aakkkuunnntttaaabbbiiilliitttaaasss n … · 2017. 11. 21. · tabel 6. pembuatan dan perbanyakan...
TRANSCRIPT
LLLAAAPPPOOORRRAAANNN AAAKKKUUUNNNTTTAAABBBIIILLLIIITTTAAASSS KKKIIINNNEEERRRJJJAAA IIINNNSSSTTTAAANNNSSSIII PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH
TTTAAAHHHUUUNNN 222000111666
BPTP Balitbangtan Sumatera Barat
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
2017
LLAAPPOORRAANN AAKKUUNNTTAABBIILLIITTAASS KKIINNEERRJJAA IINNSSTTAANNSSII PPEEMMEERRIINNTTAAHH
TTAAHHUUNN 22001166
BPTP Balitbangtan Sumatera Barat
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
2017
KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP ) Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sumatera Barat sebagai salah satu instansi penerintah
disusun sebagai pertanggung jawaban terhadap akuntabilitas kinerjanya sesuai
dengan tugas pokok, fungsi, dan kewenangan pengelolaan sumberdaya yang
ditetapkan sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan Inpres No. 7 tahun 1999 yang mengamanatkan tentang setiap instansi
pemerintah wajib menyusun LAKIP setiap akhir tahun anggaran, sesuai keputusan Kepala Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian No. 161/2006, BB Pengkajian mengemban mandate membina dan
mengkoordinasikan pelaksanaan , pengembangan, dan perakitan teknologi spesifik lokasi yang dilakukan
Balai/Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (B/LPTP) Oleh karena itu, BB Pengkajian juga berkewajiban
untuk melaporkan Akuntabilitas Kinerja BPTP secara keseluruhan.
Kepada semua pihak yang telah beradaptasi dan berkontribusi dalam penyusunan laporan ini
disampaikan terima kasih. Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi BB
Pengkajian dan BPTP dalam perbaikan kinerja kedepan.
Solok, Januari 2017
Kepala Balai,
Dr. Ir. Chandra Indrawanto, M.Sc
NIP. 19640218 198903 1 001
IKHTISAR EKSEKUTIF
LAKIP ini dibuat dan disampaikan setelah selesainya pelaksanaan kegiatan penelitian,
pengkajian, dan diseminasi tahun anggaran 2016 sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat sebagai instansi pemerintah.
Pada tahun anggaran 2016, kegiatan penelitian, pengkajian, dan diseminasi yang dilaksanakan
BPTP Sumatera Barat mendapat dukungan pendanaan APBN melalui DIPA BPTP Sumatera Barat; DIPA
BBP2TP dan DIPA Badan Litbang Pertanian.
Kegiatan yang telah dilaksanakan terdiri dari satu program utama, yaitu: Penciptaan Teknologi
dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan, dengan sub program Pengkajian dan Percepatan
Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian dengan 8 kegiatan utama, yaitu: (1) Pengkajian teknologi
unggulan spesifik lokasi; (2) Teknologi diseminasi yang didistribusikan ke pengguna; (3) Kegiatan
strategis nasional/ Daerah yang memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan dapat mencapai
target sasarannya; (4) Kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi pertanian; (5)
Rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan pertanian; (6) Dukungan pengkajian dan percepatan
diseminasi inovasi teknologi pertanian; (7) Jumlah Produksi Benih Sumber; (8) Model Pengembangan
Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri.
Persentase pencapaian rencana tingkat capaian (target) masukan (input) Sumber Daya Manusia
(SDM) yang terlibat dalam kegiatan penelitian, pengkajian, diseminasi, dan kegiatan lain adalah sebesar
100%, sedangkan realisasi keluaran output secara keseluruhan mencapai 108,41%. Sedangkan
persentase pencapaian rencana tingkat capaian (target) realisasi keuangan termasuk relatif tinggi, yaitu
mencapai (90,90%).
Tercapainya realisasi ini disebabkan antara lain: (1) Kerjasama yang baik antara pene liti,
penyuluh, litkayasa, dan seluruh staf administrasi/ keuangan BPTP Sumatera Barat; (2) Kegiatan
monitoring dan evaluasi secara terus menerus dan berkala; (3) Terintegrasinya beberapa kegiatan
seperti pendampingan dan pengawalan UPSUS, pendampingan pengembangan kawasan pertanian
nasional komoditi hortikultura, komoditi sapi potong, dan tanaman pangan (4) Kerjasama yang terjalin
baik dengan dinas/instansi terkait baik ditingkat pusat maupun daerah; dan (5) Perhatian dan dukungan
yang tinggi dari Kepala BPTP Sumatera Barat.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Kata Pengantar Kata Pengantar
Kata Pengantar
Ikhtisar Eksekutif
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab I. Pendahuluan
1.1. Visi dan misi
1.2. Kebijakan dan program
1.3. Strategi
1.4. Tugas pokok dan fungsi
1.5. Struktur organisasi
Bab II. Sumberdaya Manusia
Bab III. Sarana dan Prasarana
3.1 . Sarana
3.2. Anggaran
BAB IV. Program dan Evaluasi
BAB V. Sinopsis Hasil Litkaji dan Diseminasi
5.1. Hasil Litkaji
5.2. Diseminasi
5.3. Kerjasama
Bab IV. Penutup
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Analisis Kandungan Bioetanol Bahan Baku
16
Tabel 2. Jenis, Varietas dan Jumlah Tanaman Buah yang Dilakukan Pemeliharaan dan Penanaman Baru pada Lokasi KP Sukarami, 2015
21
Tabel 3. KTI yang Telah Dihasilkan pada Tahun 2015 22
Tabel 4. Jumlah Petani Peserta Pelatihan Budidaya Padi Teknologi Salibu
pada 8 Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar, Tahun 2015
26
Tabel 5. Hasil Padi Salibu di Kecamatan Pariangan, Lima Kaum dan Sungai
Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Tahun 2015
27
Tabel 6. Pembuatan dan Perbanyakan Ulang Media Informasi (Leaflet,
Brosur, Banner, Poster dan DVD Teknologi
29
Tabel 7. Kegiatan Diseminasi Tahun 2015, Melalui Promosi dan Partisipasi Pameran dalam Berbagai Iven Tingkat Daerah dan Nasional
30
Tabel 8. Kegiatan Peningkatan Kapasitas Peyuluh 34
Tabel 9. Hasil Perbanyakan Benih Sumber Padi Tahun 2015 70
Tabel 10. Perkiraan Jumlah Benih Yang Akan Diperoleh dari Pertanaman yang
Masih Berada di Lapangan
76
Tabel 11. Anggaran Perjenis Belanja BPTP Sumatera Barat dari TA 2015 85
Tabel 12. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) BPTP Sumbar per
Desember 2015
86
Tabel 13. Sarana Bangunan dan Tanah BPTP Sumatera Barat 88
Tabel 14. Sarana Kendaraan Bermotor BPTP Sumatera Barat 89
Tabel 15. Perkembangan Kerjasama BPTP Sumbar TA 2015 92
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Temu Lapang dan Pelatihan Budidaya Jagung dan Kedelai 7
Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jagung dan Kacang Tanah 7
Gambar 3 Peta Administrasi Kabupaten Solok Selatan 9
Gambar 4 Peta satuan Lahan Analisis Kabupaten Solok selatan 9
Gambar 5 Peta Operasional Lapangan Kabupaten Solok Selatan 9
Gambar 6 Peta Tanah Semi Detail Kabupaten Solok Selatan 10
Gambar 7 Peta Zona Agroekologi Kabupaten Solok Selatan 10
Gambar 8 Peta Satuan Lahan Analisis Kabupaten Padang Pariaman 11
Gambar 9 Peta Operasional Lapangan Kabupaten Padang Pariaman 11
Gambar 10 Peta Tanah Semi Detail Kabupaten Padang Pariaman 12
Gambar 11 Peta Zona Agroekologi Kabupaten Padang Pariaman 12
Gambar 12 Peta Administrasi Kota Pariaman 12
Gambar 13 Peta Tanah Semi Detail Kota Pariaman 13
Gambar 14 Peta Zona Agroekologi Kota Pariaman 13
Gambar 15 Peta Administrasi Kota Padang 14
Gambar 16 Peta Satuan Lahan Analisis Kota Padang 14
Gambar 17 Peta Operasional Lapangan Kota Padang 15
Gambar 18 Suasana Industri Keripik Ganepo 16
Gambar 19 Kulit Umbi Ubikayu 17
Gambar 20 Pengeringan Kulit Umbi Ubikayu 17
Gambar 21 Onggok ( Limbah Olahan Tepung Tapioka ) 17
Gambar 22 Hidrolisis Onggok 17
Gambar 23 Jeruk sunkis 18
Gambar 24
Keragaan Koleksi Tanaman Jeruk di KP Sukarami 19
Gambar 25
Keragaan Koleksi Tanaman 20
Gambar 26
Kondisi Tanaman Berumur 3 Minggu Untuk Kegiatan Pengkajian 21
Gambar 27
Persiapan dan Operasional Alat Tanam Indo Jarwo Transplanter 24
Gambar 28
Sapi Pesisir di Lapangan yang Digunakan di Kandang KP Sitiung 25
Gambar 29
Pembuatan Pakan dan Kompos di Kandang KP Sitiung 25
Gambar 30
Sosialisasi Padi Teknologi Padi Salibu di Tingkat Kabupaten dan
Kecamatan
26
Gambar 31
Kondisi Awal Lahan Yang Baik untuk Penerapan Teknologi SALIBU
Pertumbuhan Awal Tanaman Salibu ( umur 21 hsp )
27
Gambar 32
Pameran dalam Rangka Pameran Gelar Teknologi Pangan Nusantara
di Padang dan Hari Pangan Sedunia, di Palembang
30
Gambar 33
Partisipasi dalam Raker Badan Litbang Pertanian dan 30
Gambar 34
Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan UPSUS, Pengembangan
Kawasan Horti, Pengembangan Klaster Sayuran Antara Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Prov. Sumbar, Dinas Pertanian Kota Payakumbuh dan Bank Indonesia
31
Gambar 35
Kondisi Tanaman Agro Inovasi BPTP Sumatera Barat 33
Gambar 36
Sosialisasi Kegiatan Diseminasi Inovasi Teknologi Budidaya Bawang
Merah di BPK Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman
35
Gambar 37
Sekolah Lapangan Pengolahan Lahan, Pemupukan Dasar dan
Penanaman Bawang Merah
35
Gambar 38
Diskusi dan Bimbingan di Lapangan Pada Stadia Berbunga Sitiung 37
Gambar 39
Diskusi Bersama Keapala BPTP Sumbar dan Rouging di Sitiung 37
Gambar 40
Monev dari Puslitbangtan dan Rouging di Sijunjung 37
Gambar 41
Kegiatan Pelaksanaan Baseline Survai dan Pelatihan Teknologi pada
Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi Sawah dalam Kawasan
Pengembangan Padi sawah Kabupaten Dharmasraya
39
Gambar 42
Keragaan Displai VUB Inpari 30 pada Kegiatan Pendampingan GP-
PTT Padi Sawah dalam Kawasan Pengembangan Padi Sawah di Kabupaten Dharmasraya
39
Gambar 43 Temu Lapang dan Panen Perdana Kegiatan Pendampingan GP-PTT 39
Padi sawah di Kaupaten Dharmasraya yang Dihadiri Oleh Bupati
Gambar 44
Kabupaten Pasaman Barat ( Kecamatan Talu ) 40
Gambar 45
Kabupaten Pasaman Barat ( Kecamatan Luhak Nan Duo ) 41
Gambar 46
Kabupaten 50 Kota ( Kecamatan Akabiluru ) 41
Gambar 47
Kota Padang panjang ( Kecamatan Padang Panjang Barat ) 41
Gambar 48
Kabupaten Solok ( Kecamatan Danau Kembar ) 42
Gambar 49
Kota Padang ( Kecamatan Koto Tangah ) 42
Gambar 50
Kabupaten Tanah Datar ( Kecamatan Tanjung Baru ) 42
Gambar 51
Pertumbuhan dan Saat Panen Bawang Merah pada Demplot di
Kabupaten Agam
44
Gambar 52
Kegiatan Temu Lapang 44
Gambar 53
Penimbangan Ternak Sapi pada Kelompok Amanah Bunda ( Non BLP),
Kabupaten Agam dan Kelompok Ternak Sapi Pada Kelompok Setia
Karya ( BLP ) Kabupaten Pasaman Barat
45
Gambar 54
Kondisi Awal Sebelum Dilakukan Pendampingan di Kabupaten
Sijunjung, Terlihat Kotoran Kerbau Hanya Menjadi Limbah yang
Mengotori Lingkungan
45
Gambar 55
Pelatihan Pengolahan Pupuk Organik Didampingi oleh Tim BPTP
Sumatera Barat
46
Gambar 56
Hasil Pelatihan dari Pengolahan Kotoran Menjadi Pupuk Organik,
Terlihat Anggota KWT Ranah Bingkuang Menimbang Hasil Olahan sebelum Dikemas
46
Gambar 57
Koordinasi Upsus Swasembada Pangan yang Dihadiri Menteri
Pertanian dan Gubernur Sumbar serta Penyerahan Benih Inpari 21
Batipuah oleh Menteri Pertanian
48
Gambar 58
Kegiatan Koordinasi Pendampingan dan Pengawalan Program UPSUS
Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Sumatera Barat
49
Gambar 59
Kegiatan Tanam Perdana dan Apel Akbar Penyuluh Sumatera Barat Dalam Program Pendampingan dan Pengawalan Program UPSUS
Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Sumatera Barat
50
Gambar 59
Kegiatan Monev Program Pendampingan dan Pengawalan Program
Upsus Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Kabupaten
Padang Pariaman
51
Gambar 60
Kegiatan Pemberdayaan Petani Terpadu Melalui Gerakan Tanaman
Serentak Oleh Bapak Menteri Pertanian oleh Kepala Badan SDMP
Pertanian, Gubernur sumbar di Kecamatan Batang Anai Kabupaten
Padang Pariaman
52
Gambar 61
Kegiatan Rapat Koordinasi di kabupaten / Kota Program
Pendampingan dan Pengawalan UPSUS Mendukung Percepatan
Swasembada Pangan di Sumatera Barat
53
Gambar 62
Kegiatan Pencanangan Perbaikan Jaringan Irigasi Tingkat Provinsi Sumbar dan Kabupaten/Kota Pelaksana Program Pendampingan dan
54
Pengawalan Upsus Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di
Sumatera Barat
Gambar 63
Keragaan demplot VUB dan sistem tanam jajar legowo di Kota
Pariaman dan Kota Payakumbuh
55
Gambar 64
Foto Kegiatan GP-PTT Padi Sawah Pendampingan dan Pengawalan
Upsus Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Sumatera Barat
56
Gambar 65
Kegiatan Perbaikan Jaringan Irigasi Pendampingan dan Pengawalan
Upsus Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Sumatera Barat
57
Gambar 66
Kegiatan Pelatihan inovasi teknologi padi sawah untuk PPL dan
buruh tanam di Kota Padang
58
Gambar 67
Kegiatan Pelatihan inovasi teknologi padi sawah untuk PPL dan buruh
tanam di Kota Payakumbuh
59
Gambar 68
Kegiatan Panen dan Penyerahan Caplak Sistem Tanam Jajar Legowo
dan Benih Unggul Inpari 21-Batipuah Dari Kepala BPTP Sumbar
Kepada Walikota Sawahlunto
60
Gambar 69
Kegiatan Panen dan Penyerahan Caplak Sistem Tanam Jajar Legowo
dan Benih Unggul Inpari 21-Batipuah Dari Kepala BPTP Sumbar
Kepada Walikota Sawahlunto
62
Gambar 70
Revitalissai kelompok dasa Wisma Melati (KRPL) RawangKota Padang 62
Gambar 71
Keragaan KBD Dasawisma Korong Gadang Kota Padang 63
Gambar 72
Keragaan KBD KWT Rawang Kota Padang 63
Gambar 73
Keragaan pekarangan anggota yang ditanami sayuran 63
Gambar 74
Penampilan sebagian Kawasan Display Teknologi TTP Guguk,
Kabupaten Lima Puluh Kota setelah dilakukan penanaman dan
penataan.
