abstrak - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-kelautan-sri.pdf · mikroskop...
TRANSCRIPT
Agustus 2016
HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DAN TINGKAT
KLOROFIL-a DI PERAIRAN KELURAHAN SENGGARANG KECAMATAN
TANJUNGPINANG KOTA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Sri Yulianti (110254241070)
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Program Studi Ilmu Kelautan
ABSTRAK
Fitoplankton adalah plankton nabati, yang memiliki peran penting
didalam ekosistem perairan, dimana terdapat klorofil didalamnya karena memiliki
kemampuan berfotosintesis. Dengan demikian proses produksi zat organik dari zat
anorganik dalam fotosintesis tidak akan terjadi apabila tidak ada klorofil. Semakin
tinggi kadar klorofil menandakan tingginya kelimpahan fitoplankton di perairan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kelimpahan fitoplankton,
kandungan klorofil-a pada fitoplankton dan hubungan kelimaphan fitoplankton
dengan kandungan klorofil-a di Perairan Kelurahan Senggarang Kecamatan
Tanjungpinang Kota Provinsi Kepulauan Riau. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survey dan analisis data menggunakan regresi linear
sederhana. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis yang 1. Jenis yang
sering ditemukan setiap titik adalah Fragillaria crotonensis, berasal dari kelas
Baccilariophyceae. Kelimpahan rata – rata dari titik 1 – 31 antara 90 – 1680
ind/ml. Kosentrasi klorofil-a di perairan Kelurahan Senggarang berkisar antara
2.38 – 195.16 μg/l. dengan rata – rata sebesar 71.37 μg/l, termasuk dalam perairan
oligotrofik. Hasil analisis regresi menunjukkan hubungan antara kelimpahan
fitoplankton dan tingkat klorofil-a di Perairan Kelurahan Senggarang ini
berbanding lurus dan cukup kuat. nilai koefisien korelasi (r) dengan nilai 0.865,
nilai koefisien determinans (R2) bernilai 0.7487 artinya persentase pengaruh
kelimpahan fitoplankton terhadap klorofil-a perairan adalah sebesar 74.87% dan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti suhu, kecerahan dan Do.
Kata kunci: Fitoplankton, Klorofil-a pada fitoplankton, Hubungan Kelimpahan
Fitoplankton dan Tingkat Klorofil-a
ABSTRACT
Phytoplankton are plant plankton, which has an important role in aquatic
ecosystems, where there is a chlorophyll in it because it has the ability to
photosynthesize. Thus the production process of organic matter from inorganic
substances in photosynthesis will not occur if there is no chlorophyll. The higher
chlorophyll content indicates a high abundance of phytoplankton in the waters.
This study aims to determine the type and abundance of phytoplankton,
chlorophyll-a in phytoplankton and phytoplankton relationship with chlorophyll-a
in the waters of Sub Senggarang District of Tanjungpinang City Riau Islands
Province. The method used in this research is survey method and data analysis
using simple linear regression. The results of this study indicate that the type is 1.
The type that is often found every point is Fragillaria crotonensis, derived from
Baccilariophyceae class. Abundance - average of points 1-31 between 90-1680
ind / ml. Concentration of chlorophyll-a in the waters of Sub Senggarang ranged
from 2:38 - 195.16 ug / l. with the average - average of 71.37 g / l, was included in
oligotrophic waters. The regression analysis shows the relationship between the
abundance of phytoplankton and chlorophyll-a levels in the waters of the Village
is directly proportional Senggarang and strong enough. correlation coefficient (r)
with a value of 0865, the value of determinans coefficient (R2) is worth 0.7487
means that the percentage of influence on the abundance of phytoplankton
chlorophyll-a water amounted to 74.87% and the rest influenced by other factors
such as temperature, brightness and Do.
