882.pdf

155
LAPAN lAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN METODE EKSTRAKSI OEM (DIGITAL ELEVATION MODEL) DARI DATA ALOS PRISM PROGRAM INSENTIF RISET DASAR Fokus Bidang Prioritas: Teknologi lnformasi dan Komunikasi Kode Produk Target: 5.06 Kode Kegiatan: 5.06.03 Peneliti Utama: Dr. Bam bang Trisakti PUSAT PENGEMBANGAN PEMANFAATAN DAN TEKNLOGI PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN) Jalan LAPAN no. 70, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710, Indonesia Tei./Fax: (021) 8722733 NOVEMBER 2010

Upload: tarukallo

Post on 15-Jan-2016

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 882.pdf

LAPAN

lAPORAN AKHIR

PENGEMBANGAN METODE EKSTRAKSI OEM

(DIGITAL ELEVATION MODEL) DARI DATA ALOS PRISM

PROGRAM INSENTIF RISET DASAR Fokus Bidang Prioritas: Teknologi lnformasi dan Komunikasi

Kode Produk Target: 5.06 Kode Kegiatan: 5.06.03

Peneliti Utama: Dr. Bam bang Trisakti

PUSAT PENGEMBANGAN PEMANFAATAN DAN TEKNLOGI PENGINDERAAN JAUH

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN) Jalan LAPAN no. 70, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710, Indonesia

Tei./Fax: (021) 8722733

NOVEMBER 2010

Page 2: 882.pdf

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

Judul Penelitian: PENGEM BANGAN METODE EKSTRAKSI OEM (DIGITAL ELEVATION MODEL) DARI

DATA ALOS PRISM

Fokus Bidang Prioritas: Teknologi lnformasi dan Komunikasi Kode Produk Target: 5.06 Kode Kegiatan : 5.06.03 Lokasi Penelitian : Jakarta

Penelitian Tahun Ke : 1

Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. lembaga Pelaksana Penelitian

Nama Peneliti Utama Dr. Bam bang Trisakti

Nama Lembaga/lnstitusi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Unit Organisasi Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi lnderaja (PUSBANGJA)

Ala mat Jl. LAPAN No. 70, Pekayon Pasar Rebo, Jakarta 13710, Indonesia

Telepon/HP/Faksimil/e-mai/ 021-8722733/ 08889716291/ [email protected]

B. lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Nama Koordinator

Nama Lembaga

Ala mat Telepon/Faksimile/e-mail

Jangka Waktu Kegiatan : 1 tahun Biaya Tahun-1 : Rp 165.800.000 Biaya Tahun-2 : Rp -. Total Biaya : Rp 165.800.000 Kegiatan (baru/lanjutan) : Baru Rekapitulasi Biaya Tahun yang Diusulkan :

No.

1.

2.

3. 4.

Uraian Gaji dan Upah Bahan Habis Pakai

Perjalanan Dinas Lain-la in

Jumlah biaya tahun yang diusulkan

Menyetujui:

Kepala Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi

Penginderaan Jauh

(ffffl, ~ __, (lr. Agus Hidayat, M.Sc.)

Jumlah (Rp)

108.100.000 9.910.000

28.000.000 19.790.000

165.800.000

Peneliti Utama

(Dr. Bam bang Trisakti)

Page 3: 882.pdf

RINGKASAN KEGIATAN

Judul Penelitian:

PENGEMBANGAN METODE EKSTRAKSI OEM (DIGITAL ELEVATION MODEL) DARI DATA ALOS

PRISM

Digital Elevation Model (OEM) merupakan salah satu data utama untuk mendukung berbagai

kegiatan, seperti pembuatan peta topografi, koreksi geometrik citra, pemetaan daerah rawan

bencana (banjir, tsunami, longsor, dan gunung api) dan rencana tataruang wilayah. OEM dapat

dihasilkan dengan perhitungan paralaks menggunakan data stereo ALOS PRISM. Kegiatan ini

bertujuan untuk memperoleh prosedur pembuatan OEM dari data ALOS PRISM dengan akurasi

yang dapat diterima (ekuivalen dengan akurasi vertikal OEM SRTM X-C band resolusi 30m).

OEM diturunkan dengan menggunakan modul Leica Photogrammetry Suite (LPS} software

Erdas Imagine dan mengembangkan metode penggabungan OEM SRTM dan peta topografi

Selanjutnya dilakukan pengujian tingkat akurasi terhadap OEM yang dihasilkan, analisis terhadap

pengaruh beberapa parameter (jumlah, distribusi dan sumber GCP, rasio base-to-height, operator

yang mengerjakan dan resolusi spasial OEM). Berbagai informasi tersebut kemudian akan

digunakan untuk pembuatan prosedur standar penurunan OEM dari citra ALOS PRISM yang dapat

dioperasionalkan. Oaerah penelitian adalah wilayah Bandung, Bogar di Provinsi Jawa Barat, dan

Sragen di Provinsi Jawa Tengah dengan pertimbangan bahwa wilayah-wilayah ini mempunyai

kondisi topografi yang bervariasi sehingga dapat mewakili lingkungan bertopografi rendah sampai

lingkungan bertopografi tinggi. Selain penurunan OEM, dilakukan juga kajian metode

penggabungan data ketinggian dari OEM SRTM dengan peta topografi, dan tingkat akurasi dari

OEM hasil pengabungan kedua jenis informasi tersebut.

Kegiatan ini telah dilaksanakan dari bulan Februari-November 2010. Hasil yang diperoleh

adalah sebagai berikut:

1. OEM dari PRISM ALOS dapat diturunkan dengan menggunakan model geometrik sensor

"Generic pushbroom" LPS-Imagine. Walaupun masih perlu kajian lebih lanjut metode

penghilangan blunder (bull eyes).

2. Akurasi OEM dari PRISM ALOS dipengaruhi secara signifikan oleh jumlah, distribusi

GCP/CP, sumber GCP/CP dan kemampuan operator. Sedangkan stereo pair dan resolusi

spasial OEM kurang mempengaruhi secara signifikan.

Page 4: 882.pdf

3. Akurasi OEM dari PRISM ALOS menggunakan GCP pengukuran lapangan lebih baik

dibandingkan akurasi OEM SRTM, sementara akurasi OEM dari ALOS PRISM menggunakan

GCP/CP data referensi mempunyai akurasi 1.5-2 kali akurasi bila menggunakan GCP

pengukuran lapangan

4. Prosedur pembuatan OEM dari PRISM ALOS dapat dibuat, dengan memperhatikan

pengaruh parameter-parameter yang mempengaruhi tingkat akurasi OEM

5. Akurasi OEM dapat ditingkatkan dengan pengabungan titik tinggi 2 data yang berbeda

melalui metode interpolasi

6. Metode interpolasi krigging mempunyai akurasi terbaik dibandingkan metode lain yang

digunakan pada kegiatan ini

Page 5: 882.pdf

PRAKATA

Berkat rahmat Allah SWT, draft laporan tahap II dari penelitian kami yang berjudul 11PENGEMBANGAN METODE EKSTRAKSI OEM {DIGITAL ELEVATION MODEL) DARI DATA ALOS

PRISM"dapat diselesaikan dengan baik.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Kemen Ristek yang telah memberikan

bantuan dana untuk melaksanakan penelitian ini. Terimakasih pula kami sampaikan

kepada pejabat struktural eselon I, II dan Ill di lingkungan Kedeputian Penginderaan Jauh

yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan kepada kami, sehingga

penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

Kami mengharapkan banyak masukan untuk perbaikan laporan penelitian ini

sehingga tujuan dan sasaran penelitian dapat tercapai pada akhir kegiatan.

Jakarta, 22 November 2010

Atas nama tim

Peneliti Utama

(Dr. Bam bang Trisakti)

Page 6: 882.pdf

DAFTAR lSI

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ii

PERSONIL PELAKSANA PENELITIAN iii

RINGKASAN KEGIATAN iv

PRAKATA vi

DAFTAR lSI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR X

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................•.............................. 1

1-1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1-2. Hipotesis ................................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 4

2-1. Digital Elevation Model (DEM) ................................................................................. 4

2-2. Sistem Perekaman Sensor Stereo dan Metode Pegukuran Ketinggian ...................... 7

2-3. Proses Penurunan DEM .......................................................................................... 10

2-4. Sensor PRISM dari Satelit ALOS .............................................................................. 13

2-5. Shuttle Radar Topography Mission ......................................................................... 16

BAB Ill TUJUAN DAN MANFAAT ......................................•.........•....................••••••.......••••.•.••.. 19

3-1. Tujuan dan Sasaran Kegiatan .................................................................................. 19

3-2. Output Kegiatan ..................................................................................................... 19

3-3. Manfaat Kegiatan ................................................................................................... 19

BAB IV METODOLOGI ............................................................................................................. 20

4-1. Lokasi Penelitian ..................................................................................................... 20

4-2. Data yang Digunakan .............................................................................................. 20

4-3. Metode Penelitian .................................................................................................. 21

Page 7: 882.pdf

BAB V KAJIAN PEMANFAATAN OEM CITRA STERE0 ............................................................... 31

5-l. Kegiatan Awal untuk Persiapan Pembuatan OEM .................................................... 31

5-2. Penurunan OEM dari Citra ALOS Stereo ALOS PRISM .............................................. 36

S-3. Analisis Pengaruh Parameter terhadap Tingkat Akurasi OEM .................................. 42

5-4. Perbandingan DEM dari ALOS PRISM dengan OEM SRTM ........................................ SO

5-5 . Penggabungan OEM SRTM dan Peta Topografi ....................................................... 52

BAB VI KESIMPULAN ............................................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 51

LAMP IRAN

I. SURVEI LAPANGAN KE BANDUNG

II. SURVEI LAPANGAN KE BOGOR, CIANJUR DAN SEKITAR

Ill. JUKNIS PEMBUATAN OEM ALOS PRISM MENGGUNAKAN LPS, IMAGINE

IV. BUKU CATATAN HARlAN PENELITIAN

r

Page 8: 882.pdf

1-1. LATAR BELAKANG

BASI

PENDAHULUAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mempunyai tugas dan fungsi antara

lain menghasilkan informasi geospasial berbasis data satelit penginderaan jauh kepada institusi

terkait, masyarakat, perguruan tinggi, dll. Salah satu kegiatan dari Kedeputian Penginderaan Jauh

- LAPAN adalah menyediakan informasi Digital Eelevation Model (OEM) berbasis citra satelit

resolusi tinggi dan menengah, sebagai data pendukung untuk berbagai kegiatan, khususnya

kegiatan penyiapan data standar, mitigasi bencana, dan penyusunan tataruang wilayah.

OEM merupakan informasi digital dari ketinggian (topografi) suatu wilayah permukaan

bumi yang dapat disimpan dalam bentuk data raster berbasis piksel atau dalam bentuk data

vektor berbasis poligon. Beberapa metoda penurunan ketinggian permukaan bumi yang umum

dilakukan adalah: pengukuran ketinggian secara langsung di lapangan menggunakan Global

Positioning System (GPS) geodetik, menghitung ketinggian berdasarkan paralak yang terjadi pada

citra stereo hasil perekaman sensor optik (airbone atau satelit penginderaan jauh}, dan

menghitung ketinggian dengan metode interferometri berdasarkan beda fase pada citra Synthetic

Aparture Radar (SAR). Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam bila

digunakan dalam pembuatan OEM, sebagai contoh: metode pengukuran lapangan membutuhkan

titik pengukuran yang banyak dan meyebar untuk menghasilkan suatu OEM yang baik, citra stereo

sensor optik mudah diproses untuk menghasilkan OEM dengan akurasi tinggi tapi bermasalah

dengan tutupan awan, sedangkan citra stereo sensor radar tidak terpengaruh dengan kondisi

awan dan waktu (siang atau malam) tapi mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi dalam

pengolahannya. Oewasa ini perkembangan teknologi satelit sensor optik sangat cepat terutama

dengan semakin tingginya resolusi spasial dari data yang direkam, sehingga dapat diperoleh citra

stereo sensor optik untuk menghasilkan informasi OEM dengan akurasi tinggi. Berdasarkan hal

tersebut penurunan OEM resolusi tinggi menggunakan data stereo sensor optik menjadi salah

satu pilihan utama saat ini.

Ekstraksi data OEM dengan teknik menghitung ketinggian dari paralaks dilakukan dengan

memanfaatkan satelit optik yang dapat merekam citra stereo (dua atau lebih citra yang direkam

dari sudut yang berbeda). Salah satu satelit yang dapat merekam data stereo adalah satelit

Advanced Land Observation Satellite (ALOS). ALOS adalah satelit milik Jepang yang diluncurkan

pada tanggal 24 Januari 2006 yang membawa 3 instrumen sensor yaitu PRISM, AVNIR dan

Page 9: 882.pdf

PALSAR. PRISM (The panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping) adalah sensor

untuk merekam citra optik pankromatik pada panjang gelombang 0.52-0.77 flm dengan resolusi

spasial 2.5 m. Sensor ini mempunyai 3 teleskop untuk merekam citra stereo dari arah depan

(Forward), arah tegak lurus (Nadir) dan arah belakang (Backward) searah dengan orbit satelit

(along track). Kombinasi citra stereo tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan OEM dengan

akurasi yang cukup untuk memetakan permukaan bumi dalam skala 1:25.000 (JAXA, 2006).

Ekstraksi OEM dari data stereo ALOS PRISM dan pengujian tingkat akurasi dari OEM yang

dihasilkan telah dipublikasi dalam beberapa paper penelitian, seperti pada Tabel 1. Berdasarkan

hasil penelitian tersebut OEM yang dihasilkan dari citra stereo sensor ALOS PRISM mempunyai

akurasi sekitar 2- 6.5 m. Tetapi karena satelit ALOS relatif baru, maka penelitian tersebut masih

terhitung sedikit dibandingkan dengan penelitian sejenis untuk citra stereo satelit lain, seperti

citra stereo SPOT atau ASTER. Oari resolusi spasial yang tinggi, maka satelit ALOS khususnya citra

stereo PRISM sangat bermanfaat untuk memetakan topografi secara detil dan akurat untuk

wilayah Indonesia yang mempunyai beragam variasi ketinggian dan daerah yang sulit dijangkau

oleh survei lapangan. Selain itu, OEM dari data ALOS diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

akan DEM dengan resolusi spasial tinggi yang selama ini hanya dapat dipenuhi dengan

menggunakan DEM Shutlle Radar Topography Mission (SRTM) C band dengan resolusi spasial 90

meter dan OEM SRTM X-C band dengan resolusi spasial 30m.

Tabel1-l. Akurasi OEM SRTM dan OEM dari stereo PRISM ALOS

Tahun Sensor satelit Referensi Akurasi (m)

2004 ALOS PRISM Chen T. et al. <3m {93%)

2005 SRTM X- band Gesch D. 3-Sm

2006 SRTM X band Yastikh et al. 5.6

2006 SRTM C band Yastikh et al. 9.6m

2006 ALOS PRISM JAXA <6.5 m

2008 ALOS PRISM Bignone & Umakawa 2-5m

2008 ALOS PRISM Schneider et al. 4m

2010 ALOS PRISM Geo Image 5m

Beberapa hasil penelitian mengenai penurunan DEM dari data stereo ALOS PRISM juga telah

dilakukan di Indonesia (Trisakti dan Pradana {2007), Surlan et al. {2009), Amhar dan Komara

{2009)). Trisakti dan Pradana {2007) telah mencoba menurunkan OEM menggunakan modul

Orthobase-Pro dari software Erdas Imagine dengan menggunakan data Ground Control Point

{GCP) dari citra referensi Landsat ortho dan OEM SRTM. Kajian yang dilakukan meliputi

perbandingan tingkat ketelitian antara OEM (citra stereo PRISM dan citra stereo ASTER) dan

Page 10: 882.pdf

perbandingan level data citra stereo ALOS PRISM yang digunakan. Ketelitian OEM dari ALOS

PRISM berdasarkan hasil penelitian di Indonesia diperlihatkan pada Tabel 2, dimana hasil tidak

terlalu berbeda dengan hasil penelitian pada Tabel 3. Dari jumlah penelitian yang dilakukan

terlihat bahwa jumlah penelitian di Indonesia mengenai penurunan OEM dari ALOS PRISM masih

sangat kurang. Bahkan kajian mengenai parameter-parameter yang mempengaruhi tingkat

akurasi OEM seperti, jumlah minimal GCP, distribusi sebaran GCP, resolusi spasial OEM yang

dihasilkan dan model sensor yang digunakan belum banyak dikerjakan. Oleh karena itu perlu

dilakukan kajian mengenai penurunan OEM dari citra stereo ALOS PRISM dan parameter­

parameter yang mempengaruhi tingkat akurasi OEM yang dihasilkan.

Tabell-2. Akurasi OEM dari stereo PRISM ALOS

Tahun Sensor satelit Referensi Akurasi (m)

2007 ALOS PRISM Trisakti & Pradana < 6.5 m terhadap SRTM X band

2009 ALOS PRISM Amhar & Komara <Sm

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan ekstraksi OEM dari citra stereo ALOS PRISM

menggunakan modul Leica Photogrammetry Suite (LPS) software Erdas Imagine. Selanjutnya

melakukan pengujian tingkat akurasi OEM yang dihasilkan, analisis pengaruh beberapa parameter

(jumlah, distribusi dan sumber GCP, rasio base-to-height, operator yang mengerjakan dan resolusi

spasial OEM). Berbagai informasi tersebut kemudian akan digunakan untuk pembuatan prosedur

standar penurunan OEM dari citra ALOS PRISM yang dapat dioperasionalkan. Daerah penelitian

adalah wilayah Bandung, Bogar di Provinsi Jawa Barat, dan Sragen di Provinsi Jawa Tengah

dengan pertimbangan bahwa wilayah-wilayah ini mempunyai kondisi topografi yang bervariasi

sehingga dapat mewakili lingkungan bertopografi rendah sampai lingkungan bertopografi tinggi.

Selain ltu akan dikaji pula metode penggabungan data ketinggian dari OEM SRTM dengan peta

topografi, dan tingkat akurasi dari OEM hasil pengabungan kedua jenis informasi tersebut.

1-2. HIPOTESIS

1. Data stereo ALOS PRISM dapat digunakan untuk menurunkan OEM dengan akurasi vertikal

ekuivalen atau lebih baik dibandingkan dengan SRTM X-C band resolusi spasial 30m

2. Tingkat akurasi OEM dipengaruhi oleh beberapa hal seperti: jumlah, distribusi dan sumber

GCP, rasio base-to-height, operator yang mengerjakan, resolusi spasial OEM.

3. Pengabungan antara Data SRTM dan peta topografi menghasilkan informasi topografi yang

lebih detil.

Page 11: 882.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2-1. DiGITAL ELEVATION MODEL {OEM)

Digital Elevation Model atau OEM adalah model dijital yang memberikan informasi bentuk

permukaan bumi (topografi) dalam bentuk data raster, vektor atau bentuk data lainnya. OEM

terdiri dari 2 informasi, yaitu: data ketinggian dan data posisi koordinat dari ketingian tersebut di

permukaan bumi. Pada beberapa referensi, istilah OEM sering dikaitkan dengan beberapa istilah

lainnya yaitu: Digital Terrain Model {DTM) dan Digital Surface Model (DSM). Gambar 2-1

memperlihatkan perbedaan antara OEM, DTM dan DSM. OEM merupakan informasi ketinggian

permukaan bumi yang ditampilkan dengan perbedaan warna (warna hitam memperlihatkan

daerah topografi rendah, sedangkan warna putih memperlihatkan daerah topografi tinggi), DTM

merupakan informasi ketinggian dari permukaan bumi tanpa tutupan lahan diatasnya, sedangkan

DSM merupakan informasi tutupan lahan dari permukaan bumi beserta tutupan lahan diatasnya

(sebagai contoh, daerah perkotaan yang memperlihatkan 30 dari gedung-gedung).

DEM: Digital Elevation Model DIM: Digital Terain Model DSM: Digital Surface Model

Gambar 2-1 Tampilan OEM, DTM dan DSM

Beberapa metoda umum yang biasa digunakan untuk menurunkan OEM adalah:

1. Melakukan interpolasi, yaitu melakukan interpolasi terhadap titik ketinggian (dimana titik

berisi informasi ketinggian Z dan koordinat XY) atau interpolasi terhadap garis kontur untuk

Page 12: 882.pdf

menghasilkan OEM. Gambar 2-2 memperlihatkan garis kontur dengan interval 25 m untuk

daerah Banda Aceh dan OEM hasil dari interpolasi data kontur tersebut.

Gambar 2-2 (a) Garis kontur RBI dengan interval 25m untuk wilayah Aceh,

(b) OEM RBI hasil interpolasi dari data kontur RBI

2. Penurunan OEM mengunakan citra stereo, yaitu menggunakan 2 atau lebih citra yang

diperoleh dari sudut pandang yang berbeda. Sebagai contoh adalah Gambar 2-3 yanag

memperlihatkan sensor VNIR-ASTER yang mempunyai 2 citra stereo, dan PRISM-ALOS yang

mempunyai 3 citra stereo (triplet) searah dengan lintasan satelit. Selanjutnya Gambar 2-4

memperlihatkan contoh citra stereo yang direkam oleh PRISM-ALOS di kaki gunung Fuji,

beserta OEM yang dihasilkan menggunakan citra stereo tersebut.

VNIR ASTER, 2 arah pandang

\·1: Ltlo.!-<itf"',!:hl \~..:lVI ,,fbJk.I~N !N".fr•·le';l,t

_j

PRISM ALOS, 3 arah pandang

Gambar 2-3 Perekaman citra stereo sensor VNIR-ASTER dan PRISM-ALOS

Page 13: 882.pdf

r-

r--

r--

"'

~

r--

"' r---

"'

"'

r--

"'

"' 3.

"'

Arah Pandang forward Arah Pandang nadir Arah Pandang backward

Tampilan 3D untuk gunung Fuji

Gambar 2-4 Citra stereo (Arah pandang forward, nadir dan backward) ALOS beserta tampilan

3D yang dibentuk dari citra stereo tersebut (JAXA)

Radar lnterferometri (lnSAR). Teknik dimana data dari sensor radar dari satelit penginderaan

jauh (contoh: ERS, JERS-1, RadarSAT dan PALSAR-ALOS) digunakan untuk memetakan

ketinggian (topografi) dari permukaan bumi. Dua citra radar yang meliput wilayah yang sama

di permukaan bumi dan direkam dalam waktu yang bersamaan, dikombinasikan untuk

membentuk interferogram. Lingkaran warna (fringes) yang terdapat pada interferogram

memperlihatkan ketinggian permukaan bumi, ketinggian akan berubah dengan drastis pada

lingkaran warna yang berdekatan. Gambar 2-5 dan 2-6 memperlihatkan contoh citra

interferogram yang diperoleh dari hasil interferometri, dan tampilan 3D dari DEM yang

diperoleh.

c

Page 14: 882.pdf

r

Gambar Z-5 Citra interferogram dari hasil interferometri (JAXA)

Gambar Z-6 Tampilan 3D dari DEM yang dihasilkan (JAXA)

2-2. SISTEM PEREKAMAN SENSOR STEREO DAN METODE PENGUKURAN KETINGGIAN

Gambar 2-7 memperlihatkan konfigurasi dari sistem stereo ASTER. Hubungan antara

Base/Height dan a adalah B/H = tan a, dimana a adalah sudut yang terbentuk antara arah nadir

dan arah backward pada lokasi observasi di permukaan bumi. Sudut a yang sesuai dengan rasio

B/H sebesar 0.6 adalah sudut 30.96°. Dengan mempertimbangkan bentuk dari permukaan bumi,

maka sudut antara teleskop nadir dan teleskop backward didesain menjadi sebesar 27.60°.

Gambar 2-8 memperlihatkan bentuk geometri dan waktu pengambilan 1 scene data stereo

ASTER sepanjang lintasan orbit (along-track). Satelit Terra melintasi garis orbit dengan ketinggian

rata-rata 705 (di daerah equator) dari permukaan bumi dengan kecepatan 6.7 km/detik.

Pengambilan 1 scene data dengan swath 60 km (meliputi luasan 60 x 60 km) dari dari arah nadir

membutuhkan waktu sekitar 9 detik, sedangkan pengambilan 1 scene data stereo dari arah nadir

dan bacward membutuhkan waktu sekitar 64 detik. Sudut yang dibentuk antara teleskop nadir

dan backward adalah 27.6° untuk menghasilkan rasio Base/Height sebesar 0.6 dengan

memperhatikan bentuk kurva permukaan bumi.

Page 15: 882.pdf

SPACECRAFT

CENTER OF EARTI I

Gambar 2-7. konfigurasi dari sistem stereo (Sensor ASTER)

COMPL.CTE ACQUISITION

38

I I 64 55

6 7 km/sec

430 370

BEGIN ACQUISITION

3N

I 9 0 sec

705 km ORBIT

GROUND 60 Okm

~-1 t-1 STEREO

SCENE

Gam bar 2-8 Bentuk geometri dan waktu pengambilan 1 scene data stereo

searah lintasan orbit (along-track)

Page 16: 882.pdf

Gambar 2-9 memperlihatkan algoritma pengukuran tinggi objek .6.h dari perbedaan

paralak (jarak paralak) .6.p pada sistem stereo sensor ASTER (Lang H. and Welch (1999L Trisakti et

a/. (2006)). Objek pada permukaan bumi dengan ketinggian .6.h, direkam dengan dua teleskop dari

arah 1 (Tegak lurus) dan arah 2 (miring).

