repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67248... · bab ii tinjauan pustaka...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Dampak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dampak adalah
benturan, atau pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun
positif), benturan yang cukup hebat antar dua benda sehingga menyebabkan
perubahan yang berarti dalam momentum sistem yang mengalami benturan itu.
Dampak positif adalah akibat baik/ pengaruh yang menguntungkan yang
didapatkan dari berbagai hal atau peristiwa yang terjadi sedangkan dampak
negatif adalah pengaruh atau akibat yang dihasilkan yang cenderung
memperburuk keadaan ataupun merugikan. pengertian Dampak.2012-2016, dapat
diakses pada www.google.com/amp/kbbi.web.id/dampakhtml (diakses 16 Maret
2017 pukul 20.25 WIB).
Adapun dampak memberikan pengaruh berupa:
1. Dampak positif yaitu dampak yang berpengaruh positif
2. Dampak negatif yaitu dampak yang berpengaruh negatif
3. Dampak langsung yaitu dampak yang dirasakan langsung dan berkaitan
dengan dampak positif
4. Dampak tidak langsung yaitu dampak tidak langsung yang dirasakan
dengan adanya suatu pengaruh
2.2 Pengertian Bandara Udara
Menurut Anex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization),
Bandara Udara adalah suatu tempat atau daerah, di darat atau diperairan dengan
batas-batas tertentu, termasuk bangunan dan instalasi yang dibangun untuk
Universitas Sumatera Utara
10
keperluan pergerakan pesawatterbang lepas landas, pendaratan atau pergerakan
dipermukaan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonnesia
Nomor 70 tahun 2001, Bandara udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan
untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, dan naik turunnya penumpang
atau bongkar muatan kargo atau pos, yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan penerbangan.www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-bandar-
udara-defenisi. htm?=1hub.bud.dephub.go.id/id/page/detail/44 (diakses 16 Maret
2017 pukul 20.00 WIB)
Sistem Bandara udara dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu: sisi darat
(land side) dan sisi udara (air side). Sistem bandara pada sisi darat terdiri atas
sistem jalan penghubung kendaraan (jalan masuk ke Bandara), lapangan parkir
kendaraan dan terminal penumpang, sedangkan sistem Bandara pada sisi udara
meliputi runway, apron, taxiway.
Lingkup kegiatan pada Bandara udara sangat luas, sehingga secara umum
fungsi Bandara udara dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Melayani, mengatur dan mengawasi lalu-lintas udara baik yang datang,
berangkat maupun transit
b. Menyimpan, mengurus dan mengatur muatan, baik yang berasal dari
angkutan darat yang dipindahkan ke angkutan udara maupun sebaliknya
c. Menyediakan dan memelihara fasilitas bandar udara, telekomunikasi,
navigasi udara dan listrik
d. Menyelenggarakan dan mengendalikan keamanan dan ketertiban umum di
bandara udara
Universitas Sumatera Utara
11
2.3 Pembangunan
2.3.1 Pengertian Pembangunan
Kata pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara
umum, kata ini diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat
dan warganya. Seringkali, kemajuan yang dimaksud terutama adalah kemajuan
material. Maka pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai
oleh sebuah masyarakat di bidang ekonomi (Budiman,1996:1).
Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan progresif yang
berkelanjutan (sustained progressive change) untuk mempertahankan kepentingan
individu maupun komunitas melalui pengembangan, intensifikasi dan
penyesuaian terhadap sumber daya. Pembangunan adalah proses yang kontinu.
Pembangunan juga harus dipisahkan dari konsep pertumbuhan dimana
pembangunan konsep yang lebih luas yang secara simultan melibatkan aspek
sosial, lingkungan dan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
(Sondang, 2001:12).
Pembangunan merupakan sesuatu yang menarik. Hal itu bukan saja
karena pembangunan selalu memiliki Dimensi-dimensi yang begitu luas sehingga
selalu memikat, tetapi juga karena pembangunan menjadi suatu yang melekat
dalam kehidupan kita. Keberadaan pembangunan telah menimbulkan berbagai
kajian dan pandangan tentang pembangunan.
