adnsuska2011.files.wordpress.com file · web viewtata tertib hukum di indonesia dan pelaksanaannya....

32
TATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai Negara yang berkembang serta dalam proses menuju kebangkitan dari keterpurukan akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, berbagai hal dapat dijadikan sebuah pelajaran bagi bangsa Indonesia diantaranya dengan mengkaji kembali beberapa hal yang menyangkut politik, hukum, ekonomi serta kebijakan yang lain, apakah kita menganut sistem yang salah atau penerapan sistem tersebut yang salah. Sebagai Negara yang besar Indonesia sangat berpotensi menjadi bangsa yang besar dan bukan hanya menjadi Negara yang besar tetapi juga dapat menjadi sorotan positif bagi bangsa lain. Reformasi 1998 membawa Indonesia ke dalam kondisi kehilangan pandangan hidup bersama sebagai sebuah bangsa. Pancasila yang seharusnya menjadi dasar utama pemersatu pandangan-pandangan hidup manusia indonesia, kehilangan kesaktiaanya. Pancasila limbung diterpa “demokratisasi” dan krisis ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadapnya kian surut. Dan bahkan sebagian memandang tidak ada perlunya lagi Pancasila dipertahankan. Pancasila sudah tidak relevan, bahkan tidak lagi berguna. Alih-alih menjadi pemersatu bangsa, Pancasila malahan dianggap sebagai pemicu perpecahan bangsa.Upaya-upaya pemisahan diri, yang muncul di Aceh,

Upload: tranphuc

Post on 30-Jan-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

TATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai Negara yang berkembang serta dalam proses menuju kebangkitan dari

keterpurukan akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, berbagai hal dapat

dijadikan sebuah pelajaran bagi bangsa Indonesia diantaranya dengan mengkaji kembali

beberapa hal yang menyangkut politik, hukum, ekonomi serta kebijakan yang lain, apakah

kita menganut sistem yang salah atau penerapan sistem tersebut yang salah. Sebagai Negara

yang besar Indonesia sangat berpotensi menjadi bangsa yang besar dan bukan hanya menjadi

Negara yang besar tetapi juga dapat menjadi sorotan positif bagi bangsa lain.

Reformasi 1998 membawa Indonesia ke dalam kondisi kehilangan pandangan hidup

bersama sebagai sebuah bangsa. Pancasila yang seharusnya menjadi dasar utama pemersatu

pandangan-pandangan hidup manusia indonesia, kehilangan kesaktiaanya. Pancasila limbung

diterpa “demokratisasi” dan krisis ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadapnya kian surut.

Dan bahkan sebagian memandang tidak ada perlunya lagi Pancasila dipertahankan. Pancasila

sudah tidak relevan, bahkan tidak lagi berguna. Alih-alih menjadi pemersatu bangsa,

Pancasila malahan dianggap sebagai pemicu perpecahan bangsa.Upaya-upaya pemisahan diri,

yang muncul di Aceh, Sulawesi, Papua, tidak lain karena ada pihak-pihak yang tidak sejalan

dengan Pancasila. Selain itu, Pancasila juga menjadi alat diskriminator terselubung dalam

negeri yang beragam ini.

Sebagai sebuah bangsa yang majemuk tentunya kita membutuhkan satu pandangan

hidup bersama sebagai pemersatu bangsa. Lalu apa jadinya bila satu pandangan itu di

hilangkan? Perang ideologi akan muncul. Ideologi agama, Marxisme, nasionalisme,

tradisionalisme dan banyak lagi ideologi lain yang akan saling bertempur memperebutkan

dominasi. Tentunya bila perang ideologi ini terus berlangsung maka tidak pelak

menimbulkan kekacauan sistem sosial Indonesia. Untuk itulah kembali ke pelukan Pancasila

adalah jalan yang tepat yang harus dipilih bangsa Indonesia.

1

Page 2: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

Pembentukan berbagi sistem yang dianut bangsa Indonesia tertuang dalam sebuah

konstitusi yang disebut Undang – Undang Dasar 1945, dan juga termuat dalam peraturan

yang lain, akan tetapi pembentukan daripada sistem tersebut juga harus mendasarkan pada

sumber yang paling mendasar yang didalamnya termuat berbagai tujuan, cita – cita, serta

cermin kepribadian bangsa, sehingga diharapkan setiap sistem, kebijakan, maupun peraturan

yang disusun tidak bertentangan dengan beberapa hal tersebut tadi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu tata tertib hukum?

2. Apa saja sumber-sumber hukum?

3. Bagaimana pemahaman masyarakat mengenai hukum?

4. Bagaimana pelaksanaan hukum di Indonesia?

2

Page 3: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

BAB II

PEMBAHASAN

a) Tata Tertib Hukum

Tata tertib hukum adalah himpunan peraturan-peraturan berisikan perintah-perintah

dan larangan-larangan yang mengurus masyarakat di suatu wilayah dan karena itu harus

ditaati oleh masyarakat.

