92589224 keteladanan guru dalam pembentukan karakter siswa

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah, masyarakat luas. Oleh karena itu, perlu menyambung kembali hubungan dan educational networks yang mulai terputus tersebut. Pembentukan dan pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Fenomena merosotnya karakter bangsa di tanah air ini dapat disebabkan lemahnya pendidikan karakter dalam meneruskan nilai-nilai kebangsaan pada saat alih generasi. Keadaan bangsa ini sangat rapuh, penuh dengan ketidakjujuran, kecurangan, dan juga ketidakadilan dalam berbagai bidang politik, social, dan termasuk bidang pendidikan. Kecurangan pendidikan misalnya adanya bantuan kepada siswa pada saat ujian nasional berupa jawaban yang diberikan sekolah. Hal ini dilakukan pihak manajemen sekolah karena mereka takut reputasi sekolah mereka menjadi buruk. Mereka beranggapan bahwa sekolah yang bagus adalah sekolah

Upload: iki-aneuk-guba

Post on 02-Dec-2015

254 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: 92589224 Keteladanan Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan Karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua

pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah,

masyarakat luas. Oleh karena itu, perlu menyambung kembali hubungan dan

educational networks yang mulai terputus tersebut. Pembentukan dan pendidikan

karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak

ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan

keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan

utama harus lebih diberdayakan.

Fenomena merosotnya karakter bangsa di tanah air ini dapat disebabkan

lemahnya pendidikan karakter dalam meneruskan nilai-nilai kebangsaan pada saat

alih generasi. Keadaan bangsa ini sangat rapuh, penuh dengan ketidakjujuran,

kecurangan, dan juga ketidakadilan dalam berbagai bidang politik, social, dan

termasuk bidang pendidikan. Kecurangan pendidikan misalnya adanya bantuan

kepada siswa pada saat ujian nasional berupa jawaban yang diberikan sekolah.

Hal ini dilakukan pihak manajemen sekolah karena mereka takut reputasi sekolah

mereka menjadi buruk. Mereka beranggapan bahwa sekolah yang bagus adalah

sekolah yang tingkat kelulusan peserta didiknya mencapai 98%-100%. Tentunya

tindakan ini tidak menggambarkan karakter yang baik dan bisa membangun,

membangkitkan bangsa ini dari keterpurukan. Salah satu solusi yang diharapkan

dapat membenahi setiap kekurangan tersebut maka digalakkanlah pendidikan

karakter.

Inti pendidikan adalah pembelajaran. Pembelajaran dapat berlangsung

secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

dalam menjalani kehidupan. Baik pengalaman yang menyenangkan ataupun

tidak, semuanya dapat menjadi proses pembelajaran untuk membangun karakter

kehidupan.

Guru adalah pihak yang berhubungan langsung dengan peserta didik

dalam praktik pendidikan. Maka guru merupakan ujung tombak dari program

Page 2: 92589224 Keteladanan Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa

pendidikan karakter di lembaga-lembaga pendidikan. Seorang guru haruslah

mempunyai karakter positif yang kuat agar mampu membentuk karakter siswa.

Karakter positif guru sering disebut dengan sikap professional guru. Di lapangan

masih banyak guru yang belum menyadari peranan mereka sebagai ujung tombak

dalam program pembentukan karakter siswa di sekolah. Guru tersebut tidak

memberi contoh ataupun teladan yang baik bagi siswanya. Pada makalah ini akan

dibahas bagaimana bagaimana keteladanan guru dalam pembentukan karakter

siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat dibuat

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hakekat pendidikan karakter dan sikap profesional seorang

guru

2. Bagaimana keteladanan guru dalam pembentukan karakter siswa

Page 3: 92589224 Keteladanan Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Karakter dan Sikap profesional Guru

Pengertian karakter adalah pribadi yang relatif stabil pada diri inndividu

yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma

yang tinggi. Relatif stabil berarti telah terbentuk dan tidak akn mudah untuk

diubah.

Menurut Raharjo S. B. menyatakan, pendidikan karakter adalah suatu proses

pendidikan secara holistic yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah

sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi

yang berintelektual dan berakhlak.

Pendidikan karakter seharusnya dapat membawa siswa untuk mengenal

nilai secara kognitif , penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke

pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan karakter juga dapat diintegrasikan

dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan

dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan

karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai

standar kompetensi lulusan.

Dengan adanya program pendidikan karakter diharapkan para peserta didik

memiliki ilmu pengetahuan, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa ,bertanggung jawab, jujur, sopan, dan menggunakan ilmu yang dimiliki untuk

menciptakan kesejahteraan manusia.

