pengalaman dukacita pada janda lansia ...janda lansia yang ditinggal meninggal pasangannya akan...
TRANSCRIPT
-
PENGALAMAN DUKACITA PADA JANDA LANSIA KARENA
KEMATIAN SUAMI: PENDEKATAN DUAL PROCESS MODEL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Elisabeth Dina Laksmiwati
149114009
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN MOTTO
“The mind is everything. What you think you become”
-Buddha
“Sebab itu jangan lah kamu khawatir akan hari esok, karena hari esok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari”
-Matius 6:34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Hasil perjuangan, tangis, dan keringat ini ku persembahkan bagi:
Tuhan Yesus Kristus, pemilik diri ini yang selalu ada dalam setiap langkah
keputusan dan keseharianku menjalani hidup yang terkadang terasa sangat
melelahkan.
Papa & Mama, kedua sosok yang senantiasa memberikan kepercayaan pada anak
bungsunya untuk menyelesaikan kewajibannya sebagai mahasiswi.
Emanuel Dina Prasetyawan, kakak kandung satu-satunya yang senantiasa
menguatkan adiknya untuk tetap bersemangat.
Kowiyah, simbok yang sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri dan
mengasuhku hingga berumur 21 tahun.
Universitas Sanata Dharma, tempat yang memberikan aku kesempatan
berkembang di tengah-tengah keberagaman dan memberikanku pengalaman
kehidupan yang luar biasa.
Sahabat-sahabat tercinta, pribadi-pribadi yang mengajarkanku arti kasih sayang
dengan tulus dan mengajariku arti memaafkan yang sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PENGALAMAN DUKACITA PADA JANDA LANSIA KARENA
KEMATIAN SUAMI: PENDEKATAN DUAL PROCESS MODEL
Elisabeth Dina Laksmiwati
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memberikan
bukti empiris mengenai konsep Dual Process Model yang meliputi stresor, koping,
dan efek koping atas peristiwa berdukacita dengan cara mengeksplorasi
pengalaman dukacita janda lansia karena kematian suami. Partisipan dalam
penelitian ini adalah 4 orang janda lansia yang sudah menjanda 2 hingga 4 tahun
dan tidak tinggal sendiri di rumah. Pengambilan data dilakukan dengan metode
wawancara semi terstruktur. Analisis data dilakukan dengan metode Analisis Isi
Kualitatif (AIK) deduktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa
komponen dual process model yang terbukti secara empiris, antara lain (a) janda
lansia mengalami 2 macam stresor (loss oriented stressor dan restoration oriented
stressor), (b) dilakukannya koping untuk mengatasi berbagai stresor, seperti
konfrontasi-penghindaran dan terkadang mengambil waktu istirahat, (c) adanya
efek koping adaptif maupun maladaptif yang dipengaruhi oleh jenis koping dan
analisis kognisi. Penelitian ini juga menemukan bahwa ternyata spiritualitas dapat
menjadi faktor yang mempengaruhi penyesuaian individu terhadap stresor-stresor
yang muncul selama dukacita.
Kata kunci: Dual process model, dukacita, janda lansia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
EXPERIENCE OF GRIEF AMONG ELDERLY WIDOWS:
DUAL PROCESS MODEL APPROACH
Elisabeth Dina Laksmiwati
ABSTRACT
This study is qualitative research which aims to give an empirical evidence of Dual
Process Model approach including stressors, coping stress, and coping effects from
grieving experience of spouse death. Participants in this study were four elderly
widows who are widowed for 2 to 4 years and didn’t live alone at home. The data
was collected by using semi structured interviews method. Data was analyzed by
deductive qualitative content analysis method. The results of this study showed
some empirical evidence of Dual Process Model’s components, such as (a) elderly
widows have 2 stressor (loss oriented stressor & restoration oriented stressor), (b)
there are copings to deal with a number of stressors such as confrontation-
avoidance and sometimes take time-off from stressors, and (c) there are coping
effects are adaptive and maladaptive which affected by coping types and cognition
analysis. These results also found that spirituality can be one of factor that
influences an individual’s adjusment to stessors which arise during times of grief.
Keywords: Dual process model, grief, elderly widow
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya,
peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pengalaman Dukacita pada
Janda Lansia karena Kematian Suami: Pendekatan Dual Process Model untuk
diajukan sebagai salah satu syarat dalam mendapatkan gelar sarjana dari Fakultas
Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini dapat terselesaikan dengan adanya campur tangan banyak
pihak. Oleh karena itu, ijinkan peneliti untuk mengucapkan terimakasih kepada:
1. Pemilik hidup, Tuhan Yang Maha Esa. Memberikan kesempatan hidup
yang luar biasa. Membiarkan saya belajar mengenai indahnya hidup
bersama-Nya dan mengajarkan saya untuk selalu bekerja bersama-Nya.
2. Para partisipan penelitian yang telah bersedia untuk berbagi kisah bagi
terlaksananya penelitian ini. Terimakasih telah memberikan kepercayaan
dan kesempatan kepada peneliti untuk lebih memahami pengalaman
dukacita yang dialami.
3. Romo Priyono Marwan, S. J. yang telah menjadi Dosen Pembimbing
Akademik saya sedari semester satu hingga semester enam. Terimakasih
atas perhatian dan waktu yang diberikan dalam proses akademik saya.
Terimakasih karena telah meluangkan waktu untuk mendengarkan
beberapa keluh kesah saya dan menguatkan saya ketika saya merasa kecil
dan terjatuh karena ketakutan saya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
4. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik saya sedari semester tujuh hingga selesainya skripsi ini.
Terimakasih atas senyuman yang selalu tampak ketika saya berjumpa
dengan Bapak.
5. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya yang
telah bersedia dan sabar membimbing saya hingga penelitian ini selesai.
Terimakasih atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu diberikan kepada
saya untuk membuat saya lebih paham akan penelitian saya. Terimakasih
untuk segala proses skripsi ini sehingga saya sadar bahwa saya harus
menentukan prioritas dalam kehidupan ini dan membentuk saya menjadi
pribadi yang tahan banting.
6. Ibu Maria Laksmi Anantasari, M.Psi., selaku mantan Dosen Pembimbing
Skripsi saya yang dengan sabar mendampingi dan menguatkan saya
ketika saya terjatuh kala itu. Terimakasih telah menyadarkan saya untuk
kembali kepada Pencipta dan Pemilik hidup saya. Terimakasih untuk
senyum dan perhatian yang diberikan ketika berjumpa dengan saya,
sungguh amat sangat membuat saya tenang.
7. Mama, Papa yang sudah berjuang dan bekerja agar anaknya dapat
menyelesaikan studi. Terimakasih untuk doa yang selalu dipanjatkan
setiap waktu, kesabaran yang tak henti-henti selama menemani proses
skripsi ini. Ku tahu bahwa prosesku memang lama, namun terima kasih
telah memberikan kepercayaan bahwa aku dapat menyelesaikan
kewajibankku sebagai mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
8. Kakak yang jauh di Jakarta, terimakasih sudah mau mendengarkan
curhatan dan keluh kesah mengenai penulisan skripsi ini.
9. Chiko, anjing tercintaku yang sangat lucu dan menggemaskan,
Terimakasih telah hadir dalam hidupku, memberi warna baru dalam
kehidupanku, membuat diriku tersenyum di setiap pagi yang mungkin
sebelumnya tidak selalu terjadi pada diri ini. Bersyukur sekali setiap
malam ketika mengerjakan skripsi selalu ditemani dirimu. Terimakasih
telah mengajari arti dari cinta dan kasih sayang tanpa syarat.
10. Bagi sahabatku Maria Yosephin, terimakasih telah menemaniku mulai
dari menjadi maba hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Bagi sahabat tercintaku Pande Ayu Sawitri Dewi, terimakasih selalu
menerimaku apa adanya, baik sifat dan sikap positif maupun negatifku.
Terimakasih untuk kebersamaan yang terjalin selama masa perkuliahan,
semangat dan motivasi yang selalu diberikan ketika aku terjatuh dan
terpuruk.
12. Michael Adhykusuma K., selaku teman baikku yang selalu mentransfer
energi positifnya bagiku. Terimakasih atas kehadiran yang benar-benar
utuh ketika aku terpuruk dan ingin melarikan diri dari kehidupan ini.
Tetap semangat bagi kita ya. Terimakasih beribu terimakasih Mike.
13. Alexander Krishnanda, selaku teman belajar, skripsi, sekaligus teman
curhatku. Terimakasih Krishna sudah mau berjuang bersama.
