sumbangan untuk kesejahteraan dan pemeliharaan kota mereka.29

2.4.3. Latar Belakang Sosial

Tatanan sosial dasar peradaban ini terjalin ke dalam jalinan akrab hubungan-hubungan

pribadi: bantuan yang diberikan, balasan yang diharapkan, dan kesetiaan yang harus

diperlihatkan.30

Jalinan keakraban di dalam lingkaran komunitas kaum bangsawan adalah

tindakan saling menolong dalam cara yang saling menguntungkan. Keramahan diberikan

dengan cara saling mengunjungi teman-teman di daerah-daerah lain, bertukar hadiah, dan

membentuk persekutuan dengan keluarga-keluarga penting lainnya di wilayah yang sama.

Sedangkan dari sanak saudara dan tetangga-tetangga yang miskin, mereka mengharapkan

28

Stambaugh dan Balch, Dunia, 21-24 29

Stambaugh dan Balch, Dunia, 23. 30

Stambaugh dan Balch. Dunia,66.

Page 21: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

12

dukungan dalam bidang politik, bantuan pada waktu panen dan dalam permusuhan dengan

kaum bangsawan saingan mereka. Timbal-baliknya, sanak keluarga dan tetangga yang miskin

ini mengharapkan perlindungan fisik dan pinjaman atau pemberian pada waktu mereka

mengalami kesusahan.31

Kehidupan masyarakat terbagi dalam kehidupan masyarakat desa dan kota. Dalam

pembahasan ini penulis akan lebih melihat pada situasi sosial dalam kehidupan masyarakat

kota. Meskipun tempat penulisan Injil Lukas masih belum memiliki ketepatannya, akan tetapi

terlihat dari penulisannya, konteks kota memang disiratkan oleh teks-teks Lukas sendiri.32

Kehidupan kota di masa ini terbagi dalam kelas dan status yang berbeda. Keduanya

ini tersusun dalam suatu piramida sosial-ekonomi yang menentukan pengaruh seseorang

dalam kehidupan sosial. Piramida ini terbagi ke dalam tiga golongan, yaitu golongan kelas

atas, golongan kelas menengah yang termasuk juga rendah, dan golongan yang paling rendah.

Golongan yang pertama, yaitu golongan kelas atas yang berada pada puncak piramida.

Pada golongan ini Kaisar dan keluarganya menempati tempat paling atas, dan yang

dilanjutkan dengan para pejabat administrasi pusat Roma, dan pemegang-pemegang

kekuasaan lainnya. Anggota dari kelas atas ini tidak banyak, tetapi mereka menonjol karena

mereka yang memegang kendali atas kekayaan dan kekuasaan politik kekaisaran.Selanjutnya

terdapat golongan menengah yang juga merupakan golongan kelas bawah. Mereka ini adalah

para pemilik tanah kecil, para tukang dan pemilik toko, mereka yang memiliki peringkat

tengah dan bawah dalam ketentaraan Romawi.33

Kelas menengah yang berada di Yerusalem

ini tampaknya paling beruntung sebab mereka mendapatkan pemasukan dari para peziarah

yang membeli keperluan-keperluan perayaan. Para imam juga dapat dimasukkan dalam kelas

ini, sebab mereka sangat bergantung dari korban-korban persembahan dan berbagai

persepuluhan. Pendapatan mereka ini memang dijamin secara hukum, tetapi para umat

31

Stambaugh dan Balch,Dunia, 66-67. 32

Hortensius Mandaru, Solidaritas Kaya-Miskin menurut Lukas (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992), 53. 33

Stambaugh dan Balch, Dunia,91-103.

Page 22: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

13

umumnya tidak peduli untuk membayar persepuluhan itu sehingga para imam itu kurang

terjamin kehidupannya.34

Di bawah mereka dengan status yang lebih rendah terdapat orang yang benar-benar

miskin dengan melakukan pekerjaan borongan, atau sebagai pencuri, dan sebagai pengemis.

Kelas terendah dari yang ada adalah budak.35

Meski demikian, Hortensius Mandaru

mengatakan bahwa kelas terendah adalah pengemis (termasuk juga dengan orang sakit, buta,

timpang, kusta, dan yang melarat)36

. Ia membagi kelas miskin ini kedalam dua bagian lagi:

pertama, orang miskin yang masih sanggup mencari nafkah, dan kedua mereka yang hidup

dari sumbangan dan derma (janda). Piramida sosial inilah yang membentuk serta memberi

pengaruh besar dalam situasi kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat kota dalam

kekuasaan dari kekaisaran Romawi.

Golongan kelas atas sangat menjaga jarak dan statusnya dengan yang orang-orang

dari kelas di bawah mereka. Situasi ini menciptakan jarak yang sangat besar antara orang-

orang yang kaya, dan orang-orang yang miskin.37

Sebagai kelas bawah dalam piramida sosio-

ekonomi ini, mereka selalu dianggap rendah oleh orang-orang dari kelas atas, bahkan

mungkin tidak dianggap apa-apa.

2.4.4. Latar Belakang Ekonomi

Perekonomian di zaman pemerintahan kekaisaran Romawi berbeda dengan sistem

perekonomian zaman kuno. Pada zaman kuno, kekayaan adalah tentang luas tanah, jumlah

ternak, dan kesetiaan kepada keluarga. Akan tetapi dalam kekaisaran Romawi (zaman

Perjanjian Baru), uang dan harta bergerak menjadi penting. Di dalam tradisi Romawi, ada

prinsip dan tradisi yaitu adanya hubungan saling menolong untuk saling menguntungkan.

34

Mandaru, Solidaritas,39-44. 35

Yusak Setyawan,Hand-outs Introduction to the New Testament: A Draft(Salatiga: Fakultas Teologi UKSW,

2011), 30. 36

Mandaru, Solidaritas, 40 37

Setyawan, Hand-outs,31.

Page 23: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

14

Salah satu tradisinya adalah hubungan persahabatan yang timbal balik38

, atau yang disebut

dengan clientele-patron39

. Tradisi ini merupakan sistem pemberian bantuan dengan balasan

kesetiaan terhadap pemberi bantuan dari orang yang dibantu, namun memberikan keuntungan

yang merata bagi kedua belah pihak. Pemberi bantuan disebut dengan patron, dan yang

menerima adalah client; seorang client membutuhkan bantuan dari patron-nya berupa

perlindungan dan keuangan, serta seorang patron membutuhkan client-nya untuk kepentingan

kekuasaan. Di dalam kekaisaran Roma, orang-orang tidak mengenal dengan yang namanya

amal.

Pihak-pihak yang terkait dengan tradisi clientele-patron bukan hanya antara golongan

atas dan golongan menengah kebawah, tetapi juga sesama anggota yang berada di golongan

atas.40

Anggota dewan kebangsawanan memiliki kliennya, dan ia juga menjadi klien dari

orang-orang dengan tingkatan yang lebih tinggi; dan situasi ini bagaikan lingkaran yang terus

saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Bagi mereka yang secara sosial lebih tinggi, akan

memberikan makanan atau uang kepada bawahannya para pelindung kota memberikan

gedung-gedung dan dana untuk kota-kota; para pangeran menyumbangkan saluran-saluran air

dan kuil-kuil untuk kerajaan-kerajaan klien. Semua itu dilakukan dengan harapan akan

adanya balasan kesetiaan, kehormatan, dukungan militer dan bukan hanya sebatas balasan

uang. Stambaugh menjelaskan bahwa di dalam kitab-kitab Injil tersirat bahwa suatu pranata

serupa mengatur hubungan-hubungan antara kelas-kelas yang ada di Palestina. Tradisi yang

mewarnai dunia sosial yang ada di dunia Yunani-Romawi kuno saat itulah yang membuat

amal (dalam pengertian modern) tidak dikenal. Segala tindakan yang diperbuat bagi orang

lain merupakan tindakan yang harus dibalas sesuai dengan permintaan dari pihak pemberi.

