91-174-1-sm.pdf
TRANSCRIPT
-
SISA MAKANAN MENURUT KARAKTERISTIK PASIEN HIPERTENSI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA
Septiana Rosalinda Dillak
1, Setyowati
2, Farissa Fatimah
3
INTISARI
Latar Belakang: Pelayanan makan pasien di rumah sakit bertujuan untuk mencukupi kebutuhan zat-zat gizi pasien
guna menunjang proses penyembuhan dan mencapai status gizi optimal. Masalah yang dihadapi adalah tingkat
konsumsi yang kurang sehingga menyebabkan sisa pada makanan yang disajikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
sisa makanan, salah satunya adalah faktor internal pasien meliputi usia, jenis kelamin, jenis penyakit, lama
perawatan, nafsu makan, kebiasaan makan, dan motivasi pasien untuk sembuh. Faktor internal pasien secara
langsung berhubungan dengan perilaku, karakteristik, keadaan psikologis, dan manajeman diri pasien yang
berbeda-beda sehingga mempengaruhi pasien dalam menghabiskan makanan yang disajikan di rumah sakit.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan darah di atas
normal yang mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Diet rendah garam
dibrikan kepada pasien yang didiagnosis hipertensi.Diet rendah garam merupakan jenis diet terbanyak dalam
pemesanan diet di RSUD Sleman. Jumlah pemesanan diet rendah garam selama tahun 2011 adalah sebanyak 2948
porsi dan Januari 2012 adalah 297 porsi.
Tujuan: Mengetahui sisa makanan menurut karakteristik pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman
Yogyakarta.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sisa makanan menurut karakteristik pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah
Sleman Yogyakarta dengan uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan tingkat kemaknaan (= 0,05). Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis penyakit hipertensi dengan atau tanpa komplikasi di
Rumah Sakit Umum Daerah Sleman. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 30 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni
2012.
Hasil: Pasien dengan status hipertensi ringan sisa makanan yang paling banyak yaitu pada makanan pokok dan
sayur 18,8%, status hipertensi sedang sisa terbanyak pada jenis lauk nabati 28,1%, makanan pokok 21,9%, dan
sayur 21,9 %, Pasien dengan status komplikasi sisa makanan terbanyak pada makanan pokok 37,5% dan sayur
37,5% sedangkan pasien dengan status tidak komplikasi rata-rata sisa makanan untuk semua jenis makanan yang
bersisa banyak sama yaitu 9,4 %. Pasien yang mengatakan berselera terhadap makanan yang disajikan rata-rata
menyisakan sedikit makanannya. Bentuk makanan yang didapat sebagian besar pasien adalah bentuk lunak dan sisa
paling banyak pada lauk nabati 46,9 %. Rata-rata sisa makanan pasien bersisa banyak ( > 25 % ) pada lauk nabati
menyisakan rata-rata 50 %, makanan pokok 46,9 %, dan sayur 46,9 %.
Kesimpulan: tidak ada hubungan antara status hipertensi, status komplikasi penyakit, bentuk makanan dengan sisa
makanan. Ada hubungan yang bermakna antara selera makan dengan sisa makanan.
Kata Kunci: sisa makanan status hipertensi, komplikasi penyakit hipertensi, bentuk makanan dan selera makan
1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta 2 Dosen Program Studi Ilmu Gizi Politeknik Kesehatan Yogyakarta
3 Dosen Program Studi Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta
-
FOOD WASTE ACCORDING TO THE CHARACTERISTIC OF
HYPERTENSION PATIENTS at SLEMAN GENERAL HOSPITAL
YOGYAKARTA
Septiana Rosalinda Dillak1, Setyowati
2, Farissa Fatimah
3
ABSTRACT
Background: The service of patients meal in hospital purposed to complete the necessity of substances patients nutrient in order to support the healing process and reach optimum nutrient status. The problem that faced is the
consumption level which is less, so that it causes food waste at served meal. Factors that influence the food remain
one of which is internal factor such us age, gender, desease type, length of treatment, appetite, eat habit, and the
motivation to heal. Internal factor associated with direct patient behavior, characteristic, psychological states and
self-management patient are not the same, the influence patient in the food spends in hospital. Hypertension is a
condition human body experience rise blood pressure abnormally which effecting up rate morbidity and mortality.
Diet low salt is given to patient hypertension. Diet low salt is kind diets lot on order diet at Sleman Region General
Hospital Yogyakarta. Total diets low salt during year 2011 as much as 2948 portions that orderred and 297 portions
ordered in january 2012.
Purpose Of Research: Knowing food waste follows hypertension patient characteristics at Sleman Region General
Hospital Yogyakarta.
Method: The research desain observasional with cross sectional plan with statistic test that used is chi-square with
mean step (=0,05) and confident interval (CI) 95%. The research population is all hypertension patients with or without complication at Sleman Region General Hospital. Sampling techniques that used is accidental sampling
with sample total as much as 30 person. The data collected using questionnaires and conducted in june 2012.
