abstrak - universitas udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. namun dalam...

40
x ABSTRAK Kerajinan industri kayu di Provinsi Bali telah ada sejak tahun 1980-an, dan mengalami puncak kejayaan tahun 2003 dengan kenaikan mencapai 20,9 persen seiring dengan berkembangnya industri pariwisata di Bali. Potensi kerajinan kayu di Bali sebagian besar merupakan usaha pribadi. Hal ini menunjukkan minat masyarakat di kabupaten/kota di Bali dalam wirausaha di bidang kerajinan kayu cukup tinggi dan membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali banyak ditemukan kendala seperti banyak pengusaha industri kayu tidak memiliki hak paten atas produk kerajinan, sulitnya mencari pasokan bahan baku di Bali, dan lemahnya sistem pemasaran hasil produksi. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis 1) pengaruh infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali; 2) untuk menganalisis pengaruh infrastruktur pembangunan, budaya, dan orientasi kewirausahaan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu di Provinsi Bali; 3) untuk menganalisis pengaruh infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi kewirausahaan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu melalui mediasi kinerja usaha; dan 4) untuk menganalisis pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu melalui faktor kontekstual. Studi ini merupakan studi eksplanatori dengan menggunakan metode survei. Survei dilakukan kepada 164 responden kepala rumah tangga pengrajin industri kayu di Provinsi Bali dengan metode disproportional random sampling. Data dikumpulkan secara cross section dengan menggunakan daftar pertanyaan yang selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Model yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Structural Equition Model (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi kewirausahaan secara langsung memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali; 2) infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi kewirausahaan secara langsung memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu di Provinsi Bali; 3) infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi kewirausahaan secara tidak langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu di Provinsi Bali, sedangkan kinerja usaha secara tidak langsung juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu di Provinsi Bali; dan 4) orientasi kewirausahaan secara langsung memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali. Demikian pula faktor kontekstual juga memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor kontekstual mampu memberikan efek moderasi terhadap hubungan orientasi kewirausahaan terhada kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali. Kata kunci : infrastruktur pembangunan, budaya, orientasi kewirausahaan, kinerja usaha, dan kesejahteraan rumah tangga

Upload: others

Post on 18-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

x

ABSTRAK

Kerajinan industri kayu di Provinsi Bali telah ada sejak tahun 1980-an, dan mengalami puncak kejayaan tahun 2003 dengan kenaikan mencapai 20,9 persen seiring dengan berkembangnya industri pariwisata di Bali. Potensi kerajinan kayu di Bali sebagian besar merupakan usaha pribadi. Hal ini menunjukkan minat masyarakat di kabupaten/kota di Bali dalam wirausaha di bidang kerajinan kayu cukup tinggi dan membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali banyak ditemukan kendala seperti banyak pengusaha industri kayu tidak memiliki hak paten atas produk kerajinan, sulitnya mencari pasokan bahan baku di Bali, dan lemahnya sistem pemasaran hasil produksi.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis 1) pengaruh infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali; 2) untuk menganalisis pengaruh infrastruktur pembangunan, budaya, dan orientasi kewirausahaan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu di Provinsi Bali; 3) untuk menganalisis pengaruh infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi kewirausahaan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu melalui mediasi kinerja usaha; dan 4) untuk menganalisis pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu melalui faktor kontekstual.

Studi ini merupakan studi eksplanatori dengan menggunakan metode survei. Survei dilakukan kepada 164 responden kepala rumah tangga pengrajin industri kayu di Provinsi Bali dengan metode disproportional random sampling. Data dikumpulkan secara cross section dengan menggunakan daftar pertanyaan yang selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Model yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Structural Equition Model (SEM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi kewirausahaan secara langsung memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali; 2) infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi kewirausahaan secara langsung memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu di Provinsi Bali; 3) infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi kewirausahaan secara tidak langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu di Provinsi Bali, sedangkan kinerja usaha secara tidak langsung juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu di Provinsi Bali; dan 4) orientasi kewirausahaan secara langsung memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali. Demikian pula faktor kontekstual juga memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor kontekstual mampu memberikan efek moderasi terhadap hubungan orientasi kewirausahaan terhada kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali.

Kata kunci : infrastruktur pembangunan, budaya, orientasi kewirausahaan, kinerja usaha, dan kesejahteraan rumah tangga

Page 2: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

xi

ABSTRACT

Wood industry craft in Bali Province has existed since the 1980s, and experienced the peak of glory in 2003 with an increase of 20.9 percent as the development of tourism industry in Bali. The potential of woodcraft in Bali is largely private. This shows the interest of the community in the Regency / City in Bali in the entrepreneurship in the field of woodcraft is high enough and open business opportunities for other communities.

However, in the next development of wood craft industry in Bali Province, there are many obstacles such as many timber industry entrepreneurs do not have patent on handicraft product, difficulty in finding raw material supply in Bali, and weakness of production marketing system.

The purpose of this research is to analysis 1) the influence of development infrastructure, culture and entrepreneurial orientation on business performance of wood industry employer in Bali Province; 2) to analysis the effect of development infrastructure, culture, and entrepreneurial orientation on the household welfare of timber industry entrepreneurs in Bali Province; 3) to analysis the effect of development infrastructure, culture and entrepreneurial orientation on the prosperity of households of wood industry through mediation of business performance; and 4) to analysis the effect of entrepreneurship orientation on business performance of wood industry entrepreneurs through contextual factor.

This study is an explanatory study using survey method. The survey was conducted to 164 respondents of household heads of wood industry craftsmen in Bali Province with disproportional random sampling method. Data is collected by cross section by using questionnaire which is then analyzed quantitatively and qualitatively. The model used to test the hypothesis is Structural Equation Model.

The results showed that 1) development infrastructure, culture and entrepreneurial orientation directly have a positive and significant influence on business performance of wood industry employer in Bali Province; 2) development infrastructure, culture and entrepreneurial orientation directly have a positive and significant influence on the welfare of the household of wood industry employers in Bali Province; 3) development infrastructure, culture and entrepreneurial orientation indirectly have a positive and significant impact on the welfare of the households of wood industry employers in Bali Province, while the indirect business performance also has a positive and significant influence on the welfare of the wood industry employers in Bali Province; and 4) direct entrepreneurial orientation has a positive and significant influence on business performance of timber industry entrepreneurs in Bali Province. Similarly, contextual factor also have a positive and significant impact on business performance of timber industry entrepreneurs in Bali Province. Thus it can be argued that contextual factor are able to give moderation effect to entrepreneurship orientation relationship to business performance of wood industry employer in Bali Province.

Keywords: development infrastructure, culture, entrepreneurship orientation, business performance, and household welfare.

Page 3: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

xii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ..................................................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.........................................................v UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. vi ABSTRACT ............................................................................................................. xi DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian .........................................................23 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................30 1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................31

1.4.1 Manfaat teoritis .....................................................................31 1.4.2 Manfaat praktis .....................................................................31

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................32 2.1 Ketersediaan Infrastruktur Pembangunan Ekonomi .......................32

2.1.1 Peran infrastruktur dalam pembangunan ..............................38 2.1.2 Pengaruh infrastruktur terhadap kemajuan ekonomi ............41

2.2 Budaya ............................................................................................52 2.2.1 Kebiasaan ..............................................................................55 2.2.2 Keterbukaan ..........................................................................61 2.2.3 Kerjasama..............................................................................63 2.2.4 Kearifan lokal ........................................................................64 2.2.5 Pola pikir ...............................................................................69

2.3 Orientasi Kewirausahaan ................................................................74 2.3.1 Kemandirian ..........................................................................78 2.3.2 Kecenderungan untuk berinovasi (innovativeness) ...............79 2.3.3 Kecenderungan bertindak proaktif (proactiveness) ..............80 2.3.4 Kecenderungan berani mengambil risiko (risk taking) .........81 2.3.5 Keagresifan bersaing .............................................................83

2.4 Kinerja Usaha .................................................................................84 2.4.1 Pengertian kinerja usaha .......................................................84 2.4.2 Aspek-aspek kinerja usaha ....................................................85

2.5 Kesejahteraan Rumah Tangga ........................................................92 2.5.1 Kesehatan dan gizi ................................................................93 2.5.2 Pendidikan .............................................................................94 2.5.3 Ketenagakerjaan ....................................................................96 2.5.4 Taraf dan pola konsumsi .......................................................97 2.5.5 Perumahan dan lingkungan ...................................................98

2.6 Faktor Kontekstual .........................................................................99 2.6.1 Pemasaran produk .................................................................99

Page 4: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

xiii

2.6.2 Akses permodalan .................................................................99 2.6.3 Pemanfaatan teknologi informasi ........................................100 2.6.4 Adanya perencanaan bisnis .................................................100 2.6.5 Bantuan pemerintah ............................................................100

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .....102 3.1 Kerangka Berpikir ........................................................................102 3.2 Kerangka Konsep .........................................................................133 3.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................137

BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................................139 4.1 Rancangan Penelitian ...................................................................139 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................139 4.3 Obyek Penelitian .........................................................................140 4.4 Indentifikasi dan Definisi Operasional Variabel .....................140

