abses peritonsil

3
Gejala Biasanya peritonsilitis merupakan lanjutan dari tonsillitis folikular akut. Temperatur jarang elebihi 99-100 o F, sedang pada awal tonsillitis akut, temperature meningkat sampai 103 o F atau lebih. Nyeri bertambah sesuai dengan perluasan timbunan pus. Otot pengunyah diselusupi oleh abses sehingga pasien sulit untuk membuka mulut yang cukup lebar untuk pemeriksaan tenggorok. Menelan jadi sukar dan nyeri. Penyakit ini biasanya hanya pada satu sisi. Air ludah menetes dari mulut dan ini merupakan salah satu penampakan yang khas. Pergerakan kepala ke lateral menimbulkan nyeri, akibat infiltrasi ke jaringan leher di regio tonsil. Sekret kental menumpuk di tenggorokan dan pasien sulit untuk membuangnya. Lidah dilapisi oleh selaput tebal dan napas berbau. Pernapasan terganggu akibat pembengkakan mukosa dan submukosa faring. Sesak akibat perluasan edem ke jaringan laring, jarang terjadi. Pada pemeriksaan tampak pembengkakan dan kemerahan yang unilateral, karena jarang jarang kedua tonsil terkena pada waktu yang sama. Bila keduanya terinfeksi maka yang kedua akan membengkak setelah yang satu membaik. Dan bila kedua tonsil terinfeksi secara bersamaan, gejala sesak nafas lebih berat dan lebih menakutkan. Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit, maka kemerahan, nyeri tekan, rasa sakit dan pembengkakan semakin berat. Bila abses terjadi di jaringan peritonsil, pembengkakan tampak pada bagian atas pilar anterior, sehingga palatum dan uvula terdorong ke medial. Hal ini sebagian disebabkan oleh tonsil yang membengkak tetapi lebih disebabkan oleh edem, selulitis, dan penekanan tonsil oleh abses. Palpasi dengan jari di region tonsil akan terasa daerah yang berfluktuasi. Daerah tersebut biasanyan berlokasi pada ¼ inci kea rah luar dari tepi bebas pilar anterior, atau pada batas 1/3 atas tonsil dengan 1/3 tengah, di posterior tonsil. Penyakit ini dapat menyembuh setelah 5-10 hari, walau dapat pula lebih lama. Penyembuhan dapat terjadi setelah pus yang bau keluar secara spontan atau dikeluarkan. Bila pus keluar spontan biasanya pecah pada pilar anterior. Ada kalanya resorpsi selulitis spontan terjadi tanpa pengeluaran pus. Abses peritonsil harus dibedakan dari infeksi ruang submaksila. Infeksi di ruang ini iasanya terjadi akibat karies atau infeksi pada

Upload: zhafrandarwis

Post on 01-Feb-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

abses

TRANSCRIPT

Page 1: Abses peritonsil

Gejala

Biasanya peritonsilitis merupakan lanjutan dari tonsillitis folikular akut. Temperatur jarang elebihi 99-100oF, sedang pada awal tonsillitis akut, temperature meningkat sampai 103oF atau lebih.

Nyeri bertambah sesuai dengan perluasan timbunan pus. Otot pengunyah diselusupi oleh abses sehingga pasien sulit untuk membuka mulut yang cukup lebar untuk pemeriksaan tenggorok. Menelan jadi sukar dan nyeri. Penyakit ini biasanya hanya pada satu sisi. Air ludah menetes dari mulut dan ini merupakan salah satu penampakan yang khas. Pergerakan kepala ke lateral menimbulkan nyeri, akibat infiltrasi ke jaringan leher di regio tonsil.

Sekret kental menumpuk di tenggorokan dan pasien sulit untuk membuangnya. Lidah dilapisi oleh selaput tebal dan napas berbau. Pernapasan terganggu akibat pembengkakan mukosa dan submukosa faring. Sesak akibat perluasan edem ke jaringan laring, jarang terjadi. Pada pemeriksaan tampak pembengkakan dan kemerahan yang unilateral, karena jarang jarang kedua tonsil terkena pada waktu yang sama. Bila keduanya terinfeksi maka yang kedua akan membengkak setelah yang satu membaik. Dan bila kedua tonsil terinfeksi secara bersamaan, gejala sesak nafas lebih berat dan lebih menakutkan. Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit, maka kemerahan, nyeri tekan, rasa sakit dan pembengkakan semakin berat. Bila abses terjadi di jaringan peritonsil, pembengkakan tampak pada bagian atas pilar anterior, sehingga palatum dan uvula terdorong ke medial. Hal ini sebagian disebabkan oleh tonsil yang membengkak tetapi lebih disebabkan oleh edem, selulitis, dan penekanan tonsil oleh abses.