Dari perspektif ekonomi pembangunan dimaknai sebagai suatu upaya
dalam mewujudkan masyarakat sejahtera secara adil dan merata. Masyarakat
sejahtera ditandai dengan adanya kemakmuran berupa meningkatnya komsumsi
masyarakat karena meningkatnya pendapatan. Sedangkan pandangan dari
Universitas Sumatera Utara
12
perspektif ekonomi lingkungan, pembangunan dinyatakan sebagai proses
perubahan yang terencana dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan secara berkelanjutan(Mudana,
2015:14).
Higgins berpendapat bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan
pertumbuhan manusia itu sendiri. Dengan kata lain pertumbuhan semua manusia
yang menyangkut inti nilai-nilai manusiawi, baik yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan biologis, kejiwaan, sosial, budaya, ideologi, spritual, kebatinan, dan
aspirasi-aspirasi trasendentalnya. Hal itu sejalan dengan konsepsi pembangunan
yang dikemukakan oleh Soetdjamoko yang mengemukakan pembangunan sebagai
suatu proses perubahan menuju keberadaban dan pembebasan manusia.
Richard mengemukakan pengertian pembangunan(development) sebagai
berikut: primarily an attempt to increase the amount of the subsistence which
environment canprovide. Defensi tersebut menunjukkan pembangunan merupakan
proses perubahan yang direncanakan untuk tujuan peningkatan kesejahteraan
penghidupan manusia, hal ini menunjukkan pentingnya perencanaan.Dalam
perencanaan tujuan pembangunan inilah gagasan, ide, paham, teori atau
paradigma yang dianut oleh perencana pembangunan mewarnai rumusan
perencanaan pembangunan yang dihasilkan (Mudana, 2015:15).
Dalam konteks itulah maka dikatakan konteks mentalis masyarakat akan
mewarnai perencanaan dan menentukan keberhasilan proses pembangunan itu
sendiri. Faktor mentalis ini oleh sebagian orang disebut dengan berbagai istilah,
ada yang menyebutnya dengan faktor manusia, faktor kultural, faktor non-
ekonomi, faktor psikokultural, atau sikap mental.
Universitas Sumatera Utara
13
Konsep-konsep pembangunan tersebut diatas menunjukkan luasnya ruang
lingkup pembangunan. Karena pembangunan memiliki makna yang sangat luas
maka dimungkinkan adanya berbagai pandangan tentang pembangunan. Hal
itulah paling tidak yang memungkinkan disatu sisi pembangunan dipandang
sebagai kata benda yang netral yaitu suatu kata yang digunakan untuk
menjelaskan proses dan usaha dalam meningkatkan kehidupan ekonomi, politik,
budaya, infrastruktur masyarakat dan sebagainya. Dalam konteks ini
pembangunan disejajarkan dengan perubahan sosial (Mudana, 2015:16).
2.3.2 Mengukur Pembangunan
Untuk mengukur pembangunan Arief Budiman mengatakan dalam
bukunya yang berjudul “Teori Pembagunan Dunia Ketiga” (hal 1-9) yaitu:
1. Kekayaan rata-rata
Pembangunan mula-mula dipakai dalam arti pertumbuhan ekonomi,
Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan, bila
pertumbuhan masyarakat tersebut cukup tinggi. Dengan demikian yang diukur
adalah produktivitas masyarakat atau produktivitas negara. Dalam bahasa teknis
ekonominya, produktivitas ini diukur oleh Produk Nasional Bruto (PNB) atau
Gross National Product (GNP) dan Product Domestic Bruto (PDB) atau Gross
Domestik Product (GDP).
2. Pemerataan
Segera menjadi jelas bahwa kekayaan keseluruhan yang dimiliki, atau
yang diproduksikan sebuah bangsa, tidak berarti bahwa kekayaan itu merata
dimiliki oleh semua penduduknya. Bisa terjadi, sebagian kecil orang di dalam
negara tersebut memiliki kekayaan yang berlimpah, sedangkan sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
14
hidup dalam kemiskinan. Hal ini bisa menimbulkan ironi, kita bisa mengunjungi
sebuah negara yang tinggi PNB/kapitanya, tetapi dimana-mana kita lihat orang
hidup miskin, tidak punya tempat tinggal, dan kedinginan pada musim dingin.