Salah satu unsur yang terdapat dalam tradisi clientele-patron dalam perekonomian

kekaisaran Romawi adalah sistem peminjaman uang dan pengumpulan pajak. Peminjaman

38

Setyawan, Hand-outs,26. 39

Paul Veyne, The Roman Empire (Cambridge: Harvard College, 2002), 103. 40

Stambaugh dan Balch,Dunia,67.

Page 24: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

15

uang yang formal memiliki konsekuensi untuk menjadi budak. Sedangkan untuk

pengumpulan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah, menjadi suatu kewajiban untuk

dijalankan semua orang yang berada di bawah kekuasaan dari pemerintah Roma. Bahkan

orang-orang Yahudi yang menjalankan ibadah di Bait Allah harus membayarkan pajak Bait

Allah.41

.

Tradisi clientele-patron erat hubungannya dengan politik. Orang-orang Roma

menggunakan istilah client-patron ini juga dalam hal kekuasaan daerah, dimana daerah yang

dilindungi oleh daerah yang lebih kuat disebut dengan client.42

Tradisi ini mengikat satu

kekuasaan dengan kekuasaan yang lebih tinggi lagi diatasnya.

2.4.5. Latar Belakang Politik

Kekaisaran Romawi pada saat itu mengadopsi sistem politiknya dari kepolitikan

Yunani kuno setelah ia ditaklukkan. Sistem ini adalah sistem yang menganut paham monarki,

dibuat agar aktivitas dalam negara – khususnya dalam bidang agama – sejalan dengan

kepentingan negara. Kaisar memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan yang disebut

sebagai pemerintah pusat. Pemerintah Roma sebenarnya belum siap untuk mengatur daerah

kekuasaan yang sebegitu besar, untuk itu dilantiklah raja-raja setempat yang tunduk pada

penguasa-penguasa dari pemerintah pusat.43

Otonomi khusus bagi masing-masing daerah

dalam kekaisaran Roma diberikan oleh pemerintah pusat, tetapi tetap berada di bawah kontrol

dari pemerintah pusat sendiri. Masing-masing daerah mendapatkan kebebasan dari

pemerintah pusat untuk membuat dan menjalani hukum mereka. Terlalu banyak campur-

tangan pihak-pihak yang berwenang dari pusat, dan sistem yuridiksi lokal memiliki

41

R. T France, Yesus Sang Radikal – Potret Manusia yang disalibkan(Jakarta: Gunung Mulia, 2002), 20. 42

Veyne, The Roman, 105. 43

France, Yesus,18.

Page 25: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

16

kerumitan dalam menjalankan hukum yang ada44

menyebabkan banyak terjadi bentrokan-

bentrokan kekuasaan.

Jaringan pemerintahan terbentang dua dari ibukota Roma. Daerah perbatasan (seperti

Palestina) langsung dibawah pemerintahan dan kekuasaan Kaisar yang diwakili oleh seorang

“procurator” (wali negeri). Untuk daerah-daerah lain, langsung dibawah senatus yang

diwakili oleh seorang “proconsul” (gubernur). Ada juga daerah-daerah lain yang tidak

langsung diperintah oleh Roma dan pegawai-pegawainya, tetapi oleh penguasa setempat.45

2.5. Praktik Pemberian Persembahan dalam Agama Yahudi

Pemberian persembahan di Bait Allah di Yerusalem diyakini sebagai suatu cara yang

akan mendatangkan berkat bagi orang-orang Israel. Terlebih khusus dalam situasi bangsa

Yahudi saat itu yang mengalami kekalahan dan kejatuhan besar, dan sedang menunggu

kedatangan kemenangan mereka melalui Mesias yang dikirimkan oleh Yahweh.46

Dasar

pemikiran seperti ini oleh orang-orang Yahudi yang memberikan persembahan di Bait Allah,

bermakna bahwa semakin banyak dan sering seseorang memberi maka berkat bagi kehidupan

mereka akan semakin banyak. Dengan memberi, maka mereka akan mendapat.

Memberikan persembahan di Bait Allah dalam tradisi Yahudi pada Perjanjian Baru

merupakan tuntutan dari para rabi atas nama Yahweh dan Kitab Suci yang mereka tafsirkan.

Persembahan ini sifatnya adalah wajib bagi semua orang Yahudi; orang kaya maupun orang

miskin.47

Pemberian persembahan ini sudah bercampur dengan unsur politik dari rabi-rabi

dan imam-iman yang ada di Bait Allah, sehingga telah menjadi suatu kewajiban, bukan suatu

ketulusan lagi.

44

Loveday Alexander, “Luke’s Political Vision” Interpretation: Journal of Bible and Theology 66 (3) 2012:

283-293. 45

Groenen, Pengantar, 54. 46

Bosch, Transformasi,28. 47

David Gooding, According to Luke: A New Exposition of the Third Gospel(Leicester: Inter-Varsity Press,

1987), 324-325.

Page 26: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

17

Salah satu praktik pemberian persembahan yang menjadi tradisi adalah pemberian

persembahan di peti persembahan di Bait Allah. Tindakan memasukkan pemberian ke dalam

peti persembahan adalah tindakan yang dapat diketahui oleh banyak orang. Beberapa ahli

menyatakan bahwa peti persembahan yang tertulis di dalam teks ini, yang disebut dengan

treasury kemungkinan adalah salah satu tempat persembahan yang terdapat di Bait Allah di

bagian yang disebut Court of the Women. Howard Marshall salah satunya menyatakan bahwa

di dalam bagian ini terdapat 13 koleksi peti-peti berbentuk trompet untuk macam-macam

pemberian. Berkaitan dengan hal ini, bukti-bukti menunjukkan pemberian yang diberikan

memiliki tujuannya masing-masing, dan lebih khusus jika yang berhubungan dengan

sumpah/perjanjian maka pemberi harus mengumumkan jumlah pemberian dan tujuan

pemberiannya itu kepada imam yang bertugas.48

3. Ajaran Yesus tentang pemberian persembahan dalam Lukas 21:1-4.

Melalui proses hermeneutik dan pengkajian konteks sosio-historis Injil Lukas yang

telah dilakukan di bagian dua, penulis mendapatkan setidaknya dua pokok utama yang dapat

diungkap dari Lukas 21:1-4 berkaitan dengan ajaran tentang pemberian persembahan.

