adat kebudayaan di masyarakat lombok utara

10
 ADAT KEBUDAYAAN DI MASYARAKAT LOMBOK UTARA Pulau Lombok terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat, terkenal dengan keindahan Gunung Rinjani dan Pantai Senggiginya yang menawan. Di luar itu, pulau nan indah di sebelah timur pulau Bali ini juga menyimpan bukti sejarah perkembangan Islam yang teramat tua, dan masih terawat dengan baik hingga kini.Dengan kapasitaspulau lombok yang tidak  begitu besar, pulau ini juga me miliki potensi dalam bidang budaya. Budaya yang terdapat  pada pulau lombok itu sendiri seperti : budaya yang beragama, budaya dalam pertanian ,

Upload: arissandohamzah

Post on 13-Oct-2015

147 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ADAT KEBUDAYAAN DI MASYARAKAT LOMBOK UTARA

Pulau Lombok terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat, terkenal dengan keindahan Gunung Rinjani dan Pantai Senggiginya yang menawan. Di luar itu, pulau nan indah di sebelah timur pulau Bali ini juga menyimpan bukti sejarah perkembangan Islam yang teramat tua, dan masih terawat dengan baik hingga kini.Dengan kapasitaspulau lombok yang tidak begitu besar, pulau ini juga memiliki potensi dalam bidang budaya. Budaya yang terdapat pada pulau lombok itu sendiri seperti : budaya yang beragama, budaya dalam pertanian , budaya dalam kesenian dan budaya yang lainnya lainnya yang terdapat didesa Bayan yang memiliki unsur dan perkembanganbudaya yang tidak kalah terkenal dengan budaya daerah lainnya, yang dapat mendatangkan wisatawan lokal, maupun wisatawan mancanegara. Desa Bayan adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Lombok Utara. Letaknya paling ujung timur kabupaten yang baru seumur jagung tersebut sekalian jadi wilayah perbatasan dengan Kabupaten Lombok Timur. Bayan mempunyai tempat pariwisata yang indah, Air Terjun Sendang Gile atau yang sering di sebut oleh orang lokal sebagai Batu Ko' (batu kerbau). Menurut certa rakyat setempat Sendang Gile ini tempatnya waktu dulu tempat bidadari mandi kalau lagi turun ke bumi.Dari Bayan juga kita dapat melakukan tracking/pendakian ke Danau Segara Anak di Gunung Rnjani.Desa Bayan merupakan satu-satunya daerah yang masih kuat dengan budaya dan tata adatnya jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang ada di sekitar pulau Lombok, hanya saja untuk kedepannya budaya dan tata adat yang berlaku atas kesepakatan komunal masyarakat adat Bayan terancam mengalami pengikisan sedikit demi sedikit. Masyarakat bayan sendiri sebenarnya sudah dapat memahamiserta menerima budaya yang masuk dari berbagai unsur-unsur yang dapat mempengaruhi budaya desa bayan itu sendiri. Akan tetapi masyarakat bayan belum mampu menghindari pengaruh perkembangan globalisai yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

1) WAKTU TELU ( Kec. Bayan) Masyarakat tradisional Bayan, pada masa lalu dikenal sebagai penganut agama Islam Waktu Telu.Walaupun keberadaan ajaran ini secara formal sudah tidak ada, namun sisa-sisa kepercayaan lama masih dapat dilihat pada penyelenggaraan berbagai upacara tradisi, misalnya upacara sedekah urip, upacara minta hujan, dan sebagainya.Dalam berbagai aspek, penganut kepercayaan Islam Waktu Telu di Bayan memiliki pandangan yang serba tiga, misalnya :a)Dalam kehidupan bermasyarakat, sumber hukum yang dianutnya terbentuk atas tiga prinsip, yaitu : agama, adat dan pemerintahan.b)Sistem organisasi kemasyarakatan, masyarakat Bayan mengenal tiga lembaga, yaitu :1.Pemangku Adat, yang menjadi pimpinan tertinggi di desa, biasanya dijabat secara turun temurun.2.Pembantu Pemangku, bertindak menangani urusan pemerintahan3.Penghulu, dijabat oleh Kiyai, bertugas menangani urusan keagamaan.

