abstrak penerapan perlindungan anak dalam · pdf fileanak sehingga anak tidak mengalami...

36
ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERKAWINAN USIA ANAK (STUDI KASUS DI DESA JEHEM, KECAMATAN TEMBUKU, KABUPATEN BANGLI, PROVINSI BALI) Perkawinan usia anak yang terjadi di Desa Jehem merupakan salah satu bentuk pelanggaran atas hak-hak anak yang mana telah melanggar ketentuan perlindungan anak dalam UU No. 23 Tahun 2002 jo UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (disingkat UU PA) namun bagi masyarakat Desa Jehem, dilakukannya perkawinan tersebut demi kepentingan yang terbaik bagi anak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah yang mendasari perkawinan usia anak dapat terjadi di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali dan Bagaimana penerapan perlindungan anak berdasarkan UU PA tetap dapat diterapkan meskipun perkawinan usia anak telah terjadi di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali?.Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis empiris yaitu penelitian hukum yang meneliti bagaimana hukum bekerja dalam masyarakat dan adanya kesenjangan antara das solen dan das sein. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian adalah terjadinya perkawinan usia anak di Desa Jehem adalah didasarkan pada kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat hubungan yang dilakukannya dengan I Wayan C dan perkawinan dilakukan demi kepentingan terbaik bagi Bunga dan anak yang dikandungnya. Walaupun perkawinan telah dilakukan, UU PA tetap memandang Bunga sebagai korban sehingga penerapan perlindungan anak yang diterapkan berupa perlindungan khusus bagi Bunga dan pemidanaan terhadap I Wayan C atas tindak pidana persetubuhan yang telah dilakukan terhadap Bunga dan penerapan perlindungan anak tersebut sebagai fungsi control sosial UU PA yang bersifat represif dan preventif agar nantinya perkawinan usia anak yang serupa tidak terjadi lagi. Kata Kunci: Penerapan, Perlindungan Anak, Perkawinan Usia Anak, Desa Jehem, Bangli.

Upload: lylien

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

ABSTRAK

PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERKAWINAN USIA ANAK

(STUDI KASUS DI DESA JEHEM, KECAMATAN TEMBUKU, KABUPATEN BANGLI, PROVINSI BALI)

Perkawinan usia anak yang terjadi di Desa Jehem merupakan salah satu bentuk pelanggaran atas hak-hak anak yang mana telah melanggar ketentuan perlindungan anak dalam UU No. 23 Tahun 2002 jo UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (disingkat UU PA) namun bagi masyarakat Desa Jehem, dilakukannya perkawinan tersebut demi kepentingan yang terbaik bagi anak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah yang mendasari perkawinan usia anak dapat terjadi di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali dan Bagaimana penerapan perlindungan anak berdasarkan UU PA tetap dapat diterapkan meskipun perkawinan usia anak telah terjadi di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali?.Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis empiris yaitu penelitian hukum yang meneliti bagaimana hukum bekerja dalam masyarakat dan adanya kesenjangan antara das solen dan das sein. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian adalah terjadinya perkawinan usia anak di Desa Jehem adalah didasarkan pada kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat hubungan yang dilakukannya dengan I Wayan C dan perkawinan dilakukan demi kepentingan terbaik bagi Bunga dan anak yang dikandungnya. Walaupun perkawinan telah dilakukan, UU PA tetap memandang Bunga sebagai korban sehingga penerapan perlindungan anak yang diterapkan berupa perlindungan khusus bagi Bunga dan pemidanaan terhadap I Wayan C atas tindak pidana persetubuhan yang telah dilakukan terhadap Bunga dan penerapan perlindungan anak tersebut sebagai fungsi control sosial UU PA yang bersifat represif dan preventif agar nantinya perkawinan usia anak yang serupa tidak terjadi lagi. Kata Kunci: Penerapan, Perlindungan Anak, Perkawinan Usia Anak, Desa Jehem, Bangli.

Page 2: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

ABSTRACT

PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERKAWINAN USIA ANAK

(STUDI KASUS DI DESA JEHEM, KECAMATAN TEMBUKU, KABUPATEN BANGLI, PROVINSI BALI)

Child marriages that occurred in the village of Jehem is a violation of children's rights which has violated the provisions of the protection of children in Act No. 23 of 2002 jo Law No. 35 of 2014 on the Amendment to Law Number 23 Year 2002 regarding Child protection (abbreviated UU PA). But for the villagers Jehem, did the marriage for the sake of the best interests of the child so that the child does not suffer. The problem here is why the implementation of child marriages can take place in the village of Jehem, District Tembuku, Bangli regency, Bali Province and How child protection practices in the implementation of child marriages in the village Jehem, District Tembuku, Bangli regency, Bali Province?. This research legal is used an empirical legal research methods. So the background of child marriages in the village Jehem is the act of intercourse committed by I Wayan C to Bunga resulting pregnancy outside marriage that later became the basis for the implementation of marriage. Although marriage as the best solution for both parties as well as the village community Jehem, the law looked Bunga as a victim so that the implementation of child protection should remain in place. Child protection laws as the legal umbrella of child protection to perform its function as a sosial control in providing protection to Bunga and conduct prevention so that later marriage age for admission of similar does not happen again. Keywords: Implemantation, child protection, child marriages, Village Jehem, Bangli.

Page 3: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

RINGKASAN

Latar belakang penelitian tesis yang berjudul Penerapan Perlindungan Anak

Dalam Perkawinan Usia Anak (Studi Kasus Di Desa Jehem, Kecamatan

Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali) ini adalah adanya kasus perkawinan

usia anak yang terjadi di Desa Jehem yang mana pelaksanaan perkawinan usia

anak tersebut telah melanggar ketentuan Pasal 7 ayat (2) UU No.1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan (selanjutnya disingkat UU Perkawinan) dan ketentuan dalam

UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak jo UU No. 35 Tahun 2014

Tentang Perubahan UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

(selanjutnya disingkat UU PA) yaitu ketentuan Pasal 1 angka 1 UU PA, Pasal 1

angka 2 UU PA, dan Pasal 26 ayat (1) UU PA. Sehingga dalam hal ini telah

terjadi kesenjangan antara das sollen dengan das sein. Maka rumusan masalah

dalam tesis ini adalah apakah hal-hal yang mendasari pelaksanaan perkawinan

usia anak di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali?

dan bagaimana penerapan perlindungan anak berdasarkan UU PA dapat

diterapkan meskipun perkawinan usia anak telah terjadi di Desa Jehem,

Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali?

Analisis terhadap kedua rumusan masalah tersebut di atas masing-masing

menggunakan teori dan konsep yang berkaitan dengan masalah yang dikaji. Teori

semi-autonomus sosial field oleh Sally Falk Moore dan konsep perlindungan anak

digunakan untuk menganalisis rumusan masalah pertama yaitu untuk menemukan

dasar pertimbangan dalam pelaksanaan perkawinan usia anak tersebut. Teori

semi-autonomus sosial field oleh Sally Falk Moore, konsep perlindungan anak,

konsep anak, konsep perlindungan Hukum dan konsep penegakan hukum

digunakan untuk menganalisis rumusan masalah kedua yaitu menganalisis

sekaligus mendeskripsikan penerapan perlindungan anak yang diterapkan

berdasarkan UU PA meskipun perkawinan usia anak telah diaksanakan. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum empiris.

