adat dan budaya buton kurnia

25
ADAT DAN BUDAYA BUTON DISUSUN OLEH: NAMA : KURNIA NIM : KELAS : FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

Upload: hayatul-habirun

Post on 31-Jan-2016

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

ADAT DAN BUDAYA BUTON

DISUSUN OLEH:

NAMA : KURNIA

NIM :

KELAS :

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS DAYAHUN IKHSANUDDIN

BAUBAU

2014

Page 2: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini yang berjudul “Perkembangan Peradaban Manusia dari

Masa ke Masa”.

Kami menyadari makalah ini tidak luput dari segala. Harapan kami,

semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari

sebelumnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan,

dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat

menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah

sesuai yang kami harapkan. Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih pula kepada

rekan-rekan dan semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah

ini.

Baubau, Desember 2014

Penulis

ii

Page 3: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang SUKU BUTON....................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Sara Pataanguna Bhinci-Bhinciki Kuli : “Pomaa-maasiaka”........... 2

2.2. Falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka” dari

Segi Ekonomi................................................................................... 3

2.3. Falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka” dari

Segi Sosial........................................................................................ 8

2.4. Falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka” dari

Segi Budaya..................................................................................... 9

2.5. Falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka” dari

Segi Politik....................................................................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan...................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 14

iii

Page 4: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang SUKU BUTON

Buton yang mulai dikenal dalam Sejarah Nasional dalam naskah Negara

Kertagama karya Prapanca tahun 1365 Masehi merupakan sebuah negeri atau

daerah budaya bekas kerajaan / kesultanan yang pernah berdaulat pada masanya,

Buton telah menapaki proses perjalanan sejarahnya selama kurang lebih 7 (tujuh)

abad.

Buton memiliki sistem ketatanegaraan yang mapan sehingga mampu menjaga

integrasi wilayah dan rakyatnya selama ratusan tahun. Wujud kegemilangan masa

lalu negeri ini sebagian masih terefleksi dalam kehidupan masyarakatnya hingga

sekarang, baik dalam wujud sistem nilai (norma-norma), adat-istiadat, benda-

benda budaya, maupun dalam berbagai bentuk pranata sosial budaya lainnya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, masyarakat Buton telah memiliki Falsafah

Hidup yaitu Falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli yang merupakan landasan utama

Hukum Adat Wolio. Makna-makna hakiki yang terkandung di dalamnya

kemudian terjabar dalam Sara Pataanguna atau dasar hukum yang empat, yaitu

sebagai berikut :

- Pomaa – maasiaka = Saling sayang menyayangi.

Artinya saling menyayangi, saling mencintai terhadap sesama.

- Poangka - angkataka = Saling menghormati.

Artinya saling menghormati, menghargai dan saling mengutamakan terhadap

sesama.

- Popia – piara = Saling memelihara atau mengabdi.

Artinya saling memelihara, mencintai atau saling mengabdi terhadap sesama.

- Pomae – maeka = Saling takut-menakuti.

Artinya saling merasa takut atau hormat terhadap sesama.

1

Page 5: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sara Pataanguna Bhinci-Bhinciki Kuli : “Pomaa-maasiaka”

Falsafah “Bhinci-bhinciki Kuli” (saling cubit-mencubit kulit) yaitu

kemanusiaan/diri manusia atau nafsahu telah dikembangkan oleh para ilmuwan

(pemikir-pemikir) lokal di Buton pada zamannya. Walaupun sistem pemerintahan

kerajaan dan kesultanan pada saat ini sudah tidak berjalan secara formal di

lingkungan masyarakat lokal, namun nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

masih mengakar dan melekat serta merasuk dalam lubuk hati sanubari masyarakat

Buton.

Hukum bhinci-bhinciki kuli merupakan “Pokok Adat dan Dasarnya Sara.” Dan

dinyatakan pula bahwa adat-istiadat Buton itu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits

Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Demikian pula sara di Buton itu adalah sara

Allah SWT dan sara Nabi SAW.