Memang ada orang yang luar biasa kaya, tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Orang-orang kaya ini ibarat sebuah pulau kecil yang dikelilingi oleh
samudera orang miskin yang sangat luas. Kalau kekayaan ini dirata-ratakan dalam
PNB/kapita atau PDB/kapita, akan diperoleh nilai yang tinggi. Kemiskinan yang
ada tertutup oleh adanya kekayaan yang luar biasa tersebut.Dapatkah negara itu
dikatakan maju pembangunannya?.
Oleh karena itu, timbul keinginan untuk memasukkan aspek pemerataan
dalam ukuran pembangunan, bukan lagi hanya PNB/kapita saja. Pemerataan ini
secara sederhana diukur dengan melihat beberapa prosen dari PNB diraih oleh
40% penduduk golongan menengah, dan berapa persen oleh 20% penduduk
terkaya meraih lebih dari 50% PNB, sedangkan sisanya dibagi diantara 80%
penduduknya, ketimpangan antara orang-orang kaya dan miskin dianggap besar.
Dengan demikian dapat dikatakan,bangsa atau negara yang berhasil
melakukanpembangunan adalah mereka yang disamping tinggiproduktivitasnya,
penduduknya juga makmur dan sejahtera secara relatif merata (Budiman, 1996:
5).
3. Kualitas Kehidupan
Salah satu cara lain untuk mengukur kesejahteraan penduduk sebuah
negara adalah dengan menggunakan tolok ukur PQLI (Physical of life Index),
Tolok ukur PQLI ini diperkenalkan oleh Moris yang mengukur 3 indikator,
yakni: (1) rata-rata harapan hidup sesudah umur satu tahun (2) rata-rata jumlah
Universitas Sumatera Utara
15
kematian bayi, dan (3) rata-rata prosentasi buta dan melek huruf. Prestasi PQLI
tidak selalu sama dengan prestasi PNB/kapita, meskipun pada umumnya dapat
dikatakan bahwa negara yang tinggi PNB/kapitanya juga tinggi angka PQLI-nya,
demikian juga sebaliknya.
4. Kerusakan Lingkungan
Sebuah negara yang tinggi produktivitasnya, dan merata pendapatan
penduduknya, bisa saja berada dalam sebuah proses untuk menjadi semakin
miskin. Hal ini misalnya, karena pembangunan yang menghasilkan produktivitas
yang tinggi itu tidak mempedulikan dampak terhadap lingkungannya.
Lingkungannya semakin rusak, Sumber-sumber alamnya semakin terkuras,
sementara kecepatan bagi alam untuk melakukan rehabilitasi lebih lambat
daripada kecepatan perusakan sumber alam tersebut. Mungkin juga pabrik-pabrik
yang didirikan menghasilkan limbah kimia yang merusak alam di sekitarnya,
sehingga mengganggu kesehatan penduduk maupun segala makhluk hidup
disekitarnya (Budiman, 1996: 7).
Oleh karena itu, seringkali terjadi bahwa pembangunan yang dianggap
berhasil ternyata tidak memiliki daya kelestarian yang memadai. Akibatnya,
pembangunan ini tidak bisa berkelanjutan, atau tidak sustainable.Karena itu,
dalam kriteria keberhasilan pembangunan yang paling baru, dimasukkan juga
faktor kerusakan lingkungan sebagai faktor yang menentukan. Apa gunanya
sebuah pembangunan yang pada saat ini memang tinggi produktivtasnya, merata
pembagian kekayaannya, tetapi dalam jangka sepuluh tahun atau dua puluh tahun
mendatang akan kempes karena kehilangan sumber daya yang menjadi impuls
utama pertumbuhan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
16
5. Keadilan Sosial dan Kesinambungan
Demikian tolak pembangunan yang berhasil, yang semula hanya memberi
tekanan pada tingkat produktivitas ekonomi sebuah negara, kini menjadi semakin
kompleks. Dua faktor baru yang ditambahkan pada pembahasan diatas, yakni
faktor keadilan sosial(pemerataan pendapatan) dan faktor lingkungan, berfungsi
untuk melestarikan pembangunan ini, supaya bisa berlangsung terus secara
berkesinambungan.
Sebenarnya faktor keadilan sosial dan faktor lingkungan saling berkaitan
erat. Yang pertama, keadilan sosial bukanlah faktor yang dimasukkan atas dasar
pertimbangan moral, yaitu demi keadilan saja. Tetapi faktor ini berkaitan dengan
kelestarian pembangunan juga. Bila terjadi kesenjangan yang terlalu mencolok
antara orang-orang kaya dan orang miskin, masyarakat yang bersangkutan
menjadi rawan secara politis.
