abstrak · 2017. 4. 1. · in facing the market of the asean economic community (aec) which has...
TRANSCRIPT
ix
ABSTRAK
Menghadapi pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah terealisasi
sejak 2015, Bali sebagai gerbang utama pariwisata Indonesia harus meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia Pariwisata Hindu di Bali (SDM PHB). Hasil
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kompetensi SDM PHB masih rendah jika
dibandingkan dengan kompetensi SDM pariwisata asing dan non-Bali. Bawa, dkk.
(2001: 42-43) menemukan bahwa tingkat kompetensi SDM PHB hanya pada aspek
personal qualities dan human relations, yang hanya dibutuhkan pada tingkat
pelaksana. Winata (2014: 6) melihat bahwa adat istiadat menyebabkan SDM PHB
memiliki komitmen rendah karena sering libur untuk urusan adat. Dampaknya,
misalnya, ada kasus hotel di Kuta yang tidak mau merekrut SDM PHB akibat
underestimate terhadap kompetensi SDM PHB.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian adalah. 1) Bagaimanakah
kompetensi SDM PHB pada hotel berbintang di Bali? 2) Bagaimanakah kendala yang
dihadapi oleh SDM PHB untuk mampu menduduki posisi manajer pada hotel
berbintang di Bali? 3) Bagaimanakah strategi peningkatan jumlah SDM PHB untuk
bisa menduduki posisi manajer pada hotel berbintang di Bali? Penelitian ini memakai
metode pendekatan campuran Eksploratoris Sekuensial, dengan pengumpulan data
melalui wawancara dan kuesioner. Penentuan sampel secara purposive sampling,
dengan dasar pertimbangan hotel Bintang 3,4,5, letaknya strategis, dan mudah
diakses. Lokasi penelitian di Sanur, Kuta, dan Nusa Dua. Data dianalisis dengan teori
Motivasi Mc. Clelland (1976), teori Kompetensi Spencer dan Spencer (1993), teori
Kontrol Sibernetika Parson (1951), teori Culture and Personality Kluckohn &
Strodbeck (1961) dan teori Budaya Nasional Hofstede (1983), yang dibahas secara
deskriptif interpretatif dengan sistem perhitungan PCA (Principal Component
Analysis).
Hasil penelitian menyatakan, dilihat dari variabel kompetensi yang terdiri dari
motif, watak, konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan secara kualitatif yaitu
berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan 23 informan, SDM PHB memiliki
motif berprestasi (52%), memiliki kepercayaan diri (65%), memiliki personality yang
baik (100%), memiliki kepemimpinan yang mengayomi (92%), memiliki
pengetahuan yang baik (83%), serta memiliki keterampilan yang baik (79%). Hasil
analisis kualitatif tersebut didukung oleh hasil analisis kuantitatif melalui penyebaran
kuesioner kepada 182 responden dan dianalisis dengan perhitungan PCA. Hasil
kuantitatif menyatakan bahwa SDM PHB memiliki need for power yang kuat yang
ditandai dengan indikator terkuat yaitu ingin menduduki posisi leader (79,8%),
memiliki kepercayaan diri dengan indikator terkuat yaitu senang mendapat pujian
(76,2), memiliki konsep diri yang baik dengan indikator terkuat yaitu sopan dan
ramah (78,4%), memiliki pengetahuan yang baik dengan indikator terkuat senang
belajar (86,2%), memiliki keterampilan yang baik dengan indikator terkuat mampu
berpikir konseptual (86,7%). Dilihat dari variabel budaya, SDM PHB adalah orang
yang memegang teguh konsep pawongan dengan indikator terkuat tresna/suka
x
tersenyum (79,1%), disusul dengan konsep parahyangan dengan indikator terkuat
Dharma yatra/pengelanaan, dan belajar (75%) dan terakhir konsep palemahan
dengan indikator terkuat Bali shanti (69,8%).
Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa SDM PHB telah memiliki
kompetensi yang baik sehingga seyogyanya mampu bekerja dan menduduki posisi
manajer pada hotel berbintang di Bali. Kompetensi baik itu tidak terlepas dari
dukungan latar belakang nilai budaya yang dimiliki SDM PHB yang bersumber dari
konsep-konsep budaya Bali Balinese Cultural Values (BCV). Kendala yang dihadapi
oleh SDM PHB untuk menduduki posisi manajer pada Hotel Berbintang di Bali,
berasal dari faktor internal yaitu motif dalam diri dalam bentuk BCV sebagai akibat
dari adanya kesalahan dalam pemahaman dan pemaknaan beberapa konsep budaya
Bali. Disamping itu juga ada kendala dari faktor eksternal adalah adanya under
estimate terhadap kompetensi SDM PHB (44%), terhambat masalah adat (22%),
adanya politisasi jabatan (22%), dan mind set bahwa SDM luar Bali atau asing lebih
unggul (11%).
Novelty penelitian yaitu SDM PHB memiliki kompetensi yang sebanding dan
bahkan lebih unggul daripada SDM luar Bali atau asing, bila memiliki nilai plus BCV
yang kemudian melahirkan Spiritual Quotient (SQ) pada SDM PHB, yang bisa
menjadi stimulan bagi pertumbuhan Adversity Quotient dan Creativity Quotient.
Tetapi, juga ditemukan adanya negativisme pemahaman makna Balinese Cultural
Values tentang kekuasaan kepemimpinan pada sebagian SDM PHB yang
berpengaruh pada rendahnya Spiritual Quotient tentang arti penting jabatan manajer
baginya. Strategi untuk meningkatkan positivisme Spiritual Quotient tentang arti
penting jabatan manajer bagi SDM PHB seperti itu adalah dengan memberi program
motivasi pengembangan karier melalui pelurusan makna Balinese Cultural Values
yang dimilikinya menjadi bermakna positif bagi peningkatan taraf hidup dirinya, bagi
kemajuan perusahaan dan lingkungan serta bagi Tuhan.
Kata kunci: SDM Hindu, posisi manajer, hotel berbintang, Bali.
xi
ABSTRACT
In facing the market of the ASEAN Economic Community (AEC) which has
been actualized since 2015 – Bali, as the primary gateway of Indonesian tourism,
must increase the quality of Bali Hindu tourism human resources (BHT HR).
Previous studies point out that BHT HR‟s competency level is lower than that of
foreign HR and from other provinces. Bawa et al. (2001: 42–43) found that BHT
HR‟s competencies are just the aspects of personal qualities and human relations,
which are only needed at the operational level. Winata (2014: 6) noted that the adat
istiadat (customs and manners) of Bali Hinduism are a cause for their lack of
commitment as BHT HR often take leave due to adat obligations. One impact, as in
the case of a hotel in Kuta, is that hotels openly do not want to recruit BHT HR as
there is underestimating their competency.
Hence, problems taken up in this study were: 1) how are the competencies of
Bali Hindu tourism human resources in rated hotels in Bali; 2) what obstacles do they
face in their attempts to occupy manager positions; and 3) what is a strategy for
increasing the number of BHT HR to manager positions at rated hotels in Bali? A
sequential exploratory mixed method approach used data collected through
interviews and questionnaires. Purposive sampling was based on three to five-star
hotels that are strategically located and easily accessible in Sanur, Kuta and Nusa
Dua. Data analysis was carried out in view of motivation theory (McClelland, 1976),
competence theory (Spencer, 1993), cybernetics control theory (Parsons, 1951),
culture and personality theory (Kluckhohn & Strodtbeck, 1961), and dimensions of
national cultures theory (Hofstede, 1983) discussed in a descriptive interpretative
manner supported by the statistical procedure of principal component analysis (PCA).
The study results – from a qualitative view of competency variables consisting
of motives, traits, self-concept, knowledge, and skills and based on in-depth
interviews with twenty-three respondents – show that 52% of BHT HR have
achievement motives, 65% have self confidence, 100% have a good personality, 92%
possess nurturing leadership traits, 83% have good knowledge, and 79% have good
skills. These qualitative results were supported by a quantitative analysis of a
questionnaire distributed to 182 respondents using the PCA calculation. This revealed
that BHT HR have a strong need for power indicated by 79.8% aspire to hold a leader
position, have self confidence indicated by 76.2% liking to be commended, have a
good self-concept indicated by 78.4% being polite and friendly, have good
knowledge indicated by 86.2% enjoying learning, and have good skills indicated by
86.7% being able to think conceptually. Seen from cultural variables, a BHT HR is a
person who firmly upholds the pawongan concept of a harmonious relationship
between human beings indicated by 79.1% feeling tresna (love) or enjoying smiling,
the parhyangan concept of a harmonious relationship between human beings and
God indicated by 75% engaging in dharma yatra pilgrimages and study, and the
palemahan concept of a harmonious relationship between human beings and nature
indicated by 69.8% valuing Bali shanti (a peaceful Bali).
xii
The study concludes that BHT HR have sufficient competencies to occupy
manager positions at rated hotels in Bali. These competencies are inseparable from
their background of cultural values derived from concepts rooted in Balinese cultural
values (BCV). The obstacles they face are due to internal factors – namely personal
motives based on what they consider BCV to be; which are, however, erroneous
understandings of concepts in Balinese culture. Alongside this, external factors entail
44% underestimating their competency, 22% being hindered by adat obligations,
22% impacted by a politicization of positions, and 11% affected by a mindset that
foreign HR and from other provinces are considered more superior.
