abstrak - institutional repository uin syarif hidayatullah...
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam untuk melakukan shalat
berjamaah dan berbagai aktivitas keagamaan yang berpusat dimasjid. Masjid juga
sebagai pengembangan umat islam dari segi intelektual, emosional dan spiritual
agar membentuk pribadi-pribadi yang berakhlaq baik dan mampu menghadapi
perkembangan zaman dengan ilmu pengetahuan yang islami.
Masjid Astra adalah masjid perkantoran yang dikelola oleh Yayasan
Amaliah Astra yang didirikan oleh PT. Astra Internasional Tbk. Masjid Astra
sebagai pusat ibadah dan kajian Islam bagi para karyawan dan masyarakat Sunter.
Yayasan Amaliah Astra dalam mengelola atau memenej aktifitas keagamaan di
masjid Astra menggunakan fungsi-fungsi manajemen secara umum yakni POAC
(Planning, Organizing, Actueting, Controlling ), namun dalam sistem pengawasan
internal yang dilakukan Yayasan Amaliah Astra menggunakan sistem PDCA
( Planning, Do, Check, Action ), sehingga dapat mengukur progress kinerja para
pengurus dan anggota.
Dalam penulisan skripsi ini, Penulis meneliti untuk mengetahui bagaimana
aplikasi manajemen Masjid Astra Sunter dalam meningkatkan aktifitas
keagamaan karyawan Astra. Terkait aplikasi manajemen maka penulis
memfokuskan pada fungsi-fungsi manajemen yakni planning, organizing,
actuating dan controlling yang dilakukan oleh masjid Astra.
Untuk mengetahui aplikasi manajemen masjid Astra, penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu prosedur sebuah penelitian yang
menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau
pelaku yang diamati. Dari hasil yang diamati, penulis menilai bahwa aplikasi
manajemen masjid Astra sudah cukup baik. Baik itu dari segi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Apa lagi didukung dengan sistem
PDCA dalam pengawasan internal Yayasan Amaliah Astra pada Masjid Astra
Sunter, sehingga segala aktifitas dakwah berjalan dengan baik sesuai dengan
perencanaan.
i
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Alhamdulillah, segala puji serta rasa syukur yang teramat dalam, penulis
panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis
haturkan kepada para nabi dan rasul, Muhammad saw kepada keluarganya,
sahabatnya dan orang-orang yang berdakwah serta mengikuti petunjuknya hingga
akhir zaman.
Penulis sangat berbahagia dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang
berjudul ”Manajemen Masjid Astra dalam Meningkatkan Aktifitas
Keagamaan Karyawan PT. Astra Sunter Jakarta Utara“. Dengan penuh
perjuangan dan pengorbanan penulis lalui sehingga pada akhirnya dapat
terselesaikan juga.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
segi moril maupun materil oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayah Emod Nursomad dan Ibu Djuarsih yang memberikan banyak
perhatiannya, pengorbanannya dan motivasinya sehingga penulis dapat tegar
dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, I love abi dan umi.
2. Kurnia Ningsih dan Edi Kurniawan, Efi dan Ari Sesar Wijaya terima kasih
atas saran, dukungan dan doanya.
iii
3. Dr. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
beserta staf-stafnya yang telah banyak membantu dari segi administrasi dan
dalam proses kegiatan belajar mengajar.
4. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban MA. Selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi di Jurusan
Manajemen Dakwah.
5. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah yang telah membantu penulis dalam administrasi di fakultas.
6. Dr. Idris Abdul Shomad MA. Selaku pembimbing yang telah bersedia
mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran dan
nasehatnya yang bermanfaat, semoga Allah selalu memberikan rahmat dan
perlindunganNya.
7. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang banyak
membantu penulis dalam memberikan reverensi buku- buku dalam
penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Syaefurrohman, Muhammad Syarif dan Ahmad Luthfy Achtar yang
sudah berkenan mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di masjid
Astra Sunter Jakarta Utara
9. Teman-teman aku yang di Y.UPEKA tetap semangat dalam berdakwah di
jalan Allah. khususnya Ajat, Barian, Purwandi, dan Sandi serta akhwatnya
Efi Kamisah, dan Dewi Marini terima kasih atas dukungan dan perhatian
iv
teman-teman sehingga penulis menjadi semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Teman-teman aku seperjuangan angkatan 2005-2006 Manajemen Dakwah
“B“. yang telah memberikan motivasi penulis agar segera menyelesaikan
skripsi. Khususnya buat Anggriansyah yang gagah, Indrawan yang
organisator dan Asif yang kalem serta Winarto yang tegas.
11. Terimakasih kepada para penguji yang sudah berkenan meluangkan waktu
untuk dapat memberikan saran dan masukan.
12. Semua pihak yang membatu dan memotivasi serta memberikan kritik dan
saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Semoga amal baiknya diterima dan dilipat gandakan
oleh Allah. Amin Ya Rabbal a’lamin.
Atas bantuan moril maupun materil semua pihak, penulis mengucapkan
banyak terimakasih, semoga Allah memberikan kemudahan dalam hidupnya,
diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya dalam ketaatan kepada Allah. Dan
semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya buat
pembaca.
Jakarta, 11 Maret 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… v
Bab I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………..… ……. 1
B. Pembatasan dan Perumusan masalah…………………………. 5
C. Tujuan dan Manfaat penelitian……………………………….. 6
D. Metode Penelitian……………………………………………… 7
E. Tinjauan Pustaka……………………………………………… 9
F. Sistematika penulisan………………………………………… 9
Bab II : TINJAUAN TEORITIS………………………………………. 11
A. Manajemen…………………………………………………… 11
1. Pengertian manajemen…………………………………… 11
2. Fungsi-fungsi manajemen………………………………… 13
3. Unsur-unsur manajemen………………………………….. 16
B. Masjid…………………………………………………………. 18
1. Pengertian Masjid………………………………………….. 18
2. Fungsi Masjid………………………………………………. 20
3. Peranan Masjid……………………………………………... 22
C. Pengertian Manajemen Masjid………………………………… 26
D. Pengertian Aktifitas Keagamaan………………………………. 27
E. Pengertian dan Karakteristik Karyawan ………………………. 32
vi
Bab III : GAMBARAN UMUM MASJID ASTRA……………….. 36
A. Sejarah berdirinya Masjid Astra…………………………… 36
B. Letak Geografis……………………………………………. 39
C. Visi, Misi dan Tujuan Masjid Astra……………………….. 39
D. Program Kegiatan Masjid Astra……………………………. 41
E. Struktur kepengurusan Masjid Astra………………………… 42
F. Sarana dan Prasarana Masjid Astra…………………………. 45
Bab IV: ANALISIS MANAJEMEN MASJID ASTRA DALAM
MENINGKATKAN AKTIFITAS KEAGAMAAN KARYAWAN… 48
A. Aplikasi Manjemen Masjid Astra Sunter…………………… 51
1. Planing ( Perencanaan )…………………………. 51
2. Organizing ( Pengorganisasian )………………… 71
3. Actuating ( Penggerakkan )…………………….. 73
4. Controling ( Pengawasan )……………………… 75
5. Analisis SWOT…………………………………. 77
B. Kegiatan Keagamaan di Masjid Astra Sunter………………. 81
C. Faktor penghambat dalam Manajemen Masjid Astra Sunter dan cara
Penyelesaiannya…………………………………………….. 83
Bab V : PENUTUP……………………………………………………. 84
A. Kesimpulan…………………………………………………. 84
B. Saran-saran………………………………………………….. 85
Daftar Pustaka…………………………………………………………… 86
Lampiran-lampiran……………………………………………………….. 89
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika Rasulullah tiba di Madinah dalam perjalanan hijrah dari Mekkah,
program pertama yang dilakukan Rasulullah SAW adalah mendirikan masjid
yang dikenal dengan Masjid Quba. Tujuan Rasulullah mendirikan masjid tersebut
adalah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT bagi orang-orang yang
beriman. Hal itu menggambarkan bahwa masjid adalah lembaga risalah yang
memiliki fungsi dan peran utama dalam membangun khoirul ummah.
Agar kebersamaan dalam perjuangan bisa termanifestasi, persamaan
persepsi perjuangan dan strateginya yang merupakan suatu yang harus dilakukan.
Masjid merupakan sarana yang paling tepat untuk melakukan itu, karena masjid
memiliki kedudukan yang penting dalam masalah ini, yakni sarana perjuangan
bagi umat muslimin.1
Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang pertama dibangun oleh
Rasulullah SAW pada saat hijrah ke Madinah. Sebagaimana firman Allah SWT :
1 Ahmad Yani, Perjuangan Memakmurkan Masjid : Kajian Praktis Bagi Aktifis Masjid,
( Jakarta : Dea Press, 2000 ), Cet. Ke- 3
1
2
∫∇ ⊂⟩≅…≅⎥ϖ≅≈Α ∫ℜ Β≅∫≥ ∫Α ∫⊄ ⎠ϕ≅≅⎠α ⟩⇐ ⎮Α ⎠ℜ ⎮⊂≅∫∈≅⎮≈Α∫⊄
⎠⊃≅⎟>…≈Α Β≅⎠Ι ∫⊕≅∫↵ ⟩Α ⎮⊕≅∫↵ ⎠⊃≅⎟>…≅≈Α∫φ≅⎠ς≅⟩ν≅∫↵ ⌠ϕ≅⌠
ℵ≅⎮♦≅∫⊆ Β≅∫ℵ≅⎥≅℘⎠Α
⎮⊕≅⎠↵ Α⎮⊂≅⌠℘ ⎮⊂≅⌠÷⎥≅⊆ ⎮∅∫Α ∫≠⎠≅⋅≅Φ⟩≈ ⊄⌠Α ©≅⟩Φν≅
⎮♦≅∫↓ ∫⊃≅⎟>…≈Α ⎥⇐⎠Α ∫σ≅⎮β≅∫⊆ ⎮ℑ≅∫≈ ∫⊄ ∫∇ ⊂⟩≅• ⎥λ≅≈Α ©∫≅
Μ ⟩Α ∫⊄
∫⊕≅⎮⊆ ⎠φ≅∫Ν≅⎮∪≅≅⌠
ℵ≅≈⎮Α
Artinya : Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.( QS. At-Taubah : 18 ) Sebagai umat Islam, kita tidak boleh puas hanya sampai pada keberhasilan
membangun masjid yang megah, karena itu Rasulullah SAW mengingatkan agar
diperhatikan dan diupayakan juga pemakmuran masjid seoptimal mungkin
sesudah pembangunannya selesai. Karakter dan identitas seseorang yang hatinya
meyakini bahwasannya ia beriman kepada Allah dan hari akhir ialah orang-orang
yang senantiasa terpaut hatinya untuk memakmurkan masjid sebagai tempat
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sesungguhnya orang yang beriman
akan mendapatkan pertolongan Allah di mana tidak ada pertolongan pada hari
kiamat yakni salah satunya orang yang memakmurkan masjid. Jangan sampai
sebuah masjid yang dibangun dengan megah dan indah, tetapi hanya sedikit orang
yang memakmurkannya. Rasulullah SAW bersabda :
يا تي على ا لناس ز ما ن يتبا هو ن بالمسجد ثم ال يعمرو نها ا ال
)ر واه ابو داود (قليال
3
Artinya : Sungguh akan datang pada umatku suatu masa di mana mereka saling bermegah-megahan dengan membangun masjid tapi yang memakmurkannya hanya sedikit ( HR Abu Daud ) Untuk dapat mengoptimalkan fungsi dan peran masjid pada masa ini, kita
harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana masjid difungsikan pada masa
Rasulullah SAW, sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT.
Menurut Miftah Faridl: Masjid adalah peradaban Islam, bukan sekedar sebuah tempat kegiatan keagamaan dan kebudayaan, tetapi merupakan suatu tata kelembagaan yang menjadi sarana pembinaan masyarakat dan keluarga muslim serta insan-insan peradaban Islam. 2
Kehidupan dan perkembangan Islam berpangkal di Masjid dan berujung di
Masjid. Dikatakan demikian, karena masjid merupakan awal kebangkitan umat
Islam mulai dari pembinaan generasi yang tangguh, tempat bermusyawarah, dan
juga sebagai tempat memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara umat Islam.
Masjid secara sederhana mengandung arti dan fungsi sebagai tempat umat
Islam melaksanakan shalat berjamaah, berzikir, mengikuti khutbah jum’at serta
masjid juga sebagai tempat umat Islam melaksanakan ibadah sunnah yakni i’tikaf
di bulan Ramadhan.
Masjid mempunyai fungsi yang lebih luas dari itu. Sebagaimana kita
ketahui, pada zaman Rasulullah SAW dan para sahabatnya, masjid merupakan
satu-satunya pusat aktivitas umat Islam. Ketika itu, Rasulullah SAW memulai
membina para sahabat yang menjadi kader tangguh dan terbaik umat Islam
generasi awal untuk memimpin, memelihara dan mewarisi ajaran-ajaran agama
dan peradaban Islam yang bermula dari masjid.
Keberadaan masjid yang disebut sebagai “Rumah Allah“, selain
melambangkan eksistensi umat Islam, juga melambangkan kesatuan pengabdian
2 Ahmad Yani dan Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, ( Jakarta : LP2SI Haramain, 2001), h.10
4
dan ketaatan manusia kepada Sang Khaliq yakni Allah SWT. Kesatuan dalam
aqidah maupun kesatuan dalam menjalankan prinsip-prinsip muamalat.
Dalam perjalanan sejarah dunia Islam, masjid yang eksis di tengah-tengah
umat pada kurun waktu berabad-abad yang silam di Timur Tengah, Asia Tengah,
Asia Selatan sampai Asia Tenggara telah mempotensikan masjid sebagai tempat
pendidikan. Pada masa itu banyak mu’minin yang menuntut ilmu di masjid-
masjid terpenting di Saudi Arab (Mekah dan Madinah), Kairo, Baghdad (Irak),
Cordova (Spanyol), dan lain-lain. Dan setelah itu mereka kembali ke tanah air
masing-masing sebagai agen perubahan, reformis Islam dan pejuang kemerdekaan
bagi bangsanya.3.
Seiring perjalanan waktu, maka kemajuan dan kesejahteraan umat Islam
seharusnya tetap berbasis di masjid. Jama’ah masjid adalah sumber daya umat
yang secara terus-menerus harus ditingkatkan kualitasnya, baik kualitas keimanan,
keislaman, akhlak/moral, tutur kata, kecerdasan maupun tingkat kesejahteraan
sebagai khairul ummah (umat terbaik) yang seharusnya menjadi uswatun hasanah
di tengah-tengah masyarakat heterogen.
Dilihat dari segi bangunannya Masjid Astra Sunter cukup megah dan
indah, namun tidak hanya keindahannya, manajemen yang diterapkannya pun
sangat baik, ini dilihat dari segi program kegiatan-kegiatannya yang dilaksanakan
begitu banyak serta pengurus yang konsisten dalam memakmurkan masjid.
Masjid Astra ini terletak di tengah-tengah pabrik industri yang berada
dijalan Gaya Motor Raya. No 3 Sunter II Jakarta Utara tepatnya berada di depan
Astra Internasional, karena letaknya di daerah pabrik industri kemungkinan orang-
3 Ahmad Jauhari, Kumpulan Naskah Khutbah Juam’at Membentuk Genarasi Qur’ani,
(Jakarta : BMI Departemen Agama RI, 2007) h.28-30
5
orang yang datang ke masjid untuk sholat berjamaah dan mengikuti kajian-kajian
keislaman ke masjid Astra adalah para karyawan. Kita mengetahui bahwa
karyawan adalah orang yang bekerja di suatu lembaga / perusahaan yang rata-rata
berorientasi kepada maisyah atau finansial yang bersifat keduniawian .
Masjid Astra Sunter merupakan tempat ibadah dan peningkatan aktifitas
keagamaan bagi para karyawan yang berorientasi kepada ukhrawi atau yang
bersifat akhirat agar seimbang kebutuhan karyawan baik dari segi dunia maupun
akhirat maka pengurus masjid Astra mengoptimalkan fungsi masjid dalam hal
memakmurkannya
Dari permasalahan di atas penulis akan meneliti sejauh mana penerapan
Manajemen Masjid Astra Sunter dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan
Karyawan PT. Astra Sunter. Agar terbentuknya kesejahteraan lahir dan batin
karyawan. Sehingga menjadi manusia yang bertaqwa yang mengharapkan hanya
keridhaan Allah SWT.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi perluasan permasalahan dan konsistensi persoalan yang
dibahas, maka dalam skripsi ini penulis akan membatasinya pada masalah
manajemen Masjid Astra dalam meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan
Astra Sunter di Jakarta utara.
2. Perumusan Masalah
Agar dalam pembahasan lebih terarah dan terfokus, maka penulis perlu
membuat sebuah rumusan. Penulisan skripsi ini dirumuskan dalam rangka
6
menjawab permasalahan : Bagaimana Aplikasi Manajemen Masjid Astra Sunter
dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Karyawan Astra ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Akademik
Skripsi ini diharapkan dapat menambah cakrawala dan khazanah Ilmu
Pengetahuan khususnya Jurusan Manajemen Dakwah, dan umumnya pada
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta
b. Praktis
1. Untuk mengetahui aplikasi manajemen yang telah diterapkan oleh pengurus
Masjid Astra Sunter dalam menjalankan aktifitas dakwahnya.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat yang dihadapi oleh Masjid
Astra Sunter dalam manajemen dakwah yang diimplementasikan serta
mencari tahu bagaimana penyelesaiannya dalam menghadapi hambatan-
hambatan tersebut.
3. Tujuan yang diharapkan dari penulis skripsi adalah memberikan saran
pemikiran bagi proses pengelolaan manajemen masjid Astra Sunter.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaatnya dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan acuan dalam rangka pengembangan kegiatan dakwah
karyawan di masjid Astra Sunter khususnya dan umumnya pada masjid-
masjid yang lain.
7
2. Mendapatkan masukan berupa data-data yang akan dijadikan bahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Untuk menambah dan meningkatkan wawasan penulis tentang manajemen
Masjid Astra Sunter.
D. Metodelogi Penelitian
1. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Masjid Astra
Sunter Jakarta Utara sebagai sarana ibadah dan pengembangan, dalam hal ini
penulis mengambil data-data dari pimpinan dan pengurus Masjid Astra Sunter
Jakarta Utara .
b. Objek penelitian
Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini yaitu bagaimana aplikasi
manajemen Masjid Astra dalam meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan
Astra Sunter Jakarta utara.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif,
menurut Taylor yang dikutip oleh Lexy Moeleong, Penelitian Kualitatif adalah
prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang atau pelaku yang diamati.4
4 Lexy Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung : Remaja Karya, 1989 ), h. 3
8
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data yaitu dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi, sebagai berikut:
a. Teknik Observasi
Observasi yakni penulis mendatangi langsung ke tempat penelitian di masjid
Astra Sunter guna memperoleh data yang tajam, akurat dan faktual tentang hal-hal
yang menjadi objek penelitian. Selain itu, penulis juga melihat, mendengar dan
mengamati langsung dari dekat kegiatan kepengurusan masjid Astra .
b. Teknik Wawancara
Wawancara ini dilakukan oleh penulis agar memperoleh data yang objektif
mengenai program kepengurusan masjid dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan secara langsung kepada nara sumber tentang segala sesuatu yang
berkaitan langsung dengan penulis. Dalam hal ini dengan pimpinan dan pengurus
masjid Astra Sunter.
c. Teknik Dokumentasi
Yaitu peneliti mencari, membaca dan mempelajari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan tertulis seperti jurnal, buletin, agenda, notulen
rapat dan brosur yang terdapat di masjid Astra Sunter dan sebagainya.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis membatasi waktu penelitian pada bulan September sampai selesai,
adapun lokasi penelitian di Masjid Astra Sunter terletak di Jalan Gaya Motor
Raya. No 3 Sunter II Jakarta Utara tepatnya berada di depan Astra Internasional
Sunter. Untuk menghubungi masjid Astra via telepon, yaitu : ( 021 ) 6508525.
