agroindustri untuk otonomi daerah

105

Upload: syukri-muhammad-nur

Post on 12-Mar-2016

268 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Buku ini merupakan catatan pengalaman penulis selama menjadi staf ahli Bupati Kutai Timur pada tahun 2006-2008. Semoga bermanfaat dan jika ada kesulitan untuk membaca buku ini, kontak penulis di email [email protected]

TRANSCRIPT

Page 1: Agroindustri untuk Otonomi Daerah
Page 2: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

OLEH: M. SYUKRI NUR

AGROINDUSTRIUNTUK OTONOMI DAERAH

STRATEGI PENGEMBANGANKEMITRAAN AGROINDUSTRI TERPADU

DI ERA OTONOMI DAERAH

Page 3: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

PENYUSUN:M. Syukri Nur

DISAIN/LAYOUT:Sandi Yusandi

PENERBIT:PT Calprint IndonesiaSampoerna Strategic Square, S outh Tower Level 19Jl. Jend. Sudirman Kav. 45-46, Jakarta 12930Phone: +62 21 57950855, Fax: +62 21 57950850

ISBN 978-602-95060-1-3

PERCETAKAN:CV BOROBUDUR Printing

Cetakan Pertama, Juli 2009

Page 4: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Agroindustri untuk Otonomi Daerah:Strategi Pengembangan Kemitraan Agroindustri Terpadu Di Era Otonomi Daerah.

Pemikiran dasar untuk strategi pelaksanaan dan pengembangan agroindustri di daerahdengan membangun kemitraan kerja dan kesepadanan bagi hasil antara petani dankoperasi, perusahaan dan pemerintah daerah, serta mitra usaha nasional.

PPPPPenenenenenyusunyusunyusunyusunyusun:M. Syukri Nur

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulisdari penerbit.

Ketentuan Pidana Pasal 72 UU No. 19 Tahun 2002.

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksuddalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) di pidana dengan pidana penjarapaling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu jutarupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepadaumum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun danatau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

i> AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Page 5: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

PRAKAPRAKAPRAKAPRAKAPRAKATTTTTAAAAA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan butir-butir pemikiran yang harusdisampaikan pula ke segenap insan dunia untuk mengambil sisi manfaatnya, terutama pada sisipemanfaatan pemikiran ini untuk pembangunan agroindustri di daerah.

Pembangunan Indonesia di era otonomi daerah memerlukan pemikiran-pemikiran yang tajamdan tindakan pelaksanaan yang lebih bijkasana dengan melibatkan semua komponen pengambilkebijakan dan pelaku ekonomi daerah. Mulai dari tingkat petani yang tergabung dalam asosiasimaupun kelembagaan koperasi, perusahaan daerah dan pemerintah daerah, dan pengusaha yangmenjadi mitra, serta lembaga keuangan bank dan non bank. Bahkan lembaga penelitian danuniversitas yang sudah tersedia dan bekerja di masing-masing wilayahnya.

Buku ini disebut butir-butir pemikiran karena terdiri dari artikel-artikel yang tertulis sepanjangpengalaman penulis berinteraksi dengan pustaka, petani, koperasi, pengusaha, dan pejabat daerahuntuk menggagas perwujudannya di masyarakat. Tak ubahnya dengan mutiara yang menjadicontoh butiran, maka perlu dirangkai menjadi sebuah “gelang atau rantai” yang dapat dipakaidan digunakan. Boleh jadi kami hanya sempat melahirkan butiran ini namun pemirsaberkesempatan merangkai dan mewujudkannya.

Buku “Agroindustri untuk Otonomi daerah” ini dimulai dengan pemahaman agroindustri,penggalian potensi sumberdaya alam daerah, identifikasi pelaku bisnis dan pengambil kebijakanyang dapat berperan sebagai langkah nyata otonomi daerah, kemudian pemikiran untukmenjalankan agroindustri daerah dengan berbasis pada kemitraan kerja dan potensi keuntungansesuai dengan proporsi tanggung jawab dan hak masing-masing. Kemudian dituliskan pulakriteria yang sistematis dan dapat dikuantifikasi untuk menilai kemitraan tersebut. Diakhirtulisan disampaikan pemikiran dasar bagaimana sumberdaya manusia yang terdidik dari kampusdan yang tersedia di daerah dapat dididik menjadi wirausaha melalui inkubator bisnis untukmenopang kelanjutan dan pengembangan agroindustri di daerah.

Karena bersifat butiran pemikiranlah maka banyak celah yang harus diisi oleh penulis danpemirsa. Terutama disisi kelayakan finansial dan hukum karena jarak jangkauan pemikirankami yang terbatas. Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah dan rahmat-Nya supayakita terus dapat mencari dan menemukan ridho-Nya melalui pemikiran dan pelaksanaanagroindustri di Indonesia. Amin.

Jakarta, Juli 2009M. Syukri Nur

ii AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH <

Page 6: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

UCAPUCAPUCAPUCAPUCAPAN AN AN AN AN TERIMAKASIHTERIMAKASIHTERIMAKASIHTERIMAKASIHTERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis haturkan ucapan terimakasih kepadarekan-rekan di Agritech Research, SEAMEO BIOTROP, PT. ViramaKarya, PT. Tekno BIG Nusantara, dan PT. Mitra Tani TeknoNusantara, serta Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, DinasKoperasi dan UKM Provinsi Sulawesi Selatan, Koperasi Primer INTIAGRO yang telah memberikan wacana berpikir dalam diskusi danperdebatan hangat untuk membangun kesamaan visi di bidang pertaniansecara luas, khususnya pelaksanaan dan pengembangan agroindustridi Indonesia.

Kesan yang mendalam dalam diskusi dan perdebatan juga memberikansatu semangat tersendiri dalam pelaksanaan dan pengembanganagroindustri Indonesia bersama H. Idrus Hafied, Nurdiana, Nurdianto,Ivan Donovan, Arif, Suwito, Prayitno, Winarno Arifin, dan AhmadYani. Juga kepada Istriku Sulastri yang selalu tabah bersama anandaNurfajriah Julianti Syukri dan Nur Ramadani Meliani Syukri ketikatulisan ini mulai dibuat di awal Ramadhan 1425 H.

Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Penebar Swadaya yangtelah menerbitkan tulisan ini dalam bentuk buku.

iii> AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Page 7: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

iv AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH <

Prakata ii

Ucapan Terimakasih iii

BAB 1BAB 1BAB 1BAB 1BAB 1 Prins ip Dasar Agroindustr iPr ins ip Dasar Agroindustr iPr ins ip Dasar Agroindustr iPr ins ip Dasar Agroindustr iPr ins ip Dasar Agroindustr iPengertian agroindustri 2Interaksi antra subsistem 3Kelayakan pelaksanaan agroindustri 4Enam faktor penentu agroindustri 5

BAB 2BAB 2BAB 2BAB 2BAB 2 PPPPPererere re rencanaan Kaencanaan Kaencanaan Kaencanaan Kaencanaan Kawwwwwasan Agasan Agasan Agasan Agasan Agrrrrroindustr i Di Daerahoindustr i Di Daerahoindustr i Di Daerahoindustr i Di Daerahoindustr i Di DaerahPendahuluan 12Pewilayahan komoditi 13Dukungan Pemda dan DPRD 20Dukungan infrastruktur 21Dukungan sumberdaya manusia 21Dukungan lembaga keuangan 22Ketersediaan pelaksana agroindustri 22Jaringan pemasaran untuk mencapai target pasar 23

BAB 3BAB 3BAB 3BAB 3BAB 3 Kemitraan Untuk Agroindustr iKemitraan Untuk Agroindustr iKemitraan Untuk Agroindustr iKemitraan Untuk Agroindustr iKemitraan Untuk Agroindustr iPeranan agroindustri 26Prinsip dasar kemitraan 27Kesepakatan kepemilikan saham 33Pengaturan Keuntungan 33Analisa sistem agroindustri 34Keunggulan dan kelemahan 36Strategi dan langkah taktis 39Dampak dan kendala 40Penutup 41

BAB 4BAB 4BAB 4BAB 4BAB 4 Mengukur Kiner ja Agroindustr i S i s tem Kemitraan di DaerahMengukur Kiner ja Agroindustr i S i s tem Kemitraan di DaerahMengukur Kiner ja Agroindustr i S i s tem Kemitraan di DaerahMengukur Kiner ja Agroindustr i S i s tem Kemitraan di DaerahMengukur Kiner ja Agroindustr i S i s tem Kemitraan di DaerahKepentingan agroindustri daerah 44Sistem bagi hasil 46Kriteria penilaian 48

DDDDDAFTAFTAFTAFTAFTAR ISIAR ISIAR ISIAR ISIAR ISI

Page 8: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

v> AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

BAB 5BAB 5BAB 5BAB 5BAB 5 PPPPPererere re r usahaan Daerah dan Agusahaan Daerah dan Agusahaan Daerah dan Agusahaan Daerah dan Agusahaan Daerah dan Ag rrrrroindustr i Koindustr i Koindustr i Koindustr i Koindustr i Kemit raanemit raanemit raanemit raanemit raanPerubahan paradigma 54Kelayakan investasi dan ketidakjelasan 55Mewujudkan perusahaan daerah yang ideal 56Program kerja perusahaan 61Penutup 63

BAB 6BAB 6BAB 6BAB 6BAB 6 RRRRReeeeev i ta l i sas i Kvi ta l i sas i Kvi ta l i sas i Kvi ta l i sas i Kvi ta l i sas i Koperas i untuk Membangunoperas i untuk Membangunoperas i untuk Membangunoperas i untuk Membangunoperas i untuk MembangunCEO koperasi 66Langkah penertiban 67

BAB 7BAB 7BAB 7BAB 7BAB 7 Stra teSt ra teSt ra teSt ra teSt ra te g i Pg i Pg i Pg i Pg i Pemi l ihan Mesin Pemil ihan Mesin Pemil ihan Mesin Pemil ihan Mesin Pemil ihan Mesin Pabr ikas i Agabr ikas i Agabr ikas i Agabr ikas i Agabr ikas i Ag rrrrro industr io industr io industr io industr io industr iTujuan pendirian pabrik 76Sentra produksi dan bahan baku 77Prinsip teknis mesin-mesin pertanian 78SDM pengelola pabrik 81Penutup 82

BAB 8BAB 8BAB 8BAB 8BAB 8 Inkubator Inkubator Inkubator Inkubator Inkubator WWWWWirausaha Agi rausaha Agi rausaha Agi rausaha Agi rausaha Ag rrrrro industr i Berbas i s Koindustr i Berbas i s Koindustr i Berbas i s Koindustr i Berbas i s Koindustr i Berbas i s Kemit raanemit raanemit raanemit raanemit raanKelahiran ide inkubator wirausaha 86Filosopi kemitraan 87Konsep dasar inkubator 89Pelaksana inkubator 89Alur kerja 90Peluang bisnis untuk teknologi 91Peranan jasa keuangan dan perusahaan 92Penutup 93

DDDDDAFTAFTAFTAFTAFTAR PUSTAR PUSTAR PUSTAR PUSTAR PUSTAKAAKAAKAAKAAKA 94

Page 9: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Page 10: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

1> PRINSIP DASAR AGROINDUSTRI

TTTTTujuan Pujuan Pujuan Pujuan Pujuan Penulisanenulisanenulisanenulisanenulisan

TTTTTujuan penulisan bagian ini adalah:ujuan penulisan bagian ini adalah:ujuan penulisan bagian ini adalah:ujuan penulisan bagian ini adalah:ujuan penulisan bagian ini adalah:1. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar agroindustri2. Untuk menerangkan interaksi yang terjadi antara subsistem di dalam sistem agroindustri.3. Untuk menjelaskan faktor penentu kelayakan pelaksanaan agroindustri.4. Untuk memberikan beberapa saran strategis dan taktis dalam pelaksanaan konsep ini.

SasaranSasaranSasaranSasaranSasaran

Penulisan ini merupakan sumbang saran kami yang ditujukan kepada praktisi, pengamatmasalah pertanian, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah serta para pengusaha yangbergerak di sektor agroindustri di Indonesia.

PRINSIP DASARAGROINDUSTRI

BBBBBAB 1AB 1AB 1AB 1AB 1

Page 11: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

PENGERTIAN AGROINDUSTRI

Istilah agribisnis dan agroindustri dianggap sama dalam pelaksanaan usaha tani karenamelibatkan empat subsistem yang saling berkaitan satu sama lain. Keempat subsistemtersebut adalah: (1) subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi; (2) subsistem

produksi pertanian atau usaha tani; (3) subsistem pengolahan hasil pertanian; (4) subsistempemasaran hasil-hasil pertanian (Desai, 1974 dalam Saragih, 2004). Keterkaitan empatsubsistem tersebut dapat digambarkan pada Gambar 1.

2 PRINSIP DASAR AGROINDUSTRI <

Gambar 1. Empat subsistem penyusun agroindustri dan subsistem layanan pendukungnya.

Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa pertanian itu tidak hanya sistem budidayayang kerapkali kita saksikan dimana petani mengolah lahannya kemudian memberi pupukdan memanen serta menjualnya. Namun lebih dari itu, harus didukung oleh penyediaansarana produksi seperti benih, pupuk, modal, ilmu pengetahuan dan teknologi, manajemen,tenaga kerja dan kelembagaan. Panen petani juga harus diolah, dikemas, dan dipromosikanuntuk mencapai konsumen sehingga diperoleh nilai tambah ekonomi.

Jika pertanian hanya dianggap sebagai budidaya maka nilai tambah ekonomi yang diperolehdari produk sebatas harga produk dikurangi dengan biaya tanam. Namun jika dianggap sebagaibisnis apalagi dikembangkan sebagai industri dengan istilah agroindustri maka akan diperolehnilai tambah ekonomi yang lebih besar. Sebagai ilustrasi, kopi yang dijual petani Rp 15.000/kg dapat berubah menjadi Rp.250.000,-/kg karena sudah diolah menjadi kopi instan dengankombinasi susu, dan penyajian dalam bentuk kemasan dan suasana di restoran ataupun kafe.

Kondisi ideal untuk memberikan nilai tambah ekonomi bagi pertanian tidaklah semudahmembalik telapak tangan karena sejumlah kendala masih menghadang para pelakunya. Bahkansetiap interaksi antar subsistem, pelaku masih bersikap menang sendiri tanpa ada kepedulian

Page 12: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

untuk saling berbagi kerja apalagi berbagi keuntungan. Pelaku pada subsistem I umumnyapengusaha dan perorangan, sedangkan pada subsistem II sudah pasti petani dengan segalakelemahannya dibidang teknologi, manajemen, pengolahan dan akses pasar. Pelaku di subsistemIII dan IV dikuasai oleh perusahaan dengan kekuatan modal, teknologi, dan pasar. Penyebabnyamungkin karena pelaku di setiap subsistem itu berbeda kekuatannya. Mungkin juga karenapengaruh mekanisme pasar.

INTERAKSI ANTAR SUBSISTEM

Kendati telah teridentifikasi empat subsistem tersebut oleh analis dan peneliti pertanian,namun dalam kenyataannya setiap subsistem tersebut masih dilaksanakan secara parsial baikoleh setiap petani, perusahaan kecil, pengumpul, pedagang kecil, dan pedagang besar. Akibatnyasetiap subsistem ke subsistem lainnya akan mengalami empat hal yaitu:

Pertama, selalu terjadi posisi tawar menawar karena setiap pelaku dalam subsistem tersebutberupaya keras mendapatkan keuntungan dari setiap produk atau kerja yang dihasilkannya.Keuntungan yang diperoleh oleh pelaku dari setiap subsistem tidak mungkin dibagihasilkandengan pelaku lainnya. Bahkan usaha tani pada komoditi yang sama, sering terjadi persainganterhadap sesama pelaku untuk mencapai keuntungan maksimum kendati menggunakan istilahpersaingan pasar.

Kedua, jika terjadi kerugian pada satu subsistem baik oleh pelaku maupun akibat dari subsistemlainnya maka tak dapat diharapkan pelaku dan subsistem lainnya untuk membantu kerugiantersebut. Kata lain adalah keuntungan dan resiko dinikmati/ditanggung sendiri.

Ketiga, pada setiap subsistem ke subsistem lainnya terbuka peluang bagi pelaku di luar sistemyang memanfaatkan kelemahan yang tersedia. Terutama pada penguasaan subsistem pengadaandan distribusi input pertanian. Umumnya, pelaku ini sering disebut pengijon yang memberikan“umpan” lebih dulu kepada petani yang menjadi pelaku subsistem kegiatan produksi pertanian.Akibatnya adalah pengijon lebih berkuasa pada hasil akhir petani.

Keempat, adalah setiap pelaku dan subsistem harus secara langsung berhubungan denganpelaku di subsistem layanan pendukung terutama pada pinjaman kredit dari perbankan denganpersyaratan yang mungkin menyulitkan karena harus menyiapkan agunan dan persiapanadminsitrasi lainnya. Bagi pengusaha hal tersebut dapat diatasi namun kesulitan besar bagipetani yang umumnya bergerak sendiri.

3> PRINSIP DASAR AGROINDUSTRI

Page 13: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

KELAYAKAN PELAKSANAAN AGROINDUSTRI

Pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dankehutanan) merupakan upaya pengelolaan sumberdaya alam melalui sistem usaha tani yangharus dikerjakan dengan lima kriteria kelayakan.

Pertama, layak teknis produksi yang mencakup dukungan potensi daerah dan lingkungannyauntuk memproduksi bahan baku industri. Kondisi ini disebut pembentukan sentra produkuntuk jaminan ketersediaan bahan baku industri pertanian. Pembentukannya harus sesuaidengan dukungan agroekologi dan perencanaan pemerintah daerah, serta ketersediaaninfrastruktur yang membuktikan bahwa daerah memilikian kemauan keras untuk membangunwilayahnya menjadi wilayah agroindustri.

Kemampuan untuk mendirikan dan mengelola pabrik yang akan mengolah dan mengemashasil pertanian dan menjadikannya produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar sehinggamencapai target nilai tambah ekonomi.

Kedua, layak manajemen yang berarti ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) dan dukungankelembagaan untuk mendukung suatu usaha yang akan dilaksanakan. Ketersediaan SDM inidapat diperoleh melalui serapan tenaga kerja untuk katagori petani dan penyuluh pertanian,operator mesin, pemelihara mesin, dan supervisor serta perencana dan pengambil keputusandi tingkat perusahaan. Bahkan dukungan SDM juga diperlukan dalam kelembagaan pemerintah,koperasi, dan lembaga keuangan (bank dan non-bank) untuk mendapatkan kesamaan persepsikendati langkahnya berbeda sesuai dengan target dari lembaga yang diwakilinya.

Ketiga, layak keuangan yang berarti tersedia informasi yang akurat mengenai sumber danadan penggunaannya ser ta nilai-nilai yang meyakinkan untuk investasi. Prinsip dasar dalambagin ini adalah semua hal tentang keuangan haruslah akuntable dan feasible sehingga inves-tor ataupun lembaga keuangan akan yakin dengan dana yang diinvestakannya

Keempat, layak pasar yang menunjukkan potensi pasar dan sistem jaringan pasar yang dibuatuntuk mendukung unit usaha tersebut. Kelayakan pasar di dalam agroindustri ini tidak sebataskemampuan membaca potensi yang dapat diserap pasar tetapi pada informasi akurat tentangkepastian pembelian, harga, waktu, dan kapasitas serapan produk serta jaminan pembayarandengan melibatkan sistem perjanjian yang normal dilakukan diantara pelaku bisnis.

4 PRINSIP DASAR AGROINDUSTRI <

Page 14: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Kelima, Layak sosial dan ekonomi, dan hukum yang menunjukkan bahwa unit usaha yangmengerjakan suatu usaha telah memiliki bentuk hukum yang jelas serta hasil kegiatannyaberdampak positif pada masyarakat dan memberikan nilai ekonomi pada wilayah tersebut.

Menurut Sumodiningrat (2004), pertanian harus dijalankan sebagai bentuk usaha ekonomiproduktif dan dikelola secara moderen, profesional, dan berorientasi keuntungan. Posisipetani harus dipersepsikan sebagai subyek pembangunan dan dipersiapkan secara aktif menjadiseorang pengusaha. Pada akhirnya mereka mampu mentransformasikan usaha pertanian menjadisalah satu sektor bisnis yang menguntungkan sehingga layak bank.

Untuk mencapai target tersebut, Sumodiningrat (2004) menyarankan lima langkah yangharus dijalani yaitu:

1. Harus dilakukan transformasi usaha pertanian ke dalam sistem agrobisnis.2. Arus utama anggaran pemerintah dalam mendukung usaha pertanian3. Kerangka regulasi yang jelas dan penegakan hukum yang tegas.4. Perlindungan, pelestarian dan revitalisasi kearifan lokal dan kelembagaan ditingkat petani.5. Penguatan peran pemerintah daertah dalam pemberdayaan petani. Pemerintah daerah

harus berperan untuk menanamkan pengertian bahwa pertanian adalah sumberkesejahteraan petani yang harus dikelola secara profesional dan berdaya saing tinggi.

Aplikasi kelima langkah yang disampaikan oleh Sumodiningrat (2004) dapat dijalankan padasatu sistem usahatani dengan melibatkan tiga stakeholder utama yaitu petani, pemerintahdaerah, dan pengusaha dalam satu unit usaha berbadan hukum yang disebut perusahaanterbatas (PT) Patungan. Hal inilah yang mendasari lahirnya konsep kemitraan dalammengembangkan agroindustri di suatu daerah.

ENAM FAKTOR PENENTU AGROINDUSTRI

Enam faktor penentu untuk pelaksanaan dan pengembangan agroindustri yang baik dalamskala ekonomi di suatu daerah:

1. Kawasan Agroindustri1. Kawasan Agroindustri1. Kawasan Agroindustri1. Kawasan Agroindustri1. Kawasan AgroindustriKawasan industri di suatu daerah harus ditentukan berdasarkan kesesuaian agroekologinyadengan mempertimbangkan kondisi tanah, iklim, topografi serta nilai ekonomi komoditiyang akan diusahakan. Kesesuaian agroekologi tersebut menunjukkan daya dukung teknislingkungan yang kemudian ditindaklanjuti dengan daya dukung ekonomi dan kebijakan

5> PRINSIP DASAR AGROINDUSTRI

Page 15: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

pemerintah daerah. Kawasan agroindustri juga harus sesuai dengan perencanaan tata ruangdaerah yang dituangkan dalam bentuk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) hingga RencanaTata Ruang Teknis.

Kenyataan yang ada, pemerintah daerah belum mempertimbangkan dan menentukan sentra-sentra produksi untuk agroindustri. Pembentukan sentra produksi terjadi secara alamiahdengan munculnya pemukiman yang dikerjakan oleh masyarakat karena keterdesakan ekonomiuntuk mencari lahan-lahan pertanian baru. Akhirnya terjadilah sentra pertanian dadakanyang bercampur dengan pemukiman. Bahkan kecenderungan yang terjadi pemukiman dandaerah industri mengalahkan kepentingan sentra pertanian. Contoh kasus adalah pengubahanlahan sawah atau kawasan konservasi menjadi kawasan pemukiman.

2. P2. P2. P2. P2. Pabrikasi Agabrikasi Agabrikasi Agabrikasi Agabrikasi Ag rrrrroindustrioindustrioindustrioindustrioindustriKawasan industri harus juga didukung oleh pabrikasi yang akan mengolah barang mentah(hasil/produksi) dari pertanian menjadi barang setengah jadi. Langkah ini disebut pengolahanpasca panen. Keunggulan dengan berdirinya suatu pabrik di daerah yang menjadi mata rantaisistem produksi pertanian adalah memberikan jaminan kualitas dan kuantitas produk, sertaketepatan waktu sehingga memudahkan dalam penentuan harga pasar.

Kondisi sebagian besar kawasan agroindustri yang dicanangkan di suatu daerah belum memilikipabrikasi sehingga petani selalu menghadapi kendala jaminan pasar dan “permainan harga”baik dalam skala lokal maupun nasional.

3. K3. K3. K3. K3. Kualitas Sumberualitas Sumberualitas Sumberualitas Sumberualitas Sumberdadadadadayyyyya Manusia dan Ora Manusia dan Ora Manusia dan Ora Manusia dan Ora Manusia dan Orggggganisasi Panisasi Panisasi Panisasi Panisasi PelaksanaelaksanaelaksanaelaksanaelaksanaAgroindustri memerlukan dukungan sumberdaya manusia (SDM) dan bentuk organisasi yangbaik dan efisien. Kuantitas dan kualitas SDM harus mampu menunjukkan kinerja yang bagussebagai bentuk pemahaman yang tinggi pada profesionalisme industri. SDM tersebut jugaharus merata pada semua strata baik pada aparat pemda maupun di tingkat praktisi baikpengusaha lokal maupun pada tingkat petani.

Perseroan Terbatas merupakan bentuk organisasi pelaksana agroindustri yang profesional danmemiliki kekuatan hukum yang baik dalam setiap transaksi bisnis tanpa harus memikirkanterlebih dahulu fungsi-fungsi sosial kepada masyarakat. Hal inilah yang menjadi harapanuntuk melahirkan Perusahaan Daerah yang berperan sebagai kanal pemasukan danapembangunan daerah.

6 PRINSIP DASAR AGROINDUSTRI <

Page 16: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Namun demikian, harapan tersebut ternyata masih jauh dari kenyataan. Pelaksana yang dapatdigolongkan perencana dan pelaksana baik pada tingkat pemerintah daerah dan pelaksanateknis di lapangan belum tersedia dalam jumlah kualitas yang bagus untuk mendukungagroindustri di suatu daerah.

