ada data buku

10
. Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku. 2. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi. 3. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut. 4. Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan. Resensi? Apakah itu? Bagaimana ya cara menulisnya, gampang nggak sih? Secara etimologis, kata resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Kedua kata tersebut berarti melihat kembali, menimbang, atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah recensie dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Berbagai istilah tersebut mengacu kepada hal yang sama yaitu mengulas sebuah buku. Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan resensi sebagai ”Pertim-bangan atau pembicaraan buku, ulasan buku”Gorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai ”Suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku” (Keraf, 2001 : 274). Dari pengertian tersebut muncul istilah lain dari kata resensi yaitu kata pertimbangan buku, pembicaraan buku, dan ulasan buku. Intinya membahas tentang isi sebuah buku baik berupa fiksi maupun nonfiksi. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa resensi adalah tulisan ilmiah yang membahas isi sebuah buku, kelemahan, dan keunggulannya untuk diberitahukan kepada masyarakat pembaca. Sebagaimana menulis jenis karangan lainnya, menulis resensi juga memiliki tujuan. Gorys Keraf mengemukakan tujuan menulis resensi sebagai berikut: ”…menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya sastra patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak?” (Keraf, 2001 : 274). Lebih jauh Daniel Samad (1997 : 2) mengemukakan tujuan penulisan resensi yang meliputi lima tujuan antara lain:

Upload: chairil238

Post on 13-Nov-2015

2 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

. Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.

2. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi.

3. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.

4. Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan.

Resensi? Apakah itu? Bagaimana ya cara menulisnya, gampang nggak sih? Secara etimologis, kata resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Kedua kata tersebut berarti melihat kembali, menimbang, atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah recensie dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Berbagai istilah tersebut mengacu kepada hal yang sama yaitu mengulas sebuah buku. Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan resensi sebagai Pertim-bangan atau pembicaraan buku, ulasan bukuGorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai Suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku (Keraf, 2001 : 274). Dari pengertian tersebut muncul istilah lain dari kata resensi yaitu kata pertimbangan buku, pembicaraan buku, dan ulasan buku. Intinya membahas tentang isi sebuah buku baik berupa fiksi maupun nonfiksi. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa resensi adalah tulisan ilmiah yang membahas isi sebuah buku, kelemahan, dan keunggulannya untuk diberitahukan kepada masyarakat pembaca.

Sebagaimana menulis jenis karangan lainnya, menulis resensi juga memiliki tujuan. Gorys Keraf mengemukakan tujuan menulis resensi sebagai berikut: menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya sastra patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak? (Keraf, 2001 : 274). Lebih jauh Daniel Samad (1997 : 2) mengemukakan tujuan penulisan resensi yang meliputi lima tujuan antara lain:

a) Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.

b) Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.

c) Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.

d) Menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat buku yang baru terbit seperti: siapa pengarangnya, mengapa ia menulis buku itu, bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama, dan bagaimana hubungannya dengan buku sejenis karya pengarang lain?

Menulis sebuah resensi tidaklah mudah. Untuk melakukan kegiatan ini diperlukan beberapa persyaratan seorang penulis. Menurut Brotowojoyo (1985, 125), ada tiga syarat utama seorang penulis agar mampu menulis resensi antara lain:

a) Penulis harus memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Artinya, jika seorang penulis akan meresensi sebuah buku novel, maka ia harus memiliki pengetahuan tentang teori novel dan perkembangannya. Hal ini diperlukan agar penulis dapat memberikan perbandingan terhadap karya lain yang sejenis. Kepekaan analisis juga sangat dipengaruhi unsur tersebut.

b) Penulis harus memiliki kemampuan analisis. Sebuah buku novel terdiri atas unsur internal dan eksternal. Seorang penulis resensi harus mampu menggali unsur-unsur tersebut. Unsur tersebut dianalisis untuk dinilai kelayakannya. Kemampuan analisis ini akan mengantarkan penulis kepada kemampuan menilai apakah sebuah buku layak dibaca masyarakat atau tidak.

c) Seorang penulis juga dituntut memiliki pengetahuan dalam acuan yang sebanding. Artinya, penulis akan membandingkan sebuah karya dengan karya lain yang sejenis. Dengan demikian ia akan mampu menemukan kelemahan dan kekurangan sebuah karya.