Result : Patients with light hypertension status most of meal remains is staple food and vegetables are 18,8%, moderate hypertension status most vegetable side 28,1 %, 21,9 % of staple food and 21,9 % of vegetable. Patients who are most of meal remains is staple food 37,5% and vegetable 37,5 %, while patients without complication status average for all food kind that remains many same that is 9,4 %. Patient who says appetite that served meal
average remain a little the food. Food form that got a large part patients soft form and remainder at most in vegetable side 46,9 %. Average patient remains many (> 25 %) in vegetable side average 50 %, staple food 46,9 %
and vegetable 46,9 %.
Conclution: Based on the result research that there are no relation between hypertension status, hypertension
complication status, food form with waste food. There is significant
relationship between appetite with the waste food.
Keywords: waste food , hypertension status, hypertension complication status, food form, appetite
PENDAHULUAN
1 Student of Nutritional Study Program Respati Yogyakarta University
2 Lecture of Nutritional Study Program Health Polytechnic Yogyakarta
3 Lecture of Nutritional Study Program Respati Yogyakarta University
-
PENDAHULUAN
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan
berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat
berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan
keadaan gizinya. Pengaruh tersebut bisa berjalan timbal balik, seperti lingkaran setan. Hal tersebut diakibatkan
karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu
akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung
koroner dan darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk membantu penyembuhan1.
Pelayanan gizi rumah sakit, khususnya pelayanan gizi di ruang rawat inap mempunyai tujuan kegiatan
antara lain manyajikan makanan kepada pasien bertujuan untuk penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien.
Pasien yang dirawat di rumah sakit berarti memisahkan diri dari kebiasaan hidupnya sehari-hari terutama dalam
hal makanan, bukan saja macam makanan yang disajikan tetapi juga cara makanan dihidangkan, tempat makan,
waktu makan, besar porsi dan jenis makanan yang disajikan. Pemberian makanan yang memenuhi gizi
seimbang serta habis termakan oleh pasien, merupakan salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan
memperpendek hari rawat inap2.
Salah satu yang mempengaruhi lamanya hari perawatan yaitu intake makanan selama dirawat, dimana
penyembuhan pasien yang dirawat berkaitan dengan status gizi yang didapat dari makanan selama hari
perawatan3.
Keberhasilan suatu penyelengaraan makanan antara lain dikaitkan dengan adanya sisa makanan, karena
adanya sisa makanan menunjukan kegagalan suatu penyelengaraan makanan dirumah sakit, sehingga kegiatan
pencatatan sisa makanan merupakan indikator yang sederahana yang dapat dipakai untuk mengevaluasi
keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit4. Sisa makanan pasien di Rumah Sakit Dr. Ahcmad Mochtar Bukit
Tinggi menunjukan terdapat 45% sisa makanan pokok dan sayur 40% sedangkan dari bentuk makanan yang
paling banyak bersisa adalah pasien yang mendapat makanan lunak 61,8 % dan 25% sisa makanan biasa5.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit pembuluh darah yang mempunyai prevalensi terbesar
diseluruh dunia6. Angka hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang
dewasa artinya, satu di antara lima orang dewasa menderita hipertensi. Dari berbagai penelitian epidemiologis
yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia 20-50 tahun adalah penderita
hipertensi7.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan hipertensi pada umur 20-50 tahun dipengaruhi
oleh faktor psikologis, perilaku tidak sehat (merokok, obesitas), stres dan rendahnya status pekerjaan dan
kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat8.
Berdasarkan data RSUD Sleman Yogyakarta jumlah pasien hipertensi pada bulan Januari 2012 sebanyak
40 pasien. Berdasarkan data buku makan pasien RSUD Sleman Yogyakarta, diet rendah garam merupakan jenis
diet terbanyak dalam pemesanan. Jumlah pemesanan diet rendah garam selama tahun 2011 adalah sebanyak
-
2948 porsi makan yang disediakan pada satu kali makan siang saja. Pemesanan bulan Januari 2012 adalah 297
porsi9.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ahli gizi di RSUD Sleman
Yogyakarta, diketahui bahwa belum pernah dilakukan evaluasi sisa makanan pada pasien hipertensi.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin meneliti mengenai sisa makanan menurut krakteristik pasien
hipertensi di RSUD Sleman Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sisa makanan menurut karakteristik pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman
Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta.
Subyek yang diteliti adalah pasien hipertensi rawat inap. Teknik pengambilan subyek penelitian pada
penelitian ini dengan menggunakan metode accidental sampling yaitu pengambilan dilakukan berdasarkan
kebetulan, siapa saja yang ditemui asalkan sesuai dengan persyaratan data yang diinginkan10
. Dengan subyek
penelitian minimal 30 orang.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan formulir evaluasi porsi sisa makanan.
Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan identitas pasien, karakteristik pasien hipertensi
yaitu selera makanan sedangkan pengumpulan data sisa makanan menggunakan formulir evaluasi porsi sisa
makanan.