65
Gambar 75
Beberapa gambar dan kegiatan penerapan teknologi di lahan petani
dalam proses pelaksanaan Taman teknologi Pertanian Guguk
Kabupaten Limapuluh Kota, tahun 2015
65
Gambar 76
Proses penyelesaian bangunan yang diadakan dalam pelaksanaan TTP
Guguk Kabupaten Limapuluh Kota, tahun 2015
65
Gambar 77
Sosialisasi dan rapat dalam upaya pembentukan Kelembagaan
Petani mitra pelaksana Taman Teknologi Pertanian Guguk,
Kabupaten Lima Puluh Kota, tahun 2015
66
Gambar 78
Diskusi penjajakan kerjasama dengan Politani Payakumbuh, Bappeda
dan DPRD Provinsi Sumatera Barat.
66
Gambar 79
Lokasi verifikasi (a) Tabek Palah, Kabupaten Solok; (b) Koto lua,Kota
Padang; (c) Pekan Sinayan, Kabupaten Agam; (d) Sungei Pasak, Kota Pariaman; dan (e) Sitakuak, kabupaten Tanah Datar
68
Gambar 80
Penampilan pertanaman dan tongkol tanaman jagung pada kegiatan
produksi benih hibrida di KP Sukarami
74
Gambar 81
Penampilan fisik tanaman dan calon benih pada perbanyakan di kebun
BBI Ladang Laweh
74
Gambar 82
Penampilan pertumbuhan tanaman pada kegiatan perbanyakan benih
jagung di KP Rambatan, KP Sukarami dan KP Sitiung, Desember 2015
75
Gambar 83
Keragaan tanaman jagung kegiatan budidaya dalam upaya
peningkatan produktivitas jagug hibrida
77
Gambar 84
Keragaan jagung hibrida kegiatan perbanyakan benih jagung hibrida
Bima 19-URI dan Bima 20-URI.
78
Gambar 85
Keragaan ternak sapi dan pakan sapi dari fermentasi batang dan daun
jagung
78
Gambar 86
Pelatihan budidaya jagung dan pembuatan silase batang dan daun
jagung untuK pakan ternak sapi
79
Gambar 87
Temu lapang dan panen perdana jagung hibrida Bima 19-URI dan
Bima 20-URI
79
Gambar 88
Pelatihan pembuatan kompos ampas kempaan daun gambir 82
Gambar 89
Pelatihan pengemasan teh daun gambir dan pembuatan permen jelly
gambir
83
Gambar 90
Sumberdaya BPTP Sumatera Barat berdasarkan Jenjang Pendidikan 87
Gambar 91
Trend Jumlah Pegawai Lingkup BPTP Sumatera Barat, 2010-2014
88
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Lapoaran Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan pertanggung
jawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi pada tahun anggaran tahun 2016 dan alat kendali
serta alat pemacu peningkatan kinerja setiap organisai di lingkingan pemerintah. Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPTP Sumatera Barat (Sumbar) Tahun 2016 merupakan
LAKIP tahun pertama Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2019, yang merupakan tahun awal penuntasan kinerja tahun 2015-2019.
LAKIP BPTP Sumbar yang disusun mengacu pada peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden No. Tahun
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Instruksi Presiden No. 5 Tahun
2004 Tantang Percepatan Pemberantasan Korupsi, serta Rencana Strategis Badan Litbang
Pertanian. Fungsi LAKIP antar lain adalah sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, sebagai
wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi BPTP Sumbar menuju terwujudnya good
governance dan sebagai wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat. Inpres
No. 7 Tahun 1999 pada dasarnya mengamanatkan kepada seluruh Instansi Pemerintah sebagai
unsur penyelenggara manajemen pemerintahan wajib membuat laporan LAKIP pada setiap akhir
tahun anggaran. Inpres ini diperbarui dengan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara
No.239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah dan PERMENPAN dan RB No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Petunjuk Teknis dari Inpres tersebut adalah Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi
Negara (LAN) No. 239 Tahun 2003 tentang Tata Cara Penyusunan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
Dalam pelaksanaannya kinerja instansi suatu pemerintahan juga perlu dilakukan evaluasi.
Evaluasi merupakan suatu aplikasi penilaian yang sistematis terhadap konsep, desain,
implementasi, dan manfaat aktifitas dan program suatu instansi pemerintah. Evaluasi juga
dilakukan untuk menilai dan meningkatkan cara-cara dan kemampuan berinteraksi instansi
pemerintah yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya. Evaluasi yang dilakukan untuk
mengukur kinerja dari instansi pemerintah adalah Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP). Evaluasi ini merupakan perkembangan dari suatu review atas
kinerja organisasi dengan dukungan informasi dan pengumpulan data melalui riset terapan
(applied research) sehinnga hasil evaluasi akan lebih komprehensif untuk melihat organisasi dan
kontribusinya pada peningkatan kinerja pemerintahan secara keseluruhan.Pola pendekatan yang
demikian akan mendukung simpulan hasil evaluasi yang lebih menyeluruh (makro) sehingga
dapat menghindari resiko bias yang lebih besar. Dalam pengukuran kinerja dilakukan
perbandingan antara kinerja yang sesungguhnya pada periode atau pada saat pengukuran
dilakukan dengan suatu pembanding tertentu, misalnya, dibandingkan dengan, rencana, standar,
atau bencmarch tertentu. Sedangkan evaluasi berupaya lebih jauh untuk menemukan penjelasan-
penjelasan atas outcome yang di observasi dan memahami logika- logika di dalam intervensi
publik. System pengukuran kinerja yang di desain dengan baik, sering diidentifikasikan sebagai
salah satu dari bentuk evaluasi.
Menurut Rider Dale (2004), evaluasi dari kinerja suatu pekerjaan dapat dilaksanakan
selama pelaksanaan program atau setelah program itu selesai dilaksanakan, tergantung dari
tujuan evaluasi. Secara keseluruhan, evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja program
yang dievaluasi melalui pembelajaran dari pengalaman yang diperoleh. Sementara evaluasi
sumatif dilakukan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan atau evaluasi dari suatu program secara
keseluruhan.Adapun LAKIP adalah suatu kegiatan untuk menilai konsep dari suatu program
serta desain manajemen. Dalam pelaksanaannya dilakukan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) yang merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik
yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi dan berorientasi pada
pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Menurut Azwar
Abubakar, bahwa SAKIP merupakan integrasi dari suatu perencanaan, system penganggaran dan
system pelaporan kinerja, yang selaras dengan pelaksanaan system Akuntabilitas Keuangan.
Output SAKIP adalah LAKIP, yang menggambarkan Kinerja yang dicapai oleh suatu Instansi
Pemerintah atas pelaksnaan program dan kegiatan yang di biayai oleh APBN/APBD.
Evaluasi untuk penilaian LAKIP meliputi 5 komponen yaitu adalah perencanaan kinerja
yang terdiri dari renstra, rencana kinerja tahunan, dan penetapan (kinerja bobot 35), pengukuran
kinerja, yang meliputi pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran, dan implementasi
pengukuran (bobot 20), pelaporan kinerja yang merupakan komponen ketiga, terdiri dari
pemenuhan pelaporan, penyajian informasi kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja (bobot
15), evaluasi kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, serta pemanfaaatan
hasil evaluasi (bobot 10), dan pencapain kinerja terdiri dari kinerja yang dilaporkan (output dan
outcome), dan kinerja lainnya (bobot 20), nilai tertinggi dari evaluasi LAKIP adalah AA
(memuaskan) skor 85-100, sedangkan A (sangat baik) skor 75-85, B(baik) skor 65-75, CC
(cukup baik) skor 50-65, C (agak kurang) skor 30-50, D (kurang) skor 0-30.
I.2 Tugas, Fungsi dan Organisasi Balai Pengkajian Teknologi dan Pertanian Sumatera
Barat.
BPTP Sumatera Barat merupakan lembaga pengkajian regional yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan penelitian, pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi. Sedangkan fungsinya adalah: (1) Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi
kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (2) Pelaksanaan pengkajian dan perakitan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi
hasil pengkajian, serta perakitan materi penyuluhan pertanian; (4) Pelaksanaan administrasi kerjasama,
diseminasi, promosi, dan dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil -hasil penelitian
dan pengkajian spesifik lokasi; (5) Pemberian pelayanan terhadap kegiatan pengkajian, perakitan, dan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; dan (6) Pelaksanaan urusan Tata Usaha
dan Rumah Tangga Balai.
Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) tersebut, BPTP Sumatera Barat bertugas
menyediakan teknologi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan dalam mendukung pembangunan
pertanian daerah. Teknologi pertanian tepat guna yang dihasilkan bersifat spesifik lokasi, dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam secara dinamis, dan dapat memanfaatkan sumberdaya
pertanian secara efektif dan efisien, serta berdaya saing tinggi.
Struktur Organisai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah diatur berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/OT.140/3/2013 Tanggal 11 Maret 2013, tentang
Organisai dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Pimpinan tertinggi adalah
Kepala Balai, membawahi Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubag TU), Kepala Seksi
Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP), Kasubag TU membawahi urusan Kepegawaian,
Rumahtangga dan Perlengkapan, Pengkajian, Kasubsie Monev Pelaporan, Kasubsie
Perpustakaan, Website dan Publikasi, sementara itu Koordinasi Program dan Kelompok Jabatan
Fungsional berada langsung di bawah Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat saat ini mengelola 184 pegawai.
Menurut jenjang pendidikan masih didominasi oleh tingkat SLTA sebesar 49%, sedangkan diurutan
selanjutnya adalah S1 sebesar 27 %, S2 sebesar 15 %, S3 sebesar 4%, SLTP/SD sebesar 3% dan D3
sebesar 2%
Gambar 90. Sumberdaya BPTP Sumatera Barat berdasarkan Jenjang Pendidikan
Pada tahun 2014 jumlah jabatan fungsional peneliti mencapai 33 orang dan penyuluh 14 orang,
dan 2 orang Pustakawan. Secara umum jumlah sumberdaya manusia kurang proporsional antara peneliti
dan penyuluh dengan non peneliti. Kebijakan Badan Litbang Pertanian, Balai besar Pengkajian dan BPTP
Balitbangtan Sumatera Barat secara bertahap, telah mengarahkan dan memfasilitasi bagi calon peneliti/
Penyuluh untuk segera menjadi menjadi pejabat peneliti melalui pembinaan, pendidikan dan pelatihan
dasar fungsional. Kedepan, pengembangan sumberdaya manusia sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja pengkajian dan diseminasi, mesti mempertimbangkan trend pertumbuhan SDM
yang tampak sebagai berikut.
Gambar 91. Trend Jumlah Pegawai Lingkup BPTP Sumatera Barat, 2010-2014
I.3 Tujuan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)
yang berada dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, dengan
tujuan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi, mengkarakterisasi dan menghasilkan teknologi pemanfaatan potensi
sumberdaya tanah/lahan, air dan agroklimat secara optimal mendukung sistem pertanian
industrial daerah.
2. Menghasilkan dan mendesiminasikan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi dan strategis
untuk meningkatkan efisiensi usaha dan daya saing produk unggulan pertanian daerah.
3. Mengeksplorasi, mengidentifikasi, mengkarakterisasi, mengkonservasi dan meningkatkan
manfaat potensi sumberdaya genitik pertanian spesifik lokasi.
4. Menghasilkan rekomendasi kebijakan sosial, ekonomi, dan rekayasa kelembagaan dalam
rangka mendukung pengembangan agribisnis dan pembangunan daerah.
5. Merancang dan membangun model pengembangan agribisnis berbasis komoditas
agroekosistem dan atau wilayah yang didukung dengan teknologi dan strategi.
6. Meningkatkan kualitas, kapasitas dan profesionalisme sumberdaya manusia, ketersediaan dan
pemberdayaan sarana/prasarana serta budaya kerja inovatif dan beroreientasi bisnis.
II. PERENCANAAN KINERJA
1. Perencanaan Strategis
Renstra merupakan acuan dan arahan bagi Unit Kerja di lingkup Balitbangtan
dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian pertanian
periode 2015 – 2019 secara menyeluruh terintegrasi, dan sinergis, baik di dalam maupun antar
sub- sektor terkait. Penyusunan renstra Balitbangtan mengacu kepada: 1) Undang-undang
nasional, 2) Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Panjang (RPJP) 2005 – 2025, 3) Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019, dan 4) Renstra
Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019.
Inovasi pertanian merupakan komponen kunci dalam pembangunan pertanian, teruta ma
dalam menghadapi kondisi sumberdaya yang semakin terbatas serta perubahan iklim global.