Tinjauan umum mengenai perlindungan anak dan perkawinan usia anak

diuraikan dalam BAB II yaitu : perlindungan anak dan perkawinan usia anak

Page 4: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

diawali dengan konsep anak menurut ketentuan “Pasal 1 angka 1 UU PA yaitu

anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk

anak yang masih dalam kandungan”. Selanjutnya pengertian perlindungan anak

dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 2 UU PA yang menentukan bahwa,

“perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak

dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara

optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Dari batasan perlindungan anak

dalam Pasal 1 angka 2 UU PA maka perlindungan anak dapat juga diartikan

sebagai segala upaya yang ditujukan dan dilakukan untuk mencegah,

merehabilitasi dan memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah

(child abuse), eksploitasi dan penelantaran sehingga dapat menjamin

kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara wajar baik secara fisik,

mental maupun sosial. Istilah baku bagi perkawinan usia anak dapat ditemukan

dalam Pasal 26 ayat (1) huruf c yaitu istilah “perkawinan pada usia anak”. Namun,

dalam penjelasannya UU PA tidak menjelaskan mengenai apa yang dimaksud

dengan perkawinan pada usia anak. Istilah perkawinan pada usia anak secara

umum dapat disamakan dengan istilah child marriage atau perkawinan usia anak.

Istilah Child marriage atau perkawinan usia anak ini menurut UNICEF secara

umum mengacu kepada sebuah perkawinan yang berada di bawah batas usia

minimum perkawinan atau perkawinan yang melibatkan satu atau dua pihak yang

masih berusia anak. Perkawinan usia anak menurut Mark Evenhuis dan Jenifer

Burn dapat diartikan sebagai perkawinan yang dilakukan melalui hukum perdata,

agama, atau adat dan dengan atau tanpa pencatatan atau persetujuan resmi di mana

salah satu atau kedua pasangan adalah anak-anak di bawah usia 18 (delapan belas)

tahun.

Analisis terhadap rumusan masalah 1 diuraikan dalam BAB III maka

diperoleh bahwa: pelaksanaan perkawinan usia anak yang terjadi di Desa Jehem

didasarkan pada pertimbangan akan adanya kehamilan di luar perkawinan yang

dialami oleh Bunga sebagai akibat hubungan yang dilakukannya dengan I Wayan

C. Karena kehamilan tersebut maka demi kepentingan yang terbaik baik bagi

Page 5: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

Bunga dan anak yang dikandungnya, prajuru desa Desa Jehem memutuskan

untuk menyetujui dan mengesahkan pelaksanaan perkawinan antara Bunga

dengan I Wayan C sehingga perkawinan usia anak terjadi di Desa Jehem.

Pelaksanaan perkawinan yang dilakukan dapat disebut sebagai bentuk reaksi adat

atas terjadinya kehamilan Bunga di luar perkawinan sekaligus sebagai bentuk

pertanggungjawaban I Wayan C atas kehamilan yang dialami oleh Bunga. Selain

itu, pelaksanaan perkawinan merupakan satu-satunya jalan untuk mencegah agar

bayi yang dikandung oleh Bunga tidak lahir di luar ikatan perkawinan yang sah

yang dapat mengakibatkan wilayah Desa Jehem menjadi tercemar secara niskala

(batiniah) atau menjadi leteh dan pelaksanaan perkawinan juga sebagai upaya

dalam melindungi Bunga dari dampak negatif akibat hamil di luar perkawinan.

Analisis terhadap rumusan masalah kedua diuraikan dalam BAB IV maka

diperoleh bahwa: penerapan perlindungan anak yang diterapkan dalam

perkawinan usia anak yang terjadi di Desa Jehem didasarkan pada adanya tindak

pidana yang mendahului perkawinan yaitu tindak pidana persetubuhan yang

mlenaggar ketentuan Pasal 81 ayat (2) UU PA dan bukan didasarkan pada

pelaksanaan perkawinan usia anak. Maka penerapan perlindungan anak dalam

perkawinan usia anak di Desa Jehem diterapkan dengan memandang Bunga

sebagai korban dan I Wayan C sebagai pelaku. Walaupun perkawinan sudah

dilaksanakan dan Bunga dengan I Wayan C sudah berstatus suami-istri, penerapan

perlindungan anak yang dapat dibagi dua yaitu penegakan hukum atas tindak

pidana persetubuhan yang dilakukan I Wayan C terhadap Bunga dan pemberian

perlindungan khusus sebagai pemenuhan hak Bunga sebagai korban tindak pidana

tetap dilakukan. Hal tersebut dikarenakan perkawinan bukanlah salah satu bentuk

penghapusan pidana maupun alasan pemaaf suatu tindak pidana. Mekanisme

penerapan perlindungan anak dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 59, Pasal 64

dan pasal 69 UU PA. Tujuan dilakukannya penerapan perlindungan anak dalam

perkawinan usia anak di Desa Jehem bertujuan untuk melakukan kontrol sosial

terhadap kasus perkawinan usia anak yang terjadi di Desa Jehem sebagai tindakan

represif sekaligus preventif. Represif, melakukan penegakan hukum pidana ketika

adanya suatu perbuatan yang termasuk tindak pidana terhadap anak dan langsung

Page 6: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

memberikan perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban. Preventif,

mencegah agar tidak terjadi penyelundupan-penyelundupan hukum atas

perlindungan anak serta mencegah agar kasus perkawinan usia anak yang serupa

tidak terjadi lagi.

Simpulan yang dapat ditarik dari uraian analisis tersebut di atas adalah

terjadinya pelaksanaan perkawinan usia anak di Desa Jehem didasarkan atas

adanya kehamilan Bunga di luar perkawinan dan perkawinan tersebut

dilaksanakan sebagai bentuk pertanggungjawaban I Wayan C terhadap kehamilan

Bunga. Penerapan perlindungan anak dalam kasus perkawinan usia anak di Desa

Jehem tetap dapat diterapkan meskipun perkawinan telah dilaksanakan karena

didasarkan pada adanya tindak pidana persetubuhan yang terjadi terhadap Bunga

sebelum dilakukannya perkawinan yang mana tindak pidana tersebut

mengakibatkan kehamilan pada Bunga sekaligus sebagai fungsi kontrol sosial UU

PA yang bersifat preventif dan represif terhadap masyarakat atas terjadinya

perkawinan usia anak tersebut untuk mencegah agar perkawinan yang serupa

tidak terjadi lagi di masa depan.

Saran yang dapat diberikan yaitu pemerintah khususnya pemerintah daerah

disarankan lebih aktif dalam mensosialisasikan UU PA dan membentuk program-

program pemerintah yang mendukung penyelenggaraan perlindungan anak

sehingga masyarakat tidak hanya tahu UU PA tetapi juga harus menyadari bahwa

perlindungan terhadap anak harus benar-benar diterapkan dan direalisasikan

dalam kehidupan sehari-hari sehingga perkawinan usia anak dapat dicegah dan

tidak terulang kembali.