Sikap merupakan suatu kecenderungan perasaan terhadap suatu objek yang

dimiliki seseorang terhadap suatu pekerjaan yang bisa dipakai sebagai alat untuk

memprediksi perilaku orang tersebut dalam bekerja. Sikap guru dalam

menjalankan profesinya disebut profesionalisme dan tentunya sangat beragam.

Sikap professional guru memiliki komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Kognitif

Page 4: 92589224 Keteladanan Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa

yang berkenaan dengan keyakinan, ide, konsep. Afeksi berkenaan dengan

perasaan/ emosional. Konasi berkenaan dengan tingkah laku atau perbuatan guru.

Menurut Nasution ada empat sikap guru dalam pembelajaran yaitu: sikap

otoriter, sikap permissive, dan sikap riil. Bila guru mengajarkan suatu mata

pelajaran, ia tidak hanya mengutamakan mata pelajaran akan tetapi harus juga

memperhatikan anak itu sendiri sebagai mnusia yang harus dikembangkan

pribadinya. Hanya mementingkan bahan pelajaran dengan mengabaikan anak

dapat merugikan anak tersebut. Banyak cara yang digunakan guru untuk

mengharuskan anak belajar. Tak jarang guru menjadi otoriter dan

menggunakannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan

akibatnya bagi anak, khususnya bagi perkembangan pribadinya.

Sikap permissive cenderung membiarkan anak berkembang dalam

kebebasan tanpa banya tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan. Guru

tidak berada di depan tetapi di belakang untuk member bantuan jika diperlukan.

Sikap otoriter maupun sikap permissive tidak baik untuk perkembangan siswa,

guru sebaiknya tidak terlalu otoriter, tetapi juga tidak terlalu permissive

melainkan memberi kebebasan yang bertanggung jawab kepada siswa.

Dalam rancangan Kode Etik Guru Indonesia diantaranya dinyatakan

bahwa: “ Guru harus berperilaku secara professional dalam melaksanakan tugas

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.” Guru harus mencurahkan secera

langsung usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam

mengembangkan kepribadiannya termasuk karakternya.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, sikap berarti perbuatan atau tindakan

yang berdasarkan pendirian, pendapat, atau keyakinan. Guru yang memiliki sikap

professional berarti guru yang melakukan tindakan pembelajaran sesuai

keyakinannya tentang profesinya, ahli dibidangnya, berkarakter positif dan

mampu mengarahkan dan membimbing siswa selama masa pendidikan,

menguasai materi dan mampu menyesuaikannya dengan kemampuan peserta

didik, serta mampu menunaikan tugasnya secara berintegritas.

Page 5: 92589224 Keteladanan Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa

2.2 Karakteristik Kepribadian Guru

Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan

atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya)

dengan aspek perilaku. Aspek-aspek ini secara fungsional berkaitan dalam diri

seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap.

Kepribadian adalah factor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia juga dalam pembentukan

karakter siswa. Karena di samping berperan sebagai pembimbing dan pembantu,

guru juga berperan sebagai anutan. Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru

professional sangat diharapkan memahami bagaimana karakteristik kepribadian

dirinya sehingga mampu mengoptimalkan potensi sebagai seorang pendidik yang

mampu mengajar, mendidik, dan menjadi anutan bagi peserta didik. Secara

konstitusional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD 1945 yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki kualifkasi

sebagai tenaga pengajar.

Kepribadian guru yang diharapkan siswa: periang, suka berteman,

beremosi matang, jujur dan ikhlas, dapat dipercaya, dapat menyesuaikan diri,

sehat mental, jasmani, dan rohani, merupakan pribadi yang kuat dan berotoritas

ataupun berwibawa, terbuka dan mau mendengar dan menghargai pendapat orang

lain, aktif dalam melaksanakan tugas, tidak membosankan, berorientasi

pemecahan masalah sehingga dapat menjadi anutan bagi peserta didik.

Sebagai ujung tombak pendidikan dalam membentuk siswa yang tidak

hanya cerdas tetapi juga berkarakter sebagai generasi penerus bangsa, maka

diperlukan guru yang memang berkompeten, sadar akan ekistensi dan tanggung

jawabnya. Guru yang sungguh seorang pendidik dan dewasa adalah guru yang

memiliki kematangan intelektual dan emosional. Kematangan intelektual dan

emosional dapat dilihat dari kemampuan berpikir, bertutur, memberi sikap

teladan, mengerti perkembangan siswanya, dan mampu menyusun perangkat

pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswanya.