Palpasi dengan jari di region tonsil akan terasa daerah yang berfluktuasi. Daerah tersebut biasanyan berlokasi pada ¼ inci kea rah luar dari tepi bebas pilar anterior, atau pada batas 1/3 atas tonsil dengan 1/3 tengah, di posterior tonsil.

Penyakit ini dapat menyembuh setelah 5-10 hari, walau dapat pula lebih lama. Penyembuhan dapat terjadi setelah pus yang bau keluar secara spontan atau dikeluarkan. Bila pus keluar spontan biasanya pecah pada pilar anterior. Ada kalanya resorpsi selulitis spontan terjadi tanpa pengeluaran pus.

Abses peritonsil harus dibedakan dari infeksi ruang submaksila. Infeksi di ruang ini iasanya terjadi akibat karies atau infeksi pada gigi molar. Pus dapat mendorong otot-otot dalam kea rah konstriktor superior sehingga tonsil terdorong ke medial, seperti pada quinsy

Komplikasi dan Gejala Sisa

Komplikasi dan gejala sisa jarang didapati. Namun, pernah dilaporkan: edem glottis akibat perluasan proses radang ke bawah; tercekik akibat pecahnya abses secara spontan; tromboflebitis salah satu vena besar leher; ulserasi salah satu arteri besar di region submaksila; peritonsilitis kronis dengan aliran pus yang berjeda; abses berkapsul di tonsil; dan abses parafaring dengan atau tanpa mediastinitis.

Terapi

Terapi dengan antibiotic yang adekuat harus diberikan sampai temperature tubuh normal dan sakit menghilang.

Irigasi dengan larutan NaCl 0,85% hangat (110-115oF) atau glukosa 5% tiap 2-3 jam akan mempercepat penyembuhan dan meringankan penderitaan. Kompres hangat di leher dan rahang akan mengendurkan ketegangan otot.

Page 2: Abses peritonsil

Terapi operasi. Bila telah terjadi fluktuasi dan terapi konservatif tidak menolong, maka tindakan aspirasi pus cukup memadai, tetapi lebih sering harus diikuti dengan insisi. Anestesi local dengan aplikasi larutan kokain 5% atau injeksi lidokain 2% di regio insisi, cukup memadai. Bila didapati trismus hebat sehingga sulit melakukan insisi, maka diberi kokain melalui hidung untuk mencapai n. palatina desendens yang akan mengendurkan ketegangan otot.

Lokasi insisi ditentukan oleh daerah yang terdorong ke depan atau yang berfluktuasi. Biasanya pada bagian dengan pilar anterior setinggi batas antara bagian 1/3 atas dan tengah tonsil, walau hal ini mungkin di pilar posterior atau melewati tonsil. Kegagalan evakuasi pus biasanya disebabkan tonsil yang terlalu ke depan, di bawah pilar anterior. Dalam hal ini insisi dibuat menembus tonsil dan bukan ke jaringan sekitarnya. Bila kedalaman insisi diteruskan sampai tepi luar tonsil, biasanya pus akan dapat ditemukan. Dengan mengingat anatomi daerah ini, maka insisi anterior selalu akan berhasil mengevakuasi pus bila memang ada. Bila dilakukan insisi posterior, maka insisi diarahkan ke luar melewati pilar posterior atau tepat di dekatnya, karena sering kantung pus meluas ke posterior tonsil.

Kemudian pasien dianjurkan untuk operasi tonsilektomi. Bila dilakukan bersama-sama tindakan drainase abses, disebut tonsilektomi ‘a’ chaud’. Bila tonsilektomi dilakukan 3-4 hari sesudah drainase abses, disebut tonsilektomi ‘a’ tiade’, dan bila tonsilektomi dilakukan 4-6 minggu sesudah drainase abses, disebut tonsilektomi ‘a’ froid’. Pada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang, yaitu 2-3 minggu sesudah drainase abses.