4.4.1 Variabel penelitian ............................................................140 4.4.2 Definisi operasional .............................................................142

4.5 Jenis, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ....................147 4.6 Populasi dan Sampel .....................................................................148 4.7 Metode Analisis Data ...................................................................153

4.7.1 Uji instrumen penelitian ......................................................153 4.7.2 Analisis deskriptif ................................................................154 4.7.3 Model persamaan struktural (SEM) ....................................154

BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................175 5.1 Gambaran Umum Provinsi Bali ...................................................175

5.1.1 Letak geografis dan luas wilayah ........................................175 5.1.2 Kependudukan .....................................................................178 5.1.3 Kondisi ekonomi dan sosial .................................................179

5.2 Profil Umum Usaha Kerajinan Kayu di Provinsi Bali .................185 5.3 Karakteristik Demografi Responden ............................................190 5.4 Deskripsi Variabel Penelitian .......................................................196

5.4.1 Persepsi responden terhadap infrastruktur pembangunan ...197 5.4.2 Persepsi responden terhadap budaya ...................................199 5.4.3 Persepsi responden terhadap variabel orientasi

kewirausahaan .....................................................................201 5.4.4 Persepsi responden terhadap variabel kinerja usaha ...........203 5.4.5 Persepsi responden terhadap variabel kesejahteraan

rumah tangga .......................................................................205 5.4.6 Persepsi responden terhadap faktor kontekstual ..................207

5.5 Analisis Data ................................................................................208 5.5.1 Uji validitas instrumen penelitian ........................................208 5.5.2 Uji reliabilitas instrumen penelitian ....................................211 5.5.3 Analisis model persamaan struktural ..................................212 5.5.4 Uji outer model ....................................................................214 5.5.5 Uji inner model ....................................................................218

5.6 Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh Total Antar Variabel .....................................................................221 5.6.1 Pengaruh langsung ...............................................................221

Page 5: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

xiv

5.6.2 Pengaruh tidak langsung ......................................................223 5.6.3 Pengaruh total ......................................................................225

5.7 Pengujian Hipotesis Penelitian .....................................................225 5.7.1 Infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi

kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali ........................................................................226

5.7.2 Infrastruktur pembangunan, budaya, orientasi kewirausahaan dan kinerja usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu di Provinsi Bali ................228

5.7.3 Infrastruktur pembangunan, budaya, orientasi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu di Provinsi Bali melalui mediasi kinerja usaha....................................................................................230

5.7.4 Orientasi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali melalui mediasi faktor kontekstual ..........................................................................233

BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................235 6.1 Infrastruktur Pembangunan Berpengaruh Positif dan

Signifikan Terhadap Kinerja Usaha Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali .............................................................................235

6.2 Budaya Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kinerja Usaha Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali .........................238

6.3 Orientasi Kewirausahaan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kinerja Usaha Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali ...............................................................................................240

6.4 Infrastruktur Pembangunan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali ....................................242

6.5 Budaya Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali .................................................................................245

6.6 Orientasi Kewirausahaan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali ...................................................................247

6.7 Infrastruktur Pembangunan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali Melalui Mediasi Kinerja Usaha ...............................................................................249

6.8 Budaya Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali Melalui Mediasi Kinerja Usaha ..............................251

Page 6: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

xv

6.9 Orientasi Kewirausahaan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali Melalui Mediasi Kinerja Usaha ................254

6.10 Orientasi Kewirausahaan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kinerja Usaha Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali Melalui Mediasi Faktor Kontekstual ....................................256

6.11 Temuan Penelitian ........................................................................259 6.12 Keterbatasan Penelitian ................................................................261

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................262 7.1 Simpulan .......................................................................................262 7.2 Saran .............................................................................................265

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................268 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................278

Page 7: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Pertumbuhan Pengrajin Industri Kayu di Provinsi Bali Tahun 2013-2017 ......................................................................................... 15

Tabel 1. 2 Jumlah Produksi Pengrajin Industri Kayu di Provinsi Bali Tahun 2013-2017 .............................................................................. 17

Tabel 1. 3 Jumlah Industri Kerajinan Kayu, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Menurut Kabupaten atau Kota Tahun 2017 ...................... 18

Tabel 2. 1 Nilai Tambah dari Beberapa Jenis Infrastruktur Berdasarkan .......... 40Tabel 4. 1 Jenis Konstruk dan Indikator Penelitian ......................................... 141 Tabel 4. 2 Indikator demografi pengusaha industri kayu tahun 2017 .............. 149Tabel 4. 3 Distribusi Populasi dan Sample Penelitian ..................................... 152Tabel 4. 4 Indeks Kesesuaian (Goodnes Of-Fit Index) .................................... 171Tabel 5. 1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota, Jumlah Kecamatan,

Jumlah Desa/Kelurahan di Provinsi Bali Tahun 2015. ................... 177Tabel 5. 2 Luas Wilayah dan Jumlah Kepadatan Penduduk Hasil Sensus

Penduduk 1961 - 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Bali .............. 178Tabel 5. 3 Karakteristik Responden di Kabupaten/Kota Provinsi Bali ............ 190Tabel 5. 4 Persepsi Responden terhadap Variabel Infrastruktur

Pembangunan .................................................................................. 199Tabel 5. 5 Persepsi Responden terhadap Variabel Budaya .............................. 200Tabel 5. 6 Persepsi Respoinden terhadap Variabel Orientasi

Kewirausahaan ................................................................................ 203Tabel 5. 7 Persepsi Responden terhadap Variabel Kinerja Usaha ................... 204Tabel 5. 8 Persepsi Responden terhadap Variabel Kesejahteraan Rumah

Tangga ............................................................................................ 206Tabel 5. 9 Persepsi Responden terhadap Faktor Kontekstual .......................... 207Tabel 5. 10 Uji Viliditas Instrumen Penelitian .................................................. 209Tabel 5. 11 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian .............................................. 212Tabel 5. 12 Outer Loading Indikator Terhadap masing-masing

Konstruknya .................................................................................... 215Tabel 5. 13 Cross Loading Indikator Terhadap Masing-masing

Konstruknya .................................................................................... 217Tabel 5. 14 Average Variance Extracted (AVE), Composite Reliability

(CR), dan Cronbach’s Alpha pada Masing-masing Variabel Penelitian ........................................................................................ 218

Tabel 5. 15 Nilai R-Square ................................................................................ 220Tabel 5. 16 Path Coefficients (Pengaruh Langsung Antar Variabel

Penelitian) ....................................................................................... 221Tabel 5. 17 Nilai Indirect Effects (Pengaruh Tidak Langsung Antar

Variabel Penelitian) ........................................................................ 224Tabel 5. 18 Ringkasan Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung,

dan Pengaruh Total Antar Variabel ............................................... 225Tabel 5. 19 Ringkasan Pengujian Hipotesis Pertama ........................................ 226Tabel 5. 20 Ringkasan Pengujian Hipotesis Kedua ........................................... 227Tabel 5. 21 Ringkasan Pengujian Hipotesis Ketiga ........................................... 227

Page 8: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

xvii

Tabel 5. 22 Ringkasan Pengujian Hipotesis Keempat ....................................... 228Tabel 5. 23 Ringkasan Pengujian Hiopotesis Kelima ........................................ 229Tabel 5. 24 Ringkasan Pengujian Hipotesis Keenam ........................................ 230Tabel 5. 25 Ringkasan Pengujian Hipotesis Ketujuh ......................................... 231Tabel 5. 26 Ringkasan Pengujian Hipotesis Kedelapan .................................... 232Tabel 5. 27 Ringkasan Pengujian Hipotesis Kesembilan .................................. 233Tabel 5. 28 Ringkasan Pengujian Hipotesis Kesepuluh .................................... 234

Page 9: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir ........................................................................133Gambar 3. 2 Kerangka Konsep ......................................................................... 137Gambar 4. 1 Diagram Jalur Kesejahteraan Masyarakat .................................... 158Gambar 4. 2 Model Pengukuran Variabel Infrastruktur .................................... 160Gambar 4. 3 Model Pengukuran Variabel Budaya ............................................ 161Gambar 4. 4 Model Pengukuran Variabel Orientasi Kewirausahaan ............... 162Gambar 4. 5 Model Pengukuran Variabel Kinerja Usaha ................................. 164Gambar 4. 6 Model Pengukuran Variabel Kesejahteraan Rumah Tangga ........ 165Gambar 4. 7 Model Pengukuran Variabel Faktor Kontekstual ......................... 166Gambar 5. 1 Peta dan Letak Geografis Provinsi Bali ........................................ 176Gambar 5. 2 Karakteristik Responden Pengusaha Industri Kayu di

Provinsi Bali Berdasarkan Jenis Kelamin (Pengolahan data 2017) ............................................................................................. 192

Gambar 5. 3 Karakteristik Responden Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali Berdasarkan Tempat Asal (Pengolahan data 2017) ............................................................................................. 192

Gambar 5. 4 Kelompok Umur Responden Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali (Pengolahan data 2017) .......................................... 193

Gambar 5. 5 Tingkat Pendidikan Responden Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali (Pengolahan data 2017) .......................................... 194

Gambar 5. 6 Tingkat Pengalaman Sebagai Pengusaha Responden Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali (Pengolahan data 2017) ............................................................................................. 194

Gambar 5. 7 Tingkat Jumlah Tenaga Kerja Responden Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali (Pengolahan data 2017) ............................ 195

Gambar 5. 8 Sistem Pengupahan Responden Pengusaha Industri Kayu di Provinsi Bali (Pengolahan data 2017) .......................................... 196

Gambar 5. 9 Model Persamaan Struktural ........................................................ 213Gambar 5. 10 Hubungan Antar Variabel Penelitian ............................................ 222

Page 10: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam paradigma pembangunan ekonomi, perubahan kesejahteraan

masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Hal ini dikarenakan

pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan masyarakat

semakin baik. Keberhasilan pembangunan ekonomi tanpa menyertakan

peningkatan kesejahteraan masyarakat akan mengakibatkan kesenjangan dan

ketimpangan dalam kehidupan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat adalah

suatu kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang

dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat (Badrudin, 2012).

