abortus tutorial skenario c blok 6

6
1. Apa saja penyebab timbulnya ancaman abortus? Jawab : Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah faktor genetik yaitu translokasi parental keseimbangan genetik seperti kelainan Mendelian atau mutasi pada beberapa lokus (gangguan poligenik atau multifaktor) .Selain itu , kelainan kongenital uterus seperti anomali duktus Mulleri , septum uterus, uterus bikomis, mioma uteri , sindroma Asherman dan inkompetensi serviks juga seluler serta defek fase luteal seperti sintesis LH yang tinggi , antibodi atitiroid hormon dan faktor endokrin eksternyal juga merupaka penyebab terjadinya abortus. Infeksi, kelainan hematologik dan pengaruh lingkungan juga bisa menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil . Berikut ini adalah penjelasan tentang faktor-faktor yang bisa menyebabkan abortus spontan tersebut. 1. Faktor Infeksi Terjadinya infeksi oleh berbagai jenis organisme tertentu seperti bakteri, virus, parasit dan spirokaeta yang dapat beresiko terhadap arbotus dikarenakan sebagai berikut : Adanya metabolik toksik, endotoksin , eksotoksin atau sitokin yang berdampak langsug pada janin atau init fetoplasenta

Upload: meirisa-rahma-pratiwi

Post on 23-Oct-2015

88 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

Page 1: Abortus Tutorial Skenario C Blok 6

1. Apa saja penyebab timbulnya ancaman abortus?

Jawab :

Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu

penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah faktor genetik yaitu translokasi parental

keseimbangan genetik seperti kelainan Mendelian atau mutasi pada beberapa lokus

(gangguan poligenik atau multifaktor) .Selain itu , kelainan kongenital uterus seperti

anomali duktus Mulleri , septum uterus, uterus bikomis, mioma uteri , sindroma Asherman

dan inkompetensi serviks juga seluler serta defek fase luteal seperti sintesis LH yang

tinggi , antibodi atitiroid hormon dan faktor endokrin eksternyal juga merupaka penyebab

terjadinya abortus. Infeksi, kelainan hematologik dan pengaruh lingkungan juga bisa

menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil .

Berikut ini adalah penjelasan tentang faktor-faktor yang bisa menyebabkan abortus

spontan tersebut.

1. Faktor Infeksi

Terjadinya infeksi oleh berbagai jenis organisme tertentu seperti bakteri, virus,

parasit dan spirokaeta yang dapat beresiko terhadap arbotus dikarenakan sebagai

berikut :

Adanya metabolik toksik, endotoksin , eksotoksin atau sitokin yang

berdampak langsug pada janin atau init fetoplasenta

Infeksi janis yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga

janin sulit bertahan hidup

Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi kuman genitalia bawah yang

bisa menganggu proses implantasi

Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio , umumnya oleh karena

virus selama kehamilan awal

2. Faktor Lingkungan

Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau

radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus. Merokok dilaporkan

menyebabkan perningkatan resiko abortus. Rokok dapat menganggu sistem

sirkulasi fetoplasenta dan dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang

berakibat pada abortus.

3. Kelainan endokrin

Hipotiroidisme

Page 2: Abortus Tutorial Skenario C Blok 6

Autoantibodi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi abortus

walaupun tidak terjadi hipotiroidisme yang nyata.

Diabetes melitus

Karena kurangnya pengendalian kadar glukosa menyebabkan peningkatan

abortus spontan yang mencolok.

Defisiensi progesteron

Pada kehamilan , janin menempel di endometrium (dinding uterus/rahim

bagian dalam). Untuk itu, endomentrium harus tebal karena jika tipis maka

janin tidak bisa menempel di endometrium dengan sempurna. Tebal /

tipisnya dinding enometrium dipengaruhi oleh hormon progesteron. Semakin

banyak hormon progesteron, maka endometrium akan semakin menebal

sehingga janin dapat menempel dengan sempurna. Sebaliknya semakin

sedikit hormon progesteron , maka endometrium akan semakin tipis sehingga

janin kurang menempel dan akan terjadi keguguran/abortus. Oleh karena itu

disimpulkan bahwa salah satu penyebab terjadinya abortus/keguguran adalah

kurangnya hormon progesteron.