9
4. Teknik Analisis Data
Dalam penulisan skiripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif,
dengan pendekatan deskriptif-analisis terhadap manajemen masjid Astra dalam
meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan Astra. Penulis mencoba
memaparkan segala informasi yang didapat dengan menggabungkan data-data
yang telah diperolehnya.
E. Tinjauan Pustaka
Penulis belum pernah menemui pembahasan yang sama mengenai
Manajemen Masjid Astra Sunter dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan
Karyawan PT Astra. Ada bahasan yang penulis dapatkan serupa dengan tema ini
dari sisi keilmuan Manajemen Masjid Yaitu:
• Arianto, Manajemen Masjid As-Sinah Dalam Meningkatkan Aktifitas
Keagamaan Pedagang Di Pusat Grosir Cililitan (PGC ) Jakarta Timur.
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Manajemen Dakwah, Tahun 1428 H/
2007 M. Skripsi ini membahas tentang manajemen masjid secara
keseluruhan, Aplikasi bidang program, Aplikasi bidang kepengurusan,
sikap dan perhatian pengurus masjid, Analisis SWOT Masjid As-Sinah.
Namun, tema tersebut tidak mengurangi urgensi pembahasan dengan tema
yang penulis bahas kali ini, karena dari segi pembahasan objek yang ditelitinya
sungguh berbeda.
F. Sistematika Penulisan
10
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mencantumkan sistematika
penulisan agar mempermudah dalam penyusunan skripsi, adapun penyusunan
skripsi ini di bagi ke dalam lima bab dengan rincian sebagi berikut :
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teoritis
Dalam bab ini menjelaskan pengertian manajemen, unsur manajemen,
fungsi manajemen, pengertian masjid, fungsi dan peranan, pengertian
manajemen masjid. Pengertian aktifitas keagamaan, pengertian
karyawan, dan karakteristik karyawan.
Bab III : Gambaran Umum Tentang Masjid Astra Sunter.
Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Masjid Astra
Sunter yang meliputi : sejarah berdirinya masjid astra, letak geografis,
visi, misi dan tujuan Masjid Astra Sunter, program kegiatan Masjid
Astra, struktur kepengurusan Masjid Astra Sunter, sarana dan
prasarana Masjid Astra Sunter
Bab IV : Analisis Manajemen Masjid Astra Sunter dalam Meningkatkan Aktifitas
Keagamaan Karyawan PT Astra Sunter. Bab ini membahas tentang:
Aplikasi manajemen Masjid Astra Sunter; Planning (Perencanaan),
Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Penggerakkan),
Controlling (Pengawasan), Kegiatan Keagamaan di masjid Astra
11
Sunter, Analisis SWOT Masjid Astra, Faktor-faktor penghambat
Manajemen Masjid Astra Sunter dan cara penyelasaiannya.
Bab V : Penutup
Bab ini terdiri dari Kesimpulan, Saran-saran, Daftar Pustaka serta
Lampiran-lampiran.
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Dari segi etimologi, manajemen berasal dari bahasa inggris berupa kata
kerja “ to manage“ yang sinonimnya antara lain to hand (mengurus), to control
(memeriksa), to guide (memimpin), jadi apabila hanya dilihat dari asal katanya
manajemen berarti pengurusan, pengendalian, memimpin atau membimbing.1
Sedangkan manajemen di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti :
a. Proses penggunaan sumber daya yang efektif untuk mencapai sasaran.
b. Pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi.2
Adapun pengertian manajemen mempunyai tiga pandangan, yaitu
manajemen sebagai proses, manajemen sebagai kolektivitas, dan manajemen
sebagai seni dan ilmu.
1 EK. Mochtar Effendi, Manajemen ; Suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,
( Jakarta; Bharatara Karya Aksara, 1986), cet. Ke-1, h.9 2 DepDikBud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990 ), Cet. Ke-
3. h. 623
12
1. Manajemen sebagai suatu proses, pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
berbeda-beda, diantaranya yaitu :
a. George R. Terry, dikutip oleh Manullang dalam buku Dasar-Dasar
Manajemen : ”Manajemen adalah proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan tenaga manusia dan sumber
lainnya.”3
b. Menurut James A.F. Stoner, seperti dikutip oleh A.M. Kadarman dan
Yusuf Udaya dalam buku Pengantar Ilmu Manajemen mengatakan bahwa
“Manajemen adalah proses merencanakan, pengorganisasian, memimpin dan
mengendalikan berbagai upaya dari organisasi guna tercapainya tujuan organisasi
yang telah ditentukan.”4
2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas, adalah kolektivitas orang-orang yang
melakukan aktivitas manajemen. Jadi, dengan kata lain segenap orang-orang yang
melakukan aktivitas manajemen dalam suatu lembaga tertentu. Dalam arti
singular (tunggal) disebut manajemen, menurut Prof Drs. Zaini Muchtarom,
“Manajemen adalah aktivitas untuk mengatur kegunaan sumber daya bagi
terciptannya tujuan organisasi secara efektif.”5
3. Manajemen sebagai suatu seni dan ilmu. Chester I Barnard dalam bukunya The
Function of the Executive, yang dikutip oleh Manullang mengakui bahwa
manajemen itu adalah suatu “seni“ dan juga sebagai “ilmu”. Demikian pula Henry
3 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996 ). Cet. Ke-
15. h. 4 4 A. M. Kadarman dan yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen ,( Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1997), Cet. Ke-5 h.9 5 H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, ( Yogyakarta : Al-Amin dan
IKFA, 1996 ) Cet. Ket-1, h. 37.
13
Fayol, Alfian Brown, Hororid Koontz, Cyryl O’Donnel, dan George R. Terry
yang dikutip juga oleh Manullung dalam bukunya Dasar-Dasar Manajemen
berpendapat bahwa “Manajemen itu adalah suatu seni sekaligus suatu ilmu”.
Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata
mendatangkan hasil dan manfaat, sedangkan manajemen sebagai suatu ilmu
berfungsi menerangkan fenomena-fenomena (gejala-gejala), kejadian-kejadian,
keadaan-keadaan, jadi sifatnya memberikan penjelasan-penjelasan.“6
Dari beberapa definisi manajemen yang dipaparkan diatas, bahwasannya
dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses pengaturan kerja
yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan baik dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan tindakan pengawasan, yang dilakukan untuk
mencapai sasaran dan tujuan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya secara efektif dan efisien.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam
manajemen, karena kegiatan di dalam suatu manajemen itu termasuk fungsi-
fungsi manajemen yang secara umum dikemukakan oleh George R.Terry terdiri
dari Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating
(pelaksanaan), Controlling (pengawasan).
Adapun penjelasan atau pengertian dari fungsi-fungsi manajemen, yaitu :
6 M. Manullung. Op.cit, h. 15
14
1. Planning (Perencanaan)
Planning atau disebut juga perencanaan adalah gambaran dari suatu
kegiatan yang akan datang dalam jarak waktu tertentu dan metode yang akan
dipakai dalam tindakan-tindakan yang akan diambil. Perencanaan itu berisikan
suatu imajinasi dan pandangan ke depan terarah berdasarkan penilaian yang
benar.7
2. Organizing (Pengorganisasian)
Menurut Drs. Malayu Hasibuan bahwa pengorganisasian adalah suatu
proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktifitas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menyempatkan orang-orang pada
aktifitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang
secara relatif didelegasikan pada setiap individu yang akan melakukan aktifitas-
aktifitas tersebut.8
3. Actuating (Penggerakan)
Fungsi actuating meliputi kegiatan- kegiatan yang diperlukan untuk
jabatan-jabatan yang ada dalam struktur organisasi. Setelah diadakan pembagian
pekerjaan atau pengorganisasian, ditunjuk orang-orang yang akan melaksanakan
dan bertanggung jawab dalam pekerjaan. Bila rencana telah tersusun, struktur
organisasi telah ditetapkan dan posisi-posisi atau jabatan sudah terisi, maka tugas
pimpinan untuk menggerakan atau mengarahkan bawahan agar tujuan perusahaan
dapat terlaksana dengan baik.
7 Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, ( Jakarta ;
Bhatara Karya Aksara, 1986 ), h-75 8 M Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian Dan Masalah, ( Jakarta ; Bumi Aksara,
2001 )h-119
15
4. Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan ini tidak kalah penting dari fungsi yang lain.
Pengawasan atau bisa disebut pengendalian, mengadakan koreksi sehingga apa
yang dilakukan bawahan dapat diarahkan kepada suatu kebenaran, pengoreksian
ini dilakukan ketika kegiatan sedang berjalan.
Fungsi manajerial pengawasan adalah mengukur dan mengoreksi prestasi
kerja bawahan guna memastikan, bahwa tujuan organisasi dan rencana yang
didesain untuk mencapainya, sedang dilaksanakan.9
Pengawasan bisa juga dikatakan proses aktif yang dilakukan dari mulai karyawan
sampai pimpinan perusahaan. Secara umum pengawasan dibagi tiga :
1. Pengawasan fungsional
Pengawasan ini dilakukan oleh pejabat-pejabat fungsional atau aparat
pengawasan, secara fungsional tugasnya memang mengawasi tugas-tugas
2. Pengawasan masyarakat
Pengawasan oleh masyarakat yang disampaikan melalui lisan kepada
aparat yang berkepentingan maupun tertulis melalui media cetak, radio dan lain
sebagainya.
3. Pengawasan melekat (WASKAT) dilakukan oleh atasan langsung terhadap
pelaksanaan pekerjaan bawahan, melekat pada jabatan yang dipegang oleh
pimpinan dan merupakan kewajiban yang bersifat mutlak yang dilakukan secara
terus-menerus. Prinsip waskat biasanya dilakukan secara berjenjang, harus
dilakukan oleh pimpinan di samping perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
9 AM Kadarman SJ, Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, ( Jakarta ; Gramedia
Pusaka Utama, 1994 )h.132
16
diarahkan dan diupayakan supaya tidak terjadi penyimpangan harus bersifat
membina karyawan, dilaksanakan secara berkelanjutan.
Tolak ukur keberhasilan pengawasan adalah meningkatnya disiplin dan prestasi
kerja, minimnya penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan,
cepatnya penyelesaian perizinan dan pelayanan, semakin berkurangnya kesalahan-
kesalahan pekerjaan.
3. Unsur-unsur Manajemen
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwasannya manajemen adalah suatu
proses pengaturan kerja yang telah ditentukan terlebih dahulu. Untuk mencapai
suatu sasaran dan tujuan tersebut maka memerlukan unsur-unsur manajemen
dalam pencapaianya.
Beberapa ahli telah menetapkan unsur-unsur manajemen yang terdiri dari :
man, money, material, machine, method, market (manusia, uang, barang, mesin,
metode, pasar) yang dirumuskan menjadi 6 M.10
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing unsur manajemen yaitu :
a. Man (Manusia)
Manusia adalah faktor pendukung yang sangat penting, berhasil atau gagalnya
suatu manajemen tergantung pada kemampuan manajer untuk mendorong dan
menggerakan orang-orang ke arah tujuan yang akan dicapai.
b. Money (Uang)
Dalam setiap kegiatan sangat diperlukan sekali uang agar kegiatan yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan baik serta dapat tercapainya suatu tujuan.
10 Zaini muchtarom. Dasar-dasar Manajemen Dakwah. ( Yogyakarta : Al-amin dan IKFA,
1996),Cet 2 h.42
17
c. Material (Bahan-bahan)
Faktor material dalam suatu manajemen dapat diartikan sebagai bahan atau
data informasi yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan serta dapat
digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh pemimpin.
d. Machines (Mesin)
Mesin adalah suatu jenis alat atau media yang dapat digunakan dalam proses
pelaksanaan kegiatan manajemen dengan menggunakan teknologi atau alat
bantu berupa mesin.
e. Methode (Metode)
Metode adalah suatu cara yang sistematis agar tujuan yang ingin dicapai dapat
terlaksana dengan efektif dan efisien. Metode harus disesuaikan dengan
perencanaan awal agar metode yang digunakan tepat pada sasaran
f. Market (Pasar)
Pasar merupakan tempat yang terpenting yang hendak dimasuki barang atau
jasa perusahaan agar hasil-hasil produksi dapat tersampaikan kepada para
konsumen11
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap lembaga
atau perusahaan perlu menerapkan unsur-unsur manajemen, agar tujuan yang
ingin dicapai dapat terlakasana dengan baik. Oleh karena itu, penerapan 6 M
sangat dibutuhkan bagi seorang manajer untuk keberhasilan dalam menjalankan
kegiatan.
11 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996 ), Cet.Ke-13,
h.16
18
B. Masjid
1. Pengertian masjid
Masjid berasal dari kata : مسجدا– سجودا – يسجد –سجد
Masjid secara bahasa berarti tempat sujud, setiap tempat yang digunakan untuk
sujud dan setiap tempat yang dipakai untuk beribadah kepada Allah SWT. 12
Sebenarnya kata masjid itu tidak hanya terbatas kepada suatu bangunan
yang megah dan indah seperti dalam pengertian sekarang ini, namun mencakup
semua tempat di mana terjadi peristiwa sujud. Hal ini sebagaimana yang disinyalir
dalam sabda Rasulullah SAW :
)رواه و مسلم(ا روه طاودجس مصرألاان لتلعج
Artinya : Telah dijadikan untukku ( dan untuk umatku ) bumi sebagai masjid dan sarana penyucian diri. ( HR. Muslim )13
Sedangkan pengertian masjid secara istilah tempat sujud, yaitu tempat
umat Islam mengerjakan shalat, zikir kepada Allah SWT, dan untuk hal-hal yang
berhubungan dengan dakwah Islamiyah.14
Menurut Yusuf Qordhawi yang dimaksud dengan masjid adalah rumah
sebagaimana yang telah Allah firmankan di dalam surat An-Nur {24}: 36-37 :
Β≅⎠Ι Β≅∫∪≅⎮∈≅⎠↓ ⌠⊃≅∫≈ ⌠∴≅⎠⎟ϑ≅∫ν≅⌠⊆ ⌠⊃≅⌠ℵ≅⎮μΑ Β≅∫∪≅
⎮∈≅⎠↓ ∫ϕ≅∫• ⎮η∫≅⊆ ∫⊄ ∫♥≅∫↓ ⎮ϕ≅⌠Μ ⎮∅∫Α ⌠⊃≅⎟>…≈Α ∫∅ ⎠γ ∫Α
⎠⎠Π ⎮⊂≅⌠∈≅⌠Ι ⎮∉≅⎠↓ ⎠ϕ≅⎮• ⎠γ ⎮⊕≅∫♣ ⎞♥≅⎮∈≅∫Ι ∫⇐ ⎥⊄ ⎞∇ ∫ι
12 Karam al- Bustany, et al. al-Munjid al-Lughah wa al-A’lam. ( Beirut : Dar al-Masyiq 1986 ),Cet. Ke.28, h.321.
13 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung : Mizan, 1998), Cet. Ke-8, h.460) 14 M. Abdul Mujid, Kamus Istilah Fiqih ( Jakarta : PT Pustaka Firdaus, 1994 ),h.201
19
Β≅∫ς≅⎠Μ ⎮ℑ≅⎠∪⎮≅∈≅⎠∪≅⎮…≅⌠Μ ⎥⇐ ⎞⎯ Β∫≅Υ ⎠ι (36) ⎠⎯Β≅≅∫υ
⟩⇐⎮Α∫⊄ ⎠⎟⊄ ⌠φ≅⌠←≅⎮≈ ⌠Λ⎮⊂≅⌠…≅⌠×≅≈⎮Α ⎠⊃⎮≅∈≅⎠↓ ⌠Κ⎥
≅…≅∫×≅∫≅Ν∫Μ Β≅⌡↵ ⎮⊂≅∫⊆ ∫∅⎮⊂≅⌠↓ Β∫≅β≅∫⊆ ⎠∇ ⊂⟩≅•⎥λ≅≈Α ⎠
∏Β≅Φ∫Ν≅⎮⊆⎠Α ∫⊄ ⎠∇⊂⟩≅…≅⎥ϖ≅≈Α ⎠ℜΒ≅∫≥ ⎠Α ∫⊄ ⎠⊃≅⎟>…≈
(37) ⌠ιΒ≅∫ϖ≅≅⎮Ι ∫⇐⎮Α∫
⊄
Artinya : “Bertasbihlah kepada Allah SWT di masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-NYA di dalamnya, pada waktu pagi dan petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah SWT, dan dari mendirikan shalat, dan (dari) membayar zakat. Mereka takut suatu hari yang ( di hari itu ) hati dan penglihatan menjadi
goncang (QS, An-Nur {24} : 36-37)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa masjid adalah rumah Allah SWT,
yang dibangun agar umat bertasbih kepada Allah, mendirikan shalat dan
menyembahnya dengan baik.15
Menurut Aidh bin Abdullah Al-Qorni, “Masjid adalah tempat untuk saling
mengenal dan mengakrabkan diri di antara kaum Muslimin. Karena saat di dalam
masjid mereka dapat mengetahui informasi tentang saudaranya yang tidak hadir,
apakah mereka dalam kesusahan atau lainya, dengan demikian maka akan timbul
rasa at-tawun (tolong-menolong) sehingga dapat mempererat tali ukhuwah
(persaudaraan) dan memperkokoh rasa kasih sayang antar jama’ah masjid dari
kaum mu’minin.16
Dari beberapa pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
masjid adalah suatu tempat di mana seseorang dapat melakukan sujud,
15 Yusuf al-Qordhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta : Gema Insani Press,
1999), Cet, Ke-1, h.7 16 Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Memakmurkan Masjid;Masjid dan Masyarakat Madani
(Jakarta : PT. Media Cita, 2001 ),h.12-13
20
merendahkan diri, dan menyembah Allah, serta tempat untuk memecahkan segala
permasalahan yang berkaitan dengan persoalan manusia.
2. Fungsi Masjid
Masjid memiliki kedudukan yang sangat penting bagi umat Islam, penting
dalam upaya membentuk pribadi dan masyarakat yang islami. Untuk bisa
merasakan urgensi tersebut, masjid harus difungsikan dengan sebaik-baiknya
dalam arti harus dioptimalkan dalam memfungsikannya.
