ahli makrifat palsu

4
Bagi orang yang telah menempuh jalan makrifat, ia tidak butuh keistimewaan. Keistimewaan yang mana? Sesungguhnya keistimewaan orang makrifat itu tidak menurut pandangan manusia, namun menurut pandangan Allah. Sehingga engkau tidak pernah tahu orang yang mendapat keistimewaan atau tidak. Kalaupun ada orang yang mengaku dirinya sudah makrifat dan mempunyai keistimewaan, misalnya doanya makbul mustajab, bisa meramal nasib, mengaku bisa bertemu dengan roh yang sudah mati atau segala macam bualan, maka hal itu merupakan suatu kebohongan. Kadang orang terkesan dengan gaya bicara atau keanehan materi pembicaraan oran tersebut tentang Allah yang konon dimakrifatinya itu. Sehingga orang awam mengira bahwa dia sudah Makrifat. Kita malah justru harus hati hati dengan seorang guru yang sering menceritakan kehebatan kehebatannya, bisa inilah bisa itulah, ketemu sama inilah ketemu sama itulah. guru yang demikian berarti ilmunya ketauhidannya belum sempurna karena masih ada istilah aku. Guru yang benar adalah guru yang sudah tidak mengunggulkan keakuannya. Bagaimana Guru tersebut mau mengajarkan ilmu makrifat sedangkan dia sendiri tidak mengamalkan ilmu makrifat yang dimiliki. Orang tidak boleh tertipu dan terpedaya dengan adanya kekeramatan-kekeramatan ini sebelum dibuktikan kuatnya syariat yang bersangkutan. Kekeramatan ini tidak menjadi tujuan dan tidak pula menjadi ukuran. Yang menjadi tujuan adalah dekat kepada Allah, mendapat ridla-Nya dan yang menjadi ukurannya mengamalkan syariat dengan berhakikat sempurna. Sesungguhnya ia telah sangat bersyukur kepada Allah, sebab baginya bisa menjalankan wirid (amalan tertentu secara kontinu) merupakan warid (karunia yang sangat besar dari Allah). Dia menyadari secara ikhlas, tanpa adanya warid (karunia) maka ia tak akan mampu menjalankan wirid. Jadi, ‘kenikmatan’ menurut pandangan orang awam, barangkali berbeda dengan ‘kenikmatan’ yang dirasakan oleh orang-orang makrifat. Bagi orang makrifat, pertolongan Allah yang membuatnya mampu menggerakkan dirinya secara kontinu menjalankan wirid, merupakan karunia yang besar. Orang yang makrifat sudah pasti ahlaknya baik, mampu mengendalikan hawa nafsu dan senantiasa mengisi kehidupannya dengan hal-hal yang positif. Jika kemudian ada orang yang mengaku telah makrifat tapi ahlaknya masih buruk maka hal itu jelas belum bermakrifat alias ngaku- ngaku saja. Salah satu sumbangsih orang yang telah bermakrifat adalah mampu menegakan perdamaian. Mereka memiliki toleransi yang tinggi terhadap sesamanya. Meski berbeda pendapat bahkan berbeda keyakinan dengan orang lain, mereka tetap akan menghormatinya. Mereka tidak akan berebut benar sebab kebenaran cuma milik Allah semata.

Upload: kbyt1975

Post on 12-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Ahli Makrifat Palsu

