web viewperancangan ulang tata letak produksi di usaha dagang (ud) margasari. skripsi. disusun oleh...
TRANSCRIPT
PERANCANGAN ULANG TATA LETAK PRODUKSI DI USAHA DAGANG (UD) MARGASARI
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Nama : M. Dicky Maulana
Nim : H1F112204
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
TERIMAKASIH KEPADA
Mahasiswa
Rektor Universitas Lambung Mangkurat
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Humas
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul
Arifin, M.Sc
Kepala Prodi Teknik Mesin
Achmad Kusairi S, ST,. MT., MM.
Wakil Rektor Bidang Akademik
Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M,Sc
Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan
Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.d
Dosen Pengampuh
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah Amd. Hyp, ST,M.Kes.
Dekan Fakultas Teknik
Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST., MT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sistem manufaktur berdampak pada persaingan
perusahaan yang cukup ketat. Hal ini diperlukan strategi dari segala aspek
termasuk aspek produk, proses dan jadual. Permasalahan industri tidak hanya
menyangkut seberapa besar investasi yang harus ditanam, sistem dan
prosedur produksi, pemasaran hasil produksi dan lain lain, namun menyangkut
pula dalam hal perencanaan fasilitas. Baik permasalahan lokasi fasilitas
maupun menyangkut rancangan fasilitas. Perancangan fasilitas meliputi
perancangan sistem fasilitas, tata letak pabrik dan sistem penanganan material
(pemindahan bahan). Diantara ketiga aktivitas perancangan fasilitas di atas
mempunyai keterkaitan yang sangat erat sehingga dalam proses perancangan
perlu dilakukan secara integral. Tata letak yang baik adalah tata letak yang
dapat menangani sistem material handling secara menyeluruh
(Wignjosoebroto.S, 1996).
Sistem material handling yang kurang sistematis menjadi masalah yang
cukup besar dan menggangu kelancaran proses produksi sehingga
mempengaruhi sistem secara keseluruhan untuk menangani masalah tersebut
perlu melakukan tata letak fasilitas yang memenuhi syarat ditinjau dari
beberapa aspek. Saat ini kondisi layout fasilitas produksi di perusahaan
mengalami kendala dalam hal jarak pemindahan bahan baku (material
handling) yang kurang efisien. Seperti dalam proses produksinya terdapat
aliran pemindahan bahan yang berpotongan (cross movement) dikarenakan
tata letak mesin yang kurang teratur sehingga dapat mengakibatkan proses
produksi terganggu, jarak antar departemen produksi yang cukup jauh
sehingga dapat menimbulkan ongkos material handling yang cukup besar.
Oleh karena itu perlu adanya suatu pertimbangan bagaimana membuat atau
mengubah tata letak fasilitas yang lebih efektif dan efisien. Penerapan model
simulasi diharapkan dapat membantu manajemen dalam melakukan analisis
terhadap rencana-rencana penataan ulang (relayout) fasilitas produksi di masa
yang akan datang.