The novelty of the findings is that BHT HR‟s competence is comparable to and
even superior to foreign HR or from other provinces as they have a plus point of
BCV. This gives rise to spiritual quotient (SQ), which can be a stimulant for growing
adversity quotient and creativity quotient. But, there is a negativism about the
meaning of BCV in terms of the power of leadership for some BHT HR, which
affects the lowness of their SQ pertaining to the worth of manager positions. So, a
strategy to increase positivism in SQ is to offer career development motivation
programs that redefine Balinese cultural values in light of its merits for improving
their living standard and the company‟s progress and for the environment and God.
Keywords: Hindu HR, manager position, rated hotels, Bali
xxiii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .................................................................................................. i
PRASARAT GELAR .............................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................................ iv
UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................... ix
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
RINGKASAN .......................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xxiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xxvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xxviii
GLOSARIUM .......................................................................................................... xxxi
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xxxvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xxxvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 16
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 16
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................ 16
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 16
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 17
1.4.1 Manfaat Teoritis ......................................................................... 17
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN ............................................................................ 19
2.1 Kajian Pustaka..................................................................................... 19
2.2 Konsep ................................................................................................ 36
2.2.1 Konsep Strategi Peningkatan Jabatan ........................................ 36
2.2.2 Konsep Sumber Daya Manusia Pariwisata ................................ 40
2.2.3 Konsep Masyarakat Hindu Bali ................................................. 44
2.2.4 Konsep Manajer Hotel ............................................................... 55
2.2.5 Konsep Hotel Berbintang di Bali ............................................... 62
xxiv
2.3 Landasan Teori .................................................................................... 65
2.3.1 Teori Motivasi Mc. Clelland (1976) .......................................... 65
2.3.2 Teori Kompetensi Spencer dan Spencer (1993) ........................ 71
2.3.3 Teori Kontrol Sibernetika Parson (1951) ................................... 77
2.3.4 Teori Culture and Personality Kluckhon & Strodbeck (1961).. 83
2.3.5 Teori Budaya Nasional Hofstede (1983) ................................... 86
2.4 Model Penelitian ................................................................................. 91
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 94
3.1 Rancangan Penelitian. ......................................................................... 94
3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................. 100
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 105
3.3.1 Jenis Data ................................................................................... 105
3.3.2 Sumber Data ............................................................................... 105
3.4 Instrumen Penelitian ........................................................................... 106
3.5 Teknik Sampling ................................................................................. 107
3.6 Variabel Penelitian .............................................................................. 108
3.7 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 112
3.8 Analisis Data ....................................................................................... 114
3.9 Penyajian Hasil Analisis Data ............................................................. 115
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN…………………... 116
4.1 Gambaran Umum Bali ........................................................................ 116
4.1.1 Letak Geografis Bali ................................................................. 116
4.1.2 Pariwisata di Bali ...................................................................... 121
4.2 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ................................................ 122
4.2.1 Gambaran Umum Kawasan Pariwisata Kuta ............................ 123
4.2.2 Gambaran Umum Kawasan Pariwisata Nusa Dua .................... 129
4.2.3 Gambaran Umum Kawasan Pariwisata Sanur........................... 135
4.3 Sampel Penelitian ............................................................................... 140
4.3.1 Sampel Hotel Berbintang 3,4 dan 5 di Kuta .............................. 142
4.3.2 Sampel Hotel Berbintang 3,4 dan 5 di Nusa Dua ..................... 160
4.3.3 Sampel Hotel Berbintang 3,4 dan 5 di Sanur ............................ 169
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………... 175
5.1 Kompetensi SDM PHB ....................................................................... 175
5.1.1 Kompetensi SDM PHB dilihat dari Motif ................................. 176
xxv
5.1.2 Kompetensi SDM PHB dilihat dari Watak ............................... 188
5.1.3 Kompetensi SDM PHB dilihat dari Konsep diri ....................... 195
5.1.4 Kompetensi SDM PHB dilihat dari Pengetahuan ..................... 205
5.1.5 Kompetensi SDM PHB dilihat dari Keterampilan .................... 211
5.1.6 Analisis Budaya terhadap Kompetensi SDM PHB ................... 219
5.2 Kendala yang dihadapi oleh SDM PHB untuk Menduduki
Posisi Manajer pada Hotel Berbintang di Bali…………………….... 261
5.2.1 Under Estimate terhadap Kompetensi SDM PHB .................... 263
5.2.2 Politisasi Jabatan……………………………………………… 268
5.2.3 Keterikatan Adat bagi SDM PHB ............................................ 275
5.2.4 Mind Set bahwa SDM luar Bali/Asing dianggap lebih
unggul dari SDM PHB .............................................................. 277
5.3 Strategi Peningkatan Jabatan SDM PHB Agar Mampu
Menduduki Posisi Manajer pada Hotel Berbintang di Bali ................ 285
5.3.1 Strategi Peningkatan Kompetensi SDM PHB ........................... 286
5.3.2 Strategi Pencegahan adanya Politisasi Jabatan ......................... 290
5.3.3 Strategi Peningkatan Daya Saing SDM PHB ............................ 299
5.3.4 Strategi Mengatasi Keterikatan Adat SDM PHB ...................... 301
5.4 Kebaruan (Novelty) ............................................................................. 303
5.5 Keterbatasan Penelitian....................................................................... 336
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………... 337
6.1 Simpulan ......................................................................................... 337
6.2 Saran ................................................................................................ 341
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 345
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................... 351
xxvi
DAFTAR TABEL
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................................ 32
2.2 Rangkuman Penyebab Rendahnya SDM Pariwisata Hindu di Bali
dalam Kajian Pustaka ..................................................................................... 35
2.3 Rangkuman Strategi Peningkatan Kualitas SDM dalam Kajian Pustaka ....... 35
2.4 Skema Kluckhohn dan Strodtbeck Mengenai Lima Masalah Dasar
yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia........................................86
3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................................. 104
3.2 Bobot Skala Likert .......................................................................................... 115
4.1 Daftar Nama Hotel Berbintang 3 hingga Hotel Berbintang 5 di Kuta ........... 127
4.2 Lanjutan Daftar Nama Hotel Berbintang 3 hingga Berbintang 5 di Kuta ...... 128
4.3 Lanjutan Daftar Nama Hotel Berbintang 3 hingga Berbintang 5 di Kuta ...... 129
4.4 Daftar Nama Hotel Berbintang 3 hingga Hotel Berbintang 5 di Nusa Dua ... 134
4.5 Daftar Nama Hotel Berbintang 3 hingga Hotel Berbintang 5 di Sanur.......... 139
4.6 Analisis Karakteristik Setiap Lokasi Penelitian ............................................. 140
4.7 Hotel Berbintang 3 hingga Hotel Berbintang 5 yang Dijadikan Sampel
Penelitian ........................................................................................................ 141
5.1 Kompetensi Aspek Motif SDM Pariwisata Hindu Bali.................................. 177
5.2 Profil Variabel Motivasi SDM Pariwisata Hindu Bali ................................... 186
5.3 Profil Kompetensi Dimensi Need for power SDM Pariwisata Hindu Bali .... 187
5.4 Kompetensi Aspek Kepercayaan Diri SDM Pariwisata Hindu Bali .............. 189
5.5 Profil Kompetensi Dimensi Need for Achievement SDM Pariwisata
Hindu Bali....................................................................................................... 194
5.6 Kompetensi Aspek Sikap SDM Pariwisata Hindu Bali.................................. 196
5.7 Kompetensi Aspek Kepemimpinan SDM Pariwisata Hindu Bali .................. 200
5.8 Profil Kompetensi Dimensi Konsep Diri SDM Pariwisata Hindu Bali.......... 203
5.9 Kompetensi Aspek Pengetahuan SDM Pariwisata Hindu Bali ...................... 206
5.10 Profil Kompetensi Dimensi Pengetahuan SDM Pariwisata Hindu Bali ......... 210
5.11 Kompetensi Aspek Keterampilan SDM Pariwisata Hindu Bali ..................... 212
5.12 Profil Kompetensi Dimensi Keterampilan SDM Pariwisata Hindu Bali ....... 215
5.13 Hasil Kualitatif dan Kuantitatif Kompetensi SDM Pariwisata Hindu Bali .... 217
5.14 Profil Variabel Kompetensi ............................................................................ 218
5.15 Tabulasi Silang Indikator Dimensi Karakteristik Kompetensi Tertinggi
SDM PHB ....................................................................................................... 218
5.16 Profil Variabel Budaya SDM Pariwisata Hindu Bali ..................................... 220
xxvii
5.17 Profil Budaya Dimensi Hubungan dengan Sesama SDM Pariwisata
Hindu Bali....................................................................................................... 222
5.18 Profil Budaya Dimensi Hubungan dengan Tuhan .......................................... 222