Keywords: Phytoplankton, Chlorophyll-a in phytoplankton, phytoplankton
abundance and Level Relationships Chlorophyll-a
PENDAHULUAN
Fitoplankton adalah plankton nabati, yang
memiliki peran penting didalam
ekosistem perairan karena merupakan
produsen primer (primary producer) dalam
rantai makanan (food chain) yang terjadi
pada suatu perairan. Fitoplankton
mengandung klorofil karena memiliki
kemampuan berfotosintesis, yaitu menyerap
energi matahari untuk mengubah zat-zat
anorganik menjadi zat-zat organik. Didalam
Proses fotosintesis memerlukan klorofil
terutama klorofil-ɑ. Untuk itu kandungan
klorofil-a pada fitoplankton itu sendiri
dapat dijadikan indikator tinggi rendahnya
produktivitas suatu perairan (Roshisati,
2001).
Senggarang merupakan daerah muara yang
banyak dimanfaatkan untuk berbagai
aktifitas manusia, Contohnya rumah tangga,
pertambangan, transportasi laut dan
nelayan. Hal tersebut dapat mempengaruhi
kualitas perairan seperti: parameter fisiska
(suhu dan kecerahan), kimia (oksigen
terlarut) dan biologi (fitoplankton dan
klorofil). Penelitian mengenai hubungan
kelimpahan fitoplankton dan tingkat
klorofil perairan perlu dilakukan untuk
melihat keadaan kualitas perairan
berdasarkan hubungan kelimpahan
fitoplankton dan tingkat klorofil perairan
yang diteliti.
Tujuan dilakukan penelitian ini di perairan
kelurahan senggarang kecamatan kota
Tanjungpinang provinsi Kepulauan Riau
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis – jenis dan
kelimpahan fitoplankton.
2. Untuk mengetahui kandungan klorofil-
a perairan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara
kelimpahan fitoplankton dan tingkat
klorofil-a di perairan.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tanggal
22 Maret 2016 yang berlokasi di Perairan
Kelurahan Senggarang Kecamatan
Tanjungpinang Kota Provinsi Kepulauan
Riau.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini di sajikan pada Tabel
2, 3 dan 4. sepeti dibawah ini :
Tabel 2. Daftar alat yang digunakan di Lapangan
Tabel 3. Daftar alat yang digunakan di Laboratorium
No . Alat Kegunaan
1 . Spektro UV-1800 Shimetzu
Fotometrik
Mengukur klorofil-a
2 . Centrifuge 5430 Eppendrof Mengendapkan kertas saring
3 .
4.
Spatula
Mikroskop Binokuler
Menghancurkan kertas saring
Untuk melihat fitoplankton
5 . Peralatan Glass (tabung reaksi,
pipet dll) Marienfeld
Membantu proses analisis klorofil-a
Tabel 4. Daftar bahan yang digunakan dalam penelitian
No. Bahan Kegunaan
1. Sampel Air Bahan untuk analisis kelimpahan
fitoplankton dan tingkat klorofil-a
2. Penyaring Whatman diameter
125 mm
Menyaring air sampel
No.
Alat
Kegunaan
1. Secchi disc Mengukur kecerahan
2. Mulititester Mengukur suhu air dan oksigen terlarut
3.
4.
GPS
Ember ukuran 50 L
Menentukan titik sampling penelitian
Pengambilan sampel air di perairan
5. Plankton Net nomor 25
ukuran 40µm
Pengambilan sampel air
6. Botol sampel 150 ml Menyimpan sampel air
7. Ice Box Wadah penyimpanan sampel
8. Alat Tulis, Kamera Digital Mencatat dan Dokumentasi
3 . Aquades Membersihkan alat
4. Kertas Alumunium foil Membungkus sampel klorofil
5. Plastik Membungkus sampel
6.
7.
Aseton 90 %
Lugol 4%
Melarutkan kertas saring
Mengawetkan sampel air
fitoplankton
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei, yaitu
metode penelitian yang tidak melakukan
perubahan (tidak ada perlakuan khusus)
terhadap variabel yang akan diteliti dengan
tujuan untuk memperoleh serta mencari
keterangan secara faktual tentang objek
yang diteliti. Data primer dalam penelitian
ini merupakan data hasil pengukuran secara
langsung terhadap parameter yang diamati,
sedangkan data sekunder diperoleh melalui
studi pustaka dari berbagai sumber dan
instansi terkait.