3.1. Mengkritisi Eksploitasi Terhadap Orang Miskin

Sebelum dapat memahami teks yang digumuli perlu untuk melihat konteks teks dari

teks ini yaitu Lukas 20:45-47. Lukas 20:45-47 menjadi awalan serangan Yesus berkaitan

dengan eksploitasi kekuasaan terhadap orang-orang miskin. Serangan ini terlihat jelas meski

disampaikan secara eksplisit pada pasal 20:46-47 dalam konteks Yesus berkata kepada

murid-murid, khususnya dalam frasa “yang menelan rumah janda-janda” (20:47a). Tradisi

mengungkap bahwa telah menjadi tugas dari para imam untuk menjaga dan mengurusi janda-

janda dan anak yatim (kehidupan seorang janda dan anak yatim dalam lingkup Perjanjian

Baru bergantung dari perlindungan dan pengurusan pihak lain yaitu Bait Allah dan golongan

48

Marshall, A Commentary,751.

Page 27: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

18

orang kaya), dengan alasan kedua kaum ini tidak dan belum bisa menafkahi kehidupannya

sendiri. Meskipun demikian, para imam tidak menaruh kepedulian untuk melaksanakan tugas

tersebut.

Mengenai hal ini Howard Marshall memberikan penafsiran cara “melahap” adalah

penyalahgunaan kekuasaan mereka terhadap janda-janda miskin, yaitu menuntut pembayaran

untuk nasihat yang diberikan, dan Marshall juga mengambil penafsiran dari T. W Manson

dan J. D. M Darret. Menurut Manson yang dimaksud dengan “melahap” adalah “salah

kepengurusan” properti dari para janda yang mengabdikan diri di Bait Allah. Ayat 47a

menurut Darret mengacu padaorang-orang yang ditunjuk oleh mendiang suami dalam

wasiatnya untuk mengurus kepemilikan dari istrinya, namun mempergunakan kesempatan itu

untuk meraup keuntungan bagi mereka sendiri.

Penulis mengambil perspektif berbeda dari Marshall berkenaan dengan eksploitasi

orang miskin ini. Jika melihat pada bingkai budaya Yunani-Romawi saat itu eksploitasi

terhadap orang miskin wujud sangat nyata dalam bentuk pranataclientele-patron. Seperti

yang telah diuraikan dalam bagian dua, pranata dalam sistem ekonomi ini adalah bentuk

eksploitasi dari orang-orang kaya (golongan kelas atas) terhadap orang miskin. Eksploitasi

dijalankan salah satunya dengan adanya tuntutan-tuntutan besar seperti memberikan suara

dalam pemilihan umum sekaligus mencari rombongan pemilih lainnya, dan harus

menunjukkan kepada khalayak betapa pentingnya orang yang digalakkan itu, serta berbagai

berbagai bantuan jasa lain.49

Menurut penulis pranataclientele-patron sekalipun dikatakan

adalah persahabatan timbal-balik, namun tidak menunjukkan adanya situasi yang

“simbiosis”. Keuntungan dari orang miskin adalah perlindungan dan sumbangan sewaktu-

waktu yang tidak menentu. Sedangkan bagi orang-orang kaya sebagai patron akan menjadi

pemilik dari kliennya. Dalam pemahaman, mereka dapat menuntut jasa terus-menerus saat

49

Stambaugh dan Balch, Dunia Sosial, 67-68.

Page 28: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

19

ada situasi yang mengharuskan keterlibatan dari orang-orang yang berhutang pada mereka.

Pranata inipun tidak hanya dijalankan oleh orang Yunani-Romawi, namun berimbas juga

pada orang-orang Yahudi.

Robert Tannehil menyatakan bahwa Lukas 20:45-47 dan Lukas 21:1-4 merupakan

cerita yang berkesinambungan dalam bingkai kritik terhadap perilaku para pemimpin agama

Yahudi dalam mengeksploitasi orang miskin.50

Keith Nickle pun memberikan gagasan yang

senada dengan Tannehil, yaitu tentang pemberian persembahan janda miskin memberikan

kesan pengajaran terhadap murid-murid, namun kandungan utamanya adalah teguran

terhadap perilaku imam-imam di Bait Allah yang menyalahgunakan kekuasaan dan jabatan

keagamaan mereka kepada orang-orang miskin.51

Penulis dalam hal ini tidak sepaham dengan Tannehil dan Nickle berkaitan dengan

argumen mereka di atas. Memang kedua perikop ini (Lukas 20:45-47 dan 21:1-4) masih

berkesinambungan karena setting lokasi dari keduanya adalah sama. Tetapi karakter

utamanya sudah berbeda. Dalam 20:45-47, Lukas mengangkat tentang kritik terhadap para

imam. Masuk pada teks yang digumuli, sudah ada pergantian tokoh di dalamnya yang tidak

lagi menekankan pada para imam. Lukas 21:1-4 sudah melepaskan fokus pada mengkritisi

perilaku imam-imam di Bait Allah, dan lebih memperuncing kritiknya dengan mengarahkan

kritik pada golongan orang-orang kelas atas. Melihat pada pembukaan narasi “persembahan

janda miskin”, dimana Lukas menggambarkan Yesus yang memperhatikan kepada orang-

orang kaya yang menaruh persembahannya. Mengenai hal ini penulis lebih sepaham dengan

Howard Marshall,52

Joel B. Green, dan Luke T. Johnson53

yang memberikan gagasan yaitu

50

Robert Tannehill, Abingdon New Testament Commentaries: Luke (Nashville: Abingdon Press, 1996), 299-

300. 51

Keith F. Nickle, Preaching the Gospel of Luke: Proclaiming God’s Royal Rule (Westminster: John Knox

Press, 2000), 219. 52

Teks ini memang masih berkaitan dengan konteks teksnya yaitu persoalan janda dan imam-imam. Namun

narasi ini sendiri lebih mengarah kepada kontras antara kaya dan miskin. Meski demikian, isu utamanya adalah

pada kesalehan yang benar dan yang palsu. (Howard Marshall, The Gospel of Luke(Michigan: Wm.Eermands

Publishing, 1992), 750). 53

Luke T. Johnson, Sacra Pagina: The Gospel of Luke (Collegeville: The Liturgical Press, 1991), 324.

Page 29: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

20

dalam pembahasan pasal 21:1-4, Lukas telah mengambil fokus secara eksklusif pada orang

kaya, dan kritik bukan lagi pada kesalehan palsu dari imam-imam di Bait Allah.54

Namun, dilain pihak setuju dengan pandangan Keith Nickle mengenai ekploitasi yang

dilakukan para imam ini menjadi contoh bagi orang-orang kaya dan dianggap sebagai suatu

ajaran untuk turut diterapkan.55

Pada akhirnya membawa kaum janda pada keadaan yang

lebih tidak sejahtera. Untuk itu dapat dikatakan bahwa teks adalah bagian dari

ketidaksetujuan Lukas atas tindakan eksploitasi terhadap orang-orang miskin, yang

disampaikan dalam bingkai kritikan Yesus terhadap imam dan orang-orang kelas atas. Orang

miskin seharusnya mendapatkan perlakuan yang akan menjaga kesejahteraannya dari pihak-

pihak yang berkewajiban.

3.2. Narasi Pemberian Persembahan Untuk Meruntuhkan Paham yang Materialistis

Intisari yang umumnya diserap dari Lukas 21:1-4 adalah Yesus membela pemberian

persembahan janda miskin dan menjatuhkan pemberian persembahan dari orang-orang kaya.

Dalam pandangan umum, justifikasi Yesus berdasar atas ketulusan dari janda miskin. Ayat

yang menjadi pemicu pemahaman ini adalah “Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu,

sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu” (21:3).