Di dalam TAP MPR RI No. 3/MPR/2000, beberapa sumber hukum tertulis ditentukan

sebagai berikut :

a) pancasila

b) pembukaan UUD 1945

c) batang tubuh UUD 1945 dan amandemenya

d) ketetapan majelis permusyawaratan rakyat

e) undang – undang

f) peraturan perundang – undangan

g) peraturan pemrintah

h) keputusan presiden

i) peraturan daerah

“ Dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 yang memuat judul tentang

memorandum DPR-GR mengenai sumber tertib hukum republik ndonesia dan tata urutan

peraturan perundangan republik Indonesia, didalam lampiranya menyatakan sebagai berikut :

Pancasila : sumber dari segala sumber hokum.Sehingga dengan hal tersebut hendaknya

pancasila benar – benar mampu melaksanakan apa yang diamanatkan oleh rakyat Indonesia

artinya setiap peraturan perundang – undangan di Indonesia harus mengacu kepadanya dan

tidak menyimpang dari ketentuan serta asas – asas yang terkandung didalamnya. Segala cita –

cita luhur bangsa Indonesia tersirat dalam naskah pancasila hal tersebut dapat diartikan

bahwa pancasila dapat dijadikan alas dalam melaksanakan cita – cita yang luhur tersebut.

3

Page 4: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

Dari pengertian pancasila merupakan cermin kepribadian bangsa yang mengandung arti

pandangan hidup, dasar Negara, tujuan dan kesadaran bangsa juga terkandung didalamnya

b) Syarat Tertib Hukum Tertinggi :

1 kesatuan subjek = penguasa yang mengadakan peraturan hukum, terpenuhi dg

adanya pemerintahan negara republik Indonesia

2 kesatuan asas kerohanian = dasar seluruh peraturan hukum, sumber segala sumber

hukum, terpenuhi adanya dasar filsafat neg pancasila

3 kesatuan daerah = peraturan hukum terpenuhi " seluruh tumpah darah negara

indonesia (alinea 4 UUD 45)

4 asas kesatuan waktu = saat berdirinya negara indonesia disertai dengan tertib

hukumyang ada

c) Pemahaman Masyarakat 

Pancasila disepakati sebagai sumber dari segala sumber hukum, tentunya akan

menciptakan sebuah asumsi bahwa pancasila merupakan sumber hukum yang sempurna yang

mampu menjangkau berbagai aspek. hal tersebut mengartikan bahwa kualitas akan produk

hukum kita ditentukan oleh seberapa jauh bangsa Indonesia mampu memaknai atau

memahami sumber dasarnya itu sendiri.

Akan tetapi yang menjadi permasalahan saat ini adalah semakin lama pemahaman

terhadap nilai – nila pancasila sebagi sumber hukum justru semakin memudar, oleh karena itu

sepertinya kita perlu mempelajari kembali akan nilai yang terkandung didalam pancasila.

Pengaruh masuknya budaya – budaya asing di tengah – tengah kehidupan masyarakat

yang selalu dikuti tanpa adanya penyaringan kaidah merupakan salah satu penyebab semakin

terkikisnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Adapun pendapat yang menyatakan “ untuk

meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap nilai – nilai pancasila pertama kali perlu

dibangun adanya “rasa memiliki” terhadap nilai – nilai pancasila.

Pemahaman akan nilai atau makna yang terkandung didalam tiap sila- sila pancasila

mustinya harus dimulai sejak dini mulai dari pendidikan yang paling bawah hingga pada

4

Page 5: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

tingkat pendidikan tinggi dengan tidak mendiskriminasi kajian ilmu tersebut, artinya selama

ini kajian yang menyangkut pemahaman akan pancasila masih ditempatkan pada posisi

dibawah, satu contoh misalnya pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, dari

jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan tinggi sepertinya tidak terlalu

diutamakan dan kurang mendapat perhatian baik dari kalangan pelajar maupun pengajar

sehingga tidak jarang para generasi muda yang mengabaikan dan tidak memahami akan

makna yang terkandung didalam pancasila itu sendiri.

d) Ciri–Ciri Negara Hukum

Menurut Prof. DR. Sudargo Gautama, SH. mengemukakan 3 ciri-ciri atau unsur-unsur

dari negara hukum, yakni:

a. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, maksudnya

negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara dibatasi oleh

hukum, individual mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai

hak terhadap penguasa.

b. Azas Legalitas

Setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan

terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.

c. Pemisahan Kekuasaan

Agar hak-hak azasi itu betul-betul terlindung adalah dengan pemisahan

kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan perundang-undangan,

melaksanakan dan mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam

satu tangan.

e) Unsur – Unsur Di Dalam Tata Tertib Hukum :

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.

2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.

3. Peraturan itu bersifat memaksa.

4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

5

Page 6: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

Selanjutnya, agar hukum itu dapat dikenal dengan baik, haruslah mengetahui ciri-ciri tata

tertib hukum. Menurut C.S.T. Kansil, S.H., ciri-ciri hukum adalah sebagai berikut:

a. Terdapat perintah dan/atau larangan.

b. Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi setiap orang.