Metode dan alat yang digunakan dalam
Penelitian ini berdasarkan parameter fisika ,
kimia dan biologi yang ditampilkan pada
Tabel 5. sebagai berikut :
Tabel 5. Metode dan alat yang digunakan dalam pengukuran parameter biologi, fisika,
dan kimia perairan
No. Parameter Satuan Alat dan Metode Keterangan
Fisika
1. Suhu °C Multitester In situ
2. Kecerahan m Secchi disc/visual In situ
Kimia
3. DO Mg/l Multitester In situ
Biologi
4. Klorofil-a Mg/l Spektofotometrik/ekstrak
aseton
Lab
Metode Pengukuran
Penetuan Titik Sampling Penelitian
Penentuan titik sampling penelitian dilakukan
secara acak dengan menggunakan software
Ar.Gis 10.1 dan VSV yang datanya didapat
dari Citra Quick Bird dan Base Mab Bintan.
Dalam penelitian ini, titik sampling yang
diamati sebanyak 31 titik, dimana setiap titik
dilakukan 3 kali pengulangan di laboratorium
FIKP UMRAH.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan ember yang bervolume 50 L
(50.000 ml), kemudian air didalam ember
disaring dengan menggunakan Plankton net
No. 25 ukuran 40µm yang dilengkapi dengan
flowmeter ukuran 150 ml. Kemudian air yang
tersaring pada flowmeter ukuran 150 ml
diletakan kedalam botol sampel dan sampel
air diberi 3 - 4 tetes lugol 4 % (Zalmidian,
2015). Setelah itu botol sampel disimpan ice
box dan dibawa ke laboratorium FIKP
UMRAH untuk di teliti. Dimana sampel air
yang diambil akan digunakan untuk meneliti
kelimpahan fitoplankton dan kandungan
Klorofil-a di perairan.
Identifikasi dan Perhitungan Kelimpahan
Fitoplankton
Pengamatan jenis fitoplankton dilakukan
dengan metode sapuan yang menggunakan
Mikroskop Binokuler dengan perbesaran 40 x
dan 400 x. sampel air yang akan diamati
dibawah mikroskop diambil sebnyak 0,05 ml
dengan menggunakan pipet tetes dan
diteteskan keatas gelas objek yang kemudian
ditutup dengan cover glass yang tipis (Nontji,
2008). Sebelum pengamatan dilakukan, botol
sampel dikocok terlebih dahulu supaya
fitoplankton yang terdapat didalam botol
sampel tersebar merata dan mempunyai
kesempatan yang sama untuk terambil.
Fitoplankton yang telah diamati akan
diidentifikasi menurut Buku Identifikasi “
Marine and Fresh Plankton”(Dawes,1997) dan
“Website World Registration Of Marine
Species” (Worms, (2014) dalam Dewi,F.C.
(2015), untuk mempermudah identifikasi, jenis
fitoplankton yang diamati difoto dengan
menggunakan kamera digital / hp.
Fachrul (2007) dalam Dewi, F.C. (2015),
menyatakan kelimpahan fitoplankton
dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah
sel/ml, dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Vr 1
N = n x x x 1000
Vo Vs
Dimana :
N : Kelimpahan fitoplankton (ind / ml)
n : Jumlah sel yang diamati (ind)
Vr : Volume air yang tersaring (150 ml)
Vo : Volume air yang diamati (0,05 ml)
Vs : Volume air yang disaring (50.000 ml)
Pengukuran Klorofil-a
Pengukuran klorofil-a dapat dilakukan dengan
cara : (1) Air sampel yang sudah diambil
diperairan dibawa kelaboratorium untuk
dianalisis. (2) Air sampel tersebut disaring
menggunakan penyaring Whatman sebanyak
50 ml dengan bantuan pompa hisap (vacuum
pump). (3) Setelah disaring dengan penyaring
Whatman, lalu penyaring Whatman diambil,
kemudian dibungkus dengan kertas
alumunium foil, dengan maksud agar klorofil-
a yang tersaring tidak dapat melakukan
aktivitas fotosintesis, ini disebabkan karena
klorofil merupakan molekul yang sensitif
terhadap cahaya (Aminot dan Rey, 2000 dalam
Arifin, A. 2009). (4) Selanjutnya disimpan
dalam lemari pendingin dselama 24 jam agar
sel-sel fitoplankton yang telah disaring awet
dan untuk mempermudah pelepasan klorofil-a
dari sel-sel fitoplanktonnya. (5) Kertas sampel
yang digunakan untuk menyaring air sampel
tadi dilarutkan dalam aseton 90% sebanyak 5
ml. (6) lalu digerus dengan menggunakan
spatula untuk melarutkan klorofil agar
fitoplankton pecah dan klorofil lepas dan dapat
ditangkap oleh aseton. (7) Larutan
kemudian diendapkan menggunakan
sentrifuge 5430 Eppendrof selama 20
menit agar kertas saring mengendap dan
terpisah dari larutan klorofil. (8) kemudian
sampel air dianalisis dengan menggunakan
metode spectrofotometer. (9) Perhitungan
konsentrasi klorofil dilakukan dengan
mengukur absorbansi larutan sampel
dengan spektrofotometer UV-1800
Shimetzu Fotometrik dengan panjang
gelombang 665 nm dan 750 nm (
Heriyanto, 2009 dalam Hidayat,R. 2013) .
Menurut Heriyanto (2009) dalam
Hidayat,R. (2013) Perhitungan konsentrasi
klorofil dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
A°665 : Penyerapan spektrofotometer pada panjang gelombang 665 nm
A°750 : Penyerapan spektrofotometer pada panjang gelombang 750 nm
V : Ekstrak aseton (5 ml)
L : Panjang jalan cahaya pada cuvet (1 cm)
S : Volume sampel yang difilter (50 ml)
11,9 : Konstanta
Analisis Hubungan antara Kelimpahan
Fitoplankton dan Tingkat Klofil-ɑ di
Perairan
Hubungan antara kelimpahan fitoplankton
dan tingkat klorofil-ɑ perairan dapat
diketahui dengan menggunakan rumus
regresi linier sederhana dan analisi
korelasi. Analisis korelasi adalah mencoba
mengukur kekuatan hubungan antara dua
peubah, yaitu x dan y melalui sebuah
bilangan yang disebut koefisien korelasi,
dilambangkan dengan r. Nilai r mengukur
sejauh mana titik-titik menggerombol
sekitar sebuah garis lurus. Bila nilai r
mendekati +1 atau -1, hubungan antara
kedua peubah itu kuat dan dapat dikatakan
terdapat korelasi yang tinggi antara
keduanya. Akan tetapi bila nilai r
mendekati 0, hubungan linear x dan y
sangat lemah atau mungkin tidak ada sama
sekali. Berikut ini adalah rumus persamaan
regresi (Walpole, 1995 dalam Arifin,
R.2009) :
Keterangan :
y = peubah tak bebas [klorofil-a(μg/l)]
x = peubah bebas [kelimpahan
fitoplankton (Ind/ml)]
a = intersep atau perpotongan dengan
sumbu tegak
b = kemiringan atau gradient
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Jenis dan Kelimpahan
Fitoplankton
Jenis Fitoplankton
Berdasarkan hasil identifikasi
fitoplankton di kawasan Kelurahan
Senggarang dari titik 1 – 31, ditemukan 23
jenis fitoplankton dari 4 kelas
fitoplankton, yaitu : kelas
Baccilariophyceae, Dinophyceae,
Cyanophyceae, dan Chlorophyceae. 7 jenis
dari kelas Baccilariophyceae, 2 jenis dari
kelas Dinophyceae, 6 jenis dari kelas
Cyanophyceae, dan 3 jenis dari kelas
Chlorophyceae. Jenis fitoplankton dapat
dilihat pada lampiran 1, 2, dan 3. Kelas
Baccilariophyceae terdapat hampir
disemua titik, untuk lebih jelas dapat
dilihat pada grafik 1.
