pengalaman dukacita pada janda lansia ...janda lansia yang ditinggal meninggal pasangannya akan...

173
PENGALAMAN DUKACITA PADA JANDA LANSIA KARENA KEMATIAN SUAMI: PENDEKATAN DUAL PROCESS MODEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Elisabeth Dina Laksmiwati 149114009 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 18-Feb-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGALAMAN DUKACITA PADA JANDA LANSIA KARENA

    KEMATIAN SUAMI: PENDEKATAN DUAL PROCESS MODEL

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun oleh:

    Elisabeth Dina Laksmiwati

    149114009

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2020

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    “The mind is everything. What you think you become”

    -Buddha

    “Sebab itu jangan lah kamu khawatir akan hari esok, karena hari esok

    mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk

    sehari”

    -Matius 6:34

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Hasil perjuangan, tangis, dan keringat ini ku persembahkan bagi:

    Tuhan Yesus Kristus, pemilik diri ini yang selalu ada dalam setiap langkah

    keputusan dan keseharianku menjalani hidup yang terkadang terasa sangat

    melelahkan.

    Papa & Mama, kedua sosok yang senantiasa memberikan kepercayaan pada anak

    bungsunya untuk menyelesaikan kewajibannya sebagai mahasiswi.

    Emanuel Dina Prasetyawan, kakak kandung satu-satunya yang senantiasa

    menguatkan adiknya untuk tetap bersemangat.

    Kowiyah, simbok yang sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri dan

    mengasuhku hingga berumur 21 tahun.

    Universitas Sanata Dharma, tempat yang memberikan aku kesempatan

    berkembang di tengah-tengah keberagaman dan memberikanku pengalaman

    kehidupan yang luar biasa.

    Sahabat-sahabat tercinta, pribadi-pribadi yang mengajarkanku arti kasih sayang

    dengan tulus dan mengajariku arti memaafkan yang sesungguhnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PENGALAMAN DUKACITA PADA JANDA LANSIA KARENA

    KEMATIAN SUAMI: PENDEKATAN DUAL PROCESS MODEL

    Elisabeth Dina Laksmiwati

    ABSTRAK

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memberikan

    bukti empiris mengenai konsep Dual Process Model yang meliputi stresor, koping,

    dan efek koping atas peristiwa berdukacita dengan cara mengeksplorasi

    pengalaman dukacita janda lansia karena kematian suami. Partisipan dalam

    penelitian ini adalah 4 orang janda lansia yang sudah menjanda 2 hingga 4 tahun

    dan tidak tinggal sendiri di rumah. Pengambilan data dilakukan dengan metode

    wawancara semi terstruktur. Analisis data dilakukan dengan metode Analisis Isi

    Kualitatif (AIK) deduktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa

    komponen dual process model yang terbukti secara empiris, antara lain (a) janda

    lansia mengalami 2 macam stresor (loss oriented stressor dan restoration oriented

    stressor), (b) dilakukannya koping untuk mengatasi berbagai stresor, seperti

    konfrontasi-penghindaran dan terkadang mengambil waktu istirahat, (c) adanya

    efek koping adaptif maupun maladaptif yang dipengaruhi oleh jenis koping dan

    analisis kognisi. Penelitian ini juga menemukan bahwa ternyata spiritualitas dapat

    menjadi faktor yang mempengaruhi penyesuaian individu terhadap stresor-stresor

    yang muncul selama dukacita.

    Kata kunci: Dual process model, dukacita, janda lansia

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    EXPERIENCE OF GRIEF AMONG ELDERLY WIDOWS:

    DUAL PROCESS MODEL APPROACH

    Elisabeth Dina Laksmiwati

    ABSTRACT

    This study is qualitative research which aims to give an empirical evidence of Dual

    Process Model approach including stressors, coping stress, and coping effects from

    grieving experience of spouse death. Participants in this study were four elderly

    widows who are widowed for 2 to 4 years and didn’t live alone at home. The data

    was collected by using semi structured interviews method. Data was analyzed by

    deductive qualitative content analysis method. The results of this study showed

    some empirical evidence of Dual Process Model’s components, such as (a) elderly

    widows have 2 stressor (loss oriented stressor & restoration oriented stressor), (b)

    there are copings to deal with a number of stressors such as confrontation-

    avoidance and sometimes take time-off from stressors, and (c) there are coping

    effects are adaptive and maladaptive which affected by coping types and cognition

    analysis. These results also found that spirituality can be one of factor that

    influences an individual’s adjusment to stessors which arise during times of grief.

    Keywords: Dual process model, grief, elderly widow

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya,

    peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pengalaman Dukacita pada

    Janda Lansia karena Kematian Suami: Pendekatan Dual Process Model untuk

    diajukan sebagai salah satu syarat dalam mendapatkan gelar sarjana dari Fakultas

    Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

    Penelitian ini dapat terselesaikan dengan adanya campur tangan banyak

    pihak. Oleh karena itu, ijinkan peneliti untuk mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Pemilik hidup, Tuhan Yang Maha Esa. Memberikan kesempatan hidup

    yang luar biasa. Membiarkan saya belajar mengenai indahnya hidup

    bersama-Nya dan mengajarkan saya untuk selalu bekerja bersama-Nya.

    2. Para partisipan penelitian yang telah bersedia untuk berbagi kisah bagi

    terlaksananya penelitian ini. Terimakasih telah memberikan kepercayaan

    dan kesempatan kepada peneliti untuk lebih memahami pengalaman

    dukacita yang dialami.

    3. Romo Priyono Marwan, S. J. yang telah menjadi Dosen Pembimbing

    Akademik saya sedari semester satu hingga semester enam. Terimakasih

    atas perhatian dan waktu yang diberikan dalam proses akademik saya.

    Terimakasih karena telah meluangkan waktu untuk mendengarkan

    beberapa keluh kesah saya dan menguatkan saya ketika saya merasa kecil

    dan terjatuh karena ketakutan saya sendiri.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    4. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing

    Akademik saya sedari semester tujuh hingga selesainya skripsi ini.

    Terimakasih atas senyuman yang selalu tampak ketika saya berjumpa

    dengan Bapak.

    5. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya yang

    telah bersedia dan sabar membimbing saya hingga penelitian ini selesai.

    Terimakasih atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu diberikan kepada

    saya untuk membuat saya lebih paham akan penelitian saya. Terimakasih

    untuk segala proses skripsi ini sehingga saya sadar bahwa saya harus

    menentukan prioritas dalam kehidupan ini dan membentuk saya menjadi

    pribadi yang tahan banting.

    6. Ibu Maria Laksmi Anantasari, M.Psi., selaku mantan Dosen Pembimbing

    Skripsi saya yang dengan sabar mendampingi dan menguatkan saya

    ketika saya terjatuh kala itu. Terimakasih telah menyadarkan saya untuk

    kembali kepada Pencipta dan Pemilik hidup saya. Terimakasih untuk

    senyum dan perhatian yang diberikan ketika berjumpa dengan saya,

    sungguh amat sangat membuat saya tenang.

    7. Mama, Papa yang sudah berjuang dan bekerja agar anaknya dapat

    menyelesaikan studi. Terimakasih untuk doa yang selalu dipanjatkan

    setiap waktu, kesabaran yang tak henti-henti selama menemani proses

    skripsi ini. Ku tahu bahwa prosesku memang lama, namun terima kasih

    telah memberikan kepercayaan bahwa aku dapat menyelesaikan

    kewajibankku sebagai mahasiswa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    8. Kakak yang jauh di Jakarta, terimakasih sudah mau mendengarkan

    curhatan dan keluh kesah mengenai penulisan skripsi ini.

    9. Chiko, anjing tercintaku yang sangat lucu dan menggemaskan,

    Terimakasih telah hadir dalam hidupku, memberi warna baru dalam

    kehidupanku, membuat diriku tersenyum di setiap pagi yang mungkin

    sebelumnya tidak selalu terjadi pada diri ini. Bersyukur sekali setiap

    malam ketika mengerjakan skripsi selalu ditemani dirimu. Terimakasih

    telah mengajari arti dari cinta dan kasih sayang tanpa syarat.

    10. Bagi sahabatku Maria Yosephin, terimakasih telah menemaniku mulai

    dari menjadi maba hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan skripsi ini.

    11. Bagi sahabat tercintaku Pande Ayu Sawitri Dewi, terimakasih selalu

    menerimaku apa adanya, baik sifat dan sikap positif maupun negatifku.

    Terimakasih untuk kebersamaan yang terjalin selama masa perkuliahan,

    semangat dan motivasi yang selalu diberikan ketika aku terjatuh dan

    terpuruk.

    12. Michael Adhykusuma K., selaku teman baikku yang selalu mentransfer

    energi positifnya bagiku. Terimakasih atas kehadiran yang benar-benar

    utuh ketika aku terpuruk dan ingin melarikan diri dari kehidupan ini.

    Tetap semangat bagi kita ya. Terimakasih beribu terimakasih Mike.

    13. Alexander Krishnanda, selaku teman belajar, skripsi, sekaligus teman

    curhatku. Terimakasih Krishna sudah mau berjuang bersama.

