91-174-1-sm.pdf

15
SISA MAKANAN MENURUT KARAKTERISTIK PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA Septiana Rosalinda Dillak 1 , Setyowati 2 , Farissa Fatimah 3 INTISARI Latar Belakang: Pelayanan makan pasien di rumah sakit bertujuan untuk mencukupi kebutuhan zat-zat gizi pasien guna menunjang proses penyembuhan dan mencapai status gizi optimal. Masalah yang dihadapi adalah tingkat konsumsi yang kurang sehingga menyebabkan sisa pada makanan yang disajikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sisa makanan, salah satunya adalah faktor internal pasien meliputi usia, jenis kelamin, jenis penyakit, lama perawatan, nafsu makan, kebiasaan makan, dan motivasi pasien untuk sembuh. Faktor internal pasien secara langsung berhubungan dengan perilaku, karakteristik, keadaan psikologis, dan manajeman diri pasien yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi pasien dalam menghabiskan makanan yang disajikan di rumah sakit. Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Diet rendah garam dibrikan kepada pasien yang didiagnosis hipertensi.Diet rendah garam merupakan jenis diet terbanyak dalam pemesanan diet di RSUD Sleman. Jumlah pemesanan diet rendah garam selama tahun 2011 adalah sebanyak 2948 porsi dan Januari 2012 adalah 297 porsi. Tujuan: Mengetahui sisa makanan menurut karakteristik pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sisa makanan menurut karakteristik pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta dengan uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan tingkat kemaknaan (α= 0,05). Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis penyakit hipertensi dengan atau tanpa komplikasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Hasil: Pasien dengan status hipertensi ringan sisa makanan yang paling banyak yaitu pada makanan pokok dan sayur 18,8%, status hipertensi sedang sisa terbanyak pada jenis lauk nabati 28,1%, makanan pokok 21,9%, dan sayur 21,9 %, Pasien dengan status komplikasi sisa makanan terbanyak pada makanan pokok 37,5% dan sayur 37,5% sedangkan pasien dengan status tidak komplikasi rata-rata sisa makanan untuk semua jenis makanan yang bersisa banyak sama yaitu 9,4 %. Pasien yang mengatakan berselera terhadap makanan yang disajikan rata-rata menyisakan sedikit makanannya. Bentuk makanan yang didapat sebagian besar pasien adalah bentuk lunak dan sisa paling banyak pada lauk nabati 46,9 %. Rata-rata sisa makanan pasien bersisa banyak ( > 25 % ) pada lauk nabati menyisakan rata-rata 50 %, makanan pokok 46,9 %, dan sayur 46,9 %. Kesimpulan: tidak ada hubungan antara status hipertensi, status komplikasi penyakit, bentuk makanan dengan sisa makanan. Ada hubungan yang bermakna antara selera makan dengan sisa makanan. Kata Kunci: sisa makanan status hipertensi, komplikasi penyakit hipertensi, bentuk makanan dan selera makan 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta 2 Dosen Program Studi Ilmu Gizi Politeknik Kesehatan Yogyakarta 3 Dosen Program Studi Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta

Upload: wawan-agung-prasetyo

Post on 03-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • SISA MAKANAN MENURUT KARAKTERISTIK PASIEN HIPERTENSI

    DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA

    Septiana Rosalinda Dillak

    1, Setyowati

    2, Farissa Fatimah

    3

    INTISARI

    Latar Belakang: Pelayanan makan pasien di rumah sakit bertujuan untuk mencukupi kebutuhan zat-zat gizi pasien

    guna menunjang proses penyembuhan dan mencapai status gizi optimal. Masalah yang dihadapi adalah tingkat

    konsumsi yang kurang sehingga menyebabkan sisa pada makanan yang disajikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    sisa makanan, salah satunya adalah faktor internal pasien meliputi usia, jenis kelamin, jenis penyakit, lama

    perawatan, nafsu makan, kebiasaan makan, dan motivasi pasien untuk sembuh. Faktor internal pasien secara

    langsung berhubungan dengan perilaku, karakteristik, keadaan psikologis, dan manajeman diri pasien yang

    berbeda-beda sehingga mempengaruhi pasien dalam menghabiskan makanan yang disajikan di rumah sakit.

    Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan darah di atas

    normal yang mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Diet rendah garam

    dibrikan kepada pasien yang didiagnosis hipertensi.Diet rendah garam merupakan jenis diet terbanyak dalam

    pemesanan diet di RSUD Sleman. Jumlah pemesanan diet rendah garam selama tahun 2011 adalah sebanyak 2948

    porsi dan Januari 2012 adalah 297 porsi.

    Tujuan: Mengetahui sisa makanan menurut karakteristik pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman

    Yogyakarta.

    Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui sisa makanan menurut karakteristik pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah

    Sleman Yogyakarta dengan uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan tingkat kemaknaan (= 0,05). Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis penyakit hipertensi dengan atau tanpa komplikasi di

    Rumah Sakit Umum Daerah Sleman. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah

    sampel sebanyak 30 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni

    2012.

    Hasil: Pasien dengan status hipertensi ringan sisa makanan yang paling banyak yaitu pada makanan pokok dan

    sayur 18,8%, status hipertensi sedang sisa terbanyak pada jenis lauk nabati 28,1%, makanan pokok 21,9%, dan

    sayur 21,9 %, Pasien dengan status komplikasi sisa makanan terbanyak pada makanan pokok 37,5% dan sayur

    37,5% sedangkan pasien dengan status tidak komplikasi rata-rata sisa makanan untuk semua jenis makanan yang

    bersisa banyak sama yaitu 9,4 %. Pasien yang mengatakan berselera terhadap makanan yang disajikan rata-rata

    menyisakan sedikit makanannya. Bentuk makanan yang didapat sebagian besar pasien adalah bentuk lunak dan sisa

    paling banyak pada lauk nabati 46,9 %. Rata-rata sisa makanan pasien bersisa banyak ( > 25 % ) pada lauk nabati

    menyisakan rata-rata 50 %, makanan pokok 46,9 %, dan sayur 46,9 %.