Masjid Quba dan Masjid Nabawi dibangun atas dasar ketaqwaan, dan
setiap masjid seharusnya memiliki landasan dan fungsi seperti itu. Itulah
sebabnya mengapa Rasulullah SAW meruntuhkan bangunan kaum munafik yang
mereka sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan sampah dan
bangkai binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi masjid
yang sebenarnya, yakni ketakwaan. Al-Quran melukiskan bangunan kaum
munafik itu sebagai berikut :
⎮ι⎠Α ∫⊄ ∫⊕≅⎮∈≅⎠⊗≅⎠↵ ⎮⇔≅⌠ℵ≅≈⎮Α ∫⊕≅⎮∈≅∫Ι Β≅≅⌡×≅⎮⊆ ⎠ϕ≅
⎮°≅∫Μ ⎥⊄ Α⌡ϕ≅⎮°≅⌠• ⎥⊄Α⌡ι Α∫ϕ≅⎠ψ Α⌡φ≅⎠ς≅⎮ν≅∫↵ Α⎮⊄⌠η≅≅∫
β≅⎥ΜΑ ∫⊕≅⎮⊆ ⎠η≅⎥≈Α∫⊄©≅⟩⊗≅⎮μ≅⌠Ζ≅⎮≈Α⎥⇐⎠ΑΒ≅Φ∫℘ ⎮ε∫ι∫Α
⎮∅⎠Α ⎥⊕≅≅⌠°≅⎠≅…⎮≅Ζ∫≅∈≅⎮≈∫⊄ ⌠⏐≅⎮ϑ≅≅∫≥ ⎮⊕≅⎠↵ _⊃≅∫≈ ⎮⊂
≅⌠μ ∫ι ∫⊄ ∫⊃≅⎟>…≈Α ∫Λ ∫ιΒ≅∫Ψ ⎮⊕≅∫ℵ≅⎠⎟≈Α⌡εΒ≅∫υ
∫∅ ⎮⊂≅≅⌠Ι ⎠η≅≅⟩÷≅∫≈ ⎮ℑ≅⌠∪≅⎥℘⎠Α ⌠φ≅∫∪≅⎮ρ≅∫
⊆ ⌠⊃≅⎟>…≈Α∫⊄
Artinya : Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang Mukmin) dan karena kekafiran-(nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin, serta menunggu/mengamat-amati kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu (QS Al -Taubah [9]: 107).
21
Menurut Ustadz Ali Ath-Thanthawi berkata, “Masjid berfungsi sebagai
tempat beribadah umat islam, parlemen atau musyawarah, sekolah, tempat
berkumpul dan juga tempat untuk memutuskan perkara”.
1. Masjid sebagai tempat ibadah
Di masjid itulah kaum muslimin menghilangkan rasa dengki,
ketamakan, keinginan untuk berbuat jahat, dan kerusakan tepat ketika di depan
pintu masjid. Lalu ia memasuki masjid dengan hati terbuka untuk keimanan,
menghadapkan wajah ke langit dengan penuh kekhusyu’an, kemudian mereka
berdiri dalam satu shaf yang tidak membedakan antara yang besar dan yang
kecil, pemimpin dan orang bawahan, kaya dan miskin, kaki dan pundak
mereka saling bersentuhan, dan kening mereka semuanya ada di atas tanah.
Mereka sama kedudukannya dalam beribadah.
2. Masjid sebagai parlemen
Apabila ada masalah yang mencemaskan kaum muslimin atau ada
sesuatu yang menghalangi terlaksannya kebaikan kepada kaum muslimin,
maka akan dikumandangkan seruan “Ash-Shalaatu Jaami’ah“ (shalat
berjamaah akan dilaksanakan). Maka semua orang akan berkumpul di masjid.
Di masjid pernah dilakukan pemilihan khalifah (presiden), dilakukan bai’at
(janji setia, atau sumpah), membahas perundang-undangan yang bersumber
dari syariat islam kemudian diumumkan kepada seluruh masyarakat.
3. Masjid sebagai tempat berkumpul
Apabila pimpinan pulang dari kunjungan kenegaraan, maka yang
pertama kali ia tuju adalah masjid. Kemudian ia mengumumkan strategi
22
politiknya di atas mimbar, dan menyiarkan strategi-strateginya apabila akan
terjadi peperangan. Maka berkibarlah bendera-bendera di masjid.
4. Masjid sebagai sekolah (tempat belajar dan mengajar)
Di masjid ditetapkannya dasar-dasar pengetahuan agama islam, dan dari
sanalah ilmu pengetahuan mencapai puncak dan kemajuannya. Masjid adalah
tempat diajarkan ilmu- ilmu yang bermanfaat, mulai dari ilmu Al-Qur’an, ilmu
hadits, ilmu hukum, ilmu bahasa, dan ilmu tentang alam semesta.
5. Masjid sebagai tempat pengadilan
Di masjidlah keluarnya sebuah keputusan yang paling adil dan paling
tegas. Di masjidlah tercatat lembar-lembar indah dalam sejarah pengadilan
manusia ditegakkan. Pengadilan antara rakyat jelata dengan amirul mukminin,
antara orang miskin dan pemimpin besar. Kemudian semuanya diputuskan
secara adil tanpa membedakan antara orang yang besar dan kecil
kedudukannya. 17
3. Peranan Masjid
Adapun peranan masjid yang ditulis oleh Moh. E. Ayub, di dalam bukunya
Manajemen Masjid Petunjuk Praktis Bagi para Pengurus. Secara garis besar ada
dua yaitu:
1. Masjid sebagai Sumber Aktifitas
Dalam sejarah perkembangan dakwah Rasulullah SAW. Terutama dalam
periode Madinah, eksistensi masjid tidak hanya dimanfaatkan sebagai pusat
17 Khairuddin wanili. Ensiklopedia Masjid hokum, adab, dan bid’ahnya.( Jakarta : Darus Sunnah Press.2008)h. xv
23
ibadah yang bersifat khusus, seperti sholat tapi juga mempunyai peranan sebagai
berikut :
a. Dalam keadaan darurat, setelah mencapai tujuan hijrah di Madinah, beliau
bukannya mendirikan benteng pertahanan untuk berjaga-jaga dari
kemungkinan serangan musuh tetapi terlebih dahulu membangun masjid.
b. Kalender islam yaitu pada tanggal 12 Rabiul Awal, permulaan tahun
Hijriyah selanjutnya jatuh pada tanggal Muharram.
c. Di Mekah agama Islam tumbuh dan di Madinah agama Islam berkembang.
Pada kurun pertama atau periode Makkiyah, Nabi Muhammad SAW
mengajarkan dasar-dasar agama. Memasuki kurun kedua atau periode
Madaniyah, Rasulullah SAW menandai tapal batas itu dengan mendirikan
masjid.
d. Masjid menghubungkan ikatan yang terdiri dari kelompok orang-orang
Muhajirin dan Anshar dengan satu landasan keimanan kepada Allah SWT;
dan
e. Masjid didirikan oleh orang-orang taqwa secara bergotong royong untuk
kemaslahatan bersama.
Dalam masyarakat yang selalu berpacu dengan kemajuan zaman, dinamika
masjid-masjid sekarang ini banyak yang menyesuaikan diri dengan kemajuan
ilmu dan teknologi. Artinya, masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah
shalat, tetapi juga sebagai wadah beraneka kegiatan jamaah / umat Islam. Sebab,
masjid merupakan integritas dan identitas umat islam yang mencerminkan tata
nilai keislaman. Dengan demikian, peranan masjid tidak hanya menitik beratkan
24
pada pola aktifitas yang bersifat akhirat, tetapi memperpadukan antara aktifitas
ukhrawi dan aktifitas duniawi.
Memasuki zaman keemasan Islam, masjid mengalami penyesuaian dan
penyempurnaan. Corak penyesuaian dengan tuntutan zaman yang terjadi itu tidak
kalah fungsionalnya dibandingkan optimalisasi nilai dan makna masjid di zaman
Rasulullah SAW. Dalam perkembangannya yang terkahir, masjid mulai
memperhatikan kiprah operasional menuju keragaman dan kesempurnaan
kegiatan. Secara garis besar operasionalisasi masjid terdiri dari :
1. Aspek Hissiyah (Bangunan)
Belakangan ini bermunculan masjid yang menampakan gaya dan bentuk
arsitektur yang beraneka ragam. Terutama di kota-kota besar, banyak masjid yang
berdiri dengan kemewahan dan keindahan. Dari segi bagunan fisik masjid, Islam
tidak menentukan dan mengaturnya. Artinya, umat islam diberikan kebebasan,
sepanjang bangunan masjid itu berperan sebagai rumah ibadah dan pusat kegiatan
umat Islam.
Menyadari sepenuhnya peran masjid sebagai tempat ibadah dan pusat
kegiatan umat , tujuan pendiriannya pun harus ditetapkan secara jelas dan benar-
benar disadari sejak awal. Jangan sampai kita termasuk golongan orang-orang
yang diperingatkan oleh Nabi Muhammad di dalam hadisnya
“ Masjid-masjid dibangun megah, tetapi sepi dari pelaksanaan petunjuk Allah .”
( HR Baihaqi )
2. Aspek Maknawiyah ( tujuan )
Pada masa Rasulullah SAW, pembangunan masjid mempunyai tujuan,
yakni :
25
a. Masjid dibangun atas dasar takwa dengan melibatkan masjid sebagai pusat
ibadah dan pusat pembinaan jamaah/umat islam ( At-Taubah : 108 )
b. Masjid dibangun atas dasar permusuhan dan perpecahan di kalangan umat
dan sengaja untuk menghancurkan umat Islam ( at-Taubah ; 107-108 )
Versi yang kedua ini khas motif orang-orang munafik, yakni mendirikan
masjid untuk maksud memecah belah umat Islam. Maka, masjid tersebut dijuluki
”masjid dhirar“ yang artinya “masjid membawa mudharat/kerusakan“. Atas
tujuan sesat dan menyesatkan semacam ini, Rasulullah SAW diperintahkan Allah
untuk menghancurkan masjid tersebut. Jadi, di sini ditegaskan kaitan antara
pembangunan masjid dan tujuannya.
3. Aspek Ijtima’iyah ( segala kegiatan )
Aspek kegiatan masjid sebenarnya dapat dilihat berdasarkan ruang lingkup
kelembagaan masjid itu sendiri. Di antara lembaga masjid yang
mengejawantahkan aspek kegiatan masjid itu adalah lembaga dakwah dan bakti
sosial, lembaga manajemen dan dana serta lembaga pengelolaan dan jamaah.
2. Masjid dalam Arus Informasi Modern
Islam sebagai agama universal (kaffah atau menyeluruh) ditakdirkan
sesuai dengan tuntunan tempat dan zaman. Ia sempurna sebagai sumber dari
segala sumber nilai. Di dalam islam tersedia prinsip-prinsip dasar kesempurnaan
itu, prinsip yang tidak akan mengalami perubahan sedikitpun sepanjang sejarah
umat islam. Jadi sungguh tidak tepat sikap memahami Islam yang bersifat
26
sepotong-potong. Dan masjid merupakan sarana untuk pemahaman serta
pendalaman berbagai aspek keislaman tersebut.18
C. Manajemen Masjid ( Idarah Masjid )
Ada beberapa pengertian manajemen masjid yang dapat dikutip di dalam
buku Idarah masjid terbitan KODI DKI Jakarta disebutkan : “Manajemen Masjid
ialah ilmu dan usaha yang meliputi segala tindakan dan kegiatan muslim dalam
menempatkan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam.”
Dari sini, kita dapat merumuskan definisi lain. Idarah masjid adalah suatu
proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal, dilakukan oleh
seorang pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya melalui berbagai
aktivitas yang positif.
Ada pula menurut Drs. Moh E.Ayub bahwa Idarah masjid adalah usaha-
usaha untuk merealisasikan fungsi-fungsi masjid sebagaimana mestinya. Idarah
masjid disebut juga manajemen masjid pada garis besarnya dapat dibagai menjadi
dua bidang :
a. Idarah Binail Maadiy (Physical Management) adalah manajemen secara fisik
yang meliputi kepengurusan masjid, pengaturan pembangunan fisik masjid,
penjagaan kehormatan, kebersihan, ketertiban, dan keindahan masjid,
pemeliharaan tata tertib dan ketentraman masjid, pengaturan keuangan dan
administrasi masjid, pemeliharaan agar masjid tetap suci, terpandang,
menarik, dan bermanfaat bagi kehidupan umat dan sebagainya.
18 Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid petunjuk praktis bagi para pengurus..( Jakarta,
Gema Insani Press, 1996) hal 10-14
27
b. Idarah Binail Ruhiy (Funcional Management) adalah pengaturan tentang
pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat
pengembangan umat dan kebudayaan islam seperti dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Idarah binail ruhiy ini meliputi pendidikan akidah
Islamiyah, pembinaan akhlakul karimah, penjelasan ajaran Islam secara teratur
menyangkut :
a. Pembinaan ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat
b. Melahirkan fikrul Islamiyah dan kebudayaan Islam dan
c. Mempertinggi mutu keislaman dalam diri pribadi dan masyarakat.19
Bilamana masjid memiliki fungsi sebagai pusat pembinaan dan
pengembangan umat, sudah tidak mungkin lagi kalau kepengurusan masjid
ditangani oleh hanya satu atau dua orang. Diperlukan tenaga kepengurusan yang
jumlahnya cukup dan kualitasnya memadai. Agar pengurus masjid dapat
bekerjasama dengan efektif dan efisien dalam menjalankan roda kepengurusan,
diperlukan mekanisme kerja yang baik. Untuk itu, manajemen masjid perlu
diterapkan.
D. Aktivitas Keagamaan
Aktivitas dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah keaktifan, kegiatan-
kegiatan, kesibukan, atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan yang
dilaksanakan dalam tiap bagian dalam suatu organisasi atau lembaga.20
19 Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid petunjuk praktis bagi para pengurus..( Jakarta,
Gema Insani Press, 1996) hal 33-35 20 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai pustaka, 1990), Cet. Ke-3, h.17.
28
Adapula pengertian aktivitas yang termaktup di dalam kamus Besar Ilmu
Pengetahuan, yakni kata aktivitas berasal dari kata Ing: activity, Latin: activus :
aktif, bertindak yaitu bertindak pada diri setiap eksistensi atau makhluk dengan
dunia. Manusia mengalih wujudkan dan mengalahkan alam. Berkat aktivitas atau
kerjanya, manusia mengangkat dirinya dari dunia dan kemudian secara bertahap
mengembangkan proses historis-kultural yang bersifat khas sesuai ciri dan
kebutuhan.
Ada dua jenis aktivitas yaitu:
1. Aktivitas Eksternal adalah jika operasi manusia terhadap objek-objek
menggunakan lengan, tangan jari-jari dan kaki.
2. Aktivitas Internal adalah aktivitas yang menggunakan tindakan mental dalam
bentuk gambaran-gambaran dinamis. Aktivitas internal merencanakan
eksternal21
Pendapatnya Maslow dengan “Need Hierarchy Theory”yang menyebutkan
bahwa manusia dalam aktivitasnya termotivasi oleh sejumlah “basic need”.
Kebutuhan dasar menurut maslow ada lima yaitu :
1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan keamanan
3. Kebutuhan rasa akan memiliki, dimiliki dan kasih sayang
4. Kebutuhan penghargaan dan
5. Kebutuhan mengaktualisasikan diri
21 Save M. dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta; Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, LPKN, 1997), Cet 1, h.15
29
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah sebuah tindakan untuk
menghasilkan sesuatu, baik dilakukan secara perorangan maupun kolektif,
aktivitas juga dapat terkait pula dengan lembaga atau organisasi.
Menurut Ensiklopedia Islam, kata “agama” dalam Bahasa Indonesia
berarti sama dengan kata “din” dalam bahasa Arab. Sedangkan kata “din” artinya
“menguasai, memudahkan, patuh, utang, batasan, atau kebiasaan”. “Din” juga
membawa peraturan-peraturan atau perundang-undangan yang harus dipatuhi,
dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang
harus ditinggalkan.22
Religi berasal dari bahasa latin. Menurut satu pendapat asalnya ialah
relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Agama memang
merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan. Ini terkumpul dalam
kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari
religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat
mengikat bagi manusia.
Oleh karena itu agama di beri definisi-definisi sebagai berikut :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan
pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
22 Dewan redaksi, Ensiklopedia Islam, ( Jakarta : Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1993), Cet. Ke-1, h. 63
30
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu.
5. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber
pada suatu kekuatan gaib.
6. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang
Rasul.23
Pengamalan agama sebagai bagian dari religiositas di kemukakan antara
lain, oleh Glock and strak,menurut mereka terhadap 5 dimensi keberagamaan
yaitu : keyakinan, praktek agama, pengalaman, pengetahuan dan dimensi
konsekuensi
Dimensi keyakinan diindikasikan bepegang teguh pada pandangan teologis
tertentu, dan mengakui doktrin-doktrin teologi tersebut. Dimensi praktek
Agama diindikasikan dengan teologi tersebut. Dimensi praktek agama
diindikasikan dengan mengerjakan atau adanya perilaku pemujaan / ritual dan
ketaatan agama yang dianut . Dimensi pengalaman diindikasikan dengan perasaan
, presepsi-presepsi dan sensasi-sensasi yang dialami yang mengkomunikasikan
esensi ketuhanan dan otoritas transendental. Dimensi pengetahuan diindikasikan
dengan pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan dan pengetahuan mengenai
ritur-ritur , kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi konsekuensi diindentifikasi
sebagai akibat dari : keyakinan keagamaan, praktek pengalaman dan pengetahuan
seseorang dari hari ke hari.
Disebutkan bahwa ada 5 aspek yang terkait dengan keagamaan , yaitu :
ideologi , ritual , intelektual , pengalaman keagamaan dan kegiatan keagamaan
23 Harun nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspek jilid 1, (Jakarta ; Universitas
Indonesia (UI-Press), 1985),Cet. 5, hal.2.
31
sehari-hari( dalam Bafadal, ed 2003: 62). Aspek-aspek yang dimaksud . menunjuk
kepada ajaran agama sebagai pedoman hidup bagi manusia, pelaksanaan ibadah,
usaha memahami kitab suci dan kajian keagamaan secara umum untuk
meningkatkan pengetahuan dan penghayatan sosial. Adapun ekspresi pengalaman
keagamaan menurut Wach meliputi : pemikiran ( thought), tindakan (action) dan
persekutuan (followship) (dalam Djamil 2001:XXX)
Aspek keberagamaan menurut Glock and Strak dan ekspresi menjadi
dimensi pengalaman keagamaan menurut Wach diformulasikan menjadi dimensi
pengalaman agama menurut hasil pengkajian lintas agama dengan pimpinan
agama-agama resmi indonesia sebagai berikut :
a. Pelaksanaan ibadah secara rutin
b. Partisipasi dalam kegiatan atau upacara sosial keagamaan
c. Etika berpakaian
d. Menggantungkan harapan kepada Tuhan dan menjalankan aktivitas sehari-
hari menghadapi suasana gembira dan susah
e. Menjaga kesusilaan
f. Kegiatan soaial
g. Bantuan dana untuk kegiatan keagamaan
h. Langkah-langkah untuk meningkatkan pengetahuan dan penghayatan
keagamaan dan
i. Komunikasi dengan tokoh agama
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas keagamaan adalah tindakan untuk
menghasilkan sesuatu baik dilakukan secara perorangan maupun kolektif yang
berkaitan dengan keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan.