4. Faktor janin

Temuan morfologis tersering pada abortus spontan dini adalah kelainan

perkembangan zigot , mudigah, janin bentuk awal atau kadang-kadang plasenta.

5. Faktor Ayah

Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus. Adenovirus atau

herpes simpleks ditemukan pada 40% sempel semen yang diperoleh pada pria

steril. Virus terdeteksi dalam bentuk laten pada 60% sel , dan virus yang sama

dijumpai pada abortus.

6. Faktor Resiko

Faktor resiko adalh keadaan ibu baik berupa faktor biologis maupun non biologis ,

yang biasanya sudah dimilki ibu sejak sebelum hamil dan dalam kehamilan

mungkin memudahkan timbulnya gangguan lain.

a. Usia

Usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan faktor resiko untuk

hamil dan melahirkan . menurut Cunningham (2005) bahwa frekuensi abortus

bertambah dari 12 % pada wanita 20 tahun menjadi 26% pada wanita yang

berusia diatas 35-40 tahun. Menurut Prawirohardijo (2008) risiko ibu terkena

Page 3: Abortus Tutorial Skenario C Blok 6

aneuploid adalah 1:80 pada usia diatas 35 tahun , karena angka kelainan

kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun.

b. Paritas Ibu

Semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin tinggi

resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.

c. Riwayat abortus sebelumnya

Setelah 1 kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami

keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali , resikonya meningkat 25% ,

beberapa studi meramalkan bahwa resiko abortus setelah 3 abortus beruntun

adalah 30-45%.

d. Merokok

e. Alkohol

Learning Issue

(ABORTUS)

A. Pengertian

Menurut definisi WHO, abortus adalah hilangnya janin atau embrio dengan berat kurang

dari 500 gram dengan sekitar 20-22 minggu kehamilan. Abortus adalah berakhirnya suatu

kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20

minggu atau janin belum mampu untuk hidup diluar kandungan . ( Prawirahardjo, 2008).

Abortus dapat dibagi menjadi 2 golongan:

1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor

mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan olleh faktor-faktor alamiah.

Abortus ini dapat dibagi menjadi :

a. Abortus imminens : keguguran membakat dan akan terjadi, keluarnya fetus masih

dapat dicegah

b. Abortus insipiens adalah abortus yang sedang ebrlangsung dengan ostium sudah

terbuka dan ketuban sudah teraba. Kehamilan sudah tidak dapat dipertahankan

lagi.

c. Abortus inkompletus adalah hanya sebagaian dari hasil konsepsi yang

dikeluarkan yang tertinggal adalah desidua dan plasenta

d. Abortus kompeltus adalah seluruh hasil konsepsi dikeuarkan (desidua dan fetus)

sehingga rongga rahim kosong

Page 4: Abortus Tutorial Skenario C Blok 6

e. Missed Abortion adalah keadaan ndimana janis sudah mati tetapi tetap berada

dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bualan atau lebih

f. Abortus habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran

berturut-turut 3 kali atau lebih

2. Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja baik dengan

memakai obat-obat atau alat-alat

a. Abortus medisinalis (abortus therapcutika) adalah abortus karena tindakan kita

sendiri , dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu

(berdasarkan sindikasi medis)

b. Abortus krimialis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan

yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis

B. Etiologi

Abortus dapat terjadi karena berbagai sebab, yaitu

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasa menyebabkan baortus pada kehamilan

sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

a. Kelainan kromosom

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus obat-obatan, tembakau dan alkohol

2. Kelainan pada plasenta

3. Faktor maternal

4. Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi servik (untuk abortus pada

trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.