    Kesimpulan: tidak ada hubungan antara status hipertensi, status komplikasi penyakit, bentuk makanan dengan sisa

    makanan. Ada hubungan yang bermakna antara selera makan dengan sisa makanan.

    Kata Kunci: sisa makanan status hipertensi, komplikasi penyakit hipertensi, bentuk makanan dan selera makan

    1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta 2 Dosen Program Studi Ilmu Gizi Politeknik Kesehatan Yogyakarta

    3 Dosen Program Studi Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta

  • FOOD WASTE ACCORDING TO THE CHARACTERISTIC OF

    HYPERTENSION PATIENTS at SLEMAN GENERAL HOSPITAL

    YOGYAKARTA

    Septiana Rosalinda Dillak1, Setyowati

    2, Farissa Fatimah

    3

    ABSTRACT

    Background: The service of patients meal in hospital purposed to complete the necessity of substances patients nutrient in order to support the healing process and reach optimum nutrient status. The problem that faced is the

    consumption level which is less, so that it causes food waste at served meal. Factors that influence the food remain

    one of which is internal factor such us age, gender, desease type, length of treatment, appetite, eat habit, and the

    motivation to heal. Internal factor associated with direct patient behavior, characteristic, psychological states and

    self-management patient are not the same, the influence patient in the food spends in hospital. Hypertension is a

    condition human body experience rise blood pressure abnormally which effecting up rate morbidity and mortality.

    Diet low salt is given to patient hypertension. Diet low salt is kind diets lot on order diet at Sleman Region General

    Hospital Yogyakarta. Total diets low salt during year 2011 as much as 2948 portions that orderred and 297 portions

    ordered in january 2012.

    Purpose Of Research: Knowing food waste follows hypertension patient characteristics at Sleman Region General

    Hospital Yogyakarta.

    Method: The research desain observasional with cross sectional plan with statistic test that used is chi-square with

    mean step (=0,05) and confident interval (CI) 95%. The research population is all hypertension patients with or without complication at Sleman Region General Hospital. Sampling techniques that used is accidental sampling

    with sample total as much as 30 person. The data collected using questionnaires and conducted in june 2012.

    Result : Patients with light hypertension status most of meal remains is staple food and vegetables are 18,8%, moderate hypertension status most vegetable side 28,1 %, 21,9 % of staple food and 21,9 % of vegetable. Patients who are most of meal remains is staple food 37,5% and vegetable 37,5 %, while patients without complication status average for all food kind that remains many same that is 9,4 %. Patient who says appetite that served meal

    average remain a little the food. Food form that got a large part patients soft form and remainder at most in vegetable side 46,9 %. Average patient remains many (> 25 %) in vegetable side average 50 %, staple food 46,9 %

    and vegetable 46,9 %.

    Conclution: Based on the result research that there are no relation between hypertension status, hypertension

    complication status, food form with waste food. There is significant

    relationship between appetite with the waste food.

    Keywords: waste food , hypertension status, hypertension complication status, food form, appetite

    PENDAHULUAN

    1 Student of Nutritional Study Program Respati Yogyakarta University

    2 Lecture of Nutritional Study Program Health Polytechnic Yogyakarta

    3 Lecture of Nutritional Study Program Respati Yogyakarta University

  • PENDAHULUAN

    Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan

    berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat

    berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh

    terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan

    keadaan gizinya. Pengaruh tersebut bisa berjalan timbal balik, seperti lingkaran setan. Hal tersebut diakibatkan

    karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu

    akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung

    koroner dan darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk membantu penyembuhan1.

    Pelayanan gizi rumah sakit, khususnya pelayanan gizi di ruang rawat inap mempunyai tujuan kegiatan

    antara lain manyajikan makanan kepada pasien bertujuan untuk penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien.

    Pasien yang dirawat di rumah sakit berarti memisahkan diri dari kebiasaan hidupnya sehari-hari terutama dalam

    hal makanan, bukan saja macam makanan yang disajikan tetapi juga cara makanan dihidangkan, tempat makan,

    waktu makan, besar porsi dan jenis makanan yang disajikan. Pemberian makanan yang memenuhi gizi

    seimbang serta habis termakan oleh pasien, merupakan salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan

    memperpendek hari rawat inap2.

    Salah satu yang mempengaruhi lamanya hari perawatan yaitu intake makanan selama dirawat, dimana

    penyembuhan pasien yang dirawat berkaitan dengan status gizi yang didapat dari makanan selama hari

    perawatan3.

    Keberhasilan suatu penyelengaraan makanan antara lain dikaitkan dengan adanya sisa makanan, karena

    adanya sisa makanan menunjukan kegagalan suatu penyelengaraan makanan dirumah sakit, sehingga kegiatan

    pencatatan sisa makanan merupakan indikator yang sederahana yang dapat dipakai untuk mengevaluasi

    keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit4. Sisa makanan pasien di Rumah Sakit Dr. Ahcmad Mochtar Bukit

    Tinggi menunjukan terdapat 45% sisa makanan pokok dan sayur 40% sedangkan dari bentuk makanan yang

    paling banyak bersisa adalah pasien yang mendapat makanan lunak 61,8 % dan 25% sisa makanan biasa5.