Dinamika tersebut, ditambah dengan perubahan lingkungan strategis serta respon terhadap
perubahan strategi pembangunan pertanian nasional, menuntut ketersediaan inovasi pertanian
yang semakin meningkat. Dengan demikian BPTP Sumatera Barat sebagai institusi yang
mendapatkan tugas untuk melaksanakan pengkajian teknologi pertanian, memiliki ruang yang
besar untuk berkiprah dalam mendukung pembangunan pertanian.
Merespon tantangan di atas, serta memperhatikan tumbuh kembangnya institusi lingkup
BPTP Sumatera Barat, diperlukan arahan untuk lebih memfokuskan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan pengkajian dan diseminasi teknologi spesifik lokasi, khususnya pada
periode tahun 2015-2019.
Prioritas program Badan Litbang Pertanian dalam mendukung Rencana Pembangunan
Jangka Menengah 2015-2019 Kementan, maka pembangunan pertanian diarahkan untuk dapat
menjamin ketahanan pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional. Secara umum
arah kebijakan pembangunan pertanian dalam RPJMN 2015-2019 antara lain:
1. Meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal
pertanian.
2. Meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian.
3. Meningkatkan produksi dan diversifikasi sumber daya pertanian.
4. Pengelolaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati.
5. Memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
Dalam spektrum yang lebih luas, penajaman Renstra ini juga merespon kebijakan
pembangunan pemerintah yang tertuang dalam Perpres RI Nomor 32 tahun 2011 tentang
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI ini
merupakan upaya percepatan pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
2011–2025. Fokus dari pengembangan MP3EI, ini meliputi 8 program utama, yaitu pertanian,
pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan
kawasan strategis, yang kemudian dirinci ke dalam 22 kegiatan ekonomi utama, dimana lima
diantaranya terkait dengan pertanian, yaitu sub sektor pertanian pangan, sub sektorkelapa sawit,
kakao, karet, dan sub sektor peternakan. Pendekatan MP3EI merupakan integrasi dari
pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi
keunggulannya. BPTP Sumatera dapat berperan lebih besar dengan penyediaan inovasi teknologi
dan diseminasi teknologi spesifik lokasi untuk mendukung pengembangan komoditas unggulan
dalam kawasan ekonomi khusus tersebut. Peningkatan peran BPTP Sumatera Barat tersebut
memerlukan arah dan kebijakan, serta strategi pencapaian sasaran.
Penajaman Rencana strategis ini tetap berpegang pada koridor tugas pokok dan fungsi
utama yang diemban BPTP Sumatera Barat untuk melaksanakan pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi seperti tertuang dalam Peraturan
Menteri Pertanian No. 20/Permentan OT.140/3/2013. Implementasi Tupoksi BPTP Sumatera
Barat ini didukung oleh penerapan Reformasi Birokrasi, yang salah satunya melalui penerapan
ISO 9001:2008. Sesuai dengan semangat reformasi dan perubahan birokrasi, maka dituntut
untuk memiliki standar performance sesuai standar mutu dalam pelayanan terhadap masyarakat,
mempunyai konsistensi dan komitmen terhadap mutu manajemen dalam pelaksanaan tupoksi dan
fungsi organisasi dengan baik. Lebih lanjut, Renstra diarahkan demi terlaksananya pemanfaatan
sumberdaya spesifik wilayah yang berbasis inovasi dengan kualitas produk pertanian yang
optimal dan bernilai tambah, serta bermuara pada tercapainya kesejahteraan petani. Pada tahap
berikutnya, rencana kinerja yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan,
strategi, program, dan kegiatan penelitian dan pengembangan pembangunan pertanian yang
akan dilaksanakan oleh BPTP Sumatera Barat ini dituangkan dalam sebuah penetapan kinerja
antara Kepala BPTP Sumatera Barat dengan Kepala BBP2TP dalam bentuk dokumen Pernetapan
Kinerja (PK) sebagai acuan penilaian terhadap akuntabilitas pelaksana kegiatan lingkup
Balitbangtan.
2. Tata Nilai
Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya BPTP Sumatera Barat menganut beberapa
tata nilai yang menjadi pedoman dalam pola kerja dan mengikat seluruh komponen yang ada di
Balitbangtan. Tata nilai tersebut antara lain:
1. Balitbangtan adalah lembaga yang terus berkembang dan merupakan Fast Learning
Organization.
2. Dalam melaksanakan pekerjaan selalu mengedepankan prinsip efisiensi dan efektivitas
kerja.
3. Menjunjung tinggi integritas lembaga dan personal sebagai bagian dari upaya
mewujudkan corporate management yang baik.
4. Selalu bekerja secara cerdas, keras, ikhlas, tuntas dan mawas
3. Sasaran Strategis
Sasaran strategis Balitbangtan adalah:
1. Tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru, adaptif dan berdaya saing dengan
memanfaatkan advanced technology dan bioscience.
2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen, dan prototipe alsintan berbasis
bioscience dan bioenjinering dengan memanfaatkan advanced techonology, seperti teknologi
nano, bioteknologi, iradiasi, bioinformatika dan bioprosesing yang adaptif.
3. Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian (lahan, air, iklim, dan sumberdaya
genetik) berbasis bio- informatika dan geo-spasial dengan dukungan IT.
4. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian, kelembagaan, dan rekomendasi
kebijakan pembangunan pertanian.
5. Tersedia dan terdistribusinya produk inovasi pertanian (benih/bibit sumber, prototipe, peta,
data, dan informasi) dan materi transfer teknologi.
6. Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung terwujudnya lembaga litbang pertanian
yang handal dan terkemuka serta meningkatkan HKI.
4. Indikator Kinerja Utama
Tabel 12. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Balitbangtan 2015-2019
No Sasaran Indikator Kinerja Utama
1. Tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru, adaptif dan berdaya saing dengan memanfaatkan
advanced technologydan bioscience
1. Jumlah varietas dan galur/klon unggul baru
2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen, danprototipe alsintan berbasis bioscience danbioenjineringdengan memanfaatkanadvanced techonology, seperti teknologi nano, bioteknologi, iradiasi, bioinformatika dan bioprosesing yang adaptif
1. Jumlah teknologi pengelolaan lahan, air, agroklimat, dan sumberdaya genetik
2. Jumlah teknologi budidaya, 3. Jumlah teknologi spesifik
lokasi 4. Jumlah prototipe alsintan 5. Jumlah teknologi pasca
panen dan pengolahan
3. Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian (lahan, air, iklim dan sumberdaya genetik)berbasis bio-informatika dan geo-spasial
dengan dukungan IT
1. Jumlah peta tematik sumberdaya lahan dan genetik
4. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian, dan rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian
1. Jumlah model pengembangan inovasi pertanian bio-industri spesifik lokasi
2. Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian
5. Tersedianya dan terdistribusinya produk inovasi pertanian (benih/bibit sumber, prototipe, peta, data, dan informasi) dan materi transfer
teknologi
1. Jumlah benih/bibit sumber tanaman/ternak
2. Jumlah teknologi yang diseminasikan ke pengguna
6. Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung terwujudnya lembaga litbang pertanian yang handal dan terkemuka serta
1. Jumlah kerja sama 2. Jumlah HKI
No Sasaran Indikator Kinerja Utama
meningkatkan HKI
4. Perencanaan Kinerja
BPTP Sumbar sebagai institusi pemerintah yang bersentuhan langsung dengan pengguna
dan pemangku kepentingan di berbagai level terutama di daerah, dituntut untuk berperan secara
nyata apa, bagaimana, serta dimana kegiatan tersebut telah dilaksanakan, termas uk hasil-hasil
kegiatan pengkajian dan diseminasi lingkup BB Pengkajian. Berbagai program yang dilakukan
oleh BPTP Sumbar untuk mendukung empat sukses Kementerian Pertanian yaitu: a) Pencapaian
swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) Peningkatan diversifikasi pangan, c)
Peningkatan nilai tambah dan daya saing ekspor, dan d) Peningkatan kesejahteraan petani.
Sejalan dengan mekanisme perencanaan seperti tertuang dalam Undang-undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Rencana Kinerja
merupakan penjabaran dari rencana kerja (Renja). Renja merupakan rencana kerja tahunan di
tingkat kementerian atau lembaga yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Sementara RKP merupakan rencana kerja pemerintah tahunan (annual plan) yang merupakan
bagian integral dari perencanaan pembangunan Kementerian jangka menengah (RPJM
Kementerian), yang terdokumentasikan dalam Renstra.
Program Badan Litbang periode 2015-2019 adalah Penciptaan teknologi dan
Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut, sesuai dengan
anggaran yang telah dialokasikan dalam Rencana Kinerja Anggaran Kementerian dan Lembaga
(RKA-KL) pada Tahun 2016, lingkup BPTP Sumbar telah mengimplementasikan Kegiatan
Prioritas Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian melalui
beberapa kegiatan utama dan indikator kinerja, yang berdasarkan RKA-KL dan POK (Petunjuk
Operasional Kinerja) lingkup BPTP Sumbar Tahun 2016, telah disusun Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) 2016. Penyusunan Rencana kinerja kegiatan tersebut diselaraskan dengan
sasaran Renstra BPTP Sumbar 2015-2019. Rencana Kinerja tersebut memuat sasaran strategis
kegiatan yang akan dilaksanakan; Indikator Kinerja berupa hasil yang akan dicapai secara
terukur, efektif, efisien, dan akuntabel; serta target yang akan dihasilkan. Selanjutnya RKT yang
telah disusun ditetapkan menjadi Penetapan Kinerja (PK) guna mendorong pengembangan
menuju Good Government. Adapun matriks RKT kegiatan Balai Pengkajian Teknologi
Sumatera Barat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 13. Rencana Kinerja Tahunan BPTP Sumatera Barat Tahun 2016
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1. Tersedianya teknologi
pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi 4
Teknologi
2. Terdiseminasikannya
inovasi teknologi
pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi diseminasi yang
didistribusikan ke pengguna
7
Teknologi
3. Terlaksananya kegiatan
strategis nasional/Daerah
melalui pendampingan
oleh BPTP
Jumlah laporan kegiatan strategis
nasional/Daerah melalui
pendampingan oleh BPTP dan
dapat mencapai target sasarannya
6 Laporan
4. Terlaksananya kerjasama
pengkajian,
pengembangan dan
pemanfaatan inovasi
pertanian
Jumlah laporan kerjasama
pengkajian, pengembangan dan
pemanfaatan inovasi pertanian
1 Laporan
5. Dihasilkannya rumusan
rekomendasi kebijakan
mendukung
pembangunan pertanian
Jumlah rekomendasi kebijakan
mendukung pembangunan pertanian
1
Rekomen
dasi
Kebijakan
Spesifik
Lokasi
6. Dihasilkannya sinergi
operasional serta
terciptanya manajemen
pengkajian dan
pengembangan inovasi
pertanian unggul spesifik
lokasi
Dukungan pengkajian dan
percepatan diseminasi inovasi
teknologi pertanian
12 Bulan
7. Tersedianya Benih
sumbermendukung sistem
perbenihan
Jumlah produksi benih sumber 49 Ton
8. Tersedianya Model
Pengembangan Inovasi
Teknologi Pertanian
Bioindustri
Jumlah Model Pengembangan
Inovasi Teknologi Pertanian
Bioindustri
2 Model
Jumlah anggaran:
Kegiatan Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian: Rp.
38.804.383.000,-
Sukarami, Januari 2017
Kepala BPTP Sumatera Barat
Dr.Chandra Indrawanto,MSc
NIP. 19640218 198903 1 001
5. Penetapan Kinerja
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan
akuntabel, Balai Besar Pengkajian terus berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja yang
meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan (proses), keluaran
(output), dan outcome. Sejalan dengan dinamika kebijakan perencanaan yang ditetapkan dengan
melihat kebutuhan stakeholder (bottom up) serta program di level pusat (top down), maka umpan
balik (feedback) yang diperoleh dari proses perencanaan dan operasionalisasi program/kegiatan
di BB Pengkajian disesuaikan dengan tuntutan dan dinamika yang ada serta a lokasi
penganggaran yang tertuang dalam DIPA. Dengan demikian, Rencana Kinerja yang telah
ditetapkan kemudian disahkan menjadi kontrak Kinerja BPTP Sumbar untuk Tahun 2016
melalui Penetapan Kinerja Tahunan, yang merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja
sebagai tolok ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas kinerja Balai Besar Pengkajian.