32
E. Pengertian dan Karakteristik Karyawan
Karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor,
perusahaan, dan sebagainya) dengan mendapatkan gaji (upah), pegawai, pekerja.24
Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaga) dan mendapat
kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu.25
Karyawan adalah orang yang banyak menyumbangkan tenaga dan jasanya
dalam suatu bentuk usaha, baik usaha pemerintah ataupun dalam usaha swasta dan
sebagai imbalan jasanya ia mendapatkan upah atau gaji.26
Secara umum (bukan mutlak) dalam suatu lingkungan pekerjaan, kita akan
menghadapi karakter-karakter karyawan sebagai berikut :
1. Patuh
2. Penjilat
3. Pemberontak27
Sumber Daya Manusia adalah manusia yang bekerja dilingkunagan suatu
organisasi ( disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja dan karyawan ). Unsur
manusia yang dilihat dari potensinya disebut sumber daya, berbeda dengan
sumber daya material. Manusia sebagai sumber daya bersifat potensial/ abstrak,
tidak dapat diukur dari jumlahnya. Potensi itu merupakan proses dan hasil
24Departemen Pendidikan Nasional , Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga,
(Jakarta; Balai pustaka, 2007) 25 Malayu S.P Hasibuan , Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta: Bumi Aksara,
2002) hal; 94 26 IG Wirsanto, Dasar-Dasar Manajemen Personalia ( Jakarta: Pustaka Dian, 2000) hal:
26 27 http;// Deni Kurnia,. Mengenal Karakteristik Karyawan, Weblog.htm
33
interaksi substansi fisik dan psikis, berupa kemampuan mencipta, kemampuan
mengkhyal, kemampuan berfikir, yang mengasilkan gagasan, kreativitas, inisiatif,
kemampuan memecahkan masalah, memprediksi, wawasan kemasa depan,
ketrampilan dan keahlian dan lain-lain. Kemampuan itu sangat tinggi nilainya,
jika dikongkritkan menjadi kegiatan bisnis yang kompetitif, sebagai kemampuan
yang tidak dimiliki oleh semua orang. Oleh karena itu jumlah yang banyak tidak
akan berarti apabila bukan terdiri dari SDM yang potensial dan berkualitas
dimiliki oleh organisasi/ perusahaan, maka akan mampu mengantarkan
prganisasinya dalam mencapai sukses.28
Dalam kaitannya karakteristik karyawan maka adanya Study prilaku
ilmiahyang muncul karena dorongan psikologi tingkah laku ( Behavioral
Psychology ), namun dilakukan melalui pengintegrasian berbagai disiplin ilmu.
Berbagai disiplin ilmu sosial seperti psikologi industri, psikologi organisasi,
psikologi sosial, ilmu organisasi, ilmu komunikasi, teori prilaku dalam
berorganisasi, ilmu hukum, sosiologi dan lain-lain diintegrasikan dengan ilmu
biologi, mathematik, dan statistika, untuk memberikan makna prilaku manusia/
karyawan dalam bekerja secara eksak. Studi seperti itu berkembanga karena
didasari pendapat bahwa manusia memiliki unsur jasmaniah yang ikut
mempengaruhi prilakunya secara organk.Misalnya dalam mempelajari proses
kesadaran seseorang terhadap suatu perangsang (stimulus )yang menyentuh syaraf
mata atau pendengarannya, yang kemudian diteruskan oleh otak sebagai pusat
syaraf, yang dengan cepat mencernannya, kemudian memerintahkan salah satu
anggota tubuh memberikan respon.
28 Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang kompetitif. (Yogyakarta.Gadjah Mada University Press.2005): hal 40-41
34
4. Dengan mempergunakan berbagai disiplin ilmu itu, studi prilaku secara
ilmiah merekomendasikan bahwa industri atau prusahaan sebagai
organisasi merupakan suatu masyarakat yang memiliki budaya (kultur)
masing-masing yang unik. Dalam kondisi seperti ini suatu organisasi
bukan sekedar merupakan sistem sosial sebagai perwujudan hubungan
manusiawi yang statis dan rutin. Akan tetapi harus diterima kenyataan
bahwa kultur yang unik itu dipengaruhi pula oleh struktur dengan berbagai
jabatan, yang menempatkan seseorang pada posisi tertentu. Setiap posisi
mengemban kekuasaan atau wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-
beda, meskipun perangsangnya sama. Demikian pula dilingkungan para
pekerja yang tidak menempati salah satu posisi berdasarkan struktur
organisasi yang terdapat di perusahaan/ industri, yang dalam kultur yang
unik akan berbeda pula dalam memberikan respon terhadap suatu
perangsang. Disamping itu, karena teknologi dan jenis pekerjaan yang
berbeda-beda, maka keunikan kultur organisasi menjadi semakin
berkembang. Dalam kultur seperti itu sulit untuk dibantah bahwa
pengaruhnya berakibat pada semakin banyaknya variasi karyawan dalam
merespon suatu perangsang. Misalnya prilaku dalam menerima teknologi
baru untuk meningkatkan produktivitas, yang dpat menimbulkan berbagai
respon.
5. Oleh karena itulah pada fase ini studi prilaku menjadi penting, karena
bermaksud mengungkapkan cara merespon suatu stimulus (perangsang) yang
berlangsung dalam bentuk prilaku/ karakter atau cara bekerja sebagai individu
yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pekerja lain sebagai individu pula
35
dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam prakteknya terdapat berbagai cara
yang perlu diidentifikasi untuk mengetahui dampakna pada produktivitas
kerja. Beberapa cara itu antara lain dengan mempergunakan penekanan,
pemaksaan, berbohong, persekongkolan dan lain-lain yang dapat berakibat
buruk terhadap respon pekerja dalam melaksanakan tugasnya.29
29 Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang kompetitif.
(Yogyakarta.Gadjah Mada University Press.2005) hal 54-55
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN MASJID ASTRA DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN KARYAWAN
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-
fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan. Perlu dihayati bahwa manajemen dan
organisasi bukan tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan,
karena tujuan yang ingin dicapai itu adalah pelayanan dan laba (profit).
Dalam manajemen masjid, perencanaan adalah perumusan tentang apa
yang akan dicapai dan tindakan apa yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan
pemakmuran masjid, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dalam
upaya memakmurkan masjid, perencanaan memiliki arti yang sangat penting.
Pertama, pemakmuran masjid bisa berjalan lebih terarah dan teratur. Kedua,
memungkinkan dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi pada saat upaya pemakmuran masjid dilaksanakan. Ketiga,
dapat dipersiapkan terlebih dahulu tenaga-tenaga pelaksana dalam pemakmuran
masjid, begitu juga dengan dana dan sarananya. Dan keempat, perencanaan juga
akan memudahkan pengawasan dan penilaian terhadap jalannya aktivitas
pemakmuran masjid.
48
49
Perencanaan kegiatan masjid yang matang, harus dilaksanakan dengan
baik oleh pengurus masjid. Untuk itu, perlu pengorganisasian yang solid bagi
pengurusnya. Pengorganisasian masjid adalah penyatuan, pengelompokan dan
pengaturan pengurus masjid untuk digerakkan dalam satu kesatuan kerja
sebagaimana yang telah direncanakan.
Dalam pengorganisasian masjid, langkah-langkah yang perlu ditempuh
antara lain : Pertama, membagi dan atau mengelompokkan aktivitas pemakmuran
masjid dalam satu kesatuan. Kedua, merumuskan dan menentukan tugas serta
tanggung jawab struktur kepengurusan masjid dan menempatkan personil
pengurusnya sesuai dengan kemampuan, kemauan, pengalaman, kondisi fisik dan
mentalnya. Ketiga, memberikan wewenang dan tanggung jawab yang penuh dari
pimpinan pengurus kepada staf-staf dan pelaksananya. Dan keempat, menciptakan
jalinan kerja yang baik sehingga memiliki alur kerja yang solid.
Dalam manajemen masjid, pengorganisasian memiliki arti yang sangat
penting. Pertama, penugasan kepada staf pengurus menjadi lebih mudah, karena
sudah jelas seksi apa dan atau siapa yang harus melaksanakan suatu bidang
kegiatan. Kedua, memudahkan dipilihnya tenaga pelaksana yang tepat, karena
dalam pengorganisasian bukan hanya menyusun struktur kepengurusan dan
menempatkan orangnya, tapi juga menguraikan tugas dan tanggung jawabnya
sehingga bisa dipilih, siapa yang tepat menempati posisi suatu kepengurusan.
Ketiga, pengorganisasian juga akan membuat terpadunya berbagai potensi
pengurus dalam suatu kerangka kerja sama pemakmuran masjid. Dan keempat,
50
memudahkan bagi pimpinan pengurus untuk mengendalikan dan mengevaluasi
pelaksanaan suatu kegiatan.
Selain pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dalam memanajemen masjid
juga sangat penting karena pelaksanaan merupakan upaya membimbing dan
mengarahkan seluruh potensi pengurus untuk beraktivitas sesuai dengan tugas
dan tanggung jawab masing-masing. Pimpinan pengurus masjid harus
memberikan rangsangan atau motivasi kepada pengurus untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya itu. Dalam organisasi seperti kepengurusan masjid,
kesadaran yang tinggi memang amat diperlukan. Dengan kesadaran yang tinggi
maka disiplin pengurus dalam mengemban amanah kepengurusan masjid akan
berjalan dengan baik. Kesadaran yang tinggi akan lahir dari keimanan yang
mantap. Karena itu pengurus harus memiliki kemantapan iman kepada Allah
SWT. Pemimpin dalam kepengurusan masjid menjadi salah satu penentu bagi
suksesnya pelaksanaan aktivitas masjid, karena itu pemimpin harus melibatkan
seluruh pengurus dalam pelaksanaan tugas, membuka jalur komunikasi yang
seluas-luasnya diantara sesama pengurus, baik melalui rapat, briefing, membuat
nota, menelpon dan sebagainya. Di samping itu pemimpin harus selalu
meningkatkan kemampuan kerja staf-strafnya dan memberikan penghargaan atas
prestasi yang dicapai.
Selain itu juga pimpinan melakukan pengawasan atau kontrol kepada
seluruh staf kepengurusan masjid karena itu suatu yang penting. Terlaksananya
fungsi pengawasan membuat pengurus menjadi tahu adanya kesalahan,
51
kekurangan, kelemahan, rintangan, tantangan dan kegagalan dalam mencapai
tujuan pemakmuran masjid.
Pengawasan dapat dilakukan dengan mengamati jalannya aktivitas
kegiatan masjid, mengukur keberhasilan dan kegagalannya dengan standar
sebagaimana yang ditetapkan dalam perencanaan untuk selanjutnya memperbaiki
kesalahan dan kekurangan serta mencegah terjadinya kegagalan.
A. Aplikasi Manajemen Masjid Astra / Yayasan Amaliah Astra
Yayasan Amaliah Astra bersama Yayasan lain di jajaran Astra, merupakan
wahana untuk melaksanakan dan mengembangkan Corporate Social
Responsibility perusahaan, khususnya di bidang sosial keagamaan
Tujuan didirikannya Yayasan Amaliah Astra adalah berkontribusi di
bidang keagamaan, sosial dan kemanusiaan.
Agar harapan dan tujuan yang direncanakan dapat diraih dengan efektif
dan efisien, maka harus menggunakan manajemen yang baik. Dalam
pengaplikasiannya, manajemen memiliki fungsi-fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Oleh karena itu,
Yayasan Amaliyah Astra melakukan fungsi-fungsi manajemen yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi terpenting dari fungsi-fungsi manajemen
yang ada. Ibarat dalam suatu perjalanan dengan kendaraan, perencanaan adalah
sebagai pedoman yang harus dipakai untuk mengarahkan tujuan ke mana
52
kendaraan itu akan diarahkan. Dalam semua kegiatan yang bersifat manajerial,
fungsi perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu dari fungsi-fungsi lainnya.
Perencanaan yang dilakukan oleh Yayasan Amaliah Astra dalam rapat
tahunan di lantai 6 Gedung A PT Astra Internasional, Tbk dan akta pernyataan
keputusan Rapat Yayasan Amaliah Astra yang dikeluarkan oleh Notaris DKI-kota
Jakarta P.S.A Tampubolon, maka telah ditetapkan susunan kepengurusan Yayasan
Amaliah Astra yakni Pembina, Pengawas, dan Pengurus melalui Divisi Strategi
dan Operasional telah menyusun program perencanaan dalam segi waktunya
yakni jangka pendek, jangka menegah dan jangka panjang.
Bentuk-bentuk perencanaan yang disusun oleh Yayasan Amaliah Astra
terdiri dari:
a. Adanya Tujuan atau objective. Tujuan merupakan sasaran kegiatan yang
dilakukan dan diusahakan yang harus dicapai dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan dari Yayasan Amaliyah Astra ialah berkontribusi di bidang
keagamaan, sosial dan kemanusiaan. Semua anggota organisasi harus
mengetahui tujuan yang hendak dicapai, agar aktivitas yang dilakukannya
tidak saling bertentangan.
b. Kebijakan atau policy. Ia merupakan suatu pernyataan atau pengertian untuk
menyalurkan pikiran dalam mengambil keputusan terhadap tindakan -tindakan
untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, kebijakan atau jenis rencana kegiatan
yang akan diselenggarakan di Masjid Astra semua itu diputuskan oleh
pengurus Yayasan Amaliyah Astra, sehingga kegiatan tersebut dilaksanakan.
53
Ini semua dilakukan demi tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai.
Kebijakan yang ditetapkan oleh ketua Yayasan Amaliah Astra yakni :
1. Program yang dilaksanakan oleh tiap-tiap divisi mampu memberikan
kualitas keilmuan bagi karyawan dan masyarakat dari segi intelektual,
emosional dan spiritual.
2. Setiap bulan dari pengumpulan zakat, infak dan shodaqoh, disalurkan
untuk beasiswa bagi anak-anak dhu’afa.
3. Hasil dari keuntungan divisi usaha, disalurkan untuk biaya operasional
Yayasan Amaliah Astra sebagai penunjang kegiatan-kegiatan yang
direncanakan agar berjalan dengan baik.
4. Mengadakan evaluasi internal setiap minggu, dan bulan untuk melihat
sejauh mana progress kinerja pengurus.
c. Strategi. Ia merupakan tindakan penyesuaian dari rencana yang telah dibuat.
Penyesuaian ini dianggap penting karena timbulnya bermacam-macam reaksi.
Karena itu dalam mengaplikasikan strategi, yang dilakukan Yayasan Amaliah
Astra melalui divisi strategi dan operasional menyusun beberapa strategi
dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain: ketepatan waktu,
ketepatan tindakan, ketepatan mengambil tindakan, dan lain sebagainya.
d. Prosedur. Prosedur merupakan rangkaian tindakan yang dilaksanakan pada
waktu yang akan datang, karena itu ia lebih dititikberatkan pada suatu
tindakan. Dengan adanya prosedur ini, akan memudahkan pelaksanaan semua
aktivitas yang dilaksanakan organisasi. Prosedur yang dilakukan oleh Yayasan
Amaliah Astra antara lain ialah :
54
1. Pengurus Yayasan Amaliah Astra dapat menyusun program-program di
setiap divisi baik divisi strategi dan operasional, divisi sosial dan religius,
serta divisi usaha.
2. Menyiapkan pemanfaatan dan memelihara sarana dan prasarana Masjid
Astra untuk setiap kegiatan yang dilakukan.
3. Mengadakan kajian keislaman rutin di Masjid Astra.
4. Membuat prosedur di berbagai bidang baik pemilihan muadzin, adzan,
iqomat dan sholat zuhur, pemilihan penceramah, pengadaan khotib Jum’at,
pelaksanaan sholat jum’at, penghitungan kotak amal, pelaksanaan sholat
Tarawih, pemberian nomor surat.
5. Bagi karyawan Grup Astra dan masyarakat dapat berzakat melalui ZIS on
line dengan website amaliah-astra.com.
e. Aturan atau rule. Aturan atau rule adalah suatu tindakan yang spesifik dan
merupakan bagian dari prosedur. Aturan yang saling berkaitan dapat
dikelompokan dalam suatu tindakan yang disebut prosedur.
f. Program. Program merupakan kombinasi antara kebijakan prosedur, aturan
dan pemberian tugas yang disertai dengan suatu anggaran atau budget. Semua
ini akan menciptakan suatu tindakan. Program atau kegiatan yang
direncanakan oleh Yayasan Amaliah Astra dalam meraih tujuan yakni
berkontribusi di bidang keagamaan, sosial dan kemanusiaan yang ingin
dicapai secara efektif dan efisien.
Dalam melakukan kegiatan-kegiatannya, Yayasan Amaliah Astra
membagi program-program tersebut pada beberapa divisi yaitu Divisi Strategi dan
55
Operasional, Divisi Sosial dan Religius, serta Divisi Usaha. Program dari tiap-tiap
divisi yaitu :
1. Divisi Strategi dan Operasional Yayasan Amaliah Astra. Program yang
akan diadakan antara lain :
A. Penerbitan Amaliah News
Amaliah News sebagai media komunikasi Astra yang memberikan
informasi-informasi kegiatan dari Yayasan Amaliah Astra, sebagai transparansi
program yang telah direncanakannya, Amaliah News terbit 3 bulan sekali, edisi
pertama pada bulan Oktober 2004, kedua terbit 02 Mei 2005 dan terbit lagi edisi
Amaliah Astra pada bulan Juli - September 2009 yang konten informasinya
berisikan Pembinaan Beasiswa dengan tema “Setitik Bahagia Untuk Dhu’afa”.
Peluncuran website www.amaliah-astra.com, ZIS Online yang memfasilitasi bagi
yang pernah berzakat atau berinfak di Lazis Yayasan Amaliah Astra dilampirkan
pula form donasi bagi yang ingin berzakat atau berinfak . Anggaran pembuatan
Amaliah News setiap priode berbudget Rp. 15.000.000,-
B. Create positive network (Membangun jaringan kerja yang baik)
Create positive network dengan HRD seluruh Grup Astra untuk
pembinaan program kerohanian, edukasi maupun program bisnis yang dimulai
tahun 2004. Dengan adanya kerjasama atau hubungan kerja dengan HRD seluruh
Grup Astra dapat mempermudah Yayasan Amaliah Astra dalam
56
mengimplementasikan program-program yang telah disusunnya sehingga dapat
berjalan dengan baik.
C. Audit internal kinerja
Audit internal kinerja Yayasan Amaliah Astra bertujuan menilai sejauh
mana progress dari setiap kegiatan yang akan dan telah dilaksanakan untuk
melihat kualitas kinerja dari Yayasan Amaliah Astra dan review audit ini
dilakukan setiap bulannya. Audit internal kinerja ini menggunakan sistem PDCA
yaitu Plan (Perencanaan), Do (Melakukan), Check (Pemeriksaan), Action
(Tindakan).
D. Pengelolaan Zakat, Infak dan Shodaqoh dari karyawan Astra.
Untuk mendukung rencana program pembentukan Badan Amal Zakat,
Infak dan Shodaqoh yang mandiri, maka pengurus Yayasan Amaliah Astra ikut
serta dalam pelatihan pengelolaan zakat lingkungan perkantoran yang
diselenggarakan oleh Departemen Agama. Yayasan senantiasa menggandeng
PERISAI dalam keterlibatan kepengurusan dalam setiap agenda kegiatan yang
relevan dengan kegiatan PERISAI.
Pada awal tahun 2007 telah dilaksanakan studi banding program
Pengembangan Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shodaqoh (LAZIS) dengan
Badan Amil Zakat, Infak dan Shodaqoh BNI 1946 yang lebih dikenal dengan
BAMUIUS BNI. Selain itu Yayasan Amaliah Astra juga telah berkonsultasi
57
mengenai pembentukan dan perizinan yang diperlukan dengan Departemen
Agama Jakarta utara.
Adapun latar belakang didirikannya LAZIS adalah :
1. Adanya Program ZIS Perisai
2. Potensi dana umat yang besar
3. Maksud dan tujuan didirikannya Yayasan
4. Muzaki belum “tahu “
5. Muzaki belum “Sadar”
6. Muzaki belum “ Percaya “
Adapun tujuan didirikannya LAZIS ini antara lain adalah :
1. Menjamin kepastian dan disiplin diri Muzaki
2. Mencapai efisiensi, efektifitas dan sasaran yang tepat dalam penggunaan
zakat menurut skala prioritas.