Menurut Todaro dan Smith, (2006), kesejahteraan masyarakat menunjukkan

ukuran hasil pembangunan masyarakat dalam mencapai kehidupan yang lebih

baik yang meliputi: pertama, peningkatan kemampuan dan pemerataan distribusi

kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan, kesehatan, dan perlindungan;

kedua, peningkatan tingkat kehidupan, tingkat pendapatan, pendidikan yang lebih

baik, dan peningkatan atensi terhadap budaya dan nilai – nilai kemanusiaan; dan

ketiga, memperluas skala ekonomi dan ketersediaan pilihan sosial dari individu

dan bangsa. Kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

dasar yang tercermin dari rumah yang layak, tercukupinya kebutuhan sandang dan

pangan, biaya pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas atau kondisi

Page 11: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

2

dimana setiap individu mampu memaksimalkan utilitasnya pada tingkat batas

anggaran tertentu dan kondisi dimana tercukupinya kebutuhan jasmani dan rohani.

Secara umum teori kesejahteraan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu

classical utilitarium, neoclassical welfare theory, dan new contraction approach

(Badrudin, 2012). Classical utilitarian menekankan bahwa kepuasan atau

kesenangan seseorang dapat diukur dan bertambah. Tingkat kepuasan setiap

individu dapat dibandingkan secara kuantitatif. Neoclassical welfare menekankan

pada prinsip pareto optimality. Pareto optimum didefenisikan sebagai sebuah

posisi dimana tidak memungkinkan suatu realokasi input atau output untuk

membuat seseorang menjadi lebih baik tanpa menyebabkan sedikitnya satu orang

atau lebih buruk. New contraction approach menekankan pada konsep dimana

setiap individu memiliki kebebasan maksimum dalam hidupnya. Ketiga

pandangan tersebut menekankan bahwa tingkat kesejahteraan seseorang sangat

tergantung pada tingkat kepuasan kesenangan yang diraih dalam kehidupannya.

Menurut Sukirno (2001) dikatakan bahwa pertumbuhan pendapatan per

kapita dari waktu ke waktu umumnya membawa perubahan terhadap

kesejahteraan masyarakat dengan arah yang sama. Pertimbangan menggunakan

pendapatan per kapita sebagai indikator kesejahteraan masyarakat karena data

tersebut umumnya mudah diperoleh di kantor-kantor statistik. Sebaliknya, data

indikator kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat yang lebih kompleks,

seperti persentase penduduk yang memiliki rumah, menikmati fasilitas air bersih,

fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, pemilikan alat hiburan seperti televisi dan

radio, jarang tersedia. Meskipun demikian, pengukuran kesejahteraan masyarakat

Page 12: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

3

yang hanya menggunakan pendapatan per kapita banyak ditentang oleh berbagai

pihak. Hal ini terjadi karena kesejahteraan sifatnya normatif sehingga diperlukan

pengukuran yang lebih komprehensif yang dapat menggambarkan kemajuan

kualitas hidup masyarakat. Todaro (1977) mengatakan bahwa angka kenaikan

GNP per kapita mengandung kelemahan yang sangat fatal, yakni menyamarkan

kenyataan fundamental yang sebenarnya, yaitu sama sekali belum membaiknya

kondisi kesejahteraan kelompok penduduk yang relatif paling miskin.

United Nations Research Institute for Social Development menyusun

delapan belas indikator yang apabila digunakan sebagai indikator kesejahteraan

masyarakat maka perbedaan tingkat pembangunan antara negara maju dan negara

sedang berkembang tidak terlampau besar. Delapan belas indikator tersebut,

antara lain: 1) tingkat harapan hidup; 2) konsumsi protein hewani per kapita; 3)

persentase anak-anak yang belajar di sekolah dasar dan menengah; 4) persentase

anak-anak yang belajar di sekolah kejuruan; 5) jumlah surat kabar; 6) jumlah

telepon; 7) jumlah radio; 8) jumlah penduduk di kota-kota yang mempunyai

20.000 penduduk atau lebih; 9) persentase laki-laki dewasa di sektor pertanian;

10) persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor listrik, gas, air, kesehatan,

pengakutan, pergudangan, dan transportasi; 11) persentase tenaga kerja yang

memperoleh gaji; 12) persentase PDB yang berasal dari industri pengolahan; 13)

konsumsi energi per kapita; 14) konsumsi listrik per kapita; 15) konsumsi baja per

kapita; 16) nilai per kapita perdagangan luar negeri; 17) produk pertanian rata-rata

dari pekerja laki-laki di sektor pertanian; dan 18) pendapatan per kapita Produk

Nasional Bruto.

Page 13: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

4

World Bank tahun 2000 merumuskan indikator kesejahteraan masyarakat sebagai

indikator pembangunan ekonomi, khususnya pembangunan manusia dan kemiskinan.

Rumusan indikator pembangunan ekonomi, khususnya pembangunan manusia dan

kemiskinan. Rumusan indikator pembangunan itu disebut sebagai Millenium

Development Goals (MDGs). MDGs terdiri dari delapan indikator capaian

pembangunan, yaitu penghapusan kemiskinan, pendidikan untuk semua, persamaan

gender, perlawanan terhadap penyakit menular, penurunan angka kematian anak,

peningkatan kesehatan ibu, pelestarian lingkungan hidup, dan kerja sama global.

Keberhasilan pembangunan manusia diukur dalam beberapa dimensi utama tersebut.

Menurut World Bank, tingkat pencapaian pembangunan manusia dapat diamati melalui

dimensi pengurangan kemiskinan (decrease in proverty), peningkatan kemampuan

baca tulis (increasein literacy), penurunan tingkat kematian bayi (decrease in infant

mortality), peningkatan harapan hidup (life expectancy), dan penurunan dalam

ketimpangan pendapatan (decrease income inequality).

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar

pembangunan manusia, yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau

Human Development Index (HDI). Indeks ini dibentuk berdasarkan empat

indikator, yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah,

dan kemampuan daya beli. Indikator angka harapan hidup merepresentasikan

dimensi umur panjang dan sehat. Selanjutnya, angka melek huruf dan rata-rata

lama sekolah mencerminkan output dari dimensi pengetahuan. Adapun indikator

kemampuan daya beli digunakan untuk mengukur dimensi hidup layak.

Page 14: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

5

Badan Pusat Statistik menggunakan IPM untuk mengukur capaian pembangunan

manusia dengan menggunakan tiga dimensi dasar, yaitu mencakup umur panjang dan

sehat, pengetahuan serta kehidupan yang layak. Ketiga dimensi dasar tersebut

menggambarkan empat komponen dasar kualitas hidup yakni angka harapan hidup

yang mewakili bidang kesehatan; angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah

untuk mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan; dan kemampuan daya

beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok hidup masyarakat yang dapat

dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan

yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup yang layak.

Kajian-kajian pada ranah ilmu ekonomi pembangunan menyatakan bahwa

upaya-upaya untuk menciptakan dan menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi di

suatu wilayah sangat membutuhkan ketersediaan sarana infrastruktur yang memadai,

ditinjau dari sisi kualitas dan kuantitasnya. Dalam kerangka mempercepat pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah yang bersifat berkelanjutan, maka pembangunan infrastruktur

seyogyanya dilakukan dengan menyeimbangkan sisi permintaan (demand side) dan sisi

penawaran (supply side) (BAPPENAS, 2004).

Keterkaitan hubungan antara pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan

ekonomi di suatu wilayah telah lama menjadi bahan kajian. Apparacio et al. (2007)

meneliti hubungan antara aksesibilitas sebuah wilayah dengan pertumbuhan

kesempatan kerja di Canada. Salah satu temuan dari riset yang dilakukannya

menunjukkan bahwa terbangunnya sebuah moda transportasi (sebagai misal pelabuhan

atau lapangan udara) tidak secara otomatis meningkatkan aksesibilitas wilayah yang

Page 15: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

6

diteliti. Interaksi antar moda merupakan kondisi awal yang dibutuhkan agar terjadi

peningkatan aksesibilitas.