5.19 Profil Budaya Dimensi Hubungan dengan Lingkungan ................................. 224
5.20 Indikator Dimensi Karakteristik Budaya Tertinggi SDM Pariwisata
Hindu Bali....................................................................................................... 225
5.21 Skema Kluckhohn Mengenai Lima Masalah Dasar Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia..................................................................... 232
5.22 Perbandingan Dimensi Budaya Nasional Indonesia Hofstede (1983),
Sumantri & Suharmono (2007) dan Sulistyawati (2016) ............................... 247
5.23 Pernyataan Narasumber Mengenai Rendahnya Jumlah SDM Pariwisata
Hindu Bali yang Menduduki Posisi Manajer ................................................. 262
5.24 SDM Pariwisata Hindu Bali yang Menduduki 9 Posisi Manajer
pada Hotel Berbintang di Bali ........................................................................ 266
5.25 Kelebihan SDM Pariwisata Luar Bali atau Asing jika dibandingkan
SDM Pariwisata Hindu Bali ........................................................................... 280
5.26 Daya Saing SDM Pariwisata Hindu Bali ........................................................ 282
5.27 Keterkaitan Nilai Budaya Hindu Bali dengan Tuntutan Pariwisata ............... 288
5.28 Tabel Rangkuman Novelty ............................................................................. 330
xxviii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Tingkatan Manajer dalam Organisasi ............................................................. 56
2.2 Struktur Organisasi Hotel The 101 Legian-Bali (Bintang 3) .......................... 57
2.3 Struktur Organisasi Hotel Mercure Resort Sanur-Bali (Bintang 4) ................ 57
2.4 Struktur Organisasi Hotel Fairmont Beach Sanur (Bintang 5) ....................... 58
2.5 The Ice Berg Model ......................................................................................... 72
2.6 Ilustrasi Kompetensi ....................................................................................... 73
2.7 Diagram Hubungan Sistem Tindakan Umum dan Persyaratan
Fungsional Parson (1951................................................................................. 79
2.8 Hubungan Antarteori....................................................................................... 90
2.9 Model Penelitian ............................................................................................. 93
3.1 Metode Campuran………………………………………………………...... . 97
3.2 Bagan Strategi Eksplanatoris Sekuensial ........................................................ 97
3.3 Bagan Strategi Eksploratoris Sekuensial ........................................................ 98
3.4 Bagan Strategi Transformatif Sekuensial ........................................................ 98
3.5 Bagan Strategi Triangulasi Konkuren ............................................................ 99
3.6 Bagan Strategi Embedded Konkuren .............................................................. 99
3.7 Bagan Strategi Transformatif Konkuren ......................................................... 100
3.8 Peta Pulau Bali ................................................................................................ 103
3.9 Variabel Penelitian .......................................................................................... 109
3.10 Variabel Motivasi ............................................................................................ 110
3.11 Variabel Kompetensi ....................................................................................... 111
3.12 Variabel Nilai Budaya Bali ............................................................................. 112
4.1 Sunset di Pantai Kuta ...................................................................................... 124
4.2 Surfing di Pantai Kuta..................................................................................... 124
4.3 Peta Wilayah Kuta… ...................................................................................... 125
4.4 Peta Wilayah Nusa Dua .................................................................................. 131
4.5 Hotel Westin di Nusa Dua .............................................................................. 133
4.6 Kayu Manis Villas and Spa ............................................................................ 133
4.7 Peta Wilayah Sanur ........................................................................................ 135
4.8 Sunrise di Sanur .............................................................................................. 137
4.9 Perahu Tradisional Nelayan Sanur. ................................................................ 138
4.10 Peta Lokasi Hotel Rama Garden. ................................................................... 142
4.11 Hotel Rama Garden. ....................................................................................... 143
4.12 Peta Lokasi Hotel The 101 Legian. ................................................................ 144
4.13 Hotel The 101 Legian. .................................................................................... 144
xxix
4.14 Peta Lokasi Hotel Amaris di Kuta .................................................................. 145
4.15 Hotel Amaris di Kuta.. .................................................................................... 146
4.16 Peta Lokasi Hotel The Haven di Kuta. ........................................................... 147
4.17 Hotel The Haven di Kuta. ............................................................................... 147
4.18 Peta Lokasi Hotel Sovereign di Kuta. ............................................................ 148
4.19 Hotel Sovereign di Kuta ................................................................................. 149
4.20 Peta Lokasi Hotel White Rose di Kuta ........................................................... 150
4.21 Hotel White Rose di Kuta ............................................................................... 150
4.22 Peta Lokasi Hotel Grand Inna di Kuta............................................................ 151
4.23 Hotel Grand Inna di Kuta ............................................................................... 152
4.24 Peta Lokasi Hotel Keraton Jimbaran Beach Resort di Kuta ........................... 153
4.25 Hotel Keraton Jimbaran Beach Resort di Kuta. ............................................. 153
4.26 Peta Lokasi Hotel Watermark di Kuta. ........................................................... 154
4.27 Hotel Watermark di Kuta. ............................................................................. 155
4.28 Peta Lokasi Hotel Hard Rock di Kuta ............................................................ 156
4.29 Hotel Hard Rock di Kuta. ............................................................................... 156
4.30 Peta Lokasi Hotel Banyan Tree Ungasan di Kuta. ......................................... 157
4.31 Hotel Banyan Tree Ungasan di Kuta. ............................................................. 158
4.32 Peta Lokasi Hotel The Seminyak Beach Resort & Spa di Kuta. .................... 159
4.33 Hotel The Seminyak Beach Resort & Spa di Kuta. ........................................ 159
4.34 Peta Lokasi Hotel Siligita di Nusa Dua .......................................................... 160
4.35 Hotel Siligita di Nusa Dua .............................................................................. 161
4.36 Peta Lokasi Hotel Horison di Nusa Dua ......................................................... 162
4.37 Hotel Horison di Nusa Dua ............................................................................ 162
4.38 Peta Lokasi Hotel Amarterra Villa di Nusa Dua ............................................ 163
4.39 Hotel Amarterra Villa di Nusa Dua ................................................................ 164
4.40 Peta Lokasi Hotel Grand Aston di Nusa Dua ................................................. 165
4.41 Hotel Grand Aston di Nusa Dua. .................................................................... 165
4.42 Peta Lokasi Hotel Ritz Carlton di Nusa Dua .................................................. 166
4.43 Hotel Ritz Carlton di Nusa Dua ...................................................................... 167
4.44 Peta Lokasi Hotel Court Yard di Nusa Dua ................................................... 168
4.45 Hotel Court Yard di Nusa Dua ....................................................................... 168
4.46 Peta Lokasi Hotel Griya Santrian di Sanur ..................................................... 169
4.47 Hotel Griya Santrian di Sanur ........................................................................ 170
4.48 Peta Lokasi Hotel Mercure Resort di Sanur ................................................... 170
4.49 Hotel Mercure Resort di Sanur ....................................................................... 171
4.50 Peta Lokasi Hotel Segara Village di Sanur .................................................... 171
xxx
4.51 Hotel Segara Village di Sanur ........................................................................ 172
4.52 Hotel Prama Beach di Sanur ........................................................................... 172
4.53 Peta Lokasi Hotel Prama Beach di Sanur ....................................................... 173
4.54 Peta Lokasi Hotel Fairmont di Sanur ............................................................. 174
4.55 Hotel Fairmont di Sanur ................................................................................. 174
5.1 Bagan Kenaikan Jabatan SDM PHB di Hotel The 101 Legian kuta............... 179
5.2 Diagram Hubungan Sistem Tindakan Umum dan Prasyaratan Fungsional… 227 5.3 Iklan Lowongan Kerja Diskriminasi SDM Pariwisata Hindu Bali............... 270
5.4 Diagram Analisis SWOT Strategi Peningkatan Jabatan SDM PHB
pada Hotel Berbintang di Bali……………………………………………. 285
5.5 Nilai Budaya Hindu Bali dan Tuntutan Kompetensi SDM
Bidang Pariwisata........................................................................................... 287
5.6 Diagram Modifikasi Teori Motivasi Mc. Clelland (1976) +
Balinese Cultural Values…………………………………………..……..... 314
5.7 Diagram Penyempurnaan Teori Motivasi Mc. Clelland untuk
Meningkatkan SDM PHB sebagai Manajer……..............................................321
5.8 Diagram Modifikasi Teori Kompetensi Spencer dan Spencer (1993) +
Balinese Cultural Values............................................................................... 324
5.9 Diagram Penyempurnaan Teori Kompetensi Spencer dan Spencer
untuk Meningkatkan SDM PHB sebagai Manajer………………………… 326
5.10 Diagram Konfigurasi Nilai Budaya Masyarakat Bali Modern dilihat
dari Teori Kontrol Sibernetika Talcot Parson (1978).................................... 328
xxxi
GLOSARIUM
asah, asih, asuh : salah satu semboyan yang menjadi prinsip dasar hidup
berkomunitas (manusia sebagai makhluk sosial), memiliki makna
saling mengingatkan, menyayangi, dan tolong-menolong.