Adapun sasaran Muzaki (Pemberi Zakat) adalah seluruh karyawan Grup
Astra dan masyarakat umum. Adapun target berikutnya dari LAZIS Astra
berikutnya adalah menjaring para muzaki melalui kerjasama dengan HRD di
lingkungan Grup Astra untuk melakukan sosialisasi. Sosialisasi yang sudah road
show dilakukan yaitu : Road show ke PT MMS. Lazis YAA mengelar road show
ke PT Marga Mandala Sakti (MMS). Jajaran manajemen PT MMS yang dipimpin
oleh Sofyan menyatakan tertarik terhadap program Beasiswa. Dalam road show
itu, kedua belah pihak sepakat untuk menjajaki kerjasama terutama dalam
santunan beasiswa. Selanjutnya, PT MMS akan mensosialisasikan zakat kolektif
58
di lingkungan karyawannya. Roadshow ke Auto 2000 di sunter dan roadshow ke
PT Astra Daihatsu Motor (ADM).
Selain itu, bagi karyawan dan masyarakat yang ingin berzakat atau
berinfak, terdapat beragam kemudahan, antara lain informasi transfer via internet
banking Permata Bank, zakat via handphone (Flexicash), juga layanan call jemput
zakat melalui ZIS Online. Sebagai bentuk transparansi, website juga menampilkan
laporan keuangan. Setiap muzaki bisa mengetahui laporan penerimaan dan
penyaluran dana secara online. Laporan keuangan Lazis Amaliah Astra audited
juga bisa dilihat. Muzaki yang sudah terdaftar akan memperoleh ID Muzaki. ID
bisa digunakan untuk login dan mengecek dana yang sudah didonasikan. Bagi
yang pernah berzakat atau berinfak di Lazis Yayasan Amaliah Astra silakan Call
ke (021) 3369010, atau email ke [email protected] untuk memperoleh ID
Muzaki & passwordnya. Ikuti langkah berikut :
1. Buka website kami di alamat www.amaliah-astra.com
2. Pada menu “Login Donatur” masuka ID Muzaki & passwordnya.
3. Pilih menu :
- cek donasi, untuk mengetahui list dana ZIS yang telah disumbangkan,
menu ini bisa diakses perseorangan
- Laporan penerimaan & penggunaan
- Laporan keuangan tahunan
4. Ubah profil, kami sarankan mengganti password dan melengkapi biodata.
59
2. Divisi Sosial dan Religius Yayasan Amaliah Astra. Program yang akan
dilaksanakan antara lain :
A. Melakukan kegiatan rutin sholat fardhu, sholat jum’at, sholat tarawih
di bulan ramadhan, sholat Idul fitri, dan Idul Adha.
Mengacu pada visi dan misi Yayasan Amaliah Astra, yaitu ingin
mewujudkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual, maka kegiatan kerohanian yang berjalan memprioritaskan pada upaya
untuk memakmurkan masjid melalui kegiatan amal ibadah kepada Allah SWT dan
kegiatan kejama’ahan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat.
Wujud nyata pemakmuran masjid adalah dengan menyelenggarakan sholat
wajib berjamaah, termasuk juga sholat jum’at yang dilaksanakan secara rutin.
Jama’ah sholat jum’at di Masjid Astra dari hari ke hari terlihat mengalami
kenaikan, di mana sebelumnya jamaah sholat jumat di Masjid Astra sekitar 2000
jama’ah dan saat ini rata-rata jama’ah sholat jum’at telah mencapai kurang lebih
3000 jama’ah. Keberadaan Masjid Astra telah mulai dikenal oleh masyarakat
Jakarta Utara, hal ini terlihat dari jama’ah sholat wajib atau pun sholat jum’at,
yang sebelumnya hanya berasal dari komunitas Astra, saat ini telah meluas dan
dihadiri oleh masyarakat sekitar Masjid Astra, di antaranya oleh kaum muslimin
dari kelurahan Sungai Bambu, Kebun Bawang, Papanggo, Warakas dan muslimin
Tanjung Priok, serta masyarakat umum. Anggaran Budget untuk kegiatan Sholat
Rp. 20.800.000,-
60
B. Kajian masalah-masalah Islam dan Pendidikan Al-quran.
Untuk pertama kalinya Yayasan Amaliah Astra dapat menyelenggarakan
kajian cerdas bertajuk Hidup bahagia penuh barokah, sebuah kajian yang berbasis
untuk membersihkan hati atau dimensi spiritual (tasawuf positif). Tujuan dari
kegiatan ini adalah terciptanya sosok karyawan Astra yang produktif, kreatif,
inovatif serta mempunyai integritas profesional dan integritas moral. Kajian ini
berlangsung selama 6 minggu berturut-turut setiap hari kamis petang dan telah
diikuti oleh 30 peserta.
Para nara sumber dalam kajian tasawuf positif ini adalah : Dr. Haidar
Bagir, Dr. Umar Shahab MA, Husen Shahab, MA., Prof. Dr. Ahmad Tafsir, KH.
Dr. Abdel Kader Al-Habsyi, MA., Dr. Asep Usman Ismail, MA. Para narasumber
secara persuasif dan komunikatif mengajak peserta untuk tamasya spiritual dalam
pengenalan diri, mempertajam hati, serta memahami dan meneguhkan kembali
ikhwal kehambaan manusia dan keagungan Allah SWT. Peserta juga diajak untuk
memahami makna kedermawanan sosial. Di setiap hari Senin, Rabu dan Jum’at
sore hari, ba’da sholat ashar jam 16:00 WIB sampai dengan waktu maghrib tiba.
dilaksanakan pendidikan Al-Quran TPQ, yaitu program membaca Al-Qur’an
untuk anak-anak dan untuk dewasa, karyawan maupun umum diadakan program
Bimbingan Belajar Al-quran (BBQ). Jumlah peserta kedua program tersebut
mencapai 80-100 orang setiap periodenya. Anggaran budget untuk Program TPQ
dan Dauroh Al-Qur’an Rp. 56.000.000,-
61
C. Pemberian Beasiswa secara rutin kepada anak didik yang tidak
mampu (Dhu’afa).
Pada hari Selasa, 30 Juni 2008. 149 siswa SD penerima beasiswa Amaliah
Astra dari sekitar Tanjung Priok datang berkunjung ke Museum Astra. Banyak
yang terkagum-kagum. Tatapan anak-anak dhu’afa itu menandakan apa yang
dilihatnya adalah sesuatu yang baru. Mereka berdecak kagum ketika Annisa dari
Public Relations PT. Astra Internasional menerangkan bahwa waktu untuk
membuat satu unit sepeda motor hanya 12 detik. Jejak kesuksesan yang terekam
di museum Astra diharapkan menginspirasi mereka untuk sukses juga. Selain
kunjungan, anak-anak diajak juga bermain melalui game-game seru yang melatih
sisi kreatifitas, kecerdasan dan kemampuan berkompetisi.
Lain di Tanjung Priok, lain di Babelan Bekasi Utara. Penerimaan beasiswa
di sana mendapat pembinaan melalui acara Parenting Club pada 31 Mei 2008.
Acara itu digagas bersama ibu-ibu pengajar Bimbel Gratis Lukmanul Hakim
Denso. Pesertanya adalah 72 anak penerima Beasiswa Amaliah Astra beserta
ibunya. Parenting Club digagas untuk meningkatkan peran ibu sebagai sahabat
anak dalam belajar. Sejak digulirkan pertama kali 4 April 2008, beasiswa Amaliah
Astra digagas menjadi program beasiswa yang berbeda. Berbeda dalam arti bahwa
penerima beasiswa tidak hanya sekedar diberi lalu ditinggal begitu saja, namun
ada program pembinaan yang menggiringnya. Motivasi dari pihak luar mutlak
diperlukan, karena kondisi orang tuanya sangat sulit untuk memberi perhatian
lebih untuk pendidikan anaknya. Dengan program pembinaan yang terencana,
62
mimpi untuk mengubah nasib mereka dari mustahik (penerima) menjadi muzaki
(pemberi) semakin kelihatan nyata.
Berikut ini adalah laporan penerimaan dan penyaluran dana LAZIS YAA :
LAPORAN PENERIMAAN & PENYALURAN DANA LAZIS YAA Priode 1 Januari 2008 Sampai 30 Juni 2009 ( Dalam rupiah )
Bulan Penerimaan Dana ( Rp ) Total ZIS Penyaluran dana
Beasiswa (Rp) Zakat Infaq & Shodaqoh
Januari 08 6.546.078 1.000.000 7.546.078 - Februari 08 8.655.966 1.145.000 9.800.966 - Maret 08 2.181.720 1.260.000 3.441.720 - April 08 13.394.513 1.500.000 15.194.513 2.610.000 Mei 08 28.047.825 1.320.000 29.367.825 2.740.000 Juni 08 12.247.315 1.690.000 13.937.315 3.320.000 Juli 08 39.335.976 2.430.000 41.765976 6.860.000
Agustus 08 16.811.297 2.118.000 18.929.297 10.140.000 Sept 08 40.606.013 8.321.500 48.927.513 10.540.000 Okt 08 11.769.577 11.305.000 23.074.577 12.040.000 Nov 08 10.643.361 4.030.000 14.673.361 11.840.000 Des 08 122.670.924 7.507.500 130.178.424 15.790.000
Januari 09 16.235.958 7.990.000 24.225.958 15.220.000 Februari 09 10.931.990 6.392.500 17.324.490 35.600.000 Maret 09 10.666.566 9.811.623 20.478.189 25.280.000 April 09 67.080.523 1.907.800 68.996.323 75.520.000 Mei 09 12.718.194 6.652.500 19.370.694 1.500.000 Juni 09 15.762.500 11.676.937 27.439.437 7.611.900 Jumlah 446.614.296 88.058.360 534.672.656 236.611.900
D. Penyelenggaraan MTQ tingkat Astra Grup
E. Mengadakan khitanan massal.
Sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat sekitar Sunter, maka
yayasan bekerjasama dengan PERISAI dan IKASI, melaksanakan kegiatan
sunatan massal bagi anak-anak warga sunter, sebanyak 100 anak telah dikhitan
oleh tenaga medis dari tim Salam UI dan masing-masing anak yang dikhitan
mendapatkan baju koko, sarung, peci dan uang Rp 100.000,- Anggaran dalam
acara khitanan massal ini berbudget sebesar Rp. 40.000.000,-
63
F. Melakukan kegiatan kajian-kajian rutin Masjid Astra
Kajian Selasa sore pukul 17:00 sampai ba’da maghrib bersama KH. Zulfa
Musthofa dengan kajian kitab wawasan Al-Qur’an dan kajian Tasawuf.
Kajian Rabu Siang ba’da dzuhur - 13:00, pekan pertama dan ketiga bersama
Ustad Rikza Maulana, Lc., MAg.dengan kajian Hadits Tematik.
Kajian Rabu Siang ba’da dzuhur – 13:00, pekan kedua dan keempat bersama
Ustadz Bachtiar Nashir, Lc., MM. dengan Kajian Tafsir dan Tadabbur Al-
Qur’an.
Kajian Kamis Sore jam 17:00 sampai saat sholat maghrib bersama Ustadz
Zainal Abidin, Lc dengan kajian kitab Talkhis Al-Hamawiyah.
Kajian Ahad Shubuh. Dilaksanakan rutin satu kali yakni minggu ke 3 setiap
bulan dengan menghadirkan nara sumber yang berbeda pada setiap
kajiannya. Pokok bahasan yang dikaji tafsir surat-surat pendek.
Kajian ibu-ibu. Dilaksanakan rutin setiap hari rabu minggu ke 2, jam 14:00
sampai waktu ashar, dilaksanakan pengajian ibu-ibu dari masyarakat sekitar
masjid Astra, yaitu dari kelurahan Papanggo, Sungai Bambu dan Warakas,
dipandu oleh Ustadzah Hj. Maryam Salam dan Ustadz H. Memed Juned
Assidiqie, dengan tema bahasan Aqidah dan Akhlaq.
G. Peringatan hari-hari Besar Islam.
Dalam rangka menyambut Maulid Nabi Besar Muhammad SAW telah
diadakan festival marawis maulid Masjid Astra, diikuti oleh 13 tim marawis, di
mana festival tersebut mendapatkan apresiasi dari masyarakat dengan harapan
64
bisa dilaksanakan rutin sebagai wujud apresiasi Masjid Astra terhadap
berkembangnya kebudayaan lokal yang islami.
H. Kegiatan keagamaan di bulan Ramadhan dan Halal bi halal.
Mulai awal ramadhan sampai akhir, jama’ah tetap memenuhi Masjid
Astra, mulai subuh sampai sesudah tarawih. Terlebih pada 10 hari terakhir
ramadhan, masjid Astra mengadakan acara I’tikaf yang diikuti oleh 350 jama’ah
setiap malamnya. Kegiatan ramadhan lainnya adalah buka puasa bersama rata-rata
dihadiri 400-500 orang, kajian dzuhur rata-rata diikuti oleh 400 orang, kajian
ifthor rata-rata diikuti oleh 400-500 orang, kajian tarawih rata-rata diikuti 300
orang, kajian I’tikaf, bedah buku, pengumpulan zakat maal dan zakat fitrah serta
penggalangan infak dan shodaqoh. Penggalangan infak dan shodaqoh berasal dari
karyawan dan masyarakat umum lainya, termasuk peserta i’tikaf pada sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan. Pada akhir tahun, Masjid Astra bekerjasama
dengan Perisai dan Yayasan Amaliah Astra mengadakan Halal bi Halal Astra
Grub dengan pembicara Drs. Wijayanto MA.
I. Silaturrahim dengan lembaga-lembaga keagamaan.
a) Mengikuti penataran instruktur TPA Paket B di LPPTKA BKPRMI
Jakarta Utara.
b) Silaturrahmi pengurus dan anggota Yayasan Al-kahfi di Masjid Astra.
c) Mengikuti Kajian forum Silaturrahmi masjid Perkantoran di PT Telkom,
d) Rapat kerja Mahasiswa Bina Sarana Informatika di Masjid Astra.
65
e) Pengurus Masjid Astra bersilaturrahmi ke masjid Jami Al-Jihad kelurahan
Tanjung priok, membicarakan kemungkinan kerjasama pada kegiatan-
kegiatan keagamaan di antaranya pelaksanaan pengurusan jenazah.
Keuntungan atau manfaat dari suatu perencanaan dalam pengelolaan
Yayasan Amaliah Astra di Masjid Astra Sunter yaitu :
1. Aktifitas dakwah bisa berjalan lebih terarah dan teratur
2. Memungkinkan dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat aktifitas dakwah dilaksanakan
3. Dapat dipersiapkan terlebih dahulu tenaga-tenaga pelaksanan dakwah yang
diperlukan begitu juga dengan dana dan sarananya.
4. Memudahkan pimpinan dakwah untuk melaksanakan pengawasan dan
penilaian terhadap jalannya aktifitas dakwah.
3. Divisi Usaha Yayasan Amaliah Astra. Program yang akan dilaksanakan
anatara lain :
1. Pameran, Bazar dan Bedah Buku
Divisi Usaha Yayasan Amaliah Astra bersama masjid Astra dan
Persaudaraan Islam Astra (PERISAI) mengadakan Tabliq Akbar berupa bazar,
dan pameran buku islami yang dirangkaikan dengan ceramah Agama. Kegiatan
ini diadakan tiap tahun sekali, kegiatan pameran diikuti oleh 7 stand buku, 4 stand
baju, 1 stand makanan, 1 stand tas, 1 stand Permata Syariah, 1 stand FIF, dan
66
AAB Syariah. Kegiatan ini didukung oleh Auto 2000-AHM-FIF Syariah-Permata
bank Syariah-AAL-AAB syariah-TRAC.
Pada perkembangannya Pameran dan bedah buku dapat menjadi alternatif
other income bagi yayasan, mengingat daya tarik pameran sangat menggugah
perusahaan-perusahaan di lingkungan Grup Astra untuk turut serta dalam
sponsorship, di mana setiap perusahaan tersebut bisa berkontribusi sebesar 10 juta
per spanduk dan dalam sekali event bisa mencapai 20 perusahaan yang tertarik
menjadi rekanan sebagai sponsor kegiatan.
2. Penyewaan Masjid Astra untuk pernikahan
Masjid Astra telah menjadi salah satu tempat pilihan bagi pasangan yang
akan melaksanakan pernikahan. Sampai saat ini Masjid Astra telah menjadi saksi
sejumlah pasangan pengantin yang melaksanakan akad dan resepsi pernikahan.
3. Pembukaan restoran padang “Sederhana Bintaro“
Dalam upaya mendapatkan sumber dana lain untuk menunjang aktifitas
Yayasan Amaliah Astra yang membutuhkan dana relatif besar setiap tahunnya,
maka pada bulan Juni 2004 Resto Sederhana Bintaro dibuka secara resmi oleh
penasehat kehormatan Yayasan Bapak Abdul Rachman Ramly. Resto Sederhana
Bintaro ini dibuka atas kerjasama antara Yayasan Amaliah Astra sebagai investor
dengan Bapak Djamilus Djamil sebagai pemegang hak paten waralaba Resto
Sederhana Bintaro, dengan komposisi pembagian keuntungan masing-masing
67
45% untuk Yayasan Amaliah Astra, 40% untuk karyawan resto dan 15% untuk
pemilik hak waralaba.
Untuk usaha tersebut, yayasan telah menginvestasikan dana sebesar Rp.
749.891.902, yang digunakan untuk menyewa tempat usaha, biaya renovasi
tempat usaha, pembelian peralatan dan sarana resto serta untuk menyediakan alat
transportasi. Konsumen yang dituju dalam usaha resto ini adalah para pembeli
retail dari masyarakat Sunter dan pembelian pesanan dari beberapa perusahaan
Grup Astra di lingkungan sunter, di antaranya PT Gaya Motor, PT Astra Daihatsu
Motor, PT Pulogadung Pawitra Laksana, PT Tjahja Sakti Motor, PT Toyota
Motor Manufacturing Indonesia dan PT. Astra Internasional, Tbk.
Sebagai partner dalam pengelolaan resto, pihak yayasan mempunyai
kewajiban untuk turut serta dalam memajukan resto, di antaranya secara periodik
memberikan bimbingan dalam pengelolaan keuangan maupun dalam sistem
manajemen proses produksi.
Selama bulan juni sampai bulan Desember 2004, hasil penjualan resto
mencapai Rp. 1.307.144.395, dimana 52 % penjualan berasal dari pembelian
pesanan dari perusahaan Grup Astra, sedangkan sisanya 48 % berasal dari
penjualan retail. Dari hasil penjualan tersebut, Rp 981.560.189 digunakan sebagai
pembelian bahan material resto dan setelah disisihkan untuk zakat dan depresiasi,
maka keuntungan yang diperoleh adalah Rp.284.886.180, dimana 45% dari
keuntungan tersebut adalah hak yayasan, yaitu sebesar Rp.128.198.781.
68
B. Rehabilitas Masjid Astra
Pemeliharaan fisik Masjid Astra termasuk sekretariat kantor Masjid Astra
bertujuan untuk menjaga kondisi fisik Masjid Astra agar dapat dipergunakan
jama’ah dengan baik dan jama’ah dapat melakukan ibadahnya dengan khusyu’.
Kondisi fisik Masjid Astra yang baik akan mendukung kegiatan yang
dilaksanakan di masjid. Untuk itu, Yayasan telah melakukan maintenance untuk
fasilitas Masjid Astra yang ada. Misalnya pencucian tenda, pembersihan dan
penggantian lampu penerang, kebersihan harian baik fasilitas kamar mandi dan
toilet serta lantai masjid dan perawatan tata suara. Program perbaikan fasilitas
masjid Astra di mana perbaikan tersebut meliputi : perbaikan lantai, pengecetan
ulang seluruh bangunan masjid, pembuatan pagar depan masjid, penggantian
tenda masjid..
