agroforest ds cibunian kec pamijahan

Upload: alifanda-cahyananto

Post on 03-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Agroforest Ds Cibunian Kec Pamijahan

    1/11

    Mata kuliah : Biometrika Hutan Hari : Senin, 13.00-15.30 wib

    SKENARIO PENGELOLAAN AGROFORESTRI STUDI KASUS DI DESA

    CIBUNIAN, KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR

    JAWA BARAT

    Kelompok 6 :

    Sakinah Jihad (E14110081)

    Muhamad Fajar (E14110100)

    Yuda BJ Nugraha (E14110116)

    Raditya Putro (E14110112)

    Mega Tirza Koridama (E14110120)

    Dosen :

    Dr. Ir. Budi Kuncahyo

    DEPARTEMEN MANEJEMEN HUTAN

    FAKULTAS KEHUTANAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2014

  • 7/21/2019 Agroforest Ds Cibunian Kec Pamijahan

    2/11

  • 7/21/2019 Agroforest Ds Cibunian Kec Pamijahan

    3/11

    TINJAUAN PUSTAKA

    Agroforestri, sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang

    pertanian dan kehutanan, berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan

    sistem agroforestri yang telah dipraktekkan petani sejak dulu kala. Secarasederhana, agroforestri berarti menanam pepohonan di lahan pertanian, dan harus

    diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya (subyek). Dengan

    demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik

    saja tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu

    ke waktu, sehingga agroforestri merupakan cabang ilmu yang dinamis ( Hairiah

    et.al 2003).

    Menurut De Foresta dan Michon (1997), agroforestri dapat dikelompokkan

    menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri

    kompleks. Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian di mana

    pepohonan ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih jenis tanamansemusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman

    pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris

    dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Sedangkan sistem agroforestri

    kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis

    pepohonan (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara

    alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem

    yang menyerupai hutan. (Hairiah et.al 2003). Jenis-jenis pohon yang ditanam sangat

    beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi (kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao,

    nangka, melinjo, petai, jati, mahoni) atau bernilai ekonomi rendah (dadap, lamtoro,

    kaliandra). Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan (padi

    gogo, jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubikayu), sayuran, rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya.

    Menurut Hairiah et.al (2003) dalam kaitan ini ada beberapa keunggulan

    agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya, yaitu dalam hal:

    1. Produktivitas (Productivity):Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa

    produk total sistem campuran dalam agroforestri jauh lebih tinggi dibandingkan

    pada monokultur. Hal tersebut disebabkan bukan saja keluaran (output) dari satu

    bidang lahan yang beragam, akan tetapi juga dapat merata sepanjang tahun. Adanya

    tanaman campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu

    komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh keberhasilan komponen/jenis

    tanaman lainnya.

    2. Diversitas (Diversity): Adanya pengkombinasian dua komponen atau

    lebih daripada sistem agroforestri menghasilkan diversitas yang tinggi, baik

    menyangkut produk maupun jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat

    mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi

    ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanen sebagaimana dapat terjadi

    pada budidaya tunggal (monokultur).

    3. Kemandirian (Self-regulation): Diversifikasi yang tinggi dalam

    agroforestri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan

    petani kecil dan sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap

  • 7/21/2019 Agroforest Ds Cibunian Kec Pamijahan

    4/11

    produkproduk luar. Kemandirian sistem untuk berfungsi akan lebih baik dalam arti

    tidak memerlukan banyak input dari luar (a.l. pupuk, pestisida), dengan diversitas

    yang lebih tinggi daripada sistem monokultur

    4. Stabilitas (Stability): Praktek agroforestri yang memiliki diversitas danproduktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang

    pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan)

    pendapatan petani.

    Namun agroforestry juga memiliki kekurangan diantaranya dapat terjadi

    persaingan tumbuh tanaman pokok dan tanaman sela, yang mengakibatkan tidak

    maksimalnya pertumbuhan salah satunya. Selain itu, mudah terjadi penularan hama

    dan penyakit tanaman pertanian terhadap tanaman kayu.

    METODOLOGI

    3.1 Waktu dan tempat praktikum

    Praktikum biometrika hutan ini dilaksanakan pada hari Senin, 1 Desember

    2014, diruang RKX. 303. Pada pukul 13.00-16.00 wib.

