92551675-ulkus-kornea
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak
ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel
radang. Ada dua bentuk ulkus kornea yaitu ulkus sentral dan ulkus marginal atau
perifer.1,2
Penyebab tukak kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba, dan virus.
Pada tukak kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun.
Bentuk tukak dapat fokal, multifokal atau difus. Perjalanan penyakit tukak kornea
dapat progresif, regresi atau membentuk jaringan parut.1,2,3
Ulkus kornea akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan
hingga berat, fotofobia, penglihatan menurun dan kadang kotor. Ulkus kornea
akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea, iris sukar dilihat
karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada kornea.
Dapat disertai penipisan kornea, lipatan descement, reaksi jaringan uvea berupa
flare, hipopion, hifema dan sinekia posterior. Adanya ulkus ini dapat dibuktikan
dengan pemeriksaan fluoresensi sebagai daerah berwarna kehijauan pada
kornea. Daerah kornea yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak
terlihat infiltrasi sel radang.1-7
Pengobatan ulkus kornea adalah diberikan antibiotik yang sesuai dengan
penyebabnya, sikloplegik untuk mencegah sinekia posterior dan mengurangi
rasa sakit akibat spasme silier. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien
tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat atau perlunya obat
sistemik. Pengobatan diberikan sampai terjadi epitelisasi dan mata terlihat
tenang. Pada ulkus kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti bila dengan
pengobatan tidak sembuh dan terjadinya jaringan parut yang mengganggu
penglihatan.3,4
1
BAB II
ANATOMI KORNEA
Penampang melintang mata 6
KORNEA
Kornea dalam bahasa latin “cornum” artinya seperti tanduk, merupakan
selaput bening mata, bagian dari mata yang bersifat tembus cahaya, merupakan
lapis dari jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas:1
1. Epitel
Tebalnya 50 μm, terdiri dari lapis sel epitel bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal
sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi sel
sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berkaitan
erat dengan sel basal disampingnya dan sel poligonal didepannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan glukosa yang merupakan barier. Sel basal menghasilkan
membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan
mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membran basal epitel yang merupakan jaringan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen bercabang, terbentuknya kembali serat
kolagen ini memakan waktu yang kadang-kadang mencapai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak
diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan
serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membran aseluler dan merupakan batas belakang stroma
kornea yang dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus menerus seumur hidup.
Mempunyai tebal 40 μm.
5. Endotel
Berasal dari mesothelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
μm. Endotel melekat pada membrane descement melalui hemidesmosom
dan zonula okluden.
Lapisan-lapisan kornea 7
3
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
silier longus, saraf nasosiliar, saraf ke V. Saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk kedalam stroma kornea, menembus membrane bowman melepaskan
schwannya. Seluruh lapisan epitel dipersarafi sampai lapisan kedua terdepan
tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan didaerah
limbus. Daya regenarasi saraf sesudah dipotong didaerah limbus terjadi dalam
waktu 3 bulan.2,3,4
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.1-7
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata disebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea. Dimana
40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk dilakukan oleh kornea.1,2,3
4
BAB III
DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI
ULKUS KORNEA
1. ulkus kornea, 2. kornea, 3. iris, 4. lensa 5
DEFINISI
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea.1-7
PATOFISIOLOGI
Karena kornea adalah struktur yang avaskuler, maka pertahanan pada
waktu peradangan tidak dapat segera datang seperti pada jaringan lainnya yang
banyak mengandung vaskularisasi. Sel-sel di stroma kornea pertama-tama akan
bekerja sebagai makrofag, baru kemudain disusul dengan dilatasi pembuluh
darah yang ada di limbus dan tampak sebagai injeksi pada perikornea.