Orang-orang miskin itu cenderung untuk menolak status quo yang ada.
Mereka ingin memperbaiki diri, dengan mengubah keadaan. Oleh karena itu, bila
konfigurasi kekuatan-kekuatan sosial memungkinkan(misalnya, terjadi
pertentangan yang tajam antara kaya dan miskin, terjadi perpecahan di kalangan
militer dan sebagian dari mereka mendukung kelompok yang mau mengubah
keadaan, kelompok orang-orang ini terorganisir secara relatif baik, sebagainya)
akan terjadi gejolak politik yang bisa menghancurkan hasil pembangunan yang
sudah dicapai (Budiman,1996:9).
Dengan demikian, seperti juga masalah kerusakan alam yang dapat
mengganggu kesinambungan pembangunan, faktor keadilan sosial juga
merupakan semacam kerusakan sosial yang bisa mengakibatkan dampak yang
Universitas Sumatera Utara
17
sama. Kerusakan sosial ini antara lain dapat diukur oleh index Gini dan tingkat
kualitas kehidupan fisik seperti yang dicerminkan oleh tolok ukur PQLI. Karena
itu, dapat dirumuskan bahwa pembangunan yang berhasil mempunyai unsur-unsur
sebagai berikut:
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Pembangunan yang
berhasil Berkesinambungan -Tidak terjadi kerusakan sosial
-Tidak terjadi kerusakan alam
2.4 Masyarakat
2.4.1 Pengertian Masyarakat
Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup
manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari adalah
masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata
latin Socies berarti “kawan” Istilah masyarakat sendiri berasal dari kata arab
syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah saling “berinteraksi”
(Koentjaraningrat, 2009:116).
Pengertian Masyarakat menurut beberapa Ahli:
1. Ralph Linton (1936) mengemukakan bahwa masyarakat adalah
sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga
mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan
sosial dengan batas-batas tertentu. Pengertian ini menunjukkan adanya
syarat-syarat sehingga disebut masyarakat, yakni adanya pengalaman
Universitas Sumatera Utara
18
hidup bersama dalam jangka waktu cukup lama dan adanya kerja sama
diantara anggota kelompok, memiliki perasaan atau pikiran menjadi
bagian dari suatu kesatuan kelompoknya. Pengalaman hidup bersama
menimbulkan kerja sama, adaptasi terhadap organisasi dan pola tingkah
laku anggota-anggota.
2. John Lewis Gillin dan Jhon Philip Gillin mengatakan bahwa masyarakat
adalah sekelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap, perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi
pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
3. Steinmentz, seorang ahli sosiologi Belanda memberi batasan tentang
masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang meliputi
pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil yang
mempunyai hubungan erat dan teratur.
4. Melville J. Herskovits mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok
individu yang diorganisasikan yang mengikuti satu cara hidup tertentu.
5. Auguste comte mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-
kelompok makhluk hidup dengan realitas –realitas baru yang berkembang
menurut pola perkembangan yang tersendiri. Masyarakat dapat
membentuk kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga tanpa adanya
kelompok, manusia yang dengan atau sendirinya bertalian secara
golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau
sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan
satu sama lain (Basrowi, 2005: 39).
Universitas Sumatera Utara
19
Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat
saling berinteraksi. Adanya prasarana untuk berinteraksi menyebabkan warga
dari suatu kelompok manusia itu saling berinteraksi. Sebaliknya bila hanya
adanya suatu potensi untuk berinteraksi saja belum berarti bahwa warga dari
suatu kesatuan manusia itu benar-benar akan berinteraksi. Perlu diperhatikan
bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi itu
merupakan masyarakat. Meskipun kadang-kadang mereka juga berinteraksi
secara terbatas, mereka tidak mempunyai suatu ikatan lain kecuali ikatan berupa
perhatian.
Demikian juga sekumpulan manusia yang menonton suatu pertandingan
sepak bola dan sebenarnya semua kumpulan manusia penonton apapun juga,
tidak disebut masyarakat. Sebaliknya untuk sekumpulan manusia itu kita pakai
istilah kerumunan dan dalam bahasa inggris telah dipakai istilah crowd.