Teleskop1 akan melakukan merekam bagian puncak dan bagian dasar objek pada waktu

yang sama (waktu tl}, sedangkan teleskop 2 akan merekam terlebih dahulu pada bagian puncak

objek (waktu t2 dan jarak X2 dari posisi rekam sensor 1) kemudian merekam bagian dasar (waktu

t3 dan jarak X1 dari posisi rekam sensor 1). Sehingga terjadi perbedaan waktu dan jarak untuk

merekam antara bagian puncak dan dasar objek sebesar t3-t2 dan X1-X2. Perbedaan ini akan

mengakibatkan terjadinya perbedaan posisi antara puncak dan dasar objek pada citra perekaman

arah miring, sedangkan pada citra perekaman tegak lurus, puncak atau dasar objek akan mengacu

hanya pada posisi dasar objek. Perbedaan ini disebut perbedaan paralak atau jarak paralak f..p

yang besarnya sama dengan jarak perekaman arah miring antara puncak dan dasar objek X1-X2,

atau f..p= X1-X2. Sudut arah miring terhadap garis vertikal (atau sudut yang dibentuk antara

telescop 1 dan teleskop 2) adalah sebesar a, dimana tan a senilai dengan X1 dibagi ketinggian

satelit dari permukaan bumi, atau B/H. Jadi persamaan yang dapat dibentuk adalah sebagai

berikut:

.6.p= X1-X2

tan a= B/H

{2-1)

(2-2)

Selanjutnya ketinggian objek .6.h dapat dihitung dengan formula trigonometri sederhana

yaitu: tan a= (X1-X2)/ .6.h. Sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut

.6.h = (X1-X2)/tan a

f..h = f..p/ (B/H)

f..h = H*f..p/B

(2-3)

(2-4)

{2-5)

Dari Persamaan ini diketahui bahwa ketinggian objek dapat ditentukan dengan cara menentukan

jarak paralak terlebih dahulu.

Page 17: 882.pdf

Tana=B/H

3N X1 - X2 = t.p

Height H

t1

~ ' ' '

At Vert ical

u

X2

t2 13

XI

:

~~h tan (!

38

X1- X2 = t.p t.h = -tan a tan a

datum

Ketinggian i\h ~-·· ····:~·· •

~--~~L-------------------~----

--. -t.p B

Jarak paralax Base

Gambar 2-9 Pendekatan pengukuran ketinggian ~h dari perbedaan paralak (jarak paralak)

~p pada sistem stereo (Sumber: Lang H. and Welch (1999), Trisakti et a/.

(2006))

2-3. PROSES PENURUNAN OEM

Konsep dasar dari penurunan OEM adalah membangun model korelasi antara sistem

kordinat image space (30), sensor dan sistem kordinat ground space (30).

Sedangkan Tahapan penurunan OEM terdiri dari 4 tahap, yaitu:

1. Transfomasi Sistem Koordinat:

Transformasi sistem koordinat piksel ke sistem kordinat image space menggunakan

parameter orientasi dalam (Internal geometry). Parameter orientasi dalam terdiri dari:

focal length, principal point, fiducial mark.

Metode transformasi yang digunakan adalah metode transformasi Affine, seperti pada

persamaan (2-6) dimana dibutuhkan minimal 3 titik (XY) untuk mendapatkan 6 koefisien

tranformasi yang digunakan untuk memenuhi persamaan tersebut. llustrasi trasnformasi

Affine diperlihatkan pada Gambar 2-10

x = al + a2X + a3Y

y = bl + b2X +b3Y

(2-6)

(2-7)

Page 18: 882.pdf

Dim ana,

x, y: koordinat image

X, Y : koordinat piksel

Ya- e ro-r1e

Gambar 2-10_ llustrasi transformasi Affine

2. Space Resection

Membuat korelasi antara sistem kordinat image space (x,y,z) dengan ground space

(X,Y,Z) . Digunakan persamaan kolinear, dengan syarat bahwa titik 0 (sensor), kordinat

image dan kordinat ground terletak segaris (linear) seperti Gambar 2-11. Gambar 2-12

memperlihatkan persamaan model korelasi antara sensor, image dan ground serta

persamaan kolinear yang dibentuk, dimana persamaan kolinear digunakan untuk

mengestimasi parameter orientasi luar (X,Y,Z, ro ,<j>,K), untuk itu dibutuhkan input GCP

minimal 3 GCP (XYZ) atau lebih besar untuk mendapatkan 6 koefisien persamaan.

Gambar 2-11. Sensor (0), kordinat image dan kordinat ground terletak segaris (linear)

Page 19: 882.pdf

Korelasi sensor, image dan ground:

Image /[;:- ;~ s:at:I [~:- ~oj -f j l Zp-Zo ~ Ground

Matrik rotasi M( w,r/J,K.)

Kolinear:

Gambar 2-12. Korelasi antara sensor, image dan ground (atas)

serta persamaan kolinear (bawah)

3. Space Forward Intersection

Membuat persamaan untuk menghitung kordinat ground space (XYZ) pada wilayah

overlap 2 citra (Gambar 2-13) bila telah diketahui parameter orientasi luar berbasis

persamaan kolinear.

01 02

Zo

z

Gambar 2-13. Overlap 2 citra

4. Estraksi OEM

Tahapan ini terdiri dari:

a. Pengumpulan mass point dengan image matching (cross corelation dan least

square adjusment)

Page 20: 882.pdf

b. Perhitungan kordinat ground space (XYZ) untuk setiap mass point dengan teknik

"Space forward intersection"

c. Kontruksi OEM dari koordinat XYZ mass point dengan lnterpolasi

2-4. SENSOR PRISM DARI SATELIT ALOS

2-4-1. PENJELASAN RINGKAS SATELIT ALOS

ALOS (Advanced Land Observing Satellite) pada Gambar 2-14 adalah satelit milik JAXA (Japan

Aerospace Exploration Agency) yang telah diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2006. Peluncuran

dilakukan dengan menggunakan Roket H-IlA dari komplek peluncuran Yoshinobu, Tanegashima

Space Center, Jepang.

Satelit ALOS adalah satelit generasi berikutnya setelah satelit JERS-1 (the Japanese Earth

Resources Satellite-1) dan ADEOS (Advanced Earth Observing Satellite) yang dimanfaatkan untuk

melakukan observasi terhadap permukaan bumi. ALOS membawa 3 instrumen remote sensing,

yaitu: Panchromatic Remote-sensing Instrument for Stereo Mapping (PRISM) yang digunakan

untuk memetakan topografi permukaan bumi, Advanced Visible and Near Infrared Radiometer 2

(AVNIR-2) untuk observasi permukaan bumi dengan akurasi tinggi dan Phased Array type L-band

Synthetic Aperture Radar (PALSAR) untuk observasi permukaan bumi kapanpun tanpa masalah

dengan siang-malam atau kondisi cuaca. Gambaran umum satelit ALOS diperlihatkan pada Tabel

2-1. Selanjutnya akan dibicarakan mengenai sensor PRISM yang dapat merekam citra stereo

dengan spasial 2.5 m.

Star Tracker

,/ Phased Array tupe L-band Synthetic Aperture Radar (PALSAR)

Panchromatic Remote-sensing Instrument for Stereo Mapping {PRISM)

Advanced Visible and Near lni rared Radiometer type 2 (AVNIR-2)

mass: 4000kg power: 7 kW

Gam bar 2-14 Skema satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite)

Page 21: 882.pdf

r

Tabel 2-1. Gambaran umum satelit ALOS

Pesawat peluncur Roket H-IlA

Tempat peluncuran Tanegashima Space Center

Berat satelit Mendekati 4000 Kg

Tenaga {Power) Mendekati 7000 W

Masa operasi 3-5 tahun

Sun-Synchronous

Masa perulangan : 46 hari Orbit

Ketinggian: sekitar 692 Km diatas equator

lnklinasi: sekitar 98.2°

2-4-2. SENSOR ALOS PRISM

PRISM adalah sensor untuk merekam citra optik pankromatik pada panjang gelombang 0.52

- 0.77 J..Lm dan mempunyai resolusi spasial 2.5 m. Sensor ini mempunyai 3 teleskop untuk

merekam citra stereo dari arah depan (Forward), arah tegak lurus (Nadir) dan arah belakang

(Backward) searah dengan orbit satelit (along track). Kombinasi citra stereo tersebut dapat

digunakan untuk menghasilkan OEM dengan akurasi yang cukup untuk memetakan permukaan

bumi dalam skala 1:25.000 atau lebih besar (JAXA, 2006).

Gambar 2-15 memperlihatkan 3 teleskop yang diinstal pada sesor PRISM dengan arah

Nadir, Forward dan Backward. Setiap teleskop terdiri dari 3 cermin dan beberapa detektor CCO

untuk melakukan perekaman dengan menggunakan metoda push-broom scanning. Teleskop pada

arah tegak lurus dapat merekam citra dengan swath 70 Km, sedangkan arah depan dan arah

belakang merekam dengan swath sebesar 35 Km. Sudut yang dibentuk teleskop arah depan dan

arah belakang terhadap arah tegak lurus adalah 23.8°, ini bertujuan untuk menghasilkan data

stereo dengan rasio Iebar (base)/tinggi (height) yang mendekati nilai 1.

Page 22: 882.pdf

......

' ub-satcllitc track

Gam bar 2-15 Sensor PRISM yang terdiri dari 3 teleskop

Tabel 2-2 memperlihatkan karakteristik dari sensor dan data PRISM (Chen et a/ (2004),

Tadono et a/ (2003)). lnformasi karakteristik sensor dan data PRISM sangat dibutuhkan dalam

pembuatan model sensor dalam proses penurunan OEM. Berdasarkan hasil penelitian

sebelumnya (Trisakti dan Pradana, 2007), direkomendasikan untuk menurunkan OEM dengan

menggunakan data ALOS PRISM dengan level 1B atau level 1B2R. Hal ini disebabkan karena

belum banyak terjadinya perubahan geometrik dan radiometrik citra akibat perubahan orientasi

dan resampling.

Tabel 2-2. Karakteristik sensor dan data PRISM

List Karakteristik Keterangan

Panjang gelombang 0.52- 0. 77 mm

Jumlah teleskop 3 (Nadir, Forward, Sudut antara nadir dan backward) forward/bacward adalah +/-23.8 °

Rasia base/height 1.0 (Forward/Backward) Resolusi spasial 2.5 m Resolusi temporal 46 hari Luas perekaman (swath 35 km dan 70 km 35 km untuk mode stereo triplet, width) dan 70 km untuk hanya

pengambilan nadir

Pointing angle +/- 1.5 ° +/- menunjukan arah kanan dan kiri

Metoda scanning Push broom

Radiometrik 8 bits Nilai berkisar dari 0- 255

Page 23: 882.pdf

FOV 5.8 (Nadir) Berkorelasi dengan luas perekaman 2.63 (forward/backward) setiap teleskop.

IFOV 3.61 wad Berkorelasi dengan resolusi spasial

Focal length 1939 mm

S/N > 70

MTF > 0.20

Level data 0 Raw data lA Raw data terproses dengan

informasi koefisien koreksi lBl Terkoreksi radiometrik pada sensor 1B2 R (Geo referenced) Terkoreksi sistematis

G (Geo coded) Terkoreksisesuai peta

2-5. SHUTILE RADAR TOPOGRAPHY MISSION {SRTM)

Misi SRTM adalah suatu misi untuk memetakan ketinggian permukaan bumi dengan

menggunakan space shuttle yang memuat instrument SAR. Kegiatan ini merupakan kerjasama

antara beberapa lembaga penerbangan dan antariksa lnternasional yang terdiri dari :

NASA (National Aeronautics and Space Agency)

NIMA (National Imagery and Mapping Agency)

J PL (Jet Propulsion Laboratory)

DLR (German Aerospace Center)

ASI (The Italian Space Agency)

Misi SRTM dilakukan pada bulan Februari 2000, space shuttle mengorbit bumi selama 11 hari .

Pemetaan topografi dilakukan terhadap permukaan bumi dengan menggunakan instrument SAR.

Misi ini berhasil memetakan 80% daratan di permukaan bumi untuk daerah pada lintang 60° N

sampai 56° S.

Gambar 2-16a memperlihatkan instrument SAR yang dipasang pada space shutlle.

lnstrumen SAR terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1. Antena utama yang menempel pada badan space shuttle yang terdiri dari 2 antena yang

berfungsi untuk memancarkan dan menerima (receiver) X band dan C band

2. Antena penerima yang berada terpisah dari badan space shuttle yang terdiri dari receiver

X band dan C band, serta antena GPS

3. Tiang pemanjang sepanjang 60 m yang menghubungkan antara antenna utama dan

antena penerima

Kedua antena ini dalam satu waktu akan menghasikan 2 citra SAR yang berbeda posisi

penerimaannya sehingga dapat digunakan untuk pembuatan OEM menggunakan metoda

interferometri.

Page 24: 882.pdf

C band memetakan topografi permukaan bumi secara global (resolusi spasial 90 m) dengan

swath 225 Km per orbit, sedangkan X band memetakan topografi permukaan bumi secara detil

(resolusi 30 m) dengan swath 50 Km per orbit. Hal ini mengakibatkan DEM C band dapat

memetakan seluruh permukaan bumi pada daerah pada lintang 60° N sampai 56° 5, sedangkan

X band hanya memetakan sebagian wilayah dengan cakupan perekaman yang menyilang seperti

pada Gambar 2-1Gb. Cakupan SRTM X band untuk wilayah Indonesia diperlihatkan pada Gambar

2-17 untuk wilayah Indonesia bagian barat, dan Gambar 2-18 untuk wilayah Indonesia bagian

barat. Selanjutnya untuk mendapatkan DEM untuk memetakan seluruh topografi permukaan

bumi dengan resolusi yang detil (30m) maka dilakukan pengabungan citra C band dengan citra X

band, yang dikenal dengan SRTM X-C band.

Antena penerima

Tiang pemanjang

Antena Utama,

Cakupan perekaman X band

Gambar 2-16 (a) lnstrumen SAR pada space shuttle dan (b) cakupan perekaman X band

5' 5'

a· o·

-5' -5'

-1 o· <'~----====----~====l'l'---~~====="~ -1 o· 90' 95' 100' 105' 110' 115' 120'

Gambar 2-17 Cakupan perekaman X band untuk wilayah Indonesia barat

Page 25: 882.pdf

5'

-5·

~

-10' 120'

. .... _,.. '

t

'

..,. Yl

125'

5'

-5· f,

"fl

-:,.J

-1 o· 130' 135' 140' 145' 150'

Gambar 2-18 Cakupan perekaman X band untuk wilayah Indonesia timur

Data SRTM terdiri dari 3 resolusi spasial yaitu: resolusi spasial 1 km (30 arc second), 90 m (3

arc second) dan 30 m (1 arc second). Contoh perbedaan tampilan dan keakuratan ketiga data

SRTM tersebut diperlihatkan pada Gambar 2-19. Akurasi data SRTM X band dengan resolusi

spasial 30 m adalah berkisar 3-5 m (Gesch D., 2005), akurasi data C band dengan resolusi spasial

90 m adalah berkisar : ±16 m (Standard product), sedangkan akurasi SRTM X-C band (gabungan

data X- and C- Band) dengan resolusi spasial 30m adalah berkisar 5 - 9 m (Yastikh et.at 2006).

Ketiga jenis dataSRTM dengan resolusi

30m 90m 1Km

Gambar 2-19 Contoh perbedaan tampilan dan keakuratan data SRTM berbeda resolusi

Page 26: 882.pdf

r

BAB Ill

TUJUAN DAN MANFAAT

3-1. TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN

Tujuan Kegiatan:

• Memperoleh prosedur pembuatan DEM dari data ALOS PRISM dengan akurasi yang dapat

diterima (ekuivalen atau lebih baik dari akurasi vertikal DEM SRTM X-C band resolusi 30

m)

• Mengembangkan metode penggabungan DEM SRTM dan peta topografi

Sasaran Kegiatan:

• Tersedianya metode pembuatan DEM dari citra stereo ALOS PRISM

• Tersedianya prosedur standar pengolahan data untuk menghasilkan DEM (ekuivalen atau

lebih baik dengan akurasi vertikal DEM SRTM X-C band resolusi 30m).

• Tersedianya metode penggabungan DEM SRTM dan peta topografi

3-2. OUTPUT KEGIATAN

• Metode pembuatan DEM dari citra stereo ALOS PRISM

• Prosedur standar pengolahan data untuk menghasilkan DEM (ekuivalen dengan akurasi

vertikal DEM SRTM X-C band resolusi 30m)

• DEM dari citra stereo ALOS PRISM untuk wilayah kajian

• Metode penggabungan DEM SRTM dan Peta topografi

3-3. MANFAAT KEGIATAN

lnformasi yang dihasilkan berupa metode pembuatan DEM, data DEM wilayah kajian dan

prosedur standar ekstraksi DEM, yang akan bermanfaat untuk:

1. Mendukung kegiatan bidang Pemantauan, yang membutuhkan informasi DEM untuk

memproduksi informasi mitigasi bencana.

2. Mendukung kegiatan penyiapan data standar, yang membutuhkan informasi DEM untuk

melakukan koreksi orthorektifikasi dan radiometrik data citra satelit.

3. Mendukung kegiatan Kedeputian Penginderaan Jauh untuk pemetaan topografi wilayah

Page 27: 882.pdf

BABIV METODOLOGI

4-1. LOKASI PENELITIAN

Lokasi kajian diperlihatkan pada Gambar 4-1, yang terdiri dari 3 lokasi yaitu:

Wilayah Bogar, Ban dung dan sekitarnya di Provinsi Jawa Barat

Wilayah Sragen di Provinsi Jawa tengah

Gam bar 4-1. Lokasi kajian pembuatan OEM (Bogar, Baandung dan Sragen)

Pemilihan lokasi-lokasi tersebut dilakukan dengan pertimbangan:

• Wilayah-wilayah ini mempunyai kondisi topografi yang bervariasi sehingga dapat

mewakili lingkungan bertopografi rendah sampai lingkungan bertopografi tinggi.

• Ketersediaan data yang lengkap (GCP, citra stereo dan data referensi)

• Lokasi dekat dan ketersediaan akses yang baik, sehingga menjangkau lokasi yang akan

diukur

4-2. DATA YANG DIGUNAKAN

Data-data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Data primer:

Citra stereo levei1B2R spasial 2.5 meter dari sensor optik ALOS PRISM, yang terdiri dari:

- Citra stereo Nadir dan Backward untuk wilayah Sragen dan sekitar

- Citra stereo Nadir, Backward dan Forward untuk wilayah Bandung dan sekitar

Page 28: 882.pdf

- Citra stereo Nadir dan Forward untuk wilayah Bogar dan sekitar

2. Data sekunder:

o Data GCP (XYZ) pengukuran lapangan menggunakan GPS Geodetik di wilayah Sragen

o Data GCP (XYZ) pengukuran lapangan menggunakan GPS Geodetik di wilayah Bandung

dan sekitar

o Data GCP (XYZ) pengukuran lapangan menggunakan GPS Geodetik di wilayah Bogar

dan sekitar

o Citra Landsat 7 ETM ortho spasial 15-30 meter.

o Data OEM SRTM band spasial 30-90 meter.

o Peta topografi (kontur) dari Peta Rupa Bumi atau Peta Kontur Dittopad (Dinas

Topografi- Angkatan Darat)

Gambar 4-2 memperlihatkan kondisi topografi dan citra Nadir ALOS PRISM untuk wilayah kajian,

terlihat bahwa ketinggian wilayah kajian bervariasi dari 50 m sampai lebih dari 2000 meter.

4-3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini terbagi menjadi 2 kegiatan, yaitu: kegiatan utama untuk menurunkan OEM dari

citra stereo ALOS PRISM dengan akurasi ekuivalen dengan OEM SRTM X-C band 30 m, dan

kegiatan tambahan untuk mengembangkan metode pengabungan antara OEM SRTM dengan peta

topografi sehingga diperoleh peta kontur dengan akurasi yang lebih baik.

Pada kegiatan penurunan dan pengujian OEM dari citra stereo ALOS PRISM terdapat 5 tahap

pengerjaan, yaitu:

• Pengukuran dan analisis tingkat akurasi OEM SRTM

• Pengumpulan dan pemilihan GCP untuk data input pembuatan OEM

• Penurunan OEM dari citra stereo ALOS PRISM

• Proses lanjutan untuk perbaikan kesalahan dan interpolasi

• Pengujian dan anal isis tingkat akurasi dari OEM yang dihasilkan

Pada kegiatan pengembangan metode penggabungan OEM terdapat 3 tahap pengerjaan,

yaitu:

• Ekstraksi titik ketinggian dari OEM SRTM 90 dan peta topografi

• Penggabungan titik ketinggian dan interpolasi

• Pengujian tingkat akurasi dari OEM yang dihasilkan

Page 29: 882.pdf

(a) OEM SRTM wilayah Bogar (b) Citra Nadir PRISM wilayah Bogar

(c) OEM SRTM wilayah Bandung (d) Citra Nadir PRISM wilayah Bandung

(e) OEM SRTM wilayah Sragen (f) Citra Nadir PRISM wilayah Sragen

Gam bar 4-2 Kondisi OEM SRTM dan citra Nadir untuk wilayah kajian (kotak hitam

adalah batas citra pada OEM)

')')

Page 30: 882.pdf

4-3-1. PENURUNAN DAN PENGUJIAN OEM DARI CITRA STEREO ALOS PRISM

1. Pengukuran dan analisis tingkat akurasi OEM SRTM

Tingkat akurasi dari SRTM X-C band dilakukan dengan melakukan studi literature

terhadap penelitian-penelitian yang telah dikerjakan, dan melakukan uji akurasi SRTM X-C

band di beberapa wilayah dengan membandingkan nilai ketinggian OEM SRTM X-C band

dengan ketinggian hasil pengukuran lapangan.

Metode pengujian akurasi yang digunakan pada penelitian ini adalah :

o Metode hitung perataan kuadrat terkecil dengan metode parameter (Julzarika, 2007)

untuk menentukan akurasi dan presisi. Akurasi adalah tingkat kedekatan atau

konsistensi pengukuran terhadap nilai yang benar (true value) sedangkan presisi

adalah tingkat kedekatan atau kedekatan pengukuran terhadap nilai rerata.

Perhitungan ini menggunakan 7 parameter orientasi luar (Koordinat tanah X, Y, Z dan

sudut rotasi co, <j> , K) ditambah skalar.

Persamaan untuk menentukan besarnya parameter tersebut adalah:

(4-1)

Dim ana, X = matriks parameter transformasi koordinat asal terhadap koordinat tujuan A= matriks desain/model transformasi koordinat (asal)

F = matriks pengukuran koordinat (tujuan) P = matriks bobot

Error terhadap parameter (3 dimensi) dihitung dengan persamaan:

A

~X= ( CJ o 2

)*(ATPA)"1

A 2 V T *P*V {CJ o )=----

n-u

Dimana, ~X = matriks varian kovarian parameter n = jumlah pengamatan u = jumlah parameter

A 2 • • • CJ o = a postenon vanan V = matriks residu (A*X+F)

(4-2)

(4-3)

...,..,

Page 31: 882.pdf

o Metode perhitungan Root Mean Square Error (RMSE) antara OEM yang dihasilkan

dengan OEM referensi (Albert K.W.Y., 2003) . Metode ini juga merupakan metode yang

digunakan dalam American National Map Accuracy Standard.

RMSE=~

Oimana,

E 2 2 2 2 = e i + e 2 + e 3 + ... e n

RMSE = Error/akurasi

e = Perbedaan ketiggian = Ereterensi- Esampet

n = Jumlah total sampel yang digunakan

2. Pengumpulan dan pemilihan GCP untuk data input pembuatan OEM

(4-4)

Pengumpulan GCP dilakukan dengan mengumpulkan hasil pengukuran atau melakukan

pengukuran di lapangan menggunakan GPS geodetik. Selanjutnya dilakukan pemilihan GCP

yang akan digunakan dengan memperhatikan bahwa lokasi pengukuran dapat diidentifikasi,

serta distribusi sebaran GCP yang merata pada seluruh scene citra yang akan diproses. Untuk

mempermudah dalam mendapatkan sebaran GCP yang merata pada seluruh scene citra

dilakukan pembuatan grid. Gambar 4-3 memperlihatkan salah satu contoh hasil pemilihan

GCP yang akan digunakan dalam pembuatan OEM wilayah Sragen.

Gam bar 4-3. Sebaran GCP yang digunakan untuk pembuatan OEM wilayah Sragen

Page 32: 882.pdf

3. Penurunan DEM dari citra stereo ALOS PRISM

Penurunan OEM dilakukan dengan menggunakan dengan menggunakan modul LPS

software Erdas Imagine. Prosedur pembuatan OEM ditunjukkan pada Gambar 4-4. Pertama­

tama dilakukan penentuan model geometrik sensor. Oisini model geometrik yang digunakan

adalah model "Generic Pushbroom" berbasis persamaan polynomial. Model ini dipilih karena

dalam penelitian sebelumnya, model ini telah berhasil untuk menurunkan OEM citra stereo

PRISM dengan tingkat akurasi yang cukup baik {Trisakti dan Pradana, 2009). Tahapan

berikutnya adalah memasukan citra stereo {2 citra atau 3 citra), dimana untuk penurunan OEM

wilayah Sragen hanya digunakan 2 citra {nadir dan backward). Selanjutnya pembuatan piramid

layer {Gambar 4-5), yaitu membuat beberapa level citra yang mempunyai resolusi lebih rendah

dari citra asli, dibuat 4 level citra, yaitu resolusi: resolusi awal, 1/2 resolusi awal, 1/4 resolusi

awal dan 1/8 resolusi awal. Korelasi akan dilakukan pada level terendah {1/8 resolusi awal)

terlebih dahulu, kemudian secara bertahap dinaikan resolusi hingga menjadi sebesar resolusi

awal. Metode piramid layer digunakan untuk mempersingkat waktu dan mempertinggi tingkat

akurasi saat proses image matching dilakukan.

Setting orientasi dalam untuk citra stereo dilakukan dengan memasukan informasi

karakteristik satelit {seperti: focal length, track incidence, sensor incidence, sensor column, pixel

size, ground resolution) yang diperoleh dari data header (file informasi yang menyertai citra

satelit) dan referensi lainnya yang terkait dengan informasi karakteristik satelit. Pengukuran

GCP dilakukan dengan mengidentifikasi sebaran GCP yang dibuat {Gambar 3-3), meletakan

pada kedua citra stereo dan memberi informasi XY {koordinat horisontal) dan Z (ketinggian).