    14. Theresia Resty, terimakasih sudah mau menemaniku dan memberiku

    petunjuk ketika aku terpuruk dan ingin melepas skripsi ini. Terimakasih

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

    HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

    ABSTRAK ............................................................................................................ vii

    ABSTRACT ......................................................................................................... viii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

    B. Rumusan masalah .......................................................................................... 9

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10

    D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10

    BAB II ................................................................................................................... 12

    A. Dukacita (Grief) ........................................................................................... 12

    1. Pengertian Dukacita (Grief) .................................................................... 12

    2. Fase Dukacita .......................................................................................... 12

    B. Lanjut Usia................................................................................................... 14

    1. Pengertian Lanjut Usia ............................................................................ 14

    2. Dukacita pada Lanjut Usia ...................................................................... 15

    C. Dual Process Model .................................................................................... 16

    1. Pengertian Dual Process Model .............................................................. 16

    2. Komponen-komponen Dual Process Model ........................................... 18

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    D. Kerangka Konseptual................................................................................... 32

    E. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 35

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 36

    A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 36

    B. Fokus Penelitian........................................................................................... 37

    C. Partisipan Penelitian .................................................................................... 37

    D. Peran Peneliti ............................................................................................... 39

    E. Refleksivitas Peneliti ................................................................................... 40

    F. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 41

    G. Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 43

    H. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 50

    I. Metode Analisis Data .................................................................................. 51

    J. Kredibilitas dan Dependabilitas Penelitian .................................................. 52

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 54

    A. Pelaksanaan Penelitian................................................................................. 54

    B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara ..................... 56

    1. Partisipan 1 (P1) ...................................................................................... 56

    2. Partisipan 2 (P2) ...................................................................................... 58

    3. Partisipan 3 (P3) ...................................................................................... 60

    4. Partisipan 4 (P4) ...................................................................................... 61

    C. Hasil Penelitian ............................................................................................ 63

    1. Stresor ..................................................................................................... 63

    2. Koping atau Osilasi ................................................................................. 73

    3. Efek Koping (Outcomes Oscillation)...................................................... 91

    D. Dinamika Pengalaman Dukacita Janda Lansia karena Kematian Suami .... 97

    1. Partisipan 1, 2 dan 3 (P1, P2, dan P3) ..................................................... 97

    2. Partisipan 4 (P4) .................................................................................... 103

    E. Pembahasan ............................................................................................... 105

    1. Stresor ................................................................................................... 106

    2. Koping dan efek koping ........................................................................ 109

    3. Osilasi ................................................................................................... 116

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    4. Perbedaan dinamika dukacita antara partisipan 1, 2, dan 3 (P1, P2, dan P3)

    dengan partisipan 4 (P4). ...................................................................... 118

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 122

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 122

    B. Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian ..................................................... 124

    C. Saran .......................................................................................................... 125

    1. Bagi Janda Lansia ................................................................................. 125

    2. Bagi peneliti selanjutnya ....................................................................... 126

    3. Bagi praktisi atau psikolog.................................................................... 127

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 128

    LAMPIRAN ........................................................................................................ 135

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Pertanyaan Wawancara .......................................................................... 43

    Tabel 2. Kegiatan, Waktu, dan Lokasi Pelaksanaan Pengambilan Data ............... 55

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Konsep Dual Process Model ............................................................... 30

    Gambar 2. Skema Kerangka Konseptual .............................................................. 34

    Gambar 3. Skema Hasil Penelitian Pengalaman Dukacita P1, P2, dan P3 ......... 102

    Gambar 4. Skema Hasil Penelitian Pengalaman Dukacita P4 ............................ 105

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Informed Consent ........................................................................... 136

    Lampiran 2. Coding Book ................................................................................... 141

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Peristiwa kematian khususnya kematian orang yang dicintai merupakan

    salah satu peristiwa yang menimbulkan bekas luka pada individu yang

    ditinggalkan dan bahkan dapat memengaruhi kehidupan individu di masa

    mendatang. Peristiwa kematian dapat terjadi pada setiap orang, seperti anak,

    orangtua, dan bahkan pasangan. Kematian pasangan pada umumnya terjadi pada

    individu dewasa dan lanjut usia (lansia). Kematian lansia di Indonesia cenderung

    lebih banyak terjadi pada laki-laki. Pusdatin Kemenkes RI (2016) menunjukkan

    bahwa lansia perempuan lebih banyak yang berstatus cerai mati (56,04%),

    sedangkan lansia laki-laki lebih banyak dengan status menikah (82,84%). Hal

    tersebut terjadi karena laki-laki yang bercerai umumnya segera menikah lagi.

    Janda lansia yang ditinggal meninggal pasangannya akan dihadapkan pada

    dukacita yang membawa mereka pada perubahan terkait kehidupan sehari-hari,

    peran dalam keluarga serta sosial (Liebman, 2001). Hasil penelitian dari Bennet,

    Gibbons, dan Mackenzie-Smith (2010) menunjukkan bahwa masalah keuangan

    merupakan salah satu perubahan yang menantang dan menimbulkan kecemasan

    bagi janda lansia. Perubahan perekonomian keluarga yang terjadi bertahun-

    tahun setelah kematian pasangan memengaruhi kesehatan fisik dan psikologis

    janda lansia (DiGiacomo, Lewis, Phillips, Nolan, & Davidson, 2015). Lukas et

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    al. (dalam Papalia & Feldman, 2014) menyatakan bahwa janda lansia tidak

    hanya kehilangan sosok pasangan namun juga kehilangan peran sentral.

    Buglass (2010) mengatakan bahwa dukacita merupakan respon alami

    manusia terhadap adanya perpisahan dan bahkan kehilangan orang yang dicintai.

    Dalam artikel Grief Support Guide: How to Truly Support Yourself and Others

    at a Time of Grief (n.d.) menjelaskan bahwa dukacita adalah reaksi atau respon

    emosional atas kehilangan. Dukacita juga ditunjukkan dengan beberapa tanda

    seperti kesedihan, penolakan, rasa bersalah, ketidaknyamanan secara fisik, dan

    sulit tidur.

    Liebman (2001) menyatakan awalnya dukacita memang menyakitkan bagi

    individu, namun akan membaik seiring berjalannya waktu. Selain itu,

    Wiryasaputra (2003) juga mengatakan bahwa individu yang berduka akan

    berdamai dengan dukacita yang dialaminya setelah satu tahun setelah kematian

    orang yang dicintainya. Bennet, et al. (2010) menemukan bahwa beberapa janda

    lansia yang berduka merasa bahwa mereka dapat mengatasi dukacitanya dengan

    belajar melakukan pekerjaan sukarela. Selain itu, janda lansia yang berduka juga

    mengatakan bahwa mereka merasa selamat ketika mereka mengatasi

    dukacitanya dengan cara mengalihkan rasa cintanya kepada cucunya yang lahir

    dan mengikuti beberapa kegiatan baru.

    Berkaitan dengan hal di atas, beberapa penelitian yang telah dilakukan

    justru menunjukkan bahwa dukacita akibat kematian pasangan menimbulkan

    kesedihan yang mendalam dan cukup lama pada janda lansia (Sable, 1991; Naef,

    Ward, Imhof, & Grande, 2013). Selain itu, bahkan ada janda lansia yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    mengalami depresi akibat kematian suami setelah lima tahun menjanda

    (Ghesquiere, Shear, & Duan, 2013). Janda lansia masih terus berbicara, berpikir

    akan almarhum pasangan mereka bahkan sampai sepuluh tahun pasca kematian

    pasangan. Setidaknya sebulan sekali, janda membicarakan almarhum pasangan

    mereka dan terkadang mereka merasa kesal akan hal tersebut (Caenelley et al.,

    2006). Janda lansia mengalami kesulitan terkait jam tidur, makan, dan terkait

    hari peringatan pernikahan. Mereka juga dihadapkan pada tantangan yang

    berkaitan dengan waktu luang (Anderson & Dimond, 1995; Brabant, Porsyth, &

    Melancon, 1992; Holtslander & Duggleby, 2010; Steeves, 2005, dalam Naef,

    Ward, Imhof, & Grande, 2013).

    Peneliti melakukan wawancara singkat dengan dua janda lansia berusia 60

    hingga 70 tahun di Yogyakarta pada bulan Juli 2018. Salah satu janda lansia

    menunjukkan bahwa ia masih merasa sedih selama beberapa bulan terakhir,

    meskipun telah menjada kurang lebih dua tahun. Janda tersebut bercerita

    mengenai almarhum pasangannya dengan meneteskan air mata.

    “Ya merasa kehilangan semuanya juga. Nah dulu berdua terus

    sendiri itu kan mbak ya. Sebulan lebih, ya hampir tiga bulanan.

    Soalnya saya terus ke Gereja tapi di Gereja juga nangis,

    biasanya kan berdua.” –(Janda lansia, 63th).

    Dukacita karena kematian orang yang dicintai dapat berdampak buruk bagi

    lansia. Stroebe, Schut, dan Stroebe (dalam Papalia & Feldman, 2014)

    menyatakan bahwa dukacita dapat merusak sistem kekebalan tubuh,

    menyebabkan sakit kepala, pusing, gangguan pencernaan, atau bahkan nyeri

    dada. Dukacita juga dapat menyebabkan masalah memori, kehilangan nafsu

    makan, kesulitan berkonsentrasi, meningkatkan resiko kecemasan, insomnia,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    dan bahkan disfungsi sosial. Buckley et al.; Fiske et al.; Shahar, Schultz (dalam

    Millic et al., 2017) mengatakan bahwa janda lansia yang berduka memiliki

    gangguan sistem kekebalan tubuh, depresi, kondisi yang kronis. Vitlic, Khanfer,

    Lord, Caroll, dan Anna (2014) membandingkan efek kematian pasangan pada

    janda lansia dan janda dewasa awal, menjelaskan bahwa janda lansia yang

    berduka menunjukkan adanya produksi neutrofil yang cenderung rendah dan

    produksi kortisol yang meningkat sebanyak dua kali lipat pada diri mereka.

    Connor (2014) menemukan fenomena tentang dampak buruk dari kehilangan

    pasangan terhadap sistem kekebalan tubuh lanjut usia. Neutrofil atau sel darah

    putih memiliki fungsi penting dalam diri manusia yakni membunuh bakteri yang

    dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit. Sedangkan, kortisol dapat menekan

    unsur-unsur sistem kekebalan tubuh selama individu dalam keadaan stress

    tinggi. Ketidakseimbangan rasio neutrofil dan kortisol dapat berpengaruh pada

    sistem tubuh dalam menangkal penyakit dan infeksi.

    Individu yang memiliki masalah dalam dukacita cenderung memiliki

    adaptasi yang kurang baik (Bennet, et al., 2010). Oleh karena itu, individu yang

    berduka perlu memiliki strategi koping adaptif yang dilakukan secara sadar dan

    efektif dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang menimbulkan stres yang

    muncul selama proses dukacita (Stroebe & Schut, 1999). Individu yang

    mengelola dukacitanya dengan kreatif dan efektif dapat menghasilkan

    pertumbuhan pribadi yang lebih matang. Akan tetapi, individu yang tidak

    mengelola secara efektif dan kreatif maka dapat menimbulkan berbagai

    permasalahan mental, psikologis, dan sosial yang serius (Wiryasaputra, 2003).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    “Menjanda adalah sebuah proses. Hal ini seperti belajar

    berjalan kembali setelah mengalami kecelakaan. Janda harus

    mengambil satu langkah pada suatu waktu” –Dr. Sandra L.