Dengan demikian suatu asrama pelajar, suatu akademi kedinasan atau
sekolah tidak dapat disebut masyarakat, karena meskipun kesatuan manusia yang
terdiri dari murid, guru, pegawai administrasi, serta para karyawan lain itu terikat
dan diatur tingkah lakunya oleh berbagai norma dan aturan sekolah, namun
sistem normanya hanya meliputi beberapa sektor kehidupan yang terbatas saja.
Sedangkan sebagai suatu kesatuan manusia, suatu asrama atau sekolah itu hanya
bersifat sementara, artinya tidak ada kontinuitasnya. Maka hal ini tidak dapat
disebut sebagai masyarakat(Koentjaranigrat, 2009:117).
2.4.2 Perubahan masyarakat
Perubahan masyarakat secara umum menyangkut perubahan-perubahan
struktur, fungsi budaya dan perilaku masyarakat. Untuk dapat membuat defenisi
Universitas Sumatera Utara
20
masyarakat secara jelas dan rinci, maka terlebih dahulu perlu dilakukan
pemisahan pengertian istilah perubahan dan istilah masyarakat. Perubahan berarti
suatu proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan
sebelumnya, perubahan bisa berupa kemunduran (regress) dan bisa juga berupa
kemajuan (progress). Sedangkan masyarakat artinya sekelompok ikatan nilai dan
norma-norma sosial. Istilah masyarakat juga dapat diartikan sebagai wadah atau
tempat orang-orang yang saling berhubungan dengan hukum dan budaya tertentu
untuk mencapai tujuan bersama (Syani, Abdul.1995:85).
Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan baik perubahan
dalam arti luas maupun perubahan dalam arti sempit, perubahan secara cepat
(revolusi) atau lambat (evolusi). Menurut Selo Soemerdjan bahwa perubahan-
perubahan dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan
pola-pola perikelakuan diantara kelompok kelompok dalam masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa betapa luasnya bidang-bidang yang mungkin mengalami
perubahan.Oleh karena itu perubahan pada masyarakat berarti juga perubahan
pada kebudayaan, maka tidak mudah untuk mengemukakan batasan secara
ringkas dan terperinci karena bidang kajiannya cukup luas (Syani,
Abdul.1995:86).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses perubahan masyarakat
pada dasarnya merupakan perubahan pola perilaku kehidupan dari seluruh norma-
norma sosial yang lama menjadi pola perilaku dan seluruh norma-norma sosial
yang baru secara seimbang, berkemajuan dan berkesinambungan. Pola-pola
kehidupan masyarakat lama yang dianggap sudah usang diganti dengan pola-pola
Universitas Sumatera Utara
21
kehidupan baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan sekarang dan masa
mendatang.
2.4.3 Faktor pendorong perubahan masyarakat
Perubahan masyarakat pada umunya dapat terjadi dengan sendirinya
secara wajar dan teratur, terutama apabila perubahan itu sesuai dengan
pertumbuhan kepentingan masyarakat. Jika tidak, biasanya masyarakat tertutup
terhadap perubahan lantaran khawatir atau takut kalaustabilitas kehidupan
masyarakatnya akan terganggu akibat perubahan itu. Akan tetapi, pada kondisi
tertentu perubahan masyarakat tidak bisa dihindari, terutama jika keadaan
sekarang dianggap tidak berkemajuan atau tidak memuaskan lagi.
Terjadinya ketidakpuasan terhadap keadaan sekarang disebabkan nilai-
nilai, norma-norma sosial, pengetahuan dan yang ada teknologi sekarang
dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan masyarakat, atau karena dianggap
tidak dapat memenuhi berbagai kepentingan yang semakin kompleks dan serba
terbatas. Dalam kondisi demikian, cepat atau lambat masyarakat akan berubah,
mereka akan mencari jalan keluar dari berbagai kesulitannya dengan cara
mengganti nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan dan teknologi baru yang
dianggap dapat memenuhi tuntutan hidup sekarang dan masa depan keturunannya
(Syani, Abdul 1995:88).