Peneliti ingin mencoba membuat perancangan ulang tata letak UKM
pada bahan batako yang dapat dilihat dari penempatan mesin, bahan baku
mentah, barang jadi dan fasilitas yang tidak beraturan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang dikelola oleh kelompok
masyarakat Hampir diseluruh lokasi dikota besar mudah menemukan UKM
bahkan hingga ke pingiran kota dan pedesaan. UKM mempunyai peran yang
strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, sebab selain memberi
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional juga dapat menyerap
tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Usaha kecil menengah (UKM)
umumnya masih melakukan pencatatan atas transaksi yang dilakukan
menyangkut jumlah barang yang masuk (dibeli) dan yang keluar (dijual). jadi
di sini peneliti ingin menata ulang tata letak dari (UKM) yang peneliti teliti
Berdasarkan masalah di atas maka peneliti mengambil judul
Perancangan ulang tata letak produksi di Usaha Dagang (UD) Margasari
yang diharapkan nantinya penelitian ini berguna untuk sebagai pertimbangan
dalam melakukan perbaikan tata letaknya
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, adapun
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara perancangan
ulang tata letak UKM Batako dan Gorong-Gorong di UD.Margasari
1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah agar pelaksanaan
serta hasil yang diperoleh sesuai dengan pelaksanaannya. Adapun batasan
masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini dilakukan di UD Margasari di Jl.Indrasari Banjarbaru
b. Penelitian ini saya mau perancangan ulang tata letak pada UKM di Usaha
dagang (UD) Margasari
c. Komposisi Batako dan Gorong-Gorong tidak di teliti
d. UD.Margasari memproduksi Batako dan Gorong-Gorong
1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah utuk merancang ulang dari
tata letak UKM Batako dan gorong-gorong suatu wilayah tersebut yang bahan
tersebut batako (study kasus) Usaha Dagang(UD) Margasari yang berada di
Jl.Indrasari Banjarbaru.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat bagi beberapa pihak yang terkait di
dalamnya, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti: Penelitian ini memberikan manfaat bagi Peneliti untuk
merancangan ulang tata letak untuk tempat pengolahan Batako di Usaha
Dagang (UD) Margasari Jl.Indrasari Banjarbaru
b. Bagi Program Studi Teknik Mesin: Hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi tambahan bagi aktivitas akademik Program Studi Teknik Mesin
Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan dalam hal menata
ulang tata letak dalam proses pembuatan Batako
c. Bagi Perusahaan: Penelitian tentang perancangan ulang tata letak pada
bagian pengolahan pada Usaha Dagang(UD) Margasari dapat dijadikan
bahan pertimbangan atas masukan-masukan tentang hal di atas.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Batako
Batako adalah campuran antara semen agregat, dan air dengan atau
tanpa bahan tambahan. Batako yang dihasilkan oleh industri kecil pada
umumnya adalah batako padat. Batako tersebut dilihat secara langsung
menunjukkan kualitas yang cukup baik dengan permukaan yang mulus. Dari
hasil peninjauan di lapangan menunjukkan adanya perbedaan hasil yang
dicapai antara industri kecil dan industri rumah tangga dalam hal jumlah batako
yang dihasilkan dalam satu zak semen. Batako yang dihasilkan oleh industri
kecil bervariasi antara 90-120 buah sedangkan pada industri rumah tangga
bervariasi antara 60-80 buah batako. Dengan adanya perbedaan jumlah
batako yang dihasilkan dalam satu zak semen akan memberikan perbedaan
kuat tekan yang mana jumlah batako yang dihasilkan lebih banyak memiliki
nilai kuat tekan yang lebih kecil dibandingkan jumlah batako yang dihasilkan
lebih sedikit. Adapun gambar Produk Batako dapat terlihat pada Gambar 2.1.
di bawah ini
Gambar 2.1. Produk Batako
Adapun proses produksi batako dan paving block adalah sebagai
berikut:
a. Pasir diayak untuk mendapatkan pasir yang halus.
b. Pasir tanpa diayak dan semen diaduk sampai rata dan setelah rata
ditambahkan air.
c. Adonan pasir, semen dan air tersebut diaduk kembali sehingga didapat
adukan yang ratadan siap dipakai.
d. Adukan yang siap dipakai ditempatkan di mesin pencetak batako dengan
menggunakan sekop dan di atasnya boleh ditambahkan pasir halus hasil
ayakan (bergantung pada jenis produk batako yang akan dibuat).
e. Dengan menggunakan lempengan besi khusus tersebut dipres/ditekan
sampai padat dan rata.
f. Batako mentah. yang sudah jadi tersebut kemudian dikeluarkan dari
cetakan dengan cara menempatkan potongan papan di atas seluruh
permukaan alat cetak.
g. Berikutnya alat cetak dibalik dengan hati-hati. Skala produksi dan
keunggulan produk akhir sehingga batako mentah tersebut keluar dari alat
cetaknya.
h. Proses berikutnya adalah mengeringkan batako mentah dengan cara
diangin-anginkan atau di jemur di bawah terik matahari sehingga didapat
batako/ paving block yang sudah jadi.