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2016
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIANSUMATERA BARAT
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1
Tersedianya teknologi
pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi
komoditas strategis
3 Teknologi
Jumlah teknologi spesifik lokasi
komoditas lainnya
1 Teknologi
2 Tersedianya Model
Pengembangan Inovasi
Jumlah Model Pengembangan
Inovasi Pertanian Bioindustri
2 Model
Teknologi Pertanian
Bioindustri
Spesifik Lokasi
3
Terdiseminasikannya
inovasi teknologi
pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi komoditas
strategis yang terdiseminasi ke
pengguna
6 Teknologi
Jumlah teknologi komoditas
lainnya yang terdiseminasi ke
pengguna
2 Teknologi
4 Tersedianya benih sumber
mendukung sistem
perbenihan
Jumlah Produksi Benih Sumber 49 Ton
5 Tersedianya Taman Sains
Pertanian (TSP) dan
Taman Teknologi
Pertanian (TTP)
Jumlah Kabupaten lokasi TSP
dan TTP
2 Kabupaten
6 Dihasilkannya rumusan
rekomendasi kebijakan
mendukung desentralisasi
rencana aksi
(Decentralized Action
Plan/DAP)
Jumlah Rekomendasi kebijkan
pembangunan pertanian wilayah
1 Rekomendasi
7 Dihasilkannya sinergi
operasional serta
terciptanya manajemen
pengkajian dan
pengembangan inovasi
pertanian unggul spesifik
lokasi
Jumlah Dukungan pengkajian
dan percepatan diseminasi
inovasi teknologi pertanian
12 Bulan
Tabel 14. Anggaran Kegiatan berdasar Sasaran Strategis
Kegiatan Anggaran
Kegiatan pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian
Rp 38.804.383.000,-
1. Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas
strategis Rp 1.295.505.000,-
2. Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas Rp 150.000.000,-
lainnya
3. Jumlah Model pengembangan Inovasi teknologi
pertanian Bioindustri Rp 700.000.000,-
4. Jumlah teknologi diseminasi yang didistribusikan
ke pengguna komoditas strategis Rp 3.051.528.000,-
5. Jumlah teknologi diseminasi yang didistribusikan
ke pengguna komoditas lainnya Rp 1.300.000.000,-
6. Jumlah rekomendasi kebijakan Rp 194.570.000,-
7. Jumlah Produksi benih sumber Rp 1.033.583.000,-
8. Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian (gaji, operasional
perkantoran, modal)
Rp 20.615.097.000,-
9. Jumlah TSP Rp 7.500.000.000,-
10.Jumlah TTP Rp 2.964.100.000,-
Tabel 15. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi
No Jenis Teknologi Jumlah Teknologi
1 Teknologi Spesifik Lokasi Padi 1
2 Teknologi Spesifik Lokasi Jagung 1
3 Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung
Swasembada Daging 1
4 Teknologi Plasma Nutfah Spesifik Lokasi
(komoditas strategis dan lainnya) 1
Total 4
Tabel 16. Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri
No Komoditas Jumlah Model
1 Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Pangan
1
2 Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Perkebunan
1
Total 2
Tabel 17. Jumlah Teknologi Diseminasi yang Didistribusikan ke Pengguna
No Jenis Teknologi yang didiseminasikan Jumlah Materi
Diseminasi
1 Teknologi Tanaman Pangan 2
2 Teknologi Hortikultura 2
3 Teknologi Peternakan 1
4 Diseminasi teknologi 1
5 Teknologi diseminasi yang didistribusikan ke pengguna mendukung komoditas lainnya
1
Total 7
Tabel 18. Jumlah Rekomendasi Kebijakan
No Jenis Rekomendasi Jumlah rekomendasi
1 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian Responsif dan Antisipatif
1
Total 1
Tabel 19. Produksi Benih
Padi (ton) Kedelai (ton) Jagung (ton)
FS SS FS SS FS SS
13 26 0 0 10 0 Total 39 Total 0 Total 10
Tabel 20. Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian selama 12 bulan layanan.
Operasional Perkantoran Sakter BPTP
Tabel 21. Taman Sains Pertanian (TSP) dan Taman Teknologi Pertanian (TTP)
Taman Teknologi Pertanian (TTP) TTP terdapat di kabupaten Limapuluh Kota Taman Sain Pertanian (TSP)
Jumlah TTP 1 Kabupaten Jumlah TSP 1 Provinsi
Bogor, Maret 2016 Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat,
Abdul Basit Hardiyanto
III. AKUNTABILITAS KINERJA
A. Akuntabilitas Kinerja BPTP Sumbar
Dalam tahun anggaran 2016, BPTP Sumbar telah menetapkan lima sasaran strategis
yang akan dicapai yaitu: Sasaran Strategis yang ingin dicapai pada periode 2015-2019 yaitu:
1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
2. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi;
3. Terlaksananya kegiatan strategis nasional/ Daerah melalui pendampingan oleh BPTP;
4. Terlaksananya kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi
pertanian
5. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan pertanian
6. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan
pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
7. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan
8. Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri
Selanjutnya, delapan sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan 8indikator kinerja
output berupa: 1) Jumlah teknologi spesifik lokasi; 2) Jumlah teknologi diseminasi yang
didistribusikan ke pengguna; 3) Jumlah laporan kegiatan strategis nasional/ daerah yang
memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan dapat mencapai target sasarannya; 4)
Jumlah laporan kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi pertanian; 5)
Jumlah rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan pertanian; 6) Dukungan pengkajian
dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian; 7) Jumlah Produksi Benih Sumber; 8)
Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri.
B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2016
Pengukuran kinerja terhadap keberhasilan Instansi Pemerintah dapat dilakukan dengan
cara membandingkan antara hasil aktual yang dicapai dengan sasaran dan tujuan strategis.
Pengukuran kinerja juga didifinisikan sebagai suatu metode untuk menilai kemajuan yang selalu
dicapai dibandingkan dengan tujuan yang selalu ditetapkan.Pengukuran keberhasilan kinerja
suatu Instansi Pemerintah diperlukan indikator sebagai tolok ukur pengukuran.Pengertian
indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Sesuatu yang dapat dijadikan
indikator kinerja yang berlaku untuk semua kelompok kinerja harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut: (1) Spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara objektif baik yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif, (3) harus relevan, (4) dapat dicapai, penting dan harus berguna
untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat dan dampak, (5)
harus fleksibel dan sensitif dan (6) efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator dapat
dikumpulkan, diolah dan dianalisis. Secara umum indikator kinerja memiliki beberapa fungsi
yaitu (1) dapat memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan (2)
membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja unit kerja.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BPTP Sumbar diawali dengan perencanaan
dengan menyusun penggunaan sarana, sumber daya manusia, melalui suatu proses,
menghasilkan suatu teknologi dan memberikan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat.Oleh
karena itu faktor yang dapat dinilai dari tahapan ini adalah dalam bentuk kesesuaian antara
rencana yang telah ditetapkan sampai dengan dampaknya bagi pengguna.Adapun kriteria
keberhasilannya dilihat dari realisasi terhadap target, sasaran kegiatan yang dilaksanakan,
serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan.
C. Analisis Capaian Kinerja
Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2016 BPTP Sumbar dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Sasaran.
1
Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlahteknologi
spesifik lokasi
4 4 100
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2016 telah tercapai
sebesar 100 persen, atau terealisasi 4teknologi dari target 4 teknologi.Sehingga dapat
dikatakan berhasil.
Adapun rincian output serta outcome yang telah dicapai dari kegiatan ini diuraikan
sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi
No KEGIATAN/SUB KEGIATAN Jumlah
Teknologi
1 Kajian teknologi padi 2
2 Jagung 1
3 Plasma Nutfah 1
Total 4
Paket Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Strategis
Pada tahun 2016, BPTP Sumbar menghasilkan teknologi budidaya tanaman pangan padi
spesifik lokasi sebagai berikut:
1. Kajian Inovasi Teknologi Salibu Mendukung Ketahanan Pangan di Sumatera
Barat
Upaya peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan perluasan areal tanam dan
areal panen. Perluasan areal tanam dilakukan dengan pencetakan lahan sawah baru,
tetapi biayanya relatif sangat mahal. Peningkatan produktiv itas sumberdaya lahan
diantaranya melalui peningkatan intensitas pertanaman, khususnya pada lahan sawah
beririgasi teknis. Upaya lain yang sangat potensial untuk meningkatkan produksi dan
indeks panen padi sawah adalah dengan penerapan teknologi padi salibu, karena
rentang waktu produksi menjadi lebih pendek.
Padi salibuadalah suatu teknologi budidaya dengan memanfaatkan batang bawah padi
setelah panen sebagai penghasil tunas/anakan padi yang akan
dipelihara/dibudidayakan. Tunas ini berfungsi sebagai pengganti bibit pada sistem
tanam pidah. Teknologi padi salibu adalah salah satu inovasi untuk memacu
peningkatan produksi padi dan produktiv itas lahan melalui peningkatan produksi per
satuan waktu dan peningkatkan indeks panen per tahun. Kajian inovasi teknologi Padi
salibu telah dilaksanakan di Nagari Sintuk, Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten
Padang Pariaman pada tahun 2016. Komponen teknologi yang diterapkan disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Komponen teknologi Padi Salibuyang diterapkan pada kajian di Nagari Sintuk,
Kecamatan Sintuk Toboh Gadang tahun 2016.
No. Komponen Teknologi Uraian
1. Panen tanaman MT-1 Lebih awal 8-10 hari
2. Persiapan lahan Membersihkan lahan dari gulma
3. Pemotongan batang sisa
panen
Pemotong batang sisa panen
dilakukan saat 7 -10 hari setelah
panen
4. Penjarangan umur 15-20 hari setelah
pemotongan jerami
5. Penyisipan umur 15-20 hari setelah
pemotongan jerami
6. Pemupukan Sesuai rekomendasi
7. Penyiangan pertama dan
pembenaman jerami
Lebih awal (umur 20-25 hari
setelah pemotongan batang)
8. Penyiangan kedua Umur 40-45 hari
9. Pengendalian hama dan
penyakit
Standar PHT
10. Umur panen Lebih awal 10-15 hari.
Hasil kajian menunjukkan bahwa masing-masing sistem tanam menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap hasil gabah kering panen (GKP). Persentase peningkatan hasil
gabah kering panen sistem tanam jajar legowo pada tanam pindah berkisar 11,81-
24,41% sedangkan pada teknologi Padi Salibu persentase peningkatan hasil berkisar
1,56-19,01%, dibandingkan dengan sistem tanam tegel. Terdapat perbedaan hasil GKP
antara tanam pindah dengan teknologi Padi Salibu sebesar 18% (Tabel 5).
Dibandingkan dengan teknologi tanam pindah, pada teknologi Padi Salibu terjadi
penurunan hasil, hal ini disebabkan karena serangan hama tikus pada fase primordia.
Akan tetapi, keuntungan usahatani dengan penerapan teknologi Padi Salibu (Rp.
15.805.000) lebih tinggi dibanding sistem tanam pindah (Rp. 15.443.000) (Tabel 6). Hal
ini dimungkinkan karena penerapan teknologi Padi Salibu dapat menekan biaya
usahatani sebesar 31,29% dibandingkan tanam pindah.
Tabel 5. Hasil GKP (t/ha) teknologi Tanam Pindah dan teknologi Padi Salibu di Nagari
Sintuk, Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, tahun 2016.
Sistem Tanam Tanam Teknologi Perbedaan
Pindah Salibu
Hasil
Jajar legowo 2:1 5,81 ab 5,32
a
0,09
Jajar legowo 4:1 Tipe 2 6,32 a 4,92
b
0,28
Jajar legowo 4:1 Tipe 1 5,68 b 4,54
b
0,25
Tegel 5,08 c 4,47
b
0,13
Rataan 5,72 4,81 0,18
Tabel6.Analisis Usahatani Teknologi Tanam Pindah dan Teknologi Padi Salibu di Kabupaten
Padang Pariaman, tahun 2016.
No Uraian Jumlah (Rp.)
Tanam Pindah Teknologi
Salibu
A Biaya Upah
1 Membajak 1.000.000 -
2 Menggaru 250.000 -
3 Menyemai 225.000 -
4 Cabut bibit 300.000 -
5 Tanam 1.575.000 -
6 Memotong sisa batang
panen
- 600.000
7 Penyisipan tanaman - 375.000
8 Menyiang I dan II 1.500.000 1.500.000
9 Memupuk I dan II 300.000 300.000
10 Panen 4.017.000 3.640.000
Jumlah ……… ….. …..
B Biaya Saprodi
1 Benih 300.000 -
2 Pupuk Urea 900.000 1.200.000
3 Pupuk SP-36 350.000 350.000
4 Pupuk KCl 520.000 520.000
5 Rodentisida 100.000 -
- 150.000
Jumlah ………….. 2.170.000 2.220.000
C. Total Pengeluaran 11.337.000 8.635.000
Penerimaan
Padi Tanam Pindah 26.780.000 -
Padi Salibu - 24.440.000
D. Keuntungan bersih 15.443.000 15.805.000
B/C Ratio 1,36 1,83
R/C Ratio 2,36 2,83
Gambar … Pemotongan batang padi sesudah panen untuk budidaya Padi Salibu (kiri)
dan penampilan padi salibu pada fase generatif (kanan).
2. Pengelolaan Dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Tanaman Pangan Dan Hortikultura
Lokal Sumbar.
Keragaman plasma nutfah merupakan kekayaan yang sangat berharga untuk kemajuan
pertanian. Pada spesies-spesies lokal yang ada kita dapat menggali potensi yang dimiliki
plasmanutfah tersebut untuk dimanfaatkan sebagai sumber tetua atau sumber bahan gen
dalam perakitan varietas baru yang memiliki daya saing tinggi.Di samping sebagai sumber gen,
plasma nutfah yang memiliki sifat-sifat agronomis unggul juga dapat digunakan secara
langsung melalui upaya pemutihan atau pemurnian.
Agroekosistem di Provinsi Sumatera Barat sangat beragam, dari dataran rendah sampai
dataran tinggi. Kondisi ini menimbulkan keragaman plasma nutfah yang cukup luas. Namun
demikian, tekanan lingkungan, pertambahan jumlah penduduk, dan meluasnya penggunaan
varietas-varietas baru mendorong terjadinya kehilangan tanaman yang memiliki karakter
berguna (erosi gen). Untuk menghindari hal ini, maka kekayaan plasma nutfah yang tersedia
perlu dikelola dengan baik. Dengan banyaknya kasus spesies-spesies lokal yang punah, maka
konservasi sumber daya genetik indijenes merupakan isu yang penting dewasa ini.
Pada tanaman pangan padi, keragaman varietas unggul yang memenuhi preferensi
konsumen Sumatera Barat (rasa nasi pera) relatif masih sempit. Hal ini adalah karena mayoritas
varietas unggul tanaman padi yang dihasilkan berbagai lembaga penelitian lebih dominan
memiliki tekstur nasi pulen. Dengan rendahnya jenis padi yang nasinya bersifat pera, maka
peran aktiv itas inventarisasi, eksplorasi serta pelestarian varietas padi lokal menjadi sangat
tinggi.
Dari kegiatan pada tahun 2016 telah dideskripsi 13 asesiubi kayu dan 11 asesianggrek.
Uji potensi padi lokal secara organik telah dilakukan pada 2 lokasi, yaitu di Kasang, Kecamatan
Lembah Anai (Kabupaten Pariaman) serta di Lubuak Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara
(Kabupaten Tanah Datar). Telah dilakukan pula proses awal pendaftaran 2 varietas tanaman
padi lokal (Mundam Putiah dan Pulau Batu) dan 1 varietas ubi kayu lokal (Roti). Pada kebun
koleksi telah ditanam berbagai jenis tanaman lokal seperti kedondong, mangga, belimbing,
rambutan, jambu air (jambu jambak), duku, kayumanis, dan asam gelugur.
3. Percepatan Penyebaran VUB Jagung Hibrida Melalui Pemberdayaan Kelompok
Penangkar Benih.
Di Sumatera Barat, sebagian besar petani jagung (>95%) menggunakan benih jagung
hibrida yang diproduksi oleh swasta. Hanya sebagian kecil yang memakai benih komposit.