Peluang menuju kearah perubahan akan semakin besar di kala masyarakat
lingkungan sekitar menawarkan berbagai metode dan teknologi atau sarana
baru(faktor ekstern) yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan
masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
22
2.5 Kesejahteraan sosial
2.5.1 Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung
pengertian dari bahasa Sansekerta “Catera” yang berarti payung. Dalam konteks
ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera” (payung) adalah orang
yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan,
kebodohan, ketakutan atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman, tentram baik
lahir maupun batin (Fahrudin,2012:8).
UU No. 11 Tahun 2009 pasal 2 ayat 1 mendefenisikan kesejahteraan
sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materiil ataupun
spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, baik kesusilaan, dan ketentraman
lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang
sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi
hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila (Fahrudin,
2012:9).
2.5.2 Fungsi dan Tujuan Kesejahteraan sosial
Kesejahteraan sosial mempunyai tujuan yaitu:
1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standard
kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan,
pendidikan, pendapatan, kesehatan dan relasi-relasi sosial yang harmonis
dengan lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
23
2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat
dilingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber,
meningkatkan dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan
Dalam Undang-Undang No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial,
penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan untuk:
a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup
b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian
c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan
menangani masalah kesejahteraan sosial
d. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial
dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara
melembaga dan berkelanjutan
e. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejateraan
sosial
Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan
sosial ekonomi, menghindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial yang
negatif akibat pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu
mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun fungsinya adalah
sebagai berikut:
1. Fungsi Pencegahan (Preventive): Kesejahteraan sosial ditujukan untuk
memperkuat individu, keluarga, dan masyarakat supaya terhindar dari
masalah-masalah sosial yang baru. Dalam masyarakat transisi, upaya
pencegahan ditekankan pada kegiatan-kegiatan untuk membantu
Universitas Sumatera Utara
24
menciptakan pola-poa baru dalam hubungan sosial serta lembaga sosial-
sosial baru.
2. Fungsi penyembuhan (Curative): Kesejahteraan sosial ditujukan untuk
menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional, dan
sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi
kembali secara wajar dalam masyarakat.
3. Fungsi Pengembangan (Development): Kesejahteraan sosial berfungsi
untuk memberikan sumbangan langsung ataupun tidak langsung dalam
proses pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber
daya sosial dalam masyarakat.
4. Fungsi Penunjang (Supportive): Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan
untuk membantu mencapai tujuan sektor atau bidang pelayanan
kesejahteraan sosial yang lain (Fahrudin, 2012: 12).
2.5.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat
1. Pendapatan
Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang
dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Orang atau
keluarga yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan
mempraktikkan gaya hidup yang mewah, misalnya lebih komsumtif karena
mereka mampu untuk membeli semua yang dibutuhkan bila dibandingkan dengan
keluarga yang kelas ekonominya kebawah.
Universitas Sumatera Utara
25
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang di masyarakat. Pekerjaan
merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan.
3. Pendidikan
Menurut undang-undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3 pendidikan
bertujuan untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam memperoleh pekerjaan,
sehingga semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya
pendidikan yang kurang menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru dikenal.
Berdasarkan tingkat pendidikan seseorang akan jauh lebih mudah untuk
dimasukkan kedalam salah satu kelompok sosial: a) tinggi baik pada capital
ekonomi dan budaya, b) tinggi dalam capital ekonomi dan rendah pada capital
buadaya, C) rendah dalam capital ekonomi dan tinggi pada capital budaya, d)
rendah baik pada capital ekonomi maupun budaya.
Universitas Sumatera Utara
26
4. Kesehatan
Kesehatan adalah kemampuan untuk memberikan jaminan kesehatan
terhadap keluarga, indikatornya yaitu: Kemampuan untuk membeli obat-obatan
dan kemampuan untuk berobat ke Rumah sakit, puskesmas, dan pengobatan
tradisonal.
2.6 Penelitian Yang Relevan
Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian Ken Ardhana Neswari 2012
Dampak Pembangunan Bandara Internasional Lombok terhadap perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat
Hasil penelitian mengatakan bahwa dampak dari adanya pembangunan Bandara Internasional Lombok menunjukkan bahwa pembangunan tersebut berpotensi terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga Provinsi NTB, Analisis keterkaitan dan dampak penyebaran memperlihatkan bahwa sektor pembangunan Bandara mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien penyebaran yaitu sebesar 1,7354, analisis sektor pembangunan Bandara menunjukka dampak positif, keberadaan Bandara Internasional Lombok juga mampu mengembangkan sektor pariwisata dan mendatangkan lebih banyak penumpang karena semakin mudahnya akses menuju NTB, hal
Universitas Sumatera Utara
27
tersebut mampu mengembangkan perekonomian Provinsi NTB.