2.2. Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Batako
Ada beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan batako.
Keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan batako adalah tiap m2
pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan
dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif terdapat suatu
pengurangan. Pembuatan mudah dan dapat dibuat secara sama. Ukurannya
besar, sehingga waktu dan ongkos juga lebih hemat. Khusus jenis yang
berlubang dapat befungsi sebagai isolasi udara. Apabila pekerjaan rapi, tidak
perlu diplester. Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang
membutuhkan potongan. Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air.
Sedangkan kerugian pemakaian batako adalah sebagai berikut: Karena proses
pengerasannya membutuhkan waktu yang cukup lama (3 minggu), maka butuh
waktu yang lama untuk membuatnya sebelum memakainya. Bila diinginkan
lebih cepat mengeras perlu ditambah dengan semen, sehingga menambah
biaya pembuatan (Ridho Suryawaldi, 2014)
2.3. Gorong-Gorong
Gorong-gorong adalah sebuah bangunan air yang dibangun melintas di
bawah tubuh sebuah jalanan tegak lurus pada sumbu jalan. Dalam
perencanaan sebuah jalan untuk lalu lintas kendaraan, lokasi tubuh jalan
tersebut biasanya pada sebidang tanah yang memiliki permukaan tanah
dengan kemiringan tertentu atau sebuah lereng, sehingga air hujan yang jatuh
di atasnya akan mengalir ke permukaan tanah yang lebih rendah. Dengan
dibangunnya sebuah jalan di atas lereng itu, maka aliran air hujan tersebut
akan terhalang dan bila tidak disediakan gorong-gorong dalam jumlah yang
cukup limpasan akan terjadi. Gorong-gorong adalah sebuah saluran dibawah
tubuh jalan tersebut yang berfungsi untuk mengalirkan air hujan tadi dari sisi
yang satu ke sisi yang lain dari jalan.
Manfaat gorong-gorong tentunya sangat banyak bagi kehidupan
manusia. Gorong-gorong merupakan salah satu solusi pemaksimalan lahan
yaitu bangunan yang mampu mengalirkan air di bawah permukaan tanah
sehingga bagian atasnya masih bisa dipakai untuk jalan raya dan lain-lain.
Adanya gorong-gorong juga sangat bermanfaat untuk menanggulangi
banjir karena air tidak hanya dialirkan lewat sungai namun juga melewati
gorong-gorong.
Gambar 2.2. Produk Gorong-gorong
2.4. Tata Letak Fasilitas
Tata letak atau layout UKM merupakan salah satu masalah yang
sangat Penting karena tata letak sangat berpengaruh terhadap efisiensi
operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki berbagai implikasi strategis
karena tata letak menentukan daya saing.
UD (Usaha Dagang) dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya
dan mutu kehidupan kerja Sistem tata letak memegang peranan yang sangat
penting dalam perencanaan suatu UKM Dari hasil pengamatan, tata letak UKM
dapat mereduksi biaya pemindahan bahan (material handling). Dengan
demikian jelaslah bahwa perencanaan tata letak UKM atau tata letak fasilitas
UKM akan berkaitan erat dengan perencanaan proses pemindahan bahan
Perencanaan tata letak UKM tidak bisa mengabaikan signifikasi dari
aktifitas pemindahan bahan dan juga sebaliknya, tidak mungkin menerapkan
sistem pemindahan bahan secara efektif tanpa memperhatikan tata letak
fasilitasnya (Wignjotosoebroto, 1996).
2.5. Perancangan Tata Letak UKM
Pengertian desain suatu pabrik (Plant Design) dengan pengaturan tata
letak Lokasi (Plant Layout) seringkali membingungkan dan diartikan sama.