Page 7: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

DAFTAR ISI

Cover Depan……………………………………………………………... i Halaman Sampul Dalam………………………………………………..... ii

Halaman Persyaratan Gelar Magister…………………………………..... iii

Halaman Pengesahan Tesis……………………………………………… iv

Halaman Penetapan Panitia Penguji Tesis………………………………. v

Surat Pernyataan Bebas Plagiat………………………………………….. vi

Surat Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah………………………………... vii

Ucapan Terima Kasih…………………………………………………..... viii

Abstrak…………………………………………………………………… xi

Abstract………………………………………………………………................. xii

Ringkasan………..………………………………………………………. xiii

Daftar Isi………………………………………………………………..... xvii

BAB I PENDAHULUAN………..…………………………………… 1

1.1 Latar Belakang Masalah……….……………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………. 8

1.3 Ruang Lingkup Masalah……………………………………… 8

1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………….. 8

1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………… 9

1.6 Orisinalitas Penelitian…………………………………………... 10

1.7 Landasan Teoritis dan Kerangka Berpikir……………………… 12

1.7.1 Teori Semi-Autonomous Sosial Field……………………... 14

1.7.2 Konsep Perlindungan Hukum…………………………... 16

1.7.3 Konsep Penegakan Hukum……………………………... 17

1.7.4 Konsep Perlindungan Anak…………………………….. 19

1.7.5 Kerangka Berpikir………………………………………. 21

Page 8: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

1.8 Metode Penelitian Hukum……………………………………… 22

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

DAN PERKAWINAN USIA ANAK…………………………….. 28

2.1 Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Anak………………...... 28

2.1.1 Pengertian Anak……………………………………........ 28

2.1.2 Hak dan Kewajiban Anak………………………………. 30

2.1.3 Pengertian Perlindungan Anak…………………………. 32

2.2 Tinjauan Umum Tentang Perkawinan Usia Anak……………… 36

2.2.1 Pengertian Perkawinan………………………………….. 36

2.2.2 Pengertian dan Istilah Perkawinan Usia Anak………….. 40

BAB III PELAKSANAAN PERKAWINAN USIA ANAK DI DESA

JEHEM, KECAMATAN TEMBUKU, KABUPATEN

BANGLI, PROVINSI BALI…………………..……………………. 48

3.1 Perkawinan Usia Anak yang Terjadi Di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali Dalam Perspektif Teori Semi-Autonomous Social Field ……………………………………...…………….......... 48

3.1.1 Masyarakat Hukum Adat Bali Sebagai Persekutuan Hukum yang Semi- Otonom…………………………………………. 48

3.1.2 Perkawinan Usia Anak Dalam Hukum Adat Bali………….. 55

3.1.3 Pelaksanaan Perkawinan Usia Anak Sebagai Bentuk Reaksi Adat Masyarakat Dalam Mencegah Timbulnya Akibat Atas Terjadinya Pelanggaran Hukum Adat yang Berlaku di Desa Jehem…………………………………….... 63

Page 9: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

BAB IV PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM KASUS

PERKAWINAN USIA ANAK DI DESA JEHEM,

KECAMATAN TEMBUKU, KABUPATEN BANGLI,

PROVINSI BALI……………………………………………………. 94

4.1 Ruang Lingkup Perlindungan Anak Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak……….……………………… 94

4.2 Penerapan Perlindungan Anak Dalam Perkawinan Usia Anak yang Terjadi Di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali……………………………………100

4.3 Analisis Teori Semi-Autonomous Social Field Terhadap Penerapan Perlindungan Anak Dalam Perkawinan Usia Anak di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali .………………………................ 134

BAB V PENUTUP…………………………………………………………. 138

5.1 Simpulan………………………………………………………... 138

5.2 Saran……………………………………………………………. 139

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 140

LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………… 148

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Orisinalitas Penelitian…………………………………………. 10

Page 10: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perlindungan terhadap anak merupakan hak setiap anak yang melekat secara

kodrati yang di bawanya sejak lahir. Tidak ada satu pihak pun yang berhak untuk

mencabut ataupun mengurangi hak tersebut baik dengan dalih apapun maupun

atas kepentingan siapa pun1. Anak adalah generasi penerus bangsa sekaligus masa

depan negara sehingga anak membutuhkan pembinaan dan bimbingan khusus agar

dapat mengembangkan fisik serta mental secara maksimal. Anak harus

mendapatkan hak-haknya sebagai anak untuk dapat mengembangkan kepribadian,

kreatifitas serta kecerdasan sesuai dengan minat dan bakat serta berhak

mendapatkan perlindungan sehingga perlindungan terhadap anak sangat

diperlukan.

Konvensi Tentang Hak-Hak Anak pada tahun 1989 diratifikasi melalui

Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Convention on

The Rights of The Child dan secara otomatis Indonesia terikat secara moral, politis

dan yuridis untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak anak. Dua

belas tahun setelah ratifikasi, barulah dibentuk undang-undang yang khusus

mengatur tentang perlindungan anak sekaligus sebagai payung hukum

perlindungan anak di Indonesia. Sebagai bentuk komitmen Indonesia dalam

memberikan perlindungan dan mewujudkan kesejahteraan anak sehingga hak-hak

1 Rika Saraswati, 2015, Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 50

Page 11: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

11

anak dapat terpenuhi, dibentuklah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak. Menyesuaikan dengan perkembangan hukum

masyarakat maka undang-undang tersebut mengalami perubahan menjadi

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (selanjutnya disingkat UU PA).

UU PA dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 memberikan batasan tentang anak

yaitu “anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) Tahun,

termasuk anak yang masih di dalam kandungan”. Sehingga setiap orang yang

berusia di bawah 18 tahun dapat disebut sebagai anak termasuk anak yang belum

lahir. Memberikan perlindungan terhadap anak merupakan hal yang wajib

dilakukan sebab anak termasuk kelompok yang memiliki posisi yang rentan baik

dalam hukum maupun kehidupan sosial. Perlindungan anak menurut ketentuan

Pasal 1 angka 2 UU PA adalah “segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi

Anak dan Hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Perlindungan anak yang diatur

dalam UU PA sesuai dengan prinsip-prinsip dalam Konvensi Tentang Hak-Hak

Anak. Prinsip-prinsip tersebut terdapat dalam Pasal 2 UU PA yang meliputi:

a. Prinsip non diskriminasi;

b. Prinsip kepentingan yang terbaik bagi anak;

c. Prinsip hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan; dan

d. Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak.

Page 12: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

12

Penyelenggaraan perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab

semua pihak baik itu dari negara, pemerintah, pemerintah daerah, penegak hukum,

masyarakat dan keluarga sebagaimana ditentukan dalam Pasal 20 UU PA. Pasal

21s/d Pasal 24 UU PA mengatur tentang negara dan pemerintah berkewajiban dan

bertanggung jawab atas penyelenggaraan perlindungan anak dan wajib mengawasi

penyelenggaraan perlindungan anak. Pasal 25 UU PA mengatur tentang tanggung

jawab masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak secara optimal

dengan dibantu oleh organisasi kemasyarakatan, akademisi dan pemerhati anak.

Kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam menjamin pemenuhan

perlidungan anak diatur dalam Pasal 26 UU PA.

Kewajiban memberikan perlindungan terhadap anak juga tidak dapat lepas

dari kewajiban dan tanggung jawab orang tua sebagai orang yang paling dekat

dengan anak. Orang tua memiliki peran yang penting dalam melindungi anak dari

segala hal yang dapat merugikan kehidupan anak dan hal yang dapat

menghilangkan semua hak-hak yang dimiliki anak. Peran orang tua tersebut diatur

dalam ketentuan Pasal 26 ayat (1) UU PA yaitu orang tua berkewajiban dan

bertanggung jawab untuk:

a. Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi Anak;

b. Menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan kemampuan, bakat

dan minatnya;

c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia Anak; dan

d. Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti

pada Anak.

Page 13: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

13

Salah satu kewajiban dan tanggung jawab orang tua adalah mencegah

perkawinan usia anak sebab dunia anak adalah dunia belajar dan bermain, bukan

dunia perkawinan yang membebankan tanggung jawab yang tidak sesuai dengan

usia dan tingkat kematangan fisik, mental, dan sosialnya dalam menjalani

kehidupan rumah tangga. Pencegahan yang dilakukan oleh orang tua agar jangan

sampai terjadi perkawinan usia anak dikarenakan perkawinan yang dilakukan

pada usia anak dapat menghilangkan segala hak-hak anak yang seharusnya anak

dapatkan saat masa pertumbuhan dan perkembangannya untuk menjadi dewasa.

UU PA sudah mencantumkan kewajiban orang tua untuk mencegah agar

perkawinan usia anak tidak terjadi namun demikian pada kenyataannya masih

banyak terjadinya perkawinan usia anak di Indonesia.