Kemudian GCP yang telah diukur akan dirubah menjadi control point yang kemudian digunakan

dalam proses selanjutnya.

Tahap berikutnya adalah membuat tie point sekitar 50 buah secara otomatis berdasarkan

persamaan transformasi terbentuk dan metode image matching. Metoda image matching

adalah melakukan korelasi antara area/piksel pada dua citra stereo berdasarkan kesamaan nilai

keabuan dari piksel. Korelasi dilakukan dengan menghitung nilai koefisien korelasi {p) tertinggi

untuk menentukan piksel yang sama yang terdapat pada citra utama dan citra target. Proses

korelasi menggunakan koefisien korelasi yang ditampilkan seperti pada Persamaan {4-5) {Leica

Geosystems, 2002).

Page 33: 882.pdf

GCP(XYZ)

Menentukan Geometric model (Generic Push broom)

Seting orientasi dalam untukcitra stereo

Pengukuran GCP dan setting control point

Pembuatan dan editing tie point

I

RMSE XYZtie point Parameterorientasi luar

RMSE Parameterorientasi luar

Kualitas dan RMSE

p 1/

1./

; I

dim ana,

p g(c,r)

c1,r1

c2,r2 n i, j

Gambar 4-4. Prosedur pembuatan DEM

IJ

= Koefisien korelasi = Nilai keabuan dari piksel (c,r) = Koordinat piksel pada citra utama = Koordinat piksel pada citra target

= Jumlah total piksel pada window = lndeks piksel dalam search window

(4-5)

Page 34: 882.pdf

Tie point yang diperoleh di koreksi posisi dan lokasi untuk dibawa ke tahap berikutnya,

yaitu: proses triangulasi. Pada proses triangulasi dilakukan setting beberapa parameter untuk

mendapatkan nilai RMSE yang paling kecil (< 1 piksel) . Proses triangulasi ini dilakukan untuk

membangun persamaan transformasi dengan mengkorelasikan antara koordinat bumi, koordinat

piksel dan model geometrik sensor menggunakan metoda kolinier. Hasil yang diperoleh dalam

kegiatan triangulasi adalah : nilai koordinat dan ketinggian XYZ untuk semua titik ikat, nilai estimasi

parameter orientasi luar (Koordinat tanah X, Y, Z dan sudut rotasi co, <!J , K) untuk kedua citra

stereo, serta RMSE dari seluruh GCP yang digunakan.

Selanjutnya melakukan pengechekan terhadap nilai XYZ dari tie point yang dihitung dengan

triangulasi, bila nilainya baik (tidak negatif atau terlalu tinggi) maka semua tie point dijadikan

control point dan kemudian dilakukan triangulasi kedua untuk memperbaiki nilai estimasi

parameter orientasi luar yang diperoleh. Selanjutnya tahap terakhir adalah melakukan proses

penurunan DEM (DEM extraction) pada daerah overlap antara citra Nadir dan citra Backward,

sehingga diperoleh DEM dan informasi persentase tingkat akurasi DEM terhadap titik GCP yang

digunakan.

Master image

Level 4

Level 3

Level 2

Level l

L ...... 4

r.:.!!~'u u ... :J 1:l'h l28pD..t. ,_~~ of lA

'""'' JS4-~J'b;tll Re.duknd 1:2

---------

' ' ' ' '

--

Gam bar 4-5. Pembuatan piramid layer

Target image

Level 4

Level 3

Level 2

Level 1

Page 35: 882.pdf

4. Proses lanjutan untuk perbaikan kesalahan dan interpolasi

Hasil OEM yang dihasilkan akan dichek kualitas secara visual dengan melihat ada atau

tidaknya error pada nilai ketinggiannya. Error dapat terjadi karena proses matching yang tidak

akurat karena kondisi objek dipermukaan bumi yang homogen, seperti contoh: tutupan awan

atau genangan air di citra. Perbaikan dapat dilakukan dengan melakukan fill sink bila errornya

sedikit (piksel error) atau terrain cut dan interpolasi bila errornya banyak (area error).

Perbaikan error dapat dilakukan menggunakan beberapa software seperti llwis. Proses lain

yang dapat dilakukan adalah melakukan filtering dan resampling terhadap OEM yang diperoleh.

Pada kegiatan ini

5. Pengujian dan analisis tingkat akurasi dari OEM yang dihasilkan

Pengujian akurasi dilakukan dengan metode yang sama seperti untuk pengujian OEM

SRTM. Selanjutnya dilakukan analisis tingkat akurasi OEM yang dihasilkan karena pengaruh

beberapa parameter :

o Resolusi spasial OEM yang dihasilkan

o Jumlah, distribusi dan sumber Ground Control Point (CP) yang digunakan.

Pada beberapa penelitian (Selby (PCI Geo), Trisakti et al. (2006)) terhadap data stereo

ASTER diketahui bahwa jumlah, distribusi dan sumber GCP mempengaruhi tingkat

akurasi dari OEM yang dihasilkan. Sehingga perlu dilakukan kajian terhadap

parameter-parameter tersebut untuk dapat menghasilkan OEM yang optimal.

o Base to height ratio (B/H) dari stereo data

Error pada OEM juga disebabkan karena pengaruh rasio base to height (B/H) dari

sensor saat merekam, seperti diperlihatkan persamaan (4-6) (Ono, 2005). Semakin

besar B/H semakin kecil error OEM yang dihasilkan. Perbedaan B/H dari setiap

pasangan stereo akan diuji untuk mengetahui tingkat akurasi dari OEM yang

dihasilkan.

Error (prediksi) =Error titik ikat /(B/H) (4-6)

Oengan melakukan analisis terhadap parameter-parameter tersebut, diharapkan

persyaratan optimal untuk menurunkan data OEM dapat diperoleh.

Page 36: 882.pdf

4-3-2. METODE PENGUKURAN SURVEILAPANGAN

Pengukuran lapangan dilakukan untuk mendapatkan ground control point (GCP) yang akan

dimanfaatkan untuk imput dalam pembuatan DEM dan dipakai untuk menguji tingkat akurasi dari

DEM yang dihasilkan. Pengukuran setiap GCP dilapangan dilakukan dengan menggunakan GPS

Geodetik (Gambar 4-6) yang terdiri dari GPS base (diletakan di titik referensi di Kantor KESDM)

dan GPS Rover (yang dibawa ke setiap lokasi). Data yang diperoleh dari kedua GPS kemudian

diproses untuk menghasilkan data koordinat (X,Y) dan elevasi (h). Pengukuran dilakukan selama 1

jam atau lebih untuk mendapatkan data elevasi dengan tikat akurasi dibawah 1 m.

Penentuan lokasi GCP yang diukur dilakukan sedemikian rupa (mempertimbangkan distribusi

dan keterwakilan) sehingga GCP yang diukur tersebut dapat membentuk jaring-jaring geodetis

yang yang sangat berguna bagi proses triangulasi sehingga dapat dihasilkan DEM dengan akurasi

yang tinggi. Selain harus bisa membentuk jaring geografis, lokasi-lokasi tersebut juga dipilih

berdasarkan akses lokasi yang dapat terjangkau dengan kendaraan bermotor, serta kenampakan

lokasi yang mudah diidentifikasi dengan menggunakan citra ALOS PRISM. Kenampakan yang jelas

pada citra akan mempermudah pengukuran dan juga dalam melakukan plating GCP pada citra

stereo saat pembuatan DEM.

Pada kegiatan ini dilakukan 2 kali survei ke wilayah Bandung dan sekitarnya (LAMPIRAN 1),

dan ke wilayah Cianjur dan sekitarrya (meliputi daerah Bogar) untuk mengukur sekitar 15-20 titik

GCP.

Gam bar 4-6. GPS geodetik yang digunakan dalam pengukuran

Page 37: 882.pdf

4-3-3. METOOE PENGGABUNGAN OEM

Untuk penggabungan OEM langkah-langkah kerjanya adalah sebagai berikut:

1. Ekstraksi titik ketinggian dari OEM SRTM 90 dan peta topografi

Ekstraksi titik ketinggian dengan menurunkan titik tinggi setiap piksel dalam koordinat

XYZ untuk data OEM SRTM. Untuk peta kontur dapat dilakukan digitasi garis kontur pada

peta topografi dan kemudian merubah menjadi titik tinggi dalam koordinat XYZ atau

menggunakan data digital titik tinggi XYZ

2. Penggabungan titik ketinggian dan interpolasi

Melakukan penggabungan titik tinggi dari data OEM SRTM dan data peta topografi,

kemudian melakukan interpolasi. Model interpolasi yang akan digunakan adalah metode

krigging dan spline.

3. Pengujian tingkat akurasi dari OEM yang dihasilkan

Pengujian akurasi dilakukan dengan metode yang sama seperti untuk pengujian OEM

SRTM dan OEM ALOS.

Page 38: 882.pdf

BABV

HASIL DAN PEMBAHASAN

5-l. KEGIATAN AWAL UNTUK PERSIAPAN PEMBUATAN OEM

5-1.1. PENGUMPULAN GCP UNTUK INPUT DAN PENGUJIAN OEM

Pengumpulan GCP dilakukan dengan 2 cara yaitu:

• Pengukuran lapangan menggunakan GPS geodetik dimana GCP yang dikumpulkan akan

digunakan sebagai input dalam pembuatan OEM dan juga sebagai alat pengujian tingkat

akurasi OEM

• Menggunakan referensi CP (Control Point) yang diambil dari data IKONOS dari Google

Earth untuk koordinat horisontal (X,Y), dan dari SRTM untuk koordinat vertikal (Z) yang

digunakan sebagai input dalam pembuatan OEM

Pengumpulan titik GCP hasil pengukuran menggunakan GPS geodetik untuk wilayah Sragen

dan Bandung diperlihatkan pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 5-1. Titik GCP pengukuran dengan GPS geodetik di Sragen dan sekitar

No. lintang Bujur Ketinggian

1 110.854938 -7.276720 148.45

2 110.887262 -7.333160 118.50

3 110.964715 -7.322973 88.00

4 111.021283 -7.359437 77.80

5 111.111134 -7.367095 66.54

6 111.062075 -7.425666 87.89

7 110.979462 -7.412066 84.72

8 110.925346 -7.387473 71.66

9 110.860913 -7.413197 134.70

10 110.837908 -7.352173 112.00

11 110.801547 -7.450570 120.78

12 110.866307 -7.456578 116.18

13 110.904860 -7.472464 78.06

14 110.991749 -7.501649 147.21

15 111.095477 -7.477280 161.47

16 111.053936 -7.552238 379.04

Page 39: 882.pdf

No. lintang Bujur Ketinggian

17 111.068569 -7.599407 533.82

18 110.981335 -7.582832 187.60

19 110.929939 -7.529185 99.14

20 110.847596 -7.557776 108.00

21 110.779390 -7.522975 107.71

Tabel 5-2. Titik GCP pengukuran dengan GPS geodetik di Bandung dan sekitar

No. lintang Bujur Ketinggian

1 6° 53' 59.29965" s wr 37' 14.36989" E 771.90

2 6° 51' 47.69923" s wr 30' 12.68674" E 706.76

3 6° 51' 27.15510" s wr 33' 33.43954" E 881.47

4 6° 51' 28.55972" s wr 39' 53. 14110" E 1198.65

5 6° 56' 03.29729" s lOr 32' 21.94705" E 702.51

6 6° 59' 38.73815" s lOr 31' 53.86974" E 692.62

7 r o4' 33.75554" s wr 26' 43 .32025" E 1186.34

8 r o7' 52.06194" s wr 24' 42.89433" E 1586.76

9 r 03' 18.33300" s lOr 39' 24.89550" E 927.82

10 r o8' 58.84542" s wr 33' 39.20484" E 1208.31

11 r oo· 46.99171" s wr 39' 04.10577" E 685.26

12 r o3' 41.54881" s wr 33' 09.50146" E 741.17

13 6° 54' 41.28066" s lOr 37' 06.55270" E 730.41

14 6° 55' 04.21535" s 10r 28' 01.80266" E 670.00

15 6° 57' 18.44254" s lOr 36' 39.87993" E 696.30

16 6° 48' 53.86209" s lOr 28' 39.16447" E 668.90

17 6° 54' 00.06612" s lOr 37' 05.09341" E 754.99

Untuk pengambilan CP menggunakan citra referensi perlu dilakukan pemilihan titik CP yang

teliti dan tepat, oleh karena itu diperlukan sketsa lokasi yang benar. Sketsa lokasi dicari dengan

menggunakan pendekatan pada ke citra IKONOS dari Google Earth, yaitu memplotkan satu­

persatu t it ik pengukuran dan melakukan identifikasi lokasi. Gambar 5-l memperlihatkan contoh

lokasi GCP yang dipandu dengan menggunakan citra IKONOS dari Gogle Earth, umumnya lokasi

titik GCP terdapat di perpotongan jalan atau objek yang mempunyai sudut yang tajam. Gambar 2

memperlihatkan posisi pengukuran di sudut pertigaan jalan.

Page 40: 882.pdf

GCP2

Tinggi : 118.5 m

Lat!Lon :110.887262, -7 .33316

' ~·., ,'11: " .·"# .. ·. - ··F ..... ·. fi ... l '.. .. ..

. ;,. .. flllltl· f/V

................... ~GCC2~. Jlf' • .. • . . . .

' 1, ' ., . -~~ ., • • OL' ~·,.h·' :v 1~1~11

"'•~ :.,.,,: ••')•N~ • .•. •·)'t·e,.•.n

..:.·~ £u·;.~1 lo;t·.oc~•n

! 'I.' ,J ...... .' ~ ( •·•• • I~ ·!

Gam bar 5-1 Contoh lokasi GCP 2 yang terletak di pertigaan jalan pada pojok sebelah kiri.

Hasil distribusi titik Control Point untuk wilayah Sragen, Bandung dan Bogar berdasarkan

data referensi (IKONOS} dari Google Earth dan DEM SRTM diperlihatkan pada Gambar S-2, 5-3

dan S-4.

Gambar S-2. Sebaran GCP dan CP yang digunakan untuk pembuatan OEM wilayah Sragen

Page 41: 882.pdf

r

Gam bar 5-3. Sebaran CP yang digunakan untuk pembuatan OEM wilayah Bandung

Gambar 5-4. Sebaran CP yang digunakan untuk pembuatan OEM wilayah Boger

5-1.2. ANAUSIS AKURASI VERTIKAL OEM SRTM X-C BAND

Untuk memperoleh OEM ALOS PRISM dengan akurasi vertikal ekuivalen atau lebih baik

dibandingkan dengan OEM SRTM X-C band, maka terlebih dahulu dikaji mengenai akurasi vertikal

dari OEM SRTM X-C band. Berdasarkan hasil kajian literature diperoleh akurasi dari OEM SRTM

seperti pada Tabel S-3. SRTM X band dengan resolusi 30 m mempunyai akurasi berkisar 3- 6 m

yang lebih baik dari pada SRTM C band dengan resolusi 90 m yang mempunyai akurasi berkisar 5

- 16 m. Variasi akurasi ini dipengaruhi oleh kondisi topografi dan tutupan lahan dimana data

SRTM tersebut diuji.

Page 42: 882.pdf

Table 5-3. Akurasi OEM SRTM X dan C band

Tahun Sensor satelit Referensi Akurasi (m)

2005 SRTM X-C band G. Kocak et al. 9m

2005 SRTM X band Gesch D. 3-5m 2006 SRTM X band Yastikh et al. 5.6 2006 SRTM C band Yastikh et al. 9.6m

2006 SRTM C band Gorokhovich and Voustianiouk 4.5-8 m

Pengujian terhadap akurasi dari SRTM X-C band juga dilakukan untuk daerah kajian

(wilayah Sragen dan Bandung). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai ketinggian

OEM SRTM X-C band dengan ketinggian hasil pengukuran lapangan menggunakan GPS geodetik

menggunakan metode hitung perataan kuadrat terkecil dan perhitungan RMSE.

Tabel 5-4 memperlihatkan hasil pengujian untuk wilayah Sragen dan Bandung

menggunakan 7 sampai 10 titik GCP. Hasil memperlihatkan bahwa akurasi vertikal dari data OEM

SRTM X-C band untuk wilayah kajian berkisar berkisar 5-6 m. Hasil ini masih dalam kisaran yang

tidak terlalu berbeda dengan hasil penelitian-penelitian pada Tabel 5-3. Selanjutnya OEM yang

dibuat menggunakan data stereo ALOS PRISM diharapkan mempunyai kisaran akurasi vertikal

yang sama atau lebih baik dari akurasi OEM SRTM X-C band hasil pengujian.

Table 5-4. Hasil uji akurasi SRTM X-C band

No Wilayah Metode Akurasi Vertikal

1 Bandung RMSE 4.7m

2 Sragen RMSE 5.5 m

3 Sragen Perataan 6.1m

Page 43: 882.pdf

S-2. PENURUNAN OEM DARI CITRA STEREO ALOS PRISM

Berikut ini adalah hasil dari tahapan pembuatan DEM, dimana sebagai contoh adalah

pembuatan DEM wilayah Sragen. Pembuatan DEM dilakukan menggunakan modul LPS Erdas

Imagine, dengan menggunakan model geometrik"Generic Pushbroom" berbasis persamaan

polynomial. Setting untuk model sensor orientasi dalam (interior orientation) yang digunakan

diperlihatkan pada Tabel 5-5 untuk citra Nadir dan Backward. Untuk setiap data berbeda maka

nilai track incidence untuk citra Nadir, dan sensor colums untuk citra Nadir dan Backward akan

berbeda. lnformasi ini dapat dilihat pada meta data yang menyertai data ALOS PRISM

Tabel 5-5. Setting model sensor orientasi dalam

Frame Editor Nadir Backward Tab Frame Attributes Side incidence (degrees) 1,5 1,5 Track incidence (degrees) 1.4 -26,5

Ground resolution (meters) 2,5 2,5

Sensor line along axis X X

Sensor Information Nadir Backward Tab General Focal length (mm) 1939 1939 Principal point xO (mm) 0 0

Principal point yO (mm) 0 0

Pixel size (mm) 0,007 0,007

Sensor columns 14659 16250

Tab Model Parameters X 2 2 y 2 2

z 2 2 Omega 1 1

Phi 1 1

Kappa 2 2

Lokasi GPS pada citra Nadir dan Backward diperlihatkan pada Gambar 5-5. Selanjutnya

dilakukan proses pembuatan titik ikat otomatis dan penambahan titik ikat manual (Gambar 5-6).

Penambahan titik ikat manual dilakukan untuk daerah yang sebaran titik ikatnya kurang. Panah

warna merah menunjukkan penambahan titik ikat secara manual.

Page 44: 882.pdf

.......,

~

Citra Nadir Citra Backward

Gam bar S-5 Distribusi GCP untuk citra Nadir dan Backward

Gambar 5-6 Distribusi GCP dan titik ikat otomatis dan manual

Proses triangulasi menghasilkan estimasi nilai koefisien dari parameter orientasi luar

(Koordinat tanah X, Y, Z dan sudut rotasi ro, <j>, K) untuk kedua citra stereo, serta RMSE dari seluruh

GCP yang digunakan. Pada proses ini hasil triangulasi adalah seperti di bawah ini, dimana RMSE

kurang dari 0.5 piksel.

Summary RMSE for

Ground X: Ground Y: Ground z: Image X: Image Y:

GCPs and CHKs (number Control 0.0001063 (77) 0.0000987 (77) 0.4389426 (77) 0.3299361 (154) 0.4183694 (154)

of observations in parenthesis) : Check

0.0000000 (0) 0.0000000 (0) 0.0000000 (0) 0.0000000 (0) 0.0000000 (0)

Page 45: 882.pdf

Image parameter value: image id 2:

X: 1.13228815e+004 2.88771575e+002 -l.00484844e-002 y: -4.40501026e+003 -3.18084026e+002 2.93225795e-002 z: 6.92221678e+005 -2.22231933e+001 -5.11971871e-001

omega: 6.46038341e-003 9.65370000e-004 Phi: 1.69117296e-002 3.09128329e-004

Kappa: -2.13811162e-001 2.31753684e-006 7.52993351e-007 image id 1:

X: -5.52047123e+004 3.39536171e+002 1.07078672e-002 y: -3.28469656e+005 -1.54907031e+002 2.26167227e-001 z: 6.06156088e+005 -2.68375174e+002 -4.22137876e-001

omega: 4.98445846e-001 8.28523959e-004 Phi: -7.91875174e-002 3.81551867e-004

Kappa: -1.81987058e-001 8.15801927e-005 7.63668504e-007

RMSE dan estimasi nilai parameter orientasi luar hasil triangulasi

Pada proses penurunan OEM diperoleh RMSE sebesar 3.6 dan Linear Error sebesar 5.8

terhadap semua titik control point yang digunakan (77 titik control point), dan dihasilkan citra OEM

serta citra kualitas OEM (Gambar 5-7) tersebut. lnformasi detil tingkat akurasi terhadap control

point yang digunakan dari OEM yang dihasilkan diperlihatkan pada Tabel S-6. Kualitas OEM terbagi

menjadi 5 kelas yaitu: Excellent, Good, Fair, Isolated dan Suspicious. Hasil mass point saat penurunan

OEM menunjukkan bahwa jumlah kelas Excellent dan good (tinggi) sebesar 86% sedangkan kelas

Suspicious (meragukan) sebesar 14%.

Tabel 5-6. Akurasi vertikal OEM terhadap titik control yang digunakan (77 titik control)

Minimum, Maximum Error: -9.9 m, 11.8 m

Mean Error: -0.4 m

Mean Absolute Error: 2.7 m

Root Mean Square Error (RMSE): 3.6 m

Absolute Linear Error 90 (LE90): 5.8 m

Page 46: 882.pdf

--... _

(a) Hasil DEM dari ALOS PRISM resolusi spasiallO m

(b) Kualitas dari DEM, hijau menunjukkan kepercayaan tinggi (akurasi >70%) sedangkan warna merah men kkan n rendah <50%

Gambar 5-7 (a) Citra DEM dari ALOS PRISM dan (b) Kualitas piksel DEM

Page 47: 882.pdf

(a) Blunder (bull eye) pada citra OEM (b) Kualitas OEM yang meragukan

Gam bar 5-8 Blunder yang terjadi pada OEM

Oari berbagai referensi disebutkan bahwa blunder (bull eye) biasanya terjadi pada

pembuatan OEM. Bull eye ini dapat terjadi karena GCP/CP yang terdistribusi kurang merata (ada

lack GCP/CP) atau korelasi matching yang rendah karena objek permukaan bumi yang homogeny

(misal: genangan air atau awan). Untuk itu perlu dilakukan proses perbaikan untuk

menghilangkan bull eye tersebut. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghilangkan bull

eye dan melakukan proses interpolasi untuk mengisinya kembali (Gambar 5-9) atau dengan

melakukan penurunan resolusi OEM (resampling). Gambar S-9 memperlihatkan contoh hasil dari

penghilangan bull eye dan interpolasi menggunakan metode kringging dengan semivariogram

linear, sedangkan Gambar 5-10 memperlihatkan contoh hasil dari resampling OEM.

(a) Blunder (bull eye) pada citra OEM (b) Penghilangan bull eye dan interpolasi

Gambar S-9 Metode resampling untuk penghilangan Blunder (interpolasi)

Page 48: 882.pdf

(a) Blunder (bull eye) pada citra OEM (b) Resampling OEM dari 10m menjadi 30m

Gambar 5-10 Metode resampling untuk penghilangan Blunder (resampling)

Secara statistik dengan pengujian tingkat akurasi OEM terhadap data pengukuran lapangan

menggunakan metode hitung perataan kuadrat terkecil, terlihat bahwa proses resampling, serta

metode penghilangan bull eye dan interpolasi dapat meningkatkan akurasi vertikal OEM sehingga

mendekati tingkat akurasi SRTM (Tabel 5-7). Walaupun begitu kedua cara tersebut belum

memperlihatkan hasil yang optimal karena pada metode pertama interpolasi dilakukan di seluruh

scene sehingga pola OEM berubah, sedangkan metode kedua belum menghilangkan secara

keseluruhan blunder yang terjadi pada OEM. Sehingga kajian mengenai penghilangan blunder

menjadi suatu kajian yang perlu dilakukan. Pada kegiatan ini kajian mengenai metode

penghilangan blunder yang optimal belum dilakukan.

Tabel5-7. Hasil pengujian akurasi vertical terhadap 7 titik pengukuran lapangan menggunakan metode hitung perataan kuadrat terkecil

OEM Akurasi vertikal (m) Presisi vertikal (m)

OEM awal spasial 10 m 17.1 8.529 +/-5.997

OEM resampling spasial 30m 14.1 11.385 +/-4.976

OEM hasil penghilangan bull eye dan interpolasi 5.0 7.812 +/- 1.533

Page 49: 882.pdf

S-3. ANALISIS PENGARUH PARAMETER TERHADAP TINGKAT AKURASI OEM

Untuk mendapatkan standar penurunan DEM dibutuhkan kajian terhadap beberapa

parameter yang mempengaruhi kualitas DEM yang dihasilkan. DEM yang dihasilkan diuji dengan

titik Control Point yang digunakan sebagai input untuk pembuatan DEM. Dimana Control Point

terdiri dari titik GCP dan CP.

1. Pengaruh Jumlah GCP yang digunakan

Analisis jumlah GCP dilakukan untuk mendapat jumlah GCP yang optimal untuk

menghasilkan DEM dengan akurasi yang diharapkan. Pembuatan DEM dilakukan dengan

menggunakan 4 variasi GCP (Tabel S-8) dengan distribusi dibuat merata untuk seluruh wilayah.

Lokasi GCP yang digunakan dapat dilihat pada Gambar S-2. Proses yang dilakukan adalah sama

untuk setiap variasi, yaitu: memasukan input GCP (5, 10, 16 dan 21) kemudian menambahkan titik

ikat sebanyak 50 buah. Selanjutnya dilakukan perhitungan triangulasi dan penurunan DEM. Hasil

diperlihatkan pada Gambar 5-11.