Pembelajaran harus menolong siswa untuk memahami proses

pembelajaran, mendorong munculnya penampilan perilaku gemar belajar melalui

prosedur yang sistematis terhadap rancangan pembelajaran: tujuan, materi,

Page 6: 92589224 Keteladanan Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa

metode, sumber, dan bahan serta evaluasi terhadap proses pelaksanaan

pembelajaran sampai dengan hasil-hasilnya.

Pendekatan yang menekankan pada pengetahuan yang mendasar,

mengakibatkan terpisahnya kognitif dari afektif dan Psikomotor yang seharusnya

menjadi suatu kesatuan yang harus dikembangkan dalam diri peserta didik.

Akibatnya pembelajaran hanya menghasilkan pengetahuan-pengetahuan tanpa

dapat diubah menjadi perilaku, sikap, apalagi menjadi karakter.

2.3 Keteladanan Guru dalam Pembentukan Karakter Siswa

Pepatah yang mengatakan “ guru kencing berdiri, murid kencing berlari”

memang benar adanya untuk menunjukkan besarnya pengaruh seorang guru untuk

menjadi teladan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Apa yang

dilakukan oleh guru akan ditiru oleh siswa. Keselarasan antara kata-kata dan

tindakan dari guru akan sangat berarti dalam pembentukan karakter.

Pendapat lama banyak pihak, juga para pendidik masih berpendapat bahwa

kekerasan masih diperlukan untuk membentuk disiplin sebagai salah satu karakter

yang diharapkan melekat dalam diri siswa, ataupun semacam rasa patuh kepada

guru oleh siswa. Kekerasan dianggap sebagai hukuman seperti memarahi,

mengumpat, bentuk perlakuan kasar secara fisik, dan melarang siswa masuk

ruangan selama pelajaran tertentu berlangsung. Mereka beranggapan bahwa

kekerasan dapat digunakan untuk membentuk karakter siswa.

Jika seorang guru hendak membentuk karakter peserta didik yang berbudi

luhur, tentunya sang guru pun harus berkarakter. Jika seorang guru menegakkan

pilar kewibawaannya dalam mengajar, maka guru tidak perlu menggunakan

tindakan kekerasan agar terbentuk karakter disiplin, patuh, sopan, dan mau

belajar. Modal dasar bagi penyelenggaraan pendidikan karakter meliputi

profesionalisme pendidik yang berkarakter.

Pendidik profesional harus memahami keprofesiannya dalam bidang

khusus kependidikannya. Profesi meliputi tiga komponen, yaitu komponen dasar

keilmuan, substansi profesi, dan praktik profesi. Seorang guru hendaknya

melaksanakan tugas fungsi profesionalnya dengan dasar keilmuan profesi

pendidik. Sedangkan substansi profesinya adalah wilayah proses pembelajaran,

Page 7: 92589224 Keteladanan Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa

dan praktik profesi adalah penampilan profesi dalam proses pembelajaran secara

langsung, nyata, dan profesional terhadap peserta didik. Dalam Keprofesiannya

tercakup keempat kompetensi standar seorang guru sebagai pendidik profesional,

yaitu:

a. Kompetensi kepribadian

b. Kompetensi pedagogik

c. Kompetensi profesional

d. Kompetensi sosial

Semua penjelasan di atas dimaksudkan untuk memperjelas kedudukan

guru dan bagaimana peranannya dalam membentuk karakter siswa. Guru yang

professional pasti mengetahui batasan hak dan kewajibannya. Guru tersebut akan

melakukan yang terbaik agar siswanya memperoleh ilmu, dan guru tersebut akan

menanamkan nilai-nilai karakter dalam pembelajarannya.

Telah dikemukan sebelumnya bahwa pembentukan karakter dapat

diintegrasikan pada setiap pelajaran. Artinya setiap guru mata pelajaran memiliki

tugas dan tanggung jawab untuk mendidik karakter siswanya.

Pembentukan karakter pada dasarnya sangat dekat kepada setiap mata

pelajaran. Karena pada dasarnya setiap mata pelajaran memiliki nilai-nilai

karakter yang harus dilalui dan dicapai siswa. Hanya saja, sebagian besar guru

tidak menyadari bahwa ada nilai-nilai yang dapat membentuk karakter siswa

karena guru hanya melihat sisi kognitif dari mata pelajaran tertentu tanpa

memperhatikan sisi afektifnya. Sehingga ilmu yang diperoleh siswa bersifat kaku,

tidak bisa diubah atau diwujudnyatakan dalam sikap apalagi karakter. Mereka

beranggapan bahwa karakter siswa dapat dibetuk hanya dengan mempelajari

pendidikan moral pancasila dan agama.