Pengolahan data meliputi editing, entri data, dan tabulating. Analisis data dilakukan dengan cara
univariat dan bivariat. Analisis Univariat, dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian untuk
mengetahui karakteristik dan distribusi data dengan penyusunan tabel frekuensi yang disajikan dalam bentuk
tabel, grafik, dan narasi sedangkan analisis Bivariat, digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis dilakukan dengan analisis Fisher Exact Test dengan program
komputer dan Confident Interval 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
a. Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah pasien hipertensi yang rawat inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Sleman. Karakteristik responden dalam penelitian ini diamati berdasarkan jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan kelas perawatan, status hipertensi, selera makan, bentuk makanan.
Dari Gambar dibawah ini menunjukkan bahwa pada karakteristik responden terbanyak adalah
berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 pasien dengan persentase 65,6%. Responden berdasarkan
kelompok umur terbanyak pada kelompok umur 56-59 tahun sebanyak 21 orang (65,6). Sebagian
besar responden berpendidikan rendah 23 pasien (71,9%). Dari Gambar 4 juga menunjukkan bahwa
-
sebagian besar responden menderita hipertensi ringan (46,9%). Karakteristik responden berdasarkan
komplikasi penyakit sebagian besar pasien mengalami komplikasi yaitu sebanyak 24 pasien (75%).
Responden menurut selera makan menunjukkan sebagian besar responden (62,5%) berselera
terhadap makanan yang disajikan sedangkan karakteristik responden menurut bentuk makanan
menunjukkan sebagian besar responden mendapat makanan lunak 31 pasien (96,9%).
Hasil analisis deskripsi karakteristik responden penelitian ini secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta Tahun 2012
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 11 34,4
Perempuan 21 65,6
Jumlah 32 100
Umur
50-55 11 34,4
55-59 21 65,6
Jumlah 32 100
Pendidikan
Rendah (SD-SMP) 23 71,9
Tinggi (SMA-Perguruan Tinggi) 9 28,1
Jumlah 32 100
Kelas Perawatan
Kelas II 6 18,8
Kelas III 26 81,3
Jumlah 32 100
Status Hipertensi
Ringan 15 46,9
Sedang 13 40,6
Berat 4 12,5
Jumlah 32 100
Status Komplikasi
Komplikasi 24 75
Tidak komplikasi 8 25
Jumlah 32 100
Selera Makan
Berselera 20 62,5
Kurang berselera 12 37,5
Jumlah 32 100
Bentuk Makanan
Biasa 1 3,1
Lunak 31 96,9
Jumlah 32 100
b. Sisa Makanan
1) Gambaran sisa makanan
Pada Gambar 1 disajikan, rata-rata sisa makanan pasien bersisa banyak (SB) pada jenis
makanan lauk nabati yaitu sebanyak 16 pasien atau sebesar 50 %, sayur (SY) dan makanan pokok
(MP) sebanyak 15 pasien atau 46,9%. Sedangkan untuk jenis Lauk hewani (LH) dan buah (BH)
-
cenderung lebih banyak dihabiskan, terlihat dari rata-rata makanan yang bersisa sedikit yaitu
sebesar 59,4%.
Jumlah rata-rata sisa makanan pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah
Sleman dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini:
Gambar 1. Gambaran Sisa Makanan Pasien Hipertensi di RSUD Sleman
2) Hubungan Sisa Makanan menurut Status Hipertensi Pasien
Tabel 2 Sisa Makanan menurut Status Hipertensi
Jenis Sisa Makanan
Status Hipertensi
p Ringan Sedang Berat
n % n % n %
Makanan Pokok
0,554
Sisa sedikit ( 25 % ) 9 28,1 6 18,8 2 6,3
Sisa banyak ( >25 % ) 6 18,8 7 21,9 2 6,3
Lauk Hewani
0,641
Sisa sedikit ( 25 % ) 10 31,3 7 21,9 2 6,3
Sisa banyak ( > 25 % ) 5 15,6 6 18,8 2 6,3
Lauk Nabati
3,590
Sisa sedikit ( 25 % ) 10 31,3 4 12,5 2 6,3
Sisa banyak ( > 25 % ) 5 15,6 9 28,1 2 6,3
Sayur
0,554
Sisa sedikit ( 25 % ) 9 28,1 6 18,8 2 6,3
Sisa banyak ( > 25% ) 6 18,8 7 21,9 2 6,3
Buah
2,299
Sisa sedikit ( 25 % ) 11 34,4 6 18,8 2 6,3
Sisa banyak ( > 25 %) 4 12,5 7 21,9 2 6,3
Gambaran Sisa Makanan
17 1519
1316 16 17 15
1913
53,146,9
59,4
40,6
50 5053,1
46,9
59,4
40,6
0
10
20
30
40
50
60
70
MP
(SS)
MP
(SB)
LH
(SS)
LH
(SB)
LN
(SS)
LN
(SB)
SY
(SS)
SY
(SB)
BH
(SS)
BH
(SB)
n
%
-
Pada Tabel 2 terlihat, rata-rata sisa makanan pasien bersisa banyak ( > 25 % ) untuk
status hipertensi ringan pada jenis makanan pokok dan sayur yang memiliki jumlah yang sama
yaitu sebanyak 6 pasien (18,8%), untuk hipertensi sedang sisa makanan terbanyak pada lauk
nabati yaitu sebanyak 9 pasien (28,1%), dan untuk hipertensi berat memiliki proporsi yang sama
untuk setiap sisa makanannya yaitu sebanyak 6,3 %. Sedangkan untuk jenis makanan yang bersisa
sedikit pada hipertensi ringan yaitu sisa buah sebanyak 11 pasien (34%),
Hipertensi sedang jenis makanan yang bersisa sedikit adalah pada lauk hewani sebanyak
7 pasien (21,9%), dan pada hipertensi berat memiliki proporsi yang sama untuk setiap
sisa makanannya yaitu sebanyak 2 pasien (6,3 %).
