analisis strategi pemasaran usaha kerajinan …/analisis...analisis strategi pemasaran usaha...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN USAHA KERAJINAN PAYUNG HIAS DI
KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN
SKRIPSI
Oleh:
TAUFIK HIDAYAT
K7407143
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN USAHA KERAJINAN PAYUNG HIAS DI
KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN
Oleh:
TAUFIK HIDAYAT
K7407143
Ditulis dan diajukan sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Taufik Hidayat. ANALISIS STRATEGI PEMASARAN USAHA KERAJINAN
PAYUNG HIAS DI KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN. Skripsi
: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Januari, 2012.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui Strategi pemasaran yang
diterapkan perajin payung hias di Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten. (2)
Mengetahui kendala yang dihadapi perajin payung hias di Kecamatan Juwiring dan cara
mengatasinya. (3) Mengetahui alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh
pengrajin payung di Kecamatan Juwiring agar dapat meningkatkan penjualan produk
kerajinan payung hias..
Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan, tempat dan peristiwa, serta
arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling (sampling bertujuan). Sedangkan teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis SWOT yang
diaplikasikan dengan metode interaktif. Sedangkan validitas data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik trianggulasi metode dan trianggulasi sumber/data.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Strategi pemasaran
yang diterapkan oleh perajin payung hias di Kecamatan Juwiring terangkum dalam
strategi Marketing Mix, meliputi produk dengan jenis yang beragam, pengembangan
produk dengan melakukan inovasi dan adanya ciri khas pada masing-masing perajin.
Penetapan harga didasarkan pada harga bahan baku, tingkat kesulitan dan tingkat seni
masing-masing dari perajin. Proses distribusi dilakukan melalui distribusi langsung ke
pembeli maupun tidak langsung dengan menggunakan perantara agen. Promosi
dilakukan melalui ucapan, mengikuti pameran dengan bantuan pihak ketiga dan media
internet. Hubungan dengan masyarakat terbangun saling menguntungkan, masyarakat
terbantu dengan penyediaan lapangan kerja dan bahan baku selain pabrik. (2) Kendala-
kendala yang dihadapi perajin diantaranya belum adanya pembukuan yang rapi, akses
terhadap informasi pasar yang kurang, bahan baku jeruji yang terbatas, hambatan masuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
pasar luar negeri, menejemen yang kurang tertata, modal terbatas dan kurangnya
dukungan pemerintah. Upaya yang dilakukan perajin untuk menghadapi permasalahan
tersebut dengan mempertahankan kualitas payung hias dan memberikan pelayanan
terbaik kepada konsumen, mengikuti pameran seperti pada Expo dengan bantuan pihak
ketiga, mengutamakan modal sendiri dan meminjam ke orang lain, mengambil bahan
baku jeruji seadanya dari perajin jeruji tanpa menunggu pesanan banyak,
mempertahankan ciri khas, berusaha mengikuti selera konsumen, mengadakan inovasi
dan mengadakan promosi melalui internet. (3) Alternatif strategi pemasaran yang tepat
bagi perajin payung hias meliputi: kesempatan pasar, produk, teknologi, perantara,
keuangan, dan permodalan. Analisis tersebut berperan dalam pembentukan strategi yang
tepat melalui analisis SWOT sebagai alat formulai strategi. Sehingga dapat ditentukan
pula aternatif strategi pemasaran bagi perajin payung hias di Kecamatan Juwiring.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Taufik Hidayat. MARKETING STRATEGY ANALYSIS OF PAINTED
UMBRELLA HANDY CRAFT BUSINESS IN JUWIRING RESIDENCE
DISTRICT OF KLATEN. Thesis: Faculty Of Teacher Training and Education.
Sebelas Maret University, Surakarta, January 2012.
The objectives of the research are : (1) For understanding what is the marketing
strategy used by the craftsman of painted umbrella handy craft in Juwiring, District of
Klaten. (2) And then, to know the constraint faced by craftsman and how to solve it. (3)
And for understanding the alternative of marketing strategy which can used by
craftsman in Juwiring to decrease the selling product of painted umbrella handy craft.
The method used in this research is descriptive qualitative method. The kind of
data source used in this research is the informant, place and event, and also archive and
document. Sampling technique used in this study was purposive sampling technique.
While the data collection techniques used are the method of observation, interviews, and
documentation This research used SWOT analysis to analyze data which applied with
interactive method. Triangulation method and triangulation data are used to ensure data
validity for this research.
According to the result of the research, we can conclude that : (1) marketing
strategy used by the craftsman in Juwiring Residence covered in Marketing Mix, there
are include product and its variety, innovation for developing product, and the
characteristic of personal craftsman. Fixing cost is based on the raw material price,
difficulty level, and art level of craftsman. Distribution process is done through direct
distribution to the consumer, or indirectly by using an agent as an intermediary.
Promotion is done through person to person, joined the exhibition with the help of a
third party and internet media. Awakened the benefit relationship with the society and
they helped with the provision of employment.(2) The constrains which faced by the
craftsman such as: the absence of a neat bookkeeping, lack of information access about
the market, limited of raw material (grating), obstacle for foreign market entry, bad of
management, limited capital, and there are no more support from the government.
Craftsman effort to confront these problems by maintaining the quality of painted
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
umbrella, and give the best service to the consumer, joined the exhibition expo, used
their own capital or lent to another people, take the raw materials from another
craftsman, maintain the characteristic, understand the consumer taste, make an
innovation and promote their product through internet. (3) The alternative of marketing
strategy which is suitable for craftsman comprise : market chance, product, technology,
agent, finances, and capital. That analysis has function to make the good strategy by
SWOT analysis as a strategy formula. So, from the SWOT analysis, we can also
determine the alternative of marketing strategy for the craftsman in Juwiring Residence.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain (Q.S. Al Insyiroh:7)
Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal:
Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang berdoa untuknya (Al
Hadits, HR. Imam Muslim)
Ilmu itu tidak akan pernah diraih oleh badan yang bersantai-santai, carilah dengan niat
yang benar, ikhtiar yang tinggi dan doa kepada pemilik alam semesta ini (Penulis)
Bagaikan sebuah anak panah, tak akan berguna sebelum lepas dari busurnya. Tidak
akan berguna ilmu yang banyak, sebelum diri sendiri dan orang sekitar dapat merasakan
manfaat dari ilmu yang diperoleh. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Karya ini dengan aku persembahkan untuk:
Alloh SWT
Kedua orang tuaku, Pak Wid dan Almarhumah Ibu Wantini, Kasih sayang
dan cinta selalu engkau berikan untukku. Robbighfirli Wali Walidayya War
Hamhuma Kama Robbayani Shoghiron.
Almarhum Kakakku, perhatian dan kasih sayang telah engkau berikan sampai
datangnya ketetapan pemilik jiwa ini. Allohummarhamhu.....
Keluarga Besarku, Jazakumullohu khoiron katsiron atas doa dan dorongan
semangatnya
Guru, Dosen dan Asatidzku, Melalui engkaulah aku tahu banyak hal
Teman seperjuangan di SKI FKIP UNS 2007-2010, akhi dan ukhti......
Para mujahid di Panrenov NH, Lazis UNS dan jama’ah Nurul Huda, Bangun
Kembali Masjid Kita!
Keluarga besar SDII Al Abidin Surakarta,
Sahabat dolanku, Tri, Hery, Suko, Adi, Septiyan, Sakim, Udin, Cahyo, Hanif,
Miswan, Teddy. Terima kasih atas kebersamaannya
Mas Nanang, Cahyo, Bang Soim dan sahabat di Masjid Al Huda Nirbitan.
Bersama kalian menambah semangat untuk belajar dien ini
Teman-teman C1 Pendidikan Ekonomi ‘07
Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adikku di PTN FKIP UNS.
FKIP UNS, Almamaterku,..........
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, petunjuk
bantuan serta saran-saran yang bermanfaat dari berbagai pihak, yang semuanya itu dapat
memberikan kemudahan dan menunjang dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segenap rasa syukur, hormat dan bahagia
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang
telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini.
2. Ketua Jurusan P. IPS FKIP UNS yang telah memberikan ijin dalam penulisan
skripsi ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNS yang telah memberikan ijin
dalam penulisan skripsi ini.
4. Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dalam
penulisan skrpsi ini.
5. Dra. Kristiani, M.Si. selaku pembimbing pertama yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan pengarahan serta petunjuk sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Dra. Dewi Kusuma Wardani, M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah dengan
sabar memberikan bimbingan pengarahan serta petunjuk sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
7. Tim Penguji Skripsi, yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk menguji
penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna menyelesaikan
studi di bangku kuliah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
8. Seluruh Staf Pengajar FKIP UNS khususnya Program Studi Ekonomi bidang
Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial.
9. Kepala BAPEDA Kabupaten Klaten yang telah memberikan ijin penelitian.
10. Kepala Desa Kwarasan, Kenaiban, Tanjung dan Tlogorandu beserta pamong desa
yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.
11. Perajin payung hias di Kecamatan Juwiring, yang telah memberikan informasi yang
dibutuhkan penulis selama penelitian.
12. Seluruh informan yang telah memberikan informasi-informasi yang sangat berguna
dalam penulisan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi
ini dapat membuka khasanah ilmu pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Surakarta, 20 Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................... v
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... x
KATA PENGANTAR ........................................................................................ xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR TABEL................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. .........1
A. Latar Belakang Masalah………………….....………………........… 1
B. Perumusan Masalah………………………........................................ 6
C. Tujuan Penelitian……………..…...................................................... 7
D. Manfaat Penelitian…………………………………………..........… 7
BAB II LANDASAN TEORI………………………...…………………........... 9
A. Tinjauan Pustaka…………..……………………......................……. 9
B. Kerangka Pemikiran……………….………….....................………. 32
BAB III METODE PENELITIAN…………………......................................... 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian…...…………..................................... 34
B. Bentuk dan Strategi Penelitian…...…………………........................ 34
C. Sumber Data…………………...…………....................................... 36
D. Teknik Sampling………………………..……………..................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data………………..……………….............. 40
F. Validitas Data…………………………..……....…...................……43
G. Teknik Analisis Data….................................…..…………….…… 45
H. Prosedur Penelitian…………………..……………...................….. 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………………… 49
A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………..……................. 49
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ……………........……….... 52
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori............. 66
BAB V SIMPULAN,IMPLIKASI & SARAN ............................................. 87
A. Kesimpulan ................................................................................ 87
B. Implikasi ..................................................................................... 92
C. Saran ........................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA…………………..………….………......................... 95
LAMPIRAN ………………………………......…………………………... 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Diagram Analisis SWOT ................................................................. 22
Gambar 2 : Kerangka Pemikiran ......................................................................... 33
Gambar 3 : Prosedur Penelitian ........................................................................... 47
Gambar 4 : Skema Pemasaran Payung Hias ...................................................... 53
Gambar 5 : Diagram Hasil Analisis SWOT ........................................................ 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Komoditas UMKM Kabupaten Klaten...................................................3
Tabel 2 : Identifikasi Sentra Kerajinan Payung di Kecamatan Juwiring...............4
Tabel 3 : Jumlah Perajin Payung dan Pembuat Kerangka.....................................5
Tabel 4 : Diagram Matrik SWOT.........................................................................25
Tabel 5 : Diagram Matrik Internal-Eksternal.......................................................26
Tabel 6 : Faktor Internal Kerajinan Payung Hias.................................................75
Tabel 7 : Faktor Eksternal Kerajinan Payung Hias..............................................80
Tabel 8 : Analisis dengan menggunakan Matrik General Elektric ......................81
Tabel 9 : Matrik SWOT........................................................................................83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara......................................................................98
Lampiran 2 : Daftar Nama Informan..................................................................100
Lampiran 3 : Field Note......................................................................................101
Lampiran 4 : Trianggulasi Sumber Data.............................................................160
Lampiran 5 : Trianggulasi Metode......................................................................188
Lampiran 6 : Daftar Nama Perajin......................................................................199
Lampiran 7 : Dokumentasi..................................................................................200
Lampiran 8 : Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi....................................207
Lampiran 9 : Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi....................................208
Lampiran 10 : Surat Permohonan Ijin Research/Try Out....................................209
Lampiran 11 : Surat Permohonan Ijin Penelitian................................................210
Lampiran 12 : Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian.........................211
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap negara dalam melakukan pembangunan mempunyai tujuan untuk
menyejahterakan rakyatnya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, satu
sasaran utama dari pembangunan sektor ekonomi adalah peningkatan kesempatan
berusaha dan peningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM). Diharapkan dengan pengembangan
UMKM mampu menyerap tenaga kerja yang besar sehingga nantinya masyarakat
akan lebih produktif dan mempunyai daya saing untuk menghasilkan barang atau
jasa.
Peran UMKM dalam perekonomian Indonesia selama ini menunjukkan
posisi strategisnya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) telah terbukti mampu hidup dan
berkembang ketika krisis melanda Indonesia. Saat krisis ekonomi melanda
Indonesia di tahun 1997, banyak usaha berskala besar yang mengalami kerugian,
sedangkan UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.
Demikian pula di kala krisis finansial global yang bermula di Amerika Serikat
tahun 2008, UMKM tetap menjadi sumber penghidupan banyak orang. Neddy
Rafinaldy (2006) menjelaskan peran itu ditandai dengan kedudukannya sebagai
pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan
kerja terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta
sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.
UMKM di Indonesia mempunyai kontribusi yang sangat signifikan.
Kontribusi UMKM terhadap perekonomian menunjukkan bahwa jumlah pelaku
UMKM sebanyak 51,3 juta unit usaha atau 99,91 persen dari seluruh jumlah
pelaku usaha di Indonesia. Jumlah tenaga kerjanya mencapai 90,9 juta pekerja
atau sebanding dengan 97,1 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia. Nilai
investasi UMKM mencapai Rp 640,4 triliun atau 52,9 persen dari total investasi.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Menghasilkan devisa sebesar Rp 183,8 triliun atau 20,2% dari jumlah devisa
Indonesia. Bidang-bidang usaha yang ada sangatlah beragam, seperti makanan-
minuman, jasa, pertanian, perikanan, kerajinan, ritel, transportasi dan lain
sebagainya. Artinya, kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi 2010
tidak dapat diabaikan (http://www.ekon.go.id).
Pengembangan UMKM saat ini dan mendatang menghadapi berbagai
hambatan dan tantangan. Kemajuan teknologi dan informasi yang semakin cepat
membuat UMKM berhadapan dengan industri besar yang mempunyai
kemampuan finansial yang lebih dan teknologi serba canggih. Namun demikian
dengan berbagai keterbatasan, UMKM masih diharapkan menjadi andalan
perekonomian Indonesia. Keberadaan UMKM dimasing-masing daerah menjadi
tolak punggung pendapatan sebagian besar masyarakat. Hal ini tentunya
mendorong pemerintah untuk lebih memberikan perhatian khusus kepada para
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah untuk lebih maju.
Di Kabupaten Klaten, proporsi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah
40 persen, 27 persen, dan 33 persen. UMKM yang ada memasarkan output
produksinya ke beberapa area pemasaran seperti lokal, regional, nasional dan
internasional. Sebagian besar produk UMKM di Kabupaten Klaten memiliki
daerah pemasaran di luar Kabupaten Klaten (75 persen). Cakupan pemasaran
tersebut terdiri dari 21 persen memiliki pasar regional, 42 persen nasional dan 12
persen berorientasi ekspor. Banyak UMKM di Kabupaten Klaten memiliki
hambatan dalam mengembangkan usaha. Setidaknya terdapat 80 persen UMKM
di Kabupaten Klaten memiliki hambatan dalam pengembangan usaha
(http://www.umkm-soloraya.com).
Tabel 1: Komoditas UMKM kabupaten Klaten.
Nama
Komoditi/
Produk
Jumlah
UMKM
Spesifik Produk Kapasitas
Per Bulan
Keterangan
Pande
besi/
Logam
1.624 alat pertanian, alat
dapur, kompor,
timbangan, barang
teknik, ornamen
661.458
unit
Sentra/Kelompok
Batik 1.070 Batik tulis 1.938 unit Sentra/Kelompok
ATBM 1.390 Lurik, serbet, 160.583 Sentra/Kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
handuk unit
Bordir 196 Pakaian adat, fayet 70.875
unit
Sentra/Kelompok
Konveksi 1.700 Hem,pakaian,celana,
training
76.500
unit
Sentra/Kelompok
Jasa Jahit 672 Jahit pakaian jadi 14.000
unit
Sentra/Kelompok
Tali
Temali
100 Benang, tali temali 1.076 unit Sentra/Kelompok
Kulit 125 Tas, ikat pinggang,
hiasan
4.940 unit Sentra/Kelompok
Aneka
kerajinan
2572 Anyaman 8.362 unit Sentra/Kelompok
Wayang kulit &
kelitik
2.310 unit Sentra/Kelompok
Alat dapur 5.743 unit Sentra/Kelompok
Sangkar burung 2.000 unit Sentra/Kelompok
Ukir kayu, topeng,
kerajinan kayu
4.220 unit Sentra/Kelompok
Gerabah 22.135
unit
Sentra/Kelompok
Benang aval 5.600 unit Sentra/Kelompok
Mainan anak 840 unit Sentra/Kelompok
Tulang tanduk 9.072 unit Sentra/Kelompok
Payung 3.480 unit Sentra/Kelompok
Sulak bulu 3.266 unit Sentra/Kelompok
Kipas 2.520 unit Sentra/Kelompok
Kapas kecantikan 3.780 unit Sentra/Kelompok
(Sumber: http:// dinkop-umkm.jatengprov.go.id.htm, diakses tanggal 11 Januari
2011)
Komoditas yang dihasilkan UMKM di Kabupaten Klaten dapat dibagi
menjadi tiga katagori. Katagori pertama yaitu logam yang memproduksi alat
pertanian, alat dapur, kompor, timbangan, barang teknik dan ornamen. Jumlah
UMKM komoditas logam sebanyak 1.624 UMKM dengan kapasitas perbulan
mencapai 661.458 unit. Katagori kedua adalah tekstil, terdiri dari batik dengan
1.070 UMKM, ATBM dengan 1.390 UMKM, bordir dengan 196 UMKM,
konveksi dengan 1.700 UMKM dan jasa jahit dengan 672 UMKM. Katagori yang
ketiga berupa kerajinan, terdiri dari tali temali, kulit dan aneka kerajinan. Jumlah
UMKM yang ada mencapai 2.797 UMKM, terdiri dari 100 UMKM komoditas tali
temali, 125 UMKM komoditas kulit dan 2.572 UMKM komoditas aneka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kerajinan. Komoditas aneka kerajinan menghasilkan spesifikasi produk yang
beraneka ragam, meliputi anyaman, wayang kulit & kelitik, alat dapur, sangkar
burung, ukir kayu & topeng, gerabah, benang aval, mainan anak, tulang tanduk,
payung hias, sulak bulu, kipas dan kapas kecantikan.
Salah satu sentra UMKM kerajinan yang sudah ada sejak jaman kolonial
Belanda sampai sekarang adalah kerajinan payung di Kecamatan Juwiring,
Kabupaten Klaten. Para perajinnya masih bisa ditemui didusun Gumantar, Tanon,
Tlogorandu dan Terban. Kerajinan payung ini merupakan seni warisan pada era
keraton. Tahun 1960-an merupakan masa kejayaan dari usaha kerajinan payung.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah memberikan temuan payung
yang lebih baik sebagai alat tadah hujan. Payung yang dibuat melalui pabrik-
pabrik besar mempunyai kelebihan, yaitu lebih awet dan mudah untuk dibawa.
Kerajinan payung Juwiring mengalami perubahan. Kreativitas dan
ketekunan sebagian perajin memunculkan payung hias yang unik. Perajin payung
di Kecamatan Juwiring saat ini ada yang membuat payung motho, payung yang
fungsi utamanya adalah sebagai perangkat kematian dan adapula payung hias.
Payung hias mempunyai banyak fungsi dan bercorakkan seni yang tinggi. Payung
ini berfungsi hiasan desain interior, pajangan, kap lampu, dekorasi pengantin,
simbol keraton, alat pembeda pejabat keraton dan alat tari-tarian. Selain itu
digunakan pula sebagai upacara bersih desa, labuhan dilaut, Mauludan, upacara
keraton, dan payung pengantin.
Payung hias dari kecamatan Juwiring juga diminati oleh konsumen
mancanegara, sehingga area penjualannya pun sampai di ekspor ke luar negeri.
Untuk area dalam negeri, payung ini merupakan simbol wajib bagi keraton
Surakarta dan Yogyakarta. Pemasaran dikota lain meliputi daerah Ponorogo,
Blitar, Cirebon, Bali.
Tabel 2: Identifikasi Sentra Kerajinan Payung di Kecamatan Juwiring
Kriteria Keterangan
Spesifikasi Produk Payung Hias
Lokasi Dusun Gumantar, Tanon, Tlogorandu, Terban dan
Kebon gede
Bahan Baku Bambu, kayu mlinjo, kertas, kain, cat, lem, minyak cat,
benang wol/ benang emas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Tujuan Pemasaran Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta, Bali,
Ponorogo, Blitar dan Luar Negeri
Macam Produk Payung susun, payung agung, payung kembang,
payung dekorasi, payung tradisional
Fungsi Produk Hiasan desain interior, pajangan, kap lampu tempel,
kap lampu duduk, kap lampu gantung, dekorasi
pernikahan, payung agung/ simbol keraton, alat
penanda pejabat keraton, upacara adat, alat pelengkap
tarian, perangkat upacara kelahiran dan kematian
Omzet Penjualan Per
Bulan
Rp. 2.500.000,00 s.d. Rp. 5.000.0000,00
Produksi Per Bulan Tergantung jenis payung yang dihasilkan
(Sumber: diolah dari data primer tahun 2011)
Potensi yang dimiliki perajin payung hias memungkinkan produk ini untuk
bisa berkembang. Potensi itu dapat dilihat melalui bahan baku yang mudah
didapatkan dan beberapa macam fungsi produk yang ditawarkan. Disamping itu
potensi lainnya adalah pemasaran produk yang mencapai luar negeri. Tentunya
hal ini menjadikan payung hias mampu bersaing dengan produk hiasan lainnya.
Payung hias merupakan produk warisan budaya yang mengandung nilai
seni. Nilai yang tidak bisa dilihat oleh setiap orang, tetapi hanya kalangan tertentu
sehingga konsumennya pun orang-orang yang senang terhadap budaya. Apabila
sasaran pasar bisa dijadikan lebih luas maka kerajinan payung hias akan
bertambah maju. Berdasarkan potensinya, payung hias menjadi sebuah kerajinan
yang perlu dikembangkan.