TRANSCRIPT

Bagi orang yang telah menempuh jalan makrifat, ia tidak butuh keistimewaan. Keistimewaan yang mana? Sesungguhnya keistimewaan orang makrifat itu tidak menurut pandangan manusia, namun menurut pandangan Allah. Sehingga engkau tidak pernah tahu orang yang mendapat keistimewaan atau tidak. Kalaupun ada orang yang mengaku dirinya sudah makrifat dan mempunyai keistimewaan, misalnya doanya makbul mustajab, bisa meramal nasib, mengaku bisa bertemu dengan roh yang sudah mati atau segala macam bualan, maka hal itu merupakan suatu kebohongan. Kadang orang terkesan dengan gaya bicara atau keanehan materi pembicaraan oran tersebut tentang Allah yang konon dimakrifatinya itu. Sehingga orang awam mengira bahwa dia sudah Makrifat. Kita malah justru harus hati hati dengan seorang guru yang sering menceritakan kehebatan kehebatannya, bisa inilah bisa itulah, ketemu sama inilah ketemu sama itulah. guru yang demikian berarti ilmunya ketauhidannya belum sempurna karena masih ada istilah aku. Guru yang benar adalah guru yang sudah tidak mengunggulkan keakuannya. Bagaimana Guru tersebut mau mengajarkan ilmu makrifat sedangkan dia sendiri tidak mengamalkan ilmu makrifat yang dimiliki. Orang tidak boleh tertipu dan terpedaya dengan adanya kekeramatan-kekeramatan ini sebelum dibuktikan kuatnya syariat yang bersangkutan. Kekeramatan ini tidak menjadi tujuan dan tidak pula menjadi ukuran. Yang menjadi tujuan adalah dekat kepada Allah, mendapat ridla-Nya dan yang menjadi ukurannya mengamalkan syariat dengan berhakikat sempurna.Sesungguhnya ia telah sangat bersyukur kepada Allah, sebab baginya bisa menjalankan wirid (amalan tertentu secara kontinu) merupakan warid (karunia yang sangat besar dari Allah). Dia menyadari secara ikhlas, tanpa adanya warid (karunia) maka ia tak akan mampu menjalankan wirid.Jadi, kenikmatan menurut pandangan orang awam, barangkali berbeda dengan kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang makrifat. Bagi orang makrifat, pertolongan Allah yang membuatnya mampu menggerakkan dirinya secara kontinu menjalankan wirid, merupakan karunia yang besar. Orang yang makrifat sudah pasti ahlaknya baik, mampu mengendalikan hawa nafsu dan senantiasa mengisi kehidupannya dengan hal-hal yang positif. Jika kemudian ada orang yang mengaku telah makrifat tapi ahlaknya masih buruk maka hal itu jelas belum bermakrifat alias ngaku-ngaku saja.Salah satu sumbangsih orang yang telah bermakrifat adalah mampu menegakan perdamaian. Mereka memiliki toleransi yang tinggi terhadap sesamanya. Meski berbeda pendapat bahkan berbeda keyakinan dengan orang lain, mereka tetap akan menghormatinya. Mereka tidak akan berebut benar sebab kebenaran cuma milik Allah semata.Salahnya sangat sederhana tapi fatal, gara gara sudah mengenal Allah secara ruhaniah kemudian menghentikan aktivitas sholatnya atau amal ibadah wajib lainnya. Ingat bahwa kita terdiri dari dua unsur yaitu jasad dan Ruh, yang mengenal itu bukan jasad yang mengenal itu adalah Ruh, sedangkan yang sholat bukanlah Ruh saja tapi juga jasad. jadi meski sudah mengenal Allah tetap saja harus sholat. Orang baru boleh tidak sholat lagi jika antara jasad dan Ruh sudah terpisah, alias kalau sudah mati. Jika orang tidak memahami unsur dalam diri ini maka dianggapnya bahwa ketika sudah mengenal Allah maka tidak perlu lagi sholat. Untuk apa sholat toh sholat tujuannya untuk mengenal Allah. Kalau sudah bisa ingat kepada Allah untuk apa Sholat toh sholat tujuannya untuk mengingat Allah. inilah kesalahan orang dalam bermakrifat kepada Allah, pokoknya selama kita ada jasad dan masih bersatu dengan Ruh maka kewajiban kewajiban yang dilakukan jasad harus di lakukan seperti apa yang dicontohkan Rasulullah SAW.Nah Fungsi makrifat sebenarnya adalah untuk beribadah, bukan setelah bermakrifat malah meninggalkan ibadah. kalau kita beribadah dengan mengenal Allah atau bermakrifat kepada Allah maka ibadah kita akan khusyu. tapi jika beribadah tidak bermakrifat pasti tidak akan khusyu.ilmu ini memang sekarang tergolong langka, jarang sekali ada seorang guru yang mau mengajarkan ilmu ini kepada khalayak umum. Selain juga sedikit orang yang memiliki kelebihan ilmu ini. saking langkanya ilmu ini maka banyak orang mencari dan akhirnya tersesat. Semula mengira bahwa ia akan mengajarkan ilmu hakikat makrifat ternyata mengajarkan yang bukan itu dan bahkan mengajarkan kesyirikan.Buku buku yang membahas ilmu tersebut memang sudah banyak beredar namun hal itu tidak dapat digunakan untuk pegangan dalam mempelajari ilmu ini. ilmu ini adalah wilayah pengalaman sehingga harus diajarkan oleh seorang guru yang memiliki pengalaman tentang hal tersebut. jadi hati hati lah untuk memilih guru, kyai, syech..dst, kalau perlu test guru tersebut benar benar sudah makrifat atau tidak atau hanya sekedar berilmu saja belum mengamalkan.Makrifat bukanlah sekedar ilmu namun suatu kesadaran dengan sebenar benar sadar