Hasil lain dari penelitian yang dilakukan Apparicio & Jolie (2007)

memverifikasi bahwa infrastruktur transportasi yang dibangun dengan mensinergikan

kedua sisi pandang (sisi permintaan dan penawaran) memang mampu menciptakan

peningkatan peluang pasar bagi produk yang dihasilkan wilayah yang sebelumnya

memiliki tingkat aksesibilitas rendah. Hal ini selanjutnya akan bermuara pada

peningkatan lapangan kerja bagi komunitas lokal. Analisis statistika menunjukkan

bahwa pada dekade 1971 – 2001, pembangunan moda-moda transportasi di Canada

ternyata mampu meningkatkan pertumbuhan lapangan kerja bagi komunitas lokal

antara 4,6 persen hingga 8,0 persen.

Selain kajian mengenai hubungan antara infrastruktur moda transportasi dengan

pertumbuhan ekonomi seperti yang dilakukan oleh Apparicio & Jolie (2007) hubungan

antara pembangunan infrastruktur komunikasi, listrik, dan air, dengan pertumbuhan

ekonomi juga telah diteliti dengan kesimpulan yang diperoleh bervariasi antar

penelitian sesuai dengan jenis hubungan dan wilayah yang dijadikan pusat kajian.

Meskipun demikian, seperti yang diutarakan oleh Hull (1999), terdapat sebuah

kesamaan yaitu pembangunan infrastruktur bukan merupakan syarat cukup melainkan

lebih bersifat syarat perlu agar terjadi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.

Stone dalam (Kodoatie, 2003: 100) mengemukakan bahwa infrastruktur

sebagai bentuk fasilitas-fasilitas fisik yang diarahkan untuk melayani masyarakat pada

dasarnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Sistem infrastruktur

merupakan sistem pendukung utama dari sistem-sistem ekonomi dan sosial yang ada di

Page 16: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

7

suatu wilayah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh World Bank (1994) sistem

infrastruktur memiliki peranan yang sangat erat pada pertumbuhan ekonomi suatu

negara, di mana dengan adanya kenaikan ketersediaan infrastruktur mengakibatkan

Pendapatan Domestik Bruto per kapita juga meningkat dengan besaran yang variatif

antara 0,07 dengan 0,44 (World Bank, 1994).

Pembangunan infrastruktur dalam bentuk prasarana transportasi (jalan,

pelabuhan laut, pelabuhan udara), jaringan listrik dan komunikasi (telepon),

instalasi dan jaringan air minum, serta pendidikan dan kesehatan yang merupakan

infrastruktur sosial sangatlah penting dalam meningkatkan perekonomian di suatu

wilayah. Infrastruktur dibutuhkan tidak saja oleh rumah tangga namun juga oleh

industri. Oleh sebab itu peningkatan prasarana infrastruktur diharapkan dapat

membawa kesejahteraan dan mempercepat pembanguan ekonomi.

Penelitian Herranz-Loncen (2008: 69) mengenai peran infrastruktur terhadap

pertumbuhan ekonomi Spanyol dengan menggunakan data 1850-1935 menunjukkan

bahwa infrastruktur dengan lingkup lokal, yaitu transportasi kota, distribusi listrik, dan

infrastruktur air memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

Spanyol. Ketersediaan listrik secara nyata tidak hanya diperlukan oleh pembangkit

listrik untuk operasionalnya namun juga digunakan sebagai input dalam proses

produksi, terutama kebutuhan yang besar atas listrik oleh perusahaan-perusahaan

manufaktur (Wang, 2002: 75).

Penelitian Agenor dan Moreno-Dodson (2009: 59) juga membuktikan

bahwa kaitan antara infrastruktur publik dan pertumbuhan ekonomi antara lain

dapat dijelaskan melalui peran infrastruktur dalam meningkatkan produktivitas

Page 17: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

8

para pekerja, dimana pekerja-pekerja tersebut secara nyata digunakan sebagai

input dalam proses produksi. Dengan demikian dapat dikatakan, infrastruktur

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Secara khusus, dengan

terpenuhinya kebutuhan akan air, listrik, dan jalan akan memberikan fasilitas

dalam mentransformasi nontradable goods menjadi tradable goods dan atau dari

sektor pertanian menjadi jasa dan manufaktur.

Abdullah (2014), mengungkapkan bahwa investasi infrastruktur

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap meningkatnya aksesibilitas dan

mobilitas penduduk dalam pengembangan kawasan pertanian. Disamping itu,

adanya infrastruktur yang baik dapat memberikan akses yang lebih besar dalam

berinteraksi dengan wilayah lainnya, sehingga dapat memanfaatkan lahan yang

kurang produktif dapat dijadikan sebagai potensi untuk menghasilkan

komoditi yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa, peningkatan kualitas jalan

lingkar kawasan barat Enrekang ternyata sangat berpengaruh terhadap

peningkatan kuantitas dan kualitas produksi komoditi pertanian. Adanya kualitas

infrastruktur yang baik, diharapkan dapat menarik investor dalam

mengembangkan investasinya pada kawasan tersebut. Oleh karena itu, investasi

infrastruktur yang berkualitas, akan dapat memberikan pengaruh yang baik

terhadap tingkat kesejahteraan bagi masyarakat, hal ini terbukti adanya

peningkatan terhadap penghasilan penduduk masyarakat barat Enrekang.

Penelitian Chandra Darma Permana (2010: 4) menunjukkan bahwa

infrastruktur memiliki keterkaitan ke belakang yang lebih tinggi

dari pada keterkaitan ke depannya. Artinya bahwa, infrastruktur mempunyai peran

Page 18: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

9

penting dalam meningkatkan output sektor lain untuk digunakan sebagai input

dibandingkan meningkatkan outputnya itu sendiri. Infrastruktur lebih mampu

meningkatkan pertumbuhan sektor hulu dari pada hilirnya. Dampak

dari infrastruktur mempunyai signifikansi yang besar terhadap multiplier dalam

bidang ekonomi. Pun demikian, pertumbuhan investasi pada sektor lainnya

juga berdampak secara total terhadap pengentasan kemiskinan dan memberikan

pendapatan yang lebih baik serta penguatan terhadap kualitas modal manusia.

Mengacu kepada bukti-bukti empiris tersebut, tidaklah berlebihan bila pada

dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 -2019

untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional, pembangunan infrastruktur

diarahkan untuk : (a) menyediakan infrastruktur transportasi untuk pelayanan distribusi

komoditi perdagangan dan industri serta pergerakan penumpang dan barang, baik

dalam lingkup nasional maupun internasional; (b) menghilangkan kesenjangan antara

pasokan dan kebutuhan serta efektivitas dan efisiensi penggunaan energi termasuk

tenaga listrik; (c) meningkatkan teledensitas pelayanan telematika masyarakat

pengguna jasa; (d) memenuhi kebutuhan hunian layak bagi masyarakat dan

mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh; serta (e) mewujudkan peningkatan

keandalan dan keberlanjutan layanan sumber daya air baik untuk pemenuhan air

minum, sanitasi, dan irigasi guna menunjang ketahanan air dan pangan.

Pada dasarnya, pembangunan infrastruktur yang memadai dan berkualitas

akan memberikan kemudahan bagi para penggunanya untuk lebih produktif lagi

dalam melakukan kegiatannya. Oleh karena itu, pemerintah berupaya melakukan

percepatan pembangunan infrastruktur yang dilakukan dengan mengedepankan

Page 19: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

10

prinsip kemitraan secara adil, terbuka transparan, kompetitif, dan saling

menguntungkan. Dalam rangka memperkuat otonomi daerah, diperlukan kerangka

kerja sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui mekanisme

desentralisasi dan dekonsentrasi. Dalam kerangka kerja sama tersebut, dilakukan

peningkatan peran serta masyarakat, sebagai wujud kerja sama pemerintah dan

masyarakat/ komunitas dalam pembangunan infrastruktur (BAPPENAS, 2004).

Kuznets (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara

dipengaruhi oleh akumulasi modal (investasi pada tanah,peralatan, prasarana dan

sarana dan sumber daya manusia), sumber daya alam, sumber daya munusia (human

resources) baik jumlah maupun tingkat kualitas penduduknya, kemajuan teknologi, akses

terhadap informasi, keinginan untuk melakukan inovasi dan mengembangkan diri serta bu-

daya kerja (Todaro, Economic Development in the Third World. An Introduction to

Problems and Policies in a Global Perspective, 1977).

Mengacu kepada teori dari Simon Kuznets, maka budaya kerja merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Budaya merupakan sekumpulan pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,

adat dan kebiasaan yang diperoleh sebagai anggota sebuah perkumpulan atau

komunitas tertentu (Susanto, et al., 2008). Kumpulan budaya-budaya inilah yang

secara agregatif akan membangun sebuah budaya nasional yang membedakan

suatu bangsa dengan bangsa lainnya, suatu ras dengan ras lainnya, bahkan suatu

kelompok dengan kelompok masyarakat lainnya, dalam menetapkan tujuan

pembangunannya. Terkait dengan budaya, persamaan atau perbedaan nilai-nilai

Page 20: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

11

kebudayaan setiap masyarakat tumbuh dari pengalaman hidupnya, sejarahnya, dan

sistem kepercayaannya serta lingkungan alam dan sosial yang dihadapinya.