Kedua istilah ini sebenarnya mempunyai arti yang berbeda, meskipun ada
kaitannya satu dengan yang lain. Istilah Plant Design mempunyai pengertian
yang lebih luas, yaitu meliputi:
a. Penentuan Lokasi
b. Seluruh Perencanaan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang di butuhakan dari lokasi
Selanjutnya sengan tata letak UKM akan dilakukan perencanaan dan
pengaturan tata letak lokasi guna menunjang kelancaran proses produksi
secara optimal (Wignjotosoebroto, 1996)
2.6. Peta Aliran Proses
Peta Aliran Proses merupakan suatu diagram yang menunjukkan
urutan yang urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan
penyimpanan yang terjadi selama satu proses berlangsung, serta di dalamnya
memuat pula informasi informasi diperlukan untuk analisa seperti waktu yang
dibutuhkan dan jarak perpindahan.
Kegunaan peta aliran proses:
a. Mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai awal sampai aktivitas
akhir
b. Memberikan informasi waktu penyelesain proses
c. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan/orang.
d. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses/metode kerja:
Eliminasi operasi-operasi yang tidak perlu
Eliminasi aktivitas handling yang tidak efesien
Mengurangi jarak perpindahan dari satu operasi ke operasi yang lain
Mengurangi waktu yang terbuang karena menunggu
Menunjukan operasi-operasi yang kemungkinan bisa di gabung
Menunjukan operasi-operasi/pemeriksa yang berlebihan
2.7. Perbedaan Peta Aliran Proses dan Peta Proses operasi
Ada dua hal utama yang membedakan antara peta proses operasi
dengan peta aliran proses, yaitu:
a. Peta Aliran Proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasar,
termasuk transportasi, menunggu dan menyimpan. Sedangkan pada Peta
Proses Operasi, terbatas pada operasi dan pemeriksaan.
b. Pada Peta Aliran Proses menganalisa setiap komponen yang diproses
secara lebih lengkap dibanding Peta Proses Operasi, dan memungkinkan
untuk digunakan untuk setiap proses
c. Peta aliran proses tidak bisa di gunakan untuk menggambarkan proses
perakitan secara keseluruhan (hanya untuk menganalisa salah satu
komponen dari produk yang di rakit) (Sutalaksana, 1979).
2.8. Macam-Macam Peta Aliran Proses
Peta proses operasi memiliki macam-macamnya, dibawah ini adalah
macam dari peta aliran proses sebagai berikut:
a. Peta Aliran Proses tipe bahan
Peta Aliran Proses tipe bahan adalah suatu peta yang meggambarkan
kejadian yang dialami bahan dalam suatu proses operasi.
b. Peta Aliran Proses tipe orang
Peta Aliran Proses tipe orang adalah suatu peta yang menggambarkan
suatu proses dalam bentuk aktivitas-aktivitas manusia atau operator. Peta
AliranProses tipe orang dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: peta aliran
proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja seorang operator, peta
aliran Proses pekerja yang menggambarkan aliran sekelompok manusia, atau
sering disebut peta proses kelompok kerja.
Kegunaan peta aliran proses yaitu digunakan untuk mengetahui aliran
bahan atau aktivitas orang mulai dari awal suatu proses sampai aktivitas
terakhir. Dapat memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu
produk. Digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau
yang dilakukan oleh orang selama proses berlangsung. Sebagai alat untuk
melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja (Sritomo,2008).
2.9. Peta Proses Kelompok Kerja
Peta Proses Kelompok Kerja merupakan Peta Aliran Proses pekerja
yang menggambarkan aliran sekelompok manusia dalam melakukan proses
operasi kegunaannya yaitu: mengurangi ongkos produksi atau proses,
mempercepat waktu penyelsaian produksi atau proses. Peta ini bisa digunakan
dalam suatu tempat dimana untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
memerlukan kerjasama yang baik dari sekelompok kerja.
Jenis pekerjaan atau tempatkerja yang mungkin memerlukan analisis
melalui peta proses kelompok kerja ialah misalnya pekerjaan-pekerjaan
pergudangan, pemeliharaan, atau pekerjaan-pekerjaan pengangkutan material
dan lain sebagainya. Peta ini digunakan sebagai alat untuk menganalisis
aktivitas kelompok kerja (Sutalaksana, 1979)
2.10. Diagram Aliran
Diagram Aliran merupakan suatu gambaran menurut skala dari
susunan lantai dan gedung, yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas
yang terjadi dalam Peta Aliran Proses. Kegunaannya yaitu lebih memperjelas
suatu Peta Aliran proses, apalagi jika arah aliran merupakan faktor yang
penting dan menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja.