Sistematika ResensiSistematika resensi atau bagian-bagian resensi dikenal juga dengan istilah unsur resensi. Unsur yang membangun sebuah resensi menurut Samad (1997 : 7-8) adalah sebagai berikut: (1) judul resensi; (2) data buku; (3) pembukaan; (4) tubuh resensi; dan (5) penutup. Penjelasan tentang bagian-bagian tersebut penulis kemukakan berikut ini.

a) Judul ResensiJudul resensi harus menggambarkan isi resensi. Penulisan judul resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul resensi juga harus menarik sehingga menimbulkan minat membaca bagi calon pembaca. Sebab awal keinginan membaca seseorang didahului dengan melihat judul tulisan. Jika judulnya menarik maka orang akan membaca tulisannya. Sebaliknya, jika judul tidak menarik maka tidak akan dibaca. Namun perlu diingat bahwa judul yang menarik pun harus sesuai dengan isinya. Artinya, jangan sampai hanya menulis judulnya saja yang menarik, sedangkan isi tulisannya tidak sesuai, maka tentu saja hal ini akan mengecewakan pembaca.

b) Data BukuSecara umum ada dua cara penulisan data buku yang biasa ditemukan dalam penulisan resensi di media cetak antara lain:

a. Judul buku, pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar), penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.

b. Pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar, penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.

c) PendahuluanBagian pendahuluan dapat dimulai dengan memaparkan tentang pengarang buku, seperti namanya, atau prestasinya. Ada juga resensi novel yang pada bagian pendahuluan ini memperkenalkan secara garis besar apa isi buku novel tersebut. Dapat pula diberikan berupa sinopsis novel tersebut.

d) Tubuh ResensiPada bagian tubuh resensi ini penulis resensi (peresensi) boleh mengawali dengan sinopsis novel. Biasanya yang dikemukakan pokok isi novel secara ringkas. Tujuan penulisan sinopsis pada bagian ini adalah untuk memberi gambaran secara global tentang apa yang ingin disampaikan dalam tubuh resensi. Jika sinopsisnya telah diperkenalkan peresensi selanjutnya mengemukakan kelebihan dan kekurangan isi novel tersebut ditinjau dari berbagai sudut pandangtergantung kepada kepekaan peresensi.

e) PenutupBagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. Kemudian diberikan penjelasan juga apakah memang buku itu cocok dibaca oleh sasaran yang ingin dituju oleh pengarang atau tidak. Berikan pula alasan-alasan yang logis.

Bagaimana Meresensi Buku Novel?Untuk meresensi novel terlebih dahulu kita harus memahami unsur-unsur pembangun novel. Unsur pembangun novel tersebut antara lain sebagai berikut: latar, perwatakan, cerita, alur, dan tema. Latar biasanya mencakup lingkungan geografis, dimana cerita tersebut berlangsung. Latar juga dapat dikaitkan dengan segi sosial, sejarah, bahkan lingkungan politik dan waktu. Perwatakan artinya gambaran perilaku tokoh yang terdapat dalam novel. Pembaca harus dapat menafsirkan perwatakan seorang tokoh. Cara penggambaran watak ini biasanya bermacam-macam. Ada penggambaran watak secara deskriptif dan ada pula secara ilustratif. Cerita novel bisa meliputi peristiwa secara fisikseperti perampokan, pembunuhan, dan kematian mendadak, namun juga peristiwa kejiwaan yang biasanya berupa konflik batiniah pelaku. Alur berkenaan dengan kronologis peristiwa yang disampaikan pengarang. Sedangkan tema merupakan kesimpulan dari seluruh analisis fakta-fakta dalam cerita yang sudah dicerna.

Sebelum menulis resensi perlu memahami terlebih dahulu langkah-langkah yang harus ditempuh. Berkenaan dengan itu Samad (1997 : 6-7) memberikan langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

a) Penjajakan atau pengelanaan terhadap buku yang akan diresensi;

b) Membaca buku yang akan diresensi secara konprehensif, cermat, dan teliti.

c) Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutif untuk dijadikan data;

d) Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi;

e) Menentukan sikap dan menilai hal-hal yang berkenaan dengan organisasi penulisan, bobot ide, aspek bahasanya, dan aspek teknisnya;

Mengoreksi dan merevisi hasil resensi atas dasar kriteria yang kita tentukan sebelumnya. Berbagai buku paket mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia juga menganjurkan langkah-langkah menulis resensi novel. Buku Berbahasa dan Sastra Indonesia yang ditulis Syamsudin (2004 : 81) menyarankan langkah-langkah menulis resensi novel sebagai berikut:

a) Tuliskan identitas buku pada awal tulisan;

b) Kemukakan sinopsis atau ringkasan novel tersebut;

c) Kemukakan pembahasan novel tersebut dilihat dari unsur-unsur pembentuknya. Tunjukkan kelebihan dan kekurangan novel tersebut disertai bukti berupa kutipan-kutipan;

d) Bagian akhir diisi dengan simpulan, apakah novel itu cukup baik untuk dibaca serta siapa yang layak membaca novel tersebut.

Pendapat yang lebih ringkas tentang langkah menulis resensi novel dikemukakan dalam buku paket lain yang ditulis Permadi (2005 : 233) sebagai berikut:

a) Pilihlah novel yang baru diterbitkan, biasanya 3 tahun terakhir;

b) Kemukakan identitas buku novel secara singkat berkenaan dengan pengarang, tahun terbit, dan jumlah halaman, serta katalog;

c) Kemukakan garis besar novel secara ringkat, kelebihan dan kekurangannya.

Pendapat lain tentang langkah menulis resensi dikemukakan oleh Raharjo (2004 : 54) sebagai berikut:

a) Membaca contoh-contoh resensi;

b) Menentukan buku yang akan diresensi;

c) Membaca buku yang akan diresensi secara teliti;

d) Mencatat hal-hal yang menarik dan yang tidak menarik dari buku yang akan diresensi;

e) Berlatih menyusun resensi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis melihat banyak persamaan tentang langkah-langkah penulisan resensi. Jika semua pendapat tersebut digabungkan maka secara garis besar langkah menulis resensi terbagi atas tiga tahapan. Tahapan menulis resensi adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan meliputi: (a) Membaca contoh-contoh resensi; dan (b) Menentukan buku yang akan diresensi.

2. Tahap Pengumpulan data: (a) Membaca buku yang akan diresensi; (b) Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data; (c) Menuliskan data-data penulisan resensi.

3. Tahap penulisan meliputi: (a) Menuliskan identisa buku; (b) Mengemukakan sinopsis novel; (c) Mengemukakan kelebihan dan kekurang-an buku novel; (d) Mengemukakan sasaran pembaca; dan (e) Mengoreksi dan memperbaiki resensi berdasarkan susunan kalimatnya, kohesi dan koherensi karangan, diksi, ejaan dan tanda bacanya.

ketika saya dan pak iman supriyono memberikan training kepada para karyawan pabrik kertas tjiwi kimia mojokerto. Sebenarnya kegiatan ini bukanlah yang pertama kalinya. bahkan, kira-kira sudah lebih dari 10 kalimemberikan training kepada para karyawan tjiwi kimia. tapi, selama kesempatan tersebut baru pertama kali ini saya dan Pak Iman tersesat di dalam pabrik tjiwikimia.

Dari ketersesatan itu, saya jadi tahu kalau pabrik tjiwi kimia yang berada di pinggir jalan by pass mojokerto tersebut begitu luas dan besar, dengan mesin dan berbagai kelengkapannya. Bahkan, ketika kami tanya kepada salah satu karyawan tjiwi kimia yang kami temui ketika muter-muter gak tahu kemana arahnya, dimana letak mess untuk tamu. Dia juga gak tahu.

Di tengah-tengah usaha mencari kembali mess kami yang hilang (hehe..sedikit lebay) saya berpikir dan kagum dengan pak Eka Tjipta Widjaja (pemilik sinar mas group, salah satunya tjiwikimia) yang berhasil membuat pabrik kertas tjiwi kimia menjadi seperti saat ini. Besar, luas,mesinnya banyak&gak pernah berhenti, karyawannya sampai ribuan orang.Danyang tidak kalah pentingnya adalah pak Eka Tjipta Widjaja yang diwakilkan oleh para menejernya memberi kesempatan kepada kami untuk men-training para karyawannya.

Kira-kira apa dulu pak Eka TjiptaWidjaja sudah punya bayangan tjiwi kimia bakal seperti sekarang, ya?? Terlepas apakah beliau sudah punya bayangan atau tidak saat pertama kali merintis pabrik kertas yang dimulai dari satu mesin dan sekarang menjadi banyak mesin. Yang perlu kita teladani adalah semangat dan daya tempurnya sehingga mampu menjadi seperti saat ini.

Mungkin dari kita semua mempunyai cita-cita yangindah. Bahkan, sudah di rancang dan tulis sedemikian bagus dan rincinya. Akan tetapi, cita-cita tersebut akhirnya tulisan tinggallah tulisan diatas kertas.Karena, cita-cita tersebut tidak terwujud seperti apa yang kita rancang. Namun, ada juga yang berhasil mewujudkan cita-citanya. Baik yang sudah direncanakan dan tertulis secara rinci, maupun yang hanya sekedar dalam pikiran saja.

Banyak hal yang membuat cita-cita tersebut tidak dapat terwujud. Salah satunya adalah kurangnya rasa berkorban diri. Korban pikiran, tenaga, materi, perasaan, waktu, fisik, kesenangan atau bisa jadi mengkorbankan kebahagiaan keluarga. Pak Eka Tjipta Widjaja dan para pengusaha sukses telah mampu mengkorbankan dirinya demi tercapainya cita-cita yang telah dibuatnya. Dan karena mengkorbankan dirinya pula, cita-cita orang lain bisa terwujud, yaitu para karyawannya.

Selain "berkorban diri" satu lagi yang dapat kita ambil pelajaran dari Pak Eka Tjipta Widjaja dan pengusaha-pengusaha besar lainnya adalah prinsip just do it. saya hampir yakin(berarti setengahyakin, setengah tidak) para pengusaha besar ketika awal-awal merintis usahanya berprinsip just do it atau yang penting jalan dulu. yang ada sekarang, itu yang dikerjakan. tapi, tidak hanya asal dikerjakan. dikerjakan dengan sungguh-sungguh. apakah usahanya itu nantinya menjadi sukses yang luar biasa atau biasa-biasa saja, mereka tidak memikirkan itu.

ketika, usahanya sudah mulai tumbuh dan menghasilkan lebih besar, mereka baru membuat konsep, rencana, strategi, apayang harus dilakukan untuk beberapa tahun mendatang. apa yang bisa dikerjakan saat ini dengan sungguh-sungguh dan kemampuan terbaiknya, itulah yang dipikirkan pada awal-awalnya.

Bagaimana dengan kita? Apapun profesi kita, baik pegawai maupun pengusaha. Mempunyai kenikmatan dan keuntungan sendiri-sendiri. Oleh karenan itu kerjakan apa yang bisa kita kerjakan sekarang dengan kemampuan terbaik dan sungguh-sungguh.

Seorang pegawai. Maka, kerjakan tugas-tugas kepegawaian dengan sungguh-sungguh dan kemampuan terbaik. Apakah nanti dapat kenaikan jabatan atau gaji? janganlah dipikirkan terlebih dahulu. Apakah kita akan menjadi pegawai seumur hidup? janganlah dipikirkan terlebih dahulu juga. Ketika, seorang pegawai bekerja dengan giat dan perusahaan merasakan manfaatnya. Maka, perusahaan tidak akan sungkan-sungkan untuk memberikan penghargaan. Baik berupa materi maupun non materi. Just do it.

Seorang pengusaha. Maka, jalankan usaha dengan sungguh-sungguh dan kemampuan terbaik. Apakah nanti usaha menjadi sukses atau tidak? itu jangalah dipikirkan terlebih dahulu. Apakah usaha mendatangkan untung yang besar atau kecil? juga jangan dipikirkan dulu. Ketika, seorang pengusaha sudah menempuh jalur sunnatullah nya untuk menjadi sukses. Maka,hasil yang terbaik akan kita terima. Seperti timbangan. Siapa yang usahanya keras dan sungguh-sungguh. Maka, sisi timbangan yang lainnya akan menjadi seimbang (keuntungan).

Nikmatilah apapun peran dan posisi kita pada kurunwaktu yang sekarang. Itulah syarat awal menuju kesuksesan di kurun waktu yangmendatang. Sukses buat kita.

Salam "menjadi terbaik dengan manfaat"

=inspirator jalanan=