Pekerjaan pemborongan ini dilaksanakan oleh CV Tri Hazna Putri
Bandung dengan konsultan perencanaan dan pengawas PT Module Cipta
Enginering Bandung. Pekerjaan perbaikan fasilitas masjid Astra ini telah menelan
biaya sebesar Rp.931.505.155. yang dilaksanakan selama 45 hari.
C. Auditor Independen (Ekternal Auditors)
Auditor eksternal ditetapkan untuk melakukan pemeriksaan sektor
keuangan setiap tahun Yayasan Amaliah Astra untuk medapatkan pengakuan atas
konsolidasi laporan keuangan itu. Selama melakukan audit, diwajibkan untuk
melaporkan penyimpangan apapun yang material dalam hubungannya dengan
laporan keuangan dan lain-lain yang berhubungan dengan informasi keuangan.
69
Selama Eksternal auditor melakukan pengujian atas pengawasan internal dan
pemeriksaan apakah semua transaksi sudah sesuai dengan standar auditing yang
berlaku umum, Manajemen Yayasan Amaliah Astra tidak boleh memandang
sepele terhadap keberadaan eksternal audit karena ia mendapatkan kuasa penuh
untuk mengecek segala aspek keuangan dan pencatatan operasional, memeriksa
asset, inventori, personil dan memiliki tanggung jawab sendiri untuk meneliti
apakah sistem pengendalian berjalan dengan baik atau tidak. Dan bebas
melakukan pemeriksaan apa saja yang dianggap perlu.
Sesuai dengan Anggaran Dasar Yayasan, dimana disebutkan bahwa setiap
tahun cash flow Yayasan harus diaudit, maka Dewan Pembina Yayasan Amaliah
Astra telah memutuskan kantor akuntan publik Drs. Thomas, Trisno, Hendang
dan Rekan Akuntan publik Hasil dari audit menyatakan bahwa posisi keuangan
Yayasan Amaliah Astra yang berakhir tanggal 31 Desember setiap tahunnya,
bahwa laporan aktivitas, perubahan aktiva bersih, serta arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di
Indonesia.
Format laporan Auditor independent yang dilakukan oleh Yayasan
Amaliah Astra yang sesuai dengan prinsip Akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia yaitu :
1. Laporan posisi keuangan terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap, kewajiban
dan aktiva bersih.
2. Laporan aktivitas terdiri dari perubahan aktiva bersih tidak terikat pendapatan
dan beban
70
3. Laporan perubahan aktiva bersih yaitu aktiva bersih tidak terikat.
4. Laporan Arus kas yaitu arus kas dari aktivitas operasi perubahan dalam aktiva
bersih. Dan arus kas dari kegiatan investasi.
5. Laporan keuangan berisikan yaitu : 1.Umum, 2. Ikhtisar kebijakan akuntansi;
dasar penyusunan laporan keungan, aktiva besih terkait, aktiva bersih tidak
terkait, aktiva tetap, pengakuan pendapatan dan beban, transaksi dengan pihak
yang mempunyai hubungan istimewa, imbalan kerja karyawan, penggunaan
estimasi, 3. Kas dan bank, 4. piutang lain-lain, 5. Biaya dibayar dimuka, 6.
Aktiva tetap, 7. Hutang lain-lain, 8. Beban yang masih harus dibayar, 9.
Hutang pajak, 10. Aktiva bersih, 11. Beban, 12. Imbalan kerja karyawan, 13.
Perubahan kebijakan akuntansi, 14. Perjanjian, 15. Penyelesaian laporan
keuangan, 16. Peristiwa penting setelah tanggal neraca, 17. Reklasifikasi
perkiraan.
D. Prestasi Masjid Astra
Pada tahun 2005, Masjid Astra ditunjuk mewakili Masjid perkantoran
wilayah Jakarta Utara untuk mengikuti Binaul Masjid Dewan Masjid Indonesia
Propinsi DKI. Lomba ini diikuti oleh masjid-masjid perkantoran yang ada di
wilayah DKI Jakarta. Masjid Astra terpilih sebagai masjid terbaik II kategori
perkantoran setelah masjid Baitul Ikhsan Bank Indonesia. Untuk meningkatkan
kualitas imam, Masjid Astra mengirimkan karyawannya mengikuti penataran
imam dan khotib se-DKI Jakarta.
71
2. Pengorganisasian (Organizing)
Setelah perencanaan telah tersusun dengan rapi, para pengelola menyusun
pengorganisasiannya. Sebab dengan pengorganisasian maka rencana aktifitas
keagamaam terutama di masjid astra akan menjadi lebih mudah dalam
pelaksanaan aktifitas dakwahnya. Hal ini disebabkan oleh karena dengan dibagi-
baginya tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dakwah dalam tugas-tugas yang
lebih terperinci serta diberi wewenang pelaksanaannya kepada beberapa orang
akan mencegah timbulnya kumulasi pekerjaan hanya pada diri seorang pelaksana
saja.
Pengorganisasian suatu sistem kerjasama sekelompok orang yang
dilakukan dengan pembidangan dan pembagian seluruh pekerjaan atau tugas
dengan membentuk sejumlah satuan atau unit kerja, yang menghimpun pekerjaan
sejenis dalam satuan. Susunan kepengurusan Yayasan Amaliah Astra terdiri dari
Pembina, Pengawas dan Pengurus serta tim pendukung yakni divisi Strategi dan
Operasional, divisi Sosial dan Religius serta divisi usaha.
Pengorganisasian yang mengandung koordinasi akan mendatangkan
keuntungan pula berupa terpadunya berbagai kemampuan dan keahlian dari para
pelaksana dakwah dalam satu kerangka kerjasama yang semuanya diarahkan pada
sasaran yang telah ditentukan. Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan
taqwa, jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (QS 5:2).
Akhirnya dengan pengorganisasian, di mana masing-masing pelaksana
menjalankan tugasnya pada kesatuan-kesatuan kerja yang telah ditentukan serta
masing-masing dengan wewenang yang telah ditentukan pula, akan memudahkan
72
pimpinan Yayasan Amaliah Astra dalam mengendalikan dan mengevaluasi
penyelenggaraan aktifitas dakwah di Masjid Astra Sunter.
Langkah-langkah pengorganisasian yang dilakukan oleh Yayasan Amaliah
Astra dalam menjalankan roda aktifitas dakwahnya di Masjid Astra yang
berkontribusi dalam bidang keagamaam, sosial dan kemanusian antara lain :
1. Membagi dan atau mengelompokan aktifitas dakwah dalam satu kesatuan. Di
Yayasan Amaliah Astra kepengurusannya terdiri dari pembina, ketua dan
anggotanya, pengawa s: ketua dan anggotanya, pengurus: ketua, sekretaris,
bendahara dan anggotanya, ketua Masjid Astra dan tim pendukung terdiri
dari tiga divisi yakni: divisi strategi dan operasional, divisi sosial dan religius
serta divisi usaha. Untuk memudahkan dalam mengimplementasikan
kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan maka Yayasan membagi
Aktivitas / tugas di setiap divisi.
2. Merumuskan dan menentukan tugas serta tanggung jawab struktur
kepengurusan Yayasan Amaliah Astra dan menempatkan personil
pengurusnya sesuai dengan kemampuan, kemauan, pengalaman, kondisi fisik
dan mentalnya. Di Yayasan Amaliah Astra divisi strategi dan operasional
melakukan kegiatan yaitu: pembuatan Amaliah News, Create positive
network dengan HRD seluruh Grup Astra, audit internal Yayasan Amaliah
Astra, pengelolaan Zakat, Infak dan shodaqoh dari karyawan Astra, dan
evaluasi rutin kegiatan Yayasan.
3. Memberi wewenang dan tanggung jawab yang penuh dari pimpinan
pengurus kepada staf-staf divisi dan pelaksanaanya.
73
4. Menciptakan jalinan kerja yang baik sehingga memiliki alur kerja yang solid.
Keuntungan Pengorganisasian yang dilakukan oleh Yayasan Amaliah
Astra dalam menjalankan aktifitas dakwahnya di Masjid Astra yaitu :
1. Rencana dakwah yang telah disusun menjadi mudah dalam pelaksanaannya
2. Memudahkan pendistribusian tugas-tugas kepada pelaksana dakwah
3. Memudahkan pemilihan tenaga pelaksana
4. Keterpaduan berbagai kemampuan pelaksana dakwah dalam kerangka
kerjasama.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Fungsi ketiga manajemen fungsional adalah pelaksanaan (actuating), yang
dilakukan setelah organisasi memiliki perencanaan dan pengorganisasian dengan
memiliki struktur organisasi termasuk tersediannya personil sebagai pelaksana
sesuai kebutuhan kerja yang dibentuk. Di dalam kegiatan pelaksana, Pongki
Pamungkas selaku Ketua Pengurus Yayasan Amaliah Astra melakukan beberapa
upaya yakni:
a. Mengarahkan (Comanding)
Pengarahan dapat berlaku secara efektif apabila memperhatikan cara-cara
yang baik. Pimpinan Yayasan Amaliah Astra mengharapkan kepada bawahannya
agar bersedia untuk bekerja secara maksimal, terorganisir, tidak tumpang tindih
dan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Cara-cara
pengarahan dapat dilakukan dengan: (a) Orientasi. Ia merupakan cara pengarahan
dengan memberikan informasi yang perlu, agar kegiatan dapat dilakukan dengan
74
baik. (b) Perintah. Ia merupakan perintah dari atas atau pimpinan kepada orang-
orang yang dipimpinnya atau dibawahnya, untuk melakukan atau mengulang
suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. (c) Pendelegasian wewenang.
Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum bila dibandingkan penyampaian
perintah. Dalam hal ini pimpinan Yayasan Amaliah Astra memberikan sebagian
wewenang yang dimilikinya kepada bawahan atau divisi-divisi yang dipilihnya.
b. Membimbing (Directing)
Setelah pimpinan melakukan arahan kepada bawahannya dalam
melakukan aktivitas dakwahnya, pimpinan juga perlu membimbing dan
menjuruskan ke arah pencapaian tujuan dakwah yang telah direncanakan. Jelas
bahwa pembimbing adalah merupakan tindakan pimpinan yang dapat menjamin
terlaksananya tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan
ketentuan-ketentuan lain yang telah digariskan, sehingga apa yang menjadi tujuan
dan sasaran dakwah dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
c. Komunikasi (comunication)
Komunikasi sebagai tukar pikiran atau informasi agar terjalin adanya
saling pengertian serta hubungan antar manusia secara sinergi. Untuk mencapai
tujuan yang diharapkan perlu adanya komunikasi yang efektif sehingga dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan dakwahnya dapat berjalan secara efektif. Sehingga
pengurus dapat beraktivitas sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
75
d. Motivasi
Dalam hal ini pimpinan Yayasan Amaliah Astra memberikan rangsangan
atau motivasi. Motivasi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam
suatu organisasi. Perencanaan dan struktur organisasi yang baik belum menjamin
bahwa tugas-tugas yang ditetapkan pasti berjalan dengan lancar. Semua itu
tergantung pada tanggung jawab dari pengawasan manajemen serta para
anggotanya. Bagi para anggota, untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik
dipengaruhi oleh cara manajer dalam mempengaruhi perintah. Keberhasilan yang
maksimal akan dapat dicapai apabila para manajer mampu memberi dorongan
atau motivasi pada para pegawai atau karyawannya. Motivasi terdiri atas dua
bagian, yaitu; 1. motivasi positif dan 2. motivasi negative. Motifvasi positif
merupakan proses untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan reward,
seperti penambahan gaji, bonus, dan kepuasan lainnya, termasuk mempromosikan
pendidikan dan pelatihan. Adapun motivasi negatif merupakan proses untuk
mempengaruhi orang lain dengan memberikan peringatan-peringatan bagi mereka
yang tidak bekerja secara baik, seperti kehilangan bonus, jabatan tertentu,
pemotongan gaji, atau lebih jauh lagi sampai pada tingkat pemecatan.
4. Pengawasan (Controlling)
Setelah melakukan perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan maka
perlu melakukan pengawasan dan evaluasi. Pengawasan merupakan proses
mengukur dan menilai tingkat efektifitas kerja personil dan tingkat efisiensi
penggunaan sarana kerja dalam memberikan kontribusi dalam pencapaian
76
organisasian. Pengawasan dapat dilakukan dengan mengamati kegiatan dakwah,
mengukur keberhasilan dan kegagalannya dengan standar yang telah ditetapkan
dalam perencanaan.
Dalam melakukan pengawasan ada 4 tahapan yang dilakukan yaitu:
1. Menetapkan standar dan metode mengukur prestasi kerja.
Perencanaan merupakan suatu tolak ukur merancang pengawasan, langkah
pertama yang dilakukan oleh Yayasan Amaliah Astra adalah menyusun rencana,
baik rencana jangka pendek, menengah, dan panjang agar pengawasan dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan standar yang direncanakan, sehingga tujuan
dari yayasan dapat terlaksana. Bentuk standar dapat diklasifikasikan menjadi tiga
bagian yaitu standar ukur kualitas, standar ukur kuantitas, dan standar ukur waktu
dan tempat. Dengan uraian sebagai berikut :
1. Standar ukur kualitas meliputi kemampuan pengurus Yayasan Amaliah Astra
dan karyawan memahami dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
2. Standar ukur kuantitas meliputi sejauh mana karyawan grup PT Astra dan
masyarakat sunter menjadikan Masjid Astra sebagai pusat kajian islam.
Sehingga, segala kegiatan yang direncanakan dapat berjalan dengan baik
3. Standar waktu dan tempat meliputi berapa lama waktu menjadikan Masjid
Astra sebagai pusat ibadah dan pengembangan di bidang sosial, keagamaan
dan kemanusian karyawan dan masyarakat .
2. Melakukan pengukuran prestasi kerja.
Langkah kedua dalam pengawasan ialah mengukur atau mengevaluasi
prestasi kerja terhadap standar yang telah ditentukan
77
3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
Setelah dua proses sebelumnya dilalui, yang perlu dilakukan dalam
langkah ini adalah membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar
yang telah ditetapkan. Pada Yayasan Amaliah Astra, prestasi kerja yang dilakukan
oleh karyawan atau pengurus sesuai dengan standar yang ditetapkan. Maka,
pimpinan dapat menilai kinerja yang dilakukan sudah berjalan dengan baik dan
terkendali.
4. Mengambil tindakan korektif
Proses pengawasan tidak sempurna jika tidak ada tindakan untuk
membetulkan atas penyimpangan yang terjadi.
Fungsi pengawasan internal yang dilakukan oleh Yayasan Amaliah Astra
melalui Divisi Strategi dan Operasional telah dilaksanakan secara konsisten
dengan menggunakan sistem Plan, Do, Check, Action ( PDCA ) terhadap seluruh
kegiatan atau aktifitas Yayasan Amaliah Astra agar tujuan yang ingin dicapai
dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Fungsi monitoring Yayasan Amaliah
Astra dilaksanakan secara optimal, di mana secara rutin diadakan review aktifitas
setiap sebulannya bersama pengurus Yayasan dengan tujuan untuk melihat
bagaimana progress dari setiap kegiatan yang akan dan telah dilaksanakan.
5. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threath) Yayasan
Amaliah Astra. SWOT adalah singkatan dari kekuatan (Strength) dan kelemahan
78
(Weakness) internal organisasi serta peluang (Opportunity) dan tantangan
(Threat) dalam lingkungan yang dihadapai (Eksternal)
Analisis SWOT merupakan proses menganalisis atau penelitian terhadap
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan organisasi serta melakukan
penelitian terhadap kesempatan dan ancaman-ancaman dari lingkungannya untuk
mengidentifikasi suatu celah strategis yang dapat dimanfaatkan oleh organisasi.
Analisis SWOT pada Yayasan Amaliah Astra dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Strength (Kekuatan), yaitu kekuatan-kekuatan yang dimiliki dan
memberikan keuntungan pada Yayasan yaitu :
1. Memiliki Bangunan Masjid Astra yang indah, bersih dan nyaman sebagai
pusat kegiatan keagamaan bagi para karyawan Grup Astra dan
Masyarakat Umum.
2. Memiliki Sumber Daya Manusia yang profesional dan berdedikasi tinggi
terhadap aktifitas dakwah yang berpusat di Masjid Astra.
3. Memiliki fasilitas Masjid Astra yang memadai ketika aktifitas dakwah
dilakukan.
4. Memiliki sumber dana yang mandiri dalam found raising
5. Memiliki tim audit eksternal keuangan dalam pengelolaan anggaran dasar
Yayasan Amaliah Astra.
6. Administrasi keuangan yang transparansi
7. Adanya hubungan komunikasi, koordinasi, aksi dan evaluasi antar
pengurus Yayasan Amaliah secara baik.
79
8. Memiliki ZIS Online melalui situs web amaliah-astra.com, sebagai media
informasi.
Weakness (Kelemahan), yaitu keterbatasan yang dimiliki Yayasan dengan
mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki maka Yayasan Amaliah
Astra dapat mengadakan perubahan atau perbaikan ke arah yang lebih baik
lagi, kelemahan yang dimiliki yaitu sebagai berikut :
1. Penentuan kiblatnya yang kurang tepat sehingga shafnya sedikit
menyerong ke sebelah kanan.
2. Kurang kondusifnya tempat parkir yang berada di pinggir jalan.
Opportunity (Peluang), yaitu situasi yang menguntungkan dalam lingkup
Yayasan Amaliah Astra dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk
menarik kesempatan terbuka bagi keberlanjutan atau kemajuan Yayasan.
Berikut adalah peluang yang dimiliki oleh Yayasan Amaliah Astra :
1. Mengadakan kerjasama dalam merealisasikan kegiatan-kegiatan
keagamaan dengan berbagai pihak yaitu PERISAI, IKASI, SCTV dan
Grub Astra Lainnya.
2. Bekerjasama dengan restoran padang “Sederhana Bintaro“ dalam
foundraising ( Penggalangan dana )
3. Menjalin kerjasama dalam pengelolaan ZIS Amaliah Astra melalui ZIS
Online terhadap berbagai pihak yaitu : Permata Bank Syariah, PT Auto
2000, dan PT MMS sebagai pemberian beasiswa kepada anak-anak
dhua’fa.
80
4. Menjalin hubungan baik kepada HRD seluruh Grup Astra untuk
pembinaan program kerohanian, edukasi dan bisnis.
Threat (ancaman), yaitu situasi yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan Yayasan Amaliah Astra yang dapat mengganggu keberadaan dan
keberlanjutan yayasan. Ancaman pada Yayasan Amaliah Astra saat ini
belum ada ancaman yang sangat signifikan membahayakan khusus pada
masjid Astra karena di masjid Astra ada yang menjaga dan mengawasi dari
segi keamanan yakni satpam atau security. Serta selain itu, banyaknya
dukungan dari pihak PT Astra Internasional dan lainnya sehingga ancanam
yang akan datang dapat teratasi.
Dari hasil analisis SWOT tersebut dapat disimpulkan, bahwa Yayasan
Amaliah Astra melalui Masjid astra dalam kondisi yang baik, karena Yayasan
Amaliah Astra memiliki beberapa kekuatan dan peluang yang cukup besar dalam
pelaksanaannya, sehingga memungkinkan Yayasan Amaliah Astra untuk
memperbesar perubahan yayasan agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan,
sehingga dapat meraih kemajuan dalam mengembangkan dakwah melalui kajian-
kajian islam pada Masjid Astra secara maksimal.
