adopsi teknologi informasi bidang kesehatan

8
Adopsi dan Adaptasi Teknologi Informasi Bidang Kesehatan Nurindah Laili Maghfirati, Mahasiswa PascaSarjana FKM UI 1. Kondisi Adopsi dan Adaptasi Teknologi Informasi Bidang Kesehatan di Indonesia Beserta Evidencenya Untuk menilai sejauh mana kondisi adopsi dan adaptasi teknologi informasi bidang kesehatan, kita perlu memperhatikan di beberapa aspek: - Penyebarluasan informasi kesehatan Adopsi teknologi kesehatan di bidang kesehatan dalam menyebarluaskan informasi bisa dikatakan cukup baik, dengan adanya regulasi atau Peraturan Presiden No. 72 mengenai Sistem Kesehatan Nasional yang mana menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi informasi kesehatan dihasilkan dari penelitian dan pengembangan kesehatan yang diselenggarakan oleh pusat penelitian dan pengembangan milik masyarakat, baik swasta maupun pemerintah. Upaya-upaya dilakukan untuk mengembangkan sumber daya kesehatan dan pengembangannya termasuk dengan adopsi dan adaptasi teknologi informasi kesehatan. Contoh: Informasi riset secara berkala oleh pemerintah seperti Riskesdas dapat kita akses melalui situs litbangkes. Dengan mengaksesnya kita dapat mengambil informasi data kesehatan masyarakat Indonesia baik nasional maupun tingkat provinsi. Penyebaran informasi kesehatan ini diatur oleh pemerintah dengan memanfaatkan teknologi yang didukung oleh organisasi profesi, jaringan informasi dan dokumentasi bidang kesehatan. - Pelayanan Kesehatan Dalam melakukan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, dan, efisien, dan meminimalkan kesalahan dalam pendokumentasian, beberapa rumah sakit telah memanfaatkan teknologi, contohnya dalam hal registrasi pasien,

Upload: nurindah-laili-maghfirati

Post on 21-Jun-2015

1.761 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Adopsi Teknologi Informasi Bidang Kesehatan

Adopsi dan Adaptasi Teknologi Informasi Bidang Kesehatan

Nurindah Laili Maghfirati, Mahasiswa PascaSarjana FKM UI

1. Kondisi Adopsi dan Adaptasi Teknologi Informasi Bidang Kesehatan di Indonesia Beserta Evidencenya

Untuk menilai sejauh mana kondisi adopsi dan adaptasi teknologi informasi bidang kesehatan, kita perlu memperhatikan di beberapa aspek:

- Penyebarluasan informasi kesehatanAdopsi teknologi kesehatan di bidang kesehatan dalam menyebarluaskan informasi bisa dikatakan cukup baik, dengan adanya regulasi atau Peraturan Presiden No. 72 mengenai Sistem Kesehatan Nasional yang mana menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi informasi kesehatan dihasilkan dari penelitian dan pengembangan kesehatan yang diselenggarakan oleh pusat penelitian dan pengembangan milik masyarakat, baik swasta maupun pemerintah. Upaya-upaya dilakukan untuk mengembangkan sumber daya kesehatan dan pengembangannya termasuk dengan adopsi dan adaptasi teknologi informasi kesehatan. Contoh: Informasi riset secara berkala oleh pemerintah seperti Riskesdas dapat kita akses melalui situs litbangkes. Dengan mengaksesnya kita dapat mengambil informasi data kesehatan masyarakat Indonesia baik nasional maupun tingkat provinsi. Penyebaran informasi kesehatan ini diatur oleh pemerintah dengan memanfaatkan teknologi yang didukung oleh organisasi profesi, jaringan informasi dan dokumentasi bidang kesehatan.

- Pelayanan KesehatanDalam melakukan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, dan, efisien, dan meminimalkan kesalahan dalam pendokumentasian, beberapa rumah sakit telah memanfaatkan teknologi, contohnya dalam hal registrasi pasien, dokumentasi pasien rawat jalan, rawat inap. Seringkali kita masih menemui ada yang melakukan dokumentasi secara tertulis, meskipun sudah menggunakan sistem informasi yang terintegrasi. Kendalanya adalah dana dan infrrastruktur dimana program tersebut terhubung secara lokal yang hanya dapat diakses di beberapa perangkat di rumah sakit dan petugas kesehatan tertentu yang dapat mengaksesnya. Sistem Informasi di beberapa rumah sakit di Indonesia menggunakan komputerisasi data dengan jaringan local, dimana data pasien hanya dapat diakses di rumah sakit tersebut. Sedangkan di beberapa negara berkembang sudah menggunakan e-health terintegrasi dalam mengimplementasikan teknologi informasi ke pelayanan kesehatan. Meskipun e-health di luar negri setingkat lebih maju karena dengan e-health, pelayanan kesehatan dapat didapatkan di berbagai daerah di suatu negara dengan mengakses data rekam medis dan transaksi, tetapi perlu melihat aspek lainnya, antara lain yaitu infrasturuktur suatu daerah dan juga kerahasiaan data peserta.