    Graves (dalam Liebman, 2001).

    Hal tersebut melatarbelakangi peneliti untuk meneliti pengalaman

    dukacita janda lansia cerai mati khususnya dalam mengidentifikasi stresor-

    stresor yang muncul, koping yang dilakukan, dan efek koping yang dirasakan

    melalui cerita yang diungkapkan partisipan. Pengalaman dukacita pada janda

    lansia cerai mati ini akan dipahami dengan salah satu konsep, Dual Process

    Model yakni taksonomi tentang cara-cara individu mencapai kondisi damai

    setelah kehilangan orang terdekat dengan menggunakan strategi koping dinamis

    antara konfrontasi maupun penghindaran untuk menyesuaikan dua tipe stresor

    yang berorientasi pada kehilangan dan tugas-tugas restorasi yang juga

    berdinamika dalam proses berduka (Stroebe & Schut, 2010).

    Penelitian Fasse dan Zech (2016) menunjukkan bahwa konsep Dual

    Process Model relevan dengan pengalaman berduka pada janda. Individu yang

    berduka melakukan koping yang berorientasi pada kehilangan dan restorasi.

    Penelitian Bennet, et al. (2010) mengenai pengalaman kehilangan pada lansia

    yang mengalami cerai mati sejak berusia 60 tahun menunjukkan bahwa dukacita

    merupakan satu-satunya kategori stresor yang sering diperbincangkan oleh para

    janda lansia dan mereka mengatasi dengan cara mengalihkan perhatian pada hal

    lain.

    Dayez, Zech, Cord, dan Taverne (2016) melakukan penelitian untuk

    melihat berbagai macam stresor dan strategi koping dengan metode

    pengumpulan data menggunakan buku harian yang dilakukan selama satu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    minggu pada janda lansia yang telah kehilangan suami selama satu tahun.

    Penelitian tersebut mengacu pada konsep Dual Process Model. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa janda yang berusia lebih tua lebih cenderung memiliki

    banyak loss-oriented stressor dibandingkan restoration-oriented stressor.

    Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti melihat adanya

    peluang untuk kembali menggunakan konsep Dual Process Model untuk

    memahami pengalaman dukacita pada janda lansia cerai mati. Stroebe dan Schut

    (1999) mengungkapkan perlu adanya penelitian selanjutnya untuk memberikan

    verifikasi atau bukti empiris terkait komponen-komponen dari konsep Dual

    Process Model. Tampaknya Bennet, et al. (2010) juga mengungkapkan hal

    serupa yakni komponen terkait loss oriented stressor dan restoration oriented

    stressor yang dialami selama dukacita masih perlu diselidiki dan dikembangkan

    lebih lanjut. Hal itu didukung oleh Fasse dan Zech (2016) yang juga mengatakan

    bahwa Dual Process Model dapat digunakan untuk mengeksplorasi dan

    memahami pengalaman berduka.

    Kedua, penelitian terdahulu mengenai pengalaman dukacita dengan

    menggunakan Dual Process Model dianggap kurang relevan terkait rentang

    waktu dukacita yang dialami oleh partisipan. Penelitian Bennet, et al. (2010)

    dilakukan pada lansia dengan rentang menjanda hingga 16 tahun sehingga ada

    beberapa peristiwa setelah kematian pasangan yang tidak dapat dijelaskan secara

    rinci oleh lansia. Penelitian Dayez, et al. (2016) yang dilakukan setelah satu

    tahun kematian pasangan mengakibatkan beberapa janda lansia mengundurkan

    diri menjadi partisipan karena penelitian tersebut menghidupkan kembali

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    ingatan partisipan akan almarhum pasangan sehingga memicu munculnya

    perasaan tidak nyaman atau stres pada partisipan.

    Ketiga, penelitian terdahulu dilakukan di luar negeri dan tidak ada

    penelitian yang dilakukan dalam konteks Indonesia (Bennet, et al., 2010; Dayez,

    et al., 2016). Lev dan McCorkle; Kleinmann (dalam Hashim, Eng, Tohit, &

    Wahab, 2013) mengatakan bahwa pengalaman dan reaksi dukacita pada

    dasarnya dipengaruhi oleh budaya dan etnis. Stroebe dan Schut (2010)

    mengungkapkan bahwa manifestasi dan ekspresi kesedihan dipengaruhi oleh

    budaya. Selain itu, dijelaskan juga bahwa ada perbedaan pola dalam cara-cara

    adaptif yang dilakukan untuk mengatasi dukacita pada budaya non-barat. Jenis

    konfrontasi yang dilakukan pada saat mengatasi dukacita tidak bersifat

    universal. Pada beberapa bagian budaya non-barat yang menunjukkan proses

    dukacita seolah-olah merupakan proses yang pasif, yaitu proses yang hanya

    dilewati begitu saja dan bukan dianggap sebagai proses aktif, yakni dukacita

    harus dihadapi secara adaptif.

    Berdasarkan beberapa keterbatasan dalam penelitian terdahulu, peneliti

    ingin melakukan penelitian mengenai pengalaman dukacita pada janda lansia

    cerai mati dengan menggunakan pendekatan Dual Process Model. Partisipan

    penelitian adalah janda lansia cerai mati yang berusia 60 tahun ke atas yang telah

    menjanda selama minimal dua tahun. Hal tersebut dikarenakan penelitian Dayez,

    et al. (2016) yang menggunakan partisipan janda setelah kehilangan suami

    selama satu tahun terakhir memunculkan kembali ingatan mengenai almarhum

    pasangan sehingga dapat memicu stres pada diri partisipan. Partisipan yang telah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    ditinggal meninggal suami dalam waktu yang lebih lama diharapkan memiliki

    emosi yang lebih stabil dan sudah lebih bisa menerima kematian almarhum

    suaminya sehingga dapat meminimalisir efek emosional yakni timbulnya

    kesedihan yang dapat memengaruhi kesejahteraan diri partisipan. Selain itu,

    Richardson dan Balaswamy (dalam Bennet & Soulsby, 2012) mengatakan

    bahwa loss-oriented dan restoration-oriented akan relevan ketika dilihat pada

    individu yang berduka setelah dua tahun kematian orang yang dicintai.

    Selain itu, peneliti juga memilih partisipan dengan latar belakang

    penyebab suami meninggal karena penyakit tidak menular. Hal tersebut dipilih

    karena banyak lansia meninggal disebabkan oleh penyakit tidak menular. Pusat

    Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2016) mengatakan bahwa

    meningkatnya jumlah lansia setiap tahun dapat menimbulkan permasalahan

    terkait aspek biologis, psikologis, ekonomi, dan sosial bagi lansia itu sendiri.

    Pusdatin Kemenkes RI (2013 & 2016) menjelaskan bahwa fungsi fisik atau

    fisiologis mengalami penurunan sebagai akibat dari proses penuaan sehingga

    mengakibatkan munculnya Penyakit Tidak Menular pada lansia. World Health

    Organization (dalam Pusdatin Kementrian Kesehatan RI, 2012) mengatakan

    bahwa kematian akibat PTM akan semakin meningkat di seluruh dunia,

    khususnya di negara-negara menengah dan miskin. Diperkirakan 70% dari

    populasi global akan meninggal akibat PTM, seperti kanker, jantung, stroke dan

    diabetes.

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

    metode pengambilan data wawancara semi terstruktur. Peneliti memilih metode

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    kualitatif agar peneliti dapat menelusuri pengalaman personal dari setiap

    partisipan dengan lebih mendalam. Pengalaman personal tersebut akan menjadi

    bahan analisis yang dapat memberikan gambaran nyata mengenai pengalaman

    dukacita pada janda lansia karena meninggalnya pasangan yang selama ini

    jarang diungkap sebelumnya.

    B. Rumusan masalah

    Peristiwa kematian pasangan merupakan salah satu peristiwa yang

    menimbulkan tekanan pada lansia. Mereka dihadapakan pada perubahan

    beberapa aspek kehidupan dan dukacita. Sebagian dari janda lansia bahkan

    mengalami dukacita yang berkepanjangan dan kesedihan yang mendalam. Akan

    tetapi, peristiwa kematian pasangan sebenarnya membawa janda lansia pada

    perkembangan yang lebih baik setelahnya ketika mereka mampu merespon

    secara adaptif, yakni upaya dan cara untuk mengatasi dukacita yang dialami dan

    tugas-tugas yang harus dilakukan selepas kematian pasangan. Penyesuaian

    adaptif terhadap dukacita sebenarnya dapat dipahami dengan konsep Dual

    Process Model, namun konsep tersebut belum banyak diuji secara empiris. Oleh

    karena itu, peneliti ingin meneliti pengalaman dukacita yang dialami janda lansia

    cerai mati dengan menggunakan konsep Dual Process Model yakni mengetahui

    apa saja stresor yang muncul, bagaimana koping yang dilakukan dalam

    mengatasi stress yang dialami akibat kematian pasangan, dan efek yang terjadi

    dan dirasakan setelahnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah mengeksplorasi untuk

    memberikan bukti empiris mengenai pengalaman dukacita janda lansia karena

    kematian suami dengan pendekatan Dual Process Model.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoretis

    Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya pengetahuan dalam

    bidang gerontologi dan memperoleh gambaran yang jelas mengenai

    pengalaman dukacita janda lansia dengan pendekatan Dual Process Model.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Partisipan

    Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi janda lansia untuk dapat lebih

    menyadari dan memahami dukacita yang dialaminya sehingga partisipan

    menjadi tahu akan hal-hal yang perlu mereka lakukan di masa

    selanjutnya.

    b. Bagi Keluarga dan Masyarakat

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata kepada

    keluarga dan masyarakat mengenai dukacita yang dialami oleh janda

    lansia yakni stresor yang muncul selama proses dukacita dan strategi-

    strategi penanggulangan dalam menghadapi stresor tersebut dan efek

    yang dirasakan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    c. Bagi para praktisi atau Psikolog

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi latar belakang sekaligus

    pertimbangan untuk dilakukaknnya program atau intervensi bagi individu

    yang mengalami permasalahan terkait dukacita yang dialami.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Dukacita (Grief)

    1. Pengertian Dukacita (Grief)

    Santrock (2012) menjelaskan dukacita adalah kelumpuhan emosional,

    rasa tidak percaya, kecemasan akan perpisahan, putus asa, sedih, dan kesepian

    yang menyertai individu saat mereka kehilangan orang yang dicintainya.

    Covington, Prigerson dan Jacobs (dalam Brier, 2008) mendefinisikan

    dukacita sebagai reaksi afektif, fisiologis, dan psikologis secara emosional

    ketika individu kehilangan sosok penting dalam hidupnya. Papalia dan

    Feldman (2014) menjelaskan bahwa dukacita adalah proses penyesuaian atas

    hilangnya atau kematian seseorang yang dirasa dekat.

    Berdasarkan beberapa definisi dukacita di atas, peneliti menyimpulkan

    bahwa dukacita adalah reaksi afektif, fisiologis, serta psikologis atas

    kematian sosok penting dalam hidup seseorang yang meliputi adanya rasa

    tidak percaya, kesepian, kesedihan, keputusasaan, dan bahkan kelumpuhan

    emosional sehingga memerlukan proses penyesuaian.

    2. Fase Dukacita

    Ada berbagai macam tokoh yang menjelaskan mengenai fase dukacita.

    Fase-fase tersebut juga berbeda satu sama lain. Stroebe dan Schut (2010)

    menuliskan bahwa menurut Dual Process Model berkaitan dengan fase

    dukacita yang dicetuskan oleh Bowlby, individu yang berduka akan:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    a. Menerima kenyataan adanya kehilangan sehingga ada perubahan dalam

    kehidupannya setelah peristiwa kehilangan.

    b. Merasakan pedihnya kesedihan dan kemudian mengambil jarak atau

    waktu dari kesedihan yang dirasakan.

    c. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan tanpa adanya kehadiran

    almarhum dan menguasai perubahan dalam lingkungan yang mana hal

    tersebut bersifat subjektif.

    d. Menempatkan kembali orang yang sudah meninggal secara emosional

    serta melanjutkan hidup dengan peran, identitas, dan hubungan baru.

    Dukacita dapat membaik waktu demi waktu (Liebman, 2001). Selain

    itu, dukacita yang normal biasanya berlangsung selama tiga sampai dua belas

    bulan (Wiryasaputra, 2003). Maciejewski et al. (dalam Santrock, 2012)

    mengatakan bahwa dukacita akan kematian orang yang dicintai akan

    berangsur-angsur membaik selama enam bulan pasca kematian. Setelah itu,

    individu yang berduka akan menerima pengalaman tersebut sebagai suatu

    kenyataan, lebih optimis terhadap masa depan, dan kembali berfungsi secara

    kompeten dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, ada beberapa individu

    yang mengalami kesulitan untuk melangsungkan hidupnya, mereka mati rasa,

    memisahkan diri dan berpendapat bahwa hidup mereka terasa kosong dan

    hampa tanpa kehadiran almarhum, bahkan mereka merasa bahwa mereka

    tidak memiliki makna (Santrock, 2012).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    B. Lanjut Usia

    1. Pengertian Lanjut Usia

    Lanjut usia atau yang dikenal dengan usia lanjut merupakan tahap

    perkembangan terakhir dari individu yakni tahap perkembangan dewasa

    akhir. Santrock (2012) mengatakan bahwa masa dewasa akhir (late

    adulthood) adalah periode perkembangan individu yang dimulai dari umur 60

    atau 70 tahun sampai pada saat kematian. Undang-Undang No. 13 tahun 1998

    pasal 1 ayat 2 (dalam Suadirman, 2011) menyatakan bahwa lanjut usia adalah

    individu yang memiliki usia 60 tahun ke atas.

    Badan Pusat Statistik (dalam Mustari, Rachmawati, & Nugroho,

    2015) menjelaskan bahwa lanjut usia dipandang sebagai masa kemunduran,

    artinya lanjut usia adalah masa seseorang mengalami penurunan secara fisik

    maupun psikologis. Hurlock (2002) mendefinisikan lanjut usia adalah

    individu yang berusia mulai dari 60 tahun yang ditandai dengan perubahan

    fisik dan psikologis yang memburuk sehingga hidupnya tidak bahagia.

    Kinsela dan He (dalam Papalia & Feldman, 2014) membagi lansia

    dalam tiga kelompok, yaitu lansia muda (young old), lansia tua (old old), dan

    lansia tertua (oldest old). Lansia muda adalah individu yang memiliki usia 65

    sampai 74 tahun. Lansia tua adalah individu yang memiliki usia antara 75

    hingga 84 tahun, sedangkan lansia tertua adalah individu yang berusia 85

    tahun ke atas.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti mendefinisikan lanjut

    usia adalah individu yang berada pada tahap perkembangan terakhir yang

    berusia 60 tahun ke atas.

    2. Dukacita pada Lanjut Usia

    Lanjut usia (lansia) dihadapkan pada salah satu peristiwa kehidupan

    yaitu kematian suami. Kematian pada lanjut usia dapat disebabkan karena

    berbagai hal, salah satunya yakni menurunnya daya tahan fisik sehingga

    lansia rentan terkena penyakit (Kemenkes RI, 2017). Menurunnya daya tahan

    fisik atau fisiologis lansia sebagai akibat dari proses penuaan (degeneratif)

    dapat menyebabkan lansia terkena penyakit tidak menular, salah satunya

    adalah radang sendi atau rematik (Kemenkes RI, 2013).

    Hasil Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa penyakit yang paling

    banyak terjadi pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM),

    seperti: hipertensi, atritis, stroke, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),

    diabetes mellitus, kanker, penyakit jantung koroner, batu ginjal, gagal

    jantung, dan gagal ginjal (Kemenkes RI, 2016). Selain itu, diketahui bahwa

    PTM juga menjadi penyebab utama kematian secara global (Kemenkes RI,

    2012).

    Kematian suami pada lanjut usia dapat meningkatkan kecenderungan

    terserang penyakit bahkan meninggal, gangguan depresif, gangguan sistem

    imun, dan gangguan tidur (van den Berg, Lindeboom, & Portrait, dalam

    McCoyd & Walter, 2016). Lansia yang mengalami dukacita mendalam,

    bahkan diikuti dengan adanya kesulitan perekonomian, kesepian, gangguan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    psikologi, memungkinkan terjadinya depresi (Kowalski & Bondmass, dalam

    Santrock 2012).

    Individu yang mengalami dukacita yang berkepanjangan dapat

    berdampak pada menurunnya neutrofil (sel darah putih) yang berfungsi untuk

    mencegah serangan bakteri. Dukacita berkepanjangan juga meningkatkan

    jumlah kortisol dua kali lipat pada lansia dibandingkan dengan individu yang

    lebih muda. Ketidakseimbangan jumlah neutrofil dan kortisol pada lansia

    dapat mengakibatkan lansia mudah terserang virus penyakit (Vitlic, et. al,

    2014). Kematian suami juga menimbulkan stresor yang berkaitan dengan

    peran dan identitas baru (Bennet, et al., 2010).

    Beberapa lansia yang berduka memiliki kesulitan dalam menjaga

    aktivitas hidupnya sehari-hari selama beberapa tahun setelah kematian suami.

    Mereka juga mengalami kesulitan untuk tetap aktif secara sosial dan

    memotivasi diri dalam menciptakan situasi yang baik (McCoyd & Walter,

    2016). Naik turunnya dukacita terkadang melibatkan perubahan emosi yang

    terjadi secara cepat. Individu yang berduka perlu menghadapi tantangan

    tersebut untuk mempelajari keterampilan baru, mencari tahu kelemahan serta

    keterbatasan dalam dirinya, menciptakan pola perilaku baru, dan membentuk

    lingkaran persahabatan serta relasi yang baru (Feldon, dalam Santrock, 2012).

    C. Dual Process Model

    1. Pengertian Dual Process Model

    Dual Process Model (DPM) merupakan ilmu tentang cara individu

    untuk berdamai dengan kematian orang yang dicintai dengan menggunakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    strategi koping yang dinamis antara konfrontasi maupun penghindaran untuk

    menyesuaikan dengan dua tipe stresor yang berorientasi pada kehilangan dan

    tugas-tugas restorasi yang juga berdinamika dalam proses berduka yang

    dilihat setiap waktu (Stroebe & Schut, 2010). Stroebe dan Schut (1999 &

    2001a) menjelaskan bahwa DPM merupakan upaya untuk mengintegrasikan

    beberapa konsep berduka yang telah ada sebelumnya, seperti konsep grief

    work– individu yang berduka bekerja melalui kesedihan untuk melepas

    kelekatan dan hubungan dengan almarhum, teori attachment– ketika berduka

    individu bekerja melalui kesedihannya untuk merepresentasi atau

    memulihkan kedekatan dengan almarhum, teori task model– individu yang

    berduka perlu untuk menyesuaikan diri dengan dukacita, mengambil waktu

    untuk tidak bersedih, teori stress kognitif– penjelasan mengenai karakteristik

    stresor, proses koping, dan hasil dari proses tersebut. Penguasaan situasi yang

    penuh tekanan dilakukan dengan koping yaitu konfrontasi dan penghindaran

    untuk mengubah masalah yang menyebabkan stress.

    Menurut DPM, model atau konsep-konsep dukacita terdahulu hanya

    berfokus pada kesedihan akibat kehilangan atau kematian, sedangkan

    diketahui bahwa masih ada sumber stres yang lainnya, seperti tantangan

    keuangan, tugas baru pasca kematian orang yang dicintai, dan lain lain

    (Stroebe & Schut, 2010). Model atau konsep dukacita terdahulu lebih sering

    menekankan pada rangkaian mengatasi permasalahan melalui strategi

    mengatasi dukacita sebagai tahap awal yang kemudian diikuti dengan adanya

    upaya pemulihan. Hal tersebut berbeda dengan konsep DPM yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    menjelaskan bahwa koping terhadap kehilangan (loss) dan upaya pemulihan

    (restoration) dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan (Richardson,

    dalam Santrock, 2012). DPM juga merupakan teori mengenai strategi adaptif

    orang berduka yang mengarah pada pengurangan konsekuensi negatif bagi

    kesehatan psikososial dan fisik sehingga dapat menurunkan kesedihan (Schut

    & Stroebe, 2001a).