Tabel 3. Jumlah perajin payung dan pembuat kerangka
Dusun Perajin Payung Perajin Kerangka Payung
Gumantar 14 7
Tanon 11 -
Tlogorandu 3 -
Terban 2 -
Kebongede - 8
Jumlah 30 perajin 15 perajin
(Sumber: diolah dari data primer tahun 2011)
Tabel 3 menunjukkan persebaran lokasi perajin payung di Kecamatan
Juwiring. Walaupun jumlah perajin tidak sebesar dahulu, perajin payung sekarang
ada 30 perajin ditambah dengan 15 perajin kerangka payung. 14 perajin payung
dan 7 perajin kerangka berlokasi di Gumantar, 11 perajin payung di Tanon, 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
perajin payung di Tlogorandu, 2 perajin payung di Terban dan di Kebongede
terdapat 8 perajin kerangka payung.
Realita yang ada telah menggambarkan bahwa usaha kerajinan terutama
yang berskala mikro dan kecil mengalami berbagai permasalahan dalam
menerapkan strategi pemasaran. Permasalahan yang timbul baik dari dalam
maupun dari luar negeri menyangkut masalah produk, harga, promosi dan
distribusi. Hal tersebut juga terjadi dalam usaha kerajinan payung hias di
kecamatan Juwiring. Permasalahan yang terjadi adalah inovasi produk yang
masih kurang, sebagian perajin yang kurang menjaga kualitas, tidak adanya
paguyuban yang memungkinkan para perajin untuk duduk bersama membahas
suatu permasalahan, promosi yang dilakukan sangat minim, tidak adanya catatan
pembukuan dalam proses produksi maupun penjualan dan modal yang dimiliki
terbatas.
Permasalahan yang ada perlu untuk segera diminimalisir melalui berbagai
solusi yang mungkin dapat diterapkan. Analisis strategi pasar merupakan salah
satu wujud langkah nyata yang dapat ditempuh untuk meminimalisir kekurangan
dengan memanfaatkan peluang yang ada dan menggunakan kelebihan untuk
mengantisipasi ancaman sehingga nantinya dapat mengembangkan usaha
kerajinan payung hias. Strategi pemasaran yang baik tentunya akan dapat
meningkatkan penjualan. Terobosan baru sangatlah dibutuhkan bagi peningkatan
usaha, bisa dari segi produk, harga, promosi maupun distribusi.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka hal ini menjadi suatu yang
menarik untuk diteliti lebih lanjut. Oleh karena itu, untuk membatasi
permasalahan penelitian ini maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian yang
berjudul “ANALISIS STRATEGI PEMASARAN USAHA KERAJINAN
PAYUNG HIAS DI KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan pokok masalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1. Bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan oleh perajin payung hias di
Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten?
2. Kendala apa saja yang dihadapi perajin payung hias di Kecamatan Juwiring
dan bagaimana cara mengatasinya?
3. Bagaimana alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh perajin
payung hias di Kecamatan Juwiring agar dapat meningkatkan penjualan
produk kerajinan payung hias?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui Strategi pemasaran yang diterapkan para perajin payung hias di
Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten.
2. Mengetahui kendala yang dihadapi perajin payung hias di Kecamatan
Juwiring dan cara mengatasinya.
3. Mengetahui alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh perajin
payung di Kecamatan Juwiring agar dapat meningkatkan penjualan produk
kerajinan payung hias.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang rinci, akurat
dan aktual sehingga dapat memberikan manfaat antara lain sebaga berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah khasanah keilmuan mengenai pengembangan strategi
pemasaran usaha mikro dan kecil.
b. Dapat menambah bahan masukan pada penelitian berikutnya yang berkaitan
pengembangan strategi pemasaran usaha mikro dan kecil.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan masukan kepada pemerintah Kabupaten Klaten, dalam
rangka merumuskan kebijakan untuk usaha mikro dan kecil khususnya
produk kerajinan payung hias.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi kontribusi positif kepada pihak
perajin payung hias di Kecamatan Juwiring dan pihak-pihak yang terkait
dalam pembinaan pengembangan usaha mikro dan kecil.
c. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk
membandingkan antara teori yang penulis terima di bangku perkuliahan
dengan praktik dan keadaan yang sesungguhnya di lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pemasaran
a. Pengertian Pemasaran
Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Melalui pemasaran, akan didapat
manfaat yang besar bagi organisasi dan stakeholder-nya. Arti pemasaran
seringkali digambarkan sebagai aktivitas penjualan maupun periklanan.
Padahal, pengertian pemasaran jauh lebih luas dibandingkan penjualan maupun
periklanan. American Marketing Association (dalam Fandy Tjiptono,
Gregorius Chandra & Dadi Adriana, 2008) mendefinisikan “ Pemasaran adalah
fungsi organisasi dan serangkaian proses menciptakan, mengomunikasikan dan
menyampaikan nilai bagi para pelanggan, serta mengelola relasi pelanggan
sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat bagi organisasi dan
stakeholder-nya”.
Ahli pemasaran yang lain telah memberikan definisi pemasaran yang
berbeda. Menurut Kotler dan Armstrong (2008: 6) pemasaran adalah “Proses
dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai
dari pelanggan sebagai imbalannya”. Sedangkan Wiliam J. Stanton (dalam
Husein Umar, 2003) menjelaskan pemasaran merupakan suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa
yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada konsumen saat ini maupun
kepada konsumen potensial.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran
merupakan proses dimana perusahaan mengidentifikasi kebutuhan dan
keinginan konsumen, baik konsumen yang ada saat ini maupun konsumen
potensial, menentukan produk apa yang akan diproduksi, menentukan harga
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dari produk itu, kemudian menentukan cara-cara berpromosi dan
mendistribusikan produk tersebut kepada konsumen dengan tujuan untuk
menangkap nilai sebagai imbalannya.
b. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap konsumen.
Perusahaan harus terlebih dahulu mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan
keinginan konsumen untuk memenuhi apa yang mereka harapkan. Konsep
pemasaran berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen yang
didukung oleh usaha pemasaran untuk memberikan kepuasan konsumen dalam
rangka menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Kegiatan pemasaran
dilakukan tidak hanya ketika barang sudah tersedia, namun dimulai jauh
sebelum itu. Kotler & Trias (2007) berpendapat bahwa pemasaran dimulai
dengan menganalisis kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh produk
dan jasa.
Penerapan konsep pemasaran bertujuan pula supaya kepuasan konsumen
terpenuhi dengan lebih efektif dan efisien dibanding para pesaing, seperti yang
dijelaskan Kotler & Armstrong (2008:12) bahwa “Konsep pemasaran
menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan
akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasan dengan
lebih baik daripada pesaing”. Kebutuhan diartikan sebagai kekuatan dasar yang
mendorong pelanggan untuk ambil bagian dan terlibat dalam pertukaran yang
mana ketika tidak terpuaskan akan ada kesenjangan antara kondisi aktual
dengan dimensi fisik atau psikologi, sedangkan keinginan mencerminkan
hasrat seseorang terhadap cara-cara tertentu dalam memuaskan kebutuhan
dasar (Boyd, Walker & Larreche, 2000).
Konsep pemasaran mempunyai tujuan akhir. Tujuan akhir dari konsep
pemasaran adalah membantu organisasi mencapai tujuannya. Dalam suatu
organisasi bisnis tujuan utamanya adalah laba. Sedangkan untuk organisasi
publik, tujuannya adalah mendapatkan dana yang memadai untuk melakukan
aktivitas-aktivitas sosial dan pelayanan publik. Untuk mencapai hal itu, ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
tiga elemen kunci yang menentukan kesuksesan dalam implementasinya.
Menurut Fandy Tjiptono et al (2008) ketiga elemen tersebut adalah:
1). Kepuasan Pelanggan
Konsekuensi kepuasan pelanggan sangat penting bagi kalangan bisnis,
pemerintah dan juga konsumen. Bagi bisnis, kepuasan pelanggan dipandang
sebagai salah satu kinerja pasar. Kepuasan akan memberikan peningkatan
pertumbuhan penjualan dan pembelian ulang produk. Bagi pemerintah,
kepuasan pelanggan dapat membantu mengidentifikasi industri yang
mendapatkan tindakan atau tidak. Sedangkan bagi konsumen, konsep
kepuasan pelanggan bermanfaat memberikan informasi lebih jelas terhadap
produk tertentu.
2).Kualitas Layanan
Kulitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang
menghasilkan manfaat bagi pelanggan. Kualitas layanan menunjukkan
perbandingan antara tingkat layanan yang disampaikan perusahaan
dibandingkan ekspektasi pelanggan. Kualitas layanan diwujudkan dengan
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta penyampaiannya
dalam mengimbangi harapan pelanggan. Sedangkan harapan pelanggan bisa
berupa tingkat kinerja yang diperkirakan, seharusnya dan terbaik yang dapat
diterima konsumen.
3). Loyalitas Pelanggan
Dalam konteks merek, loyalitas mencerminkan komitmen psikologis
terhadap merek tertentu, sedangkan perilaku pembelian ulang semata-mata
menyangkut pembelian merek tertentu yang sama berulang kali bisa jadi
dikarenakan merek itulah satu-satunya yang ada pada saat itu. Loyalitas
pelanggan berlaku juga untuk jasa, organisasi dan aktivitas.
c. Strategi Pemasaran
Istilah strategi berasal dari kata Yunani strategia yang artinya seni atau
ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Strategi juga bisa diartikan sebagai
suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
material untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian istilah tersebut dalam
konteks bisnis strategi dapat diartikan sebagai arah bisnis yang mengikuti
lingkungan yang dipilih yang merupakan pedoman untuk mengalokasikan
sumber daya dan usaha suatu organisasi.
Perusahaan yang ingin berhasil dalam melakukan pemasarannya
membutuhkan strategi yang tepat untuk dapat diterapkan. Strategi tidak hanya
diimplementasikan semata-mata hanya berorientasi jangka pendek, tetapi
dalam kaitannya dengan jangka panjang dengan disertai adanya tindak lanjut
secara terus-menerus dan senantiasa meningkat. Menurut Hamel dan Prahalad
yang dikutip oleh Freddy Rangkuti (2006: 4) “Strategi merupakan tindakan
yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan dimasa depan”.
Menurut Basu Swastha DH dan Irawan (2001: 70) menyatakan bahwa:
Strategi pemasaran dari setiap perusahaan merupakan suatu rencana
keseluruhan untuk mencapai tujuan. Penentuan strategi ini dapat
dilakukan oleh menejer pemasaran dengan membuat tiga macam
keputusan yaitu : 1) konsumen manakah yang akan dituju?, 2) kepuasan
seperti apakah yang diinginkan konsmen?, 3) marketing mix seperti apa
yang dipakai untuk memberikan kepuasan kepada konsumen tersebut”.
Dalam pengembangannya strategi pemasaran terdiri atas berbagai elemen
yang dititikberatkan pada elemen-elemen pemasaran.
Strategi pemasaran menurut Kottler & Amstrong (2008: 58) adalah
“Logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai
pelanggan dan mencapai hubungan yang menguntungkan”. Menurut Basu
Swastha dan Irawan (2001: 75) menyatakan “Ada empat konsep yang
mendasari strategi pemasaran yaitu: a) Segmentasi pasar, b) Penentuan posisi
pasar (market positioning), c) Strategi memasuki pasar ( market entry
strategy), d) Strategi marketing mix”.
d. Strategi Marketing Mix
Basu Swastha & Irawan (2001:193) menyebutkan “Marketing Mix dapat
diartikan sebagai kombinasi dari keempat variabel atau kegiatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan adalah produk, struktur harga,
kegiatan promosi dan sistem distribusi. Menurut Mahfoedz (2010:61) “ Bauran
pemasaran ialah sarana pemasaran taktis meliputi produk, harga, tempat dan
promosi yang dibaurkan untuk mendapat respons yang diinginkan dari pasar
sasaran”. Kotler dalam Chai Lee Goi (2009) menambahkan political power dan
public opinion/ public relation dalam bauran pemasaran sehingga akan menjadi
6P. Bauran pemasaran menjadi salah satu perangkat yang menopang dari
keberhasilan perusahaan. Keberhasilan itu akan diraih apabila perusahaan
mampu menerapkan marketing mix yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan,
sehingga kepuasan terpenuhi dan terbentuk pula sebuah hubungan yang kuat
dengan pelanggan.
1) Produk
Produk yang ditawarkan perusahaan dapat berupa barang, jasa,
pelayanan maupun informasi. Masing-masing mempunyai karakteristik
tersendiri. Perusahaan melakukan berbagai terobosan yang inovatif supaya
produk yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Para
pemasar berusaha keras supaya produk yang ditawarkan dapat meningkat
penjualannya sehingga siklus dari kehidupan perusahaan akan mengalami
pertumbuhan pula.
Kottler & Amstrong (2008) menjelaskan produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian,
akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu
keinginan atau kebutuhan. Namun hal ini tidak hanya sekadar barang-
barang yang berwujud saja, tetapi mencakup obyek-obyek fisik, jasa, acara,
orang, tempat, organisasi, ide atau bauran entitas-entitas ini. Mahmud
Mahfoedz (2010) juga mengungkapkan suatu produk bukan sekedar
komponen fisik, melainkan barang atau jasa yang mencerminkan potensi
untuk memenuhi rentang kebutuhan konsumen baik yang disadari maupun
yang tidak disadari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Produk bisa jadi terdiri dari suatu kombinasi fisik dan elemen jasa
atau pelayanan dan keseimbangan antara keduanya secara bervariasi.
Produk meliputi variasi produk, kualitas, desain, fasilitas, nama merek,
kemasan, ukuran, layanan, garansi dan pengembalian.
2) Harga
Harga merupakan salah satu dari unsur bauran pemasaran. Para
konsumen seringkali membandingkan harga salah satu produk dengan
produk yang lain. Keinginan konsumen adalah untuk mendapatkan harga
yang lebih murah dengan kualitas yang sama dengan produk sejenis.
Menurut Andry Kusnadi, Ryan Sastradiharja, Frida Findriani dan
Timotheus Lesmana (2008:142) menyatakan “Price (harga) adalah sejumlah
uang yang harus dibayar konsumen untuk memperoleh produk. Price bukan
hanya mencakup harga yang tertera pada barang, tetapi juga mencakup
potongan harga (discount), batas kredit, kelonggaran pembayaran dan
periode pembayaran”.
Dalam memposisikan harga dari suatu produk, perusahaan harus
tepat dalam melakukan penetapannya, jangan sampai terlalu rendah yang
menyebabkan perusahaan merugi maupun terlalu tinggi yang membuat
konsumen akan berpaling ke produk lain. Untuk itu harus ada penetapan
harga yang sesuai. Penetapan harga menurut Freddy Rangkuti (2009)
sebagai sebuah usaha dalam memilih harga yang paling sesuai dari berbagai
kemungkinan untuk menjualnya yang kadangkala merupakan suatu tindakan
penyeimbang.
3) Promosi
Promosi merupakan salah satu dari bauran pemasaran yang terpenting.
Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan.
Andry Kusnadi et al (2008:140) menjelaskan bahwa “Promosi adalah
aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan keunggulan
produk serta membujuk pelanggan sasaran agar membeli produk”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Keseluruhan program komunikasi pemasaran perusahaan disebut juga
bauran promosi. Bauran promosi terdiri dari:
a) Periklanan
Setiap bentuk presentasi yang dikemukakan secara tidak langsung
(tanpa personil) dan promosi ide, barang atau jasa dilakukan oleh
sponsor tertentu.
b) Personal selling
Presentasi langsung yang dilakukan oleh personil wiraniaga
perusahaan dengan tujuan menjual dan menjalin hubungan dengan
konsumen
c) Promosi penjualan
Motivasi jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan
suatu produk barang atau jasa
d) Publisitas
Penyampaian informasi yang didesain untuk membangkitkan minat
lebih pada perseorangan atau perusahaan melalui media informasi
tanpa pengeluaran biaya karena pertimbangan besarnya minat
khalayak.
4) Distribusi
Distribusi mempunyai berbagai fungsi dalam pemasaran. Menurut
Mahmud Mahfoedz (2010) fungsi distribusi adalah membawa produk
kepasar sasaran dengan berbagai rangkaian aktivitas, yang terpenting dari
aktivitas tersebut adalah penjualan (dan pengiriman barang) dari produsen
ke konsumen akhir. Fungsi distribusi lainnya adalah mempromosikan
produk, menyimpannya dan menanggung resiko selama proses distribusi.
Freddy Rangkuti (2009:23) menulis “Distribusi adalah menempatkan
suatu produk pada outlet yang sesuai dan memerlukan kepastian mengenai
sejenis aktivitasnya yang keseluruhan berkaitan dengan bagaimana
menyampaikan produk tersebut dari produsen ke konsumen”. Menjadi
bagian yang penting adalah mengambil keputusan – keputusan tentang
penempatan produk berkaitan dengan usaha-usaha untuk menyediakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
produk dalam jumlah yang sesuai dan lokasi yang tepat pada saat
diinginkan konsumen. Dalam melaksanakan tugas ini, perusahaan
membutuhkan kerjasama dengan berbagai perantara dan saluran distribusi.
Perantara adalah orang atau perusahaan yang menghubungkan aliran
barang dari produsen ke konsumen akhir ataupun pelanggan Oleh
karenanya, proses distribusi sangat mempengaruhi dari keberhasilan
perusahaan. Produsen dan konsumen dalam hal ini dihubungkan dengan
kegiatan pembelian dan penjualan kembali barang yang dihasilkan
produsen kepada konsumen. Bentuk dari wujud perantara bisa dilakukan
dengan melalui distributor atau dealer maupun dalam wujud seorang
perantara berkomunikasi dengan pembeli atas nama perusahaan.
Sementara yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah rangkaian dari
perantara.
Distribusi memiliki beberapa bauran. McCarthy dalam Fandy Tjiptono
et al (2008) mengungkapkan distibution meliputi beberapa aspek yaitu
saluran distribusi, cakupan distribusi, kelengkapan produk, lokasi, sediaan,
fasilitas penyimpanan dan transportasi.
5) Political Power
Kekuatan politik dalam suatu negara maupun daerah akan
mempengaruhi kegiatan pemasaran suatu produk. Pejabat- pejabat terkait
dan pemerintah mempunyai peranan penting dalam menciptakan keadaan
ekonomi negara. Kotler (1986) menyatakan kekuatan politik merupakan
kunci untuk memenangkan dukungan dari pejabat industri, anggota dewan
dan pemerintah untuk masuk dan beroperasi di pasar sasaran. Untuk
mencapai tujuan ini, pemasar harus memiliki keterampilan negosiasi yang
baik dengan otoritas yang relevan.
Perusahaan harus mengidentifikasi pihak-pihak untuk membuka pintu
gerbang pasar. Lobi yang baik dengan pengambil keputusan akan
menguntungkan kegiatan pemasaran. Dukungan dari pemerintah dan
pejabat terkait memberikan peluang bagi sebuah perusahaan untuk lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
berkembang. Pemasar harus mampu melobi dan mempunyai keterampilan
bernegosiasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari pihak terkait.
Peraturan dan kebijakan pemerintah sebagai penyelenggara negara
menentukan kondisi perekonomian negara. Kekuatan politik dalam
penyelenggaraan negara akan berdampak kepada para pengusaha dan
pelaku usaha. Hal ini dapat dilihat melalui penerapan kebijakan
pemerintah untuk membatasi masuknya barang-barang impor yang
menguntungkan pengusaha produk dalam negeri. Political Power
termasuk pula peraturan pemerintah terhadap produk yang dipasarkan
maupun aturan / larangan dari pemerintah setempat.
Usaha mikro sering menghadapi kendala. Keterbatasan dana dan
kemampuan membuat usaha mikro hanya dapat menerima keputusan
pemerintah. Keterampilan melobi dan bernegosiasi dengan pihak pembuat
keputusan tidak ada, sehingga tidak memungkinkan untuk dapat
mempengaruhi keputusan pemerintah. Pengusaha mikro akan
mengabaikan untuk menjaga hubungan dengan kekuatan politik.
6) Public Relation
Merupakan strategi untuk menarik opini masyarakat dalam waktu
lebih lama bertujuan membangun sebuah citra. Menurut Mahmud
Mahfoedz (2005) public relation merupakan sarana yang dilakukan
dengan menjalin hubungan dengan berbagai konsumen perusahaan dan
masyarakat umum dengan tujuan untuk membangun citra perusahaan yang
positif agar mendapat nama baik dan mengatasi kabar angin , laporan dan
berita-berita yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Hubungan masyarakat bisa dilakukan dengan memberikan
tanggapan atas suatu berita yang tidak benar melalui media. Jika
perusahaan mengembangkan informasi atau laporan yang menarik,
informasi tersebut dapat dimuat diberbagai media yang membawa hasil
yang lebih memiliki kredibilitas lebih tinggi daripada iklan sehingga akan
membuahkan hasil yang luar biasa. Hubungan masyarakat yang baik dapat
tercapai melalui berbagai hal, diantaranya dukungan kegiatan kemanusian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
partisipasi kegiatan sosial, mensponsori kegiatan masyarakat dan
menyelenggarakan pameran.
Citra perusahan sangat tergantung dari opini masyarakat. Perusahaan
harus memahami sikap, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Cara pandang
masyarakat di satu daerah dengan daerah lain mempunyai perbedaan. Para
pemasar harus berusaha menciptakan opini masyarakat dan bekerjasama
secara baik dengan media. Menurut Mahmud Mahmudz (2005) dalam
penetapan tujuan pemasaran, public relation dapat memberikan kontribusi:
a) Membangun kesadaran: Public relation dapat menempatkan informasi
dalam media untuk menarik perhatian pada produk, orang, atau
gagasan.
b) Membangun kredibilitas: Public relation dapat meningkatkan
kredibilitas dengan mengkomunikasikan pesan dalam konteks
editorial.
c) Memotivasi wiraniaga dan penyalur: Public relation dapat membantu
memberikan semangat kepada para penyalur dan wiraniaga.
e. Lingkungan Pemasaran
Setiap usaha harus mampu memonitor dan menyelidiki keadaan
lingkungan pemasaran yang terdiri dari para pelaku dan kekuatan-kekuatan di
luar kendali perusahaan dan berperan penting dalam menentukan posisi. Dalam
penyusunan strategi pemasaran, perlu menganalisis faktor-faktor lingkungan
yang terdiri dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal.