3) Hubungan Sisa Makanan menurut Status Komplikasi Penyakit Pasien
Tabel 3 Hubungan Sisa Makanan menurut Status Komplikasi Penyakit Pasien
Jenis Sisa Makanan
Status Komplikasi
p Komplikasi Tidak Komplikasi
n % n %
Makanan Pokok
Sisa sedikit ( 25 % ) 12 37,5 5 15,6 0,691
Sisa banyak ( >25 % ) 12 37,5 3 9,4
Lauk Hewani
Sisa sedikit ( 25 % ) 14 43,8 5 15,6 1,000
Sisa banyak ( > 25 % ) 10 15,6 3 9,4
Lauk Nabati
Sisa sedikit ( 25 % ) 11 34,4 5 15,6 0,685
Sisa banyak ( > 25 % ) 13 40,6 3 9,4
Sayur
Sisa sedikit ( 25 % ) 12 37,5 5 15,6 0,691
Sisa banyak ( > 25% ) 12 37,5 3 9,4
Buah
Sisa sedikit ( 25 % ) 14 43,8 5 15,6 1,000
Sisa banyak ( > 25 %) 10 15,6 3 9,4
Pada Tabel 3 diketahui, rata-rata sisa makanan pasien menurut status komplikasi penyakit
yang bersisa banyak ( > 25 % ) untuk status komplikasi terdapat pada sisa lauk nabati sebanyak 13
pasien (40,6%), untuk status pasien tidak komplikasi memiliki proporsi yang sama untuk setiap
sisa makanannya yaitu sebanyak 3 pasien (9,4%). Sedangkan untuk jenis makanan yang bersisa
sedikit pada status komplikasi adalah pada sisa lauk hewani dan sisa buah sebanyak 14 pasien
(43,8%), dan pada status tidak komplikasi juga memiliki proporsi yang sama untuk setiap sisa
makanannya yaitu sebanyak 5 pasien (15,6 %).
-
4) Hubungan Sisa Makanan menurut Selera Makan Pasien
Hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara sisa makanan dengan selera
makan karena nilai p < 0,05. Selera makan dengan kategori berselera yang bersisa banyak yaitu
pada jenis makanan lauk nabati sebanyak 6 pasien (18,8%) dan sayur sebanyak 6 pasien (18,8%)
sayur dan selera makan dengan kategori kurang berselera yang bersisa banyak yaitu pada makanan
pokok dan lauk nabati yaitu 10 pasien (31,3%). Untuk lebih rinci hubungang sisa makanan
menurut selera makan pasien disajikan dalam tabel 4 dibawah ini :
Tabel 4. Hubungan Sisa Makanan menurut Selera Makan
Jenis Sisa Makanan
Selera Makan
p Berselera Kurang Berselera
n % n %
Makanan Pokok
Sisa sedikit ( 25 % ) 15 46,9 2 6,3 0,003
Sisa banyak ( >25 % ) 5 15,6 10 31,3
Lauk Hewani
Sisa sedikit ( 25 % ) 16 50 3 9,4 0,004
Sisa banyak ( > 25 % ) 4 12,5 9 28,1
Lauk Nabati
Sisa sedikit ( 25 % ) 14 43,8 2 6,3 0,009
Sisa banyak ( > 25 % ) 6 18,8 10 31,3
Sayur
Sisa sedikit ( 25 % ) 14 43,8 6 18,8 0,027
Sisa banyak ( > 25% ) 3 9,4 9 28,1
Buah
Sisa sedikit ( 25 % ) 16 50 3 9,4 0,004
Sisa banyak ( > 25 %) 4 12,5 9 28,1
-
5) Hubungan Sisa Makanan menurut Bentuk Makanan Pasien
Tabel 5 Hubungan Sisa Makanan menurut Bentuk Makanan
Jenis Sisa Makanan
Bentuk Makanan
Biasa Lunak
n % n %
Makanan Pokok
Sisa sedikit ( 25 % ) 0 0 17 53,1 Sisa banyak ( >25 % ) 1 3,1 14 43,8
Lauk Hewani
Sisa sedikit ( 25 % ) 0 0 19 59,4 Sisa banyak ( > 25 % ) 1 3,1 12 37,5
Lauk Nabati
Sisa sedikit ( 25 % ) 0 0 16 50 Sisa banyak ( > 25 % ) 1 3,1 15 46,9
Sayur
Sisa sedikit ( 25 % ) 0 0 17 53,1 Sisa banyak ( > 25% ) 1 3,1 12 37,5
Buah
Sisa sedikit ( 25 % ) 0 0 19 59,4 Sisa banyak ( > 25 %) 1 3,1 12 37,5
Jumlah rata-rata sisa makanan pasien menurut bentuk makanan lunak yang bersisa banyak ( >
25 % ) terdapat pada sisa lauk nabati sebanyak 15 pasien (46,9%), sedangkan untuk bentuk makanan
lunak yang bersisa sedikit sebanyak 19 pasien (59,4%) yaitu pada lauk hewani dan buah. Diketahui
juga jumlah responden yang mendapat bentuk makanan biasa ada 1 pasien dan menyisakan banyak
sisa.