bahwa tidak ada illah selain allah.Orang kalau sudah makrifat sama allah dia akan lebih banyak diam sebab wilayahnya adalah wilayah pengalaman pribadi jadi tidak untuk didiskusikan. Seorang gurupun tidak mampu untuk memberikan kemampuan ini hanya saja sang guru tersebut memberikan suatu metode masalah makrifat atau tidak itu sangat tergantung dari Allah.Allah lah yang akan memperkenalkan dirinya kepada hambanya yang dikehendaki untuk memakrifati Dia. semoga kita diberi kemudahan Allah untuk mengenal NYa Amin ya rabbal alamin.Ada sebagian orang yang berpura-pura mengaku pengamal tasawuf tapi tidak mengamalkan syariat. Yang demikian ini adalah sesat, karena sangat bertentangan dengan Al Qur'an dan Al Hadis dan sangat bertentangan dengan kenyataan yang dilaksanakan oleh para tokoh sufi pengamal tarikat Al Muktabarah. Pengakuan-pengakuan yang demikian ini umumnya datang dari orang yang berpura- pura pengamal tasawuf.Para sufi menekankan peramalannya harus didasarkan kepada at Taslim (penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT), At Tafwidh (berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT), At Tabarri Minan Nafsi (Pembebasan diri dari hawa nafsu), dan At Tauhid bil Khalqi wal Masyi'ah (mengesakan hanya Allah sajalah yang Maha Pencipta dan Maha Berkehendak).Pengamal tasawuf yang telah memperoleh kesenangan, kemanisan dalam beriman dan beribadat, ketentraman dan ketenangan adalah suatu bukti bahwa dia telah menjalani atau menempuh jalan yang benar dan mengamalkan syariat yang haq.Al Ghazali mengatakan, "Ketahuilah bahwa banyak orang yang mengaku, dia adalah menempuh jalan (tarikat) kepada Allah, tapi yang sesungguhnya, yang bersungguh-sungguh menempuh jalan itu adalah sedikit. Adapun tanda orang yang menempuh jalan yang sungguh-sungguh dan benar, diukur dari kesungguhannya melaksanakan syariat. Kalaupun ada orang yang mengaku bertasawuf dan bertarikat dan telah menampakkan semacam kekeramatan-kekeramatan, melalaikan atau tidak mengamalkan syariat, ketahuilah bahwa itu adalah tipu muslihat, sebab orang yang bijaksana (orang tasawuf) mengatakan : Jika kamu melihat seseorang mampu terbang di angkasa dan mampu berjalan di atas air, tetapi ia melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syariat, maka ketahuilah bahwa sebenarnya ia itu adalah setan." Abu Yazid Al Bustami, menyatakan : Andaikata kamu melihat seseorang yang diberi kekeramatan hingga dapat naik ke udara, maka janganlah kamu tertipu dengannya sehingga kamu dapat melihat dan meneliti bagaimana dia melaksanakan perintah dan larangan agama serta memelihara ketentuan-ketentuan hukum agama dan bagaimana dia melaksanakan syariat agama.Sahl at Tasturi At Tasturi mengungkapkan tentang pokok-pokok tasawuf yang terdiri dari tujuh pokok jalan (tarikat), yaitu : 1. Berpegang kepada Al Kitab (Al Qur'an), 2. Mengikuti Sunnah Rasul, 3. Makan dari hasil yang halal, 4. Mencegah gangguan yang menyakiti, 5. Menjauhkan diri dari maksiat, 6. Selalu melazimkan tobat dan 7. Menunaikan hak-hak orang lain.Junaid al Baghdadi Al Junaidi mengomentari orang yang mengaku ahli makrifat tetapi dalam gerak geriknya meninggalkan perbuatan-perbuatan baik dan meninggalkan mendekatkan diri kepada Allah, maka beliau mengatakan "Ketahuilah bahwa dia itu adalah setan". Selanjutnya beliau mengatakan : Ucapan itu adalah ucapan suatu kaum yang mengatakan adanya pengguguran amalan-amalan. Bagiku hal itu merupakan suatu kejahatan yang besar, dan orang yang mencuri atau orang yang berzina adalah lebih baik daripada orang yang berpaham seperti itu.Abul Hasan As Syazili As Syazili mengatakan : Jika pengungkapanmu bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah Rasul, maka hendaklah engkau berpegang kepada Al Qur'an dan Sunnah Rasul itu, sambil engkau mengatakan kepada dirimu sendiri "sesungguhnya Allah SWT telah menjamin diriku dari kekeliruan dalam Al Qur'an dan Sunnah Rasul". Allah tidak menjamin dalam segi pengungkapan, ilham, maupun musyahadah (penyaksian), kecuali setelah menyesuaikan perbandingannya dengan Al Qur'an dan Sunnah Rasul.Sebagai kesimpulan, semua pengamalan kaum sufi harus mengikuti semua Nash Al Qur'an dan As Sunnah dan meneladani amaliah-amaliah Rasulullah, sebagai panutan tertinggi para sufi.Nabi SAW ditanya tentang suatu kaum yang meninggalkan amalan-amalan agama, sedangkan mereka adalah orang-orang yang berbaik sangka kepada Allah SWT. Maka jawab Nabi SAW, "Mereka telah berdusta. Karena jika mereka berbaik sangka, tentu amal perbuatan mereka juga adalah baik."Berkata guru besar, Yahya bin Mu'adz Al-Razi : "Jauhkan masyarakat dari tiga golongan manusia, ulama-ulama yang lalai, para pembaca Al-Qur'an yang munafik dan orang-orang bodoh yang mengaku pengikut jalan tasawauf".Penipu-penipu sesat yang mengaku pengikut jalan tasawuf tak pernah berguru kepada seorang ahli keruhanian, bukan pula murid seorang Syaikh dan tanpa pengalaman apapun.