asta brata : delapan tipe kepemimpinan yang merupakan delapan sifat
kemahakuasaan Tuhan, dijadikan sebagai asas kepemimpinan
yang harus dimiliki seorang pemimpin Hindu.
awig-awig : produk hukum dari suatu Desa Pakraman atau Banjar Pakraman
yang dibuat secara musyawarah mufakat oleh seluruh anggota
(krama), sebagai pedoman bertingkah laku seluruh anggota
organisasi yang bersangkutan.
bhakti : ajaran cinta kasih dalam Hindu yang memiliki arti yang luas, yaitu
sujud, memuja, hormat, setia, taat, menghambakan diri, dan kasih
sayang.
crada : berarti yakin atau percaya, menjadi landasan umat Hindu dalam
meyakini keberadaan-Nya.
desa adat : disebut juga Desa Pakraman, merupakan kesatuan masyarakat
hukum adat di Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata
krama pergaulan hidup bermasyarakat berdasar agama Hindu,
secara turun-temurun berada dalam satu ikatan pura Kahyangan
Tiga, mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri,
serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri.
desa pakraman : perubahan nama dan status hukum dari Desa Adat (tetapi memiliki
makna yang sama) menurut Perda No. 3 Tahun 2001 tentang Desa
Pakraman.
dharma karya : memiliki etos kerja dan kreativitas tinggi dalam berkarya sehingga
melahirkan karya-karya berkualitas dan bermutu.
dharma yatra : pengisian diri secara maksimal dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan melalui proses pendidikan yang tidak terputus,
digunakan sebagai pandangan dan pegangan dalam menjalankan
kehidupan.
eda ngaden
awak bisa : judul sebuah pupuh (lagu) Ginada yang sangat popular di Bali,
karena sarat akan makna kesusilaan (etika) dalam berperilaku.
xxxii
Pesan utama pupuh ini yaitu bagaimana pun pintar dan kuasanya
orang, sesungguhnya dunia ini sangat luas dan masih banyak ilmu
pengetahuan yang tidak diketahui yang harus dipelajari. Karena
itu, setiap orang diajarkan untuk selalu berperilaku rendah hati.
food and beverage
departement : bagian hotel yang bertanggung jawab atas kebutuhan pelayanan
makanan dan minuman serta kebutuhan lain yang terkait, dari para
tamu di hotel tersebut dan dikelola secara komersial serta
profesional.
general
manager : manajer yang memiliki tanggung jawab terhadap seluruh bagian/
fungsional pada suatu perusahaan atau organisasi.
hegemoni : dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan
atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan
oleh kelompok dominan diterima sebagai sesuatu yang wajar
(common sense) oleh kelompok yang didominasi.
jengah : memiliki konotasi ”competitive pride”, yaitu semangat untuk
bersaing, guna menumbuhkan karya-karya seni yang bermutu.
karang awake
tandurin : secara harfiah artinya tanami kebun sendiri, merupakan ungkapan
yang bermakna kembangkan potensi diri.
karma phala : Karma artinya perbuatan dan Phala artinya hasil, buah. Karma
Phala artinya segala perbuatan akan memperoleh hasil atau buah
dari segala perbuatan.
kesepekang : sanksi adat dalam masyarakat hukum Bali berupa penyisihan atau
pengeluaran seseorang dari kegiatan persekutuan yang bersifat
sementara (dapat kembali ke persekutuannya bila yang
bersangkutan mau meminta maaf, membayar denda atas
pelanggaran yang dilakukan).
klakat : anyaman dari bilah bambu yang tipis dan berbentuk bujur sangkar,
sebagai tempat sesajen.
krama : orang yang beragama Hindu yang bertempat tinggal di desa adat.
xxxiii
lascarya : berkarya dengan tidak mementingkan untung dan rugi (imbalan).
Lascarya juga berarti berani berbuat, selalu belajar berkarya, dan
mengabdikan diri sepenuhnya dalam masyarakat.
manajer lini
pertama : manajer supervisi atau tingkat pertama, terdiri atas para supervisi
dan ketua kelompok. Keahlian utama yang perlu dimiliki adalah
keahlian komunikasi, pengambilan keputusan, waktu dan juga
teknikal.
manajer puncak : Top Manager terdiri atas direktur utama, presiden direktur, atau
wakil direktur. Keahlian yang diperlukan: keahlian konseptual,
komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen global, dan
manajemen waktu.
manajer tingkat
menengah : Middle Manager, terdiri atas para manajer, kepala divisi atau
departemen, atau kepala cabang. Keahlian yang diperlukan:
keahlian konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan,
manajemen waktu, dan teknikal.
manik ring
cecupu : secara harfiah artinya janin di dalam kandungan, merupakan filosofi
yang melukiskan keseimbangan atau harmonisasi antara janin
dengan kandungan ibunya, hubungan permata dengan ikatnya, atau
antara makrokosmos dengan mikrokosmos.
dana punia : dana artinya pemberian, sedangkan punia artinya selamat, baik,
bahagia, indah dan suci. Jadi, dana punia artinya pemberian yang
baik dan suci.
menyama braya : konsep ideal hidup bermasyarakat di Bali yang mengandung nilai
budaya untuk selalu hidup rukun dalam bersaudara (menyama)
dan bermasyarakat (mebraya).
ngayah : kewajiban sosial masyarakat Bali sebagai penerapan ajaran karma
marga (jalan perbuatan) yang dilaksanakan secara gotong
royong dengan hati yang tulus ikhlas baik di banjar maupun di
tempat suci.
palemahan : salah satu unsur dari konsep Trihita Karana (tiga penyebab
kesejahteraan) yang berarti terbinanya hubungan selaras dan
harmonis antara manusia dengan alam lingkungannya, baik mikro
xxxiv
di wilayah desa, wilayah banjar, pekarangan rumah atau wilayah
makro pulau Bali, Negara Indonesia, dan dunia.
parahyangan : unsur pertama dalam konsep Tri Hita Karana (tiga penyebab
kesejahteraan), yang berarti terbinanya hubungan selaras dan
harmonis antara manusia dengan TuhanNya.
paras-paros
sarpanaya : salah satu prinsip dasar dalam hidup berkomunitas, memiliki
makna berdiskusi dan bermusyawarah (menghargai pendapat
orang lain).
pawongan : salah satu unsur dari konsep Tri Hita Karana (tiga penyebab
kesejahteraan), yang berarti terbinanya hubungan selaras dan
harmonis antara manusia dengan sesamanya, warga banjar atau
desa.
sanggah : berasal dari Bahasa Kawi “sanggar”, berarti tempat untuk
melakukan kegiatan (pemujaan suci).
selunglung
sebayantaka : semboyan yang menjadi prinsip dasar hidup berkomunitas,
berwarga banjar adat atau desa pakraman atau pun berkeluarga di
Bali. Semboyan lengkapnya adalah Sagilik saguluk salunglung
sebayantaka artinya selalu bersama bersatu padu dalam suka dan
duka, dalam keadaan baik se-luwung-luwung maupun dalam
keadaan bahaya se-baya-ntaka.
stakeholders : kumpulan individu maupun lembaga yang memiliki kepemilikan,
tuntutan, kepentingan terhadap suatu organisasi.
subak : organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem
pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali.
swadharma : berasal dari bahasa Sansekerta swa artinya sendiri, diri sendiri.
Kata dharma artinya kewajiban. Kata swadharma artinya
kebenaran sendiri, kewajiban sendiri.
taksu : suatu kekuatan gaib atau energi yang merasuk pada diri seseorang
sehingga mempengaruhi pola pikir, perkataan dan perbuatannya.