Dari penuturan para Pemangku Adat diperoleh keterangan bahwa bilangan tiga merupakan pencerminan dari pemahaman terhadap asal usul terjadinya manusia.Manusia lahir di atas dunia atas kehendak Tuhan dengan perantaranya ayah dan ibu. Inti ajaran Waktu Telu merupakan pengejawantahan ajaran budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari.

2) MAULID ADAT ( Kec. Bayan )

Tradisi-tradisi adat masih bertahan dan terjaga dengan baik di wilayah ini. Salah satu contohnya adalah Prosesi Maulid Adat yang masih terjaga hingga saat ini dan akan terus dilestarikan.

Perhitungan berdasarkan Sereat (Syariat) Adat Gama di Bayan Mulud Adat Bayan dilaksanakan pada dua hari setelah ketepan Kalender Islam Maulid Nabi tgl.12 Rabiul Awal tepatnya dimulai pada tanggal 14-15 Rabiul Awal yang tahun 2013 ini jatuh pada tanggal 26-27 Januari.

Hari pertama adalah persiapan bahan makanan dan piranti upacara lainnya yang dikenal dengan istilah kayu aiq. Sementara pada hari kedua doa dan makan bersama yang dipusatkan di masjid kuno Bayan. Prosesi pelaksanaan Mulud adat Bayan dilakukan oleh warga Desa Loloan, Anyar, Sukadana, Senaru, Karang Bajo dan Desa Bayan. Semua desa tersebut merupakan kesatuan wilayah adat yang disebut dengan Komunitas Masyarakat Adat Bayan.

Sejak pagi buta, 14 Raiul Awal, komunitas adat Bayan menuju sebuah kampu yaitu sebuah rumah yang diyakini sebagai area pertama didiami oleh suku Sasak Islam Bayan. Mereka membawa dan menyerahkan sebagian sumber pengahasilannya dari hasil bumi seperti padi, beras, ketan, kelapa, kemiri, sayur-sayuran buah-buahan dan hewan ternak berserta batun dupa (uang) dan menyertakan nazarnya kepada inan meniq, yaitu seorang perempuan yang dipercaya untuk menerima dan mengolah hidangan yang disajikan kepada para kiyai, penghulu dan tokoh adat pada hari puncak perayaan mulud adat.

Hal ini dilakukan sebagai tanda syukur atas keberhasilan panennya. Kemudian inan menik memberikan tanda di dahi warga adat dengan mamaq dari sirih sebagai ritual adat yang dikenal dengan nama menyembek. Setelah itu, komunitas adat Bayan saling bahu membahu membersihkan tempat yang disebut balen unggun atau tempat sekam dan balen tempan (alat menumbuk padi) serta membersihkan rantok (tempat menumbuk padi) yang dibawa oleh komunitas adat. Prosesi inipun dilanjutkan dengan membersihkan tempat gendang gerantung yang akan disambut oleh sebagian kelompok komunitas adat. Setibanya gendang gerantung pada tempat yang disediakan, acara ritual dilanjutkan dengan selamatan penyambutan dan serah terima dengan ngaturan lekes buaq (sirih dan pinang) sebagai tanda taikan mulud atau rangkaian maulid adat dimulai.

Sekitar pukul 15.30 Wita, waktu itu disebut dengan gugur kembang waru, para wanita adat mulai melakukan kegiatan menutu pare (menumbuk padi) bersama-sama secara berirama dengan menggunakan tempat yang terbuat dari bambu panjang. Padi tersebut ditumbuk pada lesung seukuran perahu yang disebut menutu.

Pada saat bersamaan, ritual menutu pare ini diiringi dengan gamelan gendang gerantung khas Desa Bayan. Di sisi lain, kaum laki-laki beramai-ramai mencari bambu tutul untuk dijadikan tiang umbul-umbul (penjor) yang akan dipasang pada setiap pojok masjid kuno Bayan. Acara ini dikenal dengan nama pemasangan tunggul yang dipimpin oleh seorang pemangku atau Melokaq Pengauban. Ini dilakukan setelah mendapat restu dari inan meniq dengan menyediakan lekok buaq. Ritual ini dijadikan sebagai media betabiq (penghormatan) pada pohon bambu yang akan ditebang.