    3.2 Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat tulis, laptop yang

    dilengkapi dengan perangkat lunak (software) seperti Ms. Word, Ms. Excel, dan

    STELLA 9.0.2. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu data primer dan sekunderdi wilayah Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada bulan

    September-oktober 2014.

    3.3 Metode Praktikum

    Langkah kerja praktikum adalah sebagai berikut:

    1. Menentukan variabel-variabel yang akan dijadikan sebagai bahan model.

    2. Model yang dibuat ada 3, yaituAgroforestry Sengon, Jagung dan kapulaga.

    3. Variabel yang digunakan dalam pembuatan model ini yaitu penanaman

    sebagai inflowdan panen sebagai outflowdari masing-masing jenis.

    4. Menentukan variabel dari setiap model, yaitu biaya penanaman, biaya

    pemeliharaan, daur, diameter, jarak tanam, luas areal, volume panen, tinggi,harga tanaman, pemasukan, dan pendapatan bersih.

    5. Membuat model dengan menggunakan software STELLA 9.0.2

    6. Langkah awal dalam membuat model yaitu membuat stok dari tiap jenis

    tanaman dengan penanaman sebagai inflowdan panen sebagai outflow.

    7. Kemudian menentukan variabel-variabel yang mempengaruhi inflow

    penanaman, yaitu daur, luas dan jarak tanam.

    8. Menentukan variabel-variabel yang mempengaruhi outflow yaitu daur dan

    volume panen.

    9. Mencari biaya pemeliharaan dan biaya penanaman

    10. Setelah itu menentukan biaya total = biaya pemeliharaan + biaya penanaman.

  • 7/21/2019 Agroforest Ds Cibunian Kec Pamijahan

    5/11

    11. Untuk mencari nilai volume panen = [(0,25 x 3,14) x Diameter2 xTinggi] x

    Panen tanaman.

    12. Menghitung pemasukan = Volume panen x harga jenis tanaman tersebut.

    13. Untuk pendapatan bersih = PemasukanBiaya.

    14.

    Setelah membuat 3 model yaitu model pada tanaman Sengon, tanamanJagung dan tanaman kapulaga, kemudian membuat model pengelolaan

    Agroforestry dari segi pendapatan bersihnya dengan cara menjumlahkan

    seluruh total pendapatan bersih dari tiap jenis tanaman.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Konsep Pengelolaan Agroforestri

    Pohon sengon ditanam pada suatu areal dengan luasan 30.000 m2. Banyaknya

    sengon yang ditanam adalah bergantung kepada luas areal dan jarak tanam sengon

    yaitu 3 m x 3 m. Sengon yang telah ditanam akan dipanen saat umur daur sengon,yaitu 5 tahun. Maka petani sengon akan mendapatkan penghasilan atau pendapatan

    kotor dari hasil panen sengon di tahun ke lima sebanyak harga sengon per m 2.

    dikalikan dengan banyaknya produksi (volume) sengon di tahun ke lima. Untuk

    mengetahui pendapatan bersih dari penjualan sengon, dihitung biaya yang

    dikeluarkan selama daur yaitu terdiri atas biaya penanaman dan biaya

    pemeliharaan. Sehingga didapatkan pendapatan bersih sengon dengan mengurangi

    penghasilan dari penjualan sengon dengan biaya yang telah dikeluarkan.

    Untuk memaksimalkan pendapatan petani sengon, luas kawasan yang ada

    ditanami juga dengan tanaman lain seperti jagung dan cabe. Apabila petani hanya

    mengandalkan dari panen sengon saja, maka petani hanya memiliki pendapatan

    setiap umur daur sengon saja yaitu setiap lima tahun. Sehingga tanaman jagung dan

    cabe ditanam di antara jarak tanam sengon yang masih kosong. Jagung ditanam

    dengan jarak tanam 1 m x 1 m untuk cabe dan 0.25 m x 0.25 m. Dengan ditanamnya

    jagung dan cabe, maka petani sengon akan memiliki penghasilan tambahan dari

    hasil panen jagung dan cabe per umur daur jagung dan cabe.

    Tanaman jagung memiliki umur daur enam bulan. Petani akan mendapatkan

    penghasilan dari panen jagung sebanyak jagung yang dipanen dikalikan dengan

    harga jagung per kilogram. Untuk mengetahui pendapatan bersih dari penjualan

    jagung, dihitung biaya yang dikeluarkan selama daur yaitu terdiri atas biaya

    penanaman dan biaya pemeliharaan. Sehingga didapatkan pendapatan bersih

    jagung dengan mengurangi penghasilan dari penjualan jagung dengan biaya yangtelah dikeluarkan.