2. PEMBAHASAN
a. Karakteristik Responden
1) Jenis Kelamin
Hasil penelitian sebagian besar responden adalah perempuan yaitu sebanyak 21 pasien
(65,6%).
Jenis kelamin sangat erat kaitannya dengan kejadian hipertensi. Pada masa muda dan paruh
baya (23-35 tahun) penyakit hipertensi lebih tinggi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi
setelah umur 55 tahun pascamenopause. Hal ini berkaitan dengan masa pramenopause (40-50
tahun) yang dialami perempuan yang mengakibatkan tekanan darah cenderung naik. Sebelum
menopause wanita relatif terlindungi dari penyakit kardiovaskuler karena adanya hormon
estrogen. Sementara itu, kadar estrogen menurun pada wanita yang memasuki masa menopause
usia 51 tahun11.
2) Umur
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pasien yang menderita hipertensi cenderung lebih
banyak diderita oleh pasien yang berumur 56-59 tahun yaitu sebanyak 21 orang (65,6%).
-
Hipertensi biasanya berkembang di usia antara 35-55 tahun. Semakin tua atau semakin
bertambahnya usia seseorang maka akan hilang elastisitas jaringan dan arterisklerosis serta
pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab hipertensi di usia tua15
.
3) Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien hipertensi berpendidikan dasar
(SD-SMP) yaitu sebanyak 23 pasien (71,9%). Hal ini dapat disebabkan pada orang yang
berpendidikan rendah memiliki keterbatasan dalam memahami dan menerima informasi tentang
kesehatan sehingga tidak mengetahui tentang pola hidup sehat dan mengatur pola makan yang
baik.
Menurut Crow (dalam Nida, 2011) bahwa pendidikan diinterpretasikan dengan makna untuk
mempertahankan individu dengan kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa bertambah dan
merupakan suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk memperluas,
mengintensifkan ilmu pengetahuan dan memahami elemen-elemen yang ada disekitarnya.
4) Status Hipertensi
Hasil penelitian sebanyak 15 pasien (46,9%) menderita hipertensi ringan. Status hipertensi
responden terbanyak adalah ringan dikarenakan pasien sudah mengkonsumsi obat-obatan penurun
tekanan darah dan telah mendapat makanan diet rendah garam.
Perawatan di rumah sakit menyebabkan orang sakit harus menjalani kehidupan yang berbeda
dengan apa yang dialami sehari hari di rumah. Apa yang dimakan, dimana orang tersebut makan,
bagaimana makanan disajikan, dengan siapa orang tersebut makan, sangat berbeda dengan yang
telah menjadi kebiasan hidupnya. Hal ini ditambah dengan hadirnya orang-orang yang masih asing
baginya yang mengelilinginya setiap waktu, seperti dokter, perawat, atau petugas paramedis
lainnya. Kesemuanya itu dapat membuat orang sakit mengalami tekanan psikologis, yang dapat
pula membawa perubahan pada orang sakit.
Rasa khawatir yang hebat atau keadaan-keadaan yang berbahaya yang terjadi atau belum
terjadi menyebabkan rasa gelisah dan khawatir berlebih sehingga berpengaruh terhadap tekanan
darah pasien.
5) Status Komplikasi Penyakit Hipertensi
Pada penelitian ini sebagian besar responden atau sebanyak 24 pasien (75%) mengalami
komplikasi dan 8 pasien (25%) tidak mengalami komplikasi. Komplikasi yang diderita pasien
yang menjadi responden pada penelitian ini adalah komplikasi dengan diabetes mellitus, stroke
dan jantung.
Hipertensi secara terus menerus merupakan salah satu penyebab komplikasi berbagai penyakit
kardiovaskuler. Hal ini dikarenakan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama
-
sehingga organ tidak mampu bertahan dalam keadaan itu14
. Organ-organ itu meliputi otak, mata,
jantung, pembuluh darah arteri dan ginjal15
.
6) Selera Makan
Pada penelitian ini seharusnya ada 4 parameter untuk selera makan yaitu sangat berselera,
berselera, kurang berselera dan tidak berselera tetapi pada saat pengambilan data dan perekapan
data hanya bersisa 2 parameter yaitu berselera dan kurang berselera dikarenakan semua responden
penelitian hanya memilih 2 dari 4 parameter yang ada pada semua jenis makanan. Berdasarkan
hasil penelitian, sebagian besar responden (62,5%) menunjukkan berselera terhadap makanan yang
disajikan dan responden yang tidak berselera sebanyak 12 pasien (37,5%).