Klorofil-a(μg/l)= 11.9 (A°665 - A°750) V / L x 1000 / S
y = a + bx
Grafik 1. Komposisi Kelas Fitoplankton di Perairan Kelurahan Senggarang
Hal ini mengindikasikan bahwa kelas
Baccilariophyceae memiliki penyebaran
yang luas. Kondisi ini merupakan hal umum
terjadi di perairan laut seperti yang
dikemukan oleh Nybakken (1992) dalam
Yuliana, dkk. (2012) menyatakan bahwa
kelas fitoplankton yang sering dijumpai di
laut dalam jumlah yang besar adalah kelas
Baccilariophyceae. Ini diduga karena
organisme dari kelas Baccilariophyceae
mempunyai toleransi dan daya adaptasi yang
tinggi terhadap perubahan lingkungan laut.
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Odum
(1998) dalam Arinardi et al. bahwa jenis
fitoplankton tersebut merupakan produsen
yang dominan pada tingkat trofik di wilayah
perairan manapun.
Kelimpahan Fitoplankton
Berdasarkan dari hasil penelitian,
kelimpahan fitoplankton dari titik 1 – 31
memiliki nilai yang bervariasi yaitu, berkisar
antara 90 – 1680 ind/ml. Nilai tertinggi
terdapat pada titik 22 (1680 ind/ml) dan nilai
terendah terdapat pada titik 4 ( 90 ind/ml ).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
Gambar 4 dibawah ini :
Gambar 4. Tabel data rata –rata kelimpahan
fitoplankton dari titik 1 – 31
Keterangan :
: Kelimpahan fitoplankton terkecil
: Kelimpahan fitoplankton terbesar
0
500
1000
1500
2000
2500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Bacillariophyceae
Dinophyceae
Cyanophyceae
Chlorophyceae
Ju
mla
h
Titik
Kelimpahan fitoplankton tertinggi
berada pada titik 22 disebabkan karena
parameter – parameter lingkungan yang
mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan fitoplankton. Pada titik ini
parameter fisika kimia berada pada kisaran
yang sesuai. Dimana suhu, kecerahan dan
oksigen terlarut perairan berada pada nilai
yang optimal bagi pertumbuhan fitoplankton.
Suhu berkisar antara 30.8 - 31.3°C,
kecerahan antara 110 - 120 cm (1.1 – 1.2 m)
dan Do antara 7.7 - 7.9 mg/l. Kisaran suhu
ini sesuai dengan pernyataan Nontji (1993)
dalam Hidayat. R (2013) yang
mengemukakan bahwa suhu perairan
Nusantara umumnya berkisar antara 28 -
31°C. Sedangkan kisaran suhu yang
optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di
perairan berkisar antara 20 - 30°C (Effendi,
2003). Suhu dilokasi penelitian masih
termasuk dalam kisaran tersebut. Sedangkan
kisaran DO di perairan ini termasuk baik
karena kisarannya lebih dari 5, hal ini
diperkuat dengan pernyataan Sastrawijaya
(1991) dalam dalam Rashidy, E.A, dkk.
(2013) menyatakan bahwa kehidupan di air
masih dapat bertahan jika ada oksigen
terlarut minimum sebesar 5 mg/L, yang
berarti kadar O2 terlarut di setiap stasiun
pengamatan masih dapat mendukung
kehidupan di perairan tersebut.
Kelimpahan fitoplankton terendah berada
pada titik 4, disebabkan karena parameter
fisika perairan yang kurang mendukung bagi
pertumbuhan dan perkembangan
fitoplankton. Kecerahan pada titik ini hanya
sebesar kecerahan 80 cm (0.8 m), hal ini
diduga karena pada titik ini merupakan
daerah transportasi dan pemukiman. Untuk
data kecerahan, suhu dan Do dapat dilihat
pada Lampiran 4, 5 dan 6.
Klorofil-a pada Fitoplankton (μg/l)
Kosentrasi klorofil-a di perairan
Kelurahan Senggarang berkisar antara 2.38
– 195.16 μg/l. Kosentrasi klorofil-a terendah
ditemukan pada titik 4 dengan nilai 2.38 μg/l,
dan klorofil-a tertinggi pada titik 22 dengan
nilai 195.16 μg/l.