Tabel 5-8. Jumlah titik yang digunakan dalam pembuatan DEM

Variasi Nomor GCP

1 Semua (21 titik)

2 1,2,3,4,5, 7, 10, 11,13, 15, 16,17,18,19,20,21 (16 titik)

3 1,3,5,9,7,14,15, 17,21,19 (10 Titik)

4 1,5,13,17,21 (5 Titik)

(a) Jumlah GCP 21 (a) Jumlah GCP 16

Page 50: 882.pdf

(c) Jumlah GCP 10 (d) Jumlah GCP 5

Gam bar 5-11. OEM dari ALOS PRISM dengan jumlah input GCP yang berbeda

Tingkat akurasi vertikal dan horisontal untuk setiap OEM yang dibuat diperlihatkan pada

Tabel S-9. Hasil memperl ihatkan bahwa hasil OEM dengan menggunakan 21 GCP, 15 GCP dan 10

GCP relatif tidak mengakibatkan perbedaan terhadap tingkat akurasi vertikal dan horisontal.

Tetapi akurasi baik vertikal maupun horisontal menurun secara signifikan saat pembuatan OEM

hanya menggunakan 5 GCP.

Tabel 5-9. Tingkat akurasi vertikal dan horisontal dari masing-masing DEM terhadap

GCP/CP input dari hasil penurunan OEM

Jumlah GCP Akurasi vertikal terhadap Akurasi horisontal terhadap

titik input GCP/CP (m) titik input GCP/CP (m)

21GCP 3.6 5.8

15 GCP 3.4 5.2

10GCP 3.3 5.2

5 GCP 8.3 13.7

2. Pengaruh Sumber GCP/CP yang Berbeda

Analisis pengaruh sumber GCP/CP dilakukan dengan menggunakan sumber GCP/CP dari

pengukuran lapangan dan sumber GCP/CP dari data referensi (Google Earth dan SRTM). Hasil

diperlihatkan pada Gambar 5-12 untuk perbandingan tingkat ketelitian vertikal dan horisontal

Page 51: 882.pdf

OEM yang dihasilkan untuk jumlah GCP/CP yang berbeda. Terlihat bahwa sumber GCP/CP dari

OEM SRTM dan Google Earth, menghasilkan OEM dengan akurasi vertikal 1.5 kali, dan akurasi

horisontal 2 kali lipat dibanding OEM dari sumber GCP pengukuran. Hal ini terkait erat dengan

t inggi rendahnya tingkat akurasi dari sumber GCP/CP yang digunakan. Semakin baik akurasi dari

GCP/CP input semakin akurat OEM yang dihasilkan. Walaupun begitu untuk mendapatkan GCP

dari pengukuran lapangan cukup sulit dan memakan biaya, sehingga pembuatan OEM dengan

menggunakan sumber data referensi dapat menjadi alternatif untuk menghasilkan OEM dengan

tingkat akurasi tertentu .

Sumber (Pengukuran) Sumber (SRTM, Google Earth)

Horisontal 15 15

-E 12 12 -9 9

6 6

3 3

0 0

5 10 16 21 5 10 16 21

Jumlah GCP (-) Jumlah GCP (-)

Gambar 5-12. Perbandingan tingkat akurasi OEM dari sumber pengukuran lapangan (kiri),

dan OEM dari sumber data referensi (kanan)

3. Pengaruh Resolusi Spasial OEM yang Dihasilkan

Resolusi spasial OEM diperkirakan berpengaruh terhadap kual itas dari OEM yang dihasilkan.

OEM dengan resolusi spasial yang terlalu detil dapat memberikan informasi yang lebih detil tapi

akan menghasilkan banyak blunder. Pada proses ini resolusi dilakukan pembuatan OEM dengan

resolusi spasial berbeda (10 m, 15, m, 20 m dan 30 m). Hasil OEM diperlihatkan pada Gambar 5-

13 dan hasil akurasi pada Tabel 5-10. Akurasi vertikal yang ditampilkan adalah akurasi vertikal

hasil pengujian dengan titik GCP/CP input yang diperoleh dalam proses akhir penurunan OEM.

Page 52: 882.pdf

(a) OEM resolusi 10m (b) OEM resolusi 15m

(c) OEM resolusi 20m (d) OEM resolusi 30m

Gambar 5-13 OEM dari ALOS PRISM dalam berbagai resolusi

Tabel5-10. Tingkat akurasi vertikal dari masing-masing OEM terhadap

GCP/CP input dari hasil penurunan OEM

OEM Akurasi vertikal terhadap titik input GCP/CP (m)

OEM spasial 10 m 3.6

OEM spasial15 m 3.8

OEM spasial 20m 4.0

OEM spasial 30m 4.4

Page 53: 882.pdf

Secara visual OEM resolusi 30m mempunyai kualitas yang lebih baik dari segi pengurangan

blunder. Tetapi dari kedetilan informasi maka maka bertambahnya besarnya nilai resolusi spasial

semakin berkurang kedetilan informasinya. Berdasarkan tingkat akurasi vertikal terhadap titik

GCP/CP input, tampak terjadi sedikit penurunan yang diperkirakan karena pengurangan resolusi

spasial, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan nilai ketinggian karena proses resampling.

4. Pengaruh Operator {Pelaksana)

Pelaksana yang berbeda mungkin menghasilkan tingkat akurasi yang berbeda karena

perbedaan ketelitian dalam menempatkan GCP/control point, dan perbedaan setting parameter

dalam proses triangulasi. Gambar 5-14 memperlihatkan OEM yang diturunkan oleh 3 orang

berbeda dengan input data yang sama, dan Tabel 5-11 memperlihatkan tingkat akurasinya.

(a) OEM resolusi 10m (operator 1) (b) OEM resolusi 10m (operator 2)

(c) OEM resolusi 10m (operator 3)

Gambar 5-14 OEM dari ALOS PRISM hasil pengerjaan operator yang berbeda

Page 54: 882.pdf

Hasil memperlihatkan bahwa ada perbedaan yang tingkat ketelitian pada hasil OEM yagng

dikerjakan oleh ketiga operator, walaupun hasil tersebut tidak terlalu berbeda secara signifikan.

Hal ini disebabkan operator yang mengerjakan relatif sering mengerjakan kegiatan koreksi

sehingga cukup teliti dalam menempatkan titik GCP/CP. Oisimpulkan orang yang teliti dan

berpengalaman dalam proses koreksi dapat mempertahankan kualitas OEM yang dihasilkan.

Tabel 5-11. Tingkat akurasi vertikal dan horisontal dari masing-masing OEM terhadap

GCP/CP input dari hasil penurunan OEM

Operator Akurasi vertikal terhadap Akurasi horisontal terhadap

titik input GCP/CP (m) titik input GCP/CP (m)

Operator 1 3.6 5.8

Operator 2 3.7 6.1

Operator 3 3.7 6.5

5. Pengaruh Stereo Pair dari data ALOS PRISM

Pada bagian ini OEM dibuat dengan menggunakan kombinasi citra stereo yang berbeda.

Kombinasi dari citra stereo mengakibatkan terjadinya perubahan ni lai rasio base/height dari citra

stereo. OEM diturunkan menggunakan kombinasi citra stereo: Forward-Nadir (FN), Backward­

Nadir (BN), Backward-Forward (BF) dan Backward-Nadir-Forward (triplet BNF). Kombinasi BF

mempunyai rasio base/height sebesar 1, sedangkan kombinasi BN dan FN mempunyai rasio

base/height yang sam a yaitu 0.5. Gambar 5-15 dan 5-16 memperlihatkan OEM dan perbandingan

tingkat akurasi dengan menggunakan citra stereo pair yang berbeda untuk wilayah Bandung.

Sedangkan Gambar 5-17 dan 5-18 memperlihatkan OEM dan perbandingan tingkat akurasi

dengan menggunakan citra stereo pair yang berbeda dari ALOS PRISM untuk wilayah Bogor.

Sedikit diskusi mengenai hasil yang diperoleh, hasil ini kurang sesuai dengan hipotesis awal,

bahwa tingkat akurasi OEM berkorelasi dengan besarnya nilai rasio base/height. Semakin besar

nilai rasio base/height semakin tinggi akurasi dari OEM yang diperoleh. Sehingga perkiraan awal

OEM dari kombinasi BNF dan BF akan mempunyai tingkat akurasi yang terkecil dibandingkan OEM

dari kombinasi lainnya (NB dan NF). Tetapi hasil memperlihatkan bahwa tingkat akurasi NB

mempunyai akurasi yang paling baik dibandingkan kombinasi lainnya. Tetapi secara umum

kesemua kombinasi menunjukkan tingkat akurasi yang relatif tidak berbeda. Hasil yang sama juga

dilaporkan oleh Jaxa (2006), bahwa RMSE dari OEM stereo PRISM tidak memperlihatkan

perbedaan yang signifikan untuk semua kombinasi .

Page 55: 882.pdf

,.--.

r--

'"""'

Analis lebih lanjut dalam tahapan pengerjaan memperlihatkan bahwa citra backward

menampakan objek yang lebih jelas dan tajam dibandingan citra forward, sehingga penempatan

titik GCP/CP dapat lebih akurat. Hal ini mengakibatkan proses matching menjadi lebih baik dan

menghasilkan OEM yang lebih akurat.

Nadir-Backward Nadir-Forward

Backward-forward I Nadir-Backward-forward

Gambar 5-15. OEM dari berbagai kombinasi stereo pair ALOS PRISM untuk wilayah Bandung

Vertikal Horisontal

25

20 E

rn 15 -""' "t ClJ > 10 ·v; rn ... :::l

-""' <!

0

NB llF BF NBF

Stereo pair

Gam bar 5-16. Tingkat akurasi vertikal dan horisontal dari OEM dengan berbagai

kombinasi stereo pair

Page 56: 882.pdf

,..._

"

(a) DEM Forward-Nadir (b) DEM Backward-Nadir

(c) DEM Backward-Forward (a) DEM Backward-N:.dir-Forward

200m IOOOm

Gambar 5-17_ OEM dari berbagai kombinasi stereo pair ALOS PRISM untuk wilayah Bogar

12

6.5- 7.8 m 10

BNF 8

w 6 (f)

~ 0::

4

2

0

Stereo Pair

Gambar 5-18. Tingkat akurasi vertikal dan horisontal dari OEM dengan berbagai

kombinasi stereo pair

Page 57: 882.pdf

5-4. PERBANOINGAN OEM OARI ALOS PRISM OENGAN OEM SRTM

Perbandingan OEM dari data ALOS PRISM dengan OEM SRTM dilakukan dengan

membandingkan kedua OEM terhadap titik-titik GCP dari pengukuran lapangan. Selanjutnya

dihitung tingkat akurasi (RMSE) kedua OEM tersebut terhadap data pengukuran lapangan.

Tabel 5-12 memperlihatkan hasil perbandingan tingkat akurasi dari OEM dari ALOS PRISM

dengan menggunakan sumber GCP pengukuran lapangan (OEM1), OEM dari ALOS PRISM dengan

menggunakan sumber GCP dari data referensi (OEM2) dan OEM SRTM terhadap hasil pengukuran

lapangan untuk wilayah Sragen. Pengujian dilakukan di 14 titik pengukuran lapangan.

Tabel 5-12. Perbandingan tingkat akurasi OEM dari ALOS PRISM dengan SRTM

GCP Abs (Survei-SRTM) (m) Abs (Survei-OEM1) (m) Abs (Survei-OEM2) (m)

1 12.1 2.5 3.4

2 10.4 5.7 6.0

3 5.8 1.8 3.0

4 12.8 1.2 0.7

5 9.7 1.6 5.5

6 17.5 8.3 18.5

7 4.7 2.7 1.7

8 1.2 0.3 4.5

9 1.2 7.5 2.8

10 2.5 11.0 4.9

11 2.7 2.8 2.6

12 2.9 0.2 18.8

13 0.1 1.3 4.9

14 0.2 8.3 4.6

RMSE 5.5 3.5 5.6

Hasil memperlihatkan bahwa untuk wilayah Sragen, OEM yang dibuat dengan

menggunakan sumber GCP hasil pengukuran lapangan mempunyai tingkat akurasi yang lebih baik

dibandingkan OEM SRTM, sementara OEM yang dibuat dengan menggunakan sumber GCP dari

data referensi mempunyai tingkat akurasi sedikit lebih rendah dibandingkan OEM SRTM.

Tabel 5-13 memperlihatkan hasil perbandingan tingkat akurasi dari OEM dari ALOS PRISM

dengan menggunakan sumber GCP pengukuran lapangan (OEM1), OEM dari ALOS PRISM dengan

menggunakan sumber GCP dari data referensi (OEM2) dan OEM SRTM terhadap hasil pengukuran

lapangan untuk wilayah Bandung. Pengujian dilakukan di 7 titik pengukuran lapangan.

Page 58: 882.pdf

Tabel 5-13. Perbandingan tingkat akurasi DEM dari ALOS PRISM dengan SRTM

GCP Abs (Survei-SRTM) (m) Abs (Survei-DEM1) (m) Abs (Survei-DEM2) (m)

1 1.5 11.9 1.7

2 3.6 5.5 2.9

3 11.3 2.0 17.7 4 12.5 5.2 16.8

5 1.2 8.6 3.0

6 6.9 2.0 4.0

7 10.3 1.0 13.0

RMSE 4.7 4.0 7.1

Hasil yang relatif tidak berbeda diperlihatkan pada Tabel 5-13. Pada wilayah Bandung, DEM

yang dibuat dengan menggunakan sumber GCP hasil pengukuran lapangan mempunyai tingkat

akurasi yang lebih baik dibandingkan DEM SRTM, sementara DEM yang dibuat dengan

menggunakan sumber GCP dari data referensi mempunyai tingkat akurasi yang lebih rendah

dibandingkan DEM SRTM. Tingkat akurasi DEM dari data referensi berkisar 1.5- 2 kali lipat lebih

rendah dibandingkan DEM dari pengukuran lapangan.

Page 59: 882.pdf

5-5. PENGGABUNGAN OEM SRTM DAN PETA TOPOGRAFI

Penggabungan antara data SRTM dan topografi dilakukan dengan menurunkan titik

ketinggian dari masing-masing data, kemudian melakukan pengabungan titik ketinggian dari

kedua sumber dan melakukan interpolasi dengan berbagai metode.

Gambar 5-19 memperlihatkan contoh titik tinggi dari Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala

1:25.000 untuk wilayah Bandung dan sekitarnya, dan wilayah yang akan digabungkan antara DEM

RBI dan SRTM.

.. . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . ; ... ~ .... . . . .. ·. : .. ; .

• /::; ;-:\:t:. .::·. ~ .. .. ~~.Sli:. ... ~""~.E~,...l;:;.__ryi.i;.;• ~'.~:iw:~~III:.J~:: ·, ./. . .. . . . . .· ' .... ' .··~ . :' . ·.: . : . ; ...

. ... . : . : .:-:. · .. :. ': .: :.:·:=·.::. . . . . '•' . ;· . . ... . . . . . . . . .. .. ·:: . . . .... ~. ·. . . ' . . . . . . . ... ::. . . ·.· ..... · . : '.. =·· . .. . . . . . . ...

•• t • • • • • • ••• :· • • : •

. ·.

. ..

RBI 1: 25.000

SRTM spasial 90 m

Gambar 5-19. Titik tinggi RBI skala 1:25.000 dan DEM SRTM spasial 90

Sedangkan Gambar 5-20 dan Gambar 5-21 memperlihatkan contoh perbandingan antara

DEM resolusi spasial 30 yang dibentuk dari hasil penggabungan antara titik tinggi RBI dan titik

tinggi dari SRTM dengan menggunakan metode interpolasi krigging semivariogram linear, dengan

DEM SRTM 90 m. Pengujian secara visual memperlihatkan bahwa DEM hasil gabungan

mempunyai pola yang lebih halus dan lebih akurat karena lebih sesuai dengan lokasi titik tinggi

dari peta RBI. Hal ini juga terlihat dari posisi titik ketinggian terhadap peta kontur yang dibuat

dengan menggunakan DEM hasil gabungan titik ketinggian tersebut (Gambar 5-22).

Page 60: 882.pdf

Gambar 5-20. Perbandingan DEM gabungan dan DEM SRTM

Gam bar 5-21. DEM gabungan (kiri), DEM SRTM 90 (kanan) dan titik tinggi RBI

Analisis lebih lanjut dilakukan dengan membandingkan tingkat akurasi kedua DEM

diperolehnya data hasil pengukuran lapangan atau data referensi lainnya untuk wilayah ini.

Pengujian tingkat akurasi dilakukan terhadap beberapa DEM hasil gabungan yang mendapat

perlakukan interpolasi menggunakan metode yang berbeda.

Tabel 5-14 memperl ihatkan perbandingan tingkat akurasi dari berbagai metode interpolasi

(8 metode interpolasi) berdasarkan hasil pengujian menggunakan 7 titik pengukuran lapangan di

daerah Bandung. Sedangkan Gambar 5-22 memperlihatkan perbandingan tingkat akurasi dalam

bentuk grafik batang.

Page 61: 882.pdf

Gambar 5-22. Kontur interval 5 m dari data DEM gabungan

Tabel 5-14. Perbandingan tingkat akurasi dari berbagai metode interpolasi

Met ode SRTM Polynomial regresion Moving average Spline smooth Minimum curvature

RMSE 4.7 25.5 15.4 3.4 3.4

Metode SRTM Krigging linear Nearest neighbour Krigging spherical Krigging cubic

RMSE 4.7 3.4 3.3 3.2 3.2

~0

25

lO

RMSE lS

10

0

SRTM Polynomial Moving Sp line Minimum Krigging N ear~ t Krigging Krlgging rt"gresion a•ierage smooth curvattort> linear neighbour spherical cubic

Metode yang digunakan

Gambar 5-23. Kontur interval 5 m dari data DEM gabungan

Page 62: 882.pdf

Hasil memperlihatkan bahwa dari 8 metode interpolasi yang digunkan 6 diantaranya

mempunyai tingkat akurasi yang lebih baik dari OEM SRTM, akurasi terbaik diperoleh dengan

menggunakan metode Krigging Spherical dan Krigging Cubic.

Page 63: 882.pdf

BABVI

KESIMPULAN

Kegiatan "Pengembangan Metode Ekstraksi DEM (Digital Elevation Model) dari Data ALOS

PRISM" telah dilaksanakan dari bulan Februari-November 2010. Kajian mengenai penurunan DEM

dari citra stereo ALOS PRISM, analisis parameter yang mempengaruh tingkat akurasi DEM yang

dibuat dan kajian mengenai metode penggabungan DEM SRTM dan peta topografi telah berhasil

diselesaikan, beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. DEM dari PRISM ALOS dapat diturunkan dengan menggunakan model geometrik sensor

"Generic pushbroom" LPS-Imagine. Walaupun masih perlu kajian lebih lanjut metode

penghilangan blunder (bull eyes).

2. Akurasi DEM dari PRISM ALOS dipengaruhi secara signifikan oleh jumlah, distribusi

GCP/CP, sumber GCP/CP dan kemampuan operator. Sedangkan stereo pair dan resolusi

spasial DEM kurang mempengaruhi secara signifikan.

3. Akurasi DEM dari PRISM ALOS menggunakan GCP pengukuran lapangan lebih baik

dibandingkan akurasi DEM SRTM, sementara akurasi DEM dari ALOS PRISM menggunakan

GCP/CP data referensi mempunyai akurasi 1.5-2 kali akurasi bila menggunakan GCP

pengukuranlapangan

4. Prosedur pembuatan DEM dari PRISM ALOS dapat dibuat, dengan memperhatikan

pengaruh parameter-parameter yang mempengaruhi tingkat akurasi DEM

5. Akurasi DEM dapat ditingkatkan dengan pengabungan titik tinggi 2 data yang berbeda

melalui metode interpolasi

6. Metode interpolasi krigging mempunyai akurasi terbaik dibandingkan metode lain yang

digunakan pada kegiatan ini

Page 64: 882.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Amhar F. And Komara A., 2009, Mapping and Map Updating with ALOS Data the Indonesia

Experience, seminar on Utilizing of ALOS Data in Indonesia, Jakarta, 2009

Julzarika A., 2007, Analisa Perubahan Koordinat Akibat Proses Perubahan Format Tampilan Peta

pada Pembuatan Sistem lnformasi Geografi Berbasis Internet, Skripsi Jurusan Teknik

Geodesi dan Geomatika, FT UGM, Yogyakarta.

Bignone F. and Umakawa H., 2008, Assessment of ALOS PRISM Digital Elevation Model Extraction

ove Japan, The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial

Information Sciences. Vol. XXXVII, Beijing, 2008

Chen T., Shibasaki R., Tsuno K. and Moria K., 2004, Triplet Matching for OEM Generation with

PRISM ALOS, ISPRS XX, lstambui,Turkey.

Gesch D., 2005, Vertical Accuracy of SRTM Data of the Accuracy of SRTM Data of the United

States: Implications for Topographic Change Detection, SRTM Data Validation and

Applications Workshop

Gorokhhovich Y. and Voustianiouk, 2006, Accuracy assessment of the processed SRTM based

elevation data by CGIAR using field data from USA and Thailand and its relation to the

terrain characteristics, Remote Sensing of Environment 104 (2006) P.409-415,

ScienceDirect.

JAXA, 2006, Annual Report 2005, EORC Bulletin, No.9, March 2006

JAXA, 2006, The 2nd ALOS Research Announcement: Calibration and Validation, Utilization

Research, and Scientific Research, Earth Observation Research Center Japan Aerospace

Exploration Agency, Japan

Lang H. and Welch R., 1999, ATBD-AST-08 Algorithm theoretical Basic Document for Aster Digital

Elevation Models, Standart product AST14, pp. 1-69

Leica Geosystems, 2002, Imagine OethoBase User's Guide, GIS and Mapping Division, Atlanta,

Georgia.

Ono M., December 2005, OEM Generation Using Satellite Images, Remote Sensing Technology

Center of Japan

Schneider M., Lehner M., Muller R. And Reinartz P., 2008, Stereo Evaluation of ALOS/PRISM Data

on ESA-AO Test Sites- First DLR Results, ALOS Symposium, Rhodos, 2008

Selby R., PCI Geo, Creating digital elevation models and orthoimagesfrom ASTER Imagery, PCI

Geomatics, United Kingdom.

Page 65: 882.pdf

Surlan, Trisakti B., Carolita 1., Kustiyo and Julzarika A., 2009, DEM Generation from ALOS PRISM

Sensor and Its Application, seminar on Utilizing of ALOS Data in Indonesia, Jakarta, 2009.

Trisakti B. and Pradana F.A., 2007, DEM Automatic Extraction from Stereoscopic PRISM-ALOS,

Journal of Remote Sensing and Digital Image Processing, Vol. IV, 2007 (In Bahasa)

Trisakti B. and Pradana F.A., 2006, "Application of ASTER stereoscopic Image for developing

topography updating model", Research Report 2006, Remote Sensing Application and

Development Center, LAPAN (In Bahasa).

Tighe Lorraine and Chamberlain Drew, 2009, Accuracy assessment of the processed SRTM-based

elevation data by CGIAR using field data from USA and Thailand and its relation to the

terrain characteristics, ASPRS/MAPPS Fall Conference, 16-19 November 2009, San Antonia

Texas

Yastikh et al., 2006, Accuracy and Morphological Analyses of GTOP030 and SRTM X-C band DEMS

in the Test Area lstambul, ISPRS Workshop, Ankara

Page 66: 882.pdf

LAMPIRAN I

SURVEI LAPANGAN KE BANDUNG

Page 67: 882.pdf

LAPAN

LAPORAN

KEGIATAN SURVEI LAPANGAN BANDUNG DAN SEKITAR

20-24 SEPTEMBER 2010

PENGEMBANGAN METODE EKSTRAKSI OEM

(DIGITAL ELEVATION MODEL) DARI DATA ALOS PRISM

PROGRAM INSENTIF RISET DASAR

Fokus Bidang Prioritas: Teknologi lnformasi dan Komunikasi

Kode Produk Target: 5.06

Kode Kegiatan: 5.06.03

Peneliti Utama: Dr. Eng.Bambang Trisakti

PUSAT PENGEMBANGAN PEMANFAATAN DAN TEKNLOGI PENGINDERAAN JAUH

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN)

Jalan LAPAN no. 70, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710, Indonesia

Tei./Fax: (021) 8722733

Page 68: 882.pdf

1. PENDAHULUAN

Digital Elevation Model (DEM) merupakan informasi digital dari ketinggian (topografi) suatu

wilayah permukaan bumi yang dapat disimpan dalam bentuk data raster berbasis piksel atau

dalam bentuk data vektor berbasis poligon. Ekstraksi data DEM dengan teknik menghitung

ketinggian dari paralaks dilakukan dengan memanfaatkan satelit optik yang dapat merekam citra

stereo (dua atau lebih citra yang direkam dari sudut yang berbeda). Salah satu satelit yang dapat

merekam data stereo adalah satelit ALOS (Advanced Land Observation Satellite). ALOS adalah

satelit milik Jepang yang diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2006 yang membawa 3 instrumen

sensor yaitu PRISM, AVNIR dan PALSAR. PRISM (The panchromatic Remote Sensing Instrument for

Stereo Mapping) adalah sensor untuk merekam citra optis pankromatik pada panjang gelombang

0.52- 0.77 1-1m dengan resolusi spasial 2.5 m. Sensor ini mempunyai 3 feleskop untuk merekam

citra stereo dari arah depan (Forward), arah tegak lurus (Nadir) dan arah belakang (Backward)

searah dengan orbit satelit (along track). Kombinasi citra stereo tersebut dapat digunakan untuk

menghasilkan DEM dengan akurasi yang cukup untuk memetakan permukaan bumi dalam skala

1:25.000 (JAXA, 2006).

Ekstraksi dan pengujian tingkat akurasi DEM dari data stereo ALOS PRISM telah dilakukan

oleh Chen T. et al (2004), JAXA (2006), Bignone & Umakawa (2008) dan Schneider et al. (2008).