Pernyataan Yesus diayat tiga merupakan sindiran yang didorong kritikan terhadap sikap umat

yang jatuh dalam paham materialistis.

Di dalam narasi “persembahan janda miskin”, Lukas menempatkan Yesus di sekitar

Bait Allah, sedang memberikan pengajaran, dan situasi di sekitar-Nya menarik perhatian

Yesus. Lukas secara khusus mengangkat ketertarikan dan perhatian Yesus terhadap orang-

orang yang sedang memberikan persembahan mereka di peti-peti persembahan (ayat 1).

54

Dalam tulisannya Green membedakan fokus yang diambil oleh Lukas dengan Markus yang

merupakan sumber kisah dari Lukas sekalipun narasi ini terlihat sama, namun memiliki poin penekanannya

sangat berbeda. Dalam hal ini, menurut Green Lukas bukan sekadar secara ekslusif memfokuskan pada distingsi

antara kaya-miskin, tetapi secara tajam menaruh perhatian pada kelompok orang kaya. (Edited by Joel B. Green,

Methods for Luke(Cambrige: Cambrige University Press, 2010), 66. 55

Nickle, Preaching the Gospel of Luke, 219-220.

Page 30: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

21

Problematika utamanya berdasar atas perhatian Yesus ini. Ayat 1 dan 2 menunjukkan dengan

jelas perhatian Yesus difokuskan kepada pertama, orang-orang kaya yang datang menaruh

persembahan mereka, dan kemudian kepada janda miskin yang menaruh persembahannya

sebesar dua peser 1VAnable,yaj de. ei=den tou.jba,llontajeivj to. gazofula,kion ta.

dw/raauvtw/n plousi,oujÅ2

ei=den de, tinach,ranpenicra.nba,llousanevkei/ lepta.

du,o((21:1-2).

Situasi Yesus yang sedang memperhatikan, ditunjukkan Lukas dengan menggunakan

kata ei=den (ayat 1 dan 2). Kritik bahasa yang penulis lakukan terhadap kata ini mengungkap

bahwa kata ei=den adalah kata kerja yang berarti melihat/memperhatikan. Melihat dan

memperhatikan dalam kaitannya dengan tindakan observasi/pengamatan, bukan suatu

penglihatan dalam konteks penglihatan “spiritual” yang mengungkap tulus tidaknya orang-

orang yang saat itu sedang menaruh persembahannya. Penulis setuju dengan tafsiran Howard

Marshall terhadap kata ei=den, yang menterjemahkannya sebagai pandangan sekilas saja,

namun dari pandangan Yesus ini, seluruh narasi “pemberian persembahan janda” miskin

berasal.56

Ada terjemahan lain dari Alfred Plummer, yaitu bahwa kata ei=den adalah suatu

penglihatan spiritual, yang ditafsirkan, oleh karenanya maka Yesus dapat melihat para

pemberi dan juga maksud dari pemberian mereka.57

Penulis tidak sependapat dengan

Plummer, karena pemaknaan kata ei=den sebagai penglihatan spiritual hanya digunakan

dalam dunia Perjanjian Lama. Dunia Perjanjian Baru tidak lagi mengartikannya demikian.

Selain daripada itu, maksud, tujuan, ataupun motivasi seseorang tidak dapat dilihat dan

diukur.

Sesuai dengan tradisi, pemberian persembahan di peti persembahan dilakukan dengan

menyebutkan jumlah pemberiannya kepada imam yang bertugas, dan kecenderungan dari

orang-orang golongan kelas atas saat memberikan persembahan adalah mengucapkan dengan

56

Howard Marshall, The Gospel,752. 57

Alfred Plummer, Critical, 475.

Page 31: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

22

lantang jumlah pemberian mereka agar didengar orang banyak. Seperti yang penulis uraikan

dalam bagian dua, cara ini adalah salah satu strategi untuk mengambil perhatian publik dan

memperoleh kehormatan dari masyarakat, serta mempamerkan kekayaan mereka. B.J Boland

dan P.S Naipospos menafsirkan sikap ini sebagai sikap yang menunjukkan ketamakan akan

kekuasaan dan kehormatan.58

Tentunya dengan lokasi peti persembahan yang berada di

jangkauan penglihatan dan pendengaran, jumlah persembahan yang banyak akan sangat

menarik perhatian dan kekaguman orang-orang.

Di situasi yang sama, Lukas mengangkat golongan kelas bawah sebagai

perbandingannya dengan menggunakan tokoh janda miskin yang memberikan persembahan

dua peser. Penggunaan tokoh ini adalah cara untuk menggambarkan perbedaan yang sangat

signifikan dari dua kaum sosial dalam masyarakat. Perlu diperhatikan juga bahwa Lukas

sangat menekankan jumlah persembahan untuk menunjukkan bahwa persembahan itu sangat

kecil. Tokoh janda miskin menggambarkan situasi kemiskinan yang sangat besar, karena

pertama, kaum janda pada saat itu adalah kaum yang tidak dapat memperoleh penghasilan

sendiri, hidupnya bergantung pada pengasihan dan pemberian dari orang-orang lain. Seorang

janda bisa saja masih memiliki peninggalan dari mendiang suaminya, namun Lukas

menekankan bahwa tokoh janda dalam narasi ini adalah janda miskin, yang berarti bahwa

seseorang yang tidak memiliki apapun dan berada dalam lapisan sosial paling bawah.

Perbedaan orang-orang kaya dan janda miskin dalam narasi ini adalah jelas 180 derajat

berbeda.

Mengingat kembali bahwa pembaca Lukas adalah jemaat yang terdiri dari orang-

orang Yunani golongan kelas menengah dan kelas atas, dan yang masih merupakan

keturunan Yahudi. Jadi pembaca sedikit-banyak memiliki pengetahuan dan gambaran tentang

tradisi leluhurnya. Lukas membawa perihal kebiasaan orang-orang kaya dihadapan pembaca,

58

B. J Bolland dan P.S. Naipospos, Tafsiran Injil Alkitab: Kitab Injil Lukas (Jakarta: Gunung Mulia, 2001), 497.

Page 32: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

23

yang sekiranya dapat mereka pahami. Topik ini diangkat karena kecenderungan dari jemaat

pembaca Lukas juga demikian. Lukas menunjukkan protesnya atas tatanan sosial dunia

Romawi-Yunani yang mementingkan uang dan harta bergerak, membentuk pola pikir jemaat

yang tamak, serta haus akan prestise diri di masyarakat, dan menghasilkan pola perilaku yang

menggunakan ajang pemberian persembahan sebagai kontes untuk mempertontonkan

kekayaan. Menurut hemat penulis, dengan mengangkat tokoh janda miskin, protes Lukas

semakin terlihat jelas.

Pola perilaku yang hendak dikritik oleh Lukas berkaitan dengan perwujudan amal.

Karena dalam tatanan sosial-ekonomi Yunani-Romawi, pranata clientele-patron, masyarakat

tidak mengenal akan amal. Setiap pemberian, dalam topeng sumbangan-sumbangan dari

orang-orang kaya ada tuntutan untuk mendapatkan balasan. Tugas imam-imam di Bait Allah

untuk turut campur dalam pemeliharaan dan kesejahteraan dari kaum janda miskin, pun

menyelipkan tuntutan balasan atas bantuan yang diberi.