    Hipertensi merupakan salah satu penyakit pembuluh darah yang mempunyai prevalensi terbesar

    diseluruh dunia6. Angka hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang

    dewasa artinya, satu di antara lima orang dewasa menderita hipertensi. Dari berbagai penelitian epidemiologis

    yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia 20-50 tahun adalah penderita

    hipertensi7.

    Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan hipertensi pada umur 20-50 tahun dipengaruhi

    oleh faktor psikologis, perilaku tidak sehat (merokok, obesitas), stres dan rendahnya status pekerjaan dan

    kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat8.

    Berdasarkan data RSUD Sleman Yogyakarta jumlah pasien hipertensi pada bulan Januari 2012 sebanyak

    40 pasien. Berdasarkan data buku makan pasien RSUD Sleman Yogyakarta, diet rendah garam merupakan jenis

    diet terbanyak dalam pemesanan. Jumlah pemesanan diet rendah garam selama tahun 2011 adalah sebanyak

  • 2948 porsi makan yang disediakan pada satu kali makan siang saja. Pemesanan bulan Januari 2012 adalah 297

    porsi9.

    Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ahli gizi di RSUD Sleman

    Yogyakarta, diketahui bahwa belum pernah dilakukan evaluasi sisa makanan pada pasien hipertensi.

    Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin meneliti mengenai sisa makanan menurut krakteristik pasien

    hipertensi di RSUD Sleman Yogyakarta.

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui sisa makanan menurut karakteristik pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman

    Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta.

    Subyek yang diteliti adalah pasien hipertensi rawat inap. Teknik pengambilan subyek penelitian pada

    penelitian ini dengan menggunakan metode accidental sampling yaitu pengambilan dilakukan berdasarkan

    kebetulan, siapa saja yang ditemui asalkan sesuai dengan persyaratan data yang diinginkan10

    . Dengan subyek

    penelitian minimal 30 orang.

    Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan formulir evaluasi porsi sisa makanan.

    Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan identitas pasien, karakteristik pasien hipertensi

    yaitu selera makanan sedangkan pengumpulan data sisa makanan menggunakan formulir evaluasi porsi sisa

    makanan.

    Pengolahan data meliputi editing, entri data, dan tabulating. Analisis data dilakukan dengan cara

    univariat dan bivariat. Analisis Univariat, dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian untuk

    mengetahui karakteristik dan distribusi data dengan penyusunan tabel frekuensi yang disajikan dalam bentuk

    tabel, grafik, dan narasi sedangkan analisis Bivariat, digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing

    variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis dilakukan dengan analisis Fisher Exact Test dengan program

    komputer dan Confident Interval 95%.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Hasil

    a. Karakteristik Responden

    Responden pada penelitian ini adalah pasien hipertensi yang rawat inap di Rumah Sakit

    Umum Daerah Sleman. Karakteristik responden dalam penelitian ini diamati berdasarkan jenis

    kelamin, tingkat pendidikan dan kelas perawatan, status hipertensi, selera makan, bentuk makanan.

    Dari Gambar dibawah ini menunjukkan bahwa pada karakteristik responden terbanyak adalah

    berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 pasien dengan persentase 65,6%. Responden berdasarkan

    kelompok umur terbanyak pada kelompok umur 56-59 tahun sebanyak 21 orang (65,6). Sebagian

    besar responden berpendidikan rendah 23 pasien (71,9%). Dari Gambar 4 juga menunjukkan bahwa

  • sebagian besar responden menderita hipertensi ringan (46,9%). Karakteristik responden berdasarkan

    komplikasi penyakit sebagian besar pasien mengalami komplikasi yaitu sebanyak 24 pasien (75%).

    Responden menurut selera makan menunjukkan sebagian besar responden (62,5%) berselera

    terhadap makanan yang disajikan sedangkan karakteristik responden menurut bentuk makanan

    menunjukkan sebagian besar responden mendapat makanan lunak 31 pasien (96,9%).

    Hasil analisis deskripsi karakteristik responden penelitian ini secara rinci dapat dilihat pada

    Tabel 1 berikut:

    Tabel 1 Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta Tahun 2012

    Jenis Kelamin n %

    Laki-laki 11 34,4

    Perempuan 21 65,6

    Jumlah 32 100

    Umur

    50-55 11 34,4

    55-59 21 65,6

    Jumlah 32 100

    Pendidikan

    Rendah (SD-SMP) 23 71,9

    Tinggi (SMA-Perguruan Tinggi) 9 28,1

    Jumlah 32 100

    Kelas Perawatan

    Kelas II 6 18,8

    Kelas III 26 81,3

    Jumlah 32 100

    Status Hipertensi

    Ringan 15 46,9

    Sedang 13 40,6

    Berat 4 12,5

    Jumlah 32 100

    Status Komplikasi

    Komplikasi 24 75

    Tidak komplikasi 8 25

    Jumlah 32 100

    Selera Makan

    Berselera 20 62,5

    Kurang berselera 12 37,5

    Jumlah 32 100

    Bentuk Makanan

    Biasa 1 3,1

    Lunak 31 96,9

    Jumlah 32 100

    b. Sisa Makanan

    1) Gambaran sisa makanan

    Pada Gambar 1 disajikan, rata-rata sisa makanan pasien bersisa banyak (SB) pada jenis

    makanan lauk nabati yaitu sebanyak 16 pasien atau sebesar 50 %, sayur (SY) dan makanan pokok

    (MP) sebanyak 15 pasien atau 46,9%. Sedangkan untuk jenis Lauk hewani (LH) dan buah (BH)

  • cenderung lebih banyak dihabiskan, terlihat dari rata-rata makanan yang bersisa sedikit yaitu

    sebesar 59,4%.