Berdasarkan hasil penelitian mereka, ALOS mempunyai akurasi sekitar 2 - 6.5 m. Selain itu,

beberapa paper mengenai pemanfaatan data stereo ALOS PRISM untuk menurunkan DEM telah

dilakukan di Indonesia (Trisakti dan Pradana 2007, Surlan et al. 2009, Amhar dan Komara 2009),

tetapi hanya terbatas pada implementasi software komersil atau software buatan peneliti Jepang.

Sedangkan kajian mengenai perhitungan akurasi dan error, kajian parameter yang mempengaruhi

tingkat akurasi DEM yang bermanfaat untuk pembuatan prosedur standar, serta pendalaman

teori (model matematis) ekstraksi DEM masih belum dilakukan.

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk membuat prosedur standar pengolahan data untuk

membuat DEM dari data stereo optis ALOS PRISM. Pembuatan DEM membutuhkan data masukan

Ground Control Point (GCP) dari data referensi atau hasil pengukuran di lapangan menggunakan

Differensial Global Positioning system (DGPS) atau GPS geodetik. Selain itu GCP hasil pengukuran

lapangan dibutuhkan pula untuk pengujian akurasi dari DEM yang dihasilkan dengan

menggunakan data stereo ALOS PRISM. Dalam kaitannya dengan pengumpulan/pengukuran GCP

yang akan digunakan sebagai input dan pengujian, maka sangat diperlukan melakukan kegiatan

survei lapangan ke daerah kajian pembuatan DEM, yaitu di wilayah Bandung dan sekitarnya.

Page 69: 882.pdf

2. TUJUAN SURVEI

• Melakukan pengukuran GCP di wilayah Bandung dan sekitarnya untuk kebutuhan data

masukan pembuatan DEM dari citra ALOS PRISM.

• Melakukan pengukuran GCP di wilayah Bandung dan sekitarnya untuk data pengujian

akurasi dari DEM yang dihasilkan.

• Melakukan pengamatan kondisi topografi dan tutupan lahan di wilayah kajian

3. PERSONIL KEGIATAN

No Nama Unit Kerja Pendidikan akhir Lembaga

1. Dr. Bam bang Trisakti Pusbangja 53 LAPAN

2. Ita Carolita, M.Si. Pusbangja 52 LAPAN

3. Gathot Winarso, M.Sc. Pusbangja 52 LAPAN

4 Atriyon Julzarika, S.T. Pusbangja 51 LAPAN

4. METODOLOGI

4.1. lokasi dan Kegiatan Survei :

Wilayah Bandung dan sekitarnya di Provinsi Jawa Barat yang masuk dalam cakupan 1 scene

data ALOS PRISM, seperti diperlihatkan pada Gam bar 1. Gambar 1 memperlihatkan citra ALOS PRISM

untuk wilayah Bandung dan memperlihatkan lokasi GCP yang diukur. Kegiatan survei diperlihatkan

pada Tabel 1.

Tabell. Pelaksanaan kegiatan survei

Tanggal Kegiatan Keterangan

20 September 2010 - Perjalanan Jakarta - Bandung

- Koordinasi, penyusunan rencana dan

peminjaman GPS geodetik di Kantor

KESDM

21 September 2010 Pengukuran GCP di wilayah Bandung dan Pengukuran sekitar 6 titik

sekitar (Bandung utara dan barat)

22 September 2010 Pengukuran GCP di wilayah Bandung dan Pengukuran sekitar 5 titik

sekitar (Bandung selatan)

23 September 2010 Pengukuran GCP di wilayah Bandung dan Pengukuran sekitar 6 titik

sekitar (Bandung timur)

Page 70: 882.pdf

r

24 September 2010 - Pengukuran dan penyusunan data

- Perjalanan Bandung- Jakarta

Gambar 1. Scene Citra ALOS dan titik pengukuran GCP

4.2. Peralatan yang digunakan

1. GPS Geodetik dengan ketelitian berkisar 1m atau lebih tinggi. GPS yang digunakan dalam

survei adalah GPS Geodetik dual frekusiensi LEICA 1200, yang dipinjam dari Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi bencana Geologi, KESDM (Kementrian Energi Sumber Daya

Mineral).

2. Print out peta rencana lokasi dari GCP yang akan diukur

3. Laptop dan GPS navigasi untuk membantu menunjukan arah lokasi yang akan diukur.

4. Alat tulis

4.3. Metode penentuan Lokasi dan pengukuran GCP

Dalam proses ekstraksi OEM diperlukan sejumlah GCP dengan syarat GCP tersebut

membentuk sebuah jaring-jaring geodetis, dan membentuk suatu distribusi GCP yang merata dan

mewakili berbagai kondisi ketinggian. Oleh karena itu, penentuan lokasi GCP dilakukan

sedemikian rupa (mempertimbangkan distribusi dan keterwakilan) sehingga GCP yang diukur

tersebut dapat membentuk jaring-jaring geodetis yang yang sangat berguna bagi proses

Page 71: 882.pdf

r

triangulasi sehingga dapat dihasilkan DEM dengan akurasi yang tinggi. Selain harus bisa

membentuk jaring geografis, lokasi-lokasi tersebut juga dipilih berdasarkan akses lokasi yang

dapat terjangkau dengan kendaraan bermotor, serta kenampakan lokasi yang mudah

diidentifikasi dengan menggunakan citra ALOS PRISM. Hal ini dilakukan untuk memudahkan

dalam pengukuran dan juga dalam melakukan plating GCP pada citra stereo saat pembuatan

DEM.

Pada survei kali ini dilakukan pengukuran sekitar 20 GCP yang terdistribusi di seluruh citra

ALOS PRISM yang digunakan. Dari 20 GCP yang diambil, 15 GCP akan dijadilan sebagai input

dalam pembuatan DEM, sedangkan sekitar 5 GCP akan digunakan untuk pengujian tingkat akurasi

DEM yang dihasilkan. Pengukuran setiap GCP dilakukan dengan menggunakan GPS Geodetik yang

terdiri dari GPS base (diletakan di titik referensi di Kantor KESDM) dan GPS Rover (yang dibawa ke

setiap lokasi). Pengukuran dilakukan selama 1 jam untuk setiap lokasi. Data yang diperoleh dari

kedua GPS kemudian diproses untuk menghasilkan data koordinat (X,Y) dan elevasi (h).

5. HASIL PENGUKURAN

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan GPS geodetik seperti diperlihatkan pada

Gambar 2. GPS terdiri dari tiang dan penerima untuk menangkap sinyal, serta data logger untuk

pengolahan datanya.

Tiang dan penerima sinyal Data Logger

Gam bar 2. GPS geodetik yang digunakan dalam pengukuran

Page 72: 882.pdf

Hasil pengukuran dipengukuran dan pengamatan di setiap GCP yang diperlihatkan pada

Tabel 1, sedangkan hasil detil dari pengukuran diperlihatkan pada Lampiran. Pada setiap titik

dilakukan pengukuran GCP, pengambaran posisi titik pada citra dan pengamatan tutupan lahan.

Tabell. Hasil pengukuran menggunakan GPS geodetik disetiap titik

latitude longitude Ellip. Hgt sd, lat(em) sd, long (em) sd, hgt (em)

1 6° 51' 27.15510" 5 lOr 33' 33.43954" E 881.4746 0.03 0.04 0.10

2 6° 51' 47.69923" 5 107° 30' 12.68674" E 706.7646 0.13 0.16 0.39

3 6° 48' 53.86209" 5 lOr 28' 39.16447" E 668.8998 0.18 0.25 0.65

4 6° 55' 04.21535" 5 10r 28' 01.80266" E 670.0023 0.19 0 .23 0.65

5 6° 56' 03 .29729" 5 lOr 32' 21.94705" E 702.5112 0.12 0.13 0.25

6 6° 54' 00.06612" 5 lOr 37' 05.09341" E 754.9965 0.05 0.06 0.18

7 6° 59' 38.73815" 5 lOr 31' 53.86974" E 692.6154 0.08 0.10 0.25

8 r 04' 33. 75554" 5 lOr 26' 43.32025" E 1186.3418 0.19 0.97 0.49

9 r o7' 52.06194" 5 10r 24' 42.89433" E 1586.7638 0.42 0.32 1.01

10 r o8' 58.84542" 5 10r 33' 39.20484" E 1208.3119 0.18 0.27 0.40

11 r 03' 41.54881" 5 10r 33' 09.50146" E 741.1711 0.36 0.71 1.16

12 r o3' 18.33300" 5 10r 39' 24.89550" E 927.8220 0.16 0.19 0.58

13 roo· 46.99171" 5 10r 39' 04.10577" E 685.2592 0.20 0.48 1.02

14 6° 51' 28.55972" 5 lOr 39' 53.14110" E 1198.6461 0.06 0.08 0.21

15 6° 54' 41.28066" 5 lOr 37' 06.55270" E 730.4074 0.13 0.09 0.25

16 6° 57' 18.44254" 5 lOr 36' 39.87993" E 696.2958 0 .10 0.10 0.33

E5DM 6° 53' 59.29965" 5 10r 37' 14.36989" E 771.8993 0 0 0

6. DAFT AR PUST AKA

Amhar F. And Komara A., 2009, Mapping and Map Updating with ALOS Data the Indonesia Experience, seminar on Utilizing of ALOS Data in Indonesia, Jakarta, 2009

Bignone F. and Umakawa H., 2008, Assessment of ALOS PRISM Digital Elevation Model Extraction ove Japan, The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences. Vol. XXXVII, Beijing, 2008

Chen T., Shibasaki R., Tsuno K. and Moria K., 2004, Triplet Matching for OEM Generation with

PRISM ALOS, ISPRS XX, lstambui,Turkey.

JAXA, 2006, Annual Report 2005, EORC Bulletin, No. 9, March 2006

JAXA, 2006, The 2nd ALOS Research Announcement: Calibration and Validation, Utilization Research, and Scientific Research, Earth Observation Research Center Japan Aerospace Exploration Agency, Japan

Schneider M., Lehner M., Muller R. And Reinartz P., 2008, Stereo Evaluation of ALOS/PRISM Data on ESA-AO Test Sites- First DLR Results, ALOS Symposium, Rhodos, 2008

Surlan, Trisakti B., Carolita 1., Kustiyo and Julzarika A., 2009, OEM Generation from ALOS PRISM Sensor and Its Application, seminar on Utilizing of ALOS Data in Indonesia, Jakarta, 2009.

Trisakti B. and Pradana F.A., 2007, OEM Automatic Extraction from Stereoscopic PRISM-ALOS, Journal of Remote Sensing and Digital Image Processing, Vol. IV, 2007 (In Bahasa)

Page 73: 882.pdf

LAMPIRAN DATA TITIK PENGUKURAN

KEGIATAN SURVEI Dl BANDUNG DAN

SEKITARNYA

TANGGAL 20-24 SEPTEMBER 2010

Distribusi Titik Pengukuran

Page 74: 882.pdf

Titik Pengukura n 1

r

Penutup Ia han : Perumahan dan kola

Page 75: 882.pdf

Titik Pengukuran 3

Lokasi Pengukuran

Titik Pengukuran 4

Lokasi Pengukuran

Penutup lahan: Jalan to I, jembatan dan sawah

Penutup lahan: Lapangan, kebun campur Dan permukiman

Page 76: 882.pdf

Titik Pengukuran 5

Lokasi Pengukuran

Lokasi Pengukuran

JO

Penutup lahan : Permukiman, jembatan, Jalan

Penutup lahan: Lapangan, jalan, perkotaan Jalur hijau '

Page 77: 882.pdf

Titik Pengukuran 7

Lokasi Pengukuran

0

Titik Pengukuran 8

Penutup Ia han · Lapangan , stadio sawah n,

Penutup lahan· Sawah k b · ' e un cam u dan permukiman p r,

Page 78: 882.pdf

...

Lokasi Pengukuran

Loka · s1Penguk uran

Penutup lahan· Resort, hutan .

Penutup lah . hutan an.

Page 79: 882.pdf

Titik Pengukuran 11

Lokasi Pengukuran

Titik Pengukura n 12

Lokasi Pengukuran

Penutup lahan: hutan

Penutup Ia han: Kantor kecamatan, perkebunan

Page 80: 882.pdf

Titik Pengukura n 13

Lokasi Pengukura n Penutup lahan: Sawah, pabrik

Titik Pengukuran 14

Lokasi Pengukura n Penutup lahan: Sawah, kebun

Page 81: 882.pdf

Titik Pengukuran 15

Lokasi Pengukuran Penutup lahan:

IQ Permukiman, kota

Titik Pengukura n 16

Lokasi Pengukuran Penutup lahan: Permukiman, kota

Page 82: 882.pdf

LAMPIRAN II

" SURVEI LAPANGAN KE BOGOR, CIANJUR DAN SEKITAR

Page 83: 882.pdf

LAPAN

LAPORAN

KEGIATAN SURVEI LAPANGAN BOGOR CIANJUR DAN SEKITAR

27- 31 OKTOBER 2010

PENGEMBANGAN METODE EKSTRAKSI OEM

(DIGITAL ELEVATION MODEL) DARI DATA ALOS PRISM

PROGRAM INSENTIF RISET DASAR

Fokus Bidang Prioritas: Teknologi lnformasi dan Komunikasi

Kode Produk Target: 5.06

Kode Kegiatan: 5.06.03

Peneliti Utama: Dr. Eng.Bambang Trisakti

PUSAT PENGEMBANGAN PEMANFAATAN DAN TEKNLOGI PENGINDERAAN JAUH

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN)

Jalan LAPAN no. 70, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710, Indonesia

Tei./Fax: (021) 8722733

Page 84: 882.pdf

1. PENDAHULUAN

Digital Elevation Model (OEM) merupakan informasi digital dari ketinggian (topografi) suatu

wilayah permukaan bumi yang dapat disimpan dalam bentuk data raster berbasis piksel atau

dalam bentuk data vektor berbasis poligon. Ekstraksi data OEM dengan teknik menghitung

ketinggian dari paralaks dilakukan dengan memanfaatkan satelit optik yang dapat merekam citra

stereo (dua atau lebih citra yang direkam dari sudut yang berbeda). Salah satu satelit yang dapat

merekam data stereo adalah satelit ALOS (Advanced Land Observation Satellite). ALOS adalah

satelit milik Jepang yang diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2006 yang membawa 3 instrumen

sensor yaitu PRISM, AVNIR dan PALSAR. PRISM (The panchromatic Remote Sensing Instrument for

Stereo Mapping) adalah sensor untuk merekam citra optis pankromatik pada panjang gelombang

0.52- 0.77 f..Lm dengan resolusi spasial 2.5 m. Sensor ini mempunyai 3 teleskop untuk merekam

citra stereo dari arah depan (Forward), arah tegak lurus (Nadir) dan arah belakang (Backward)

searah dengan orbit satelit (along track). Kombinasi citra stereo tersebut dapat digunakan untuk

menghasilkan OEM dengan akurasi yang cukup untuk memetakan permukaan bumi dalam skala

1:25.000 (JAXA, 2006).

Ekstraksi dan pengujian tingkat akurasi OEM dari data stereo ALOS PRISM telah dilakukan

oleh Chen T. et al (2004), JAXA (2006), Bignone & Umakawa (2008) dan Schneider et al. (2008) .

Berdasarkan hasil penelitian mereka, ALOS mempunyai akurasi sekitar 2 - 6.5 m. Selain itu,

beberapa paper mengenai pemanfaatan data stereo ALOS PRISM untuk menurunkan OEM telah

dilakukan di Indonesia (Trisakti dan Pradana 2007, Surlan et al. 2009, Amhar dan Komara 2009),

tetapi hanya terbatas pada implementasi software komersil atau software buatan peneliti Jepang.

Sedangkan kajian mengenai perhitungan akurasi dan error, kajian parameter yang mempengaruhi

tingkat akurasi OEM yang bermanfaat untuk pembuatan prosedur standar, serta pendalaman

teori (model matematis) ekstraksi OEM masih belum dilakukan.

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk membuat prosedur standar pengolahan data untuk

membuat OEM dari data stereo optis ALOS PRISM. Pembuatan OEM membutuhkan data masukan

Ground Control Point (GCP) dari data referensi atau hasil pengukuran di lapangan menggunakan

Differensial Global Positioning system (OGPS) atau GPS geodetik. Selain itu GCP hasil pengukuran

lapangan dibutuhkan pula untuk pengujian akurasi dari OEM yang dihasilkan dengan

menggunakan data stereo ALOS PRISM. Oalam kaitannya dengan pengumpulan/pengukuran GCP

yang akan digunakan sebagai input dan pengujian, maka sangat diperlukan melakukan kegiatan

survei lapangan ke daerah kajian pembuatan OEM, yaitu di wilayah Bogar Cianjur dan sekitarnya.

Page 85: 882.pdf

2. TUJUAN SURVEI

• Melakukan pengukuran GCP di wilayah Bogar, Cianjur dan sekitarnya untuk kebutuhan

data masukan pembuatan OEM dari citra ALOS PRISM.

• Melakukan pengukuran GCP di wilayah Bogar, Cianjur dan sekitarnya untuk data

pengujian akurasi dari DEM yang dihasilkan.

• Melakukan pengamatan kondisi topografi dan tutupan lahan di wilayah kajian

3. PERSONIL KEGIATAN

No Nama Unit Kerja Pendidikan akhir Lembaga

1. Dr. Bam bang Trisakti Pusbangja 53 LAPAN

2. lr. Gok Maria Sitanggang Pusbangja 51 LAPAN

3. Gathot Winarso, M.Sc. Pusbangja 52 LAPAN

4 Atriyon Julzarika, S.T. Pusbangja 51 LAPAN

4. METODOLOGI

4.1. Lokasi dan Kegiatan Survei :

Wilayah Bogar, Cianjur dan sekitarnya di Provinsi Jawa Barat yang masuk dalam cakupan 1

scene data ALOS PRISM, seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Gambar 1 memperlihatkan citra ALOS

PRISM untuk wilayah Bogar, Cianjur dan sekitarnya dan memperlihatkan lokasi GCP yang diukur.

Kegiatan survei diperlihatkan pada Tabell.

Tabel 1. Pelaksanaan kegiatan survei

Tanggal Kegiatan Keterangan

27 Oktober 2010 • Mengambil GPS Geodetik di Cibinong Pengukuran 3 titik, 1 titik

(PT. Geosindo). gaga I.

• Perjalanan menuju Cianjur sekaligus

mengukur titik yang bisa dilewati (titik

16 dan 17), berusaha menuju titik 18

jembatan tidak bisa dilewati putar balik

mobil tidak bisa jalan karena tanjakan

licin.

• Sampai di Cianjur

28 Oktober 2010 • Melapor ke Setda Kab. Cianjur Pengukuran sekitar 3 titik

Page 86: 882.pdf

(administrasi).

• Melapor ke Bappeda kab. Cianjur

(teknis)

• Pengukuran GCP di titik 20, 19 dan 14 .

Jalan menuju titik 13 tidak bisa

dilewati.

29 Oktober 2010 Pengukuran GCP di titik 6, 7, 8, 9 dan 4. Pengukuran sekitar Stitik

Menuju titik 5 jalan tidak bisa dilewati

30 Oktober 2010 Pengukuran GCP di titik 3, 2, 1 dan 12 Pengukuran sekitar 4 titik

31 Oktober 2010 • Menyusun laporan sementara

• Perjalanan kembali ke Jakarta.

ngukuran

Gambar 1. Scene Citra ALOS dan titik pengukuran GCP

Page 87: 882.pdf

4.2. Peralatan yang digunakan

1. GPS Geodetik dengan ketelitian berkisar 1 m atau lebih tinggi. GPS yang digunakan dalam

survei adalah GPS Geodetik dual frekusiensi LEICA 1200, yang sewa dari PT. Geosindo.

2. Print out peta rencana lokasi dari GCP yang akan diukur

3. Laptop dan GPS navigasi untuk membantu menunjukan arah lokasi yang akan diukur.

4. Alat tulis

4.3. Metode penentuan Lokasi dan pengukuran GCP

Dalam proses ekstraksi OEM diperlukan sejumlah GCP dengan syarat GCP tersebut

membentuk sebuah jaring-jaring geodetis, dan membentuk suatu distribusi GCP yang merata dan

mewakili berbagai kondisi ketinggian. Oleh karena itu, penentuan lokasi GCP dilakukan

sedemikian rupa (mempertimbangkan distribusi dan keterwakilan) sehingga GCP yang diukur

tersebut dapat membentuk jaring-jaring geodetis yang yang sangat berguna bagi proses

triangulasi sehingga dapat dihasilkan OEM dengan akurasi yang tinggi. Selain harus bisa

membentuk jaring geografis, lokasi-lokasi tersebut juga dipilih berdasarkan akses lokasi yang

dapat terjangkau dengan kendaraan bermotor, serta kenampakan lokasi yang mudah

diidentifikasi dengan menggunakan citra ALOS PRISM. Hal ini dilakukan untuk memudahkan

dalam pengukuran dan juga dalam melakukan plating GCP pada citra stereo saat pembuatan

OEM.

Pada survei kali ini dilakukan pengukuran sekitar 14 GCP dari 20 GCP yang direncanakan yang

terdistribusi di seluruh citra ALOS PRISM yang digunakan. Pengukuran setiap GCP dilakukan

dengan menggunakan GPS Geodetik yang terdiri dari GPS base dan GPS Rover (yang dibawa ke

setiap lokasi). Pengukuran dilakukan selama30 jam untuk lokasi kurang dari 25 km dari GPS base

dan 1 jam untuk lokasi yang jarak dengan GPS base lebih dari 25 km. Data yang diperoleh dari

kedua GPS kemudian diproses untuk menghasilkan data koordinat (X,Y) dan elevasi (h).

5. HASIL PENGUKURAN

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan GPS geodetik seperti diperlihatkan pada

Gambar 2. GPS terdiri dari tiang dan penerima untuk menangkap sinyal, serta data logger untuk

pengolahan datanya.

Hasil pengukuran dipengukuran dan pengamatan di setiap GCP yang diperlihatkan pada

Tabel 1, sedangkan hasil detil dari pengukuran diperlihatkan pada Lampiran. Pada setiap titik

dilakukan pengukuran GCP, pengambaran posisi titik pada citra dan pengamatan tutupan lahan.

Page 88: 882.pdf

r

Tiang dan penerima sinyal Data Logger

Gam bar 2. GPS geodetik yang digunakan dalam pengukuran

Tabell. Hasil pengukuran menggunakan GPS geodetik disetiap titik

Latitude Longitude Ellip. Hgt Undltn Cor Orthom Hgt OrthHgt-L'lTTG

1 6° 21' 39.43574" s 107" 01' 04.30519" E 78.597 18.622 59.975 54.07880

2 6° 23' 09.66932" s 107" 06' 50.92192" E 67.252 18.638 48.601 42.70450

3 6° 22' 00.75304" s 107" 10' 21.44322" E 75.456 18.638 56.818 50.92210

4 6° 23' 06.20651" s 107" 13' 38.85300" E 49.891 18.646 31.245 25.34890

6 6° 27' 16.68261" s 107" 01' 21.95628" E 87.051 18.635 68.416 62.52040

7 6° 28' 27.22806" s 107° 04' 21. 78044" E 119.885 18.633 101.252 95.35620 8 6° 28' 34.13048" s 107" 08' 38.98435" E 98.571 18.641 79.930 74.03410

9 6° 27' 46.13377" s 107" 13' 26.48244" E 58.009 15.521 42.488 36.59190

12 6° 32' 07.33928" s 107" 04' 10.01042" E 379.556 16.156 363.400 357.50420

14 6° 31' 34.55799" s 107" 11' 54.23582" E 90.960 15.250 75.710 69.81400

16 6° 34' 31.29659" s 107°57'42.37883"E 504.183 15.192 488.991 483.09460

17 6° 35' 57.11517" s 107" 02' 55.64098" E 653.523 15.260 638.263 632.36670

19 6° 38' 42.50166" s 107" 09' 57.65057" E 222.769 15.276 207.493 201.59690

20 6° 39' 40.36522" s 107" 12' 25.64980" E 580.064 15.552 564.512 558.61550

BASE 6° 29' 27.79580" s 106° 50' 56.07500" E 158.167 14.091 144.076 138.1800

Page 89: 882.pdf

6. DAFT AR PUSTAKA

Amhar F. And Komara A., 2009, Mapping and Map Updating with ALOS Data the Indonesia Experience, seminar on Utilizing of ALOS Data in Indonesia, Jakarta, 2009

Bignone F. and Umakawa H., 2008, Assessment of ALOS PRISM Digital Elevation Model Extraction ove Japan, The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences. Vol. XXXVII, Beijing, 2008

Chen T., Shibasaki R., Tsuno K. and Moria K., 2004, Triplet Matching for OEM Generation with PRISM ALOS, ISPRS XX, lstambui,Turkey.

JAXA, 2006, Annual Report 2005, EORC Bulletin, No. 9, March 2006

JAXA, 2006, The 2nd ALOS Research Announcement: Calibration and Validation, Utilization Research, and Scientific Research, Earth Observation Research Center Japan Aerospace Exploration Agency, Japan

Schneider M., Lehner M., Muller R. And Reinartz P., 2008, Stereo Evaluation of ALOS/PRISM Data on ESA-AO Test Sites- First DLR Results, ALOS Symposium, Rhodos, 2008

Surlan, Trisakti B., Carolita 1., Kustiyo and Julzarika A., 2009, OEM Generation from ALOS PRISM Sensor and Its Application, seminar on Utilizing of ALOS Data in Indonesia, Jakarta, 2009.