Hal ini disebabkan karena penyajian makanan dari rumah sakit sudah menarik. Masalah
penyajian makanan kepada pasien sakit lebih kompleks dibandingkan dengan penyajian makanan
untuk pasien sehat. Hal ini disebabkan terutama nafsu atau selera makan dan kondisi mental
pasien yang berubah akibat penyakit yang dideritanya, aktifitas yang menurun dan reaksi obat-
obatan. Disamping itu pasien yang dirawat di rumah sakit berasal dari kelompok masyarakat yang
berbeda-beda seperti adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, pendidikan, pekerjaan, tingkat sosial
ekonomi16
.
7) Bentuk Makanan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 31 responden (96,9%)
mendapat makanan bentuk lunak hal ini disebabkan karena kondisi penyakit pasien dan status
komplikasi penyakit pasien sehingga pasien mendapat makanan dengan bentuk lunak. Makanan
diberikan dalam berbagai bentuk/konsistensi (biasa, lunak, saring, cair, dll) sesuai dengan
kebutuhan dengan memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan
makanan yang digunakan 17
.
b. Sisa Makanan
Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa sisa lauk nabati, sisa makanan pokok dan sisa sayuran
memiliki jumlah yang lebih banyak diantara sisa jenis makanan lainnya (lauk hewani dan buah). Lauk
nabati menyisakan rata-rata 50 %, makanan pokok sebesar 46,9 %, dan sayur sebesar 46,9 %. Hal ini
dapat disebabkan karena sisa lauk nabati yang banyak dipengaruhi oleh kesukaan terhadap salah satu
jenis lauk nabati (tahu atau tempe) saja, beberapa pasien mengatakan bahwa porsi makanan pokok
terlalu besar sehingga tidak dihabiskan, sedangkan sisa sayur responden disebabkan oleh bumbunya
yang kurang terasa, tekstur sayuran ada yang masih kurang empuk. Selain itu, beberapa responden
mengatakan bahwa warna dan bentuk potongan sayur kurang menarik serta beberapa responden juga
tidak menyukai beberapa jenis sayuran sehingga tidak dimakan.
Pada hasil penelitian ini sisa lauk hewani dan buah masuk dalam kategori 25 % (sedikit) karena
kebanyakan pasien menyukai lauk hewani dan buah dan pengolahan cukup bervariasi. Lauk hewani
bersisa sedikit karena nilai ekonomis lauk hewani lebih tinggi dibandingkan dengan hidangan lainnya.
-
Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2002) juga memberikan hasil yang sama yaitu lauk hewani
menyisakan jumlah yang paling sedikit18
. Buah bersisa sedikit dikarenakan adanya kebiasaan di
masyarakat bahwa buah dianggap sebagai pencuci mulut dan buah biasanya disajikan bervariasi.
Selain itu, responden juga jarang mengonsumsi buah dalam menu kesehariannya dirumah, dan untuk
buah pisang biasanya digunakan sebagai media untuk minum obat karena memudahkan pasien dalam
menelan obat sekaligus buah sehingga buah yang disajikan biasanya habis dikonsumsi.
Berdasarkan wawancara dengan subyek yang diteliti diketahui bahwa adanya sisa makanan
dikarenakan responden tidak suka dengan makanan yang disajikan dan kurangnya selera makan pasien.
Karena itu pasien terkadang mengkonsumsi makanan dari rumah. Adanya konsumsi makanan yang
berasal dari luar rumah sakit merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sisa
makanan pasien19
. Hal ini dikarenakan jarak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dekat
dengan waktu makan makanan dari rumah sakit sehingga menyebabkan pasien merasa kenyang
sehingga tidak dapat menghabiskan makanan dari rumah sakit.
c. Hubungan Sisa Makanan menurut Status Hipertensi Pasien
Responden dengan status hipertensi ringan dan makanan dengan sisa banyak terdapat pada
makanan pokok dan sayur (18,8%), status hipertensi sedang pada jenis makanan lauk nabati (28,1%),
makanan pokok (21,9%) sayur (21,9%) dan buah (21,9%) sedangkan pada hipertensi berat memiliki
proporsi yang sama untuk setiap sisa makanan setiap jenis makanan. Namun dalam penelitian ini
hubungan status hipertensi dengan sisa makanan tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.
Hal ini dikarenakan pasien dengan status hipertensi yang berbeda-beda mendapat jenis diet rendah
garam yang sama dan menu yang berbeda untuk setiap komplikasi penyakitnya, disamping itu pasien
memiliki motivasi yang besar untuk sembuh dan keluar dari rumah sakit dan penilaian yang berbeda-
beda terhadap makanan yang disajikan menyebabkan sedikit sisa pada makanan yang disajikan.