Kecenderungan perilaku dari orang-orang kaya dalam praktik pemberian persembahan

dianggap sebagai suatu tindakan yang salah, dan perlu untuk dikritisi. Narasi ini menurut

penulis mengungkap bahwa Lukas menghendaki pemberian amal sebagai perwujudan

perilaku yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang kaya.

Pola pemikiran jemaat yang mementingkan uang dan harta, menciptakan paham

materialistis. Melalui narasi ini Lukas tidak hanya sekadar memberikan kritik, tetapi

meruntuhkan paham tersebut dari jemaat. Argumen ini didasari pada ayat 3: “Aku berkata

kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu”

(21:3).” Menurut penulis, ayat ini merupakan suatu tamparan keras bagi orang-orang kaya,

dimana persembahan mereka dinilai lebih banyak dari pada seorang janda miskin dengan

pemberian dua peser. Meski kata kunci dari ayat ini adalah “lebih banyak”, yang dalam

Page 33: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

24

bahasa Yunani plei/on (ayat 3), Lukas tidak menggunakannya sebagai perbandingan

jumlah/nominal.59

Ujaran konstatatif Yesus di ayat empat “au[th de. evktou/ u`sterh,matojauvth/j

pa,ntato.nbi,on o]n ei=cene;balenÅ” menjadi jawaban atas justifikasi Yesus di ayat tiga.

Dari ujaran ini, kata kunci yang diambil adalah bi,on60

yang diterjemahkan dengan hidup

atau kehidupan. Yesus menyatakan bahwa janda miskin ini memberikan “hidup/kehidupan”

sebagai persembahannya, oleh karena itu dua peser yang ia berikan merupakan persembahan

yang nilainya jauh lebih tinggi dari persembahan orang-orang kaya. Disebut dengan

pemberian persembahannya sebagai persembahan hidup, karena uang dua peser adalah total

harta yang ia miliki, dimana setelah memberikan dua peser dalam peti persembahan, maka ia

tidak memiliki uang sama sekali. Ahli-ahli Perjanjian Baru seperti Howard Marshall,61

B.J

Boland,62

dan Alfred Plummer,63

menuliskan tradisi pemberian persembahan seperti yang

dipraktikkan dalam teks ini, memiliki ketentuan batas pemberian yaitu tidak boleh kurang

dari satu peser. Mengambil gagasan itu, penulis setuju dengan para ahli bahwa pemberian

janda miskin sebenarnya bisa menyisakan satu peser untuk dirinya sendiri.

Tindakan ini menurut beberapa penafsir Perjanjian Baru seperti Barbara Reid,

Howard Marshall, dan William Barclay, merupakan suatu pengorbanan diri karena ia

memberikan semua yang dimilikinya untuk bertahan hidup, oleh karena itu Yesus

mengganggap persembahannya lebih banyak atau lebih baik dari persembahan orang-orang

kaya. Menurut Reid, ada dua hal yang dilihat dari pemberian ini, yaitu memasukkan semua

59plei/on& polui( polloi,many, the great multitude, the many which cannot be counted. Kata yang digunakan

untuk menunjukkan perbandingan yang lebih besar dalam jumlah, namun jumlah tersebut adalah jumlah yang

tidak terhingga. 60bi,on $bi,oj( zwn,%kata dari bahasa Yunani ini berarti hidup. Hidup dalam hal ini bukan hanya nyawa saja,

atau napas, atau detakan jantung, atau kehadiran dan pergerakan yang masih ada di dunia ini. Di dalam bahasa

Yunani kata ini digunakan untuk menunjukkan vitalitas (daya hidup) fisik dari mahluk hidup (manusia, hewan,

tumbuhan). Hidup dipahami bukan sebagai suatu benda, tetapi sebagai sesuatu yang vital (penting), seperti alam

dan sikap yang mengkategorikan semua makhluk hidup. 61

Marshall, The Gospel of Luke,752. 62

B.J Boland dan P.S Naipospos,Tafsir Alkitab, 498. 63

Plummer, A Critical, 475.

Page 34: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

25

yang dimilikinya untuk bertahan hidup, dan ia memasukkan seluruh kehidupannya.64

Tafsiran

Marshall senada dengan Reid, dimana ia mengemukakan bahwa janda miskin ini memberikan

sedikit tetapi seluruh kepunyaannya untuk bertahan hidup.65

Barclay sedikit menambahkan

dengan menafsirkan tindakan ini sebagai suatu perwujudan semangat untuk memberikan,

juga merupakan suatu pengorbanan.66

Berbeda dengan penafsiran Bob Utley, yang

mengatakan bahwa memberi merupakan “alat pengukur” spiritual, yang dari tindakan ini

mengungkap pemberian diri kepada Tuhan.67

Penulis tidak sepaham dengan penafsiran Bob

Utley, karena motivasi ataupun spiritualisme seseorang tidak memiliki “alat ukur.” Selain itu,

berkaitan dengan penafsir-penafsir di atas lainnya, menurut penulis tafsiran mereka terlalu

membela posisi dari janda miskin, dan malah menjatuhkan orang-orang kaya. Melihat

kembali pada latar belakang sosial dan ekonomi dari Injil Lukas ini, pemberian janda miskin

pun tidak dapat dikatakan sebagai suatu pemberian yang “tulus” atau sebagai pengorbanan,

karena sebagai orang di dalam golongan kelas miskin yang hidupnya membutuhkan bantuan

secara finansial dan perlindungan, memberikan persembahannya dalam perspektif lain

kemungkinan sebagai bentuk permintaan untuk mendapatkan balasan yang memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya itu.

Sesuai dengan data-data yang dikemukakan di bagian dua, dan melakukan

pendalaman teks Lukas 21:1-4, penulis menemukan narasi ini sebagai suatu usaha Lukas

mengkritik sifat materialistis jemaat pembaca, bahkan meruntuhkan paham yang materialistis

dari jemaat. Dengan mengangkat kedua golongan kelas sosial dalam masyarakat yang

memiliki jarak paling jauh, yaitu golongan kelas atas, dan golongan kelas bawah. Lukas

menggunakan sosok janda miskin sebagai salah satu tokoh utama dalam narasi ini merupakan

personifikasi dari golongan kelas bawah yang diangkat untuk memberikan gambaran

64

Reid, Choosing, 195. 65

Marshall, The Gospel, 752. 66

Barclay, The Daily, 301. 67

Bob Utley, Luke the Historian: Interpretation of the Bible(Bible Lessons International, 2003), 286.

Page 35: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

26

kemiskinan yang benar-benar miskin. Meskipun golongan kelas bawah secara umum adalah

orang-orang miskin, tetapi kelompok janda dan anak yatim merupakan kelompok yang paling

miskin. Penggunaan kata miskin merupakan kata yang mendeskripsikan keadaan manusia

yang rendah, tertindas, membutuhkan, lemah, dan bergantung pada orang lain. Janda dan

anak yatim dimasukkan pada golongan ini karena mereka belum dan tidak bisa menghidupi

dirinya sendiri.68

Lain halnya dengan teks pararel Markus 12:41-44, penicra.n69

adalah kata

yang digunakan oleh Lukas dalam menunjukkan kemiskinan.70

Kata tersebut dalam

Perjanjian Baru hanya digunakan khusus pada teks ini saat menggambarkan tentang

kemiskinan.