Kekuatan gaib atau energi ini akan mempengaruhi proses dan
hasil suatu pekerjaan.
tatwam asi : salah satu semboyan utama dalam ajaran Sanatana Dharma
(kebenaran abadi) berlandaskan Weda (kitab suci agama Hindu).
xxxv
Secara harfiah, berarti “itu adalah kau, aku adalah kau, dan kau
adalah aku”. Kau di sini mengacu pada unsur yang tak lepas dari
setiap individu. Hal tersebut bukanlah tubuh, pikiran, panca indra,
atau sesuatu yang dapat teramati. Hal tersebut adalah sesuatu yang
paling dasar, jauh dari segala sifat keakuan.
tri hita karana : tiga penyebab kesejahteraan atau kemakmuran secara jasmani dan
kebahagiaan rohani dalam hidup, yang terdiri dari parahyangan,
pawongan, dan palemahan.
tri kaya
parisudha : tiga jenis perilaku manusia yang harus selalu disucikan atau
diperbaiki yaitu selalu berpikiran (manacika) yang baik dan benar,
berkata (wacika) yang baik dan benar, dan berbuat (kayika) yang
baik dan benar.
yadnya : korban suci secara tulus ikhlas dalam rangka memuja Hyang
Widhi.
xxxvi
DAFTAR SINGKATAN
ACCSTP : ASEAN Common Competency Standard for Tourism Professional
yaitu kurikulum berstandar kompetensi yang telah disepakati
untuk digunakan oleh lembaga pendidikan pariwisata yang
terdapat di kawasan ASEAN
FGD : Focus Group Discussion merupakan suatu proses pengumpulan
data dan informasi yang sistematis mengenai suatu isu atau
masalah tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
MEA : Masyarakat Ekonomi ASEAN yaitu komitmen kerjasama
masyarakat ASEAN untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar
tunggal dan basis produksi serta kawasan dengan pembangunan
ekonomi yang merata.
SDM PHB : Sumber Daya Manusia Pariwisata Hindu Bali
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences, merupakan program
aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistik tinggi serta
sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan
menggunakan menu deskriptif dan kotak dialog sederhana.
UNESCO : United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization
yaitu Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tujuan organisasi ini adalah
mendukung perdamaian, dan keamanan dengan mempromosikan
kerja sama antarnegara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang
berlandaskan kepada keadilan, peraturan hukum, Hak Asasi
Manusia (HAM) dan kebebasan hakiki.
UNWTO : United Nations World Tourism Organization, organisasi
pariwisata dunia yang bertanggung jawab untuk promosi
pariwisata dunia dan berkelanjutan yang dapat diakses oleh
seluruh kalangan pariwisata secara universal
WEF : World Economic Forum atau lembaga internasional yang
berkomitmen untuk meningkatkan keadaan dunia melalui
kerjasama pemerintah dan swasta.
xxxvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pertanyaan 1...……………………………………………………...... 351
2. Daftar Pertanyaan 2.………………………………………………………… 353
3. Kuesioner I…………………………………………………………………. 355
4. Kuesioner II………………………………………………………………… 359
5. Hasil Analisis Principal Component Analysis……………………………… 362
6. Hasil wawancara dengan Hotel berbintang 3, 4, dan 5 di Kuta………...…... 377
7. Hasil wawancara dengan Hotel berbintang 3,4, dan 5 di Nusa Dua……...… 409
8. Hasil wawancara dengan Hotel berbintang 3,4, dan 5 di Sanur……...……... 421
9. Hasil wawancara dengan Praktisi atau Pakar Pariwisata…………………… 433
10. Daftar Informan……………………...……………………………………… 441
11. Tabel Responden Kuesioner I………………………………………………. 448
12. Tabel Responden Kuesioner II……………………………………………… 458
13. Foto-foto Wawancara……………………………………………………….. 469
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia terutama menyangkut kegiatan sosial, dan ekonomi di era globalisasi ini.
Globalisasi diartikan sebagai suatu proses di mana batas-batas suatu negara
menjadi semakin sempit karena kemudahan interaksi antara negara, baik berupa
pertukaran informasi, perdagangan, teknologi, gaya hidup, dan bentuk-bentuk
interaksi yang lain. Hal ini tidak terlepas dari adanya dukungan kemajuan pesat
dalam bidang teknologi informasi massa canggih yang bisa menjangkau wilayah
di bumi dalam skala global hanya dalam hitungan detik, bahkan dalam bentuk
gambar digital. Kecepatan sistem informasi ini didukung pula oleh penemuan
teknologi transportasi massa cepat yang mempersempit jarak antara berbagai
belahan bumi, yang bisa dijangkau hanya dalam hitungan jam. Globalisasi ini di
samping dapat menimbulkan dampak negatif juga membawa berbagai dampak
positif salah satunya adalah semakin meningkatnya kegiatan ekonomi pariwisata,
sehingga membuka berbagai lapangan kerja di bidang pariwisata sekaligus
menjadi ajang promosi suatu Negara (http://dokumen.tips/documents/globalisasi-
dan-manajemen-bisnis.html). Hal itu tidak hanya terjadi di negara-negara maju,
tetapi juga di negara-negara berkembang.
Dalam tiga dekade terakhir, terjadi peningkatan kegiatan pariwisata di
berbagai Negara (Ramdani, 2013: 1). Berdasarkan data dari United Nations World
Tourism Organization (UNWTO) 2014, jumlah wisatawan internasional tumbuh
1
2
pesat dari hanya 277 juta pada 1980 menjadi 674 juta di 2010. Jumlah tersebut
terus menanjak hingga 1,087 miliar wisatawan pada 2013 atau tumbuh 5%
(bertambah 52 juta) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 2012 yang
berjumlah 1,035 miliar wisatawan. Angka tersebut terus tumbuh, pada tahun 2014
jumlah wisatawan dunia internasional naik menjadi 1,134 miliar wisatawan. Pada
tahun 2015, jumlah wisatawan internasional meningkat 4.4 persen atau 50 juta
wisatawan dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi 1,184 miliar wisatawan
(http://traveling.bisnis.com/read/20160120/85/511235/unwto-1184-miliar-orang-
bepergian-ke-luar-negeri). Lebih lanjut, UNWTO memperkirakan bahwa dalam
kurun waktu 2010-2030, wisatawan internasional akan tumbuh rata-rata sekitar 43
juta setiap tahun. Artinya, diperkirakan akan ada 1,809 miliar wisatawan
internasional yang bepergian ke seluruh dunia pada tahun 2030
(http://www.indopos.co.id/2014/02/sdm-pariwisata-harus-bisa-bersaing-di-pasar-
global.html).
Pembangunan sektor pariwisata dianggap penting oleh negara-negara di
dunia karena pariwisata dapat menarik para investor asing yang dibutuhkan oleh
setiap negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Menurut Soemardjan
(1974: 56), kegiatan pariwisata dapat dimanfaatkan untuk pembangunan. Kegiatan
kepariwisataan diarahkan menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan
kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor lain yang terkait, sehingga lapangan
pekerjaan, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, dan pendapatan negara
serta penerimaan devisa meningkat melalui upaya pengembangan, dan
pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan. Pariwisata juga dapat membawa
3
nama atau citra suatu bangsa agar dapat dikenal di dunia internasional. Semakin
berkualitasnya pariwisata di suatu daerah atau negara, maka semakin berkembang,
dan dikenallah suatu daerah atau negara tersebut.
Indonesia memiliki banyak potensi pariwisata yang bisa dikembangkan
untuk menjaring wisatawan mancanegara (wisman) sebagai sumber devisa negara.
Indonesia memiliki delapan situs warisan budaya dunia yang diakui oleh United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), yaitu 1)
Candi Borobudur merupakan candi agama Buddha terbesar di dunia, 2)
Prambanan sebagai kuil Hindu terbesar di luar India, 3) Taman Nasional Komodo
yang merupakan keajaiban alam dengan ribuan biawak raksasa; 4) Taman
Nasional Ujung Kulon sebagai habitat dari badak Jawa dengan beberapa pulau,
dan pantai belum terjamah menghadap ke Samudra Hindia, 5) Situs arkeologi
Sangiran tempat salah satu situs terpenting dalam sejarah evolusi manusia, 6)
Taman Nasional Lorentz di Papua menawarkan salju abadi yang menutupi salah
satu dari tujuh puncak daratan bumi, hingga ekosistem laut tropis, dan dataran
rendah berawa-rawa yang luas, 7) Hutan hujan tropis Sumatra terkenal dengan
habitat asli fauna yang terancam punah, dan terdiri atas ribuan flora, dan 8) Subak
yang merupakan budaya lanskap Bali dengan merefleksikan filosofi Tri Hita
Karana (http://www.beritasatu.com/food-travel/141808-8-situs-warisan-dunia-ver
siunesco-di-indonesia.html).
Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
Nusantara terkenal akan keragaman pakaian adatnya, kuliner, tradisi yang unik,
serta pertunjukan tarian, dan musik tradisional dari berbagai daerah, yang
4
menampilkan gambaran 700 bahasa, dan budaya dari 300 kelompok suku bangsa.
Indonesia juga mempunyai banyak sekali tempat menakjubkan yang tersebar dari
barat ke timur, dari Sabang sampai Merauke. Hal itulah yang menyebabkan
pariwisata Indonesia semakin terkenal di mancanegara, sehingga sektor pariwisata
menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia.
Melihat potensi pariwisata yang sangat besar, pemerintah Indonesia
semakin serius dalam menangani kepariwisataan Indonesia. Keseriusan
pemerintah mengembangkan pariwisata Indonesia terlihat dari semakin
meningkatnya daya saing pariwisata Indonesia. Berdasarkan laporan World
Economic Forum (WEF) dalam The Global Competitiveness Report tahun 2012-
2013, daya saing pariwisata Indonesia pada tahun 2011 dalam persaingan global
berada di peringkat 74 dari 140 negara di dunia, dan pada tahun 2013, mengalami
kemajuan yaitu berada di peringkat 70 dari 140 negara di dunia. Indonesia juga
berada di peringkat 12 dari 25 negara di regional Asia Pasifik, dan peringkat
keempat dari 10 negara di kawasan ASEAN pada tahun 2013 (World Economic
Forum).
Kemajuan peringkat di Indonesia terjadi pada tahun 2015 dalam persaingan
pariwisata global dan persaingan pariwisata di wilayah Asia Pasifik. Pada tahun
2015, daya saing pariwisata Indonesia naik pesat ke peringkat 50 dari 140 negara
di dunia. Daya saing pariwisata Indonesia pada regional Asia Pasifik naik satu
tingkat dan berada di peringkat 11 dari 25 negara Asia Pasifik. Namun, daya saing
pariwisata di wilayah ASEAN, Indonesia tetap berada di peringkat empat.
5
Undang-Undang No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan
bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,
Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan pengertian
kepariwisataan tersebut, pelayanan merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam
industri pariwisata, dan merupakan salah satu tuntutan wisatawan. Oleh karena
itu, agar unggul pariwisata Indonesia harus dikelola oleh SDM pariwisata yang
berkualitas, dan profesional di bidangnya. Pitana, dan Diarta (2009: 72) dalam
pernyataannya menegaskan bahwa SDM merupakan salah satu komponen vital
dalam pembangunan pariwisata karena hampir setiap tahap elemen pariwisata
memerlukan SDM untuk menggerakkannya. Dengan kata lain, pembangunan
pariwisata tergantung kepada SDM pariwisata yang membuat industri tersebut
berlangsung.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan, dan Pariwisata
(Kemenbudpar), Pitana, mengungkapkan bahwa SDM pariwisata Indonesia sudah
cukup berkualitas. Sekolah Tinggi Pariwisata (STP), dan Akademi Pariwisata
(Akpar) yang bertugas mencetak SDM pariwisata Indonesia sudah
mengembangkan sayap di tingkat internasional dengan menerapkan kurikulum
yang berlaku, dan diakui resmi di kawasan ASEAN yakni ASEAN Common
Competency Standard for Tourism Professional (ACCSTP). Kenyataan riil di
lapangan juga menunjukkan bahwa sudah banyak SDM pariwisata Indonesia yang
bekerja di negara ASEAN lain, seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia di level
middle up (http://www.antaranews.com/print/277778/kemenbudpar). Melalui
6
fakta-fakta itulah, Pitana menegaskan bahwa SDM pariwisata Indonesia siap
bersaing dengan SDM dari negara lain.
Hal serupa diungkapkan oleh Sekretaris Pelaksana Kopertis Wilayah VII,
Sukarta (http://www.balipost.co.id/balipostcetak /2004/7/1/pa1.htm). Menurutnya
sejumlah perguruan tinggi swasta telah menggelar pendidikan pariwisata yang
cukup berkualitas. Beberapa di antaranya, bahkan telah meluluskan ribuan
wisudawan yang kini bekerja di industri-industri pariwisata di Indonesia maupun
di luar negeri. Tiap tahun kampus-kampus tersebut selalu diserbu oleh calon
mahasiswa.
Di sisi lain, mantan Menteri Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif
(Menparekraf), Pangestu mengungkapkan bahwa meskipun kepariwisataan
nasional telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan dengan
naiknya peringkat daya saing pariwisata, pariwisata Indonesia masih kalah jika
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand
(http://www.politikindonesia.com/m/index.php?ctn=1&k=ekonomi&i=30294).
Singapura, Malaysia, dan Thailand berada di peringkat yang jauh lebih
unggul. Singapura di peringkat 16, Malaysia di peringkat 32, dan Thailand di
peringkat 42 dari 140 negara di dunia. Di wilayah regional Asia Pasifik, Indonesia
berada di peringkat 12 dari 25 negara, sedangkan Singapura berada di peringkat
pertama, Malaysia di peringkat kedelapan, dan Thailand di peringkat kesembilan.
Salah satu indikator yang kekalahan daya saing pariwisata Indonesia, menurut
Pangestu, adalah indikator mutu, dan kinerja SDM pariwisata Indonesia yang
rendah.
7
Berdasarkan laporan WEF dalam The Global Competitiveness Report tahun
2013-2014, daya saing SDM pariwisata Indonesia tahun 2013 berada di peringkat
ke 60 dari 140 negara di dunia dengan skor indeks 4,94. Skor indeks daya saing
pariwisata Indonesia tersebut berada di peringkat bawah jika dibandingkan
dengan negara lainnya di kawasan ASEAN seperti Malaysia yang berada pada
peringkat 28 dari 140 negara di dunia dengan skor indeks 5,35, dan Singapura
berada pada peringkat 2 dari 140 negara di dunia dengan skor 6,05., bahkan skor
indeks SDM pariwisata Indonesia untuk tingkat ASEAN tergolong di peringkat
bawah. Pada tahun 2014-2015 Indonesia berada di peringkat lima di kawasan
ASEAN dengan skor indeks 4,52 dan masih kalah dibandingkan dengan
Singapura dan Malaysia. Di dunia berdasarkan Laporan Human Development
Index (HDI) UNDP 2014-2015, Singapura dikategorikan ke dalam Negara Very
High Human Development dan Malaysia masuk dalam ketegori High Human
Development, sedangkan Indonesia dikategorikan dalam Negara Medium Human
Development. Hal ini menandakan bahwa daya saing SDM pariwisata Indonesia
cukup rendah, dan perlu untuk ditingkatkan.
Rendahnya daya saing SDM pariwisata Indonesia juga diungkapkan oleh
Irwansyah (2011: 1). Menurutnya saat ini pembangunan sektor pariwisata
Indonesia menghadapi permasalahan mendasar yang disebabkan oleh rendahnya
daya saing SDM pariwisata Indonesia yang terlihat dari masih terbatasnya SDM,
baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Kepala Dinas Pariwisata Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), Abdullah memaparkan bahwa rendahnya SDM
pariwisata Indonesia disebabkan oleh SDM pariwisata Indonesia belum memiliki
8
kompetensi standar, padahal industri pariwisata menuntut standar kualitas yang
bagus (http://careernews.web.id/issues/view/2277-Bekal-Menekuni-Industri-Pari
wisata). Di era globalisasi, peran keunggulan komparatif yang hanya
mengandalkan input (buruh murah, sumber daya alam, dan modal) makin
berkurang, dan bergeser pada peran keunggulan kompetitif yang lebih
mencerminkan suatu pencapaian dalam efisiensi atau produktivitas tenaga kerja.
Hal ini juga ditegaskan oleh Sasono (2013: 288) bahwa hanya SDM yang
terbarukan, terampil, dan terus menerus mengembangkan ilmu pengetahuan, dan
teknologi yang tidak mengalami penyusutan. Hanya dengan mengandalkan
kekayaan, dan keindahan alam yang dimiliki oleh Indonesia, itu tidak cukup untuk
menjadikan pariwisata Indonesia unggul, dan mampu bersaing di tingkat global.