Sesudahnya terjadilah infiltrasi dari sel-sel leukosit, sel-sel polimorfonuklear, sel
plasma yang mengakibatkan timbulnya infiltrate yang tampak sebagai bercak
kelabu, keruh dan permukaan kornea menjadi tidak licin. Epitel kornea dapat
rusak sampai timbul ulkus. Adanya ulkus ini dapat dibuktikan dengan fluoresens
sebagai daerah yang berwarna kehijauan pada kornea. Bila tukak pada kornea
tidak dalam pengobatan yang baik dapat sembuh dengan meninggalkan jaringan
5
parut, namun apabila tukak dalam apalagi sampai terjadi perforasi penyembuahn
akan disertai dengan terbentuknya jaringan parut.1,2,3
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.1,3
Tukak kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun dan
infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya oleh kuman staphylococcus aureus,
Haemophylus influenza dan M. lacunata.1
Beratnya penyakit juga ditentukan oleh keadaan fisik pasien, besar dan
virulensi inokulum. Selain radang dan infeksi penyebab lain tukak adalah
defisiensi vitamin A, lagoftalmus akibat parese saraf ke VII, lesi saraf ke III atau
neurotropik dan ulkus Mooren.3,4,5
Ulkus kornea cum hipopion
KLASIFIKASI
Ulkus sentral
Biasanya disebabkan oleh bakteri: Pseudomonas, Pneumococcus,
Moraxella, Liquefaciens; virus: Herpes simpleks, Herpes zoster; dan jamur:
Candida albicans, Aspergillus.1,5,7
6
Mikroorganisme ini tidak mudah masuk pada kornea dengan epitel yang
sehat. Terdapat faktor predisposisi untuk terjadinya tukak kornea seperti erosi
pada kornea, keratitis neutropik, pemakaian kortikosteroid atau imunosupresive,
pemakaian obat lokal anestetika, penderita DM dan usia tua.1,2,3
Infeksi Pseudomonas merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan
paling berat daripada infeksi kuman patogen gram negatif pada kornea. Kuman
ini mengeluarkan endotoksin dan sejumlah enzim ekstraseluler. Lesi yang
disebabkan Pseudomonas dimulai dari daerah sentral kornea. Ulkus sentral ini
dapat melebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat
menimbulkan perforasi dalam waktu 48 jam. Gambaran khusus Pseudomonas
dapat berupa ulkus berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus seperti cincin dan didalam
COA dapat terlihat hipopion yang banyak.1,5,6
Ulkus marginal atau perifer
Ulkus marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk
khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat
kelainannya. Dapat disebabkan oleh infeksi, toksik, alergi atau penyakit kolagen
vaskuler.2-5
7
Rheumatoid Marginal Corneal Ulcer 5
Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea ke arah
sentral terutama terdapat pada usia lanjut, biasanya menyerang satu mata,
perasaan sakit sekali pada mata yang terkena merupakan keluhan yang sangat
menonjol pada kelainan ini. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan
kadang-kadang meniggalkan suatu pulau yang sehat pada bagian sentral
kornea, tidak pernah terjadi perforasi kornea karena hanya mengenai permukaan
kornea kecuali bila terjadi infeksi sekunder.1,2
8
BAB IV
MANIFESTASI KLINIS
Tukak kornea akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan
hingga berat, fotofobia, penglihatan menurun, dan kadang kotor. Tukak kornea
akan memberi kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang
bila diberi pewarnaan fluoresensi akan berwarna hijau ditengahnya. Iris sukar
dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada
kornea. Gejala yang dapat menyertai adalah terdapatnya penipisan kornea,
lipatan descement, reaksi jaringan uvea ( akibat gangguan vaskularisasi iris ),
berupa suar, hipopion, hifema dan sinekia posterior.1-6
Biasanya kokus gram positif, Staphylococcus aureus dan Streptococcus
pneumoni akan memberikan gambaran tukak yang terbatas, berbentuk bulat
atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak tukak yang supuratif.1,3
Daerah kornea yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak
terlihat infiltrasi sel radang. Bila tukak disebabkan Pseudomonas maka tukak
akan terlihat melebar dengan cepat, bahan purulen berwarna kuning hijau terlihat
melekat pada permukaan tukak. Bila tukak disebabkan oleh jamur maka infiltrat
akan berwarna abu-abu dikelilingi infiltrate halus disekitarnya (fenomena satelit).