Menurut hemat penulis, adanya kesengajaan Lukas menggunakan janda miskin

sebagai perwakilan dari golongan kelas bawah perihal usaha Lukas dalam meruntuhkan

paham jemaat yang materialistis. Golongan kelas bawah yang berada pada golongan

termiskin, yang notabene hidup dari pemberian orang lain mampu untuk memberikan seluruh

hartanya, sedangkan golongan kelas atas dengan kekayaan yang melimpah tidak mampu

untuk melakukan tindakan demikian. Dari bingkai pemahaman ini, maka dapat disimpulkan

bahwa Lukas menjatuhkan dan meruntuhkan paham jemaat pembaca yang mementingkan

uang dan harta bergerak.

4. Sumbangan Pemahaman Baru Bagi Praktik Pemberian Persembahan Jemaat

Kristen di Indonesia dari PerspektifLukas 21:1-4

4.1. Keterlibatan Untuk Membantu Orang Miskin

Di dalam setiap gereja di Indonesia tentunya memiliki anggota jemaat yang berada di

garis “kurang mampu” atau biasa disebut dengan orang miskin. Faktanya, banyak orang

68

Holman Bible Dictionary (Tennessee: Holman Bible Publishers, 1991), 1124. 69

Dibandingkan makna poverty (miskin,melarat) khusus kata ini maknanya lebih cocok diartikan dengan penury

atau kemiskinan dan kekurangan. Kata ini hanya digunakan oleh Lukas khususnya dalam teks Lukas 21:1-4.

(The Interpreter’s Dictionary of the Bible: An Illustrated encyclopedia, (Nashville: Abingdon Press, 1991), 843. 70

Kata Penury diartikan dalam English Dictionary and The Oxford English Dictionary sebagai kata yang

menunjukkan keadaan kemiskinan yang sangat miskin, yang termasuk dalamextreme poverty.

Page 36: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

27

Kristen berada dalam kemiskinan. Secara umum gereja-gereja memiliki program diakonia

yang dicanangkan untuk memberikan bantuan khususnya bagi jemaat yang berada dalam

kategori miskin ini. Permasalahannya, bantuan-bantuan ini secara faktual diberikan sesuai

“musim” misalnya dalam rangka Hari Raya Natal, Paskah, ataupun Ulang Tahun Gereja,

untuk beberapa orang yang “terpilih” sebagai kategori paling miskin. Bantuan gereja bagi

orang-orang miskin pun terbatas pada jemaat yang miskin, bukan orang miskin secara umum.

Penulis hendak memakai perspektif Gerrit Singgih sebagai kacamata untuk melihat

realita pemahaman dan partisipasi gereja terhadap kemiskinan. Singgih mengungkapkan

bahwa sebagian warga gereja adalah orang miskin dan kurangnya kesadaran gereja untuk

melihat realita ini. Program diakonia yang ada di gereja memiliki daftar yang singkat, dan

makin dipersempit lagi dalam kategori “janda dan anak yatim piatu”, malah terkadang

pendeta atau janda pendeta dimasukkan dalam kategori ini meskipun ia tidak miskin.

Menurut Singgih, Gereja tidak merasa relevan untuk meneliti tentang kemiskinan, karena

tugasnya tidak mencakup hal itu, tetapi pada hal yang spiritual. Kenyataan pada saat ini

adalah orang miskin dalam gereja tidak disadari, tetapi yang di luar gereja yang bukan

Kristen sangat disadari (agama Islam). Orang-orang miskin dari luar gereja yang bukan

agama Kristen dijadikan alat oleh gereja untuk menambah jumlah anggota jemaat

Kristen.Pelayanan sosial yang dilakukan bagi mereka, namun bukan dengan tujuan

mengurangi kemiskinan, tetapi untuk menambahkan jumlah orang Kristen.71

Realita yang ada di Indonesia tidak jauh berbeda dengan situasi pergumulan Lukas.

Gereja secara tidak langsung juga turut melakukan eksploitasi terhadap kaum orang miskin.

Gereja tidak melaksanakan tugasnya untuk membantu memelihara dan mensejahterakan

orang yang tidak mampu (dalam konteks jemaatnya, maupun di luar jemaatnya), justru

menyalahgunakan situasi dan kesempatan untuk kepentingan pribadi.

71

E. Gerrit Singgih, Iman dan Politik Dalam Era Reformasi Indonesia (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), 103-104.

Page 37: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

28

Persembahan yang diberikan di gereja seharusnya digunakan untuk memberdayakan

jemaat. Karena jemaat adalah bagian dari gereja yang perlu untuk dikelola menjadi lebih

baik. Meskipun telah dicanangkan program diakonia bagi orang-orang yang kurang mampu,

tetapi realisasinya tidak efektif, maka gereja dapat dikatakan tidak melaksanakan tugasnya

sebagai pemberantas kemiskinan dan pemelihara orang-orang miskin. Selain itu, jemaat

memiliki tanggungjawab untuk memperhatikan dan menolong sesamanya yang kurang

mampu.

Makna pemberian persembahan yang terungkap dari Lukas 21:1-4 memperlebar

cakrawala pemahaman jemaat terhadap praktik pemberian persembahan. Pemberian

persembahan bukan hanya sekadar pemberian di gereja, dalam konteks peribadatan semata-

mata. Persembahan dapat diberikan dalam cara lainnya seperti pemberian bantuan langsung

bagi orang-orang miskin, baik sesama jemaatnya maupun orang lain di luar gereja itu sendiri.

4.2. Pemberian Persembahan Sebagai Aksi yang Meruntuhkan Paham

MaterialistisJemaat Kristen di Indonesia

Teks Lukas 21:1-4 sebagaimana yang telah diungkap pada bagian sebelumnya

memberikan pemahaman bahwa pemberian persembahan tidak sekadar berhubungan dengan

materi. Karena memang jika perbandingan secara material dan kuantitas, maka janda miskin

ini memberi lebih sedikit dari orang-orang kaya lain yang juga memberikan. Walaupun tulus

tidaknya suatu pemberian tidak dapat dinilai, namun melihat penekanan dan fokus Lukas

pada mengkritisi paham materialistis yang mementingkan uang diatas segala-galanya.

Dengan tidak bergantung pada materi, ada kerelaan menyerahkan segala yang dimiliki

kepada Tuhan, maka kepercayaan kepada Tuhan dapat terbentuk dan ketergantungan

terhadap materi dapat dilepaskan.

Narasi ini dimaksudkan agar manusia tidak mengikatkan diri pada kekayaan dan

kepemilikan duniawi. Keterikatan dengan uang atau materi membuat manusia melenceng dari

Page 38: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

29

perbuatan-perbuatan yang benar; “gila harta” melahirkan keserakahan, dan menghasilkan

orang-orang yang korupsi, mengeksploitasi orang-orang yang miskin dan memperkaya diri

sendiri, sulit untuk berbagi dengan orang lain, dan “gila kekuasaan” membuat manusia dapat

melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma dan hukum-hukum yang ada demi

mendapatkan kekuasaan yang diinginkannya, bahkan menjadikan orang lain sebagai korban.