Pada mata pelajaran matematika dapat ditanamkan sikap kejujuran,

disiplin, tepat waktu, bertanggung jawab, kreatif, dan mampu bekerja sama.

Ketika mengerjakan permasalahan-permasalahan matematika, siswa diajarkan

untuk mengerjakannya secara hati-hati, tidak asal ada akan tetapi jawabannya pun

bisa dipertanggungjawabkan. Pada mata pelajaran matematika, siswa perlu

memiliki kemampuan memperoleh, memilih, dan mengelola informasi untuk

Page 8: 92589224 Keteladanan Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa

bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kreatif.

Pada pengerjaan soal matematika, siswa diajarkan untuk melakukan operasi

hitung dengan teliti, jangan terjadi manipulasi data agar memperoleh hasil yang

benar. Artinya memperoleh jawaban yang benar dengan adanya manipulasi data

ataupun kecurangan yang lainnya tidak dibenarkan dalam matematika. Guru dapat

mengoptimalkan kesempatan membentuk karakter siswa melalui nilai-nilai yang

tertanam pada mata pelajaran tersebut.

Selanjutnya, pada mata pelajaran kimia guru dapat mengajarka banyak

sekali nilai-nilai yang dapat membentuk karakter siswa. Pelajaran kimia sarat

dengan materi yang dapat membahayakan keselamatan umat manusia disamping

juga dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Jika manusia

berkarakter baik, maka ilmu yang dimilikinya akan digunakan untuk meningkatka

kesejahteraan manusia, akan tetapi jika manusia itu berkarakter buruk, maka ilmu

yang dimilikinya akan mendatangkan bahaya. Oleh karena itu guru kimia member

teladan kepada siswa dengan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, cinta damai,

kasih, dan lain sebagainya.

Demikian sedikit contoh tentang penerapan nilai-nilai karakter baik dalam

setiap mata pelajaran. Pembelajaran baik yang menyenangkan ataupun yang

tidak , akan membentuk karakter siswa secara tidak langsung.

Guru sebagai teladan dalam pembentukan karakter memiliki karakteristik

sebagai berikut:

1. Guru harus mengetahui karaketr apa saja yang harus dimiliki oleh setiap

peserta didik.

2. Guru harus meneladani teladan seluruh alam yaitu Allah sang pencipta.

Ketika guru mengikut teladan Kristus maka guru tersebut akan mampu

menjadi teladan yang baik bagi siswanya.

3. Guru harus benar-benar mengetahui prinsip-prinsip keteladanan. Bahwa

keteladanan dimulai dari diri sendiri.

4. Guru harus mengetahui tahapan perkembangan siswa sehingga mampu

memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mendidik karakter

siswanya.

Page 9: 92589224 Keteladanan Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa

5. Dalam membentuk karakter siswa, guru harus menggunakan prinsip 3P,

yaitu: pemikiran, perasaan, dan perbuatan.

6. Guru mengetahui cara untuk mengajarkan pendidikan karakter kepada

siswa.

7. Guru harus menyadari eksistensinya sebagai pelayan pendidikan, jadi

mengajar dengan ikhlas, sabar, sopan, disiplin, tepat waktu, tidak

sombong, dan bertanggung jawab.

8. Guru menyesuaikan pola mengajar, gaya, dan sikap guru di kelas dengan

tahap perkembangan siswa.

9. Pribadi guru yang baik mencakupi potensi akal, bakat, minat, mental, dan

fisik yang terimplikasi dalam pikiran yang cerdas, hati yang ikhlas,

perkataan yang santun, dan perbuatan yang mulia.

10. Guru mengenal dengan baik sarana-sarana modern dalam pendidikan

sehingga guru dapat mentransfer pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki

dengan mudah.

11. Guru bersikap objektif, maksudnya bersikap sama kepada semua peserta

didik; tidak pilih kasih. Menjauhi sikap condong kepada sebagian siswa

dan mengabaikan yang lain.

Pembentukan karakter siswa juga dipengaruhi kesadaran guru tentang visi,

profesinya sebagai guru. Jika seseorang mendengar panggilan jiwanya dan

mengetahui visinya sebagai seorang pendidik, ia akan bekerja dengan sukacita

menjalankan profesinya, mengusahakan segala yang terbaik yang dapat

dilakukannya supaya tercipta generasi yang tidak hanya cerdas tetapi juga

berkarakter. Seseorang itu akan bekerja secara ikhlas tanpa mengharapkan

imbalan, karena baginya kekayaan sebenarnya adalah murid-muridnya. Ketika

murid-muridnya berhasil maka terbalaslah jerih payahnya selama mengajar.