Bila tukak berbentuk dendrit akan terdapat hipestesi pada kornea. Tukak yang
berjalan cepat dapat membentuk descemetokel atau terjadi perforasi kornea
yang berakhir dengan membentuk suatu bentuk lekoma adheren. Bila proses
pada tukak berkurang maka akan terlihat berkurangnya rasa sakit, fotofobia
berkurang, infiltrat pada tukak dan defek epitel kornea menjadi bertambah kecil.1
Corneal Ulcer with Descemetecele 5
9
BAB V
PEMERIKSAAN PADA KORNEA
Uji fluoresensi
Digunakan untuk melihat adanya defek epitel kornea. Kertas fluoresen
yang dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologik diletakkan pada sakus
konjungtiva inferior. Penderita diminta untuk menutup matanya selama 20 detik,
beberapa saat kemudian kertas ini diangkat. Dilakukan irigasi konjungtiva
dengan garam fisiologik. Dilihat permukaan kornea bila terlihat warna hijau
dengan sinar biru berarti ada kerusakan epitel kornea misalnya terdapat pada
keratitis superfisial epithelial, erosi kornea, dan tukak kornea. Defek kornea akan
terlihat berwarna hijau, akibat pada setiap defek kornea, maka bagian tersebut
akan bersifat basa dan memberikan warna hijau pada kornea. Pada keadaan ini
disebut uji fluoresen positif.1,2
Uji fistel
10
Uji fistel atau uji Seidel untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran
kornea. Pada konjungtiva inferior ditaruh kertas fluoresens atau diteteskan
fluoresens. Kemudian dilihat adanya cairan mata yang keluar dari fistel kornea.
Bila terdapat kebocoran kornea adanya fistel kornea akan terlihat pengaliran
cairan mata yang berwarna hijau mulai dari lubang fistel. Cairan mata terlihat
bening dengan sekitarnya terdapat larutan flueresens yang berwarna hijau.1
Uji sensibilitas kornea
Diketahui bahwa serabut sensible kornea melalui saraf trigeminus. Bila
dirangsang akan terdapat refleks aferen pada saraf fasial dan mata akan
berkedip. Penderita yang diminta melihat jauh ke depan dirangsang dengan
kapas kering dari bagian lateral kornea. Dilihat terjadinya refleks mengedip, rasa
sakit, dan mata berair. Bila ada refleks tersebut berarti fungsi trigeminus dan
fasial baik.1,2,3,4
Papan placido
Uji placido digunakan untuk melihat kelengkungan kornea. Dipakai papan
placido dengan gambaran lingkaran konsentris putih hitam yang menghadap
pada sumber cahaya atau jendela, sedang pasien sendiri membelakangi jendela.
Papan palcido merupakan papan yang mempunyai gambaran garis melingkar
konsentris dengan lobang kecil pada bagian sentralnya. Melalui lubang ditengah
plasidoskop dilihat gambaran bayangan plasido pada kornea.
Normal bayangan plasido pada kornea berupa lingkaran konsentris dan
bila:
- lingkaran konsentris berarti permukaan kornea licin dan regular
- lingkaran lonjong berarti adanya astigmatisme kornea
- garis lingkaran tidak beraturan berarti astigmatisme irregular akibat
adanya infiltrat atau parut kornea.
- Kurang tegas mungkin akibat edema kornea keruh.2,3,4
BAB VI
11
PENATALAKSANAAN
Pengobatan umumnya untuk tukak kornea adalah dengan sikloplegik
diperlukan untuk mencegah sinekia posterior akibat reaksi inflamasi yang terjadi
pada COA dan mengurangi rasa sakit akibat spasme silier. Antibiotik yang
sesuai dengan etiologinya. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien
tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat atau perlunya obat
sistemik. Pengobatan pada tukak kornea bertujuan menghalangi hidupnya
bakteri dengan antibiotika dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.1,3,4
Secara umum ulkus diobati sebagai berikut: tidak boleh dibebat karena
akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai incubator, sekret yang
terbentuk dibersihkan 4 kali sehari, diperhaitkan kemungkinan terjadinya
glaukoma sekunder, debridement sangat membantu penyembuhan. Pengobatan
dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tenang kecuali bila
penyebabnya Pseudomonas yang memerlukan pengobatan tambahan 1-2
minggu. Pada tukak kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila
dengan pengobatan tidak sembuh dan terjadinya jaringan parut yang
mengganggu penglihatan.2,3,4,5
12
BAB III
STATUS OFTALMOLOGI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
Alamat : Jl. Setia Budi No.15, Pondok Betung, Tangerang
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : Tamat SMP
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 14 Juni 2006 di poli mata
RSUP Fatmawati jam 10.00.
A. Keluhan Utama
Mata kiri merah sejak 2 hari yang lalu.
B. Keluhan Tambahan
13
Mata kiri sakit, banyak mengeluarkan air mata, silau.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kiri merah sejak 2 hari yang lalu. 2
hari yang lalu, ketika sedang berjalan pasien terkena serpihan bata pada
mata kirinya dan mata langsung terasa sakit, merah dan terus mengeluarkan
air mata. Pasien juga mengeluh mata kiri terasa silau dan buram bila melihat.
1 hari yang lalu timbul putih-putih dimata kiri dan mata semakin sakit. Pasien
sudah membeli obat tetes mata insto sendiri tapi rasa sakit dan merah dimata
tidak berkurang. Menurut pasien, mata tidak belekan atau kotor. Sakit kepala,
mual, muntah, melihat pelangi sekitar lampu disangkal. Riwayat pemakaian
kortikosteroid disangkal.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mata merah sebelumnya disangkal.
Darah tinggi, kencing manis disangkal.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang sakit mata merah.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : afebris
Pernapasan : 22 x/menit
Kepala : normocephali, rambut hitam, distribusi merata,
tidak mudah dicabut
14
Mata : lihat status oftalmologi
Telinga : normotia, sekret -/-, serumen -/-
Hidung : septum deviasi -/-, sekret -/-
Mulut : faring hiperemis -, tonsil T1T1 tenang
Leher : KGB tidak tampak membesar
Thoraks :
Jantung : S1-S2 reguler, murmur -, gallop -
Paru : suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, supel, nyeri tekan -, hepar lien tidak teraba
membesar, bising usus + normal
Ekstremitas :
Superior : akral hangat, edema -/-
Inferior : akral hangat, edema -/-
B. Status Oftalmologi
Visus AVOD: SC: 5/5
AVOS: SC: 5/10
CC: PH (-) tidak dapat dikoreksi
Pemeriksaan kamar terang
Kedudukan bola mata OD OS
Posisi Ortoposisi Ortoposisi
Eksoftalmus - -
Endoftalmus - -
Tropia - -
Foria - -
Pergerakan bola mata OD OS
Nasal Baik Baik
Temporal Baik Baik
Superior Baik Baik
15
Inferior Baik Baik
Nasal superior Baik Baik
Nasal inferior Baik Baik