Setiap orang berkewajiban untuk bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat, sehingga

tata-tertib dalam masyarakat itu tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu,

hukum meliputi pelbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan orang yang

satu dengan yang lainnya, yakni peraturan-peraturan hidup bermasyarakat yang dinamakan

dengan ‘Kaedah Hukum’. Barangsiapa yang dengan sengaja melanggar suatu ‘Kaedah

Hukum’ akan dikenakan sanksi (sebagai akibat pelanggaran ‘Kaedah Hukum’) yang berupa

‘hukuman’. Pada dasarnya, hukuman atau pidana itu berbagai jenis bentuknya. Akan tetapi,

sesuai dengan Bab II Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah:

Pidana pokok:

1. pidana mati;

2. pidana penjara;

3. pidana kurungan;

4. pidana denda;

5. pidana tutupan.

Pidana tambahan:

1. pencabutan hak-hak tertentu;

2. perampasan barang-barang tertentu;

3. pengumuman putusan hakim.

Sedangkan sifat bagi hukum adalah sifat mengatur dan memaksa. Ia merupakan peraturan-

peraturan hidup kemasyarakatan yang dapat memaksa orang supaya mentaati tata-tertib

dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas terhadap siapa saja yang tidak

mematuhinya. Ini harus diadakan bagi sebuah hukum agar kaedah-kaedah hukum itu dapat

ditaati, karena tidak semua orang hendak mentaati kaedah-kaedah hukum itu.

6

Page 7: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

f) Fungsi dan Tujuan Tata Tertib Hukum

Dengan berbagai peran hukum, maka hukum memiliki fungsi: “menertibkan dan

mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang timbul”.

Lebih rincinya, fungsi hukum dalam perkembangan masyarakat dapat terdiri dari:

1. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat. Dalam arti, hukum berfungsi

menunjukkan manusia mana yang baik, dan mana yang buruk, sehingga segala sesuatu dapat

berjalan tertib dan teratur.

2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin. dikarenakan hukum

memiliki sifat dan ciri-ciri yang telah disebutkan, maka hukum dapat memberi keadilan,

dalam arti dapat menentukan siapa yang salah, dan siapa yang benar, dapat memaksa agar

peraturan dapat ditaati dengan ancaman sanksi bagi pelanggarnya.

3. Sebagai sarana penggerak pembangunan: daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat

digunakan atau didayagunakan untuk menggerakkan pembangunan. Di sini hukum dijadikan

alat untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih maju.

4. Sebagai penentuan alokasi wewenang secara terperinci siapa yang boleh melakukan

pelaksanaan (penegak) hukum, siapa yang harus menaatinya, siapa yang memilih sanksi yang

tepat dan adil: seperti konsep hukum konstitusi negara.

5. Sebagai alat penyelesaian sengketa: seperti contoh persengekataan harta waris dapat segera

selesai dengan ketetapan hukum waris yang sudah diatur dalam hukum perdata.

6. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan

yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali hubungan-hubungan esensial antara

anggota-anggota masyarakat.

Dari sekian penegertian, unsur, ciri-ciri, sifat, dan fungsi hukum, maka tujuan dari

perwujudan hukum itu haruslah ada. Sesuai dengan banyaknya pendapat tentang pengertian

hukum, maka tujuan hukum juga terjadi perbedaan pendapat antara satu ahli dengan ahli yang

lain. Berikut ini beberapa pendapat ahli hukum tentang tujuan hukum :

1. Prof. Lj. Van Apeldorn: Tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat

secara damai dan adil. Demi mencapai kedamaian hukum harus diciptakan masyarakat yang

adil dengan mengadakan perimbangan antara kepentingan yang bertentangan satu sama lain,

dan setiap orang harus memperoleh (sedapat mungkin) apa yang menjadi haknya. Pendapat

7

Page 8: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

Apeldorn ini dapat dikatakan jalan tengah antara dua teori tujuan hukum, teori etis dan

utilitis.

2. Aristoteles: Tujuan hukum menghendaki keadilan semata-mata dan isi dari hukum

ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa yang dikatakan adil dan apa yang tidak adil.

3. Prof. Soebekti: Tujuan hukum adalah melayani kehendak negara yakni mendatangkan

kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat. Dalam melayani tujuan negara, hukum akan

memberikan keadilan dan ketertiban bagi masyarakatnya.

4. Geny (Teori Ethic): Menurut Geny dengan teori etisnya, bahwa tujuan hukum adalah untuk

keadilan semata-mata. Tujuan hukum ditentukan oleh unsur keyakinan seseorang yang dinilai

etis. Adil atau tidak, benar atau tidak, berada pada sisi batin seseorang, menjadi tumpuan dari

teori ini. Kesadaran etis yang berada pada tiap-tiap batin orang menjadi ukuran untuk

menentukan warna keadilan dan kebenaran.

5. Jeremy Bentham (Teori Utility): Menurut Bentham dengan teori utilitasnya, bahwa hukum

bertujuan semata-mata apa yang berfaedah bagi orang. Pendapat ini dititik beratkan pada hal-

hal yang berfaedah bagi orang banyak dan bersifat umum tanpa memperhatikan soal

keadilan. Maka teori ini menetapkan bahwa tujuan hukum ialah untuk memberikan faedah

sebanyak-sebanyaknya.