Praktek perkawinan usia anak yang terjadi di Indonesia bukan merupakan

permasalahan yang baru sebab perkawinan usia anak ini sudah banyak terjadi di

daerah perkotaan sampai dengan daerah pedesaan2. Perkawinan usia anak

merupakan masalah sosial dan ekonomi yang diperumit dengan tradisi dan budaya

dalam kelompok masyarakat tertentu. Stigma sosial mengenai perkawinan setelah

melewati masa pubertas yang dianggap aib pada kalangan tertentu, meningkatkan

pula angka kejadian perkawinan usia anak3. Letak geografis yang terpencil,

penafsiran agama yang konservatif, maupun praktek budaya yang mengizinkan

perkawinan usia anak menjadikan upaya penghapusan perkawinan usia anak

2 Aminullah dkk, 2012, Buku III: Pernikahan Dini Pada Beberapa Provinsi di Indonesia: Akar Masalah dan Peran Kelembagaan di Daerah, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan dan BKKBN, Jakarta, hlm.1. tersedia di https://digilib.bkkbn.go.id/index.php?p=show_detail&id=2191&keywords= diakses pada tanggal 10 September 2016. 3 Sisparyadi, 2013, Studi Kebijakan Pendewasaan Usia Kawin, Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 6.

Page 14: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

14

mengalami tantangan yang berat sebab hal itu dikarenakan praktik perkawinan

usia anak berada dalam kungkungan budaya patriarki yang berkelindan pada

sruktur ekonomi, sosial dan juga politik4. Tak jarang pelaksanaan perkawinan usia

anak ini menjadi sorotan masyarakat umum sebab masyarakat sudah mulai

menyadari bahwa perkawinan usia anak seharusnya dapat dicegah dan tidak

terjadi. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan perkawinan usia anak yang sempat

menjadi perhatian publik yaitu perkawinan usia anak yang terjadi di Provinsi Bali

tepatnya di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli pada tahun

2013 lalu.

Perkawinan tersebut melibatkan pasangan yang memiliki perbedaan usia

terpaut sangat jauh yaitu I Wayan C (nama samaran) yang berusia 40 (empat

puluh) tahun dengan Bunga (nama samaran) yang berusia 14 (empat belas)

tahun5. Pelaksanaan perkawinan tersebut kemudian menjadi perhatian semua

pihak terutama para penegak hukum serta lembaga-lembaga yang menangani

masalah perlindungan anak sebab perkawinan tersebut dilakukan antara orang

dewasa dengan seorang anak yang masih di bawah umur. Perkawinan yang

dilakukan oleh Bunga dengan I Wayan C merupakan perkawinan pada usia anak

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 26 ayat (1) Huruf c UU PA.

Pelaksanaan perkawinan yang dilakukan oleh I Wayan C dan Bunga telah

melanggar beberapa ketentuan dalam UU PA. Perkawinan usia anak tersebut telah

4 Sundari, Any, 2016, “Realitas Gadis Pantai Selatan Hari Ini (Kajian Kebijakan Perkawinan Anak di Gunung Kidul Yogyakarta)”, Jurnal Perempuan Vol.21 No.1 Februari 2016, Yayasan Jurnal Perempuan, Jakarta, hlm. 36. 5 Anonim, Rabu, 30 Januari 2013, “Polisi Belum Sikapi Kasus Pria Beristri Nikahi Siswi SD, Denpost , Denpasar, hlm.1, kol.4, tersedia di https://issuu.com/denpostnews/docs/dps_30_januari_2013 diakses pada tanggal 10 November 2015.

Page 15: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

15

melanggar ketentuan Pasal 1 angka 1 UU PA, Pasal 1 angka 2 UU PA Pasal 4 UU

PA dan Pasal 26 ayat (1) huruf c UU PA. Melihat adanya kasus perkawinan usia

anak yang terjadi di Desa Jehem dan melanggar ketentuan-ketentuan UU PA

dapat dikatakan bahwa telah terjadi kesenjangan antara das solen dengan das sein

yaitu kesenjangan yang terjadi antara norma hukum dengan kenyataan yang

terjadi. Kesenjangan tersebut terlihat dari pelaksanaan perkawinan yang mana usia

Bunga berada di bawah 18 (delapan belas) tahun yaitu 14 (empat belas) tahun

yang mana Bunga masih berstatus anak namun perkawinan tesebut tetap

dilaksanakan. Kesenjangan juga terlihat antara Pasal 1 angka 1 UU PA yang mana

Bunga masih berstatus seorang anak namun sudah melakukan perkawinan, Pasal 1

angka 2 UU PA menentukan bahwa perlindungan anak merupakan segala

kegiatan yang dapat melindungai anak serta menjamin terpenuhinya hak-hak anak

namun di sisi lain perkawinan yang dilakukan terhadap anak dapat mengakibatkan

anak kehilangan segala bentuk perlindungan atas hak-haknya sebagai anak

sebagaimana diatur dalam Pasal 4 UU PA dan kesenjangan yang paling terlihat

adalah antara ketentuan Pasal 26 ayat (1) huruf c UU PA bahwa salah satu

tanggung jawab dan kewajiban orang tua adalah mencegah agar jangan sampai

anak melakukan perkawinan pada usia anak tetapi kenyataannya perkawinan usia

anak telah terjadi di Desa Jehem.

UU PA mengharapkan agar perkawinan usia anak tidak terjadi dan anak

tidak menjadi korban akibat melakukan perkawinan pada usia anak namun

kenyataannya perkawinan usia anak tetap dapat terjadi walaupun UU PA telah

mengatur ketentuan yang seharusnya dapat mencegah terjadinya perkawinan usia

Page 16: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

16

anak. Perkawinan usia anak seharusnya di cegah dan tidak terjadi sebab dengan

melakukan perkawinan, anak kehilangan hak-haknya sebagai anak akibat

berubahnya status dari seorang anak menjadi seorang suami atau istri6. Oleh

karena itu pelaksanaan perkawinan usia anak merupakan salah satu permasalahan

yang bersifat mendesak yang memerlukan perhatian lebih di samping kejahatan-

kejahatan terhadap anak lainnya.

Penelitian tesis ini dilakukan untuk menganalisis kasus perkawinan usia anak

yang terjadi di Desa Jehem yang mana perkawinan tersebut telah melanggar

beberapa ketentuan dalam UU PA khususnya melanggar ketentuan Pasal 26 ayat

(1) Huruf c UU PA yang mana menimbulkan das sollen dan das sein. Penelitian

ini dilakukan untuk mendeskripsikan sekaligus menganalisis hal-hal yang

mendasari pelaksanaan perkawinan terhadap Bunga di Desa Jehem dan untuk

mendeskripsikan sekaligus menganalisis penerapan perlindungan anak yang

diterapkan dalam perkawinan usia anak yang terjadi di Desa Jehem tersebut yang

dilakukan sesuai dengan ketentuan UU PA. Berdasarkan uraian latar belakang

masalah di atas, judul penelitian tesis ini adalah “Penerapan Perlindungan Anak

Dalam Perkawinan Usia Anak (Studi Kasus di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku,

Kabupaten Bangli, Provinsi Bali).

6M.Ghufran HLM.Kordi K, 2015, Durhaka Terhadap Anak: Refleksi Mengenai Hak & Perlindungan Anak, Penerbit Pustaka Baru Press, Yogyakarta, hlm.151.

Page 17: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

17

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini antara lain:

1. Apakah hal-hal yang mendasari pelaksanaan perkawinan usia anak di Desa

Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali?