Kandungan klorofil-a pada setiap
titik di perairan Kelurahan Senggarang
menunjukan nilai yang bervariasi. Variasi
kosentrasi klorofil-a di perairan Kelurahan
Senggarang mungkin disebabkan karena
kondisi masing – masing titik sampling yang
berbeda. Kondisi lingkungan suatu perairan
dapat mempengaruhi keadaan kualitas air
tersebut. Hal ini ditunjukan pada titik 4 dan
titik 22, dimana titik 4 memiliki tingkat
klorofil yang rendah karena pada titik ini
kelimpahan fitoplanktonnya juga rendah. Ini
diduga karena merupakan daerah transportasi
laut dan pemukiman, yang menyebabkan
tingkat kecerahan perairan menurun sehingga
mengganggu aktivitas fitoplankton yang
berdampak pada tingkat klorofilnya.
Menurut Basmi (1995) dalam Hidayat, R
(2013) menyatakan bahwa kecerahan penting
karena erat kaitannya dengan proses
fotosintesis yang terjadi di perairan secara
alami. Kecerahan menunjukan sampai sejauh
mana cahaya dengan intensitas tertentu dapat
menembus kedalaman perairan. Dari total
sinar matahari yang jatuh ke atmosfer dan
bumi, hanya kurang dari 1% yang ditangkap
oleh klorofil (di darat dan air), yang dipakai
untuk fotosintesis. Sedangkan pada titik 22
memiliki tingkat klorofil yang tinggi karena
pada titik ini kelimpahan fitoplanktonnya
tinggi. Hal ini diduga karena pada titik ini
parameter fisika kimia perairan dalam
kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan
perkembangan fitoplankton. Titik ini
merupakan daerah lamun. Tingkat klorofil-a
dapat dilihat pada Grafik 3.
Grafik 3. Tingkat klorofil-a pada titik 1 – 31
Perairan Kelurahan Senggarang
dikategorikan sebagai perairan yang cukup
produktif dalam keadaan yang normal
(bagus) karena memiliki nilai rata- rata
konsentrasi klorofil-a sebesar 71.37 μg/l.
Kandungan klorofil-a pada fitoplankton di
suatu perairan dapat digunakan sebagai salah
satu ukuran dalam melihat kesuburan
perairan. Kualitas perairan yang baik
merupakan tempat hidup yang baik bagi
fitoplankton, karena kandungan klorofil-a
fitoplankton itu sendiri dapat dijadikan
indikator tinggi rendahnya produktivitas
suatu perairan (Ardiwijaya, 2002).
Hubungan antara Kelimpahan
Fitoplankton dengan Tingkat Klorofil-a di
Perairan Kelurahan Senggarang
Dalam menganalisis hubungan
kelimpahan fitoplankton terhadap kandungan
klorofil-a perairan digunakan metode analisis
regresi linier sederhana. Untuk melihat
hubungan kelimpahan fitoplankton dan
tingkat klorofil-a perairan dapat dilihat dari
Grafik 4.
0
50
100
150
200
250
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Tingkat Klorofil-a (mg/l)
Total
Titik
y = 0.1465x + 0.7614 R² = 0.7487
0
50
100
150
200
250
300
0 500 1000 1500 2000
Klo
rofi
l-a
(µg/
l) /
Y
Kelimpahan Fitoplankton (ind/ml) / X
Kelimpahan Fitoplankton dan Tingkat Klorofil-a
Klorofil-a (µg/l) / Y
Linear (Klorofil-a (µg/l) /Y)
Grafik 4. Kelimpahan fitoplankton dan tingkat klorofil-a menggunakan analisis regresi
Berdasarkan hasil analisis regresi,
Koefisien determinans (R2) = 0.7487.
didapat nilai koefisien korelasi (r) = 0.865 .
Hasil korelasi menunjukkan bahwa
hubungan antara klorofil-a pada fitoplankton
adalah kuat. Hal ini karena nilai r
(koefisien korelasi) mendekati +1.
Bila nilai r ( koefisien korelasi) mendekati
+1atau -1, hubungan antara kedua peubah itu
kuat dan dapat dikatakan terdapat korelasi
yang tinggi antara keduanya. Akan tetapi bila
nilai r mendekati 0, hubungan linear x dan y
sangat lemah atau mungkin tidak ada sama
sekali. Kemudian nilai koefisien determinans
(R2) bernilai 0.7487 artinya persentase
pengaruh kelimpahan fitoplankton terhadap
klorofil-a perairan adalah sebesar 74.87%
dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain
seperti suhu, kecerahan dan Do.