14. Theresia Resty, terimakasih sudah mau menemaniku dan memberiku
petunjuk ketika aku terpuruk dan ingin melepas skripsi ini. Terimakasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .......................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10
BAB II ................................................................................................................... 12
A. Dukacita (Grief) ........................................................................................... 12
1. Pengertian Dukacita (Grief) .................................................................... 12
2. Fase Dukacita .......................................................................................... 12
B. Lanjut Usia................................................................................................... 14
1. Pengertian Lanjut Usia ............................................................................ 14
2. Dukacita pada Lanjut Usia ...................................................................... 15
C. Dual Process Model .................................................................................... 16
1. Pengertian Dual Process Model .............................................................. 16
2. Komponen-komponen Dual Process Model ........................................... 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
D. Kerangka Konseptual................................................................................... 32
E. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 36
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 36
B. Fokus Penelitian........................................................................................... 37
C. Partisipan Penelitian .................................................................................... 37
D. Peran Peneliti ............................................................................................... 39
E. Refleksivitas Peneliti ................................................................................... 40
F. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 41
G. Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 43
H. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 50
I. Metode Analisis Data .................................................................................. 51
J. Kredibilitas dan Dependabilitas Penelitian .................................................. 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 54
A. Pelaksanaan Penelitian................................................................................. 54
B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara ..................... 56
1. Partisipan 1 (P1) ...................................................................................... 56
2. Partisipan 2 (P2) ...................................................................................... 58
3. Partisipan 3 (P3) ...................................................................................... 60
4. Partisipan 4 (P4) ...................................................................................... 61
C. Hasil Penelitian ............................................................................................ 63
1. Stresor ..................................................................................................... 63
2. Koping atau Osilasi ................................................................................. 73
3. Efek Koping (Outcomes Oscillation)...................................................... 91
D. Dinamika Pengalaman Dukacita Janda Lansia karena Kematian Suami .... 97
1. Partisipan 1, 2 dan 3 (P1, P2, dan P3) ..................................................... 97
2. Partisipan 4 (P4) .................................................................................... 103
E. Pembahasan ............................................................................................... 105
1. Stresor ................................................................................................... 106
2. Koping dan efek koping ........................................................................ 109
3. Osilasi ................................................................................................... 116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
4. Perbedaan dinamika dukacita antara partisipan 1, 2, dan 3 (P1, P2, dan P3)
dengan partisipan 4 (P4). ...................................................................... 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 122
A. Kesimpulan ................................................................................................ 122
B. Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian ..................................................... 124
C. Saran .......................................................................................................... 125
1. Bagi Janda Lansia ................................................................................. 125
2. Bagi peneliti selanjutnya ....................................................................... 126
3. Bagi praktisi atau psikolog.................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 128
LAMPIRAN ........................................................................................................ 135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pertanyaan Wawancara .......................................................................... 43
Tabel 2. Kegiatan, Waktu, dan Lokasi Pelaksanaan Pengambilan Data ............... 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Konsep Dual Process Model ............................................................... 30
Gambar 2. Skema Kerangka Konseptual .............................................................. 34
Gambar 3. Skema Hasil Penelitian Pengalaman Dukacita P1, P2, dan P3 ......... 102
Gambar 4. Skema Hasil Penelitian Pengalaman Dukacita P4 ............................ 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent ........................................................................... 136
Lampiran 2. Coding Book ................................................................................... 141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa kematian khususnya kematian orang yang dicintai merupakan
salah satu peristiwa yang menimbulkan bekas luka pada individu yang
ditinggalkan dan bahkan dapat memengaruhi kehidupan individu di masa
mendatang. Peristiwa kematian dapat terjadi pada setiap orang, seperti anak,
orangtua, dan bahkan pasangan. Kematian pasangan pada umumnya terjadi pada
individu dewasa dan lanjut usia (lansia). Kematian lansia di Indonesia cenderung
lebih banyak terjadi pada laki-laki. Pusdatin Kemenkes RI (2016) menunjukkan
bahwa lansia perempuan lebih banyak yang berstatus cerai mati (56,04%),
sedangkan lansia laki-laki lebih banyak dengan status menikah (82,84%). Hal
tersebut terjadi karena laki-laki yang bercerai umumnya segera menikah lagi.
Janda lansia yang ditinggal meninggal pasangannya akan dihadapkan pada
dukacita yang membawa mereka pada perubahan terkait kehidupan sehari-hari,
peran dalam keluarga serta sosial (Liebman, 2001). Hasil penelitian dari Bennet,
Gibbons, dan Mackenzie-Smith (2010) menunjukkan bahwa masalah keuangan
merupakan salah satu perubahan yang menantang dan menimbulkan kecemasan
bagi janda lansia. Perubahan perekonomian keluarga yang terjadi bertahun-
tahun setelah kematian pasangan memengaruhi kesehatan fisik dan psikologis
janda lansia (DiGiacomo, Lewis, Phillips, Nolan, & Davidson, 2015). Lukas et
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
al. (dalam Papalia & Feldman, 2014) menyatakan bahwa janda lansia tidak
hanya kehilangan sosok pasangan namun juga kehilangan peran sentral.
Buglass (2010) mengatakan bahwa dukacita merupakan respon alami
manusia terhadap adanya perpisahan dan bahkan kehilangan orang yang dicintai.
Dalam artikel Grief Support Guide: How to Truly Support Yourself and Others
at a Time of Grief (n.d.) menjelaskan bahwa dukacita adalah reaksi atau respon
emosional atas kehilangan. Dukacita juga ditunjukkan dengan beberapa tanda
seperti kesedihan, penolakan, rasa bersalah, ketidaknyamanan secara fisik, dan
sulit tidur.
Liebman (2001) menyatakan awalnya dukacita memang menyakitkan bagi
individu, namun akan membaik seiring berjalannya waktu. Selain itu,
Wiryasaputra (2003) juga mengatakan bahwa individu yang berduka akan
berdamai dengan dukacita yang dialaminya setelah satu tahun setelah kematian
orang yang dicintainya. Bennet, et al. (2010) menemukan bahwa beberapa janda
lansia yang berduka merasa bahwa mereka dapat mengatasi dukacitanya dengan
belajar melakukan pekerjaan sukarela. Selain itu, janda lansia yang berduka juga
mengatakan bahwa mereka merasa selamat ketika mereka mengatasi
dukacitanya dengan cara mengalihkan rasa cintanya kepada cucunya yang lahir
dan mengikuti beberapa kegiatan baru.
Berkaitan dengan hal di atas, beberapa penelitian yang telah dilakukan
justru menunjukkan bahwa dukacita akibat kematian pasangan menimbulkan
kesedihan yang mendalam dan cukup lama pada janda lansia (Sable, 1991; Naef,
Ward, Imhof, & Grande, 2013). Selain itu, bahkan ada janda lansia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
mengalami depresi akibat kematian suami setelah lima tahun menjanda
(Ghesquiere, Shear, & Duan, 2013). Janda lansia masih terus berbicara, berpikir
akan almarhum pasangan mereka bahkan sampai sepuluh tahun pasca kematian
pasangan. Setidaknya sebulan sekali, janda membicarakan almarhum pasangan
mereka dan terkadang mereka merasa kesal akan hal tersebut (Caenelley et al.,
2006). Janda lansia mengalami kesulitan terkait jam tidur, makan, dan terkait
hari peringatan pernikahan. Mereka juga dihadapkan pada tantangan yang
berkaitan dengan waktu luang (Anderson & Dimond, 1995; Brabant, Porsyth, &
Melancon, 1992; Holtslander & Duggleby, 2010; Steeves, 2005, dalam Naef,
Ward, Imhof, & Grande, 2013).
Peneliti melakukan wawancara singkat dengan dua janda lansia berusia 60
hingga 70 tahun di Yogyakarta pada bulan Juli 2018. Salah satu janda lansia
menunjukkan bahwa ia masih merasa sedih selama beberapa bulan terakhir,
meskipun telah menjada kurang lebih dua tahun. Janda tersebut bercerita
mengenai almarhum pasangannya dengan meneteskan air mata.
“Ya merasa kehilangan semuanya juga. Nah dulu berdua terus
sendiri itu kan mbak ya. Sebulan lebih, ya hampir tiga bulanan.
Soalnya saya terus ke Gereja tapi di Gereja juga nangis,
biasanya kan berdua.” –(Janda lansia, 63th).
Dukacita karena kematian orang yang dicintai dapat berdampak buruk bagi
lansia. Stroebe, Schut, dan Stroebe (dalam Papalia & Feldman, 2014)
menyatakan bahwa dukacita dapat merusak sistem kekebalan tubuh,
menyebabkan sakit kepala, pusing, gangguan pencernaan, atau bahkan nyeri
dada. Dukacita juga dapat menyebabkan masalah memori, kehilangan nafsu
makan, kesulitan berkonsentrasi, meningkatkan resiko kecemasan, insomnia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
dan bahkan disfungsi sosial. Buckley et al.; Fiske et al.; Shahar, Schultz (dalam
Millic et al., 2017) mengatakan bahwa janda lansia yang berduka memiliki
gangguan sistem kekebalan tubuh, depresi, kondisi yang kronis. Vitlic, Khanfer,
Lord, Caroll, dan Anna (2014) membandingkan efek kematian pasangan pada
janda lansia dan janda dewasa awal, menjelaskan bahwa janda lansia yang
berduka menunjukkan adanya produksi neutrofil yang cenderung rendah dan
produksi kortisol yang meningkat sebanyak dua kali lipat pada diri mereka.
Connor (2014) menemukan fenomena tentang dampak buruk dari kehilangan
pasangan terhadap sistem kekebalan tubuh lanjut usia. Neutrofil atau sel darah
putih memiliki fungsi penting dalam diri manusia yakni membunuh bakteri yang
dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit. Sedangkan, kortisol dapat menekan
unsur-unsur sistem kekebalan tubuh selama individu dalam keadaan stress
tinggi. Ketidakseimbangan rasio neutrofil dan kortisol dapat berpengaruh pada
sistem tubuh dalam menangkal penyakit dan infeksi.
Individu yang memiliki masalah dalam dukacita cenderung memiliki
adaptasi yang kurang baik (Bennet, et al., 2010). Oleh karena itu, individu yang
berduka perlu memiliki strategi koping adaptif yang dilakukan secara sadar dan
efektif dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang menimbulkan stres yang
muncul selama proses dukacita (Stroebe & Schut, 1999). Individu yang
mengelola dukacitanya dengan kreatif dan efektif dapat menghasilkan
pertumbuhan pribadi yang lebih matang. Akan tetapi, individu yang tidak
mengelola secara efektif dan kreatif maka dapat menimbulkan berbagai
permasalahan mental, psikologis, dan sosial yang serius (Wiryasaputra, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
“Menjanda adalah sebuah proses. Hal ini seperti belajar
berjalan kembali setelah mengalami kecelakaan. Janda harus
mengambil satu langkah pada suatu waktu” –Dr. Sandra L.
Graves (dalam Liebman, 2001).