Adanya isu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) juga harus diantisipasi
karena tenaga kerja asing bebas masuk ke Indonesia. MEA bagai dua sisi mata
uang. Pada satu sisi, MEA akan mendorong perdagangan barang, dan jasa
menjadi lebih mudah. Pada sisi lain, persaingan tenaga kerja akan menjadi lebih
ketat karena kemudahan lalu lintas tenaga kerja dari sesama negara anggota
ASEAN. Data Kementerian Tenaga Kerja menunjukkan bahwa tenaga kerja asing
tumbuh 18,7 persen pada tahun 2013 (68.957 orang). Tenaga kerja asing ini
menduduki posisi profesional, konsultan, manajer, direksi, supervisor, teknisi,
hingga komisaris (Kompas, Jumat 28 November 2014: 92). Dengan masuknya
tenaga kerja asing ke Indonesia, ini berarti akan mempersempit kesempatan kerja
SDM pariwisata Indonesia yang bekerja di sektor industri pariwisata. Untuk
9
mengimbangi perkembangan tersebut, maka Indonesia harus mampu mencetak
SDM yang berkualitas, terampil, dan profesional.
Dari perspektif nasional, Bali merupakan pintu gerbang kegiatan ekonomi
utama pariwisata di Indonesia. Bandara Ngurah Rai sebagai pintu masuk utama
menerima lebih dari dua juta pendatang setiap tahunnya. Selain itu, 15 persen
kapasitas hotel di Indonesia serta 21 persen dari pendapatan perhotelan nasional
berada di Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara (Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian, 2011: 144). Kepariwisataan merupakan bagian yang
sangat erat, dan tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan masyarakat, dan
pembangunan di Bali (Darmayudha dkk, 1991: 6-8). Keindahan alam, dan
kebudayaan Bali yang unik, dan beranekaragam yang berpedoman pada falsafah
Hindu menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun
wisatawan domestik.
Perkembangan pariwisata Bali yang pesat menjadi magnet bagi pencari
kerja tidak saja dari SDM lokal, SDM luar Bali tetapi, bahkan SDM asing juga
banyak mengincar posisi strategis pada pariwisata Bali. Tantangan yang lebih
besar, dan sudah berada di depan mata adalah MEA. Menghadapi tantangan
MEA, Wakil Gubernur Bali Sudikerta mengungkapkan bahwa Bali harus
meningkatkan kualitas SDM pariwisatanya. Penguatan SDM merupakan faktor
yang sangat penting karena saat ini banyak pekerja dari luar negeri yang
menyerbu Bali (http:// metrobali.com/2014/09/10/hadapi-mea-2015-kualitas-sdm-
bali-masihrendah/). Kepala Dinas Transmigrasi, dan Tenaga Kerja Provinsi Bali,
Sudarsana mengungkapkan bahwa sejak tahun 2014 hingga Januari 2015 tercatat
10
1.800 tenaga kerja asing legal bekerja di Bali. Kewarganegaraan asal tenaga kerja
asing itu didominasi warga Amerika, Singapura, dan Jepang
(http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2172187/bali-tampung-1800-tenaga-
kerjasing#sthash.8qnVIJ8H.dpuf). Kenyataannya tenaga kerja asing yang bekerja
di Bali melebihi jumlah tersebut karena banyak yang secara ilegal mencari sumber
penghidupan di Bali. Modusnya adalah dengan memperpanjang holiday visa.
Hal ini tentu menjadi ironi bagi pariwisata Bali. Sektor pariwisata
dihadapkan dengan permasalahan perebutan bidang pekerjaan dengan SDM
pariwisata asing. Robbins, dan Coulter (1999: 217), memaparkan tingkatan
manajer dari atas ke bawah secara berurutan yang terdiri atas manajer puncak,
manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama. SDM pariwisata asing yang
bekerja di Bali sebagian besar menempati posisi manajer puncak, sedangkan SDM
pariwisata lokal Bali lebih banyak menempati posisi pelaksana. Ada juga yang
telah berhasil menduduki posisi manajer tingkat menengah, itupun masih harus
bersaing dengan SDM luar Bali.
Berdasarkan hasil penelitian Putra dkk. (2013: 5), bahwa dari 13.844 orang
SDM pariwisata lokal Bali yang bekerja di bidang pariwisata, hanya 248 orang
yang menduduki posisi manajer (manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan
manajer lini pertama) atau sekitar 1,79 %. Dari 1.693 SDM luar Bali yang bekerja
di bidang pariwisata, sekitar 156 orang menduduki posisi manajer (manajer
puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama) atau sekitar 9,21%.
Dari 80 orang SDM asing yang bekerja di bidang pariwisata, 56 orang menduduki
posisi manajer (manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini
11
pertama) atau sekitar 70%. Data tersebut menunjukkan bahwa persentase SDM
pariwisata lokal Bali yang menduduki posisi manajer sangat kecil jika
dibandingkan dengan SDM luar Bali apalagi kalau dibandingkan dengan SDM
pariwisata asing.
Menyadari kenyataan ini, sejauh ini Bali masih memerlukan investor asing
untuk pembangunan infrastruktur pariwisata. Kemajuan Bali pada sektor
pariwisata sangat bagus, dan perkembangannya makin baik terutama pada
investasi bidang perhotelan. Melesatnya investasi bidang perhotelan yang
dilakukan oleh para investor luar daerah termasuk luar negeri tentu membawa
angin segar dalam hal penyerapan SDM. Fenomena hotel-hotel di Bali
memekerjakan SDM untuk level atas seperti manajer puncak dari orang-orang
asing sudah menjadi hal yang biasa. Alasannya adalah karena kompetensi SDM
pariwisata asing yang sudah teruji.
Kompetensi adalah faktor penting agar SDM mampu bersaing
memperebutkan posisi manajer puncak (Putra dkk, 2013: 2). Menurut Spencer
dan Spencer (1993: 9), seseorang yang kompeten memiliki konsep diri,
pengetahuan, keterampilan, watak, dan motif yang sesuai dengan syarat pekerjaan
sehingga dapat berpartisipasi aktif di tempat kerja. Kompetensi merupakan salah
satu faktor yang membedakan seseorang yang mampu menunjukkan kinerja yang
optimal dengan seseorang yang tidak mampu menunjukkan kinerja yang optimal.
Kenyataannya, kompetensi yang dimiliki SDM pariwisata lokal Bali kalah jika
dibanding dengan kompetensi yang dimiliki SDM pariwisata asing, sehingga
perusahaan-perusahaan lebih memilih SDM pariwisata asing menjadi seorang
12
manajer daripada SDM pariwisata lokal Bali karena dianggap kurang
berkompeten.
Berdasarkan hasil penelitian Bawa dkk. (2001: 42-43), kompetensi yang
dimiliki SDM pariwisata lokal Bali hanya pada aspek bawaan (personal
qualities), dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain (human relations)
yang lebih banyak diperlukan pada tingkat pelaksana. SDM pariwisata lokal Bali
tidak memiliki kompetensi yang berhubungan dengan aspek manajerial, dan aspek
bisnis lainnya yang justru diperlukan untuk menduduki jabatan manajer. Alasan
lain dipilihnya SDM pariwisata asing sebagai manajer adalah karena SDM
pariwisata asing lebih memiliki komitmen jika dibandingkan dengan SDM
pariwisata lokal. Winata (2014: 6) mengungkapkan bahwa adat istiadat Hindu
Bali merupakan faktor penyebab rendahnya komitmen SDM pariwisata lokal Bali.
Menurut Hofstede, budaya nasional menggambarkan efek dari nilai-nilai
budaya yang dianut pada anggota masyarakatnya dan bagaimana nilai-nilai
tersebut berhubungan dengan perilakunya. Budaya nasional minimal memiliki
empat dimensi, yaitu power distance, individualism-collectivism, masculinity-
femininity, dan uncertainty avoidance. Untuk menilai sebuah budaya nasional di
masyarakat lintas negara dapat dipakai identifikasi berdasarkan empat model
karakteristik tersebut (Hofstede, 1983).
Masyarakat Hindu Bali sangat kuat memelihara, dan taat menjalankan adat
istiadat yang dijiwai oleh agama Hindu. Ketaatan terhadap adat budaya Hindu
Bali dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari keluarga, dan dalam kehidupan
bermasyarakat yaitu di desa pakraman. Dalam kehidupan keluarga, contohnya
13
adalah kewajiban memelihara, dan menjaga keutuhan keluarga, melaksanakan
ritual/upacara siklus hidup dari lahir hingga mati, memuja roh leluhur di tempat
persembahyangan keluarga (sanggah pamerajan). Dalam kehidupan
bermasyarakat, contohnya melaksanakan kewajiban (swadharma) sebagai anggota
kesatuan masyarakat desa pakraman. Peranan desa pakraman di samping
memancarkan nilai-nilai agama Hindu, juga merupakan pusat pembinaan, dan
pemeliharaan kebudayaan Hindu Bali. Desa pakraman memiliki aturan atau awig-
awig yang mutlak atau wajib dilakukan oleh setiap orang Hindu Bali sebagai
masyarakat sosial yang terikat dengan adat istiadat di desa pakraman. Sanksi
terhadap yang melanggar awig-awig adalah berupa sanksi adat/agama yaitu:
teguran lisan, pengucilan (kesepekang), pemecatan, atau denda. Salah satu
kewajiban dalam desa pakraman adalah ngayah. Ngayah adalah kerja bakti untuk
berbagai keperluan urusan ritual keagamaan.