Kenyataan lain, Perusahaan daerah (Perusda) masih dianggap lembaga yang non-profit karena“ruh” pelaksananya ditempati mantan-mantan pejabat yang memiliki hubungan erat denganpejabat yang sedang berkuasa. Akibatnya adalah peluang-peluang bisnis tidak dapat ditangkapdan dikerjakan dengan baik. Penempatan dana pemda menjadi sia-sia. Alhasil, jadilah perusda“momok” bagi sebagian besar aparat pemda dan masyarakat di daerah. Jika demikian, apakahinstitusinya yang dilikuidasi ataukah direksi dan komisarisnya yang diganti? Jawabnya terletakpada pengembalian tujuan pendirian perusda yaitu untuk mencari dana pembangunan daerahsehingga aspek akuntabilitas, bankable, dan profesionalitas menjadi prioritas dalampenempatan SDM.

Organisasi yang potensial juga untuk membangun agroindustri daerah adalah koperasi karenamemiliki jaringan kerja yang cukup baik. Tak ubahnya dengan induk perusahaan “holdingcompany” dengan sejumlah anak perusahaannya di setiap kabupaten dan kotamadya. Perananini akan bertambah baik jika mampu melaksanakan penertiban pada sisi logika dan niat;organisasi dan anggota; rencana dan usaha; administrasi dan keuangan; serta melakukan evaluasidan pengawasan.

4. Dukungan Finansial4. Dukungan Finansial4. Dukungan Finansial4. Dukungan Finansial4. Dukungan FinansialTanpa dukungan finansial dari pemerintah, petani, maupun mitra usaha serta lembaga keuanganmaka pelaksanaan agroindustri di suatu daerah akan menjadi hayalan belaka. Lembaga keuangandapat berasal dari bank, asuransi, dan reksadana. Saat ini lebih banyak diperoleh dukunganfinansial dari bank dalam bentuk kredit. Pada masa mendatang, diharapkan lembaga perbankandapat lebih aktif mendukung pelaksanaan agroindustri secara teknis ke para pelakunya denganmemberikan bantuan panduan penyusunan rencana bisnis dan rencana anggaran, serta informasiharga dan kebutuhan pasar.

5. J5. J5. J5. J5. Jaringaringaringaringaringan Pan Pan Pan Pan Pasar dan Pasar dan Pasar dan Pasar dan Pasar dan PemasaranemasaranemasaranemasaranemasaranJaringan pasar dan sistem pemasaran yang baik sangat diharapkan dalam pelaksanaanagroindustri di daerah. Jaringan pasar dapat dibentuk dalam skala lokal di tingkat provinsimaupun nasional dan internasional yang sangat tergantung pada kemampuan kerjasama denganmitra usaha. Oleh karena itu, bagian ini harus digunakan sebagai kriteria penentu dalammenjalin kerjasama dengan mitra usaha nasional.

7> PRINSIP DASAR AGROINDUSTRI

Page 17: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Kelemahan mendasar bagi daerah adalah ketidakmampuan menjalin mitra usaha yang memilikijaringan pasar, baik dalam skala nasional maupun internasional. Kelemahan ini mengakibatkanrendahnya semangat petani dan dinas-dinas terkait untuk mendukung penuh sektor pertaniansebagai basis agroindustri di daerahnya.

6. P6. P6. P6. P6. Penentuan Sistem Penentuan Sistem Penentuan Sistem Penentuan Sistem Penentuan Sistem Pendukung Agendukung Agendukung Agendukung Agendukung Ag rrrrroindustrioindustrioindustrioindustrioindustri

Daerah juga memerlukan sistem yang dapat mendukung kelima faktor tersebut supayamendapatkan hasil yang baik. Filosopi yang sederhana dan patut digunakan adalah “SemuaUntung” atau “Win-Win Solution” atau “Semua Kebagian”. Semua pihak yang terlibat baikitu petani, pemerintah, maupun mitra usaha harus mendapatkan keuntungan finansial dansosial ekonomi yang proporsional sesuai dengan kontribusi masing-masing.

Kenyataan yang ada tidak semua sistem yang dikembangkan memiliki filosopi tersebut. Masing-masing pihak, terutama petani belum mendapatkan posisi tawar yang bagus sehingga merekaselalu mengalami kerugian. Disisi lain pengusaha dengan keunggulan strategi dan taktis telahmampu meraup keuntungan besar dengan kendati hanya memperhatikan sedikit “kepentingan”aparat pemerintah. Tanggung jawab sosial bagi masyarakat di wilayah kerjanya masih menjadiwacana. Kondisi ini tidak dapat diubah oleh pemda karena rancangan pelaksanaan sistempendukung agroindustri tidak dipelajari dengan baik dan bijak.

Berdasarkan kerangka pemikiran dengan menggunakan enam faktor penentu tersebut, makasiapapun pelaku agroindustri di daerah harus mampu menyatukan persepsi masyarakat danpemerintah daerah serta pelaku lainnya dalam pengembangan sistem agroindustri di daerahnya.

8 PRINSIP DASAR AGROINDUSTRI <

Page 18: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

9> PRINSIP DASAR AGROINDUSTRI

Page 19: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

10 PRINSIP DASAR AGROINDUSTRI <

Page 20: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

11> PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH

PERENCANAAN KAWASANAGROINDUSTRI DI DAERAH

BBBBBAB 2AB 2AB 2AB 2AB 2

TTTTTujuan penulisan bagian ini adalah:ujuan penulisan bagian ini adalah:ujuan penulisan bagian ini adalah:ujuan penulisan bagian ini adalah:ujuan penulisan bagian ini adalah:

1. Memberikan informasi dasar mengenai strategi penentuan kawasan agroindustri di daerahdengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan daerah.

2. Penentuan aspek-aspek pendukung untuk melaksanakan pengembangan kawasanagroindustri tersebut dilihat dari segi sarana dan prasarana, ketersediaan sumberdayamanusia, dan lembaga keuangan, ser ta kelembagaan di pemerintahan dan DPRD.

SasaranSasaranSasaranSasaranSasaran

Sasaran penulisan ini adalah agar keterlibatan pemerintah dan aparatnya serta DPRD disuatu daerah dapat lebih jelas dan berdasar sehingga tidak setengah hati dalam mengembangkanpotensi daerahnya untuk agroindustri.Ruang lingkupPemahaman komoditas pertanian harus menyangkut tanaman pangan, perkebunan,hortikulutura, peternakan, perikanan dan kelautan yang memerlukan suatu areal danketerlibatan manusia dan kelembagaan sehingga ruang lingkup pembahasannya dibagi menjaditujuh bagian.

Ketujuh bagian tersebut adalah Pewilayahan Komoditas; Dukungan Infrastruktur; DukunganSDM; Dukungan Pemda dan DPRD; Ketersediaan Pelaksana Agroindustri; DukunganLembaga Keuangan; dan Jaringan Pemasaran untuk Mencapai Target Pasar.

Page 21: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

12 PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH <

PENDAHULUAN

Kemampuan pemerintah daerah untuk mengenali potensi wilayahnya sehingga dapatdijual kepada investor atau mitra usaha merupakan strategi penting dalam menjalankanroda pembangunan di daerah. Terutama pada daerah-daerah yang masih mengandalkan

pertanian sebagai tulang punggung ekonomi. Hal ini harus segera dipahami dan dilaksanakanoleh Bupati dan jajarannya supaya dapat menerapkan peluang bisnis dalam kerangka pelaksanaanotonomi di daerahnya.

Jika investor atau mitra usaha datang pada suatu daerah, terkadang informasi potensi wilayahtersebut disajikan dalam bentuk informasi kualitatif, tanpa mempertimbangkan kemampuanatau daya dukung daerahnya. Hasil adalah data statistik yang tidak akurat. Terutama dalampenentuan luasan dan lokasi yang tepat untuk pengembangan agroindustri di daerah.

Investor atau mitra usaha datang pada suatu daerah memiliki misi bisnis. Namun secarakeseluruhan mereka menginginkan suatu kontrol pada sentra produksi yang dibangun sehinggadapat menentukan kuantitas, kualitas, waktu, jarak distribusi, serta harga produk yang akandijual ke pasar. Jika kelima faktor tersebut tidak terpenuhi maka investor/mitra usaha akanpasti tidak berminat menanamkan modalnya. Jadi pengelola daerah jangan hanya terpakupada jargon sosial seperti perluasan kesempatan tenaga kerja dan pembangunan ekonomimasyarakat, karena ujung-ujungnya selisih antara nilai jual dan biaya produksi yangdipertimbangkan keuntungan bagi investor/mitra usaha.

Hal inilah yang mendasari argumentasi kenapa suatu daerah segera perlu menetapkan kawasan-kawasan produksinya, baik untuk kawasan pertanian maupun untuk kawasan-kawasankonservasi bahkan pertambangan. Penetapan suatu kawasan agroindustri berarti telah membuatlangkah awal dalam kepastian hukum dan perlu ditindaklanjuti dengan kondisi sosial yangkondusif untuk terselenggaranya agroindustri yang dijalankan oleh pengusaha.

Penetapan kawasan tersebut seyogyanya mempertimbangkan pertama kali aspek agroekologi,kemudian penentuan kebijakan sosial dan ekonominya yang diperlukan untuk menunjangkondisi tersebut. Jika langkah ini terbalik maka resiko yang harus dibayar oleh masyarakatmaupun pemerintah tentu akan lebih mahal karena kondisi alam tak mampu mendukungrencana tersebut kecuali harus dilakukan investasi mahal untuk mengubahnya. Perubahankondisi alam inilah yang kelak menjadi bencana namun harus dihindari melalui perencanaanyang sistematis dan berbasis pada kearifan penggunaan kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi saat ini.

Page 22: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

13> PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH

PEWILAYAHAN KOMODITI

Pewilayahan komoditi adalah upaya manusia untuk mengenal karakteristik lingkungan danberadapatasi dengan alam sehingga mendapatkan dukungan terhadap semua tindakan dalamsistem usahataninya. Usahatani ini melibatkan komoditi yang digunakan untuk tanamanpangan, peternakan, perkebunan, perikanan, dan hortikultura, bahkan agroforestri.

Pengertian tersebut juga perlu dipertajam dengan mempertimbangkan tidak hanya aspekiklim (Sering disebut Kesesuaian Agroklimat), tetapi semua aspek seperti tanah (KesesuaianTanah), daya adaptasi tanaman atau ternak, dan kemampuan manusia untuk mengatasinyadengan melibatkan tenaga, waktu, dan modal serta ketersediaan teknologi yang dimilikinya.

Irsal et al (1990) mengemukakan konsepsi dasar pewilayahan (zonasi) komoditi secara bertahapdiawali dengan studi agroekologi utama yang hanya mempertimbangkan faktor bio-fisik,yaitu iklim, tanah dan topofisiografi. Faktor lingkungan biologis, sosial ekonomi,kebijaksanaan/politik dan faktor penunjang lainnya dipertimbangkan pada tahap-tahapberikutnya (Gambar 1.)

Pakar Perhimpi (1989) dalam Irsal (1992), Penggunaan faktor iklim dan topografi sebagaiparameter utama dalam pewilayahan komoditi suatu daerah didasarkan kepada beberapapertimbangan antara lain:

1. Iklim dan topografi secara teknis operasional sangat sulit dimodifikasi.2. Iklim merupakan salah satu komponen agroekosistem yang sulit didiga3. iklim dalam batas tertentu dapat digunakan untuk mengindikasikan komponen

agroekosistem lain, terutama faktor tanah dan vegetasi.

Iklim menentukan kesesuaian lahan dari tiga sisi yaitu melalui kemungkinan tumbuh tidaknyasuatu komoditi, tinggi rendahnya (magnitude) hasil panen, kemantapan stabilitas hasil komoditi.

Page 23: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

14 PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH <

Gambar 2. Tahapan pembuatan zona komoditi prioritas berdasarkan zona agroekologi alamiah,faktor sosial ekonomi dan kebijakan pemerintah, serta prasana fisik dan teknologi.

Gambar 2. menjelaskan tahapan pembuatan zona komoditi prioritas yang menjadi targetutama pewilayahan komoditas berdasarkan pertimbangan, iklim, tanah, dan fisiografi. Ketigaaspek lingkungan itu dimasukkan dalam analisis untuk mendapatkan kejelasan informasisuatu wilayah sehingga ditetapkan sebagai zona agroekologi alamiah. Langkah selanjutnyaadalah memasukkan pertimbangan teknologi dan fisik, prasarana yang tersedia dan kebutuhanekologis setiap komoditi yang direncanakan atau yang akan diperoleh untuk mendapatkanhasil zona agroekologi pragmatik yang dapat dipilah menjadi zona agroekologi spesifik, zonapotensi pertanaman, dan zona kesesuaian komoditi. Zona komoditi prioritas dapat diperolehsetelah dimasukkan faktor sosial ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah.

Page 24: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

15

Hasil akhir berupa zona komoditas prioritas inilah yang dimanfaatkan karena bernilai informasiyang kuantitatif karena berisi data luasan, jenis komoditi, dan bahkan dapat ditambahkanperaturan-peraturan pengelolaan daerah dan aturan investasi sehingga investor dapat mengambilkeputusan yang lebih cepat untuk menanamkan modalnya.

Rincian-rincian masing-masing data yang diperlukan dari faktor iklim, tanah, dan fisiografidalam pewilayahan komoditas sehingga diperoleh informasi lengkap kesesuaian wilayahterhadap suatu komoditi (Lihat Gambar 3).

Tingkat kesesuaian ini dibuat dengan mempertimbangkan besaran biaya, teknologi, dan waktuyang akan digunakan untuk mengubahn kondisi tersebut. Nilai sesuai misalnya, akanberimplikasi bahwa lokasi tersebut lebih tepat digunakan untuk suatu komoditas tanpamengeluarkan banyak biaya dan tenaga dalam mencapai hasil yang optimum. Hal ini berbedadengan lokasi yang tidak sesuai, yang berarti bahwa lokasi tersebut memang tidak diperuntukanuntuk suatu komoditi karena pertimbangan kemiringan lahan atau ketersediaan air yangminim, atau juga sudah diplotkan untuk kawasan konservasi.

> PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH

Gambar 3. Rincian data yang diperlukan untuk penyusunan peta kesesuaian agroekologidalam pewilayahan komoditas.

Page 25: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Alur pemikiran yang lebih sistematis dan spesifik telah diterapkan di Kabupaten ManggaraiPropinsi Nusa Tenggara Timur. Mulai dengan pemilihan 35 komoditi sampai pada penentuansembilan komoditi yang layak secara ekonomi dikembangkan untuk agroindustri komoditiperkebunan di wilayah tersebut (Gambar 4). Konsep Departemen Pertanian RI menjelaskanbahwa komoditi Unggulan ditetapkan berdasarkan pada pertimbangan nilai perdagangan,volume produksi, produktivitas, jumlah petani, keunggulan komperatif dan kompetitif, letakgeografis.

Pengembangan konsep pewilayahan komoditas sudah semakin pesat. Terlebih dengan kemajuanteknologi informasi, konsep tersebut juga telah didukung oleh sistem informasi geografi,penginderaan jauh, dan sistem pangkalan data (database system) sehingga informasi yangdiperoleh dapat segera diperbaharui sesuai dengan kondisi lapangan

16 PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH <PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH <

Gambar 4. Skema penyusunan peta kesesuaianagroekologi untuk mengetahui potensipewilayahan komoditas.

Page 26: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Ilustrasi penggunaan alur pemikiran untuk konsep pewilayahan komoditas diberikan denganmengambil contoh kasus kesesuaian kopi robusta (Tabel 1) yang dapat dibagi menjadi sangatsesuai (S1), sesuai (S2), cukup sesuai (S3) dan Tidak sesuai (N) yang diterapkan di wilayahKabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (Gambar 5).

TTTTTabel 1. Kriteria kabel 1. Kriteria kabel 1. Kriteria kabel 1. Kriteria kabel 1. Kriteria kesesuaian lahan untuk kesesuaian lahan untuk kesesuaian lahan untuk kesesuaian lahan untuk kesesuaian lahan untuk kopi ropi ropi ropi ropi robobobobobustaustaustaustausta

17> PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH> PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH

Hasil akhir adalah peta pewilayahan kopi robusta yang disajikan dalam bentuk peta (cetakatau digital) yang dapat disajikan kepada peminat (investor/mitra usaha). Peta seperti padaGambar 4 untuk pewilayahan komoditi harus menunjukkan informasi luasan, lokasi, tipetanaman, kondisi sosial ekonomi, tipe kebijaksanaan yang diterapkan. Bahkan perkembanganpelaksanaan konsep ini telah dapat menunjukkan nominal jika zona tersebut digunakanuntuk suatu usahatani oleh investor atau mitra usaha.

Page 27: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Gambar 5. Contoh kasus penerapan pewilayahan komoditas kopi robusta di KabupatenManggarai, provinsi Nusa Tenggara Timur (BKPM dan PT. Virama Karya, 2003).

Salah satu perkembangan terakhir upaya mengembangkan konsep pewilayahan komoditi adalahAAAAAGRGRGRGRGROPOLITOPOLITOPOLITOPOLITOPOLITANANANANAN yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial ekonomi, danteknologi. Bahkan pemerintah melalui Depar temen Pertanian telah melakukan programsosialisasi untuk mendukung keberhasilan program tersebut di semua subsektor pertanianseperti peternakan, tanaman pangan, perkebunan, ditambah perikanan dan kelautan, sertakehutanan.

Konsep pewilayahan komoditas ini oleh Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen PertanianRI untuk dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhannya dalam pengembangan sektorpeternakan di seluruh Indonesia. Bahkan telah ada kebijakan politik untuk melakukansosialisasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat pelaksana usaha peternakan (Gambar6).

Apabila pewilayahan komoditas ini dapat diterapkan pada suatu daerah maka berarti telahterbentuk suatu kawasan pertanian yang akan mendukung ketersediaan bahan baku daerahtersebut telah siap memasuki tahap selanjutnya sebagai daerah agroindustri. Daerah dengan.sentra-sentra produksi pertanian yang akan melaksanakan tahapan tanam, petik, olah, kemas,dan jual dengan berbasis pada pertanian.

18 PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH <

Page 28: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Hasil pewilayahan komoditas ini perlu didukung lebih lanjut lagi oleh pemerintah daerah danDPRD, penyiapan sumberdaya manusia, lembaga keuangan, dukungan infrastruktur,mekanisme kerjasama, serta pelaksana agroindustri.

19> PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH

Page 29: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

DUKUNGAN PEMDA DAN DPRD

Jika suatu daerah sudah sesuai atau sangat sesuai untuk pengembangan komoditas demipelaksanaan investasi agroindustri maka beberapa pertanyaan dasar muncul.

1. Apakah Pemda dan DPRD telah sepaham dan sepakat mengalokasikan wilayahnya untukpendirian pabrik pengolahan hasil pertanian?

2. Apakah Pemda dan DPRD memberikan dukungan berupa insentif bagi mitra usaha ataupelaku bisnis berupa kemudahan perizinan, jaminan keamanan serta fasilitas untukmendapatkan kredit?

3. Apakah Pemda dan DPRD bersedia menjalankan paradigma baru untuk “Clear and Clean”dalam mendukung terciptanya iklim investasi dan ekonomi daerahnya ?

Jika jawaban ketiga pertanyaan dasar tersebut adalah Tidak, maka dapat dipastikan jugabahwa terjadi kegagalan dalam membuat langkah awal untuk menjalankan roda ekonomidaerah. Kemudahan dan bebas biaya hanya sekadar fasilitas sederhana yang dapat merangsangpengusaha untuk berinvestasi. Demikian juga dengan persetujuan bupati/walikota dan DPRDtidak akan berarti apa-apa.

Pengusaha membutuhkan kepastian hukum terhadap penggunaan kawasan dalam skala waktuyang sesuai dengan perhitungan ekonomi minimal 25 tahun. Dan paling ideal adalah 50tahun. Sudah tentu kepastian hukum ini tidak dapat diganti hanya karena pergantian jabatanbupati/walikota ataupun anggota dewan.

Jika persyaratan ini dipenuhi maka muncul konflik kepentingan lagi pada generasi pejabat dimasa mendatang yang boleh jadi akan menyalahkan pejabat terdahulu yang terlibat langsungdalam persetujuan penggunaan lahan. Oleh karena itu, dukungan pemda dan DPRD yangpaling ideal adalah penyertaan saham. Langkah tersebut membuktikan dengan jelas dukunganterhadap suatu investasi agroindustri. Pada sisi lain, akan menerima pendapatan untukpeningkatan PAD sebagai konsekuensi logis saham yang dimilikinya.

Gagasan inilah yang juga memunculkan bahwa pemda bukan lagi hanya fasilitator tetapiaktor pembangunan ekonomi daerahnya dengan tidak hanya mengandalkan sumber pendapatandari pajak dan retribusi. Untuk mencapai hal tersebut konsep kemitraan dalam agroindustrimenjadi solusi terbaik karena melibatkan petani, pemerintah daerah dan pengusaha untukkeuntungan dan manfaat bersama dari suatu usaha. Kemitraan tersebut melibatkan komponenpetani, pemda, dan pengusaha membentuk perusahaan patungan. Konsep ini dijelaskan dalamtulisan “Agroindustri Berbasis Kemitraan Melalui Pembentukan Perusahaan Patungan.”

20 PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH <

Page 30: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

DUKUNGAN INFRASTRUKTUR

Dukungan prasarana jalan utama, ketersediaan listrik, air bersih dan pelabuhan laut danudara merupakan dukungan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengundang pengusaha kesuatu daerah. Terutama jika sudah terbentuk kawasan agroindustri. Namun demikian, karenaketerbatasan dana pembiayaan yang dimiliki pemda maka dukungan infrastruktur tidak dapatterpenuhi seluruhnya. Kendati ditahun-tahun mendatang solusi pembiayaan dapat terpenuhimelalui penerbitan oblikasi daerah, namun pada awal investasi, pengusaha juga perlu pengertianterhadap keterbatasan dukungan fasilitas infrastruktur. Yang terpenting, pengertian itu jugabukan berarti suatu keharusan bagi pengusaha untuk membangun infra struktur yang seharusnyadibangun oleh pemda.

DUKUNGAN SUMBERDAYA MANUSIA

Kendala klasik yang dihadapi setiap daerah adalah keterbatasan sumberdaya manusia (SDM)dalam kualitas yang dapat memenuhi kebutuhan sebagai pelaksana agroindustri. Jika dapat dipilahdua yaitu pengusaha dan pemerintah, maka keduanya perlu memiliki kearifan dalam berpikir danbertindak sehingga semua lapisan SDM yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik.

Pada sisi pengusaha, kendati penggunaan SDM harus sesuai dengan target kebutuhan merekaterutama di bagian pabrikasi namun tidaklah melupakan petani. Petani harus diberdayakanmelalui penyuluhan/bimbingan teknis dan pemberian jaminan sosial berupa bantuan danapendidikan dan kesehatan, serta kepastian pemasaran dari hasil jerih payah mereka. Bahkanmasyarakat yang tidak berprofesi sebagai petani, juga dapat dilibatkan sebagai tenaga kerjaborongan ataupun tenaga kasar. Karena di wilayah petanilah penyediaan bahan bakuagroindustri dapat dilaksanakan.

Pengusaha juga harus mendidik SDM yang memiliki pendidikan menengah atau sarjana melaluikegiatan pengembangan masyarakat (community development) sehingga kesempatan kerjadan harkat mereka juga terangkat. Hal ini perlu dipahami untuk meyakinkan masyarakatbahwa industri pertanian ini adalah milik mereka.

Pada sisi pemerintah, pendidikan formal tidak lagi hanya mengandalkan pendekatan teoritistetapi juga praktik dan perencanaan jenis pendidikan yang dibutuhkan oleh industri. Perananpasti pemda yang dibutuhkan adalah menjembatani kebutuhan tenaga kerja sektor agroindustridengan ketersediaan SDM yang melimpah kendati menghadapai segala problematika pendidikandan kehidupannya.

21> PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH

Page 31: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

22 PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH <

DUKUNGAN LEMBAGA KEUANGAN

Seindah apapun konsep pewilayahan komoditas yang dilakukan oleh daerah maka tanpaperanan lembaga keuangan terutama perbankan maka pelaksanaannya tidak akan terwujud.Disinilah perlu dukungan bank dan non-bank untuk mendanai proyek ini dengan garansipemda dan DPRD.

Kendati pemerintah daerah dan DPRD bersedia bertindak sebagai avalis dalam pelaksanaanagroindustri terpadu di suatu daerah, namun pihak perbankan masih perlu ekstra hati-hatidengan berpijak pada prinsip-prinsip bankable (memberikan nilai untung bagi bank), akuntable(layak administrasi dan keuangan), dan feasible (layak usaha).

Jika semua mitra yang terlibat dalam pengembangan suatu wilayah menuju agroindustri terpadudapat menunjukkan ketiga aspek tersebut maka jaminan bisnis untuk menggunakan pinjamanbank tidak lagi hanya terpaku pada jaminan asset perusahaan tapi cukup pada jaminan Pemdadan DPRD.

KETERSEDIAAN PELAKSANA AGROINDUSTRI

Jika wilayah sudah layak secara ekologi, tersedia dana dan SDM, dan dukungan infrastrukturmaka pelakulah yang dicari ditambah dengan aturan mainnya (mekanisme kerjasama) sehinggapelaksanaan agroindustri terpadu dapat terwujud.

Ketiga pelaku yang teridentifikasi dalam mekanisme kerjasama kemitraan yang dibahas dalampemikiran ini adalah kelompok petani, perusahaan daerah atau koperasi primer di tingkatprovinsi, dan mitra usaha nasional. Ketiganya memiliki hak dan tanggung jawab masing-masing. Petani yang tergabung dalam koperasi harus mampu menyediakan bahan baku dengankualitas dan jumlah yang sesuai untuk menjalankan suatu usaha berskala industri. Perusahaandaerah yang menjadi ujung tombak pemda dalam mencari sumber-sumber PAD juga diharapkanbersedia menjalankan pabrikasi dan penggunaan dana yang baik dan bekerja sebaik mitranyadi perusahaan patungan. Mitra usaha nasional pun juga harus menegakkan loyalitas danketeguhan hati untuk tetap bermitra dengan memberikan jaminan pasar, alih pengetahuandan teknologi serta profesionalisme usaha yang baik.