Beberapa prinsip dalam pembuatan Diagram Aliran, sebagai berikut:
a. Membuat kepala judul Diagaram Alir yang diikuti oleh identifikasi lainnya
seperti nama pekerjaan yang dipetakan, tanggal dipetakan, nomor peta,
cara sekarang atau usulan dan nama pembuat peta.
b. Mengidentifikasi setiap aktivitas dengan lambang dan nomor yang sesuai
dengan Peta Aliran Proses.
c. Arah gerakan dinyatakan oleh anak panah kecil yang dibuat secara periodic
sepanjang garis aliran (Sutalaksana, 1979).
2.11. Peta Pekerja dan Mesin
Peta Pekerja dan mesin merupakan suatu grafik yang menggambarkan
koordinasi antar waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi anatara
pekerja dan mesin. Peta ini juga merupakan alat yang digunakan untuk
mengurangi waktu menganggur. Kegunaannya yaitu: mengetahui hubungan
yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang
digunakan, dapat meningkatkan efektivitas penggunaan dan perbaikan
keseimbangan kerja (Sutalaksana, 1979).
Fungsi dari peta pekerja dan mesin: Mengetahui hubungan antara
waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditangani, sehingga dapat
memperbaiki keseimbangan kerja dan meningkatkan efektifitas penggunaan
pekerja mesin.
Peningkatan efektifitas penggunaan dan perbaikan keseimbangan kerja
pekerja dan mesin:
a. Merubah tata letak tempat kerja
b. Mengatur kembali gerak-gerak kerja
c. Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau menambah mesin untuk
seorang pekerja
2.12. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan merupakan suatu alat dari studi
gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang efisien, yaitu gerakan-
gerakan yang memang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Peta
ini menggambarkan semua gerakan-gerakan saat bekerja dan waktu
menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan ketika
melakukan suatu pekerjaan. Kegunaannya yaitu: menyeimbangkan gerakan
kedua tangan dan mengurangi kelelahan, menghilangkan atau mengurangi
gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif, sebagai alat untuk
menganalisa tata letak stasiunkerja, sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru
dengan cara kerja yang ideal (Sutalaksana, 1979).
Kegunaa peta tangan kiri dan tangan kanan:
a. Alat untuk menanalisa dan memperbaiki tata letak suatu stasiun kerja
b. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan
c. Menghilangkan atau mengurangi gerakan yang tidak efisien dan tidak
produktif sehingga akan mempersingkat waktu kerja
d. Alat untuk melatik pekerjaan baru, dengan cara kerja yang ideal (penuntun
bagi pekerja baru
2.13. Peta Proses Operasi
Peta Proses Operasi merupakan suatu diagram atau suatu peta yang
menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan baku
mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai
menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat
informasiinformasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut. Jadi, dalam
suatu peta proses operasi yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan operasi
dan pemeriksaan saja (Sutalaksana, 1979).
Kegunaan Peta Proses Operasi yiatu untuk memberikan informasi-
informasi yang dicatat melalui peta proses operasi dapat diperoleh beberapa
manfaat diantaranya dapat mengetahui kebutuhan mesin dan
penganggarannya, dapat memperkirakan kebutuhan akan bahan baku,
sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik, sebagai alat untuk melakukan
perbaikan cara kerja yang dipakai, sebagai alat untuk latihan kerja, dan lain-
lain (Sutalaksana,1979).
Sebelum membuat peta proses operasi terdapat prinsip-prinsip yang
harus terlebih dahulu. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
A. Membuat kepala judul “Peta Proses Operasi” yang diikuti oleh identifikasi
serta lainnya seperti nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan,
dan nomor peta.
B. Material yang akan diproses diletakkan diatas garis horizontal, yang
menunjukkan bahwa material tersebut masuk kedalam proses.
C. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan
terjadinya perubahan proses.
D. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan sesuai dengan
urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau
secara berurutan sesuai dengan proses yang terjadi.
E. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara
tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi
(Sutalaksana,1979).
Agar diperoleh gambar peta proses operasi yang baik, gambar peta.
Pada bagian produk yang paling banyak memerlukan operasi sebaiknya
dipetakan terlebih dahulu, dan ini dilakukan pada bgaian peta sebelah kanan.
Secara sketsa, prinsip-prinsip pembuatan peta proses operasi ini dapat dilihat
pada gambar 2.2 di bawah ini (Sutalaksana, 1979)
Gambar 2.3. Prinsip pembuatan Peta Proses Operasi
Keterangan:
W = Waktu yang dibutuhkan untuk suatu operasi atau pemeriksaan.
O – N = Nomor urut untuk kegiatan operasi tersebut.
I – N = Nomor urut untuk kegiatan pemeriksaan tersebut.
M = Menunjukkan mesin atau tempat dimana kegiatan tersebut
dilaksanakan.
2.14. Metode Activity Relationship Chart (ARC)
Tahapan-tahapan yang perlu dilalui dalam teknik konvensional terdiri
atas tiga bagian, yaitu tahap analisis tingkat hubungan atau kedekatan,
perencanaan kebutuhan luas lantai, dan tata letak akhir. Ada tiga bagian
utama perancangan tata letak pabrik yang di rinci sebagai berikut (Hadiguna
dan Setiawan, 2008).
A. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang telah didefenisikan sebagai
fasilitas-fasilitas pabrik
B. Menyiapkan lembaran Activity Relationship Chart (ARC) dan
mengisinya dengan nama-nama fasilitas yang telah ditetapkan
C. Merumuskan alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar bahwa fasilitas
dapat didekatkan atau harus dijauhkan
D. Memberikan penilaian berdasarkan sistem penilaian yang telah disepakati
E. Merangkum hasil penilaian ARC kedalam work sheet
F. Menyiapkan Block Template sejauh fasilitas yang akan dirancang tata
letaknya
G. Menyusun Activity Relationship Diagram (ARD) berdasarkan tingkat
hubungan
H. Menyiapkan Area Template berdasarkan kebutuhan luas lantai setiap
fasilitas
I. Membuat Area Allocating Diagram (AAD) sebagai tata letak akhir
rancangan
Menurut Sritomo (2009), sistem penilaian dalam Activity Relationship
Chart (ARC), umumnya menggunakan tipe huruf sebagai berikut:
A = Mutlak perlu didekatkan
E = Sangat penting untuk didekatkan
I = Penting untuk didekatkan
O = Cukup/biasa
U = Tidak penting
X = Tidak dikehendaki berdekatan
Nilai A, E, dan I menunjukan rengking penilaian tertinggi sampai terendah,
pasangan fasilitas harus berdekatan dengan nilai tingkat hubungan A.