Temporal superior Baik Baik
Temporal inferior Baik Baik
Supersilia OD OS
Alopesia - -
Sikatriks - -
Palpebra superior OD OS
Bengkak - +
Merah - -
Benjolan - -
Kalazion - -
Hordeolum - -
Entropion - -
Abses - -
Ptosis - -
Pseudoptosis - -
Blefarospasme - -
Lagoftalmus - -
Palpebra inferior OD OS
Bengkak - -
Merah - -
Benjolan - -
Kalazion - -
Hordeolum - -
Entropion - -
16
Abses - -
Ptosis - -
Pseudoptosis - -
Blefarospasme - -
Lagoftalmus - -
Area lakrimal + pungtum lakrimal OD OS
Bengkak - -
Hiperemi - -
Lakrimasi - -
Benjolan - -
Fistula - -
Margo palpebra superior et silia OD OS
Bengkak - -
Hiperemi - -
Madarosis - -
Ulkus - -
Kalazion - -
Hordeolum - -
Trikiasis - -
Sikatriks - -
Margo palpebra inferior et silia OD OS
Bengkak - -
Hiperemi - -
Madarosis - -
Ulkus - -
Kalazion - -
Hordeolum - -
17
Trikiasis - -
Sikatriks - -
Konjungtiva tarsalis superior OD OS
Kemosis - -
Hiperemis - +
Anemis - -
Folikel - -
Papil - -
Membran - -
Litiasis - -
Sikatriks - -
Simblefaron - -
Konjungtiva tarsalis inferior OD OS
Kemosis - -
Hiperemis - +
Anemis - -
Folikel - -
Papil - -
Membran - -
Litiasis - -
Sikatriks - -
Simblefaron - -
Konjungtiva bulbi OD OS
Sekret - -
Kemosis - -
Xerosis - -
Perdarahan subkonjungtiva - -
18
Injeksi konjungtiva - +
Injeksi silier - +
Injeksi episklera - -
Nodul - -
Flikten - -
Pterigium - -
Pinguekula - -
Simblefaron - -
Sikatriks - -
Nevus - -
Kornea OD OS
Kejernihan Jernih jernih
Arkus senilis - -
Sikatriks - -
Tes fluoresensi Tidak dilakukan +
Tes sensibilitas + +
Tes placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sklera OD OS
Nodul - -
Warna Putih Putih
Stafiloma - -
Ruptur - -
Tekanan intra okuler OD OS
Palpasi Normal Normal
Schiotz 7/7,5 = 18,5 mmHg Tidak dilakukan
Pemeriksaan kamar gelap
Kornea OD OS
19
Kejernihan Jernih Jernih
Nebula - -
Makula - -
Lekoma - -
Stafiloma - -
Erosi - -
Infiltrat - +
Ulkus - + disentral
Pannus - -
Neovaskularisasi - -
Edema - -
Vesikel - -
Keratik presipitat - -
Kamera okuli anterior OD OS
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Flare - +
Hipopion - +
Hifema - -
Iris OD OS
Warna Coklat Coklat
Gambaran radier Radier nyata Radier nyata
Kejernihan Jernih Jernih
Eksudat - -
Atrofi - -
Sinekia anterior - -
Sinekia posterior - -
Rubeosis iridis - -
20
Iris tremulans - -
Pupil OD OS
Bentuk Bulat Bulat
Besar 3mm 3mm
Regular Regular Regular
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak langsung + +
Seklusio pupil - -
Oklusio pupil - -
Leukokoria - -
Lensa OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Letak kekeruhan - -
Iris shadow test - -
Refleks kaca - -
Pigmen iris - -
Luksasi - -
Badan kaca OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Flare - -
Sel radang - -
Sel darah - -
Fibrosis - -
Funduskopi OD OS
Refleks fundus + +
21
Papil
Bentuk Bulat Bulat
Batas Tegas Tegas
CDR 0,3 0,3
Aa/vv 2/3 2/3
Warna Merah muda Merah muda
Retina perifer Baik Baik
Refleks makula + +
Gambar
OD OS
Tes fluoresensi
OD OS
Refleks fundus
OD OS
Funduskopi
OD OS
22
IV. RESUME
Pasien seorang laki-laki berusia 19 tahun datang dengan keluhan mata
kiri merah sejak 2 hari yang lalu. Mata kiri sakit, berair, silau, buram, timbul
putih-putih. Timbul setelah terkena serpihan bata.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan,
OS: visus 5/10 PH -, palpebra superior edema +, konjungtiva tarsalis superior
dan inferior hiperemis +, konjungtiva bulbi; injeksi konjungtiva +, injeksi silier
+, kornea; infiltrat +, ulkus disentral +, COA; hipopion +, flare +, tes
fluoresensi +, tes sensibilitas +.