Dari pengertian bhinci-bhinciki kuli yang telah dikemukakan di atas jika dikaitkan

dengan pelaksanaan tugas kepemimpinan, intinya adalah saling takut, saling malu,

saling segan dan saling insyaf. Hal ini jika diterapkan dalam suatu

organisasi/kelompok masyarakat, walaupun dalam lembaga tersebut ada atasan,

ada bawahan dan ada peserta personil lainnya atau terdapat berbagai personil,

berbagai suku dan agama, tingkat umur dan kepangkatannya, namun yang

ditakuti, dimalui, disegani dan diinsyafi adalah Tuhan YME di atas segalanya.

Falsafah ini mengandung makna yang fundamental yaitu bahwa setiap manusia

selaku anggota masyarakat bila mencubit kulitnya sendiri pasti akan terasa sakit

karena itu janganlah mencoba mencubit kulit orang lain, sebab ia juga akan

merasa sakit sebagaimana Anda sendiri akan merasakan sakitnya bila hendak

dicubit oleh orang lain. Falsafah ini bersumber dari keyakinan bahwa manusia

secara universal mempunyai perasaan yang sama. Seluruh umat manusia

dilahirkan ke dunia memiliki perasaan yang sama dan hak-hak azasi yang sama

pula sebagai anugerah Tuhan yang harus dihormati dan tidak boleh dilanggar oleh

2

Page 6: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

siapapun juga. Secara singkat dapat dikatakan bahwa falsafah “Bhinci-Bhinciki

Kuli” identik dengan “perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Falsafah “bhinci-bhinciki kuli” adalah dasar hukum yang dijadikan landasan nilai-

nilai, cara berfikir dan sekaligus sebagai sumber hukum. Dari falsafah “bhinci-

bhinciki kuli” tersebut kemudian lahirlah “sara pataanguna”, yaitu pomaa-

maasiaka, pomae-maeka, poangka-angkataka, dan popia-piara.

Secara lebih khususnya dijelaskan bahwa Falsafah “bhinci-bhinciki kuli” yaitu

salah satunya adalah Pomaa – maasiaka berarti senantiasa hidup saling peduli dan

saling menyayangi antara sesama anggota masyarakat. Hal ini mengandung

makna yang luhur, bahwa antara masyarakat harus saling menyayangi dan kasih

mengasihi secara timbal balik, saling menyayangi antara yang muda kepada yang

tua, demikian pula sebaliknya, antara si kaya dan si miskin, antara si kuat dan si

lemah, pemerintahan dengan rakyatnya dan lain sebagainya.

Dengan demikian rasa kekeluargaan, kebersamaan dan gotong royong dapat akan

berjalan dalam masyarakat. Namun, apabila pomaa-maasiaka ini tidak diindahkan

lagi. Maka timbul sifat sebaliknya, yaitu iri hati, dengki dan sifat-sifat

menjatuhkan harga diri yang bisa memecah belah rasa kekeluargaan,

kebersamaan, dan gotong royong.

2.2. Falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka” dari Segi Ekonomi

Sebelum membahas tentang Falsafah Bhinci – Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka”

dari segi ekonomi, kita mengulas terlebih dahulu arti dari ekonomi itu sendiri.

Kata “ekonomi” berasal dari kata Yunani, oikos yang berarti “keluarga, rumah

tangga” dan nomos atau peraturan, aturan, hukum. Jadi secara garis besar,

ekonomi diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah

tangga”.

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan

menciptakan kemakmuran. Ekonomi merupakan aktivitas yang boleh dikatakan

sama halnya dengan keberadaan manusia di bumi ini sehingga kemudian timbul

motif ekonomi yaitu keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

3

Page 7: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

Ekonomi memiliki prinsip, dimana prinsip tersebut merupakan langkah yang

dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan pengorbanan tertentu

untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Sistem ekonomi ada berbagai macam, di antaranya :

- Sistem Ekonomi Kapitalis

Prinsipnya yaitu :

- Kebebasan memiliki harta secara sendirian,

- Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas,

- Ketidaksamaan ekonomi.