Secara linier hubungan antara klorofil-a
dengan kelimpahan fitoplankton mempunyai
persamaan regresi yaitu : y = 0.1465x +
0.7614 dimana setiap peningkatan
fitoplankton akan meningkatkan kandungan
klorofil-a sebesar 0.1465 satuan.
Jadi hubungan kelimpahan fitoplankton
dengan tingkat klorofil perairan
menggunakan analisis linier sederhana
menghasilkan hubungan berbanding lurus.
Dimana klorofil-a dapat digunakan untuk
memprediksi kelimpahan fitoplankton
dengan regresi R2
sebesar 0.7487 atau
74.87%.
Perairan Kelurahan Senggarang
berdasarkan tingkat klorofil-a termasuk
dalam perairan Oligotrofik dengan rata – rata
klorofil-a sebesar 71.37 μg/l (Lampiran 8).
Menurut Henderson.S dan Markland (1987)
dalam Dhariyan (2013), menyatakan bahwa
konsentrasi klorofil-a pada kisaran 0 - 4
μg/m3 tergolong oligotrofik, 4 - 10 μg/m
3
tergolong mesotrofik dan 10 - 100 μg/m3
tergolong eutrofik.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan untuk mengetahui hubungan
kelimpahan fitoplankton dan kandungan
klorofil-a perairan Kelurahan Senggarang
diperoleh informasi sebagai berikut :
1. Jenis yang sering ditemukan setiap
titik adalah Fragillaria crotonensis,
berasal dari kelas
Baccilariophyceae. Kelimpahan
rata – rata dari titik 1 – 31 antara
90 – 1680 ind/ml.
2. Kosentrasi klorofil-a di perairan
Kelurahan Senggarang berkisar
antara 2.38 – 195.16 μg/l. dengan
rata – rata sebesar 71.37 μg/l.
3. Berdasarkan hasil analisis regresi
dan korelasi, hubungan antara
kelimpahan fitoplankton dan
tingkat klorofil-a perairan
berbanding lurus dan menunjukan
hubungan yang kuat.
Jadi, dengan melihat kelimpahan
fitoplankton dan tingkat klorofil-a perairan,
maka dapat disimpulkan bahwa perairan
kelurahan senggarang termasuk dalam tipe
perairan oligotrofik. Selain itu hasil
penelitian menunjukan bahwa klorofil dapat
digunakan untuk memprekdiksi kelimpahan
fitoplankton.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiwijaya, R.R. 2002. Distribusi horizontal
klorofil-a dan hubungannya dengan
kandungan unsur hara serta kelimpahan
fitoplankton di Teluk Semangka, Lampung.
Program Studi MSP. FPIK. IPB. Bogor.
Jurnal.
Arifin, R. 2009. Distribusi Spasial dan
Temporal Biomassa Fitoplankton (Klorofil-
a) dan Keterkaitannya Dengan Kesuburan
Perairan Estuari Sungai Brantas,Jawa
Timur. Program Studi MSP.
FPIK.IPB.Bogor. Jurnal.
Bengen, D. G. 2000. Tehnik pengambilan
contoh dan analisa data biofisik sumberdaya
pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Lautan-IPB.Bogor.
Dhariyan. blogspot. 2013. Klorofil-a Perairan
dan Lingkungan Sekitar.
http://www.dhariyan.blogspot.co.id./
2013/09/klorofil-a.html (31 Juli 2016)
Dewi,F.C. 2015. Struktur Komunitas
Fitoplankton di Perairan Selat Bintan Pulau
Pengujan Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten Bintan.Program Studi
IKL,FIKP.UMRAH. Tanjungpinang. Skripsi.
Effendi. H. 2003 Telaah Kualitas Air (Bagi
Pengelolahan Sumber Daya dan
Lingkungan).Kanisius Yogyakarta.
Hidayat,R. 2013. Kajian Kandungan
Klorofil-a pada Fitoplankton terhadap
Parameter Kualitas Air di Teluk
Tanjungpinang Kepulauan Riau. Program
Studi MSP. FIKP.UMRAH. Tanjungpinang.