Permasalahannya, mahalnya harga benih hibrida yang diproduksi swasta menyebabkan
menurunnya pendapatan petani. Malah ditemukan juga dibeberapa daerah petani yang
menanam turunan hibrida (F1) kembali akibat kekurangan biaya untuk membeli benih. Pada
hal, bila petani dapat memproduksi sendiri benih hibrida maka pengeluaran usahatani dari
benih dapat ditekan. Balitbangtan, khususnya Balitsereal mengembangkan program terbaru
jagung, yaitu JURI (Jagung Untuk Rakyat Indonesia). Program ini dilatarbelakangi dengan
mahalnya harga benih hibrida yang diproduksi oleh swasta yang mencapai Rp.80.000 per kg
(Rp.1,6 juta/ha). Melalui program ini, harga benih dapat ditekan sampai lebih separonya, sekitar
Rp.30.000 per kg (Rp.0,6 juta/ha).
Kegiatan ini merupakan diseminasi hasil teknologi pertanian yang dikemasdalam bentuk
kegiatan “demonstrasi plot dan pelatihan”. Dilaksanakan pada Kelompok Tani Karya Sepakat di
Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar, seluas 1,0 hektare pada bulan Maret sampai
September 2016.Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memperkuat sistem perbenihan dan
penangkar benih jagung hibrida di Provinsi Sumatera Barat. Secara terperinci, tujuan dari
pelaksanaan kegiatan ini antara lain untuk: (a) Membina satu kelompok penangkar benih; dan (b)
Memproduksi benih jagung hibrida sebanyak 2 ton oleh kelompok penangkar.
Hasil kegiatan menyimpulkan, antara lain: (1) Telah dilaksanakan pembinaan
penangkaran benih jagung hibrida pada Kelompok Tani Karya Sepakat Kecamatan Rambatan
Kabupaten Tanah Datar, seluas 1,0 hektare. Pemberdayaan kelompok tani dimulai dari
penguatan kapasitas kelompok, teknologi perbanyakan benih di lapangan, dan sertifikasi benih,
serta packing benih; (2) Sosialisasi dan pelatihan penangkaran benih jagung hibrida selain
dilakukan pada keltan kooperator, juga keltan penangkar se Kabupaten Tanahdatar; (3) Jumlah
benih yang dihasilkan sebanyak 2.140 kg, lebih tinggi dari target sebanyak 2.000 kg atau lebih
tinggi 7% dibanding target hasil yang telah ditetapkan; dan (4) Benih jagung hibrida sebanyak
2.140 kg ini setara dengan harga Rp.64.200.000 dan dapat memenuhi kebutuhan pertanaman
jagung seluas 107 hektare. Jika petani menggunakan benih jagung hibrida yang dihasilkan oleh
swasta, diperlukan dana sebanyak Rp.171.200.000,-. Artinya, pengeluaran untuk pembelian
benih dapat dihemat sebanyak Rp.107.000.000,-.
4. Pengkajian Integrasi Ternak-Tanaman Di Kp Sitiung, Sumatera Barat
Kajian ini memperlihatkan bahwa hasil ikutan tanaman sawit (silase hijauan sawit dan BIS)
berpotensi digunakan sebagai salah satu sumber utama pakan ternak lokal, khususnya
sapi Pesisir di Sumatera Barat.
Komposisi silase pelepah sawit terdiri dari 80% pelepah sawit, 10% bungkil inti sawit, 5%
molasses dan 5% dedak padi yang diberikan sebanyak 5 kg/ekor/hari, disamping 1 kg
jerami padi dan 2,5 kg rumput segar/ekor/hari memberi hasil pertumbuhan ternak yang
cukup memuaskan.
Pengukuran hasil buah sawit selama bulan Januari-Juni memperlihatkan bahwa
pemberian pupuk organic memberi hasil yang hampir sama, hal ini diduga belum ada
pengaruh yang signifikan dari pemberian tambahan pupuk organic sebanyak 25; 50 dan
75 kg/pohon. Diprediksi bahwa pengaruh pemberian pupuk organic baru akan terlihat
setelah beberapa waktu ke depan.
Pemeliharaan ternak terus dilanjutkan sampai akhir tahun, seperti pemberian pakan
berbasis tanaman sawit, pengamatan terhadap pertumbuhannya dan aspek reproduksi.
Gambar. Sapi Pesisir di lapangan dan yang digunakan di Kandang KP Sitiung
Gambar. Pembuatan pakan dan kompos di kandang KP. Sitiung
Capaian kinerja BPTP Sumatera Barat TA 2015-2019.
Tabel 10.Capaian -Jumlah Kinerja Teknologi Spesifik Lokasi BPTP Sumatera Barat 20152019.
SASARAN INDIKATOR
KINERJA Realisasi (%)
2015 2016 2017 2018 2019 Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi
140 100
Sasaran2 Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri
Spesifik Lokasi.
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah teknologi yang didesiminasikan
kepada pengguna. Adapun pencapaian indikator kinerja adalah sebagai berikut :
Indikator kinerja Target Realisasi %
Jumlah Teknologi Model
pengembangan inovasi pertanian
bioindustri spesifik lokasi
2
2
100
Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi :
1. Implementasi Model Bioindustri Berbasis Gambir Mendukung Pengembangan Gambir di Sumatera Barat
Tanaman gambir (Uncaria gambir Hunte Roxb) komoditas spesifik Sumatera Barat,
dimana tanaman ini tumbuh dan berkembang secara baik di daerah Sumbar dan merupakan
mata pencaharian pokok serta memegang peranan penting dalam pendapatan masyarakat.
Gambirdiusahakan masyarakat secara konvensional, denganjumlah petani mengusahakan
125.000 rumah tangga petani (RTP) dengan luas garapan 1-2,0 ha/RTP. Tahun 2012 luas
pertanaman gambir 21.412 ha dengan produksi 14.220 ton dan produktivitas rata-rata 0,72 t/ha,
sedangkan potensi produksi gambir bisa mencapai rata-rata 2100 kg/ha. Implementasi model
bioindustri gambir diharapkan tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi peningkatan nilai
tambah menjadi sangat penting karena jika hanya dari produksi getah gambir pada masa
tertentu petani akan collaps karena getah gambir merupakan komoditas ekspor, harga jual
sangat berfluktuatif tergantung negara pengimpor. Oleh karena itu perlu dicari inovasi teknologi
guna meningkatkan nilai tambah dan antisipasi turunnya harga jual getah gambir.Pengkajian
dilaksanakandi tanah petani Kecamatan Mungka Kabupaten Lima Puluh Kota, pelaksanaan
kegiatan merupakan tahun kedua yang dilaksanakan Januari sampai Desember 2016.Kegiatan
bertujuan antara lain: (a) Memanfaatkan ampas kempaan daun gambir menjadi teknologi
terbarukan menghasilkan produk bernilai tambah, (b) Membangun industri olahan teh celup
sebagai demplot percontohan, dan (c) Membangun sistem dan mekanisme (desain) pertanian
bioindustri gambir spesifik lokasi serta penguatan kapasitas SDM. Pengkajian dilakukan dengan
pendekatan: (a) Demplot implementasi inovasi teknologi bioindustri gambir, (b) Penumbuhan
embrio industri olahan melalui pelatihan kelompok tani, dan (c) Penumbuhan mitra
kelembagaan bioindustri gambir. Hasil pengkajian sebagai berikut: (a) Implementasi model
bioindustri gambir dapat meningkatkan produksi gambir dari 545 kg gambir kering/ha dengan
cara petani meningkat menjadi 1.022 kg/ha dengan inovasi teknologi pemupukan NPK 150 kg +
5 ton kompos ampas kempaan gambir, (b) Penumbuhan embrio industri olahan teh celup daun
gambir dan permen jelly sudah berhasil dilakukan di KWT Sambal dan KWT Simpang Tigo dan
sudah mulai dipromosikan dan dipasarkan serta produknya telahmemiliki PIRT, dan (c)
Kemitraan dengan Pemda Kabupaten Lima Puluh Kota dan SKPD terkait telah terlaksana yang
dibuktikan dengan ada program pembibitan gambir dan Dinas Koperindag membantu
pemasaran produk olahan gambir diantaranya dengan mengikuti pameran-pameran dan
membantu launching dan bantuan dari Bupati sebanyak Rp.50.000.000 untuk pengembangan
olahan teh celup dan permen jelly daun gambir, dan nagari Mungka menerima dana sebesar
Rp.25.000.000 untuk pengembangan kawasan gambir, (d) Kegiatan SL dapat meningkatkan
pengetahuan peserta dari nol sebelum SL menjadi 42,86% setelah SL. Lounching produk
diversifikasi olahan gambir telah dilaksanakan oleh Bupati Kabupaten Lima puluh Kota dihadiri
OPD terkait, pemilik swalayan, pelaku usaha, dan asosiasi gambir dan peneliti BPTP Sumbar.
Bupati meminta kepada OPD terkait agar mempersiapkan anggaran untuk tahun 2017 untuk
membantu pengembangan olahan dan pemasaran produk dari tanaman gambir. Model
bioindustri gambir mampu meningkatkan penerimaan pelaku usaha dari Rp. 8.272.500,-
/ha/tahun secara tradisional menjadi Rp.27.660.000/ha/ tahun
GambarPelatihan Keamanan Pangan oleh Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota dalam
rangka pengurusan P-IRT produk teh gambir
Gambar kegiatan penguatan kelembagaan
Gambar Pelatihan pembuatan kompos ampas kempaan daun gambir
Gambar produksi olahan gambir
Gambar lounching produk olahan gambir
2. Implementasi Model Bio Industri Berbasis Tanaman Jagung di Sumbar
Bio industri merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya
saing, pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan konsep bio-industri
(zero waste) seluruh komponen dari komoditi harus menjadi produk yang mempunyai nilai jual,
sehingga penggunaan sumber daya menjadi efisien dan dapat menekan biaya produksi.Salah
satu implementasi kegiatan bioindustri dikembangkan adalah bioindustri jagung integrasi
dengan ternak di Kabupaten Tanah Datar. Pengelolaan secara terpaduusahatani tanaman
jagung dan ternak sapidiharapkan mampu memberikan kontribusi peningkatan pendapatan,
meningkatkanbahan organik tanah yang nantinya dapatmengurangi ketergantungan
penggunaanpupuk anorganik, sedangkan limbahtanaman berupa jerami jagung dapatdigunakan
sebagai pakan ternak yangpotensial. Melalui pengelolaan tanamanjagung-sapi yang tepat akan
diperolehpeningkatan produktiv itas tanaman danternak secara berkesinambungan. Kegiatan
penelitian dilaksanakan di KP. Rambatan dan TP. Rambatan Kabupaten Tanah Datar dari bulan
Januari s/d Desember 2016. Kegiatan bertujuan: (a) Meningkatkan produktiv itasjagung dan
bobot badan sapi minimal dan efisiensi penggunaan input untuk tanaman jagung dan pakan
ternak berbasis bio-industri, (b) Meningkatkan nilai tambah pengolahan limbah jagung untuk
pengembangan bio-industri, (c) Meningkatkan adopsi inovasi teknologi budidaya dan
penggunaan benih unggul jagung hibrida oleh petani dalam upaya peningkatan produksi
jagung, dan (d) Menumbuhkan dan pembinaan lembaga kemitraan pengelolaan bioindustri
jagung. Ruang lingkup kegiatan meliput i: (1) Produksi Benih Jagung Hibrida Bima 20-URI, (2)
Perbaikan dan penerapan budidaya jagung optimal dalam peningkatan produktiv itas, (3) Sistem
Integrasi Tanaman dan Ternak, (4) Pengembangan dan penerapan teknologi biogas dari
kotoran sapi, (5) Pengolahan dan pemanfaatan limbah jagung untuk pakan ternak dan kompos
tanaman, dan (6) Pengolahan limbah kotoran sapi untuk pupuk tanaman jagung. Hasil kegiatan
implementasi bioindustri jagung sbb: (a) Produksi benih jagung hibida Bima 20-URI seberat
3.000 kg/ha, dimana sebagian produksi benih telah didiseminasikan ke petani sekitar lokasi
penelitian dengan hasil 5,4 s/d 6,5 t per ha. Setoran PNBP sebesar 8,7 juta dari hasil sebagian
produksi benih dan budidaya optimal jagung hibrida, (b) Pemberian pupuk kompos kotoran sapi
7 ton per ha dan pemberian 50% pupuk buatan (NPK-Phonska) untuk VUB Bima 19-URI,
Lamuru dan Bima 20-URI memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
pemberian kompos dengan varietas unggul lainnya, (b) Dengan pemberian 50% silase dan
50% HMT serta pemberian 75% silase dan 25% HMT untuk pakan ternak sudah cukup
memberikan peningkatan berat badan sapi, (c)Kotoran padat sapi telah diolah menjadi bio-
kompos plus dan telah dimanfaatkan untuk budidaya jagung serta urine sapi telah diolah
menjadi bio-urine, kedua produk ini telah dipacking dan siap untuk dipasarkan. Pengolahan
kotoran sapi telah diolah menjadi biogas, (d) Pelatihan telah dilakukan dengan materi inovasi
teknologi budidaya optimal jagung, teknologi pengolahan silase biomas jagung dan teknologi
pengolahan kotoran sapi untuk biogas untuk 50 orang anggota kelompok tani sekitar lokasi
penelitian bioindustri jagung, (e)Dari 6 (enam) ekor induk sapi Simnetal telah melahirkan 2
(dua) ekor, (f) Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan mitra (Asosiasi kelompok
bioindustri Amanah Tanah Datar) telah dilaksanakan dan pembinaan pada anggota kelompok
tani sekitar lokasi peneltian tersebar pada 7 (tujuh) kelompok tani, serta juga dilakukan
pembinaan untuk kemitraan dengan kelembagaan lainnya.
Foto keragaan Bima 19-URI dan 20-URI pada kegiatan
implementasi bioindustri jagung
Bio-kompos plus dan bio-urine produksi bioindustri jagung BPTP Sumbar
yang telah dipasarkan.
Foto instalasi pengolahan kotiran sapi menjadi biogas
Foto kegiatan pelatihan teknologi budidaya optimal, pembuatan silase
dan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas.
Foto keragaan pemeliharaan sapi dengan pemberian pakan silase jagung dan anak sapi jenis Simental di KP. Rambatan
Capaian kinerja BPTP Sumatera BaratTA 2015-2019.