2. Bagaimana penerapan perlindungan anak berdasarkan UU PA dapat

diterapkan meskipun perkawinan usia anak telah terjadi di Desa Jehem,

Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah dalam penelitian berguna sebagai pembatasan area

penelitian sehingga dapat menunjukkan secara pasti variabel-variabel mana yang

akan diteliti dan mana yang tidak7. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah

diuraikan sebelumnya, fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah

mendeskripsikan sekaligus menganalisis hal-hal yang mendasari pelaksanaan

perkawinan terhadap anak dan penerapan perlindungan anak sesuai dengan

ketentuan dalam UU PA dalam perkawinan usia anak yang terjadi di Desa Jehem,

Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari dilakukannya penelitian ini adalah mendeskripsikan dan

menganilisis kasus perkawinan usia anak yang dilakukan oleh pasangan berbeda

7Amiruddin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Edisi 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.41.

Page 18: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

18

usia yang terjadi di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli,

Provinsi Bali.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hal-hal yang mendasari

pelaksanaan perkawinan terhadap Bunga yang masih berstatus anak di

Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali .

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan perlindungan

anak sebagaimana diatur dalam UU PA meskipun pelaksanaan

perkawinan usia anak telah terjadi di Desa Jehem, Kecamatan

Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah

khasanah keilmuan bagi pengembangan ilmu hukum khususnya dalam bidang

kajian hukum dan masyarakat.

1.5.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini yaitu:

1. Hasil dari penelitian terhadap perkawinan usia anak dapat menjadi

masukan bagi pemerintah dan penegak hukum dalam mencegah dan

menanggulangi perkawinan usia anak.

2. Masyarakat menjadi tahu dan mengerti akan pentingnya memberikan

perlindungan terhadap anak sehingga untuk selanjutnya dapat

dilakukan pencegahan serta penanggulangan perkawinan usia anak.

Page 19: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

19

1.6 Orisinalitas Penelitian

Permasalahan hukum tentang pelaksanaan perkawinan terhadap anak di

bawah umur atau perkawinan usia anak, pembahasannya sudah dilakukan sejak

adanya kesadaran terhadap pentingnya perlindungan hukum terhadap anak.

Pembahasan tersebut dilakukan dalam berbagai bentuk penelitian, baik dalam

bentuk makalah, artikel ilmiah, skripsi, tesis, disertasi maupun jurnal. Adapun

beberapa penelitian tesis yang juga mengangkat isu mengenai perkawinan usia

anak antara lain:

Nama/Tahun/ Universitas

Judul Penelitian

Rumusan Masalah Jenis Penelitian

Perbedaan

Linda Rahmita Panjaitan/2010

/Universitas Sumatera

Utara

Perkawinan Anak Di Bawah

umur Dan Akibat

Hukumnya

1. Bagaimana pengaturan tentang perkawinan anak

dibawah umur dalam sistem hukum di

Indonesia? 2. Apa akibat hukum

dari perkawinan anak dibawah umur?

3. Bagaimana sanksi terhadap

pelanggaran atas perkawinan anak dibawah umur?

Yuridis Normatif

Mengkaji pengaturan

perkawinan usia anak dalam

sistem hukum di Indonesia,

akibat hukum yang

ditimbulkan serta sanksi

yang dikenakan atas

pelanggaran yang dilakukan.

Astrina Primadewi

Yuwono/2008/Universitas Indonesia.

Perlindungan Hukum

Bagi Anak Dalam Hal Perkawinan Di Bawah

umur.

1. Bagaimana aplikasi perlindungan anak dalam perkawinan

dibawah umur menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Undang-undang Nomor 23 Tahun

2002? 2. Faktor apa yang

menyebabkan terjadinya

Yuridis Normatif

Mengkaji factor-faktor yang

timbul dalam perkawinan usia

anak menurut UU No.1 Tahun

1974 dan Mengetahui

sejauh mana UU No.1 Tahun

Page 20: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

20

perkawinan usia anak?

3. Dampak apa saja yang timbul dari perkawinan usia

anak terhadap anak-anak?

1974 dan UU No. 23 Tahun 2002 mengatur perlindungan

anak khususnya perlindungan

bagi anak yang mengalami eksploitasi

secara ekonomi. Widihartati

Setiasih/ 2011/Universit

as Muhammadiyah Surakarta

Perkawinan Dini Dalam Perspektif

Perlindungan Anak (Studi

Kasus Di Masyarakat Kecamatan

Bulu Kabupaten Temanggun

g

1. Faktor-faktor apa yang mendorong

terjadinya perkawinan dini dalam perspektif

perlindungan anak, di masyarakat

kecamatan Bulu, kabupaten

Temanggung? 2. Bagaimana dampak

yang dialami mereka yang melangsungkan perkawinan dini di

masyarakat kecamatan Bulu

kabupaten Temanggung?

3. Bagaimana perspektif

perlindungan anak terhadap anak yang

dilahirkan dari pasangan

perkawinan dini di masyarakat

kecamatan Bulu, kabupaten

Temanggung? 4. Bagaimana upaya

merubah dan menciptakan persepsi pada

masyarakat agar memahami tujuan perkawinan sesuai

dengan undangundang/

Yuridis Sosiologis

.

Mendeskripsikan faktor-faktor

pendorong terjadinya

perkawinan dini,

mendeskripsikan dampak

setelah dilakukan

perkawinan dini dan

mendeskripsikan upaya-upaya

untuk merubah/menciptakan persepsi

pada masyarakat

Desa Wonotirto, Kecamatan

Bulu, Kabupaten

Temanggung serta untuk

dapat memahami

tujuan perkawinan

sesuai dengan

Page 21: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

21

peraturan yang ada, di masyarakat

kecamatan Bulu, kabupaten

Temanggung?

undan-undang terkait dengan

perspektif perlindungan

anak. Tabel 1. Orisinalitas Penelitian.

Perbedaan penelitian tesis ini dengan tesis-tesis tersebut di atas adalah

penelitian tesis ini dilakukan dengan cara studi kasus yaitu meneliti dan

menganalisis kasus perkawinan usia anak yang terjadi di Desa Jehem dengan

bertujuan untuk menemukan hal-hal yang mendasari pelaksanaan perkawinan usia

anak dan mendeskripsikan sekaligus menganalisis penerapan perlindungan yang

tetap dilakukan berdasarkan UU PA meskipun perkawinan usia anak telah terjadi

di Desa Jehem.

1.7 Landasan Teoritis dan Kerangka Berpikir

Landasan teoritis adalah uraian sistematis tentang teori yang berhubungan

dengan penelitian yang akan dilakukan dan sekaligus menjadi pisau analisis

terhadap permasalahan yang diteliti8. Mukti Fajar dan Yulianto memberikan

batasan pengertian teori adalah “suatu penjelasan yang berupaya untuk

menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga

merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah

penjelasan yang sifatnya umum9”, sedangkan batasan pengertian teori hukum

diberikan oleh Bernard Arief Sidharta yaitu

teori ilmu hukum dapat diartikan sebagai ilmu atau disiplin hukum yang dalam perspektif interdisipliner dan eksternal secara kritis menganalisis 8Johnny Ibrahim, 2012,Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Malang, hlm. 293-294. 9 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, cetakan I, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. hlm.134.

Page 22: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

22

berbagai aspek gejala hukum, baik tersendiri maupun dalam kaitan keseluruhan baik dalam konsepsi teoritisnya maupun dalam pengejawantahan praktisnya dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dan memberikan penjelasan sejernih mungkin tentang bahan hukum yang tersaji dan kegiatan yuridis dalam kenyataan kemasyarakatan10. Teori hukum adalah bagian dari studi tentang hukum yang tujuannya untuk

menjelaskan dan itu menunjukkan bahwa teori hukum dapat dikategorikan

menjadi teori hukum deskriptif yang tujuannya menerangkan hukum apa adanya

ataupun teori hukum normative yang tujuan utamanya adalah menerangkan

hukum yang seharusnya11. Teori hukum melihat dan melakukan analisis secara

interdisipliner (dari sisi luar hukum) yang membedakannya dengan dogmatik

hukum yang menganalisis hukum dari dalam hukum itu sendiri sehingga teori

hukum tidak hanya berhenti pada masalah-masalah yang dikaji oleh dogmatic

hukum tetapi juga mengkaji hukum dari sisi luar hukum untuk melihat bekerjanya

hukum dalam masyarakat.