Hal tersebut melatarbelakangi peneliti untuk meneliti pengalaman
dukacita janda lansia cerai mati khususnya dalam mengidentifikasi stresor-
stresor yang muncul, koping yang dilakukan, dan efek koping yang dirasakan
melalui cerita yang diungkapkan partisipan. Pengalaman dukacita pada janda
lansia cerai mati ini akan dipahami dengan salah satu konsep, Dual Process
Model yakni taksonomi tentang cara-cara individu mencapai kondisi damai
setelah kehilangan orang terdekat dengan menggunakan strategi koping dinamis
antara konfrontasi maupun penghindaran untuk menyesuaikan dua tipe stresor
yang berorientasi pada kehilangan dan tugas-tugas restorasi yang juga
berdinamika dalam proses berduka (Stroebe & Schut, 2010).
Penelitian Fasse dan Zech (2016) menunjukkan bahwa konsep Dual
Process Model relevan dengan pengalaman berduka pada janda. Individu yang
berduka melakukan koping yang berorientasi pada kehilangan dan restorasi.
Penelitian Bennet, et al. (2010) mengenai pengalaman kehilangan pada lansia
yang mengalami cerai mati sejak berusia 60 tahun menunjukkan bahwa dukacita
merupakan satu-satunya kategori stresor yang sering diperbincangkan oleh para
janda lansia dan mereka mengatasi dengan cara mengalihkan perhatian pada hal
lain.
Dayez, Zech, Cord, dan Taverne (2016) melakukan penelitian untuk
melihat berbagai macam stresor dan strategi koping dengan metode
pengumpulan data menggunakan buku harian yang dilakukan selama satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
minggu pada janda lansia yang telah kehilangan suami selama satu tahun.
Penelitian tersebut mengacu pada konsep Dual Process Model. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa janda yang berusia lebih tua lebih cenderung memiliki
banyak loss-oriented stressor dibandingkan restoration-oriented stressor.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti melihat adanya
peluang untuk kembali menggunakan konsep Dual Process Model untuk
memahami pengalaman dukacita pada janda lansia cerai mati. Stroebe dan Schut
(1999) mengungkapkan perlu adanya penelitian selanjutnya untuk memberikan
verifikasi atau bukti empiris terkait komponen-komponen dari konsep Dual
Process Model. Tampaknya Bennet, et al. (2010) juga mengungkapkan hal
serupa yakni komponen terkait loss oriented stressor dan restoration oriented
stressor yang dialami selama dukacita masih perlu diselidiki dan dikembangkan
lebih lanjut. Hal itu didukung oleh Fasse dan Zech (2016) yang juga mengatakan
bahwa Dual Process Model dapat digunakan untuk mengeksplorasi dan
memahami pengalaman berduka.
Kedua, penelitian terdahulu mengenai pengalaman dukacita dengan
menggunakan Dual Process Model dianggap kurang relevan terkait rentang
waktu dukacita yang dialami oleh partisipan. Penelitian Bennet, et al. (2010)
dilakukan pada lansia dengan rentang menjanda hingga 16 tahun sehingga ada
beberapa peristiwa setelah kematian pasangan yang tidak dapat dijelaskan secara
rinci oleh lansia. Penelitian Dayez, et al. (2016) yang dilakukan setelah satu
tahun kematian pasangan mengakibatkan beberapa janda lansia mengundurkan
diri menjadi partisipan karena penelitian tersebut menghidupkan kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
ingatan partisipan akan almarhum pasangan sehingga memicu munculnya
perasaan tidak nyaman atau stres pada partisipan.
Ketiga, penelitian terdahulu dilakukan di luar negeri dan tidak ada
penelitian yang dilakukan dalam konteks Indonesia (Bennet, et al., 2010; Dayez,
et al., 2016). Lev dan McCorkle; Kleinmann (dalam Hashim, Eng, Tohit, &
Wahab, 2013) mengatakan bahwa pengalaman dan reaksi dukacita pada
dasarnya dipengaruhi oleh budaya dan etnis. Stroebe dan Schut (2010)
mengungkapkan bahwa manifestasi dan ekspresi kesedihan dipengaruhi oleh
budaya. Selain itu, dijelaskan juga bahwa ada perbedaan pola dalam cara-cara
adaptif yang dilakukan untuk mengatasi dukacita pada budaya non-barat. Jenis
konfrontasi yang dilakukan pada saat mengatasi dukacita tidak bersifat
universal. Pada beberapa bagian budaya non-barat yang menunjukkan proses
dukacita seolah-olah merupakan proses yang pasif, yaitu proses yang hanya
dilewati begitu saja dan bukan dianggap sebagai proses aktif, yakni dukacita
harus dihadapi secara adaptif.
Berdasarkan beberapa keterbatasan dalam penelitian terdahulu, peneliti
ingin melakukan penelitian mengenai pengalaman dukacita pada janda lansia
cerai mati dengan menggunakan pendekatan Dual Process Model. Partisipan
penelitian adalah janda lansia cerai mati yang berusia 60 tahun ke atas yang telah
menjanda selama minimal dua tahun. Hal tersebut dikarenakan penelitian Dayez,
et al. (2016) yang menggunakan partisipan janda setelah kehilangan suami
selama satu tahun terakhir memunculkan kembali ingatan mengenai almarhum
pasangan sehingga dapat memicu stres pada diri partisipan. Partisipan yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
ditinggal meninggal suami dalam waktu yang lebih lama diharapkan memiliki
emosi yang lebih stabil dan sudah lebih bisa menerima kematian almarhum
suaminya sehingga dapat meminimalisir efek emosional yakni timbulnya
kesedihan yang dapat memengaruhi kesejahteraan diri partisipan. Selain itu,
Richardson dan Balaswamy (dalam Bennet & Soulsby, 2012) mengatakan
bahwa loss-oriented dan restoration-oriented akan relevan ketika dilihat pada
individu yang berduka setelah dua tahun kematian orang yang dicintai.
Selain itu, peneliti juga memilih partisipan dengan latar belakang
penyebab suami meninggal karena penyakit tidak menular. Hal tersebut dipilih
karena banyak lansia meninggal disebabkan oleh penyakit tidak menular. Pusat
Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2016) mengatakan bahwa
meningkatnya jumlah lansia setiap tahun dapat menimbulkan permasalahan
terkait aspek biologis, psikologis, ekonomi, dan sosial bagi lansia itu sendiri.
Pusdatin Kemenkes RI (2013 & 2016) menjelaskan bahwa fungsi fisik atau
fisiologis mengalami penurunan sebagai akibat dari proses penuaan sehingga
mengakibatkan munculnya Penyakit Tidak Menular pada lansia. World Health
Organization (dalam Pusdatin Kementrian Kesehatan RI, 2012) mengatakan
bahwa kematian akibat PTM akan semakin meningkat di seluruh dunia,
khususnya di negara-negara menengah dan miskin. Diperkirakan 70% dari
populasi global akan meninggal akibat PTM, seperti kanker, jantung, stroke dan
diabetes.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode pengambilan data wawancara semi terstruktur. Peneliti memilih metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
kualitatif agar peneliti dapat menelusuri pengalaman personal dari setiap
partisipan dengan lebih mendalam. Pengalaman personal tersebut akan menjadi
bahan analisis yang dapat memberikan gambaran nyata mengenai pengalaman
dukacita pada janda lansia karena meninggalnya pasangan yang selama ini
jarang diungkap sebelumnya.
B. Rumusan masalah
Peristiwa kematian pasangan merupakan salah satu peristiwa yang
menimbulkan tekanan pada lansia. Mereka dihadapakan pada perubahan
beberapa aspek kehidupan dan dukacita. Sebagian dari janda lansia bahkan
mengalami dukacita yang berkepanjangan dan kesedihan yang mendalam. Akan
tetapi, peristiwa kematian pasangan sebenarnya membawa janda lansia pada
perkembangan yang lebih baik setelahnya ketika mereka mampu merespon
secara adaptif, yakni upaya dan cara untuk mengatasi dukacita yang dialami dan
tugas-tugas yang harus dilakukan selepas kematian pasangan. Penyesuaian
adaptif terhadap dukacita sebenarnya dapat dipahami dengan konsep Dual
Process Model, namun konsep tersebut belum banyak diuji secara empiris. Oleh
karena itu, peneliti ingin meneliti pengalaman dukacita yang dialami janda lansia
cerai mati dengan menggunakan konsep Dual Process Model yakni mengetahui
apa saja stresor yang muncul, bagaimana koping yang dilakukan dalam
mengatasi stress yang dialami akibat kematian pasangan, dan efek yang terjadi
dan dirasakan setelahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah mengeksplorasi untuk
memberikan bukti empiris mengenai pengalaman dukacita janda lansia karena
kematian suami dengan pendekatan Dual Process Model.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya pengetahuan dalam
bidang gerontologi dan memperoleh gambaran yang jelas mengenai
pengalaman dukacita janda lansia dengan pendekatan Dual Process Model.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Partisipan
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi janda lansia untuk dapat lebih
menyadari dan memahami dukacita yang dialaminya sehingga partisipan
menjadi tahu akan hal-hal yang perlu mereka lakukan di masa
selanjutnya.
b. Bagi Keluarga dan Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata kepada
keluarga dan masyarakat mengenai dukacita yang dialami oleh janda
lansia yakni stresor yang muncul selama proses dukacita dan strategi-
strategi penanggulangan dalam menghadapi stresor tersebut dan efek
yang dirasakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
c. Bagi para praktisi atau Psikolog
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi latar belakang sekaligus
pertimbangan untuk dilakukaknnya program atau intervensi bagi individu
yang mengalami permasalahan terkait dukacita yang dialami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dukacita (Grief)
1. Pengertian Dukacita (Grief)
Santrock (2012) menjelaskan dukacita adalah kelumpuhan emosional,
rasa tidak percaya, kecemasan akan perpisahan, putus asa, sedih, dan kesepian
yang menyertai individu saat mereka kehilangan orang yang dicintainya.