Tabel.Capaian Model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi BPTP
Sumatera Barat 2015-2019.
SASARAN INDIKATOR KONERJA
Realisasi (%) 2015 2016 2017 2018 2019
Model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi.
Jumlah Teknologi Pada Model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi
100 100
Sasaran
3
Teknologi komoditas strategis yang
terdesiminasi ke pengguna
Jumlah teknologi komoditas
strategis yang terdesiminasi
ke pengguna
Target
7
Realisasi
7
%
100
3. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Hortikultura
Dalam lima tahun terakhir produksi cabai di Provinsi Sumatera Barat menunjukkan
tendensi peningkatan yang tajam dari tahun ke tahun. Sementara itu, produktiv itas cabai
terlihat tendensi meningkat pada tahun 2009-2012 dan selanjutnya menurun, yaitu: 6,25 t/ha,
6,74 t/ha, 7,42 t/ha, 8,63 t/ha, dan 8,18 t/ha, berturut-turut dari tahun 2009 sampai 2013.
Pada daerah sentra produksi cabai, produktiv itas ini sangat bervariasi antara 5,23-12,71 t/ha).
Produktiv itas ini jauh lebih rendah dibanding potensi cabaidapat mencapai 20 t/ha. Tujuan
kegiatanadalah: (a) Melakukan pendampingan dalam rangka meningkatkan kemampuan
dan kemauan petani untuk penerapan inovasi teknologi PTT cabai; dan (2) Meningkatkan
produktiv itas dan mempercepat penerapan inovasi teknologi PTT cabai. Kegiatan ini merupakan
diseminasi hasil teknologi yang dikemasdalam bentuk kegiatan “demplot dan pelatihan”.
Kegiatan demplot PTT cabai dan pelatihan dilaksanakan di Kecamatan SungayangKenagarian
Minang Kabau Kabupaten Tanah Datar, Nagari Gantiang Kota Padang Panjang, Nagari
Lambuang Bukiik Kota Padang, dan Nagari Bayang Kabupaten Pesisir Selatan sedangkan
kegiatan pelatihan PTT cabai dilaksanakan dimasing-masing BPK Sungayang Kabupaten Tanah
Datar, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Kota Padang,
dan Padang Panjangpada bulan Januari sampai Desember 2016.Dari hasil kegiatan
Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian nasional hortikultura komoditas cabaisampai
laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Telah dilaksanakan sebanyak enam kali
pertemuan dalam bentuk pelatihan dan diskusi lapang pada enam kabupaten/kota yang
melibatkan sekitar 220 orang, dengan topik “Inovasi teknologi budidaya cabai”; dan “Penyakit
virus Kuning Cabai dan Cara Pengendaliannya“, (2) Setelah selesai pelatihan petani dibekali
dengan leaflet Teknologi Budidaya Tanaman Cabai Merah dan leaflet Penyakit Virus Kuning dan
Pengendaliannya, (3)Pada lokasi demplot telah dilakukan bimbingan mulai dari persemaian,
tanam dan pemeliharaan tanaman cabai,(4) Variertas yang digunakan adalah varietas Kencana
dari BALITSA dan varietas cabai lokal setempat, pada demplot Kabupaten Pesisir Selatan
menggunakan 3 varietas yaitu varietas Kencana, Varietas lokal dan varietas cabai yang bersal
dari Panah Merah,dan (5) Pertumbuhan tanaman terbaik adalah Lokasi di Nagari Minang
Kabau Kabupaten Tanah Datar, baik varietas lokal maupun varietas Kencana, dengan jumlah
hasil panen varietas Kencana43,4 kg, dengan jumlah tanaman260 batang, sedangkan hasil
panen varietas lokal sebanyak 439,8 Kg dengan jumlah tanaman 900 batang dengan frekwensi
panen sebanyak 18 X kali panen (2 x dalam 1 minggu).
Gambar Keragaan demplot budidaya cabai dan pendampingan pengembangan
kawasan hortikultura di Sumatera Barat
4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan
Meningkatnya kebutuhan konsumsi daging dalam negeri mendorong adanya permintaan
impor yang semakin meningkat. Hal ini disebabkan rendahnya produktiv itas ternak dalam
negeri yang diindikasikan oleh rendahnya pertumbuhan dan lambatnya perkembangan populasi
ternak. Untuk meningkatkan produktiv itas sapi dan kerbau secara cepat makapemerintah telah
mencanangkan pelaksanaan “Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK)”.
Program ini mengupayakan peningkatan produksi ternak lokal yang optimal melalui perbaikan
pada berbagai lini termasuk perbaikan penyediaan pakan pembibitan ternak, dan meningkatkan
kelahiran anak setiap tahunnya di atas kebutuhan pemotongan ternak yaitu sekitar 3,0 juta
ekor/tahun. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan angka kelahiran anak sapi
dari hanya 21% dari populasi menjadi minimal 75%/tahun. Jarak kelahiran anak yang relatif
panjang (18-21 bulan) harus diperpendek menjadi 12-15 bulan. Kegiatan Pendampingan
Pengembangan Kawasan Peternakan Sapi Potong dan Kerbau di Sumatera Barat telah
dilakukan di Kabupaten Pasaman Barat, dan Sijunjung. Kegiatan bertujuan untuk: (1)
Diseminasi 2 (dua) inovasi teknologi budidaya ternak ruminansia besar (ternak sapi dan kerbau)
di Kabupaten terpilih (2). Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok ternak sapi
dan kelompok ternak kerbau di Sumatera Barat. Kegiatan Pendampingan dilaksanakan pada
bulan Januari sampai dengan Desember 2016 Pengkajian dilaksanakan dengan metode survei
pada awal, dan akhir pelaksanaan pengkajian dan pelaksanaan diseminasi dengan metode yaitu
(1) Demplot pembuatan dan pemberian pakan pelepah daun sawit sebagai pakan ternak sapi,
(2) Demplot pengolahan kotoran sapi menjadi kompos dan demplot pembuatan biogas dari
kotoran sapi pada kelompok tani Tanjung Keramat dan Sepakat Jaya. Inovasi teknologi berupa
pelatihan dan sekolah lapang adalah peternak sapi dan petani sawit sebanyak 60 orang anggota
kelompok tani. Kegiatan untuk ternak kerbau antara lain : (1) Menganalisa kondisi awal lokasi
kegiatan baik peternak dan sumberdaya alam dengan menggunakan kuisioner dan indept
interview, (2) Mengupayakan peningkatan tingkat reproduksi ternak melalui perbaikan pakan
dan sistem pemeliharaan, dan (3) Pengolahan kotoran kerbau menjadi kompos pada kelompok
tani Ranah Bingkuang dan Koto Tinggi. Data yang dikumpulkan antara lain: (1) Pertambahan
berat badan sapi, (2) Tingkat pengetahuan dan keterampilan peternak sapi dan kerbau di
Kabupaten terpilih. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi dengan ukuran persentase dan
rata-rata. Hasil kegiatan pendampingan menunjukkan:(1) Pembuatan dan pemberian pakan
silase pelepah sawit 5 kg ditambah rumput lapang 10 kg dan ternak sapi digembalakan dapat
meningkatkan pertambahan berat badan sapi sebanyak 0,52 kg/ekor/hari, (2) Inovasi teknologi
pengolahan limbah ternak mulai berkembang menjadi usaha ekonomi di kelompok tani
pelaksana, dan tidak ada lagi kotoran ternak ruminansia besar yang menumpuk di sekitar
kandang karena telah dimanfaatkan untuk pembuatan kompos dan biogas.
Gambar Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan di Sumatera Barat.
5. Pendampingan dan Pengawalan Program Uspus Mendukung Swasembada Pangan di Sumbar
Pemerintah Republik Indonesia telah menentukan 7 (tujuh) komoditas strategis pertanian
(padi, jagung, kedelai, cabei, bawang merah, tebu dan daging sapi), dimana komoditas utama
tersebut ditargetkan mencapai peningkatkan produksi, bahkan menargetkan bahwa dalam 3
(tiga) tahun kedepan (2017) Indonesia harus mencapai swasembada untuk komoditas padi dan
jagung. Mendukung program tersebut Kementerian Pertanian melaksanakan program Upaya
Khusus (UPSUS) percepatan peningkatan produktivitas padi sawah dan jagung, cetak sawah
baru, padi organik, dan bantuan sarana produksi pertanian seperti: benih, pupuk dan alat
pengolah tanah (Hand Traktor) serta alat panen pada kelompok tani. Disamping itu tahun 2017
Pemerintah menargetkan 4 juta lahan sawah mendapatkan saluran irigasi, untuk itu pada tahun
2016 dilakukan identifikasi sumberdaya air untuk tujuan air irigasi padi sawah. Tujuan dari
kegiatan pendampingan dan pengawalan UPSUS antara lain adalah: (1)
Meningkatkanproduktiv itaspadi dan jagung dan meningkatkan pemanfaatan inovasi teknologi
padi dan jagung di Sumatera Barat; (2) Meningkatkan sumberdaya pendamping dan petani
dalam mengadopsi inovasi teknologi padi dan jagung di Sumatera Barat; (3) Memonitor dan
mencatat luas tambah tanam (LTT) padi sawah pada 8 (delapan) Kabupaten/Kota di Sumatera
Barat, (4) Memperbanyak dan menyebarkan 4 (empat) jenis inovasi teknologi melalui media
cetak dan terekam di Sumatera Barat. Pengkajian dilaksanakan pada 19 Kabupaten/Kota di
Sumatera Barat dari bulan Januari sampai dengan Desember 2016. Metodologi kegiatan
meliputi: (a) Supervisi, Pengawalan dan Pendampingan; (b) Koordinasi dan Sosialisasi; (c)
Pelatihan dan Narasumber Inovasi Teknologi; (d)Perbanyakan dan Pendistribusian Media Cetak;
(e) Temu Lapang dan Temu Teknis, dan (e) Identifikasi Sumber Daya Air Untuk Lahan Irigasi.
Hasil pengkajian menunjukkan antara lain: (1) Mendukung peningkatan produktiv itas padi
sawah dan jagung di Sumatera Barat telah dilakukan kegatan peningkatan produktiv itas padi
sawah dan jagung serta padi sawah oragnik; (2) Telah dilakukan pelatihan inovasi teknologi
padi sawah, jagung, sawah bukaan baru, budidaya salibu dan padi organik untuk PPL dan
anggota kelompok tani; (3) Monitoring dan pencatatan luas tambah tanam (LTT) padi sawah
pada 8 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat dilaksanakan dari bulan Januari sampai Desember
2016; (4) Telah diperbanyak dan disebarkan media cetak inovasi teknologi padi sawah dan
jagung untuk PPL dan petani serta stakeholder lainnya; (5)Untuk mendiseminasikan inovasi
teknologi telah dilakukan temu lapang dan temu teknis inovasi teknologi sawah bukaan baru,
dan (6) Identifikasi sumberdaya air untuk irigasi telah dilakukan dimana di Sumatera Barat
tercatat seluas 24.456 ha dapat mengairi sawah.
Gambar. Pendampingan dan Pengawalan Program UPSUS Mendukung
Swasembada Pangan di Sumbar
6. Pendampingan kalender tanam terpadu padi sawah, jagung dan kedelai di
Sumatera Barat
Sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh berbagai fenomena cuaca dan iklim yang
terjadi baik dalam skala temporal singkat (harian) sampai skala temporal bulanan (musim).
Faktor cuaca dan iklim dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
hal ini, salah satu contoh adalah pengaruh cuaca dan iklim terhadap perkembangan hama
dan penyakit tanaman yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses
produksi pertanian.Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor iklim berperan penting dalam
kegiatan budidaya pertanian terutama pada komoditas tanaman pangan. Dalam
antisipasinya diperlukan berbagai upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, dimana
Badan Litbang Kementan telah merilis peta kalender tanam terpadu (katam). Kegiatan
dilaksanakan dari Januari s/d Desember 2016 di Provinsi Sumatera Barat. Tujuan dari
kegiatan al: (a) Menyebarluaskan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu ke stakeholder
serta mengumpulkan umpan balik; (b) Mendukung proses penyusunan Sistem Informasi
Kalender Tanam Terpadu, (c) Melaksanakan monitoring ancaman dan kejadian bencana
serta penerapan rekomendasi teknologi, dan (d) Melaksanakan analisis dan litkajibangrap
terkait dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Pendekatan kegiatan dilakukan
melalui: (a) Kegiatan verifikasi mengumpulkan data yang meliputi data luas baku sawah,
rencana luas tanam, produktivitas padi sawah pada tahun sebelumnya, penyebaran varietas,
dosis pemupukan, daerah rawan bencana, tingkat serangan OPT, kondis i eksisting disetiap
wilayah, (b) Sosialisasi Kalender Tanam Terpadu ke dinas terkait di Provins i dan Kabupaten/
Kota di Sumatera Barat sampai tingkat penyuluh dan gapoktan, dan (c) Membuat bahan
diseminasi berupa poster mengenai SI Katam Terpadu, bahan diseminasi tersebut segera
didistribusikan ke dinas terkait di Provinsi dan Kabupaten/kota. Hasil pengkajian meliputi: (a)
Kegiatan advokasi kepada mitra kerja BPTP dalam hal ini Staklim Sicincin dan Stasiun GAW
Bukit Koto Tabang telah dilakukan dan mendapat respon yang sangat baik. Namun, rencana
tindak lanjut dari diskusi belum terlaksana dikarenakan terjadi pergantin kepemimpina di dua
unit kerja tersebut, (b) Kegiatan pendampingan Katam untuk tanaman padi, jagung dan
kedelai tahun ini telah mensosialisasikan materi tersebut kepada stakeholder sebanyak tujuh
kali tatap muka. Masih banyak masukan dari peserta sosialisasi untuk perbaikan Katam ke
depan. Sementara success story katam telah dipresentasikan oleh perwakilan tim GT Katam
di Thailand, (c) Bahan diseminasi dicetak berupa poster sebanyak 250 buah terkait
memahami katam dan 250 buah mengenai cara mengakses. Posterini didistribusikan ke
Dinas Pertanian dan penyulihan di 18 Kabupaten/ Kota di Sumatera Barat, sert Dinas terkait
di provinsi. Sementara untuk FGD ke pusat telah dilaksanakan sebanyak 2 kali, dan (d)
Monitoring bencana tahun ini memonitor bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT di
Sumatera Barat. Dan daerah yang mengalami dampak banjir, kekeringan terluas yaitu
Kabupaten Limapuluh Kota. Sementara serangan OPT hampir selalu ada sepanjang tahun di
hampir semua daerah.