- Sistem Ekonomi Komunis

Prinsipnya yaitu :

- Hak milik atas alat-alat produksi oleh Negara,

- Proses ekonomi berjalan atas dasar rencana yang telah dibuat,

- Perencanaan ekonomi sebagai rencana atau dalam proses ekonomi yang harus

dilalui.

- Sistem Ekonomi Sosialis.

Prinsipnya yaitu :

- Hak milik atas alat-alat produksi oleh koperasi-koperasi serikat pekerja, badan

hukum,dan masyarakat yang lain. Pemerintah menguasai alat-alat produk

yang vital,

- Proses ekonomi berjalan atas dasar mekanisme pasar,

- Perencanaan ekonomi sebagai pengaruh dan pendorong dengan usaha

menyesuaikan kebutuhan individual dengan kebutuhan masyarakat.

Indonesia memiliki sistem ekonomi sendiri yaitu sistem demokrasi ekonomi yang

prinsip-prinsip dasarnya tercantum dalam Undang-Undang 1945, pasal 33.

Sistem kapitalis yang saat ini banyak dipergunakan telah menunjukkan kegagalan

dengan mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi. Sistem Ekonomi Islam sebagai

pilihan alternatif mulai digali untuk diterapkan sebagai sistem perekonomian yang

4

Page 8: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

baru. Sistem ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan sistem

ekonomi yang lain. Di mana dalam sistem ekonomi Islam terdapat nilai moral dan

nilai ibadah dalam setiap kegiatannya.

Prinsip ekonomi Islam adalah :

- Kebebasan individu,

- Hak terhadap harta,

- Ketidaksamaan ekonomi dalam hal batasan,

- Kesamaan sosial,

- Keselamatan sosial,

- Larangan menumpuk kekayaan,

- Larangan terhadap institusi anti-sosial,

- Kebijakan individu dalam masyarakat.

Konsep ekonomi Islam, Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua

pandangan yang ekstrim (kapitalis dan komunis) dan mencoba untuk membentuk

keseimbangan di antara keduanya (kebendaan dan rohaniah). Keberhasilan sistem

ekonomi Islam tergantung kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan

di antara keperluan kebendaan dan keperluan rohani atau etika yang diperlukan

manusia. Sumber pedoman ekonomi Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul

yaitu dalam :

- QS Al-Ahzab : 72 (Manusia sebagai makhluk pengemban amanat Allah )

- QS Hud : 61 (Untuk memakmurkan kehidupan di bumi)

- QS Al-Baqarah : 30 (Tentang kedudukan terhormat sebagai khalifah Allah di

bumi.)

Hal – hal yang tidak secara jelas diatur dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut

diperoleh ketentuannya dengan jalan Ijtihad.

Dasar-dasar ekonomi Islam adalah bertujuan :

1. Untuk mencapai masyarakat yang sejahtera baik di dunia maupun di akhirat,

tercapainya pemuasan optimal berbagai kebutuhan baik jasmani maupun

5

Page 9: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

rohani secara seimbang, baik perorangan maupun masyarakat. Dan untuk itu,

alas pemuas dicapai secara optimal dengan pengorbanan tanpa pemborosan

dan kelestarian alam tetap terjaga.

2. Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan

dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula.

3. Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya terlantar

4. Dalam harta benda itu terdapat hak untuk orang-orang miskin yang selalu

meminta, oleh karena itu harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian

rizki.

5. Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan zakat.

6. Perniagaan diperkenankan akan tetapi riba dilarang.

7. Tiada perbedaan suku dan keturunan dalam bekerja sama. Dan yang menjadi

ukuran perbedaan adalah prestasi kerja.

Kemudian landasan nilai yang menjadi tumpuan tegaknya sistem ekonomi Islam

adalah sebagai berikut.

Nilai dasar dalam ekonomi Islam.

1. Hakekat pemilikan adalah kemanfaatan, bukan penguasaan.

2. Keseimbangan ragam aspek dalam diri manusia.

3. Keadilan antar sesama manusia.

Nilai Instrumental sistem ekonomi Islam.