6. J.H.P. Bellefroid: Bellefroid menggabungkan dua pandangan ekstrem tersebut. Menurut

Bellefroid, isi hukum harus ditentukan menurut dua asas yaitu asas keadilan dan faedah.

7. Prof. J Van Kan: Tujuan hukum adalah menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya

kepentingan-kepentingannya tidak dapat diganggu. Dengan tujuan ini, akan dicegah

terjadinya perilaku main hakim sendiri terhadap orang lain, karena tindakan itu dicegah oleh

hukum.

g) Rumusan di dalam UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 merupakan tujuan nasional bangsa indonesia, yang terdiri

dari:

1. membentuk suatu pemerintahan yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

darah indonesia

2. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa

8

Page 9: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

3. melaksanakan ketertiban dunia.

4. negara indonesia mempunyai falsafah dasar pancasila yaitu ketuhanan yang maha esa,

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpn oleh

hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat indonesia.

selain daripada itu didalm pembukaan tesirat beberapa pokok pikiran yang terkandung di

dalamnya, diantaranya sebagai berikut :

1. Pokok pikiran yang pertama yaitu persatuan

Bangsa indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai ragam

budaya, adat dan kelompok, lahirnya berbagai keragaman tersebut justru akan menimbulakan

persoalan misalnya perpecahan, apabila tidak dilandasi oleh sutu falsafah yang tertuang

didalam sila ke 3 pancasila yang berbunyi “ pesatuan indonesia “ dikuatkan dalam pasal 1

ayat (1) UUD 1945 “ negara indonesia adalah negara kesatuan yang berbntuk republik “ hal

tersebut telah menjadi alas yang paling dasar sejak bangsa indonesia merdeka, sehingga

dengan modal persatuan dan kesatuan bangsa diharapkan akan terjadi rasa saling

menghormati setiap perbedaan tersebut. Hanya saja menurut saya, yang terjadi saat ini sikap

saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan justru semakin jauh keluar dari

hakikatnya artinya perbedaan antar suku, ras, budaya, agama dan lain sebagainya seolah olah

telah masuk kedalam bentuk “intervensi” yang mana memang diantara kedua sikap tersebut

memiliki batasan yang sangat tipis sehingga keanekaragaman tersebut justru memunculkan

penafsiran yang braneka ragam pula. hal inilah sebenarnya yang menjadi bumerang bagi

bangsa kita. solusi mengenai hal tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam bab kesimpulan dan

saran.

2. Pokok pikiran yang kedua yaitu keadilan sosial

Pasal 33 ayat (4) “perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan

9

Page 10: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

ekonomi nasional”. Dari isi pasal tersebut tercermin bahwa bangsa indonesia menhendaki

setiap warga negaranya melaksanakan apa yang menjadi kewajibanya serta jaminan untuk

memperoleh hak dan perlakuan yang adil dalam status sosial dan ekonomi khususnya.

Namun dalam penerapanya seperti kita ketahui bersama banyak sekali diskriminasi dan

ketimpangan – ketimpangan dalm berbagai hal, penyebabnya tidak lain adalah status sosial

dan kekuasaan, artinya jaminan kesejahteraan seolah – olah justru menjadi alasan utama bagi

golongan yang memiliki kedudukan tinggi untuk mendapatkan berbagai tunjangan dengan

berbagai alasan.

Sedangkan dalam bentuk lembaga pokok pikiran yang kedua ini terlihat dengan

adanya departemen sosial yang bertugas menyelesaikan berbagai permasalahan sosial,

sedangkan dalam bidang legislatif tercermin dalam setiap putusan hakim selalu memuat

klausul “ demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa”

3. Pokok pikiran yang ketiga yaitu kerakyatan

Sebagai perwujudan dari negara demokrasi, salah satu pilar utamanya adalah

kebebasan masyarakat untuk menyalurkan aspirasi, pemikiran maupun kepentingannya dan

menandaskan bahwa partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas modernisasi politik.

Menurut pendapat Dahl , praktek demokrasi selalu melibatkan dua dimensi, yaitu perlombaan

dan peran serta.

4. Pokok pikiran yang ke empat yaitu ketuhanan yang maha esa dan kemanusiaan yang adil

dan beradab

Pasal 29 ayat (1) “ negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa “ dar pengertian

tersebut indonesia merupakan negara yang beragama dalam artia luas, artinya masyarakat

indonesia terdiri dari berbagai macan pemeluk agama yang berbeda – beda, meskipun

mayoritas masyarakatnya beragama islam namun bukan bukan berarti negara hanya

melindungi agama mayoritas saja, hal in dituangkan dalam pasal 29 ayat (2) “ negaar

menjamin kemerdekann tiap – tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing – masing dan

beribadat menurut agama dan kepercayaanya itu “ .

10

Page 11: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

Berbagai konflik yang terjadi di indonesia yang di klaim merupakan konflik agama

merupakan suatu bentuk kurangnya pemahaman masyarakat mengenai asas yang terkandung

dudalam pancasila umunya dan asas ketuhanan yang maha esa pada khsusnya.