Gambar Kegiatan pendampingan kalender tanam terpadu di Sumatera Barat.
5. 5.1.5.Kajian Teknis dan Ekonomis Mini Combine (Mico) Harvester untuk Menekan
Susut Hasil Panen Padi di Sumatera Barat
Mahalnya upah tenaga kerja untuk usahatani padi merupakan salah satu kendala
mencapai dan mempertahankan swasembada padi. Untuk itu perlu masukan teknologi mekanis
yang tepat guna, mampu menghemat tenaga kerja, biaya dan waktu, serta mudah untuk
diaplikasikan di tingkat petani maupun kelompok tani. Salah satu inovasi teknologi mekanis
mendukung usahatani padi adalah MINI COMBINE (MICO) HARVESTER hasil rekayasa Balai
Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP MEKTAN) Badan Litbang Pertanian.
Agar alsintan yang akan digunakan dan dikembangkan dapat menyebar di masyarakat,
maka perlu diuji lebih dahulu kinerja alat secara spesifik lokasi, dengan memperhatikan faktor
efisiensi yang bekaitan erat akan memberikan nilai tambah bagi petani dan pemakai alsintan.
Pengkajian untuk mengetahui kinerja teknis dan kelayakan ekonomis MINI COMBINE (MICO)
HARVESTER padi sawah telah dilakukan pada kawasan pengembangan padi sawah di Sumatera
Barat.Hasil pengkajian menunjukkan bahwa alat panen Mico Harvester mempunyai kapasitas
kerja pemanenan 0,0870 ha/jam di Kabupaten Sijunjung dan 0,0871 ha/jam di Kabupaten
Padang Pariaman. Efisiensi kerja alat adalah 71,90% di Kabupaten Sijunjung dan 72, 24% di
Kabupaten Padang Pariaman. Sedangkan biaya pokok pengoperasian Mico Harvester sebesar
Rp. 355.700/ha di Kabupaten Sijunjung dan Rp. 456.025/ha di Kabupaten Padang Pariaman.
Gambar .Minicombine harvester dan demonstrasi pemakaiannya di Kabupaten Sijunjung dan
Kabupaten Padang Pariaman.
Sasaran
4
Rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian
komoditas strategis
Target
1
Realisasi
1
%
100
7. Analisis kebijakan mendukung swasembada pangan berkelanjutan di Sumatera
Barat.
Kebijakan untuk pengembangan padi sawah adalah (a) meningkatkan luas tanam
(percepatan tanam dan cetak sawah), (b) meningkatkan produktiv itas. Strateginya adalah (a)
menggerakkan petani melakukan percepatan tanam dengan indikator peningkatan indeks
pertanaman (IP); (b) Perbaikan sistem ketersediaan air (perbaikan jaringan irigasi desa,
fasilitasi pompanisasi, kincir air dan pembuatan embung); (c) Fasilitasi alsintan terutama hand
tarktor, alat tanam dan alat panen; (d) Menjaga ketersediaan pupuk dan termasuk bantuan
pupuk dan benih dalam areal terbatas, (e) Pengembangan inovasi teknologi terutama teknologi
varietas, pupuk berimbang spesifik lokasi dan cara tanam legowo; dan (f) Pengembangan
Asuransi Usahatani Padi Sawah (AUTP). Tujuan adalah mengidentifikasi potensi dan kelemahan
berbagai instrumen kebijakan mendukung swasembada pangan dengan lokasi utama 3
kawasan pengembangan padi yaitu di Kabupaten Limapuluh Kota, Pesisisr Selatan dan
Dharmasraya, Sumatera Barat pada tahun 2016. Pengkajian dilakukan melalui beberapa tahap
yang meliputi: (a) Koordinasi dengan dinas/instansi terkait; (b) Desk study: perkembangan luas
tanam, panen, provitas, peroduksi, ketersediaan sarana dan prasarana; (c) Identifikasi lapang
(nara sumber petani/kelompok tani dan petugas): Kondisi ketersediaan prasarana dan sarana
produksi, perencanaan saprodi, penerapan inovasi utama (varietas unggul, benih bermutu, cara
tanam legowo, pemupukan berimbang), kecukupan air, IP, jarak panen ke tanam berikutnya,
persepsi petani terhadap inovasi, pengeloaan alsintan, pelaksanaan AUTP dan aspek sosial
ekonomi lainnya. Pengumpulan data dengan alat bantu penuntun wawancara. (d)FGD
(kelompok tani, petugas, dinas/intansi terkait). Hasil kajian menunjukkan bahwa: (a) Varietas
unggul nasional dominan digunakan petani adalah Cisokan, IR-42, IR-64, IR-66, Batang
Piaman dan varietas unggul lokal yaitu Anak Daro dan Junjuang. Mutu benih dicurigai kurang
baik karena sebagian besar 50-60% diperoleh dari pertanaman padi petani musim sebelumnya,
karena ketersediaan benih yang diinginkan terbatas dan bahkan tidak tersedia saat petani
membutuhkan. Kebutuhan benih umumnya tidak masuk dalam perencanaan kebutuhan sarana
produksi tingkat kelompok tani (RDKK); (b) Ketersediaan pupuk bersubsidi belum memenuhi
kebutuhan semua petani, karena perencanaan kebutuhan pupuk diusulkan melalui RDKK tidak
memasukan semua petani dalam WKPP penyuluh (ada petani anggota tidak aktif dan petani
tidak masuk anggota kelompok tani) dan juga tidak semua kelompok tani membuat RDKK.
Realisasi pupuk bersubsidi sesuai RDKK hanya rata-rata 75,0-85,0%. Persoalan lainnya adalah
waktu ketersediaan pupuk terlambat dan modal petani juga terbatas saat penagihan. Hal ini
mengakibatkan pupuk menumpuk di sebagian kios. Jumlah petani yang menerapkan
pemupukan berimbang relatif rendah, rata-rata hanya 50,0-85,0%. Bila membeli harga pupuk
non subsidi harganya mahal; (c) Penerapan inovasi cara tanam legowo oleh petani mulai
bekembang walaupun bervariasi antar kabupaten, seperti di Kabupaten Limapuluh Kota 20,0%,
Dharmasraya 40,0% dan di Pesisir Selatan 30,0%. Legowo diterapkan terutama pada kelompok
tani yang mendapat bantuan dari pemerintah. Kualitas tanam legowo rendah dan bervariasi
(6:1, 4:1, 2:1) antar petani dan antar kawasan, akibatnya manfaatnya belum terasa oleh
petani, terbukti tingkat keberlanjutannya rendah dengan berbagai alasan (repot, tambah tenaga
kerja dan peningkatan hasil tidak nyata). Tanpa disadari peningkatan hasil tidak nyata karena
luas garapan umumnya relatif sempit (<0,5ha/petani); (d) Jumlah alsintan terutama traktor
tangan relatif mencukupi dengan rasio luas tanam/traktor=32,0. Masalahnya distribusi tidak
merata antar kabupaten/kota. Manfaat fasilitasi traktor melalui kelompok sudah dimanfaatkan
oleh anggota, namun pengelolaan di kelompoktani kurang baik. Dari aspek teknis , ekonomis
dan sistem inevestasi berkelanjutan, kelompok tani belum menyisihkan sebagian sewa alat yang
diperhitungkan sebagai penyusutan agar pada saat umur ekonomis berakhir, kelompok bisa
membeli yang baru tanpa tergantung pada bantuan pemerintah; (e) Peningkatan luas tanam
dipengaruhi oleh ketersediaan air waku tanam dan kebiasaan petani jarak waktu antara panen
ke tanam berikutnya relatif lama. Pada sawah irigasi masa senggang antar MT 3-4 minggu dan
pada sawah tadah hujan 4 -16 minggu; (f) Asuransi pertanian tahun 2015/2016 merupakan
tahap pengenalan kepada masyarakat tani dengan sasaran utama adalah kelompok tani/petani
yang mendapat bantuan sarana/prasarana produksi dari pemerintah dalam kebijakan UPSUS;
(g) Luas tanam tahun 2016 turun 0,32% dibanding tahun 2015, luas panen tahun 2016 turun
0,85% dibanding tahun 2015, begitu juga rata-rata IP turun dari 216 tahun 2015 menjadi 215
tahun 2016; dan(h) Produksi tahun 2016 juga turun 0,86% karena luas panen turun 0,85%
dibanding tahun 2015 dengan perkiraan produktifitas tetap (5,025 t/ha) seperti tahun
2015.Guna mendukung peningkatan produksi padi sawah, beberapa saran bagi pemangku
kepentingan: Paket I: (1) Perbaikan sistem dan distribusi pengadaan pupuk bersubsidi
memerlukan pengawalan yang ketat. Renana kebutuhan pupuk kelompok tani (RDKK) sesuai
anjuran setempat, agar diajukan oleh setiap kelompok dan memaqsukkan semua petani dan
luas sawah di wilayah kerja penyuluh (WKPP). Antisipasi lemah modal, agar semua kelompok
tani bmodal lain yang ada di Nagari/desa/kelurahan untuk mendapatkan pinjaman modal
usaha; (2) Perbaikan dan membangun jaringan irigasi terutama pada sawah tadah hujan seluas
44.426 ha dan wilayah dominan tadah hujan yaitu kabupaten Pesisir Selatan 9.397ha,
Limapuluh Kota 7.716 ha dan Sijunjung 4.035 ha. (3) Perlu ada aturan bagi kelompok tani
penerima bantuan fisik seperti traktor terutama pemeliharaan dan pengelolaan ke arah sistem
investasi berkelanjutan. Kelompok memperhitungkan nilai penyusutan alat dari sewa, guna
mendidik kelompok tani/petani mandiri tidak tergantung dari bantuan. Hal yang sama juga ada
aturan bagi petani pemakai air dalam kelembagaan P3A, terutama untuk pemeliharaan jaringan
irigasi desa. (4) Untuk keberlanjutan Jarwo, pelatihan tenaga tanam manual dan operator alat
tanam perlu ditingkatkan dengan pendampingan yang serius oleh PPL; (5) PPl perlu didorong
untuk mengembangkan inovasi teknologi utama (Jarwo, pupuk berimbang dan varietas unggul)
diikuti dengan target luas penerapan dan dijadikan sebagai indikator kinerja penyuluh. Paket II:
AUTP perlu dikembangkan dan pihak Jasindo memperkuat jejaring dengan penyuluh pertanian
lapangan dan PHP untuk meningkatkan sosialisasi guna memotivasi petani ikut sebagai peserta
AUTP mandiri dengan premi Rp. 180.000/ha/MT. Untuk mempermudah administrasi, jangka
waktu asuransi diperpanjang minimal 2 musim tanam (1 tahun) dengan besaran premi 2 kali
lipat dan klaim tetap per musim tanam, terutama bagi petani pada hamparan/kawasan beresiko
tinggi: (a) Sawah-sawah yang berada pada pinggiran kiri-kanan DAS, pengalaman petani
menunjukkan bahwa berpeluang terjadinya banjir. (b) Sawah-sawah endemik serangan hama-
hama tertentu seperti tikus, walang sangit dan wereng. (c) Wilayah/kawasan yang sering
terjadi kekeringan seperti: wilayah sawah tadah hujan, dan wilayah-wilayah dimana sesuai sifat
iklim di daerah tersebut pada bulan-bulan tertentu sering kekeringan, debit air sungai turun,
sumur kering sehingga meskipun ada jaringan irigasi, tetapi sumber air yang tidak mampu
mensuplai air, semuanya dianjurkan masuk asuransi.
Sasaran
5
Benih sumber padi, jagung dan kedelai
Benih sumber padi, jagung
dan kedelai
Target
49 ton
Realisasi
53,12 ton
%
108,41
1. Perbanyakan Benih Padi Dan Jagung
Realisasi produksi benih padi sawah TA 2016 mencapai 44.175 kg yang terdiri dari
kelas Benih Dasar (BD)9.885 kg, dan Benih Pokok(BP) 34.320 kg, capain produksi benih padi
tersebut lebih tinggi sebesar 5.175 kg atau 13,27% dari target output 39.000 kg. Sebanyak
42.975 kg dari produksi benih padi yang dihasilkan telah dikuasai oleh UPBS dengan kuantitas
kelas Benih Dasar9.885 kg masing-masing adalah varietas Inpari 21 Batipuah 4.400 kg dan
Batang Piaman 5.455 kg, serta Benih pokok sebanyak 33.120 kg masing-masing adalah
varietas Inpari 21 Batipuah 14.890 kg, Batang Piaman 12.180 kg, Junjuang2.850 kg dan
Saganggam Panuah 3.200 kg. Serta 1.200 kg masing-masing varietas Inpari 13 dan Inpari 30
sebanyak 600 kg dengan kelas Benih Pokok dihibahkan pada kelompok penangkar Benih Putri
Kembar di Nagari Padang Gelugur, Kecamatan Rao, Kabupaten Pasaman untuk diperbanyak
sehingga diperoleh benih sebar untuk dikembangan disekitar Kabupaten Pasaman dan
Pasaman Barat. Dari produksi benih padi 44.175 kg telah distribusi sebanyak 27.701 kg yang
terdiri dari 5.305 kg kelas BD dan 22.396 kg kelas BP dengan nilai PNBP sebesar Rp
184.072.000, sehingga stok benih sampai 31 Desember 2016 adalah 16.474 kg yang terdiri dari
4.556 kg kelas BD dan 11.924 kg kelas BP dan bila dinilai adalah sebesar Rp 163.778.000.
Produksi benih jagung yang telah dicapai yaitu 8.953 kg atau 89,53 % dari target ouput
MT 2016 dengan kelas Benih Dasar (BD)yang terdiri dari varietas Lamuru 2.640 kg dan
Sukmaraga 6.313 kg. Tidak terpenuhinya output sesuai dengan target hal ini disebabkan pada
stadia vegetatif tanaman terinfeksi penyakit bulai sehingga populasi tanaman berkurang. Dari
produksi benih jagung 8.953 kg telah didistibusikan sebanyak 235 kg dengan nilai PNBP adalah
Rp 3.262.000. Stok benih jagung yang ada sekarang adalah 8.718 kg dan bila dinilai adalah
sebesar Rp 122.052.000.