1. Kewajiban zakat.

2. Larangan riba.

3. Kerjasama ekonomi.

4. Jaminan sosial.

5. Peranan negara.

Nilai Filosofis Sistem Ekonomi Islam.

1. Sistem ekonomi Islam bersifat terikat yakni nilai.

6

Page 10: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

2. Sistem ekonomi Islam bersifat dinamik, dalam arti penelitian dan

pengembangannya berlangsung terus-menerus.

Nilai Normatif dalam Sistem Ekonomi Islam.

1. Landasan aqidah

2. Landasan akhlak

3. Landasan syar’iah

4. Al-Qur’anul Karim

5. Ijtihad (Ra’yu) meliputi qiyas, masalah mursalah, istishan, istishab, dan urf.

Ekonomi Islam dan tantangan Kapitalisme.

Perbedaan dalam ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lain adalah

· Asumsi dasar atau norma pokok maupun aturan main dalam proses ataupun

interaksi kegiatan ekonomi yang diberlakukan. Dalam sistem ekonomi Islam,

asumsi dasarnya adalah syari’ah Islam, diberlakukan secara menyeluruh baik

terhadap individu, keluarga, kelompok, masyarakat, usahawan, maupun

penguasa atau pemerintah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik untuk

keperluan jasmaniah ataupun rohaniah.

Prinsip ekonomi Islam adalah penerapan asas efisiensi dan manfaat dengan tetap

menjaga kelestarian lingkungan alam.

Motif ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan di dunia dan di akhirat

selaku khalifatullah dengan jalan beribadah dalam arti yang luas.

Berbicara tentang sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi kapitalis tidak bisa

dilepaskan dari perbedaan pendapat mengenai halal haramnya bunga yang oleh

sebagian ulama dianggap sebagai riba yang diharamkan oleh Al-Qur’an.

Manfaat uang dalam berbagai fungsi baik sebagai alat penukar, alat penyimpan

kekayaan dan pendukung peralihan dari sistem barter ke sistem perekonomian

uang, oleh para penulis Islam telah diakui, tetapi riba mereka sepakati sebagai

konsep yang harus dihindari dalam perekonomian. Sistem bunga dalam perbankan

(rente stelsel) mulai diyakini oleh sebagian ahli sebagai faktor yang

7

Page 11: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

mengakibatkan semakin buruknya situasi – situasi perekonomian dan sistem

bunga sebagai faktor penggerak investasi dan tabungan dalam perekonomian

Indonesia, sudah teruji bukan satu-satunya cara terbaik mengatasi lemahnya

ekonomi rakyat.

Larangan riba dalam Islam bertujuan membina suatu bangunan ekonomi yang

menetapkan bahwa modal itu tidak dapat bekerja dengan sendirinya dan tidak ada

keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa penempatan diri pada resiko sama

sekali. Karena itu Islam secara tegas menyatakan perang terhadap riba dan umat

Islam wajib meninggalkannya (QS Al-Baqarah : 278), akan tetapi Islam

menghalalkan mencari keuntungan lewat perniagaan (QS 83; 1-6).

Dari penjelasan di atas dapatlah disimpulkan bahwa Falsafah Bhinci – Bhinciki

Kuli “Pomaa-maasiaka” dari segi ekonomi dapat dilihat dari adanya keberadaan

sistem ekonomi Islam yang ada dalam kehidupan manusia, dimana pengertian

Pomaa-maasiaka dari segi ekonomi berarti harus berbasis cinta kasih atau

kepuasan kepada kedua belah pihak, dalam arti antara keduanya tidak saling

merugikan, yaitu antara pembeli dan penjual.

2.3. Falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka” dari Segi Sosial

Menurut pendapat Dr. Bambang Rudito, di kehidupan kita sebagai anggota

masyarakat istilah sosial sering dikaitkan dengan hal- hal yang berhubungan

dengan manusia dalam masyarakat, seperti kehidupan kaum miskin di kota,

kehidupan kaum berada, kehidupan nelayan dan seterusnya. Dan juga sering

diartikan sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap kehidupan

manusia sehingga memunculkan sifat tolong menolong, membantu dari yang

kuat terhadap yang lemah, mengalah terhadap orang lain, sehingga sering

dikatakan sebagai mempunyai jiwa sosial yang tinggi.