Covington, Prigerson dan Jacobs (dalam Brier, 2008) mendefinisikan
dukacita sebagai reaksi afektif, fisiologis, dan psikologis secara emosional
ketika individu kehilangan sosok penting dalam hidupnya. Papalia dan
Feldman (2014) menjelaskan bahwa dukacita adalah proses penyesuaian atas
hilangnya atau kematian seseorang yang dirasa dekat.
Berdasarkan beberapa definisi dukacita di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa dukacita adalah reaksi afektif, fisiologis, serta psikologis atas
kematian sosok penting dalam hidup seseorang yang meliputi adanya rasa
tidak percaya, kesepian, kesedihan, keputusasaan, dan bahkan kelumpuhan
emosional sehingga memerlukan proses penyesuaian.
2. Fase Dukacita
Ada berbagai macam tokoh yang menjelaskan mengenai fase dukacita.
Fase-fase tersebut juga berbeda satu sama lain. Stroebe dan Schut (2010)
menuliskan bahwa menurut Dual Process Model berkaitan dengan fase
dukacita yang dicetuskan oleh Bowlby, individu yang berduka akan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
a. Menerima kenyataan adanya kehilangan sehingga ada perubahan dalam
kehidupannya setelah peristiwa kehilangan.
b. Merasakan pedihnya kesedihan dan kemudian mengambil jarak atau
waktu dari kesedihan yang dirasakan.
c. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan tanpa adanya kehadiran
almarhum dan menguasai perubahan dalam lingkungan yang mana hal
tersebut bersifat subjektif.
d. Menempatkan kembali orang yang sudah meninggal secara emosional
serta melanjutkan hidup dengan peran, identitas, dan hubungan baru.
Dukacita dapat membaik waktu demi waktu (Liebman, 2001). Selain
itu, dukacita yang normal biasanya berlangsung selama tiga sampai dua belas
bulan (Wiryasaputra, 2003). Maciejewski et al. (dalam Santrock, 2012)
mengatakan bahwa dukacita akan kematian orang yang dicintai akan
berangsur-angsur membaik selama enam bulan pasca kematian. Setelah itu,
individu yang berduka akan menerima pengalaman tersebut sebagai suatu
kenyataan, lebih optimis terhadap masa depan, dan kembali berfungsi secara
kompeten dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, ada beberapa individu
yang mengalami kesulitan untuk melangsungkan hidupnya, mereka mati rasa,
memisahkan diri dan berpendapat bahwa hidup mereka terasa kosong dan
hampa tanpa kehadiran almarhum, bahkan mereka merasa bahwa mereka
tidak memiliki makna (Santrock, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
B. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia atau yang dikenal dengan usia lanjut merupakan tahap
perkembangan terakhir dari individu yakni tahap perkembangan dewasa
akhir. Santrock (2012) mengatakan bahwa masa dewasa akhir (late
adulthood) adalah periode perkembangan individu yang dimulai dari umur 60
atau 70 tahun sampai pada saat kematian. Undang-Undang No. 13 tahun 1998
pasal 1 ayat 2 (dalam Suadirman, 2011) menyatakan bahwa lanjut usia adalah
individu yang memiliki usia 60 tahun ke atas.
Badan Pusat Statistik (dalam Mustari, Rachmawati, & Nugroho,
2015) menjelaskan bahwa lanjut usia dipandang sebagai masa kemunduran,
artinya lanjut usia adalah masa seseorang mengalami penurunan secara fisik
maupun psikologis. Hurlock (2002) mendefinisikan lanjut usia adalah
individu yang berusia mulai dari 60 tahun yang ditandai dengan perubahan
fisik dan psikologis yang memburuk sehingga hidupnya tidak bahagia.
Kinsela dan He (dalam Papalia & Feldman, 2014) membagi lansia
dalam tiga kelompok, yaitu lansia muda (young old), lansia tua (old old), dan
lansia tertua (oldest old). Lansia muda adalah individu yang memiliki usia 65
sampai 74 tahun. Lansia tua adalah individu yang memiliki usia antara 75
hingga 84 tahun, sedangkan lansia tertua adalah individu yang berusia 85
tahun ke atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti mendefinisikan lanjut
usia adalah individu yang berada pada tahap perkembangan terakhir yang
berusia 60 tahun ke atas.
2. Dukacita pada Lanjut Usia
Lanjut usia (lansia) dihadapkan pada salah satu peristiwa kehidupan
yaitu kematian suami. Kematian pada lanjut usia dapat disebabkan karena
berbagai hal, salah satunya yakni menurunnya daya tahan fisik sehingga
lansia rentan terkena penyakit (Kemenkes RI, 2017). Menurunnya daya tahan
fisik atau fisiologis lansia sebagai akibat dari proses penuaan (degeneratif)
dapat menyebabkan lansia terkena penyakit tidak menular, salah satunya
adalah radang sendi atau rematik (Kemenkes RI, 2013).
Hasil Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa penyakit yang paling
banyak terjadi pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM),
seperti: hipertensi, atritis, stroke, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
diabetes mellitus, kanker, penyakit jantung koroner, batu ginjal, gagal
jantung, dan gagal ginjal (Kemenkes RI, 2016). Selain itu, diketahui bahwa
PTM juga menjadi penyebab utama kematian secara global (Kemenkes RI,
2012).
Kematian suami pada lanjut usia dapat meningkatkan kecenderungan
terserang penyakit bahkan meninggal, gangguan depresif, gangguan sistem
imun, dan gangguan tidur (van den Berg, Lindeboom, & Portrait, dalam
McCoyd & Walter, 2016). Lansia yang mengalami dukacita mendalam,
bahkan diikuti dengan adanya kesulitan perekonomian, kesepian, gangguan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
psikologi, memungkinkan terjadinya depresi (Kowalski & Bondmass, dalam
Santrock 2012).
Individu yang mengalami dukacita yang berkepanjangan dapat
berdampak pada menurunnya neutrofil (sel darah putih) yang berfungsi untuk
mencegah serangan bakteri. Dukacita berkepanjangan juga meningkatkan
jumlah kortisol dua kali lipat pada lansia dibandingkan dengan individu yang
lebih muda. Ketidakseimbangan jumlah neutrofil dan kortisol pada lansia
dapat mengakibatkan lansia mudah terserang virus penyakit (Vitlic, et. al,
2014). Kematian suami juga menimbulkan stresor yang berkaitan dengan
peran dan identitas baru (Bennet, et al., 2010).
Beberapa lansia yang berduka memiliki kesulitan dalam menjaga
aktivitas hidupnya sehari-hari selama beberapa tahun setelah kematian suami.
Mereka juga mengalami kesulitan untuk tetap aktif secara sosial dan
memotivasi diri dalam menciptakan situasi yang baik (McCoyd & Walter,
2016). Naik turunnya dukacita terkadang melibatkan perubahan emosi yang
terjadi secara cepat. Individu yang berduka perlu menghadapi tantangan
tersebut untuk mempelajari keterampilan baru, mencari tahu kelemahan serta
keterbatasan dalam dirinya, menciptakan pola perilaku baru, dan membentuk
lingkaran persahabatan serta relasi yang baru (Feldon, dalam Santrock, 2012).
C. Dual Process Model
1. Pengertian Dual Process Model
Dual Process Model (DPM) merupakan ilmu tentang cara individu
untuk berdamai dengan kematian orang yang dicintai dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
strategi koping yang dinamis antara konfrontasi maupun penghindaran untuk
menyesuaikan dengan dua tipe stresor yang berorientasi pada kehilangan dan
tugas-tugas restorasi yang juga berdinamika dalam proses berduka yang
dilihat setiap waktu (Stroebe & Schut, 2010). Stroebe dan Schut (1999 &
2001a) menjelaskan bahwa DPM merupakan upaya untuk mengintegrasikan
beberapa konsep berduka yang telah ada sebelumnya, seperti konsep grief
work– individu yang berduka bekerja melalui kesedihan untuk melepas
kelekatan dan hubungan dengan almarhum, teori attachment– ketika berduka
individu bekerja melalui kesedihannya untuk merepresentasi atau
memulihkan kedekatan dengan almarhum, teori task model– individu yang
berduka perlu untuk menyesuaikan diri dengan dukacita, mengambil waktu
untuk tidak bersedih, teori stress kognitif– penjelasan mengenai karakteristik
stresor, proses koping, dan hasil dari proses tersebut. Penguasaan situasi yang
penuh tekanan dilakukan dengan koping yaitu konfrontasi dan penghindaran
untuk mengubah masalah yang menyebabkan stress.
Menurut DPM, model atau konsep-konsep dukacita terdahulu hanya
berfokus pada kesedihan akibat kehilangan atau kematian, sedangkan
diketahui bahwa masih ada sumber stres yang lainnya, seperti tantangan
keuangan, tugas baru pasca kematian orang yang dicintai, dan lain lain
(Stroebe & Schut, 2010). Model atau konsep dukacita terdahulu lebih sering
menekankan pada rangkaian mengatasi permasalahan melalui strategi
mengatasi dukacita sebagai tahap awal yang kemudian diikuti dengan adanya
upaya pemulihan. Hal tersebut berbeda dengan konsep DPM yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
menjelaskan bahwa koping terhadap kehilangan (loss) dan upaya pemulihan
(restoration) dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan (Richardson,
dalam Santrock, 2012). DPM juga merupakan teori mengenai strategi adaptif
orang berduka yang mengarah pada pengurangan konsekuensi negatif bagi
kesehatan psikososial dan fisik sehingga dapat menurunkan kesedihan (Schut
& Stroebe, 2001a).
2. Komponen-komponen Dual Process Model
a. Stresor yang terjadi selama berdukacita
Stroebe dan Schut (1999, 2010, 2016) membagi stresor terkait
dukacita menjadi dua kategori, yaitu loss-oriented (LO) dan restoration-
oriented (RO). Stroebe dan Schut (2016) juga mengatakan bahwa kedua
kategori stresor tersebut terkait dengan adanya konsekuensi emosional,
seperti tekanan dan kecemasan, serta konsekuensi kesehatan fisik dan
mental bagi individu yang berduka.
Stresor yang berorientasi pada kehilangan (loss-oriented stressor)
Loss-oriented stressor merupakan stresor yang berkaitan dengan
pengalaman kehilangan terutama terkait dengan orang yang meninggal
(Stroebe & Schut, 1999, 2010). Loss-oriented stressor juga
menyebabkan munculnya reaksi emosional mencakup kenikmatan yang
menyenangkan hingga kerinduan yang menyakitkan akan almarhum.
Reaksi emosional tersebut antara lain: kerinduan akan almarhum,
membuka kembali album foto lama, dan tangisan (Stroebe & Schut,
1999, 2001b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
Stroebe dan Schut (1999) menjelaskan loss oriented stressor
mencakup beberapa tantangan, sebagai berikut:
o Grief work dan intrusion of grief
Individu yang berduka dihadapkan pada tantangan yang berkaitan
dengan hubungan, kelekatan atau ikatan dengan sosok yang sudah
meninggal dan melibatkan perenungan tentang almarhum.
o Breaking bonds / ties / relocated
Ketika berdukacita, individu dihadapkan pada stresor yang
berkaitan dengan tugas atau tantangan melepaskan diri dari
kelekatan dengan almarhum atau sosok yang telah meninggal.
Selain itu, Dayez, Zech, Corn, dan Taverne (2016) menjelaskan
bahwa loss oriented stressor juga muncul dalam beberapa bentuk
lainnya, antara lain:
o Stresor kehadiran internal
Stresor kehadiran internal ditandai dengan adanya pikiran dan
perasaan subjektif pada individu yang berduka, yakni munculnya
ingatan dan kenangan terkait sosok almarhum ketika masih hidup.
o Pengingat eksternal terkait almarhum
Pengingat eksternal merupakan hal-hal yang ada di sekitar yang
dapat memunculkan ingatan akan sosok almarhum. Pengingat
eksternal tersebut yaitu objek, tempat, peristiwa, dan percakapan
yang terkait dengan almarhum atau sosok yang telah meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
o Stresor harian terkait tidak adanya almarhum
Stresor harian karena tidak adanya almarhum merupakan pemicu
stres yang terkait dengan kesepian atau kesendirian yang erat
kaitannya dengan kebutuhan utama individu yang berduka
(kebutuhan primer) dan kerinduan akan sosok yang telah
meninggal.
Stresor yang berorientasi pada tugas-tugas restorasi (restoration-
oriented stressor)
Restoration-oriented stressor mencakup hal-hal yang perlu
ditangani karena adanya perubahan substansial yang merupakan
konsekuensi dari adanya kehilangan. Restoration-oriented stressor
berkaitan dengan penguasaan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan
oleh / atau bersama almarhum, pengaturan atau reorganisasi identitas
baru dari istri menjadi janda (Stroebe & Schut, 1999, 2001a). Neimeyer
(2016) mengatakan bahwa restoration-oriented (RO) mengacu pada
perubahan kehidupan dan psikososial yang melibatkan stresor seperti
adanya masalah keuangan, rumah tangga, keterampilan diri, peran,
tanggung jawab, dan hubungan sosial. Santrock (2012) menuliskan
bahwa restoration membantu individu yang berduka dalam
membangun kembali asumsi yang telah hancur mengenai kehidupan
mereka setelah kematian orang yang dicintai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
Dayez, Zech, Corn, dan Taverne (2016) menjelaskan bahwa
restoration oriented stressor muncul dalam beberapa bentuk, sebagai
berikut:
o Perubahan praktis
Perubahan praktis merupakan salah satu stresor yang terjadi
dalam bentuk perubahan terkait dengan masalah perekonomian
atau domestik dan kesulitan administrasi yang biasanya dilakukan
bersama / atau oleh almarhum.
o Stresor interpersonal
Stresor interpersonal biasanya muncul dalam bentuk hilangnya
hubungan atau adanya konflik dengan teman dan / atau dengan
anggota keluarga.
o Perubahan identitas
Stresor ini biasanya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan
perubahan identitas menjadi janda, kesulitan mengambil identitas
baru, hilangnya harga diri, dan hilangnya identitas diri setelah
sosok yang dicintai meninggal.
o Stresor yang terkait dengan pengambilan keputusan
Stresor ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan kesulitan
dalam pembuatan atau pengambilan keputusan tanpa nasehat atau
persetujuan dari almarhum atau sosok yang sudah meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
b. Strategi koping untuk berdamai dengan peristiwa kematian suami.
Stroebe dan Schut (2016) mengatakan bahwa ada komponen khas
yang terdapat dalam DPM, yakni proses dinamis yang disebut osilasi
(osillation). Osilasi merupakan dasar untuk koping yang bersifat adaptif,
yakni perubahan atau perpindahan koping yang berkaitan dengan
kehilangan dan restorasi, serta perpindahan antara koping dari salah satu
stresor ke stresor yang lain, atau tidak adanya koping sama sekali (Stroebe
& Schut, 2001a). Proses koping tersebut sifatnya dinamis dan dapat
berubah seiring berjalannya waktu (Stroebe & Schut, 2010). Prinsip dasar
dari osilasi yakni individu yang berduka terkadang akan berkonfrontasi
pada aspek kehilangan, namun pada saat yang lain mereka juga akan
menghindari sumber stres dan kecemasan bahkan tidak melakukan koping,
dan mengambil waktu istirahat dari berduka. Osilasi antara dua jenis
stresor (LO dan RO) diperlukan untuk mengatasi dukacita secara adaptif
dan fleksibel (Neimeyer, 2016; Stroebe & Schut, 1999, 2001b, 2010).
Konfrontasi (confrontation) – penghindaran (avoidance)
Stroebe dan Schut (2001b) mengatakan bahwa loss-oriented
stressor dan restoration-oriented stressor adalah sumber stres yang
menghasilkan kesusahan dan kecemasan pada individu yang berduka
sehingga individu yang berduka melakukan koping dengan cara
konfrontasi (confrontation) dan menghindar (avoidance).
Dayez, Zech, Corn, dan Taverne (2016) menjelaskan bahwa baik
koping konfrontasi maupun penghindaran terdiri dari 3 (tiga) strategi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
untuk menyesuaikan dengan stresor-stresor yang ada selama
berdukacita, sebagai berikut:
o Strategi perilaku
Strategi perilaku merupakan salah satu strategi koping yang
berfokus pada perilaku yang dilakukan untuk mengurangi stres
ataupun kesedihan yang dialami. Dalam koping konfrontasi
(confrontation) strategi perilaku dibedakan menjadi 4 macam,
yaitu:
- Perilaku yang berkaitan dengan almarhum.
Perilaku konfrontasi ini biasanya dilakukan dengan
memusatkan perhatian kepada almarhum atau sosok yang
sudah meninggal, seperti datang ke makam ketika rindu
akan almarhum dan melihat foto almarhum serta berbicara
dengan foto tersebut.
- Perilaku yang berkaitan dengan orang lain.
Perilaku konfrontasi ini biasanya dilakukan dengan cara
meminta bantuan kepada orang lain untuk mengurangi stres
dan / atau kesedihan atas permasalahan yang terjadi selepas
meninggalnya almarhum.
- Perilaku yang berkaitan dengan objek.
Perilaku konfrontasi ini biasanya dilakukan dengan
memfokuskan diri pada suatu objek yang berkaitan dengan
almarhum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
- Perilaku yang berkaitan dengan perubahan yang dialami
selepas kematian orang yang dicintai.
Strategi perilaku ini muncul dalam bentuk perilaku yang
cenderung mencoba melakukan atau menghadapi setiap
tugas dan tantangan, serta perubahan-perubahan kehidupan
yang muncul selama berdukacita.
Sedangkan dalam koping penghindaran (avoidance),
strategi perilaku dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
- Menghindari hal-hal terkait stresor.
Penghindaran dapat dilakukan individu yang berduka
dengan menghindari objek, tempat, kejadian, percakapan,
dan hal-hal lain yang memunculkan ingatan akan sosok
almarhum.
- Fokus pada hal-hal yang tidak terkait stresor.
Perilaku menghindar dapat dilakukan dengan cara terlibat
dalam kegiatan lain yang mengisi pikiran atau
berkonsentrasi pada hal lain yang tidak terkait dengan
almarhum.
o Strategi kognitif
Dalam koping konfrontasi (confrontation), strategi kognitif
dilakukan dengan memaknai kembali pikiran-pikiran yang
berkaitan dengan stresor yang muncul selama berdukacita.
Sedangkan dalam koping penghindaran (avoidance), strategi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
kognitif cenderung dilakukan dengan menekan atau melakukan
supresi atas suatu pikiran yang berkaitan dengan almarhum dan /
atau stresor yang muncul ke dalam alam bawah sadar.
o Strategi afektif
Dalam koping konfrontasi (confrontation), strategi afektif
dilakukan dengan menerima segala emosi yang muncul akibat
adanya kehilangan dan stresor lainnya selama dukacita.
Sedangkan dalam koping penghindaran (avoidance), strategi
afektif dilakukan dengan menekan atau melakukan supresi atas
emosi yang berkaitan dengan almarhum dan stresor lainnya yang
muncul selama dukacita ke alam bawah sadar.
Waktu istirahat
Dalam osilasi dijelaskan bahwa pada saat berdukacita, individu
dapat mengambil waktu untuk tidak melakukan apapun. Waktu istirahat
merupakan kondisi dimana individu yang berduka mengambil waktu
untuk beristirahat dari hal-hal yang mengganggu dan menyakitkan
untuk dikonfrontasi dan dihindari sehingga mereka hanya bersantai dan
memulihkan diri (Stroebe & Schut, 1999; 2016).