Untuk itu, keterikatan bahkan obsesi dengan kekayaan dan kepemilikan duniawi membawa

manusia, khususnya orang-orang Kristen pada perilaku yang menghasilkan dosa. Dengan

tidak mengikatkan diri pada kekayaan duniawi serta mempercayakan hidup kepada Tuhan,

maka terwujudlah suatu pemberian persembahan yang benar. Akan tetapi, hal ini tidak hanya

berlaku bagi para pemberi saja, tetapi bagi orang-orang yang bertugas untuk mengelola

persembahan yang diberikan. Persembahan yang diberikan bukanlah untuk kepentingan

pribadi, yang akhirnya persembahan itu dieksploitasi.

Persembahan termasuk dalam salah satu unsur ibadah yang dilaksanakan di gereja-

gereja di Indonesia maupun dalam ibadah-ibadah lainnya. Pada umumnya, persembahan

direlevansikan dengan uang yang dimasukkan di dalam kantong-kantong persembahan dan di

kelola oleh orang-orang yang berwenang di gereja. Adapun yang memaknai persembahan

sebagai respon jemaat terhadap anugerah yang diterima dari Tuhan.72

Salah satu contoh,

dalam tata gereja HKBP menetapkan bahwa persembahan itu adalah mempersembahkan diri

sesuai dengan talenta-talenta yang diberikan Tuhan, dan mentaati Firman Tuhan. Namun

dalam penjabarannya dalam pengaturan tentang persembahan, kaitannya tetap dengan uang

yang akan digunakan untuk pembangunan gereja maupun untuk menjalankan program-

program yang ada di gereja.73

Didalam perkembangannya, persembahan itupun digunakan

untuk membiayai kehidupan dari pendeta di gerejanya.74

72

“Makna Unsur-unsur dalam Liturgi”, http://kutikata.blogspot.com/2009/04/makna-unsur-unsur-dalam-

liturgi.html (diunduh tanggal 28 Agustus 2014). 73

Persembahan Acara kebaktian Minggu, diadakan dua kali , yaitu sebelum dan sesudah Khotbah,

Peruntukannya adalah: Persembahan Ia,b) untuk kas huria dan pembangunan, sedangkan persembahan setelah

Page 39: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

30

Persamaan dari pemahaman-pemahaman yang dimaknai oleh jemaat Kristen di

Indonesia adalah persembahan berkaitan dengan uang. Berdasarkan pemahaman itu, maka

uang menjadi isu besar ketika melaksanakan praktik pemberian persembahan di gereja-

gereja. Tidak memiliki uang ketika akan mengikuti peribadatan menjadi hambatan besar,

yang membuat jemaat memutuskan untuk tidak hadir; karena lebih baik tidak hadir di dalam

ibadah, daripada hadir tetapi tidak memiliki uang untuk diberikan sebagai persembahan.

Menurut Pdt. Robert Siahaan dalam artikel yang ditulisnya, jemaat Kristen memegahkan diri

dengan pemberian persembahan mereka bagi gereja. Apabila jemaat dapat memahami

tentang eksistensi Allah yang menebus dan menyelamatkan manusia, dan Ia juga yang

berdaulat atas segala sesuatu, maka pemahaman tentang persembahan juga merupakan

ucapan syukur kepada Allah sebagai pemberi segalanya.75

Ulrich Beyer dan Pdt. Evalina

Simamora juga memberikan pemahaman tentang teologi persembahan berdasarkan hasil

tafsiran mereka, bahwa segala persembahan seharusnya diberikan dengan sukarela.76

Makna dari persembahan yang demikian sempitnya dari jemaat, merupakan

pemahaman yang menyimpang. Hasil hermeneutik yang penulis ungkap dalam bagian ketiga,

memberikan pemahaman yang baru berkaitan dengan makna dari persembahan dan

pemberian persembahan kepada Tuhan. Pemberian persembahan bukan hanya sekadar

memberikan uang di dalam kantong-kantong persembahan. Persembahan tidaklah dilihat dari

jumlah uang yang diberikan itu, ataupun barang yang diberikan. Ukuran bukan terletak

khotbah untuk Kantor Pusat HKBP. Persembahan Sekolah Minggu, dari seluruh jumlah persembahan tersebut,

25 % diperuntukkan untuk Kantor Pusat HKBP. Persembahan Tahunan dipergunakan untuk keperluan biaya

operasional huria di dalamnya termasuk “balanjo” atau gaji pelayan full timer. Persembahan-persembahan

acara kebaktian weijk dan acara ucapan syukur diperuntukkan ke kas huria yang kegunaannya untuk biaya

rutin huria. Persembahan Perjamuan Kudus diperuntukkan untuk pelayanan zending HKBP. (“Makna

Persembahan dalam Ibadah”, http://haumanarata.wordpress.com/2009/12/09/makna-persembahan-dalam-

ibadah/ (diunduh tanggal 28 Agustus 2014)). 74

Dalam kenyataannya di Indonesia jemaat-jemaat menanggung pendetanya. Persembahan praktisnya sebagian

besar untuk gaji dan keperluan pendeta. (Emmanuel G. Singgih, Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam

konteks di awal milenium III. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 86). 75

Robert Siahaan, “Umat Kristen Tanpa “Komitmen”,” Tabloid Reformata, Edisi 153 Juli 2012, 26. 76

Ulrich Beyer dan Evalina Simamora, Memberi Dengan Sukacita: Tafsir dan Teologi Persembahan. (Jakarta:

Gunung Mulia, 2008), 145.

Page 40: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

31

kepada nominal maupun kuantitas dari persembahan, namun persembahan dilihat dari

motivasi dan tujuan yang benar ketika memberikan persembahan. Jadi dapat dikatakan bahwa

menghadiri peribadatan tanpa membawa “persembahan” atau uang, bukanlah suatu

kesalahan, permasalahan, bahkan menjadi hambatan yang dapat menghalangi jemaat untuk

melakukan peribadatan.

Apabila jemaat menerapkan terus pola pikir yang demikian, maka keberlangsungan

gereja-gereja dalam kualitasnya akan terhambat dan malah semakin menurun. Bagaimanapun

juga, gereja sebagai institusi akan berjalan dengan baik saat anggota didalamnya berfungsi

dengan baik. Bukan hanya sekadar fungsi material (persembahan yang diberikan) tetapi

keterlibatan dari anggota jemaat itu dalam aktivitas gereja.

Hal ini juga dikaitkan dengan pengelola-pengelola persembahan di gereja-gereja di

Indonesia, supaya menggunakan persembahan yang diterima dengan benar, dan tidak

mengeksploitasi serta menggunakan persembahan itu untuk kepentingan diri sendiri. Gereja

sebagai wadah dimana orang-orang percaya berkumpul untuk memuji Tuhan dan beribadah,

menjadikan gereja itu sebagai suatu tempat yang kudus. Namun sangat memprihatinkan

apabila gereja itu sendiri dipakai oleh orang-orang yang bertanggungjawab untuk

mengelolanya menjadi suatu tempat untuk meraup keuntungan dari jemaat dan

mengeksploitasi kepercayaan jemaat untuk mendapatkan keuntungan itu; baik dari orang

yang kaya, apalagi dari orang yang miskin.