Sosial berkaitan dengan kemanusiaan sehingga dapat diasumsikan sosial pada

dasarnya mengarah pada bentuk atau sifatnya yang humanis atau kemanusiaan

dalam artian kelompok, yang mengarah pada hubungan antar manusia sebagai

anggota masyarakat. Sehingga dapat dimaksudkan bahwa sosial merupakan

rangkaian norma, moral, nilai dan aturan yang bersumber dari kebudayaan suatu

8

Page 12: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

masyarakat atau komuniti yang digunakan sebagai acuan dalam berhubungan

antar manusia.

Dari pernyataan di atas, jika dikaitkan dengan Falsafah Bhinci – Bhinciki Kuli

“Pomaa-maasiaka” dari segi sosial, maka interaksi antar hubungan sesama

manusia atau masyarakat haruslah dilandasi kasih sayang, walaupun ada

perbedaan status dalam lingkungannya.

2.4. Falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka” dari Segi Budaya

Berdasarkan asal-usul katanya (etimologis), budaya bentuk jamaknya kebudayaan

berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah” yang merupakan bentuk jamak budi,

yang artinya akal atau segala sesuatu yang berhubungan dengan akal pikiran

manusia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan budaya dalam dua pandangan

yaitu : pertama, hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti

kepercayaan, kesenian dan adat-istiadat; kedua, menggunakan pendekatan ilmu

antropologi yaitu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya yang akan menjadi

pedoman tingkah lakunya.

Budaya memiliki perwujudan, contohnya adanya aktivitas (tindakan) yang

merupakan suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, sering pula

disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas

manusia yang berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia

lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya

konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diamati dan

didokumentasikan.

Dapat dilihat dari berbagai contoh, di antaranya dalam pelaksanaan

kepemimpinan, seorang pemimpin dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya selalu membimbing dan membantu para bawahan dan staf lainnya

melalui teguran secara langsung agar kesalahan yang dibuat oleh bawahannya

tidak berlarut-larut. Di samping itu, adanya kasih sayang yang diberikan guru

terhadap siswanya, bawahan yang selalu memberi salam dan mematuhi nasihat

9

Page 13: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

atasannya. Kasih sayang tidak sebatas hanya sesama manusia saja, akan tetapi

juga semua makhluk ciptaan-Nya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Berkaitan dengan hal ini, maka dalam falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli “Pomaa-

maasiaka” dari segi budaya dapat dimaknai bahwa setiap perilaku yang dilakukan

setiap hari harus berlandaskan saling mengasihi antara yang satu dengan yang

lainnya.

2.5. Falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka” dari Segi Politik

Perkataan politik berasal dari bahasa Latin politicus dan bahasa Yunani politicos,

artinya (sesuatu yang) berhubungan dengan warga Negara atau warga kota. Kedua

kata itu berasal dari kata polis maknanya kota. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1989), pengertian politik sebagai kata benda ada tiga. Jika dikaitkan

dengan ilmu artinya

1. Pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem pemerintahan, dasar-dasar

pemerintahan);

2. Segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai

pemerintahan atau terhadap Negara lain; dan

3. Kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau mengenai suatu masalah).

Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan,

dasar-dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada

dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Dapat

disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat

dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang

kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

Sebagai contoh, dengan adanya UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

Merupakan suatu tindakan atau keputusan pemerintah dalam menetapkan

kebijakannya yang tidak membawa kerugian kepada masyarakat ataupun

pemerintah dan negara. Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik,

dengan memakai sistem demokrasi, di mana kedaulatan berada di tangan rakyat

10

Page 14: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

oleh rakyat untuk rakyat. Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan

otoriter yang memasung hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip

demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dengan demikian, dari segi politik, arti dalam falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli

“Pomaa-maasiaka” yaitu dalam proses pengambilan kebijakan dalam tatanan

pemerintahan harus berlandaskan kasih sayang, di mana tidak ada kerugian yang

diterima oleh kedua belah pihak, baik rakyat ataupun pemerintah.