    2. Komponen-komponen Dual Process Model

    a. Stresor yang terjadi selama berdukacita

    Stroebe dan Schut (1999, 2010, 2016) membagi stresor terkait

    dukacita menjadi dua kategori, yaitu loss-oriented (LO) dan restoration-

    oriented (RO). Stroebe dan Schut (2016) juga mengatakan bahwa kedua

    kategori stresor tersebut terkait dengan adanya konsekuensi emosional,

    seperti tekanan dan kecemasan, serta konsekuensi kesehatan fisik dan

    mental bagi individu yang berduka.

    Stresor yang berorientasi pada kehilangan (loss-oriented stressor)

    Loss-oriented stressor merupakan stresor yang berkaitan dengan

    pengalaman kehilangan terutama terkait dengan orang yang meninggal

    (Stroebe & Schut, 1999, 2010). Loss-oriented stressor juga

    menyebabkan munculnya reaksi emosional mencakup kenikmatan yang

    menyenangkan hingga kerinduan yang menyakitkan akan almarhum.

    Reaksi emosional tersebut antara lain: kerinduan akan almarhum,

    membuka kembali album foto lama, dan tangisan (Stroebe & Schut,

    1999, 2001b).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Stroebe dan Schut (1999) menjelaskan loss oriented stressor

    mencakup beberapa tantangan, sebagai berikut:

    o Grief work dan intrusion of grief

    Individu yang berduka dihadapkan pada tantangan yang berkaitan

    dengan hubungan, kelekatan atau ikatan dengan sosok yang sudah

    meninggal dan melibatkan perenungan tentang almarhum.

    o Breaking bonds / ties / relocated

    Ketika berdukacita, individu dihadapkan pada stresor yang

    berkaitan dengan tugas atau tantangan melepaskan diri dari

    kelekatan dengan almarhum atau sosok yang telah meninggal.

    Selain itu, Dayez, Zech, Corn, dan Taverne (2016) menjelaskan

    bahwa loss oriented stressor juga muncul dalam beberapa bentuk

    lainnya, antara lain:

    o Stresor kehadiran internal

    Stresor kehadiran internal ditandai dengan adanya pikiran dan

    perasaan subjektif pada individu yang berduka, yakni munculnya

    ingatan dan kenangan terkait sosok almarhum ketika masih hidup.

    o Pengingat eksternal terkait almarhum

    Pengingat eksternal merupakan hal-hal yang ada di sekitar yang

    dapat memunculkan ingatan akan sosok almarhum. Pengingat

    eksternal tersebut yaitu objek, tempat, peristiwa, dan percakapan

    yang terkait dengan almarhum atau sosok yang telah meninggal.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    o Stresor harian terkait tidak adanya almarhum

    Stresor harian karena tidak adanya almarhum merupakan pemicu

    stres yang terkait dengan kesepian atau kesendirian yang erat

    kaitannya dengan kebutuhan utama individu yang berduka

    (kebutuhan primer) dan kerinduan akan sosok yang telah

    meninggal.

    Stresor yang berorientasi pada tugas-tugas restorasi (restoration-

    oriented stressor)

    Restoration-oriented stressor mencakup hal-hal yang perlu

    ditangani karena adanya perubahan substansial yang merupakan

    konsekuensi dari adanya kehilangan. Restoration-oriented stressor

    berkaitan dengan penguasaan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan

    oleh / atau bersama almarhum, pengaturan atau reorganisasi identitas

    baru dari istri menjadi janda (Stroebe & Schut, 1999, 2001a). Neimeyer

    (2016) mengatakan bahwa restoration-oriented (RO) mengacu pada

    perubahan kehidupan dan psikososial yang melibatkan stresor seperti

    adanya masalah keuangan, rumah tangga, keterampilan diri, peran,

    tanggung jawab, dan hubungan sosial. Santrock (2012) menuliskan

    bahwa restoration membantu individu yang berduka dalam

    membangun kembali asumsi yang telah hancur mengenai kehidupan

    mereka setelah kematian orang yang dicintai.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Dayez, Zech, Corn, dan Taverne (2016) menjelaskan bahwa

    restoration oriented stressor muncul dalam beberapa bentuk, sebagai

    berikut:

    o Perubahan praktis

    Perubahan praktis merupakan salah satu stresor yang terjadi

    dalam bentuk perubahan terkait dengan masalah perekonomian

    atau domestik dan kesulitan administrasi yang biasanya dilakukan

    bersama / atau oleh almarhum.

    o Stresor interpersonal

    Stresor interpersonal biasanya muncul dalam bentuk hilangnya

    hubungan atau adanya konflik dengan teman dan / atau dengan

    anggota keluarga.

    o Perubahan identitas

    Stresor ini biasanya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan

    perubahan identitas menjadi janda, kesulitan mengambil identitas

    baru, hilangnya harga diri, dan hilangnya identitas diri setelah

    sosok yang dicintai meninggal.

    o Stresor yang terkait dengan pengambilan keputusan

    Stresor ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan kesulitan

    dalam pembuatan atau pengambilan keputusan tanpa nasehat atau

    persetujuan dari almarhum atau sosok yang sudah meninggal.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    b. Strategi koping untuk berdamai dengan peristiwa kematian suami.

    Stroebe dan Schut (2016) mengatakan bahwa ada komponen khas

    yang terdapat dalam DPM, yakni proses dinamis yang disebut osilasi

    (osillation). Osilasi merupakan dasar untuk koping yang bersifat adaptif,

    yakni perubahan atau perpindahan koping yang berkaitan dengan

    kehilangan dan restorasi, serta perpindahan antara koping dari salah satu

    stresor ke stresor yang lain, atau tidak adanya koping sama sekali (Stroebe

    & Schut, 2001a). Proses koping tersebut sifatnya dinamis dan dapat

    berubah seiring berjalannya waktu (Stroebe & Schut, 2010). Prinsip dasar

    dari osilasi yakni individu yang berduka terkadang akan berkonfrontasi

    pada aspek kehilangan, namun pada saat yang lain mereka juga akan

    menghindari sumber stres dan kecemasan bahkan tidak melakukan koping,

    dan mengambil waktu istirahat dari berduka. Osilasi antara dua jenis

    stresor (LO dan RO) diperlukan untuk mengatasi dukacita secara adaptif

    dan fleksibel (Neimeyer, 2016; Stroebe & Schut, 1999, 2001b, 2010).

    Konfrontasi (confrontation) – penghindaran (avoidance)

    Stroebe dan Schut (2001b) mengatakan bahwa loss-oriented

    stressor dan restoration-oriented stressor adalah sumber stres yang

    menghasilkan kesusahan dan kecemasan pada individu yang berduka

    sehingga individu yang berduka melakukan koping dengan cara

    konfrontasi (confrontation) dan menghindar (avoidance).

    Dayez, Zech, Corn, dan Taverne (2016) menjelaskan bahwa baik

    koping konfrontasi maupun penghindaran terdiri dari 3 (tiga) strategi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    untuk menyesuaikan dengan stresor-stresor yang ada selama

    berdukacita, sebagai berikut:

    o Strategi perilaku

    Strategi perilaku merupakan salah satu strategi koping yang

    berfokus pada perilaku yang dilakukan untuk mengurangi stres

    ataupun kesedihan yang dialami. Dalam koping konfrontasi

    (confrontation) strategi perilaku dibedakan menjadi 4 macam,

    yaitu:

    - Perilaku yang berkaitan dengan almarhum.

    Perilaku konfrontasi ini biasanya dilakukan dengan

    memusatkan perhatian kepada almarhum atau sosok yang

    sudah meninggal, seperti datang ke makam ketika rindu

    akan almarhum dan melihat foto almarhum serta berbicara

    dengan foto tersebut.

    - Perilaku yang berkaitan dengan orang lain.

    Perilaku konfrontasi ini biasanya dilakukan dengan cara

    meminta bantuan kepada orang lain untuk mengurangi stres

    dan / atau kesedihan atas permasalahan yang terjadi selepas

    meninggalnya almarhum.

    - Perilaku yang berkaitan dengan objek.

    Perilaku konfrontasi ini biasanya dilakukan dengan

    memfokuskan diri pada suatu objek yang berkaitan dengan

    almarhum.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    - Perilaku yang berkaitan dengan perubahan yang dialami

    selepas kematian orang yang dicintai.

    Strategi perilaku ini muncul dalam bentuk perilaku yang

    cenderung mencoba melakukan atau menghadapi setiap

    tugas dan tantangan, serta perubahan-perubahan kehidupan

    yang muncul selama berdukacita.

    Sedangkan dalam koping penghindaran (avoidance),

    strategi perilaku dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

    - Menghindari hal-hal terkait stresor.

    Penghindaran dapat dilakukan individu yang berduka

    dengan menghindari objek, tempat, kejadian, percakapan,

    dan hal-hal lain yang memunculkan ingatan akan sosok

    almarhum.

    - Fokus pada hal-hal yang tidak terkait stresor.

    Perilaku menghindar dapat dilakukan dengan cara terlibat

    dalam kegiatan lain yang mengisi pikiran atau

    berkonsentrasi pada hal lain yang tidak terkait dengan

    almarhum.

    o Strategi kognitif

    Dalam koping konfrontasi (confrontation), strategi kognitif

    dilakukan dengan memaknai kembali pikiran-pikiran yang

    berkaitan dengan stresor yang muncul selama berdukacita.

    Sedangkan dalam koping penghindaran (avoidance), strategi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    kognitif cenderung dilakukan dengan menekan atau melakukan

    supresi atas suatu pikiran yang berkaitan dengan almarhum dan /

    atau stresor yang muncul ke dalam alam bawah sadar.

    o Strategi afektif

    Dalam koping konfrontasi (confrontation), strategi afektif

    dilakukan dengan menerima segala emosi yang muncul akibat

    adanya kehilangan dan stresor lainnya selama dukacita.

    Sedangkan dalam koping penghindaran (avoidance), strategi

    afektif dilakukan dengan menekan atau melakukan supresi atas

    emosi yang berkaitan dengan almarhum dan stresor lainnya yang

    muncul selama dukacita ke alam bawah sadar.

    Waktu istirahat

    Dalam osilasi dijelaskan bahwa pada saat berdukacita, individu

    dapat mengambil waktu untuk tidak melakukan apapun. Waktu istirahat

    merupakan kondisi dimana individu yang berduka mengambil waktu

    untuk beristirahat dari hal-hal yang mengganggu dan menyakitkan

    untuk dikonfrontasi dan dihindari sehingga mereka hanya bersantai dan

    memulihkan diri (Stroebe & Schut, 1999; 2016).