Page 32: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

23> PERENCANAAN KAWASAN AGROINDUSTRI DI DAERAH

Mekanisme kerjasama kemitraan adalah dasar sistem kerja yang akan dilaksanakan oleh ketigapelaksana agroindustri ini menuju tercapainya keberhasilan bersama dan harkat serta martabatbangsa Indonesia yang lebih baik di masa mendatang.

JARINGAN PEMASARAN UNTUK MENCAPAI TARGET PASAR

Kawasan agroindustri harus didukung strategi pemasaran melalui empat langkah yaitu risetpasar, promosi, pengembangan model distribusi, dan pelayanan konsumen. Alokasi dana,waktu, sumberdaya manusia, dan skala strategi pemasarannya ditentukan oleh pengelola baikyang melibatkan pemerintah daerah dan swasta atau khusus menggunakan jasa perusahaanyang bekerja di bidang pemasaran.

Kawasan agroindustri memerlukan aplikasi teknologi informasi pada sistem produksi di pabrikdan jaringan pemasaran produk yang telah dikembangkan oleh Mitra Usaha Nasional sepertipada Gambar 7.

Gambar 7. Rancangan aplikasi teknologi informasi dan jaringan pemasaran untuk sebuahperusahaan.

Page 33: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Page 34: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

25> KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI

TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk menjelaskan konsep agroindustri berbasis kemitraan melalui pembentukanperusahaan patungan.

2. Untuk menerangkan kendala yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan konsep tersebut.3. Untuk menjelaskan keunggulan dan kelemahan dari konsep ini.4. Untuk memberikan beberapa saran strategis dan taktis dalam pelaksanaan konsep ini.

SASARAN

Penulisan makalah ini merupakan sumbang saran kami yang ditujukan kepada praktisi, pengamatmasalah pertanian, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah serta para pengusaha yangbergerak di sektor agroindustri di Indonesia.

KEMITRAAN UNTUKAGROINDUSTRI

BBBBBAB 3AB 3AB 3AB 3AB 3

Page 35: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

PERANAN AGROINDUSTRI

Berlandaskan pengalaman dari diskusi, serangkaian perjalanan ke daerah dan studi pustaka,ternyata agroindustri merupakan sentra utama yang harus dikembangkan pemerintahdaerah di Indonesia untuk memajukan ekonominya. Terlebih lagi dengan tersedianya

piranti hukum berupa UU No 22/1999 dan No 25/1999 tentang pelaksanaan pemerintahdaerah dan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sehingga otonomidaerah akan lebih memiliki kekuatan ekonomi dengan pelaksanaan agroindustri yang baikdan profesional.

Argumentasi untuk mengembangkan agroindustri adalah Indonesia memiliki modal dasarsumberdaya alam yang hanya dapat diusahakan melalui suatu sistem pertanian yang terpadu danprofesional dalam skala ekonomi yang layak. Suatu sistem usaha tani yang seringkali disebutagribisnis ataupun agroindustri merupakan empat rangkaian subsistem yaitu pengadaan saranaproduksi, subsistem produksi, pengolahan hasil, pemasaran. Keempat subsistem ini dilakonioleh empat institusi yang berbeda yaitu pelaku sarana produksi pertanian baik oleh perorangan,koperasi, ataupun pedagang, serta perusahaan. Namun demikian, pelaku utama dari keempatsubsistem tersebut adalah petani yang kerapkali terperosok karena ketidakmampuan merekamengendalikan “dinamika” subsistem lainnya sehingga mereka tidak memiliki posisi tawarterhadap produk yang dihasilkannya. Produk pertanian memiliki nilai rendah manakala terjadipanen dan mengalami nilai jual tinggi jika tidak diproduksi. Hasilnya akhirnya adalah petanikesulitan untuk meraih harapan hidup yang lebih baik apalagi untuk kesejahteraannya.

Pada sisi mikro, sektor industri yang menggunakan bahan baku dari hasil pertanian hanyamemandang dirinya sebagai satu institusi yang terpisah dari mata rantai produksi lain di suatudaerah. Petani dan pemerintah daerah dianggap mitra tetapi tidak memiliki posisi untukmenentukan ritme, arah, dan kecepatan sistem usaha tani. Ketimpangan ini tidak dapatdiatasi oleh pemerintah daerah karena masih banyak celah kelemahan dari sistem yangdijalankan saat ini dalam menjalankan suatu usaha di daerah. Misalkan, harga suatu komoditaspertanian anjlok maka pemerintah hanya dapat menerima keluhan petani tetapi tidak dapatberbuat banyak untuk mengubahnya. Demikian juga jika terjadi kelebihan produksi makapemerintah dan pengusaha juga tidak banyak membantu. Argumentasi yang kerap kali kamitemukan di lapangan dan juga dirasakan oleh Darusman et al. (2004) adalah tidak ada jaminanpasar dan harga tidak stabil sehingga merugikan petani. Belum lagi jika melibatkan pemain-pemain dalam mata rantai di sistem usaha tani yang lebih banyak menguntungkan pemainantara seperti tengkulak, pedagang kecil, dan pedagang besar daripada petani selaku produsen.Hal ini menunjukkan bahwa petani selalu dalam posisi paling lemah.

26 KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI <

Page 36: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Pada sisi makro, pemerintah sudah harus memikirkan persyaratan perdagangan global sesuaidengan kesepakatan AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang telah diterapkan sejak tahun 2003dan WTO. Hal ini berimplikasi pada keharusan semua stakeholder dalam agroindustri Indone-sia untuk lebih solid, efisien, dan cerdas dalam mengatur strategi dan mampu menghasilkanproduk pertanian Indonesia yang dapat bersaing di tingkat regional bahkan dunia.

Untuk menjawab tantangan tersebut, kita (petani, pemerintah pusat dan daerah, pengusaha,dan peneliti) yang terkait secara luas dengan pertanian harus mampu mewujudkan konseppelaksanaan agroindustri yang terpadu dan berazaskan pada kemitraan. Bermitra bukan berartihanya memiliki kesamaan hak dan tanggung jawab tetapi memiliki posisi yang sama dalampenentuan arah dan kebijakan suatu usaha. Dan satu-satunya jawaban hal tersebut adalahmembuat perusahaan patungan dengan melibatkan petani, pengusaha, dan pemerintah daerahsebagai pemegang saham. Hal inilah yang mendasari penulisan makalah ini sebagai ungkapankepedulian terhadap percepatan pelaksanaan agroindsutri Indonesia.

PRINSIP DASAR KEMITRAAN

PPPPPeranan Masing-Masing Mitraeranan Masing-Masing Mitraeranan Masing-Masing Mitraeranan Masing-Masing Mitraeranan Masing-Masing Mitra

Bermitra disini bukan berarti ada jarak yang memisahkan tiga stakeholder (petani, pemerintahdaerah, dan pengusaha) yang hanya terlahir dalam bentuk perjanjian kerjasama di atas akteNotaris. Tetapi lebih dari itu, ketiga komponen tersebut harus meleburkan diri dalam satuinstitusi berbadan hukum dengan nama perusahaan terbatas (PT) yang selanjutnya disebutPT Patungan seperti pada Gambar 8.

27> KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI

Gambar 8.Contoh kasus pendirianperusahaan patunganagroindustri jagungterpadu oleh petani,pemda/perusda, danmitra usaha nasional.

Page 37: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

PPPPPeranan Peranan Peranan Peranan Peranan Petanietanietanietanietani

Peranan utama Petani adalah menyediakan bahan baku untuk industri sesuai dengan jadwaldan jenis komoditas serta target pasar yang dibutuhkan serta ditentukan secara bersama.Konsekuensinya adalah petani harus menyediakan lahan dan tenaganya untuk mencapai tar-get bahan baku produksi. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganyayang lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami. Melakukan pengawasan terhadapcara panen dan pengelolaan pasca-panen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan. Namundemikian, modal dasar yang dibutuhkan untuk penyediaan sarana produksi usaha tani padatingkat ini disepakati bersama dalam rapat direksi PT Patungan.

Pihak PPihak PPihak PPihak PPihak Pemdaemdaemdaemdaemda

Pemerintah daerah membangun prasarana dan sarana untuk pengolahan pasca panen sepertibangunan dan mesin-mesin pengolahan. Hal ini dimungkinkan sebagai bentuk penggantisubsidi kepada petani. Jika persyaratan ini belum dapat dipenuhi pada suatu tahun anggaranmaka diubah menjadi penjamin terhadap kredit suatu bank yang dimintakan oleh perusahaanpatungan. Jaminan tersebut dapat dialokasikan pada setiap tahun di APBD selama masaperhitungan pinjaman di studi kelayakan yang dibuat. Pemerintah daerah juga memberikanbantuan dalam pengurusan perizinan seperti SIUP, TUDP, MD, dan lain-lain dalam kaitannyadengan aspek legal yang berlaku di suatu daerah.

Pihak PPihak PPihak PPihak PPihak Pengusahaengusahaengusahaengusahaengusaha

Pengusaha yang terlibat harus memiliki komitmen dan bukti kuat mengenai kemampuan danpenguasaan teknologi pengolahan pasca panen dan agroindustri, sumberdaya manusia yangterlatih dan terdidik, dukungan sistem teknologi untuk mendukung perusahaan patungan,sistem teknologi informasi jaringan pemasaran produk baik nasional, maupun internasional.Pengusaha juga harus menyiapkan SDMnya sebagai inti manajemen pengelola usaha tersebutserta harus melakukan alih teknologi dengan memberikan kesempatan kerja dan berkaryakepada masyarakat setempat. Perusahaan yang terlibat dalam PT Patungan ini juga sebaiknyamemiliki kemampuan penelitian dan pengembangan untuk menjamin lahirnya inovasi danpenemuan demi mencapai keunggulan bisnis.

28 KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI <

Page 38: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

PPPPPeranan Lembageranan Lembageranan Lembageranan Lembageranan Lembaga Ka Ka Ka Ka Keuangeuangeuangeuangeuangananananan

Peranan lembaga keuangan seperti perbankan, asuransi, dan reksadana ditekankan pada tahapawal untuk memberikan modal investasi dan modal kerja terutama kepada petani danpemerintah daerah. Sedangkan pengusaha diasumsikan telah memiliki modal sendiri namunterbatas pada investasi sistem kerja, SDM untuk manajemen PT. Patungan. Persyaratan umumyang diperlukan untuk pengurusan kredit harus lebih disederhanakan karena telah menerimajaminan pembayaran setiap tahun melalui APBD dari Pemerintah Daerah.

Mekanisme KerjasamaMekanisme KerjasamaMekanisme KerjasamaMekanisme KerjasamaMekanisme Kerjasama

Kemitraan antara Petani, Pemerintah Daerah, dan Pengusaha dibangun berdasarkan potensibisnis yang dimiliki masing-masing oleh stakeholder tersebut. Terutama potensi pasar dandaya dukung alam, serta kemampuan teknologi pengolahan pasca panen. Disamping itu, ada“political will and action plan” dari pemerintah dan DPRD setempat untuk mendukungterlaksanya agroindustri di daerah. Jika prasyarat ini terpenuhi maka kerjasama dapat terjalinlebih cepat. Lima tahap yang akan dikerjakan dalam kegiatan ini dapat digambarkan padaGambar 9.

29> KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI

Page 39: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

30 KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI <

Gambar 9. Tahapan kerja di mekanisme kerja agroindustri.

Page 40: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

TTTTTahap Pahap Pahap Pahap Pahap Pererererer tamatamatamatamatama: Identifikasi Potensi Bisnis Daerah dan Mitra KerjaBerdasarkan intuisi bisnis yang terlahir dari pengusaha, petani dan pemerintah daerah (pemda)dengan melihat potensi sumberdaya alam suatu daerah maka ide pengembangan agroindustriakan cepat terlahir. Lima indikator yang umumnya digunakan pengusaha (enterpreuneur)untuk kelayakan suatu usaha yaitu kelayakan teknis dan produksi; keuangan; manajemen;pasar ; dan memberikan dampak sosial dan ekonomi kepada masyarakat.

TTTTTahap Kahap Kahap Kahap Kahap Keduaeduaeduaeduaedua: Pembentukan KelembagaanJika pada tahap pertama telah tuntas dengan baik maka akan terlibat langsung tiga pihak(pemda, petani, pengusaha) dengan fasilitator pemerintah provinsi atau pusat untuk melakukanpemberdayaan masyarakat, sosialisasi program, serta pembentukan perusahaan patungansebagai langkah awal dan “kendaraan bisnis” pada kegiatan ini. Pada tahap ini, pemerintahdaerah selanjutnya sudah diwakili oleh perusahaan daerah untuk mempermudah kegiatanbisnis.

TTTTTahap Kahap Kahap Kahap Kahap Ketigetigetigetigetigaaaaa: Perencanaan BisnisLima subkegiatan pada tahap ini perencanaan bisnis yang akan dijalani oleh PT Patunganyaitu: penentuan kapasitas bahan baku, penentuan teknologi dan sistem kerja yang akandikerjakan; penyiapan SDM sebagai perencana, pelaksana, dan evaluator dengan stratifikasipendidikan, kemampuan, dan keuletan serta kewirausahaannya; serta pemantapan sarana danprasarana yang harus dikembangkan oleh PT. Patungan.

TTTTTahap Kahap Kahap Kahap Kahap Keempateempateempateempateempat: Pelaksanaan BisnisPada tahap pelaksanaan bisnis, PT Patungan sudah harus menekankan kegiatannya padaefisiensi bisnis, kuantitas dan kualitas produk, manajemen SDM, pelayanan, pendayagunaanhasil-hasil penelitian dan pengembangan (Litbang), serta jaringan pemasaran produk baik didalam maupun luar negeri.

TTTTTahap Kahap Kahap Kahap Kahap Kelimaelimaelimaelimaelima: Evaluasi dan Pengembangan BisnisPenekanan evaluasi dari empat tahap terdahulu harus dilakukan pada tahap kelima ini,disamping harus memperkuat aspek litbang untuk tetap menjadi “leader” dalam agroindustriyang sedang dijalankan. Dua hal lain lain adalah kerjasama internal dan eksternal baik dengansesama mitra di dalam PT Patungan maupun mitra kerja di luar institusi ini.

Jika kelima tahapan di atas dapat dilaksanakan dengan baik maka akan berdampak padapengembangan kawasan agroindustri terpadu. Tabel 1 merupakan contoh pembuatan rencanakegiatan, target hasil, sasaran kegiatan serta estimasi jenis pengeluaran di tahun-tahun pertamapengembangan kawasan terpadu.

31> KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI

Page 41: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Kelima tahapan ini merupakan teori dasar “teoritical foundation” bagi pembentukan danpelaksanaan agroindustri di suatu daerah. Harapan ini tentunya bukan impian tetapi langkah-langkah nyata yang harus dijalani dengan baik dan profesional.

Pengelolaan suatu kawasan agribisnis terpadu merupakan kegiatan yang membutuhkan jangkawaktu yang lama. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap kedalamkegiatan jangka pendek, kegiatan jangka menengah dan kegiatan jangka panjang. Prioritaskegiatan dari tiap tahap kegiatan dapat berbeda dan antara tahap satu dengan tahap berikutnyadilakukan secara berkesinambungan sehingga diperoleh hasil yang berwujud terbentuknyasuatu unit usaha dan kawasan agribisnis terpadu yang produktif, menguntungkan secaraekonomis dan berfungsi sebagai sarana pendidikan, pelestarian lingkungan dan pemberdayaansosial budaya masyarakat.

32 KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI <

TTTTTabel 1. Rabel 1. Rabel 1. Rabel 1. Rabel 1. Rencana kencana kencana kencana kencana keeeeegiatan tahap pergiatan tahap pergiatan tahap pergiatan tahap pergiatan tahap per tamatamatamatamatamadalam pengembangan kawasan agribisnis terpadudalam pengembangan kawasan agribisnis terpadudalam pengembangan kawasan agribisnis terpadudalam pengembangan kawasan agribisnis terpadudalam pengembangan kawasan agribisnis terpadu

N o .N o .N o .N o .N o . TTTTTahap Kahap Kahap Kahap Kahap Keeeee g i a t ang i a t ang i a t ang i a t ang i a t an TTTTTarara ra ra rggggge t Has i le t Has i le t Has i le t Has i le t Has i l S a s a r a nS a s a r a nS a s a r a nS a s a r a nS a s a r a n P e n g e l u a r a nP e n g e l u a r a nP e n g e l u a r a nP e n g e l u a r a nP e n g e l u a r a nK e g i a t a nK e g i a t a nK e g i a t a nK e g i a t a nK e g i a t a n b i a y ab i a y ab i a y ab i a y ab i a y a

TTTTTahap Pahap Pahap Pahap Pahap Pererererer tama - Ktama - Ktama - Ktama - Ktama - K eempat : eempat : eempat : eempat : eempat : TTTTTahun 1 , 2 dan 3ahun 1 , 2 dan 3ahun 1 , 2 dan 3ahun 1 , 2 dan 3ahun 1 , 2 dan 3

1. Pembentukan organisasi usaha Terbentuknya str uktur Pengeluaran untukyang memiliki struktur dan organisasi usaha yang pengurusan organisasi usaha,manajemen kerja yang jelas memiliki tujuan, visi dan Team pengurusan pendanaan usahadan produktif misi yang jelas, efisien dalam manajemen dan perangkat pendukungpenggunaan sumber daya dan usaha organisasiefektif dalam pencapaihasil usaha

2. Peningkatan kualitas sumber daya Terbentuknya sumber daya Pengeluaran biaya untukmanusia pelaksana melalui kegiatan manusia pelaksana yang terampil, SDM program alih teknologi,transfer teknologi, pendidikan, mandiri dan berpengetahuan Pelaksana pendidikan dan pelatihanpelatihan dan on jobs training luas Usaha

di lapangan

3. Melakukan kegiatan usaha nyatabidang agribisnis terpadu :a). Pengaturan tata guna lahan, Lahan yang dikelola Pengeluaran untuk investasib). Kegiatan produksi tanaman, menjadi usaha agribisnis Tenaga Kerja peralatan, bibit tanaman,

ternak dan ikan, secara terpadu dan optimal, untuk pupuk, biaya tenaga kerja,c ) . Pembentukan jaringan pemasaran, mandiri, produktif dan kegiatan biaya pembangunand). Pelaksanaan penelitian dan memberikan nilai tambah Usaha infrastruktur kebun dan

pengembangan, serta aplikasinya yang nyata lain-lain

Page 42: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

KESEPAKATAN KEPEMILIKAN SAHAM

Dua bagian ini yang paling rentan dalam sistem kerjasama sehingga semua stakeholder perlumusyawarah menuju mufakat. Kerentanan itu didasari pada: Pertama, fakta bahwa tidaksemua stakeholder memiliki modal yang sama dan cukup untuk bagi saham dalam perusahaanpatungan; Kedua adalah definisi modal tidak harus identik dengan “uang” atau “kekayaan”tetapi kepemilikan lahan dan kesediaan untuk bekerja bagi petani, kemampuan penguasaanteknologi dan jaringan pasar juga merupakan modal dasar yang tak ternilai.

Berdasarkan dua pemikiran tersebut, pembagian saham perusahaan patungan ini sebaiknyamenggunakan komposisi sebagai berikut:1. Pemda 40% dari total aset PT Patungan;2. Petani 40% dari total aset PT Patungan;3. Pengusaha 20% dari total aset PT Patungan

Pembagian saham PT Patungan dengan komposisi seperti diatas didasarkan pada kontribusimasing-masing pihak yang mencakup penyediaan lahan dan tenaga kerja, penyediaan lahan danpembangunan pabrik, penyediaan SDM di tingkat operasional, penguasaan teknologi budidayapertanian, teknologi pasca panen serta pembangunan jaringan pasar dalam dan luar negeri.

PENGATURAN KEUNTUNGAN

Pengaturan keuntungan sebaiknya dilaksanakan setelah pinjaman/kredit dari bank dilunasi.Hal ini merupakan prinsip dasar bisnis ala “Mandarin” yang menekankan pada kemandirianberusaha setelah menerima bantuan. Langkah ini juga merupakan upaya keras yang harusdilaksanakan oleh pelaksana di PT. Patungan dengan baik karena dengan kembalinya kredittersebut maka “performance” bisnis dapat dicapai dengan nilai bagus dimata penyandangdana investasi. Nilai yang tersebut kemudian dapat digunakan lagi pada tahap pengembanganbisnis di masa mendatang.

Komposisi pembagian keuntungan diharapkan pada kondisi ideal sebagai berikut:1. Pemda melalui Perusda 30%2. Petani 30%3. Pengusaha 20%4. Jaminan Sosial 10%5. Reinvestasi 10%

33> KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI

Page 43: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Jadi nilai keuntungan sebesar 70% kembali ke daerah dan 10% digunakan untuk reinvestasiuntuk mempertahankan kelanjutan usaha perusahaan patungan, sedangkan pengusaha yangterlibat akan menerima konsekuensi keuntungan 20%. Keuntungan Perusda yang mencapai30% dari sisa hasil usaha PT Patungan merupakan nilai tambah yang sangat penting bagiupaya peningkatan pendapatan daerah.

Kesediaan PT Patungan untuk menyisihkan 10% keuntungannya kepada masyarakat dalambentuk jaminan sosial merupakan langkah nyata perusahaan memberikan nilai sosial darikegiatannya. Dana yang tersedia tersebut harus digunakan untuk pendidikan dan kesehatanmasyarakat dimana lokasi agroindustri tersebut berjalan. Penyediaan prasarana dan saranapendidikan di sekolah dasar dan menengah menjadi kebutuhan penting disamping tunjanganuntuk tenaga pendidik dan administrasi.

Hal serupa juga perlu diterapkan pada sarana kesehatan dan obatan-obatan serta ditunjangoleh tenaga medis dan dokter yang cukup. Teknis operasional di lapangan mungkin dapatmelibatkan perusahaan asuransi yang menyediakan produk asuransi kesehatan kolektif denganpelayanan profesional dan sesuai dengan tingkat biaya di kawasan pertanian. Upaya ini akanmemberikan nilai tambah perusahaan di hati masyarakat sebagai bentuk kepedulian sosialsehingga PT Patungan benar-benar dimiliki oleh segenap lapisan masyarakat.

ANALISA SISTEM AGROINDUSTRI

PPPPPerbedaan Dua Sistemerbedaan Dua Sistemerbedaan Dua Sistemerbedaan Dua Sistemerbedaan Dua Sistem

Tiga indikator yang digunakan untuk menilai sistem agroindustri yang saat ini berjalan diIndonesia dan model yang akan diusulkan, yakni pelaku, modal, dan dampak ekonominyaseperti untung atau resiko yang harus diterima seperti pada Gambar 10.

34 KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI <

Page 44: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Gambar 10.Perbandingan dua sistem yang saat ini sedang berjalan dan usulan model sistemagroindustri terpadu yang akan diterapkan di Indonesia di masa mendatang.

Berdasarkan pada Gambar 10, dapat ditunjukkan bahwa jika sistem agroindustri Indonesiamasih dijalankan seperti saat ini, maka kemampuan masing-masing pelaku di subsistem 1 – 4tidak akan seimbang karena pengaruh persaingan antara subsistem itu sendiri dan kesempatan“bermain” bagi perorangan yang tergolong sebagai tengkulak, pengijon, dan toke, renteniruntuk merusak sistem. Modal yang digunakan juga harus sendiri-sendiri, bahkan keuntungandan resiko yang harus dihadapi.

35> KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI

Page 45: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Pola pengelolaan agroindustri yang parsial akan menyulitkan untuk menjaga kuantitas dan kualitasproduk karena masing-masing pelaku disetiap subsistem akan berupaya mendapatkan keuntungan.Tak ada jaminan harga dan penerimaan hasil panen merupakan kejadian yang sering dialami olehpetani dengan sistem sekarang ini. Masalah tersebut akan terus bertambah bila juga memikirkanupaya pengembangan inovasi dan alih teknologi kepada masyarakat karena disparitas kemampuanuntuk menyerap dan menerapkannya. Subsidi pemerintah dalam bentuk pelatihan, sarana produksipertanian, serta bantuan lainnya bagai “langkah menabur garam di laut” karena tidak terakumulasidengan baik dan sulit untuk dikendalikan dampak danperkembangannya.

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN

KeunggulanKeunggulanKeunggulanKeunggulanKeunggulanBerbeda dengan model di atas, model sistem agroindustri terpadu yang menekankan padapembentukan dan mekanisme usaha moderen melalui PT. Patungan. Keunggulan dankelemahan yang dapat dirasakan antara lain:1. Menghemat biaya Produksi, harga jual, waktu produksi, kuantitas dan kualitas dapat

dikelola oleh tiga stakeholder yang terlibat.2. Subsidi pemerintah untuk petani dapat dihilangkan, dan diubah menjadi jaminan anggaran

(APBD) ke lembaga keuangan.3. Pemerintah, Pengusaha, dan Petani memiliki posisi yang sama.4. Memutus mata rantai pelaku usahatani di daerah yang merugikan petani.5. Anggaran dan belanja pemerintah dan perusahaan lebih terarah dan menggiring ke arah

“good governance” dan “good cooperate” .6. Tersedia kesempatan untuk inovasi dan aplikasi teknologi kepada petani tanpa harus

mengeluarkan biaya besar karena didukung oleh divisi Litbang PT. Patungan.

Ke lemahanKelemahanKelemahanKelemahanKelemahan1. Tanpa jaminan pemerintah daerah, ditahun-tahun pertama PT Patungan belum mampu

memenuhi modal investasi dan modal kerja dari persyaratan peminjaman modal dariperbankan yang cukup ketat.

Aspek FinansialAspek FinansialAspek FinansialAspek FinansialAspek FinansialPer timbangan finansial juga diterapkan dalam analisis agroindustri ini dengan memberikanhasil contoh kasus usaha tani jagung yang menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatanumum dilaksanakan oleh petani saat ini yang disebut pendekatan konvensional (Gambar 5)dan pendekatan dengan menggunakan sistem agroindustri terpadu (Gambar 11), sertapembagian keuntungan yang akan diterima oleh petani dan pemda (Gambar 12).

36 KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI <

Page 46: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

1 .1 .1 .1 .1 . PPPPPendekatan Usaha endekatan Usaha endekatan Usaha endekatan Usaha endekatan Usaha TTTTTani Kani Kani Kani Kani KonononononvvvvvensionalensionalensionalensionalensionalBerdasarkan pendekatan usaha tani yang umumnya digunakan pada saat ini di Indonesiaadalah menggunakan sistem tanam olah tanah, pemupukan, dan pengendalian hama danpenyakit dengan menggunakan pestisida. Dengan harga benih Jagung Rp 25.000 kg danjumlah total biaya sebesar Rp.3.767.000,- untuk luasan satu hektar. Sedangkan hargajual total adalah Rp. 6.600.000,- untuk 6 ton panen.

37> KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI

Gambar 11. Analisa finansial usahatani tanpa kemitraan.

2 .2 .2 .2 .2 . PPPPPendekatan Usaha endekatan Usaha endekatan Usaha endekatan Usaha endekatan Usaha TTTTTani Berbasis Agani Berbasis Agani Berbasis Agani Berbasis Agani Berbasis Ag rrrrroindustri oindustri oindustri oindustri oindustri TTTTTerererererpadu.padu.padu.padu.padu.Berdasarkan pendekatan usaha tani jagung agroindustri terpadu, tiga hal penting yangmembedakan dengan pendekatan konvensional yaitu:

Pertama, penggunaan teknologi baik dalam pemupukan maupun dengan masuk pada sistempabrikasi pada sistem usaha tani. Pemupukan menggunakan bahan organik untuk menggantikanpupuk anorganik karena sistem pertanian yang akan diterapkan adalah pertanian organikkarena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sistem pabrikasi diterapkan sebagai inti agroindustrikarena adanya mekanisasi untuk menjaga kuantitas dan kualitas produk berdasarkan rencanaproduksi perusahaan.

Kedua, penggunaan limbah jagung seperti bongkol dan batang karena tersedia teknologidengan biaya yang relatif mudah untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakanternak.

Page 47: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Ketiga, bagi keuntungan dari selisih biaya produksi dengan harga jual di pasaran. Bagi hasilini dilakukan dengan komposisi seperti pada Gambar 6 dengan melibatkan petani, pemda,dan mitra pengusaha. Selain bagi keuntungan, sisa keuntungan juga disisihkan untuk jaminansosial masyarakat serta reinvestasi.

Berdasarkan jagung ini petani akan menerima sebesar Rp.3.845.000,- ditambah dengan jaminansosial. Pendapatan petani akan berbeda jika hanya mengikuti cara konvensional karena hanyamendapatkan keuntungan Rp.2.833.000,- dan tanpa jaminan sosial.

Dalam agroindustri jagung terpadu, pemda akan mendapatkan keuntungan sebesarRp.720.000,-/ha/tahun untuk satu kali musim tanam. Dengan asumsi di suatu kawasanterpadu tersedia lahan seluas 2.200 ha dan ditanam dua kali musim tanam maka pemerintahdaerah akan menerima PAD melalui perusahaan daerah sebesar Rp.3.168 Miliar. Kontribusipendapatan petani dan pemda dapat dilihat pada Gambar 7.

38 KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI <

Gambar 12. Analisa finansial usahatani dengan sistem terpadu melalui bagi hasil di PT.Patungan.

Page 48: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Gambar 7. Nilai kontribusi pendapatan dengan dan tanpa cara agroindustri serta potensiPAD Pemda.

STRATEGI DAN LANGKAH TAKTIS

Untuk mencapai keberhasilan kinerja kemitraan dari agroindustri terpadu, pemerintah daerah,petani dan pengusaha perlu memiliki kebijakan strategis dan langkah taktis:

1. Dukungan peraturan daerah (perda) yang memberikan perlindungan hukum bagi kelanjutansistem agroindustri terpadu yang sedang dibangun di daerahnya, karena terkait langsungdengan upaya peningkatan sejahtera rakyat dan penghasilan daerahnya.

2. Buat prioritas pelaksanaan agroindustri dari komoditi yang menjadi unggulan di daerahdan sudah banyak diusahakan oleh para petani. Dengan demikian, biaya pembukaan danpenanaman lahan dapat dihindari.

3. Pemberdayaan masyarakat untuk memperkuat Kelembagaan yang ada dalam rangkapelaksanaan agroindustri di daerah. Pemberdayaan ini dapat melibatkan kerjasama denganDepartemen Per tanian yang telah memiliki konsep pemberdayaan masyarakat untukagroindustri.

4. Pelaksanaan evaluasi dan perbaikan, serta litbang di sistem agroindustri ini harus dijalankandengan baik dalam bentuk prosedur standar operasional (Standard Operational Procedures,SOPSOPSOPSOPSOP). Kegiatan ini

5. Mempertahankan posisi bisnis pada skala produksi dengan melibatkan sumberdaya waktu,tenaga, dan biaya namun dikelola dengan efisien dan efektif.

6. Prioritas mempercepat pelunasan kredit PT Patungan kepada Lembaga Keuangan. Halini perlu ditekankan sebagai prinsip dasar bisnis ini.

39> KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI

Page 49: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

40 KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI <

DAMPAK DAN KENDALA

Pelaksanaan sistem agroindustri akan memberikan dampak baik pada masyarakat maupun pada pelakubisnis yang telah ada di suatu daerah. Pelaksanaan sistem ini mengakibatkan pemotongan tengkulakdari mata rantai sistem agroindustri karena petani terangkat posisinya sebagai pemilik, bahan bakudapat langsung dioleh sesuai dengan standar produksi industri yang dibutuhkan oleh pasar.

Kendala yang mungkin terungkap dalam perencanaan dan pelaksanaan sistem agroindustrikemitraan di suatu daerah adalah sebagai berikut:

1 .1 .1 .1 .1 . PPPPPerseerseerseerseersepsi Inpsi Inpsi Inpsi Inpsi Invvvvvestor dan Mitra Kestor dan Mitra Kestor dan Mitra Kestor dan Mitra Kestor dan Mitra Kererererer jajajajajaDeterminasi investor dan mitra kerja jelas berbeda. Investor memiliki kemampuan untukmembiaya seluruh modal investasi dan modal kerja dengan imbalan seluruh keuntunganatau kerugian akan diambil/ditanggung sendiri. Mitra kerja adalah institusi atau perorangyang bersedia memberikan kontribusi modal dan hanya berhak sebagian dari keuntungantersebut, demikian juga dengan resiko yang mungkin terjadi.

2 .2 .2 .2 .2 . PPPPPerseerseerseerseersepsi Prpsi Prpsi Prpsi Prpsi Proooooyyyyyek dan Usaha Industriek dan Usaha Industriek dan Usaha Industriek dan Usaha Industriek dan Usaha IndustriDefinisi proyek tersebut diawali dengan penyediaan dana oleh suatu institusi denganindikator keberhasilan kegiatannya hanya dinilai dari sisi terjadi atau tidaknyapelaksanaannya. Jadi ada skala waktu dan ketersediaan dana yang menjadi faktor pembatas.Berbeda dengan proyek, usaha industri memikirkan bukan hanya terjadi pelaksanaankegiatan tetapi juga keberlanjutan kegiatan ini di masa mendatang dengan indikatorfinansial, pasar, dan kemampuan inovasi melalui penerapan teknologi.

3 .3 .3 .3 .3 . Mempertanyakan Sumber ModalMempertanyakan Sumber ModalMempertanyakan Sumber ModalMempertanyakan Sumber ModalMempertanyakan Sumber ModalPertanyaan ini kerapkali muncul dalam setiap diskusi karena terkontaminasi pemikiranbahwa setiap usaha harus dimodali sendiri. Padahal ada kemampuan sendiri yang tidakternilai dengan uang saja seperti kemampuan manajerial, teknologi, jaringan pasar, lahandan teknik budidaya. Semua ini tentu akan memberikan suatu sinyal positif bagi pemilikmodal yang tergabung dalam lembaga keuangan (bank, asuransi, reksadana).

4 .4 .4 .4 .4 . KKKKKemampuan Mengemampuan Mengemampuan Mengemampuan Mengemampuan Menggggggali Pali Pali Pali Pali Potensi Daerah Sendiriotensi Daerah Sendiriotensi Daerah Sendiriotensi Daerah Sendiriotensi Daerah SendiriPotensi ekonomi suatu daerah terkadang mudah untuk diungkapkan secara kualitatifnamun sukar untuk dikuantifikasi dalam bentuk jumlah dan posisi geografis yang akurat.Akibatnya muncul istilah “Sangat Potensial, Jumlahnya Besar, Dijamin Pasti tersedia”,namun kenyataannya sukar untuk direalisasikan. Oleh karena itu, pemda tentu perlumemikirkan konsep yang ditulis oleh Siregar (2004) untuk mencari tahu potensi daerah,

Page 50: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

41> KEMITRAAN UNTUK AGROINDUSTRI

kemampuan bupati sebagai CEO, dan teknik menjual/mengundang investor ataupunmitra pengusaha yang berminat membangun daerahnya.

5 .5 .5 .5 .5 . Kualitas SDM yang belum memadai untuk agroindustri.Kualitas SDM yang belum memadai untuk agroindustri.Kualitas SDM yang belum memadai untuk agroindustri.Kualitas SDM yang belum memadai untuk agroindustri.Kualitas SDM yang belum memadai untuk agroindustri.Masalah ini boleh disebut klasik namun kenyataannya lulusan perguruan tinggi di suatudaerah baik dalam strata D3, sarjana, bahkan pascasarjana terus melimpah sehingga terjadipengangguran. Kendati terjadi kesenjangan antara kualifikasi yang dibutuhkan denganketersediaan kemampuan tenaga kerja, namun dengan upaya pelatihan dan magang kerjayang dilakukan oleh PT Patungan maka peluang untuk menyerap tenaga kerja daerahakan lebih besar.

6 .6 .6 .6 .6 . SeSeSeSeSebagian masih mengbagian masih mengbagian masih mengbagian masih mengbagian masih menggunakan persegunakan persegunakan persegunakan persegunakan persepsi psi psi psi psi “USA“USA“USA“USA“USA””””” (Untuk Sa (Untuk Sa (Untuk Sa (Untuk Sa (Untuk Sayyyyya Aa Aa Aa Aa Apa?).pa?).pa?).pa?).pa?).Keterlambatan respon dari ide ini terkadang disebabkan oleh penggunaan persepsi “USA”.Dampak lanjutannya adalah pelayanan berkurang dan hanya menunggu “komando” atasanuntuk menindaklanjuti ide ini. Bahkan terjadi “No Respon” terhadap upaya-upaya yangtelah dijalankan oleh institusi. Kendala ini mungkin dijawab dengan memberikanpengertian bahwa segala upaya yang dilakukan oleh semua pihak termasuk pegawai,karyawan, bahkan petani penggarap sekalipun adalah upaya untuk meningkatkankesejahteraan bersama, dan bukan hanya untuk individu. Namun disisi lain, munculnyapersepsi “USA” dapat dijadikan indikator untuk memperkuat Tim Kerja baik di pemda,asosiasi petani, dan perusahaan.

7 .7 .7 .7 .7 . Kehadiran masalah dari dalam dan luar sistem selama pelaksanaan usahatani.Kehadiran masalah dari dalam dan luar sistem selama pelaksanaan usahatani.Kehadiran masalah dari dalam dan luar sistem selama pelaksanaan usahatani.Kehadiran masalah dari dalam dan luar sistem selama pelaksanaan usahatani.Kehadiran masalah dari dalam dan luar sistem selama pelaksanaan usahatani.Masalah yang umumnya terjadi dari internal PT Patungan di agroindustri terpadu antaralain adalah penyelarasan antara ketersediaan bahan baku dan kapasitas produksi, fluktuasiharga pembelian, ritme kerja industri yang harus diikuti oleh karyawan, petani dan direksi.Masalah eksternal adalah persaingan bisnis dari skala perorangan atau perusahaan yangmerasa terambil porsi bisnisnya.

Kekuatan internal stakeholder dari PT Patungan melalui manajemen yang baik dan profesional akanmampu mengatasi kendala internal dan eksternal tersebut dengan dilandasi oleh niat yang baik.

PENUTUP

Pelaksanaan sistem agroindustri terpadu melalui pendirian PT patungan sebagai langkah untukmemberdayakan petani, pemda dan mitra pengusaha memerlukan komitmen dari semua pihakbaik dari pemerintah pusat maupun pemda untuk mencapai keberhasilan yang ditargetkan.

Page 51: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Page 52: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

TTTTTujuan Pujuan Pujuan Pujuan Pujuan Penulisanenulisanenulisanenulisanenulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:1. Untuk menjelaskan kriteria penilaian kinerja sistem kemitraan agroindustri di daerah.2. Untuk menjelaskan strategi penggunaan kriteria penilaian tersebut dalam pelaksanaan

kemitraan agroindustri di daerah.

SasaranSasaranSasaranSasaranSasaran

Sasaran penulisan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman bagi pelaksana kemitraanagroindustri terutama untuk petani, perusahaan daerah yang menjadi ujung tombak pemerintahdaerah, serta mitra bisnis.

MENGUKUR KINERJAAGROINDUSTRI SISTEM

KEMITRAAN DI DAERAH

BBBBBAB 4AB 4AB 4AB 4AB 4

43> MENGUKUR KINERJA AGROINDUSTRI SISTEM KEMITRAAN DI DAERAH

Page 53: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

44 MENGUKUR KINERJA AGROINDUSTRI SISTEM KEMITRAAN DI DAERAH <

KEPENTINGAN AGROINDUSTRI DAERAH

Pelaksanaan agorindustri di suatu daerah dilandasi pada delapan kepentingan yaitu:

1. Untuk memberikan kepastian hukum dan keamanan dalam pelaksanaan investasi disuatu daerah.

2. Untuk membuka lapangan kerja yang selanjutnya meningkatkan kesejahteraan danmengurangi angka kemiskinan masyarakat setempat;

3. Untuk mengatasi tingkat produktivitas pertanian yang masih rendah karena faktor internaldan ekternal yang sangat berpengaruh.

4. Untuk memberikan kepastian harga dan serapan pasar bagi setiap komoditi yangdibudidayakan oleh petani karena tersedia industri yang menyerap, mengolah danmemasarkannya.

5. Untuk mengurangi resiko kesalahan manajemen investasi yang terkadang dilakukan olehpemerintah daerah maupun investor domestik ataupun asing karena tidak mempertimbang-kan daya lingkungan baik oleh masyarakat sekitarnya maupun alamnya.

6. Untuk mengurangi konflik sosial yang terjadi dalam sistem agroindustri yang mengandalkankekuatan tunggal dari investor atau pengusaha saja. Kekuatan tunggal tersebut akanmenimbulkan gesekan-gesekan sosial karena terjadi pengambil alihan kepemilikan lahandari petani ke pengusaha.

7. Untuk memberikan kesempatan pada pemerintah daerah mendapatkan sumber pendapatanasli daerah (PAD) yang pasti dan terukur melalui penyertaan saham dalam pembangunanagroindustri di daerahnya.

8. Untuk membangun suatu sistem pembangunan daerah yang dapat memberikan jaminansosial bagi masyarakat, terutama dalam mengatasi biaya pendidikan dan kesehatan secarabertahap dan terus meningkat melalui sumber pendanaan yang pasti.

Kedelapan landasan kepentingan tersebut maka agroindustri dibangun dengan prinsip dasarkemitraan tanpa melupakan tanggung jawab dan hak masing-masing. Mekanisme kemitraantersebut disajikan secara ringkas pada Gambar 1.

Page 54: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

45> MENGUKUR KINERJA AGROINDUSTRI SISTEM KEMITRAAN DI DAERAH

Gambar 1. Sistem kemitraan yang dibangun oleh petani, pemda/perusda, mitra usaha nasionaldengan hak dan tanggungjawab masing-masing serta mekanisme bagi hasilnya. Hasil keuntungandari penjualan produk ke pasar juga dialokasikan untuk jaminan sosial dan reinvestasi bagikelanjutan usaha.

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa petani, pemda/perusda dan mitra usaha tergabungmenjadi satu dalam bentuk PT. Patungan dan masing-masing memiliki tanggung jawab untukmenghasilkan bahan baku, modal, penyediaan pabrikasi dan teknologi, manajemen agroindustri,serta jaminan pasar.

Kedudukan dan fungsi masing-masing stakeholder ini sederajat. Paling tidak ada kesamaanvisi dan misi dalam perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi usahatani. Terutama bagipetani yang selalu dipersepsikan minus dalam teknologi, permodalan, dan rendahnya posisitawar dalam sistem agribisnis atau agroindustri.

Petani bertanggung jawab khusus untuk memproduksi bahan baku berdasarkan komoditasyang telah ditentukan bersama dalam rapat direksi. Sarana produksi yang dibutuhkan olehpetani dipecahkan bersama dengan bantuan modal dan teknologi dari pemerintah dan mitra

Page 55: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

46 MENGUKUR KINERJA AGROINDUSTRI SISTEM KEMITRAAN DI DAERAH <

usaha. Jadi petani tak perlu menggunakan segenap modalnya kecuali tenaga dan lahan yangdimiliki untuk menghasilkan suatu komoditi atau bahan baku industri. Namun berkonsentrasipada penyediaan bahan baku saja.

Pemerintah daerah yang diwakili langsung oleh Perusahaan daerah (Perusda) bertanggungjawab dalam penyediaan pabrikasi dan bangunannya serta infra struktur yang mungkindibutuhkan untuk dimulainya sistem ini. Hal yang sangat dirasakan sebagai kesulitan dankerapkali menjadi batu sandungan perusda dalam menjalankan sistem ini adalah modal. Padahaldisisi lain, terkadang permodalan di lembaga keuangan tersedia dalam jumlah besar namunmemerlukan kepastian investasi jika ingin menggunakannya. Disinilah peranan utama pemdasebagai penjamin demi terlaksananya sistem kemitraan ini.

Mitra usaha bertanggung jawab dalam penyediaan teknologi dan jaminan pasar untukmendukung sistem kerja ini. Kendati mitra usaha tidak mendapatkan seluruh keuntungandalam bisnis ini namun logis disisi lain karena ia tidak melakukan investasi yang besar dalamagroindustri ini.

SISTEM BAGI HASIL

Pada umumnya sistem bagi hasil dalam bentuk nominal persentase yang akan diterima olehmasing-masing stakeholder tergantung pada kesepakatan bersama. Terutama kesepakatanyang terbentuk sebelum didirikannya PT Patungan.

Kesepakatan bagi hasil pada agroindustri dengan menerapkan sistem kemitraan ini dibagiberdasarkan pembagian keuntungan setelah modal pinjaman dari lembaga keuangan telahdiselesaikan oleh PT Patungan. Hal ini perlu disadari oleh semua pihak untuk bekerja ekstrakeras dan selalu menggunakan filosopi efisien dan efisiensi dalam berusaha sehingga modalpinjaman tersebut dapat dilunasi dengan segera demi kelangsungan usaha.

Komposisi bagi hasil dari keuntungannya adalah :

Petani 30%, pemda/perusda 30%, mitra usaha 20%, dan disertai 10% untuk reinvestasi dan10% lagi untuk jaminan sosial dalam bentuk bantuan dana pendidikan dan kesehatanmasyarakat setempat.

Page 56: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

47> MENGUKUR KINERJA AGROINDUSTRI SISTEM KEMITRAAN DI DAERAH

Sistem kemitraan untuk pelaksanaan agroindus-tri di daerah telah ditawarkan ke pemirsa denganmelibatkan tiga stakeholder penting yaitu petaniyang tergabung dalam koperasi, pemerintahdaerah, serta mitra usaha. Kemitraan ini tidakterbatas hanya dalam bentuk penandatanganMOU (Memorandum of Understanding) ataunota Kesepahaman dari tiga pelaku bisnistersebut, namun ketiganya terus meleburmenjadi satu unit usaha sendiri yang berbadanhukum melalui pembentukan perusahaanpatungan yang disebut selanjutnya PT. Patungan.

Keterlibatan tiga stakeholder tersebut memberi-kan konsekuensi logis bahwa semua langkahperencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, sertahasil kerja harus diketahui masing-masing pihak.Hal inilah yang mendasari perlunya disepakatikehadiran kriteria yang akan digunakan sebagaiindikator kinerja pelaksanaan agroindustri didaerah.

Disebut indikator kinerja karena diyakini untukmemastikan berhasil tidaknya ataupun majumundurnya pelaksanaan kemitraan ini. Disisiyang dijadikan indikator tidak hanya dilihat darisudut pandang mitra usaha, tetapi juga daripetani, dan pemerintah daerah (pemda). Bahkandampaknya bagi masyarakat yang belum terlibatdalam kemitraan tersebut juga menjadi pertim-bangan dalam penilaian kinerja ini. Nilai-nilaiyang terukur seperti peningkatan penghasilan,kualitas dan kuantitas produk juga diperhatikandisamping faktor lokasi dan waktu karenasemua ini menjadikan faktor penentu kinerjatersebut.

Enam Kelompok budayadalam pengertianPertanian (agriculture):1. Budaya pengelolaan

sumberdaya alam danhayati dengan berbagaijenis ilmu pengetahuandan teknologinya;

2. Budaya industri untukmeningkatkan nilaitambah produk danpendekatannya secarasistematik;

3. Budaya bisnis yang dapatmemantau sisteminformasi pasa domestikdan luar negeri;

4. Budaya hukum yang dapatmelindungi lahan petanidan produk pertanian daripara spekulan tanah danperusak harga

5. Budaya lingkungan untukmelindungi ekosistem darieksploitasi berlebihansambil menjagakesinambungan pertanian;

6. Budaya institusionalkemasyarakatan untukmenghormati sumberdayasosial dan aspek regional.

(Sumber: Wirakartakusumah, 1999)

Page 57: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

48 MENGUKUR KINERJA AGROINDUSTRI SISTEM KEMITRAAN DI DAERAH <

Langkah penilaian kinerja ini diperlukan untuk mendukung percepatan tercapainya budaya(culturculturculturculturcultureeeee) dalam definisi pertanian (agagagagagriculturriculturriculturriculturricultureeeee) yang telah diperluas (Wirakar takusumah,1999). Culture bukan berarti budidaya saja tetapi budaya. Budaya dalam definisi pertaniantersebut terbagi dalam enam kelompok dengan melibatkan aspek teknologi, bisnis, hukum,kelembagaan, pertimbangan lingkungan, dan kemampuan pengelolaan.

Keenam budaya tersebut tercermin dalam empat subsistem yang melaksanakan agribisnisdengan baik. Keempatnya adalah subsistem penyediaan sarana input produksi, subsistemproduksi, subsistem pengolahan, dan subsistem pemasaran (Saragih, 2004).

KRITERIA PENILAIAN

Sederetan pertanyaan seringkali muncul dalam diskusi yang mempertanyakan konsep kemitraanini. Baik yang muncul dari petani, jajaran birokrat di daerah, pengusaha yang telah berinvestasimaupun dari kalangan anggota DPRD. Sepuluh per tanyaan yang kerapkali muncul adalahsebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme kerja yang dilaksanakan?2. Bagaimana kuantitas produk ?3. Bagaimana kualitas produk ?4. Bagaimana penggunaan teknologi ?5. Bagaimana waktu produksi?6. Bagaimana mengatasi modal usaha?7. Bagaimana penghasilan petani/peternak?8. Bagaimana penghasilan Pemda (PAD) ?9. Bagaimana penghasilan mitra usaha?10. Bagaimana dampak sosial ekonomi?

Kesepuluh pertanyaan tersebut dapat dijawab secara ringkas dengan memperhatikan Tabel 1.Tabel tersebut membandingkan hasil kualitatif pelaksanaan agroindustri dengan kondisisekarang ini yang dilaksanakan oleh masyarakat pada umumnya dan jika menggunakan sistembagi hasil dalam pola kemitraan di PT. Patungan. Makalah inipun akan menjawab sepuluhpertanyaan tersebut dalam kerangka penulisan makalah ini dalam bentuk tanya-jawab.

Page 58: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

49> MENGUKUR KINERJA AGROINDUSTRI SISTEM KEMITRAAN DI DAERAH

1. Bagaimana mekanisme kerja yang dilaksanakan?1. Bagaimana mekanisme kerja yang dilaksanakan?1. Bagaimana mekanisme kerja yang dilaksanakan?1. Bagaimana mekanisme kerja yang dilaksanakan?1. Bagaimana mekanisme kerja yang dilaksanakan?

Mekanisme kerja yang dilaksanakan dalam sistem kemitraan agroindustri ini adalah bagi hasilkarena dikerjakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi PT. Patungan. Pembentuknyaadalah petani yang tergabung dalam organisasi koperasi, pemda yang diwakili oleh perusahaandaerah (perusda), dan pengusaha yang disebut mitra usaha. Penjelasan rinci telah disampaikandi bagian agroindustri dalam kemitraan.

Usaha agroindustri sekarang ini dilaksanakan secara sendiri ataupun perseorangan. Akibatnyaadalah selalu terjadi posisi tawar sesama pelaku mulai dari persiapan sarana produksi (saprodi)seperti bibit dan pupuk, tahap produksi, pengolahan sampai pada tahap pemasaran produkpertanian. Umumnya posisi tawar yang terendah dari empat subsistem agribisnis/agroindustritersebut adalah petani.

2. Bagaimana kuantitas produk?2. Bagaimana kuantitas produk?2. Bagaimana kuantitas produk?2. Bagaimana kuantitas produk?2. Bagaimana kuantitas produk?

Kuantitas Produk yang dihasilkan dalam sistem agroindustri sekarang ini terbatas jumlahnyakarena tidak tersedia pabrikasi yang menjadi inti kekuatan industri pertanian. Berbeda jikadilaksanakan dalam sistem kemitraan ini karena produk dapat diatur jumlahnya supaya sesuaidengan kapasitas terpasang pabrik dan dapat ditingkatkan berdasarkan daya serap pasar danperkembangan kemampuan PT. Patungan.

TTTTTabel 1. Pabel 1. Pabel 1. Pabel 1. Pabel 1. Perbandingerbandingerbandingerbandingerbandingan hasil pelaksanaan agan hasil pelaksanaan agan hasil pelaksanaan agan hasil pelaksanaan agan hasil pelaksanaan ag rrrrroindustri di suatu daerah antaraoindustri di suatu daerah antaraoindustri di suatu daerah antaraoindustri di suatu daerah antaraoindustri di suatu daerah antarakondisi sekarang dengan sistem bagi hasil.kondisi sekarang dengan sistem bagi hasil.kondisi sekarang dengan sistem bagi hasil.kondisi sekarang dengan sistem bagi hasil.kondisi sekarang dengan sistem bagi hasil.

N o .N o .N o .N o .N o . Ind ika tor Indus t r iInd ika tor Indus t r iInd ika tor Indus t r iInd ika tor Indus t r iInd ika tor Indus t r i Kondi s i SekarangKondi s i SekarangKondi s i SekarangKondi s i SekarangKondi s i Sekarang S i s t em Bag i Has i lS i s t em Bag i Has i lS i s t em Bag i Has i lS i s t em Bag i Has i lS i s t em Bag i Has i l

1. Mekanisme Kerja Perseorangan Be r s ama- s ama

2. Kuantitas Produk Terba t a s Men ingk a t

3. Kual itas Produk R e n d a h Meningkat dan seragam

4. Penggunaan Teknologi R e n d a h M e n i n g k a t

5. Waktu Pr oduksi Tidak Menentu Te rencana

6. Modal Usaha Terbatas dan Sendir i Meningkat dan Bersama

7. Penghasi lan Petani R e n d a h R e n d a h

8. Penghasi lan Pemda R e n d a h Meningkat dan Past i

9. Penghasi lan Mitra Usaha Tingg i Te r uku r

10 . Dampak Sosial Ekonomi Tak ada dan Tak Terencana Ada dan Ter encana

Page 59: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

50 MENGUKUR KINERJA AGROINDUSTRI SISTEM KEMITRAAN DI DAERAH <

3. Bagaimana kualitas produk?3. Bagaimana kualitas produk?3. Bagaimana kualitas produk?3. Bagaimana kualitas produk?3. Bagaimana kualitas produk?

Ketidakseragaman kualitas produk menjadi ciri khas suatu kegiatan agroindustri yang dikelolasecara perorangan karena tidak pengendalian kualitas dan kendala pengelolaan atau menejemenuntuk mencapai hal tersebut. Namun dalam sistem kemitraan ini, kualitas dapat dijaga danseragam sesuai dengan permintaan pasar. Hal ini dapat dilaksanakan karena denganmengandalkan kemampuan dan pengalaman mitra usaha.

4. Bagaimana penggunaan teknologi?4. Bagaimana penggunaan teknologi?4. Bagaimana penggunaan teknologi?4. Bagaimana penggunaan teknologi?4. Bagaimana penggunaan teknologi?

Minimnya penguasaan dan penggunaan teknologi merupakan fakta yang seringkali dijumpaidalam pelaksanaan agroindustri sekarang ini. Hal ini perlu disadari karena beberapa faktorseperti keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi yang tersedia dan caramemperoleh serta menggunakannya.

Penguasaan teknologi menjadi keunggulan dari sistem kemitraan dengan mengandalkan alih teknologidari sesama stakeholder. Penggunaan teknologi juga mempertimbangkan tingkat kemampuanperusahaan dalam penggunaan, pembiayaan dan waktu, serta kondisi sosial ekonomi dan ekologisuatu daerah. Teknologi yang digunakan akan memudahkan pencapaian target kuantitas, kualitasdan waktu produksi yang dibutuhkan sesuai dengan sasaran pasar produk dalam agroindustri.

5. Bagaimana waktu produksi?5. Bagaimana waktu produksi?5. Bagaimana waktu produksi?5. Bagaimana waktu produksi?5. Bagaimana waktu produksi?

Aspek waktu ini menjadi salah satu kunci keberhasilan agroindustri yang terkadang belumdiperhatikan dengan baik oleh pelaku agribisnis sekarang ini. Kontinuitas produksi merupakancontoh kasus dimana jumlah produksi tidak terjamin ketersediaannya pada waktu dibutuhkansehingga berdampak pada harga yang berfluktuasi tajam.

Sistem kemitraan memberikan suatu perencanaan yang sistematis dan terencana dengan baik karenadikelola melalui manajemen organisasi perusahaan. Hal ini berdampak pada penggunaan waktu dansumberdaya secara efisien dan efektif dalam menghasilkan produk agroindustri yang berkualitas.

6. Bagaimana mengatasi modal usaha?6. Bagaimana mengatasi modal usaha?6. Bagaimana mengatasi modal usaha?6. Bagaimana mengatasi modal usaha?6. Bagaimana mengatasi modal usaha?

Modal terbatas karena hanya disediakan sendiri merupakan ciri dari suatu unit usaha yangdibangun sendiri. Akibatnya adalah keterbatasan kemampuan dalam mengembangkan unitusahanya. Kondisi ini berbeda dengan sistem kemitraan dimana permodalan dibangun bersamasehingga terjadi peningkatan. Baik untuk modal kerja maupun modal investasi.

Page 60: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

51> MENGUKUR KINERJA AGROINDUSTRI SISTEM KEMITRAAN DI DAERAH

Penambahan modal dalam jumlah besar juga relatif mudah karena sudah tersedia prespektif usahayang dikelola secara profesional disamping perlunya jaminan/agunan yang diperlukan oleh perbankan.

7. Bagaimana penghasi lan petani/peternak?7. Bagaimana penghasi lan petani/peternak?7. Bagaimana penghasi lan petani/peternak?7. Bagaimana penghasi lan petani/peternak?7. Bagaimana penghasi lan petani/peternak?

Fakta dengan kondisi sekarang ini hanya memberikan keuntungan satu kali pada saat terjadi transaksijual setelah petani/peternak menghasilkan produk pertaniannya. Hal itupun terjadi dengan posisitawar yang rendah karena ketidakmampuannya mengolah dan memberikan nilai tambah terhadapproduknya. Belum lagi jika mempertimbangkan posisi petani/peternak dalam mengatasi tingginyabiaya penyediaan sarana produksi sehingga margin keuntungan akan semakin sempit.

Agroindustri dengan sistem kemitraan memberikan kesempatan pada petani/peternak untukmendapatkan keuntungan ganda. Per tama pada saat memberikan bahan bakunya untukpabrikasi. Kedua pada saat terjadi keuntungan dari penjualan produk. Kondisi inidimungkinkan karena keterbukaan sistem kemitraan pada semua stakeholder untuk mengetahuiselisih antara biaya produksi dengan harga pasar.

8. Bag8. Bag8. Bag8. Bag8. Bagaimana penghasilan Paimana penghasilan Paimana penghasilan Paimana penghasilan Paimana penghasilan Pemda (Pemda (Pemda (Pemda (Pemda (PAD)?AD)?AD)?AD)?AD)?

Pelaksanaan agroindustri kondisi saat ini belum memberikan jaminan kepastian penghasilanatau penambahan pendapatan asli daerah (PAD). Pemda lebih mengandalkan pemasukandana melalui retribusi dari komoditi pertanian ataupun melalui pembayaran pajak bumi danbangunan (PBB). Hasil akhirnya, PAD tetap rendah.

Sistem kemitraan memberikan kepastian kontribusi pada upaya peningkatan penghasilan aslidaerah melalui mesin keuntungan dari PT Patungan.

9. Bagaimana penghasilan mitra usaha?9. Bagaimana penghasilan mitra usaha?9. Bagaimana penghasilan mitra usaha?9. Bagaimana penghasilan mitra usaha?9. Bagaimana penghasilan mitra usaha?

Mitra usaha juga mendapatkan penghasilan kendati tidak sebesar jika dibandingkan dengan suatuunit usaha yang dibangun sendiri. Namun dibalik keuntungan tersebut, mitra usaha juga telahmemiliki sentra-sentra produksi yang menjadi basis kekuatan bisnisnya di masa-masa mendatang.

10. Bagaimana dampak sosial ekonomi?10. Bagaimana dampak sosial ekonomi?10. Bagaimana dampak sosial ekonomi?10. Bagaimana dampak sosial ekonomi?10. Bagaimana dampak sosial ekonomi?

Dampak sosial ekonomi terpenting yang dapat dirasakan dalam sistem kemitraan adalahtersedianya dana yang pasti untuk dialokasikan pada jaminan sosial seperti pendidikan dankesehatan. Baik untuk petani maupun masyarakat setempat.

Page 61: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

52 MENGUKUR KINERJA AGROINDUSTRI SISTEM KEMITRAAN DI DAERAH <

Page 62: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

53> PERUSAHAAN DAERAH DAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN

TTTTTujuan Pujuan Pujuan Pujuan Pujuan Penulisanenulisanenulisanenulisanenulisan

1. Memberikan visi dan misi bisnis bagi perusahaan daerah (Perusda) dalam penentuanstrategi pengembangan agroindustri.

2. Mempertajam langkah taktis perusda dalam pelaksanaan agroindustri di daerah denganmemperhatikan kondisi ideal suatu kawasan agroindustri dan kenyataan yang ada, sertadan pemikiran-pemikiran tentang manajerial organisasi perusahaan, penguasaan teknologidan strategi pemasaran produk baik di tingkat nasional dan internasional.

3. Strategi pembuatan program kerja jangka pendek, menengah, dan jangka panjang bagiperusda dalam kerangka berpikir agroindustri.

Sasaran PSasaran PSasaran PSasaran PSasaran Penulisanenulisanenulisanenulisanenulisan

Bagian ini ditujukan kepada praktisi agroindustri terutama para CEO perusahaan daerahyang sangat diharapkan pernanannya untuk menjadikan agroindustri sebagai tulang punggungperekonomian daerahnya.

PERUSAHAAN DAERAHDAN AGROINDUSTRI

KEMITRAAN

BBBBBAB 5AB 5AB 5AB 5AB 5

Page 63: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

54 PERUSAHAAN DAERAH DAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN <

PERUBAHAN PARADIGMA

Perubahan paradigma sentralisasi menjadi desentralisasi dengan penerapan UU No 22dan 25 Tahun 1999 tentang otonomi dan perimbangan keuangan antara pemerintahpusat dan daerah otonomi telah membuat pemerintah daerah (pemda) bekerja keras

mencari sumber-sumber penghasilan baru bagi pencapaian target pembangunannya. Sumberpenghasilan pemda dari retribusi dan pajak bumi dan bangunan tidak dapat memenuhikebutuhan pembiayaan pembangunan yang terus meningkat setiap tahun. Akibat lanjutannyaadalah dibutuhkan strategi dan langkah taktis untuk mencari sumber penghasilan baru yangpasti, besar dan berkesinambungan.

Wilayah yang memiliki tambang berupa minyak dan galian merupakan suatu keberuntungandalam pencapaian sumber penghasilan pemda. Namun bukan berarti kemalangan bagi daerahyang hanya memiliki bentang alam karena sektor pertanian juga berpotensi besar menjadisalah satu motor perekonomian daerah jika dikelola dengan profesional dan mengarah padapelaksanaan agroindustri.

Target pengelolaan sektor pertanian dari subsistence (pemenuhan kebutuhan sendiri) keagroindustri akan menghasilkan produk yang berkualitas, berlanjut, dan tersedia dalam jumlahyang layak secara ekonomis, serta harga yang kompetitif untuk dijalankan sebagai bentuk unitusaha. Oleh karena itu, perlu pengelola bisnis yang profesional untuk mencapai target tersebut.

Pemerintah daerah (Pemda) meletakkan harapan utamanya pada Perusahaan Daerah (Perusda)sebagai unit usaha di daerah untuk menjalankan sektor agroindustri tersebut. Target akhiryang dituju oleh pemda adalah peningkatan nilai nominal pendapatan asli daerah (PAD)untuk mendukung APBD, serta terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakatnya.

Namun dibalik harapan dan sisi potensi tersebut, terdapat beragam kendala yang dihadapidalam memajukan sektor agroindustri di suatu daerah. Kendala yang sangat dirasakan berupaketerbatasan sumberdaya manusia yang mampu mengatasi persoalan kelembagaan usaha didaerah, kesenjangan penguasaan teknologi pengolahan pasca panen, strategi dan taktikpemasaran, serta kemampuan mengidentifikasi potensi daerah yang dapat ditawarkan kemitra usaha atau investor.

Problematika tersebut yang mendasari penulisan makalah ini sebagai bentuk sumbang sarankepada Pemda Kabupaten dan Kotamadya di seluruh Indonesia untuk menjadikan sektorper tanian sebagai “Leader in Economic Sectors” dan berdampak pada upaya peningkatankesejahteraan bersama (rakyat-pemerintah-mitrausaha) di daerah.

Page 64: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

55> PERUSAHAAN DAERAH DAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN

Berdasarkan kerangka pemikiran dengan menggunakan enam faktor penentu tersebut melaluipengungkapan kondisi ideal yang menjadi harapan sekaligus kenyataan -yang sempat terekamdalam berbagai diskusi dan perjalanan-, maka perusda harus mampu menyatukan persepsimereka dengan pemda dan mengantisipasi perkembangan bisnis demi kesinambungan sistemagroindustri di daerahnya.

KELAYAKAN INVESTASI DAN KETIDAKJELASAN

Jika menggunakan indikator pemikiran Haming dan Basalamah (2003) dalam penentuankelayakan investasi maka terdapat sejumlah permasalahan dalam bentuk ketidakjelasan didaerah dalam mengindentifikasi permasalahan teknis dan produksi; finansial; pasar danpemasaran; ekonomi dan sosial; hukum; organisasi dan manajemen.

1. Aspek 1. Aspek 1. Aspek 1. Aspek 1. Aspek TTTTTeknis dan Preknis dan Preknis dan Preknis dan Preknis dan Produksioduksioduksioduksioduksia. Ketidakjelasan informasi luas areal produksi/wilayah produksi;b. Ketidakjelasan kuantitas, kualitas dan harga produk yang dihasilkan oleh daerah;c. Ketidakjelasan pelaku bisnis/pengusaha yang menangani suatu unit usaha dalam skala

ekonomis;

2 .2 .2 .2 .2 . Aspek FinansialAspek FinansialAspek FinansialAspek FinansialAspek Finansiala. Ketidakjelasan pengaturan pendanaan dari APBD, terutama dalam penyertaan modal

investasi dan modal kerja di perusahaan daerah.b. Ketidakjelasan sumber-sumber pendanaan unit usaha yang dibangun, termasuk teknis

pembuatan dan pengajuan proposal ke lembaga keuangan yang memberikan modalpada unit usaha.

3 .3 .3 .3 .3 . Aspek PAspek PAspek PAspek PAspek Pasar dan Pasar dan Pasar dan Pasar dan Pasar dan Pemasaranemasaranemasaranemasaranemasarana. Ketidakjelasan kapasitas permintaan pasar baik dari segi kuantitas, kualitas, waktu,

dan harga serta pelayanan purna jual.b. Ketidakjelasan jaringan pasar dan sistem pemasaran yang berlaku secara internasional

dan aman.

4 .4 .4 .4 .4 . Aspek Ekonomi dan SosialAspek Ekonomi dan SosialAspek Ekonomi dan SosialAspek Ekonomi dan SosialAspek Ekonomi dan Sosiala. Ketidakjelasan kontribusi ekonomi bagi masyarakat dari unit usaha yang dibangun

oleh pemda maupun pengusaha;b. Ketidakjelasan kontribusi dalam peningkatan pendapatan asli daerah;.c. Ketidakjelasan kontribusi sosial unit usaha yang dilakukan bagi masyarakat daerah.

Page 65: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

56 PERUSAHAAN DAERAH DAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN <

5. Aspek Hukum5. Aspek Hukum5. Aspek Hukum5. Aspek Hukum5. Aspek Hukuma. Ketidakjelasan bentuk hukum perusahaan;b. Ketidakjelasan tata prosedur untuk mengembangkan kerjasama dengan pihak ketiga

6 .6 .6 .6 .6 . Aspek Organisasi dan Manajemen Aspek Organisasi dan Manajemen Aspek Organisasi dan Manajemen Aspek Organisasi dan Manajemen Aspek Organisasi dan Manajemena. Ketidakjelasan kriteria yang baik untuk CEO Perusda;b. Ketidakjelasan tata cara pendirian unit usaha;c. Ketidakjelasan perumusan organisasi, uraian tugas, dan tata kerja serta hak dan

kewajiban individu yang terlibat dalam perusda.d. Ketidakjelasan kultur perusahaan yang lebih dominan sifat birokratisnya daripada

kewirausahaannya.

Kendati ketidakjelasan dari enam indikator kelayakan suatu unit usaha tersebut terurai denganjelas, namun bukanlah sebuah halangan ataupun tantangan. Bagi wirausaha murni, halanganataupun tantangan tersebut harus diubah menjadi sebuah peluang bisnis. Semua itu tergantungpada kemampuan perusahaan daerah mengantisipasi dan kecepatan beradaptasi terhadapperkembangan bisnis saat ini yang sedang dilanda globalisasi. Pertanyaan klasik yang selalumuncul adalah darimana memulai perbaikan tersebut? Jawaban singkatnya adalah dari dalamtubuh perusahaan daerah itu sendiri!. Bukan dari lembaga lain!

MEWUJUDKAN PERUSAHAAN DAERAH YANG IDEAL

Langkah untuk mewujudkan perusahaan daerah (perusda) yang ideal bukanlah pekerjaanmudah. Terlebih dengan citra negatip yang telah tertanam di dalam pemikiran aparat pemdasendiri dan masyarakat bahwa perusda adalah lembaga pemboros dana dan bukan penghasildana. Kendati perusda terhimpit diantara citra negatip dan harapan yang besar sebagai mesinpenghasil dana untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), namun terdapat peluanguntuk memperbaiknya andaikan nilai-nilai umum perusahaan dan sembilan langkah taktis inidapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik. Boleh jadi diakhir penjelasan ini sudah terdapatkeyakinan daargumentasi logis bagi pembaca untuk bertindak menghapus institusi ataumengganti pelaksana perusda.

Nilai-Nilai Umum PNilai-Nilai Umum PNilai-Nilai Umum PNilai-Nilai Umum PNilai-Nilai Umum PerererererusahaanusahaanusahaanusahaanusahaanDespain dan Converse (2003) dalam Siregar (2004) menjelaskan dengan tuntas nilai-nilaiumum perusahaan yang harus dipahami dengan baik seperti pada Gambar 2. Sembilan buahbalok yang saling berkaitan membentuk sebuah bangunan rumah. Kepercayaan dan saling

Page 66: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

57> PERUSAHAAN DAERAH DAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN

menghargai merupakan landasan utama, kemudian nilai-nilai kerja tim, pemberdayaan,pengambilan risiko dan kepekaan merupakan penopang upaya peningkatan yang terusberkelanjutan dan komitmen menuju puncak pelayanan kepada konsumen.

Perusahaan daerah (Perusda) berpotensi sebagai perusahaan induk (holding) yang akanmelahirkan anak-anak perusahaan berdasarkan perkembangan bisnis ataupun dengan kemitraanperusahaan lain.

1. P1. P1. P1. P1. Pahami Filosopi Pahami Filosopi Pahami Filosopi Pahami Filosopi Pahami Filosopi Perererererusahaan Induk (Holding)usahaan Induk (Holding)usahaan Induk (Holding)usahaan Induk (Holding)usahaan Induk (Holding)

Perusahaan induk dapat menjalankan tiga fungsinya baik secara terpisah maupun secarabersamaan. Ketiga fungsi tersebut adalah:1 .1 .1 .1 .1 . PPPPPerererererusahaan induk operasional (Operating holding companusahaan induk operasional (Operating holding companusahaan induk operasional (Operating holding companusahaan induk operasional (Operating holding companusahaan induk operasional (Operating holding company)y)y)y)y)

Perusahaan induk melakukan tindakan langsung dalam pengoperasian anak perusahaan,mulai dari urusan logistik, produksi dan operasi, pemasaran, pelayanan purna jual, hinggapada kegiatan pendukung.

Gambar 2. Nilai-nilaiumum yang harus dibangundan dipahami dalamorganisasi perusahaan(Despain dan Converse,2003) yang dapat dibacalangsung di tulisan Siregar,2004.

Page 67: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

58 PERUSAHAAN DAERAH DAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN <

2 .2 .2 .2 .2 . PPPPPerererererusahaan induk pendukung (Supporusahaan induk pendukung (Supporusahaan induk pendukung (Supporusahaan induk pendukung (Supporusahaan induk pendukung (Suppor ting holding companting holding companting holding companting holding companting holding company)y)y)y)y)Perusahaan induk hanya melakukan dukungan pada anak perusahaan dalam bentukpenentuan kebijakan-kebijakan dalam penyiapan tenaga SDM, infra struktur, keuangandan umum.

3 .3 .3 .3 .3 . PPPPPerererererusahaan induk inusahaan induk inusahaan induk inusahaan induk inusahaan induk invvvvvestasi (Inestasi (Inestasi (Inestasi (Inestasi (Invvvvvestment holding companestment holding companestment holding companestment holding companestment holding company)y)y)y)y)Perusahaan induk hanya melakukan investasi dana, sedangkan operasional danpengembangannya dilaksanakan langsung oleh anak perusahaan.

Perusda dapat mengembangkan fungsinya sebagai holding dengan memilih satu dari ketigafungsi tersebut. Pengembangan anak-anak perusahaan sendiri dapat disesuakan dengankomoditi yang akan diusahakan atau berdasarkan pada “cluster” komoditi pertanian sepertitanaman pangan, tanaman tahunan, perikanan, atau komoditi laut.

2. PENGAJU2. PENGAJU2. PENGAJU2. PENGAJU2. PENGAJUAN NAMA PERAN NAMA PERAN NAMA PERAN NAMA PERAN NAMA PERUSDUSDUSDUSDUSDAAAAA

Nama perusahaan daerah yang dibentuk oleh pemda secara spesifik harus menampilkan asaldaerah tersebut tetapi dikombinasikan dengan jiwa bisnis. Misalkan: Perusda Bone yangmerupakan perusahaan daerah milik Pemda Kabupaten Bone.

Perusda Bone kemudian membuat anak perusahaan yang salah satu diantaranya adalah PT.Bone Agro yang bergerak pada semua komoditi pertanian yang diusahakan di KabupatenBone, provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan daerah jugaberpotensi untuk mengembangkan diri sebagai holding atau perusahaan induk dengan sejumlahanak perusahaan yang sesuai dengan perkembangan dan potensi bisnis yang dapat digarap diwilayahnya.

3. P3. P3. P3. P3. Penetapan enetapan enetapan enetapan enetapan VVVVVisi dan Misi, serisi dan Misi, serisi dan Misi, serisi dan Misi, serisi dan Misi, ser ta Prta Prta Prta Prta Progogogogog ram Kram Kram Kram Kram Kererererer ja Pja Pja Pja Pja Perererererusdausdausdausdausda

Perusda yang terbentuk harus memiliki Visi dan Misi yang jelas sehingga dapat mencerminkankeinginan atau harapan masyarakat dan pemda. Upaya untuk mencapai visi dan misi tersebutdapat dilakukan melalui perancangan dan pelaksanaan prioitas program kerja yang sistematisdan terarah serta prioritas dibuat dalam bentuk program kerja yang jelas dan sistematis sertarealistis untuk dilaksanakan oleh perusda dan mitra kerjanya.

Page 68: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

59> PERUSAHAAN DAERAH DAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN

4. P4. P4. P4. P4. Penentuan Bidang dan Skala Usahaenentuan Bidang dan Skala Usahaenentuan Bidang dan Skala Usahaenentuan Bidang dan Skala Usahaenentuan Bidang dan Skala Usaha

Penentuan bidang usaha disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing yang dapat dijadikanpeluang bisnis. Potensi daerah tidak hanya terbatas pada penentuan komoditas tetapi dalambentuk jasa apa yang bernilai ekonomi dan dapat dijual ke konsumen. Berdasarkan potensidaerah yang mengandalkan diri pada pertanian maka tersedia empat subsektor yang dapatdiusahakan yaitu:1. Tanaman Pangan yang mencakup komoditi beras, jagung, dan ketela pohon.2. Tanaman Tahunan yang mencakup komoditi jambu mete, dan hutan tanaman industri.3. Peternakan yang mencakup komoditi ayam, bebek, dan telur, serta penyediaan pakan

ternak.4. Industri Rumah Tangga yang mencakup segala bentuk produk bernilai ekonomis yang

dapat dihasilkan oleh rumah tangga.

Skala usaha yang dilakukan harus bernilai ekonomis dan bukan skala usaha industri rumahtangga. Karakteristiknya dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan usaha tersebut menampungseluruh produk pertanian di daerahnya, kemudian diolah dengan sistem pabrikasi yang lebihbanyak menggunakan mesin-mesin daripada tenaga manusia, memiliki kepastian harga, kontinuitiproduk, kepastian kuantits produk, serta nilai investasi dan modal kerja yang besar.

5 . P5. P5. P5. P5. Penentuan Strenentuan Strenentuan Strenentuan Strenentuan Struktur Oruktur Oruktur Oruktur Oruktur Orggggganisasianisasianisasianisasianisasi

Perusda harus menentukan struktur organisasinya mulai pada tingkat dewan komisaris, dewandireksi, dan kepala-kepala departemen. Untuk susunan dewan komisaris dan dewan direksimerupakan kriteria baku bagi suatu perusahaan, namun keterlibatan mitra bisnis merupakansuatu pengecualian. Alasannya adalah untuk memberikan jiwa bisnis bagi perusda.

Dewan KomisarisKomisaris Utama : BupatiKomisaris : Asisten II Bidang EkonomiKomisaris : Mitra Bisnis

Dewan DireksiDirektur Utama :Direktur Produksi :Direktur Pemasaran :Direktur Keuangan dan Admin :

Page 69: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

60 PERUSAHAAN DAERAH DAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN <

Salah satu alternatif yang dapat kami ajukan untuk pembentukan departemen di suatu perusdadengan cakupan bisnis yang berorientasi pada pertanian adalah:

1. Departemen Agroindustri Tanaman Pangan2. Departemen Agroindustri Tanaman Perkebunan3. Departemen Agroindustri Peternakan4. Departemen Usaha Industri Rumah Tangga5. Departemen Pemasaran dan Kerjasama Bisnis6. Departemen SDM, Hukum, dan Administrasi7. Departemen Analisa Usaha Agroindustri, LITBANG dan IT

6. P6. P6. P6. P6. Penentuan Kriteria SDM Penentuan Kriteria SDM Penentuan Kriteria SDM Penentuan Kriteria SDM Penentuan Kriteria SDM Pelaksana yelaksana yelaksana yelaksana yelaksana yang Prang Prang Prang Prang Profofofofofesionalesionalesionalesionalesional

Prinsip dasar untuk menentukan apakah sumberdaya manusia itu memang profesional adalahkejujuran dan kemauan untuk bekerja. Kemampuan bekerja dan bidang keahlian masing-masing karyawan atau direksi ditentukan dengan perkembangan bisnis perusda.

7. P7. P7. P7. P7. Penetapan Sistem Kenetapan Sistem Kenetapan Sistem Kenetapan Sistem Kenetapan Sistem Kererererer ja Interja Interja Interja Interja Internal dan Eksternal dan Eksternal dan Eksternal dan Eksternal dan Eksternal Pnal Pnal Pnal Pnal Perererererusdausdausdausdausda

Bagian ini merupakan kriteria lanjutan adalah kemampuan bekerja di lapangan sesuai denganprosedur operasional standar (standart operational procedures) yang dibuat oleh Perusda.

Sistem kerja internal menyangkut proses produksi, proses pembiayaan, proses pemasaran,komunikasi di antara sesama karyawan atau dengan direksi. Sistem kerja eksternal perusdaterkait dengan model kerjasama dengan pihak luar perusda.Baik dengan lembaga keuangan,pemda, maupun dengan mitra bisnisnya.

8. P8. P8. P8. P8. Penentuan Modal Inenentuan Modal Inenentuan Modal Inenentuan Modal Inenentuan Modal Invvvvvestasi dan Modal Kestasi dan Modal Kestasi dan Modal Kestasi dan Modal Kestasi dan Modal Kererererer jajajajaja

Penentuan modal investasi dan modal kerja harus ditetapkan diawal pendirian Perusda. Langkahini merupakan wewenang Pemda dan DPR karena dialokasikan melalui APBD. Namundemikian, sebaiknya penyertaan modal investasi dan modal kerja yang berasal dari uang rakyattersebut harus memperhatikan program kerja Perusda baik dalam jangka pendek, menengahdan jangka panjang

Page 70: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

61> PERUSAHAAN DAERAH DAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN

9. PENENTU9. PENENTU9. PENENTU9. PENENTU9. PENENTUAN SUMBER-SUMBER PERMODAN SUMBER-SUMBER PERMODAN SUMBER-SUMBER PERMODAN SUMBER-SUMBER PERMODAN SUMBER-SUMBER PERMODALANALANALANALANALAN

1 .1 .1 .1 .1 . APBDAPBDAPBDAPBDAPBDSumber pertama permodalan berasal dari kesediaan pemerintah daerah mengalokasikandana yang berasal dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah) sebagai penyertaanmodal di perusahaan. Penyertaan modal Pemda ini dapat dilakukan secara bertahap dalamjangka waktu yang sesuai dengan kebijakan pemda dan DPRD.

2 .2 .2 .2 .2 . Lembaga KeuanganLembaga KeuanganLembaga KeuanganLembaga KeuanganLembaga KeuanganTiga sumber permodalan yang dapat digali oleh Perusda yaitu perbankan, asuransi, danreksadana (sekuritas). Namun sumber dana permodalan ini harus dikelola dengan baikdan bijaksana, serta ekstra hati-hati dengan mempertimbangkan kelayakan ekonomissuatu usulan bisnis.

3 .3 .3 .3 .3 . KKKKKererererer jasama dengjasama dengjasama dengjasama dengjasama dengan Inan Inan Inan Inan Invvvvv estorestorestorestorestorPermodalan juga dapat dilakukan dengan mengundang investor yang memiliki sumberdana langsung namun Perusda harus terlibat dalam sistem produksi, disamping dukunganlogistik bahan baku produksi dan pemasaran.

4 .4 .4 .4 .4 . Kerjasama dengan Mitra KerjaKerjasama dengan Mitra KerjaKerjasama dengan Mitra KerjaKerjasama dengan Mitra KerjaKerjasama dengan Mitra KerjaSumber modal baik dalam bentuk finansial maupun manajemen, teknologi maupun alihpangsa pasar juga dapat dilakukan dengan investor.

5 .5 .5 .5 .5 . MasyarakatMasyarakatMasyarakatMasyarakatMasyarakatPenyer taan modal masyarakat dalam bentuk obligasi maupun penyer taan modal jugadapat dilakukan oleh PERUSDA. Pelaksanaan alternatif ini dapat dilakukan baik untukmasyarakat maupun secara nasional dengan mempertimbangkan kinerja dan bonafiditasperusahaan dengan tolok ukur bisnis dan pertimbangan aturan hukum yang barlaku.

PROGRAM KERJA PERUSAHAAN

PrPrPrPrProgogogogog ram Kram Kram Kram Kram Kererererer ja Jja Jja Jja Jja Jangka Pangka Pangka Pangka Pangka Pendek (Dua endek (Dua endek (Dua endek (Dua endek (Dua TTTTTahun Pahun Pahun Pahun Pahun Pererererer tama)tama)tama)tama)tama)

Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:

1 .1 .1 .1 .1 . SumberSumberSumberSumberSumberdadadadadayyyyya Manusiaa Manusiaa Manusiaa Manusiaa Manusia (SDMSDMSDMSDMSDM). Rekrutmen dan pelatihan sumberdaya manusia yangmemiliki integritas, loyalitas, kemandirian dan jiwa wirausaha untuk menjalankan

Page 71: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

62 PERUSAHAAN DAERAH DAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN <

perusahaan daerah. Prioritas yang akan dilakukan adalah pembentukan Tim Kerja IntiPerusahaan yang terdiri atas minimum mencakup keahlian manajemen, per tanian(budidaya,HPT, tanah, Iklim), pengolahan pasca panen, pemasaran, dan keuangan sertateknologi informasi. Pada bagian ini juga perlu dibuat standar prosedur operasi perusahaan.

2 .2 .2 .2 .2 . Mitra KMitra KMitra KMitra KMitra Kererererer jajajajaja. Penggalangan kerjasama dengan mitra kerja yang bersedia melakukan alihteknologi dan informasi pangsa pasar dari produk yang dihasilkan oleh unit usahaperusahaan.

3 .3 .3 .3 .3 . Sarana dan PrasaranaSarana dan PrasaranaSarana dan PrasaranaSarana dan PrasaranaSarana dan Prasarana. Identifikasi sarana dan prasarana produksi yang tersedia dandapat digunakan serta kebutuhan yang dapat diberikan oleh pemerintah daerah.

4 .4 .4 .4 .4 . Bidang UsahaBidang UsahaBidang UsahaBidang UsahaBidang Usaha. Penentuan bidang-bidang usaha yang tersedia dan penentuan prioritasyang segera dilakukan oleh tim kerja perusahaan. Baik secara sendiri maupun denganbermitra dengan perusahaan lokal dan nasional.

5 .5 .5 .5 .5 . PPPPPererererermodalan. modalan. modalan. modalan. modalan. Penentuan besaran modal yang dibutuhkan berdasarkan prioritas bidangusaha yang akan dilaksanakan oleh unit usaha perusda dan sumber-sumber permodalanyang dapat digunakan.

PrPrPrPrProgogogogog ram Kram Kram Kram Kram Kererererer ja Jja Jja Jja Jja Jangka Menengangka Menengangka Menengangka Menengangka Menengah (Dua ah (Dua ah (Dua ah (Dua ah (Dua TTTTTahun Kahun Kahun Kahun Kahun Kedua)edua)edua)edua)edua)

Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:

1 .1 .1 .1 .1 . PPPPPererererercececececepatan Kpatan Kpatan Kpatan Kpatan Kerererererjajajajaja. Percepatan pelaksanaan prioritas program kerja yang telah dirancanguntuk dua atau tiga tahun pertama pendirian perusda..

2 .2 .2 .2 .2 . RRRRReeeeegggggenerasienerasienerasienerasienerasi. Proses regenerasi kemampuan manajemen, teknologi produksi, danpemasaran dari tenaga inti.

3 .3 .3 .3 .3 . PPPPPengengengengengembangembangembangembangembangan Bisnis. an Bisnis. an Bisnis. an Bisnis. an Bisnis. Bagian ini berdasarkan potensi sumberdaya lahan dankemampuan masyarakat setempat dalam pelaksanaannya.

Page 72: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

63> PERUSAHAAN DAERAH DAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN

PrPrPrPrProgogogogog ram Kram Kram Kram Kram Kererererer ja Jja Jja Jja Jja Jangka Pangka Pangka Pangka Pangka Panjang (Lima anjang (Lima anjang (Lima anjang (Lima anjang (Lima TTTTTahun)ahun)ahun)ahun)ahun)

Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:Prioritas program kerja dalam rentang waktu ini adalah:

1 .1 .1 .1 .1 . Ekspans i BisnisEkspans i BisnisEkspans i BisnisEkspans i BisnisEkspans i Bisnis. Pengembangan unit-unit bisnis di daerah la in denganmempertimbangkan potensi sumberdaya alam dan ketersediaan SDM, serta keselarasanprogram kerja yang dicananangkan oleh perusahaan daerah.

2 .2 .2 .2 .2 . Nasional and InterNasional and InterNasional and InterNasional and InterNasional and Internasional.nasional.nasional.nasional.nasional. Pengembangan unit usaha dalam skala nasional daninternasional baik dalam hal jaringan pemasaran maupun permodalan.

PENUTUP

Demikian sumbang saran yang dapat kami sampaikan kepada praktisi, pemerintah daerah,dan masyarakat yang telah menjadikan agroindustri sebagai “leader of Economic sectors” diIndonesia. Semoga mendapat sambutan dan kritik demi mewujudkan agroindustri yang tangguhdan profesional.

Page 73: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

64 PERUSAHAAN DAERAH DAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN <

Page 74: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

65> REVITALISASI KOPERASI UNTUK MEMBANGUN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DAERAH

REVITALISASI KOPERASI UNTUKMEMBANGUN AGROINDUSTRI

KEMITRAAN DAERAH

BBBBBAB 6AB 6AB 6AB 6AB 6

TTTTTujuan Pujuan Pujuan Pujuan Pujuan Penulisanenulisanenulisanenulisanenulisan

TTTTTujuan penulisan bagian ini adalah:ujuan penulisan bagian ini adalah:ujuan penulisan bagian ini adalah:ujuan penulisan bagian ini adalah:ujuan penulisan bagian ini adalah:

1. Untuk mengingatkan potensi Koperasi yang harus diaktualkan sehingga memberikanmanfaat bagi anggota dan masyarakat di sekitarnya.

2. Untuk memberikan arahan teknis yang dapat dilakukan pengurus dan anggota koperasidalam merevitalisasi peranan koperasi di daerah.

Sasaran PSasaran PSasaran PSasaran PSasaran Penulisanenulisanenulisanenulisanenulisan

Sasaran penulisan buku ini adalah pengurus dan anggota koperasi, dinas pemerintah, danpengusaha yang akan bermitra dengan koperasi di daerah.

Page 75: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

66 REVITALISASI KOPERASI UNTUK MEMBANGUN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DAERAH <

CEO KOPERASI

Ditengah ragam deraan kehidupan melanda Indonesia, saya bermimpi menjadi CEO(Chief Executive Officer) sebuah koperasi untuk mencari solusi deraan tersebut.Terutama solusi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Harapannya organisasi

ekonomi berbasis rakyat di desa dan kota ini, menjadi lokomotif ekonomi nasional. Namunapa nyana, koperasi pun masih berkonotasi dengan wasting time, no efforts, and no profitser ta berkembang logika “unlogic” ditambah cemaran istilah Ketua Untung Duluan untukKUD.

Hanya karena penasaran “Kog begitu saja tak bisa” dan “Kenapa barang kelihatan ini takmampu diubah?” Padahal sumberdaya alam Indonesia sungguh melimpah. Ditambah bekaljiwa wirausaha maka tantangan untuk menjadi CEO boleh jadi dicoba. Lalu, modal strategiapa jika filsafat CEO diterapkan pada koperasi? Pertanyaan ini tiba-tiba meluncur danmembangunkan saya dari mimpi tadi untuk menelaah aneka pustaka serta diskusi dengankawan yang lebih memahami hakiki koperasi.

Dalam kondisi terjaga dan ketika melakukan survei potensi wilayah Sulsel, saya sempat tanyaAndi Syamsul Alam Mallarangeng, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sulawesi Selatan tentangkemungkinan menerapkan mimpi jadi CEO Koperasi. Pak Andi mengatakan bahwa mimpi jadiCEO itu bisa terwujud karena karakteristik organisasi Koperasi mendukung gagasan tersebut.

Organisasi koperasi di tingkat Provinsi, terutama koperasi produsen yang bergerak sektorpertanian mempunyai bentuk seperti Perusahaan Induk “Holding Company” dengan anak-anak perusahaannya berupa koperasi-koperasi di tiap kabupaten. Lalu, bisa dibayangkanuntuk Provinsi Sulsel jumlah anak perusahaannya karena memiliki 22 kabupaten/kotamadya.

Keunikan lain adalah anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of member)yaitu anggota sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi (user own oriented firm).Implikasi keunikan ini maka membuat koperasi memiliki landasan kerja demokrasi. Implikasilanjutannya sebagai berikut:

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya satu kepentinganekonomi yang sama.

b. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolongdan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan dandemokrasi. Selain itu anggota koperasi percaya dan harus melaksanakan nilai-nilai etikakejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain.

Page 76: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

67> REVITALISASI KOPERASI UNTUK MEMBANGUN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DAERAH

c. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri olehanggotanya.

d. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanyadalam rangka memajuka kesejahteraan anggotanya.

e. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada angotanya maka kelebihankemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatbukan anggota koperasi.

Boleh jadi tulisan ini saya akan bawa kembali dalam mimpi demi memberi jawaban bahwakoperasi adalah unit usaha yang harus dikelola ala CEO bukan atas dasar kekeluargaan.Bukan pula hanya karena berbasis pada rakyat sehingga belum profesional. Oleh karena itu,atas dasar kenyataan bahwa sebagian koperasi belum menjalankan nilai-nilai luhurnya sehinggabelum mencapai targetnya, maka perlu kemampuan seorang CEO untuk menertibkan koperasisupaya mencapai kondisi ideal.

LANGKAH PENERTIBAN

Strategi dasar untuk menjalankan organisasi ekonomi rakyat ini adalah melakukan penertibanpada sisi logika dan niat; organisasi dan Anggota; rencana dan usaha; administrasi dan keuangan;serta melakukan evaluasi dan pengawasan.

Istilah tertib digunakan dalam wacana ini karena kelima komponen tersebut adalah dasar-dasar manajemen di bangku kuliah. Bahkan di strata rakyat, pengusaha, dan pejabat, istilahtersebut telah dikenal dengan baik. Namun faktanya, sebagian masih belum tertib. Akibatyang muncul adalah kesemrawutan di segala lini. Ruginya adalah rakyat dan bangsa sendirikarena telah membuang waktu, tenaga, dan dana besar tanpa hasil yang memadai apalagiberkelanjutan. Tinggallah generasi muda -yang juga dikatagorikan sebagai rakyat- melongokarena tak lagi memiliki modal usaha (modal investasi dan ker ja yang bersumber dari alamdan dana pembangunan).

TTTTTererererer tib Niat dan Logikatib Niat dan Logikatib Niat dan Logikatib Niat dan Logikatib Niat dan LogikaLangkah ini terasa berat baik karena tak tersedia instrumen untuk mendeteksinya. Namunakan terasa pada proses dan hasil usaha koperasi. Indikasinya sederhana, apakah asset ataumodal semakin bertambah? Jika asset dan modal koperasi terus bertambah atas dasar kerjakeras maka indikasinya pengurus dan anggotanya memiliki niat baik.

Page 77: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

68

Niat baik dan logika ini ibarat dua sisi dari tombak. Jika salah menggunakannya maka sipengguna akan terluka. Oleh karena itu, niat baik juga harus diimbangi dengan logika yangsistematis, runut dan masuk akal terhadap semua upaya koperasi menjalankan roda usahanya.

Logika dan niat baik ini juga harus diterjemahkan dalam wacana formal berbentuk tulisan sepertirencana kerja, proposal, penyusunan anggaran pendapatan dan belanja koperasi, laporan kemajuankegiatan, pelaksanaan administrasi yang baik, serta laporan pertanggungjawaban pengurus koperasi.

Boleh jadi koperasi bankrut namun bukan karena salah niat dan logika tetapi mungkin karenaketidakmampuan mengatasi kendala bisnis yang memang cukup kompleks. Namun, palingtidak jika niat dan logika yang benar sudah dilaksanakan baik dengan segala upayanya makadisinilah faktor takdir Ilahi yang menentukan.

PPPPPenuntun Logika dan Niatenuntun Logika dan Niatenuntun Logika dan Niatenuntun Logika dan Niatenuntun Logika dan NiatLogika dan Niat seorang CEO Koperasi juga tidaklah sukar jika menggunakan petunjukteknis yang diberikan oleh Departemen Koperasi dan UKM melalui Keputusan MenterinyaNo: 43/Kep/KUKM/VII2004. Pada pasal 3 dan 4 dijelaskan mengenai petunjuk teknispelaksanaan penerapan dan indikator akuntabilitas koperasi.

PPPPPasal 3, aasal 3, aasal 3, aasal 3, aasal 3, ayyyyyat 1at 1at 1at 1at 1Pelaksanaan penerapan akuntabilitas oleh koperasi dilakukan dengan cara:a. menyusun dan menetapkan visi, misi, tujuan dan saran secara tertulis;b. menyusun Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Koperasi (RAPBK) dengan melibatkan

anggota;c. menyelenggarakan pencatatatn dalam buku administrasi organisasi koperasi antara lain

Buku Daftar Anggota, Buku Daftar Pengurus, Buku Pengawas, Buku Manager dan Karyawanserta pembukuan keuangan secara tertib;

d. menyelenggarakan akuntasi dengan menerapkan standar akuntansi koperasi sesuai denganketentuan yang berlaku;

e. melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif sesuai dengan Anggaran Dasar dan AnggaranRumah Tangga.

PPPPPasal 4asal 4asal 4asal 4asal 4Akuntabilitas Koperasi meliputi pengukuran terhadap empat hal yaitu:a. Akuntabilitas Penyelenggaraan Organisasi dan Manajemen;b. Akuntabilitas Manajemen Pelayanan Koperasi;c. Akuntabilitas Keuangan;d. Akuntabilitas Manfaat dan Dampak Koperasi.

REVITALISASI KOPERASI UNTUK MEMBANGUN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DAERAH <

Page 78: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

69

TTTTTererererer tib Ortib Ortib Ortib Ortib Orggggganisasi dan Anganisasi dan Anganisasi dan Anganisasi dan Anganisasi dan AnggggggotaotaotaotaotaFakta membuktikan bahwa pembentukan koperasi memang semudah membalik telapak tangan.Ditambah dengan gampangnya menyusun struktur organisasi dan Anggota. Tapi di balik itu,apakah organisasi ini sudah dijalankan dengan baik oleh pengurus dan bagaimana ketaatananggota sehingga koperasi dapat mencapai akuntabilitasnya?

Tertib organisasi dan Anggota ditempatkan sebagai langkah penting kedua setelah ter tib niatdan logika karena disinilah letak penilaian keunggulan semua lini, termasuk kemampuanpelaksanaan koperasi. Koperasi adalah organisasi yang berorientasi bisnis plus sosial karenaharus memberikan manfaat bukan hanya keuntungan dalam bentuk sisa hasil usaha tetapijuga manfaat sosial.

Untuk mencapai target tersebut anggota pemilik dan pengguna jasa koperasi harus berpartsipasidalam:1. Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan segala hal yang harus dikerjakan oleh

koperasi;2. Memodali/membiayai koperasi agar keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dapat

dilaksanakan;3. Mengawasi dan mengendalikan koperasi agar tetap berada pada jalur kepentingan ekonomi

anggota dan atau keputusan-keputusan rapat anggota;4. Mendapatkan manfaat finansial dan sosial dari penyelenggaran kegiatan koperasi.5. Ikut serta menanggung resiko kerugian.

Tertib organisasi dan anggota koperasi ini akan tercapai jika Badan Pengurus, Badan Pengawas,Manajer, Koordinator Bidang atau ketua divisi mampu saling sinergis dan berusaha kerasmelalui penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja yang baik.

TTTTTererererer tib Rtib Rtib Rtib Rtib Rencana dan Usahaencana dan Usahaencana dan Usahaencana dan Usahaencana dan UsahaDalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program kerja baik itu untuk kegiatan rutinseperti rapat anggota, rapat pengurus, maupun rapat luar biasa, perlu ditekankan padapelaksanaan tertib rencana dan usaha.

Kondisi tertib rencana dapat dilakukan dengan membuat rancangan rencana usaha yang harussesuai dengan kebutuhan anggota, misi dan visi koperasi serta daya dukung lingkungannya.Ilustrasi sederhananya, koperasi yang bergerak di sektor perikanan dengan anggota nelayanseharusnya bergerak pada penyediaan sarana produksi seperti jala, alat-alat mesin pertanian,kapal penangkap ikan, dan penyediaan fasilitas ruang pendingin (cold storage). Bukan bergerakpada penyediaan kulkas, tv, dan motor kreditan karena lebih bersifat konsumtif.

> REVITALISASI KOPERASI UNTUK MEMBANGUN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DAERAH

Page 79: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

70

Penertiban rencana dan usaha ini dilakukan dimulai dengan menyusun program kerja danusaha-usaha yang produktif dan dapat dilakukan oleh seluruh anggota. Bagi koperasi yangharus mendukung agroindustri, rencana koperasi haruslah menyusun kemampuannya untukpenyediaan sarana produksi, upaya peningkatan produksi, upaya pengolahan hasil pertanian,kemudian upaya menembus pasar dengan membuat jaringan pasar dan kerjasama denganperorangan, perusahaan, maupun lembaga lain.

Semua langkah tersebut harus dihitung dari segi waktu, jumlah tenaga kerja dan lembaga yangterlibat, sarana yang dibutuhkan, dan biaya yang diperlukan sehingga dapat dihitung biayaoperasional koperasi dalam periode tertentu dan jika dirinci lagi menjadi biaya produksi persatuan produk (Rp/kg atau Rp/unit). Implikasi langkah ini akan memberikan informasibahwa suatu rencana dan usaha haruslah layak ekonomis, layak produksi, layak organisasi,dan layak pemasaran.

TTTTTererererer tib Administrasi dan Ktib Administrasi dan Ktib Administrasi dan Ktib Administrasi dan Ktib Administrasi dan KeuangeuangeuangeuangeuanganananananLangkah tertib administrasi dan keuangan merupakan upaya pencatatan dan dokumentasisemua kegiatan yang telah dilakukan oleh pengurus koperasi yang kelak akandipertanggungjawabkan dihadapan rapat anggota di setiap akhir tahun kerja.

Ter tib administrasi harus diawali dengan penerbitan dan pendokumentasian yang baik darienam komponen berikut ini:1. Surat Keputusan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi oleh Menteri Negara Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.2. Surat Izin Tempat Usaha/UU Gangguan3. Surat Izin Usaha Perdagangan Kecil4. Surat Tanda Daftar Perusahaan Koperasi5. Nomor Pokok Wajib Pajak6. Bank Relasi

Keenam hal tersebut merupakan dasar legal yang menyatakan sebuah koperasi merupakan uniusaha, sedangkan bank relasi merupakan identitas yang diperlukan bahwa koperasi kredibeldi mata anggota dan rekanan bisnisnya.

Tertib keuangan adalah kondisi super penting yang harus dilakukan untuk menghindarikecurigaan anggota dan tercapainya target keuntungan setiap usaha yang dilakukan olehkoperasi. Namun demikian, telah tersedia beberapa indikator keuangan yang perlu dipahamidengan baik oleh pengurus terutama bendahara koperasi. Indikator-indikator tersebut adalahRasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, Receive Turn Over, Perputaran

REVITALISASI KOPERASI UNTUK MEMBANGUN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DAERAH <

Page 80: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

71

Persediaan, Rasio Perputaran Modal, Rasio Perputaran Modal Kerja, Rasio Modal KerjaTerhadap Aktiva, Leverage. Oleh karena itu, penempatan posisi bendahara sebaiknya darianggota yang berlatar belakang sarjana ekonomi bidang keahlian keuangan untuk memudahkanmenerjemahkan dan melaksanakan kesembilan indikator tersebut.

TTTTTererererer tib Evtib Evtib Evtib Evtib Evaluasi dan Paluasi dan Paluasi dan Paluasi dan Paluasi dan PengengengengengaaaaawwwwwasanasanasanasanasanPeranan Pengawas diperlukan dilangkah terakhir ini yang berfungsi sebagai evaluator danpengontrol terhadap upaya-upaya yang telah dijalankan. Perbandingan upaya tersebut adalahperencanaan sehingga diperoleh tingkat keberhasilan pelaksanaan program kerja.

Peranan pengawas tidak boleh menyalahartikan azas kekeluargaan yang digunakan oleh koperasijika menemukan kejanggalan apalagi penyalahgunaan wewenang yang harus dijalankan olehpengurus maupun anggota. Penyalahgunaan merupakan pelanggaran dan harus segera ditindakmelalui penegakan disiplin yang ditetapkan oleh rapat anggota. Bahkan jika pelanggarantersebut menyangkut kriminal maka harus ditindaklanjuti ke saluran hukum yang berlaku.

Tanpa penegakan disiplin dan hukum yang baik oleh pengawas ini maka koperasi tidak dapatdiharapkan mampu mengemban amanat sebagai pembangun tatatnan perekonomian nasional.

Untuk mencapai tertib evaluasi dan pengawasan ini maka anggota yang ditempat pada posisitersebut juga sebaiknya memiliki kemampuan teknis dan merupakan panutan dari semuaanggota koperasi. Boleh jadi panutan tersebut karena kemampuan akademisnya, buktipekerjaan, dan loyalitas yang telah diberikan semasa menjabat sebagai pengurus koperasipada periode sebelumnya.

Sebagai bahan evaluasi, penulis meringkas pedoman yang diberikan Kementerian Koperasidan UKM RI dalam bentuk Tabel 6.1. Keempat jenis akuntabilitas tersebut harus dinilaipelaksanaannya oleh badan pengawas untuk mencapai tujuan koperasi:1. memajukan keseahteraan anggota;2. memajukan kesejahteraan masyarakat;3. membangun tatanan perekonomian nasional dan4. mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur.

> REVITALISASI KOPERASI UNTUK MEMBANGUN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DAERAH

Page 81: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

72 REVITALISASI KOPERASI UNTUK MEMBANGUN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DAERAH <

TTTTTabel 6.1 Rincian jenis akuntabi l i tas untuk menila i perananabel 6.1 Rincian jenis akuntabi l i tas untuk menila i perananabel 6.1 Rincian jenis akuntabi l i tas untuk menila i perananabel 6.1 Rincian jenis akuntabi l i tas untuk menila i perananabel 6.1 Rincian jenis akuntabi l i tas untuk menila i peranankoperasi di masyarakat.koperasi di masyarakat.koperasi di masyarakat.koperasi di masyarakat.koperasi di masyarakat.

N ON ON ON ON O JENIS AKUNTJENIS AKUNTJENIS AKUNTJENIS AKUNTJENIS AKUNTABILITABILITABILITABILITABILITASASASASAS11111 Akuntabilitas PAkuntabilitas PAkuntabilitas PAkuntabilitas PAkuntabilitas Penenenenenyyyyyelengelengelengelengelenggggggaraan Oraraan Oraraan Oraraan Oraraan Orggggganisasi dan Manajemenanisasi dan Manajemenanisasi dan Manajemenanisasi dan Manajemenanisasi dan Manajemen1.1 Pertumbuhan Anggota

Partisipasi Anggota sebagai Pemilik dan Pengguna Jasa1.2 Penyelenggaraan Organisasi yang baik

22222 Akuntabil itas Manajemen PAkuntabil itas Manajemen PAkuntabil itas Manajemen PAkuntabil itas Manajemen PAkuntabil itas Manajemen Pelaelaelaelaelayyyyyanan Kanan Kanan Kanan Kanan Koperasioperasioperasioperasioperasi2.1 Berorientasi Pelayanan Terhadap Anggota2.1 Berorientasi pada Efisiensi dan efektivitas

33333 Akuntabi l i tas KeuanganAkuntabi l i tas KeuanganAkuntabi l i tas KeuanganAkuntabi l i tas KeuanganAkuntabi l i tas Keuangan3.1 Rasio Likuiditas3.2 Rasio Solvabilitas3.3 Rasio Aktivitas3.4 Receive Turn Over3.5 Perputaran Persediaan3.6 Rasio Perputaran Modal3.7 Rasio Perputaran Modal Kerja3.8 Rasio Modal Kerja Terhadap Aktiva3.9 Leverage

44444 Akuntabilitas Manfaat dan Dampak KoperasiAkuntabilitas Manfaat dan Dampak KoperasiAkuntabilitas Manfaat dan Dampak KoperasiAkuntabilitas Manfaat dan Dampak KoperasiAkuntabilitas Manfaat dan Dampak Koperasi4.1 Manfaat Harga Beli4.2 Manfaat Harga Jual4.3 Manfaat Lainnya

Page 82: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

73> REVITALISASI KOPERASI UNTUK MEMBANGUN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DAERAH

Page 83: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

74 REVITALISASI KOPERASI UNTUK MEMBANGUN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DAERAH <

Page 84: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

75> STRATEGI PEMILIHAN MESIN PABRIKAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DI DAERAH

TTTTTujuan Pujuan Pujuan Pujuan Pujuan Penulisan:enulisan:enulisan:enulisan:enulisan:

TTTTTujuan Pujuan Pujuan Pujuan Pujuan Penulisan ini adalah:enulisan ini adalah:enulisan ini adalah:enulisan ini adalah:enulisan ini adalah:1. Untuk memberikan suatu strategi yang dapat dipakai sebagai acuan dalam pemilihan

mesin-mesin untuk pabrikasi agroindustri.2. Untuk memantapkan koordinasi antara tim kerja penyedia bahan baku, pengolah hasil

pertanian, dan

Sasaran PSasaran PSasaran PSasaran PSasaran Penul isan:enul isan:enul isan:enul isan:enul isan:Sasaran penulisan ini adalah CEO perusahaan agroindustri yang akan bertanggung jawabterhadap keberhasilan usaha, pemerintah daerah yang akan menanamkan modal daerahnya,serta pihak perbankan yang akan membiayai rencana bisnis.

STRATEGI PEMILIHAN MESINPABRIKAN AGROINDUSTRI

KEMITRAAN DI DAERAH

BBBBBAB 7AB 7AB 7AB 7AB 7

Uang yang hilang karena kesalahaninvestasi masih lebih rendah nilainyadaripada biaya perbaikan atau revitalisasifungsi mesin di pabrik karena selainmenyerap dana, tenaga juga kehilanganwaktu yang tak ternilai harganya.

Page 85: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

TUJUAN PENDIRIAN PABRIK

Pengembangan agroindustri di suatu daerah belum lengkap tanpa mendirikan pabrikpengolahan yang didalamnya terdapat mesin-mesin. Pemilihan mesin ini perlu strategipemikiran yang seksama dan pelaksanaan yang bijaksana supaya mencapai efisiensi dan

efektifitas investasi. Karena tujuan pendirian pabrik pengolahan adalah melanjutkan matarantai dalam sistem agribisnis dari subsistem produksi ke subsistem pengolahan, hasilnyakemudian dilanjutkan ke subsistem pemasaran.

Kenyataan yang ada di beberapa daerah menunjukkan mata rantai yang terputus di dalamsubsistem pengolahan hasil pertanian dengan subsistem produksi bahan baku dari petani.Akibat yang sering ditemui adalah kesenjangan antara kapasitas terpasang mesin di pabrikdengan kebutuhan dan pengaturan serta penggunaannya. Terutama untuk mesin pengeringyang dibangun dengan biaya dan operasional serta pemeliharaan yang mahal namunpenggunannya tidak memberikan nilai tambah ekonomis dan sosial yang baik bagi perusahaan/pengelola apalagi masyarakat.

Hal inilah yang mendorong penulisan artikel ini untuk memberikan wacana kepada pengambilkebijakan atau manajer investasi di bidang industri per tanian (agroindustri) supaya dapatmembuat mata rantai yang mengaitkan dua subsistem di dalam sistem agroindustri/ agribisnistersebut. Bagai pelaksanaan sebuah pepatah berpikir global namun bertindak lokal (thinkglobally, act locally), pengambil kebijakan atau manajer investasi juga perlu memeikirkanaspek-aspek yang lebih luas untuk mencari tahu bagaimana pengaruh yang mungkin timbuldari langkah taktis yang akan dibuatnya. Uang yang hilang karena kesalahan investasi masihlebih rendah nilainya daripada melakukan perbaikan atau revitalisasi fungsi mesin di pabrikkarena selain menyerap dana, tenaga juga waktu yang tak ternilai harganya.

Tiga aspek yang akan dibahas dalam strategi pemilihan mesin-mesin pabrikasi untuk pengolahanhasil pertanian adalah sentra produksi dan bahan baku; teknis mesin yang sesuai dengankebutuhan; dan sumberdaya manusia (SDM) yang akan menjadi pengelola mesin tersebut.Kendati ketiganya harus terintegrasi satu dengan yang lainnya, namun mesin dan (SDM)dapat beradaptasi karena ditunjang dengan kemampuan pembuat mesin dan sistem pelatihanyang akan dirancang oleh pengelola. Baik melalui kerjasama dengan pembuat mesin maupundirancang sendiri oleh pengguna.

76 STRATEGI PEMILIHAN MESIN PABRIKAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DI DAERAH <

Page 86: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

SENTRA PRODUKSI DAN BAHAN BAKU

Pembentukan sentra produksi bahan baku melalui pelaksanaan pewilayahan komoditi ataupenetapan areal produksi merupakan persyaratan utama untuk memikirkan pemilihan mesindan skala pabrikasi yang akan dibuat. Karena di antara pabrik dan mesin dengan sentraproduksi ini ada jarak dan waktu yang harus ditempuh. Selain itu, terdapat pertimbanganjumlah bahan baku yang tersedia dari sentra produksi dan jenis transportasi yang akandigunakan, dan kapasitas angkutnya. Jika semua ini tidak masuk dalam perhitungan makakelak jadi kendala dan meningkatkan biaya produksi. Selanjutnya menurunkan daya saingkarena nilai jual produk akan kalah bersaing dengan produk sejenis di persaingan pasar.

Kondisi yang kurang ideal telah terjadi di beberapa pabrik pengolahan kakao, kelapa dan padidi pulau Jawa yang berada jauh dengan sentra bahan bakunya. Pada pabrik pengolahan kakaoterjadi kesalahan hanya karena mementingkan berdirinya pabrik saja, sedangkan padapengolahan kelapa karena areal perkebunan kelapa dan padi sudah terdesak dengan kepentinganlain seperti sarana pariwisata, pembangunan perumahan dan tekanan jumlah penduduk yangsemakin meningkat setiap tahun.

Kondisi ideal yang sering kita temui adalah pendirian pabrik pengolah kelapa sawit di tengah-tengah sentra perkebunan sawit. Kondisi ini semakin ideal karena ditunjang oleh penggunaansistem kemitraan dimana terjadi pola inti dan plasma atau Pola Inti Rakyat (PIR). Haldemikian membuat pengelola pabrik atau perusahaan dapat menghitung/mengendalikan biayaproduksi melalui biaya transportasi bahan baku.

Pembentukan sentra produksi selain mementingkan kelangsungan pabrik dalam jangka waktu25-40 tahun mendatang, tapi juga ada kepastian hukum dari pemerintah setempat untukmempertahankan sebagian wilayahnya sebagai sentra pertanian yang akan menghasilkan bahanbaku. Bahkan harapan yang juga ditunggu bagi investor dan pengusaha daerah adalahketersediaan infra struktur seperti jalan, listrik, dan komunikasi yang memudahkan jalannyabisnis mereka. Rincian pemikiran untuk pembentukan sentra produksi ini dapat dibaca padabagian “Perencanaan Kawasan Agroindustri” .

Jika sudah sentra produksi sudah ditetapkan oleh pemda dengan sosialisanya pada masyarakatdan dinas terkait, maka dapat dipastikan sudah tersedia data yang terlahir karena setimasimaupun atas kondisi aktual berupa:

77> STRATEGI PEMILIHAN MESIN PABRIKAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DI DAERAH

Page 87: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

a. Luas lahan, luas panen, produksi, identitas petani, yang dapat dikoordinasikan dan dikeloladalam wadah organisasi tingkat petani untuk mengatur luas dan jadwal panen yang sesuaidengan kapasitas tampung dan produksi dari pabrik yang akan dibangun di daerah tersebut.

b. Poin a ini akan memberikan estimasi bagi perencana dan ahli keuangan dalam perhitunganbiaya produksi di tingkat petani dan potensi margin yang akan diraih jika sistem usahatani ini akan dilaksanakan dengan atau tanpa sistem kemitraan.

PRINSIP TEKNIS MESIN-MESIN PERTANIAN

Prinsip dasar penggunaan mesin-mesin pertanian didasarkan pada kebutuhan terhadap suatualat bantu sehingga pelaku usaha di agroindustri dapat meng-hasilkan suatu produk. Alatbantu ini dapat digunakan pada tingkat penyediaan bahan baku dan pengolahannya di pabriksehingga diperoleh bahan setengah jadi, bahan jadi yang kemudian dijadikan input produksioleh perusahaan lain untuk mengolahnya menjadi produk siap konsumsi. Produk yang siapdikonsumsi pun perlu alat bantu lain yang berfungsi sebagai pengemas menggunakan kemasanyang berisi informasi kualitas dan kuantitas produk dan identitas pembuatnya. Oleh karenaitu hampir setiap tahapan di bagian produksi bahan baku, pengolahan hasil hingga padapemasaran hasil-hasil pertanian memerlukan mesin-mesin pertanian. Secara spesifik, mesin-mesin yang dibutuhkan dalam pemasaran lebih berorientasi pada ketersediaan sistem teknologiinformasi dan fasilitas komputer untuk mendapatkan informasi dan akses pembeli.

Mesin-mesin pertanian yang dibutuhkan dapat dibagi dua bagian utama yaitu untuk saranaproduksi dan pengolahan hasil produksi.

1 .1 .1 .1 .1 . Sarana ProduksiSarana ProduksiSarana ProduksiSarana ProduksiSarana Produksi

Mesin-mesin pertanian yang digunakan dalam sarana produksi umumnya sudah dikenal baikoleh petani karena terlibat langsung dalam kegiatannya. Mungkin tingkatan teknologinya yangberbeda karena ada yang tradsional seperti bajak, cangkul, pemotong ani-ani, hingga yangmoderen seperti traktor tangan, mesin perontok gabah, irigasi sistem tetes dan sebagainya.

Pemilihan mesin-mesin tersebut sebaiknya mempertimbangkan kondisi agroekologi daerahyang umumnya daerah tropis dan kondisi topografi yang bergelombang dan tingkat penguasaanmasyarakat yang masih perlu peningkatan keterampilan. Tingkat keterampilan yangdibutuhkan selain untuk pengoperasian mesin juga untuk pemeliharaan dengan dukunganketersediaan suku cadang di daerah yang sesuai dengan persyaratan mesin tersebut.

78 STRATEGI PEMILIHAN MESIN PABRIKAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DI DAERAH <

Page 88: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

2 .2 .2 .2 .2 . Sarana PSarana PSarana PSarana PSarana Pengengengengengolah Hasil Prolah Hasil Prolah Hasil Prolah Hasil Prolah Hasil Produksioduksioduksioduksioduksi

PPPPPada bagian mesin-mesin dibagi menjadi tigada bagian mesin-mesin dibagi menjadi tigada bagian mesin-mesin dibagi menjadi tigada bagian mesin-mesin dibagi menjadi tigada bagian mesin-mesin dibagi menjadi tiga suba suba suba suba subbagian ybagian ybagian ybagian ybagian yaitu:aitu:aitu:aitu:aitu:

Pertama, untuk pengolahan dari bahan baku menjadi setengah jadi.Tipe mesin-mesin yang dibutuhkan pada bagian ini akan digunakan untuk proses seleksi atausortir, pencucian, penghancuran, dan pengeringan.

Kedua, untuk pengolahan dari bahan setengah jadi menjadi bahan jadi.Tipe mesin-mesin yang dibutuhkan pada bagian ini akan digunakan untuk proses-prosespenghancuran, pencampuran, pembakaran, pencetakan, pengendalian kualitas, sertapengepakan.

Ketiga, untuk pengolahan dari bahan jadi menjadi produk siap di konsumsi.

Tipe mesin-mesin yang dibutuhkan terbatas pada pengepakan dan pemberian label.

Ketiga subbagian ini juga masih memerlukan alat-alat bantu seperti timbangan dan alat-alatukur dalam pengendalian kualitas.

Jika tahapan proses dalam penyediaan bahan baku dan pabrikasi dapat diketahui denganseksama maka tahapan selanjutnya adalah menentukan kebutuhan mesin-mesin yang harusdibeli, baik karena skala prioritas dengan pertimbangan waktu dan biaya serta kemampuanpengelolanya maupun karena kebutuhan untuk memenuhi target bisnis yang telah ditetapkandalam pembangunan suatu usaha.

Pemikiran untuk pembelian mesin-mesin pertanian mungkin dapat menggunakan tahapandasar dalam pemilihan pengering yang menjadi ilustrasi dari logika Mujumdar, A. S. (2001).Diawali dengan penentuan target yang akan dicapai, kemudian dilakukan pemilihan awal dankondisi informasinya, dan dilakukan pengujian dan validasi, serta evaluasi ekonomi sebelumsampai pada tahap keputusan ke penjual atau pabrik.

79> STRATEGI PEMILIHAN MESIN PABRIKAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DI DAERAH

Page 89: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

80 STRATEGI PEMILIHAN MESIN PABRIKAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DI DAERAH <

Pemikiran lanjutan yang perlu diambil dari Gambar 1. adalah tahapan validasi pilihan denganmelakukan uji coba dan indikator yang perlu digunakan dalam evaluasi ekonomi. Validasipilihan dapat dilakukan dengan mengkaji ulang berbagai mesin yang memiliki fungsi samasupaya dapat perbandingan teknis. Contoh kasus adalah pemilihan mesin pengering yangmemiliki keragaman tinggi karena masing-masing memiliki prinsip kerja yang berbeda.Pengering ada yang menggunakan sistem pemanas biasa dan sifatnya statis dan ada yangdinamis karena menggunakan ban berjalan. Bahkan sistem bahan bakar yang digunakan jugaberbeda seperti bahan bakar minyak, tenaga listrik, dan kayu bakar atau tempurung kelapa.Sudah tentu ini semua akan mempengaruhi biaya produksi dari produk yang dihasilkan olehperusahaan.

Gambar. 1.Logika dasar dalam

pemilihan pengering.

Page 90: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Pemikiran lain adalah jaminan pelayanan purna jual dari perusahaan penyedia mesin per tanian.Mereka harus memberikan perbaikan dan penyediaan suku cadang, serta pelatihan untukpengoperasian dan pemeliharaan mesin. Hal ini mendorong pihak manajemen untuk segeramempersiapkan SDMnya sehingga dapat melaksanakan tugas perusahaan.

SDM PENGELOLA PABRIK

Sumberdaya manusia merupakan kalimat kunci yang perlu diperhitungkan dengan baik dalampengelolaan agroindustri, terutama pada tahap pengolahan bahan baku di pabrik. Oleh karenaitu, diperlukan SDM yang memiliki karakteristik dasar sebagai kandidat profesional diperusahaan. Karakteristik dasar yang dibutuhkan adalah kemauan untuk belajar dan bekerjakeras disamping juga diperlukan tingkat kecerdasan dan loyalitas.

Keempat karakteristik dasar itu merupakan pondasi yang diperlukan untuk menjamin upayateknis yang akan diberikan perusahaan sehingga mereka memiliki tingkat keterampilanoperasional di pabrik. Khususnya dalam pengoperasian dan pemeliharaan mesin, serta tingkatpengamanan kerja dan suasana kerja sehingga pabrik dapat berjalan dan mencapai targetproduksi perusahaan.

Untuk mencapai target keterampilan operasional ini, maka perusahaan melalui departemenpengembangan harus membuat dan melaksanakan modul-modul pelatihan secara berjenjangdan berkesinambungan terhadap karyawannya. Bentuk pelatihan tersebut disesuaikan dengantingkatan dalam pabrik. Dimulai dari tingkat operator, tingkat pemelihara (maintenance),dan hingga supervisor.

Jika target pelatihan ini tercapai maka sudah tentu memberikan konsekuensi baru bagi karyawanberupa apreasi dari perusahaan. Hal ini dapat diwujudkan kenaikan insentif, tunjangan dangaji ataupun bonus sehingga karyawan terjaga loyalitas dan kinerjanya pada peningkatanproduktivitas perusahaan. Namun demikian, upaya ini sebelum didahului dengan peningkatanproduktivitas perusahaan yang dapat diukur dari peningkatan kuantitas produk, terjaganyatarget kualitas dan akhirnya peningkatan keuntungan perusahaan.

81> STRATEGI PEMILIHAN MESIN PABRIKAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DI DAERAH

Page 91: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

82 STRATEGI PEMILIHAN MESIN PABRIKAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DI DAERAH <

PENUTUP

Pelaksanaan dan pengembangan agroindustri di suatu daerah untuk mencapai misi peningkatankesejahteraan masyarakat dan peingkatan PAD tidak hanya dilakukan dengan mendirikansebuah pabrik canggih dengan dukugan mesin-mesin mahal dan terotomatisasi. Tetapi jugaharus disinergikan dengan sentra produksi dan kemampuan produksi bahan baku yang akandiolah di pabrik, kemudian kemampuan sumberda manusianya yang harus memilikikemampuan teknis operasional yang diperoleh melalui pelatihan secara berjenjang danberkesinambungan.

Page 92: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

83> STRATEGI PEMILIHAN MESIN PABRIKAN AGROINDUSTRI KEMITRAAN DI DAERAH

Page 93: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

82 INKUBATOR WIRAUSAHA AGROINDUSTRI BERBASIS KEMITRAAN <

Page 94: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

TTTTTujuan Pujuan Pujuan Pujuan Pujuan Penulisanenulisanenulisanenulisanenulisan

TTTTTujuan penulisan makalah:ujuan penulisan makalah:ujuan penulisan makalah:ujuan penulisan makalah:ujuan penulisan makalah:

1. Untuk mengajukan konsep penerapan kemitraan dalam wirausaha teknologi melaluipembentukan inkubator bisnis dengan melibatkan perusahaan swasta yang bergerak disektor jasa keuangan non bank dan sektor riil di masyarakat.

2. Untuk mengkaji potensi-potensi teknologi dan peluang bisnis yang dapat ditekuni sebagaiprofesi untuk mendukung agroindustri di daerah. Diharapkan peluang ini dapatdimanfaatkan oleh generasi muda berpendidikan sarjana.

Sasaran PSasaran PSasaran PSasaran PSasaran Penul isan:enul isan:enul isan:enul isan:enul isan:

Sasaran penulisan ini adalah pihak pemerintah daerah, CEO perusahaan, Dinas Tenaga Kerja,dan perguruan tinggi yang terlibat langsung dengan problematika tenaga kerja di daerah.

INKUBATOR WIRAUSAHAAGROINDUSTRI BERBASIS

KEMITRAAN

BBBBBAB 8AB 8AB 8AB 8AB 8

85> INKUBATOR WIRAUSAHA AGROINDUSTRI BERBASIS KEMITRAAN

Page 95: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

KELAHIRAN IDE INKUBATOR WIRAUSAHA

Realita permasalahan di Indonesia adalah lapangan pekerjaan yang kurang mampumenyerap tenaga kerja yang melimpah meskpun berada di negeri yang subur. Sekitar540 ribu jiwa berpendidikan sarjana yang masih tergolong pengangguran (BPS, 2002)

dan mungkin jadi akan terus membengkak jika dibuka peluang-peluang pekerjaan yang sesuaidengan mereka. Terpenting adalah mayoritas yang mengalami permasalahan tersebut adalahlulusan sekolah menengah hingga perguruan tinggi.

Sebuah ironi karena disatu sisi memiliki jenjang pendidikan tinggi namun di sisi lain menjadiminoritas dalam memperoleh kesempatan kerja. Lanjutan akibatnya adalah kesulitanmeningkatkan kesejahteraan diri dan keluarganya. Lalu apakah bekal pendidikan yang telahdiberikan dan ditekuni di sekolahan atau bangku kuliah telah mencukupi untuk membangunkemandirian mereka di masa mendatang?

Belum lagi jika masalah ini dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan bisnis yang kerapkalikosong dalam bekal kehidupan para sarjana tadi. Dua aspek inilah yang mendorong peluangdilahirkannya konsep inkubator bisnis ini sedangkan kata “kemitraan” berasumsi bahwa semuapihak (yang peduli dan perlu dengan tenaga kerja) harus terlibat dan memiliki posisi setaraserta saling bekerjasama sehingga mendapatkan kontribusi manfaat finansial dan non finansialyang setara.

Sebuah gagasan yang terlahir dari pengalaman selama melakukan program PhD sandwich dansempat mengunjungi beberapa pusat pengembangan teknologi di Jerman yang dikenal sebagai“TTTTTececececechno Zentrhno Zentrhno Zentrhno Zentrhno Zentrumumumumum”. Gagasan tersebut juga dimatangkan ketika membangun forum diskusi“Agritech Research” dan perusahaan PT. Tekno BIG Nusantara (PT TBN) yang bergerak disektor pertanian, dan teknologi informasi serta perdagangan. Bahkan pengalaman berdiskusidengan praktisi Jasa Asuransi di PT. Asuransi Jiwa Intan (PT AJI) dan PT. Anugrah GeneralInsurance (PT AGI) telah memberikan peluang bagi penulis untuk menggali potensipembiayaan dari sektor jasa keuangan non perbankan.

Ternyata pengalaman inilah yang mengantarkan pada pemikiran bahwa seharusnya sejak awalmasuk di perguruan tinggi, mahasiswa sudah harus menerima pendidikan kewirausahaan.Pendidikan yang dimaksud tidak dibiayai oleh mahasiswa itu sendiri tetapi oleh lembagaswasta dan pemerintah yang tertarik dengan ide-ide kreatif mahasiswa atau sarjana. Keterlibatanpihak swasta harus dilakukan untuk menekan biaya operasional pendidikan sekaligusmenerapkan konsep pendidikan pula mengenai spirit bisnis yang nyata terjadi di luar kampus.

86 INKUBATOR WIRAUSAHA AGROINDUSTRI BERBASIS KEMITRAAN <

Page 96: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

FILOSOPI KEMITRAAN

Dasar filosopi lahirnya ide ini adalah bagaimana mengaitkan tiga komponen utama yaituteknologi, bisnis dan kemitraan dalam satu bentuk pelaksanaan di lapangan seperti yangdiilustrasikan pada Gambar 1. Aspek teknologi telah maju pesat di era informasi ini. Mulaidari kemajuan perangkat lunak seperti program komputer, internet, komunikasi hingga padapersenjataan. Semua produk ini telah memajukan dunia bisnis pula.

Hal serupa juga terjadi di sektor pertanian, teknologi juga berkembang pesat baik yangmelibatkan manual dan bersentuhan langsung dengan kondisi di lapangan dengan petanimaupun yang bersifat otomatis yang dapat dikontrol secara otomatis dengan bantuan komputer.Kondisi lapangan di tingkat petani, pertanian tidak lagi sekadar cangkul dan sebilah aritnamun telah bergerak ke arah traktor tangan dan dukungan mesin-mesin pengering hasilpanen yang otomat dan berskala industri.

Ilustrasi ini boleh jadi menyadarkan kita bahwa teknologi telah bergerak dan merasuki semualini kehidupan, termasuk kehidupan petani dan memberikan peluang bisnis yang juga berartipeluang kerja. Namun, pemahaman ini perlu disampaikan kepada para sarjana supaya merekamenemukan mata rantai yang mengaitkan teknologi dan bisnis melalui proses pembinaan diinkubator wirausaha yang dibangun berdasatkan kemitraan.

Konsep ini merupakan potensi sekaligus tantangan yang masih terbuka luas bagi bangsaIndonesia untuk menekuni dan mengembangkan teknologi yang berbasis kemitraan. Bahkantarget utama yang harus dicapai adalahintegrasi yang baik antara ketiga komponentersebut.

Gambar 1. Tiga komponen utama yaituteknologi, bisnis, dan kemitraan yang

melandasi gagasan pembentukan inkubatorwirausaha teknologi berbasis kemitraan.

87> INKUBATOR WIRAUSAHA AGROINDUSTRI BERBASIS KEMITRAAN

Page 97: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Pertanyaan yang muncul dari filosopi tersebut adalah kenapa harus berbasis Kemitraan?Bukankah teknologi dan bisnis telah berjalan dengan baik tanpa keterlibatan institusi perguruantinggi ataupun lulusannya? Lalu, kenapa harus agroindustri yang jadi ladang bisnis pertamayang digarap?

Jawaban pertama terletak pada kepentingan yang berbeda antara pemerintah (baik pusatmaupun daerah), perguruan tinggi, masyarakat, dan perusahaan. Bagi pemerintah, kemitraanberarti adanya satu kesempatan untuk mengurangi dampak negatip yang mungkin terjadiakibat tingginya angka pengangguran di kalangan terdidik. Bagi perguruan tinggi, kemitraanitu berarti forum untuk saling rembuk dan mendapatkan masukan mengenai kemampuanlulusannya yang dapat terserap di dunia kerja. Bahkan kemampuan mandiri mereka untukmembuat kesempatan kerja baru. Masyarakat pun menyadari bahwa kemitraan ini merupakansatu harapan untuk menyaksikan putra-putri terbaiknya sudah mulai mandiri dan bekerja.Harapan yang tumbuh setelah mereka menghabiskan sumberdaya untuk membiayai pendidikananak-anaknya.

Bagi perusahaan, kemitraan diharapkan bukanlah satu beban biaya namun kesempatan untukmendapatkan mitra kerja yang dibutuhkan baik secara langsung sebagai karyawan yang akanmengembangkan perusahaannya maupun secara tidak langsung sebagai mitra yang mendukungaktivitas mereka. Dukungan ini dapat diwujudkan dalam bentuk penyediaan bahan baku,pemasaran, tenaga konsultan, maupun sebagai penyedia komponen produksi.

Bahkan dengan kemampuan ide dan keterampilan teknis yang dimiliki warga kampus inidapat disalurkan kedalam satu wadah yang terorganisir dengan baik dan dapat dikembangkankarena bernilai jual dari sudut pandang bisnis. Ide dan keterampilan teknis mahasiswa tidakhanya terbatas pada penguasaan piranti lunak atau teknologi informasi tetapi dapatdikembangkan secara luas pada bidang-bidang lain seperti pertanian, jasa konsultasi manajemenperancangan mekatronika. Hal ini yang menjadi alasan dan jawaban untuk pertanyaan keduakenapa perguruan tinggi perlu terlibat lebih dalam di perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasidari konsep ini.

Pemilihan sektor pertanian, khususnya agroindustri yang menjadi ladang bisnis pertamadisebabkan sektor ini akan menyerap tenaga kerja banyak dan mendapatkan dukungan sumberdayaalam dan masyarakat di sebagian besar wilayah Indonesia. Namun demikian, tidak menutupkemungkinan peluang bisnis lain yang mendukung sektor tersebut kendati sang sarjana memilikikemampuan manejemen, pemasaran, ataupun teknologi informasi. Karena semua ini salingterkait jika memahami empat subsistem dalam agribisnis/agroindustri dengan baik.

88 INKUBATOR WIRAUSAHA AGROINDUSTRI BERBASIS KEMITRAAN <

Page 98: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

KONSEP DASAR INKUBATOR

Konsep inkubator bisnis ini adalah suatu konsep dimana wadah yang diorganisir untukmenampung dan membina calon pengusaha dengan memberikan perlindungan dan fasilitasusaha. Konsep ini dibangun dengan melibatkan beberapa stakeholder (pelaksana) sepertikandidat pengusaha, dewan pembina, dan jasa keuangan dengan alur kerja seperti pada Gambar2. Karena wacana yang dibangun adalah pertanian maka yang dipilih agroindustri untukmenghindarkan kesan bahwa inkubator itu untuk melahirkan profesi petani. Namun sebaliknya,boleh disebut pengusaha kendati bidang usahanya adalah pertanian.Jasa Keuangan

89> INKUBATOR WIRAUSAHA AGROINDUSTRI BERBASIS KEMITRAAN

Gambar 2. Alir kegiatan pusat inkubatorwirausaha teknologi bisnis dengan bantuan Jasakeuangan dan infrastruktur hukum dan saranagedung.

PELAKSANA INKUBATOR

Sasaran konsep ini adalah lulusan perguruan tinggi, baik yang berpendidikan diploma, sarjana,maupun magister. Hal ini dilakukan karena tingkat pengangguran pada lulusan berjenjangpendidikan tinggi ini di Indonesia sekitar 10% dari angkatan kerja Indonesia yang berjumlah5,8 juta jiwa (BPS 2001). Belum termasuk angkatan kerja berpendidikan magister yang belum

Page 99: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

sempat tertampung dalam dunia kerja karena memang kesempatan kerja sangat terbatas yangterkait dengan kondisi makro ekonomi Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, tersirat bahwadisamping kandidat merupakan lulusan perguruan tinggi. Mereka juga memiliki konsep bisnisyang layak diusahakan dan wajib menjalankan prinsip-prinsip syariah dalam proses bisnisnya.

Anggota dewan pembina terdiri dari pengusaha, pakar perguruan tinggi, dan anggota darilembaga jasa keuangan. Peranan tiga komponen dewan pembina ini menjadi tiga bagian yaitusebagai penyeleksi ide, pembina dan pemberi fasilitas. Kriteria ide yang diterima sudah tentuberkaitan dengan upaya pengembangan teknologi yang bernilai bisnis baik untuk pemasarandalam negeri maupun untuk dipasarkan di tingkat regional dan internasional.

Aspek pembinaan mencakup dua sisi yaitu bagaimana mengembangkan ide tersebut dalamdunia bisnis dan pengembangan teknologi sehingga memiliki nilai jual. Dewan pembinaberperan penting dalam penyediaan modal dengan memberikan argumentasi rasional denganmemperhatikan potensi pasar.

Pada sisi lain, bantuan informasi untuk pemasaran produk dan jasa juga diperlukan. Terutamastrategi dan taktis menembus pasar regional dan domestik. Bahkan perlindungan hukum bagikandidat pebisnis baik dalam bentuk pengurusan paten maupun royalti. Bantuan terakhirsangat penting karena inovasi dan penemuan akan mudah berkembang dengan kondisilingkungan yang mendukung. Aturan ini akan tampak jelas pada alur kerja yang terkaitdengan penjelasan Gambar 2.

ALUR KERJA

Berdasarkan Gambar 2. Alur pelaksanaan konsep ini diawali dengan proposal bisnis yangdiajukan oleh kandidat ke menejer operasional dan dilanjutkan pada dewan pembina. Proposaltersebut kemudian dibahas dengan menggunakan tiga kriteria yaitu aspek bisnis, penguasaanteknologi, dan kemitraan untuk dinilai kelayakannya. Setelah layak maka kandidat akanmendapatkan satu buah ruangan sebagai kantor kerja dan fasilitasnya di gedung inkubatoryang dimiliki sistem ini. Gedung ini berfungsi sebagai kantor bersama dari sejumlah kandidatdengan subsidi biaya yang terakomodasi dalam perjanjian. Bahkan dalam gedung tersebuttelah tersedia fasilitas standar seperti komputer, internet dan bantuan tim pemasaran produk.

Perkiraan waktu inkubasi dari calon pengusaha menjadi pengusaha murni ini diperkirakantiga tahun, setelah itu harus mandiri. Dalam kurun waktu tersebut calon pengusaha akanmengembangkan dan melaksanakan gagasannya yang tertuang dalam bentuk proposal. Diakhir

90 INKUBATOR WIRAUSAHA AGROINDUSTRI BERBASIS KEMITRAAN <

Page 100: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

kontrak, kandidat akan melanjutkan usahanya di luar fasilitas inkubator namun tetapmenjalankan prinsip kemitraan karena kesuksesannya telah ditunjang oleh stakeholder dansistem dari inkubator tersebut.

Tolok ukur keberhasilan program ini tidak hanya terletak pada jumlah kandidat yang berhasilmandiri dengan melanjutkan unit usahanya dan paten yang dihasilkan, namun juga padakemampuan untuk menjaga konsistensi pelaksanaan kemitraan dalam proses produk danpenjualannya. Indikator ini tetap realistis kendati mereka (disebut: alumni inkubator) sudahberhadapan langsung dengan realitas bisnis yang terkadang menghalalkan segala macam caraasalkan tujuan bisnisnya tercapai. Mungkin pada poin inilah peranan pembinaan etika dapatditekankan disamping juga pembuktian bahwa konsep kemitraan lebih baik.

PELUANG BISNIS UNTUK TEKNOLOGI

Produk bisnis yang dikembangkan dalam suatu inkubator adalah jasa dan barang namunberorientasi teknologi. Produk teknologi tidak hanya pada teknologi komputer, tetapi jugapada konstruksi, perminyakan, pertanian, biologi, kedokteran dan farmasi. Spesifikasi produkdi setiap sektor tersebut dapat dirinci lebih lanjut. Biologi misalnya, dapat diperinci padakonsep bioteknologi dengan penekanan pada produk-produk kultur jaringan ataubiomolukuler dan bukan pada riset. Porsi riset yang mendalam dilakukan oleh lembaga lainseperti universitas dan lembaga penelitian. Riset yang dilakukan oleh kandidat di inkubatorhanya upaya penyesuaian produk pada pasar.

Kendati dalam pelaksanaan inkubator ini, terdapat banyak peluang untuk menciptakan beragamproduk namun semua aspek ini tentu memiliki segmen pasar sendiri sehingga perlu disaringlebih banyak kandidat dan idenya untuk dimasukkan dalam inkubator.

Berdasarkan potensi pasar saat ini di daerah, maka agroindustri merupakan menjadi ladangyang menjanjikan. Mulai dari pemilihan komoditi unggulan, diterima pasar dengan hargayang bersaing, teknologi pengolahan hasil-hasil pertanian, sampai pada dukungan teknologiinformasi untuk mendukung pengelolaan sumberdaya alam dan pemasarannya. Contoh kasusadalah penyediaan sistem informasi dengan teknologi SIG (Sistem informasi geografi) untukmendukung pengelolaan pemerintah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah. TeknologiSIG ini memungkinkan pemerintah daerah memasarkan daerahnya ke investor denganmenyodorkan komoditi yang berpotensi untuk dikembangkan dalam sektor pertanian ataukehutanan dan sumberdaya lain, disamping mendukung penataan wilayahnya.

91> INKUBATOR WIRAUSAHA AGROINDUSTRI BERBASIS KEMITRAAN

Page 101: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Contoh lain adalah pengelolaan bandeng dan rumput laut yang menjanjikan untuk dikelolasecara profesional. Bandeng tidak lagi dijual dalam bentuk bahan mentah dan dapat disantaphanya dalam bentuk goreng dan bakar saja di kawasan Sulawesi Selatan, namun dapat diolahlagi menjadi bandeng asap, bandeng tanpa duri, bandeng presto, dan bakso atau nuggetbandeng yang dikemas dan dipasarkan di super market ataupun dijadikan komoditi dagang kedaerah lain.

Gagasan serupa juga dapat diterapkan di rumput laut kendati memerlukan investasi yangcukup besar namun pemikiran untuk membuat proposal yang layak juga menjadi salah satutarget jika telah melewati tahapan inkubasi selama tiga tahun. Kelak kandidat pengusaha inidapat menjadi pengusaha besar dengan memulai dari perdagangan rumput laut dari hasilbudidaya mereka dan kemitraannya dengan petani rumput laut. Paling tidak, peserta inkubatorbisnis ini sudah mampu menyediakan bahan baku yang sesuai dengan standar industri diwilayahnya.

Inti pembicaraannya adalah kemampuan mengidentifikasi permasalahan dan peluang bisnisdari teknologi di wilayahnya. Tanpa meninggalkan kaidah kemitraan ditambah denganperhitungan yang matang dari segi bisnis untuk setiap produk dalam proses dan produkakhirnya, maka kesuksesan dapat diraih dengan mudah.

PERANAN JASA KEUANGAN DAN PERUSAHAAN

Peranan jasa perbankan dan perbankan dalam pelaksanaan ide ini sangat penting karenadisadari bahwa lulusan sarjana hanyalah berbekal kemampuan akademis dan sedikit sekaliyang memiliki modal finansial. Oleh karena itu, saat ini masih jarang lulusan perguruan tinggilangsung dapat mandiri untuk membangun suatu unit usaha hanya berbekalkan ijasah sarjana.Mereka memerlukan wadah dan binaan dan bantuan sebelum tercapai kemandiriannya. Padasisi lain, mereka memiliki potensi kemauan, kecerdasan, dan keuletan untuk bekerja. Potensiyang paling terlihat oleh penulis adalah aspek kejujuran dan idealisme mereka yang patutdidukung oleh konsep kemitraan.

Jasa keuangan dan perusahaan swasta masing-masing memiliki peranan pada aspek pendanaandan pemanfaatan hasil kerja para kandidat. Jasa keuangan seperti Bank syariah dapatmenerapkan berbagai konsep bantuan finansial berdasarkan kemampuan finansial yangdimilikinya untuk kandidat yang terpilih dan aktif di inkubator bisnis. Konsep yang dapatditerapkan antara lain (Syafii, 2000):

92 INKUBATOR WIRAUSAHA AGROINDUSTRI BERBASIS KEMITRAAN <

Page 102: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

1. Trust Financing dimana pihak bank merupakan pihak yang sepenuhnya sebagai penyandangdana dari modal usaha, sedangkan pihak yang menjadi pengelola dana adalah kandidatyang akan menggunakan segala keahlian dan kemampuannya dalam pengelolaan dana.Keuntungan yang didapat akan di bagi rata. Kerugian yang timbul akan ditanggung olehpihak penyandang dana sedang penyandang rugi dalam soal waktu, prestasi serta potensiuntuk mendapatkan hadiah. Manajemen pengelolan dana tersebut sepenuhnya merupakantanggung jawab penyandang dana.

2. Partnership Financing. Konsep ini merupakan konsep per janjian klasik didalam sistemkeuangan Islam dimana pihak-pihak sepakat untuk secara bersama-sama melakukankontribusi pembiayaan. Keuntungan yang didapat akan dibagi sesuai dengan persetujuanyang dibuat sebelumnya sedangkan kerugian akan dibagi rata sesuai dengan kepemilikanmodal usaha. Manajemen usaha dapat dibagi rata secara bersama-sama atau menunjuksalah seorang diantaranya.

3. Pinjaman tanpa bunga. Ini merupakan konsep pinjaman tanpa bunga yang mana tujuandari pihak yang meminjam adalah berkaitan dengan kegiatan sosial atau pinjaman jangkapendek. Peminjam hanya berkewajiban mengembalikan pokok pinjaman saja.

Kendala yang mungkin timbul dari pelaksanaan konsep ini adalah pemahaman mengenaiaturan kemitraan. Namun demikian, diskusi dan saling tukar informasi sebagai upayamewujudkan gagasan ini merupakan salah langkah pelaksanaan konsep inkubasi wirausahakemitraan sehingga dapat diterima dan realistis oleh pemerintah, masyarakat, lembaga keuangan,perguruan tinggi serta sarjana itu sendiri.

PENUTUP

Inkubator wirausaha teknologi bisnis berbasis kemitraan merupakan gagasan untukmengembangkan pelaksanaan kemitraan. Tiga sisi dari segi teknologi, kemitraan, dan aspekbisnis yang disatukan dalam sebuah inkubator dengan fasilitas finansial, manejemen, danpendidikan untuk membantu generasi muda Indonesia yang berpotensi maju dan mandiridalam menghadapi persaingan kerja di tingkat nasional dan internasional.

Target yang diharapkan terlibat adalah para kandidat pebisnis Indonesia dengan latar belakangpendidikan dan agama dan budayanya dapat mandiri. Indikator keberhasilan ide ini adalahkemandirian bisnis para alumninya dengan tetap mempertahankan konsep kemitraan dalampelaksanaan bisnisnya.

93> INKUBATOR WIRAUSAHA AGROINDUSTRI BERBASIS KEMITRAAN

Page 103: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

DDDDDAFTAFTAFTAFTAFTAR PUSTAR PUSTAR PUSTAR PUSTAR PUSTAKAAKAAKAAKAAKA

Al Kaaf, A. Z. 2002. Ekonomi dalam Prespektif Islam. Pustaka Setia, Bandung.Amien, I. 1993. Sumberdaya Iklim dalam evaluasi Sumberdaya lahan. Dalam Makalah

Kunci Per temuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat. Pusat Penelitian Tanah danAgroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor,18-21 Februari.

Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Manggarai – NTT.Dan PT. Virama Karya. 2003.

Bakar, O. 1997. Hierarki Ilmu: Membangun rangka–pikir Islamisasi Ilmu. Mizan,Bandung.

BPS. 2002. Data Statistik Tenaga Kerja Indonesia. http: www.bps.go.idDarusman, L.K. et al., 2004. Konsep Strategi Pengembangan Biofarmaka Indonesia.

dalam Sumbang Saran Pemikiran Pengembangan Agribisnis Berbasis Biofarmaka. Pusat StudiBiofarmaka. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor.

Haming, M dan S. Basalamah. 2003. Studi Kelayakan Investasi: Proyek dan Bisnis. Jakarta.PPM.

Irsal. L. et al. 1989. Pewilayahan agroekologi utama tanaman pangan Indonesia. PuslitbangTanaman Pangan. Edisi Khusus, Pus/03/90.

Irsal. L. 1992. Pewilayahan Komoditi Pertanian Berdasarkan Model Iklim KabupatenSikka dan Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Program Pascasarjana, Institut PertanianBogor. Disertasi. (Tidak Dipublikasikan).

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2004.Pedoman Penerapan Akuntabilitas Koperasi.

Lucas, M dan K. Wilson. 1992. How to Survive The 9 to 5 (Memelihara Gairah Kerja;Psikologi untuk orang kantoran). Alih Bahasa: Ansis Kleden. Arcan, Jakarta.

Mujumdar, A. S. 2001. Panduan Praktis Mujumdar untuk Pengeringan Industrial.(Penyunting: Sakamon Devahastian). Alih Bahasa: Tambunan dkk. IPB. Press, Bogor,Indonesia.

Pinson. L. 2003. Anatomy of Business Plan. (Terjemahan Emmas: Panduan LengkapMenyusun Proposal dan Rencana Bisnis). Penerbit Canary. Jakarta.

Safii, A. M,. 2000. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Bank Indonesia, Jakarta.

Saragih, B. 2004. Membangun Pertanian Perspektif Agribisnis dalam Pertanian Mandiri:Pandangan Startegis Para Pakar untuk Kemajuan Pertanian Indonesia. Penebar Swadaya.Jakarta.

94 DAFTAR PUSTAKA <

Page 104: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

AGROINDUSTRI UNTUK OTONOMI DAERAH

Singh, R. B. 2002. The State of Food and Agriculture in Asia and the Pacific: Challengesand Opportunities. Food and Agriculture Organization of The United Nations InternationalFertilizer Industry Association. Paris.

Siregar, D. D. 2004. Manajemen Aset: Strategi Penataan KonsepPembangunanBerkelanjutan secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah sebagai CEO’s pada EraGlobalisasi & Otonomi Daerah.

Sumardjo., J. Sulaksana, dan W. A. Darmono. 2004. Teori dan Praktik KemitraanAgribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sumodiningrat,G. 2004. Subsidi untuk Petani Padi Mencari Format yang Tepat.Kompas.Senin (6/09/2004) Hal. 11.

Survey Potensi Investasi Perkebunan Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur.Wirakartakusumah, A. 1999. Pertanian berkelanjutan rekonsep-tualisasi pembangunan

pertanian Indonesia dalam Prosiding Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional VII di Serpong, 9-10 September 1999. Buku III Kelompok Ilmu Pengetahuan Alam. LIPI bekerjasama denganDir jen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Forum OrganisasiProfesi Ilmiah. Hal:329-345.

95> DAFTAR PUSTAKA

Page 105: Agroindustri untuk Otonomi Daerah

M. SYUKRI NURM. SYUKRI NURM. SYUKRI NURM. SYUKRI NURM. SYUKRI NUR, lahir di Pare-Pare, 24 September 1966. Iamenyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Samarinda. LulusSMA Negeri 1 Samarinda pada tahun 1986 dan pada tahun yang samaditerima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui undangan PMDK(Pene-lusuran Minat dan Kemampuan) oleh Rektor IPB Prof. Dr. Ir.H. Andi Hakim Nasution karena menjadi juara I Lomba Karya IlmiahRemaja LIPI Bidang Humaniora di Tahun 1986.

Lulus dari program studi Agrometeorologi, IPB tahun 1991,kemudian bekerja di LKBN Antara Biro Samarinda sebagai wartawanselama dua tahun. Akhir September 1993 melanjutkan S2 dan S3 hinggatahun 2003 di IPB dengan pengalaman studi di musim panas, kegiatanpenelitian dan pembentukan jaringan akademik di Swiss, Perancis,Jerman, dan Austria.

Penelitian tentang model perubahan iklim global di InstitutBioklimatologie, Universitas Geottingen, Jerman selama 2 tahun lebihatas sponsor DAAD dan Proyek STORMA. Penulis juga pernah tercatatsebagai peneliti di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional(LAPAN) selama 2 tahun (2004-2006).

Penghargaan yang pernah diperoleh LIPI – UNESCO untukPIAGAM MAB (Man and Biosphere) tahun 2003 dan sejumlah beasiswadari START Amerika Serikat, DAAD Jerman, Yayasan Super Semar,Republika dan ICMI, serta KOMPAS selama menempuh pendidikan diIPB. Juga Sponsor untuk Perjalanan Riset dan Summer School dari BernUniversity, Swiss, Postdam Institute, Jerman dan Tsukuba ResearchCenter, Jepang.

Minat penulis adalah penelitian dan penulisan ilmiah untuk bidangkajian pertanian, teknologi informasi dan lingkungan hidup.

Saat ini penulis bertugas sebagai Staf Tenaga Ahli Bupati KutaiTimur bidang Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri. Ketua IIIKALIMA Provinsi Kalimantan Timur dan Peneliti bidang Agroindustridan Teknologi Informasi di PT. VISIDATA RISET INDONESIA., sertatenaga pengajar di STIPER Kutai Timur.

Alamat Lengkap:Jl. Malabar UjungNo. 27 RT 04/03

Tegal ManggahBogor 16144

Telp: 0251-8357215HP: 0811850150

Email:[email protected]