11

Page 15: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dalam kehidupan bermasyarakat, masyarakat Buton telah memiliki Falsafah

Hidup yaitu Falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli yang merupakan landasan utama

Hukum Adat Wolio, dasar hukum yang dijadikan landasan nilai-nilai, cara berfikir

dan sekaligus sebagai sumber hukum yang dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Makna-makna hakiki yang terkandung di dalamnya kemudian terjabar

dalam Sara Pataanguna atau dasar hukum yang empat, yaitu sebagai berikut :

- Pomaa – maasiaka

- Poangka - angkataka

- Popia – piara

- Pomae – maeka

Secara lebih khusus bahwa Falsafah “bhinci-bhinciki kuli” yaitu salah satunya

adalah Pomaa – maasiaka berarti senantiasa hidup saling peduli dan saling

menyayangi antara sesama anggota masyarakat. Bahwa antara masyarakat harus

saling menyayangi dan kasih mengasihi secara timbal balik, saling menyayangi

antara yang muda kepada yang tua, demikian pula sebaliknya, antara si kaya dan

si miskin, antara si kuat dan si lemah, pemerintahan dengan rakyatnya dan lain

sebagainya. Sehingga rasa kekeluargaan, kebersamaan dan gotong royong dapat

akan berjalan dalam masyarakat. Namun, apabila pomaa-maasiaka ini tidak

diindahkan lagi. Maka timbul sifat sebaliknya, yaitu iri hati, dengki dan sifat-sifat

menjatuhkan harga diri yang bisa memecah belah rasa kekeluargaan,

kebersamaan, dan gotong royong.

Falsafah Bhinci – Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka” dari segi ekonomi dapat

dilihat dari adanya keberadaan sistem ekonomi Islam yang ada dalam kehidupan

manusia, dimana pengertian Pomaa-maasiaka dari segi ekonomi berarti harus

berbasis cinta kasih atau kepuasan kepada kedua belah pihak, dalam arti antara

keduanya tidak saling merugikan, yaitu antara pembeli dan penjual.

12

Page 16: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

Falsafah Bhinci – Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka” dari segi sosial, maka

interaksi antar hubungan sesama manusia atau masyarakat haruslah dilandasi

kasih sayang, walaupun ada perbedaan status dalam lingkungannya.

Falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka” dari segi budaya dapat

dimaknai bahwa setiap perilaku yang dilakukan setiap hari harus berlandaskan

saling mengasihi antara yang satu dengan yang lainnya.

Dari segi politik, arti dalam falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli “Pomaa-maasiaka”

yaitu dalam proses pengambilan kebijakan dalam tatanan pemerintahan harus

berlandaskan kasih sayang, di mana tidak ada kerugian yang diterima oleh kedua

belah pihak, baik rakyat ataupun pemerintah.

13

Page 17: Adat Dan Budaya Buton Kurnia

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Nabai Drs. Mutiara Buton yang Terpendam.

Andriansyah. 2009. Makalah Sistem Politik di Indonesia. Medan.

Saidi, EA Mohammad, Haziroen Koedoes & Musa Awi. 2002. Ikhtisar Adat

Istiadat Masyarakat Buton. Yayasan Keraton Wolio Buton. Bau-Bau.

Safulin, La Ode, Rustam Awat & Aris Mahmud. 2009. Akhlak dan Budaya

Buton. Bau-Bau.

Tanziylu Faizal Amir, Ld. Muhammad, dkk. Sejarah Terjadinya Negeri Buton dan

Negeri Muna. Buton.

Turi, La Ode. 2007. Esensi Kepemimpinan Bhinci-Bhinciki Kuli (Suatu Tinjauan

Budaya Kepemimpinan Lokal Nusantara). Khazanah Nusantara. Kendari.

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

Diposkan oleh Widya Djaati di 03.18

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke

FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

14