Gabah dengan volume 5 kg disusun pada rak-rak
Gambar 7. Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP) dengan kantong ukuran 5
Kg
Sasaran
6
TSP (Taman Sains Pertanian)
TSP
Target
1 Prov
Realisasi
1 Prov
%
100
9. Pembangunan dan Pengembangan Taman Sains Pertanian (TSP)Lahan Kering
Dataran Tinggi Ikim Basah Sukarami Sumatera Barat
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015, Kementerian Pertanian
mendapat tugas untuk membangun lima (5) Taman Sains Pertanian (TSP) di areal Kebun
Percobaan milik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, salah satunya berlokasi di KP.
Sukarami BPTP Sumbar. TSP dilaksanakan pada lahan kering dataran tinggi iklim basah dengan
ketinggian 928 m dpl pada hamparan seluas lebih kurang 100 ha dengan tematik “Teknologi
Produksi Sayuran Organik Unggul”. Tujuan dari TSP Sukaram adalah: (a) Menginisiasi
pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana mendukung pelaksanaan kegiatan demplot
teknologi produksi sayuran organik unggul; (b) Menginisiasidemplot inovasi teknologi produksi
sayuran organik di lapangan; (c) Menginisiasi produksi pupuk organik dan bio-urin; (d)
Melaksanakan kegiatan diseminasi inovasi teknologi meliputi penulisan grand design, road map,
action plan, business plan, dan petunjuk teknis budidaya sayuran organik, sosialiasi, FGD
dengan stakeholder, serta melaksanakan pelatihan dan studi banding untuk budidaya sayuran
organik bagi pelaksana kegiatan penelitian, dan (e) Melaksanakan survei preferensi jenis
sayuran organik dan peluang pemasaran sayuran organik. Hasil penelitian menunukkan antara
lain: (1) Telah dilakukan pembangunan beberapa infrastruktur sarana dan prasarana
mendukung pembangunan dan pengembangan TSP Sukarami; (2) Telah dilakukan FGD,
sosialisasi dan penajaman kegiatan TSP Sukarami dengan Penanggung jawab dan tim teknis
kegiatan; (3) Telah dilakukan kegiatan diseminasi meliputi penyusunan dan perbanyakan grand
design, road map dan lainnya serta studi banding, pelatihan dan magang bagi pelaksana
kegiatan TSP Sukarami; (4) Telah dilakukan demplot budidaya sayuran organik di lapangan
dengan menerapkan model tumpangsari beberapa jenis sayuran seperti: wortel, bawang
merah, cabe, bawang daun, bayam, kangkung, caisin, selada, terung, tomat dan mentimun,
sebagian sayuran tersebut telah panen dan telah dipasarkan; (5) Pengolahan bio kompos dan
bio urin untuk media tanam budidaya sayuran organik juga telah dilakukan, dan (6) Survei
pasar sayuran organik menunjukkan bahwa terbuka peluang cukup besar untuk memasarkan
sayuran organik ke beberapa hotel berbintang dan rumah sakit di Padang dan Bukittinggi
dengan harga cukup kompetitif.
Gambar bangunan fisik mendukung pelaksanaan kegiatan TSP Sukarami
Gambar kegiatan pelaksanaan lapangan TSP Sukarami
Gambar kegiatan refocusing kegiatan TSP Sukarami dan pelatihan teknologi budidaya sayuran organik
Sasaran
6
TTP (Taman Teknologi Pertanaian)
TTP
Target
1 Kab
Realisasi
1 Kab
%
100
8. Pembangunan dan Pengembangan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Guguak Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat.
Salah satu terobosan yang diperkirakan efektif adalah dengan membangun “Pusat
Pengembangan Informasi Inovasi dan Pemberdayaan Masyarakat”.Lembaga ini merupakan
penjabaran dari kegiatan pembangunan “Techno Park” yang dikemas oleh Kementerian Riset dan
Bappenas. Rencananya, dalam waktu dekat akan dibangun 100 Techno Park, termasuk Agro
Techno Park (Taman Teknologi Pertanian/TTP) diseluruh Indonesia. Salah satu TTP telah
dilaksanakan di Kabupaten Lima Puluh Kota.TTP dilaksanakan di desa, dikelola oleh masyarakat
desa (petani) dengan fasilitasi aparat pemerintah dan narasumber dari Balai Penelitian dan
Perguruan Tinggi serta swasta terkait. Lembaga ini harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang
dibutuhkan sesuai dengan aktivitas yang akan dilakukan. semua fasilitas tentu diadakan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan. Salah satu TTP dilaksanakan di Nagari
Sungai Talang Kecamatan Guguak Kabupaten Limapuluh Kota yang dilaksanakan mulai tahun
2015 sampai 2017.Komoditas utama yang dikembangkan adalah: kakao hulu hilir, produksi benih
jagung hibrida, sapi dan itik dengan pola keterpaduan antara komoditi. Tujuan dari TTP adalah:
(a) Membangun tambahan infrastruktur sarana dan prasarana mendukung pembangunan dan
pengembangan TTP Guguak; (b) Melaksanakan demplot inovasi teknologi komoditas unggulan;
(c) Melakukan pengembangan usahatani dan usaha produk olahan serta adopsi inovasi
teknologi komoditas unggulan mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan
masyarakat; (d) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan dan magang
imovasi teknologi komoditas unggulan, dan (e) Melakukan pembinaan aktifitas kelembagaan
mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat. Ruang lingkup kegiatan sebagai berikut: FGD;
Pembangunan tambahan sarana dan prasarana serta peralatan yang dibutuhkan; Demplot
inovsi teknologi komoditas utama; Pengolahan produk olahan kakao; Peningkatan kualitas
sumberdaya manusia melalui pelatihan, magang dan penerbitan media cetak; Pembinaan
kelembagaan, dan Temu lapang. Haslil penelitian menunjukkan antara lain: (1) Kegiatan
tambahan sarana dan prasarana telah selesai dilaksanakan antara lain pemasukan Listrik PLN
dan tambahan sarana pendukung TTP lainnya telah selesai dilaksanakan; (2) Kegiatan FGD,
sosialisasi, pelatihan dan magang siswa SMK; (3) Kegiatan displai inovasi teknologi budidaya
kakao, jagung, itik dan sapi telah dilaksanakan pada lokasi displai ataupun pada lahan petani,
dimana dilakukan tumpangsari antara kakao dengan jahe; (4) Personil kelembagaan BUMNag
perlu diakukan reposisi kepengurusan untuk diharapkan kelembagaan tersebut bisa mandiri,
dan (5) Produk olahan kakao telah berjalan dan perlu dilakukan pengurusan PIRT dan BPOM
untuk dipasarkan.
Gambar Bagunan fisik TTP Guguak tahun 2016
Gambar. Rangkaian kegiatan di TTP Guguak, keragaan kakao unggul BL-50 serta produk
olahan kakao dihasilkan oleh TTP Guguak
Sasaran
7
Dukungan manajen pengkajian dan percepatan
diseminasi inovasi teknologi pertanian
Target
8 kegiatan
Realisasi
8 kegiatan
%
100
1. Pengelolaan Kebun Percobaan Perbanyakan Tanaman Perkebunan, Pangan Dan
Hortikultura Di Kp Sitiung.
Dari pelaksanaan pembibitan batang bawah karet telah dilaksanakan dua tahap
pembibitan persemaian awal pendederan pada bulan Februari 2016 di rumah kawat sebanyak
5.000 biji yang berasal dari klon PB 260 dari Puslit Sungai Putih Medan dan telah berhasil
dipindahkan ke lapangan (pembibitan kedua) sebanyak 3.000 batang dan diharapkan
semuanya dapat diokulasi untuk dapat dijadikan bibit karet siap salur, dimana pertumbuhannya
saat ini sangat baik dan telah mencapai tinggi rata-rata 322 cm dari permukaan tanah dan telah
memiliki lingkaran batang (untuk siap diokulasi) sekitar 5,6 cm.
Pertumbuhan duku unggul hasil penelitian DRN Balitbu Tropika Solok tahun 2011 yang
dikembangkan di KP Sitiung saat ini telah ditanam di lapangan sebanyak 400 batang dan telah
mempunyai ketinggian rata-rata 325,8 cm dengan diameter batang 20,8 cm.
Tanaman jeruk keprok tumbuh baik dan berkembang di KP Sitiung, yang saat ini telah
berumur 42 bulan dan rata-rata telah mencapai ketinggian 455 cm dari permukaan tanah
dengan lingkaran batang rata-rata 28,5 cm.
Pertumbuhan tanaman sawit TBM 1 lokasi integrasi sapi sawit di KP Sitiung saat ini
telah berumur 16 bulan. Pertumbuhan tanaman cukup baik dengan ketinggian rata-rata 230,6
cm dengan jumlah pelepah daun 27,8 helai/batang dan lingkaran pangkal batang bawah
(bonggol) sekitar 92,8 cm.
2. Pengelolaan Kebun Percobaan Rambatan
Kegiatan pengelolaan KPRambatan dengan penanaman dan pemeliharaan beberapa jenis
tanaman buah yaitu: Tanaman sirsak 525 batang,durian 2 batang,manggis 2 batang,jambu biji
15 batang, alpokat 20batang sudah di lakukan pemeliharaan dan pengendalian hama
penyakitnya, pada tahun 2016 ada penambahan tanaman buah yaitu: jagung manis, jeruk
gunung omeh 50 batang, buah naga 35 batang serta jeruk siam keprok 250 batang (revitalisasi
kebun).
3. Pengelolaan Kebun Percobaan Sukarami
Dari pelaksanaan kegiatan pemelihraan aset plasma nutfah (SDG) di KP. Sukarami tahun 2016
dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :
Bertambahnya koleksi SDG sebagai tempat pembelajaran bagi petani dan pengguna lainnya
secara berkesinambungan
Meningkatnya ketersediaan informasi inovasi teknologi tanaman buah-buahan, perkebunan,
tanaman pangan, hortikultura, tanaman hias,HMT dan ternak dalam bentuk percontohan di
lapangan kepada pengambil kebijakan, petani, pelaku agribisnis dan pengguna lainnya.
Meningkatnya hasil dari perbanyakan koleksi SDG yang mempunyai nilai jual sebagai
pendapatan kebun percobaan berupa PNBP, termasuk juga nilai jual dari limbah (produk
samping) berupa pupuk organik padat dan cair serta biogas.
Banyaknya gangguan dan ancaman terhadap aset SDG di KP. Sukarami menyebabkan
pemeliharaan belum bisa optimal.
IV. PENUTUP
Kegiatan penelitian, pengkajian dan diseminasi yang dilaksanakan pada tahun 2016 mendapat
dukungan pendanaan dari APBN. BPTP Balitbangtan Sumatera Barat pada tahun 2016 ini
mengacu kepada 14 program dalam Rencana Aksi BBP2TP. Program tersebut terdiri dari satu
program utama, yaitu: Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing, dengan sub
program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian dengan 14
kegiatan utama, yaitu: (1) Pengkajian teknologi unggulan spesifik lokasi; (2)Jumlah model
Pengembangan inovasi pertanian bio-industri spesifik lokasi; (3) Jumlah rekomendasi kebijakan
pembangan pertanian; (4) Jumlah teknologi yang didesiminasikan ke pengguna l;
(5)Pengembangan kerjasama nasional dan internasional dalam pengkajian dan pendayagunaan
inovasi pertanian; (6) Koordinasi dan sinkronisasi operasional pengkajian dan pengembangan
inovasi pertanian; (7) Penyediaan petunjuk pelaksanaan (juklak)/petunjuk teknis (juknis)
pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian; (8) Penguatan manajemen perencanaan dan
evaluasi kegiatan serta adminstrasi institusi; (9) Peningkatan kualitas manajemen institusi; (10)
Pengembangan kompetensi SDM; (11) Peningkatan pengelolaan Laboratorium; (12)
Peningkatan pengelolaan kebun percobaan; (13) Peningkatan penangkaran usaha pengelolaan
benih sumber; dan (14) Peningkatan pengelolaan website dan database.
Persentase pencapaian rencana tingkat capaian (target) masukan (input) Sumber Daya Manusia
(SDM) yang terlibat dalam kegiatan penelitian, pengkajian, diseminasi, dan kegiatan lain secara
keseluruhan adalah sebesar 102.71 %. Capaian tertinggi (133.33%) pada kegiatan
pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional, sedangkan realisasi keluaran
(output) dan hasil (outcomes) kurang dari target yang ditetapkan terjadi pada kegiatan
Produksi benih sumber (65,67%).. Hal ini disebabkan karena m asih ada beberapa kegiatan
yang belum panen karena ditanam ulang akibat tanaman pertama mengalami kekering.
Meskipun tidak mencapai realisasi 100%, persentase pencapaian rencana tingkat capaian
(target) realisasi keuangan termasuk relatif tinggi, yaitu mencapai (98,29 %).
Tingginya capaian realisasi ini antara lain disebabkan bersinerginya peneliti, penyuluh, litkayasa,
dan staf administrasi/keuangan secara baik dan profesional sebagai penanggung jawab
kegiatan maupun sebagai anggota tim ataupun sebagai pelaksana administrasi/keuangan.
Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) yang dilakukan oleh tim monev BPTP Sumatera
Barat secara berkala berupa monev ex-ante, on-going, dan ex-post juga merupakan salah satu
kunci tingginya capaian realisasi tersebut. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah
terintegrasinya beberapa kegiatan seperti pendampingan dan pengawalan program UPSUS,
(padi, jagung, dan ATP), PUAP, PSDS/K, dan Pengembangan Kawasan Hortikultura. Dukungan
yang cukup besar dari dinas/instansi terkait baik di pusat maupun di daerah juga merupakan
salah satu faktor penyebab keberhasilan capaian ini. Selain itu, besarnya perhatian dan
dukungan dari Kepala BPTP Balitbangtan Sumatera Barat dan unit kerja di lingkup BPTP
Balitbangtan Sumatera Barat kepada tim pelaksana kegiatan penelitian, pengkajian, dan
diseminasi mulai dari perencanaan kegiatan sampai pelaporan hasil kegiatan juga merupakan
faktor penting penyebab tingginya capaian ini. Kondisi yang kondusif ini perlu dipertahankan
dan ditingkatkan dimasa mendatang melalui konsistensi dalam menjalankan segala ketentuan,
komitmen, dan kebijakan yang telah disepakati bersama.