    Analisis kognisi terkait konfrontasi-penghindaran

    Kunci penting untuk memahami dan menentukan siapa yang

    dapat dan yang tidak dapat menyesuaikan diri selepas meninggalnya

    sosok yang dicintai terletak pada analisis kognisi yang terkait dengan

    koping konfrontasi dan penghindaran (Stroebe & Schut, 2001b).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Analisis kognisi ini menyediakan kerangka kerja untuk mengatasi

    macam-macam asumsi tentang peristiwa dukacita yang dialami.

    Analisis kognisi ini melibatkan pemaknaan, asumsi, dan jenis ekspresi

    oleh individu yang berduka terkait dengan penyesuaian adaptif dan

    maladaptif (Stroebe & Schut, 2001a). Berikut merupakan 2 (dua)

    macam analisis kognisi:

    o Positive meaning (re)construction

    Stroebe dan Schut (2001b) menjelaskan bahwa individu

    yang cenderung berfokus untuk mencari dan menemukan makna

    positif dari stres yang muncul karena dukacita yang dialaminya,

    maka hal tersebut akan meningkatkan pengaruh positif pada

    dirinya untuk mengurangi tekanan yang ia rasakan. Analisis

    kognitif dengan membangun makna positif dari peristiwa

    berdukacita yang dialami mengarah pada penyesuaian adaptif.

    Berikut merupakan beberapa bentuk positive meaning

    (re)construction:

    - Positive reappraisal

    Individu yang berduka menginterpretasi ulang peristiwa

    negatif maupun netral menjadi positif (Dayez, Zech, Corn,

    & Taverne, 2016). Positive reappraisal dapat juga

    didefiniskan sebagai bentuk analisis kognisi dengan cara

    membingkai ulang suatu situasi untuk melihatnya secara

    positif (Folkman & Moskowitz, 2000).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    - Revised (constructive) goals

    Dalam hal ini, analisis kognisi secara positif terjadi dengan

    adanya perubahan tujuan yang bersifat membangun dan

    meningkatkan kontrol terhadap diri. Individu yang berduka

    merevisi tujuan hidupnya agar menjadi bermakna sehingga

    hidupnya merasa terkontrol (Folkman & Moskowitz,

    2000).

    - Positive event interpretation

    Dalam hal ini, individu yang berduka memaknai kejadian

    atau peristiwa sehari-hari secara positif (Stroebe & Schut,

    2001b). Mereka mensyukuri peristiwa sehari-hari, seperti

    masih bisa berkumpul dengan teman-teman dan masih bisa

    menghadiri acara makan malam (Folkman, 1997).

    - Expressing positive affect

    Dalam hal ini, individu yang berduka mengungkapkan

    pikiran-pikiran dan perasaan yang positif (Stroebe & Schut,

    2001b). Pengungkapan atau pengekspresian pikiran positif

    dapat membantu individu yang berduka mengurangi

    kesedihan yang dialaminya (Stroebe & Schut, 2001a).

    o Negative meaning (re)construction

    Pembentukan atau membangun makna negatif dari kejadian

    berduka dapat mengarah pada penyesuaian yang maladaptif.

    Individu yang cenderung merenungkan hal-hal negatif, seperti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    pikiran atau perasaan negatif yang muncul terus-menerus

    mengenai peristiwa kehilangan, harapan-harapan yang tidak

    masuk akal, fokus pada kesedihan yang dialaminya, dan

    menginterpretasi pengalaman kehilangan yang dialaminya

    sebagai suatu hal yang negatif, maka mereka akan semakin

    mengalami kesulitan untuk pulih dari dukacitanya. Selain itu,

    pikiran-pikiran negatif mengenai dukacita yang dialami akan

    membuat individu yang berduka lebih merasa tertekan,

    mengganggu kehidupan sehari-harinya, dan menghambat atau

    membuat mereka sulit untuk memecahkan masalah dengan baik.

    Berikut merupakan beberapa bentuk negative meaning

    (re)construction (Stroebe & Schut, 2001a; 2001b):

    - Rumination

    Ruminasi merupakan pemikiran berulang-ulang tentang

    peristiwa negatif dan / atau emosi negatif dalam

    penyesuaian untuk berkabung (Eisma & Strobe, 2017).

    Individu yang melakukan ruminasi cenderung selalu

    berpikir mengenai kesulitan yang dihadapi, seperti

    mempertanyakan kenapa peristiwa tersebut harus terjadi

    pada dirinya (Stroebe & Schut, 2001b).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    - Wishful thinking

    Wishful thinking merupakan harapan yang tidak masuk

    akal, seperti berharap almarhum atau sosok yang telah

    meninggal dapat kembali menemani atau hidup lagi.

    - Revised (unconstructive) goals

    Berkebalikan dengan penjelasan revised constructive goals,

    revised (unconstructive) goals merupakan perubahan

    tujuan yang tidak konstruktif atau tidak membangun

    sehingga tidak memberikan rasa kontrol pada individu.

    - Negative event intrepretation

    Dalam hal ini, individu yang berduka memaknai kejadian

    atau peristiwa sehari-hari secara negatif.

    - Ventilating dysphoria

    Ventialting dysphoria merupakan kondisi dimana individu

    mengungkapkan kondisi ketidakbahagiaan dengan

    mengekspesikan emosi-emosi negatif yang dirasakan,

    seperti menangis (Morin, 2019).

    Akan tetapi, osilasi antara efek positif dan negatif dari

    dukacita juga diperlukan oleh orang yang berduka dalam

    melakukan koping secara adaptif karena tidak selamanya

    penilaian positif berdampak baik pada proses dukacita. Ketika

    penilaian positif terjadi terus menerus, maka hal-hal yang

    berhubungan dengan dukacita akan cenderung diabaikan. Sama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    halnya dengan penilaian negatif yang tidak selalu berdampak

    buruk pada proses dukacita. Terkadang penilaian negatif yang

    terjadi secara terus-menerus bisa meningkatkan kesedihan

    individu yang berduka, namun secara tidak langsung mereka

    justru akan bekerja melalui kesedihan yang mereka alami dengan

    melibatkan perenungan yang penting untuk berdamai dengan

    dukacitanya.

    Gambar 1.

    Konsep Dual Process Model

    (Stroebe & Schut, 2001b)

    c. Efek Koping

    Efek koping (coping outcomes) dikategorikan menjadi 2, yakni:

    Penyesuaian adaptif (+)

    Stroebe dan Schut (2001b) menjelaskan bahwa penyesuaan adaptif

    ditandai dengan 2 hal yaitu (a) distres berkurang, yakni berkurangya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    atau hilangnya perasaan cemas, takut, marah dan frustasi; dan (b

    dukacita menurun, artinya berkurangnya reaksi dan perasaan

    kesedihan, kesepian, keputusasaan sebagai akibat dari meninggalnya

    sosok yang dicintai.

    Penyesuaian maladaptif (-)

    Stroebe dan Schut (2001b) mengatakan bahwa individu yang berduka

    yang cenderung melakukan negative meaning (re)construction, maka

    mereka cenderung mengarah pada penyesuaian yang negatif.

    Penyesuaian maladaptif dapat dilihat dalam 3 (tiga) macam, sebagai

    berikut:

    o Berpikir lebih negatif tentang situasi dan kehidupan.

    Ketika individu menyesuaikan diri secara maladaptif, mereka

    akan berpikir lebih negatif tentang masa lalu, sekarang, dan masa

    depan. Mereka cenderung lebih banyak memikirkan kenangan

    negatif dari masa lalunya, menyalahkan diri sendiri atas masalah

    yang dialaminya, dan memiliki ekspetasi yang rendah tentang

    kejadian positif (Nolen-Hoeksema, Wisco, & Lyubomirsky,

    2008).

    o Perilaku sehari-hari menjadi terganggu.

    Individu yang berada pada kondisi penyesuaian maladaptif juga

    kurang termotivasi mengikuti kegiatan yang meningkatkan

    perasaan kesejahteraan dan memberikan rasa kontrol (Stroebe &

    Schut, 2001b). Mereka yang perilaku sehari-harinya terganggu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    cenderung merasa terlalu lelah dan lesu untuk keluar rumah dan

    bersikap apatis (Lyubomirsky & Nolen-Hoeksema, 1993).

    o Kurang efektif dalam pemecahan masalah

    Dalam kondisi ini, individu cenderung berpikir pesimis sehingga

    tidak mampu menyelesaikan masalah secara efektif (Nolen-

    Hoeksema, Wisco, & Lyubomirsky, 2008).

    D. Kerangka Konseptual

    Lanjut usia, yakni individu yang berusia 60 tahun ke atas akan dihadapkan

    pada beberapa peristiwa kehidupan, salah satunya adalah kematian suami.

    Kematian suami pada lansia banyak terjadi pada perempuan karena perempuan

    cenderung hidup lebih lama daripada laki-laki (Papalia & Feldman, 2014).

    Kematian suami menghantarkan individu kepada kondisi dukacita yang

    perlu dilalui. Dukacita yang dihadapi menjadikan individu mengalami beberapa

    perubahan dalam hidupnya, merasakan kesedihan sehingga mereka perlu

    menguasai perubahan dan melanjutkan kembali hidup. Pada saat berduka, janda

    lansia perlu menghadapi beberapa hal yang dapat menjadi sumber stres bagi

    mereka. Sumber stres tersebut biasanya terkait dengan hal-hal yang

    mengingatkan mereka dengan almarhum dan hal-hal yang berkaitan dengan

    tugas, peran baru selepas kematian suami. Dukacita yang terjadi pada dasarnya

    menghadapkan mereka pada dua kategori stresor setelah kematian orang yang

    dicintai yaitu stresor yang berorientasi pada kehilangan (loss-oriented stressor)

    dan tugas-tugas restorasi (restoration-oriented stressor). Individu yang berduka

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    biasanya mengatasi hal tersebut dengan proses dinamis yang disebut osilasi

    (osilliation) yakni konfrontasi dan penghindaran, namun terkadang juga

    mengambil waktu untuk beristirahat dari dukacita tersebut (Stroebe, & Schut,

    1999, 2001a, 2001b, 2010, 2016). Ketika individu yang berduka cenderung

    untuk melakukan konfrontasi (confrontation) pada aspek-aspek positif dan

    melakukan penghindaran (avoidance) pada aspek-aspek negatif dari peristiwa

    dukacita yang dialaminya, maka hal tersebut akan membantu mereka berdamai

    dengan dukacita atau pulih dari dukacita. Akan tetapi, jika mereka cenderung

    melakukan konfrontasi (confrontation) pada aspek-aspek negatif dan justru

    melakukan penghindaran (avoidance) pada aspek-aspek positif yang muncul

    selama proses dukacita, maka hal tersebut akan membuat mereka terhanyut

    dalam kesedihan yang dialami sehingga mereka tidak lekas pulih dari dukacita.