Menurut Hofstede & Minkov (2010) dikatakan bahwa budaya merupakan

perangkat lunak pikiran yang mengatur tentang pola pikir, pola tindak dan sikap

mempersepsikan diri dalam interaksi sosial dengan orang lain. Mengacu kepada

pendapat ini, maka tersirat makna bahwa budaya bukanlah sifat dari pembawaan

individu (genetis), tetapi merupakan suatu bentuk perilaku yang akan dipengaruhi oleh

faktor internal dan faktor eksternal dari seorang individu atau masyarakat (Schein,

2004).

Seperti halnya dengan infrastruktur pembangunan, budaya masyarakat

tidak secara otomatis mampu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya.

Terdapat suatu mekanisme yang harus dilalui untuk mentransformasi pengaruh

dari berbagai sumber daya pembangunan – termasuk infrastruktur di dalamnya –

dan budaya masyarakat agar mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap

peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat (Kotter & Heskett, 1996). Pun

perbedaan jenis-jenis infrastruktur yang dibangun di suatu kawasan akan

memberikan pengaruh yang berbeda pula.

Terkait dengan kewirausahaan, sejauh ini studi yang dilakukan terfokus

hanya kepada faktor-faktor yang berperan sebagai katalisator kewirausahaan

masyarakat. Sebagai misal, adanya perubahan radikal pada teknologi proses

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kewirausahaan masyarakat

(Tushman & Anderson, 1990). Selain faktor teknologi, faktor-faktor lain yang

mempengaruhi orientasi kewirausahaan masyarakat yang telah diteliti adalah

Page 21: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

12

ideologi (Hiatt, W., & Tolbert, 2009), regulasi (Russo, 2001), dan fundamental

pasar (Tushman & Anderson, 1990). Satu kesamaan dari riset-riset ini adalah

kajian mengenai orientasi kewirausahaan dilakukan dengan mengamati

kecenderungan terjadinya perubahan lingkungan eksternal. Meskipun perubahan

lingkungan menyebabkan munculnya peluang usaha, perubahan ini tidak secara

otomatis menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan yang telah

ada untuk bertahan dan kesempatan untuk membuka usaha baru. Selain itu,

sangat dibutuhkan adanya dukungan infrastruktur yang mampu untuk

memperbesar skala perusahaan yang telah ada dan menciptakan usaha-usaha baru

(Forbes & Kirsch, 2011).

Pertumbuhan ekonomi menurut Abdullah (2014) adalah adanya

peningkatan terhadap PDB nasional yang diikuti oleh peningkatan terhadap modal

manusia sebagai subyek produksi untuk menghasilkan output yang lebih baik dan

berkualitas. Peningkatan modal manusia, tentunya diikuti oleh pembangunan

infrastruktur yang lebih baik dan perbaikan terahadap sarana prasarana publik

sebagai aksesibilitas, penunjang pergerakan ekonomi, dan penopang

ekonomi kerakyatan dengan pengelolaan dan pengembangan ekonomi lokal

sebagai unggulan usaha serta peningkatan penghasilan per kapita keluarga.

Berdasarkan Undang – undang No. 23 Tahun 2014 mengenai Otonomi

Daerah, Pemerintah pusat memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di daerahnya dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan memperhatikan prinsip-

prinsip potensi yang dimiliki daerah. Dalam rangka menghadapi pelaksanaan

Page 22: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

13

kebijakan otonomi daerah tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi Bali dituntut

untuk mempersiapkan berbagai kebijakan pembangunan daerah yang sesuai

dengan kondisi potensi ekonomis daerah. Penyusunan kebijakan pembangunan

dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berbasis pada potensi

ekonomis desa harus ditempatkan pada skala prioritas dalam pelaksanaan otonomi

daerah. Salah satu potensi ekonomi daerah yang bisa menjadi garapan pemerintah

daerah adalah industri kecil dan industri rumah tangga. Industri kecil dan rumah

tangga sangat berperan dalam pengentasan kemiskinan karena sifatnya padat

karya, memerlukan modal relatif kecil dengan tingkat teknologi sederhana

sehingga memungkinkan untuk dikerjakan oleh masyarakat golongan bawah baik

di perkotaan maupun di pedesaan.

Sektor industri mempunyai variasi produk yang beragam

dibandingkan dengan produk sektor lainnya. Di samping itu sektor industri

tidak tergantung pada keadaan alam seperti musim dan curah hujan, maka

pelaku bisnis lebih memanfaatkan sektor industri. Sektor ini lebih

menjanjikan dan dapat mengatasi permasalahan ekonomi seperti

pengangguran. Apalagi pembangunan industri kerajinan di Bali saat ini sudah

berkembang dengan pesat, dalam hal ini untuk mengembangkan industri

kerajinan yang ada di provinsi Bali dipandang sebagai upaya yang strategis

dan mengingat usaha ini sangat beranekaragam yang sesuai dengan potensi

daerah. Jumlah industri dan kerajinan rumah tangga sangat banyak dan

beranekaragam, salah satunya komoditi kerajinan kayu.

Page 23: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

14

Menurut Iman Suryanto dalam artikel Tribun Bali (2014) mengatakan

jumlah industri dan kerajinan rumah tangga di Indonesia sangat banyak salah

satunya kerajinan kayu mampu menopang sekitar 80 persen dari total ekspor

non migas setiap tahunnya. Kegiatan industri ini mampu menyerap tenaga

kerja yang banyak dan menjadi prioritas pembangunan dengan harapan

mampu meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat. Provinsi Bali

merupakan salah satu daerah tujuan wisatawan, juga memiliki potensi yang

sangat besar terhadap ekspor.

Kerajinan kayu merupakan suatu karya dari ukiran kayu, keberadaan

kerajinan kayu di Bali saat ini tidak terlepas dari pengaruh modernisasi salah

satunya ditransformasi pariwisata. Perkembangan kerajinan kayu di Bali

dilihat dari aspek bentuk, jenis, maupun maknanya bagi masyarakat.

Kerajinan ini memperlihatkan bentuk dan jenisnya yang sangat beragam

dengan makna ekonomis, sosial dan budaya. Adapun jenis-jenis kerajinan

kayu adalah patung animal, patung budha, patung manusia, patung barong,

patung siwa, meja, kursi, pintu, miror, frame dan masih banyak lagi.

Menurut Disperindag Provinsi Bali (2016) dilihat dari perkembangan

ekspor kerajinan kayu di Bali dari tahun 2012 hingga 2016 menjadi ekspor

unggulan di setiap tahunnya, karena kerajinan kayu sendiri telah memberikan

sumbangan dalam penyediaan lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Hal ini

menunjukkan bahwa sektor industri kerajinan lebih potensial untuk

dikembangkan guna menunjang sektor pariwisata, meningkatkan ekspor non

migas dan meningkatkan pendapatan pengrajin tersebut. Industri kerajinan

Page 24: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

15

kayu hingga saat ini masih menjadi komoditi unggulan yang dikembangkan

baik itu dari segi desain maupun mutunya.

Kerajian industri kayu di Provinsi Bali selama ini memang berada di

peringkat pertama dan dilanjutkan dengan ekspor kerajinan furniture dan

perak. Dibandingkan dengan industri kerajinan lainnya, industri ukiran kayu

dipandang cukup prospektif jika ditinjau dari banyaknya industri maupun

kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja. Berbagai jenis produk kerajinan

ukiran kayu yang dihasilkan para pengrajin diproduksi oleh masyarakat

setempat yang masih bertautan erat dengan tradisi dan mengandung nilai-

nilai sakral, magis, dan simbolis.

Tabel 1. 1 Pertumbuhan Pengrajin Industri Kayu di Provinsi Bali

Tahun 2013-2017

Tahun Jumlah Industri Kayu (unit)

Pertumbuhan ( % )

2013 1.986 -

2014 1.568 -26,66

2015 2.092 25,05

2016 2.074 -0,87

2017 2.037 -1,82

Sumber : Disperindag Provinsi Bali, 2017

Data dalam Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa, partumbuhan pengrajin

industri kayu di provinsi Bali justru mengalami kenaikan dan penurunan

secara fluktuatif selama 5 tahun. Penurunan terlihat dari tahun 2013 ke tahun

2014 sebesar 26,66 persen, kemudian pada tahun 2015 mengalami

peningkatan sebesar 25,05 persen. Selanjutnya pada tahun 2016 kembali

Page 25: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

16

mengalami penurunan sebesar 0,87 persen dan berlanjut hingga pada tahun

2017 sebesar 1,82 persen.

Kenaikan dan penurunan pertumbuhan pengrajin industri kayu tersebut

tidak terlepas dari adanya ketentuan bahwa setiap pengrajin industri yang

berbahan dari kayu terutama untuk keperluan barang ekspor harus memiliki

sertifikat SVLK (Sertifikat Verifikasi Legalitas Kayu) seperti yang

disebutkan oleh Wiranata dalam Tribune Bali, 2017.

Penurunan pertumbuhan pengrajin industri kayu di Provinsi Bali

dewasa ini juga dipicu adanya kenyataan bahwa setiap bangunan perumahan,

hotel, dan villa telah menggunakan konstruksi atap dan dinding dari baja

lapis ringan (Blue Scope).

Kenyataan empiris ini, justru menunjukkan bahwa apa yang menjadi

harapan pemerintah terhadap program pemberdayaan yang dilakukan selama

ini belum memberi hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Fenomena

kinerja IKM di Indonesia, dari perspektif pertumbuhan jumlah unit usaha,

penyerapan tenaga kerja, nilai ekspor, nilai investasi dan kontribusinya pada

pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) belum memberi hasil yang

menggembirakan. Walaupun pertumbuhannya menunjukkan kenaikan, tetapi

pangsanya sangat kecil. Hal ini mengindikasikan, bahwa untuk seluruh

indikator makro, kinerja IKM belum menunjukkan pertumbuhan kuantitas

dan kualitas yang maksimal.

Page 26: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

17

Tabel 1. 2 Jumlah Produksi Pengrajin Industri Kayu di Provinsi Bali

Tahun 2013-2017

No Kabupaten/Kota Jumlah Produksi (Juta Rupiah)

2013 2014 2015 2016 2017 1 Badung 98.318.001 126.919.929 129.621.000 109.103.626 83.600.113 2 Bangli 26.971.337 34.817.634 35.558.613 29.930.132 22.933.815 3 Buleleng 38.215.671 49.333.084 50.382.976 42.407.985 32.494.908 4 Denpasar 179.188.495 231.316.653 236.239.464 198.845.728 152.364.554 5 Gianyar 226.670.040 292.611.170 298.838.432 251.536.067 192.738.265 6 Jembrana 51.025.799 65.869.837 67.271.659 56.623.402 43.387.401 7 Karqangasem 7.609.587 9.823.310 10.032.367 8.444.369 6.470.456 8 Klungkung 6.311.953 8.148.179 8.321.586 7.004.383 5.367.074 9 Tabanan 82.138.375 106.033.449 108.290.020 91.149.072 69.842.525

Jumlah 716.449.259 924.873.246 944.556.117 795.044.764 609.199.111

Sumber : data Provinsi Bali, 2017

Dari table 1.2 di atas terlihat gejala jumlah produksi pengusaha industri kayu

di Provinsi Bali dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 mengalami

fluktuasi atau pertumbuhan yang meningkat dan menurun. Peningkatan

produksi kayu terjadi tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami peningkatan

sebesar 22,54 persen. Peningkatan berlanjut dalam tahun 2015 menjadi

sebesar 2,08 Persen. Kemudian dalam tahun 2016 pengrajin industri kayu

mulai mengalami penurunan produksi, dimana dalam tahun 2016 turun

menjadi 18,81 persen dan berlanjut pada tahun 2017 sebesar 30,51 persen.

Kenaikan dan penurunan jumlah produksi pengrajin industri kayu tersebut

tidak terlepas dari pertumbuhan jumlah pengrajin industri kayu di Provinsi

Bali. Penelitian tentang industri kayu khususnya di Provinsi Bali tetap menarik

untuk dilakukan penelitian, karena beberapa sebab : Fenomena keberadaan

pengrajin industri kayu di Provinsi Bali dari jaman dahulu sampai masa kini

masih tetap eksis karena berkaitan erat dengan keyakinan adat dan budaya lokal.

Page 27: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

18

Oleh karena itu pengrajin industri kayu di Provinsi Bali bisa dikatakan bersifat

fleksibel dalam menghadapi segala tuntutan jaman, tradisi, modernisasi, industri

jasa pariwisata. Produk dari kerajinan industri kayu di Bali dapat memperlihatkan

bentuk dan jenisnya yang sangat beragam dengan makna ekonomis, sosial dan

budaya. Makna ekonomis berarti produk yang dihasilkan oleh pengrajin industri

kayu dapat berfungsi sebagai salah satu mata pencaharian hidup melalui beberapa

usaha yang berkelanjutan, memiliki orientasi pada kinerja usaha dan berorientasi

pada usaha pemenuhan kebutuhan hidup (orientasi kewirausahaan), dan utamanya

pemenuhan kebutuhan primer (sandang pangan) termasuk infrastruktur

pembangunan. Sedangkan fungsi sosial produk kerajinan kayu dimaknai oleh

prinsip kerja untuk kerja, seni untuk seni sehingga pengrajin industri kayu di

Provinsi Bali dapat bertahan tanpa pengaruh eksternal.

Tabel 1. 3

Jumlah Industri Kerajinan Kayu, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Menurut Kabupaten atau Kota Tahun 2017

No Kabupaten/ Kota

Jumlah Unit Usaha

Tenaga Kerja (orang)

Nilai Produksi (Juta Rupiah)

1 Badung 111 2.636 83.600.113 2 Bangli 652 1.146 22.933.815 3 Buleleng 204 1.009 32.494.908 4 Denpasar 279 2.134 152.364.554 5 Gianyar 292 5.335 195.738.265 6 Jembrana 326 1.496 43.387.401 7 Karangasem 87 736 6.470.456 8 Klungkung 24 321 5.367.074 9 Tabanan 62 350 69.842.525

Jumlah 2.037 15.163 612.199.111 Sumber : Disperindag Provinsi Bali, 2017 (Data diolah)

Page 28: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

19

Tabel 1.3 menunjukkan jumlah industri kerajinan kayu, tenaga kerja, dan

nilai produksi menurut kabupaten atau kota di Provinsi Bali dengan jumlah

industri kerajinan kayu terbanyak ada di Kabupaten Bangli yang diikuti oleh

Kabupaten Jembrana dan Gianyar. Penyerapan terhadap tenaga kerja pada sektor

industri kerajinan kayu terdapat di Kabupaten Gianyar, Badung dan kota

Denpasar. Nilai produksi yang dihasilkan dari industri kerajinan kayu terbanyak

ada di Kabupaten Gianyar dengan nilai ekspor mencapai Rp. 195.738.265, diikuti

oleh Kota Denpasar dengan nilai ekspor mencapai Rp. 152.364.554.

Selama ini pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah terkadang

tidak sesuai atau tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya.

Pola pemerintahan yang dilakukan tidak berdasarkan kebutuhan masyarakat dapat

menimbulkan menurunnya kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut yang

dilihat dari tinggi rendahnya IPM.

IPM merupakan salah satu cara untuk mengukur taraf kualitas hidup

penduduk. Kualitas hidup tercermin dari pendidikan, kesehatan dan kemampuan

ekonomi masyarakat yang dilihat dari tingkat pendapatan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan masyarakat akan memudahkan untuk mendapatkan pekerjaan yang

lebih baik serta memperoleh pendapatan sehingga masyarakat mudah mengakses

kesehatan. Kesehatan masyarakat yang rendah menyebabkan produktivitas

rendah, produktivitas rendah akan menyebabkan rendahnya pendapatan

masyarakat. Pendapatan yang rendah menyebabkan masyarakat tidak dapat

mengakses pendidikan dan kesehatan karena keterbatasan biaya. Jika hal ini

Page 29: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

20

terjadi maka akan berdampak pada rendahnya kualitas pembangunan manusia atau

yang disebut dengan IPM.

Secara umum, permasalahan IKM yang ada di Provinsi Bali, tidak jauh

berbeda dengan permasalahan yang dialami IKM yang ada di Indonesia, yaitu

rendahnya kemampuan manajerial (dalam hal produksi, bahan baku, administrasi

dan keuangan), rendahnya komitmen dalam memenuhi pesanan pelanggan (dalam

desain dan kualitas produk; ketidakstabilan pasokan dan harga bahan baku atau

bahan penolong lainnya); serta rendahnya akses terhadap sumber pembiayaan.

Pananganan terhadap hal ini juga sudah dilakukan oleh pemerintah melalui

berbagai program pemberdayaan IKM, dalam wujud kucuran dana, kemitraan,

pelatihan, pendampingan, dan lain-lainnya, Tetapi fakta empiris menunjukkan

tetap saja IKM Bali belum berkembang secara maksimal.

Bertolak dari beberapa pandangan tersebut di atas, perlu diteliti lebih

lanjut mengenai pengaruh infrastruktur, budaya, dan orientasi kewirausahaan

terhadap kesejahteraan rumah tangga. Sangat banyak penelitian yang sudah

dilakukan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, namun di sini yang

akan dibahas adalah pengaruh pembangunan infrastruktur yang sudah dibangun

di suatu wilayah, yang kemudian dihubungkan dengan budaya yang ada serta

orientasi kewirausahaan pengusaha industri kayu yang ada di masyarakat setempat

dalam hal ini di Provinsi Bali. Pada kenyataannya tidak otomatis suatu daerah

yang sudah dikembangkan infrastrukturnya lalu kesejahteraan rumah tangganya

meningkat karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Menarik untuk diteliti

lebih lanjut bagaimana hubungan yang terjadi antara infrastruktur, budaya, dan

Page 30: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

21

orientasi kewirausahaan terhadap kesejahteraan rumah tangga Pengusaha Industri

Kayu di Provinsi Bali.

Pengusaha industri kayu mengalami permasalahan terkait dengan SVLK

(Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) yang menjadi persyaratan dalam pasar ekspor dan

mulai berlaku penuh di awal tahun 2016. Selain meningkatkan nilai ekonomis hasil

kerajinan dan meningkatkan daya saing kerajinan Bali di pasar internasional, sistem ini

juga diharapkan mampu memproteksi Bali dari peredaran kayu hasil illegal loging.

Mengingat, 80 persen bahan baku industri kayu masih didatangkan dari luar Bali

(Tribunnews, 24 Maret 2015). Pengusaha industri kayu juga mengalami permasalahan

terkait dengan standarisasi harga jual. Selain bersaing dalam hal kreasi, sering kali

mereka harus melakukan perang harga dengan sesama pengusaha supaya produknya

laku dijual. Hal ini menyebabkan pendapatan mereka tidak sesuai dengan harapan

(Balipost, 28 November 2016). Direktur Industri Kecil Menengah (IKM) Pangan, Kayu

dan Furnitur Kementerian Koperasi Dr. Ir. Sudarto, MM mengatakan setidaknya ada 3

(tiga) kendala yang dialami oleh Industri Kecil Menengah (IKM) selama ini di Bali

yaitu sisi modal, teknologi dan produktifitas. Terkait dengan produktivitas banyak

(IKM) yang selalu mengandalkan cara tradisional dalam membuat produk yang

mengakibatkan usaha mereka belum masuk ke kapasitas produksi yang layak dan

efisien untuk maju dan berdaya saing (Suaradewata.com, 21 Oktober 2016). Menurut

Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Fauzi Aziz salah satu permasalahan yang sering

dihadapi pada industri kecil dan menengah adalah masalah pemasaran. Dalam hal ini

kemampuan berpromosi IKM yang kerap dinilai masih kurang baik dalam kegiatannya

maupun penyebaran informasi. (Berita sore.com, 3 Agustus 2010). Asosiasi Mebel dan

Page 31: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

22

Kerajinan Republik Indonesia (AMKRI) menargetkan peningkatan jumlah ekspor hasil

kerajinan baik yang berbahan kayu maupun rotan. Namun dalam hal ini masih

mendapatkan hambatan yang besar terkait dengan permasalahan yang berhubungan

dengan regulasi, infrastruktur serta birokrasi yang sangat rumit. Permasalahan

infrastruktur yang dimaksud di sini adalah pelabuhan, akses jalan dan telekomunikasi

yang masih belum memadai di daerah-daerah penghasil kerajinan (Fajar Bali, 16

November 2013).

Menindaklanjuti sumber berita tersebut diatas, peneliti melakukan survei awal

ke dinas-dinas terkait. Dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali

menyarankan untuk berkoordinasi dengan kabupaten/kota yang ada di Bali untuk

mengetahui permasalahan masing – masing daerah. Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Gianyar menyampaikan permasalahan yang banyak dihadapi

oleh industri kayu yang berada di Kabupaten Gianyar adalah permodalan, persaingan

harga dengan produk Cina, perijinan SVLK dan pemasaran. Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Bangli menyampaikan permasalahan yang banyak dihadapi

oleh industri kayu yang berada di Kabupaten Bangli adalah permodalan, pemasaran,

manajemen usaha dan perijinan SVLK.

Dari hasil survei awal ke dinas tersebut belum didapatkan secara rinci

permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha industri kayu yang berhubungan

dengan infrastruktur. Selanjutnya peneliti melakukan survei lanjutan dengan

mewawancarai secara random 13 pengusaha industri kayu yang ada. Dari survei

ini didapatkan informasi mengenai masalah yang dihadapi terkait dengan

infrastruktur yaitu sebagai berikut :

Page 32: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

23

1) Keterbatasan ketersediaan air, yang menyebabkan biaya produksi

meningkat karena air yang diperlukan harus dibeli. Kondisi ini juga

menyebabkan biaya hidup rumah tangga meningkat.

2) Kendala ketersediaan listrik. Yang dimaksud di sini adalah seringnya

pemadaman bergilir dan terjadinya arus pendek saat musim hujan

dikarenakan kondisi instalasi yang kurang baik. Hal ini menyebabkan

mereka tidak dapat melakukan produksi secara rutin.

3) Kondisi jalan dan jembatan yang kurang memadai di beberapa lokasi

tempat pengusaha industri kayu tersebut berada. Mereka mengeluhkan

jalan yang bergelombang dan sempit serta jembatan yang belum tersedia

sehingga saat musim hujan mereka tidak bisa menyeberang.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Meskipun teori-teori yang dikembangkan para ahli ekonomi tentang

pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi pada kajian makroekonomi

telah banyak diteliti, namun hubungan atau pengaruh dari pembangunan

infrastruktur (fisik dan sosial) terhadap kesejahteraan masyarakat secara

mikroekonomi masih relatif langka dan sulit untuk ditemukan. Jika pendapat

Kotter & Heskett (1996) yang menyatakan harus ada mekanisme transformasi

sumber daya-sumber daya produksi pada penciptaan output diacu, maka

pertanyaan mengenai cara dan bentuk transformasi infrastruktur agar bermanfaat

terhadap tingkat kesejahteraan individu di suatu wilayah menjadi pertanyaan yang

sangat relevan dan menarik.

Page 33: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

24

Terlebih bila diikuti pemikiran Todaro (1977) yang menyatakan bahwa

budaya merupakan salah satu faktor produksi yang bersifat intangible yang

memiliki peranan dalam mengubah input menjadi output individu yang akan

bermuara pada peningkatan kesejahteraannya, maka kombinasi dari terbangunnya

infrastruktur fisik dan sosial di suatu wilayah dengan budaya masyarakat setempat

menjadi sebuah kondisi yang pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan individu

dari masyarakat yang berdiam di wilayah tersebut masih belum terelaborasi

dengan baik dan komprehensif.

Salah satu alternatif dari bentuk transformasi yang bisa digunakan untuk

menjelaskan pengaruh dari bangunan kombinasi tersebut adalah konsep tentang

kewirausahaan masyarakat yang berdiam di suatu wilayah. Hal ini dilakukan

mempertimbangkan bahwa kombinasi dari pembangunan infrastruktur dan budaya

masyarakat akan memiliki dampak terhadap penciptaan aktivitas yang bersifat

income generating, yang selanjutnya meningkatnya pendapatan individu akan

berpengaruh pada peningkatan kesejahteraannya (Mankiw, 2007). Agar secara

nyata terjadi peningkatan pendapatan individu, maka orientasi individu pun dalam

menyikapi peluang-peluang yang muncul menjadi konsep yang penting. Orientasi

kewirausahaan dari masyarakat suatu kawasan dengan adanya pembangunan

infrastruktur di wilayahnya merupakan suatu alternatif dari transformasi

kombinasi infrastruktur dengan budaya lokal masyarakat dalam mengubah input

menjadi output produksi.

Orientasi kewirausahaan merupakan sebuah konsep yang menggambarkan

perilaku individual ataupun organisasional mengambil manfaat dari peluang-

Page 34: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

25

peluang yang ada di lingkungan eksternalnya yang selalu berubah (Covin &

Slevin, 1991). Pada skala organisasi, Gima & Anthony (2001) menyatakan

organisasi dengan kemampuan orientasi kewirausahaan yang tinggi cenderung

akan memiliki kinerja yang lebih baik jika dibandingkan organisasi pesaing yang

memiliki kemampuan orientasi kewirausahaan yang lebih rendah dalam hal

memperebutkan pangsa pasar, kecepatan memasuki pasar, dan tingkat kualitas

produk/jasa yang ditawarkan. Hal yang sama juga ditemukannya pada skala

individu di mana individu dengan orientasi kewirausahaan yang lebih tinggi

memiliki peluang lebih besar untuk meraih keuntungan material dari individu

dengan orientasi kewirausahaan yang lebih rendah.

Para peneliti meyakini bahwa ada hubungan yang jelas antara investasi di

bidang infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi, khususnya pada hubungan jangka

panjang. Meskipun demikian, belum ada kesepakatan tentang jenis hubungan yang

terbentuk, dalam pengertian apakah investasi di bidang infrastruktur yang merupakan

salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya (O’Fallon, 2003). O’Fallon

beranggapan bahwa infrastruktur-infrastruktur fisik serta layanan yang dapat diberikan

oleh infrastruktur tersebut sesungguhnya merupakan modal pelengkap dari modal

produktif seperti sumberdaya manusia agar berpotensi dalam proses pertumbuhan

ekonomi [ … physical infrastructure and the services provided can be regarded as

form of “complementary capital” that requires the existence of available productive

capital …].

Mengacu kepada pendapat di atas, maka secara terpisah infrastruktur

belum memiliki kemampuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi; tetapi

Page 35: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

26

diperlukan modal produktif seperti sumber daya manusia dengan segenap

kemampuannya dalam proses pembangunan. Pendapat dari O’Fallon (2003)

memunculkan dua pertanyaan berikut:

1) Sebagai salah satu modal produktif, bagaimanakah ketersediaan infrastruktur

fisik di suatu wilayah dapat merangsang sumber daya manusia di wilayah

tersebut berpartisipasi pada proses pembangunan yang terjadi?