Analisis kognisi terkait konfrontasi-penghindaran
Kunci penting untuk memahami dan menentukan siapa yang
dapat dan yang tidak dapat menyesuaikan diri selepas meninggalnya
sosok yang dicintai terletak pada analisis kognisi yang terkait dengan
koping konfrontasi dan penghindaran (Stroebe & Schut, 2001b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
Analisis kognisi ini menyediakan kerangka kerja untuk mengatasi
macam-macam asumsi tentang peristiwa dukacita yang dialami.
Analisis kognisi ini melibatkan pemaknaan, asumsi, dan jenis ekspresi
oleh individu yang berduka terkait dengan penyesuaian adaptif dan
maladaptif (Stroebe & Schut, 2001a). Berikut merupakan 2 (dua)
macam analisis kognisi:
o Positive meaning (re)construction
Stroebe dan Schut (2001b) menjelaskan bahwa individu
yang cenderung berfokus untuk mencari dan menemukan makna
positif dari stres yang muncul karena dukacita yang dialaminya,
maka hal tersebut akan meningkatkan pengaruh positif pada
dirinya untuk mengurangi tekanan yang ia rasakan. Analisis
kognitif dengan membangun makna positif dari peristiwa
berdukacita yang dialami mengarah pada penyesuaian adaptif.
Berikut merupakan beberapa bentuk positive meaning
(re)construction:
- Positive reappraisal
Individu yang berduka menginterpretasi ulang peristiwa
negatif maupun netral menjadi positif (Dayez, Zech, Corn,
& Taverne, 2016). Positive reappraisal dapat juga
didefiniskan sebagai bentuk analisis kognisi dengan cara
membingkai ulang suatu situasi untuk melihatnya secara
positif (Folkman & Moskowitz, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
- Revised (constructive) goals
Dalam hal ini, analisis kognisi secara positif terjadi dengan
adanya perubahan tujuan yang bersifat membangun dan
meningkatkan kontrol terhadap diri. Individu yang berduka
merevisi tujuan hidupnya agar menjadi bermakna sehingga
hidupnya merasa terkontrol (Folkman & Moskowitz,
2000).
- Positive event interpretation
Dalam hal ini, individu yang berduka memaknai kejadian
atau peristiwa sehari-hari secara positif (Stroebe & Schut,
2001b). Mereka mensyukuri peristiwa sehari-hari, seperti
masih bisa berkumpul dengan teman-teman dan masih bisa
menghadiri acara makan malam (Folkman, 1997).
- Expressing positive affect
Dalam hal ini, individu yang berduka mengungkapkan
pikiran-pikiran dan perasaan yang positif (Stroebe & Schut,
2001b). Pengungkapan atau pengekspresian pikiran positif
dapat membantu individu yang berduka mengurangi
kesedihan yang dialaminya (Stroebe & Schut, 2001a).
o Negative meaning (re)construction
Pembentukan atau membangun makna negatif dari kejadian
berduka dapat mengarah pada penyesuaian yang maladaptif.
Individu yang cenderung merenungkan hal-hal negatif, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
pikiran atau perasaan negatif yang muncul terus-menerus
mengenai peristiwa kehilangan, harapan-harapan yang tidak
masuk akal, fokus pada kesedihan yang dialaminya, dan
menginterpretasi pengalaman kehilangan yang dialaminya
sebagai suatu hal yang negatif, maka mereka akan semakin
mengalami kesulitan untuk pulih dari dukacitanya. Selain itu,
pikiran-pikiran negatif mengenai dukacita yang dialami akan
membuat individu yang berduka lebih merasa tertekan,
mengganggu kehidupan sehari-harinya, dan menghambat atau
membuat mereka sulit untuk memecahkan masalah dengan baik.
Berikut merupakan beberapa bentuk negative meaning
(re)construction (Stroebe & Schut, 2001a; 2001b):
- Rumination
Ruminasi merupakan pemikiran berulang-ulang tentang
peristiwa negatif dan / atau emosi negatif dalam
penyesuaian untuk berkabung (Eisma & Strobe, 2017).
Individu yang melakukan ruminasi cenderung selalu
berpikir mengenai kesulitan yang dihadapi, seperti
mempertanyakan kenapa peristiwa tersebut harus terjadi
pada dirinya (Stroebe & Schut, 2001b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
- Wishful thinking
Wishful thinking merupakan harapan yang tidak masuk
akal, seperti berharap almarhum atau sosok yang telah
meninggal dapat kembali menemani atau hidup lagi.
- Revised (unconstructive) goals
Berkebalikan dengan penjelasan revised constructive goals,
revised (unconstructive) goals merupakan perubahan
tujuan yang tidak konstruktif atau tidak membangun
sehingga tidak memberikan rasa kontrol pada individu.
- Negative event intrepretation
Dalam hal ini, individu yang berduka memaknai kejadian
atau peristiwa sehari-hari secara negatif.
- Ventilating dysphoria
Ventialting dysphoria merupakan kondisi dimana individu
mengungkapkan kondisi ketidakbahagiaan dengan
mengekspesikan emosi-emosi negatif yang dirasakan,
seperti menangis (Morin, 2019).
Akan tetapi, osilasi antara efek positif dan negatif dari
dukacita juga diperlukan oleh orang yang berduka dalam
melakukan koping secara adaptif karena tidak selamanya
penilaian positif berdampak baik pada proses dukacita. Ketika
penilaian positif terjadi terus menerus, maka hal-hal yang
berhubungan dengan dukacita akan cenderung diabaikan. Sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
halnya dengan penilaian negatif yang tidak selalu berdampak
buruk pada proses dukacita. Terkadang penilaian negatif yang
terjadi secara terus-menerus bisa meningkatkan kesedihan
individu yang berduka, namun secara tidak langsung mereka
justru akan bekerja melalui kesedihan yang mereka alami dengan
melibatkan perenungan yang penting untuk berdamai dengan
dukacitanya.
Gambar 1.
Konsep Dual Process Model
(Stroebe & Schut, 2001b)
c. Efek Koping
Efek koping (coping outcomes) dikategorikan menjadi 2, yakni:
Penyesuaian adaptif (+)
Stroebe dan Schut (2001b) menjelaskan bahwa penyesuaan adaptif
ditandai dengan 2 hal yaitu (a) distres berkurang, yakni berkurangya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
atau hilangnya perasaan cemas, takut, marah dan frustasi; dan (b
dukacita menurun, artinya berkurangnya reaksi dan perasaan
kesedihan, kesepian, keputusasaan sebagai akibat dari meninggalnya
sosok yang dicintai.
Penyesuaian maladaptif (-)
Stroebe dan Schut (2001b) mengatakan bahwa individu yang berduka
yang cenderung melakukan negative meaning (re)construction, maka
mereka cenderung mengarah pada penyesuaian yang negatif.
Penyesuaian maladaptif dapat dilihat dalam 3 (tiga) macam, sebagai
berikut:
o Berpikir lebih negatif tentang situasi dan kehidupan.
Ketika individu menyesuaikan diri secara maladaptif, mereka
akan berpikir lebih negatif tentang masa lalu, sekarang, dan masa
depan. Mereka cenderung lebih banyak memikirkan kenangan
negatif dari masa lalunya, menyalahkan diri sendiri atas masalah
yang dialaminya, dan memiliki ekspetasi yang rendah tentang
kejadian positif (Nolen-Hoeksema, Wisco, & Lyubomirsky,
2008).
o Perilaku sehari-hari menjadi terganggu.
Individu yang berada pada kondisi penyesuaian maladaptif juga
kurang termotivasi mengikuti kegiatan yang meningkatkan
perasaan kesejahteraan dan memberikan rasa kontrol (Stroebe &
Schut, 2001b). Mereka yang perilaku sehari-harinya terganggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
cenderung merasa terlalu lelah dan lesu untuk keluar rumah dan
bersikap apatis (Lyubomirsky & Nolen-Hoeksema, 1993).
o Kurang efektif dalam pemecahan masalah
Dalam kondisi ini, individu cenderung berpikir pesimis sehingga
tidak mampu menyelesaikan masalah secara efektif (Nolen-
Hoeksema, Wisco, & Lyubomirsky, 2008).
D. Kerangka Konseptual
Lanjut usia, yakni individu yang berusia 60 tahun ke atas akan dihadapkan
pada beberapa peristiwa kehidupan, salah satunya adalah kematian suami.
Kematian suami pada lansia banyak terjadi pada perempuan karena perempuan
cenderung hidup lebih lama daripada laki-laki (Papalia & Feldman, 2014).
Kematian suami menghantarkan individu kepada kondisi dukacita yang
perlu dilalui. Dukacita yang dihadapi menjadikan individu mengalami beberapa
perubahan dalam hidupnya, merasakan kesedihan sehingga mereka perlu
menguasai perubahan dan melanjutkan kembali hidup. Pada saat berduka, janda
lansia perlu menghadapi beberapa hal yang dapat menjadi sumber stres bagi
mereka. Sumber stres tersebut biasanya terkait dengan hal-hal yang
mengingatkan mereka dengan almarhum dan hal-hal yang berkaitan dengan
tugas, peran baru selepas kematian suami. Dukacita yang terjadi pada dasarnya
menghadapkan mereka pada dua kategori stresor setelah kematian orang yang
dicintai yaitu stresor yang berorientasi pada kehilangan (loss-oriented stressor)
dan tugas-tugas restorasi (restoration-oriented stressor). Individu yang berduka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
biasanya mengatasi hal tersebut dengan proses dinamis yang disebut osilasi
(osilliation) yakni konfrontasi dan penghindaran, namun terkadang juga
mengambil waktu untuk beristirahat dari dukacita tersebut (Stroebe, & Schut,
1999, 2001a, 2001b, 2010, 2016). Ketika individu yang berduka cenderung
untuk melakukan konfrontasi (confrontation) pada aspek-aspek positif dan
melakukan penghindaran (avoidance) pada aspek-aspek negatif dari peristiwa
dukacita yang dialaminya, maka hal tersebut akan membantu mereka berdamai
dengan dukacita atau pulih dari dukacita. Akan tetapi, jika mereka cenderung
melakukan konfrontasi (confrontation) pada aspek-aspek negatif dan justru
melakukan penghindaran (avoidance) pada aspek-aspek positif yang muncul
selama proses dukacita, maka hal tersebut akan membuat mereka terhanyut
dalam kesedihan yang dialami sehingga mereka tidak lekas pulih dari dukacita.
Selain itu, untuk mampu menyesuaikan diri secara adaptif maupun maldaptif
atas dukacita yang dialami, janda lansia perlu melakukan pemaknaan atau
analisis kognisi yang terkait dengan koping konfrontasi (confrontation) –
penghindaran (avoidance) (Stroebe & Schut, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
Gambar 2.
Skema Kerangka Konseptual
Lanjut Usia
Dihadapkan pada kematian suami (khususnya terjadi pada
lansia perempuan)
Dukacita
Loss oriented
Restoration
oriented
konfrontasi penghindaran
OSILASI
Mengambil waktu istirahat
Adaptive (+)
*Distress berkurang
*Dukacita menurun
Maladaptive (-)
*Berpikir lebih negatif tentang situasi
dan kehidupan.
* Perilaku sehari-hari menjadi terganggu.
* Kurang efektif dalam pemecahan
masalah.
ANALISIS KOGNISI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual, peneliti menyusun pertanyaan
penelitian menjadi dua macam, yaitu pertanyaan utama dan beberapa sub
pertanyaan, sebagai berikut:
1. Pertanyaan utama : Bagaimana pengalaman dukacita janda lansia yang
menjanda karena kematian suami?
2. Sub pertanyaan, yakni beberapa pertanyaan yang mengarahkan pada
pertanyaan utama penelitian. Sub pertanyaan pada penelitian ini yaitu :
Apa saja stresor yang dialami terkait dukacita? Pertanyaan tersebut terkait
(a) stresor yang berkaitan dengan ingatan dan kenangan akan almarhum
suami dan (b) stresor yang berkaitan dengan tugas-tugas yang perlu
dilakukan tanpa adanya almarhum suami.
Bagaimana dinamika penyesuaian atau adaptasi yang dilakukan oleh janda
lansia terkait stresor-stresor yang dialami terkait dukacita? Pertanyaan
tersebut terkait (a) Apa saja yang dilakukan janda lansia untuk mengatasi
stresor yang dialami? dan (b) Bagaimana efek dari koping yang dialami
atau dirasakan oleh janda lansia?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Mengingat bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman
dukacita janda lansia karena kematian pasangan, maka penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Meolong (2009) menjelaskan
penelitian kualitatif adalah penelitan yang digunakan untuk memahami
fenomena mengenai hal-hal yang dilakukan partisipan, seperti perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain yang mana penelitian dilakukan secara
holistik dan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
khusus yang alamiah serta memanfaatkan berbagai metode alamiah. Selain itu,
Meolong (2009) juga menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menggunakan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,
pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang.
Herdiansyah (2015) mengatakan bahwa penelitian kualitatif dapat memberi
gambaran yang sebenarnya dari suatu peristiwa atau pengalaman hidup
seseorang secara apa adanya.
Desain penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif (AIK) dengan
pendekatan deduktif: analisis isi terarah yang bertujuan untuk menguji kembali
suatu suatu teori tertentu mengenai suatu fenomena dengan menggunakan
kelompok subjek yang baru (Supratiknya, 2015). Penelitian ini mencoba untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
mengeksplorasi dan memahami pengalaman dukacita yang dialami partisipan
dengan menggunakan sebuah konsep yang yaitu Dual Process Model.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pengalaman dukacita janda lansia karena
kematian pasangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari selama minimal dua
tahun setelah kematian suami. Pengalaman dukacita janda lansia meliputi
stresor-stresor yang muncul, koping atau cara penanggulangan yang dilakukan,
dan efek yang dirasakan partisipan. Pengalaman dari masing-masing partisipan
akan diidentifikasi dengan menggunakan kode yang didasarkan pada sebuah
konsep atau teori (Hsieh & Shannon, dalam Supratiknya, 2015). Konsep atau
teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori Dual Process Model
(Stroebe & Schut, 1999, 2001a, 2001b, 2010, 2016).
C. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan beberapa kriteria
tertentu dengan menggunakan metode purposive sampling, yakni dengan teknik
criterion sampling yang mana pemilihan partisipan didasarkan pada beberapa
kriteria penting untuk memastikan bahwa partisipan yang dipilih cenderung kaya
akan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian (Patton, 2002). Berikut
merupakan beberapa kriteria partisipan penelitian:
Pertama, partisipan penelitian yang dipilih adalah janda lansia karena
kematian pasangan yang berdomisili di Yogyakarta. Janda lansia tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
berusia 60 tahun ke atas yang tinggal bersama dengan anak atau cucu di rumah.
Pemilihan partisipan yang masih tinggal bersama anggota keluarganya
dilakukan untuk mengantisipasi munculnya efek buruk bagi partisipan sebagai
akibat dari wawancara mengingat bahwa peran dukungan sosial khususnya dari
keluarga diperlukan oleh janda lansia. Stylianos dan Vachon (2003) mengatakan
bahwa harus ada keseimbangan antara dukungan sosial dan ancaman yang
dirasakan sebagai akibat dari situasi tertentu. Sable (1991) juga mengatakan
bahwa janda lansia yang merasa sendiri dan tidak mendapat dukungan sosial
akan merasa takut dan kesepian.
Kedua, partisipan dipilih dengan latar belakang suami meninggal karena
penyakit tidak menular. Hal tersebut didasarkan pada hasil survei Kementrian
Kesehatan RI yang menunjukkan bahwa penyebab kematian lanjut usia semakin
meningkat dan disebabkan karena terserang penyakit tidak menular, seperti
hipertensi, artritis, stroke, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), diabetes
mellitus, dan lain-lain (Pusdatin Kemenkes RI, 2012, 2013, & 2016)
Ketiga, partisipan dipilih dengan ketentuan telah menjanda minimal dua
tahun. Rentang waktu menjanda ditentukan karena dukacita normal biasanya
berlangsung tiga bulan hingga satu tahun setelah kematian orang yang dicintai
(Wiryasapurta, 2013). Individu yang berduka kondisinya akan kembali membaik
pada dua tahun setelah kematian pasangan (Hofer, Wolff, Freidman, & Manson,
dalam Osterweis, Solomon, & Green, 1984). Pemilihan partisipan dengan proses
dukacita yang sudah membaik dilakukan untuk meminimalisir risiko yang dapat
mengganggu kesejahteraan diri partisipan. Mengingat bahwa dalam penelitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
ini, partisipan diminta untuk mengingat dan menceritakan kembali ingatan akan
pengalaman dukacita akibat kematian suami. Selain itu, Richardson dan
Balaswamy (dalam Bennet & Soulsby, 2012) mengatakan bahwa Dual Process
Model akan tepat digunakan pada individu berduka dengan ketentuan menjanda
minimal dua tahun pasca kematian pasangan.
D. Peran Peneliti
Peneliti akan berperan sebagai instrumen kunci, yakni peneliti akan turun
langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dengan cara mewawancarai
partisipan. Peneliti juga akan menganalisis, menginterpretasi, dan
mengorganisasikan data yang telah diperoleh menjadi satu kesatuan sesuai
dengan tema-tema yang disesuaikan dengan teori atau konsep yang dipakai oleh
peneliti (Supratiknya, 2015).
Dalam penelitian ini, peneliti akan turun langsung mencari partisipan yang
sesuai dengan kriteria penelitian yakni dengan mencari informasi dan
mendatangi masing-masing partisipan untuk bertanya mengenai identitas
partisipan, lama suami meninggal, dan penyebab suami meninggal. Setelah itu,
peneliti juga akan melakukan pendekatan kepada partisipan dengan datang ke
rumah masing-masing partisipan sekurang-kurangnya dua kali dan berbincang-
bicang atau sekedar mendengarkan cerita-cerita partisipan. Hal tersebut peneliti
lakukan agar terjalin hubungan yang baik dengan partisipan sehingga ketika
wawancara dilaksanakan, sudah terjalin kedekatan dan partisipan dapat bercerita
secara terbuka kepada peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
E. Refleksivitas Peneliti
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang cukup
sensitif bagi sebagaian orang, bahkan mungkin bagi partisipan. Mengingat
bahwa wawancara mengenai pengalaman dukacita memungkinkan partisipan
teringat kembali akan almarhum suami sehingga dapat memunculkan perasaan
tertentu seperti kesedihan, sedangkan peneliti belum cukup memiliki
kemampuan yang memadai untuk memahami partisipan secara utuh. Hal itu
mungkin akan membuat peneliti mengalami kesulitan untuk memberikan
perlakuan pertama jika tiba-tiba partisipan menangis tersedu-sedu. Oleh karena
itu, peneliti akan belajar bersama salah satu dosen yang mengenai cara-cara
untuk menenangkan partisipan yang mengalami kesedihan akibat munculnya
kembali ingatan almarhum suami.