    Tanaman cabe sendiri memiliki daur 4-6 bulan untuk pertama panen.

    Sehingga petani memiliki dua opsi dalam memanen jagung dan cabe. Petani akan

    mendapatkan penghasilan dari panen cabe sebanyak cabe yang dipanen dikalikan

    dengan harga cabe per kilogram. Untuk mengetahui pendapatan bersih dari

    penjualan cabe, dihitung biaya yang dikeluarkan selama daur yaitu terdiri atas biaya

    penanaman dan biaya pemeliharaan. Sehingga didapatkan pendapatan bersih cabe

    dengan mengurangi penghasilan dari penjualan cabe dengan biaya yang telah

    dikeluarkan. Setelah didapatkan pendapatan bersih dari penjualan sengon, jagung,

    dan cabe, maka akan diketahui total pendapatan petani dengan menjumlahkan

    pendapatan bersih dari masing-masing tanaman.

  • 7/21/2019 Agroforest Ds Cibunian Kec Pamijahan

    6/11

    2. Sub Model sengon

    Gambar 1. Model Stella Skenario Agroforestri Sengon

    Berdasarkan gambar 1 dalam skenario agroforestri sengon, yang berperan

    sebagai stok adalah jumlah pohon sengon per hektarnya. Inflow yang diberikan

    adalah penanaman sengon yang dilakukan per daurnya dengan variable yang

    mempengaruhi adalah daur, luas lahan, dan jarak tanamnya. Daur yang digunakan

    dalam kegiatan penamaman sengon ini selama 5 tahun dengan luas lahan yang

    digunakan sebesar 30.000 m2 atau sebesar 3 hektar. Jarak tanam yang digunakan

    sebesar 3 m x 3 m. Dalam pembangunan agroforestry sengon sudah pasti

    memerlukan biaya penanaman yakni biaya awal yang dikeluarkan demi terciptanya

    kegiatan agroforestri ini. Biaya penanaman yang dikeluarkan sebesar Rp.

    40.000.000 Selain biaya penanaman, adapula biaya pemeliharaan yang dikeluarkan

    dari usaha ini. Biaya pemeliharaan sebesar Rp.2.500.000/tahun yakni akumulasi

    selama 5 tahun dengan biaya per tahunnya sebesar Rp.500.000 . Sehingga di dapat

    biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.42.500.000 dari total biaya pemeliharaan

    dengan biaya penanaman. Setelah dilakukan usaha selama 5 tahun, maka akhirnya

    pengusaha akan melakukan pemanenan sengon. Pemanenan sengon dianggap

    sebagai outflow dalam pemodelan kali ini. Variabel yang mempengaruhi

    pemanenan antara lain adalah jumlah batang sengonnya, volume panen yang

    dipengaruhi pula oleh diameter pohon sengon dan tinggi pohon sengon. Sengon

    yang dipanen berdiameter 20 cm dan tingginya adalah 20 meter. Sehingga memiliki

    volume sebesar 0.628 m3/pohonnya. Panen sengon ditentukan dari volume panen

    dikalikan dengan jumlah batang sengon yang dihasilkan selama daur 5 tahun.Volume sengon akan menentukan pemasukan pendapatan dari pengusaha tersebut.

    Pemasukan yang diterima sebesar volume panen sengon yang dihasilkan dikalikan

    dengan harga sengonnya. Harga sengon merupakan driving variable yakni hanya

    bias mempengaruhi tanpa bias dipengaruhi. Harga sengon di Kabupaten Bogor

    sendiri yaitu Rp. 200.000/m3. Sehingga pemasukan dari panen sebesar Rp. 200.000

    dikalikan dengan volume panen keseluruhan dari sengonnya. Pada akhirnya akan

    diperoleh pendapatan bersih dari sengon yakni pengurangan dari pemasukan

    dengan total biayanya yang telah dikeluarkan selama masa daurnya.