2.7 Pengajuan Hipotesis
Secara Etimologis istilah hipotesis berasal dari bahasa latin, yang terdiri
dari dua kata, yaitu hipo yang berarti sementara dan these yang berarti pernyataan.
Dengan demikian secara sederhana hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan
sementara. Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya atau
merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan peneliti. Hipotesis harus
dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan (Priyono, 2016: 66).
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang menegaskan
hubungan antara dua atau lebih variabel dimana pernyataan tersebut merupakan
jawaban yang bersifat sementara atas masalah penelitian. Selain itu, hipotesis
adalah arahan sementara untuk menjelaskan fenomena yang diteliti (Siagian,
2011). Hipotesis yang digunakan dalam proposal penelitian ini dapat diartikan
sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti benar melalui data yang dikumpulkan.
Hipotesis bisa ditolak (H-) dan bisa juga diterima (H+), atau bisa juga
tidak mempengaruhi sama sekali terhadap penelitian yang dilakukan. Hipotesa
tidak diterima dan tidak pula ditolak dan biasa disebut dengan hipotesa nol(Ho).
Adapun hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ha : Terdapat dampak pembangunan Bandara Silangit terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat Desa Pariksabungan Kecamatan Siborong-
borong Kabupaten Tapanuli Utara
Universitas Sumatera Utara
28
Ho : Tidak terdapat dampak pembangunan Bandara Silangit terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat Desa Pariksabungan Kecamatan Siborong-borong
Kabupaten Tapanuli Utara
2.8 Kerangka Pemikiran
Pembangunan adalah usaha untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat sebagai subjek sekaligus objek dalam pembangunan harus tetap
mendapat prioritas utama mengingat bahwa tujuan utama pembangunan yaitu
peningkatan taraf hidup masyarakat. Walaupun sebenarnya eksternalitas dari
pembangunan tersebut menimbulkan dampak positif dan negatif.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan secara resmi menyerahkan
operasional pengelolaan Bandara Silangit kepada PT. Angkasa Pura II dan
berencana menjadikan Bandara Silangit sebagai Bandara wisata terbesar di
Indonesia. Dalam pembangunan bandara ini diprediksi memakan ratusan hektar
tanah di desa Pariksabungan sehingga menimbulkan dampak pergeseran peralihan
baik secara ekonomi, sosial, dan ketersediaan infrastruktur.
Desa pariksabungan adalah desa yang terkena imbas langsung dari
pembangunan Bandara. Karena lahan sudah digunakan untuk pembangunan
Bandara maka untuk dapat bertahan hidup masyarakat sekitar 2% berubah mata
pencaharian dari petani menjadi pedagang di sekitar Bandara. Masyarakat berpikir
dengan cara berdagang dapat meningkatkan pendapatan dibandingkan bertani,
karena dalam bertani harus menunggu waktu yang lama untuk dapat panen, modal
tidak adabahkan terjadi gagal panen sedangkan berdagang dapat mempunyai
keuntungan yang besar karena adanya pembangunan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
29
Dengan adanya pembangunan Bandara Silangit dapat dilihat bagaimana
dampak dari pembangunan tersebut akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan
masyarakat yakni Pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kesehatan. Untuk lebih
jelasnya tentang dampak pembangunan Bandara Silangit terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat desa Pariksabungan Kecamatan Siborong-borong
Kabupaten Tapanuli Utara, maka peneliti menggambarkan bagan kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Bagan Alur Pemikiran:
Gambar 2.1 Bagan Alur Pemikiran
Masyarakat
Tingkat Kesejahteraan:
a. Pekerjaan
b. Pendapatan
c. Pendidikan
d. Kesehatan
Pembangunan Bandara Silangit
Universitas Sumatera Utara
30
2.9 Defenisi Konsep
Defenisi Konsep adalah proses pemberian defenisi teoritis atau defenisi
konseptual pada sebuah konsep. Defenisi konsep merupakan suatu defenisi dalam
bentuk yang abstrak yang mengacu pada ide-ide lain atau sebagai proses yang
digunakan untuk menunjukkan secara tepat tentang apa yang peneliti maksudkan
bila menggunakan suatu istilah tertentu (priyono,2016:79).
Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah:
1. Yang dimaksud dengan dampak dalam penelitian ini adalah pengaruh
yang diperoleh melalui pembangunan Bandara Silangit baik pengaruh
negatif maupun pengaruh positif dan seberapa besar pembangunan
tersebut mempengaruhi kehidupan masyarakat desa Pariksabungan
Kecamatan Siborong-borong.
2. Yang dimaksud dengan pembangunan Bandara Silangit dalam penelitian
ini adalah Pembangunan yang dilakukan Pemerintah melalui Kementerian
Perhubungan operasional pengelolaan Bandara Silangit kepada PT.
Angkasa Pura II, Dengan adanya proyek pembangunan bandara akan
berdampak pada pengalih fungsi lahan sekitar pembangunan Bandara
Silangit yakni desa Pariksabungan
3. Yang dimaksud dengan kesejahteraan masyarakat dalam penelitian ini
adalah suatu kondisi atau keadaan masyarakat desa pariksabungan setelah
hadirnya pembangunan bandara silangit. Dalam pembangunan akan dilihat
adanya peningkatan dalam tingkat kesejahteraan yakni pekerjaan,
pendapatan, pendidikan, kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
31
4. Yang dimaksud dengan masyarakat dalam penelitian ini adalah
sekelompok orang yang merasakan dampak dari pembangunan baik
dampak positif maupun dampak negatif, dimana masyarakat tersebut telah
hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dan mempunyai tujuan
kepentingan yang sama yakni mendapatkan peningkatan kehidupan
dengan hadirnya pembangunan.
2.10 Defenisi Operasional
Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan
bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan
defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai
keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa
maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional merupakan
gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukan unit-unit
analisis kedalam kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap variabel
(Priyono,2016:79).
Melihat transformasi yang berlaku, maka defenisi operasional sering
disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep
berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis, Jika
konsep itu sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan.
Wujud operasionalisasi konsep adalah bentuk sajian yang benar-benar terperinci,
sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut
terangkat dan terbuka (Siagian, 2011:142).
Adapun defenisi operasional dalam Penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas (independent variabel)
Universitas Sumatera Utara
32
Variabel bebas (X) adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang
menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai
variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul
variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada
yang muncul (Nawawi, 1998:57).
Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah dampak Pembangunan
Bandara Silangit.
b. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel Terikat (Y) adalah sejumlah gejala, faktor maupun unsur yang
ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan
karena adanya variabel lain.
Variabel Terikat (Y) Dalam Penelitian ini adalah Tingkat Kesejahteraan
Masyarakat Desa Pariksabungan Kecamatan Siborong-borong Kabupaten
Tapanuli Utara, Indikatornya adalah:
a. Pekerjaan adalah merupakan kategori profesi yang dilakukan dalam mencari
penghasilan untuk mendapatkan pendapatan rumah tangga, dengan indikator:
1. Jenis usaha yang dikembangkan
2. Jenis pekerjaan suami
3. Aktivitas ekonomi seperti status bekerja
b. Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil yang disumbangkan untuk
memenuhi kebutuhan bersama, dengan indikator:
1. Pendapatan dari hasil usaha
2. Tanggungan dalam keluarga
3. Besarnya keluarga
Universitas Sumatera Utara
33
4. Kepemilikan tanah
5. Tabungan
6. Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari berupa pemenuhan sandang,
pangan, papan
c. Pendidikan adalah kualitas pendidikan anak dilihat dari kemampuan serta
akses untuk mengenyam dan memperoleh proses pendidikan suatu lembaga
penyelenggara pendidikan sampai jenjang pendidikan tertinggi dengan
ukuran kemampuan menyekolahkan anak.
d. Kesehatan adalah kemampuan untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap
keluarga. Indikatornya yang dipakai adalah kemampuan untuk membeli obat-
obatan peningkatan gizi, dan kemampuan untuk berobat ke rumah sakit,
puskesmas dan pengobatan tradisional.
Universitas Sumatera Utara