Adanya pengakuan dan perlindungan hak –hak asasi manusia yang mengandung

persamaan dalam bidang plitik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan, merupakan salah

satu dari ciri negara hukum yang bertujuan untuk menjamin hak –hak warga negaranya. Hal

tersebut dituangka dalam pasal 28D ayat (1) “ setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,

prlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan ukum “

selain itu juga dengan dikeluarkan UNDANG – UNDANG No. 26 Tahun 2000 tentang

Peradilan Hak Asasi Manusia.

Pembentukan maupun perubahan sebuah undang – undang dalam rangka proses

melaksanakan tujuan nasional merupakan suatu hal yang formalistik saja asalkan dapat

mengikuti ketentuan atau asas – asas yang tersebut diatas, namun selain daripada hal tersebut

juga diperlukan komitmen keras bangsa indonesia yang harus ditanamkan dalam semangat

nasionalisme tiap elemen bangsa sehingga sebuah tujuan nasional tersebut tidak hanya

sebuah catatan semata atau hanya tertulis dalam sebuah undang – undang saja. Undang –

undang dasar maupun peratran perundangan yang lain hanya merupakan instrumen kebijakan

yang mendasari setiap pelaksanaan tujuan nasional tersebut.

Pasal 1 ayat ( 2 ) UUD 1945 hasil amandemen disebutkan “ kedaulatan ditangan

rakyat dan dilaksanakan menurut undang – undang “ dan pada ayat ( 3 ) disebutkan “ negara

inonesia adalah negara hukum “ sehingga rakyat dalam hal ini rakyatlah yang memiliki peran

utama dalam pelaksanaan tujuan nasional akan tetapi undang – undang mengatur dan

mendasari bagaimana pelaksanaanya

Berbagai perubahan terhadap UUD 1945 telah banyak memberikan warna baru dalam

sistem ketatanegaraan indonesia, hal tersebul adalah wajar sebagai konsekuensi dari tuntutan

reformasi. Perubahan terhadap intrumen UUD 1945 dapat dipahami sebagai bentuk relevansi

atau penyesuaian terhadap perkembangan budaya, sejauh perubahan tersebut tidak sampai

pada “ pembukaan / preambule “ hal itu sah – sah saja hanya saja apabila perubahan tersebut

telah menjangkau kepada pembukaan UUD 1945 tentunya akan mnghilangkan bebrapa hal

11

Page 12: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

terpenting didalamnya termasuk tujuan nasional bangsa. “ Namun demikian, ada bagian

terpenting dari UUD 1945 yang disepakati oleh MPR 1999 untuk tidak diubah sama sekali.

Bagian dimaksud adalah Pembukaan UUD 1945. Pembukaan dikatakan sebagai bagian

terpenting karena disanalah tertuang Pancasila yang merupakan norma fundamental Negara.

Sehingga dari setiap perubahan UUD 1945 diharapkan tidak merubah secara total isi

daripada UUD 1945, “ karena itu, sebagai kompromi, pelaksanann agenda perubahan UUD

1945 diusahakan untuk menghindari penggunaan istilah ‘penggantian’ UUD. Yang disepakati

adalah ‘perubahan’ bukan ‘penggantian’ yang berkonotasi total .

Perkembangan-perkembangan ini membawa kita kepada pertanyaan lanjutan, apakah

memang perlu kita mempertanyakan hal-hal yang bersifat ideologis pada saat ini? Atau,

tidakkah lebih produktif apabila kita mengarahkan seluruh perhatian kita kepada penyelesaian

persoalan-persoalan konkret bangsa seperti kemiskinan, ketidaksejahteraan dan ketidakadilan

yang meluas di tengah-tengah masyarakat kita.

h) Pelaksanaan Hukum Di Indonesia

Pelaksanaan hukum di Indonesia memiliiki banyak kelemahan atau kekurangan.

Paling tidak ada tiga faktor signifikan yang melatarbelakangi kelemahan tersebut, yakni :

Pertama Produk Hukum, Kedua Penegak Hukum, dan ketiga Sanksi (Hukuman).

a) Produk Hukum

Pada dasarnya hukum yang berlaku sekarang ini adalah produk hukum penjajah

(Belanda) yang semula diperuntukkan bagi orang-orang Eropa (Belanda).  Namun,

belakangan konsep hukum tersebut bergeser, karena hukum positif  Belanda diperuntukkan

juga untuk jajahannya (Indonesia). Pada dasarnya, setiap penjajah memiliki motif dan alasan

tertentu, mengapa ia harus menjajah. Setidaknya ada tiga alasan fundamental yang

mendorong penjajah (belanda) menguasai negeri jajahannya (Indonesia).

Pertama, Misi ekonomi  (Mission of Ecomonic). Selama lebih kurang tiga setengah

abad, Belanda telah menguras habis harta kekayaan negeri jajahannya (Indonesia) guna

membangun negaranya. Berbagai kemajuan yang dicapai Belanda saat ini merupakan andil

12

Page 13: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

dari pengerukan masif negeri jajahannya. Salah satu contohnya, biaya membangun kota

Amsterdam (Belanda)   diperoleh dari hasil menjajah.