81
B. Kegiatan keagamaan di Masjid Astra Sunter
Aktivitas keagamaan adalah tindakan untuk menghasilkan sesuatu baik
dilakukan secara perorangan maupun kolektif yang berkaitan dengan keyakinan
dan kepercayaan kepada Tuhan.
Divisi sosial dan religius memiliki misi yaitu memiliki masjid yang
makmur. Masjid Astra dalam perjalanannya senantiasa melakukan tugasnya
sebagai salah satu lentera edukasi spiritual bagi karyawan muslim Grup Astra dan
lingkungannya, segala bentuk kemasan dakwah dan peribadatan dilaksanakan
didalamnya untuk kemaslahatan masyarakat lingkungan dan umat pada umumnya
Beberapa kegiatan atau program yang dilaksanakan oleh divisi sosial dan
religius yaitu :
1. Silaturrahmi, silaturrahmi yang dilakukan oleh Masjid Astra berupa
silaturrahmi internal dan eksternal.
2. Peringatan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi, Isra Mi’raj dan tahun
baru Islam. Tujuan pemanfaatan event hari besar islam ini sebagai sarana
dakwah di Masjid Astra.
3. Bedah buku Islam dan Tabliq Akbar. Bedah buku islam diselenggarakan
dengan tujuan menambah wawasan dan wacana keilmuan islam karyawan
dan masyarakat umum dengan mengutamakan Al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai pedoman.
4. Pesantren liburan Masjid Astra, acara ini dilaksanakan pada saat libur
akhir semester sekolah, kegiatan ini diikuti oleh putra putri karyawan Grub
Astra. Paduan antara pendidikan pengetahuan umum dengan pengetahuan
82
agama yang dikemas dalam satu acara, dimulai dengan kunjungan pada salah
satu pabrik perakitan kendaraan bermotor Astra dan dilanjutkan dengan talk
show wawasan keislaman. Adapun tema dan pengisi acaranya adalah: Agus
Nardianto. tema : sekilas tentang Astra. H. Abdurrahman, tema: kunjungan
ke Gaya Motor. Prof Suharyadi S, tema: Berbakti kepada kedua orang tua.
Haryo, tema: Jangan Takut setan.
5. Ramadhan Mubarrok, acara ini dilaksanakan pada bulan ramadhan dengan
komposisi acara yaitu: Kajian Ifthor, buka puasa bareng, kajian tarawih,
kajian dzuhur, kajian I’tikaf dan qiyamullail dan kajian subuh.
6. Melaksankan kegiatan ibadah rutin seperti: sholat fardhu, sholat jumat,
sholat tarawih dibulan ramadhan, sholat Idul fitri, dan Idul Adha
7. Kajian-kajian rutin, seperti kajian Selasa sore 17:00 sampai ba’da maghrib
bersama KH. Zulfa Musthofa dengan kajian kitab wawasan Al-Qur’an dan
kajian Tasawuf. Kajian Rabu Siang ba’da dzuhur - 13:00, pekan pertama dan
ketiga bersama Ustad Rikza Maulana. Lc, MAg dengan kajian Hadits
Tematik. Kajian Rabu Siang ba’da dzuhur - 13:00, pekan kedua dan keempat
bersama Ustadz Bachtiar Nashir.Lc, MM. dengan Kajian Tafsir dan
Tadabbur Al-quran. Kajian Kamis Sore jam 17:00 sampai saat sholat
maghrib bersama Ustadz Zainal Abidin, Lc dengan kajian bertema Faktor-
Faktor Penumbuh Ketaatan. Kajian Ahad Shubuh dilaksanakan rutin satu kali
dalam sebulan dengan menghadirkan nara sumber yang berbeda pada setiap
kajiannya. Pokok bahasan yang dikaji Tafsir surat-surat pendek. Kajian Ibu-
ibu dilaksanakan rutin satu kali dalam sebulan, jam 14:00 sampai waktu
83
ashar dilaksanakan pengajian ibu-ibu dari masyarakat sekitar Masjid Astra,
yaitu dari kelurahan Papanggo, Sungai Bambu dan Warakas. Dipandu oleh
Ustadzah Hj. Maryam Salam dan Ustadz H. Memed Juned
8. Pendidikan Al-quran, di setiap hari senin, rabu dan jumat sore hari, ba’da
sholat ashar jam 16:00 WIB sampai dengan waktu maghrib tiba.
dilaksanakan pendidikan Al-quran TPQ, yaitu program membaca Al-Qur’an
untuk anak-anak dan untuk dewasa, karyawan maupun umum diadakan
program Bimbingan Belajar Al-Qur’an (BBQ). Jumlah peserta kedua
program tersebut mencapai 80 orang.
C. Hambatan atau kendala yang dihadapai Masjid Astra
Hambatan yang terjadi di Masjid Astra sampai saat ini secara internal
tidak ada, namun secara eksternal hambatan yang dialami yakni animo
masyarakat khususnya masyarakat Sunter masih kurang respon terhadap ilmu,
terutama ilmu agama. Inilah yang menjadi kendala Masjid Astra dalam
mensyiarkan dakwahnya. Oleh karena itu, pengurus masjid harus memiliki
inovasi dan kreatifitas dalam mengkonsep nilai dakwah kepada para jama’ah
masjid. Sejauh ini hanya itu hambatan yang dialami masjid Astra sunter.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah berdirinya Yayasan Amaliah Astra / Masjid Astra
Yayasan Amaliah Astra didirikan pada tanggal 2 Januari 2001 dan
diresmikan 23 Mei 2001 oleh PT. Astra Internasional, Tbk sesuai dengan Akta
Pendirian No 35 tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Akte No.12 tahun
2004 serta Akte No.8 tahun 2004 oleh notaris Emi Susilowati. Akte pendirian
tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia No.C-751. HT.01.02.Th 2004.1
Pendirian Yayasan ini dilandasi oleh cita-cita perusahaan “Sejahtera
Bersama Bangsa” dan salah satu dharma falsafah Astra “Menjadi milik yang
bermanfaat bagi Bangsa dan Negara“, serta Visi Astra yaitu “Menjadi
Perusahaan yang Mempunyai Tanggung jawab Sosial dan Ramah Lingkungan”.
Yayasan Amaliah Astra bersama yayasan lain di jajaran Astra merupakan
wahana untuk mewujudkan program “Corporate Sosial Responsibility”
perusahaan, khususnya di bidang sosial-keagamaan, dan sekaligus program
Community Development Astra. Tugas pertama yang diemban oleh Yayasan dan
berhasil diselesaikan tepat waktu selama lebih kurang 7 bulan sejak bulan Maret
1 Laporan Pengurus Yayasan Amaliah Astra ( YAA ) Tahun 2004 hal.3
36
37
2001 hingga November 2001 adalah pembangunan Masjid Astra di Jl. Gaya
Motor Raya Sunter II Jakarta Utara.
Maksud dan tujuan didirikannya Yayasan Amaliah Astra adalah di bidang
keagamaan, sosial dan kemanusiaan. Yayasan melalui kontraktor, dalam hal ini
PT Nusa Raya Cipta, melanjutkan pembangunan dan penyempurnaan Masjid
Astra, khususnya tampilan kulit luarnya seperti, pengecetan atap beton, dinding
luar dan alcotex, serta pemasangan composite panel di atas teras yang terletak di
bagian depan perpustakaan masjid, guna melindungi dari terpaan hujan.
Pemasangan granit pada dinding luar depan, yang semua dijadwalkan,
akhirnya dibatalkan karena alasan teknis seperti pemasangan kawat baja yang di
dinding dan ancaman korosi akibat cuaca di wilayah Sunter II yang bakal
mempengaruhi daya tahan baja penyangga granit dinding, di samping alasan biaya
yang memang nilainya cukup signifikan. Sebagai gantinya dilakukan pengecatan
dinding untuk menimbulkan nuansa antar bidang. Hasilnya, cukup mengesankan
dan biayanya pun jauh lebih murah.
Kegiatan lain adalah penggantian sebagian (sebanyak 43 buah) stainglass
atau kaca patri karena stainglass yang ada kurang dapat memantulkan efek cahaya
yang impresif ke bagian luar. Selajutnya stainglass yang lama tersebut
dihibahkan kepada Masjid Astra Agro Lestari di jalan Pulau Ayang Raya,
kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta Timur. Pekerjaan pembuatan, pemasangan
dan pencopotan stainglass ini seluruhnya dilakukan oleh Setia Boedhie Utama,
38
pengrajin kaca patri di pasar seni Ancol, Taman Impian Jaya Ancol. Yang
bersangkutan termasuk mitra kerja yayasan yang produktif, kreatif dan disiplin
Dalam tahun 2002, yayasan juga telah menyelesaikan pembangunan dua
ruang penyimpanan sepatu dan sandal para jamaah, yang berlokasi masing-masing
satu ruang di depan kantor Masjid, dan satu ruangan di bagian utara masjid di
dekat toilet atau ruang wudhu wanita. Pembangunan kedua ruangan permanen
tersebut dilakukan oleh PT Nusa Raya Cipta. Sedangkan rak sepatu yang terbuat
dari bahan baku MDF yang diproduksi dan disumbangkan oleh PT Sumalindo
Lestari Jaya.
Selanjutnya Yayasan atas seizin Dewan Pembina Yayasan dan melalui
suatu tender terbuka yang diikuti oleh PT Ervan Prima Abadi, PT Satu Cita Guna
dan PT Saudara Mandiri Steel, membangun tenda semi permanen mengganti
tenda sebelumnya yang merupakan sewaan (Rp 750.000 / minggu). Dengan tenda
baru tersebut, di samping menghemat diharapkan keindahan Masjid Astra akan
tetap terjaga. Pada akhir tahun 2002 telah ditetapkan pemenang tendernya adalah
PT Ervan Prima Abadi. Biaya pembuatan tenda ini, mencapai Rp 40 Juta.
Kesemua proyek tersebut, utamanya penyempurnaan kulit luar masjid dan
pembangunan ruang penitipan sepatu dan gudang. Sepenuhnya dalam pengawasan
PT ADI selaku konsultan perencanaan Masjid Astra. Total nilai pembangunan
gudang, tenda, tempat penitipan sepatu, penggantian kaca patri tersebut sebesar
Rp. 680.990.600,-2
2 Laporan Pengurus Yayasan Amaliah Astra ( YAA ) Tahun 2002 hal.7
39
B. Letak Geografis
Masjid Astra berkapasitas sekitar 3000 jamaah, yang dibangun di atas
lahan seluas lebih kurang 2000 meter persegi di Jalan Gaya Motor Raya No 3
Sunter II Jakarta Utara, atau tepatnya di halaman PT Gaya Motor.3
Masjid Astra sebagai masjid perkantoran yang berada di lingkungan
pabrik-pabrik Astra grup di daerah sunter. Masjid Astra berlokasi dekat Gaya
Motor 2, dekat Gaya Motor Raya, dekat Gaya Motor 1, 0,3 kilometer dari Gaya
Motor 3, 0,5 kilometer dari Sungai Bambu 3. Masjid Astra secara gografis terletak
6° 8' 5" Lintang Selatan dan 106° 53' 13" Lintang Timur pada peta jakarta
Lokasi masjid Astra terletak di antara dua gedung yaitu 0,1 kilometer dari
Astra gedung pusat dan 0,2 kilometer dari Toyota Astra Stamping Plant. 0.3
kilometer dari Trac. 0.3 kilometer dari Toyota Astra Motor (casting). 0.4
kilometer dari PT. Gaya Motor.
C. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Amaliah Astra
Didirikan Yayasan Amaliah Astra dilandasi oleh cita-cita perusahaan
”Sejahtera Bersama Bangsa” dan salah satu Dharma falsafah Astra yaitu “Menjadi
Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara”. Visi Astra, yaitu “Menjadi
Perusahaan yang mempunyai Tanggung Jawab Sosial dan Ramah Lingkungan “
Yayasan Amaliah Astra bersama Yayasan lain di jajaran Astra, merupakan
wahana untuk melaksanakan dan mengembangkan Corporate Social
Responsibility perusahaan, khususnya di bidang sosial keagamaan
3 Laporan Pengurus Yayasan Amaliah Astra ( YAA ) Tahun 2002 hal. 8
40
Visi Yayasan Amaliah Astra, yaitu “Mewujudkan kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual keluarga besar Astra dan
masyarakat.”4
Untuk mencapai visi tersebut, yayasan berencana menjalankan Misi
kegiatan-kegiatan secara bertahap yaitu :
• Mendirikan sarana Ibadah, menyelenggarakan pondok pesantren dan
madrasah, menerima dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah,
meningkatkan pemahaman keagamaan dan melaksanakan syiar keagamaan
serta studi banding keagamaan.
• Mendirikan lembaga formal dan non formal panti asuhan, panti jompo dan
weda, rumah sakit, poliklinik dan laboratorium, pembinaan olah raga;
penelitian di bidang ilmu pengetahuan dan studi banding
• Memberikan bantuan kepada korban bencana alam, pengungsi, tuna
wisma, fakir miskin dan gelandangan, mendirikan dan menyelenggarakan
rumah singgah dan rumah duka, memberikan perlindungan konsumen dan
melestarikan lingkungan hidup.
Tujuan didirikannya Yayasan Amaliah Astra adalah berkontribusi di
bidang keagamaan, sosial dan kemanusiaan.
4 Laporan Pengurus Yayasan Amaliah Astra (YAA) Tahun 2002
41
D. Program Kegiatan Yayasan Amaliah Astra
1. Divisi Strategi dan Operasional
Divisi Strategi dan Operasional Yayasan Amaliah Astra akan mengadakan
beberapa kegiatan di antaranya :
1. Penerbitan Amaliah News sebagai media komunikasi Astra
2. Create positive network (membangun jaringan kerjasama) dengan HRD
seluruh Grup Astra untuk pembinaan program kerohanian, edukasi
maupun program bisnis
3. Audit internal kinerja Yayasan
4. Pengelolaan Zakat, Infak dan Shodaqoh dari karyawan Astra
5. Evaluasi Rutin kegiatan Yayasan
2. Divisi Sosial dan Religius
Divisi Sosial dan Religius Yayasan Amaliah Astra akan mengadakan
beberapa kegiatan di antaranya :
1. Melakukan kegiatan rutin sholat fardhu, sholat jumat, sholat tarawih,
sholat Idul fitri, dan Idul Adha.
2. Kajian masalah-masalah Islam dan Pendidikan Al-Qur’an
3. Pemberian beasiswa secara rutin kepada anak didik yang tidak mampu
4. Mengadakan Festival Marawis (Seni budaya Islam)
5. Penyelenggaraan MTQ tingkat Astra Grup
6. Mengadakan khitanan massal bekerjasama dengan Publik Relation AIHO
7. Melakukan kegiatan kajian-kajian rutin Masjid Astra
42
8. Peringatan hari-hari Besar Islam.
9. Pelaksanaan Tabliq Akbar
10. Kegiatan keagamaan di bulan Ramadhan dan Halal bi halal
11. Silaturrahim dengan lembaga-lembaga keagamaan.
3. Divisi Usaha
Divisi Usaha Yayasan Amaliah Astra akan mengadakan beberapa kegiatan
di antaranya :
1. Pameran, Bazar dan Bedah Buku
2. Pameran lukisan dan kaligrafi.
3. Kerjasama dengan SCTV dalam acara Indahnya kebersamaan bersama
Ustad Jeffry Al Buchory.
4. Penyewaan Masjid Astra untuk pernikahan
5. Pembuatan buku kajian keislamam yang dilakukan masjid Astra
6. Pembukaan restoran padang ”Sederhana Bintaro“
E. Struktur Kepengurusan Yayasan Amaliah Astra
Dilihat dari segi bahasa, struktur dapat berarti cara bagaimana sesuatu
disusun atau dibangun. Sedangkan organisasi dapat berarti susunan atau aturan
dari berbagai bagian, sehingga merupakan kesatuan yang teratur dan tersusun.5
5 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta :
Balai Pustaka, 1994/ 1995), Cet. Ke-3 h. 860
43
Soetmina mengatakan bahwa : “Struktur organisasi ialah suatu kerangka
yang menunjukan semua tugas kerja untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan
antara fungsi-fungsi tersebut, serta wewenang dan tanggung jawab setiap anggota
organisasi yang melakukan tiap-tiap tugas kerja tersebut.”6
Menurut Imam Munawir mengenai organisasi, yaitu : “Organisasi adalah
merupakan kerja sama di antara beberapa orang untuk mencapai tujuan dengan
mengadakan pembagian dan peraturan kerja yang menjadi ikatan kerja sama
dalam organisasi itu demi mencapai tujuan secara efektif dan efisien.”7
Adapun struktur kepengurusan pada Yayasan Amaliah Astra adalah
sebagai berikut :
PENDIRI
PT. Astra Internasional Tbk
PEMBINA
Ketua : Michael Dharmawan Ruslim (PT. Astra Internasional, Tbk)
Anggota : Aminuddin Nurdin (PT. Astra Internasional, Tbk )
Angky Utarya Tisnadisastra (PT Astratel Nusantara)
PENGAWAS
Ketua : Arief Istanto (PT Astratel Nusantara)
Anggota : Mohammad Sachofi Dimyati (PT. Gaya Motor)
Thaufik Noograha
Susilo Sudjono
6 Soetmina, Perpustakaan, Kepustakawan dan Pustakawan , ( Yogyakarta : Kanisius,
1992), Cet Ke-1, h. 57 7 Ek. Imam Munawir, Asas-Asas Kepemimpinan Dalam Islam, ( Surabaya : Usaha
Nasional), h. 96
44
PENGURUS
Ketua : Pongki Pamungkas (PT. Astra Argo Lestari, Tbk)
Sekretaris : Edhie Sarwono (PT. Astra Internacional, Tbk)
Bendahara : Dyah Pontjoretno (PT. Astra Internasiona,l Tbk)
Anggota : Didin M. Machfudz Yulian Warman
Kamaruzzaman
Osrinita Oesman
MASJID ASTRA
Ketua : M. Fachrial
TIM PENDUKUNG
Pelaksanaan tugas pengurus Yayasan memperoleh dukungan dari Tim
Pendukung yang difungsikan pada tiga Divisi Yayasan. Adapun tim
pendukung tersebut antara lain :
A. Divisi Strategi & Operasional
1. Abdul Karim Suwandono
2. Bayu Dwi Puji Widodo
3. Ferdian Farizy
4. Simon N Valentyn
5. Sri Lestari
B. Divisi Sosial & Religius
1. Ahmad Luthfy Achtar
2. Syaefurrohman
45
3. Muhammad Syarif
C. Divisi Usaha
1. Ari Sutrisno
2. Agus Nardianto
3. Oki Ciko
F. Sarana dan Prasarana Yayasan / Masjid Astra
1. Ruang Peribadatan
Ruang peribadatan adalah ruang yang disediakan khusus untuk
melaksanakan peribadatan seperti sholat fardhu, Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha
dengan karpet yang bersih, diberi tanda shaf (barisan) shalat dengan garis, di
masjid Astra ini shafnya agak menyerong ke kanan, podium atau mimbar yang
baik bagi khatib dan terdapat dua lantai atau tingkat. Di samping itu, ruangan
Masjid Astra dilengkapi dengan kipas angin, sound system yang baik sehingga
ketika adzan berkumandang jelas terdengar, tempat penyimpanan Al-Qur’an, jam
lonceng ada 2 buah yang satu di pojok kanan dan yang satu lagi di pojok kiri serta
kotak amal yang baik dan dalam jumlah banyak.
