adl ird kebid.doc

12
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HASNUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM PENDIDIKAN NERS Jl. PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM. 10 MAKASSAR 90245 TELP : 0411-586296 (LANGSUNG) Fax : 0411-586297, (0411) 586200 pesawat 2150 AKTIFITAS SEHARI-HARI NAMA MHS : Suradi Efendi TANGGAL : 21-23 Agustus 2003 RUANGAN : IRD Kebidanan RUMAH SAKIT : RSUP DR WS HARI/ TANGGAL J A M KEGIATAN PARAF K E T Kamis 21– 8- 2003 07.30 07.45 08.00 08.15 08.30 Tiba diruangan IRD kebidanan Perjan RSUP Dr. Wahidin. Melapor ke Karu IRD Kebidanan Orientasi ruangan IRD Kebidanan : 1. Ruang bayi 2. Ruang partus fisiologis 3. Ruang partus patologis 4. Ruang tindakan 5. Ruang USG Observasi klien Nn. SD dengan abortus komplit infeksiosa provokatus: 1. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit : Perdarahan pervagina 2. Riwayat Keluhan utama : Perdarahan pervagina dialami sejak 1 mg yg lalu berupa spooting, perdarahan bertambah banyak disertai dengan stolsel dan jaringan. Jumlah perdarahan ± 500 Suradi Efendi, S.Kep, Ns (Atol) Ners FK Unhas ‘01 1

Upload: rahulgulemq

Post on 18-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS HASNUDDINFAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM PENDIDIKAN NERSJl. PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM. 10 MAKASSAR 90245

TELP : 0411-586296 (LANGSUNG) Fax : 0411-586297, (0411) 586200 pesawat 2150

AKTIFITAS SEHARI-HARINAMA MHS: Suradi Efendi

TANGGAL

: 21-23 Agustus 2003

RUANGAN: IRD Kebidanan RUMAH SAKIT : RSUP DR WS

HARI/

TANGGALJ A MKEGIATANPARAFK E T

Kamis 21 8-2003

Jumat

228-2003

Sabtu

23-8-2003

07.30

07.45

08.00

08.15

08.30

09.00

12.30

13.30

14.00

15.30

18.10

20.00

08.10

20.30

14.00

15.30

18.10

Tiba diruangan IRD kebidanan Perjan RSUP Dr. Wahidin.

Melapor ke Karu IRD Kebidanan

Orientasi ruangan IRD Kebidanan :

1. Ruang bayi

2. Ruang partus fisiologis

3. Ruang partus patologis

4. Ruang tindakan

5. Ruang USG

Observasi klien Nn. SD dengan abortus komplit infeksiosa provokatus:1. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit :

Perdarahan pervagina

2. Riwayat Keluhan utama :

Perdarahan pervagina dialami sejak 1 mg yg lalu berupa spooting, perdarahan bertambah banyak disertai dengan stolsel dan jaringan. Jumlah perdarahan 500 cc. Klien riwayat terlahbat haid sejak bulan Juni 2003, riwayat coitus +, riwayat minum obat-obatan +. Plano test positif.

VS :

T = 110/80 mmHg SB = 36,5 0C

N = kali/menit P = 20 kali/menit

Pemeriksaan USG :

Uterus antefleksi, tidak ada sisa jaringan, kesan Abortus komplit.

I S H O M A

Menerima ps baru an Ny. YS dengan Dx medis dismenorhoe, susp mioma uteri.

1. Keluhan utama : Nyeri haid

2. Riwayat keluham utama :

Nyeri haid dialamisejak tadi pagi disertai dengan mual dan muntah. Klien merasakan nyeri haid sejak masih gadis.

VS :

T = 140/90 mmHg SB = 36,5 0C

N = 78 kali/menit P = 22 kali/menit

Klien terapasang infus RL 20 tts/menit dari ruang tindakan IRD bagian triase.

Tiba diruangan IRD kebidanan Perjan RSUP Dr. Wahidin.

Sholat Ashar

Sholat Magrib

Terima ps baru an Ny. YO debgan Dx Medis Abortus Incomplit provokatus.