Page 2: Adopsi Teknologi Informasi Bidang Kesehatan

- SIKDA menuju SIKNASSejak dekade ke delapan puluh Kementrian Kesehatan telah memanfaatkan teknologi sistem informasi untuk mengelola data kesehatan hanya berada di lingkup pusat. Kemudian diberlakukannya sistem informasi kesehatan daerah yang bertujuan untuk memudahkan dalam mengambil keputusan dan tanggap dalam memberikan intervensi kesehatan dimana menghubungkan tiap tiap puskesmas, rumah sakit, di kabupaten/ daerah. Sayangnya tidak ada standar untuk mengkomunikasikan data tiap provinsi untuk menuju ke pusat. Dengan pengalaman dan pembelajaran tersebut, di buatlah suatu standar untuk mengkomunikasikan data tiap puskesmas, kabupaten, provinsi hingga tingkat pusat dengan SIKDA Generik sehingga diharapkan dengan SIKDA generik ini dapat membangun sistem informasi nasional yang mapan. Meskipun pada kenyataannya, SIKDA generik ini belum berjalan dengan baik dikarenakan keterbatasan dana serta infrastruktur tiap daerah, terutama untuk daerah-daerah perbatasan.

2. Aspek Pembelajaran (Lesson Learned) dari beberapa sistem informasi kesehatan di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia

- Inovasi e-healthe-Health merupakan aplikasi berbasis TIK yang berkaitan dengan industri pelayanan kesehatan serta bertujuan untuk meningkatkan akses, efisiensi, efektivitas, serta kualitas proses medis. Karena proses medis ini selain melibatkan organisasi pelayanan medis di rumah sakit, klinik, puskesmas, praktisi medis baik dokter maupun terapis, laboratorium, apotek, asuransi juga melibatkan pasien sebagai konsumen. Beberapa negara berkembang sudah mengaplikasikan inovasi e-health ini dalam pembangunan kesehatan di negaranya. Berikut beberapa negara yang telah mengimplementasikan e-health:1. Bangladesh yang telah membuat data center di kementrian kesehatan sebagai

pooling data dari berbagai fasilitas kesehatan yang ada, menggunakan OpenMRS di rumah sakit, pencatatan sipil dan vital statistik secara elektronik (CRVS) yang dikombinasikan dengan National Unique ID. Untuk sistem pelaporan DHIS2 digunakan dari level pusat dampai daerah. Sama dengan negara-negara berkembang lainnya, Bangladesh masih kekurangan infrastruktur, kapasitas SDM yang masih lemah.

2. Kamboja. Kamboja termasuk baru dalam memeulai eHealth. Country’s HIS Strategic plan untuk tahun 2008-2015 sedang dalam proses pelaksanaan. Beberapa aktivitas penguatan sistem informasi antara lain  penggunaan sistem berbasis elektronik (medical records, PMTCT, MDSR and health coverage database) serta membangun national unique ID dan CRVS yang dilakukan oleh Kementrian Dalam Negri Kamboja

Page 3: Adopsi Teknologi Informasi Bidang Kesehatan

3. Laos. Dengan jumlah penduduk 6.5 juta jiwa, Laos menerapkan DHIS2 dengan web based reporting sistem. Kementrian Dalam Negri telah bekerja keras dalam membangun CRVS dimana beberapa propinsi menggunakan model family folder. Tergolong baru, Laos menghadai beberapa kendala seperti kurangnya sumber daya manusia, tatakleola, kerogranisasian dan manajemen eHealth yang masih lemah, ditambah dengan permasalahan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang berkualitas dan pembiayaan kesehatan.

4. Malaysia. Jumlah populasi 28 juta jiwa, Malaysia terdiri dari 60% pelayanan kesehatan pemerintah dan 40% swasta. Malaysia memiliki blue print health management information systems (HMIS) sejak tahun 1995/1996. Saat ini telah masuk pada penggunaan lifetime health records (LHR) yang didukung oleh national unique ID yang dipelihara oleh Kementrian Dalam Negri. Dalam bentuk fisik national ID malaysia menggunakan kartu dengan chip memory didalamnya sehingga dapat mengintegrasikan kebutuhan ID, kesehatan, surat izin mengemudi yang dapat diakses menggunakan card reader khusus. Interoperabilitas merupakan kunci penting dalam LHR. Malaysia telah membuat health data dictionary khusus (MyHDD)untuk mengarah pada elektronic health records. Interoperabilitas dapat dibuktikan dalam kegiatan Connecthaton dan kerjasama dengan pihak ketiga (vendor) yang menekankan penggunaan MyHDD.

5. Nepal. Jumlah penduduk sebanyak 26.4 juta jiwa dengan kondisi geografis yang bergunung-gunung membuat Nepal mengimplementasikan Telemedicine untuk 30 districts yang susah diakases.  Beberapa kegiatan kecil lain termasuk membuat mHealth untuk program kesehatan ibu dan anak, surveilans dan CRVS.