2. Ruang Wudhu dan Toilet
Sudah seharusnya bagi kita bahwa masjid mutlak harus menyediakan
tempat wudhu yang bersih untuk pria dan wanita yang tertutup karena ini
menyangkut aurat jamaah yang harus tertutup. Di masjid Astra ini tempat wudhu
dan toilet laki-laki (Ikhwan) berada di sebelah kiri dan Perempuan (Akhwat)
46
berada di sebelah kanan dari pintu masuk utama. Tempat wudhu dan toilet begitu
bersih dan disertai dengan adanya cermin cukup besar dan wastavel (tempat cuci
tangan) 4 buah.
3. Ruang Sekretariat
Kegiatan administrasi dan segala hal yang terkait dengan pengelolaan
masjid tentu saja amat memerlukan ruangan. Di masjid, ruangan ini biasanya
disebut dengan sekretariat atau kantor masjid. Ruang sekretariat tentu saja harus
dilengkapi dengan sarana yang utama, seperti Masjid Astra dilengkapi dengan
komputer, telpon, beberapa meja tulis, kursi sofa, dispenser, fax Panasonic,
printer, VCD Player Santec Mini, TV sharp 21 inc, kamera, spring bed, LCD
Radio Cosette sharp, microphone, mike kancing, AC, dan lain-lain. Inventaris
masjid sudah sangat memadai sehingga kegiatan masjid dapat berjalan dengan
baik.
4. Ruang Perpustakaan
Di masjid Astra tersedia juga perpustakaan dengan bahan bacaan yang
banyak dan berkualitas bagi kepentingan jama’ahnya dan pengurus agar
menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran agama islam
khususnya dan ilmu pengetahuan lainnya sehingga akan semakin meningkat
kualitas keislaman jamaah.
47
5. Gudang
Ada banyak barang-barang atau inventaris Masjid Astra yang
penggunaannya hanya waktu tertentu seperti karpet, layar LCD dan kotak amal
dan lain-lain. Selama tidak digunakan, maka barang-barang tersebut disimpan di
gudang.
6. Tempat Penitipan Sepatu dan Sandal
Di masjid seringkali terjadi jama’ah yang tertukar atau hilang sepatu dan
sandalnya sehingga hal ini menjadi salah satu faktor jama’ah enggan shalat di
masjid oleh karena itu dibuatlah tempat penitipan sepatu dan sandal para jamaah.
Di masjid Astra tempat penitipan/penyimpanan sandal dan sepatu ada dua tempat
yang pertama di depan kantor masjid dan yang satunya berada di bagian utara
masjid di dekat toilet/ruang wudhu Akhwat (Wanita).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari beberapa bab yang telah dipaparkan sebelumnya,
baik secara teoritis maupun pengamatan langsung pada objek analisis Yayasan
Amaliah Astra, maka penulis mendapatkan kesimpulan bahwasannya manajemen
yang diterapkan oleh Yayasan Amaliah Astra melalui Masjid Astra ini, sudah
cukup baik dari segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasanya. Yayasan Amaliah Astra ditinjau dari segi perencanaan mencakup
beberapa hal yakni memiliki tujuan atau objek, kebijakan, strategi, prosedur,
aturan, program dan auditor independent.
Dari segi pengorganiasian, masing-masing pelaksana menjalankan
tugasnya pada kesatuan-kesatuan kerja yang telah ditentukan serta masing-masing
dengan wewenang yang telah ditentukan pula, akan memudahkan pimpinan
Yayasan Amaliah Astra dalam mengendalikan dan mengevaluasi
penyelenggaraan aktifitas dakwah di masjid Astra sunter.
Dalam pelaksanaannya, di setiap kegiatan ketua Yayasan Amaliah Astra
melakukan beberapa upaya yakni : mengarahkan, membimbing, komunikasi dan
84
85
memotivasi kepada setiap pengurus agar berjalan dengan baik. Dan selanjutnya
mengadakan pengawasan, di mana pengawasan dapat dilakukan dengan
mengamati kegiatan dakwah, mengukur keberhasilan dan kegagalannya dengan
standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Pengawasan internal yang
dilakukan Yayasan Amaliah Astra melalui divisi strategi dan operasional telah
dilaksanakan secara konsisten dengan menggunakan system PDCA yakni Plan,
Do, Check, Action
B. Saran-Saran
1. Demi tercapainya profesionalitas dalam bekerja, sebaiknya para pengurus
lebih mengutamakan tugasnya dibandingkan bekerja di luar Yayasan
Amaliah Astra, serta menjadikan Yayasan Amaliah Astra menjadi pekerjaan
utamanya.
2. Diharapkan mempertahankan dan mengembangkan kegiatan yang sudah ada,
meningkatkan kinerja, mengoptimalkan dan memakmurkan Masjid Astra
sebagai pusat ibadah dan kajian islam bagi para karyawan PT Astra dan
masyarakat .
85
DAFTAR PUSTAKA
Aidh bin Abdullah Al-Qarni. 2001. Memakmurkan Masjid : Masjid dan
Masyarakat Madani. Jakarta : PT Media Citra.
Al-Bustany, Karam, dkk. 1986. Al-Munjid Al-Lughah wa Al-A‘lam. Beirut : Dar
al- Masyiq.
Al-Qordhawi, Yusuf. 1999. Tuntunan Membangun Masjid. Jakarta : Gema Insani
Press.
A.M. Kadarman dan Yusuf Udaya. 1997. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Ayub, Muhammad E. 1996. Manajemen Masjid Petunjuk Praktis Bagi Para
Pengurus. Jakarta : Gema Insani Press.
Dagun, Save M. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Lembaga
Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN).
DEPDIKBUD. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
---------------. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
DEPDIKNAS. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Balai
Pustaka.
Dewan Redaksi. 1993. Ensiklopedia Islam. Jakarta : Ikhtiar Baru Van Hoeve.
Effendi, EK Mochtar. 1986. Manajemen : Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran
Islam. Jakarta : Bharatara Karya Aksara.
Hasibuan, M. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta : Bumi
Aksara.
86
87
Jauhari, Ahmad. 2007. Kumpulan Naskah Khutbah Jum’at Membentuk Generasi
Qur’ani. Jakarta : BMI Departemen Agama RI.
Manullang, M. 1996. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Moeleong, Lexy. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Karya.
Muchtarom, H Zaini. 1996. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta : Al-
Amin IKFA.
Mujid, M Abdul. 1994. Kamus Istilah Fiqih. Jakarta : PT Pustaka Firdaus.
Munawir, EK Imam. 1995. Asas-Asas Kepemimpinan Dalam Islam. Surabaya :
Usaha Nasional.
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek Jilid I. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang
kompetitif. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Shihab, M Quraish. 1998. Wawasan Al-Qur’an. Bandung : Mizan.
Soetmina. 1992. Perpustakaan, Kepustakawan dan Pustakawan. Yogyakarta :
Kanisius.
Wanili, Khairuddin. 2008. Ensiklopedia Masjid, Hukum, Adab dan Bid’ahnya.
Jakarta : Darus Sunnah Press.
Yani, Ahmad. 2000. Perjuangan Memakmurkan Masjid : Kajian Praktis Bagi
Akitifis Masjid. Jakarta : Dea Press.
Yani, Ahmad dan Satori Ismail. 2001. Menuju Masjid Ideal. Jakarta : LP2SI
Haramain.
88
Yayasan Amaliah Astra (YAA). 2002. Laporan Pengurus Yayasan Amaliah Astra
(YAA). Jakarta : YAA.
--------------. 2004. Laporan Pengurus Yayasan Amaliah Astra (YAA). Jakarta :
YAA.
http : // Mengenal Karakteristik Karyawan. Weblog htm 2009.
www. Manajemenqolbu. Com.
MANAJEMEN MASJID ASTRA DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS
KEAGAMAAN KARYAWAN PT. ASTRA SUNTER JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom I )
Oleh
Rudiawan 105053001833
Pembimbing
Dr. M Idris Abdul Shomad M A. NIP : 196107252000031001
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
MANAJEMEN MASJID ASTRA DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS
KEAGAMAAN KARYAWAN PT. ASTRA SUNTER JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom I )
Oleh :
RUDIAWAN
NIM. 105053001833
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Nama : Jabatan : Hari, Tgl wawancara : Pukul : Tempat : Wawancara lll Pertannyaan
1. Bagaimana keadaan pendidikan pengurus Masjid Astra dan berapa jumlah
pengurus Masjid secara keseluruhan ?
2. Bagaimana fungsi manajemen Masjid Astra dalam melaksanankan aktivitas
program dakwahnya?
3. Apa saja Faktor-faktor penghambat dalam Manajemen Masjid Astra dan
bagaimana penyelesaiannya ?
4. Apa saja Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Masjid Astra ?
Pewawancara Narasumber ( ) ( )
Wawancara III
1. Dalam hal Pendidikan pengurus masjid Astra sunter terdapat dua golongan ada
golongan bawah dan golongan umum. Golongan bawah terdiri dari cleaning
service, driver dll yakni pendidikannya sampai SMA, sedangkan golongan umum
yakni karyawan dan pengurus Yayasan Amaliah Astra minimal S1 sampai S3.
Untuk pengurus Yayasan Amaliah Astra keseluruhan terdapat kurang lebih 25
orang dan pengurus bidang social dan religious yang mengurus masjid astra yaitu
ketua masjid astra: M. Fachrial, administrasi dan keuangan: Ahmad Luthfy Achtar,
ibadah dakwah dan social : Syaefurrohman, bidang rumah tangga: Muhammad
Syarif, dan keamanan atau sekuriti : Adi ratno
2. Sistem yang digunakan pada manajemen masjid astra pada dasarnya hampir sama
dengan sistem manajemen POAC, namun masjid astra ini memiliki sentuhan baru
untuk system evaluasinya dalam setiap program dan aktifitasnya yaitu dengan
sistem PDAC yaitu P ( Planning ), D (Do), A (Action ) dan C(Chek) agar setiap
program yang dilakukan mengalaimi progress yang maksimal
3. Kendala yang dihadapai pada saat ini tidak ada secara internal, namun kendala
yang dihadapi dari wilayah eksternal yaitu Animo masyarakat, khususnya
masyarakat sunter terhadap ilmu masih kurang (Minim).
4. Kekuatan yang terdapat dimasjid astra yaitu : seluruh acara yang diprogramkan
dimasjid astra secara termenej artinya tidak asal membuat program selain itu juga
program harus terlaksana dengan baik sesuai dengan perencanaan, administrasi
yang transparan, menggunakan audit keuangan eksternal (audit independent ),
kelemahannya yaitu penentuan kiblatnya yang kurang tepat sehingga shafnya
sedikit menyerong kesebelah kanan, kurang kondusifnya tempat parkir yang
berada di pinggir jalan. Peluang masjid astra yaitu mengadakan kerjasama dalam
merealisasikan kegiatan-kegiatan keagamaan dengan berbagai pihak yaitu PRISAI,
IKASI, SCTV dan Grub Astra Lainnya, Bekerjasama dengan restoran padang “
Sederhana Bintara “ dalam foundraising ( Penggalangan dana ), menjalin
kerjasama dalam pengelolaan ZIS Amaliah Astra melalui ZIS Online terhadap
berbagai pihak yaitu : Permatabank syariah, PT Auto 2000, dan PT MMS sebagai
pemberian Beasiswa kepada anak-anak dhuafah, menjalin Hubungan baik kepada
HRD seluruh Grub Astra untuk pembinaan program kerohanian, edukasi dan
bisnis. Ancaman pada Yayasan amaliah astra saat ini belum ada ancaman yang
sangat signifikan membahayakan khusus pada masjid Astra karena dimasjid Astra
ada yang menjaga dan mengawasi dari segi keamanan yakni satpam atau sekuriti.
serta selain itu juga banyaknya dukungan dari pihak PT Astra Internasional dan
lainnya sehingga ancanam yang akan datang dapat teratasi.
Pewawancara Narasumber ( ) ( )
Nama : Jabatan : Hari, Tgl wawancara : Pukul : Tempat : Wawancara II
Pertannyaan
1. Bagaimana pembagian zakat, infaq dan shodaqoh Masjid Astra?
2. Apa saja langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memakmurkan Masjid
Astra?
3. Apa konsep dakwah yang digunakan Masjid Astra?
4. Apa upaya yang dilakukan Masjid Astra untuk meningkatkan keahlian pengurus
masjid Astra?
Pewawancara Narasumber ( ) ( )
Wawancara II
1. Pembagian zakat, infak dan shodaqoh yang dilakukan oleh Masjid Astra ini
dengan memberikan beasiswa kepada anak didik yang tidak mampu (dhuafa).
149 siswa SD penerima beasiswa Amaliah Astra dari sekitar Tanjung Priok..
mengadakan kunjungan ke museum Astra untuk melihat pembuatan motor
dengan dala waktu yang singkat. Selain kunjungan, anak-anak diajak juga
bermain melalui gim-gim seru yang melatih sisi kreatifitas, kecerdasan dan
kemampuan berkompetisi. Lain di Tanjung Priok, lain di Babelan Bekasi
Utara. Di Babelan bekasi utara Penerimaan beasiswa disana mendapat
pembinaan melalui acara Parenting Club. Acara itu digagas bersama ibu-ibu
pengajar Bimbel Gratis Lukmanul Hakim Denso. Pesertanya adalah 72 anak
penerima Beasiswa Amaliah Astra beserta ibunya. Parenting Club digagas
untuk meningkatkan peran ibu sebagai sahabat anak dalam belajar.
2. Langkah yang dilakukan oleh masjid astra dalam memakmurkan masjid
dengan mengadakan silaturrahmi keberbagai lembaga yaitu diantaranya
bekerjasama dengan FORSIMTA (forum silaturrahmi masjid perkantoran ),
bekerjasama dengan lembaga-lembaga dakwah dijakarta dalam mengadakan
kegiatan-kegiatan dakwah seperti tablik akabr, bedah buku, seminar,
pesantren kilat remaja, dan malam bina iman dan takwa dimasjid astra.
Kerjasama jaringan masjid-masjid Astra Grub dalam program bakti social
kemanusiaan, seperti pengumpulan dana social jaringan masjid-masjid AFCO,
pengumpulan pakaian bekas layak pakai, dan kunjungan daerah bencana
jaringan masjid AFCO.
3. Pada dasarnya Konsep dakwah yang dilakukan masjid astra yaitu dengan tiga
konsep yang sesuai dengan Al-quran. pertama bil lisan dimana masjid asrta
setiap pekan melakukan sholat jumat dengan khotbah jumat yang dakwahnya
secara lisan disampaiakan melalui mimbar jumat, serta adanya kajian-kajian
keislamam yang rutian dilakukan. Yang kedua bil qolam dimana dakwahnya
disampaikan dengan melalui tulisan dan hasil karya yang dibuat. Masjid astra
membuat karya tulis berupa buku-buku kajian dan kompilasi khotbah jumat.
Yang ketiga bil Hal dimana dakwah yang disampaikan dengan melakukan
perbuatan atau aktifitas yang baik sehingga menjadi contoh.
4. Dalam meningkatkan kualitas atau keahlian pengurs, masjid astra
mengadakan pelatihan Manajemen masjid dengan mengundang pengurus –
pengurus masjid lainnya disekitar masjid perkantoran astra. Agar dapat
mengetahui bagaimana mengelola masjid secara efektif.
Pewawancara Narasumber ( Rudiawan ) ( Syaefurrohman )
Nama : Jabatan : Hari, Tgl wawancara : Pukul : Tempat : Wawancara I Pertannyaan
1. Sejak kapan berdirinya Masjid Astra dan apa yang melatar belakangi berdirinya?
2. Apa tujuan berdirinya Masjid Astra?
3. Bagaimana struktur organisasi pengurus Masjid Astra?
4. Siapa pimpinan Masjid Astra dan sampai kapan masa jabatannya?
5. Apa saja fasilitas yang ada pada Masjid Astra?
Pewawancara Narasumber ( ) ( )
Wawancara I
1. Berdirinya masjid Astra selama lebih kurang 7 bulan sejak bulan Maret 2001
hingga November 2001 adalah pembangunan Masjid Astra di Jl Gaya Motor
Raya Sunter ll Jakarta Utara. Berdirinya masjid astra dilandasi oleh
perusahaan Astra untuk mewujudkan program “Corporate Sosial
Responsibility” Perusahaan, khususnya di bidang social-keagamaan; dan
sekaligus program Community Development Astra.
2. Tujuan didirikannya Yayasan amaliah Astra dimasjid astra adalah
berkontribusi di bidang Keagamaan, Sosial dan Kemanusiaan.
3. Struktur kepengurusan Yayasan amaliah astra sesuai dengan ketetapan hasil
musyawarah yang dilaksanakan di lantai 6 Gedung A PT Astra Internasional
Tbk dan akta pernyataan keputusan Rapat Yayasan Amaliah Astra yang
dikeluarkan oleh Notaris DKI-kota Jakarta P.S.A Tampubolon, maka telah
ditetapkan susunan kepengurusan Yayasan Amliah Astra yakni Pembina,
Pengawas, Pengurus Dan tim pendukung yang terdirir dari divisi Strategi dan
Operasional, divisi social dan religious, dan divisi Usaha. Pendiri : PT. Astra
Internasional Tbk, Pembina : Ketua Michael Dharmawan Ruslim ( PT. Astra
Internasional Tbk), Anggota : Aminuddin Nurdin, ( PT. Astra Internasional
Tbk ), Angky Utarya Tisnadisastra ( PT Astratel Nusantara) Pengawas : Ketua
Arief Istanto ( PT Astratel Nusantara ), Anggota: Mohammad Sachofi
Dimyati ( PT. Gaya Motor ), Thaufik Noograha, Susilo Sudjono. Pengurus :
Ketua Pongki Pamungkas ( PT. Astra Argo Lestari Tbk ), Sekretaris Edhie
Sarwono ( PT. Astra Internasional Tbk ) Bendahara : Dyah Pontjoretno ( PT.
Astra Internasional Tbk ), Anggota : Didin M. Machfudz Yulian Warman,
Kamaruzzaman, Osrinita Oesman. Masjid Astra: Ketua M.Fachrial.
Pelaksanaan tugas pengurus Yayasan memperoleh dukungan dari Tim
Pendukung yang difungsikan pada tiga Divisi Yayasan. Adapun tim
pendukung tersebut antara lain : A. Divisi Strategi & Operasional yaitu
Abdul Karim Suwandono, Bayu Dwi Puji Widodo, Ferdian Farizy, Simon N
Valentyn, Sri Lestari. B. Divisi Sosial & Religius yaitu: Ahmad Luthfy
Achtar, Syaefurrohman, Muhammad Syarif. C. Divisi Usaha yaitu : Ari
Sutrisno, Agus Nardianto, Oki Ciko.
4. Ketua masjid Astra yaitu Muhammad Fachrial masa jabatan berakhir 3 tahun.
5. Fasilitas yang terdapat pada masjid astra ini terdiri dari sarana dan prasarana.
Sarana yang ada yakni Ruang Peribadatan, Ruang Wudhu dan Toilet, Ruang
Sekretariat, Gudang, Tempat penitipan sepatu dan sandal dan Ruang
Perpustakaan. Sedangkan prasarana yang terdapat di masjid astra ini yakni
komputer, telphon, kulkas, beberapa meja tulis, kursi sofa, dispenser, fax
Panasonic, printer, VCD Player Santec Mini, TV sharp 21 In, kamera, spring
bed, LCD Radio Cosette sharp, microphone, mike kancing, AC, karpet, dan
kotak amal dan lain-lain.
Pewawancara Narasumber ( Rudiawan ) ( Syaefurrohman )
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Seluruh sumber yang saya dapatkan untuk penulisan sekripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika di kemudian hari ternyata terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil
karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 11 Maret 2010
Rudiawan