2) Berapakah besarnya akselarasi yang disebabkan oleh ketersediaan infrastruktur

fisik dalam meningkatkan kemakmuran masyarakat di wilayah di mana

infrastruktur tersebut berada?

Kedua pertanyaan di atas selanjutnya memunculkan riset lain yang

mencoba untuk mengkaji peranan infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. Salah satu riset yang

dilakukan para peneliti di Ewing Marion Kauffman Foundation (2008) adalah

melihat peranan budaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Fakta

empiris bahwa jaringan-jaringan wirausaha (entreprenurial networks) yang

terdapat di suatu kota dan tidak ditemukannya di kota yang lain memunculkan

dugaan bahwa budaya memiliki peran yang berarti dalam menciptakan wirausaha-

wirausaha termasuk jaringan antar mereka. Diduga bahwa budaya di suatu

wilayah merupakan ‘unsur penarik’ bagi individu luar wilayah tersebut untuk

‘bergabung’ dan mengembangkan usaha baru terkait berkembangnya infrastruktur

di wilayah tersebut. Meskipun demikian, para peneliti ini memberikan catatan

bahwa terlepas dari pentingnya budaya pada intensitas kewirausahaan di suatu

Page 36: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

27

daerah, studi yang komprehensif belum banyak ditemukan. Hal ini diduga

disebabkan oleh kesulitan dalam mengukur budaya sebagai sebuah konsep.

Sejauh ini, di Provinsi Bali yang terdiri dari delapan kabupaten dan satu

kota memiliki disparitas yang relatif masih lebar pada beberapa indikator

perekonomian, di antaranya: Indeks Pembangunan Manusia (IPM), distribusi

tenaga kerja menurut sektor pekerjaan (primer, sekunder, dan tersier), serta

pendapatan per kapita di masing-masing kabupaten/kota. Dampak terdepan dari

kondisi ini adalah tidak terhindarkannya urbanisasi penduduk dari kabupaten yang

tertinggal menuju kabupaten/kota yang lebih maju. Dampak lanjutan dari kondisi

ini, di antaranya adalah meningkatnya kriminalitas, penggunaan lahan yang

melebihi daya dukungnya dan cenderung mengabaikan prinsip-prinsip

pembangunan yang berkelanjutan, serta dampak sosial lainnya.

Dengan demikian, salah satu upaya untuk mengurangi dampak-dampak

tersebut adalah dengan membangun secara lebih intensif dan efektif di kabupaten-

kabupaten yang masih tertinggal. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengarahkan

bangunan infrastruktur yang dikombinasikan dengan budaya masyarakat yang

dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara langsung melalui orientasi

kewirausahaannya di kabupaten-kabupaten di Provinsi Bali. Terbangunnya

infrastruktur yang tepat disertai dengan budaya masyarakatnya yang bersinergi

untuk meningkatkan orientasi kewirausahaan masyarakatnya di Provinsi Bali

diduga akan mampu untuk mengurangi terpusatnya perekonomian di dua wilayah

saja, yaitu Badung dan Denpasar.

Page 37: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

28

Mengingat pentingnya infrastruktur termasuk jalan dan jembatan untuk

mendukung iklim investasi di Indonesia, pemerintah dalam sistem logistik

nasional menempatkan pilar infrastruktur pada urutan ke 6 dari 11 prioritas

nasional pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid II tahun 2010 sampai tahun 2014

setelah reformasi birokrasi dan tata kelola, pendidikan, kesehatan,

penanggulangan kemiskinan, dan ketahanan pangan.

Transport atau transportation didefinisikan sebagai pergerakan arus orang,

barang maupun jasa dari suatu tempat ke tempat lain. Kata transport berasal dari

bahasa Latin yaitu tran berarti across dan portare berarti to carry (membawa).

Moda transportasi dapat dikelompokkan menjadi moda transportasi darat yaitu

jaringan jalan dan kereta api, moda transportasi laut mencakup pelabuhan laut dan

rute pelayaran serta moda transportasi udara yaitu bandara dan rute penerbangan.

Dalam hal ini peneliti membatasi permasalahan pada para pengusaha industri

kayu di Provinsi Bali. Pembangunan di Provinsi Bali saat ini sedang giat-giatnya baik

yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan-perusahaan

swasta maupun perorangan. Salah satu bahan dalam pembangunan konstruksi adalah

bahan industri kayu yang disediakan oleh para pengusaha industri kayu. Selain bahan

baku konstruksi bangunan, industri kayu ini juga menyediakan produk furniture dan

ornament interior yang lain seperti patung, rumah kayu rakitan dan sanggah kayu.

Usaha industri kayu ini memerlukan distribusi bahan baku dan hasil produknya hampir

di seluruh wilayah Provinsi Bali dan sangat tergantung dengan kondisi infrastruktur

yang ada di lokasi tersebut.

Page 38: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

29

Di samping itu Pemerintah Provinsi Bali (2015) menyebutkan ada

beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui usaha kecil

dan mikro, antara lain kualitas SDM bidang usaha kecil dan mikro yang masih

rendah, tingkat kesejahteran masyarakat lokal yang rendah, modal usaha yang

belum tersedia, kurangnya kebijakan pemerintah terhadap pengembangan Industri

Kecil dan Menengah, serta strategi pemasaran terhadap jenis usaha belum

tersedia. Peran pemerintah terhadap industri kecil dan mikro adalah bagaimana

menumbuhkan iklim usaha dengan menerapkan peraturan perundangan dan

kebijakan yang meliputi aspek pendanaan, sarana prasarana, informasi usaha,

kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, serta

dukungan kelembagaan.

Berdasarkan hasil survei tersebut diatas ditemukan bahwa infrastruktur memang menjadi

salah satu kendala yang dihadapi oleh para pengusaha industri kayu. Terkait dengan kesejahteraan

yang didefinisikan sebagai perwujudan tingkat pemenuhan utilitas seluruh masyarakat dalam

suatu perekonomian, yang besarnya tergantung dari kesejahteraan yang diterima oleh masing-

masing individu, para pengusaha industri kayu menanggapi yang pada intinya, jika terkait dengan

infrastruktur mereka berharap kondisi infrastruktur yang ada selalu dalam kondisi yang layak dan

tidak menghambat produksi mereka. Hambatan produksi sehari saja sudah menyebabkan

kerugian biaya produksi. Selanjutnya permasalahan yang menjadi kajian pokok pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana pengaruh infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi

kewirausahaan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi

Bali?

Page 39: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

30

2) Bagaimana pengaruh infrastruktur pembangunan, budaya, orientasi

kewirausahaan dan kinerja usaha terhadap kesejahteraan rumah tangga

pengusaha industri kayu di Provinsi Bali?

3) Bagaimana pengaruh infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi

kewirausahaan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu

melalui mediasi kinerja usaha di Provinsi Bali?

4) Apakah Faktor Kontekstual memoderasi orientasi kewirausahaan dan kinerja

usaha pengusaha industri kayu di Provinsi Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dan mengkaji permasalahan-

permasalahan yang diungkap di bagian sebelumnya, yang meliputi:

1) Menganalisis pengaruh infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi

kewirausahaan terhadap kinerja usaha pengusaha industri kayu di Provinsi

Bali.

2) Menganalisis pengaruh infrastruktur pembangunan, budaya, orientasi

kewirausahaan dan kinerja usaha terhadap kesejahteraan rumah tangga

pengusaha industri kayu di Provinsi Bali.

3) Menganalisis pengaruh infrastruktur pembangunan, budaya dan orientasi

kewirausahaan terhadap kesejahteraan rumah tangga pengusaha industri kayu

melalui mediasi kinerja usaha di Provinsi Bali.

4) Menganalisis pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja usaha

pengusaha industri kayu melalui faktor kontekstual di Provinsi Bali.

Page 40: ABSTRAK - Universitas Udayana€¦ · membuka peluang usaha bagi masyarakat lainnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya pengembangan usaha industri kerajinan kayu di Provinsi Bali

31

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis dan praktis sebagai

berikut:

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengisi kesenjangan penelitian pada

hubungan antara pembangunan infrastruktur serta tingkat kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini

pengusaha industri kayu. Melalui pendekatan mikroekonomi dan sosial, maka konsep-konsep

yang ada pada mikroekonomi seperti orientasi kewirausahaan dan budaya pada ranah ilmu sosial,

dapat diintroduksi dan dipelajari pengaruhnya pada variabel-variabel makroekonomi seperti

tingkat kesejahteraan masyarakat.

1.4.2 Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tambahan tentang budaya dan orientasi

kewirausahaan masyarakat dalam hal ini pengusaha industri kayu di sembilan kabupaten/kota di

Provinsi Bali dikaitkan dengan infrastruktur yang dibangun. Melalui pemahaman ini maka

diharapkan masyarakat dapat mengambil manfaat dari terbangunnya infrastruktur di wilayahnya.

Penelitian ini juga diharapkan mampu untuk membantu pemerintah dalam menentukan jenis dan

bentuk pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat di wilayah masing-masing.

Dengan demikian, pembangunan yang dilaksanakan pemerintah semakin berpihak kepada

masyarakat yang mengedepankan konsep pro poor, pro job, dan pro growth secara

komprehensif.