1) Lingkungan Internal
Lingkungan ini merupakan kekuatan yang berhubungan erat dengan
pelaksanaan fungsi perusahaan dan mempengaruhi kemampuan perusahaan
dalam melayani konsumen. Faktor-faktor lingkungan internal yang akan
memberikan pengaruh besar terhadap perusahan adalah:
a) Produksi dan Operasi
yaitu aspek-aspek yang berkaitan dengan keluwesan proses operasi dan
kebijakan yang berkaitan dengan infrastruktur produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b) Sumber Daya Manusia
yaitu aspek yang bertujuan menyangkut individu–individu yang
menjalankan operasi perusahaan agar memiliki kompetensi terhadap
pekerjaannya.
c) Pemasaran
yaitu aspek yang menyangkut perusahaan untuk mempengaruhi
konsumennya merupakan hal yang memerlukan perencanaan dan
pengawasan yang matang serta perlu dilakukan tindakan konkrit dan
terprogram melalui produk (product), harga (price), promosi (promotion),
distribusi (distribution), kekuatan politik (political power) dan hubungan
masyarakat ( public relation).
d) Keuangan
yaitu aspek yang menyangkut kemampuan keuangan usaha seperti
permodalan dan kondisi keuangan perusahaan.
2) Lingkungan Eksternal
Tinjauan terhadap suatu usaha tidak akan terlepas pada informasi
tentang kekuatan-kekuatan luar (outside forces) yang memungkinkan
bersinggungan dengan tujuan perusahaan. Mahmud Mahfudz (2005) membagi
lingkungan eksternal menjadi dua, yaitu: lingkungan eksternal makro dan
lingkungan eksternal mikro.
a) Lingkungan Eksternal Makro
Lingkungan dari pengaruh eksternal yang dapat mempengaruhi aktivitas
dan kesempatan pemasaran perusahaan, meliputi:
(1) Demografi
Demografi mengacu kepada ciri populasi manusia, yang meliputi faktor-
faktor seperti ukuran, distribusi dan pertumbuhan. Hal ini memerlukan
perhatian khusus dalam pemasaran dikarenakan kumpulan manusia
dapat membentuk pasar.
(2) Ekonomi
Keadaan perekonomian pada waktu sekarang dan yang akan datang
dapat mempengaruhi keberhasilan strategi pemasaran perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Faktor-faktor ekonomi yang perlu dianalisis oleh perusahaan adalah
sebagai berikut :
1. Tahapan siklus bisnis, perekonomian dapat diklasifikasikan seperti
dalam keadaan depresi, resesi, kebangkitan dan kemakmuran.
2. Gejala inflasi dan deflasi harga barang-barang dan jasa.
3. Kebijakan keuangan, tingkat suku bunga dan evaluasi atau revaluasi
uang dalam hubunganya dengan uang asing dan valuta asing.
4. Kebijakan fiskal, berupa tingkat pajak untuk perusahaan dan
perorangan.
5. Neraca pembayaran internasional yang mungkin surplus atau defisit.
(3) Persaingan
Lingkungan pemasaran yang kompetitif sangat berpengaruh terhadap
program pemasaran. Secara umum perusahaan menghadapi tiga
persaingan meliputi persaingan merek, persaingan produk substitusi dan
persaingan antar perusahaan.
(4) Sosial Budaya
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kebudayaan telah menjadikan
pasar di Indonesia yang sekarang berbeda dari pasar yang ada pada
waktu tahun-tahun sebelumnya. Tugas yang dihadapi oleh eksekutif
pemasaran menjadi lebih rumit karena pola kebudayaan masyarakat
yang berubah lebih cepat daripada kebiasaan yang lalu.
(5) Politik dan Hukum
Lingkungan yang terbentuk oleh politik dan hukum dalam masyarakat.
Penetapan kondisi politik dan hukum yang berdampak kepada setiap
usaha akan menjadi sebuah peluang bagi suatu usaha dan bisa juga
menjadi sebuah ancaman yang membatasi gerak perusahaan.
(6) Teknologi
Teknologi sebagai salah satu elemen lingkungan eksternal mencakup
perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi yang mendorong
terciptanya peluang dan ancaman pada bisnis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b) Lingkungan Eksternal Mikro
(1) Pasar
Pasar dapat didefinisikan sebagai; (1) suatu tempat bertemunya pembeli
dan penjual, barang atau jasa yang dijual di tempat dan terjadi
pergantian kepemilikan. Definisi lain adalah (2) permintaan barang atau
jasa yang diajukan oleh sekelompok tertentu pembeli potensial.
(2) Pemasok
Hubungan antara produsen dengan pemasok merupakan salah satu
faktor dari keberhasilan pemasaran. Eksekutif pemasaran seringkali
kurang memperhatikan sisi kecukupan persediaan pada transaksi
pertukaran. Peran penting pemasok akan sangat terlihat ketika terjadi
kekurangan. Harga dan jasa pemasok sangat berpengaruh terhadap
sistem pemasaran perusahaan.
(3) Perantara Pemasaran
Perantara pemasaran merupakan organisasi perusahaan independen yang
secara langsung sangat mempengaruhi arus barang dan jasa. Perantara
meliputi perantara penjualan seperti pedagang grosir dan pengecer
maupun berbagai fasilitator yang menyediakan sarana seperti
transportasi, pergudangan dan pembiayaan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pertukaran antara pembeli dan penjual.
f. Cara Membuat Analisis SWOT
Profil perusahaan yang mencerminkan keunggulan dan kelemahan
perusahaan dapat diketahui setelah identifikasi dan evaluasi variabel
dilakukan. Pemberian bobot dan nilai masing-masing variabel sepenuhnya
bergantung pada pendapat manajemen. Oleh karena itu, jika posisi,
pengalaman, dan pemahaman manajerial amat berpengaruh (Suwarsono
Muhammad, 2004:102).
Hasil penilaian faktor internal dan faktor eksternal diterapkan sebagai
koordinat pada Diagram Analisis SWOT. Hal ini digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mengetahui kinerja (termasuk pada kuadran I, II, III, atau IV) dalam
pemasaran.
(+)
Peluang
III
Mendukung Strategi
Turn-Around
I
Mendukung Strategi
Pertumbuhan/Agresif
Mendukung Strategi
Defensif
IV
Mendukung Strategi
Diversifikasi
II
(-)
Ancaman
Gambar 1: Diagram Analisis SWOT
Sumber: Freddy Rangkuti (2006:19)
Dari diagram analisis SWOT pada Gambar diatas dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Kuadran I
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijaksanaan pertumbuhan yang agresif (growth oriented
strategy), yaitu membesarkan perusahaan dengan meningkatkan usaha,
memperluas pangsa pasar, dan memperluas wilayah pemasaran.
2) Kuadran II
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan ialah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang
dengan strategi diversifikasi, yaitu menganekaragamkan produk yang
diusahakan.
Kekuatan Kelemahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Kuadran III
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi ia
menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus yang harus
dilakukan ialah meminimalkan masalah-masalah internal untuk dapat
merebut peluang yang lebih baik, dengan strategi putar haluan (turn
around), yaitu dengan merubah usaha.
4) Kuadran IV
Perusahaan menghadapi situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan memiliki kelemahan internal dan menghadapi berbagai macam
ancaman. Strategi yang dapat dilakukan ialah bertahan (defensif) dengan
mempertahankan usaha dan pelanggan yang ada.
g. Menyusun Formula Strategi
Formula strategi disusun berdasarkan analisis yang diperoleh. Bentuk dari
analisis tersebut terdiri dari:
1) Matrik Faktor Strategi Internal
2) Matrik Faktor Strategi Eksternal
3) Matrik Internal – Eksternal
4) Matrik SWOT
1) Matrik Faktor Strategi Internal
Tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk
merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka strength
and weakness perusahaan (Freddy Rangkuti, 2006: 24). Langkahnya adalah:
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan
dalam kolom 1.
b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Semua bobot
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotan dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor
strategis internalnya.
2) Matrik Faktor Strategi Eksternal
Faktor strategi eksternal (EFAS) perlu diketahui untuk menyusun matrik
faktor strategi eksternal. Berikut iniadalah cara-cara penentuan Eksternal
Strategic Factors Analysis Summary(EFAS):
a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, dengan skala mulai dari
1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor
tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis
perusahaan.
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Untuk status kekuatan (memberi dampak positif) diberi nilai
mulai dari 1 (sangat kurang berpeluang), 2 (kurang berpeluang), 3
(berpeluang), dan 4 (sangat berpeluang). Untuk status kelemahan (memberi
dampak negatif) diberi nilai mulai dari 1 (sangat mengancam), 2
(mengancam), 3 (kurang mengancam), dan 4 (sangat kurang mengancam).
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotan dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.
3) Matrik SWOT
Matrik ini digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan.
Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat sel
kemungkinan alternatif strategis.
Tabel 4: Diagram Matrik SWOT
IFAS
EFAS
STRENGTHS (S)
Tentukan lima sampai
dengan sepuluh
faktor-faktor
kekuatan internal
WEAKNESSES (W)
Tentukan lima
sampai sepuluh
faktor-faktor
kelemahan internal
OPPORTUNITIES
(O)
Tentukan lima sampai
sepuluh faktor-faktor
peluang eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
TREATHS (T)
Tentukan lima sampai
sepuluh faktor-faktor
ancaman eksternal
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber: Freddy Rangkuti (2006:31)
Keterangan:
Strategi SO : Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Strategi ST : Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman.
Strategi WO : Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi WT : Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.
4) Matrik Internal – Eksternal
Diagram ini dapat mengidentifikasi 9 sel strategi perusahaan, tetapi
pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi
utama, yaitu:
a. Growth strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel
1, 2, dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8).
b. Stability strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah
strategi yang telah ditetapkan (sel 4 dan sel 5).
c. Retrenchment strategy (sel 3, 6, dan 9) adalah usaha memperkecil atau
mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.
Tabel 5 : Diagram Matrik Internal-Eksternal
KEKUATAN INTERNAL BISNIS
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi
1
GROWTH
Konsentrasi
melalui integrasi
vertikal
2
GROWTH
Konsentrasi melalui
integrasi horizontal
3
RETRENCHMENT
Turnaround
Sedang
4
STABILITY
Hati-hati
5
GROWTH
Konsentrasi melalui
integrasi horizontal
STABILITY
Tak ada perubahan
6
RETRENCHMENT
Captive Company
Atau Divestment
D
A
Y
A
T
A
R
I
K
I
N
D
U
S
T
R
I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Profit Strategi
Rendah
7
GROWTH
Difersifikasi Kosentrik
8
GROWTH
Difersifikasi Konglomerat
9
RETRENCHMENT
Bangkrut atau Likuidasi
Sumber: Freddy Rangkuti (2006: 42)
2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Pengertian
Definisi UMKM telah ditetapkan dalam perundang-undangan RI.
UMKM berdasarkan UU No 20 Tahun 2008:
1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
World Bank, membagi UMKM ke dalam 3 jenis, yaitu :
1) Medium Enterprise, dengan kriteria :
a) Jumlah karyawan maksimal 300 orang
b) Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta
c) Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta
2) Small Enterprise, dengan kriteria :
a) Jumlah karyawan kurang dari 30 orang
b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta
c) Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta
3) Micro Enterprise, dengan kriteria :
a) Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu
c) Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu
Leonardus Sardiman (2009:55-56) mendefinisikan UMKM dengan 3 ciri,
yaitu:
1) Pendanaan disuplai oleh satu orang atau grup kecil
2) Operasional bisnis yang terlokalisasi
3) Ukuran bisnis yang cukup kecil jika dibandingkan dengan kompetitor-
kompetitor
4) Memiliki kurang dari 100 karyawan.
Usaha kecil tidak hanya usaha rakyat yang melakukan perijinan kepada
pemerintah, tetapi meliputi pula usaha kecil informal dan usaha kecil
tradisional. Sutrisno Iwantoro (2003) mengungkapkan usaha kecil informal
adalah usaha kecil yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan
hukum seperti petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan,
pedagang keliling, pedagang kaki lima dan pemulung. Sedangkan usaha kecil
tradisional adalah usaha kecil yang menggunakan alat produksi sederhana
yang telah digunakan secara turun-temurun, atau berkaitan dengan seni dan
budaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan tonggak dari perekonomian
Indonesia. Sektor ini mempunyai peran yang sangat besar dalam perekonomian
negara. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor ini, sehingga
pemerintah harus lebih memperhatikan dari kelangsungan UMKM di
Indonesia. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
diharapkan dapat memenuhi kewajiban negara dalam rangka memberikan
kesempatan bekerja seluas-luasnya bagi setiap warga negara.
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai
prinsip dan tujuan. Sesuai dengan pasal 1 UU No. 20 Tahun 2008,
pemberdayaan UMKM merupakan tanggungjawab Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam
bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri.
Berdasarkan pasal 4 dan pasal 5 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM,
prinsip dan tujuan pemberdayaan UMKM adalah sebagai berikut:
1) Prinsip pemberdayaan UMKM:
a) Penumbuhan kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan untuk
berkarya dengan prakarsa sendiri.
b) Mewujudkan kebijakan publik yang transparan, akuntabel dan
berkeadilan.
c) Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar
sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
d) Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
e) Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara
terpadu.
2) Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:
a) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
c) Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
c). Tantangan dan permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Tantangan yang dihadapi pengusaha mikro dan kecil dapat dibagi dalam
dua kategori: Pertama, bagi pengusaha mikro dan kecil dengan omset kurang
dari Rp 50 juta umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga
kelangsungan hidup usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan
dengan “aman” sudah cukup. Kedua, bagi pengusaha dengan omset antara Rp
50 juta hingga Rp 1 milyar, tantangan yang dihadapi jauh lebih kompleks.
Biasanya mereka mulai memikirkan untuk melakukan ekspansi usaha lebih
lanjut. Berdasarkan pengamatan Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil UGM
(dalam Kuncoro,2000:8) menyatakan bahwa:
urutan prioritas permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil adalah
(1) Masalah belum dipunyainya sistem administrasi keuangan dan
manajemen yang baik karena belum dipisahkannya kepemilikan dan
pengelolaan perusahaan; (2) Masalah bagaimana menyusun proposal
dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman baik dari
bank maupun modal ventura karena kebanyakan PK mengeluh
berbelitnya prosedur mendapatkan kredit, agunan tidak memenuhi
syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi; (3) Masalah menyusun
perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar semakin
ketat; (4) Masalah akses terhadap teknologi terutama bila pasar dikuasai
oleh perusahaan/grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat
berubah; (5) Masalah memperoleh bahan baku terutama karena adanya
persaingan yang ketat dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku
berkulaitas rendah, dan tingginya harga bahan baku; (6) Masalah
perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama bagi yang sudah
menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat, pasar
dikuasai perusahaan tertentu, dan banyak barang pengganti; (7)
Masalah tenaga kerja karena sulit mendapatkan tenaga kerja yang
terampil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Menurut R. Maryatmo dan Y. Sri Susilo (1996) menyatakan permasalahan
yang sering dihadapi oleh UKM adalah masalah pengelolaan usaha
(manajemen), terbatasnya akses pasar (pemasaran) dan akses ke sumber
pembiayaan (permodalan).
d. Kerajinan
Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam kebudayaan yang
melatarbelakangi. Banyaknya budaya menjadi keunggulan tersendiri bagi
negara, seperti kerajinan yang beraneka ragam. Bahkan kerajinan bisa jadi
sebagai ciri khas dari suatu daerah yang tidak dimiliki oleh daerah lain,
misalnya kerajinan keris yang hanya ada dipulau Jawa. Pengertian dari
kerajinan disebutkan bahwa:
Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan
yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan
tangan (kerajinan tangan). Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari
berbagai bahan. Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni
maupun barang pakai, http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajinan.
Sumintarsih (dalam Isyanti, Emiliana Sadilah, Isni Herawati, Sumardi dan
I.W. Pantja Sunjata. 2003: 17) menyatakan bahwa “Kerajinan merupakan
bagian dari karya manusia yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan
manusia pendukungnya. Kerajinan tersebut membutuhkan modal ketelitian,
keuletan, ketekunan dan mengandalkan keterampilan tangan”. Kerajinan
merupakan hasil karya manusia yang membutuhkan suatu keterampilan khusus
untuk menghasilkan suatu benda seni maupun barang pakai.
Kerajinan yang mencerminkan suatu budaya bangsa salah satunya adalah
kerajinan tradisional. Isyanti et al (2003:2) mengungkapkan “Kerajinan
tradisional yang merupakan salah satu budaya bangsa adalah merupakan
wujud/cerminan dari hasil karya manusia melalui suatu sistem pendekatan
yang ada saat itu”. Untuk membuat suatu karya kerajinan diperlukan
keterampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Kerangka Pemikiran
Masalah-masalah yang terjadi sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian, dituangkan dalam bentuk suatu kerangka pemikiran, yaitu suatu
penalaran atau alur untuk menggambarkan pola pikir terhadap permasalahan
penelitian yang diilustrasikan dalam gambar. Pada mulanya Kecamatan Juwiring
merupakan pusat produksi payung terkenal di Indonesia selain Tasikmalaya.
Produksi payung ini menyerap tenaga kerja yang besar terutama bagi masyarakat
kecamatan Juwiring. Hampir sebagian besar penduduk di dusun Gumantar,
Tanon, Tlogorandu dan beberapa dusun disekitarnya adalah perajin payung. Hal
itu mengingat payung yang dihasilkan pada mulanya berfungsi sebagai payung
tadah hujan yang setiap orang akan memerlukannya.
Teknologi berkembang dengan begitu pesat. Payung yang berfungsi
sebagai tadah hujan mulai ditemukan dengan harga yang lebih murah dan lebih
awet. Payung tersebut berbahan dasar kain dan plastik yang dibuat dipabrik-
pabrik. Payung kertas buatan perajin semakin lama berkurang pangsa pasarnya.
Sebagian perajin membuat terobosan dengan menggeser payung buatan mereka
menjadi payung hias. Berbagai ragam dan bentuk dihasilkan. Fungsi dari payung
hias beraneka macam, seperti hiasan desain interior, pajangan, kap lampu,
pelengkap keraton, payung pejabat keraton, dekorasi pernikahan, alat tari, dan
pelengkap upacara adat. Area pemasaran tersebar diberbagai wilayah, Solo, Jogja,
Bali, Cirebon, Ponorogo bahkan sampai luar negeri.
Realita yang ada telah menggambarkan bahwa usaha kerajinan rakyat
terutama yang berskala mikro dan kecil mengalami berbagai permasalahan.
Permasalahan yang timbul baik dari dalam maupun dari luar. Hal tersebut
tentunya tidak terkecuali bagi usaha kerajinan payung hias di kecamatan Juwiring.
Permasalahan yang terjadi adalah modal yang terbatas, sebagian perajin yang
kurang menjaga kualitas, inovasi yang masih kurang, promosi minim, tidak
adanya catatan pembukuan dan persaingan antar perajin. Untuk itu diperlukan
analisis bauran pemasaran dan analisis faktor lingkungan.
Analisis bauran pemasaran meliputi produk, harga, promosi, distribusi dan
hubungan masyarakat. Kemudian melihat dengan menganalisis faktor-faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
lingkungan pemasaran yang meliputi faktor internal maupun eksternal. Setelah
mengetahui strategi pemasaran yang diterapkan oleh perajin, maka peneliti
kemudian melakukan analisis SWOT. Analisis SWOT ini berfungsi untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, peluang dan ancaman dari
perusahaan pesaing. Dengan demikian dapat diketahui apakah strategi yang telah
diterapkan perajin sudah tepat atau belum, apabila belum tepat maka dapat
disusun alternatif strategi pemasaran yang lebih tepat. Dengan demikian
peningkatan penjualan akan tercapai.
Secara skematis kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Kesempatan Pasar
Alternatif Strategi
Pemasaran
Analisis SWOT
Strategi Bauran Pemasaran:
1. Produk (Product)
2. Harga (Price)
3. Promosi (Promotion)
4. Distribusi (Place)
5. Hubungan Masyarakat
(Pubic Relation)
Kendala-kendala yang
dihadapi dalam pemasaran
Upaya-upaya didalam
menghadapi kendala
pemasaran
Usaha kerajinan payung hias di Kec. Juwiring
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan diempat desa di Kecamatan Juwiring, yaitu desa
Kenaiban, Tanjung, Kwarasan dan Tlogorandu Kabupaten Klaten Propinsi Jawa
Tengah. Pemilihan lokasi ini dikarenakan hanya keempat desa tersebut yang
memiliki usaha kerajinan payung hias.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai dengan
terselesainya laporan ini.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Ketepatan penggunaan bentuk penelitian dalam mengkaji suatu permasalahan
yang utuh sangat penting ditekankan. Melalui bentuk penelitian akan diperoleh
kedalaman materi permasalahan yang disajikan. Berdasarkan latar belakang
permasalahan yang ada maka bentuk penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif.
Penelitian dimana peneliti memperoleh data dari area yang berlatar belakang
alamiah yang berupa kata–kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku
yang diamati. Metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Lexy J.
Moleong, 2000:3) “Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati”.
Bentuk penelitian ini mengharuskan peneliti untuk terjun langsung
kelapangan mengamati segala keadaan yang terjadi dan berhubungan dengan
orang-orang yang diambil informasinya. Keberhasilan penelitian ini sangat
tergantung dari hasil pengamatan yang diperoleh. Kirk dan Miller (dalam Lexy J.
Moleong, 2000) menjelaskan penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Hal ini
memungkinkan sekali peneliti untuk ikut terjun langsung, berbaur dengan obyek
yang diteliti supaya memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat.
Faktor terpenting yang perlu dipersiapkan adalah berjalannya penelitian itu.
Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan proses dari pada hasil. Artinya
peranan proses dalam penelitian ini sangat besar sekali. Ketika peneliti ingin
menelaah sikap manajer terhadap karyawannya, peneliti mengamatinya dalam
hubungan sehari-hari kemudian menjelaskan tentang sikap yang diteliti.
Penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang melekat. Lexy J. Moleong
(2000) menyebutkan berbagai karakteristik diantaranya:
a. Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada suatu
konteks dari suatu keutuhan.
b. Manusia sebagai alat (instrumen), yaitu manusia saja yang dapat berhubungan
dengan responden dan memahami kenyataan-kenyataan yang timbul.
c. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif, karena lebih mudah
dihadapkan kepada kenyataan ganda dan menyajikan secara langsung.
d. Analisis data yang digunakan secara induktif.
e. Teori dari dasar. Penelitian ini menghendaki arah bimbingan penyusunan
teori yang berasal dari data.
f. Data yang diperoleh berwujud deskriptif.
g. Lebih mementingkan proses daripada hasil.
h. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus
i. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data.
j. Desain yang bersifat sementara.
k. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
2. Strategi Penelitian
Penggunaan strategi penelitian yang tepat dapat mempengaruhi hasil dari
apa yang diteliti. Strategi penelitian yang dipilih akan digunakan untuk
mengamati, mengumpulkan informasi dan untuk menyajikan analisis hasil
penelitian dan juga mendukung cara menetapkan jumlah sampel serta pemilihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
alat penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi. H.B. Sutopo
(2002: 113) menjelaskan bahwa “Bentuk strategi penelitian dalam penelitian
kualitatif bisa berupa studi kasus tunggal atau studi kasus ganda dan secara khusus
dibedakan adanya jenis penelitian terpancang atau terbuka tanpa fokus
sebelumnya”.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tunggal terpancang.
“Suatu penelitian disebut sebagai studi kasus tunggal, bilamana penelitian tersebut
mengarah pada satu karakteristik. Artinya penelitian tersebut hanya dilakukan
pada satu sasaran” (H.B. Sutopo, 2002:112). Penelitian ini akan mengarah hanya
kepada satu karakteristik dan satu sasaran yaitu perajin payung hias di Kecamatan
Juwiring Kabupaten Klaten.
Penelitian terpancang (embedded research) menurut Yin (dalam H.B.
Sutopo, 2002:42) yaitu ”Penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus
penelitian ini berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan
dan minat penelitiannya sebelum peneliti terjun ke lapangan”. Dalam penelitian
ini terpancang pada tujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pemasaran yang
dilakukan perajin payung di Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten.
C. Sumber Data
Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber data. Sumber data
menjadi sangat penting karena ketiadaan sumber data, penelitian tidak akan bisa
diteliti maupun dipahami. Peneliti juga dituntut untuk tidak sembarang dalam
mengambil sumber data. Ketidaktepatan dalam memilih akan mengurangi hasil
penelitian yang dilakukan. H.B. Sutopo (2002) mengungkapkan peneliti harus
paham mengenai berbagai sumber data, karena ketepatan dalam memilih dan
menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data
suatu informasi yang diperoleh.
Sumber utama dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata dan tindakan
yang diperoleh dari pengamatan maupun wawancara sumber data yang ada.
Lofland (dalam Lexy J. Moleong, 2000:112) menyatakan bahwa ”Sumber data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah
data tambahan”. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Narasumber (informan)
Informan dalam penelitian adalah seseorang yang dipandang mengetahui
permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia untuk
memberikan informasi kepada peneliti. Informan bukan sekedar memberikan
tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan
selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki.
2. Tempat dan Peristiwa
Kegiatan penelitian kualitatif tidak terlepas dari tempat dan peristiwa
yang terjadi. Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa bisa digali
lewat sumber lokasinya. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengkaji secara
lebih cermat dalam menarik kesimpulan atas permasalahan yang terjadi.
Peristiwa sebagai sumber data memungkinkan peneliti untuk lebih terjun
langsung kelapangan. H.B. Sutopo (2002, 51) mengungkapkan “Dari
pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui proses
bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri
secara langsung”
3. Arsip dan Dokumen
Dokumen merupakan salah satu data tambahan bagi peneliti. Menurut
HB. Sutopo (2002: 54) menyatakan bahwa “Dokumen dan arsip merupakan
bahan tertulis atau benda yang bergayut dengan suatu peristiwa atau aktivitas
tertentu. Bila ia merupakan catatan rekaman yang lebih bersifat formal dan
terencana dalam organisasi, ia cenderung disebut arsip”. Dalam mengkaji
dokumen maupun arsip, peneliti perlu menguji keaslian dokumen tersebut
bisa melalui kesaksian seseorang yang mengetahui.
Dalam penelitian ini penulis memilih perajin payung hias di Kecamatan
Juwiring Kabupaten Klaten yang mempunyai pengetahuan mendalam sesuai
dengan masalah yang diteliti sebagai sumber informan. Tempat yang akan diteliti
adalah di Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten, sedangkan peristiwa yang
dimaksud adalah kegiatan pemasaran payung hias. Arsip dan dokumen yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
digunakan dapat berupa data tentang jumlah perajin, kondisi wilayah dan jumlah
penduduk serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini
maupun buku-buku literatur lainnya.
D. Teknik Sampling (cuplikan)
Lexy J. Moleong (2000) berpendapat ada dua maksud dari adanya cuplikan.
Pertama, untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam
sumber dan bangunannya (construction). Kedua, maksud dari cuplikan adalah
menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang
muncul.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan sesuai dengan fokus
penelitian. Pada penelitian ini peneliti tidak menentukan jumlah sampel seperti
yang sering dijelaskan pada penelitian kuantitatif, tetapi peneliti menentukan
sejumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh informasi tentang
permasalahan yang sedang diteliti. Bukan banyaknya orang yang akan
diwawancarai, namun yang terpenting adalah mencari kelengkapan informasi
sebanyak mungkin untuk dijadikan data yang akurat dalam membahas
permasalahan yang terjadi. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan H. B.
Sutopo (2002: 55) sebagai berikut:
Cuplikan/sampling dalam penelitian kualitatif sering juga dinyatakan
sebagai internal sampling. Dalam cuplikan yang bersifat internal, cuplikan
diambil untuk mewakili informasinya dengan kelengkapan dan
kedalamannya yang tidak sangat perlu ditentukan oleh jumlah sumber
datanya, karena jumlah informan yang kecil saja bisa menjelaskan informasi
tertentu secara lebih lengkap dan benar dari pada informasi yang diperoleh
dari jumlah narasumber yang lebih banyak, yang mungkin kurang
mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya.
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini tidak sebagai yang
mewakili populasinya, tetapi lebih cenderung mewakili informasinya. Peneliti
tidak menentukan jumlah sampel, tetapi menentukan informan untuk
diwawancarai guna memperoleh informasi tentang permasalahan yang sedang
diteliti. Untuk itu teknik pengambilan dalam penelitian ini yaitu Purposive
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Sampling (sampel bertujuan). Lexy J. Moleong (2000) memberikan ciri sebagai
berikut:
1. Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu
2. Pemilihan sampel secara berurutan
3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel
4. Pemilihan sampel berakhir jika sudah terjadi pengulangan
Jumlah sampel pada penelitian ini akan berkembang (Snowball) yaitu dari
satu informan ke informan lain sampai informasi yang dibutuhkan mencukupi.
Peneliti akan bertanya kepada informan pertama dan kemudian memintanya
menunjukkan kepada informan yang lain yang dianggap lebih mengetahui
mengenai permasalan yang sedang diteliti. Dengan demikian diharapkan agar data
yang diperoleh bisa lengkap dan mendalam sehingga hasilnya akan benar-benar
sesuai permasalahan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan Yin (dalam H.B.
Sutopo, 2002:57) bahwa:
Snowball sampling digunakan bilamana peneliti ingin mengumpulkan data
berupa informasi dari informan dalam salah satu lokasi, tetapi peneliti tidak
tahu siapa yang tepat untuk dipilih karena tidak mengetahui kondisi dan
struktur warga masyarakat dalam lokasi tersebut, sehingga ia tidak bisa
merencanakan pengumpulan data secara pasti. Untuk itu peneliti bisa
langsung datang memasuki lokasi dan bertanya mengenai informasi yang
diperlukannya kepada siapa pun yang dijumpai pertama.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti pertama-tama akan
mendatangi salah seorang perajin payung yang dianggap telah lama berkecimpung
dalam kerajinan tersebut dan setelah mewawancarainya kemudian meminta untuk
ditunjukkan ke informan lain. Selanjutnya dari informan kedua, setelah peneliti
bisa mewawancarainya bilamana informan kedua mengetahui orang lain yang
lebih memahami informasinya sehingga peneliti bisa menemui informan
berikutnya dan bertanya lebih jauh dan mendalam. Demikian seterusnya sampai
peneliti merasa sudah mendapat jawaban dari permasalahan yang sedang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dilakukan peneliti untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan. Dalam penelitian ini ada tiga teknik
pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
1. Wawancara
Definisi wawancara menurut Andi Prastowo (2011:212) adalah “Suatu
metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara
langsung untuk bertukar informasi atau ide dengan tanya jawab secara lisan
sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu”. Metode ini
menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pewawancara dan yang
diwawancarai sehingga terjadi komunikasi didalamnya.
Ada dua jenis wawancara, “Wawancara terstruktur dan wawancara tidak
terstruktur yang disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing)” (H.B.
Sutopo, 2002:58). Kedua jenis wawancara ini mempunyai pengertian yang
berbeda. Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang terfokus dimana
masalah ditentukan oleh peneliti sebelum wawancara dilakukan. Pertanyaan yang
akan diajukan sudah dibuat peneliti secara pasti yang kemudian respondennya
diharap menjawab sesuai kerangka kerja pewawancara. Wawancara ini biasa
digunakan dalam penelitian kuantitatif. Sedangkan wawancara tidak terstruktur
atau wawancara mendalam biasa digunakan dalam penelitian kualitatif.
Wawancara ini dilakukan dengan pertanyaan yang mengarah pada kedalaman
informasi serta tidak secara formal terstruktur guna menggali pandangan subyek
yang diteliti.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam wawancara:
a. Penentuan informan
Peneliti harus memperoleh informan yang tepat. Agar mendapatkan
informasi yang benar, akurat dan terpercaya peneliti sejak awal harus
berusaha untuk menentukan informan yang dianggap menguasai
permasalahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b. Persiapan wawancara
Peneliti perlu mempersiapkan diri dan memahami karakteristik informan.
Disamping itu peneliti harus mempersiapkan mengenai apa saja yang akan
digali dari informan. Informasi yang akan digali tersebut bisa dicatat dalam
bentuk tertulis sebagai pedoman supaya peneliti tidak melenceng dari
permasalahan.
c. Langkah awal
Peneliti diharapkan dapat menciptakan suasana santai dalam proses
wawancara. Peneliti perlu menjalin keakraban dengan informan dan
memberikan kesempatan untuk menuangkan apa yang ada dipikiran mereka
sehingga tercipta suasana akrab.
d. Pelaksanaan wawancara bersifat produktif
Proses wawancara tetap dijaga santai tetapi kritis. Peneliti hendaknya
memberikan kesempatan seluasnya kepada informan untuk mengungkapkan
apa yang diketahuinya dan tetap menjaga topik pembicaran tidak keluar dari
fokus masalah.
e. Penghentian wawancara dan mendapatkan simpulan.
Wawancara dianggap cukup ketika peneliti merasa informasi yang
diperoleh sudah mencakup permasalahan yang sedang diteliti. Peneliti bisa
menghentikan wawancara dan menarik simpulan sementara atas informasi
yang baru saja diperolehnya.
Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur atau
sering disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing) karena peneliti ingin
mendapatkan informasi yang rinci sejujurnya, dan lebih mendalam dalam suasana
yang santai, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan
santai dalam kehidupan sehari-hari.
2. Observasi
Metode observasi sangat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif. Melalui
observasi, peneliti mengoptimalkan kemampuan dari segi kepercayaan, perhatian,
kebiasaan dan sebagainya yang memungkinkan peneliti untuk melihat suatu gejala
yang tampak pada obyek penelitian sebagaimana yang dilihat oleh subyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
penelitian. Hal ini terwujud karena adanya pengerahan segala daya dari indra yang
dimiliki oleh peneliti. Sesuai pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 128)
“Observasi dapat dilakukan melalui pengelihatan, penciuman, pendengaran,
peraba dan penyerap”.
Teknik observasi dalam penelitian dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung seperti ungkapan Spardley yang dikutip H.B Sutopo (2002: 65)
menjelaskan “Peran dalam observasi dapat dibagi menjadi (1) tidak berperan sama
sekali, (2) berperan yang terdiri dari berperan pasif dan berperan aktif dan (3)
berperan penuh”.
Pengambilan peran dalam metode observasi dapat dijelaskan seperti berikut:
a. Observasi tak berperan yaitu kehadiran peneliti untuk melakukan observasi
sama sekali tidak diketahui oleh subjek yang diamati.
b. Berperan pasif yaitu peneliti hanya mendatangi lokasi, tetapi sama sekali
tidak berperan sebagai apapun selain sebagai pengamat pasif, namun hadir
dalam konteksnya. Sedangkan berperan aktif ialah peneliti memainkan
berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan
dengan penelitiannya dan bisa mengarahkan kepada peristiwa yang sedang
dipelajari demi kemantapan datanya.
c. Observasi berperan penuh yaitu peneliti benar-benar terlibat dan memiliki
peran dalam lokasi studinya seperti sebagai penduduk ataupun anggota
lembaga yang sedang dikaji.
Dalam penelitian ini peneliti tergolong dalam kategori observasi dengan
berperan pasif karena peneliti mendatangi lokasi penelitian dan berperan sebagai
pengamat pasif.
3. Dokumentasi
Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film yang digunakan sebagai
sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk
meramalkan (Moleong , 2000). Peran dokumen juga menjadi penting, disebabkan
manfaat dokumen bisa dijadikan sebagai alat menguji, menafsir bahkan
meramalkan data-data yang sudah didapat sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dokumen dapat berwujud dokumen pribadi maupun dokumen resmi.
Dokumen pribadi merupakan catatan atau karangan seseorang secara tertulis
tentang tindakan, pengamatan atau pengalamannya. Diantara dokumen pribadi
yang ada seperti buku harian, surat pribadi dan autobiografi. Sedangkan dokumen
resmi merupakan catatan tertulis yang dikeluarkan oleh lembaga atau instansi
resmi. Dokumen resmi terdiri dari dua macam, internal dan eksternal. Dokumen
internal meliputi memo, pengumuman, instruksi, laporan rapat, keputusan
pinpinan kantor serta aturan lembaga yang digunakan untuk kalangan sendiri.
Dokumen eksternal berisi informasi yang dikeluarkan oleh lembaga sosial, seperti
majalah, buletin dan berita yang disiarkan media massa.
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat berupa data tentang
jumlah perajin payung, data penduduk kecamatan Juwiring dan kondisi
geografisnya. Dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini
maupun literatur lainnya juga dapat digunakan untuk menambah kedalaman atas
permasalahan yang sedang diteliti.
F. Validitas Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep
keshahihan (validitas). Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya
digunakan untuk menyanggah balik tuduhan yang mengatakan suatu penelitian
tidak ilmiah. Melalui validitas data, diharapkan hasil penelitian benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan sehingga mutu dari seluruh proses pengumpulan data
dapat diterima.
Trianggulasi merupakan cara yang biasa digunakan untuk peningkatan
validitas. Trianggulasi ini didasarkan pada cara pandang penarikan kesimpulan
yang tidak hanya pada satu arah, melainkan memerlukan beberapa pembanding.
Patton (dalam H.B. Sutopo, 2002: 78) berpendapat bahwa “ Ada empat macam
teknik trianggulasi,yaitu trianggulasi data (data trianguation), trianggulasi metode
(methodological triangulation), trianggulasi peneliti (investigator triangulation),
trianggulasi teori (theoretical triangulation)”. Masing-masing teknik trianggulasi
mempunyai makna sendiri-sendiri, penjelasannya sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1. Trianggulasi data
Trianggulasi data juga disebut triangulasi sumber. Cara ini mengarahkan
peneliti agar dalam mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam
sumber data yang tersedia. Dengan adanya data yang sama atau sejenis, akan
lebih mantap kebenarannya bila digali dari berbagai sumber data yang berbeda.
Hal ini menjadikan data yang diperoleh merupakan suatu kebenaran yang
sumber data tidak dimungkinkan berbohong. Untuk itu, apa yang diperoleh
dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan
dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda.
Trianggulasi data bisa menggunakan satu jenis sumber data seperti,
informan, namun beberapa informan atau narasumber yang digunakan harus
merupakan kelompok atau tingkatan yang berbeda-beda, misalnya di dalam
posisi perannya yang berkaitan dalam konteks tertentu. Pada teknik ini yang
ditekankan adalah adanya perolehan data melalui beberapa jalur informasi.
2. Trianggulasi Metode
Trianggulasi ini dapat dilakukan oleh seorang peneliti dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan mengunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda. Disini yang ditekankan adalah penggunaan
metode pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk
diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan
informasinya. Misalnya seorang peneliti dalam memantapkan datanya,
pertamanya menggunakan metode wawancara mendalam dengan informan,
kemudian dilengkapi dengan membuka dokumen atau arsip-arsip yang ada dan
hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis melalui metode observasi.
3. Trianggulasi Peneliti
Trianggulasi ini adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan
mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya melalui
beberapa peneliti. Berdasarkan pandangan dan tafsir yang dilakukan oleh
beberapa peneliti terhadap semua informasi yang berhasil digali dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dikumpulkan berupa cacatan, diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat yang
pada akhirnya bisa lebih memantapkan hasil penelitian.
4. Trianggulasi Teori
Trianggulasi teori dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif
lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji supaya
diperoleh pandangan yang lebih akurat. karena setiap pandangan teori selalu
memiliki kekhususan cara pandang, maka dengan menggunakan beberapa
perspektif teori akan menghasilkan simpulan yang multidimensi. Banyak
peristiwa yang ada dimasyarakat muncul karena adanya saling keterkaitan satu
sama lain, sehingga peneliti harus mengetahui teori-teori yang tepat dan
keterkaitannya terhadap masalah yang diteliti.
Penelitian ini jenis trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi data
(trianggulasi sumber) dan trianggulasi metode. Trianggulasi data dengan
menggunakan beberapa informan dari berbagai perajin payung yang ada di
Kecamatan Juwiring, sedangkan trianggulasi metode yaitu melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan sejak awal bersamaan
dengan proses pengumpulan data. Ada berbagai pertimbangan yang
melatarbelakangi analisis data sudah dimulai seiring berjalannya proses
pengumpulan data. H. B. Sutopo (2002:97) menjelaskan bahwa:
Hal ini bukan hanya karena data deskriptif yang cukup banyak, tetapi juga
karena pengumpulan data didalam penelitian kualitatif tidak berjalan dengan
pertanyaan yang tetap, melainkan selalu berkembang berdasarkan data yang
lebih dahulu diperoleh dan selalu mengarah pendalaman dan perlengkapan
data.
Lexy J. Moleong (2000: 103) mendefinisikan analisis data adalah “Proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, katagori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data”. Berdasarkan definisi tersebut tentunya
pekerjaan dari analisis data ialah mengatur, mengurutkan, mengelompok dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mengatagorikan sekian data yang telah diperoleh meliputi catatan lapangan,
gambar, dokumen, arsip, artikel dan sebagainya untuk menemukan hipotesis kerja
yang nantinya dijadikan sebagai sebuah teori.
Penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Peneliti akan mengumpulkan
data-data yang diperoleh dilapangan kemudian dilakukan analisis menggunakan
tabulasi dan disusun secara sistematis. Para pemasar tentunya sudah banyak
mengenal anlisis SWOT dalam merancang sebuah strategi pemasarannya. SWOT
adalah kependekan dari “Strengths” (kekuatan), “Weaknesses” (kelemahan),
“Opportunities” (peluang), “Threats” (Ancaman). Menurut Freddy Rangkuti
(2006:18-19) mendefinisikan sebagai berikut:
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses),
dan ancaman (Threaths).
Kinerja dalam suatu perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor
internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut dapat dilihat melalui analisis SWOT.
Analisis perusahaan yang berhubungan dengan kekuatan (strenghts) dan
kelemahan (weaknesses) merupakan analisis faktor-faktor strategis dari internal
perusahaan. Sedangkan analisis eksternal disusun dalam kerangkan peluang
(opportunities) dan ancaman (threaths).
Kekuatan (strength) menjadi keunggulan atau kemampuan perusahaan yang
tidak dimiliki oleh perusahaan lain atau pesaing untuk melindungi dari kekuatan
kompetitor. Sedangkan atribut kelemahan (weaknesses) merupakan kekurangan
atau kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan sehingga membuka peluang bagi
kompetitor untuk mengunggulinya. Peluang (opportunities) merupakan situasi
menarik yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pemasaran perusahaan di mana
perusahaan tertentu akan meraih keunggulan bersaing. Ancaman (threats)
merupakan tantangan yang disebabkan oleh suatu perkembangan yang tidak
menguntungkan yang akan menyebabkan berkurangnya kemampuan bisnis.
Penelitian ini nantinya akan menggunakan analisis SWOT dengan model
matrik SWOT. Kelebihan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
perajin payung dikecamatan Juwiring akan terkumpul sehingga nantinya dijadikan
pertimbangan dalam memutuskan suatu alternatif strategi pemasaran yang tepat.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan rangkaian kegiatan (tahapan) yang harus
ditempuh dari awal sampai akhir penelitian, dimulai sejak pembuatan proposal
penelitian, mengurus perijinan, pelaksanaan penelitian di lapangan, analisa data
dan pembuatan laporan, serta penggandaan laporan. Tahapan-tahapan yang dilalui
sudah jelas dan harus sesuai dengan urutan yang ada. Analisa data dimulai dari
analisis awal, kemudian analisis data akhir dan kemudian penarikan kesimpulan.
Gambar 3: Prosedur Penelitian
Sumber : Mattew B. Miles & Michael Hubberman dalam Soetardi (2005 : 25)
1. Tahap Persiapan Penelitian
Peneliti mempersiapkan segala sesuatu sebelum ke lapangan.
Merencanakan segala aspek yang meliputi pengajuan judul, pembuatan
proposal dan mengurus perijinan sebelum melangkah ke pelaksanaan.
2. Tahap Pengumpulan Data
Peneliti ke lapangan untuk mengumpulkan data yang akan mendukung
tujuan penelitian. Pengumpulan data ini menggunakan tiga teknik yaitu :
Penulisan Proposal
Persiapan Pelaksanaan
Mengumpulkan
Data dan
Analisis Awal
Analisis
Akhir
Perbanyakan
Laporan
Penulisan
Laporan
Penarikan
Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
wawancara, observasi dan dokumentasi. Masing-masing dari data yang
dihasilkan akan saling melengkapi.
3. Tahap Analisis Data Awal
Analisis data awal dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah
dikumpulkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Data yang tidak
menyangkut mengenai penelitian dipisahkan tersendiri.
4. Tahap Analisis Data Akhir
Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah seluruh data yang diperoleh
dalam pengumpulan data yang sangat mendukung tujuan penelitian. Data
yang diperoleh dalam tahap ini sudah merupakan data yang valid karena
sebelumnya telah dianalisis awal. Setelah tahap analisis data selesai, maka
dapat ditarik kesimpulan tentang permasalahan yang sedang diteliti.
2. Tahap Penarikan Kesimpulan
Setelah semua data yang berkaitan dengan penelitian dianalisis, tahap
selanjutnya adalah menarik kesimpulan/verifikasi dari apa yang dihasilkan
dari data tersebut. Penarikan kesimpulan harus didasarkan pada tujuan
penelitian yang didukung oleh data yang valid, sehingga hasil penelitian
tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
3. Tahap Penulisan dan Penggandaan Laporan
Kegiatan yang menyangkut mengenai penelitian dan hasil yang telah
diperoleh ditulis dalam bentuk laporan. Laporan yang telah jadi kemudiaan
digandakan sejumlah pihak yang berkepentingan dan nanti untuk diserahkan
kepada mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Usaha kerajinan payung hias terletak di Kecamatan Juwiring, Kabupaten
Klaten, berada disekitar 25 Km sebelah timur laut Kota Klaten. Letaknya sangat
strategis diantara dua kota besar yang keduanya memiliki keraton, yaitu keraton
Ngayogyakarta dan Keraton Surakarta.
Juwiring berbatasan langsung dengan beberapa kecamatan di Kabupaten
Klaten. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Wonosari, sebelah barat
dengan Kecamatan Delanggu, sebelah selatan dengan Kecamatan Pedan dan
Karangdowo, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.
Kecamatan Juwiring terbagi menjadi 19 desa dengan jumlah penduduk tahun
2009 mencapai 61.300 jiwa. Secara umum, kecamatan Juwiring merupakan
daerah dataran rendah. Sebagian besar wilayahnya merupakan area persawahan
dengan padi sebagai komoditi andalan. Selain itu di Kecamatan ini sudah terkenal
semenjak dahulu sebagai penghasil kerajinan payung. Perajin kerajinan payung
hias tersebar dibeberapa desa, meliputi: Kwarasan, Kenaiban, Tanjung dan
Tlogorandu
2. Sejarah Kerajinan Payung Hias di Kecamatan Juwiring
Payung sudah di kenal semenjak era keraton Majapahit. Payung bukanlah
barang yang sembarangan, tetapi mempunyai arti mendalam bagi masyarakat
jaman dahulu baik secara filosofi maupun dari fungsinya. Selain sebagai simbol
kebesaran bagi masyarakat keraton, payung juga bisa diartikan mangayomi,
memberikan perlindungan bagi orang lain dan ketika dipakai bisa digunakan
untuk melindungi diri dari hujan.
Kerajinan payung di Kecamatan Juwiring dimulai jauh sebelum negara ini
merdeka, yaitu sejak negara ini masih dijajah oleh kolonial Belanda. Tahun 1926
pemerintah Belanda mulai mengirim utusan yang bertugas memantau kerajinan
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
payung yang sudah ada di Kecamatan Juwiring. Tahun demi tahun silih berganti,
keadaan politik semakin berubah. Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
Demi melihat potensi payung, pabrik sederhana didirikan untuk mengumpulkan
payung-payung dari para perajin. Saat itu payung masih menjadi kebutuhan
harian, yaitu sebagai tadah hujan, hanya beberapa perajin tertentu yang diberikan
kuasa oleh keraton untuk membuat payung keraton. Pergolakan semakin memanas
yang berakibat dibakarnya pabrik payung oleh masyarakat setelah datangnya
Belanda yang kedua kali ditahun 1949. Memasuki era kemerdekaan, kerajinan
payung mengalami perkembangan pesat. Di tahun 1950-an pabrik payung
didirikan kembali di dusun Tanon desa Kenaiban dan dikenal sebagai pabrik
payung “PEMDA ANEKA” yang merupakan BUMD Tingkat I Jawa Tengah dan
menjadi induk kerajinan payung di Kecamatan Juwiring.
Kerajinan payung mengalami masa kejayaan antara rentang waktu 1950-
1970 di era Presiden Soekarno. Hal itu disebabkan karena adanya dorongan
pemerintah untuk berdikari atas semua barang yang dibutuhkan. Akan tetapi
lambat laun kerajinan payung ini terdesak oleh masuknya payung Jepang yang
dibuat lebih canggih menggunakan mesin sebagai payung tadah hujan, sehingga
sejak saat itulah kerajinan payung tadah hujan di Kecamatan Juwiring mengalami
kemunduran dan pabrik payung ditutup. Terdesak oleh payung kain buatan
pabrik-pabrik atau payung kalong yang lebih ringkas.
Perajin payung di Kecamatan Juwiring mempertahankan kerajinan ini
dengan berinovasi produk beralih ke payung hias. Saat ini Kecamatan Juwiring
sudah identik dengan kerajinan payung hias. Di wilayah ini payung bukanlah
untuk berlindung dari hujan, tapi menjadi benda kerajinan yang unik. Berbeda
dengan payung pada umumnya, aneka payung bermacam-macam bentuk ini
mempunyai ciri tersendiri. Payung ini yang mempunyai fungsi utama sebagai
hiasan. Jenis dari payung hias ada berbagai macam dan fungsi diantaranya ada
payung keraton, payung fantasi, payung tari, payung engkel dan ada pula kap
lampu.
Pembuatan payung hias ini sebenarnya cukup sederhana, proses paling
rumit adalah saat memberi ornamen atau melukis payung yang terbuat dari kertas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
ataupun kain. Ornamen inilah yang membedakan antara payung Juwiring dengan
payung biasa. Bahkan setiap perajin mempunyai ciri tersendiri yang merupakan
kreativitas dari masing-masing perajin. Ornamen lukisan pada payung ini memang
khas, biasanya berupa motif bunga-bunga, burung dan ikan koki. Kekhasan bukan
hanya terletak pada gambar, tetapi juga pilihan warna yang digunakan.
Kerajinan payung hias merupakan kerajinan rakyat yang menggunakan tenaga
kerja saling berkaitan. Seorang perajin tidak akan mampu menyelesaikan sendiri
pekerjaannya tanpa ada kaitan dengan perajin lain. Untuk itu, perajin satu bisa jadi
tidak mempunyai ketrampilan dalam bidang lainnya. Sebagai contoh misalkan perajin
akhir, perajin akhir tidak mempunyai ketrampilan dalam membuat kerangka payung
sehingga diperlukan kerjasama antara dua belah pihak untuk dapat menyelesaikan
payung hias. Perajin menggunakan bahan baku kerangka dari daerah sekitar dan
bahan baku yang lain seperti kertas, kain dan cat dari toko-toko di Kota Solo.
Rata-rata perajin payung hias di Kecamatan Juwiring sudah puluhan tahun
bekerja dalam usaha kerajinan ini. Ada dari mereka yang memulai semenjak tahun
1960 dan ada pula yang berdikari mulai tahun 1990-an. Perajin dalam memilih
pekerjaan ini ada beberapa hal yang melatar belakangi. Pertama, mereka memilih
pekerjaan ini karena mereka menganggap pekerjaan sebagai perajin payung hias lebih
menjanjikan dan mendatangkan keuntungan yang cukup besar. Kedua, perajin
memilih usaha ini karena warisan dari orang tua mereka. Ketiga, perajin mempunyai
keinginan untuk melestarikan budaya dan selama ini dengan bekerja sebagai perajin
payung hias dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Perajin sudah memiliki ketrampilan dibidang pembuatan payung hias sebelum
mendirikan usaha. Ketrampilan itu diperoleh dari warisan orang tua maupun
keluarga, pertama kali perajin ikut membantu keluarga kemudian dengan
berjalannya waktu ketrampilan itu diperoleh. Ada pula perajin yang mempunyai
ketrampilan awal dari orang tua ditambah dengan pelatihan-pelatihan yang diikuti
sehingga kreativitas akan lebih muncul kembali. Namun, tidak semua perajin
mendapat ketrampilan membuat payung hias dari warisan keluarga, ada pula yang
ikut membantu di tempat perajin lain kemudian berhasil mendirikan usaha sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pendirian usaha oleh perajin yang umumnya sudah lebih dari 30 tahun
bekerja sebagai perajin payung hias bukan menggunakan modal awal dalam
wujud uang. Akan tetapi modal itu berwujud suatu barang. Dengan dua kodi
payung, kemudian dikembangkan sehingga menjadi lebih berkembang dan
bertahan sampai sekarang. Melalui payung pemberian keluarga yang sudah lebih
dahulu membuat payung, perajin memulai usaha untuk dikembangkan sendiri.
Selain itu untuk perajin yang ikut mendirikan usaha diakhir-akhir ini, mereka rata-
rata bermodal awal Rp. 700.000,00-Rp.4.000.000,00. Mereka menggunakan modal
tersebut untuk membeli bahan baku, membeli peralatan dan ongkos transportasi.
Perkembangan usaha kerajinan payung hias menunjukkan tanda yang baik.
Untuk setiap perajin payung hias selama ini bisa berjalan seiring dengan berjalannya
waktu. Payung hias yang diproduksi oleh perajin bisa laku di pasaran dengan bantuan
para perantara. Hal ini menjadikan prospek payung hias kedepan akan bisa
berkembang selama para perajin sendiri mampu menjaga kualitas dan ciri khas dari
payung hias itu sendiri.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Strategi Pemasaran Usaha Kerajinan Payung Hias di Kecamatan Juwiring
Perajin payung hias di Kecamatan Juwiring dalam memasarkan produknya
menggunakan jasa perantara maupun konsumen dapat melakukan pemesanan
langsung. Peran perantara sangatlah penting. Perantara merupakan orang-orang yang
sudah lama dikenal perajin untuk membantu perajin memasarkan lagsung kepada
konsumen. Payung hias yang dipesan perantara dilakukan dalam jumlah besar,
sehingga harga yang diberikan akan lebih murah. Barang yang dipesan akan
diantarkan langsung oleh perajin sendiri, namun ada pula perantara atau konsumen
yang mengambilnya. Konsumen perorangan juga dapat melakukan pemesanan
langsung sesuai dengan bentuk dan selera yang diinginkan. Melalui strategi ini
memungkinkan perajin jika ada pesanan baru dibuat sesuai dengan pesanan. Berikut
ini skema pemasaran yang dilakukan oleh perajin payung hias di Kecamatan
Juwiring:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 4. Skema Pemasaran Payung Hias di Kecamatan Juwiring
Kegiatan pemasaran yang ada pada usaha kerajinan payung hias di
Kecamatan Juwiring terdapat penerapan dari bauran pemasaran (Marketing Mix)
yang meliputi:
a. Produk (Product)
Payung merupakan salah satu produk kerajinan yang mempunyai nilai
seni yang tinggi. Selain sebagai simbol kebesaran keraton, juga bisa
dimaksudkan untuk mengayomi dan menghiasi. Hal ini seperti yang
disampaikan Hadi Marsono, pemilik payung hias Fajar Bangun pada tanggal
11 Agustus 2011 di rumahnya. Sri Suyatmi menambahkan pada wawancara
tanggal 14 Agustus 2011 di rumahnya, kerajinan payung sebagai sebuah
kerajinan rakyat yang mempunyai ciri khas daerah yang tidak mungkin dimiliki
oleh daerah lain. Kelebihan tersebut yang membuat payung hias Juwiring bisa
berkembang.
Payung hias yang dihasilkan perajin di Kecamatan Juwiring beragam,
diantaranya payung keraton, payung susun, payung tari (kethekan) dan payung
putihan seperti yang disampaikan Hadi Marsono tanggal 11 Agustus 2011 di
rumahnya. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan pemilik payung hias
Honocoroko, Wigit Gunarto, tanggal 25 Agustus 2011 yang menyatakan
bahwa payung yang dihasilkan meliputi Payung Tari, Payung Keraton, Payung
Fantasi, Payung Dekorasi, Payung Engkel, Payung Lukis/Batik Kain.
Pembuatan
payung hias
untuk dipasarkan
Melakukan
kesepakatan harga
dan jenis payung
hias
Perajin
mengantarkan
produk ke
perantara/pemesan
Perantara
maupun
konsumen
melakukan
pemesanan
Memajang hasil produksi
dirumah produksi,
mengikuti pameran dan
mempromosikan lewat
internet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Menguatkan pernyataan tersebut, Mujianto, pemilik kerajinan payung hias
Maju Lancar pada tanggal 28 Agustus 2011 dirumahnya mengungkapkan
“Untuk produk ada payung susun tiga, payung susun satu yang untuk dekorasi
pernikahan, penyambutan tamu dan sebagainya. Adapula payung tari-tarian”.
Pengembangan payung hias sangat penting untuk dilakukan, salah
satunya dengan membuat inovasi-inovasi pada produk. Pengembangan itu
tampak terlihat pada desain, seperti yang terjadi pada desain payung dekorasi.
Hal itu sesuai dengan yang disampaikan Heri Wibowo, pemilik kerajinan
payung hias Wisnu pada wawancara tanggal 18 Agustus 2011 dirumahnya. Sri
Suyatmi pada wawancara tanggal 14 Agustus 2011 di rumahnya
mengungkapkan bahwa awal mula payung hias hanya terbuat dari bahan baku
kertas. Seiring dengan perkembangan jaman maka muncullah payung hias yang
terbuat dari kain. Hal itu bisa terlihat di payung susun yang dibuat oleh perajin
di Kecamatan Juwiring. Ngadi Yakur pada tanggal 9 September 2011
mengungkapkan:
Pengembangan ya payung-payung susun seperti ini. Kan dulunya payung
itu hanya untuk payung panas hujan dan payung keraton itu, ya kalau
payung-payung panas hujan kan kalah bersaing dengan payung kalong itu,
nah dari perajin supaya tidak mematikan jalan, membuat payung hias
untuk dekorasi, payung susun dan kap lampu.
Jumlah produksi payung hias yang dilakukan perajin sangat tergantung
dengan jumlah pesanan. Ketika pesanan banyak maka produksipun akan
banyak, namun apabila pesanan sepi maka jumlah produksi payung hias akan
berkurang sehingga produksi tiap bulannya berbeda-beda. Walaupun seperti
itu, bisa dirata-rata produksi kerajinan tersebut rutin setiap bulan sehingga
seiap hari bisa dirata-rata perajin payung hias akan melakukan proses produksi.
Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan Heri Wibowo pada wawancara
tanggal 18 Agustus 2011 dirumahnya bahwa untuk hal produksi “Rutin, jadi
memang di bulan-bulan tertentu itu sangat menonjol, di bulan yang lain itu
sangat kurang, jadi dirata-rata satu tahun itu sebenarnya rutin”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Produksi setiap hari juga dilakukan oleh Ngadi Yakur. Beliau pada
wawancara tanggal 9 September 2011 dirumahnya menguatkan pernyataan
tersebut dengan menyatakan produksi payung hias selama ini masih tetap rutin.
Hari ini ada pesanan, besok hari biasanya ada pesanan lagi. Rutinitas dalam
produksi tersebut membuat produsen akan lebih memberikan pelayanan yang
lebih baik kepada konsumen. Hal ini mengingat kebutuhan sebagian konsumen
akan produk kerajinan payung hias ada yang dalam waktu mendadak. Adapula
konsumen yang hanya melihat-lihat kerumah produksi kemudian tertarik
sehingga membeli. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang disampaikan Sri
Suyatmi tanggal 14 Agustus 2011 di rumahnya:
Rutin, setiap saat kita buat, sebab nanti kalau kita nunggu pesanan,
padahal nanti orang pesan itu langsung bawa. Kalau nanti nunggu orang
pesan kemudian baru ya ndak nyampai. Kita setiap hari produksi, nanti
pas ada tamu, adanya berapa tinggal ambil. Jadi tidak nunggu pesan.
Yang namanya payung ini itu rutin, karena ada juga yang di eksport.
Saya ndak eksporkan, tapi pedagang-pedagang itu yang ngambil lalu
mengeksporkan. Kan payung itu rangkaiannya sama baju-baju to mas,
sama baju Jawa. Sekarang souvenir yang dicari kan malah yang payung
kertas, kemarin untuk reuni-reuni pakai payung kertas ini
Perajin tidak hanya sendirian dalam membuat payung hias, namun dibantu
dengan beberapa orang yang mempunyai keahlian khusus seperti
menempelkan, memberi warna, menghias dan menyulam. Salah satu rumah
produksi dibantu oleh 3-10 karyawan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus yang menyatakan karyawan yang
membantunya sekitar 10 orang. Ngadi Yakur pada wawancara 9 September
2011 dirumahnya menambahkan “Karyawan kalau industri rumahan ya
termasuk yang punya kan, kalau keseluruhan ya sekitar 7-8 orang ya ada, ini
kan sebagian dibuat diluar rumah”.
b. Harga (Price)
Harga untuk berbagai jenis payung hias tidak sama dan masing-masing
perajin menetapkan harga yang beragam, tergantung dengan harga bahan baku,
tingkat kesulitan dan tingkat seni yang terdapat dalam pembuatan payung hias
tersebut. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Heri Wibowo pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
wawancara tanggal 18 Agustus 2011 dirumahnya yang menyatakan harga jual
produk didasarkan pada bahan baku, karena besarnya biaya bahan baku yang
digunakan akan mempengaruhi biaya produksi payung hias. Untuk desain baru
harga jual payung hias pada umumnya dijual dengan nilai yang tinggi. Selain
itu didasarkan pula pada tingkat kesulitan pada pembuatan payung hias itu
sendiri. Payung dengan corak dan ornamen yang rumit akan mempertinggi
harga jual produk. Senada dengan hal tersebut pernyataan dari Sri Suyatmi
tanggal 14 Agustus 2011 di rumahnya mengatakan bahwa penetapan harga
produk berdasarkan bahan baku, tingkat kesulitan dan tingkat seninya.
Tingkat seni termasuk pula ornamen yang menghiasi didalamnya dan
benang-benang yang dirangkai. Kualitas benang yang dirangkai dapat dilihat
melalui kepadatan benang dan macam-macam benang yang menghiasi. Wigit
Gunarto tanggal 25 Agustus 2011 dirumahnya menambahkan bahwa dalam
penetapan harga jual produknya didasarkan pada bahan baku, tenaga dan laba
yang diinginkan.
Harga yang terjadi diantara perajin merupakan harga yang terbentuk
karena pasar monopolistik. Meskipun jenis payung diantara perajin mempunyai
persamaan namun masing-masing perajin mempunyai ciri khas tersendiri. Hal
ini mengingat kerajinan payung hias merupakan kerajinan dengan manual yang
mengedepankan nilai seni sehingga setiap satu perajin dapat berkreasi sesuai
kemampuan yang berbeda-beda. Hadi Marsono menetapkan untuk harga
payung tari-tarian dijual dengan harga Rp. 25.000,00 satu payungnya dan
payung keraton bisa mencapai Rp.200.000,00-Rp.250.000,00 sedangkan Sri
Suyatmi menetapkan payung tari-tarian Rp. 30.000,00 dan payung keraton bisa
mencapai Rp.300.000,00.
Berdasarkan observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti, variasi
harga muncul diantara perajin karena kerajinan payung hias merupakan
kerajinan dengan manual. Payung tari kertas Rp. 25.000,00-Rp.30.000,00,
payung dekorasi susun tiga Rp. 55.000,00-Rp. 120.000,00, payung pantai Rp.
150.000,00-Rp. 300.000,00, payung keraton seharga ratusan ribu dan ada pula
payung hias yang harganya mencapai jutaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Perantara dan konsumen payung hias terdapat perbedaan harga diantara
keduanya. Perantara akan memperoleh harga yang lebih rendah daripada
konsumen yang pesan. Pesanan dari konsumen biasanya meminta kepada
perajin sesuai dengan selera konsumen sehingga dalam pengerjaannya akan
membutuhkan perlakuan tambahan. Harga yang dibuat konsumen lebih berani
daripada perantara. Selain itu, konsumen hanya datang beberapa kali saja
ataupun tidak membeli secara rutinitas. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
disampaikan Hadi Marsono pada wawancara 11 Agustus dirumahnya yang
menyatakan bahwa:
Kalau yang pesan biasanya harganya berani, lebih mahal. Kalau yang rutin
disetori setiap hari itu dipasar Bringharjo, itu kadang belum habis disetori
lagi, disitu ya harga segini boleh ndak, jadinya harganya beda. Membuat
sama jual kan cepat yang membuat, kalau barangnya masih disetori lagi
kan ndak mau, buat apa. Bakul kan harganya sini bisa dikurangkan.
Ngadi Yakur menambahkan pada wawancara tanggal 9 September 2011
dirumahnya bahwa harga jual untuk perantara (bakul) merupakan harga grosir,
harga yang sudah ditetapkan ketika membeli dalam jumlah banyak. Hal ini
sudah sering terjadi pada pedagang-pedagang lain. Perantara (bakul) membayar
harga beli ke perajin bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dijual kembali
sehingga perajin akan memberikan harga yang saling menguntungkan.
Sedangkan harga untuk tamu pemesan akan lebih mahal daripada perantara.
Jumlah pembelian payung hias juga akan mempengaruhi harga jual rata-
rata setiap biji. Hal tersebut terjadi karena pembelian dengan jumlah yang besar
menunjukkan bahwa adanya saling keterkaitan sebagai mitra bisnis. Bisa jadi
dikemudian hari akan melakukan pembelian yang sama ketempat perajin.
Lebih lanjut Sri Suyatmi pada wawancara tanggal 14 Agustus 2011 di
rumahnya menyatakan “Membeli lebih banyak berarti kan nanti masuk mitra
kerja, dia sudah bisnis nanti. Kalau bisnis kan kita melayaninya dia untung kita
untung, tapi kalau yang memakai hanya temporer-temporer kan hanya
kebutuhan mendesak”.
Omzet yang diperoleh perajin setiap bulan tidaklah sama. Ketika bulan itu
banyak pesanan, maka omzet yang didapat akan banyak dan begitu juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
sebaliknya. Untuk setiap perajin omzet yang didapat tidak sama. Heri Wibowo
pada wawancara 18 Agustus 2011 dirumahnya mengaku setiap bulan dapat
memproduksi 200 payung dengan omzet 20-30 juta. Wigit Gunarto
menyampaikan tanggal 25 Agustus 2011 dirumahnya, setiap bulan omzet yang
diperoleh mencapai 20-50 juta. Sedangkan Mujianto tanggal 28 Agustus 2011
dirumahnya menyatakan omzet yang diperoleh dari usaha kerajinan payung
sekitar 5 juta, begitu pula dengan Hadi Marsono.
Keadaan omzet perbulan menunjukkan usaha kerajinan payung hias selalu
mengalami pergerakan ekonomi. Hal itu menjadi titik tolak untuk lebih
mengembangkan usaha yang lebih baik lagi kedepannya. Beberapa perajin
mengakui, usaha ini termasuk industri rumahan yang tidak menggunakan
pembukuan yang sistematis. Hadi Marsono pada wawancara 11 Agustus 2011
dirumahnya mennyatakan tidak ada catatan pembukuan untuk usahanya,
semuanya hanya diperkirakan dengan tujuan usaha bisa jalan. Hal senada juga
diungkapkan Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus 2011 dirumahnya bahwa usaha
yang dijalankan tanpa pembukuan yang sistematis.
c. Distribusi (Place)
Sistem penjualan produk payung hias yang dilakukan perajin di
Kecamatan Juwiring menggunakan distribusi langsung dengan konsumen
memesan sendiri ke perajin dan distribusi tidak langsung dengan memakai jasa
perantara. Jasa perantara dilakukan dengan mengambil sendiri kerumah
produksi maupun perajin menyetor produk ke perantara-perantara. Hal ini
sesuai dengan yang disampaikan Hadi Marsono pada wawancara 11 Agustus
2011 dirumahnya bahwa salah satu sistem penjualan yang biasa dilakukan
adalah melalui perantara. Dari beberapa perantara yang sudah menjalin
hubungan, ada yang langsung mengambil sendiri. Senada dengan hal tersebut
Heri Wibowo tanggal 18 Agustus 2011 dirumahnya mengungkapkan “Ehm,..
Kita masuknya ke distributor, perantaranya distributor, ke toko atau ke pasar,
modelnya kan seperti itu”. Selain itu, banyak pula perantara yang langsung
mendatangi rumah produksi untuk mengambil sendiri barangnya. Hal ini
dilakukan berdasarkan atas saling kepercayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pembayaran awal dilakukan dengan pemberian uang muka terlebih dahulu
kemudian barang dikirim. Pengiriman barang bisa melalui paket dan
pembayaran bisa menggunakan transfer Bank. Sri Suyatmi pada wawancara 14
Agustus 2011 menyatakan:
Iya pakai perantara, kalau saya yang nangani sendiri berarti saya ngurus
semuanya. Pokoknya barang keluar saya yang nangani dirumah. Model
door to door itu saya juga tidak, kadang ada yang langsung datang
kerumah, bahkan sama pembelinya saya tidak kenal. Saling kepercayaan
saja, dia kirim uang saya kirim barang. Dia kasih DP kita kirim barang,
bahkan kalau sudah percaya dia minta kita kirim barang tanpa DP dulu.
Biasanya kalau uangnya lancar setelah 2-3 kali pesan sudah tidak pakai
DP.
Peran perantara sangatlah penting. Agar kegiatan pemasaran berjalan
dengan lancar, perajin payung hias di Kecamatan Juwiring menjalin hubungan
baik dengan para perantara, diantaranya yaitu menjaga kepercayaan dengan
perantara dan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Ngadi Yakur
pada wawancara 9 September 2011 dirumahnya mengungkapkan hubungan
baik dengan perantara selalu dijaga dengan membangun sikap saling percaya,
mempererat perkenalan, pembuatan pesanan dari perantara yang tepat waktu
dan memberikan pelayanan yang terbaik. Ranto juga menyatakan pada
wawancara tanggal 13 Agustus 2011 dirumahnya yaitu, hubungan dengan
perantara maupun pelanggan dibangun dengan tidak mengecewakan,
pembuatan produk yang tepat waktu merupakan salah satu langkah yang
diambil. Sri Suyatmi dalam wawancara 14 Agustus dirumahnya menyatakan
perantara biasa mengambil payung hias dalam jumlah yang besar untuk dijual
kembali sedangkan pemakai langsung akan membeli ke perajin hanya dalam
waktu yang temporer saja.
Distribusi yang selama ini dilakukan oleh perajin payung hias di
Kecamatan Juwiring melalui transportasi sendiri maupun dengan jasa
pengiriman paket. Jasa pengiriman paket dilakukan saat pemesan dari produk
payung hias berasal dari daerah yang jauh. Untuk pengambilan bahan baku,
perajin mengambil kerangka dari daerah sekitar. Sedangkan untuk bahan
tambahan seperti kertas, kain, benang, dan cat dibeli langsung dari toko-toko
yang berada di kota Solo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Area pemasaran payung hias meliputi seluruh Indonesia. Hal ini sesuai
dengan yang disampaikan Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus 2011
dirumahnya, yaitu pemasaran produk payung hias meliputi seluruh Indonesia
terutama di Pulau Jawa. Keberadaan keraton di Indonesia sedikit banyak
mempengaruhi cakupan area pemasaran payung hias, mengingat payung
kebesaran keraton yang menjadi simbol wajib biasa diproduksi oleh perajin
payung di Kecamatan Juwiring. Hadi Marsono mengungkapkan pada
wawancara 11 Agustus 2011 dirumahnya bahwa beliau merupakan salah satu
abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta sehingga ketika Jumenengan
Sinuwun Pakubuwono XIII membutuhkan payung beliaulah salah satu
pembuatnya. Eksistensi keberadaan keraton Surakarta dan Jogjakarta inilah
yang menjadikan Kecamatan Juwiring sangat strategis untuk kerajinan payung
hias.
Heri Wibowo pada wawancara 18 Agustus 2011 dirumahnya
mengungkapkan mengenai area pemasaran yaitu, pemasaran dilakukan hampir
seluruh pulau Jawa, sedikit Sumatera dan sedikit Sulawesi. Pernah pula
pemesanan dilakukan oleh orang luar negeri seperti Spanyol, Italia dan Jerman.
Hal senada juga disampaikan Sri Suyatmi 14 Agustus 2011 dirumahnya yang
mengatakan “Ini ada yang diekspor juga mas, Australia, Amerika, tapi tidak
langsung saya ekspor. Orang bule itu kan belinya gini mas, barang dari
Indonesia masuk kelemari-lemari dari Serenan berwujud paketan nanti diambil
oleh kontainer. Yang lokal yaitu tadi, Jogja, Solo, Jakarta”. Dari beberapa
informan tersebut dapat diketahui bahwa pemasaran payung hias meliputi
daerah lokal dan mancanegara. Pemasaran tersebut dilakukan oleh beberapa
perantara.
d. Promosi (Promotion)
Promosi yang dilakukan perajin payung hias di Kecamatan Juwiring
adalah dengan mengikuti pameran dengan bantuan pihak ketiga. Hadi Marsono
mengatakan pada wawancara 11 Agustus 2011 dirumahnya bahwa promosi
dilakukan dengan mengikuti pameran seperti The 6th Java Expo 2011 dengan
bantuan pihak keraton Solo yang memfasilitasinya. Berdasarkan observasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
promosi itu juga menggunakan katalog yang berisi model-model payung hias
sehingga konsumen dapat melihat dan memesan sesuai dengan selera. Hal
senada juga diungkapkan oleh Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus 2011
dirumahnya yang mengatakan promosi dilakukan melalui pameran dan
internet. Ngadi Yakur mengungkapkan pada wawancara 9 September 2011
dirumahnya yaitu, promosi lebih ditekankan dari mulut ke mulut dan berusaha
mencari perantara/agen yang baru. Beliau menambahkan keberadaan payung
hias di Kecamatan Juwiring sebenarnya sudah sejak lama dikenal oleh
masyarakat luas. Mungkin seseorang tidak membeli dipameran, namun
pemasaran itu bisa melalui media lain. Kerajinan payung hias ini sudah
beberapa kali diliput oleh media cetak maupun televisi.
Peran pemerintah tampak dalam usaha memasarkan kerajinan rakyat ini,
diantaranya melalui media Kriya Indonesia. Sri Suyatmi pada wawancara 14
Agustus 2011 dirumahnya mengatakan bahwa:
Promosinya kan dibantu pemerintah, dari pak SBY kan ada majalah ini
mas. Semua produksi dilindungi oleh pemerintah. Kemarin ada
sosialisasi HKTI, kan kerajinan di Indonesia itu dipromosikan oleh
pemerintah. Bahkan kalau mau ikut pameran dikasih tempat gratis, tapi
saya juga mikir, kalau saya ikut pameran nanti tidak ada yang nunggu
rumah.
Kegiatan budaya seperti upacara-upacara yang dilakukan pemerintah
untuk menghidupkan kembali kebudayaan menjadi kesempatan perajin untuk
mempromosikan payung hias. Hal ini disebabkan nilai dan budaya tidak akan
bisa dipisahkan dari kerajinan payung hias. Ketika semua orang meninggalkan
budaya maka kerajinan payung hias akan merosot. Keterkaitan ini terlihat dari
acara-acara upacara, pernikahan adat Jawa dan seremonial di keraton-keraton.
Sri Suyatmi pada wawancara tanggal 14 Agustus 2011 dirumahnya
mengungkapkan “Nilai dan budaya itu rangkaian dari ini mas, kalau semua
sudah meninggalkan budaya, upacara-upacara sudah tidak ada, payung seperti
ini kan tidak dibutuhkan.
Keinginan masyarakat luar negeri untuk kembali kealam “Back to
Nature” merupakan kesempatan yang bagus bagi perajin hiasan tradisional
untuk berkembang. Salah satu kerajinan yang termasuk didalamnya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
kerajinan payung hias, seperti yang disampaikan Sri Suyatmi pada wawancara
14 Agustus 2011 dirumahnya. Untuk itu perlu sarana dalam memperkenalkan
produk kepada masyarakat luar negeri. Perkembangan teknologi dimanfaatkan
oleh sebagian perajin sebagai sarana untuk mempromosikan pula. Contoh-
contoh produk ditampilkan melalui sebuah blog yang nantinya masyarakat luas
akan bisa menemukan dengan mudah. Melalui promosi diinternet diharapkan
dapat memudahkan konsumen dalam mencari payung hias. Heri Wibowo pada
wawancara tanggal 18 Agustus 2011 diirumahnya menyampaikan teknologi
sebatas pada internet. Hal itu dikuatkan oleh Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus
2011 yang menyatakan melalui teknologi internet dapat mempererat hubungan
dengan pelanggan. . Keinginan masyarakat luar negeri untuk kembali kealam
“Back to Nature” merupakan kesempatan yang bagus bagi perajin hiasan
tradisional untuk berkembang. Salah satu kerajinan yang termasuk didalamnya
adalah kerajinan payung hias ini.
Berdasarkan observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti, diketahui
pula selain mengikuti pameran seperti pada acara The 6th Java Expo 2011 dan
melalui katalog, juga peliputan diberbagai media cetak dan elektronik. Diantara
media cetak itu adalah majalah Kriya Indonesia Craft No. 6 tahun 2007 dan
Kompas. Promosi lewat internet juga dilakukan oleh beberapa perajin.
Langkah tersebut dengan membuat blog, diantaranya
payungwisnu.wordpress.com dan payunghonocoroko.blogspot.com.
e. Hubungan Masyarakat (Public Relation)
Hubungan dengan masyarakat berusaha dijalin dengan sebaik-baiknya.
Menghormati dengan sesama tetangga selalu dijaga. Dalam memproduksi
kerajinan payung hias relatif tidak mengganggu dengan masyarakat sekitar.
Seperti yang disampaikan Mujianto tanggal Agustus 2011 bahwa hubungan
dengan konsumen dijaga dengan tidak mengecewakan, sedangkan hubungan
dengan masyarakat baik-baik saja. Hal itu dikarenakan dalam produksi tidak
membuat gaduh dan tidak mengganggu lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Hubungan dengan pemerintah dijaga melalui ikut serta dalam pelatihan
yang diselenggarakan pemerintah daerah. Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus
2011 dirumahnya mengatakan “Kita ikut pameran mas, jadi bisa bertemu
langsung dengan calon pelanggan. Kadangpula ikut pelatihan yang
diselenggarakan pemerintah untuk perbaikan layanan/ mutu”. Diharapkan
dengan seperti itu hubungan dengan pemerintah akan selalu terjalin dan
pelayanan kepada konsumen akan semakin puas. Heri Wibowo pada
wawancara tanggal 18 Agustus 2011 dirumahnya menambahkan dalam rangka
membangun hubungan baik dengan masyarakat sekitar kadangkala
mengadakan penyuluhan dengan meminta pihak ketiga untuk mengisi masalah
mengkreasi payung atau pencarian bahan.
Hubungan dengan masyarakat sekitar juga terbentuk melalui penyediaan
bahan baku pembuatan jeruji dan garan. Mujianto pada tanggal 28 Agustus
2011 dirumahnya menyatakan bahwa “ Bahan bakunya dari penduduk sekitar
Juwiring” sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan dengan
masyarakat dalam hal bahan baku. Bentuk hubungan diatas senada dengan
yang disampaikan Ngadi Yakur pada wawancara tanggal wawancara 9
September 2011 dirumahnya yaitu:
Ya itu tadi, untuk menjaga hubungan baik itu, satu tidak mengecewakan
konsumen. Kalau konsumen tidak kecewa hubungan baik kan selalu
terjalin. Dengan masyarakat pun kita membuat payung ini kan bersama-
sama masyarakat, kami yang finishing terus masyarakat sini kan yang
membuat kerangka, tukang sulamnya, tangkai garannya, sehingga kan
ada kerjasama saling menguntungkan mas, karena ada kerjasama saling
menguntungkan otomatis kan hubungan perajin payung dengan
masyarakat selalu terjalin mas.
Sebagian perajin pernah ada yang melakukan studi banding ke berbagai
daerah. Studi banding ini difasilitasi oleh pemerintah melalui Departemen
Perindustrian. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ngadi Yakur
pada wawancara tanggal 9 September 2011 dirumahnya yang menyatakan
dahulu sudah ada program pemerintah untuk melakukan studi banding ke
berbagai daerah tetapi untuk sekarang kurang terlihat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Kendala-kendala yang dihadapi perajin payung hias di Kecamatan
Juwiring Kabupaten Klaten
Basis UMKM dan ekonomi rakyat secara umum dihadapkan kepada
berbagai permasalahan yang menyelimuti, walaupun sering diklaim cukup
bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi. Eksistensi pelaku UMKM belum
bisa terlepas dari berbagai kendala yang menghadang, tidak terkecuali bagi
perajin payung hias di Kecamatan Juwiring.
Administrasi dalam bentuk pembukuan masih kurang. Perajin masih
menggabungkan antara keuangan pribadi dengan keuangan usaha. Hadi
Marsono pada wawancara 11 Agustus 2011 dirumahnya menyatakan tidak ada
catatan pembukuan untuk usahanmya, semuanya hanya diperkirakan dengan
tujuan usaha bisa jalan. Hal senada juga diungkapkan Wigit Gunarto tanggal 25
Agustus 2011 dirumahnya bahwa usaha yang dijalankan tanpa pembukuan
yang sistematis.
Bahan baku yang digunakan untuk membuat payung hias terdiri dari
bahan-bahan produksi pabrik dan bahan-bahan dari alam yang dikreasi oleh
perajin awal seperti jeruji dan tangkai (garan). Perajin tidak mengalami
hambatan untuk memperoleh bahan baku produksi pabrik. Hal itu disebabkan
ketersedian bahan baku tersebut yang banyak. Setiap kali membutuhkan mudah
untuk mencarinya. Lain halnya dengan bahan baku jeruji dan garan, kedua
bahan utama ini jumlahnya terbatas. Pengambilan jeruji dan garan tidak bisa
setiap saat. Kondisi ini dikarenakan kemampuan dalam membuat jeruji dan
garan terbatas sesuai kemampuan. Pernyataan ini sesuai dengan yang
disampaikan Ngadi Yakur pada wawancara tanggal 9 September 2011
dirumahnya yang menyatakan:
Jerujinya dari Gumantar, untuk bahan lainnya bisa dibeli di Solo.
Sekarang bahan baku jerujinya ini yang sulit mas, untuk masalah kain itu
mudah, masalahnya kan begini, jeruji itu yang buat cuma beberapa orang,
kemarin itu saya dapat pesanan banyak tapi saya tidak bisa, karena yang
buat itu terbatas. Kemarin ada order itu seribu dalam waktu seminggu,
saya tidak bisa. Lha manual, kalau yang buat sudah lelah dipaksakan
tidak bisa, mesin tidak bisa lelah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Keinginan masyarakat luar negeri untuk kembali ke alam dengan
mengkampanyekan produk yang ramah lingkungan menjadi kesempatan bagi
payung hias untuk memasukinya. Namun usaha mikro dan kecil sangatlah sulit
untuk menembus pasar luar negeri . Munculnya hambatan pasar tersebut
berdampak pula bagi perajin dalam mengembangkan usaha. Heri Wibowo pada
wawancara 18 Agustus dirumahnya menyebutkan:
Hambatan pasar, untuk pengembangan produk itu hambatan pasar.
Seperti yang saya katakan tadi, untuk pasar Eropa, Amerika itu harus ada
pembinaan, penyuluhan atau motivasi dari pemerintah, pemerintah harus
sebagai motivator. Kerajinan tangan itu perlu dukungan dari pemerintah,
karena untuk pasar lokal sendiri, secara nasional sudah tersentuh untuk
pemasaran payung, terutama untuk pulau Jawa, semua dati II sudah
masuk.
Keterbatasan modal juga menjadi kendala yang dikeluhkan perajin
seperti yang diungkapkan Wigit Gunarto pada tanggal 25 Agustus 2011. Sri
Suyatmi pada wawancara tanggal 14 Agustus 2011 menyatakan setelah
mempraktekkan dalam pinjaman Bank ternyata bunganya sama besar seperti
pinjaman lainnya. Dia berpendapat hal ini masih dirasa memberatkan perajin,
namun seharusnya perajin kerajinan rakyat dapat memperoleh pinjaman tanpa
bunga untuk meningkatkan usaha walaupun menggunakan agunan. Hadi
Marsono menambahkan pada wawancara tanggal 11 Agustus 2011 yang
menyatakan perhatian pemerintah terhadap para perajin relatif kurang. Belum
ada langkah nyata yang dapat dirasakan untuk meningkatkan produktivitas
perajin. Oleh karena perlu campur tangan pemerintah untuk mendorong usaha
kerajinan payung hias.
Permasalahan yang dihadapi perajin payung hias di Kecamatan Juwiring
lainnya seperti yang biasa terjadi pada kerajinan rakyat. Kesulitan dalam
memasarkan kadangkala menjadi kendala. Hal ini terjadi dikarenakan
terbatasnya modal dan akses jaringan sehingga pemasaran akan mendapatkan
kesulitan. Sri Suyatmi pada wawancara 14 Agustus 2011 dirumahnya
mengungkapkan “Kita kan kerajinan rakyat, bisa buat kadang sulit
memasarkan, kadang dia buat harga rendah, walaupun rugi dia kasihkan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Upaya-Upaya yang Dilakukan Perajin Payung Hias di Kecamatan
Juwiring
Kendala-kendala yang dihadapi oleh perajin payung hias di Kecamatan
Juwiring merupakan masalah yang perlu disikapi. Berbagai upaya dilakukan
oleh perajin untuk tetap berusaha mengembangkan usaha kerajinan payung
hias. Diantara upaya-upaya yang dilakukan adalah:
a. Menetapkan harga payung hias berdasarkan dengan perkiraan bahan baku,
tingkat kesulitan dan tingkat seni
b. Mempertahankan kualitas payung hias dan memberikan pelayanan terbaik
kepada konsumen supaya konsumen tidak kecewa
c. Mengikuti pameran seperti pada Expo dengan bantuan pihak ketiga
d. Mengutamakan modal sendiri dan meminjam ke orang lain ketika
membutuhkan
e. Mengambil bahan baku jeruji seadanya dari perajin jeruji tanpa menunggu
pesanan banyak
f. Mempertahankan ciri khas karena semua daerah punya khas sehingga
ketika orang melihat sudah tahu kalau payung Juwiring
g. Berusaha bergerak sendiri kalau pemerintah belum berusaha untuk
membantu
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
Pokok permasalahan pada laporan ini adalah tentang strategi pemasaran
kerajinan payung hias di Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten . Temuan studi
yang merupakan hasil penelitian apabila dihubungkan dengan kajian teori yang
telah disusun maka dapat diketahui bahwa apa yang telah ditemukan dalam
penelitian memang ada keterkaitan dengan kajian-kajian teori yang ada. Keterkaitan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
a. Produk (Product)
Produk yang ditawarkan perusahaan dapat berupa barang, jasa, pelayanan
maupun informasi. Masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Perusahaan melakukan berbagai terobosan yang inovatif supaya produk yang
ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Produk bisa jadi terdiri dari
suatu kombinasi fisik dan elemen jasa atau pelayanan dan keseimbangan antara
keduanya secara bervariasi. Produk meliputi variasi produk, kualitas, desain,
fasilitas, nama merek, kemasan, ukuran, layanan, garansi dan pengembalian.
Payung hias yang dihasilkan perajin di Kecamatan Juwiring beragam,
diantaranya payung keraton, payung susun, payung tari (kethekan) dan payung
putihan. Untuk produk ada payung susun tiga, payung susun satu yang untuk
dekorasi pernikahan, penyambutan tamu dan sebagainya. Adapula payung yang
digunakan sebagai tari-tarian. Payung hias yang dibuat perajin mempunyai
keunikan tersendiri dari pada kerajinan yang lain. Masing-masing perajin juga
mempunyai ciri khas, mengingat seni dan kreasi masing-masing perajin tidak
sama. Payung hias menjadi salah satu khas daerah yang menyimpan nilai budaya
yang tinggi.
Kualitas yang dihasilkan masih tetap dipertahankan perajin. Diharapkan
hal ini tidak akan membuat kecewa konsumen. Merk-merk payung lebih dikenal
oleh masyarakat sebagai payung Juwiring meskipun terdiri dari beberapa
sanggar payung hias seperti payung Wisnu, payung Honocoroko, payung Fajar
Bangun dan payung Maju Lancar. Pembeli dapat memesan sendiri payung hias
sesuai dengan ukuran dan ornamen jika menghendaki.
Pengembangan payung hias sangat penting dilakukan dengan membuat
inovasi-inovasi pada produk. Pengembangan itu tampak terlihat pada desain,
seperti yang terjadi pada desain payung dekorasi. Desain payung hias terdiri pula
dari aneka hiasan burung, ikan dan bunga-bunga. Awal mula payung hias hanya
terbuat dari bahan baku kertas. Seiring dengan perkembangan jaman maka
munculah payung hias yang terbuat dari kain.
Berdasarkan keadaan diatas, perajin payung hias di Kecamatan Juwiring
harus terus menerus melakukan inovasi seiring dengan berkembangnya jaman.
Inovasi itu bisa berwujud penambahan corak atau pembuatan model baru.Selain
itu kualitas payung perlu untuk tetap terjaga. Hal ini dikarenakan bagi konsumen
barang hias akan lebih mementingkan produk daripada harga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
b. Harga (Price)
Para konsumen seringkali membandingkan harga salah satu produk dengan
produk yang lain. Keinginan konsumen adalah untuk mendapatkan harga yang
lebih murah dengan kualitas yang sama dengan produk sejenis. Dalam
memposisikan harga dari suatu produk, perusahaan harus tepat dalam melakukan
penetapannya, jangan sampai terlalu rendah yang menyebabkan perusahaan
merugi maupun terlalu tinggi yang membuat konsumen akan berpaling ke
produk lain. Untuk itu harus ada penetapan harga yang sesuai.
Perajin payung hias di Kecamatan Juwiring dalam menetapkan masing-
masing payung hias tidak sama tergantung dengan harga bahan baku,tingkat
kesulitan dan tingkat seni. Harga jual produk didasarkan pada bahan baku,
karena besarnya biaya bahan baku yang digunakan akan mempengaruhi biaya
produksi payung hias. Untuk desain baru harga jual payung hias pada umumnya
dijual dengan nilai yang tinggi. Selain itu didasarkan pula pada tingkat kesulitan
pada pembuatan payung hias itu sendiri. Payung dengan corak dan ornamen
yang rumit akan mempertinggi harga jual produk. Masing-masing perajin
payung hias di Kecamatan Juwiring akan menetapkan harga yang beragam pada
produknya walaupun jenis payung hiasnya sama.
Kualitas benang yang dirangkai dapat dilihat melalui kepadatan benang dan
macam-macam benang yang menghiasi. Sebagian perajin mendasarkan harga
jual produknya pada bahan baku, tenaga dan laba yang diinginkan. Perajin satu
dengan perajin yang lainnya mempunyai keistimewaan sendiri sehingga
muncullah variasi dalam menetapkan harga payung hias. Untuk payung tari
kertas Rp. 25.000,00-Rp.30.000,00, payung dekorasi susun tiga Rp. 120.000,00,
payung pantai Rp. 150.000,00-Rp. 300.000,00, payung keraton seharga ratusan
ribu dan ada pula payung hias yang harganya mencapai jutaan
Perbedaan harga diberikan kepada perantara yang membantu memasarkan
kerajinan payung hias. Perantara akan memperoleh harga yang lebih rendah
daripada konsumen yang pesan. Pesanan dari konsumen biasanya meminta
kepada perajin sesuai dengan selera konsumen sehingga dalam pengerjaannya
akan membutuhkan perlakuan tambahan. Harga yang dibuat konsumen lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
berani daripada perantara. Selain itu, konsumen hanya datang beberapa kali saja
ataupun tidak membeli secara rutinitas. Jumlah pembelian payung hias juga akan
mempengaruhi harga jual rata-rata setiap biji. Hal tersebut terjadi karena
pembelian dengan jumlah yang besar menunjukkan bahwa adanya saling
keterkaitan sebagai mitra bisnis.
c. Distribusi (Place)
Distribusi merupakan proses menempatkan suatu produk pada outlet yang
sesuai dan memerlukan kepastian mengenai sejenis aktivitasnya yang
keseluruhan berkaitan dengan bagaimana menyampaikan produk tersebut dari
produsen ke konsumen. Fungsi distribusi adalah membawa produk kepasar
sasaran dengan berbagai rangkaian aktivitas, yang terpenting dari aktivitas
tersebut adalah penjualan (dan pengiriman barang) dari produsen ke konsumen
akhir. Fungsi distribusi lainnya adalah mempromosikan produk, menyimpannya
dan menanggung resiko selama proses distribusi.
Distribusi payung hias yang dilakukan perajin payung di Kecamatan
Juwiring menggunakan jasa perantara dan pemesanan langsung. Jasa perantara
dilakukan dengan mengambil sendiri kerumah produksi maupun perajin
menyetor produk ke perantara-perantara. Selain itu, banyak pula perantara yang
langsung mendatangi rumah produksi untuk mengambil sendiri barangnya. Hal
ini dilakukan berdasarkan atas saling kepercayaan. Pembayaran awal dilakukan
dengan pemberian uang muka terlebih dahulu kemudian barang dikirim
Jasa pengiriman paket dilakukan saat pemesan dari produk payung hias
berasal dari daerah yang jauh. Untuk pengambilan bahan baku, perajin
mengambil kerangka dari daerah sekitar. Sedangkan untuk bahan tambahan
seperti kertas, kain, benang, dan cat dibeli langsung dari toko-toko yang berada
di kota Solo.
Area pemasaran payung hias meliputi seluruh Indonesia. Keberadaan
keraton di Indonesia sedikit banyak mempengaruhi cakupan area pemasaran
payung hias, mengingat payung kebesaran keraton yang menjadi simbol wajib
biasa diproduksi oleh perajin payung di Kecamatan Juwiring. Produk ini juga
pernah diekspor ke sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Spanyol dan Italia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
d. Promosi (Promotion)
Promosi merupakan salah satu dari bauran pemasaran yang terpenting.
Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan. Promosi
bisa diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk mengkomunikasikan
keunggulan produk serta membujukn pelnggan sasaran agar membeli produk.
Promosi yang dilakukan perajin payung hias di Kecamatan Juwiring
adalah dengan mengikuti pameran dengan bantuan pihak ketiga seperti The 6th
Java Expo 2011 dengan bantuan pihak keraton Solo yang memfasilitasinya.
Promosi itu juga menggunakan katalog yang berisi model-model payung hias
sehingga konsumen dapat melihat dan memesan sesuai dengan selera. Selain itu
promosi lebih ditekankan dari mulut ke mulut dan berusaha mencari
perantara/agen yang baru. Keberadaan payung hias di Kecamatan Juwiring
sebenarnya sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat luas. Mungkin seseorang
tidak membeli dipameran, namun pemasaran itu bisa melalui media lain.
Kerajinan payung hias ini sudah beberapa kali diliput oleh media cetak maupun
televisi.
Pemerintah sebagai pendorong kegitan UMKM mempunyai peranan
penting dalam mempromosikan produk. Peran pemerintah tampak dalam usaha
memasarkan kerajinan rakyat ini, diantaranya melalui media Kriya Indonesia.
Selain itu usaha perajin dalam mempromosikan kegiatan tersebut diantaranya
mengikuti pameran seperti pada acara The 6th Java Expo 2011 dan melalui
katalog, juga peliputan diberbagai media cetak dan elektronik. Diantara media
cetak itu adalah majalah Kriya Indonesia Craft No. 6 tahun 2007 dan Kompas.
Promosi lewat internet juga dilakukan oleh beberapa perajin dengan membuat
blog, diantaranya payungwisnu.wordpress.com dan
payunghonocoroko.blogspot.com.
e. Hubungan Masyarakat (Public Relation)
Merupakan strategi untuk menarik opini masyarakat dalam waktu lebih
lama bertujuan membangun sebuah citra. Hubungan masyarakat merupakan
sarana yang dilakukan dengan menjalin hubungan dengan berbagai konsumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
perusahaan dan masyarakat umum dengan tujuan untuk membangun citra
perusahaan yang positif agar mendapat nama baik dan mengatasi kabar angin ,
laporan dan berita-berita yang tidak sesuai dengan kenyataan. Hubungan
masyarakat yang baik dapat tercapai melalui berbagai hal, diantaranya dukungan
kegiatan kemanusian, partisipasi kegiatan sosial, mensponsori kegiatan
masyarakat dan menyelenggarakan pameran.
Perajin di Kecamatan Juwiring berusaha untuk menjaga hubungan dengan
sebaik-baiknya. Menghormati dengan tetangga selalu dijaga. Dalam
memproduksi kerajinan payung hias relatif tidak mengganggu dengan
masyarakat sekitar. Hubungan dengan konsumen dijaga dengan tidak
mengecewakan, sedangkan hubungan dengan masyarakat baik-baik saja. Hal itu
dikarenakan dalam produksi tidak membuat gaduh dan tidak mengganggu
lingkungan. Bahkan dengan adanya kerajinan payung hias dapat membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Warga sekitar dapat ikut
menjalankan kerjasama yang saling menguntungkan. Penyediaan akan bahan
baku terutama bahan baku selain produksi pabrik yang diperoleh perajin dari
masyarakat sekitar merupakn wujud hubungan yang saling menguntungkan
kedua belah pihak.
Keikutsertaan dalam pelatihan yang diadakan oleh pemerintah daerah
diharapkan mampu membangun hubungan yang baik dengan pemerintah.
Meningkatkan kerjasama dua belah pihak pemerintah sebagai fasilitator dan
perajin sebagai pelaku.
2. Analisis SWOT
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dianalisis faktor-faktor yang
merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kerajinan payung hias.
a. Kekuatan internal
Analisis faktor-faktor internal merupakan analisis yang berhubungan dengan
kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses). Kekuatan (strength) menjadi
keunggulan atau kemampuan perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan
lain atau pesaing untuk melindungi dari kekuatan kompetitor. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
atribut kelemahan (weaknesses) merupakan kekurangan atau kelemahan yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga membuka peluang bagi kompetitor untuk
mengunggulinya.
1) Strength (Kekuatan)
Kerajinan payung hias merupakan kerajinan khas tradisional yang unik.
Hal ini dikarenakan payung hias mengandung unsur nilai dan budaya.
Budaya tersebut dapat dilihat dari corak dan warisan kerajaan. Tidak setiap
daerah bisa membuat payung hias serupa, bahkan payung hias ini
merupakan salah satu produk khas daerah Kabupaten Klaten.
Produk payung hias tergolong produk natural. Proses pembuatannya
menggunakan manual dengan mengandalkan kreativitas perajin. Corak dan
bahan yang digunakan sebagian besar berasal dari alam sehingga payung
hias tergolong sebagai bagian dari produk natural. Adanya kampanye Back
to Nature membuka kesempatan payung hiasuntuk masuk ke pasar luar
negeri. Kesempatan ini harus menjadi kekuatan bagi perajin untuk
memajukan payung hias.
Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam kegiatan proses
produksi terutama dalam pembuatan payung hias. Keahlian dan
keterampilan dimiliki oleh perajin sehingga produk yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang bagus. Perajin juga dituntut untuk selalu
mengikuti dan mencari informasi tentang selera konsumen agar selalu
memproduksi payung hias yang inovatif. Selain itu biaya upah tenaga kerja
tergolong rendah. Mengingat industri kecil masyarakat tidak terikat dengan
adanya UMR.
Transportasi yang semakin maju membuat proses distribusi dan
pembayaran semakin mudah. Beberapa puluh tahun yang lalu, distribusi dan
pembayaran langsung dilakukan antar kedua belah pihak, namun sekarang
perajin dapat mengirimkan barang melalui paket dan memperlancar
distribusi. Hubungan dengan masyarakat sekitar juga terbangun dengan
baik. Masyarakat sekitar terbantukan dengan adanya kerajinan payung hias.
Masyarakat berperan sebagai penyedia bahan baku non pabrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
2) Weaknesses (Kelemahan)
UMKM merupakan industri rakyat yang bisa jadi dianggap sebagai
usaha yang tahan akan krisis ekonomi, namun tidak terlepas dari beberapa
hal yang menjadi kelemahan. Begitu juga pada usaha kerajinan payung hias
di Kecamatan Juwiring sehingga perajin perlu mengantisipasi kelemahan-
kelemahan tersebut supaya diminimalkan untuk bisa tetap berkembang.
Kelemahan yang ada pada industri kerajinan payung hias di Kecamatan
Juwiring adalah terbatasnya modal. Modal menjadi masalah karena ketika
perajin ingin mengembangkan usaha maupun melayani pesanan dalam
jumlah banyak, kadangkala tidak bisa mencukupi biaya yang dikeluarkan
sehingga sedikit banyak menghambat produksi. Hal ini juga terjadi melalui
sistem ijon yang dipraktekkan oleh sebagian perajin. Keuangan usaha dan
keluarga masih tampak campur menjadi satu dan belum ada pemisahan yang
jelas.
Kelemahan lain adalah kurangnya akses untuk mendapatkan informasi
pasar. Selera pasar yang berubah sangat sulit untuk selalu diikuti sehingga
perajin hanya dapat merubah corak dan model sedikit demi sedikit.
Kelemahan yang lain seperti sulitnya untuk menembus pasar ekspor. Perajin
merupakan pengusaha kecil yang memiliki modal terbatas sehingga sangat
sulit untuk memasarkan produk ke mancanegara padahal kesempatan
mengarahkan produk ini untuk bisa bersaing ke mancanegara. Peran
pemerintah dalam hal ini sangatlah ditunggu, diharapkan peran pemerintah
bisa membuka pasar luar negeri bagi masuknya kerajinan payung hias.
Penggunaan cara tradisional dalam pembuatan payung hias menuntut
perajin memilih SDM yang terampil dan bekerja penuh, sehingga ketika
pesanan banyak perajin akan sangat sulit untuk memenuhinya. Keterbatasan
tenaga inilah yang seringkali pesanan sulit tercapai semua.
Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi faktor-faktor internal yang
mempengaruhi kerajinan payung hias dapat diketahui kekuatan dan
kelemahan perusahaan bagi perusahaan. Kekuatan dan kelemahan tersebut
dapat diringkas sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
1) Kekuatan
a) Aspek produksi
(1) Mempunyai kualitas produk yang baik
(2) Tingkat differensiasi produk (jenis dan model)
(3) Termasuk produk natural
b) Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
(1) SDM yang cukup terampil
(2) Biaya upah produksi rendah
c) Aspek Pemasaran
(1) Terbukanya kesempatan pasar luar negeri
(2) Distribusi dan pemesanan yang semakin mudah
(3) Hubungan baik dengan masyarakat sekitar
2). Kelemahan
a) Aspek produksi
(1) Berdasarkan proses produksi kerajinan payung hias yang
menggunakan cara tradisional/konvensional, maka harus
dilakukan oleh tenaga kerja terampil dan dilaksanakan dengan
tenaga kerja penuh.
b) Aspek Pemasaran
(1) Promosi yang belum maksimal
(2) Hambatan masuk pasar luar negeri
(3) Kemampuan dalam mengakses pasar masih terbatas
c) Aspek Keuangan
(1) Keterbatasan kemampuan pembiayaan dan permodalan,
perajin pada umumnya menggunakan modal sendiri
(2) Tidak adanya pembukuan maupun catatan rapi
Bobot dan rating ditentukan dengan menggunakan Konsep Fred R.
David (Umar, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
1) Bobot ditentukan sebagai berikut:
Bobot Keterangan
0,20 Sangat kuat
0,15 Diatas rata-rata
0,10 Rata-rata
0,05 Dibawah rata-rata
2) Rating ditentukan sebagai berikut:
Bobot Keterangan
4 Major strength
3 Minor strength
2 Minor weakness
1 Major weakness
Tabel 6
Faktor Internal Kerajinan Payung Hias di Kecamatan Juwiring
No Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
Aspek faktor internal Dampak Bobot Skala Nilai Skala Nilai
1 Aspek produksi
Mempunyai kualitas
produk yang baik
Tingkat differensiasi produk (jenis dan
model)
Termasuk produk natural
Proses produksi
tradisional
+
+
+
-
0,10
0,10
0,05
0,05
4
3
4
0,40
0,30
0,20
2
0,10
2 Aspek Sumber Daya
Manusia
SDM yang cukup
terampil
Biaya upah produksi rendah
+
+
0,05
0,10
3
3
0,15
0.30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3 Aspek pemasaran
Terbukanya
kesempatan pasar luar
negeri
Distribusi dan pemesanan yang
semakin mudah
Hubungan baik dengan masyarakat sekitar
Promosi yang belum
maksimal
Hambatan masuk pasar luar negeri
Kemampuan dalam mengakses pasar
masih terbatas
+
+
+
-
-
-
0,10
0,05
0,05
0,05
0,05
0,10
4
3
4
0,40
0,15
0,20
2
2
1
0,10
0,10
0,10
4 Aspek keuangan
Keterbatasan kemampuan
pembiayaan dan
permodalan
Tidak adanya pembukuan maupun
catatan rapi
-
-
0,10
0,05
2
2
0,20
0,10
Jumlah 1,00 2,10 0,70
Total nilai faktor internal = Kekuatan + kelemahan
= 2,10 + 0,70
= 2,80
b. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor eksternal yang berada di luar perusahaan yang
mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Analisis eksternal dilakukan
dengan mengidentifikasi peluang (opportunities) dan ancaman (threats).
Peluang (opportunities) merupakan situasi menarik yang dapat dimanfaatkan
dalam kegiatan pemasaran perusahaan dimana perusahaan tertentu akan meraih
keunggulan bersaing. Ancaman (threats) merupakan tantangan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
disebabkan oleh suatu perkembangan yang tidak menguntungkan yang akan
menyebabkan berkurangnya kemampuan bisnis.
1) Opportunities (Peluang)
Peluang-peluang yang terdapat pada usaha kerajinan payung hias di
Kecamatan Juwiring adalah adanya seruan untuk kembali ke alam (Back to
Nature) yang digalakkan oleh beberapa kalangan termasuk orang
mancanegara. Salah satu produk natural adalah kerajinan payung hias ini,
mengingat pembuatannya masih dilakukan dengan manual dan sebagian
besar bahan baku berasal dari alam. Peluang lain seperti mengakarnya
budaya dalam masyarakat Indonesia. Hal ini didorong oleh keinginan Dinas
Pariwisata untuk tetap memajukan budaya. Dorongan ini terlihat dengan
adanya acara sebagian penyambutan pejabat negara menggunakan payung
hias.
Eksistensi keraton yang ada di Indonesia terutama keraton di Surakarta
dan Yogyakarta merupakan peluang yang menarik. Hal ini disebabkan peran
keraton menjadi konsumen rutin perajin payung hias. Setiap acara-acara
yang dilakukan oleh keraton, payung hias selalu digunakan. Acara tersebut
seperti upacara-upacara labuhan, pengangkatan pejabat keraton maupun
sebagai penanda pejabat keraton. Keadaan ini didukung pula dari letak
Kecamatan Juwiring yang strategis, yaitu diantara kota Surakarta dan
Yogyakarta sehingga untuk transportasi dan pemasaran akan terbantu.
Pasar luar negeri saat ini terbuka lebar. Hal ini dikarenakan masyarakat
luar negeri sering mencari barang yang natural dan bernilai seni tinggi.
Harga yang tinggi tidak akan terlalu dipermasalahkan akan tetapi kualitas
dan seni yang dihargai. Oleh karena itu ketika ada sinergi dari pemerintah
dan perajin maka akan mendorong kerajinan payung hias untuk memasuki
pasar luar negeri.
2) Threats (Ancaman)
Pada awalnya yang menjadi ancaman perajin payung di Kecamatan
Juwiring adalah adanya payung Jepang atau yang biasa disebut payung
kalong. Namun untuk sekarang ini payung yang dibuat oleh perajin di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Kecamatan Juwiring lebih berfungsi sebagai hiasan maupun pelengkap
upacara. Beberapa daerah seperti Bali, Tasik dan Sidoarjo sedikit banyak
masih dijadikan pesaing. Ditempat-tempat itulah kerajinan payung hias
masih bisa ditemukan walaupun tidak terlalu berpengaruh bagi perajin
payung hias di Kecamatan Juwiring.
Ancaman bagi kerajinan payung hias di Kecamatan Juwiring salah
satunya adalah usia perajin yang sudah mulai menginjak usia tua. Dilihat
dari perajin kerangka dan pekerja yang ada sebagian besar sudah berumur
tua. Pemuda banyak yang memilih bekerja sebagai pedagang maupun
perajin sangkar burung. Keadaan ini perlu disikapi supaya kaum muda mau
masuk dan meneruskan kerajinan yang sudah lama turun menurun ke
masyarakat. Selain itu, dalam hal pembuatan bahan baku kerangka sangat
terbatas. Sumber daya perajin kerangka yang tidak memungkinkan untuk
memenuhi pesanan dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Parajin
kerangka umumnya usia tua, mengandalkan alat-alat manual dan kreativitas
tangan sehingga tidak bisa dipaksakan untuk memenuhi target dalam waktu
yang singkat.
Keuntungan dari kerajinan ini sangat dipengaruhi oleh harga bahan
baku. Disaat bahan baku mengalami kenaikan harga yang disebabkan oleh
adanya inflasi maka perajin akan sangat terkena dari dampak tersebut.
Keuntungan yang diperoleh menjadi berkurang. Stabilitas iklim usaha juga
menjadi ancaman kerajinan payung hiasa. Bahan baku kerangka dan garan
yang sangat mengandalkan alam semakin lama akan muncul satu masalah
baru. Permasalahan tersebut disebabkan kayu pohon sebagai bahan baku
semakin lama akan menipis jumlahnya sehingga harus segera diperhatikan
dari sekarang untuk mencari daerah bahan baku baru maupun penanaman
kembali pepohonan.
Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi kerajinan payung hias dapat diketahui peluang dan ancaman
bagi perusahaan. Peluang dan ancaman tersebut dapat diringkas sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
1). Peluang
a) Sosial Budaya
(1) Kampanye kembali ke alam (Back to Nature)
(2) Tren penggunaan payung hias diacara penyambutan pejabat dan
dihotel-hotel
(3) Eksistensi keraton Yogyakarta dan Surakarta yang masih mengakar
b) Politik
(1) Keinginan pemerintah untuk menghidupkan kembali budaya
c) Teknologi
(1) Kemajuan teknologi, terutama internet
d) Perantara
(1) Perantara payung hias masih mempunyai hubungan kuat dengan
perajin
2). Ancaman
a) Ekonomi
(1) Meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh perajin karena
adanya inflasi
b) Persaingan
(1). Persaingan dari kelompok perajin lain termasuk dari Cirebon dan
Cina
c) Pemasok
(1) Bahan baku kerangka semakin sulit
(2) Perajin kerangka yang menginjak usia tua
Bobot dan rating ditentukan dengan menggunakan Konsep Fred R.