    Jumlah rata-rata sisa makanan pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah

    Sleman dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini:

    Gambar 1. Gambaran Sisa Makanan Pasien Hipertensi di RSUD Sleman

    2) Hubungan Sisa Makanan menurut Status Hipertensi Pasien

    Tabel 2 Sisa Makanan menurut Status Hipertensi

    Jenis Sisa Makanan

    Status Hipertensi

    p Ringan Sedang Berat

    n % n % n %

    Makanan Pokok

    0,554

    Sisa sedikit ( 25 % ) 9 28,1 6 18,8 2 6,3

    Sisa banyak ( >25 % ) 6 18,8 7 21,9 2 6,3

    Lauk Hewani

    0,641

    Sisa sedikit ( 25 % ) 10 31,3 7 21,9 2 6,3

    Sisa banyak ( > 25 % ) 5 15,6 6 18,8 2 6,3

    Lauk Nabati

    3,590

    Sisa sedikit ( 25 % ) 10 31,3 4 12,5 2 6,3

    Sisa banyak ( > 25 % ) 5 15,6 9 28,1 2 6,3

    Sayur

    0,554

    Sisa sedikit ( 25 % ) 9 28,1 6 18,8 2 6,3

    Sisa banyak ( > 25% ) 6 18,8 7 21,9 2 6,3

    Buah

    2,299

    Sisa sedikit ( 25 % ) 11 34,4 6 18,8 2 6,3

    Sisa banyak ( > 25 %) 4 12,5 7 21,9 2 6,3

    Gambaran Sisa Makanan

    17 1519

    1316 16 17 15

    1913

    53,146,9

    59,4

    40,6

    50 5053,1

    46,9

    59,4

    40,6

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    MP

    (SS)

    MP

    (SB)

    LH

    (SS)

    LH

    (SB)

    LN

    (SS)

    LN

    (SB)

    SY

    (SS)

    SY

    (SB)

    BH

    (SS)

    BH

    (SB)

    n

    %

  • Pada Tabel 2 terlihat, rata-rata sisa makanan pasien bersisa banyak ( > 25 % ) untuk

    status hipertensi ringan pada jenis makanan pokok dan sayur yang memiliki jumlah yang sama

    yaitu sebanyak 6 pasien (18,8%), untuk hipertensi sedang sisa makanan terbanyak pada lauk

    nabati yaitu sebanyak 9 pasien (28,1%), dan untuk hipertensi berat memiliki proporsi yang sama

    untuk setiap sisa makanannya yaitu sebanyak 6,3 %. Sedangkan untuk jenis makanan yang bersisa

    sedikit pada hipertensi ringan yaitu sisa buah sebanyak 11 pasien (34%),

    Hipertensi sedang jenis makanan yang bersisa sedikit adalah pada lauk hewani sebanyak

    7 pasien (21,9%), dan pada hipertensi berat memiliki proporsi yang sama untuk setiap

    sisa makanannya yaitu sebanyak 2 pasien (6,3 %).

    3) Hubungan Sisa Makanan menurut Status Komplikasi Penyakit Pasien

    Tabel 3 Hubungan Sisa Makanan menurut Status Komplikasi Penyakit Pasien

    Jenis Sisa Makanan

    Status Komplikasi

    p Komplikasi Tidak Komplikasi

    n % n %

    Makanan Pokok

    Sisa sedikit ( 25 % ) 12 37,5 5 15,6 0,691

    Sisa banyak ( >25 % ) 12 37,5 3 9,4

    Lauk Hewani

    Sisa sedikit ( 25 % ) 14 43,8 5 15,6 1,000

    Sisa banyak ( > 25 % ) 10 15,6 3 9,4

    Lauk Nabati

    Sisa sedikit ( 25 % ) 11 34,4 5 15,6 0,685

    Sisa banyak ( > 25 % ) 13 40,6 3 9,4

    Sayur

    Sisa sedikit ( 25 % ) 12 37,5 5 15,6 0,691

    Sisa banyak ( > 25% ) 12 37,5 3 9,4

    Buah

    Sisa sedikit ( 25 % ) 14 43,8 5 15,6 1,000

    Sisa banyak ( > 25 %) 10 15,6 3 9,4

    Pada Tabel 3 diketahui, rata-rata sisa makanan pasien menurut status komplikasi penyakit

    yang bersisa banyak ( > 25 % ) untuk status komplikasi terdapat pada sisa lauk nabati sebanyak 13

    pasien (40,6%), untuk status pasien tidak komplikasi memiliki proporsi yang sama untuk setiap

    sisa makanannya yaitu sebanyak 3 pasien (9,4%). Sedangkan untuk jenis makanan yang bersisa

    sedikit pada status komplikasi adalah pada sisa lauk hewani dan sisa buah sebanyak 14 pasien

    (43,8%), dan pada status tidak komplikasi juga memiliki proporsi yang sama untuk setiap sisa

    makanannya yaitu sebanyak 5 pasien (15,6 %).

  • 4) Hubungan Sisa Makanan menurut Selera Makan Pasien

    Hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara sisa makanan dengan selera

    makan karena nilai p < 0,05. Selera makan dengan kategori berselera yang bersisa banyak yaitu

    pada jenis makanan lauk nabati sebanyak 6 pasien (18,8%) dan sayur sebanyak 6 pasien (18,8%)

    sayur dan selera makan dengan kategori kurang berselera yang bersisa banyak yaitu pada makanan

    pokok dan lauk nabati yaitu 10 pasien (31,3%). Untuk lebih rinci hubungang sisa makanan

    menurut selera makan pasien disajikan dalam tabel 4 dibawah ini :