6. Bhutan. Memiliki populasi 700.000 jiwa, Bhutan mengembangkan national HMIS untuk monitoring penyakit dan surveilans. Beberapa inovasi dilakukan terkait supply chain management untuk cakupan nasional, telemedicine dengan menekankan telekonsultasi pada 14 area pilot dan electronic data transfer dari medical devices. Sistem informasi rumah sakit baru tahap awal implementasi, terutama di rumah sakit nasional.

7. Vietnam. Vietnam baru bergerak dalam mendesain eHealth nasional. Saat ini masih pada tahap advokasi pemerintah pusat untuk mendapatkan komitmen nasional, dukungan finansial, pengembangan infrastruktur dan penggunaan standar data melalui National Medical Database. Prioritas Vietnam sekarang adalah pembuatan eHealth strategy, adopsi standard, legal framework dan health data center.

8. Thailand. Thailand telah masuk pada tahapan interoperabilitas dengan mengacu pada beberapa standard seperti SNOMED-CT, HL7 Clinical Document Architecture (CDA) dan beberapa standar yang dikembangkan secara mandiri (National drug standard). CRVS telah berjalan baik di Thailand yang telah dibangun sejak tahun 60an dimulai dari National Unique ID. Sekarang prioritas Thailand adalah memperkuat kapasitas SDM dengan memasukkan pendidikan formal biomedical and health informatics program (Diploma dan MSc) serta program sertifikasi untuk CIO.

Page 4: Adopsi Teknologi Informasi Bidang Kesehatan

9. Filipina. Beberapa inovasi di Filipina menekankan pada komite standar data kesehatan. Filipina juga sudah membangun Health Data Dictionary. Secara nasional beberapa registrasi penyakit telah dilakukan antara lain penyakit kronis, registrasi kecelakaan dan registrasi kecacatan.

10. Indonesia. Indonesia dengan SIKNAS mengintegrasikan SIK Puskesmas, daerah/ provinsi terpusat sehingga data kesehatan dapat diakses dengan mudah dan laporan kesehatan terpusat. Meskipun masih banyak sistem pelayanan kesehatan di beberapa Puskesmas dan Rumah sakit dikelola dengan sistem offline, diharapkan kemudian data pasien dapat diakses secara online antar rumah sakit, puskesmas, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya guna pengambilan kebijakan yang tepat, cepat dan akurat khususnya dalam hal rujukan pasien.

Dari salah satu model sistem informasi teknologi diatas, dapat kita ambil aspek pembelajaran, antara lain:

- Sistem informasi berbasis teknologi sesuai standar sehingga diharapkan komunikasi

dapat berjalan dengan lancar dan minim kesalahan.

- Pelaksanaan sistem informasi berbasis teknologi harus dapat diterima oleh pasien,

keluarga dan petugas kesehatan. Dalam hal ini dibutuhkan adanya sumber daya

kesehatan yang mampu mengoperasikan dan memberikan informasi yang jelas kepada

pasien dan keluarga.

- Sesuai dengan tujuan layanan kesehatan dimana pengambilan keputusan dapat

dilakukan dengan cepat, tepat, dan akurat sehingga pasien dapat diberikan intervensi

dengan segera.

- Berdasarkan bukti. Sistem informasi manajemen di negara maju dan beberapa negara

berkembang dapat menjadi rujukan untuk mengambil kebijakan kesehatan dalam

penerapan teknologi informasi kesehatan.

- Manajemen risiko. Perlu memperhatikan aspek-aspek yang menjadi risiko atau kendala dalam pelaksanaan manajemen sistem informasi.

3. Model teknologi yang dapat digunakan/ direkomendasikan untuk dapat membantu kinerja BPJS dalam pngelolaan data dan informasi kesehatan.

Teknologi informasi merupakan tulang punggung dalam mensukseskan BPJS guna membantu kinerja BPJS mengingat jumlah penduduk yang banyak akan ter-cover dalam program ini. Sistem informasi BPJS yang terintegrasi dan terpusat melalui sistem online akan lebih memudahkan kinerja dan meminimalisir adanya kecurangan-kecurangan yang meliputi dobel data ataupun transaksi yang tidak semestinya. Selain

Page 5: Adopsi Teknologi Informasi Bidang Kesehatan

itu, beberapa model teknologi juga dapat dgunakan yaitu dengan mengintegrasikannya bersamaan e-ktp, dimana peserta BPJS adalah penduduk Indonesia yang tercatat, sedangkan untuk anak dibawah 17 tahun akan di-cover oleh kepesertaan orang tua sehingga diharapkan BPJS dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ketika berada di luar daerah tempat tinggalnya.

Referensi:_______. (2013) SIKDA Generik. http: //sikda.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 6 November 2013 pukul 07.58

_______. (2012). Wujudkan layanan e-health di Indonesia.

http://www.bppt.go.id/index.php/home/63-kebijakan-teknologi/1258-bit-akan-selenggarakan-workshop-technopreneurship. diakses pada tanggal 6 November 2013 pukul 09.03

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_perpres/PERPRES%20No.%2072%20Tahun%202012%20ttg%20Sistem%20Kesehatan%20Nasional.pdf

http://kebijakankesehatan.net/.