Kedua, Misi agama (Mission of Religion). Selama menjajah, Belanda melancarkan

program kristenisasi di negeri jajahannya (Indonesia). Hanya saja, misi agama ini tidak bisa

dilaksanakan secara optimal, karena mengakar dan kentalnya semangat beragama (Islam) dari

penduduk pribumi. Ditambah lagi,  peran ulama yang berjibaku menghadang lajunya

program kristenisasi tersebut. Boleh dibilang, misi ini relatif kurang berhasil. Namun, di

propinsi tertentu pemeluk agama kristen relatif berhasil, seperti di Indonesia bagian Timur.

Ketiga, Misi Penegakkan Hukum (Mision of Law Supremation). Kendati negara

Indonesia telah bebas dan merdeka dari penjajahan kolonial Belanda, namun bukan berarti

bangsa Indonesia bisa melepaskan atribut-atribut milik penjajah (Belanda). Sebab, dalam

bidang-bidang tertentu kita masih mengadopsi perangkat peraturannya, termasuk hukum.

Selama menjajah, Belanda  telah menerapkan hukumnya terhadap negeri jajahannya

termasuk Indonesia.

Secara kwalitatif (kualitas), hukum positif (khususnya produk penjajah /belanda)

memiliki banyak kelemahan. Kita bisa kaji berbagai produk hukum penjajah (belanda)

tersebut. Dalam hukum belanda yang kita adobsi sekarang mengenal apa yang disebut hukum

publik dan hukum privat. Hukum publik adalah hukum atau undang-undang yang mengatur

persoalan publik, misalnya : KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), KUHD (Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang), Hukum Tatanegara (HTN), Hukum  Administrasi Negara

(HAN) dan lain-lain. Sedang hukum (undang-undang) privat adalah hukum yang mengatur

persoalan individu dengan individu, misalnya KUHPerdata.

Produk-produk hukum tersebut adalah hasil pikiran manusia (Belanda). Produk

hukum tersebut lahir  melalui rekayasa pikiran penjajah Belanda tentu saja sebagai manusia

memiliki keterbatasan. Semua produk hukum yang dihasilkan tersebut, masih memiliki

kekurangan dan keterbatasan. Kendati para pemikir dan akademisi hukum sadar dan mafhum

kelemahan hukum tersebut, mereka tetap saja enggan untuk membuang atau melepaskan

hukum-hukum tersebut. Ironinya, mereka malah sibuk menyiapkan sebuah lembaga (badan)

13

Page 14: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

dengan nama Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) yang tugas dan fungsinya adalah

untuk  menyempurnakan produk-produk hukum buatan belanda tersebut dan

memformulasikan hukum positif Belanda tersebut dengan kondisi dan karakteristik

masyarakat Indonesia.

Secara kwantitatif (jumlah) ternyata hukum positif tersebut banyak jumlahnya, namun

tidak berlaku efektif. Kendati secara kwantitatif terlalu banyak, namun para pemikir hukum

dan akademisi hukum sekuler merasa harus melengkapi hukum (undang-undang) tersebut

dengan perangkat hukum (undang-undang) tambahan. Apa yang menyebabkan pertambahan

ini ? Ternyata yang melatar-belakanginya karena hukum (undang-undang) masih

mengandung kelemahan-kelemahan, sehingga dipandang perlu merumuskan perangkat

peraturan pelaksananya. Suatu hal yang menarik dari pergulatan pemikiran para pemikir dan

akademisi hukum sekuler yang loyal dan tergila-gila dengan hukum buatan manusia tersebut

adalah bahwa dengan tersusunnya perangkat hukum pendukung, bertujuan untuk menjamin

kepastian dan keadilan hukum. Pertanyaannya, benarkah itu ? Jawabnya, tentu tidak. Sebab,

kendati perundang-undangan dan perangkat pendukung telah dilahirkan, namun kerapkali

terjadi pelanggaran hukum. Misalnya, tentang agraria, kehutanan, kelautan, ketenaga-kerjaan,

lingkungan dan sebagainya.

b) Penegak Hukum

Pelaksana hukum dalam tatanan hukum positif di Indoensia terdiri dari Kepolisian,

Kejaksaan dan Kehakiman. Kendati, dalam ketentuan perundangan lembaga-lembaga ini

terpisah, namun masih memiliki jalur koordinasi keatasnya, hingga ke presiden. Lembaga-

lembaga tersebut tidak ada yang bebas dan independen, karena garis koordinasi bersifat

vertikal bertanggung jawab kepada kepala negara.

(1). Kepolisian. Kendati jajaran kepolisian kian berbenah dengan semboyan profesionalisme

dan melayani kepentingan masyarakat, namun dalam prakteknya kerap terjadi distorsi

kebijakan. Masyarakat sering mempertanyakan eksistensi pihak kepolisian ini. Pertama aspek

kemaksimalan tugas, Kedua Sensitifitas problema/kriminlaitas masyarakat, Ketiga, Kejujuran

dan Kenetralan Tugas. Badan (lembaga) yang seharusnya menjadi pengayom masyarakat

ternyata sekarang menjadi lembaga angker dan menakutkan. Sebagai pengayom masyarakat,

14

Page 15: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

agaknya pihak kepolisian belum melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Lembaga ini

kerapkali menuai kritikan dari masyarakat dari tahun ke tahun. Apalagi saat ini ketika

seorang Susno Duadji mulai buka mulut.