    3. Sub Model Jagung

  • 7/21/2019 Agroforest Ds Cibunian Kec Pamijahan

    7/11

    Gambar 2. Model Stella Skenario Agroforestri Jagung

    Berdasarkan gambar 2 dalam skenario agroforestri jagung, yang berperan

    sebagai stok adalah jumlah pohon jagung per hektarnya. Inflow yang diberikanadalah penanaman jagung yang dilakukan per daurnya dengan variable yang

    mempengaruhi adalah daur, luas lahan, dan jarak tanamnya. Daur yang digunakan

    dalam kegiatan penamaman jagung ini selama 6 bulan dengan luas lahan yang

    digunakan sebesar 30.000 m2 atau sebesar 3 hektar, ini merupakan lahan yang sama

    dengan sengon karena akan dilakukan agroforestri antara sengon, singkong, dengan

    jahe. Jarak tanam yang digunakan sebesar 1 m x 1 m. Biaya penanaman yang

    dikeluarkan sebesar Rp.100.000 Biaya ini lebih murah dari biaya penanaman

    sengon. Tidak ada biaya pemeliharaan jagung sebab tanaman ini merupakan

    tanaman yang relatif mudah dalam menanamnya sehingga tidak diperlukan biaya

    untuk melakukan pemeliharaan seperti biaya penyulamannya. Selama 5 tahun

    sesuai dengan daur sengon, tiap 6 bulannya akan dilakukan pemanenan jagung

    sehingga akan diketahui outflow-nya adalah pemanenan jagung. Besarnya panen

    mempengaruhi produktifitas kg per hektarnya. Pemasukan dari panen bergantung

    dari produktivitasnya dikalikan dengan harga jagung per kg nya. Produktivitas kg

    per hektarnya sebesar 3000 dengan harga jagug per kg.nya sebesarRp. 5000 Pada

    akhir daur 5 tahun akan didapat pendapatan bersih jagung yakni dari pengurangan

    pemasukan singkong dari produktivitasnya dikurang dengan seluruh biaya yang

    dikeluarkan selama daur ini.

    4. Sub Model Cabe

    Gambar 3. Model Stella Skenario Agroforestri Cabe

  • 7/21/2019 Agroforest Ds Cibunian Kec Pamijahan

    8/11

    Sub model ini menggambarkan besarnya nilai pendapatan bersih tiap tahun

    pada usaha agroforestri tanaman cabe, pendapatan bersih diperoleh dari hasil

    pengurangan antara pemasukan usaha cabe dan biaya tanam cabe yang dikeluarkan.

    Di dalam sub model ini dapat diperoleh nilai pendapatan khusus untuk tanaman

    cabe itu sendiri pada umur daur, produktivitas (kg/ha), serta tingkat harga cabe yangberbeda. Sub model agroforestri tanaman cabe terdiri dari state variable yaitu

    jumlah tanaman cabe per ha; inflowberupa penanaman cabe yang dipengaruhi oleh

    jarak tanam cabe, umur daur, dan luasan agroforestri secara keseluruhan. Hasil

    perhitungan luas dibagi jarak tanam cabe kemudian dikalikan dengan biaya

    pengelolaan maka akan diperoleh biaya tanam cabe; sedangkan outflow berupa

    hasil panen tanaman cabe dipengaruhi oleh umur daur lalu menghasilkan

    produktivitas tanaman cabe dengan satuan kg per ha kemudian dikalikan dengan

    tingkat harga cabe sehingga diperoleh pemasukan cabe.

    Penerimaan petani yang diperoleh dari usaha pengelolaan agroforestri adalah

    hasil dari tanaman pertanian yang ditanam di bawah tegakan Sengon, dalam hal ini

    adalah tanaman cabe yang merupakan tanaman tahan naungan sehingga cocokuntuk diusahakan sebagai tanaman agroforestri. Pengelolaan agroforestri cabe

    digunakan untuk memberikan hasil tambahan dalam usaha kehutanan dengan

    pemasukan dari hasil usaha tanaman cabe. Tanaman cabe adalah tanaman yang

    memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai tanaman obat tradisional yang

    dapat dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat. Harga jual tanaman cabe

    dikalikan dengan produktivitasnya akan menjadi penerimaan petani sehingga

    apabila pengelolaan agroforestri dilaksanakan maka petani mendapatkan tambahan

    penerimaan selain dari hasil panen tanaman Sengon. Pendapatan tambahan itu

    hanya untuk satu jenis tanaman agroforestri yaitu tanaman cabe saja, pendapatan

    bersihnya pun hanya untuk perhitungan pendapatan bersih tanaman cabe, sehingga

    untuk nilai pendapatan tambahan dari agroforestri jenis lainnya dapat menggunakan

    sub model yang berbeda.