    Selain itu, untuk mampu menyesuaikan diri secara adaptif maupun maldaptif

    atas dukacita yang dialami, janda lansia perlu melakukan pemaknaan atau

    analisis kognisi yang terkait dengan koping konfrontasi (confrontation) –

    penghindaran (avoidance) (Stroebe & Schut, 2001).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Gambar 2.

    Skema Kerangka Konseptual

    Lanjut Usia

    Dihadapkan pada kematian suami (khususnya terjadi pada

    lansia perempuan)

    Dukacita

    Loss oriented

    Restoration

    oriented

    konfrontasi penghindaran

    OSILASI

    Mengambil waktu istirahat

    Adaptive (+)

    *Distress berkurang

    *Dukacita menurun

    Maladaptive (-)

    *Berpikir lebih negatif tentang situasi

    dan kehidupan.

    * Perilaku sehari-hari menjadi terganggu.

    * Kurang efektif dalam pemecahan

    masalah.

    ANALISIS KOGNISI

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    E. Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan kerangka konseptual, peneliti menyusun pertanyaan

    penelitian menjadi dua macam, yaitu pertanyaan utama dan beberapa sub

    pertanyaan, sebagai berikut:

    1. Pertanyaan utama : Bagaimana pengalaman dukacita janda lansia yang

    menjanda karena kematian suami?

    2. Sub pertanyaan, yakni beberapa pertanyaan yang mengarahkan pada

    pertanyaan utama penelitian. Sub pertanyaan pada penelitian ini yaitu :

    Apa saja stresor yang dialami terkait dukacita? Pertanyaan tersebut terkait

    (a) stresor yang berkaitan dengan ingatan dan kenangan akan almarhum

    suami dan (b) stresor yang berkaitan dengan tugas-tugas yang perlu

    dilakukan tanpa adanya almarhum suami.

    Bagaimana dinamika penyesuaian atau adaptasi yang dilakukan oleh janda

    lansia terkait stresor-stresor yang dialami terkait dukacita? Pertanyaan

    tersebut terkait (a) Apa saja yang dilakukan janda lansia untuk mengatasi

    stresor yang dialami? dan (b) Bagaimana efek dari koping yang dialami

    atau dirasakan oleh janda lansia?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Mengingat bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman

    dukacita janda lansia karena kematian pasangan, maka penelitian ini dilakukan

    dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Meolong (2009) menjelaskan

    penelitian kualitatif adalah penelitan yang digunakan untuk memahami

    fenomena mengenai hal-hal yang dilakukan partisipan, seperti perilaku,

    persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain yang mana penelitian dilakukan secara

    holistik dan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks

    khusus yang alamiah serta memanfaatkan berbagai metode alamiah. Selain itu,

    Meolong (2009) juga menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian

    yang menggunakan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,

    pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang.

    Herdiansyah (2015) mengatakan bahwa penelitian kualitatif dapat memberi

    gambaran yang sebenarnya dari suatu peristiwa atau pengalaman hidup

    seseorang secara apa adanya.

    Desain penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif (AIK) dengan

    pendekatan deduktif: analisis isi terarah yang bertujuan untuk menguji kembali

    suatu suatu teori tertentu mengenai suatu fenomena dengan menggunakan

    kelompok subjek yang baru (Supratiknya, 2015). Penelitian ini mencoba untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    mengeksplorasi dan memahami pengalaman dukacita yang dialami partisipan

    dengan menggunakan sebuah konsep yang yaitu Dual Process Model.

    B. Fokus Penelitian

    Penelitian ini berfokus pada pengalaman dukacita janda lansia karena

    kematian pasangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari selama minimal dua

    tahun setelah kematian suami. Pengalaman dukacita janda lansia meliputi

    stresor-stresor yang muncul, koping atau cara penanggulangan yang dilakukan,

    dan efek yang dirasakan partisipan. Pengalaman dari masing-masing partisipan

    akan diidentifikasi dengan menggunakan kode yang didasarkan pada sebuah

    konsep atau teori (Hsieh & Shannon, dalam Supratiknya, 2015). Konsep atau

    teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori Dual Process Model

    (Stroebe & Schut, 1999, 2001a, 2001b, 2010, 2016).

    C. Partisipan Penelitian

    Partisipan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan beberapa kriteria

    tertentu dengan menggunakan metode purposive sampling, yakni dengan teknik

    criterion sampling yang mana pemilihan partisipan didasarkan pada beberapa

    kriteria penting untuk memastikan bahwa partisipan yang dipilih cenderung kaya

    akan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian (Patton, 2002). Berikut

    merupakan beberapa kriteria partisipan penelitian:

    Pertama, partisipan penelitian yang dipilih adalah janda lansia karena

    kematian pasangan yang berdomisili di Yogyakarta. Janda lansia tersebut

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    berusia 60 tahun ke atas yang tinggal bersama dengan anak atau cucu di rumah.

    Pemilihan partisipan yang masih tinggal bersama anggota keluarganya

    dilakukan untuk mengantisipasi munculnya efek buruk bagi partisipan sebagai

    akibat dari wawancara mengingat bahwa peran dukungan sosial khususnya dari

    keluarga diperlukan oleh janda lansia. Stylianos dan Vachon (2003) mengatakan

    bahwa harus ada keseimbangan antara dukungan sosial dan ancaman yang

    dirasakan sebagai akibat dari situasi tertentu. Sable (1991) juga mengatakan

    bahwa janda lansia yang merasa sendiri dan tidak mendapat dukungan sosial

    akan merasa takut dan kesepian.

    Kedua, partisipan dipilih dengan latar belakang suami meninggal karena

    penyakit tidak menular. Hal tersebut didasarkan pada hasil survei Kementrian

    Kesehatan RI yang menunjukkan bahwa penyebab kematian lanjut usia semakin

    meningkat dan disebabkan karena terserang penyakit tidak menular, seperti

    hipertensi, artritis, stroke, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), diabetes

    mellitus, dan lain-lain (Pusdatin Kemenkes RI, 2012, 2013, & 2016)

    Ketiga, partisipan dipilih dengan ketentuan telah menjanda minimal dua

    tahun. Rentang waktu menjanda ditentukan karena dukacita normal biasanya

    berlangsung tiga bulan hingga satu tahun setelah kematian orang yang dicintai

    (Wiryasapurta, 2013). Individu yang berduka kondisinya akan kembali membaik

    pada dua tahun setelah kematian pasangan (Hofer, Wolff, Freidman, & Manson,

    dalam Osterweis, Solomon, & Green, 1984). Pemilihan partisipan dengan proses

    dukacita yang sudah membaik dilakukan untuk meminimalisir risiko yang dapat

    mengganggu kesejahteraan diri partisipan. Mengingat bahwa dalam penelitan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    ini, partisipan diminta untuk mengingat dan menceritakan kembali ingatan akan

    pengalaman dukacita akibat kematian suami. Selain itu, Richardson dan

    Balaswamy (dalam Bennet & Soulsby, 2012) mengatakan bahwa Dual Process

    Model akan tepat digunakan pada individu berduka dengan ketentuan menjanda

    minimal dua tahun pasca kematian pasangan.

    D. Peran Peneliti

    Peneliti akan berperan sebagai instrumen kunci, yakni peneliti akan turun

    langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dengan cara mewawancarai

    partisipan. Peneliti juga akan menganalisis, menginterpretasi, dan

    mengorganisasikan data yang telah diperoleh menjadi satu kesatuan sesuai

    dengan tema-tema yang disesuaikan dengan teori atau konsep yang dipakai oleh

    peneliti (Supratiknya, 2015).

    Dalam penelitian ini, peneliti akan turun langsung mencari partisipan yang

    sesuai dengan kriteria penelitian yakni dengan mencari informasi dan

    mendatangi masing-masing partisipan untuk bertanya mengenai identitas

    partisipan, lama suami meninggal, dan penyebab suami meninggal. Setelah itu,

    peneliti juga akan melakukan pendekatan kepada partisipan dengan datang ke

    rumah masing-masing partisipan sekurang-kurangnya dua kali dan berbincang-

    bicang atau sekedar mendengarkan cerita-cerita partisipan. Hal tersebut peneliti

    lakukan agar terjalin hubungan yang baik dengan partisipan sehingga ketika

    wawancara dilaksanakan, sudah terjalin kedekatan dan partisipan dapat bercerita

    secara terbuka kepada peneliti.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    E. Refleksivitas Peneliti

    Peneliti menyadari bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang cukup

    sensitif bagi sebagaian orang, bahkan mungkin bagi partisipan. Mengingat

    bahwa wawancara mengenai pengalaman dukacita memungkinkan partisipan

    teringat kembali akan almarhum suami sehingga dapat memunculkan perasaan

    tertentu seperti kesedihan, sedangkan peneliti belum cukup memiliki

    kemampuan yang memadai untuk memahami partisipan secara utuh. Hal itu

    mungkin akan membuat peneliti mengalami kesulitan untuk memberikan

    perlakuan pertama jika tiba-tiba partisipan menangis tersedu-sedu. Oleh karena

    itu, peneliti akan belajar bersama salah satu dosen yang mengenai cara-cara

    untuk menenangkan partisipan yang mengalami kesedihan akibat munculnya

    kembali ingatan almarhum suami.