Jurnal.
Hutabarat, S dan Evans, M. S.
2008.Pengantar Oseanografi. Penerbit
Universitas Indonesia : Jakarta.
Karuwal, J.W.Ch. 2015. Hubungan
Parameter Fisika Perairan dengan Struktur
Menegak Komunitas Plankton di Teluk
Ambon Dalam. Fakultas Pertanian.
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
Ambon. ISSN : 1907-7556. Jurnal.
https://jurnalee.files.wordpress.com/2
015/07/hubungan-parameter-fisik-perairan-
dengan-stuktur-menegak-komunitas-
plankton-di-teluk-ambon-dalam.pdf
KEMEN. Lingkungan Hidup No. 51 Tahun
2004. Standar Baku Mutu Air Laut.
https://www.scribd.com/doc/62200031/Lmp
1-Kemen-LH-51-2004-Standar-Baku-Mutu-
Air-Laut
Marlian, N. 2015. Distribusi Horizontal
Klorofil-a Fitoplankton Sebagai Indikator
Tingkat Kesuburan Perairan di Teluk
Meulaboh Aceh Barat. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia (JIPI). ISSN 0853-4217. Jurnal.
http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI
Muhtasor, M.Eng. 2007. Pencemaran Pesisir
dan Laut. PT Pradnya Paramita : Jakarta.
Nontji,A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press.
Indonesia. Jakarta.
________2006. Tiada Kehidupan di Bumi
tanpa Keberadaan Plankton. LIPI,Jakarta.
Purwandani, R. 2014.Phytoplankton sebagai
Parameter Kualitas Air. 20 November 2014.
Jurnal.
http://www. riska – purwandani - fpk14.
Web. unair.ac.id/ artikel _ detail -116591
Phytoplankton – Phytoplankton % 20
sebagai % 20 Parameter % 20Kualitas%
20Air. Html
Rashidy, E.A. dkk. 2013. Komposisi dan
Kelimpahan Fitoplankton di Perairan
Kelurahan Tekolabbua, Kecamatan
Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Provinsi
Sulawesi Selatan. Jurusan Biologi. FMIPA.
Universitas Hasanuddin. Jurnal Alam dan
Lingkungan. Sulawesi Selatan. Jurnal.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle
/123456789/9611/JURNAL%20ALAM%20
%26%20LINGK%20AGUSTUS%202013.p
df?sequence=1
Roshisati,I. 2001. Distribusi Spasial dan
Temporal Biomassa Fitoplankton (Klorofil-
a) di Perairan Teluk Lampung pada Bulan
Mei,Juli,dan September 2001. Program Studi
MSP. FPIK. IPB. Bogor. Jurnal.
Simanjuntak, M. 2009. Hubungan Faktor
Lingkungan Kimia, Fisika Terhadap
Distribusi Plankton di Perairan Belitung
Timur Bangka Belitung. Pusat Penelitian
Oseanografi – LIPI. Bangka Belitung. ISSN:
0853-6384. Jurnal.
http://www.journal.ugm.ac.id/index.p
hp/jfs/article/viewFile/2970/pdf_19
Wibisono. M. S. 2005. Pengantar Ilmu
Kelautan. Penerbit PT. Grasindo. Jakarta.
Wikipedia, 2015.
Senggarang,_Tanjung_Pinang_Kota,
Tanjung_Pinang.
https://id.wikipedia.org/wiki/Senggarang,_Ta
njung_Pinang_Kota,Tanjung_pinang.htm
Yuliana, dkk. 2012. Hubungan Antara
Kelimpahan Fitoplankton dengan Parameter
Fisika – Kimiawi Perairan di Teluk Jakarta.
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Perairan. SPs. IPB. ISSN 0853 – 2523.
Jurnal.
http://jurnal.unpad.ac.id/akuatika/article/dow
nload/1617/1605
Zalmidian, 2015. Struktur Komunitas
Fitoplankton di Perairan Sei. Carang Kota
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
Program Studi MSP. FIKP. UMRAH.
Tanjungpinang. Skripsi.