Trisakti B. and Pradana F.A., 2007, OEM Automatic Extraction from Stereoscopic PRISM-ALOS, Journal of Remote Sensing and Digital Image Processing, Vol. IV, 2007 (In Bahasa}

Page 90: 882.pdf

LAMPIRAN DATA TITIK PENGUKURAN

KEGIATAN SURVEI Dl BOGOR-CIANJUR

DAN SEKITARNYA

TANGGAL 27-31 OKTOBER 2010

Distribusi Titik Pengukuran

( Tidak bisa diukur I akses sulit

Page 91: 882.pdf

Lokasi Pengukuran

.r

GPS Geodetik + Antena GPS Navigasi Laptop + Internet ~ Google Earth Alat Tulis Kendaraan

Penutup lahan: Permukiman Jarang La han terbuka/ladang Vegetasi (Kebun)

Page 92: 882.pdf

Titik LP-02

Lokasi Pengukuran

w.ooWpOhoo Permukiman dan Kebun

Titik LP-03

Lokasi Pengukuran

/~ Penutup Ia han : Perkantoran (Urban) ___ _ a;. __ • ...._ ___ ~

Page 93: 882.pdf

Titik LP-04 Ket Lokasi pindah dari rencana semula

Lokasi Pengukuran

$ Penutup lahan: Pemukikan , sawah, lapangan bola

Titik LP-05

Tidak dapat diakses karen a jalan yang tidak bisa dilalui

Page 94: 882.pdf

Titik LP-06

Lokasi Pengukuran

Titik LP-07

Penutup lahan: Jembatan, sawah pemukiman

Page 95: 882.pdf

Titik LP-08

Lokasi Pengukuran

Titik LP-09

L r

Penutup lahan: Sawah

Penutup Ia han: permukiman

Pindah ke sini

Page 96: 882.pdf

Titik LP-1 0

6°29'56.89"8 107° 16'12.65"T

Titik LP-11

6°30'48 .93"8 1 or 0'22.09"T

Tidak jadi diukur karena aksesbilitas dan waktu tidak cukup (akses susah dan akan menghabiskan waktu

k jadi diukur karen a aksesbilitas waktu tidak cukup (akses susah akan menghabiskan waktu

Page 97: 882.pdf

Titik LP-12a

Lokasi Pengu u~

Titik LP-13

6°32'46.23"S 1 or 7'39.44'T

Penutup lahan: Kebun campur/ladang

Jalan tidak bisa dilewati

Page 98: 882.pdf

Titik LP-14

Lok.,; Po"'"t"

---

Titik LP-15

6°33'43.40"S 107° 13'50.02"T

Penutup lahan: Sawah

Tidak jadi diukur karen a aksesbilitas dan waktu tidak cukup (akses susah dan akan menghabiskan waktu

Page 99: 882.pdf

Titik LP-16

Lokasi Pengukuran ~

lr Penutup lahan: Kebun /Pemukiman

Titik LP-17

Penutup Ia han : Ladang/kebun

Page 100: 882.pdf

,---.., Titik LP-18

"' ,......,

,......,

" r---,

" Jembatan ambrol separo jalan tidak bisa dilewati

--...,

,..--...

,......, 6°36'55.35"8 1or 6'34.79"T

r---,

Titik LP-19

Lokasi Pengukuran

Penutup lahan: Ladang/kebun

Page 101: 882.pdf

Titik LP-20

Lokasi Pengukuran

Penutup lahan: Ladang/kebun

Page 102: 882.pdf

LAMPIRAN Ill

JUKNIS PEMBUATAN OEM ALOS PRISM

Page 103: 882.pdf

Software Bahan

Daerah

PENURUNAN DIGITAL ELEVATION MODEL (OEM) DARI CITRA ALOS PRISM

Orthobase-Pro, Erdas lmgine 8.6 citra ALOS PRISM Forward dan Nadir

Bogar dan sekitarnya

1. Buka program ERDAS Imagine 8.6.

2. Klik modul OrthoBASE. Pilih Create a new OrthoBASE project pada OrthoBASE Setup, kemudian klik OK.

ib OtlhoBA.SI ~tartup £\

8.6 We11:::0me to 01tnoBASE. From tm o.a~og you rMJ begin a new OrthoBASE po;ect 01 }IOU m<'ly M:WtM worknq on a~ cre!!tedone.

\What wot.dd.vou Ike to do?

• DM!e a new OlthoBA5E prof8d

Tentukan tempat penyimpanan dan isikan nama blockfile (*.blk). File ini merupakan project OrthoBASE yang kita buat. Klik OK.

"" t.oo<"' J..:i w_booo< · I rul&l

182 .:3 DMa[O~J ~181 ::> [C) ,~-,.~-~

182 AV .;j keq_2007

,llt~<J<~~-1~~¢DEBI:mBEI,

1

111 b<J.W_• ,;) CD-ROM IE ) L

l!b<J<I_ • .., """"'~) llb<J<i_•;;J floopy[H) " 11 bg.ft 0. a.ll

j1n bgft_auto_U'J.blgc.ot.bk [t ~11"1f_euto 1 2~ ,~ bgft_o!'IIAo_Ul.bl<. II ~fl_c-auo.bk

fleMme. bogor_bk

Fkolt""' j8Wdlo("bl<l

Fileo.Yne d~2007 /alos_bopo$/bogor.bll.- Size: 8309

~ ~

Recent .. f

"""' J

3. Pada dialog Model Setup, pilih model geometrik yang sesuai dengan sistem pelarikan sensor satelit. Untuk sensor satelit ALOS PRISM, gunakan Generic Push broom. Klik OK.

1

Page 104: 882.pdf

Ket: Orthobase adalah modul untuk citra stereo cross track SPOT, sehingga untuk ALOS kita menggunakan model umum untuk sensor pushbroom. Di sini kita harus mengisi spesifikasi dari sensor dan citra satelit ALOS. Selain ALOS, generic pushbroom dapat digunakan juga untuk sensor push broom lainnya seperti : ASTER.

itt Model Setup £i S8ecl Geomel:nc Model:

F1ameCa1M!~ DlgiaiCame•a Video Canwa (Vd!!og~phj.<l Non-MetncCatnet'a DPPOB

4. Pada dialog Block Property Setup, kita akan diminta menentukan sistem referensi data yang digunakan .

u Hlock Property Setup II Set Aefe~ence Syot~

Oah.-o:

up reference system.

Klik Set Projection sehingga muncul Projection Chooser. Tentukan kategori datum dan proyeksi sesuai daerah. Untuk daerah Bogar, pilih UTM WGS 84 South pada Categories dan UTM Zone 48 (Range 102£ -108£) pad a Projection. Klik OK.

Starwdsrd D..mom

c~~u~rM~WG~s~~sw~h-------------------------~~. IL-n~-~ 1

p,....,..,. ~;~~:~~:;:: : ;:: e UTM Zone 44 IR....,. lliE • 9410) UTMZone451R....,.B4E · 9!E)

~:~~:~ ~=:u~~J UTMZone49 (Hange108E 114E) UTM Zone 50 IR"""' 114E · 12QE) UTMZono 51 (R....,.120C·126EJ UTHZ0t1052 IR"""' 126E ·132E) UTHZono53 (Rango 132E -13BEJ Ul MZone54 (Range1 38E·1 44E] UTHZone55 (Range 144E -1 50E) UTH Zone56 IR"'9" 150E · 156E) UT MZone57 (Ronge156E · 162E)

UTMZone59 (Rafl9" 16BE -1 74E) UTMZone5B(R...,.162E·169E) II

~U~TM~Z=~~6=0~(R="""'~17~4E~19=0E~)----------------~~v

Pada dialog Block Properties Setup akan tampak hasil dari pengesetan sistem proyeksi.

2

Page 105: 882.pdf

~ Bto~.:k Property ~tup •

Sel Reference S,Y£tem

UTM

W'GS e' 48

WGS84

Klik Next. lsikan satuan Horisontal Units dan Vertical Units dalam Meters. Klik OK.

u BloLk Vrop1rly Setup liJ A~MCeUntr

HorizonlaiUrb

Ve1oca1 u~ IM~"''

Set: Map Projection iWI.d L.lnls

CK::J f'<e""'"' j

c...:...::,=d ~ ~

5. Akan muncul jendela OrthoBASE Pro dengan nama blockfile yang tadi kita buat. Klik menu Edit- Add Frame sehingga muncul dialog Image File Name. Langkah ini dilakukan untuk memasukkanfi/e citra yang akan diturunkan informasi DEM-nya.

Pilih tipe file yang sesuai ( *.ers) dan cari file citra yang telah dirotasi (seperti telah dijelaskan pada langkah sebelummnya). Klik OK.

3

Page 106: 882.pdf

l ook n: ':j e+Js_bogof

]t.eda_..Ji·o!m= .Jbg1-ti-10_i!IUI:oers

] bg1-bl-~_auto.ers J bgT-bi2_<Uo_stfJ.brgcol.ets ]bgob12_ooJo_.0.= ,J bo•·bl_outo2 ...

3 ~r-bled"tt2.ers ~-r12_at.to_:!i0-btgcol eu

J bgi-ri2_.Uo_:»>.ers Jbg1_-'Uto2. e~e

Fllesoi~: EAM~I~ecsl

J 8!)"_bCIS

J Bg~_b_ullers ] boce<it2"' ] 8g~_, ... .J jBgt_n.ers

jkt-ti_,_..o10-2.ers J jl:.t-ti_a.to12-2.ers

J ~l-bl_alm2. o!r&

QTeystafe: 2-447 R01m: x 3-401 Colurm11« 1 Bandf~l

~) (!JjQj J .. ~~ u jd-bf_ ... o2_1p[ ]j<t-bl ___ ,., ~

U l<t·rl_,..ol0-2 He~ LJ ~~ nl_ ... o\2-2. --­L) ~-nf_a\Jo2.or$

8 ~-nf_c~uto2.e Recent. ~lrJedt2er:o -

Jk12 f lOt en: Golo

JJkt~ote<S

Pada jendela OrthoBASE Pro akan terlihat nama kedua file (file Nadir dan file Forward yang sudah dirotasi) yang dipilih.

lt.t OrthoUA~l l'ro (bg,r nf_auto blk) GJ!'; I'8J File Edit Ptocess ~

a. IIl 0 C:l1 A z f1J Row• !maoeiD OMGrotlon > I~MCeN~TM Active p.,., lnl E~ DTMD""O"""'~

11! > d:Jkeg_2007/~_bogor.lbgr f rotlefl X 2 2 d:lkeg_2007/~6r:n_bogtX/bg n_tott.en X I

-........

•'"

;;, I; t-'~

...

6. Klik menu Edit - Compute Pyramid Layers (atau klik kolom Pyr.) pada jendela OrthoBASE Pro, pilih All/mages Without Pyramids, Klik OK.

One Image Seected

r AI Se&&cted Image~

Kolom Pyr. akan berubah warna dari merah menjadi hijau.

4

Page 107: 882.pdf

L OrlhgBASE Pru (bu~r2.bk) r. oi!RI "' Edt """"" "'~ (;j. ID 0 r:fJ 6. z EB

Row" lm;,qeiO De·il.,iQtion > lmaqeN5ne AcWe ""·

lnl Ext.. DTM Ortho OrW!e -r-1 1 ) d:lkeq_20011~ bcg:t;bgl f 10t.ets X 2 2 d /ke!L2007Jalos_bogolltq n rolen X >I· I

Ket: Piramid layer adalah proses untuk membuat beberapa citra baru yang mempunyai resolusi lebih rendah dari citra asli. Misal:1/4 ,1/8, 1/16 atau 1/32 dari ukuran citra asli. Piramid layer dibuat untuk memudahkan korelasi antara citra dan mempercepat waktu proses.

7. Klik menu Edit -Frame Editor pada jendela OrthoBASE Pro (atau klik kolom Int.}, akan terlihat dialog Frame Editor.

~ f,4me fdrlor fllf!! n rol ers) ':lTIJ~

l m~ge Fr6e N~me bgi_n_rotett

BlockModei Type: GenericP~

Ser1101 Name: ..:J Edl ~ New

jlr-o< - 1 __j

~ ~ ._..!:'!Lj

Pada tab Sensor, klik New. lsikan informasi sensor pada dialog Sensor Information tab General. lnformasi sensor ini akan digunakan nantinya dalam proses korelasi dan triangulasi.

Ket: lnformasi sensor dapat diperoleh dari Header file, atau dari referensi spesifikasi sensor, atau dapat menghitung sendiri berbasis pada spesifikasi sensor bila informasi tersebut tidak tersedia .

Pertama, isi nama pada Sensor Name, kemudian mengisi spesifikasi sensor

w. Sensor lnform411on lr Gener-al Model PMameleu l

SennNM~e: '""AUJ'""'s'"""N~,..,-----

D~ion:

FOC<IIlength (ltYll~ l t939.oooo::l -}3 f"fl"q)e!Pon:MI(Illm~ olllijj 33 Pr~IPorlyo(mmt~-:-!

Plxel Sire (m): 10.00700 • ]

Sensa Cdrns I 14650 .... •.

I~ I c: I

I

5

Page 108: 882.pdf

Ket: Focal length dapat dicari dari referensi spesifikasi sensor ALOS. Focal length adalah jarak antara titik pengambilan (exposure station) dengan titik tengah (principal point) pada citra negative/positif dalam teleskop yang digunakan . Focal length untuk PRISM sebesar 1939 mm.

Ket

Principal point X dan Y atau titik tengah citra adalah (0,0) Pixel size adalah besarnya ukuran setiap piksel pada sensor, nilai ini dapat dihitung dengan persamaan :

Foca I length Pixel size Altitude Ground resolution

Atau secara sederhana adalah perbandingan jarak fokus dengan ketinggian satelit adalah sebanding dengan ukuran piksel pada sensor dengan luas daerah di bumi untuk 1 piksel. Sensor column dapat kita temukan di header file.

Klik tab Model Parameters dan isikan nilai Polynomial Orders seperti berikut.

tr.o Sensor lnformahon I8J

X: ~Omege y ["'""" J Pli

Z:~:H ... epp«

"""'

Parameter ini digunakan untuk korelasi citra stereo dengan menggunakan model persamaan kolinearitas. Di sini digunakan 6 parameter, yaitu X,Y,Z , Omega (perputaran pada sumbu X), Phi (perputaran pada sumbu Y) dan Kappa (perputaran pada sumbu Z). Model Polynomial order yang dimasukan berdasarkan hasil penelitian pembuatan DEM ASTER menggunakan citra stereo ASTER. Sangat terbuka untuk mencoba nilai-nilai yang berbeda untuk mendapatkan DEM terbaik.

Klik OK. Selanjutnya adalah mengisi parameter pada tab Frame Attribute seperti berikut. II. I r.wne ldrtor fbiV n ro1t ~n) ~JI.f;J.

Sen.sOI' Fr¥neAJ!!bJes

Side InCidence ldeoees~ ,- 5o:xJ J Jrd.lnclCieo:eldet:;Jeest'-ri-~::J

Gromd AeM!Um {rMter:t ~

Senscrl~t~eAklngA~~~~: r K • y

I~ "'""""' ,--- - 1 ~----~

Cancol

Ket: Side incidence adalah pointing angle, atau pergerakan sensor/teleskop ke kanan dan kekiri. ALOS mempunyai pointing angle sebesar ±1.5 ° untuk setiap teleskop.

6

Page 109: 882.pdf

Track Incidence adalah sudut yang dibentuk antara teleskop backward atau forward dengan teleskop Nadir. Besarnya sudut adalah sebesar ±24°, sudut ini dibuat untuk menghasilkan base to height rasio sebesar 1 untuk stereo Backward-Forward. Ground resolution adalah ukuran sebenarnya di bumi untuk setiap 1 piksel di citra. Sensor line along axis diisi untuk sumbu Y karena paralaks terjadi pada sumbu Y setelah dilakukan rotasi citra sebesar 270°.

Langkah berikutnya yaitu mengisi informasi sensor untuk pasangan citra stereo (forward). ita I ramc ldilor (bgr_f_ rot crs) "- Ll.

!mage Ae tJame bgr_l_rolert

Block Model T we: Generic Ptnti:lroom

Sens01 Name fALDs FO!Wald

11. frame [ditor (bgr_f_rot.ers) ~©Jm

Sensor Frame Attributes I Side Incidence (degrees]: j1.5000 33

Track Incidence (degrees~ j 26.5700 33 Ground Resolution (meters]: j 2.50 :8

Sensor Line Along Axis: r X r. y

General Model Parameters I Sensor Name: I ALOS Forward

Description:

Focal Length (mm~ 11939.00000

Principal Point xo (mm]: I 0.00000

Principal Poinl yo (mm]: I 0.00000

.-:-~=-=---"':" Pixel Size (mm): j 0.00700 ::j

Sensor Columns: 116247 33

Save

Cancel

Help

Previous I c~~:·~:·~:~.- ~.:.:1

Cancel I ~lp_j

General Model Parameters

Polo;nomial Orders of Sensor Model:

X: j2 33 Omega:

Y: '-"12 --33-:-1: Phi:

Z: j 2 33 Kappa:

Klik Next dan lakukan langkah/tahapan yang sama dengan setting citra Nadir.

Ket: Yang diperlukan adalah menyesuaikan beberapa nilai parameter sesuai jenis citra yang digunakan.

Ket: !sian lengkap untuk informasi sensor untuk ketiga citra (forward, nadir, dan backward) ada~hsebagaiberikut

7

OK

Cancel

Help

Page 110: 882.pdf

Frame Editor Forward Nadir Backward

Tab Frame Attributes Side incidence (degrees) 1,5 1,5 1,5 Track incidence (degrees) 26,57 0 -26,57 Ground resolution (meters) 2,5 2,5 2,5 Sensor line along axis y y y

Sensor Information Forward Nadir Backward Tab General Focal length (mm) 1939 1939 1939 Principal point xO (mm) 0 0 0 Principal point yO (mm) 0 0 0 Pixel size (mm) 0,007 0,007 0,007 Sensor columns 16247 14650 16214 Tab Model Parameters X 2 2 2 y 2 2 2 z 2 2 2 Omega 1 1 1 Phi 1 1 1 Kappa 2 2 2

Setelah semuanya terisi, klik OK. Kolom Int. pada jendela OrthoBASE Pro akan terlihat

berwarna hijau (semula berwarna merah).

ilia OtthollA'S[ Pro (bogor2 blk) :;_]§£) Fie E'* Process Heb

13- lrJ 0 if.) 6 z EiJ Row If lm,;qelO Der~;. fmaqeNeme Ac!Ne P.,... Int. Ext DTM Or!ho OrUne-~ ,, d lk eq_2007/o!llos_bogorlbg _f _ rot&/$ ~ ::--r. 'f I T lR 2 2 , d: lk.@g_2007/~ bogof/bt;r 1'\_rolers

H

Selanjutnya dapat dilakukan pengumpulan titik kontrol (GCP/CP) dan pembuatan titik ikat (TP).

8. Klik Edit - Point Measurement (atau klik ikon ~ ), jendela Point Measurement akan terbuka seperti di bawah ini. Pada Main View akan tampil citra stereo di sebelah kiri dan di sebelah kanan. Citra yang ditampilkan pada Main View dapat dirubah dengan memilih citra yang diinginkan pada view kiri dan view kanan. (Di sini view kiri adalah citra nadir, sedangkan view kanan adalah citra forward).

8

Page 111: 882.pdf

,......,

ViewKiri View Kanan

§"' Add

9 @ Dftete

Tool z Zo S.vo Palette ~ • "'~

r Ute V~eWet" A,: Reletera-

- I r AM Image Shit

100

100

R...O

~Image SIT!.

100

,... 100

R...O

Klik ikon A untuk memasukkan citra referensi horisontal (citra berkoordinat). Klik Image Layer pada dialog GCP Reference Source, kemudian klik OK. Pilih citra referensi yang akan dipakai pada folder penyimpanan (format citra referensi bisa dalam bentuk *.ers, *.lan atau *img). Klik OK jika sudah ditemukan.

II. GCr> Reference Source II! r. ~nl·~geT~y·e·;

("'" Vector Layer

r Amotatml­

r GCP File (. gee)

ASCII Fie {2D)

- ASCII Fole (:IJ)

r S~Fie(3DJ (""' Digitizing Tcijet (Cuuentl

r Digitizing T ol*t (New)

r Keyboard 0~

lc 9:t<: .. ::1 c~ncel 1

Help

RcfNenr-~ lma&t' layer ~

122 S5_2002_Mi2_Uim48s. en

M**F'P' J o1~_7p20010512_z48_m80"' J p1221005_i'\200'10512_z46_m50.en

Fie name: 122-65_200Vusi_Wn48t ers

V'es.oltype· !ER Mappet("enJ

!J~: 9l) Rows 11 10& CoUmt x 4 B&l"d:sl

3 gi!j

::J

OK

c...,;

"'"' Aect:ftl..

Gao

[).

Selain data referensi horisontal, diperlukan juga data referensi vertikal. Citra ini harus berformat *.img, sehingga citra yang berformat lain harus diimpor dahulu ke format *.img. Untuk melakukan proses import data ke format *.img, klik modul Import, sehingga muncul jendela Import/Export.

9

Page 112: 882.pdf

Pada bagian sebelah kiri dicari nama f ile yang akan di import (disini file dalam format Er­Mapper * .ers), kemudian pada bagian sebelah kanan ditentukan tempat penyimpanan file * .img hasil import. Kemudian klik OK.

ll.o lmport/£xport IEJ r. ff~.P~?.~-~ r Export

Type: I ER Mapper (Direct Read)

Media: jFile

Input File: (".ers) Output File: (". img)

I srtm3J_bgr_utm48s.e.rs ~ Jsrtm30_bgr_utm48s.img

~-,--;::;:--,----= ILJ srtm30_bgr.ers LJ srlm30 bgr utm48n.ers

[.J srtm30_bgr_utm4Bs.ers

~ srtm30_bgr2_utm48s.img

JG srtm_bogor 31~ srtm_bogor

OK Close Help

Akan muncul jendela informasi file yang diimpor. Klik OK sehingga muncul jendela proses. Klik OK setelah proses selesai untuk menutup proses impor.

lr.o lmpO<I lR M•ppor ' - J Ll !X !~ File: d /k~2007hrlm_bogorlt~tm30_bgi_~S:..en

01,.1put Fle. d.lke!LZ007hrtm_!:.:.}Oilutm30_bg~ 3_utrwC8s.~

RtNn 4717

Columm 5'311

Band~

UL X s1•2'37.22

lR X 7S1537.22

Ul y 92Sn5.30

tR Y: :S15n585.:.ll

~· lmportmg LH. Mapper DaHl ~,

Job Stllle· Done

Pe~cent Oooe: um: Of.illlllllllllllil ll 100

[C OK J [ ::::::JI =~:::J

Ket: Proses import dapat dilakukan secara terpisah sebelum proses dilakukan. Citra DEM

harus matching dengan citra referensi horizontal.

Klik ikon °~ untuk memasukkan citra referensi vertikal. Pada dialog Vertical Reference

Source, pil ih DEM dan cari file-nya dengan mengeklik ikon ~Bit. Format yang tersedia adalah *.img. Pilih file yang baru saja diimpor. Pilih Z Units dalam satuan Meters. Kemudian klik OK.

10

Page 113: 882.pdf

9.

111< ( hooscr !l1J Fie I LriH f..3 '""'-'-

OK

Ftle~ rWn:IJ_bg2_i.Jm4&.mg ---

""""""" rr ... ~ Fllencrw:: d:A.eu_21lJ7hrtm_borp/:s~ l rn2ll_bg2_t.llrllA& imo- Sire: !i5841457

Hasil peng1s1an data referensi horisontal dan vertikal akan muncul pada jendela Point Measurement. Aktifkan Checklist Use Viewer as Reference, maka tampilan view kiri akan berubah menjadi citra referensi horisontal.

P Use VIlli'. !!II AJ. Aelerenc~

leftV!eW ' 122-&S_2002,_~_Wll< ..

r ~tmageshllt

- """'' ~

}- 100

}- 100

"""

Dapat diaktifkan

Hasil pengtstan referensi

Klik Add untuk membuat GCP/CP. Satu Point ID akan ditambahkan di Reference CeiiArray.

Gunakan ikon ' untuk menggerakkan Link Cursor pada View sampai menentukan lokasi titik yang dapat teridentifikasi dengan baik di kedua View. Fasilitas zooming dapat dilakukan untuk menentukan titik secara detil dengan mengubah ukuran kotak Link Cursor.

Ket: Zooming dapat dilakukan dengan menekan mouse pada sudut kotak link cursor, kemudian melakukan penarikan ke arah luar (pembesaran) atau penarikan ke arah dalam (pengecilan) . Proses zooming dapat dilakukan di seluruh window yang ada.

11

Page 114: 882.pdf

Klik ikon + , kemudian carilah titik yang dapat dijadikan sebagai titik GCP/CP pada citra referensi. Bila sudah menemukan titik GCP yang dicari, kliklah titik tersebut pada Detail View (kanan atas peta referensi). Kemudian cari titik yang sama untuk citra stereo (citra nadir atau citra forward), dan lakukan hal sama (mengeklik titik tersebut pada detail view).

Ket: Kliklah pada titik seakurat mungkin, bisa pada titik sudut piksel setelah melakukan zooming.

Untuk menambah titik GCP yang akan dimasukan, klik Add dan lakukan langkah yang sama dengan di atas, sehingga GCP dapat ditemukan secara menyebar di seluruh citra.

Ket: Pilih titik lokasi secara teliti dan tersebar secara merata di seluruh citra, karena sebaran titik dan ketepatan penempatan mempengaruhi akurasi dari DEM yang dihasilkan.

Pengumpulan titik GCP/CP pada citra referensi (citra ortho landsat 7) ----llii!IJl

.-,.,,....,... .....

[ """ I ].·•:i ao..J ~ ~

"' ~~eWetAsRetl!wenca lellV-. (i22-G5_2002_fuo __ 3 r - I ..... Stil

R'i' v .... fbo._,_,.. 3 r - I""""Stil

100

100

Hcwlzont51· 122·65_2002_1ua_l.lm4& e~&

Ve!tcat srt:n30_bgr2_t.m48s ng

Bila pengambilan GCP sudah dilakukan dengan benar, maka pada kanan bawah akan tampak koordinat piksel pada citra stereo (sebagai contoh gambar bawah, posisi piksel pada citra

nadir).

Pengumpulan titik GCP/CP pada dilakukan dengan cara menyebar

12

Page 115: 882.pdf

7 UseV.ewer.AtRefefence

t.JI:VIftiW' 122-65_2002_fuu_iJITI' •J r Ar«o lrnage Shlt

100

Hon~ 122·65_2002_tua_tJm4& •s

venu utm:ll_bgf2_1JM4& llliJ

Posisi piksel obyek pada Posisi piksel obyek pada citra referensi horisontal citra nadir

Bila pengambilan GCP sudah dilakukan dengan benar, maka bila kita menselect salah satu GCP pada kanan bawah akan tampak koordinat piksel pada citra stereo (sebagai contoh gambar bawah, posisi piksel pada citra nadir).