    Tabel 4. Hubungan Sisa Makanan menurut Selera Makan

    Jenis Sisa Makanan

    Selera Makan

    p Berselera Kurang Berselera

    n % n %

    Makanan Pokok

    Sisa sedikit ( 25 % ) 15 46,9 2 6,3 0,003

    Sisa banyak ( >25 % ) 5 15,6 10 31,3

    Lauk Hewani

    Sisa sedikit ( 25 % ) 16 50 3 9,4 0,004

    Sisa banyak ( > 25 % ) 4 12,5 9 28,1

    Lauk Nabati

    Sisa sedikit ( 25 % ) 14 43,8 2 6,3 0,009

    Sisa banyak ( > 25 % ) 6 18,8 10 31,3

    Sayur

    Sisa sedikit ( 25 % ) 14 43,8 6 18,8 0,027

    Sisa banyak ( > 25% ) 3 9,4 9 28,1

    Buah

    Sisa sedikit ( 25 % ) 16 50 3 9,4 0,004

    Sisa banyak ( > 25 %) 4 12,5 9 28,1

  • 5) Hubungan Sisa Makanan menurut Bentuk Makanan Pasien

    Tabel 5 Hubungan Sisa Makanan menurut Bentuk Makanan

    Jenis Sisa Makanan

    Bentuk Makanan

    Biasa Lunak

    n % n %

    Makanan Pokok

    Sisa sedikit ( 25 % ) 0 0 17 53,1 Sisa banyak ( >25 % ) 1 3,1 14 43,8

    Lauk Hewani

    Sisa sedikit ( 25 % ) 0 0 19 59,4 Sisa banyak ( > 25 % ) 1 3,1 12 37,5

    Lauk Nabati

    Sisa sedikit ( 25 % ) 0 0 16 50 Sisa banyak ( > 25 % ) 1 3,1 15 46,9

    Sayur

    Sisa sedikit ( 25 % ) 0 0 17 53,1 Sisa banyak ( > 25% ) 1 3,1 12 37,5

    Buah

    Sisa sedikit ( 25 % ) 0 0 19 59,4 Sisa banyak ( > 25 %) 1 3,1 12 37,5

    Jumlah rata-rata sisa makanan pasien menurut bentuk makanan lunak yang bersisa banyak ( >

    25 % ) terdapat pada sisa lauk nabati sebanyak 15 pasien (46,9%), sedangkan untuk bentuk makanan

    lunak yang bersisa sedikit sebanyak 19 pasien (59,4%) yaitu pada lauk hewani dan buah. Diketahui

    juga jumlah responden yang mendapat bentuk makanan biasa ada 1 pasien dan menyisakan banyak

    sisa.

    2. PEMBAHASAN

    a. Karakteristik Responden

    1) Jenis Kelamin

    Hasil penelitian sebagian besar responden adalah perempuan yaitu sebanyak 21 pasien

    (65,6%).

    Jenis kelamin sangat erat kaitannya dengan kejadian hipertensi. Pada masa muda dan paruh

    baya (23-35 tahun) penyakit hipertensi lebih tinggi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi

    setelah umur 55 tahun pascamenopause. Hal ini berkaitan dengan masa pramenopause (40-50

    tahun) yang dialami perempuan yang mengakibatkan tekanan darah cenderung naik. Sebelum

    menopause wanita relatif terlindungi dari penyakit kardiovaskuler karena adanya hormon

    estrogen. Sementara itu, kadar estrogen menurun pada wanita yang memasuki masa menopause

    usia 51 tahun11.

    2) Umur

    Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pasien yang menderita hipertensi cenderung lebih

    banyak diderita oleh pasien yang berumur 56-59 tahun yaitu sebanyak 21 orang (65,6%).

  • Hipertensi biasanya berkembang di usia antara 35-55 tahun. Semakin tua atau semakin

    bertambahnya usia seseorang maka akan hilang elastisitas jaringan dan arterisklerosis serta

    pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab hipertensi di usia tua15

    .

    3) Pendidikan

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien hipertensi berpendidikan dasar

    (SD-SMP) yaitu sebanyak 23 pasien (71,9%). Hal ini dapat disebabkan pada orang yang

    berpendidikan rendah memiliki keterbatasan dalam memahami dan menerima informasi tentang

    kesehatan sehingga tidak mengetahui tentang pola hidup sehat dan mengatur pola makan yang

    baik.

    Menurut Crow (dalam Nida, 2011) bahwa pendidikan diinterpretasikan dengan makna untuk

    mempertahankan individu dengan kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa bertambah dan

    merupakan suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk memperluas,

    mengintensifkan ilmu pengetahuan dan memahami elemen-elemen yang ada disekitarnya.

    4) Status Hipertensi

    Hasil penelitian sebanyak 15 pasien (46,9%) menderita hipertensi ringan. Status hipertensi

    responden terbanyak adalah ringan dikarenakan pasien sudah mengkonsumsi obat-obatan penurun

    tekanan darah dan telah mendapat makanan diet rendah garam.

    Perawatan di rumah sakit menyebabkan orang sakit harus menjalani kehidupan yang berbeda

    dengan apa yang dialami sehari hari di rumah. Apa yang dimakan, dimana orang tersebut makan,

    bagaimana makanan disajikan, dengan siapa orang tersebut makan, sangat berbeda dengan yang

    telah menjadi kebiasan hidupnya. Hal ini ditambah dengan hadirnya orang-orang yang masih asing

    baginya yang mengelilinginya setiap waktu, seperti dokter, perawat, atau petugas paramedis

    lainnya. Kesemuanya itu dapat membuat orang sakit mengalami tekanan psikologis, yang dapat

    pula membawa perubahan pada orang sakit.

    Rasa khawatir yang hebat atau keadaan-keadaan yang berbahaya yang terjadi atau belum

    terjadi menyebabkan rasa gelisah dan khawatir berlebih sehingga berpengaruh terhadap tekanan

    darah pasien.

    5) Status Komplikasi Penyakit Hipertensi

    Pada penelitian ini sebagian besar responden atau sebanyak 24 pasien (75%) mengalami

    komplikasi dan 8 pasien (25%) tidak mengalami komplikasi. Komplikasi yang diderita pasien

    yang menjadi responden pada penelitian ini adalah komplikasi dengan diabetes mellitus, stroke

    dan jantung.

    Hipertensi secara terus menerus merupakan salah satu penyebab komplikasi berbagai penyakit

    kardiovaskuler. Hal ini dikarenakan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama

  • sehingga organ tidak mampu bertahan dalam keadaan itu14

    . Organ-organ itu meliputi otak, mata,

    jantung, pembuluh darah arteri dan ginjal15

    .

    6) Selera Makan

    Pada penelitian ini seharusnya ada 4 parameter untuk selera makan yaitu sangat berselera,

    berselera, kurang berselera dan tidak berselera tetapi pada saat pengambilan data dan perekapan

    data hanya bersisa 2 parameter yaitu berselera dan kurang berselera dikarenakan semua responden

    penelitian hanya memilih 2 dari 4 parameter yang ada pada semua jenis makanan. Berdasarkan

    hasil penelitian, sebagian besar responden (62,5%) menunjukkan berselera terhadap makanan yang

    disajikan dan responden yang tidak berselera sebanyak 12 pasien (37,5%).

    Hal ini disebabkan karena penyajian makanan dari rumah sakit sudah menarik. Masalah

    penyajian makanan kepada pasien sakit lebih kompleks dibandingkan dengan penyajian makanan

    untuk pasien sehat. Hal ini disebabkan terutama nafsu atau selera makan dan kondisi mental

    pasien yang berubah akibat penyakit yang dideritanya, aktifitas yang menurun dan reaksi obat-

    obatan. Disamping itu pasien yang dirawat di rumah sakit berasal dari kelompok masyarakat yang

    berbeda-beda seperti adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, pendidikan, pekerjaan, tingkat sosial

    ekonomi16

    .

    7) Bentuk Makanan

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 31 responden (96,9%)

    mendapat makanan bentuk lunak hal ini disebabkan karena kondisi penyakit pasien dan status

    komplikasi penyakit pasien sehingga pasien mendapat makanan dengan bentuk lunak. Makanan

    diberikan dalam berbagai bentuk/konsistensi (biasa, lunak, saring, cair, dll) sesuai dengan

    kebutuhan dengan memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan

    makanan yang digunakan 17

    .

    b. Sisa Makanan

    Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa sisa lauk nabati, sisa makanan pokok dan sisa sayuran

    memiliki jumlah yang lebih banyak diantara sisa jenis makanan lainnya (lauk hewani dan buah). Lauk

    nabati menyisakan rata-rata 50 %, makanan pokok sebesar 46,9 %, dan sayur sebesar 46,9 %. Hal ini

    dapat disebabkan karena sisa lauk nabati yang banyak dipengaruhi oleh kesukaan terhadap salah satu

    jenis lauk nabati (tahu atau tempe) saja, beberapa pasien mengatakan bahwa porsi makanan pokok

    terlalu besar sehingga tidak dihabiskan, sedangkan sisa sayur responden disebabkan oleh bumbunya

    yang kurang terasa, tekstur sayuran ada yang masih kurang empuk. Selain itu, beberapa responden

    mengatakan bahwa warna dan bentuk potongan sayur kurang menarik serta beberapa responden juga

    tidak menyukai beberapa jenis sayuran sehingga tidak dimakan.

    Pada hasil penelitian ini sisa lauk hewani dan buah masuk dalam kategori 25 % (sedikit) karena

    kebanyakan pasien menyukai lauk hewani dan buah dan pengolahan cukup bervariasi. Lauk hewani

    bersisa sedikit karena nilai ekonomis lauk hewani lebih tinggi dibandingkan dengan hidangan lainnya.

  • Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2002) juga memberikan hasil yang sama yaitu lauk hewani

    menyisakan jumlah yang paling sedikit18

    . Buah bersisa sedikit dikarenakan adanya kebiasaan di

    masyarakat bahwa buah dianggap sebagai pencuci mulut dan buah biasanya disajikan bervariasi.

    Selain itu, responden juga jarang mengonsumsi buah dalam menu kesehariannya dirumah, dan untuk

    buah pisang biasanya digunakan sebagai media untuk minum obat karena memudahkan pasien dalam

    menelan obat sekaligus buah sehingga buah yang disajikan biasanya habis dikonsumsi.

    Berdasarkan wawancara dengan subyek yang diteliti diketahui bahwa adanya sisa makanan

    dikarenakan responden tidak suka dengan makanan yang disajikan dan kurangnya selera makan pasien.

    Karena itu pasien terkadang mengkonsumsi makanan dari rumah. Adanya konsumsi makanan yang

    berasal dari luar rumah sakit merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sisa

    makanan pasien19

    . Hal ini dikarenakan jarak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dekat

    dengan waktu makan makanan dari rumah sakit sehingga menyebabkan pasien merasa kenyang

    sehingga tidak dapat menghabiskan makanan dari rumah sakit.

    c. Hubungan Sisa Makanan menurut Status Hipertensi Pasien

    Responden dengan status hipertensi ringan dan makanan dengan sisa banyak terdapat pada

    makanan pokok dan sayur (18,8%), status hipertensi sedang pada jenis makanan lauk nabati (28,1%),

    makanan pokok (21,9%) sayur (21,9%) dan buah (21,9%) sedangkan pada hipertensi berat memiliki

    proporsi yang sama untuk setiap sisa makanan setiap jenis makanan. Namun dalam penelitian ini

    hubungan status hipertensi dengan sisa makanan tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.

    Hal ini dikarenakan pasien dengan status hipertensi yang berbeda-beda mendapat jenis diet rendah

    garam yang sama dan menu yang berbeda untuk setiap komplikasi penyakitnya, disamping itu pasien

    memiliki motivasi yang besar untuk sembuh dan keluar dari rumah sakit dan penilaian yang berbeda-

    beda terhadap makanan yang disajikan menyebabkan sedikit sisa pada makanan yang disajikan.

    d. Hubungan Sisa Makanan menurut Status Komplikasi Penyakit Pasien

    Pada umumnya pasien merasa takut dan sedih karena menderita penyakit dan adanya

    ketidakbebasan gerak akibat adanya penyakit tertentu sehingga sering membuat putus asa dan akhirnya

    membuat pasien akan kehilangan selera makannya20

    . Hasil penelitian pada status komplikasi rata-rata

    sisa makanan terbanyak yaitu pada makanan pokok (37,5%) dan sayur (37,5%), sebagian besar

    responden dengan status komplikasi rata-rata menyisakan sedikit sisa makanan tedapat pada lauk

    hewani (43,8%) dan buah (43,8%). Responden dengan status tidak komplikasi sisa makanan rata-rata

    untuk setiap jenis makanan yang bersisa banyak sama yaitu 9,4 % sebagian besar pasien dengan status

    tidak komplikasi menyisakan sisa sedikit untuk semua jenis makanan yaitu 15,6 %. Namun hasil uji

    statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sisa makanan dengan status

    komplikasi pasien karena nilai p > 0,05 untuk semua jenis makanan. Hal ini disebabkan motivasi

    pasien untuk sembuh sehingga makanan yang disajikan rumah sakit hanya bersisa sedikit. Ditegaskan

    dalam penelitian Putri (2012) mengatakan bahwa ada hubungan antara motivasi pasien untuk sembuh

    dengan sisa makanan pasien yang mempunyai motivasi tinggi untuk sembuh (54,8%)21

    .

  • e. Hubungan Sisa Makanan menurut Selera Makan Pasien

    Berdasarkan Tabel 4 terlihat ada hubungan sisa makanan dengan selera makan pada semua jenis

    makanan. Sebagian besar pasien menyatakan bahwa memiliki selera makan dan hanya sedikit

    menyisakan makanannya baik makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur maupun buah.

    Selain itu beberapa pasien yang menyatakan bahwa tidak berselera dan menyisakan banyak

    makanannya, ini dikarenakan pasien kurang menyukai makanan yang diberikan oleh rumah sakit

    karena faktor-faktor yang mempengaruhi sisa makanan selain faktor eksternal yaitu cita rasa makanan

    juga adanya faktor internal yaitu nafsu makan, kebiasaan makan, rasa bosan dan adanya makanan dari

    luar. Disamping itu ketidakpuasan pasien terhadap makanan yang diberikan bisa juga dipengaruhi oleh

    kebiasaan dan pola makan pasien di rumah sebelum masuk rumah sakit. Kebiasaan makan pasien dapat

    mempengaruhi pasien dalam menghabiskan makanan yang disajikan20

    . Bila kebiasaan makan pasien

    sesuai dengan makanan yang disajikan baik dalam hal susunan menu dan besar porsi maka pasien

    cenderung dapat menghabiskan makanan yang disajikan sebaliknya bila tidak sesuai dengan kebiasaan

    makan pasien, maka diperlukan waktu untuk menyesuaikannya.

    Hal ini dipertegas penelitian Ariefuddin (2007) yang mengatakan adanya hubungan selera makan

    dengan terjadinya sisa makanan menunjukkan adanya hubungan bermakna terutama pada makanan

    pokok dan lauk nabati22

    . Hal ini berarti adanya sisa makanan disebabkan karena banyaknya responden

    yang tidak berselera pada makanan pokok dan lauk nabati. Makanan pokok (tim/bubur) dan lauk nabati

    yang diberikan di RS beberbeda dengan kebiasaan dirumah. Teknik pengolahannya juga membatasi

    penggunaan garam, lemak, dan bumbu sehingga pemasakkan lebih sering dengan cara merebus dan

    pemakaian bumbu yang tidak terlalu tajam. Perbedaan tersebut sangat mempengaruhi selera makan

    responden.

    Bila makanan yang disajikan sesuai dengan kebiasaan makan pasien maka akan berpengaruh

    terhadap selera makan pasien. Pasien cenderung akan menghabiskan makanan yang disajikan.

    Sebaliknya bila tidak sesuai dengan kebiasaan makan pasien maka akan menurunkan selera makan

    pasien sehingga dibutuhkan waktu untuk menyesuaikannya23

    . Biasanya selera makan sangat

    dipengaruhi oleh kondisi dan keadaan pasien 16

    .

    Selain responden yang mengatakan kurang berselera dan tidak menghabiskan makanannya, ada

    beberapa pasien yang kurang berselera tetapi sisa makananya sedikit. Hal ini dapat disebabkan karena

    persepsi pasien terhadap makanan yang disajikan berbeda ataupun karena penampilan dan penyajian

    makanan yang sudah menarik dan juga ditambah motivasi yang besar untuk sembuh karena pasien

    tidak betah berada dirumah sakit dan karena keterbatasan gerak.

    f. Hubungan Sisa Makanan menurut Bentuk Makanan Pasien

    Sisa makanan dapat disebabkan bentuk makanan lunak berbeda dengan bentuk makanan biasa dan

    cara memasaknya juga membatasi minyak atau lemak, untuk pengolahan lauk jarang digoreng20

    . Pada

    penelitian ini tidak dapat dilakukan uji secara statistik dikarenakan ada kolom yang nilainya 0 (nol)

    yaitu pada bentuk makanan biasa dengan sisa sedikit. Tetapi secara prosentase sisa makanan menurut

  • bentuk makanan lunak yang bersisa sedikit terdapat pada jenis makanan lauk hewani dan buah dengan

    jumlah responden sebanyak 19 pasien (59,4%), untuk makanan pokok dan sayur dengan sisa makanan

    sedikit yaitu sebanyak 17 responden (53,1%). Hal ini dapat disebabkan oleh motivasi pasien untuk

    sembuh dengan cara menghabiskan makanan yang disajikan oleh rumah sakit disamping itu bentuk

    yang lunak lebih memudahkan pasien untuk menelan makanan tersebut.

    KESIMPULAN

    1. Rata rata sisa makanan pasien yang bersisa banyak ( > 25 % ) pada jenis makanan lauk nabati sebesar 50

    %, makanan pokok sebesar 46,9%, dan sayur sebesar 46,9, sedangkan jenis lauk hewani dan buah

    cenderung lebih banyak dihabiskan, terlihat dari rata-rata makanan yang bersisa sedikit yaitu untuk lauk

    nabati sebesar 59,4%.

    2. Tidak ada hubungan antara status hipertensi dengan sisa makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur,

    buah dengan nilai p > 0,05 yaitu makanan pokok : 0,554, lauk hewani : 0,641, lauk nabati : 3,590, ayur :

    0,554, dan buah : 2,299.

    3. Tidak ada hubungan antara status komplikasi penyakit pasien dengan dengan sisa makanan makanan

    pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah dengan nilai p > 0,05 yaitu makanan pokok : 0,691, Lauk

    Hewani : 1,000, Lauk Nabati : 0,685, Sayur : 0,691, dan Buah : 1,000.

    4. Ada hubungan yang bermakna antara selera makan dengan sisa makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,

    sayur, buah dimana pasien yang mengatakan bahwa berselera terhadap makanan yang disajikan memiliki

    sisa makanan bersisa sedikit dengan nilai p (< 0,05) untuk makanan pokok : 0,003, Lauk Hewani : 0,004,

    Lauk Nabati : 0,009, Sayur : 0,027, dan Buah : 0,004.

    5. Tidak ada hubungan antara bentuk makanan dengan sisa makanan, secara prosentase sisa makanan menurut

    bentuk makanan lunak yang bersisa sedikit terdapat pada jenis makanan lauk hewani dan buah dengan

    jumlah responden sebanyak 19 pasien (59,4%), untuk makanan pokok dan sayur dengan sisa makanan

    sedikit yaitu sebanyak 17 responden (53,1%)

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Edisi Revisi. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.

    2. Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Cetakan ketiga. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.

    3. Hayes, P. C.; A. E. S Gumson; W Davis. 2003. Segi Praktis Gastroenterogi & Hepatologi. Jakarta : Binarupa.

    4. Depkes RI. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar.

    5. Khairunnas. 2001. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Sisa Makanan Pada Pasien Yang Rawat Inap Di RS Dr Achman Mochtar Bukit Tinggi. Tesis. Program Pascasarjana UGM Yogyakarta.

    6. Tambunan, Victor. 2007. Gizi dan Faktor Resiko Hipertensi. Jurnal. Ebbers Papyrus Vol 13 no 1&2 Maret-Juni 2007.

    7. Beevers, D. 2002. Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah, Jakarta : Dian Rakyat. 8. RISKESDAS. 2007. Riset Kesehatan Dasar Daerah Propinsi DIY. Yogyakarta. 9. Buku Rekapan Pemesanan Makan Pasien 10. Machfoedz. 2005. Metode Penelitian Untuk Kesehatan. Yogyakarta : Andi 11. Junaidi, Iskandar. (2001). Hipertensi, Jakarta : PT. Buana Ilmu Popular. 12. Nida, Khairun. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah

    Sakit Jiwa Sambang Lihum. Skripsi. Program Studi Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada

    Borneo Banjarbaru.

    13. Azizah, Umi. 2005. Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Pasien Dengan Sisa Makanan (Studi Pada Pasien Rawat Inap Non Diit BRSUD Bannjarnegara). Skripsi. Program Sarjana UGM Yogyakarta.

    14. Sutanto. 2010. Cekal Cegah & Tangkal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol Dan Diabetes. Yogyakarta : Penerbit ANDI Yogyakarta.

    15. Dewi, Sofia. 2010. Hidup Bahagia dengan Hipertensi, Jogjakarta : A Plus Book. 16. Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan institusi Dan Jasa Boga. Jakarta : Bharata. 17. Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 18. Setyowati. 2002. Kontribusi makanan luar rumah sakit terhadap asupan zat gizi pasien rawat inap serta

    faktor-faktor yang mempengaruhinya di RS Sardjito Yogyakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana

    UGM. Yogyakarta.

    19. Komalawati, D (2005) Pengaruh lama rawat inap terhadap sisa makanana pasien anak di RSU Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. KTI. Program Studi S-1 Gizi Kesehatan. Yogyakarta: FK UGM.

    20. Moehyi, Sjahmien. 1999. Pengaruh Makanan dan Diet Untuk Penyembuhan Penyakit. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

    21. Putri, Vemi Hendriassari. 2012. Faktor-faktor Internal Pasien Yang Berhubungan Dengan Sisa Makanan Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan . Skripsi. Program Studi S1 Gizi

    Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Surakarta.

    22. Ariefuddin, Mohammad Agus. 2007. Analisis Sisa Makanan lunak Rumah Sakit pada penyelenggaraan makanan dengan system outsourcing di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. Tesis. Program

    Pascasarjana UGM Yogyakarta.

    23. Mukrie N., Ginting, A. B., Ngadiarti, I,. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat dan Akademi Gizi Depkes RI.