d. Hubungan Sisa Makanan menurut Status Komplikasi Penyakit Pasien
Pada umumnya pasien merasa takut dan sedih karena menderita penyakit dan adanya
ketidakbebasan gerak akibat adanya penyakit tertentu sehingga sering membuat putus asa dan akhirnya
membuat pasien akan kehilangan selera makannya20
. Hasil penelitian pada status komplikasi rata-rata
sisa makanan terbanyak yaitu pada makanan pokok (37,5%) dan sayur (37,5%), sebagian besar
responden dengan status komplikasi rata-rata menyisakan sedikit sisa makanan tedapat pada lauk
hewani (43,8%) dan buah (43,8%). Responden dengan status tidak komplikasi sisa makanan rata-rata
untuk setiap jenis makanan yang bersisa banyak sama yaitu 9,4 % sebagian besar pasien dengan status
tidak komplikasi menyisakan sisa sedikit untuk semua jenis makanan yaitu 15,6 %. Namun hasil uji
statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sisa makanan dengan status
komplikasi pasien karena nilai p > 0,05 untuk semua jenis makanan. Hal ini disebabkan motivasi
pasien untuk sembuh sehingga makanan yang disajikan rumah sakit hanya bersisa sedikit. Ditegaskan
dalam penelitian Putri (2012) mengatakan bahwa ada hubungan antara motivasi pasien untuk sembuh
dengan sisa makanan pasien yang mempunyai motivasi tinggi untuk sembuh (54,8%)21
.
-
e. Hubungan Sisa Makanan menurut Selera Makan Pasien
Berdasarkan Tabel 4 terlihat ada hubungan sisa makanan dengan selera makan pada semua jenis
makanan. Sebagian besar pasien menyatakan bahwa memiliki selera makan dan hanya sedikit
menyisakan makanannya baik makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur maupun buah.
Selain itu beberapa pasien yang menyatakan bahwa tidak berselera dan menyisakan banyak
makanannya, ini dikarenakan pasien kurang menyukai makanan yang diberikan oleh rumah sakit
karena faktor-faktor yang mempengaruhi sisa makanan selain faktor eksternal yaitu cita rasa makanan
juga adanya faktor internal yaitu nafsu makan, kebiasaan makan, rasa bosan dan adanya makanan dari
luar. Disamping itu ketidakpuasan pasien terhadap makanan yang diberikan bisa juga dipengaruhi oleh
kebiasaan dan pola makan pasien di rumah sebelum masuk rumah sakit. Kebiasaan makan pasien dapat
mempengaruhi pasien dalam menghabiskan makanan yang disajikan20
. Bila kebiasaan makan pasien
sesuai dengan makanan yang disajikan baik dalam hal susunan menu dan besar porsi maka pasien
cenderung dapat menghabiskan makanan yang disajikan sebaliknya bila tidak sesuai dengan kebiasaan
makan pasien, maka diperlukan waktu untuk menyesuaikannya.
Hal ini dipertegas penelitian Ariefuddin (2007) yang mengatakan adanya hubungan selera makan
dengan terjadinya sisa makanan menunjukkan adanya hubungan bermakna terutama pada makanan
pokok dan lauk nabati22
. Hal ini berarti adanya sisa makanan disebabkan karena banyaknya responden
yang tidak berselera pada makanan pokok dan lauk nabati. Makanan pokok (tim/bubur) dan lauk nabati
yang diberikan di RS beberbeda dengan kebiasaan dirumah. Teknik pengolahannya juga membatasi
penggunaan garam, lemak, dan bumbu sehingga pemasakkan lebih sering dengan cara merebus dan
pemakaian bumbu yang tidak terlalu tajam. Perbedaan tersebut sangat mempengaruhi selera makan
responden.
Bila makanan yang disajikan sesuai dengan kebiasaan makan pasien maka akan berpengaruh
terhadap selera makan pasien. Pasien cenderung akan menghabiskan makanan yang disajikan.
Sebaliknya bila tidak sesuai dengan kebiasaan makan pasien maka akan menurunkan selera makan
pasien sehingga dibutuhkan waktu untuk menyesuaikannya23
. Biasanya selera makan sangat
dipengaruhi oleh kondisi dan keadaan pasien 16
.
Selain responden yang mengatakan kurang berselera dan tidak menghabiskan makanannya, ada
beberapa pasien yang kurang berselera tetapi sisa makananya sedikit. Hal ini dapat disebabkan karena
persepsi pasien terhadap makanan yang disajikan berbeda ataupun karena penampilan dan penyajian
makanan yang sudah menarik dan juga ditambah motivasi yang besar untuk sembuh karena pasien
tidak betah berada dirumah sakit dan karena keterbatasan gerak.
f. Hubungan Sisa Makanan menurut Bentuk Makanan Pasien
Sisa makanan dapat disebabkan bentuk makanan lunak berbeda dengan bentuk makanan biasa dan
cara memasaknya juga membatasi minyak atau lemak, untuk pengolahan lauk jarang digoreng20
. Pada
penelitian ini tidak dapat dilakukan uji secara statistik dikarenakan ada kolom yang nilainya 0 (nol)
yaitu pada bentuk makanan biasa dengan sisa sedikit. Tetapi secara prosentase sisa makanan menurut
-
bentuk makanan lunak yang bersisa sedikit terdapat pada jenis makanan lauk hewani dan buah dengan
jumlah responden sebanyak 19 pasien (59,4%), untuk makanan pokok dan sayur dengan sisa makanan
sedikit yaitu sebanyak 17 responden (53,1%). Hal ini dapat disebabkan oleh motivasi pasien untuk
sembuh dengan cara menghabiskan makanan yang disajikan oleh rumah sakit disamping itu bentuk
yang lunak lebih memudahkan pasien untuk menelan makanan tersebut.