Selanjutnya dilakukan koreksi citra forward terhadap citra nadir. Citra nadir dijadikan citra referensi dan ditampilkan pada window kiri dan citra forward ditampilkan pada window

kanan. Selanjutnya dilakukan penentuan titik yang sama pada citra forward dengan merujuk pada citra nadir.

Bila pengambilan GCP sudah dilakukan dengan benar, maka bila kita menselect salah satu GCP pada kanan bawah akan tampak koordinat piksel pada citra nadir dan forward.

Pengumpulan titik GCP/CP pada citra forward terhadap citra nadir

13

Page 116: 882.pdf

r

Posisi piksel obyek pada citra referensi horisontal

A,.;;vow /bo<_,_,.,. •] ~lmageS,...t

100

100

Honrortal 122.0S_2002_tuli_~!n4& eu: Ve!IJCat srtlfOO_bg2,_1..1!r'r'14& rng

Posisi piksel obyek pada citra nadir dan forward

10. Selanjutnya dilakukan peng1s1an informasi ketinggian untuk setiap GCP yang dimasukkan. Untuk mengisi referensi vertikal, klik kanan kolom Point#, pilih Select All. Seluruh kolom dan baris akan berwarna kuning.

Kemudian klik ikon Z untuk memasukkan nilai ketinggian referensi pada titik koordinat yang bersangkutan. Kolom Z Reference yang tadinya kosong secara otomatis akan terisi dengan nilai ketinggian dari citra referensi vertikal.

14

Page 117: 882.pdf

Crleria ...

Goto ...

N"'e N~ '" X N""" T~ X

"' None '" X 600916.819 9262li3218 N~ Tie X 686566.166 9266281 964 Nooe T~ X 68n91 483 9266337944

ll.+a ~ ~ ifJ~6.9@

.Uoii'iJI

ii'i z Zo

Qo,., , s..., I

~ 0l &'!! • ~ r U$eVieweiAsRefetence

"""'"" ,bg_,_.,, 3 r A~lrnageS~t

100

100

R~View: ! ~_f_rd ::::J r Applylm.!JQeSI'll!

100

100

~] CJo,e I s ... j

• H:!J r Ute V~e~Wer As Rele~ence

left V~ew lb91_n_uX ~ r Appljoi~MyeSh~t

·:<>- f'ilzjo - >- 100

() f'il.Jo - 1- 100

~~ Rot<V'"' jbg_f_o~ 3 r ....,,;o~""""shlt

·:<>- f50:;jo- .- 100

() 50 ~0- 100

~~ Honront« 122-65_2002_tutJ_tjm46s.. etl:

Ve~t-=:at srlm30_1q2_utm48s.ing

15

Page 118: 882.pdf

,.....,_

"'

"'

Selanjutnya Klik kanan kolom Point#, pilih Select None untuk menghilangkan pilihan.

11. Klik kolom Type, kolom tersebut akan berwarna biru. Klik kanan kolom Type, pilih Formula, sehingga muncul dialog Formula. Ketik "Full" pada kotak Formula, klik Apply. Terjadi

perubahan pada kolom Type dari None menjadi Full.

' + .. § ..., ~ (f) fJ 8 ef!l m:er~l

Close J

ib z Zo ~

$,~~ • ~ UtteV!eWerAs.Aeference

t.ttv"'" jbQf_n_rol ::::1 r N<>\d,.,.SI;II

3:< [SO±Jo- J- 100

Ct [50 ±Jo - J- 100

~ ~ R;,r< v .... jt.o>_,_..,. ::::1 r .Awlylm*Shll

3:< [50 ±Jo- J- 100

Ct [50 ±Jo - J- 100

~ ~ Horiztxtal: 122-65_2002_Mi_..tm~.er1

Vertical: -'rtm30_bgl2_\.llm-i&.lll'lg

>:FM

1t.ao fa1mukt liD Colurnr.s fl.l'lctiorw FOII"l'\M$:

Poill lD ~- ' General J"'. !J..!J..!....:J > • 0 De~10n m~<a>.< b> J 000 •J..:.l 6 J Type 8b&f<~>l #.#110 Uf.age ri(<a>) it~O.OO 1J_:j ~ ·J """"" e'A'f'l:<a>J 0% -XRelerence ~<a>) 000% o J ~.J..., _ _j YAelerence m~< e> ,<b> l 0 !l£.00

Fl. 2 Reference m~<a>.<b>} - wJdlw J.L!.I .UJ.J Forml.U

.... I

~ ~ Clooe ~ Klik kolom Usage, kolom tersebut akan berwarna biru. Klik Clear pada dialog Formula, ketik "Control" pada kotak Formula, dan klik Apply. Terjadi perubahan pada kolom Usage dari Tie menjadi Control.

Ket: "Full" dan "Control" digunakan untuk membuat titik yang dibuat menjadi GCP atau titik Control. Titik ini akan menjadi referensi tetap dalam proses triangulasi dan tidak akan berubah nilainya .

16

Page 119: 882.pdf

~ rnt.X(<e>.<b>} ablf<.a> l lnl{<a>) eYen(<a>) odd(< a>) rnai4.<a>.<b>J

=='-----' """"'""""-''''""'"')'-----------' o:;:=r_ _ _,_,

Reset

100

100

100

100

Proses di atas untuk menjadikan titik-titik yang dimasukkan sebagai titik acuan dalam proses triangulasi. Klik Close untuk menutup dialog Formula. Klik kanan kolom Usage, pilih Select None untuk menonaktifkan pilihan kolom.

12. Untuk menambah ketelitian dan mempercepat pembuatan DEM, diperlukan titik ikat (tie point) selain GCP/CP yang telah dimasukkan.

Klik ikon "fJ untuk membuat titik ikat otomatis, akan muncul dialog Automatic Tie Point Generation Properties. lsikan jumlah titik ikat yang diinginkan pada Intended Number of Points Per Image (semakin banyak semakin baik, yang direkomendasikan minimal 50 titik) . Klik Run, pada CeiiArray akan muncul sejumlah titik ikat yang masih kosong koordinat dan nilai ketinggiannya. Klik OK untuk menutup kotak dialog. Untuk menambah ketelitian, titik ikat otomatis perlu diedit terlebih dahulu dengan menyamakan posisi titik ikat citra satu terhadap citra yang lain.

Ket: Titik ikat dapat diedit atau langsung dipakai. Proses editing harus dilakukan bila kita ingin memperoleh hasil DEM dengan akurasi yang baik, bahkan bila perlu setelah proses editing dapat dilakukan konversi dari titik ikat menjadi GCP/titik control. Proses editing dilakukan dengan menyamakan posisi titik ikat citra forward terhadap citra nadir. Proses editing cukup memakan waktu bergantung jumlah titik ikat yang dibuat.

17

Page 120: 882.pdf

11 12 """" T~

13 """" '" " 14 """" T~

15 15 """" T~

16 16 """" '"

• f.xteno!IHead!w/GIY T 1e Pc.ic

SeachSize:: 21

ConelabonSize: 7

l~sfS(J.IareSize:21

X X

Ae~ Stlatew Pauwnet.eu.

FM:ue Pt Dense 1CIOX

Coaffcieri t.mt oas JritialAcctucy·10%

"""• I

2 Zo Clorej

~I

" ' !!ll • ~ r UseVicwetAsRefetence

rAM 1"'95twl

~ f50 :'• - 1-- 100

() jso _J o - r- 100

~?tv J Reset

AightView. rbg~_f_rp;

ApplyJnageShift

Reset

100

100

Hatizro.at 122-65_.2002)tni_Wl481 et:J

Vetbcal' adm:JJ_bg2_1.bn4&.mg

§ .., Add

(o.w;''

z 2o ~ s .....

• ~

r _I...,..SfWI

50 ::o- ~ 100

-so jo - r-- 100

~~

r _ ,.._s.,. sb ::a - J-- 100

soja- J- 100

~~ HOfJ;:or11:al 122-65_200Z_Iuti_utm481.ert

Vsrticdl rrlm30_bgi2_U!I'Tl48s:.~

18

Page 121: 882.pdf

13. Klik ikon f!J untuk memunculkan dialog Triangulation. Pada tiap tab (General, Point, dan Advanced Options) ada beberapa parameter yang perlu diisi/dipilih.

V. lrl4n&ulat1on • 1t. I nangule:11on E

Convetg!tlOI!IVM.oe~t

r Compue ko.Jrl!IOJ tc. Urlo:nowns:

rs-J f3 :B romoi;

-

I~ ~

Acct:P:

""""''

V. I naneulaflon •

9 Sq...le Grou Enor Check Umg:

(10: Ti"rleloiUnit'w'eight

r

H OK=JI ~

~ Repc11t

X iJ!!!!;t,;t~ 25COOOO ~

z 25COOOO :8

Adapun isian untuk pilihan default adalah sebagai berikut.

Tab Parameter Keterangan I nilai General Maximum normal iterations 5

Iterations with relaxation 3 Convergence value (pixels) 0,001 Compute accuracy for unknowns Dinonaktifka n Image coordinate unit for report Pixels

Point Type Same weighted values (X, Y, Z = 2,5 ~ resolusi spasial

ALOS Prism = 2,5 m)

Advanced Simple gross error check Diaktifkan, nilai 3 options Use image observations of check point in Diaktifkan

triangulation Consider earth curvature in calculation Dinonaktifka n Define topocenter (degrees) Dinonaktifka n

!sian tersebut dapat diubah-ubah. (informasi mengenai masing-masing parameter dapat diperoleh dari "help" pada software erdas) Klik Run untuk menampilkan hasil triangulasi.

Ket: Perhatikan hasil triangulasi, yaitu: Triangulasi Iteration Convergence (TIC) dan RMSE (root mean square error)

19

Page 122: 882.pdf

......._

Klik Accept jika sudah mendapatkan TIC yes dan nilai RMSE yang terkecil. Bila triangulasi telah selesai dilakukan maka koordinat (XYZ) titik ikat yang tadinya kosong akan terisi secara otomatis.

Ket: Triangulasi dilakukan untuk membuat korelasi antara koordinat citra, kordinat GCP dan sensor. Yang paling penting untuk diperhatikan dalam hasil triangulasi adalah nilai RMSE yang kecil dan merata, terutama RMSE untuk image X sekecil mungkin (< 0.5 piksel).

Tr!<~~g~Jal:onltera'JonCorllr'ef~ Yet

T otallmage Un~-\1/~Jght AMSE; ums

Coo!Jol Port AMSE: Dleck Poot RMSE·

GmmdX: 12. 441 3181 GromdX: UCWl{Ul

SrOtrodY. 15442518) G10mdY· UCWl(O)

GrCUldZ. ~2318{8) GrolnlZ. O.CWl(O)

m~X: u2002ns1 lrreg8 X UCWl{U]

._y M1137nGJ lmagoY UCWl(O)

l1 CIOfr I ..,_ Ae~

~

r UseVewe~IJ:> Rderm:::e

leitVtew fb.J_n_cot ,.... ~l•nageShil.

H•lp

100

100

~~ AightVew jt.g_l_,ot • .J

r ..,,. ,._ sh•

100

100

Honeontal 122-65_21JJ2_h.IS1_1Jrn48t eiS

Veetical: utm30_bgr2_t.trn4&.~

Klik ikon ~ untuk menampilkan catatan hasil triangulasi. Catatan ini dapat disimpan dengan mengeklik menu File- Save As, kemudian tentukan tempat penyimpanan dan nama file-nya (dengan format *.txt).

20

Page 123: 882.pdf

b f dtlor: In rMult 001~)6,1hr c /do1 ume-1/hp OW'ner/loro~k 1/lem1'/ gtg_!(t Flo (dit -Ft>d ,.., ~ D " ~ :1, ~ e !JI.

Tnangula.ll.o.n Rep:~rt V1 th OrthoBASE ~ Output i aa.ge un1ts- pu:els Output ground units. •eters Output angular un1t.s ra.dJ.ans

Points excluded v1tb gros:J errors; 1aage p1d 1aa.ge_x l..age_y resJ.dual_x resl.d\

1 5 788 5166 545.5807 -0 3296 -0.: 1 7 1245 5552 1605.4959 - 1 7071 -0 . I 1 8 11H 51H 1133 . 4894 0 sus o.: 1 9 1744 502" 2067.5107 1 6192 -o.: 1 10 2227 5342 11 51.4749 - 1 3912 o.: 1 11 1446 5702 180.5923 0 82 40 o.: 1 1 8 21513 BOlO 321.8457 -0 0030 -0.! 1 23 936 5016 613. 319'0 0 0034. -0 .• 1 26 2313 1904 719.2798 -0 0042 -0.: 1 36 103 4 5479 1397 .5038 0 0053 -0. : 1 3) 552 1863 1419.4063 -0 0026 o.: 1 38 15 17 4365 1457. 4652 0 0017 -0.: 1 50 1003 1453 1913.0206 0 0040 -0.: 2 2 3130 5141 785.5631 0 23H 0 .. 2 3 64 4624 17 04 .-UH 0 2674 0.! 2 4 78 4897 790.5766 -0 3737 -0 .f 2 5 690 6277 515.4594 0 7949 o.· 2 6 2506 5727 358.5550 -0 1929 -O.f 2 7 1146 5552 14 77.5555 -0 9792 -o.: 2 9 1649 U22 189'5. 4996 0 6531 0.1 2 56 570 2742 2051.8079 0 0112 -0.: 2 10 2155 5671 1065 . 4673 0 0815 0.• 2 11 1371 4547 186. 4620 0 0544 -0,1 2 1 8 2108 8665 312.8319 -0 0127 0.! 2 23 841 5565 576.8555 -0 0140 -~ : ~ 2 51 1868 9773 1770.7091 0 0033

( )

Tutup jendela Point Measurement. Pada jendela OrthoBASE Pro akan terlihat bahwa kolom Ext. telah berubah warna dari merah menjadi hijau.

11.. OrthaHA~I Pro (her nl_aulo hlk) ~FIE! Fie EOt ProeMS ~

14. Langkah selanjutnya adalah melakukan penurunan informasi DEM dari kedua citra ALOS. Klik kolom DTM, akan muncul dialog DTM Extraction. lsikan parameter-parameter pada DTM Extraction dialog dengan pilihan berikut:

Output DTM Type DEM Output Form

Output DTM File

- DTM Cell Size

Make Pixels Square OEM Background Value

- Trim the DTM Border by

Single DTM Mosaic

klik l&t untuk menentukan tempat penyimpanan dan nama file X= 2,5; Y = 2,5; unit= Meter (Resolusi spa sial ALOS Prism adalah 2,5 m) diaktifkan

Default :0%

21

Page 124: 882.pdf

ta DIM llC1rar.t10n II

OU:pU Form • Si'lo,1e DTMMQ1:dle' ll'llividJai OTMFJe:s

OEMB-VaM< ~

TtintheO TM Badef~ ~~

~ ~:I.nilj

Klik Advanced Properties, kemudian klik tab General. Pada Reduce DTM Correlation Area by, isikan 10, kemudian klik Reduce. Pilih Horisontal Units dan Vertical Units dalam Meters. Jika perlu, aktifkan Create Contour

Map untuk membuat peta kontur (dalam format *.shp}

IL UIM lxtractJOn Propcrtlcs ~"_ (=:IJX1

Spherod: W'GS 84 Vert.ca!Uris- lt-te.tet' - I ZOMNwber 49 tle~t;E.iiiOliM!J

D<ll:_.ll WGS84 3

Klik tab Accuracy. Aktifkan Use Block GCP's dan Use Block Tie Points.

L' DTM falrottllon PtoJI~rrlles ~IQI!)

GmomJt,... P .. JAre.>s~ A=<acy,

0 f

7 u~eb:kGCPa

7 UK" s~.ri!.E.o&ou

r- Use External OEM

lmpaL ..

H<\> j

Klik OK untuk menutup dialog DTM Extraction Properties dan klik Run untuk menjalankan proses penurunan DEM, dan menyimpan file DEM sesuai dengan lokasi dan nama yang dimasukan pada Output DTM File.

Jika proses telah berjalan sempurna (100%), maka kolom DTM pada jendela OrthoBASE Pro akan berubah warna dari merah menjadi hijau.

22

Page 125: 882.pdf

~ UrthoHA'\t Pro (her nl_auto hlk) Cll::il8"1

Fi&eEdi:PriXI!ISS~

Go lrJ ~ (-+=; A z IIJ

"""" lmaae!O D~> lmaqeN.eme Active P\'1 Int. Ell DTM Orlho Onlne-

I 1 ) d:Jkeg_2007JNos bolplbg_n_rot era X T rrr ~ 2 2 d:lkeg_2007/-*'s booor~f_rotert X

15. Simpan Poject penurunan DEM dengan menekan menu File- Save pada jendela OrthoBASE Pro. Project ini dapat dibuka lagi bila ingin memperbaiki proses pembuatan titik ikat dan triangulasi.

16. Untuk melihat hasil penurunan DEM, klik modul Viewer

Klik File- Open -Raster Layer (atau klik ikon ~ ), cari tempat penyimpanan dan nama file hasil penurunan DEM. Klik OK.

Proses selanjutnya dapat melakukan konversi ke data raster lain yang dimudah diolah misalnya ke *.ers.

23

Page 126: 882.pdf

LAMPIRAN IV

BUKU CATATAN HARlAN PENELITIAN

Page 127: 882.pdf

BUKU CATAlAN HARlAN PENELITIAN

{BCHP)

PROGRAM INSENTIF

DEWAN RISET NASIONAL

KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI

Nomor BCHP : ...••........••••.•.•.••...........•.•••.

Tahun Anggaran 2010

Page 128: 882.pdf

Keterangan Penelitian

Judul Penelitian PENGEMBANGAN METODE EKSTRAKSI DEM (DIGITAL ELEVATION MODEL) DARI DATA ALOS PRISM

Peneliti Utama BAM BANG TRISAKTI

lnstitusi Peneliti LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN)

Bidang Fokus Teknologi lnformasi dan Komunikasi

Tahun Pelaksanaan 2010

Biaya Rp 165 .800.000

Tujuan • Memperoleh prosedur pembuatan DEM dari data ALOS PRISM

dengan akurasi yang dapat diterima (ekuivalen dengan akurasi

vertikal DEM SRTM X-C band resolusi 30m)

• Mengembangkan metode penggabungan DEM SRTM dan peta

topografi

Sasaran Akhir Tahun • Tersedianya metode pembuatan DEM dari citra stereo ALOS

PRISM

• Tersedianya prosedur standar pengolahan data untuk

menghasilkan DEM (ekuivalen dengan akurasi vertikal DEM

SRTM X-C band resolusi 30m).

• Tersedianya metode penggabungan DEM SRTM dan peta

topografi

Nomor BCHP

2

Page 129: 882.pdf

r--

,--...,

/'"""'

,--...,

r-

r--

Catatan Kemajuan Penelitian (tambah halaman sesuai kebutuhan}

Catatan Kemajuan Penelitian Bulan Februari 2010

1 Senin, 01/02/10

2 Selasa, 02/02/10

3 Rabu, 03/02/10

4 Kamis, 04/02/10

5 Jum'at, 05/02/10

6 Senin, 08/02/10

7 Selasa, 09/02/10

Pembagian tugas pengumpulan data dan tanggung jawab pengumpulan tugas

lnventa risasi data citra stereo ALOS PRISM untuk daerah penelitian (Sragen, Bandung dan Bogor)

Pengumpulan data citra stereo ALOS PRISM untuk daerah penelitian (Sragen, Bandung}

Pengumpulan data citra stereo ALOS PRISM untuk daerah penelitian (Bogor} dan pemilihan scene yang clear

Download data citra satelit Landsat dari Web USGS

Download data citra satelit Landsat dari Web USGS

Pengumpulan data OEM SRTM se bagai data referensi ketinggian

Pengumpulan data OEM SRTM se bagai data referensi ketinggian

Lokasi citra ALOS PRISM daerah penelitian

~Cr~b ··c~~ ~

dan Bandung

Citra Landsat 7 ETM+ untuk wilayah (Sragen}, path/row: 119-65 ( 2001} dan 120-65 (2001}

Citra Landsat 7 ETM+ untuk wilayah (Bandung dan Bogor} Bandung dan Bogor: 122-65 (2002)

daerah penelitian (Sragen)

OEM SRTM untuk daerah penelitian (Bogor dan Ba

3

Page 130: 882.pdf

8 Rabu, 10/02/10 Pengumpulan data vektor (batas Data vektor batas administrasi sebagai data propinsi, kabupaten dan pendukung kecamatan)

9 Kamis, 11/02/10 Pengumpulan data vektor (batas Data vektor batas administrasi sebagai data propinsi, kabupaten dan pendukung kecamatan)

10 Jum'at, 12/02/10 Pengumpulan data pengukuran Data GCP wilayah Sragen "' Ground Control Point (GCP)

~ daerah kajian

,-

"' 11 Senin, 15/02/10 Pengumpulan data pengukuran Beberapa data GCP wilayah Bandung Ground Control Point (GCP) daerah kajian

12 Selasa, 16/02/10 Pengumpulan data ketinggian dan Data ketinggian wilayah Jakarta, Bogar dan topografi wilayah sekitar skala 1:50.000 (RBI)

13 Rabu, 17/02/10 Pengumpulan data ketinggian dan Data ketinggian wilayah Bandung dan sekitar topografi wilayah skala 1:25.000 (RBI)

14 Kamis, 18/02/10 Data peta topografi Dittopad skala Beberapa wilayah di Banten dan Bali 1:50.000

15 Jum'at, 19/02/10 Pengumpulan data dasar (penutup Data penutup lahan wilayah Jawa skala Ia han) wilayah Jawa 1:50.000

16 Senin, 22/02/10 Pengumpulan data dasar (penutup Data penutup lahan wilayah Jawa skala _......._ lahan) wilayah Jawa 1:100.000

,.....__ 17 Selasa, 23/02/10 Diskusi dan koordinasi rencana Hasil diskusi kegiatan

Pengumpulan data dasar dan citra Vektor jalan, sungai pendukung lainnya

18 Rabu, 24/02/10 Pengumpulan data dasar dan citra Citra ALOS AVNIR untuk daerah penelitian ,..... pendukun Ia inn

4

Page 131: 882.pdf

19 Kamis, 25/02/10 Menyusun hasil kajiandan catatan Hasil kajian dan catatan bulan Februari penelitian bulan Februari

5

Page 132: 882.pdf

Catatan Kemajuan Penelitian Bulan Maret 2010

No Hari/Tanggal

1 Senin, 01/03/10

2 Selasa, 02/03/10

3 Rabu,03/03/10

4 Kamis, 04/03/10

5 Jum'at, 05/03/10

6 Senin, OB/03/10

7 Selasa, 09/03/10

8 Rabu, 10/03/10

KEGIATAN

Studi Literatur mengenai satelit perekam citra stereo

Studi Literatur mengenai satelit perekam citra stereo,

Studi Literatur mengenai Digital Elevation Model (OEM)

Studi Literatur mengenai Digital Elevation Model (OEM)

Studi Literatur mengenai akurasi OEM stereo ALOS

Studi Literatur mengenai akurasi OEM Stereo ALOS

Studi Literatur mengenai OEM SRTM X-C band

Studi Literatur mengenai OEM SRTM X-C band

CATATAN KEMAJUAN

Kutipan mengenai satelit perekam citra stereo ALOS dan ASTER

Kutipan mengenai satelit perekam citra stereo ALOS dan ASTER

Kutipan mengenai definisi dan dan pembuatan OEM

Kutipan mengenai definisi dan dan pembuatan OEM

f\~i

,;, ! "'"""""" ""'""" • • ~ ! ~ ! ...

l'ailluncf(l\._.,. 7CM - .-., Slb-Pdlc ... ct

Akurasi OEM pada penelitian-penelitian sebelumnya

Akurasi OEM pada penelitian-penelitian

sebelumnya ~tlo1omr Ai<tnJICm)

Ct<4n r. •• • ' < l"' i~3")

J.u.A < 0.5 m

Kutipan mengenai OEM SRTM X dan C band

Kutipan mengenai OEM SRTM X dan C band

6

Page 133: 882.pdf

9 Kamis, 11/03/10

10 Jum'at, 12/03/10

11 Senin, 15/03/10

12 Rabu, 17/03/10

13 Kamis, 18/03/10

14 Jum'at, 19/03/10

Studi Literatur akurasi DEM SRTM X-C band

Studi Literatur mengenai

pemanfaatan DEM

Studi Literatur mengenai pengujian akurasi DEM

Studi Literatur mengenai pengujian akurasi DEM

Studi Literatur mengenai pembuatan DEM stereo (Paralak}

Studi Literatur mengenai pembuatan DEM stereo (paralak}

120 ,,.. 130' 135" "" , .. ""

Kutipan berbagai apl ikasi da ta DEM

Pembelajaran hitung perataan kuadrat terkecil

Pembelajaran hitung perataan kuadrat terkecil

-· ,~_..,~.....,._.......__~.,.....- .... _ ~-..,... ... --..--··----.. ~ •·-•~,.......•--r•--· .. _... ...

""""'·--~~~· , .............. ._ ... _ D-•;:r.• .... "'>.\j.

···---... -· ~·-..... ·-... ,.....__. __ .-.· .• _.u ....