David (Umar, 2002). Bobot ditentukan sebagai berikut:
Bobot Keterangan
0,20 Sangat kuat
0,15 Diatas rata-rata
0,10 Rata-rata
0,05 Dibawah rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
3) Rating ditentukan sebagai berikut:
Bobot Keterangan
4 Major strength
3 Minor strength
2 Minor weakness
1 Major weakness
Tabel 7
Faktor Eksternal Kerajinan Payung Hias di Kecamatan Juwiring
No Faktor Eksternal Kekuatan Kelemahan
Aspek faktor eksternal Dampak Bobot Skala Nilai Skala Nilai
1 Aspek Sosial Budaya
Kampanye kembali ke alam (Back to Nature)
Tren penggunaan payung hias diacara
penyambutan pejabat
dan dihotel-hotel
Eksistensi keraton
Yogyakarta dan
Surakarta
+
+
+
0,15
0,05
0,10
3
4
4
0,45
0,20
0,40
2 Aspek Politik
Keinginan pemerintah
untuk menghidupkan
kembali budaya
+
0,10
3
0,30
3 Aspek Teknologi
Kemajuan teknologi,
terutama internet
+
0,05
3
0,15
4 Aspek Perantara
Perantara payung hias
masih mempunyai
hubungan kuat dengan
perajin
+
0,10
3
0,30
5 Aspek Ekonomi
Meningkatnya biaya
produksi yang
-
0,15
1
0,15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
2,80
2,55
dikeluarkan oleh
perajin karena adanya
inflasi
6 Aspek Persaingan
Persaingan dari kelompok perajin lain
termasuk dari Cirebon
dan Cina
-
0,10
2
0,20
7 Aspek Pemasok
Bahan baku kerangka
Perajin kerangka yang menginjak usia tua
-
-
0,10
0,10
2
2
0,20
0,20
Jumlah 1,00 1,80 0,75
Total nilai faktor eksternal = Peluang + Ancaman
= 1,80 + 0,75
= 2,55
c. Analisis dengan menggunakan Matrik General Elektric
Tabel 8
Analisis dengan menggunakan Matrik General Elektric
Tinggi
1
GROWTH
Konsentrasi
melalui integrasi
vertikal
2
GROWTH
Konsentrasi melalui
integrasi horizontal
3
RETRENCHMENT
Turnaround
Sedang
4
STABILITY
Hati-hati
5
GROWTH
Konsentrasi melalui
integrasi horizontal
6
RETRENCHMENT
Captive Company
Atau Divestment
STABILITY
Tak ada perubahan Profit Strategi
4,0 3,0 2,0 1,0
Tinggi Sedang Rendah
3,0
2,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Berdasarkan analisis faktor internal dan analisis faktor eksternal
diketahui bahwa posisi usaha kerajinan payung hias di Kecamatan Juwiring
berada pada posisi sedang. Posisi ini mempunyai alternatif strategi dengan
menerapkan strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal. Cara yang
dapat ditempuh adalah dengan penetrasi pasar dan pengembangan produk
(market penetration and product development).
d. Hasil Analisis SWOT
Sumbu vertikal (sumbu x) = kekuatan – kelemahan
= 2,10 – 0,70
= 1,40
Sumbu horizontal (sumbu y) = peluang – ancaman
= 1,80 – 0,70
= 1,10
Sumbu x merupakan hasil dari analisis faktor internal dengan nilai 1,40
dan sumbu y adalah hasil dari analisis faktor eksternal yang mempunyai nilai
1,10. Sumbu x dan sumbu y ditetapkan sebagai koordinat pada diagram
SWOT untuk mengetahui kinerja pemasaran usaha kerajinan payung hias di
Kecamatan Juwiring. (+) Peluang
y
Mendukung Strategi
Turn-Around
Mendukung Strategi
Pertumbuhan/Agresif
(1,40,1,10)
Mendukung Strategi
Defensif
Mendukung Strategi
Diversifikasi
(-) Ancaman
Gambar 5
Diagram Hasil Analisis SWOT
Rendah
7
GROWTH
Difersifikasi Kosentrik
8
GROWTH
Difersifikasi Konglomerat
9
RETRENCHMENT
Bangkrut atau Likuidasi
Kekuatan Kelemahan
1,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Diagram analisis SWOT diatas menunjukkan posisi usaha kerajinan
payung hias di Kecamatan Juwiring yaitu berada di kuadran I. Hal ini
mempunyai arti bahwa usaha kerajinan payung hias di Kecamatan Juwiring
memiliki kekuatan dan peluang lebih besar daripada kelemahan dan
ancaman. Pada posisi ini strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan atau pengembangan yang agresif
(growth oriented strategy). Strategi ini dapat ditempuh dengan memperluas
saluran distribusi, memperluas pangsa pasar, dan melakukan kerjasama
dengan berbagai pihak yang terkait untuk memperluas wilayah pemasaran.
Berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perajin sekaligus
adanya peluang dan hambatan yang ada, kemudian dilakukan
pengkombinasian antara kekuatan dengan kelemahan, kekuatan dengan
peluang, kekuatan dengan ancaman, kelemahan dengan peluang, kelemahan
dengan ancaman serta peluang dengan ancaman. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada bagan Matriks SWOT berikut ini:
Tabel 9.: Matriks SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (Strength)
a) Mempunyai kualitas
produk yang baik
b) Tingkat differensiasi
produk (jenis dan model)
c) Termasuk produk
natural
d) SDM yang cukup
terampil
e) Biaya upah produksi
rendah
f) Terbukanya kesempatan
pasar luar negeri
g) Distribusi dan
pemesanan yang semakin
mudah
h) Hubungan baik dengan
masyarakat sekitar
Kelemahan (Weaknesses)
a) Penggunaan cara
tradisional/ konvensional,
maka harus dilakukan
oleh tenaga kerja terampil
dan dilaksanakan dengan
tenaga kerja penuh.
b) Promosi yang belum
maksimal
c) Hambatan masuk pasar
luar negeri
d) Kemampuan dalam
mengakses pasar masih
terbatas
e) Keterbatasan kemampuan
pembiayaan dan
permodalan.
f) Tidak adanya pembukuan/
catatan keuangan yang
rapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Peluang (Opportunities)
a) Kampanye kembali ke
alam (Back to Nature)
b) Tren penggunaan payung
hias diacara
penyambutan pejabat
dan dihotel-hotel
c) Eksistensi keraton
Yogyakarta dan
Surakarta yang masih
mengakar
d) Keinginan pemerintah
untuk menghidupkan
kembali budaya
e) Kemajuan teknologi,
terutama internet
f) Perantara payung hias
masih mempunyai
hubungan kuat dengan
perajin
Strategi S-O
a) Memanfaatkan
kesempatan pasar untuk
peningkatan penjualan
b) Mempertahankan
kualitas dan ciri khas
payung hias sebagai
produk natural
c) Menjaga hubungan baik
dengan konsumen
terutama keraton
Yogyakarta dan
Surakarta
d) Memanfaatkan teknologi
terutama internet sebagai
media promosi dan
mencari informasi
e) Meningkatkan jaringan
dengan berbagai pihak
untuk ekspor ke
mancanegara
f) Mencari perantara/bakul
baru untuk memperluas
market share
Strategi W-O
a) Kerjasama dengan
pemerintah untuk
memasuki pasar luar
negeri
b) Menggalang sistem
kemitraan dengan
perusahaan besar
c) Memanfaatkan teknologi
internet untuk mencari
informasi terbaru
d) Mencari solusi
permodalan dengan
pinjaman lunak yang
disediakan oleh
pemerintah
e) Memperbaiki pencatatan
laporan keuangan dengan
mengikuti pelatihan
Ancaman (Treaths)
a) Meningkatnya biaya
produksi yang
dikeluarkan oleh perajin
karena adanya inflasi
b) Stabilitas iklim usaha
c) Persaingan dari
kelompok perajin lain
termasuk dari Cirebon
dan Cina
d) Bahan baku kerangka
semakin sulit
e) Perajin kerangka yang
menginjak usia tua
Strategi S-T
a) Meningkatkan efisiensi
usaha
b) Meningkatan
kemampuan SDM
dibidang mutu, desain
produk dan perdagangan
c) Memberikan penjelasan
dan pelatihan melalui
social education untuk
generasi muda
d) Memperhatikan
kesejahteraan perajin
bahan baku
e) Menjaga kualitas dan
tetap memberikan
keunggulan produk
dibanding dengan yang
lain
Strategi W-T
a) Inovasi produk-produk
payung hias melalui
pengembangan corak
dan model
b) Memberikan fasilitas
permodalan
c) Peningkatan
kesejahteraan
karyawan/perajin bahan
baku
d) Meningkatkan peran
serta pemerintah dalam
usaha pendampingan
Sumber: Hasil Penelitian 2011
Keterangan: S=Strenght, W=Weaknesses, O=Opportunities, T=Treaths
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
3. Perumusan Strategi Pemasaran
Berdasarkan hasil matriks SWOT tersebut diperoleh berbagai macam
strategi baru hasil kombinasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Stategi tersebut terangkum dalam uraian dbawah ini.
a. Hasil kombinasi dari kekuatan dan peluang menghasilkan strategi antara
lain:
1) Memanfaatkan kesempatan pasar untuk peningkatan penjualan
2) Mempertahankan kualitas dan ciri khas payung hias sebagai produk
natural
3) Menjaga hubungan baik dengan konsumen terutama keraton
Yogyakarta dan Surakarta
4) Memanfaatkan teknologi terutama internet sebagai media promosi dan
mencari informasi
5) Meningkatkan jaringan dengan berbagai pihak untuk ekspor ke
mancanegara
6) Mencari perantara/bakul baru untuk memperluas market share
b. Hasil kombinasi kekuatan dengan ancaman menghasilkan strategi:
1) Meningkatkan efisiensi usaha
2) Meningkatan kemampuan SDM dibidang mutu, desain produk dan
perdagangan
3) Memberikan penjelasan dan pelatihan melalui social education untuk
generasi muda
4) Memperhatikan kesejahteraan perajin bahan baku
5) Menjaga kualitas dan tetap memberikan keunggulan produk dibanding
dengan yang lain
c. Hasil kombinasi kelemahan dengan peluang menghasilkan strategi antara
lain:
1) Kerjasama dengan pemerintah untuk memasuki pasar luar negeri
2) Menggalang sistem kemitraan dengan perusahaan besar
3) Memanfaatkan teknologi internet untuk mencari informasi terbaru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
4) Mencari solusi permodalan dengan pinjaman lunak yang disediakan
oleh pemerintah
5) Memperbaiki pencatatan laporan keuangan dengan mengikuti pelatihan
d. Hasil kombinasi kelemahan dengan ancaman menghasilkan strategi antara
lain:
1) Inovasi produk-produk payung hias melalui pengembangan corak dan
model
2) Memberikan fasilitas permodalan
3) Meningkatkan kesejahteraan karyawan/perajin bahan baku
4) Meningkatkan peran serta pemerintah dalam usaha pendampingan
Berdasarkan berbagai macam strategi tersebut dapat dipilih beberapa
strategi yang paling cocok dengan kondisi perajin payung hias di Kecamatan
Juwiring saat ini, serta keuntungan yang dapat diraih perajin payung hias
dengan menerapkan strategi pemasaran tersebut. Sedangkan hasil analisis yang
dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa perajin payung hias di Kecamatan
Juwiring dalam keadaan stabil..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Payung hias merupakan kerajinan rakyat yang memiliki nilai dan budaya.
Selain sebagai simbol kebesaran keraton, juga bisa diartikan untuk mengayomi
dan menghiasi. Kerajinan payung hias sebagai sebuah kerajinan tradisional khas
yang keberadaannya sudah turun temurun. Pada awal perkembangannya, payung
yang dibuat perajin berfungsi sebagai payung untuk menangkis hujan. Setelah itu
karena payung produksi pabrik masuk maka perajin memfokuskan untuk
membuat payung hias.
Kerajinan payung hias terdapat diempat desa di Kecamatan Juwiring. Usaha
ini dijadikan matapencaharian utama sebagian perajin, adapula yang sebagai
usaha sampingan. Letak geografis yang strategis karena terletak diantara dua kota
besar yang masing-masing-masing terdapat keraton mendorong usaha ini untuk
berkembang.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan hasil analisis yang
dilakukan oleh peneliti maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran yang
dilakukan oleh perajin payung hias di Kecamatan Juwiring melalui perantara dan
penjualan langsung yang mana konsumen dapat memesan ukuran dan corak sesuai
dengan selera. Konsumen dapat memesan contoh produk sesuai dengan model-
model yang telah ada maupun menentukan sendiri model payung hias yang
diinginkan.
Strategi pemasaran usaha kerajinan payung hias di Kecamatan Juwiring
terangkum dalam marketing mix yang meliputi:
1. Produk
Produk dari kerajinan payung hias di Kecamatan Juwiring ada
beraneka macam. Produk tersebut meliputi payung keraton, payung susun,
payung tari, payung putihan, payung engkel, payung taman, payung fantasi,
dan payung lukis. Payung hias yang dibuat oleh perajin mempunyai
keunikan tersendiri sehingga menjadikan produk ini sebagai salah satu khas
daerah yang menyimpan unsur seni. Pengembangan dilakukan oleh perajin
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
dengan membuat inovasi-inovasi pada produk. Masing-masing perajin
mempunyai khas yang membedakan meskipun sedikit. Pengembangan itu
terlihat pada desain payung dekorasi. Selain itu muncul pula model-model
payung baru seperti payung taman, payung fantasi modern dan payung lukis
dengan corak baru. Produksi yang dilakukan tergantung dengan banyaknya
pesanan. Ketika pesanan banyak maka produksipun akan banyak, namun
apabila pesanan sepi maka jumlah produksi payung hias akan berkurang
sehingga produksi tiap bulannya berbeda-beda. Meskipun demikian, rata-
rata perajin selalu mendapatkan pesanan untuk membuat payung hias.
2. Harga
Strategi harga yang diterapkan adalah pemberian harga yang
bervariasi dari tiap jenis produk. Masing-masing perajin menetapkan harga
yang beragam. Penetapan harga didasarkan kepada harga bahan baku,
tingkat kesulitan dan nilai seni yang terkandung didalamnya. Harga jual
produk didasarkan pada bahan baku, karena besarnya biaya bahan baku
yang digunakan akan mempengaruhi biaya produksi payung hias. Produk
dengan desain baru biasanya akan dijual dengan harga yang lebih tinggi
dengan payung model lama.. Selain itu didasarkan pula pada tingkat
kesulitan pada pembuatan payung hias itu sendiri. Payung dengan corak dan
ornamen yang rumit akan mempertinggi harga jual produk. Kualitas benang
yang dirangkai dapat dilihat melalui kepadatan benang dan macam-macam
benang yang menghiasi. Sebagian perajin mendasarkan harga jual
produknya pada bahan baku, tenaga dan laba yang diinginkan. Perajin satu
dengan perajin yang lainnya mempunyai keistimewaan sendiri sehingga
muncullah variasi dalam menetapkan harga payung hias. Pemberian harga
untuk perantara berbeda dengan konsumen biasa. Perantara akan
memperoleh harga yang lebih murah daripada konsumen akhir karena
mereka sebagai mitra bisnis bagi perajin yang telah mempunyai peran yang
besar. Namun seringkali perajin menurunkan harga dibawah harga biasa
sehingga dapat merusak harga payung hias dikemudian hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
3. Distribusi
Distribusi yang dilakukan perajin menggunakan jasa perantara dan
pemesanan langsung. Pembayaran awal pemesanan dilakukan dengan
pemberian uang muka terlebih dahulu kemudian barang dikirim. Hubungan
baik dengan perantara dilakukan dengan menjaga saling percaya dan
berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Distribusi yang selama
ini dilakukan oleh perajin yaitu konsumen mengambil kerumah produksi
maupun perajin yang mengantarkannya langsung. Selain itu jasa pengiriman
paket juga dilakukan untuk daerah-daerah yang jauh. Area distribusi
pemasaran meliputi seluruh Indonesia terutama pulau Jawa, bahkan pernah
diekspor ke sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Spanyol dan Italia.
Namun perajin merasa kesulitan dalam memperluas kemancanegara
sehingga membutuhkan pihak ketiga seperti pemerintah.
4. Promosi
Promosi yang dilakukan perajin payung hias di Kecamatan Juwiring
ada beberapa macam. Promosi tersebut adalah dengan mengikuti pameran
dan menggunakan katalog yang berisi model-model payung hias. Selain itu
promosi lebih ditekankan dari mulut ke mulut dan berusaha mencari
perantara/agen baru. Kerajinan payung hias ini sudah beberapa kali diliput
oleh media cetak mapun televisi. Peran pemerintah tampak dalam usaha
memasarkan kerajinan rakyat ini, diantaranya melalui media Kriya
Indonesia. Pemanfaatan media teknologi terasa belum maksimal. Promosi
melalui internet dilakukan oleh beberapa perajin dengan membuat blog,
diantaranya payungwisnu.wordpress.com dan
payunghonocoroko.blogspot.com.
5. Hubungan Masyarakat
Hubungan baik dengan masyarakat selalu dijaga oleh perajin payung
hias di Kecamatan Juwiring. Dalam memproduksi kerajinan payung hias
relatif tidak mengganggu dengan masyarakat sekitar. Hubungan dengan
konsumen dijaga dengan tidak mengecewakan, sedangkan hubungan dengan
masyarakat baik-baik saja. Hal itu dikarenakan dalam produksi tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
membuat gaduh dan tidak mengganggu lingkungan. Bahkan dengan adanya
kerajinan payung hias dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sekitar. Warga sekitar dapat ikut menjalankan kerjasama yang saling
menguntungkan diantaranya melalui penyediaan bahan baku.
Kendala-kendala yang dihadapi oleh perajin payung hias di Kecamatan
Juwiring diantaranya:
1. Tidak adanya pembukuan maupun catatan yang rapi
2. Akses terhadap informasi pasar terbatas
3. Bahan baku jeruji yang yang terbatas
4. Hambatan masuk pasar luar negeri
5. Menejemen yang kurang tertata
6. Keterbatasan kemampuan dalam permodalan dan pembiayaan
Upaya-upaya yang dilakukan perajin payung hias di Kecamatan
Juwiring untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan harga payung hias berdasarkan dengan perkiraan bahan
baku, tingkat kesulitan dan tingkat seni
2. Mempertahankan kualitas payung hias dan memberikan pelayanan
terbaik kepada konsumen supaya konsumen tidak kecewa
3. Mengikuti pameran seperti pada Expo dengan bantuan pihak ketiga
4. Mengutamakan modal sendiri dan meminjam ke orang lain ketika
membutuhkan
5. Mengambil bahan baku jeruji seadanya dari perajin jeruji tanpa
menunggu pesanan banyak
6. Mempertahankan ciri khas karena semua daerah punya khas sehingga
ketika orang melihat sudah tahu kalau payung Juwiring
7. Berusaha bergerak sendiri kalau pemerintah belum berusaha untuk
membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Dari hasil analisis dan pembahasan tersebut dapat diambil kesimpulan
antara lain bahwa:
1. Perajin payung hias di Kecamatan Juwiring dapat melakukan strategi
Strength Opportunity untuk mempertahankan kekuatan dan
memanfaatkan peluang yang ada melalui berbagai kombinasi strategi.
Kombinasi strategi itu antara lain:
a. Memanfaatkan kesempatan pasar untuk peningkatan penjualan
b. Mempertahankan kualitas dan melakukan inovasi produk untuk
meningkatkan pasar
c. Menjaga hubungan baik dengan konsumen terutama keraton
Yogyakarta dan Surakarta
d. Memanfaatkan teknologi terutama internet sebagai media promosi dan
mencari informasi
e. Meningkatkan jaringan dengan berbagai pihak untuk ekspor ke
mancanegara
f. Mencari perantara/bakul dari produk payung hias yang baru
2. Kelemahan yang ada perlu untuk diminimalisir. Perajin payung hias
dapat menggunakan strategi Weakness Opportunity. Hal ini dapat
dilakukan oleh perajin dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dengan menerapkan:
a. Kerjasama dengan pemerintah untuk memasuki pasar luar negeri
b. Menggalang sistem kemitraan dengan perusahaan besar
c. Memanfaatkan teknologi internet untuk mencari informasi terbaru
d. Mencari solusi permodalan dengan pinjaman lunak yang disediakan
oleh pemerintah
e. Memperbaiki pencatatan laporan keuangan dengan mengikuti
pelatihan
3. Perajin dalam mempertahankan kekuatan guna mengatasi ancaman
diperlukan strategi Strength Treaths, diantaranya:
a. Meningkatkan efisiensi usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
b. Meningkatan kemampuan SDM dibidang mutu, desain produk dan
perdagangan
c. Memberikan penjelasan dan pelatihan melalui social education untuk
generasi muda
d. Memperhatikan kesejahteraan perajin bahan baku
e. Menjaga kualitas dan tetap memberikan keunggulan produk dibanding
dengan yang lain
4. Strategi Weakness Opportunity berguna untuk mengurangi kelemahan-
kelemahan dan meminimalisir ancaman yang muncul. Hal yang perlu
dilakukan yaitu:
a. Inovasi produk-produk payung hias melalui pengembangan corak dan
model
b. Memberikan fasilitas permodalan
c. Meningkatkan kesejahteraan karyawan/perajin bahan baku
d. Meningkatkan peran serta pemerintah dalam usaha pendampingan
B. Implikasi
1. Implikasi Praktis
Berdasarkan kesimpulan penelitian dari hasil analisis data tersebut
diatas, dapat ditelaah mengenai pentingnya analisis SWOT dalam penentuan
strategi pemasaran kerajinan payung hias di Kecamatan Juwiring. Dengan
analisis SWOT berbagai faktor dapat diidentifikasi secara sistematis
sehingga sesuai dengan yang diharapkan perajin. Oleh karena itu bagi
perajin yang ingin mengembangkan usaha perlu mengetahui faktor-faktor
internal maupun eksternal yang dapat menjadi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman bagi kelangsungan usaha. Analisis SWOT sangat
dibutuhkan dalam membangun strategi pemasaran yang merupakan
kombinasi dari beberapa variabel, yaitu produk, harga, distribusi, promosi,
kekuatan politik dan hubungan masyarakat. Strategi pemasaran yang tepat
bagi perajin payung hias dijadikan alat untuk menghadapi dan memperoleh
keunggulan dalam persaingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Analisis SWOT ditujukan untuk mengetahui kelemahan dan ancaman
yang dihadapi oleh perajin payung hias. Kelemahan dan ancaman tersebut
hendaknya bisa diminimalkan dan berusaha untuk memaksimalkan kekuatan
yang dimiliki. Melalui hal tersebut diharapkan perajin payung hias dapat
menerapkan strategi yang terbaik untuk meraih penjualan yang meningkat.
2. Implikasi Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian
selanjutnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi
perajin payung hias dalam mengembangkan usaha payung hias
khususnya dalam strategi pemasarannya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan data dan analisis data tersebut diatas maka
saran dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagi
berikut:
Produk
Perajin payung hias hendaknya melakukan lebih banyak inovasi
produk dengan mengikuti selera konsumen, misalkan dalam bentuk dan
pemberian corak. Hal ini diperlukan untuk memperluas konsumen tidak
hanya bagi orang yang menyukai budaya, namun dapat diterima pula oleh
masyarakat modern.
Perajin payung hias perlu melakukan pengemasan produk payung
hias dengan memberikan plastik berlabel supaya produk lebih menarik dan
dikenal oleh masyarakat luas.
Harga
Perajin payung hias hendaknya mempertahankan harga standar
perajin dan tidak menurunkan harga terlalu rendah hanya untuk tujuan
jangka pendek dalam menarik konsumen. Hal tersebut dapat menimbulkan
masalah dimasa depan sehingga merusak harga payung hias sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Distribusi
Perajin payung hias hendaknya memperluas jaringan dengan
berbagai pihak untuk meningkatkan pasar terutama ke mancanegara.
Langkah tersebut salah satunya dengan melalui kemitraan dengan
perusahaan besar dengan sistem bapak angkat.
Promosi
Perajin payung hias hendaknya lebih memaksimalkan pemanfaatan
berbagai media informasi yang ada meliputi internet dengan
memaksimalkan blog perajin seperti payungwisnu.wordpress.com dan
payunghonocoroko.blogspot.com dengan selalu meng update informasi
terbaru mengenai produk dan harga. Selain itu dapat melalui pemberitaan
didalam tabloid/koran, pameran-pameran yang diadakan oleh pemerintah
dan pemanfaatan showroom kerajinan daerah yang disediakan oleh pabrik
gula Klaten.
Hubungan masyarakat
Perajin payung hias hendaknya mempertahankan hubungan dengan
masyarakat sekitar sebagai salah satu penyedia lapangan kerja bagi mereka
dan menjadikan blog perajin sebagai salah satu sarana berkomunikasi
dengan konsumen . Selain itu hubungan dengan pemerintah terkait sebagai
penanggungjawab kemajuan UMKM hendaknya lebih dijalin melalui
kunjungan-kunjungan dan pengadaan kerjasama pembinaan.