artinya, sangat banyak alasan mengharuskan sepasang fasilitas harus
berdekatan dibandingkan dengan nilai tingkat hubungan E, demikian
seterusnya untuk I. pada tingkat hubungan berjauhan, nilai tingkat hubungan
X diberikan apabila sangat banyak alasan yang mengharuskan pasangan
fasilitas harus dijauhkan. Demikian seterusnya untuk nilai tingkat hubungan
U yang lebih rendah dari X (Hadiguna Setiawan 2008)
Tabel 2.1. Alasan Tingkat Hubungan
Kode Alasan
1. Urutan aliran bahan
2. Membutuhkan area yang sama
3. Intesitas hubungan dokumen dan personalia yang sama4. Debu dan bising
5. Bau dan kotor
Alasan-alasan nomor 1 sampai nomor 3 menunjukan tingkat hubungan
kedekatan antara pusat kegiatan. Sebaliknya, alasan-alasan nomor 4 sampai
nomor 5 menunjukan tingkat hubungan untuk dijauhkan. Berdasarkan alasan-
alasan di atas, untuk proses perancangan dilakukan penilaian terhadap setiap
pasangan fasilitas. Langkah awal pengisian ARC adalah mengidentifikasi
hubungannya. Pada contoh, ada 3 (tiga) alasan tingkat kedekatan. Dengan
demikian, perancang akan memberikan nilai A apabila ada 3 alasan yang
memenuhi hubungan pasangan pusat kegiatan, nilai E apabila ada 2 alasan,
dan nilai I apabila hanya 1 alasan. Demikian halnya dengan tingkat hubungan
berjauhan, dalam kasus ini ada 2 (dua) alasan. Artinya, perancang
memberikan nilai X pada pasangan pusat kegiatan apabila memiliki 2 alasan,
sedangkan nilai U apabila hanya ada 1 alasan yang memenuhi. Berikut adalah
hasil penelaian secara keseluruhan dengan menggunakan (Activity
Relationship Chart) ARC (Hadiguna Setiawan 2008)
2.15. Pembobotan Kedekatan
Metode pembobotan kedekatan merupakan metode untuk pengaturan
mesin atau fasilitas pada tata letak berdasarkan produk. Prinsip kerja metode
adalah menentukan urutan fasilitas atau mesin terbaik, kriteria yang
digunakan dalam penentuan urutan terbaik adalah total bobot terkecil.
Metode ini membutuhkan data urutan pembuatan produk atau komponen,
tetapi tidak membutuhkan informasi dimensi fasilitas atau mesin (Hadiguna
dan Setiawan, 2008).
Menurut Hadiguna dan Setiawan (2008), langkah-langkah dalam
metode pembobotan kedekatan terdiri atas dua bagian, yaitu penghitungan
bobot awal dan perbaikan urutan. Secara terperinci, langkah kerjanya
sebagai berikut:
a. Tentukan urutan awal sebagai tata letak saat ini.
b. Format terlebih dahulu from to chart berdasarkan data routing produksi.
Isi from to chart adalah frekuensi atau jarak perpindahan bahan dari
fasilitas atau mesin. Tipe from to chart adalah asimetris, sehingga kita
memperoleh informasi frekuensi atau jarak langkah mundur dan langkah
maju
c. Hitung Bobot untuk langkah maju dan langkah mundur. Prinsip
perhitungan bobot berdasarkan tingkat kedekatan fasilitas atau mesin.
Acuannya adalah from to chart dengan memperhatikan diagonal
imajinernya, diagonal pertama diberikan bobot lebih kecil dibandingkan
dengan diagonal imajiner berikutnya. Misalnya, diagonal imajiner pertama
dari langkah maju diberi bobot 1, maka diagonal imajiner kedua diberi
bobot 2 dan seterusnya. Pada langkah mundur, kita melakukan hal yang
sama pula, baik besar bobot maupun prinsipnya namun demikian, langkah
mundur merupakan aliran bahan yang tidak diinginkan. Maka, agar
mendapatkan urutan minimum langkah mundur, nilai bobot dapat
diberikan lebih besar. Misalnya, diagonal imajiner pertama pada langkah
mundur diberi bobot 2, maka diagonal imajiner kedua diberi bobot 4
dan seterusnya. Nilai bobot terbesar bertujuan memperkecil terpilihnya
urutan fasilitas dan mesinnya.
d. Setelah nilai bobot langkah maju dan nilai bobot langkah mundur
diperoleh, maka hitung total bobot dengan cara menjumlahkan kedua nilai
bobot.
e. Berikutnya adalah menyusun atau memperbaiki urutan awal atau tata
letak saat ini.