Selain itu, mengingat bahwa peneliti belum memiliki cukup pengalaman
dengan lansia memungkinkan peneliti mengalami ketidaktepatan dalam
merespon setiap jawaban dan perilaku partisipan sehingga hal itu mungkin dapat
membuat partisipan tidak nyaman selama wawancara. Oleh karena itu, peneliti
akan belajar bersabar dalam menghadapi dan merespon lansia selama proses
wawacara agar tetap terjalin hubungan yang baik antara peneliti dengan
partisipan. Peneliti yakin bahwa tidak akan ada bias yang terjadi selama proses
pengolahan data karena peneliti sama sekali belum memiliki pengalaman terkait
dukacita akibat kematian pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
F. Prosedur Penelitian
Mengingat bahwa penelitian ini berkaitan dengan isu-isu etis seperti yang
tertulis dalam Kode Etik Psikologi Indonesia, HIMPSI yakni pasal 12 ayat 3
mengenai pemberian layanan psikologi dalam keadaan darurat dan pasal 15
mengenai penghindaran dampak buruk. Oleh karena itu, peneliti akan
melakukan beberapa prosedur penelitian untuk menjamin kesejahteraan klien
dan sebagai pertanggungjawaban etika, sebagai berikut:
Pertama, peneliti akan memberikan informed consent dengan partisipan
sehingga partisipan dapat mengetahui tema penelitian, kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan selama pengambilan data, dan efek-efek yang mungkin akan
muncul selama kegiatan berlangsung. Kedua, peneliti akan memastikan kondisi
partisipan sebelum dilakukannya wawancara dengan cara membagikan skala
depresi (Beck Depression Inventory-II) dan meminta partisipan untuk
mengisinya. Peneliti akan melanjutkan ke tahap wawancara jika diperoleh hasil
BDI ≤17 (sama dengan atau lebih kecil dari tujuh belas) karena hal tersebut
menunjukkan bahwa partisipan tidak berada pada kategori depresi. Peneliti tidak
akan atau tidak melakukan wawancara jika diperoleh hasil skala BDI >17 (lebih
dari tujuh belas), artinya partisipan berada pada kategori depresi ringan atau
bahkan depresi berat. Peneliti hanya akan memilih partisipan dengan hasil skala
BDI ≤17 (sama dengan atau lebih kecil dari tujuh belas) untuk diwawancara
dengan tujuan untuk mengurangi efek negatif yang mungkin akan muncul
sebagai akibat dari wawancara, mengingat bahwa wawancara yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
dilakukan mungkin akan berdampak pada perasaan tidak nyaman, munculnya
kesedihan.
Ketiga, peneliti akan melakukan latihan relaksasi dibantu oleh ahli
mindfulness dengan tujuan agar peneliti dapat mengetahui dan memberikan
pertolongan pertama pada partisipan ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
selama pengambilan data. Selain itu, peneliti juga akan mencari seorang
psikolog yang siap sedia dihubungi kapan saja ketika peneliti tidak mampu
memberikan pertolongan pada partisipan pada saat proses pengambilan data.
Keempat, peneliti akan memberikan latihan relaksasi kepada partisipan di
setiap akhir sesi wawancara. Relaksasi dilakukan dengan menggunakan panduan
dan rekaman dari salah satu ahli mindfulness. Selain itu, agar panduan relaksasi
yang diberikan juga memenuhi standar.
Kelima, peneliti juga akan meminta partisipan untuk mengisi kembali
skala BDI-II pada 2-3 minggu pasca pengambilan data guna memastikan kondisi
partisipan baik-baik saja setelah mengikuti sesi wawancara sebagai proses
pengambilan data. Ketika hasil skala partisipan menunjukkan cut-off point lebih
dari 17 maka peneliti akan menyediakan pertemuan konseling sebanyak
maksimal 2 (dua) kali dengan psikolog. Akan tetapi jika hasil skala partisipan
menunjukkan bahwa kondisi partisipan baik-baik saja, peneliti tetap akan
membagikan leaflet mengenai kesedihan dan depresi dengan tujuan agar
partisipan dapat berlatih ketika mereka memiliki perasaan tidak nyaman setelah
dilakukannya wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
G. Metode Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode wawancara
semi terstruktur. Smith (2009) mengatakan bahwa wawancara semi terstruktur
memungkinkan peneliti dan partisipan berdialog bersama dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Akan tetapi, peneliti
dapat memodifikasi pertanyaan menurut jawaban partisipan. Wawancara semi
terstruktur memungkinkan peneliti untuk memperdalam jawaban partisipan
sehingga partisipan diberikan kesempatan untuk menyampaikan ceritanya secara
detail.
Peneliti membuat pedoman wawancara yang menjadi acuan peneliti dalam
bertanya sesuai dengan topik. Pedoman tersebut juga digunakan agar selama
proses pengambilan data, peneliti tetap dapat mengendalikan jalannya
wawancara sehingga pertanyaan yang diajukan tidak menyimpang dari topik
penelitian. Peneliti juga menggunakan recorder handphone untuk merekam
seluruh jawaban partisipan selama proses wawancara. Recorder handphone
membantu peneliti dalam mengingat seluruh jawaban partisipan yang akan
digunakan sebagai verbatim atau data tertulis. Kemudian, peneliti akan
mengkoding data tertulis tersebut sesuai dengan tema-tema yang telah ada.
Tabel 1. Pertanyaan Wawancara
Pertanyaan Pendahuluan
No Pertanyaan No Pertanyaan
1. Bagaimana kabar nenek? 4. Nenek tinggal dengan siapa saat
ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
2. Apa saja kesibukan nenek
akhir-akhir ini?
5. Bagaimana hubungan nenek
dengan almarhum suami nenek
dulunya?
- Apa saja yang biasanya
nenek lakukan dengan suami
nenek dulunya?
3. Berapa usia nenek saat ini? 6. Menurut nenek, bagaimana
sosok almarhum suami nenek?
Pertanyaan Utama
No Aspek Pertanyaan
1. Latar belakang suami
meninggal
Bagaimana kronologi kematian
almarhum suami?
- Berapa usia nenek saat suami
meninggal?
- Apa yang menyebabkan suami
meninggal?
2. Stresor yang muncul
selama proses dukacita
Setelah suami meninggal, mungkin bisa
nenek ceritakan kondisi atau keadaan
nenek sehari-hari itu seperti apa?
- Coba nenek ceritakan apa saja yang
nenek alami selama 1 tahun pertama
setelah kematian suami nenek.
- Lalu, setelah 1 tahun kematian suami
hingga saat ini apa saja yang nenek
alami? Coba nenek ceritakan.
Strategi Koping
(Osiliasi)
Apa yang biasanya nenek lakukan untuk
mengatasi masing-masing kesulitan
tersebut? Coba ceritakan nek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
- Bagaimana cara nenek mengatasi
kesulitan yang nenek alami selama 1
tahun pertama setelah kematian suami
nenek (kesulitan yang diceritakan
oleh partisipan)?
- Tadi nenek juga bercerita mengenai
kesulitan yang nenek alami setelah 1
tahun hingga saat ini. Lalu, apa yang
nenek lakukan untuk mengatasi
kesulitan yang telah nenek ceritakan
tersebut?
Efek dari koping Apa saja yang nenek alami setelah
melakukan hal-hal tersebut? Coba nenek
ceritakan masing-masing bagiannya.
3. Loss-oriented stressor Nek, ada beberapa orang yang suaminya
meninggal seperti nenek, mereka sering
teringat, ada yang kadang-kadang
teringat, bahkan ada yang mungkin
jarang sekali teringat tentang suaminya.
Lalu, bagaimana dengan nenek?
- Apa saja yang biasanya membuat
nenek teringat dengan alm. suami?
Coba nenek ceritakan.
- Apakah hanya itu saja atau ada yang
lain yang membuat nenek teringat
dengan alm. suami?
Strategi Koping
(Osiliasi)
Lalu pada saat itu terjadi, apa yang nenek
lakukan untuk mengatasi kesulitan
tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
- Ada hal lain yang nenek lakukan tidak
pada saat itu?
Efek dari koping Nenek tadi bercerita saat nenek teringat
akan alm. suami, nenek melakukan
(koping sesuai jawaban partisipan),
setelah melakukan itu apa yang terjadi?
- Pada saat itu, apa yang nenek rasakan
dan pikirkan setelah melakukan hal
tersebut?
- Ada hal-hal lain yang nenek alami
tidak setelah melakukan hal itu?
4. Restoration-oriented
stressor
Apakah ada hal-hal yang membuat nenek
merasa berat menjalani kehidupan
setelah suami meninggal selain ingatan
tentang almarhum suami? Coba ceritakan
nek.
Perubahan praktis - Bisakah nenek menceritakan tentang
perekonomian saat masih ada kakek
dan setelah tidak ada kakek?
- Apa perasaan nenek ketika itu terjadi?
- Nek, tadi nenek bercerita mengenai
hal-hal yang biasanya nenek lakukan
dengan kakek (sesuai jawaban
berdasarkan pertanyaan pendahuluan
nomor 5), lalu setelah kakek tidak ada
nenek masih melakukannya atau
tidak?
- Dulu kakek melakukan apa saja saat di
rumah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
47
- Lalu setelah kakek meninggal
bagaimana nek?
Stresor interpersonal - Bisakah nenek ceritakan bagaimana
hubungan nenek dengan anggota
keluarga yang lain sebelum kakek
meninggal? Coba ceritakan nek.
- Lalu sekarang ini bagaimana
hubungannya?
- Menurut nenek sendiri ada perbedaan
tidak?
- Sebelum kakek meninggal,
bagaimana kegiatan nenek di luar atau
di sekitar lingkungan?
- Apakah itu masih berlangsung
sekarang?
Stresor yang berkaitan
dengan pengambilan
keputusan
- Dulu ketika ingin atau harus
memutuskan sesuatu, apa yang
dilakukan nenek?
- Apakah itu dilakukan untuk setiap hal
atau hanya hal-hal yang penting saja?
- Lalu biasanya berdiskusi dengan
kakek atau tidak?
- Kalau sekarang bagaimana saat nenek
ingin memutuskan sesuatu, mengingat
bahwa kakek sudah tidak ada?
Strategi Koping
(Osiliasi)
Lalu pada saat itu terjadi, apa yang nenek
lak