Ketentuan ngayah adat yang disertai dengan sanksi begitu memukul SDM
pariwisata lokal Bali khususnya SDM Pariwisata Hindu di Bali (PHB), padahal
ngayah itu tidak semuanya efektif, lebih banyak hanya “setor muka”
(http://www.mpujayaprema.com/index.php/bacaposting/434/Selamat-untuk-Men
teri-Puspayoga). Contoh kecil, misalnya, seorang manajer hotel harus ikut ngayah
adat di desanya hanya untuk membuat klakat atau tusukan sate, sementara harus
meninggalkan pekerjaan kantor yang jauh lebih penting. Tidak ikut ngayah akan
dikenai sanksi, kalau sanksinya keras bisa kesepekang. Akibat dari kesepekang
bisa tidak mendapatkan fasilitas dari desa pakraman, misalnya, tak dapat kuburan
kalau ada keluarganya meninggal.
14
Adat budaya Hindu Bali, diatur oleh desa pakraman melalui awig-awig desa
beserta sanksinya sehingga masyarakat Hindu Bali taat menjalankan adat budaya
Hindu Bali. Masyarakat Hindu Bali menjadikan adat, dan budaya sebagai hal
yang sangat penting, dan tidak boleh ditinggalkan. Tak salah jika beredar isu
bahwa SDM PHB dinomorduakan oleh perusahaan-perusahaan karena dianggap
akan sering libur atau bolos karena urusan adat.
SDM pariwisata asing yang bekerja di Bali memberikan dampak negatif
bagi SDM PHB, karena SDM pariwisata asing umumnya dibayar lebih mahal
daripada SDM PHB. SDM pariwisata asing selalu mendapatkan perlakuan yang
lebih jika dibandingkan dengan SDM PHB, baik dari segi pembayaran,
penghormatan, maupun kedudukan. Apabila ditinjau kasus demi kasus, bukan
tidak mungkin ada seorang atau beberapa orang SDM PHB yang memiliki
kualitas yang lebih baik daripada SDM pariwisata asing (Randang, 2011: 70-71).
Tetapi, dengan adanya pandangan awal yang memberikan penghargaan lebih baik
kepada SDM pariwisata asing, calon pemberi kerja tentulah tidak dapat lagi
objektif dalam memberikan penilaian kepada SDM PHB.
Putra dkk. (2013: 6) mengungkapkan bahwa masyarakat Bali harus
melakukan perubahan pola pikir, dan meningkatkan kompetensi menanggapi
semakin banyaknya tenaga kerja asing yang menduduki posisi strategis dalam
industri pariwisata di Bali. SDM PHB harus memiliki peran aktif dengan menjadi
pimpinan atau manajer, jangan hanya menjadi pekerja tingkat pelaksana yang
tidak memiliki andil apapun dalam setiap keputusan perusahaan. Padahal, jika
mengacu pada teori pariwisata berkelanjutan (Sharpley, 2000), jika ingin agar
15
pariwisata Bali berkelanjutan, maka SDM PHB sebagai penduduk lokal perlu
dilibatkan sebagai pelaku aktif dalam industri pariwisata karena dianggap paling
mengerti tentang alam sekitar, dan kebudayaan lokal. Dengan demikian,
diharapkan alam, dan kebudayaan masyarakat Hindu Bali bisa terjaga
kelestariannya, dan para investor tidak seenaknya mengeruk alam Bali demi
keuntungan sendiri.
Mc. Clelland (1976: 40) mengemukakan prinsip yang disebut dengan
motivasi berprestasi, yaitu usaha mencapai sukses atau berhasil dalam kompetisi
dengan suatu ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain maupun
prestasi sendiri. Individu dengan kebutuhan akan prestasi yang tinggi akan
mencari kehidupan, dan karir yang memungkinkan untuk memuaskan
kebutuhannya. Individu dengan kebutuhan akan prestasi yang tinggi akan
membuat standar pribadi, dan bekerja keras untuk mendapatkan hal tersebut.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Mc. Clelland tersebut, motivasi
menjadi suatu hal yang sangat penting bagi SDM PHB. Dengan adanya motivasi
berprestasi diharapkan SDM mau bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya,
dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi, menunjukkan
prestasi. Dengan demikian SDM mampu berkompetisi merebut posisi tertinggi
yaitu manajer. Melihat permasalahan tersebut, maka diangkat suatu penelitian
berjudul “Strategi Peningkatan Jabatan Sumber Daya Manusia Pariwisata Hindu
di Bali ke Tingkat Manajer pada Hotel Berbintang di Bali”.
16
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang
masalah, dan dilandasi oleh pemikiran teoritis serta empirik, maka dapat diajukan
tiga butir pokok permasalahan, sebagai berikut ini.
1) Bagaimanakah kompetensi SDM PHB pada hotel berbintang di Bali?
2) Bagaimanakah kendala yang dihadapi SDM PHB untuk mampu menduduki
posisi manajer pada hotel berbintang di Bali?
3) Bagaimanakah strategi peningkatan jumlah SDM PHB yang menduduki posisi
manajer pada hotel berbintang di Bali?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dapat dibedakan menjadi tujuan umum, dan tujuan
khusus. Adapun tujuan umum, dan tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai
berikut ini:
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk menghasilkan suatu model strategi
peningkatan jabatan SDM PHB ke tingkat manajer pada hotel berbintang di Bali.
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus yang diharapkan tercapai pada penelitian ini adalah:
1) menganalisis kompetensi SDM PHB pada hotel berbintang di Bali,
2) menganalisis kendala yang dihadapi SDM PHB untuk mampu menduduki
posisi manajer pada hotel berbintang di Bali, dan
17
3) menyusun strategi peningkatan jumlah SDM PHB yang menduduki posisi
manajer pada hotel berbintang di Bali.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi manfaat
teoritis, dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yaitu manfaat dari segi ilmu
pengetahuan. Manfaat praktis meliputi manfaat bagi pengguna output, dosen,
mahasiswa, masyarakat, Pemerintah, dan peneliti lain. Adapun manfaat teoritis,
dan manfaat praktis yang diperoleh adalah sebagai berikut ini.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori yang mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan pendidikan pariwisata, khususnya teori, dan
fakta yang lebih tepat digunakan untuk membuat kebijakan yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas SDM bidang pariwisata terutama dalam upaya peningkatan
jabatan sumber daya manusia pariwisata Hindu di Bali ke tingkat manajer pada
hotel berbintang di Bali
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis diharapkan berguna bagi pengguna SDM pariwisata,
lembaga pendidikan pariwisata, dan dosen, mahasiswa pariwisata, Pemerintah
Republik Indonesia umumnya, dan Pemerintah Daerah Propinsi Tingkat I Bali
serta Pemerintah Kabupaten/Kota Tingkat II di Bali khususnya.
1. Bagi Pengguna SDM Pariwisata. Penelitian ini dapat digunakan oleh
pengguna SDM Pariwisata untuk mengetahui kompetensi SDM PHB, dan
18
faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya jumlah SDM pariwisata tingkat
manajer pada hotel Berbintang di Bali
2. Bagi Lembaga pendidikan pariwisata, dan Dosen. Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa sebagai
calon SDM pariwisata melalui peningkatan kualitas pendidikan serta
penerapan pendidikan karakter untuk menghasilkan SDM yang berkarakter
unggul.
3. Untuk mahasiswa pariwisata. Manfaat yang didapatkan oleh mahasiswa di
bidang pariwisata adalah diperolehnya pengetahuan untuk meningkatkan diri
agar dapat bersaing di tingkat internasional.
4. Bagi Masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi
masyarakat akan pentingnya peningkatan kualitas diri dalam era globalisasi
agar dapat bersaing dengan SDM pariwisata luar Bali, dan SDM pariwisata
asing.
5. Bagi Pemerintah Republik Indonesia, dan Pemerintahan Tingkat I Provinsi
Bali serta seluruh Kabupaten Tingkat II di Bali. Dengan penelitian ini, dapat
diketahui segala aspek yang diperlukan dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia pariwisata Hindu di Bali agar mampu bersaing di tingkat
internasional.
6. Bagi Peneliti lain. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan inspirasi
kepada peneliti lain yang melakukan penelitian mengenai SDM khususnya
pada bidang pariwisata. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan
atau memperkaya data untuk penelitian selanjutnya.