-~-----·""J•I')

Kutipan dan pembelajaran perhitungan paralak

Kutipan dan pembelajaran perhitungan paralak

lll

... ~- 4.-

g ~I -·~

_ .. , - ---~r

..L_ -::--'!¥~=-===:--.. --- • -7

Page 134: 882.pdf

15 Senin, 22/03/10 Oiskusi dan koordinasi pematangan Hasil diskusi rencana kegiatan

Studi Literatur mengenai pembuatan Kutipan dan pembelajaran perhitungan OEM stereo (kolinear) persamaan kolinear

16 Selasa, 23/03/10 Studi Literatur mengenai pembuatan Kutipan dan pembelajaran perhitungan OEM stereo (kolinear) persamaan kolinear

17 Rabu, 24/03/10 Studi Literatur mengenai pembuatan Kutipan dan pembelajaran perhitungan OEM stereo (Model sensor) persamaan Model sensor

18 Kamis, 25/03/10 Studi Literatur mengenai pembuatan Kutipan dan pembelajaran perhitungan OEM stereo (model sensor) persamaan Model sensor

19 Jum'at, 26/03/10 Penyusunan model sensor ALOS Model sensor fr11•tEtttt.r 1 '•U llutwtr• TUFni-""IIIGwn

tUIC: CA:ot{dc .u! 1.: u ln~.:zc;~~ldt "" ++ -tlT--0J<;U. lt:iVhrJI;)II\mci.CII)

Xtuot•• o_ u•J

s.--rl•f•r•al-. :-;,.u.-~ TU~.,ffi

P'oallm ~' 19-'9 IS.\9 ,.., :r.o,,.., ' 0 ~C'fXpw<l~\11llrl. _ _1~007 _l_~-~·!? P\::u.JUn .,.,,,

'""'"' t<6t!9 tt;::o IN'II•*Ih"-"" X ' ' ' l J +.-0 I .. I I

"' ' '

20 Senin, 29/03/10 Pengumpulan hasil penelitian Kutipan hasil penelitian di Indonesia sebelumnya di Indonesia

21 Selasa, 30/03/10 Pengumpulan hasil penelitian Kutipan hasil penelitian di Indonesia sebelumnya di Indonesia

22 Rabu, 31/03/10 Menyusun hasil kajiandan catatan Hasil kajian dan catatan bulan Maret

penelitian bulan Maret

8

Page 135: 882.pdf

Catatan Kemajuan Penelitian Bulan April2010

1 Kamis, 01/04/10 Penginstalan software yang dibutuhkan

2 Senin, 05/04/10 Pembelajaran software Imagine

3 Selasa, 06/04/10 Pembelajaran software Imagine

4 Rabu,07/04/10 Pembelajaran software Imagine

5 Kamis, 08/04/10 Pembelajaran software Imagine

6 Jum'at, 09/04/10 Pembelajaran software Imagine

7 Senin, 12/04/10 Diskusi dan analisis untuk pembuatan

titik GCP input untuk wilayah Sragen

8 Selasa, 13/04/10 Pembuatan titik GCP input untuk wilayah Sragen: Penentuan 1-7 titik GCP

9 Rabu, 14/04/10 Pembuatan titik GCP input untuk wilayah Sragen: Penentuan 8-14 titik GCP

10 Kamis, 15/04/10 Pembuatan titik GCP input untuk wilayah Sragen: Penentuan 15-21 titik GCP

11 Jum'at, 16/04/10 Verifikasi lokasi di google earth

Pengenalan dan praktis software

Pengenalan dan praktis software

Pengenalan dan praktis software

Pengenalan dan praktis software

Pengenalan dan praktis software

Penentuan distribusi (pembuatan grid) dan

jumlah GCP (21}

Pembuatan distribusi dan lokasi titik GCP nomor 1-7

Pembuatan distribusi dan lokasi titik GCP nomor 8-14

Pembuatan distribusi dan lokasi titik GCP nomor 15-21

Lokasi GCP di citra IKONOS (google earth)

dan ALOS

9

Page 136: 882.pdf

12 Senin, 19/04/10

13 Selasa, 20/04/10

......_

14 Rabu , 21/04/10

15 Kamis, 22/04/10

16 Jum'at, 23/04/10

17 Senin, 26/04/10

Pembuatan tabel GCP input berdasarkan koordinat hasil pengukuran lapangan

Pembuatan tabel GCP input berdasarkan koordinat citra google earth dan SRTM

Pembuatan citra penunjuk lokasi GCP

Tabel GCP hasil pengukuran lapangan untuk 21 GCP di wilayah Sragen

Tabel GCP hasil berdasarkan koordinat citra google earth dan SRTM untuk 21 GCP di wilayah Sragen

Contoh lokasi GCP 1-7

Pembuatan citra penunjuk lokasi GCP Contoh lokasi GCP 8-14

Pembuatan citra penunjuk lokasi GCP Contoh lokasi GCP 15-21

Croping OEM SRTM wilayah penelitian

10

Page 137: 882.pdf

._ ,.

~~~~JJ\~ --

18 Selasa, 27/04/10 Kajian tambahan akurasi SRTM Akurasi DEM SRTM r..., sensorloOIIelit .......... Ahl~(m}

"" SR1MX..Cbilod G. locaktt at. •m - SRTMXbend G•schD. )-5m - SRTMXbalod Yanlm•tlil •.. - SRTMCbMI<J Yuttthetal ,,.m - SRTUCbol<>d Goroltt.:Mcl'o and Vo!.<~l~- 4.5 arra

''" SKTUCb¥1d rllndChitmbi!rtul ts.nm

19 Rabu, 28/04/10 Pengujian akurasi OEM SRTM wilayah Hasil pengujian akurasi penelitian

20 Kamis, 29/04/10 Pengujian akurasi OEM SRTM wilayah Hasil pengujian akurasi penelitian HQ~ V' OkVfO)I51UM X-C bond

No Wi&aygh _J~~ah TTG J~~;n'dt Je~~a: J Pr.sisi k•tingg icn j I y 0 1t0 110 7 7 1.5 m 9.'185+/·1..531 2 ')Ia ffi 7 7 6. 1 m 9.66.1+/· I.IOS 3 ~)nl(]t(] 7 7 6.7 m 6.100 +/~ 1.15-4

Kt-lerongon: n c.: Ttftl:. Toggt C.eode<o~ TKl : flht Kontrol Tanoh

21 Jum'at, 30/04/10 Menyusun hasil kajiandan catatan Hasil kajian dan catatan bulan April penelitian bulan April

11

Page 138: 882.pdf

---..,

'""""'

'"""" ,.--..

;--.

,.--..

-.,

Catatan Kemajuan Penelitian Bulan Mei 2010

No Hari/Tanggal

1 Senin, 03/05/10

2 Selasa, 04/05/10

3 Rabu,05/05/10

4 Kamis, 06/05/10

5 Jum'at, 07/05/10

6 Senin, 10/05/10

7 Selasa, 11/05/10

KEGIATAN

Penentuan model sensor dan parameter interior dalam

Proses setting proyeksi, model sensor dan piramid layer Penempatan titik GCP di citra stereo

Penempatan titik GCP di citra stereo

Penempatan titik GCP di citra stereo

Pembuatan titik ikat dan proses triagulasi

Penurunan OEM stereo

CATATAN KEMAJUAN

Model sensor dan parameter interior dalam ..... -.. r•FronwAt111bWft

!iodf'.,.C1dt'Pt'ef tt~l ,_, " Tradtlneldenar _,, u •l65

Gro..I\4NSOJL.t.on r¥t•l'l) ,, ,_, ,._ ... - ' ' -- - -roca11t hmm) "" "" """ tliO mm . Prll'q»>potntytl{mm) .

t,GI7 I,MJJ

~'tiOI'COiui'!IM , .... .....,~ X

' ' -"" Hasil setting pada software

Titik GCP

Titik GCP

Titik GCP Na11r RdrtVJ:t•d

12

Page 139: 882.pdf

8 Rabu,12/05/10 r

9 Jum'at, 14/05/10 ~

r-

~

--.,

~ 10 Sen in, 17/05/10

" 11 Selasa, 18/05/10

~

12 Rabu, 19/05/10

13 Kamis, 20/05/10

14 Jum'at, 21/05/10

15 Senin, 24/05/10

16 Selasa, 25/05/10

17 Rabu, 26/05/10

Analisis OEM Stereo (pengujian dengan OEM SRTM)

Kajian penghilangan blunder

Kajian penghilangan blunder

Kajian penghilangan blunder

Analisis akurasi OEM hasil kajian penghilangan blunder

Pembuatan OEM dengan spasial berbeda (10, 15,20 dan 30m)

Pembuatan OEM dengan spasial berbeda (10, 15,20 dan 30m)

Pembuatan OEM dengan spasial berbeda (10, 15,20 dan 30m}

Hasil analisis akurasi

resampling data

DEMawallOm

fill sink dan interpolasi

fill sink dan interpolasi All sink dan

Hasil analisis akurasi citra perbaikan spasiai !Om

Spasial30m

OEM

Proses data OEM

Proses data OEM

Proses Data OEM

Fill sirk din lnterp;Jiasi

Pembuatan DEM dengan spasial Penurunan OEM berbeda (10, 15,20 dan 30m}

Analisis OEM dengan spasial berbeda Hasil data OEM berbeda spasial dan (10, 15,20 dan 30 m} kualitas

13

Page 140: 882.pdf

18 Kamis, 27/05/10

19 Senin, 31/05/10

Analisis DEM dengan spasial berbeda (10, 15,20 dan 30 m)

Menyusun hasil kajiandan catatan penelitian bulan Mei

Hasil pengujian akurasi Akurasi terhadap titik

GCP/CP (m)

10 15 20 30

Spaslal OEM(m)

Hasil kajian dan catatan bulan Mei

14

Page 141: 882.pdf

Catatan Kemajuan Penelitian Bulan Juni 2010

~

No Hari/Tanggal KEGIATAN CATATAN KEMAJUAN

1 Selasa, 01/06/10 Pembuatan OEM dengan operator Proses Data OEM

yang berbeda

2 Rabu,02/06/10 Pembuatan OEM dengan operator Proses Data DEM

' yang berbeda

,..... 3 Kamis, 03/06/10 Pembuatan DEM dengan operator Proses Data DEM yang berbeda

4 Jum'at, 04/06/10 Pembuatan OEM dengan operator Proses Data DEM yang berbeda

5 Sen in, 07/06/10 Analisis OEM dengan operator yang Hasil data OEM berbeda operator berbeda

Operator 3

6 Selasa, 08/06/10 Anal isis OEM dengan operator yang Hasil pengujian akurasi berbeda Akul'ilsi terhadap titik

GCP/CP(m)

Vertikal Honsontal 10

~ 8 .:.: 'E 6 .. > ·;;; 4 ~

" ;---.. ~ 2

2

'"" Operator(-)

7 Rabu,09/06/10 Pembuatan OEM jumlah GCP yang Proses Data OEM berbeda

---..

8 Kamis, 10/06/10 Pembuatan DEM jumlah GCP yang Proses Data OEM berbeda

15

Page 142: 882.pdf

9 Jum'at, 11/06/10

10 Senin, 14/06/10

11 Selasa, 15/06/10

12 Rabu, 16/06/10

r 13 Kamis, 17/06/10

Pembuatan OEM jumlah GCP yang berbeda

Pembuatan OEM jumlah GCP yang

berbeda

Analisis OEM jumlah GCP yang berbeda

Analisis DEM jumlah GCP yang berbeda

Kajian pengabungan DEM RBI dan SRTM

Proses Data OEM

Proses Data OEM

Hasil data DEM berbeda jumlah GCP 21GCP 16GCP

lOGCP

Hasil pengujian akurasi Akurasi tarhadap titik

GCP/CP{m)

•vertJI<al Hanson tal

10 16 21

Jumlah GCP (-)

5GCP

Hasil pe nggabungan titik ketinggian

.. . J';

::::_ !_:.:_:-:-.-J~aa~

.;:;~),.'l''t< .· .· : .· . . ·: . ·: .. : . . ··· .....

16

Page 143: 882.pdf

14 Jum'at, 18/06/10

15 Senin, 21/06/10

16 Selasa, 22/06/10

17 Rabu,23/06/10

18 Kamis, 24/06/10

19 Jum'at, 25/06/10

20 Senin, 28/06/10

21 Selasa, 29/06/10

r- 22 Rabu, 30/06/10

"'

Kajian pengabungan DEM RBI dan SRTM

Kajian pengabungan DEM RBI dan SRTM

Kajian pengabungan DEM RBI dan SRTM dan pembuatan kontur

Pembuatan laporan dan presentasi untuk evaluasi internal

Pembuatan laporan dan presentasi untuk evaluasi internal

Pembuatan laporan dan presentasi untuk evaluasi internal

Evaluasi internal

Evaluasi internal

Menyusun hasil kajiandan catatan penelitian bulan Juni

Proses penggabungan

Laporan dan presentasi

Laporan dan presentasi

Laporan dan presentasi

Evaluasi

Evaluasi

Hasil kajian dan catatan bulan Juni

17

Page 144: 882.pdf

r

/

~

,.--.

r--

,...

,-.,

,........

Catatan Kemajuan Penelitian

Bulan Juli 2010

No Hari/Tanggal 1 Kamis, 01/07/10

2 Jum'at, 02/07/10

3 Sen in, 05/07/10

4 Selasa, 06/07/10

5 Rabu,07/07/10

6 Kamis, 08/07/10

7 Jum'at, 09/07/10

8 Sen in, 12/07/10

9 Selasa, 13/07/10

KEGIATAN Penyusunan proposal untuk survei lapangan

Penyusunan proposal survei lapangan

Penyusunan proposal survei lapangan

Pembuatan OEM dengan jumlah GCP yang berbeda (GCP dari SRTM)

Pembuatan OEM dengan jumlah GCP yang berbeda (GCP dari SRTM)

Pembuatan OEM dengan jumlah GCP yang berbeda (GCP dari SRTM)

Pembuatan OEM dengan jumlah GCP yang berbeda (GCP dari SRTM)

Analisis OEM dengan jumlah GCP yang berbeda (GCP dari SRTM)

Analisis OEM dengan jumlah GCP yang berbeda (GCP dari SRTM)

CATATAN KEMAJUAN Penyusunan proposal

Penyusunan proposal

Proposal survei

Proses Data OEM

Proses Data OEM

Proses Data OEM

Proses Data OEM

Hasil OEM dari sumber GCP SRTM 21GCP 16GCP

Hasil analisis akurasi

18

Page 145: 882.pdf

10 Rabu, 14/07/10

11 Kamis, 15/07/10

12 Jum'at, 16/07/10

13 Sen in, 19/07/10

14 Selasa, 20/07/10

15 Rabu,21/07/10

16 Kamis, 22/07/10

17 Jum'at,23/07/10

18 Sen in, 26/07/10

19 Selasa, 27/07/10

Analisis DEM lanjutan

Akurasl terhadap ttttk GCP/CP (m}

Vort1kal Horisontal

15 ~----------------,

12

-rl{ 10 16 21

Jumlah GCP (-)

Perbandingan hasil akurasi DEM Sumber(Penguku~n)

Veftihl Hottson~ l

10 16 21

JumlahGCP (-)

Sumber(SRTM, Google f uth)

15 .,_r,....-----. 12

to us 21

Jumlah GiC P (-)

Pembahasan hasil evaluasi internal Hasil pembahasan

Perbaikan dan editing laporan semester I

Perbaikan dan editing laporan semester I

Perbaikan dan editing laporan semester I

Perbaikan dan editing laporan semester I

Penyusunan laporan catatan penelitian

Penyusunan laporan catatan penelitian

Pengajuan anggaran keperluan kegiatan

Pengajuan anggaran keperluan kegiatan

Proses perba ikan

Proses perbaikan

Proses perbaikan

Hasil perbaikan

Proses penyusunan

Hasil penyusunan

Proses pembuatan

Kebutuhan anggaran

19

Page 146: 882.pdf

20 Rabu, 28/07/10 Penggandaan dan pencetakan Hasil penggandaan dan pencetakan

21 Kamis, 29/07/10 Perumusan kegiatan untuk Hasil perumusan semester depan

22 Jum'at, 30/07/10 Menyusun hasil kajiandan catatan Hasil kajian dan catatan bulan Juni penelitian bulan Juni

20

Page 147: 882.pdf

Catatan Kemajuan Penelitian Bulan Agustus 2010

No Hari/Tanggal KEGIATAN 1 Senin, 02/08/10 Kajian teori penurunan OEM

2 Selasa, 03/08/10 Kajian teori penurunan DEM

3 Rabu,04/08/10 Kajian teori penurunan DEM

4 Kamis, 05/08/10 Kajian teori penurunan OEM

5

6

Jum'at, 06/08/10 Kajian sate lit ALOS generasi 3

Sen in, 9/08/10 Penyiapan data ALOS PRISM wilayah Bandung

CATATAN KEMAJUAN I '

llustrasi transformasi Affine

'a' /..... .. ' \

Hubungan sensor, image dan ground

,.

I ~-."'-J ?~.--"··;; -

Overlap 2 citra

Hasil perumusan

Satelit ALOS 3

Data ALOS

velocity -j"' Y l

21

Page 148: 882.pdf

7 Selasa, 10/08/10 Konversi data Data terkonversi

8 Rabu,11/08/10 Penentuan titik GCP/CP berdasar Titik GCP/CP google earth

9 Kamis, 12/08/10 Penentuan titik GCP/CP berdasar Titik GCP/CP google earth

" 10 Jum'at, 13/08/10 Penentuan titik GCP/CP berdasar Titik GCP/CP Bandung

google earth

11 Senin, 16/08/10 Proses pembuatan OEM Proses data

Bandung backward-nadir

- 12 Selasa, 17/08/10 Proses pembuatan OEM Proses data ,....., Bandung backward-nadir

13 Rabu, 18/08/10 Proses pembuatan OEM Proses data

Bandung backward-nadir

.-- 14 Kamis, 19/08/10 Proses pembuatan OEM Proses data

Bandung backward-nadir .,-...

15 Jum'at, 20/08/10 Proses pembuatan OEM backward-nadir Bandung backward-nadir

..--._

_,..

16 Senin, 23/08/10 Proses pembuatan OEM Proses data .,......_

Bandung backward-forward,

,---. nadir-forward dan triplet

17 Selasa, 24/08/10 Proses pembuatan OEM Proses data

Bandung backward-forward, nadir-forward dan triplet

22

Page 149: 882.pdf

18 Rabu,25/08/10 Proses pembuatan DEM Proses data

Bandung backward-forward, nadir-forward dan triplet

19 Kamis, 26/08/10 Proses pembuatan DEM Proses data

Bandung backward-forward, nadir-forward dan triplet

20 Jum'at, 27/08/10 Proses pembuatan DEM Proses data

Bandung backward-forward, nadir-forward dan triplet

21 Sen in, 30/08/10 Proses pembuatan DEM Proses data

Bandung backward-forward, nadir-forward dan triplet

22 Selasa, 31/08/10 Proses pembuatan DEM Proses data

Bandung backward-forward,

nadir-forward dan triplet

23

Page 150: 882.pdf

Catatan Kemajuan Penelitian Bulan September 2010

No Hari/Tanggal KEGIATAN 1 Rabu,01/09/10 Proses pembuatan OEM

Bandung backward-forward,

nadir-forward dan triplet

2 Kamis, 02/09/10 Proses pembuatan OEM Bandung backward-forward,

nadir-forward dan triplet

3 Jum'at, 03/09/10 Analisis hasil

4 Sen in, 06/09/10 Analisis hasil

5 Selasa, 07/09/10 Diskusi membahas hasil

6 Rabu,OS/09/10 Diskusi dan membuat rencana berikut

7 Kamis, 09/09/10 Liburan

8 Jum'at, 10/09/10 Liburan

9 Senin, 13/09/10 Liburan

10 Selasa, 14/09/10 Liburan

11 Rabu, 15/09/10 Persiapan survei ke Bandung: Pembuatan lokasi survei

12 Kamis, 16/09/10 Persiapan survei ke Bandung: Pembuatan citra ALOS

13 Jum'at, 17/09/10 Persiapan survei ke Bandung: Pembuatan citra ALOS

CATATAN KEMAJUAN Proses data

Hasil DEM dari stereo pair

~(i;J

~ Hasil analisis

Hasil analisis

Hasil diskusi

Hasil diskusi dan rencana

Lokasi survei

Proses

Citra ALOS dan lokasi survei

24

Page 151: 882.pdf

,-

r--

,- 14 Senin, 20/09/10 Survei

" 15 Selasa, 21/09/10 Survei Survei

" 16 Rabu,22/09/10 Survei Survei

r-- 17 Kamis, 23/09/10 Survei Survei

18 Jum'at, 24/09/10 Survei Survei

"' 19 Sen in, 27/09/10 Pembuatan laporan survei Laporan

;--...

20 Selasa, 28/09/10 Pembuatan laporan survei Laporan

21 Rabu,29/09/10 Pembuatan laporan survei Laporan survei ,-...

22 Kamis, 30/09/10 "

Pembuatan laporan survei Laporan survei

25

Page 152: 882.pdf

r-

,......_

,.-

,.-

f'

,......_

Catatan Kemajuan Penelitian Bulan Oktober 2010

No Hari/Tanggal KEGIATAN CATATAN KEMAJUAN 1 Jum'at, 01/10/10 Proses pembuatan OEM Proses data

Bandung berbasis data lapangan

2 Sen in, 04/10/10 Proses pembuatan OEM Proses data

Bandung berbasis data lapangan

3 Selasa, 05/10/10 Proses pembuatan OEM Proses data

Bandung berbasis data lapangan

4 Rabu,06/10/10 Proses pembuatan OEM Hasil OEM

Bandung berbasis data lapangan

5 Kamis, 07/10/10 Pengujian akurasi Akurasi Stereo pair Vertika\ Horisontal

•• llf " "" Stereo pair

6 Jum'at, 08/10/10 Pengujian akurasi Hasil uji akurasi GCP Abs (Sucve• SltTM) m) ~ (Sucvei· DEMl) lm Abs Survei- OEM2) (m)

1 ..,. lU u

' 3.6 ·~ ...

• 1l.3 lJ) 17 . u .s "' , ...

s '·' ... • • lJ) ... 7 10,3 1,0 13,0 ..... .., 4)) 7,1.

7 Senin, 11/10/10 Penentuan titik GCP/CP berdasar Titik GCP /CP google earth wilayah bogor

8 Selasa, 12/10/10 Penentuan titik GCP/CP berdasar Titik GCP /CP google earth wilayah bogor

9 Rabu, 13/10/10 Penentuan titik GCP/CP berdasar Titik GCP/CP Bogor google earth wilayah bogor

26

Page 153: 882.pdf

r ,.-.

r-

,-.

/"

,...--.

,........

,.-.

"""'

~

10 Kamis, 14/10/10

r--

11 Jum'at, 15/10/10

12 Senin, 18/10/10

13 Se~sa, 19/10/10

r-..

,......_

r-'-.

14 Rabu,20/10/10 r--

15 Kamis, 21/10/10 ,......

16 Jum'at, 22/10/10 '""'

17 Senin, 25/10/10 /"--

'""' 18 Selasa, 26/10/10

,- 19 Rabu, 27/10/10

20 Kamis, 28/10/10

21 Jum'at, 29/10/10

"'

Diskusi dan koordinasi hasil kegiatan

Proses pembuatan DEM Bogor Nadir-forward

Proses pembuatan DEM Bogor Nadir-forward

Proses pembuatan DEM Bogor Nadir-forward

Pembuatan draft laporan akhir

Pembuatan draft laporan akhir

Pembuatan draft laporan akhir

Persiapan survei

Persiapan survei

Survei

Survei

Survei

Hasil diskusi

Proses data

Proses data

Draft laporan akhir

Draft laporan akhir

Draft laporan akhir

Lokasi pengukuran GCP

Lokasi pengukuran GCP dan citra

Survei

Survei

Survei

27

Page 154: 882.pdf

r

r

r

Catatan Kemajuan Penelitian Bulan November 2010

No Hari/Tanggal KEGIATAN

1 Sen in, 01/08/10 Pembuatan power point

2 Selasa, 02/08/10 Pembuatan power point

3 Rabu,03/08/10 Presentasi akhir

4 Kamis, 04/08/10 Perb aikan dan evaluasi kegiatan

5 Jum'at, 05/08/10 Pembuatan laporan survei

6 Sen in, 08/08/10 Pembuatan laporan survei

7 Selasa, 09/08/10 Pembuatan laporan survei

8 Rabu,10/08/10 Uji akurasi

9 Kamis, 11/08/10 Uji akurasi

10 Jum'at, 12/08/10 Pembuatan Juknis DEM

11 Senin, 15/08/10 Pembuatan Juknis DEM

12 Selasa, 16/08/10 Penyusunan Laporan akhir

13 Rabu,17/08/10 Libur

14 Kamis, 18/08/10 Penyusunan Laporan akhir

15 Jum'at, 19/08/10 Penyusunan Laporan akhir

16 Senin, 22/08/10 Penjilidan dan penyerahan Laporan

17 Selasa, 23/08/10 Mengurus administrasi

18 Rabu,24/08/10 Men gurus ad min istrasi

19 Kamis, 25/08/10 Back up data

CATATAN KEMAJUAN

Power point

Power point

Presentasi

Hasil evaluasi

Laporan

Laporan

Laporan survei

Pengumpulan dan plot titik

GCP Abs (Sufvei·SIITM) (m) Abs(Survei-DEMI){m) Abs(St!rvei·DEM2)(mj I 12. 1 2.5 3.4

2 I M 5.7 6.0

3 5.8 1.8 3.0 4 12.8 1.2 0.7 5 9.7 1.6

~a~s--6 17.5 8.3 7 4.7 2.7 1.7 8 1.2 03 45

' 1.2 7.5 ,. 10 2.5 11 .0 4.9 11 2.7 2.8 2.6

12 '·' 0.2 18.8

13 01 1.3 ... " 0.2 8.3 •. 6

RMSE 5.5 3.5 5.6

Juknis DEM

Juknis DEM

Laporan

Laporan

Laporan

Laporan

Dokumen

Dokumen

Data

28

Page 155: 882.pdf

20 Jum'at, 26/08/10 Back up data

21 Senin, 29/08/10 Back up data

22 Selasa, 30/08/10 Back up data

Nomor BCHP : .

30, November 2010

Mengetahui:

Kepala Bidang Pengembangan Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh

Ui~~ ~(lr. Wawan K. Harsanugraha, M.Si.)

Data

Data

Data

Peneliti Utama

(Dr. Bambang Trisakti)

29