3) PERESEAN ( kec. Bayan ) Budaya Presean atau bertarung dengan rotan memang sudah dikenal masyarakat Lombok sejak lama. Namun budaya yang penuh dengan kekerasan itu berubah menjadi unik ketika dipadukan gaya bela diri yang unik dan lucu dari pemainnya. Presean adalah salah salah satu kekayaan budaya bumi gogo rancah (lombok). Acara ini berupa pertarungan dua lelaki Sasak bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) serta berperisai kulit kerbau tebal dan keras (ende). Petarung biasa disebut pepadu. Presean bermula dari luapan emosi para prajurit jaman kerajaan taun jebot (dahulu kala) sehabis mengalahkan lawan di medan perang. Acara tarung presean ini juga diadakan untuk menguji keberanian/nyali lelaki sasak yang wajib jantan dan heroik saat itu.

Uniknya dari pertarungan presean, pesertanya tidak pernah dipersiapkan secara khusus. Pepadu atau petarung dicomot (diambil) dari penonton yang mau adu nyali dan ketangguhan mempermainkan tongkat rotan dan perisai yang disediakan. Penonton/calon peserta bisa mengajukan diri atau dipilih oleh wasit pinggir (pakembar sedi). Setelah mendapat lawan, pertarungan akan dimulai dan dimpimpin oleh wasit tengah (pekembar).

Duel dua pepadu diadakan dalam lima ronde, pemenangnya ditentukan oleh hasil nilai yang diperoleh atau salah satu pepadu bocor kepala, bedarah-darah, atau kibar bendera putih. Uniknya, di sela-sela pertarungan para pepadu plus para wasit harus menari jika musik dimainkan. Mungkin maksudnya untuk melepas ketegangan selama jalannya pertandingan. Asik juga ngeliatnya, sesaat para petarung saling baku hantam, beberapa detik kemudian mereka menari sembari tertawa dan mencari-cari celah kelemahan lawan, sedetik kemudian rotan keras menghantam perisai plak!, lalu mereka menari lagi Amazing dan mendebarkan!!! Tarian rotan dari Lombok ini sudah dikenal masyarakat Sasak secara turun temurun. Awalnya merupakan sebuah bagian dari upacara adat yang menjadi ritual untuk memohon hujan ketika kemarau panjang. Sebuah tradisi-yang dalam perkembangan kemudian-sekaligus berfungsi sebagai hiburan yang banyak diminati. Sebagai salah satu upaya melestarikan budaya daerah, Presean Lombok pun mulai sering dilombakan. Pertandingan diakhir dengan salam dan pelukan persahabatan antar petarung. Tanda tiada dendam dan semua hanyalah permainan! Benar-benar sportif. Adegan seperti ini sering di lakukan masyarakat pulau lombok apa bila ada acara adat, tidak heran masyarakat sangat antusias untuk menonton acara seperti ini,selain dapat menarik wisatawan mancanegara wisatawan lokal pun berbondong-bondong menyaksikan acara ini. Dalam adengan presean tidak jarang salah satu dari orang yang presean mengalami luka yang cukup parah tapi mereka tetap senang dan bergembira

4) MASJID BAYAN BELEQ ( Kec. Bayan ) Masjid kuno Bayan Beleq adalah peninggalan terpenting dan terbesar yang dapat dijadikan sebagai bukti dan bahan kajian tentang masa awal berkembangnya ajaran agama Islam di Pulau Lombok pada umumnya, dan Bayan khususnya.