1. Keluhan utama : perdarahan pervagina

2. Riwayat keluhan utama :

Perdarahan pervagina dialami sejak jam 18.00 disertai dengan nyeri supra pubik, Jumlah perdarahan 500 cc. Perdarahan berupa gumpalan-gumpalan darah dan jaringan. Klien riwayat coitus 2 hari yang lalu sebelum MRS. Menurut klien ia pernah meminum obat Ginekosit sejak 2 hari terlambat haid. Plano test positif.

Pemeriksaan dalam oleh dokter jaga didapatkan banyak terdapat sisa jaringan denga pembukaan = 1 cm.

VS :

T = 110/80 mmHg SB = 37 0C

N = 80 kali.menit P = 20 kali/menit.

Memasang infus (terapi intravena) pada klien Ny. YO berupa RL 28 tts/menit :

1. Jelaskan prosedur pada klien

R/ : Pengetahuan meningkatkan kerjasama terutama keluarga (orang tua klien).

2. Mencuci tangan dan kenakan sarung tangan disposible.

R/ : Asepsis penting untuk mencegah infeksi dan mencegah pemajanan perawat terhadap darah klien.

3. Mengidentifikasi vena yang sesuai dan area insersi yaitu didaerah punggung tangan kanan.

R/ : Pemilihan tempat yang teliti akan akan meningkatkan kemungkinan pungsi vena yang berhasil dan pemeliharaan vena.

4. Memilih kanula (abocath no 20), selang infus (makro drips) dan jenis cairan (RL 500 ml) yang sesuai dengan dosis yang klien. butuhkan

R/ : Panjang dan diameter kanula harus sesuai baik untuk letak maupun tujuan infus. Abocath No. 20 selang infus makro drips dan RL sangat sesuai untuk kebutuhan klien.

5. Menghubungkan botol infus (kolf) dengan selang dan mengalirkan larutan sepanjang selang untuk mengeluarkan udara, kemudian tutup ujung selang.

R/ : Peralatan harus dihubungkan dengan seger setelah pungsi vena yang berhasil untuk mencegah pembekuan darah.

6. Mengatur tempat tidur, posisi klien yang nyaman berupa supine line dengan kepala menggunakan bantal dan instrumen.

R/ : Posisi yang sesuai akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan dan memberikan kenyamanan bagi klien.

Prosedur :

1. Melibatkan rekan sejawat untuk melakukan turniket dengan tanga didaerah 1/3 lengan bawah kanan, sementara tangan kiri saya memegang jari jari klien dan membuatnya dalam posisi menggenggam. (Klien dalam posisi supine line diatas tempat tidur dengan kepala diatas pangkuan ibunya).

R/ : Turniket melebarkan vena dan memudahkan penusukan, telapak tangan yg terkepal menyebabkan vena menjadi bulat dan kencang.

2. (Setelah menggunakan Handscoen)Memberikan kapas alkohol 70% dengan gerakan memutar keluar dari tempat penusukan. Kemudian dibiarkan kering untuk melihat dengan jelas vena profunda yang akan di insersi.

R/ : Asepsis ketat dan persiapan tempat yang teliti merupakan hal yang penting untuk mencegah infeksi.

3. (Setelah abocath dibuka) Memegang jarum (abocath) dengan bagian bevel keatas dan pada sudut 45 derajat menusuk kulit terlebih dahulu kemudian menurunkan sudut jarum 10 derajat (hampir sejajar dengan kulit) kemudian menusuk vena dengan satu gerakan cepat namun hati-hati.

R/ : Posisi bevel keatas biasanya menyebabkan trauma yang lebih sedikit kekulit atau vena, prosedur dua tahap menurunkan kemungkinan menembusnya jarum melalui dinding posterior vena ketika kulit ditusuk.

4. Melihat adanya aliran darah balik kemudian mendorong jarum sekitar 0,5 cm setelah pungsi vena berhasil. Hub jarum ditahan sambil mendorong kateter kedalam vena kemudian melepaskan jarum sambil menekan perlahan kulit diatas ujung kateter. Hub kateter ditahan pada tempatnya.

R/ : Aliran darah balik menandakan jarum telah masuk vena, dengan sedikit mendorong memastikan kateter plastik sudah memasuki vena. Tekanan ringan mencegah perdarahan sebelum selang dihubungkan.

6. Menyampaikan kepada rekan untuk melepaskan turniket sambil menyambung selang infus dengan kateter. Kemudian buka klem dan memperhatikan adanya tetesan.

R/ : Infus harus disambungkan dengan cepat untuk mencegah terjadinya bekuan darah dalam kanula.

7. Memberikan bantalan kasa steril secara melingkar diatas dan dibawah ujung kateter sambil merekatkan jarum dengan kuat ditempatnya dengan plester.

R/ : Kasa berfungsi sebagai bidang steril, jarum yang stabil lebih sedikit kemungkinannya untuk terlepas atau mengiritasi vena.

9. Mengatur tetesan/kecepatan infus sesuai anjuran klien yaitu 28 tts/menit

10. Mengembalikan alat-alat yang telah digunakan dan membuang sampah-sampah dari alat yang tidak digunakan lagi.

R/ : Memudahkan untuk menggunakan alat tersebut kembali jika akan digunakan.

11. Mencuci tangan.

R/ : Menghilangkan/mengurangi penyebaran mikroorganisme.

12. Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan pada klien, jenis cairan dan jumlah tetesan yang diberikan.

R/ : Pendokumentasian penting untuk memfasilitasi perawatan dan untuk tujuan legal.

Memberi injeksi vaksin tetanus toxoid pada area deltoid 0,5 cc/IM dan injeksi Kalmoxillin 1gr/bolus.

Persiapan alat :

Spuit 2,5 cc, 5 cc. Kapas antiseptik (alkohol), Aquadest, Vial obat (TT dan Kalmoxillin)

Menyiapkan Obat :

1. Cuci tangan

R/ : Menghilangkan mikroorganisme sehingga meminimalkan pemindahannya dari tangan ke obat/wadah obat yang akan digunakan.

(Setelah Kalmoxillin dicampur dengan aquadest sebanyak 5 cc)

2. Dengan kapas alcohol, usap permukaan penutup karet.

R/ : Membuang debu atau kotoran dan mensterilkan permukaan.

3. Melepaskan penutup jarum. Tarik pulungger kebelakang untuk mengumpulkan sejumlah udara yang sama dengan volume medikasi yang akan diaspirasi

R/ : Mencegah pembentukan tekanan negatif ketika mengaspirasi medikasi. Pertama-tama harus menyuntuikkan udara kedalam vial.

4. Memasukkan bagian ujung jarum dengan bevel jarum mengarah keatas, menembus bagian tengah penutup karet.

R/ : Bagian tengah dari penutup karet merupakan bagian yang tertipis dan lebih mudah untuk menusukkannya. Menjaga bagian bevel kearah atas dan memberikan tekanan ringan mencegah pemotongan karet sebagai penutup.

5. Masukkan uidara kedalam vial, jangan biarkan plugger kembali ketas.

R/ : Udara harus terlebih dahulu disuntikkan kedalam vial sebelum mengaspirasi cairan. Plunger mungkin akan terdorong kembali kebelkang oleh tekanan udara didalam vial.

6. Setelah spuit berisi cairan medikasi, sentil bagian barel dengan hati-hati untuk melepaskan semua gelembung udara. Keluarkan semua udara yang terdapat diatas spuit kedalam vial.

R/ : Menyentil dengankuat barel ketika jarum berada didalam vial dapat membengkokkan jarum. Akumulasi udara akan menyebabkan kesalahan dosis.

7. Setelah dosis sesuai angkat jarum dari dalam vial dengan menarik kebelakang barel spuit.

R/ : Menerik plunger dan bukan barel menyebabkan terlepasnya dari barel dan medikasi dapat terbuang.

8. Setelah spuit dicabut dari vial tutup jarum dengan penutupnya secepatnya.

R/ : Mencegah kontsminasi jarum dan melindungi perawat dari tusukan jarum.

Cara pemberian:

1. Mencuci tangan (jika memungkinkan gunakan sarung tangan).

R/ : Mengurangi transmisi mikroorganisme.

2. Menyiapkan medikasi yang telah disediakan diatas.

R/ : Memastikan bahwa medikasi yang akan diberikan steril.

3. Menjelaskan prosedur pada klien dan melanjutkan dengan cara yang tenang.

R/ : Membantu klien mengantisipasi tindakan perawat.

4. Memilih tempat penyuntikan (untuk TT didaerah deltoid dan untuk kalmoxillin melalui infus/bolus).

R/ : Tempat suntikan harus bebas dari lesi yang mungkin mengganggu absorbsi obat.

Pemberian TT didaerah Delatoid

1. Meminta klien untuk melemaskan lengannya. Alihkan perhatian klien.

R/ : Meminimalkan rasa tidak nyaman selam suntikan. Pengalihan perhatian membantu mengurangi ansietas.

2. Membersihkan tempat suntikan yang dipilih dengan kapas alokhol dengan memutar kapas kearah luar sekitar diameter 5 cm.

R/ : Gerakan mekanik swab membuang sekresi yang mengandung mikroorganisme.

3. Melepaskan penutup jarum denga menarik lurus.

R/ : Mencegah jarum menyentuh cap dan terkontaminasi.

4. Memegang spuit diantara ibu jari dari jari telunjuk (seperti memegang anak panah).

R/ : Penyuntikan cepat dan waspada membutuhkan manipulasi bagian spuit yang tepat.

5. Menyuntikkan spuit pada sudut 900

R/ : Mempercepat penyuntikan dan mengurangi ketidaknyamanan.

6. Dengan perlahan menarik kebelakang plunger untuk mengaspirasi obat.

R/ : Jika tampak darah pada saat aspirasi berarti mengenai vena .

7. Memasukkan obat dengan perlahan kemudian mencabut jarum dengan cepat sambil meletakkan kapas alkohol tepat dibawah suntikan.

R/ : Menyokong jaringan disekitar tempat suntikan sehingga meminimalkan rasa tidak nyaman ketika jarum dicabut.

8. Memassase tempat suntikan dengan perlahan.

R/ : Masase menstimulasi sirkulasi kemudian meningkatkan penyerapan dan penyebaran.

9. Membuang spuit dengan jarum tertutup.

R/ : Mencegah kemungkinan cedera pada klien dan dan tenaga personal lain.

10. Mencatat pemberian obat pada status klien.

R/ : Penting untuk mencegah kesalahan pemberian obat berikutnya.

11. Kembali melihat respon klien setelah 10 menit penyuntikan.

R/ : Pengamatan menentukan kemanjuran kerja obat dan mengamati kemungkinan timbulnya efek samping yang tidak diinginkan.

Pemberian Kalmoxillin melaui bolus.

1. Bersihkan port penyuntikan pada selang dengan kapas alkohol .

R/ : Mencegah masuknya mikroorganisme selama penusukan jarum.

2. Menyuntikkan obat yang telah disediakan melalui bagian tengah port.

R/ : Mencegah kerusakan diafragma port dan kebocoran lebih lanjut.

3. Menghambat aliran IV dengan menekuk selang tepat diatas port suntikan.

R/ : Memastikan bahwa obat sedang disuntikkan kedalam aliran darah.

4. Setelah obat disuntikkan secara perlahan, cabut spuit dan memeriksa kembali kecepatan infus (28 tts/menit)

R/ : Penyuntikan bolus dapat mengubah kecepatan infus.

5. Membuang spuit dengan jarum tertutup.

R/ : Mencegah kemungkinan cedera pada klien dan dan tenaga personal lain.

6. Mencatat pemberian obat pada status klien.

R/ : Penting untuk mencegah kesalahan pemberian obat berikutnya.

7. Kembali melihat respon klien setelah 10 menit penyuntikan.

R/ : Pengamatan menentukan kemanjuran kerja obat dan mengamati kemungkinan timbulnya efek samping yang tidak diinginkan.

Mencuci tangan setelah prosedur penyuntikan selesai.

R/ : Mencegah pemindahan mikroorganisme.

Tiba diruangan IRD kebidanan Perjan RSUP Dr. Wahidin.

Sholat Ashar

Sholat Magrib

Sejak memulai dinas sampai akhir dinas sore (21.00) tidak ada pasien masuk di IRD Kebidanan. Waktu kosong hanya diisi dengan diskusi bersama anggorta kelompok III.

PAGE 1Suradi Efendi, S.Kep, Ns (Atol) Ners FK Unhas 01