(2). Kejaksaan. Badan (lembaga) ini juga bukan tidak luput menuai kritikan. Cukup banyak

kasus-kasus besar yang menghebohkan di-peti es-kan tanpa alasan yang jelas. Berbagai

rentetan kasus yang menjadi perhatian publik (masyarakat) masih banyak yang belum

dilimpahkan ke Pengadilan. Tampaknya badan (lembaga) ini terlalu banyak Pekerjaan

Rumah (PR) yang belum terselesaikan.

Kelemahan itu, bukan hanya dari sisi upaya pihak kejaksaan untuk mengajukan

pelaku kejahatan tersebut ke Pengadilan, namun pelaku kejahatan yang sudah divonis

pengadilan pun melengkapi ketidak-berdayaan hukum dan perangkat pendukungnya.

Misalnya, Eddi Tansil pada tahun 1992 sempat menghebohkan negara dan masyarakat

dengan staregi dan taktik katebelecenya mengelabui pejabat tinggi ketika itu  dan

mengkorupsi uang negara 1,3 trilyun. Pada masa itu, nilai uang tersebut sungguh sangat besar

dan mencengangkan. Ia sudah dipidana dengan hukuman penjara selama 20 tahun dan sempat

beberapa saat mendekam dipenjara, namun dengan menggunakan berbagai taktik licik ala

mafia ia berhasil kabur dari penjara. Kini, ia bebas berkeliaran kemana saja ia mau sambil

menikmati uang yang telah ditilepnya itu.

Memang, lembaga ini memiliki banyak masalah yang juga meresahkan masyarakat.

Jaksa selaku Penuntut Umum telah juga ternoda, karena ulah sebagian oknum jaksa nakal dan

silau dengan materi. Kenakalan jaksa tdak hanya dalam kasus-kasus yang telah dilimpahkan

di Pengadilan. Namun, kenakalan itu juga di luar Pengadilan. Misalnya, kasus-kasus yang

masih dalam tahap penyelidikan/penyidikan. Di tingkat penyelidikan atau penyidikan kerap

terjadi penyalah-gunaan wewenang. Tertuduh/tersangka  atau keluarganya bisa saja  melobi

jaksa yang menyelidik/menyidik kasusnya meminta kasusnya di-peti es-kan atau istilah

formalnya SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyelidikan).

(3). Kehakiman. Departemen kehakiman hingga kini belum mampu memberantas kenakalan

para hakim di seluruh negeri ini. Betapa tidak, sebenarnya munculnya cibiran tentang mafia

peradilan lebih ditujukan kepada para hakim. Kita tahu, wajah hukum negeri ini telah

15

Page 16: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

dicoreng dengan banyaknya kasus-kasus yang terjadi karena praktik vonis yang tanpa dasar

atau cenderung menurut selera para hakim.

Dari hari ke hari, Lembaga ini kerap ditunding melahirkan hakim nakal. Putusan-

putusan hakim sering mengusik hati nurani dan rasa keadilan masyarakat. Kita tentu masih

ingat misalnya dulu, Si raja “Kayu Bob Hasan” yang telah menggunduli ratusan ribu hektar

tanah dan hutan lindung di vonis hanya beberapa tahun saja. Mantan Dirut BI  Syahril Sabirin

yang diduga bermasalah dengan kebijakan moneternya divonis bebas. Tommi Suharto yang

seabrek-abrek kejahatannya, divonis hanya 15 tahun penjara. Anehnya, beberapa hari

mendekam dipenjara,  tanpa dasar dan alasan yang rasional ia mendapatkan keringanan masa

tahanan (remisi). Dan masih banyak lagi kasus-kasus kelas kakap yang belum dapat

dituntaskan  pihak Kejaksaan.

Sebenarnya, praktik mafia peradilan tidak hanya ditujukan kepada dua lembaga

tersebut, tapi harusnya perlu juga mencermati benar dan terukur pekerjaan Pengacara.

Sekarang ini, tugas pengacara banyak mengalami perubahan fungsi. Semula mendampingi

klien dan membelanya, baik di dalam maupun di luar Pengadilan (litigasi dan non litigasi).

Kini, sudah bergeser menjadi calo perkara dan pelobi atau makelar kasus (MARKUS). Meski

tidak semua, namun kebanyakan pengacara menangani perkara karena pertimbangan

financial, sekalipun mereka harus mematikan hati nurani. Menariknya, ukuran keberhasilan

(menang) suatu kasus bukan karena kemampuan analisis cerdas pengacara dalam mengotopsi

dan menggali dasar hukum kasus yang sedang ditangani, melainkan berdasarkan kalkulasi

seberapa banyak uang klien yang akan disuguhi kepada hakim yang menangani suatu kasus.

c) Sanksi (Hukuman).

a.  Masa hukuman pelaku tindak pidana

Sanksi hukuman yang terdapat dalam berbagai hukum (peraturan perundangan) yang

berlaku sangat ringan sekali. Hukuman pelanggar berbagai tindak pidana sebagaimana yang

dituang dalam KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana)  memuat sanksi yang sangat

rendah. Bisa disebut hingga kini KUHP belum banyak berubah sejak penjajahan belanda

16

Page 17: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

hingga sekarang. Dengan konsepsi KUHP ini, mungkinkah hukum bisa membuat jera dan

menyadarkan masyarakat ?.

b. Peraturan tidak menghasilkan sanksi tindak tegas

Dalam berbagai kesempatan kita menyaksikan pemerintah beserta aparat penegak

hukum telah membuat peraturan di sekitar masyarakat. Kendati peraturan telah dibuat berikut

dengan hukuman/sanksinya, namun tetap saja peraturan tersebut diabaikan atau ekstrimnya

diacuhkan. Mengapa ? Karena, pemerintah dan aparat hukum tidak secara sungguh-sungguh

memiliki good will untuk menertibkan masyarakat dalam menciptakan keteraturan hidup.

Artinya, setelah peraturan dibuat, kontrol terhadap pelanggar masih bisa ditolerir. Walhasil,

peraturan yang dipajang hanya sebatas himbauan moral an sich, tanpa bisa menyentuh

kepedulian masyarakat. Misalnya, di pasar perbelanjaan sering kita temukan papan

pengumuman kepada para pedagang, “Jangan buang sampah sembarangan, buanglah pada

tempat yang tersedia”. Kendati, pengumunan telah dibuat, namun para pedagang masih terus

saja melanggarnya, seakan tidak memperdulikan adanya pengumuman.

17

Page 18: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Pengertian tertib hukum itu sangat banyak karena terdapat banyak sisi pandang

terhadap hukum, akan tetapi, sebuah definisi bagi hukum yang dapat menjadi pedoman

adalah “Hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan berisikan perintah-perintah dan

larangan-larangan yang mengurus masyarakat di suatu wilayah dan karena itu harus ditaati

oleh masyarakat itu.Unsur-unsur hukum adalah peraturan tingkah laku manusia yang

diadakan oleh badan resmi, bersifat memaksa, terdapat sanksi tegas bagi pelanggarnya.ciri-

cirinya adalah terdapat perintah dan/atau larangan serta harus dipatuhi setiap orang;

sedangkan sifatnya adalah mengatur dan memaksa.Fungsi hukum adalah sebagai alat

pengatur tata tertib, sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin, sebagai

sarana penggerak pembangunan, sebagai penentuan alokasi wewenang, sebagai alat

penyelesaian sengketa, berfungsi memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan

diri dengan kondisi kehidupan yang berubah; dengan tujuan mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil, dapat melayani kehendak negara yaitu mendatangkan

kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat, demi keadilan dan/atau berfaedah bagi rakyat

yang mana dapat menjaga kepentingan rakyat.

18

Page 19: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

DAFTAR PUSTAKA

Al Marsudi Subandi H. 2003. Pancasila dan UUD’45 dalam Paradigma Reformasi. Jakarta :

Rajawali Pers.

Asshiddiqie Jimly. 2004. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam

UUD 1945. Yogyakarta. FH UII PRESS

Budiardjo, Miriam. 1992. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia, 1994.

Demokrasi di Indonesia Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila. Jakarta :

Gramedia, 1994. Kuasa dan Wibawa. Jakarta : Gramedia

Huntington, Samuel P. 1994. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta : Rajawali.

Kencana Syafi’ie Inu. 2003. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Bandung : Refika

Aditama.

Kusnardi Moh, Harmaily Ibrahim. 1981. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta :

Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Soeroso. R. 2002. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika

Sumaryati. 2005. Jurnal Ilmu Hukum Novelty. Yogyakarta.

Undang – Undang dasar republik Indonesia dan Amandemenya. Surakarta : Pustaka Mandir

19

Page 20: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

MAKALAH PANCASILA

TATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA

DAN PELAKSANAANNYA

DISUSUN OLEH :

SITI NUR’AINI DWI ASTUTI

NURHASNI

NOVA HARPIA YESYA

SYAMSURYANI

DOSEN PEMBIMBING : JUMILI ARIANTO

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

ILMU ADMINISTRASI NEGARA 1A

2011-2012DAFTAR ISI

Page 21: adnsuska2011.files.wordpress.com file · Web viewTATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA. BAB I . PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sebagai Negara yang berkembang serta dalam

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. ii

TATA TERTIB HUKUM DI INDONESIA DAN PELAKSANAANNYA………… 1

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………… 3

a) Tata Tertib Hukum…………………………………………………………… 3

b) Syarat Tertib Hukum………………………………………………………… 4

c) Pemahaman masyarakat……………………………………………………… 4

d) Ciri-ciri Negara Hukum……………………………………………………… 5

e) Unsur-Unsur Dalam Tata Tertib Hukum…………………………………….. 5

f) Fungsi Dan Tujuan Tertib Hukum…………………………………………… 7

g) Rumusan dalam UUD 1945………………………………………………….. 8

h) Pelaksanaan Hukum Di Indonesia…………………………………………… 12

i) Contoh Kasus Pelanggaran Hukum Di Indonesia……………………………

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………… 19

Kesimpulan………………………………………………………………………. 19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 20

ii