    Selain itu, mengingat bahwa peneliti belum memiliki cukup pengalaman

    dengan lansia memungkinkan peneliti mengalami ketidaktepatan dalam

    merespon setiap jawaban dan perilaku partisipan sehingga hal itu mungkin dapat

    membuat partisipan tidak nyaman selama wawancara. Oleh karena itu, peneliti

    akan belajar bersabar dalam menghadapi dan merespon lansia selama proses

    wawacara agar tetap terjalin hubungan yang baik antara peneliti dengan

    partisipan. Peneliti yakin bahwa tidak akan ada bias yang terjadi selama proses

    pengolahan data karena peneliti sama sekali belum memiliki pengalaman terkait

    dukacita akibat kematian pasangan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    F. Prosedur Penelitian

    Mengingat bahwa penelitian ini berkaitan dengan isu-isu etis seperti yang

    tertulis dalam Kode Etik Psikologi Indonesia, HIMPSI yakni pasal 12 ayat 3

    mengenai pemberian layanan psikologi dalam keadaan darurat dan pasal 15

    mengenai penghindaran dampak buruk. Oleh karena itu, peneliti akan

    melakukan beberapa prosedur penelitian untuk menjamin kesejahteraan klien

    dan sebagai pertanggungjawaban etika, sebagai berikut:

    Pertama, peneliti akan memberikan informed consent dengan partisipan

    sehingga partisipan dapat mengetahui tema penelitian, kegiatan-kegiatan yang

    akan dilakukan selama pengambilan data, dan efek-efek yang mungkin akan

    muncul selama kegiatan berlangsung. Kedua, peneliti akan memastikan kondisi

    partisipan sebelum dilakukannya wawancara dengan cara membagikan skala

    depresi (Beck Depression Inventory-II) dan meminta partisipan untuk

    mengisinya. Peneliti akan melanjutkan ke tahap wawancara jika diperoleh hasil

    BDI ≤17 (sama dengan atau lebih kecil dari tujuh belas) karena hal tersebut

    menunjukkan bahwa partisipan tidak berada pada kategori depresi. Peneliti tidak

    akan atau tidak melakukan wawancara jika diperoleh hasil skala BDI >17 (lebih

    dari tujuh belas), artinya partisipan berada pada kategori depresi ringan atau

    bahkan depresi berat. Peneliti hanya akan memilih partisipan dengan hasil skala

    BDI ≤17 (sama dengan atau lebih kecil dari tujuh belas) untuk diwawancara

    dengan tujuan untuk mengurangi efek negatif yang mungkin akan muncul

    sebagai akibat dari wawancara, mengingat bahwa wawancara yang akan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    dilakukan mungkin akan berdampak pada perasaan tidak nyaman, munculnya

    kesedihan.

    Ketiga, peneliti akan melakukan latihan relaksasi dibantu oleh ahli

    mindfulness dengan tujuan agar peneliti dapat mengetahui dan memberikan

    pertolongan pertama pada partisipan ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

    selama pengambilan data. Selain itu, peneliti juga akan mencari seorang

    psikolog yang siap sedia dihubungi kapan saja ketika peneliti tidak mampu

    memberikan pertolongan pada partisipan pada saat proses pengambilan data.

    Keempat, peneliti akan memberikan latihan relaksasi kepada partisipan di

    setiap akhir sesi wawancara. Relaksasi dilakukan dengan menggunakan panduan

    dan rekaman dari salah satu ahli mindfulness. Selain itu, agar panduan relaksasi

    yang diberikan juga memenuhi standar.

    Kelima, peneliti juga akan meminta partisipan untuk mengisi kembali

    skala BDI-II pada 2-3 minggu pasca pengambilan data guna memastikan kondisi

    partisipan baik-baik saja setelah mengikuti sesi wawancara sebagai proses

    pengambilan data. Ketika hasil skala partisipan menunjukkan cut-off point lebih

    dari 17 maka peneliti akan menyediakan pertemuan konseling sebanyak

    maksimal 2 (dua) kali dengan psikolog. Akan tetapi jika hasil skala partisipan

    menunjukkan bahwa kondisi partisipan baik-baik saja, peneliti tetap akan

    membagikan leaflet mengenai kesedihan dan depresi dengan tujuan agar

    partisipan dapat berlatih ketika mereka memiliki perasaan tidak nyaman setelah

    dilakukannya wawancara.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    G. Metode Pengumpulan Data

    Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode wawancara

    semi terstruktur. Smith (2009) mengatakan bahwa wawancara semi terstruktur

    memungkinkan peneliti dan partisipan berdialog bersama dengan menggunakan

    pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Akan tetapi, peneliti

    dapat memodifikasi pertanyaan menurut jawaban partisipan. Wawancara semi

    terstruktur memungkinkan peneliti untuk memperdalam jawaban partisipan

    sehingga partisipan diberikan kesempatan untuk menyampaikan ceritanya secara

    detail.

    Peneliti membuat pedoman wawancara yang menjadi acuan peneliti dalam

    bertanya sesuai dengan topik. Pedoman tersebut juga digunakan agar selama

    proses pengambilan data, peneliti tetap dapat mengendalikan jalannya

    wawancara sehingga pertanyaan yang diajukan tidak menyimpang dari topik

    penelitian. Peneliti juga menggunakan recorder handphone untuk merekam

    seluruh jawaban partisipan selama proses wawancara. Recorder handphone

    membantu peneliti dalam mengingat seluruh jawaban partisipan yang akan

    digunakan sebagai verbatim atau data tertulis. Kemudian, peneliti akan

    mengkoding data tertulis tersebut sesuai dengan tema-tema yang telah ada.

    Tabel 1. Pertanyaan Wawancara

    Pertanyaan Pendahuluan

    No Pertanyaan No Pertanyaan

    1. Bagaimana kabar nenek? 4. Nenek tinggal dengan siapa saat

    ini?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    2. Apa saja kesibukan nenek

    akhir-akhir ini?

    5. Bagaimana hubungan nenek

    dengan almarhum suami nenek

    dulunya?

    - Apa saja yang biasanya

    nenek lakukan dengan suami

    nenek dulunya?

    3. Berapa usia nenek saat ini? 6. Menurut nenek, bagaimana

    sosok almarhum suami nenek?

    Pertanyaan Utama

    No Aspek Pertanyaan

    1. Latar belakang suami

    meninggal

    Bagaimana kronologi kematian

    almarhum suami?

    - Berapa usia nenek saat suami

    meninggal?

    - Apa yang menyebabkan suami

    meninggal?

    2. Stresor yang muncul

    selama proses dukacita

    Setelah suami meninggal, mungkin bisa

    nenek ceritakan kondisi atau keadaan

    nenek sehari-hari itu seperti apa?

    - Coba nenek ceritakan apa saja yang

    nenek alami selama 1 tahun pertama

    setelah kematian suami nenek.

    - Lalu, setelah 1 tahun kematian suami

    hingga saat ini apa saja yang nenek

    alami? Coba nenek ceritakan.

    Strategi Koping

    (Osiliasi)

    Apa yang biasanya nenek lakukan untuk

    mengatasi masing-masing kesulitan

    tersebut? Coba ceritakan nek.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    - Bagaimana cara nenek mengatasi

    kesulitan yang nenek alami selama 1

    tahun pertama setelah kematian suami

    nenek (kesulitan yang diceritakan

    oleh partisipan)?

    - Tadi nenek juga bercerita mengenai

    kesulitan yang nenek alami setelah 1

    tahun hingga saat ini. Lalu, apa yang

    nenek lakukan untuk mengatasi

    kesulitan yang telah nenek ceritakan

    tersebut?

    Efek dari koping Apa saja yang nenek alami setelah

    melakukan hal-hal tersebut? Coba nenek

    ceritakan masing-masing bagiannya.

    3. Loss-oriented stressor Nek, ada beberapa orang yang suaminya

    meninggal seperti nenek, mereka sering

    teringat, ada yang kadang-kadang

    teringat, bahkan ada yang mungkin

    jarang sekali teringat tentang suaminya.

    Lalu, bagaimana dengan nenek?

    - Apa saja yang biasanya membuat

    nenek teringat dengan alm. suami?

    Coba nenek ceritakan.

    - Apakah hanya itu saja atau ada yang

    lain yang membuat nenek teringat

    dengan alm. suami?

    Strategi Koping

    (Osiliasi)

    Lalu pada saat itu terjadi, apa yang nenek

    lakukan untuk mengatasi kesulitan

    tersebut?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    - Ada hal lain yang nenek lakukan tidak

    pada saat itu?

    Efek dari koping Nenek tadi bercerita saat nenek teringat

    akan alm. suami, nenek melakukan

    (koping sesuai jawaban partisipan),

    setelah melakukan itu apa yang terjadi?

    - Pada saat itu, apa yang nenek rasakan

    dan pikirkan setelah melakukan hal

    tersebut?

    - Ada hal-hal lain yang nenek alami

    tidak setelah melakukan hal itu?

    4. Restoration-oriented

    stressor

    Apakah ada hal-hal yang membuat nenek

    merasa berat menjalani kehidupan

    setelah suami meninggal selain ingatan

    tentang almarhum suami? Coba ceritakan

    nek.

    Perubahan praktis - Bisakah nenek menceritakan tentang

    perekonomian saat masih ada kakek

    dan setelah tidak ada kakek?

    - Apa perasaan nenek ketika itu terjadi?

    - Nek, tadi nenek bercerita mengenai

    hal-hal yang biasanya nenek lakukan

    dengan kakek (sesuai jawaban

    berdasarkan pertanyaan pendahuluan

    nomor 5), lalu setelah kakek tidak ada

    nenek masih melakukannya atau

    tidak?

    - Dulu kakek melakukan apa saja saat di

    rumah?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    - Lalu setelah kakek meninggal

    bagaimana nek?

    Stresor interpersonal - Bisakah nenek ceritakan bagaimana

    hubungan nenek dengan anggota

    keluarga yang lain sebelum kakek

    meninggal? Coba ceritakan nek.

    - Lalu sekarang ini bagaimana

    hubungannya?

    - Menurut nenek sendiri ada perbedaan

    tidak?

    - Sebelum kakek meninggal,

    bagaimana kegiatan nenek di luar atau

    di sekitar lingkungan?

    - Apakah itu masih berlangsung

    sekarang?

    Stresor yang berkaitan

    dengan pengambilan

    keputusan

    - Dulu ketika ingin atau harus

    memutuskan sesuatu, apa yang

    dilakukan nenek?

    - Apakah itu dilakukan untuk setiap hal

    atau hanya hal-hal yang penting saja?

    - Lalu biasanya berdiskusi dengan

    kakek atau tidak?

    - Kalau sekarang bagaimana saat nenek

    ingin memutuskan sesuatu, mengingat

    bahwa kakek sudah tidak ada?

    Strategi Koping

    (Osiliasi)

    Lalu pada saat itu terjadi, apa yang nenek

    lak