V. DIAGNOSIS KERJA
Ulkus kornea cum hipopion OS
VI. DIAGNOSIS BANDING
Endoftalmitis
VII. PENATALAKSANAAN
Cravit ed / fl no.I
S gtt I tiap jam OS
Cenfresh ed / md no.I
S 6 dd gtt I OS
C. Tropin ed / fl no.I
S 3 dd gtt I OS
Ciprofloxacin tab 500mg no.XV
S 3 dd I
Inj. Dibekacin subkonjungtiva 20 mg 5 kali
23
VIII. RENCANA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan pulasan gram, KOH
USG
IX. PROGNOSIS
OS : Ad vitam : dubia at bonam
Ad visam : dubia at malam
BAB IV
DISKUSI KASUS
Pada presentasi kasus ini pasien seorang laki-laki berusia 19 tahun didiagnosis
sebagai ulkus kornea cum hipopion mata kiri. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik oftalmologi dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesa didapatkan gejala-gejala subyektif mata kiri merah sejak 2 hari
yang lalu, sakit, banyak mengeluarkan air mata, silau. Hal ini sesuai dengan
keluhan subyektif yang biasa didapatkan pada ulkus kornea. Didapatkan riwayat
trauma terkena serpihan bata yang merupakan factor predisposisi terjadinya
tukak kornea. Pada tinjauan pustaka, tukak kornea biasanya terjadi setelah
terdapatnya trauma yang merusak epitel kornea dan mikroorganisme mudah
masuk melalui kornea yang rusak tersebut.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada mata kiri visus 5/10 ph -, palpebra
superior edema +, konjungtiva tarsalis superior dan inferior hiperemis +,
konjungtiva bulbi; injeksi konjungtiva +, injeksi silier +, kornea; infiltrat +, ulkus
disentral +, COA; hipopion +, flare +, tes fluoresensi +, tes sensibilitas +.
Visus dengan PH – menjelaskan kelainan terdapat pada media refraksi dan
terdapat tanda-tanda infeksi skut berupa edema, sakit, hiperemis. Pada
konjungtiva terdapat tanda-tanda peradangan berupa injeksi konjungtiva dan
injeksi silier. Kelainan lain yang juga ditemukan berupa hipopion yang terjadi
akibat rangsangan toksik kuman. Pemeriksaan penunjang yang mengarah
24
adanya suatu ulkus kornea adalah dengan tes fluoresensi, terdapat pewarnaan
hijau sebagai defek pada kornea. Pada tes sensibilitas + normal menyingkirkan
penyebab virus. Pada kasus ini dianjurkan untuk pemeriksaan kultur bakteri guna
mengetahui pasti kuman penyebabnya sehingga dapat menentukan terapi yang
sesuai. Perlu juga dilakukan pemeriksaan USG bola mata pada pasien ini untuk
menyingkirkan dugaan endoftalmitis.
Pengobatan pada kasus ini diberikan antibiotik oral dan topikal, diberikan juga
sikloplegik untuk mengistirahatkan iris untuk mengurangi spasme dan mencegah
terjadinya sinekia. Diberikan juga airmata buatan karena bila ada defek kornea
maka lapisan airmata yang ada diluar kornea akan terganggu sehingga perlu
diberikan tambahan airmata.
Prognosis pada kasus ini ad vitamnya lebih kea rah baik karena tidak
mengancam kematian, ad visam buruk karena visusnya tidak akan kembali
normal, prognosis sanationamnya juga buruk karena tentunya akan mengganggu
dalam aktivitas bekerja pasien.
25
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosa ulkus
kornea cum hipopion mata kiri sesuai dengan keluhan subyektif dan obyektif
yang ditemukan. Etiologi belum diketahui secara pasti karena harus didukung
dengan pemeriksaan kultur bakteri. Hal yang penting pada pasien ini adanya
riwayat trauma pada mata kirinya sehingga dipikirkan sebagai faktor predisposisi
ulkus kornea. Pada kasus ini dugaan adanya endoftalmitis perlu dipikirkan
sehingga perlu pemeriksaan USG. Pengobatan yang diberikan berupa antibiotik
oral dan topikal, sikloplegik dan airmata buatan.
26