Kegunaan teori hukum dalam penelitian hukum yaitu sebagai pisau analisis

yang dijadikan panduan dalam melakukan analisis dengan memberikan penilaian

(preskripsi) terhadap temuan fakta atau peristiwa hukum yang ada apakah sudah

sesuai dengan teori atau tidak sesuai dengan teori yang digunakan. Teori hukum

juga dapat digunakan untuk menjelaskan sekaligus menganalisis fakta dan

peristiwa hukum yang terjadi yang mana peristiwa hukum tersebut merupakan

10 Sidharta, Bernard Arief, 2000, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum: Sebuah Penelitian Tentang Fundasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia, Mandar Maju, Bandung, hlm.122. 11 Efendi,AAn, Poernomo, Freddy dan Ranuh, IG. NG Indra S, 2016, Teori Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.97.

Page 23: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

23

masalah yang dikaji dalam suatu penelitian hukum12. Teori hukum yang

digunakan dalam penelitian hukum ini adalah teori Semi-Autonomous Sosial Field

dari Sally Falk Moore, konsep perlindungan anak, konsep perlindungan hukum

dan konsep penegakan hukum.

1.7.1. Teori Semi-Autonomous Sosial field Sally Falk Moore

Teori semi-autonomous sosial field dari Sally Falk Moore ini merupakan

salah satu teori yang membahas pluralisme hukum. Berhubungan dengan teorinya

tersebut, Sally Falk Moore mengatakan,

…in terms its semi-autonomy- the fact that it can generate rules and customs and symbol internally but that it is also vulnerable to rules and decisions and other forces emanating from the larger world by which it is surrounded. The semi-autonomous sosial field has rule making capacities and the means to induce or coerce compliance, but it is simultaneously set in a larger sosial matrix which can and does, affect and invade it, sometimes at the invintation of person inside it, sometimes at its own instance13.

Sally Falk Moore melihat bahwa bidang yang kecil dan untuk sebagian

otonom (semi-autonomy) itu dapat menghasilkan peraturan-peraturan dan adat

kebiasaan serta simbol-simbol yang berasal di dalam, tapi di lain pihak bidang

tersebut juga rentan terhadap aturan-aturan dan keputusan-keputusan dan

kekuatan-kekuatan lain yang berasal dari dunia luar yang mengelilinginya. Bidang

sosial yang semi otonom ini memiliki kapasitas untuk membuat aturan-aturan dan

sarana untuk menyebabkan atau memaksa seseorang tunduk pada aturannya, tapi

sekaligus juga berada dalam suatu kerangka acuan sosial yang lebih luas yang

terdapat dan memang dalam kenyataannya mempengaruhi dan menguasainya,

12 Mukti Fajar dan Achmad Yulianto, op.cit., hlm. 150. 13 Moore, Sally Falk, 1983, Law as Process: An Anthropological Approach, Routledge & Kegan Paul, London, hlm. 55.

Page 24: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

24

kadang-kadang karena dorongan dari dalam, kadang-kadang atas kehendaknya

sendiri.

Berdasarkan uraian mengenai semi-autonomy tesebut di atas, Sally Falk

Moore kemudian memberikan definisi tentang the semi-autonomous sosial field

sebagai,

…it is defined and its boundaries identified not by organization (it may be a corporation group, it may not) but by processual characteristic, the fact that it can generate rules and coerce or induce compliance to them. Thus an arena which a number of corporate groups deal with each other may be a semi-autonomous sosial field. Also the corporate groups themselves may each constitute a semi-autonomous sosial field14.

Teori semi-autonomous sosial field pada intinya melihat bahwa suatu bidang

sosial dapat disebut sebagai semi-otonom bukan pada bentuk organisasinya tetapi

dilihat dari prosesual atau adanya proses yang terjadi secara berangsur yaitu fakta

bahwa ia memiliki kemampuan untuk menimbulkan dan membentuk aturan-

aturannya sendiri (self regulation) serta dapat memaksakan atau mendorong

ketaatan pada aturan-aturan yang mereka bentuk tersebut. Sisi lain aturan yang

diciptakan tersebut rentan terhadap aturan-aturan dan kekuatan dari luar yang

lebih besar dan mengelilinginya (dalam hal ini negara). Hal tersebut dikarenakan

hukum buatan negara yang berkuasa penuh bersifat hierarkis sehingga tidak ada

bidang sosial (kelompok masyarakat) dalam suatu negara yang benar-benar

otonom dalam sudut pandang hukum.

Teori semi-autonomous sosial field dari Sally Falk Moore ini digunakan

sebagai pisau analisis dalam menjawab kedua rumusan masalah dalam penelitian

14 Ibid., hlm. 57.

Page 25: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

25

tesis ini yakni untuk mendeskripsikan dan menganalisis dasar pertimbangan yang

digunakan untuk melaksanakan perkawinan terhadap Bunga yang masih berstatus

sebagai seorang anak yang dilakukan menurut hukum adat Bali yang berlaku di

Desa Jehem dan penerapan perlindungan anak berdasarkan UU PA dalam

perkawinan usia anak tersebut.

1.7.2 Konsep Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum menurut Satjipto Rahardjo15 yaitu melindungi hak

asasi manusia (HAM) setiap orang dengan mengintegrasikannya ke dalam suatu

aturan hukum sehingga memberikan batasan dan perlindungan bagi masyarakat

untuk dapat menikmati hak-haknya. Salim HS dan Erlis Septiana

Nurbanimemberikan pengertian perlindungan hukum sebagai “upaya atau bentuk

pelayanan yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum serta hal-hal yang

menjadi objek yang dilindungi”16. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam

konsep perlindungan hukum tersebut meliputi:

1. Wujud atau bentuk perlindungan atau tujuan perlindungan: hal ini dapat

ditemukan dalam setiap perundang-undangan yang mana antara undang-

undang yang satu dengan lainnya berbeda dalam memberikan

perlindungan hukum kepada subjek dan objek yang dilindungi.

2. Subjek hukum; dan

3. Objek perlindungan hukum17.

15Satjipto Rahardjo, 2014, Ilmu Hukum, cetakan kedelapan, Citra Aditya Bakti, Bandung. hlm.54. 16Salim HS dan Erlies Septiana Nurbana, 2014, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, cetakan keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,hlm.262. 17Ibid.

Page 26: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

26

Berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian hukum ini,

perlindungan hukum yang akan dibahas yaitu penerapan perlindungan hukum

terhadap anak. Subjek perlindungan hukum dalam UU PA adalah Anak dan objek

perlindungan hukum dalam UU PA adalah hak-hak setiap anak. Apabila hak-hak

anak dilanggar maka anak berhak mendapatkan perlindungan hukum sesuai

dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam UU PA.

1.7.3 Konsep Penegakan Hukum

Istilah penegakan hukum dalam bahasa Inggris di sebut law enforcement dan

dalam bahasa Belanda di sebut rechtshandhaving. Pengertian law enforcement

dalam bahasa Indonesia selalu identik dengan penegakan hukum yang bersangkut

dengan hukum pidana saja sedangkan handhaving adalah pengawasan dan

penerapan (atau dengan ancaman) dengan penggunaan instrument administratif,

kepidanaan atau keperdataan untuk mencapai penataan ketentuan hukum serta

peraturan yang berlaku umum dan individual. Pengawasan (control) berarti

pengawasan pemerintah untuk ditaatinya pemberian peraturan yang sejajar dengan

penyidikan dalam hukum pidana18.

