abstrak.docx

3
TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PUTUSAN PAILIT PADA PT. DIRGANTARA INDONESIA DIHUBUNGKAN DENGAN UU NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN (Studi Kasus Putusan Pailit No. 41/Pailit/2007/PN. Niaga/Jkt.Pst, MA/No.075/Pdt.Sus/2007) ABSTRAK PT. Dirgantara Indonesia mengalami permasalahan, yaitu permasalahan sengketa hak dan kewajiban antara mantan karyawan dan perusahaan. Sengketa tersebut dipicu oleh kekurang puasan mantan karyawan tersebut dalam sistem pembayaran kompensasi pensiun bagi mantan karyawan, sehingga mereka mengajukan permohonan pailit kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam menanggapi permohonan pailit tersebut, maka pada Tanggal 4 September 2007 memutuskan bahwa PT. Dirgantara Indonesia sebagai BUMN yang bergerak dibidang kedirgantaraan di Indonesia dinyatakan Pailit. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang putusan pailit PTDI dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran dan utang dan akibat dari putusan pailit PTDI. Metode pendekatan yang digunakan adalah metode yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang biasanya hanya mempergunakan sumber-sumber data sekunder saja yaitu peraturan perundang-undangan, putusan-putusan pengadilan, teori-teori hukum dan pendapat para sarjana hukum terkemuka. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,

Upload: dick-klam

Post on 26-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

info

TRANSCRIPT

Page 1: Abstrak.docx

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PUTUSAN PAILIT PADA

PT. DIRGANTARA INDONESIA DIHUBUNGKAN

DENGAN UU NO. 37 TAHUN 2004

TENTANG KEPAILITAN

(Studi Kasus Putusan Pailit No. 41/Pailit/2007/PN. Niaga/Jkt.Pst, MA/No.075/Pdt.Sus/2007)

ABSTRAK

PT. Dirgantara Indonesia mengalami permasalahan, yaitu permasalahan sengketa hak dan kewajiban antara mantan karyawan dan perusahaan. Sengketa tersebut dipicu oleh kekurang puasan mantan karyawan tersebut dalam sistem pembayaran kompensasi pensiun bagi mantan karyawan, sehingga mereka mengajukan permohonan pailit kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam menanggapi permohonan pailit tersebut, maka pada Tanggal 4 September 2007 memutuskan bahwa PT. Dirgantara Indonesia sebagai BUMN yang bergerak dibidang kedirgantaraan di Indonesia dinyatakan Pailit. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang putusan pailit PTDI dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran dan utang dan akibat dari putusan pailit PTDI.

Metode pendekatan yang digunakan adalah metode yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang biasanya hanya mempergunakan sumber-sumber data sekunder saja yaitu peraturan perundang-undangan, putusan-putusan pengadilan, teori-teori hukum dan pendapat para sarjana hukum terkemuka.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, jika diterapkan dalam menyelesaikan kasus kepailitan PT. Dirgantara Indonesia sering terjadi perbedaan penafsiran pengertian terhadap jenis atau bentuk BUMN yang di maksud dalam Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan dengan Undang-Undang nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Hal ini juga terjadi perbedaan penafsiran antara Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan Mahkamah Agung, khususnya dalam menilai kepemilikan modal dalam PT. Dirgantara Indonesia. Akan tetapi jika dilihat dari data yang ada maka sebenarnya PT. Dirgantara Indonesia memenuhi klasifikasi sebagai BUMN yang seluruh sahamnya adalah milik Negara, dan juga merupakan perusahaan yang sangat dibutuhkan karena merupakan objek vital nasional. Kelemahan dari penerapan Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang terutama dalam menghadapi kasus kepailitan BUMN adalah, karena dalam Undang-Undang tersebut belum mengatur secara detail mengenai prosedur dan tata cara pemailitan

Page 2: Abstrak.docx

suatu BUMN. Proses kepailitan ini memberikan akibat hukum yang luas bagi para pihak, antara lain: Bagi PT. Dirgantara Indonesia sebagai suatu Institusi, Bagi Pemegang Saham , dan Bagi Para Kreditor yang merupakan mantan karyawan PT, Dirgantara Indonesia yang telah diputus hubungan kerjanya pada kisaran Tahun 2003-2004. Piutangnya adalah kompensasi pensiun yang timbul dari perjanjian dalam hal ini adalah perjanjian hubungan kerja. Atas pembatalan putusan pailit tersebut maka berakibat bagi para kreditor adalah tidak dipenuhinya permohonan pernyataan pailit dan terhadap pembayaran kompensasi pension.