Jansen Sinamo dalam bukunya juga menyatakan “Keterpanggilan biasanya

muncul berbentuk kecenderungan hati, dorongan hati, atau kemauan hati yang

kuat, mulanya dirangsang oleh kesempatan yang muncul di ufuk timur hati kita.”

Keterpanggilan membuat arah dan tujuan hidup menjadi tegas, visi dan misi terasa

jelas. Ini membuat kita berpandangan jauh ke depan, tidak terjebak picik dalam

Page 10: 92589224 Keteladanan Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa

kacamata kuda yang sempit dan pendek yang kemudian membuahkan sikap

konsisten dan persisten.

Keterpanggilan juga menimbulkan keberanian moral, keteguhan hati,

integritas tinggi dalam berkarya yaitu totalitas yang seimbang antara emosi,

pikiran dan jiwa. Tetapi hal inilah yang jarang ditemukan sekarang ini ditemukan

dalam kepribadian seorang guru. Karena panggilan itu sendiri telah terkaburkan

oleh kebutuhan akan uang yang lebih banyak.

Jelaslah bahwa menyadari keterpanggilan untuk menjadi seorang guru

akan sangat mempengaruhi karakter seorang calon guru. Dengan mengetahui

kehendak hati, maka seseorang akan lebih mudah merencanakan program-

program untuk mencapai kehendak hatinya. Sama halnya dengan hubungan

mengetahui keterpanggilan jiwa atau visi menjadi seorang guru. Seseorang

mengetahui bahwa dia terpanggil untuk menjadi seorang guru maka dia akan

menyukai segala aktifitas yang berkaitan dengan visinya. Dia akan melakukan

semua usaha yang terbaik untuk menghasilkan keluaran yang berkualitas,

cerdas ,dan berkarakter.

Menjadi teladan bagi siswa dalam pembentukan karakter, seorang guru

mempunyai banyak peran baik di sekolah maupun di luar sekolah. Guru sebagai

pendidik yang menjadi tokoh panutan, bertanggung jawab, berwibawa, dan

disiplin dalam menjalankan semua peraturan sekolah secara konsisten. Guru harus

mempunyai kelebihan dalam merealisasikan nilai intelektual, spiritual, emosional,

moral, dan sosial dalam pribadinya. Guru sebagai pengajar dan pembimbing yang

berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya bertanggung jawab atas perjalanan

mental, kreatifitas, moral, dan spiritual siswa yang ebih dalam dan lebih

kompleks.

Karakter-karakter guru tersebut tentu akan bermanfaat secara signifikan

manakala guru mampu mengaplikasikannya dalam praktek nyata di kelas, dalam

menjalankan kewajiban utamanya, selain mendidik yakni merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran, hingga menganalisis hasil belajar.

BAB III

PENUTUP

Page 11: 92589224 Keteladanan Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa

3.1 Kesimpulan

1. Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk

peserta didik menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga

membentuk mereka menjadi pelaku bagi perubahan dalam hidupnya

sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam

tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih, adil, baik dan manusiawi.

2. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap

mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau

nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,

dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari supaya pembelajaran

nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh

pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik

sehari-hari di masyarakat.

3. Untuk menjadi agen pembentukan karakter siswa disekolah guru harus

menjadi teladan bagi siswanya baik dari segi perkataan maupun tindakan.

4. Guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual,

emosional, moral, sosial, intelektual dalam pribadinya dan pribadi

siswanya.

3.2 Saran

1. Mengingat pentingnya pendidikan karakter maka diharapkan program ini

hendaknya dilaksanakan secara terarah, terpadu dan terprogram baik bagi

instansi , guru, dan dinas jawatan pemerintah serempak dilaksanakan

secara bersama-sama

2. Setiap guru sebaiknya ammpu mengimplementasikan nilai-nilai karakter

yang terkandung dalam materi pembelajaran guna membentuk karakter

siswa.

3. Pendidikan karakter ini hendaknya dilaksanakan pada pendidikan formal,

informal dan nonformal.

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: 92589224 Keteladanan Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa

Manullang, Belferik. Prayitno. 2010. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan

Bangsa. Medan: Pascasarjana UNIMED

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara

Sinamo, Jansen. 2010. 8 Etos Keguruan. Jakarta: Institut Mahardika

Tim Mata Kuliah. 2012. Profesi Kependidikan. Medan: FIP Unimed

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif

Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara

Kontekstual dan Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara