88323232-makalah-tunagrahita

24
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya pembangunan pendidikan dalam gerak pembangunan nasional merupakan suatu yang wajar dan harus tetap dilakukan. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa pendidikan merupakan faktor strategis dalam menunjang keberhasilan pembangunan. Pendidikan luar biasa, sebagai salah satu bentuk pendidikan yang khusus mengenai anak-anak ber kelainan sebagai objek formal dan materialnya dari berbagai jenis kelainan termasuk anak-anak tunagrahita, secara terus-terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan dengan sebaik- baiknya. Bagaimanapun, sebagai warga negara anak-anak tunagahita memiliki hak yang sama untuk mendapat pendidikan. Pasal 5 undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan, bahwa setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, yang diantaranya dalah anak-anak tunagahita. Demikian pula pada pasal 8 ayat 1 dari undang-undang yang sama menyebutkan, bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang disesuaikan dengan kelainan peserta didik berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bersangkutan. B. RUMUSAN MASALAH Adapun Rumusan Masalah Dari Makalah Ini Adalah : 1. Apa pengertian dari Tuna grahita ? 2. Apa saja klasifikasi dari Tuna grahita ? 3. Bagaimana karakteristik anak dengan ketuna grahitaan? 4. Apa faktor penyebab terjadinya dan pencegahan Tuna grahita ? 5. Bagaimanakah implikas pendidikan Tuna grahita

Upload: gowindamijaya

Post on 30-Dec-2014

41 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

Page 1: 88323232-makalah-tunagrahita

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Upaya pembangunan pendidikan dalam gerak pembangunan

nasional merupakan suatu yang wajar dan harus tetap dilakukan. Hal ini

dilandasi pemikiran bahwa pendidikan merupakan faktor strategis dalam

menunjang keberhasilan pembangunan.

Pendidikan luar biasa, sebagai salah satu bentuk pendidikan yang

khusus mengenai anak-anak ber kelainan sebagai objek formal dan

materialnya dari berbagai jenis kelainan termasuk anak-anak tunagrahita,

secara terus-terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan dengan sebaik-

baiknya. Bagaimanapun, sebagai warga negara anak-anak tunagahita

memiliki hak yang sama untuk mendapat pendidikan. Pasal 5 undang-undang

Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan, bahwa

setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, yang

diantaranya dalah anak-anak tunagahita. Demikian pula pada pasal 8 ayat 1

dari undang-undang yang sama menyebutkan, bahwa warga negara yang

memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar

biasa adalah pendidikan yang disesuaikan dengan kelainan peserta didik

berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bersangkutan.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun Rumusan Masalah Dari Makalah Ini Adalah :

1. Apa pengertian dari Tuna grahita ?

2. Apa saja klasifikasi dari Tuna grahita ?

3. Bagaimana karakteristik anak dengan ketuna grahitaan?

4. Apa faktor penyebab terjadinya dan pencegahan Tuna grahita ?

5. Bagaimanakah implikas pendidikan Tuna grahita

Page 2: 88323232-makalah-tunagrahita

6. Bagaimana model pelayanan pendidikan bagi anak tuna grahita?

7. Bagaimanakah bimbingan perilaku non adpatif berdasarkan pendekatan

sistem bagi anak tuna grahita ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari Tuna grahita

2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Tuna grahita

3. Untuk mengetahui karakteristik anak dengan ketuna grahitaan

4. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya dan pencegahan Tuna

grahita

5. Untuk mengetahui implikas pendidikan Tuna grahita

6. Untuk mengetahui model pelayanan pendidikan bagi anak tuna grahita

7. Untuk mengetahui bimbingan perilaku non adpatif berdasarkan

pendekatan sistem bagi anak tuna grahita

Page 3: 88323232-makalah-tunagrahita

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN DEFINISI TUNAGRAHITA

Di mana-mana didunia ini, disamping ada anak yang normal, ada

pula anak dibawah normal dan diatas normal. Beberapa anak lebih cepat

belajar daripada anak yang lain, di samping ada juga anak yang belajar lebih

lamban dari teman seusianya. Demikian pula perkembangan sosial anak, ada

yang cepat, ada pula yang lebih lamban dari anak normal. Anak-anak dalam

kelompok di bawah normal dan/atau lebih lamban daripada anak normal, baik

perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak terbelakang mental

: istilah resminya di Indonesia disebut anak tunagahita (PP No. 72 Tahun

1991).

Anak tunagahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada

di bawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam

menyusahkan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam

memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-belit.

Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua

hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selam-lamanya, dan bukan

hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya, lebih-lebih dalam

pelajaran seperti : mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan

simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teroris.

Dan juga mereka kurang/terlambat dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan.

Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak

yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata

(Somantri,2006:103). Istilah lain untuk siswa (anak) tunagrahita dengan

sebutan anak dengan hendaya perkembangan. Diambil dari kata Children

with developmental impairment. Kata impairment diartika sebagai hendaya

Page 4: 88323232-makalah-tunagrahita

atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampauan dalam segi

kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas (American Heritage Dictionary,1982:

644; Maslim.R.,2000:119 dalam Delphie:2006:113).

Penyandang tunagrahita (cacat ganda) adalah seorang yang

mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang

terganggu, adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehingga

disebut cacat ganda Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertai

dengan keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang disertai

dengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain yang dimiliki selain cacat

intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita yakni

cacat ganda. Penanganan pada setiap ABK memiliki cara tersendiri.Mulai

dari segi akademik, pribadi dan sosial mereka. Semuanya disesuaikan dengan

kondisi fisik dan mental mereka.

Anak tunagahita banyak macamnya, ada yang disertai dengan

buta warna, disertai dengan kerdil badan, disertai dengan berkepala panjang,

di sertai dengan bau badan tertentu, dan segalanya : tetapi ada pula yang tidak

disertai apa-apa. Mereka semua mempunyai persamaan yaitu kurang cerdas

dan terhambat dalam menyesuaikan dir dengan lingkungan jika dibandingkan

dengan teman sebayanya. Mereka mempunyai ciri-ciri khas dan tingkat

tunagahitaan yang berbeda-beda, ada yang ringan, sedang, berat, dan sangat

berat.

Seorang dikatakan normal (rata-rata) jika MA-nya sama hampir

dengan CA-nya. Sedangkan apabila MA seorang jelas-jelas di atas CA-nya

maka anak tersebut tergolong anak cerdas (di atas normal). Sebaliknya bila

MA-nmnya jelas-jelas di bawah CA-nya maka ia tergolong kecerdasannya

terbelakang , dan jika disertai terbelakang dalam adaptasi perilaku dengan

lingkungan maka ia disebut anak tunagahita sehubungan dengan

keterbelakangan kecerdasan ini R.P mendey dan jhon wiles (1929 : 40).

Sebagai catatan bahwa seseorang yang MA-nya jelas-jelas di

bawah normal (IQ-nya 70 ke bawah) baru dikategorikan tunagahita jika

Page 5: 88323232-makalah-tunagrahita

adaptasi tingkah lakunya pada lingkungan juga dibawah usianya (CA-nya).

Abraham levinson (Achmad, 1970 : 62-53) menggambarkan tentang

perkembangan anak-anak yang tergolong normal yang dapat digunakan

sebagai bahan rujukan/perbandingan dalam menentukan apakah seseorang

anak mengalami hambatan adaptasi perilaku atau tidak. Sebagaimana dapat

dilihat pada tabel. I

Jika anak pada usia tertentu belum mampu melakukan perbuatan

(sesuai dengan tingkah CA-nya) sebagaimana di gambarkan pada tabel I,

maka anak tersebut mengalami hambatan dalam adaptasi perilaku terhadap

lingkungannya. Dengan kata lain, anak tersebut dikategorikan tunagahita jika

IQ-nya juga di bawah 70.

Terdapat perbedaan antara tunagahita dengan skait mental, sakit

jiwa, atau sakit ingatan. Dalam bahasa inggris sakit mental disebut mental

illness yaitu merupakan kegagalan dalam membina kepribadian dan tingkah

laku. Sedangkan tunagahita dalam bahas inggris di sebut mentally retarded

merupakan kurang berkembang serta kemampuan adaptasi perilakunya

terlambat. Hal ini yang membedakan tunagahita dengan sakit jiwa adalah :

tunagahita bermula dan berkembang pada masa perkembangan, yaitu sejak

anak lahir sampai kira-kira usia 18 tahun. Sedangkan sakit jiwa dapat

menyerang setiap saaat, kapan saja. Namun sekalipun sakit jiwa dan

tunagahita berbeda, tidak mustahil anak tunagahita menderita sakit jiwa.

B. KLASIFIKASI DAN PREVALENSI

Pengklasifikasian anak tunagrahita yang sudah lama dikenal ialah

Debil untuk yang ringan, Imbesil untuk yang sedang, dan Idiot untuk berat

dan sangat berat. P1ompokktunagrahita yang digunakan oleh kalangan

pendidik di amerika (American Education) ialah Educable Mentali

Retarded, Trainable Mentally Retarded, dan Totally/Custodial Dependent

yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : Mampu didik, Mampu latih,

Page 6: 88323232-makalah-tunagrahita

dan Mampu rawat. Pengelompokan tunagrahita berdasarkan IQ menurut

WHO (Vivian Navaratman, 1987:403) yaitu : tunagrahita ringan dengan IQ

50—70, tunagrahita sedang dengan IQ 30—50, dan tunagrahita yang

berat/sangat berat dengan IQ kurang dari 30.

a. Menurut AAMD dan PP No. .72 Tahun

1) Tunagrahita ringan

Mereka yang termasuk dalam kelompok mi meskipun

kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka

mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang

pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan

bekerja. Dalam mata pelajaran akademik mereka pada umumnya

mampu mengikuti mata-mata pelajaran tingkat sekolah lanjutan,

baik SLTPLB dan SMLB, maupun di sekolah biasa dengan

program khusus sesuai dengan berat ringannya ketunagrahitaan

yang disandangnya. Program yang diterapkan hendaknya

disesuaikan dengan kebutuhan khusus mereka. IQ anak

tunagrahita ringan berkisar 50-70. Dalam penyesuaian sosial

mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan din dalam

Iingkungan sosial tidak saja pada lingkungan yang terbatas

tetapi juga pada lingkungan yang lebih luas, bahkan kebanyakan

dan mereka dapat mandiri dalam masyarakat.

Dalam kemampuan bekerja, mereka dapat melakukan

pekerjaan yang semi skill dan pekerjaan sosial sederhana,

bahkan sebagian besar dan mereka mandiri seluruhnya dalam

melakukan pekerjaan sebagai orang dewasa. Anak tunagrahita

ringan seringkali tidak dapat diidentifikasi serupai ini mencapai

usia sekolah. Biasanya mereka diketahui setelah mengikuti

pelajaran di sekolah biasa selama satu atau dun tahun karena

kesukaran mereka dalam mengikuti pelajaran dan penyesuaian

diri dengan teman-temannya.

Page 7: 88323232-makalah-tunagrahita

Prevalensi anak tunagrahita ringan kira-kira 75 % dari

jumlah seluruh anak tunagrahita.

b. Klasifikasi menurut tingkatan IQ

Tabel 2

TERM IQ RANGE FOR LEVEL

Mild Mental Retardition

Moderate Mental Retardition

Sevare Mental Retardition

Unspecified

50-55 Aporox, 70

35-40 to 50-55

20-25 to 35-40

Bellow 20 or 25

Tidak begitu berbeda dengan klasifikasi di atas, Hebert

(1977) yang menggunakan skala sistem penilaian WISC (paye & patton,

1981 : 49)

- Mild (ringan) : IQ 55-70

- Moderate (sedang) : IQ 40-55

- Severe-Fropound (berat-sangat berat) : Di bawah 40

c. Klasifikasi menurut tipe klinis

1) Dwon syndrom dahulu disebut mongoloid

Anak tunagrahita jenis ini disebut demikian karena

seo1ah-oIahTgnyerupai orang Mongol dengan ciri-ciri : mata sipit

dan miring : lidah tebal dan berbelah-belah serta biasanya suka

rnenu1ur keluar : telinga kecil : tangan kering : makin dewasa

kulitnya makin kasar ; kebanyakan mempunyai susunan gigi

geligi yang kurang baik sehingga berpengaruh pada pencernaan ;

dan lingkar tengkoraknya biasanya kecil. kebanyakan mempunyai

Page 8: 88323232-makalah-tunagrahita

susunan gigi geligi yang kurang baik sehingga berpengaruh pada

pencernaan ; dan lingkar tengkoraknya biasanya kecil.

2) kretin

Dalam bahasa Indonesia disebut kate atau cebol. Ciri-

cirinya: badan gemuk dan pendek; kaki dan tangan pendek dan

bengkok; badan dingin kulit kering, tebal dan keriput; rambut

kering; lidah dan bibir tebal; kelopak mata, telapak tangan dan

kaki, dan kuduk tebal; pertumbuhan gigi terlainbat; serta hidung

lebar. Penyebabnya karena ada gangguan Hyphotyroid.

Ketunagrahitaan yang disertai kelainan mi dapat dicegah atau

diatasi dengan yodium yang terdapat dalarn makanan atau

minuman, yang dewasa mi masyarakat mengenalnya dengan

istilah garam.

3) hydrocephal

Anak mi memiliki ciri-ciri: kepala besar; raut muka

kecil; tengkoraknya ada yang membesar ada yang tidak;

pandangan dan pendengaran tidak sempurna ; mata kadang-

kadang juling. Kondisi ini terjadi disebabkan oleh karena dua hal,

yaitu cairan otak yang berlebihan atau kurang, dan sistem

penyerapannya tidak seimbang dengan cairan yang dihasilkan.

Jika hal tersebut terjadi sebelum lahir, maka si bayi jarang lahir

dalam keadaan hidup.

d. Klasifikasi Leo Kanner

Leo Kanner membedakan anak tunagrahita atas tiga golongan yaitu :

1) Absolute Mentally’ Retarded (tuna grahita absolut)

Yaitu seorang anak tunagrahita dimana pun Ia berada. Maksudnya

anak tersebut jelas-jelas tunagrahita baik kalau ia tinggal di pedesaan

Page 9: 88323232-makalah-tunagrahita

maupun di perkotaan; di masyarakat pertanian maupun masyarakat

industri; di lingkungan keluarga, sekolah dan tempat pekerjaan.

Tunagrahita tipe ini pada umumnya adalah penyandang tunagrahita

sedang (terutama kelompok bawah), berat dan sangat berat.

2) Relative Mentally Retarded (tunagrahita relatif)

Yaitu anak tunagrahita hanya dalam masyarakat tertentu saja.

Misalnya di sekolah ia termasuk tunagrahita tetapi di keluarga ia

tidak termasuk tunagrahita. Tunagrahita tipe ini pada umumnya

adalah penyandang tunagrahita ringan.

3) Pseudo Mentally Retarded (tunagrahita semu)

Yaitu anak yang menunjukkan performance (penampilan) sebagai

penyandang tuhagrahita tetapi sesungguhnya ia mempunyai

kapasitas kemampuan. yang normal. Misalnya seorang anak dikirim

ke sekolah khusus karena menurut hasil tes kecerdasannya (IQ-nya

rendah, tetapi setelah anak mengikuti pendidikan di sekolah, ternyata

kemampuan belajar dan adaptasi sosialnya adalah normal, maka

anak tersebut bukanlah penyandang tunagrahita.

C. KARAKTERISTIK DAN PERMASALAHAN ANAK TUNAGRAHITA

1. Karakteristik anak tunagrahita

James D. Page Suhaerni H.N : 1979 : 25 menguraikan

karakteristik anak tunagrahita dalam hal : kecerdasan, sosial, fungsi-

fungsi mental lain, dorongan dan emosi, kepribadian dan organisme.

Kecerdasan. Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk

hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo

(rote learning) bukan dengan pengertian. Dari hari ke hari dibuatnya

Page 10: 88323232-makalah-tunagrahita

kesalahan-kesalahan yang sama. Perkembangan mentalnya mencapai

puncak pada usia yang masih muda.

Fungsi-fungsi mental lain. Mereka mengalami kesukaran dalam

memusatkan perhatian. Jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat

beralih sehingga kurang tangguh dalam menghadapi tugas. Pelupa dan

mengalami kesukaran mengungkapkan kembali suatu ingatan. Kurang

mampu membuat asosiasi-asosiasi dan sukar membuat kreasi-kreasi baru.

Yang agak cerdas. Biasan menyalurkan hasrat-hasrat Re dalam lamunan-

lamunan, sedang yang san berat lebih suka ―mengistirahatkan otak.‖

Mereka menghindar dari berpikir.

Dorongan dan Emosi, Perkembangan dan dorongan emosi anak

tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-

masing. A yang berat dan sangat berat tingkat ketunagrahitaannya.

hampir-hampir 1. Memperhatikan dorongan untuk mempertahankan diri.

Kalau mereka/atau haus, mereka tidak menunjukkan tanda-tandanya.

Demikian pula mereka mendapat perangsang yang menyakitkan hampir-

hampir tidak men kemampuan menjauhkan dirinya dari perangsang

tersebut. Kehidupan emosinya lemah. Jika telah mencapai umur belasan

tahun dorongan biologisnya biasanya.

Organisme. Baik struktur maupun fungsi organisme pada

umumnya kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan

berbicara pada usia yang lebih tua dan anak normal. Sikap dan gerak

lagaknya kurang indah. Di antaranya banyak yang mengalami cacat

bicara. Mereka kurang mampu membedakan persamaan dan perbedaan.

Pendengaran dan penglihatannya banyak yang kurang sempurna. Anak

yang berat apalagi yang sangat berat ketunagrahitaannya kurang rentan

dalam perasaan sakit, bau yang tidak enak, dan makanan yang tidak enak.

Badannya relatif kecil seperti kurang segar. Tenaganya kurang; cepat

letih, kurang mempunyai daya tahan dan banyak tahan dan banyak yang

meninggal pada usia muda.

Page 11: 88323232-makalah-tunagrahita

2. Karakteristik anak tunagrahita ringan

Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi

kurang perbendaharaan kata-katanya. Mereka mengalami kesukaran

berfikir abstrak, tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik

baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus sebagaimana telah

diuraikan di muka. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan

yang sama dengan anak umur 12 tahun, tetapi itu pun hanya sebagian

dari mereka. Sebagian tidak dapat mencapai umur kecerdasan setinggi

itu.

3. Karakteristik anak tunagrahita sedang

Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari-

pelajaran-pelajaran akademik. Mereka pada umumnya belajar secara

membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak

tunagrahita ringan. Mereka hampir selalu bergantung pada perlindungan

orang lain, tetapi dapat membedakan bahaya dan yang bukan bahaya.

Mereka masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan

menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan dapat mempelajari beberapa

pekerjaan yang mempunyai anti ekonomi.

4. Karakteristik Anak Tunagrahita berat dan sangat berat

Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan

selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak

dapat memelihara diri sendiri (makan, berpakaian, ke WC. dan

sebagainya harus dibantu). Pada umumnya mereka tidak dapat

membedakan yang berbahaya dengan yang tidak berbahaya, tidak

mungkin berpartisipasi dengan lingkungan di sekitarnya, dan jika sedang

berbicara maka kata-kata dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasan

seorang anak tunagrahita berat dan sangat berat hanya dapat berkembang

paling tinggi seperti anak normal yang berumur 3 atau 4 tahun.

Page 12: 88323232-makalah-tunagrahita

D. FAKTOR PENYEBAB DAN PENCEGAHANNYA

1. Faktor penyebab

Cara lain Yang juga sering digunakan dalam pengelompokan

faktor-faktor penyebab ketunagrahitaan adalah membaginya dalam 3 (tiga)

gugus, yang jika disusun secara kronologis adalah (1) faktor-faktor yang

terjadi sebelum anak lahir (prenatal), (2) Faktor-faktor yang terjadi saat

dilahirkan (natal atau perinatal), dan (3) faktor-faktor yang terjadi sesudah

dilahirkan (postnatal). Perlu diingat bahwa istilah prenatal, natal atau

perinatal, dan postnatal, bukanlah penyebab melainkan hanya waktu

terjadinya penyebab. Pada gugus prenatal tercakup hal- hal yang terjadi

pada faktor keturunan dan yang tidak terjadi pada faktor keturunan akan

tetapi anak masih dalam kandungan. Berikut ini akan dibahas beberapa

penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari

faktor lingkungan.

2. Faktor pencegahan

Beberapa alternatif upaya pencegahan yang disarankan. Antara

lain sebagai berikut :

a. Diagnostik prenatal, yaitu suatu usaha yang di lakukan untuk

memeriksa kehamilan. Dengan usaha ini diharapkan dapat ditemukan

kemungkinan adanya kelainan-kelainan pada jamin, baik berupa kelainan

kromosom maupun kelainan enzim yang diperlukan bagi perkembangan

janin. Seandainya ditemukan adanya kelainan, maka tindakan selanjutnya

diserahkan kepada ibu hamil atau keluarganya atau pertimbangan-

pertimbangan dan dokter ahli dalam masalah tersebut.

b. Imunisasi dilakukan terhadap ibu hamil maupun anak-anak balita.

Dengan imunisasi ini dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang

mengganggu perkembangan bayi/anak.

Page 13: 88323232-makalah-tunagrahita

c. Tes darah, dilakukan terhadap pasangan-pasangan yang akan menikah

untuk menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih yang

berkelainan.

d. Pemeliharaan Kesehatan, terutama bagi ibu-ibu hamil. Hal ini terutama

menyangkut pemeriksaan kesehatan selama hamil, penyediaan gizi nutrisi

serta vitamin yang memadai, menghindari radiasi, dan sebagainya.

e. Program Keluarga berencana diperlukan untuk mengatur kehamilan

thn menciptakan keluarga yang sejahtera baik dalam segi fisik manapun

psikis. Keluarga kecil lebih memungkinkan terbinanya hubungan fisik

yang relatif lebih baik serta terjaminnya kebutuhan fisik yang relatif lebih

baik pula.

f. Sanitasi lingkungan, yaitu mengupayakan terjaganya suatu lingkungan

yang bersih dan sehat, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit-

penyakit yang membahayakan perkembangan anak.

g. Penyuluhan genetik, yaitu suatu usaha mengkomunikasikan berbagai

informasi yang berkaitan dengan masalah genetika dan masalah-masalah

yang ditimbulkannya. ini dapat dilakukan melalui media cetak, elektronik,

maupun secara Iangsung melalui Posyandu atau klinik-klinik kesehatan.

E. IMPLIKASI PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA

Pendekatan yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita adalah

1. Occuppasional terapy , ( terapi gerak)

Terapi ini diberikan kepada anak tunagrahita untuk melatih gerak

fungsional anggota tubuh gerak kasar atau halus.

2. Paly terapi (terapi bermain)

Terapi yang diberikan kepada anak tunagrahita dengan cara bermain,

misalnya : memberikan pelajaran tentang hitungan, anak diajarkan

tentang tata cara sosial drama , bermain jual beli.

Page 14: 88323232-makalah-tunagrahita

3. Aktivity daily living (ADL) atau emampuan merawat diri

Untuk memandirikan anak tunagrahita, mereka harus diberikan

pengetahuan dann ketermpilan tenang kegiatan kehidupan sehari-hari

(ADL) agar mereka dapat merawat diri sendir tanpa bantuan orang lain

dan tidak tergantung kepada orang lain.

4. Lives kill , keterampilan hidup

Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di

bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai

administrator. Bagi anak tunagrahita yang memiliki IQ di bawah rata-

rata , merekajuga diharapkan untuk dapat hidup mandiri oeh karena itu

untuk bkal hidup, mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan

ketermpilan yang dimilikinya, mereka dapat hidup di lingkungan

keluarga dan masyarakat serta dapat bersaing di dunia industri dan

usaha.

5. Fokastional terapi (terapi bekerja)

Selain diberikan latihan ketermpilan. Anak tunagrahita juga diberikan

latihan kerja. Dengan bekal latihan yang telah dimilikinya, anak

tunagrahita diharapkan dapat bekerja.

F. MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA

Pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita atau retdasi mental dapat

diberikan pada

1. Klas transisi , klas ini diperuntukan bagi anak yang memerlukan

layanan khusus termasuk anak tunagrahita. Kelas transisi sedapat

mungkin berada disekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak

dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transsi merupakan

kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan

kurikulum SD dengan modifikas sesuai kebutuhan anak.

2. Sekolah khusus (sekolah luar biasa bagian C dan C 1/SLB – C, C

1)

Page 15: 88323232-makalah-tunagrahita

Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita omdel ini dibeikan

pada sekolah luar biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak

dengan pembimbing atau pengajar guru khusus dan teman seke;las

yang dianggap sama kemampuanya ( tunagrahita. Kegiatan belajar

mengajar sepanjnag hari penuh di kelas khusu untuk anak

tunagrahitaringan dapat bersekolah di SLB – C , sedangkan anak

tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLBC 1.

3. Pendidikan terpadu

Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah

reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak

reguler di kelas yang sama dengan bimbingan guru reguler. Untuk

mata pelajaran tertentu, jika anak mempunyai kesulitan, anak

tunagrahita akan mendapat bimbingan/remidial dari guru

pembimbing khusus (GPK) dari SLB terdekat,pada ruangan khusus

atau ruangan smber. Biasanya anak yang belajar di sekolah terpadu

adalah anak yang tergolong tunagrahita ringan. Yang termasuk ke

dalam kategori borderline yang biasanya mempnyai kesulitan-

kesulitan dalam belajar (learning difficulties) atau disebut dengan

lamban belajar (slow learner).

4. Program sekolah di rumah

Program ini diperuntukan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu

mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya.

Misalnya: sakit. Perorang dilaksanakan di rumah dengan cara

mendatangkan guru PLB (GPK) terrapis. Hal ini dilaksanakan atas

kerjasama antara orang tua, sekolah, masyrakat.

5. Pendidikan Inklusif

Sejalan dengan perkembangan layanan pendidikan untuk anak

berkebutuhan khusus, terdapat kecenderungan baru yaitu model

pendidikan insklusisi. Model ini menekankan pada keterpaduan

penuh, menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip education for

all. Layanan pendidikan insklusif diselenggarakan pada sekolah

reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak

Page 16: 88323232-makalah-tunagrahita

reuler, pada ke;as dan guru atau pembimbing yanga sama. Pada

kelas inklusif siswa dibimbing oleh 2 orang guru, satu guru reguler

dan satu guru khusus. Guna guru khusus untuk memberikan

bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak tersebut mempunyai

kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan

mempunyai hak dan kewajiban yang sama tapi,saat ini pelayanan

pendidikan insklusi masi dalam tahap rintisan.

6. Panti (griya) rehabilitasi

Panti ini diperuntukan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat,

yang mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah dan pada

umumnya memiliki kelainan ganda seperti penglihatan,

pendengaran atau motorik. Program di panti lebih terfokus pada

perawatan. Pengembangan pada panti ini terbatas dalam hal :

a. Pengenalan diri

b. sensor motor dan persepsi

c. motorik kasar dan ambulasi (pindah dari satu tempat ke

tempat lain)

d. kemampuan berbahasa dan komunikasi

e. bina diri dan kemampuan sosial

G. BIMBINGAN PERKEMBANGAN PRILAKU NON ADAPTIF

BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM

a. Masukan (input)

Komponen awal bmbingan penjeasn prilaku non adaptif meliuti

1. Masukan mentah (raw input)

2. Masukan instrumen (instrumental Input)

3. Masukan lingkungan ( invironmental input)

1. Masukan mentah (raw input)

Page 17: 88323232-makalah-tunagrahita

Masukan mentah bikmbingna perkembangan untuk perilaku non adapti

fyaitu prilaku agresif secara fisik seperti anak memukul orang

disekitarnya , ketka ia merasa lelah dan bosan

2. Masukan instrumen (instrumental Input)

Masukan instrumen dalam bimbingan perkembangan prilaku non adptif

berupa perangkat bantu dan wahana yagmendukung keterlaksanaan

proses bimbingan yang terintegrasi kedalam pembelajaran, meliputi

pembimbing , program, sarana dan tahapan .

a. Pembimbing

Pembimbing dsini adalah guru yang dapat merancang program ,

pembimbing dituntuk untuk memliki pengetahuan ketermpilan, dan

siap tertentu yang dimiliki o;eh clien nya pembimbing harus bisa

mengembangkan hubungan interaksi denan siswa tunagrahita sebagai

clien, yang disarankan atas kepercayaan, pengertian, danrasa saling

menghargaio. Hubungan ini haurus ditetapkan, dibentuk tanpa

memnadang sikap , keyakinan, suku bangsa , jneis kelamin, atau status

sosial ekonomi kelarga siswa tunagrahita tersebut. Pembimbing hatus

mampu membuat iklim dan kondisi yang mendoromng pertumbuhan

yang sesuai.

b. Program

Program disini merupakan seperangkat kegiatan bimbingna yang

disusun secara terencana, erorganisasi , terkoordinasi, selama periode

tertentu dsan dilakukan secara kait mengait untuk mnecapai

tujuan.perilaku spesifik yang nampak pada siswa tunagrahita adalah

perilaku agresif secara fisik, dimana anak tunagrahita sering memukul

orang yang bersada disekitarnya ketika ia merasa elalah atau bosan,

biasaya perilaku ini muncul menjelang akhirjam belajar atau sebelum

anak pulang sekolah. Sehingga dibutuhkan kegiatan yang dapat

mengalihkan perilaku sisw tunagrahita tersebut agar lbih bermanfaat

Page 18: 88323232-makalah-tunagrahita

bagi baik dirinya maupun orang lain. Permainan terapeutik adalah

salah satu kegiatan yang dapat digunakan yang dapat digunakan

sebagai intervensi kepada siswa tunagrahita. Salah satu permainan

yang dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresif (memukul)

pada siswa tunagrahita adalah permaina eksplorasi. Permainan ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menjelajahi sering

memukul adalah permainan yang melibatkan kegiatan tangan , yaitu

permainan dengan alat musik pukul.

c. Sarana

Sarana taau alat alat bantu yang dibutuhkan meliputi : ruangan atau

temapta alat edukatif, berbagai macam bentuk permainan edukatif (

seperti drum mini) , perlengkapan admnistrasi sebagai pengumpul

data ( format-format, pedoman observasi, pedoman wawancara,

angket , catatan harian, datar nilai prestas belajar, kartu konsultasi,

instrument penelusuran bakan dan minat) , penyimpan data (kartu

pribadi, map dan buku pribadi), perlengkapan teknis ( buku pedoman,

buku informasi, paket bimbingan).

d. Tahapan

Tahapan permulaan adalah menyiapkan seting kelas untuk kegiatan

bimbingan non adaptif dalam ruang keas dengan mata [pelajaran

terentu , dan perlengklapan permainan terapeutik ( drum mini atau alat

musik pukul lain) sehingga siswa tunagrahita akan diberikan

bimbingna siap melaksanakan kegatan bimbingan yang diintegrasikan

kedalam pembelajaran.

Tahap ransisi, tahap ini merupakan masa peraihan setelah proses

bimbingan dan sebelm masa keaktifan belajar mengajar . pada tahap ini

biasanya siswa tunagrahita akan memperlihatkan perilaku nn adaptif

seperti rasa cdma, ketegangan, konflik, ketidak mampuan, kurang atensi,

suka menggagu teman, mencari perhatian orang lain. Saat ini gur kelas

selaku pembiming harus mampu melaksanakan bentuk bentukmotivasi

malalui reinforcement dan prompt untuk mendorong siswa tunagrahita

untuk aktif memanfaat kan alat permainan edukatif yang sesungguhnya

Page 19: 88323232-makalah-tunagrahita

merupakan terapeutik bagi dirinya. Tahapan kegiatan, tahapan ini

merupakan tahapan bekerja, tahap penampilan , tahap tndakan yang

merupakan inti kegatan bimbingan perkembangan prilaku non adatif

dengan memanfaatkan permainan terapeutik tertentu untuk setiap siswa

tunagrahita dalam pembelajaran mata pelajaran tertentu. Tingkat

stabilits,perkembangan prilaku adaptif atau non adaptif setiap siswa

diamati, dicatat dan di tabulasikan ke format isian recording sheet for rate

data dalam A-B-A design.. kegiatan ini dilakukan oleh guru kelas selaku

guru pembimbing sebagai pengamat kegiatan bimbingan dan

jikamemungkinkan dengan dibantu perekaman melalui VCD. Penekanan

utama dalam kegiatan ini adalah siswa mwrasa senang dan bergairah

memainkan alat permainan edukatif, tapa dsadari setiap siswa sedang

melakukan [pembelajaran mata pelajatan tertentu. Tahap pengakhiran,

dalam tahap ini guru kelas dan guru pengamat melakukan refleksi

terhadap hasil selama di kelas, memproses , dan mengevaluasi apa yang

telah dilakukan baik keberhasilan terutama kegagalan-kegagaln untuk di

refisi ulang dalam perencanaan berikutnya. Partisipasi semua pihak

sangat dibutuhkan dalam penyusunan ulang rencana program bimbingan

dan perkembangan prilaku non adapif pada sesi berikutnya atau

penghentian kegiatan bimbingan. Evaluasi dan tindak lanjut , evaluasi

pada bimbingan perembangan prilaku non adaptif yang diamati terbagi

dua yaitu evaluasi [roses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses

dimaksudkan untuk mengetahi sejauh mana emanfaatan dan keterpakaian

permainan terapeutik yang dimanfaatkan sebagai media bimbingan yang

diintergasikan dalam pembelajatan individal siswa tunagraita. Evaluasi

hasil bimbingan, dimaksudkan untuk memperoleh informasi kemanfaatan

danketerpakaian permainan terapeutik sebagi media pembelajaran,

keefektifan bimbingan prilku non asadaptif berdasarkan hasil yang

diperoleh. Dimana aspek yang diliha adalah :

1. Pemahaman baru tentang fungsionlanya

2. Perasaan harga diri dan [ercaya diri

Page 20: 88323232-makalah-tunagrahita

3. Rencana siswa yang besrangkutan setelah asca pelayanan

bimbingan perkembangan perilaku no adaptif

3. Masukan Linngkungan (enviromental input)

Lingkungan kehidupan nyata siswa disekolah yang meliputi norma ,

tujuan , kebutuhan sekolah berkaitan degan proses pertumbuhan dan

aperkembangan sswa . lingkungan kehidupan nyata siswa disekolah

adalah lingkungan belajar yang dapat mempengaruhi pengembangan dan

memberikan penguasan kebutuhan siswa.

1. Proses

Komponen komponen proses akan meruah masukan (input) menjadi

keluatn (output) masukan dari proses bimbinganini adalah prilaku

agresif yaitiu anak memukul orang yang berada disekitarnya ketika ia

merasa lelah atau bsan. Intervensi yang diberuikan melalui [ermainan

terapeutik yaitu permainan dengan alat musik pukul diharapkan

mampu mengahsilkan outpu berupa berkurangnya bahkan hilangnya

periklaku memulul pada siswa tunagrahita.

2. Keluaran atau Out Put

Diharpan melalui kegiatan permoana terapeutik yaitu memainkan alat

musik pukul da (drum mini) , prilaku memukul anak dapat berkurang

atau menghilang.

3. Monitoring, evaluasi , dan balikan

Kegitan monitoring dan evaluasi akan menjawab pertanyaan : apakah

penerapan target behaviiour serasi atau tidak dengan related

karakteristik ? ataukah perminan dengan alat musik pukul kurang

cocok dengan kemampuan fungsional ssiswa tunagrahita? Kegitan

monitoring dan evaluasi selam proses pelaksanaan bimbingan ,

dilakukan secaras cermat melalui [proses refleksi yang dipakai sebagai

bentuk kegitan y=untuk membicarakan , dan memutuskan apakan

program bimbingan perkembangan prilaku yang sedang berjalan

tersebut di refisi ulang ataukah perlu perobakan progeram. Balikan

atau feed back merupakan fungs iyang memeberikan informasi atas

Page 21: 88323232-makalah-tunagrahita

penyompanan dari keluaran berdasrakn standar dan control yang telah

ditentuka balikan dapat memasukan informasi terhadapa proses

sebagai masukan yang akan diproses menjadi keluaan (out put).

4. Prosedur kerja bimbingan perkembangan perilaku non adaptif

a. Kegiatan awal

1. Melakukan obserfasi terhadap prilaku anak tunagrahita dimana

salah satunya perilaku agresif anak adalah memukul oang

ayang ada disekitarnya ketika ia merasa leleah atau bosan.

2. Mencari jenis permainan yang dapat digunakan seagai alat

interfensi yang dapat digunakan oleh anak tunagrahita. Prilaku

yang sering diperliatkan anak adalah memukul, sehinga saya

memutuskan untuk menggunakan permainan eksplorasiyaitu

permainan dengan nmenggunakan alat musik pukul.

3. Menyediakan perangkat permainan eksploasi yaitu akat musik

pukul seperti drum ini, alat alat lain yang dapat mengeluarkan

suara seperti galon bekas atau botol bekas air mineral.

4. Menentukan target behavior dimana target behavior atau

perilaku non adaptif anak adalah mengalihkan perikau

memukul anak terhadap benda sehinga perilkau ini memiliki

nilai manfaat.

5. Menyusun program bimbingan yang diintegrasikan kdalam

pemelajaran program ini dilengkapi dengan permainan

terapeutik dan bentuk bentuk ibnterfebsi kegiatan proses

pembelajaran yang disertai bimbingan.

6. Melakukan pembelajaran individuaL untuk satu mata pelajaran

tertentu terhadap siswa yang akan di bimbing, tanpa

melibatkan permainan terapeutik hanya melibatkan permainan

edukatif sesai dengan kebutuhan siswa. Proses kegiatan ini

dilakukan dalam 4 kali pertemuan pembelajaran atau sampai

kepada tingkat kekonstansan perilakuk adaptif yang dimiliki

siswa terbimbing. Guru – pengamat mencatat kemunculan

prilau nn adaptif pada siswa kemudian menginfetarisasikan

Page 22: 88323232-makalah-tunagrahita

keformat recording sheet for red data . guru kelas

melaksanakan kegiatan pembelajatan dan membat jurnal

harian pada akhir kegiatan.

7. Melakukan monitoring dan evaluasi hasil kegiatan

pembelajarantanpa menggunakan permainan terapeutik dalam

suatu kegiatan refleksi yang mlibatkan guru kelas , guru

pengamat , kepala sekolah . hasil refleksi dipakai pijakan

untuk penyusunan ulang (replan) program bimbingan

perkembangan prlaku non adaptif.

b. Kegiatan pelaksanaan bimbingan

1. Melakukan kegiatan bimbingan perkembangan perlaku non adaptif

yang diintergrasikan kedalam pembelajaran ndividual satu sesi dalam

matta pelajaran tertentu dengan menggunakan alat terapeutik.

2. Melakukan refleksi kegiatan pelaksanaan sebagai bentuk monitoring

dan evuasi, guna membahas faktor penghambat dan keterpakaian

permainan terapeutik dalam proses bimbingan.

3. Melakukan dua kegiatan di atas sampai jumlahnya mencapai 8 kali sesi

atau [ertemuan kegiatan proses bimbingan dikelas atau ruang khusus

tempat bermand engan alat edukatif.

4. Mencatat dan mentabuasikan hasil saaran target behaviour dari setiap

ssawa tunagarhita sebagai bahan analisis perkembangan perilaku non

adatif dalam format tertentu yang telah disediakan khusus untuk

kegiatan bimbingan perilasku non adaptif.

c. Kegiatan akhir bimbingan

1. Melakukan kegiatan pembelajaran tanpa mengguakan permainan

terapeutik dan tanpa interfensi yagdigunakan dalam proses bimbingan

kegiatanini bersifat kegiatan pembelajaran individual untuk satu mata

pelajaran tertentu tanpa dilibatkan permainan edukatif yang dipakai

pada saat proses bimbingan kegiatan ini dilakukan guru kelas,

sedangkan guru pengamat mengamati , mencatat semua kemunculan

Page 23: 88323232-makalah-tunagrahita

perilaku adaptif setiap siswa terbimbing kemudian di infertisasikan

pada format khusus yang tersedia.

2. Dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam

bentuk pertemuan refleksi untuk membahas hasil keluaran pada sesi ni

terutama perkembangan perilaku non adaptif yag menjadi perilaku yang

adaptif.

3. Kegiatan no 1 adan 2 diatas dilakukan sampai mencapai jumlah

kegiatan sebanyak 4 kali , atau sampai dengan kegiatan awal. Seluruh

hasil sasaran target behaviour pada sesi in bersama-sama hasil target

behaviour kegiatan ini dan kegiatan peksanaan dicatat dan

diinfentarisasikan pada fromat khusus, kemudian dibuatkan gerafik

dengan A-B-A design.

4. Melakukan postesdengan PAC untuk mengukur tigkat kemampuan

fungsional setelah diberikan interfensi dalam kegiatan bimbingan yang

diintegrasikan dalam pembelajaran.

5. Melakukan anaisi terhadap hasil keluaran yang ada pada visual grafilk

A-B-A design untuk mengetahui tingkat stabiilitas perkembangan

prilaku adatif hasil perhitungan ini dipakai sebagai bahan umpan balik

berkaitan denagn peningkatan perilaku non adaptif menjadi perilaku

adaptif.

6. Melakukan perbandingan tingkat kemajuan perkembngan kemampuan

fungsional antara pre dan post test PAC . hasil ini akan di pakai sebagai

bahan pertimbnagan dalam menentukan pengaruh bimbingan terhadap

kemampuan sosial siswa terbimbing.

7. Hasil kegiatan no 5 & 6 dijadikan umpan balik sebagai bahan informasi

terhadap proses dan masukan dalam bimbingan perkembangan perilkau

adaptif.

8. Seluruh kegiatan selesai.

Page 24: 88323232-makalah-tunagrahita

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebagai catatan bahwa seseorang yang MA-nya jelas-jelas di bawah

normal (IQ-nya 70 ke bawah) baru dikategorikan tunagahita jika adaptasi

tingkah lakunya pada lingkungan juga dibawah usianya (CA-nya). Abraham

levinson (Achmad, 1970 : 62-53) menggambarkan tentang perkembangan

anak-anak yang tergolong normal yang dapat digunakan sebagai bahan

rujukan/perbandingan dalam menentukan apakah seseorang anak mengalami

hambatan adaptasi perilaku atau tidak. Sebagaimana dapat dilihat di tabel I.n

Jika anak pada usia tertentu belum mampu melakukan perbuatan

(sesuai dengan tingkah CA-nya) sebagaimana di gambarkan pada tabel I,

maka anak tersebut mengalami hambatan dalam adaptasi perilaku terhadap

lingkungannya. Dengan kata lain, anak tersebut dikategorikan tunagahita jika

IQ-nya juga di bawah 70.