Andi Hamzah membagi dua jenis tindakan dalam proses penegakan hukum

yaitu tindakan preventif dan represif19. Tindakan preventif di sini merupakan

tindakan sebelum dilakukannya penegakan hukum secara represif seperti diadakan

negoisasi, persuasi dan supervisi agar peraturan hukum atau syarat-syarat izin

ditaati sedangkan tindakan represif adalah tindakan menerapkan hukum atau

instrumen sanksi ketika terjadi pelanggaran terhadap norma hukum yang berlaku. 18Andi Hamzah, 2008, Penegakan Hukum Lingkungan, cetakan kedua, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.48. 19Ibid.

Page 27: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

27

Penegakan hukum secara represif merupakan penegakan hukum dalam arti sempit

atau law enforcement sedangkan kedua fase tersebut baik tindakan preventif

maupun represif diartikan sebagai penegakan hukum secara luas

(rechthandhaving).

Penegakan hukum pada prinsipnya harus dapat memberikan manfaat atau

berdayaguna bagi masyarakat. Masyarakat juga mengharapkan adanya penegakan

hukum untuk mencapai suatu keadilan, meskipun demikian tidak dapat dipungkiri

bahwa apa yang dianggap berguna belum tentu adil, begitupun sebaliknya apa

yang dirasakan adil belum tentu berguna bagi masyarakat Penegakan hukum

dilakukan juga untuk memenuhi tujuan hukum yaitu untuk mewujudkan

ketertiban, keteraturan, kedamaian serta keadilan. Hukum juga bertujuan untuk

mengayomi, tidak hanya melindungi dalam arti pasif yakni hanya mencegah

tindakan sewenang-wenang dan pelanggaran hak saja tetapi juga melindungi

secara aktif yang artinya meliputi upaya untuk menciptakan kondisi dan

mendorong manusia untuk selalu memanusiakan diri terus menerus. Di samping

mewujudkan ketertiban dan keadilan, tugas hukum adalah menciptakan

keteraturan dan kepastian hukum sedangkan dalam mewujudkan kepastian

hukum, tugas hukum adalah untuk menciptakan, menegakkan, memelihara dan

mempertahankan keamanan serta ketertiban yang adil20.

Soerjono Soekanto memberikan pengertian penegakan hukum sebagai

“kegiatan yang menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam

kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantahkan sikap tindak sebagai

20Maidin Gultom, 2014, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dan Perempuan, cetakan ketiga, Refika Aditama, Bandung. hlm. 87. (selanjutnya disebut Maidin Gultom I)

Page 28: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

28

rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan

mempertahankan kedamaian dalam masyarakat21”. Ada lima faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto antara lain:

1. Faktor hukumnya sendiri yang di batasi hanya Undang-Undang saja.

2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang

menerapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, Sarana

atau fasilitas merupakan segala hal yang dapat digunakan untuk

mendukung dalam proses penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau

Diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.22.

1.7.4 Konsep Perlindungan Anak

Konsep perlindungan anak dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 2 UU PA

yang menentukan bahwa, “perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Melihat dari batasan perlindungan anak dalam Pasal 1 angka 2 UU PA,

perlindungan anak dapat juga diartikan sebagai segala upaya yang ditujukan dan

dilakukan untuk mencegah, merehabilitasi dan memberdayakan anak yang 21Soerjono Soekanto, 2010, Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Ed.1, Cet.9, Raja Grafindo Persada, Jakarta. hlm.5. 22 Ibid., hlm.9.

Page 29: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

29

mengalami tindak perlakuan salah (child abuse), eksploitasi dan penelantaran

sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara

wajar baik secara fisik, mental maupun sosial.

Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh dan

komprehensif maka pemberian perlindungan kepada anak berdasarkan prinsip-

prinsip non-diskriminasi, kepentingan yang baik bagi anak, hak untuk hidup,

kelangsungan hidup, perkembangan serta penghargaan terhadap pendapat anak.

Maidin Gultom mengemukakan bahwa “perlindungan anak adalah segala usaha

yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan

hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar

baik fisik, mental dan sosial”23. Perlindungan anak juga merupakan perwujudan

keadilan sosial dalam masyarakat sehinggga perlindungan anak diusahakan dalam

berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Perlindungan anak

dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu perlindungan anak yang bersifat yuridis

dan perlindungan anak yang bersifat non-yuridis24. Perlindungan anak yang

bersifat yuridis meliputi perlindungan dalam bidang hukum publik dan dalam

bidang hukum keperdataan sedangkan perlindungan anak dalam bidang non-

yuridis meliputi perlindungan dalam bidang sosial, bidang kesehatan dan bidang

pendidikan.

23Maidin Gultom, 2014, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia”, cetakan keempat (Revisi), PT. Refika Aditama, Bandung, hlm.40. (selanjutnya disingkat Maidin Gultom II). 24Ibid., hlm.41.

Page 30: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

30

HUKUM PERLINDUNGAN ANAK (UU PA)

1.7.5 Kerangka Berpikir

DAS SEIN Dalam pelaksanaannya atau kenyataannya perkawinan usia anak dilakukan terhadap anak yang masih berusia di bawah 18 tahun sebagaimana yang terjadi di Desa Jehem, Kec. Tembuku, kab.Bangli prov.Bali.

PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERKAWINAN USIA ANAK (STUDI KASUS DI DESA JEHEM, KECAMATAN TEMBUKU, KABUPATEN

BANGLI, PROVINSI BALI)

2. Bagaimana penerapan perlindungan anak berdasarkan UU PA dapat diterapkan meskipun perkawinan usia anak telah terjadi di Desa Jehem, Kec. Tembuku, Kab. Bangli, Prov. Bali?

1. Apakah hal-hal yang mendasari pelaksanaan perkawinan usia anak di Desa Jehem, Kec. Tembuku, Kab.Bangli, Prov. Bali?

• Teori Semi Autonomous Social-Field (Sally Falk Moore).

• Konsep Perlindungan Anak • Konsep Perlindungan

Hukum • Konsep Penegakan Hukum

• Teori Semi Autonomous Social-Field (Sally Falk Moore).

• Konsep Perlindungan Anak

HASIL PENELITIAN

DAS SOLLEN

Pasal 26 ayat (1) huruf c UU PA menentukan bahwa orang

tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk

mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak.

Page 31: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

31

1.8 Metode Penelitian Hukum

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris. Salah satu

ciri penelitian ilmu hukum dengan aspek empiris beranjak dari adanya

kesenjangan antara das solen dengan das sein yaitu kesenjangan antara teori atau

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan realita

pelaksanaannya dilapangan25. Penelitian hukum yang dilakukan dimulai dengan

mengkaji pengaturan mengenai perlindungan anak dan perkawinan usia anak

dalam sistem hukum Indonesia. Kemudian menganalisis ketentuan-ketentuan

hukum positif yang diberlakukan pada peristiwa hukum in concreto dalam kasus

perkawinan usia anak dan melakukan penelitian terhadap penerapan perlindungan

anak terhadap pelaksanaan perkawinan usia anak. Fokus dalam penelitian ini

adalah pelaksanaan perkawinan usia anak dan penerapan perlindungan anak dalam

perkawinan usia anak yang terjadi di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku,

Kabupaten Bangli yang mana perkawinan usia anak tersebut bertentangan dengan

prinsip serta ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam UU PA.