5. Penutup

5.1. Kesimpulan

Pemberian persembahan menjadi refleksi teologis yang perlu dilaksanakan oleh

segenap jemaat Kristen di Indonesia berkenaan dengan usaha untuk mengurangi tingkat

kemiskinan. Pemahaman yang sempit dari jemaat terhadap praktik pemberian persembahan

menjadi sebab persembahan hanya diidentikan dengan pemberian uang di gereja, ataupun

Page 41: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

32

untuk program-program di gereja. Praktik nyata jemaat untuk turut membantu orang-orang

miskin dan berkekurangan di dalam maupun di luar gereja (agama lain), adalah pemberian

persembahan yang wujud dalam perbuatan nyata terhadap sesama manusia.

Pemahaman dan pemaknaan warga gereja di Indonesia terhadap pemberian

persembahan dalam bentuk uang adalah suatu pemahaman dan pemaknaan yang tidak

esensial, karena pola pikir yang demikian dapat mengarahkan jemaat pada paham yang

meterialistis.Sehingga dengan praktik nyata dalam rangka membantu orang lain yang

tergolong dalam kaum miskin, paham materialistis tidak akan menjadi budaya hidup dari

jemaat Kristen di Indonesia.

Gereja sebagai institusi yang memberikan pemahaman-pemahaman teologis yang

benar mengenai unsur-unsur dalam peribadatan seharusnya mengambil andil dalam

memberikan pemahaman yang benar, khususnya dalam hal ini adalah praktik pemberian

persembahan. Makna persembahan yang benar, esensi dari pemberian persembahan itu

sendiri, dan juga mengajak jemaat untuk mempraktikan pemberian persembahan bukan

hanyak sekadar kantong-kantong uang yang diedarkan ataupun dalam bentuk-bentuk yang

lainnya.

Perspektif baru dalam memandang dan memahami persembahan yang terungkap dari

teks ini tepat untuk diterapkan dalam praktik pemberian persembahan, khususnya dalam

konteks gereja di Indonesia. Sehingga persembahan dipahami bukan saja sebatas uang

maupun barang. Jemaat dapat memaknai dan mempraktikan pemberian persembahan dalam

konteks kehidupannya masing-masing.

5.2. Saran

Berdasarkan atas penelitian yang telah dilakukan, maka pada poin ini penulis hendak

memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan pelaksanaan praktik pemberian

persembahan secara khusus bagi jemaat Kristen di Indonesia.

Page 42: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

33

Berkaitan dengan penanaman pemahaman terhadap warga gereja, penulis

menyarankan terutama kepada gereja sebagai institusi yang bersangkutan. Karena praktik

pemberian persembahan umumnya dilaksanakan oleh gereja (khususnya gereja di Indonesia)

dalam peribadatan-peribadatan yang dilangsungkan di dalamnya. Untuk itu, keterlibatan dari

gereja sangat penting untukmemberikan sudut pandang baru bahwa persembahan tidak

identik dengan uang, dan pemberian persembahan bukan sekadar pemberian uang di kantong-

kantong persembahan.Pelaksana-pelaksana gereja secara khusus dapat secara intensif

mengadakan pembinaan terhadap jemaat dalam bentuk PA (Pendalaman Alkitab) dengan

menyertakan pandangan-pandangan yang baru untuk dilakukan, juga program-program

diakonia yang dicanangkan sekiranya dapat mencakup keterlibatan warga gereja untuk turut

serta membantu orang-orang miskin.

Gereja sudah tidak bisa lagi berdiri eksklusif di menara gadingnya. Tindakan nyata

bagi semua orang di sekeliling gereja sangat dibutuhkan untuk menciptakan manusia-manusia

yang sesuai dengan Firman Tuhan, yang benar-benar dapat melakukan Firman Tuhan di

dalam praktik kehidupan masing-masing. Adanya kepekaan terhadap situasi sosial dan turut

serta membantu dalam segala cara adalah tindakan yang baik untuk diwujudkan oleh gereja

di tengah-tengah masyarakat majemuk di Indonesia.

Page 43: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

34

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Loveday.“Luke’s Political Vision” dalam Journal of Bible and Theology, Vol.66,

tahun 2012, 283-293.

Barclay, William. The Daily Study Bible: The Gospel of Luke.Westminster: John Knox Press,

2001.

Beyer, Ulrich, dan Evalina Simamora.Memberi Dengan Sukacita: Tafsir dan Teologi

Persembahan. Jakarta: Gunung Mulia, 2008.

Boland, B. J.Tafsir Alkitab: Injil Lukas. Jakarta: Gunung Mulia, 2008.

Chilton, Bruce.Studi Perjanjian Baru Bagi Pemula.Jakarta: Gunung Mulia, 2009.

Drane, John.Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: Gunung Mulia, 2011.

France, R. T.Yesus Sang Radikal – Potret Manusia yang disalibkan.Jakarta: Gunung Mulia,

2002.

Gooding, David.According to Luke: A New Exposition of the Third Gospel. Leicester: Inter-

Varsity Press, 1987.

Green, Joel B.The Gospel Of Luke.Michigan: Wm. Eerdmans Publishing, 1997.

Groenen. C. OFM.Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius 1984.

Hermawan, Yusak B.My New Testament. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2010.

Holman Bible Dictionary. Tennesse: Holman Bible Publishers, 1991.

Johnson, Luke T.Sacra Pagina: The Gospel Of Luke, Collegeville: The Liturgical Press,

1991.

Mandaru, Hortensius.Solidaritas Kaya-Miskin menurut Lukas.Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

1992.

Marshall, Howard.The Gospel Of Luke: A Commentary on the Greek Text.Michigan:

Paternoster Press, 1992.

Marxsen, Willie.Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-

Masalahnya.Jakarta: Gunung Mulia, 1996.

Methods For Luke.Edited By Joel B. Green. Cambrige:Cambrige University Press, 2010

Nickle, Keith F.Preaching the Gospel of Luke: Proclaiming God’s Royal Rule. Westminster:

John Knox Press, 2000.

Plummer, Alfred.The Gospel According to S. Luke. Edinburgh: Morrison and Gibbs Limited,

1905.

Reid, Barbara.Choosing the Better Part? Woman in the Gospel of Luke.Minnesota: Liturgical

Press, 1996.

Page 44: Ajaran Yesus Tentang Pemberian Persembahan (Studi ...€¦ · seorang janda miskin dan pemberian persembahan dari orang-orang kaya di Bait Allah. Pemberian persembahan janda miskin

35

Sanders, E. P.Judaism: Practice & Belief 63 BCE – 66 CE.Philadelphia: Trinity Press

International, 1994.

Setyawan, Yusak B.Introduction to the New Testament: A Draft. Salatiga: Universitas Kristen

Satya Wacana, 2011.

Siahaan, Robert. “Umat Kristen Tanpa “Komitmen”,” Tabloid Reformata, Edisi 153 Juli

2012, 26.

Singgih, Emmanuel. G.Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam konteks di awal

milenium III. Jakarta: Gunung Mulia, 2004.

Sitompul, Einar.Gereja Menyikapi Perubahan. Jakarta: Gunung Mulia, 2004.

Stambaugh, John dan David Balch.Dunia Sosial Kekristenan Mula-Mula. Jakarta: Gunung

Mulia, 2004.

Tannehill, RobertAbingdon New Testament Commentaries: Luke. Nashville: Abingdon Press,

1996.

Utley, Bob.Luke the Historian: Interpretation of the Bible.Bible Lessons International, 2003.

Veyne, Paul.The Roman Empire. Cambridge: Harvard College, 2002.