Caranya berdasarkan nilai frekuensi atau jarak tertinggi yang
diprioritaskan. Kemudian, logika urutan fasilitas atau mesin dipertimbangkan
dalam perbaikan urutan. Setelah memperoleh urutan baru, maka kita kembali
ke langkah 3 dan 4. Apabila nilai total bobot lebih baik atau lebih kecil, maka
urutannya dianggap lebih baik
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Dan Lokasi Penelitian
Objek penelitian adalah hasil produk batako perusahaan yang bergerak
di bidang industri Batako yang berlokasi di Jl.Indrasari Banjarbaru Kalsel
Provinsi Kalimantan selatan kota banjarbaru yaitu UD margasari, Intan sari
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat dan bahan penunjang penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Camera HP
b. Microsof Office Visio
c. Meteran
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti mendapatkan data
bersumber secara langsung dan bersumber dari Data UD margasari yang
sudah ada. Data-data yang di kumpulkan
a. Peta lokasi UKM
b. Data pengukuran
c. Wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan
3.4. Tahapan-tahapan Penelitian
Didalam penelitian ini di lakukan tahapan-tahapan sebagai berikut
a. Mengukur jarak antara bahan baku dan mesin mixer yang menggunakan
material handling dengan metode stop time study
b. Menganalisa hubungan antara aktifitas yang ada dalam sistem operasi
denagan mentode activity Relationship Chart (ARC)
c. Mengetahui peta proses produksi pada lokasi tersebut
3.5. Diagram Alir
Berikut adalah diagram alir yang di gunakan dalam proses penelitian
seperti gambar di bawah:
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
3.6. Tahapan Penelitian
Adapun tahapan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan dalam penyelesaian proposal tugas akhir kali ini:
a. Studi Literal: Peneliti mencari bahan penunjang seperti refensi buku dan
jurnal yang berhubungan dengan tata letak fasilitas
b. Studi Lapangan: Studi Lapangan yang dimaksud adalah mengenali
sistem-sistem yang ada di UD.Margasari seperti sistem cara kerja
produksi perusahaan maupun denah tata letak perusahaan.
c. Perumusan masalah dan penentuan tujuan penelitian: Peneliti mencari
apa saja permasalahan yang terjadi pada perusahaan sehingga dapat
menjadikan bahan penelitian dan mencari arah tujuan penelitian sehingga
dapat bermanfaat bagi peneliti, universitas maupun perusahaan tersebut.
d. Pengambilan data: Peneliti mengumpulkan berbagai data-data yang dapat
menunjang penelitian yakni meliputi, profil UD. Marga Sari, model produk
yang dihasilkan, waktu proses produksi dan denah tata letak UD. Marga
Sari.
e. Perancangan Tata Letak: Produk dan Material Handling. Yaitu gerobak
dorong (arco) alat bantu pekerja untuk mempermudah pekerjaan untuk
mengangkat bahan yang berat-berat.
f. Analisa dan pembahasan. Yaitu menganilisis penyebab terjadinya
keterlambatan kerja pada proses produksi berlangsung, apakah
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang yaitu banyaknya waktu tuntung
seperti istirahat sehabis mengaduk pengadonan, terlalu bnyak
berengrama sesame pekerja dan membeli makanan di luar
g. Kesimpulan dan saran: Kesimpulan dapat memberikan penjelasan singkat
tentang penelitian ini dan saran yang dapat membangun sehingga
terwujudnya penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
_____. “Stopwatch”. http://g04.a.alicdn.com /. Diakses pada tanggal 12 juni 2016
_____. “Gerobak Dorong”. http://www.jualo.blogspot.co.id/.. Diakses pada tanggal 12
juni 2016
_____. “Truk Pasir”. http://hinodumptruk.blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal 8
Maret 2016
Andan. “ Gorong-gorong” http://sipilisasi.blogspot.co.id/. 2014. Diakses pada tanggal
tanggal 4 Juni 2016.
Hadiguna dan Setiawan 2008 Metode Activity Relationship Chart (ARC)
Sutalaksana Peta Proses Produksi, Surabaya.
Suryawaldi, Ridho, Batako. h ttp://ridhowaldi.blogspot.co.id . 2014. Diakses pada
tanggal 28 Desember 2015.
Wignjotosoebroto, 1996, Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. Penerbit
Guna Widya, Surabaya
Wignjosoebroto, Sritom, 2003, Pengantar Teknik & Manajemen Industri, Penerbit
Guna Widya, Surabaya