1.8.2 Sifat Penelitian

Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian hukum dapat dibedakan menjadi

tiga yaitu penelitian yang sifatnya eksploratif (penjajakan atau penjelajahan),

penelitian yang sifatnya deskriptif, dan penelitian yang sifatnya eksplanatoris26.

Dari ketiga sifat penelitian hukum empiris tersebut di atas, sifat penelitian yang 25 Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana, 2014, Pedoman Penulisan: Usulan Penelitian Tesis dan Penulisan Tesis Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum, cetakan ke-2, Universitas Udayana, Denpasar, hlm.46. 26Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, cetakan I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 52.

Page 32: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

32

digunakan adalah sifat deskriptif yang sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu

mendeskripsikan dan menganalisis penerapan perlindungan anak dalam

pelaksanaan perkawinan usia anak.

1.8.3 Data dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder, yaitu:

1. Data Primer adalah data yang bersumber pada penelitian lapangan yaitu

suatu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan yaitu

baik dari responden, narasumber maupun informan;

2. Data sekunder adalah suatu data yang bersumber dari penelitian

kepustakaan yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber

pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah

terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum27.

Data primer di sini merupakan data asli yang bersumber langsung dari

lapangan yaitu bersumber dari responden, narasumber maupun informan.

Responden adalah seseorang atau individu yang akan memberikan respon

terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan merupakan orang yang

terkait langsung dengan data yang dibutuhkan28.Informan adalah orang atau

individu yang memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas

yang diketahuinya dan peneliti tidak dapat mengarahkan jawabannya sesuai

27Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana, op.cit., hlm. 51. 28 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, op.cit., hlm.174.

Page 33: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

33

kehendak peneliti29. Hal tersebut yang membedakan antara responden dengan

informan.

Data sekunder adalah bahan-bahan hukum yang terkait dengan permasalahan

yang diteliti. Bahan hukum dapat dibedakan menjadi tiga yaitu bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer

meliputi kaedah dasar yaitu UUD 1945, peraturan perundang-undangan,

yurisprudensi dan hukum yang tidak tertulis (hukum adat). Bahan hukum

sekunder meliputi rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, jurnal-jurnal

hukum dan buku-buku hukum. Bahan hukum tersier meliputi kamus hukum dan

ensiklopedia. Ketiga bahan hukum tersebut di atas akan di pergunakan untuk

menganalisis dan meneliti permasalahan dalam penelitian tesis ini.

Data primer yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data yang di

dapatkan langsung dari informan dan responden yang ikut terlibat dalam

penerapan perlindungan anak dalam perkawinan usia anak di Desa Jehem antara

lain prajuru desa Desa Jehem, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak POLRES

Bangli, Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kabupaten Bangli dan

Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Bali sedangkan responden yaitu istri

pertama pelaku dan keluarga Bunga. Data sekunder yang di gunakan adalah UU

No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak jo UU No. 35 Tahun 2014

Tentang Perubahan UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak sebagai

data utama serta ditambahkan peraturan perundang-undangan lain yang masih

29 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, op.cit., ,hlm.175.

Page 34: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

34

berkaitan dengan perlindungan anak dan bahan-bahan hukum yang relevan

dengan permasalahan hukum yang diteliti.

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian hukum

empiris ini yaitu teknik studi dokumen dan teknik wawancara.

1. Teknik Studi Dokumen.

Teknik ini merupakan langkah awal dari setiap penelitian hukum baik

normatif maupun empiris karenap penelitian hukum selalu bertolak dari premis

normatif30. Studi dokumen bagi penelitian hukum meliputi studi bahan-bahan

hukum yang relevan dengan permasalahan hukum yang diteliti serta Peraturan

Perundang-undangan yang terkait dengan perkawinan dan perlindungan anak.

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah bagian penting dalam suatu penelitian hukum terutama

dalam penelitian hukum empiris karena tanpa adanya wawancara peneliti akan

kehilangan informasi yang hanya diperoleh dengan jalan menanyakan langsung

kepada responden, narasumber maupun informan31. Pengumpulan data

menggunakan teknik wawancara ini akan dilakukan wawancara secara terarah

terhadap responden dan kepada informan maupun narasumber apabila diperlukan.

Teknik wawancara terarah (directive interview) merupakan teknik wawancara

yang menggunakan pengarahan dan struktur tertentu, yaitu:

1. Ada rencana pelaksanaan wawancara;

2. Mengatur daftar pertanyaan serta membatasi jawaban-jawaban; 30 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Edisi 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.68. 31 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, op.cit.,hlm.161.

Page 35: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

35

3. Memperhatikan karakteristik pewawancara maupun yang diwawancarai;

4. Membatasi aspek-aspek masalah yang diperiksa;

5. Mempergunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan terlebih

dahulu32.

1.8.5 Pengolahan dan Analisis data.

Setelah terkumpulnya semua data, langkah selanjutnya yang akan dilakukan

adalah mengolah dan menganalisis semua data yang telah terkumpul. Analisis

data yang dilakukan oleh peneliti, biasanya melalui pendekatan kuantitatif dan

atau kualitatif. Pemilihan terhadap analisis data yang dilakukan hendaknya selalu

betumpu pada tipe dan tujuan penelitian serta sifat data yang terkumpulkan33.

Apabila data yang diperoleh kebanyakan bersifat pengukuran (angka-angka)

hendaknya dilakukan analisis secara kuantitatif, tetapi jika data yang dikumpulkan

tidak terkait dengan pengukuran maka dilakukan analisis secara kualitatif. Data

yang digunakan dalam penelitian tesis ini tidak terkait dengan pengukuran angka

dan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara maka dalam pengolahan

dan analisis data dilakukan secara kualitatif. Pengolahan dan analisis data dalam

penelitian ini menggunakan model kualitatif karena sifat penelitian hukum ini

bersifat deskriptif.

Penelitian hukum empiris ini menggunakan analisis kualitatif karena

penelitian bersifat deskriptif, pengumpulan data bersifat non probability sampling

dan tidak melakukan pengukuran melalui kuesioner. Langkah pertama yang

32M. Syamsudin, 2007, Operasionalisasi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 112. 33Suratman dan HLM. Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung. hlm.145.

Page 36: ABSTRAK PENERAPAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM · PDF fileanak sehingga anak tidak mengalami penderitaan. Rumusan masalah dalam ... kehamilan Bunga yang terjadi di luar perkawinan akibat

36

digunakan adalah dengan mengelompokkan data sesuai dengan jenisnya,

kemudian data yang dikelompokkan itu diklasifikasikan sesuai dengan perilaku

hukum masyarakat yang mempengaruhi keberlakuan suatu hukum. Kemudian

membangun teori dengan menganalisa fakta-fakta sosial dengan menjelaskannya

melalui bantuan hukum atau sebaliknya hukum itu dijelaskan melalui bantuan

fakta-fakta sosial yang ada dan berkembang di masyarakat34.

Teknik analisis pada dasarnya adalah analisis deskriptif, diawali dengan

mengelompokkan data dan informasi yang sama menurut subaspek dan

selanjutnya melakukan interpretasi untuk memberikan makna terhadap tiap

subaspek dan hubungannya satu sama lain. Setelah itu, dilakukan analisis atau

intepretasi keseluruhan aspek untuk memahami makna hubungan antara aspek

yang satu dengan aspek yang lainnya dan dengan keseluruhan aspek yang menjadi

pokok permasalahan penelitian yang dilakukan secara induktif sehingga

memberikan hasil secara utuh35. Proses analisis dilakukan terus menerus sejak

pencarian data di lapangan dan berlanjut terus hingga tahap analisis. Setelah

dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif,

kualitatif dan sistematis.

34 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, cetakan I, Mandar Maju, Bandung, hlm.173-174. 35Ibid.