KESIMPULAN
1. Rata rata sisa makanan pasien yang bersisa banyak ( > 25 % ) pada jenis makanan lauk nabati sebesar 50
%, makanan pokok sebesar 46,9%, dan sayur sebesar 46,9, sedangkan jenis lauk hewani dan buah
cenderung lebih banyak dihabiskan, terlihat dari rata-rata makanan yang bersisa sedikit yaitu untuk lauk
nabati sebesar 59,4%.
2. Tidak ada hubungan antara status hipertensi dengan sisa makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur,
buah dengan nilai p > 0,05 yaitu makanan pokok : 0,554, lauk hewani : 0,641, lauk nabati : 3,590, ayur :
0,554, dan buah : 2,299.
3. Tidak ada hubungan antara status komplikasi penyakit pasien dengan dengan sisa makanan makanan
pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah dengan nilai p > 0,05 yaitu makanan pokok : 0,691, Lauk
Hewani : 1,000, Lauk Nabati : 0,685, Sayur : 0,691, dan Buah : 1,000.
4. Ada hubungan yang bermakna antara selera makan dengan sisa makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,
sayur, buah dimana pasien yang mengatakan bahwa berselera terhadap makanan yang disajikan memiliki
sisa makanan bersisa sedikit dengan nilai p (< 0,05) untuk makanan pokok : 0,003, Lauk Hewani : 0,004,
Lauk Nabati : 0,009, Sayur : 0,027, dan Buah : 0,004.
5. Tidak ada hubungan antara bentuk makanan dengan sisa makanan, secara prosentase sisa makanan menurut
bentuk makanan lunak yang bersisa sedikit terdapat pada jenis makanan lauk hewani dan buah dengan
jumlah responden sebanyak 19 pasien (59,4%), untuk makanan pokok dan sayur dengan sisa makanan
sedikit yaitu sebanyak 17 responden (53,1%)
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Edisi Revisi. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.
2. Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Cetakan ketiga. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.
3. Hayes, P. C.; A. E. S Gumson; W Davis. 2003. Segi Praktis Gastroenterogi & Hepatologi. Jakarta : Binarupa.
4. Depkes RI. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar.
5. Khairunnas. 2001. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Sisa Makanan Pada Pasien Yang Rawat Inap Di RS Dr Achman Mochtar Bukit Tinggi. Tesis. Program Pascasarjana UGM Yogyakarta.
6. Tambunan, Victor. 2007. Gizi dan Faktor Resiko Hipertensi. Jurnal. Ebbers Papyrus Vol 13 no 1&2 Maret-Juni 2007.
7. Beevers, D. 2002. Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah, Jakarta : Dian Rakyat. 8. RISKESDAS. 2007. Riset Kesehatan Dasar Daerah Propinsi DIY. Yogyakarta. 9. Buku Rekapan Pemesanan Makan Pasien 10. Machfoedz. 2005. Metode Penelitian Untuk Kesehatan. Yogyakarta : Andi 11. Junaidi, Iskandar. (2001). Hipertensi, Jakarta : PT. Buana Ilmu Popular. 12. Nida, Khairun. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum. Skripsi. Program Studi Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada
Borneo Banjarbaru.
13. Azizah, Umi. 2005. Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Pasien Dengan Sisa Makanan (Studi Pada Pasien Rawat Inap Non Diit BRSUD Bannjarnegara). Skripsi. Program Sarjana UGM Yogyakarta.
14. Sutanto. 2010. Cekal Cegah & Tangkal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol Dan Diabetes. Yogyakarta : Penerbit ANDI Yogyakarta.
15. Dewi, Sofia. 2010. Hidup Bahagia dengan Hipertensi, Jogjakarta : A Plus Book. 16. Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan institusi Dan Jasa Boga. Jakarta : Bharata. 17. Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 18. Setyowati. 2002. Kontribusi makanan luar rumah sakit terhadap asupan zat gizi pasien rawat inap serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya di RS Sardjito Yogyakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana
UGM. Yogyakarta.
19. Komalawati, D (2005) Pengaruh lama rawat inap terhadap sisa makanana pasien anak di RSU Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. KTI. Program Studi S-1 Gizi Kesehatan. Yogyakarta: FK UGM.
20. Moehyi, Sjahmien. 1999. Pengaruh Makanan dan Diet Untuk Penyembuhan Penyakit. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
21. Putri, Vemi Hendriassari. 2012. Faktor-faktor Internal Pasien Yang Berhubungan Dengan Sisa Makanan Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan . Skripsi. Program Studi S1 Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Surakarta.
22. Ariefuddin, Mohammad Agus. 2007. Analisis Sisa Makanan lunak Rumah Sakit pada penyelenggaraan makanan dengan system outsourcing di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. Tesis. Program
Pascasarjana UGM Yogyakarta.
23. Mukrie N., Ginting, A. B., Ngadiarti, I,. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat dan Akademi Gizi Depkes RI.