    5. Keterkaitan antara Ketiga Sub Model

    Gambar 4. Total Pendapatan

    Model yang dibuat terdiri dari tiga subsistem, yaitu sub model pendapatan

    bersih sengon, pendapatan bersih jagung, dan pendapatan bersih cabe. Skenario

  • 7/21/2019 Agroforest Ds Cibunian Kec Pamijahan

    9/11

    pengelolaan agroforestri tersusun atas 3 sub model yang mana antara sub model

    satu dengan sub model lainnya memiliki keterkaitan dan saling berhubungan satu

    sama lain.

    Sub model pendapatan bersih sengon akan memengaruhi sub model

    pendapatan jagung dan juga sub model pendapatan cabe, begitu pula sebaliknya submodel pendapatan jagung terhadap sub model pendapatan sengon dan juga sub

    model pendapatan cabe serta sub model pendapatan cabe terhadap sub model

    pendapatan sengon dan sub model pendapatan jagung.

    Skenario ini memperlihatkan hubungan sub model pendapatan sengon

    dengan sub model pendapatan jagung dan sub model pendapatan cabe yang pada

    akhirnya menjadi total pendapatan apabila ketiganya dijumlahkan. Jadi, besar

    kecilnya sub model pendapatan sengon, sub model pendapatan jagung, dan sub

    model pendapatan cabe berpengaruh terhadap besar kecilnya total pendapatan dari

    pengelolaan agroforestri ini.

    Penggunaan model berfungsi untuk menerapkan skenario-skenario yang telah

    ditetapkan. Skenario dibuat untuk mengetahui pengaruh pendapatan sengon,jagung, dan cabe dalam pengelolaan agroforestri terhadap total pendapatan.

    6. Evaluasi Model

    Evaluasi model adalah tahap untuk menguji model untuk menggambarkan

    kondisi sebenarnya yang terjadi dilapangan. Pada tahap ini dilakukan pada

    pengelolaan agroforestry pada tanaman jagung, cabe, dan sengon.

    Pada tahap pertama dilakukan model terhadap pertumbuhan tanaman sengon

    dengan membandingkan biaya, pemasukan dan pendapatan bersih dari sengon yang

    dituangkan pada grafik. Dari grafik pada skenario agroforestry sengon diperoleh

    bahwa biaya yang dikeluarkan terlihat konstan, sedangkan pada pemasukan dan

    pendapatan bersih terhadap sengon terlihat naik turun. Hal ini mungkin dapat

    disebabkan oleh beberapa faktor seperti harga kayu yang tidak dapat dipastikan ,

    pengelolaannya yang kurang baik, dan juga dapat disebkan oleh faktor teknik

    manajemen yang kurang baik pada saat pemanenan kayu yang dapat menyebabkan

    pendapatan berkurang. Dengan biaya pengeluaran yang terlihat selalu tetap

    hendaknya pendapatan harus dapat dimaksimalkan dengan melakukan system

    manajemen yang tepat. Pada tahap kedua dilakukan model terhadap pertumbuhan

    tanaman cabe, juga dengan membandingkan biaya tanam, pemasukan dan

    pendapatan bersih dari cabe. Dari hasil grafik dapat diperoleh bahwa biaya tanam,

    pendapatan dan biaya bersih dari cabe selalu konstan. Pada tahap selanjutnya

    dilakukan pemodelan pada tanaman jagung. Sama halnya dengan tanaman cabe,tanaman jagung juga memiliki biaya, pemasukan dan pendapatan bersih yang selalu

    konstan. Dari ketiga grafik tersebut maka diperoleh pendapan total yang tidak

    konstan tetapi naik turun seperti yang terlihat pada grafik empat. Hal ini dapat

    dipengaruhi oleh pendapatan sengon yang tidak konstan. tetapi dari ketiga grafik

    pada pohon sengon, tanaman cabe dan jagung maka dapat dilakukan system

    agroforestry karena dengan pendapatan sengon yang selalu naik turun dapat

    diimbangin dengan pendapatan cabe dan jagung yang selalu konstan.

  • 7/21/2019 Agroforest Ds Cibunian Kec Pamijahan

    10/11

  • 7/21/2019 Agroforest Ds Cibunian Kec Pamijahan

    11/11