Bila kita perhatikan bentuk, ukuran, dan gaya arsitekturnya, terdapat persamaan yang sangat mendasar dengan bangunan-bangunan masjid kuno yang terdapat di Rembitan dan Gunung Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Persamaan ini dapat menjadi petunjuk bahwa ketiga bangunan masjid itu berasal dari periode yang sama.Bentuk dasar bangunan bujur sangkar, konstruksi atap tumpang dengan hiasan puncak berupa mahkota yang merupakan ciri khas dari bangunan masjid periode awal berkembangnya agama Islam di Indonesia.Letak bangunan berada di tempat yang relatif tinggi, tata letaknya berdampingan dengan makam tokoh-tokoh penyebar agama Islam di Bayan.Kesemuanya itu menunjukkan adanya kesamaan konsepsi pemikiran masyarakat pendukung kebudayaan itu (Islam di Bayan) dengan masyarakat pra Islam.Sikap konsisten masyarakat Bayan yang selalu berusaha untuk tidak mengubah bentuk maupun bahan bangunan yang digunakan (dengan alasan kepercayaan) menunjukkan bahwa pengaruh kebudayaan lama pada masyarakat Bayan sangat kuat.Menurut Pemangku Adat Bayan, bahwa bahan atap bangunan masjid diambil dari tempat khusus, di desa Senaru. Bila atapnya rusak atau hancur, perbaikannya harus pada tahun Alip yang datangnya sewindu (8 tahun) sekali. Pembebanan biayanya secara tardisional telah terbagi kepada masyarakat desa di sekitarnya yaitu :a). atap sebelah utara, desa Anyarb). atap sebelah timur, desa Loloanc). atap sebelah selatan, desa Bayand) atap sebelah barat, desa Sukasadapelaksanaan perbaikan dilakukan secara gotong royong, dipimpin oleh para Pemangku Adatnya

5) KAIN TENUN (Kec. Bayan)

Penggunaan pakaian adat selalu berkenaan dengan penyelenggaraan upacara adat.Di antara berbagai upacara adat di Bayan, ada dua kategori upacara adat yang senantiasa melibatkan kemeriahan orang banyak.Kategori pertama ialah upacara berkenaan hari-hari besar adat-keagamaan, yakni maulud, lebaran tinggi (Fitri) dan lebaran pendek (Adha).Pada kategori upacara ini prosesi mauludan adat merupakan yang paling gegap-gempita, diselenggarakan selama dua hari dua malam.Kategori kedua ialah upacara berkenaan dengan siklus hidup seseorang, seperti perkawinan hingga kematian. Dalam kategori ini Orang Bayan membaginya menjadi dua, yaitu Gawe Urip, yaitu upacara-upacara terkait kehidupan seseorang, misalnya perkawinan, kehamilan, kelahiran, buang awu (memberi nama bayi), ngurisan (potong rambut) hingga nyunatan (khitan); dan, Gawe Mati, yaitu upacara-upacara terkait dengan kematian, mulai hari 'H' meninggalnya si mati hingga rangkaian upacara lanjutannya, hingga ton-tonan (peringatan ulang tahun kematian). Dalam kategori kedua ini upacara besarnya disebut gawe beliq, yang bisa berupa perkawinan atau khitanan.Disebut demikian, artinya upacara besar, karena seringkali rangkaian hari 'H' upacara ini bisa berlangsung sampai sekitar seminggu non-stop.Setiap hari sekurang-kurangnya seekor kerbau atau sapi dipotong untuk masakan menjamu para tetamu, lain lagi hitungan kambing dan domba yang ikut disembelih guna memeriahkan perhelatan.Peresaian, yakni permainan olahraga adu rotan dan berbagai group seni kerawitan (musik tradisional) biasanya ikut diselenggarakan dalam pelaksanaan gawe beliq ini.Ketika dilaksanakan inti perayaan maulud maupun penyelenggaraan gawe beliq, para pelaku upacara menggunakan pakaian adat lengkap sesuai peruntukannya. Dalam rangkaian pawai adat maulud di Desa Bayan Beliq misalnya, dua pasang pria berdandan dan berpakaian sebagai pasangan lelaki dan perempuan yang menyimbolkan Adam-Hawa dan tuaq-turun (leluhur) Orang Bayan, lalu diikuti oleh wakil-wakil dari kampu, yaitu kesatuan pemukiman adat dan desa-desa adat terkait. Sedangkan di Desa Semokan, satu desa yang lebih konservatif di lingkungan masyarakat adat Bayan, para wanita yang melaksanakan pawai berbaris menuju pedangan (dapur umum) setelah prosesi pencucian beras adat di Sungai Semokan.Sebagian pakaian adat Bayan merupakan hasil karya tenunan tangan (manual) para gadis, ibu-ibu hingga nenek-nenek di Desa Bayan, Kecamatan Bayan dan sekitarnya. Misalnya Jong, yakni penutup kepala wanita, hanya dapat dibuat oleh para penenun yang berpengalaman karena rumitnya corak dan pewarnaan yang harus dikerjakan. Penenun Jong biasanya menyimpan rahasia pembuatannya sebagai warisan turun-temurun.